• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SDN 2 GUNUNG REJO KECAMATAN WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SDN 2 GUNUNG REJO KECAMATAN WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SDN 2 GUNUNG REJO KECAMATAN

WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh ASYUNANI

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SDN 2 Gunungrejo Pesawaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division di kelas V SDN 2 Gunungrejo Manis Pesawaran.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan pendekatan kualitatif. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus menggunakan langkah-langkah: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Subyek penelitian adalah guru, teman sejawat, dan siswa kelas V sebanyak 18 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan prosentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus ke siklus. Rata-rata aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 sebesar 55,56 dan pada pertemuan 2 menjadi 63,33. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 74,44 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 86,67. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60,00 dan pada pertemuan 2 menjadi 65,33. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 73,06 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 79,44. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 50,00% dan pada pertemuan 2 menjadi 66,67%. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 77,78% dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 88,89%.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Asyunani dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 30 April 1968, anak dari pasangan Bapak Amran dan Ibu Sahra.

(7)

MOTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi sederhana ini kupersembahkan kepada:

Suami dan anak-anak tersayang, kedua orang tua serta keluarga besarku

Terimakasih atas do’a, semangat, dan dukungan moral spiritual, materiil

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil„aalamiin atas Rakhmat dan Hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gunung Rejo Kecamatan

Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Nazaruddin Wahab, M.Pd., sebagai Pembimbing, terimakasih atas bimbingan skripsi ini.

(10)

ii

6. Kepala Sekolah dan dewan guru SDN 2 Gunung Rejo yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian

7. Rekan-rekan mahasiswa S-1 Dalam Jabatan, dan

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin

Pesawaran, Mei 2014 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ……... 8

B. Teori Belajar dan Pembelajaran ……… 10

1. Teori Belajar Behaviorisme ………. 10

2. Teori Belajar Kognitivisme………. 11

3. Teori Belajar Humanisme ……… 12

(12)

ii

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian …….……… 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penetapan kelas dan Waktu Penelitian ………. 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……….. 64

B. Saran ………..……… 64

DAFTAR PUSTAKA ……….………….. 65

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data hasil belajar IPS kelas V SDN 2 Gunung Rejo semester ganjil

Tahun pelajaran 2013/2014 …...……… 3

2. Jadwal pertemuan (pembelajaran) IPS kelas V SDN 2 Gunung Rejo …… 32

3. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 ...………….. 36

4. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 ...………….. 37

5. Hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 ………. 39

6. Hasil belajar siswa siklus I pertemuan 2 ………. 41

7. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 ...………….. 47

8. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 ...………….. 49

9. Hasil belajar siswa siklus II pertemuan 1 ………. 51

10. Hasil belajar siswa siklus II pertemuan 2 ………. 53

11. Rekapitulasi rata-rata aktivitas belajar siswa per siklus ... 56

12. Rekapitulasi nilai rata-rata hasil belajar siswa per siklus ... 59

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus spiral PTK ………. 22

2. Grafik peningkatan aktivitas belajar siswa ... 57

3. Grafik peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswaper siklus ... 60

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Interaksi yang terjadi sangat erat kaitannya dengan pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan masalah sosial, dan masalah-masalah tersebut merupakan bahan kajian dari IPS. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

(16)

2

teman dan mengobrol yang menyebabkan rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Secara umum materi IPS disampaikan oleh guru dengan metode ceramah langsung melalui cerita, mencatat, dan jarang atau belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division. Pola pembelajarannya berpusat pada guru (teacher

centered). Guru lebih sering terpaku pada satu buku teks saja. Penggunaan

waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif memakan waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada diri siswa, siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.

Dalam setiap pembelajaran siswa sering tidak menjawab pertanyaan dari guru karena merasa takut dan malu apabila jawabannya salah. Siswa juga tidak pernah mengungkapkan pendapatnya setiap diminta oleh guru. Setiap kali guru memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang sudah disampaikan guru kebanyakan siswa menjawab sudah jelas dan tidak perlu ada pertanyaan lain, tetapi pada kenyataannya ketika guru menanyakan tentang materi pelajaran sedikit sekali siswa bisa menjawab dengan benar.

(17)

3

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 2 Gunungrejo pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Data hasil belajar IPS kelas V SDN 2 Gunungrejo semester ganjil

Guru harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilakukan melalui penyampaian pembelajaran yang bervariasi, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division.

(18)

4

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division adalah model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Melalui model pembelajaran ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi serta melatih sikap bertanggung jawab. Pembelajaran model ini sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Siswa akan lebih mudah dalam menemukan dan menangani konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh temannya yang memiliki wawasan lebih tinggi, sedangkan siswa yang lebih tinggi kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi tutor sebaya sehingga pemahamannya semakin baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

(19)

5

3. Secara umum siswa kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas.

4. Pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Gunungrejo masih terpaku pada buku teks saja sehingga pemahaman siswa tentang materi IPS kurang.

5. Pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Gunungrejo masih berpusat pada guru (teacher centered)

6. Cara mengajar guru belum bervariasi dan kurang melibatkan siswa melalui pembelajaran kooperatif. Penyampaian materi pembelajaran hanya melalui membaca, mendengar, ceramah, tanya jawab dan mengerjakan latihan. 7. Penggunaan waktu penyajian materi IPS kurang efisien

C. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas V SDN 2 Gunungrejo tahun pelajaran 2013/2014?

(20)

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar IPS melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada siswa kelas V SDN 2 Gunungrejo tahun pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar IPS melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada siswa kelas V SDN 2 Gunungrejo tahun pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi Siswa

Dapat membangkitkan minat siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division, sehingga dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar IPS kelas V SDN 2 Gunungrejo tahun pelajaran 2013/2014.

b. Bagi Guru

(21)

7

b. Bagi Sekolah

Memberi sumbangan dan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran bagi siswa maupun guru sehingga mutu pendidikan di SDN 2 Gunungrejo dapat meningkat.

c. Bagi Penulis

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar secara komprehensif menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008: 1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman, sehingga dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

(23)

9

hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Berdasarkan uraian di atas tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dialami oleh seseorang.

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam Winataputra, 2008: 1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 20 berbunyi tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar”. Dalam konsep pembelajaran tersebut terkandung 5 (lima)

aspek, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

(24)

10

juga di lingkungan masyarakat, misalnya pada saat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran.

B. Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, Max, dkk, 2000: 24).

Proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap aliran atau teori

belajar. Menurut Muchith (2008: 55) ada beberapa jenis aliran atau paham yang dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan proses pembelajaran, yakni : 1. Teori Behaviorisme

(25)

11

Muchith (2008: 57), mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada proses memperluas dan penambahan pengetahuan siswa, sedangkan proses belajar sebagai “mimetic”, yang menuntut siswa agar memiliki kemampuan mengungkapkan kembali pengetahuan dan pemahaman yang sudah dipelajari baik dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang, yang diperoleh melalui berbagai cara dalam pembelajaran.

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran teori ini adalah merancang kondisi belajar yang efektif dengan merumuskan tujuan belajar dan langkah-langkah pembelajaran yang jelas, menggunakan ganjaran dan hukuman sebagai penguat perilaku yang dihasilkan.

2. Teori Kognitivisme

Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Konsekuensi proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya. Secara umum proses pembelajaran harus didasarkan atas asumsi umum (Muchith, 2008: 69).

a). Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek/faktor saja, tetapi lebih ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada.

b). Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Artinya dalam proses pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalil membentuk kedisiplinan.

(26)

12

d). Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran. e). Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,

sehingga proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

f). Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada menghafal.

g). Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah membantu siswa memproses informasi dengan efektif, dengan cara menyusun materi pembelajaran dengan sistematis dan akurat membuat hubungan antara pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki pebelajar (Winataputra, 2008: 6.11).

3. Teori Humanisme

Winataputra (2008: 4.1), para pendukung teori ini yakin bahwa perilaku harus dipahami bukan sekadar dikendalikan atau direkayasa. Teori ini mementingkan pilihan pribadi, kreativitas dan aktualisasi diri setiap individu yang belajar. Belajar merupakan suatu proses di mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Dengan kata lain, siswa tersebut mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.

Pada hakekatnya teori humanistik lebih menekankan pada proses untuk memanusiakan manusia atau peserta didik, yaitu suatu pemahaman atau kesadaran untuk memahami potensi, perbedaan, kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik (Muchith, 2008: 94).

4. Teori Konstruktivisme

(27)

13

konstruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan.

Muchith (2008: 72) juga mengatakan belajar bukanlah proses teknologi (robot) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat normatif (tekstual) tetapi juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah mendorong siswa bersikap lebih otonom dalam menterjemahkan pengetahuan yang diperoleh, melalui memecahkan masalah yang riil, kompleks dan bermakna bagi siswa, dialog dalam kelompok belajar bersama, bimbingan dalam proses pembentukan pemahaman.

(28)

14

C. Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah

“kegiatan/keaktifan”. Aktivitas belajar menurut Junaidi (2011) adalah segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok :

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti: membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, meliputi kegiatan seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, meliputi kegiatan seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, meliputi kegiatan seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman. 5. Drawing Activities, meliputi kegiatan seperti: menggambar, membuat

grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, meliputi kegiatan seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, strategi, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, meliputi kegiatan seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, meliputi kegiatan seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

(29)

15

pembelajaran yang diharapkan dengan indikator pelibatan fisik, mental, dan emosi siswa.

D. Hasil Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi atau hasil belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Sudjana (2001: 22) prestasi atau hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, seorang guru dapat menentukan kedudukannya dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk ke dalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang. Biasanya penilaian suatu hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat dapat dipahami bahwa penilaian dalam arti komplek mencakup segala aspek psikologis siswa, sedangkan dalam arti sempit sebagai bentuk untuk mengukur keberhasilan siswa yang terformat dalam bentuk evaluasi.

(30)

16

Menurut Sukmadinata (2006: 33) kompetensi adalah perilaku atau performa yang diperlihatkan oleh seseorang dalam beraktivitas, melaksanakan tugas, penyelesaian pekerjaan dan pemecahan masalah yang dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah kecakapan awal yang dikuasai untuk menguasai kompetensi yang lebuh tinggi.

2. Kompetensi Umum

Kompetensi umum adalah penguasaan kecakapan yang diperlukan dalam kehidupanbaik secara social kemasyarakatan dan lingkungan.

3. Kompetensi Operasional/Teknis

Kompetensi operasional atau teknis adalah penguasaan kecakapan yang berkenaan dengan penerapan atau aplikasi dari konsep, prinsip dan pengetahuan dalam kenyataan.

4. Kompetensi Professional

Kompetensi professional adalah penguasaan kecakapan tingkat tinggi yang menyangkut proses analisis, sintesis, pemecahan masalah, dan menciptakan hal-hal baru.

Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

Student Teams Achievement Division, dikembangkan oleh Robert Slavin di

Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2010: 70) bahwa:

(31)

17

Lebih lanjut, Slavin (2010: 71) menjelaskan bahwa:

Student Teams Achievement Division telah digunakan secara luas seperti pada pelajaran Matematika, seni bahasa, ilmu – ilmu sosial dan sains. Lebih lanjut Slavin (1995:71), menyatakan bahwa Student Teams Achievement Division terdiri dari lima komponen utama, yaitu Presentasi kelas (Class Presentations), belajar kelompok (teams), kuis (quizzes), peningkatan skor individu (individual improvement scores), dan penghargaan kelompok (team recognition).

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 2010: 17) diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat semangat untuk berhasil bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Menurut Indrawati (2009: 80) secara garis besar tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap persiapan

(32)

18

hendaknya berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan berpengaruh besar terhadap kelompok.

Tahap Penyajian Materi

Sebelum pembelajaran, guru menginformasikan kepada siswa tujuan yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi dilakukan secara klasikal. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok,

b. menekankan kepada siswa bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan,

c. mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin

d. memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu pertanyaan

Setelah siswa memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi berikutnya.

Tahap Kegiatan Kelompok

(33)

19

Tahap Pelaksanaan Tes Individu

Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapainya. Hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor kelompok.

Tahap Penghitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes akhir. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

F. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

(34)

20

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

(36)

22

Gambar 1. Siklus Spiral PTK (Kemmis dalam Sunyono: 2011:46)

B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 2 Gunungrejo Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.

C. Subjek Penelitian

(37)

23

D. Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang merupakan suatu bentuk penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah dalam situasi sosial termasuk situasi pendidikan.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart, dalam Sunyono (2011:46) yaitu setiap langkah/siklus terdiri dari empat tahap yaitu: Perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection). Siklus ini akan dihentikan jika hasil

penelitian ini sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan.

E. Alat pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah: a. Lembar observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi penulis

sebagai guru dan observer/pengamat. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

(38)

24

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang digunakan dilakukan kegiatan: a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division di kelas V SDN 2 Gunungrejo.

b. Tes Hasil Belajar

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang dibahas, dengan memberikan soal-soal latihan.

G. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah siswa yang melakukan aktivitas belajar pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

2. Data kuantitatif

(39)

25

H. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap dari siklus tersebut diuraikan sebagai berikut: Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

1) Menentukan Kompetensi Dasar yang akan dicapai dan mengembangkan KD menjadi indikator.

2) Menyusun RPP dengan menggunakan skenario pembelajaran model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division.

3) Menyusun instrumen observasi, baik untuk guru maupun siswa.

4) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru dan catatan lapangan.

5) Mempersiapkan perangkat tes.

6) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru menerapkan tindakan sebagaimana yang disusun pada tahap perencanaan. Alokasi waktu setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division. Adapun langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut: A. Kegiatan Awal

(40)

26

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan

3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang ditempuh dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

4. Guru mengecek kemampuan sebelum memulai pembelajaran dengan tanya jawab

B. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 orang secara heterogen

2. Guru menjelaskan materi secara singkat tentang tokoh-tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dan memberi kesempatan kepada siswa menyampaikan pengetahuannya tentang materi.

3. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. 4. Siswa dalam kelompok mendiskusikan LKS, saling membantu

antar anggota kelompok sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan 5. Guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok

6. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya melalui perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas

(41)

27

8. Membahas dan menyimpulkan hasil diskusi dan membimbing siswa untuk memahami konsep tentang tokoh-tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

9. Siswa diuji kemampuan untuk mengerjakan tes formatif yang dikerjakan secara individu.

10. Guru memberikan penilaian untuk menentukan skor perkembangan individu, dan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin atau nilai tertinggi.

C. Kegiatan Akhir

1. Guru meminta siswa merefleksikan hal-hal yang telah dilaksanakan.

2. Guru merencanakan tindak lanjut yang mungkin dapat dilakukan dalam bentuk remidial, pengayaan maupun tugas, serta menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

3. Tahap Pengamatan

(42)

28

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada tahap ini peneliti melihat, mengamati kekurangan dan kelebihannya. Jika ada kekurangannya, maka kekurangan tersebut digunakan sebagai masukan perbaikan pada siklus II, begitu seterusnya sampai indikator keberhasilan tercapai.

Siklus II

Hasil penelitian pada siklus I belum memenuhi indikator yang ditetapkan, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II didasarkan pada kekurangan pada siklus I dengan perbaikan-perbaikan pada tehnik pembelajaran berdasarkan pada refleksi siklus I. Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

1) Menentukan Kompetensi Dasar yang akan dicapai dan mengembangkan KD menjadi indikator.

2) Menyusun RPP dengan menggunakan skenario pembelajaran model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division.

3) Menyusun instrumen observasi, baik untuk guru maupun siswa.

4) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru dan catatan lapangan.

5) Mempersiapkan perangkat tes.

(43)

29

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru menerapkan tindakan sebagaimana yang disusun pada tahap perencanaan. Alokasi waktu setiap kali pertemuan adalah 4 x 35 menit menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division. Adapun langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut: A. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division.

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan

3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang ditempuh dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

4. Guru mengecek kemampuan sebelum memulai pembelajaran dengan tanya jawab

B. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 orang secara heterogen

(44)

30

3. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. 4. Siswa dalam kelompok mendiskusikan LKS, saling membantu

antar anggota kelompok sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan 5. Guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap kelompok

6. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya melalui perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas

7. Meminta kelompok lain menanggapi materi yang dipresentasikan 8. Membahas dan menyimpulkan hasil diskusi dan membimbing

siswa untuk memahami konsep tentang tokoh-tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

9. Siswa diuji kemampuan untuk mengerjakan tes formatif yang dikerjakan secara individu.

10. Guru memberikan penilaian untuk menentukan skor perkembangan individu, dan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin atau nilai tertinggi.

C. Kegiatan Akhir

1. Guru meminta siswa merefleksikan hal-hal yang telah dilaksanakan.

(45)

31

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division. Pengamatan dilakukan oleh guru mitra menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada tahap ini peneliti melihat, mengamati kekurangan dan kelebihannya. Jika ada kekurangannya, maka kekurangan tersebut digunakan sebagai masukan perbaikan pada siklus II, begitu seterusnya sampai indikator keberhasilan tercapai. Pada siklus II, hasil penelitian tindakan telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus II.

I. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada pembelajaran IPS dalam penelitian tindakan kelas ini dikatakan

berhasil apabila:

a. Jumlah siswa yang aktif meningkat setiap siklusnya b. Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya

c. Tingkat keberhasilan belajar (ketuntasan belajar) siswa secara klasikal

(46)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran IPS kelas V SDN 2 Gunungrejo melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas siswa dari siklus ke siklus. Rata-rata aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 sebesar 55,56 dan pada pertemuan 2 menjadi 63,33. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 74,44 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 86,67. 2. Pembelajaran IPS kelas V SDN 2 Gunungrejo melalui pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60,00 dan pada pertemuan 2 menjadi 65,33. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 73,06 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 79,44.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan adalah hendaknya guru lebih mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

(47)

1

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang Press. Semarang

Indrawati, dkk. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. P4TK IPA. Bandung

Junaidi, Wawan. 2011. Aktivitas Belajar.

http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html. Diakses tanggal 6 Maret 2014.

Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. RaSAIL Media Group. Semarang

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Slavin, Robert E. 2010. Cooperatif Learning, Theory Research, and Practice. Needham Heights, Massachussets : Allyn and Bacon

Sudjana. 2001. Media Pengajaran. Sinar Baru Aglesindo. Jakarta. Sukmadinata. 2006. Jenis-Jenis Penelitian. PT. Bina Ilmu. Surabaya.

Sunyono. 2011. Modul 34 Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung.

Syarifuddin, Muhammad. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Fokus Media. Jakarta.

Gambar

Tabel 1  Data hasil belajar IPS kelas V SDN 2 Gunungrejo semester ganjil
Gambar 1. Siklus Spiral PTK (Kemmis dalam Sunyono: 2011:46)

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam pembelajaran IPS materi perjuangan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS V SDN KEDUMULYO1. TAHUN PELAJARAN

Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan Talking Stick Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, ini dapat terlihat dari aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama

(1) bahwa aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan Student Teams Achievement Division di kelas V Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan analisis data dan pembahasan terhadap masalah yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, maka dapat

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh Model

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk