• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN

LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

ANITA NUR CHARISMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND BEHAVIOUR TOWARD BREAST SELF-EXAMINATION (BSE) IN WOMEN OF CHILDBEARING AGE AT THE INTERGRATED SERVICE POST (POSYANDU) OF KAMPUNG BARU VILLAGE OF LABUHAN RATU

SUB-DISTRICT OF BANDAR LAMPUNG CITY IN YEAR 2013

By

ANITA NUR CHARISMA

Breast cancer is the most common cancer and the leading cause of death in the world. Breast cancer usually strikes women of childbearing age. Breast cancer can be detected and prevented by Breast Self-Examination (BSE). BSE behavior can be influenced by the knowledge and attitudes. Thereby, there are must be done a research in which to know the knowledge and behaviour toward BSE.

The objective of this research is to find out whether there is a significant correlation between the knowledge level and behaviour toward Breast Self-Examination (BSE) in women of childbearing age. The research design used analytic observational method with cross sectional approaching. Primary data was collected from directed interview and questionnaire. Whereas, the secondary data was collected from the Integrated Service Post (Posyandu) of Kampung Baru village of Labuhan Ratu sub-district of Bandar Lampung city. The sample of this research consisted 135 respondents whom they are the women of childbearing age. This research used Chi Square test with expected value >5. If the condition is not fulfilled, Fisher alternative test will be used in this research.

The result of this research showed that the good knowledge level toward BSE was 7,40% and the lack of knowledge level was 92,60%. Meanwhile, the respondents who had good behaviour toward BSE was 60,70% and the bad behaviour toward BSE was 39,30%. The respondents who did good BSE was 3% and 97% respondents did less BSE. Thus, The conclusion of this research showed that there was a correlation between knowledge towards BSE. Nonetheless, There was no significant correlation between behaviour towards BSE in women of childbearing age.

(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN

LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

ANITA NUR CHARISMA

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak terdiagnosa dan penyebab kematian di dunia. Umumnya kanker payudara menyerang wanita usia subur. Kanker payudara sendiri dapat dideteksi dan cegah dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Untuk terjadinya suatu perilaku SADARI salah satunya dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Sehingga perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap tindakan SADARI.

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap tindakan SADARI pada wanita usia subur. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif menggunakan pendekatan cross sectional, data primer didapat dari wawancara terpimpin dan dengan kuesioner serta data sekunder didapatkan dari Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung dengan 135 responden wanita usia subur. Setelah itu dilakukan uji Chi-Square dengan syarat expected value >5. Jika syarat tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatif Fisher.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan yang baik terhadap tindakan SADARI adalah 7,40% dan tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 92,60%. Sedangkan responden yang memiliki sikap yang baik terhadap tindakan SADARI adalah 60,70% dan sikap yang kurang adalah 39,30%, serta responden dengan tindakan SADARI yang baik adalah 3% dan tindakan SADARI yang kurang adalah 97%. Dari penelitian juga didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan SADARI dan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap tindakan SADARI pada wanita usia subur.

(4)
(5)
(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan umum ... 5

2. Tujuan khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Dasar Teori ... 8

1. Kanker payudara ... 8

a. Anatomi payudara ... 8

b. Definisi kanker payudara ... 10

c. Etiologi dan faktor resiko kanker payudara... 10

d. Gejala kanker payudara ... 13

(7)

vi

f. Prognosis kanker payudara ... 15

g. Penatalaksanaan kanker payudara ... 16

h. Pencegahan dan deteksi dini kanker payudara ... 16

2. Pengetahuan (knowledge) ... 17

a. Definisi pengetahuan ... 17

b. Tingkat pengetahuan ... 18

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ... 20

3. Sikap (attitude) ... 22

a. Definisi sikap ... 22

b. Komponen pokok sikap ... 23

c. Tingkatan Sikap ... 23

4. Perilaku ... 24

5. Praktik atau Tindakan (practice) ... 26

a. Definisi praktik atau tindakan ... 26

6. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ... 27

a. Definisi SADARI ... 27

b. Cara melakukan SADARI ... 28

7. Wanita Usia Subur ... 33

a. Definisi Wanita Usia Subur ... 33

b. Kejadian dalam masa subur ... 34

8. Posyandu ... 34

a. Definisi Posyandu ... 34

b. Sasaran dan kegiatan Posyandu ... 34

B. Kerangka Penelitian ... 38

1. Kerangka teori ... 38

(8)

vii

C. Hipotesis ... 39

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Desain Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 42

1. Identifikasi variabel ... 42

2. Definisi operasional variabel ... 43

E. Pengumpulan Data ... 44

1. Jenis data ... 44

2. Alat penelitian ... 44

3. Cara pengambilan data ... 45

F. Alur Penelitian ... 45

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 46

1. Pengolahan data ... 46

2. Analisis data ... 46

H. Penyajian Data... 48

I. Etika Penelitian ... 48

IV. Hasil dan Pembahasan ... 49

A. Hasil ... 49

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

2. Analisis Univariat ... 50

a. Distribusi sebaran usia responden ... 50

b. Distribusi pekerjaan responden ... 50

c. Distribusi sebaran pendidikan akhir responden ... 51

(9)

viii

e. Gambaran sikap responden mengenai SADARI ... 52

f. Gambaran tindakan responden mengenai SADARI ... 53

3. Analisis Bivariat... 54

a. Hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 54

b. Hubungan antara sikap terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 55

B. Pembahasan ... 56

1. Analisis Univariat ... 56

a. Pengetahuan ... 56

b. Sikap ... 58

c. Tindakan ... 60

2. Analisis Bivariat ... 61

a. Hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 61

b. Hubungan antara sikap terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 63

IV. Simpulan dan Saran ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(10)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Prognosis Pasien Kanker Payudara ... 16

2. Jumlah populasi di setiap posyandu di Kelurahan Kampung Baru ... 41

3. Definisi Operasional ... 43

4. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 50

5. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan... 51

6. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 51

7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai SADARI... 52

8. Gambaran Sikap Responden Mengenai SADARI ... 53

9. Gambaran Tindakan SADARI Responden ... 53

10. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Tindakan Mengenai SADARI ... 54

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi payudara ... 9

2. Proses terbentuknya sikap dan reaksi ... 23

3. SADARI dengan melihat payudara ... 28

4. SADARI dengan mengangkat kedua tangan ... 28

5. SADARI dengan tangan disamping ... 29

6. SADARI dengan berkacak pingang ... 29

7. SADARI dengan posisi berbaring ... 30

8. SADARI dengan vertical strip ... 31

9. SADARI secara pemutaran ... 32

10. SADARI dengan memeriksa puting susu ... 32

11. SADARI dengan memeriksa ketiak ... 33

12. Kerangka teori ... 38

13. Kerangka konsep ... 38

14. Alur Penelitian ... 45

15. Proses Pengolahan Data ... 46

16. Wawancara, Pendampingan dan Menanyakan Pertanyaan kuesioner di Puskesmas Abadi ... 83

(12)
(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 71

a. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) ... 71

b. Gambaran Penelitian ... 72

c. Kuesioner Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 73

d. Kunci Jawaban Kuesioner ... 78

2. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ... 82

3. Pelaksanaan Penelitian ... 83

4. Coding Data dan Entry Data ... 85

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

jaringan payudara yang paling sering terjadi pada wanita. Umumnya kanker

payudara menyerang pada wanita yang telah berusia kira-kira 40 tahun,

tetapi sekarang ini wanita yang berusia lebih muda mempunyai resiko untuk

terserang kanker payudara (Mardiana, 2007). Usia penderita kanker

payudara termuda adalah 20-29 tahun sedangkan yang tertua adalah 80-89

tahun dan usia terbanyak untuk kasus payudara sendiri berusia 40-49 tahun

(Wiknjosastro, 2009).

(15)

2

World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan sebanyak 206.966 wanita di Amerika Serikat terdiagnosa kanker payudara

dan sebanyak 40.996 wanita meninggal dunia akibat kanker payudara (U.S.

Cancer Statistics Working Group, 2013). Selain itu pada tahun 2013

menurut American Cancer Society (ACS) dan National Cancer Institute (NCI) terdapat kasus baru sebanyak 232,340 dan sebanyak 39,620 kasus

kematian akibat payudara (American Cancer Society, 2013).

Berdasarkan data dari International Agency Research on Cancer (IARC) Globocan 2008, didapatkan estimasi insidensi kanker payudara di Indonesia

sebesar 36 per 100.000 wanita. Sedangkan data dari Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia diketahui bahwa insidensi kanker

payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (16,85%) dan pasien

rawat jalan (21,69%) atau lebih tinggi dibandingkan dengan kanker leher

rahim (11,78%) (Depkes RI, 2008).

Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No.796/Menkes/SK/VII/2010

mengenai “Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker

Leher Rahim”, sebenarnya insidensi masih belum dapat diketahui secara

pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang

dilaksanakan (Putri, 2011).

Pada tahun 2013 di Provinsi Lampung, belum ada data yang dikeluarkan

(16)

payudara (Dinkes Provinsi Lampung, 2013). Sedangkan untuk di Kota

Bandar Lampung berdasarkan data kesakitan dari Dinas Kesehatan Kota

Bandar Lampung pada bulan Februari tahun 2013, di beberapa puskesmas

ditemukan kasus kanker payudara yang dirujuk ke RSUD H. Abdoel

Moeloek. Pada kelompok usia 20-69 tahun berturut-turut terdapat 16 kasus

lama dan 8 kasus baru di Puskesmas Rawat Inap Kedaton, 6 kasus lama dan

2 kasus baru di Puskesmas Sukarame, 5 kasus lama dan 2 kasus baru di

Puskesmas Simpur, 1 kasus lama dan 4 kasus baru di Puskesmas Rawat Inap

Gedong Air Tanjung Karang Barat, 5 kasus baru di Puskesmas Way Kandis,

4 kasus lama di Puskesmas Kampung Sawah Tanjung Karang Timur, 3

kasus lama di Puskesmas Susunan Baru Tanjung Karang Barat, 1 kasus

lama di Puskesmas Campang Raya Tanjung Karang Timur (Dinkes Kota

Bandar Lampung, 2013).

Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta pada tahun

2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan

payudara sendiri. Selain itu sebanyak 70% kasus kanker payudara

ditemukan dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan masih rendahnya

kesadaran, pengertian dan pengetahuan masyarakat tentang kanker

payudara, sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral

belum mendapat prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010b).

Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan melalui deteksi dini.

(17)

4

menemukan kanker payudara pada stadium awal, biasanya wanita datang ke

dokter dengan keadaan stadium lanjut dan prognosisnya sudah buruk (Supit,

2005). Menemukan kasus dini dengan cara deteksi dini sebulan sekali

dianjurkan sehingga dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan

pilihan terapi kepada penderita (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

Deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara

sendiri atau dikenal dengan istilah SADARI yang merupakan salah satu

langkah deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang

akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, dikarenakan sekitar 85%

kelainan di payudara biasanya pertama kali dikenali oleh penderita (Rasjidi,

2010a).

Perilaku SADARI salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap.

Menurut penelitian yang dilakukan Delfian (2010) di Sumatra Utara

mengenai tingkat pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI), menunjukan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia

20-40 tahun mengenai SADARI masih kurang, didapatkan hasil sedang

sebanyak 66 responden atau 67,3%, buruk sebanyak 23 responden atau

23,5% dan 9 responden atau 9,2% memiliki pengetahuan baik.

Penelitian mengenai pengetahuan dan sikap terhadap tindakan pemeriksaan

payudara sendiri belum pernah dilakukan di kota Bandar Lampung,

(18)

subur terhadap tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), yang

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau acuan dalam upaya

pencegahan dan deteksi dini kanker payudara di kota Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Adakah hubungan tingkat pengetahuan terhadap tindakan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar

Lampung tahun 2013?

2. Adakah hubungan sikap terhadap tindakan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun

2013?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di

Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota

(19)

6

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mengenai tindakan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di

Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota

Bandar Lampung tahun 2013.

b. Mengetahui gambaran sikap mengenai tindakan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar

Lampung tahun 2013.

c. Mengetahui gambaran tindakan terhadap pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung

Tahun 2013.

d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di

Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota

Bandar Lampung tahun 2013.

e. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap tindakan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar

(20)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah

dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti

dan menambah pengetahuan peneliti mengenai gambaran pengetahuan

dan sikap wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) sebagai deteksi dini kanker payudara.

2. Bagi wanita usia subur, memberikan gambaran pengetahuan dan sikap

terhadap tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga

dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi masyarakat, dapat menjadi informasi yang bermanfaat dibidang

kesehatan terutama dalam melakukan pencegahan dan deteksi dini

kanker payudara.

4. Bagi institusi, dapat berguna sebagai data yang dapat digunakan untuk

melakukan pencegahan atau sebagai deteksi dini kanker payudara

sehingga dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan yang

baik. Data juga dapat dimanfaatkan petugas puskesmas terutama petugas

penyuluhan dalam kebijakan untuk menyalurkan pengetahuan dan cara

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

5. Bagi ilmu pengetahuan, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Kanker Payudara a. Anatomi Payudara

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga

dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea

aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun,

pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar

hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.

Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan

dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).

Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan

glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan

kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan

ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe

payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun

(22)

Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan

berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki

ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke

papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih

gelap yang disebut areola mammae. Pada areola mammae, terdapat

tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola

di bawahnya (Snell, 2006).

Gambar 1. Anatomi Payudara (Snell, 2006).

Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di

tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila),

cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan

terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting

susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan

(23)

10

Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara

dibagi menjadi lima regio, yaitu:

a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant) e. Regio puting susu (nipple)

b. Definisi Kanker Payudara

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan

payudara yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan

penunjang payudara. Kanker payudara terjadi karena adanya

kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga

sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan

(Mardiana, 2004).

c. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Payudara

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan.

Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor

yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan

(24)

Faktor-faktor resiko tersebut adalah:

a. Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker

payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria

hanya 1% dari seluruh kanker payudara.

b. Faktor usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan

usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat.

Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.

c. Riwayat keluarga

Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan

faktor resiko terjadinya kanker payudara.

d. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi

ganas.

e. Faktor genetik

Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara

berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen

BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar

80%.

f. Faktor hormonal

Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif,

(25)

12

kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker

payudara.

g. Usia menarche

Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko

kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan

dari estrogen.

h. Menopause

Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko

kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang

terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.

i. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring

dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.

j. Nulipara/belum pernah melahirkan

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker

payudara sebesar 30% dibandingkan dengan wanita yang

multipara.

k. Tidak Menyusui

Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama

mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko

kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level

estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.

l. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak,

(26)

d. Gejala Kanker Payudara

Menurut Dalimartha (2004), kanker payudara pada tahap dini

biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak

merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin

dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara.

Keluhan baru timbul bila penyakitnya sudah lanjut. Beberapa

keluhannya antara lain:

a. Teraba benjolan pada payudara.

b. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.

c. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati.

d. Eksim pada puting susu dan sekitarnya.

e. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting atau keluar air

susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang

menyusui.

f. Puting susu tertarik kedalam.

g. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).

e. Klasifikasi Kanker Payudara

Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling

banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi

(27)

14

Menurut Price & Lorraine (2006), pada sistim TNM dinilai tiga faktor

utama yaitu "T" yaitu Tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu Metastase atau penyebaran jauh. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai

berikut:

1) T (Tumor size), ukuran tumor:

 T 0: tidak ditemukan tumor primer

 T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

 T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

 T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm

 T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran

ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya , dapat berupa

borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau

ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

2) N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB):

 N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di

ketiak/aksilla

 N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat

digerakkan

 N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

(28)

3) M (Metastase), penyebaran jauh:

 M x : metastasis jauh belum dapat dinilai

 M 0 : tidak terdapat metastasis jauh

 M 1 : terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ketiga faktor

tersebut kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai

berikut :

 Stadium 0 : T0 N0 M0

 Stadium I : T1 N0 M0

 Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

 Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

 Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 /

T2 N2 M0

 Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

 Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1

f. Prognosis Kanker Payudara

Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi

metastasis yang terlihat pada Tabel 1. Ketahanan hidup seseorang

sangat bergantung pada tingkat penyakit, saat mulai pengobatan,

gambaran histopatologi dan uji reseptor estrogen yang bila positif

lebih baik. Stadium tumor dipandang secara luas sebagai faktor

(29)

16

Tabel 1. Tingkat Prognosis Pasien Kanker Payudara (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

Tingkat penyebaran secara klinik Ketahanan hidup lima tahun %

I T1 N0 M0 II T2 N1 MO III T0-2 N2 M0 T3 N1-2 M0 IV T0-4 N0-3 M1

85 65 40 10

g. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah

untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor.

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu

lumpectomy dimana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, dimana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat.

Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini

berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah

operasi. Selain pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan

kemoterapi dan terapi hormon (Davey, 2006)

h. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Payudara

Mencegah kanker payudara dapat dimulai dari menghindari faktor

penyebab, kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat

dilakukan pengobatan. Pemeriksaaan payudara sendiri oleh seorang

wanita dianjurkan sebulan sekali, 1 minggu setelah haid berakhir,

terutama bila usianya diatas 35 tahun (De Jong & Sjamsuhidajat,

(30)

2. Pengetahuan (Knowledge) a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari “Tahu” yang terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan menurut Depdibud (2003), adalah sesuatu yang

diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam dan dari luar. Dari

dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang

tersedia serta keadaan sosial budaya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku dari pengalaman

dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Peneliti Roger (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)

di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

(31)

18

2. Interest, dimana seseorang tersebut mulai tertarik pada stimulus. 3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal

ini berarti sikap seseorang tersebut sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana seseorang tersebut telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana seseorang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang cukup dalam

dominan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.

Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi dan mengatakan. Tingkatan ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contohnya adalah

(32)

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya pada tahap

ini dapat menjelaskan secara benar bagaimana prinsip

penatalaksanaan kegawatdaruratan.

3. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip-prinsip dan sebagainya. Misalnya apabila menemukan

korban trauma, mahasiswa sudah mengetahui penatalaksaan apa

yang harus pertama sekali dilakukan.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke

dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainnya. Contohnya mahasiwa sudah

tahu membedakan apa yang harus di lakukan pada setiap

(33)

20

dapat membedakan langkah apa yang di lakukan pada tahap

airway (jalan napas) dengan tahap breathing (pernapasan). 5. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi–formulasi yang ada. Contohnya dapat merencanakan

tahapan penataalaksanaan kegawatdaruratan sesuai dengan teori

yang telah ada dan telah dipelajari.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi

atau objek. Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu

kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria–kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). Misalnya

dapat membandingkan keberhasilan dalam penatalaksanaan

kegawatdaruratan antara pasien yang buruk penatalaksanaanya

dengan yang baik.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo,

2007):

1. Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

(34)

ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat

pengetahuan akan tinggi juga. Tingkat sosial ekonomi terlalu

rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang

disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain

yang lebih mendesak.

2. Kultur (Budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan

seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira

sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima

hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru

tersebut. Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan.

4. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman semakin luas,

sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan

(35)

22

3. Sikap (Attitude) a. Definisi Sikap

Menurut Notoadmojo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Menurut Newcomb, yang dikutip dari Notoatmodjo (2007),

menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kejadian untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tidakan atau prilaku. Sikap tersebut masih

merupakan reaksi tertutup, dan bukan merupakan reaksi terbuka

ataupun tingkah laku yang terbuka. Sikap dapat diartikan sebagai

suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

(36)
[image:36.595.145.497.118.248.2]

Sikap dapat digambarkan atau dijelaskan melalui diagram berikut:

Gambar 2. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi (Notoatmodjo, 2007)

b. Komponen Pokok Sikap

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap

itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evalausi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (Trend to behave)

c. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari 4 (empat tingkat), yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Stimulus

Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku

(terbuka)

(37)

24

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

sesuatu masalah

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan

segala risikonya.

4. Perilaku

Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku

merupakan suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan

respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari

orang yang besangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi

beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda.

Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa faktor yang menentukan atau

membentuk perilaku disebut determinan perilaku. Terdapat beberapa

teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan

(38)

Menurut Green perilaku ditentukan atau terbentuk oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi

perilaku, yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Dalam

arti umum, faktor predisposisi sebagai kecenderungan pribadi yang

dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman

belajar. Kecenderungan ini mungkin mendukung atau menghambat

perilaku sehat, dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh.

Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosio-ekonomi,

umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga saat ini juga penting

sebagai faktor predisposisi.

b. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau

aspirasi terlaksana. Termasuk di dalamnya keterampilan dan

sumber daya pribadi disamping sumber daya komunitas, yang

temasuk dalam faktor ini dapat terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dan perilaku masyarakat. Sumber daya tersebut

meliputi fasilitas atau sarana prasarana kesehatan, personalia,

sekolah, klinik atau sumber daya yang serupa. Faktor pemungkin

juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya seperti

(39)

26

c. Faktor-faktor penguat (Renforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat

bergantung pada tujuan dan jenis progam. Penguat dapat dinilai

positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain

yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang

lain dalam mempengaruhi perilaku. Hal ini dapat terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok referensi dan perilaku masyarakat. Faktor

penguat juga dapat diartikan sebagai faktor penyerta, perilaku

seseorang dapat diubah dengan cara memberi ganjaran, insentif

atau hukuman atas perilaku dan berperan menetap, yang juga

termasuk dalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani serta

ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernah diterima pihak lain.

5. Praktik atau Tindakan (Practice) a. Definisi Praktik atau Tindakan

Sesuatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

(40)

Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu:

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

6. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) a. Definisi SADARI

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan

sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah

pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk

mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan

posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan

(41)

28

b. Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Menurut Depkes RI (2009), cara melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) dapat dilakukan dengan cara:

[image:41.595.291.396.211.323.2]

1) Melihat perubahan payudara di hadapan cermin (Gambar 3).

Gambar 3. SADARI dengan Melihat Payudara

a. Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk

payudara (simetris atau tidak).

b. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara,

perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca.

Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan

lurus ke bawah disamping badan.

[image:41.595.252.369.563.671.2]
(42)

c. Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala.

Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan

[image:42.595.248.370.199.311.2]

tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya (Gambar 4).

Gambar 5. SADARI dengan Tangan di Samping

d. Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping

kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk

melihat perubahan pada payudara.

Gambar 6. SADARI dengan Berkacak Pinggang

e. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak

pinggang atau tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk

[image:42.595.254.364.481.579.2]
(43)

30

[image:43.595.271.349.145.249.2]

2) Memeriksa Perubahan Bentuk Payudara Dengan Posisi Berbaring

(Gambar 7).

Gambar 7. SADARI dengan Posisi Berbaring

a. Dimulai dari payudara kanan

b. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua

lutut dengan meletakkan bantal atau handuk mandi yang

telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan

bagian yang akan diperiksa.

c. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala.

d. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.

e. Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang

(44)
[image:44.595.251.366.147.250.2]

3) Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan Pemutaran (Gambar 8).

Gambar 8. SADARI dengan Vertical Strip

a. Memeriksa seluruh bagian payudara secara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke batas bawah payudara,

dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah

bagian ketiak.

b. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak.

Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan.

c. Gerakkan tangan dengan perlahan-lahan ke batas bawah

payudara dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap

tempat. Di bagian batas bawah payudara, bergerak kurang

lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang

selangka dengan memutar dan menekan payudara.

d. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan

(45)

32

[image:45.595.258.368.119.221.2]

4) Memeriksa payudara dengan secara Pemutaran (Gambar 9).

Gambar 9. SADARI secara Pemutaran

a. Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar.

b. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan

benjolan yang luar biasa.

c. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke

puting payudara.

d. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan

sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian

bawah areola mammae.

5) Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara (Gambar 10).

[image:45.595.255.364.585.705.2]
(46)

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk

melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

[image:46.595.264.352.227.331.2]

6) Memeriksa Ketiak (Gambar 11).

Gambar 11. SADARI dengan Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan

teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

7. Wanita Usia Subur (WUS) a. Definisi Wanita Usia Subur

Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15-50 tahun

yang berada dalam masa reproduksi dan mulai ditandai dengan

timbulnya haid yang pertama kali (menarche) dan diakhiri dengan masa menopause. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan untuk

(47)

34

b. Kejadian dalam Masa Subur

Pada masa subur gejala yang mungkin terjadi adalah gejala

menstruasi merupakan peristiwa penting pada masa subur yang

menjadi pertanda biologis dari kematangan seksual dari kematangan

seksual dimana benar-benar siap secara biologis menjalani fungsi

kewanitaan (BKKBN, 2003).

8. Posyandu

a. Definisi Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber

daya masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam

kehidupan dan budaya masyarakat. Posyandu berfungsi sebagai wadah

pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari

petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat serta

mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),

dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Kemenkes RI, 2012).

b. Sasaran dan Kegiatan Posyandu

Menurut Kemenkes (2012), sasaran posyandu adalah seluruh

masyarakat, terutama:

1. Bayi dan anak Balita

2. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

(48)

Sedangkan menurut Kemenkes (2012), untuk kegiatan Posyandu

terdiri atas kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.

Secara garis besar, kegiatan posyandu adalah:

1. Kegiatan utama

a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

1) Pelayanan untuk ibu hamil

a. Penimbangan berat badan.

b. Pengukuran tinggi badan.

c. Pengukuran tekanan darah.

d. Pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar

lengan atas).

e. Pemberian tablet besi.

f. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

g. Pemeriksaan fundus uteri.

h. Penyuluhan termasuk perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi, pentingnya IMD, dan ASI

eksklusif.

i. KB pasca-persalinan

2) Pelayanan untuk ibu nifas dan menyusui

a. Penyuluhan/konseling kesehatan.

b. KB pasca-persalinan.

c. ASI eksklusif.

d. Gizi untuk ibu nifas dan menyusui.

(49)

36

f. Perawatan payudara.

g. Pemeriksaan kesehatan umum.

3) Pelayanan untuk bayi dan balita

a. Penimbangan berat badan.

b. Penentuan status pertumbuhan.

c. Penyuluhan dan konseling.

d. Pemeriksaan kesehatan (dilakukan bila ada tenaga

kesehatan).

b. Keluarga berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader

adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika

ada tenaga kesehatan Puskesmas, dapat dilakukan pelayanan

suntikan KB dan konseling KB.

c. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh

petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan

disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

d. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu adalah sebagai berikut.

a. Penimbangan berat badan.

(50)

c. Penyuluhan dan konseling gizi.

d. Pemberian makanan tambahan (PMT) lokal.

e. Suplementasi kapsul vitamin A dan tablet Fe.

e. Pencegahan dan penanggulangan diare

2. Kegiatan pengembangan

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5

kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti

cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang

mendukung. Kegiatan pengembangan ini sesuai dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman

engintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) yang artinya adalah suatu upaya mensinergikan

berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan

kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,

peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga, dan

(51)

38

B. Kerangka Penelitian

[image:51.595.147.523.149.535.2]

1. Kerangka teori

Gambar 12. Teori Lawrance Green-Faktor yang Membentuk Perilaku (Notoatmodjo, 2007).

2. Kerangka konsep

Penulis hanya memasukan pengetahuan dan sikap sebagai variabel yang

diukur, selain karena terbatasnya waktu dan kesukaran dalam

pengukuran variabel lain, namun juga karena faktor predisposisi, FAKTOR

PENDUKUNG:

 Lingkungan

Fisik

 Fasilitas

FAKTOR PREDISPOSISI:

Pengetahuan

Sikap

 Kepercayaan

 Keyakinan

 Nilai-nilai

FAKTOR PENDORONG:

 Sikap dan

Perilaku Kelompok

 Referensi dari

Perilaku Masyarakat

(52)

terutama pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang paling

mendasar yang mempengaruhi perilaku.

[image:52.595.148.514.207.279.2]

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 13. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita Usia Subur

B. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar

Lampung tahun 2013.

2. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun

2013.

PENGETAHUAN

SIKAP

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan data sekaligus pada suatu saat (Dahlan, 2010).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di tiga Posyandu yang berada di Kelurahan Kampung

Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung, mulai bulan

November Desember 2013. Mulai dari survei awal, pengumpulan data sampai

penulisan laporan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi target penelitian ini adalah wanita subur berusia 20 50 tahun yang

ada di tiga Posyandu di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu

(54)
[image:54.595.157.466.117.229.2]

Tabel 2. Jumlah Populasi di Setiap Posyandu di Kelurahan Kampung Baru

Menurut Notoadmodjo (2005), untuk perhitungan jumlah sampel minimal

pada penelitian dapat menggunakan rumus:

Keterangan :

= jumlah sampel

N = jumlah populasi

= derajat kepercayaan 0,05

Dengan memasukan derajat kepercayaan 0,05 ke dalam rumus, maka akan

diperoleh jumlah sampel yang akan digunakan sebagai berikut:

No. Tempat Jumlah Populasi

1. Posyandu Abadi 50 orang

2. Posyandu Suci 35 orang

3. Posyandu Mulya 50 orang

(55)

42

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel keseluruhan sebesar

101 responden. Kemudian sampel diambil dari seluruh populasi yang ada

ditiga Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota

Bandar Lampung dengan teknik pengambilan purposive sampling, yaitu dimana responden dipilih dan diambil secara acak yang memenuhi kriteria

sejumlah sampel yang diinginkan.

Kriteria inklusi

1. Wanita usia subur yang berusia 20 50 tahun

2. Bertempat tinggal di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu

Kota Bandar Lampung.

Kriteria eksklusi

1. Tidak bersedia menjadi responden.

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi variabel a. Variabel independen

1) Pengetahuan wanita usia subur mengenai pemeriksaaan payudara

sendiri (SADARI).

2) Sikap wanita usia subur mengenai pemeriksaaan payudara sendiri

(56)

b. Variabel dependen

Tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

2. Definisi operasional variabel

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Hasil tahu yang terjadi

setelah seseorang melakukan mengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan responden mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Wawancara Kuesioner Total skor: 35.

Benar 35 = Skor 100 Baik: Jika jawaban benar >80% (total skor ≥ 28)

Kurang: jika jawaban yang benar < 80% (total skor ≤27) (Putri, 2011).

Ordinal

Sikap Reaksi atau respon

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap responden mengenai pemeriksaan payudara sendiri.

Wawancara Kuesioner Total skor: 20.

Benar 20 = Skor 100 Baik: jika jawaban yang benar > 80%

(total skor ≥16)

Kurang: jika jawaban yang benar <

80% (total skor ≤ 15) (Putri, 2011).

Ordinal

Tindakan Hal-hal yang telah

dilakukan responden berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapat. Tindakan atau praktik responden mengenai pemeriksaan payudara sendiri.

Wawancara Kuesioner Total skor: 36.

Benar 36 = Skor 100 Baik: jika jawaban yang benar > 80% (total skor ≥29)

Kurang: jika jawaban yang benar < 60%(total skor ≤28)

(Putri, 2011).

[image:56.595.53.566.226.711.2]
(57)

44

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin dan

metode pengisian kuesioner oleh responden. Kuesioner yang dipakai

adalah kuesioner yang telah teruji validitas dan realibitasnya oleh

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Putri (2011),

kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan mengenai pengetahuan, 5

pertanyaan mengenai sikap dan 9 pertanyaan mengenai tindakan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan dimodifikasi menjadi 20

pertanyaan mengenai pengetahuan, 10 pertanyaan mengenai sikap dan

9 pertanyaan mengenai tindakan SADARI.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan selain dari sumber data,

data tersebut berupa data dari Posyandu yang berhubungan dengan

jumlah dan nama wanita usia subur di ketiga posyandu terkait.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan

(58)

3. Cara Pengambilan Data

Pada penelitian ini cara pengambilan data yaitu dengan cara wawancara

terpimpin dan menanyakan pertanyaan kuesioner kepada responden.

[image:58.595.121.523.243.710.2]

F. Alur Penelitian

Gambar 14. Alur Penelitian Informed concent

Pengisian kuesioner tindakan SADARI

Analisis data

Laporan hasil penelitian Pelaksanaan Penelitian

Minggu ke-2. Jumat, 15 November 2013

Minggu ke-3.Selasa, 19 November 2013

Minggu ke-4.Sabtu, 23 November 2013

Wanita Usia Subur

berusia 20 50 tahun di

Posyandu Abadi

Wanita Usia Subur

berusia 20 50 tahun di

Posyandu Suci

Wanita Usia Subur

berusia 20 50 tahun di

Posyandu Mulya

Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi

(59)

46

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke

dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan progam

komputer. Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah melakukan

proses editing yaitu memeriksa data hasil pengisian kuesioner oleh responden. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah proses coding yaitu pemberian kode kepada setiap jawaban dari responden dan tahap berikutnya adalah meng-entry data keperangkat lunak computer serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa

lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah

data.

[image:59.595.148.550.555.597.2]

Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data :

Gambar 15. Proses Pengolahan Data

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat.

Data Editing

Data

Coding Data

Entry Data ke Komputer

(60)

a. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam

kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan

antara satu variabel independen dan satu variabel dependen.

Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen akan

dinyatakan dalam prevalens ratio (PR) yang merupakan nilai untuk terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya variabel independen, dalam menilai PR perlu memperhatikan interval kepercayaan atau

confidence interval (CI), estimasi interval kepercayaan ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95% (Sastroasmoro, 2010).

Interpretasi prevalens ratio adalah sebagai berikut: PR = 1; artinya faktor tersebut bukan faktor resiko

PR < 1; artinya sebagai faktor proteksi atau perlindungan

PR >1; artinya sebagai faktor resiko

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

(61)

Chi-48

square tidak terpenuhi maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji multak Fisher.

H. Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

I. Etika Penelitian

(62)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan yang peneliti dapatkan dari penelitian ini yaitu:

1. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap

tindakan SADARI jumlahnya sebanyak 10 orang (7,40%) dan tingkat

pengetahuan yang kurang sebanyak 125 orang (92,60%).

2. Responden yang memiliki sikap yang baik terhadap tindakan

SADARI jumlahnya 82 orang (60,70%) dan sikap yang kurang

sebanyak 53 orang (39,30%).

3. Responden yang memiliki tindakan SADARI yang baik jumlahnya 3

orang (3%) dan tindakan SADARI yang kurang sebanyak 131 orang

(97%).

4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap tindakan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar

Lampung Tahun (p=0,028).

5. Tidak ada hubungan antara sikap terhadap tindakan pemeriksaan

(63)

66

Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung

Tahun (p=0,487).

B. Saran

Adapun saran untuk penelitian ini yaitu:

1. Disarankan kepada kader posyandu maupun petugas puskesmas untuk

memberikan informasi berupa penyuluhan mengenai pentingnya

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor

lain yang mempengaruhi tindakan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) pada wanita usia subur.

3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya terlebih dahulu dilakukan uji

(64)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2011. Global Cancer Statistics. CA: A Cancer Journal for Clinicians Volume 61 Number 2 March/April 2011

American Cancer Society. 2013. Breast Cancer Facts & Figures 2013-2014. Atlanta: American Cancer Society

Ayu, DGA. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Tindakan Pemberian Oralit pada Balita Diare di Puskesmas Simpur Bandar lampung Periode 2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

BKKBN. 2003. Pasangan Usia Subur dan Masa Reproduktif Wanita. Jakarta

Dalimartha, S. 2004. Kanker Payudara Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker.Penebar Swadaya. Jakarta.

Dahlan, M. S. 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Seri Evidence Based Medicine Seri 3 Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta

Davey, P. 2006. At a Glance Medicine. Erlangga. Jakarta

De Jong, W,. R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.

(65)

68

Depkes RI, 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta. Di akses dari:

http://www.depkes.go.id/index.php?option=new&task=viewarticle&sid=30 81.

Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jendreal PP & PL. Jakarta

Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dinkes Provinsi Lampung. 2013. Buku Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013. Provinsi Lampung

Dinkes Kota Bandar Lampung. 2013. Laporan Bulanan Data Kesakitan ICDX Bulan Februari 2013. Bandar Lampung

Hawari, D. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikorelogi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Handayani, DS. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku para wanita Dewasa Awal dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. Universitas Diponegoro. Jurnal Kedokteran.Vol 2, No.1 Semarang.

Kemenkes RI. 2012. Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Posyandu. Jakarta

Mardiana, L. 2007. Kanker Pada Wanita. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mardiana, L, 2004. Kanker Pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan Dengan Tanaman Obat.Kawan Pustaka. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.

(66)

Price, S. A., Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Putri, A. E. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang Sadari Terhadap Perilaku Sadari di KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan Februari 2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Rasjidi, I. 2010a. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Rasjidi, I. 2010b. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Sagung Seto. Jakarta.

Ribkah, S. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun 2013. Universitas Sam Ratu Langi. Jurnal Kedokteran.Vol 2, No.2. Manado

Sari, SCL. 2012. Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di Dusun Dimoro Desa Bedoro Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen Tahun 2012. Karya Tulis I1`zlmiah. Surakarta

Sastroasmoro, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta

Snell, R. S. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi VI. EGC. Jakarta.

Supit, N. I. S. H. 2005. Deteksi dini keganasan payudara. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

(67)

70

Gambar

Gambar 1. Anatomi Payudara (Snell, 2006).
Tabel 1. Tingkat Prognosis Pasien Kanker Payudara
Gambar 2 . Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi (Notoatmodjo, 2007)
Gambar 3. SADARI dengan Melihat Payudara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menggambarkan bahwa ternyata di dalam berbagai kebudayaan suku Toraja terdapat unsur-unsur kebudayaan yang dapat dikontekstualisasikan untuk

PENGARUH KADAR AIR DARI Bill TOMAT YANG DIRADIASI DENG AN SINAR GAMMA TERHADAP KEPEKAAN PERTUMBUHANNYA..

4.1 Samakan kata atau frase dengan kata-kata di dalam kamus dimana jika ditemukan maka diasumsikan kata tersebut adalah kata dasar atau root word, jika tidak

LP360 Tutorials. GIS and Decision Making in Local Government. Redlands, California, USA. Making Better Use of Acuracy Data in Land Change Studies: estimating Accuracy and

Setiap negara, kota, tempat wisata maupun daerah akan menghadapi peningkatan persaingan saat berusaha untuk menarik wisatawan (Moilanen &amp; Rainisto, 2009, h.

[r]

E mpat ekstrak kulit kayu dengan POV rendah &lt; 100 μ g/m (Tabel 2) berpotensi sebagai antioksidan alami yang tinggi karena memiliki ketiga senyawa antioksidan

Hasil dari analisis data dapat disimpulkan bahwa sari buah jeruk nipis dapat menurunkan kadar kolesterol dan berat badan secara signifikan pada mencit putih jantan, tetapi