HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN
LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
Oleh
ANITA NUR CHARISMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND BEHAVIOUR TOWARD BREAST SELF-EXAMINATION (BSE) IN WOMEN OF CHILDBEARING AGE AT THE INTERGRATED SERVICE POST (POSYANDU) OF KAMPUNG BARU VILLAGE OF LABUHAN RATU
SUB-DISTRICT OF BANDAR LAMPUNG CITY IN YEAR 2013
By
ANITA NUR CHARISMA
Breast cancer is the most common cancer and the leading cause of death in the world. Breast cancer usually strikes women of childbearing age. Breast cancer can be detected and prevented by Breast Self-Examination (BSE). BSE behavior can be influenced by the knowledge and attitudes. Thereby, there are must be done a research in which to know the knowledge and behaviour toward BSE.
The objective of this research is to find out whether there is a significant correlation between the knowledge level and behaviour toward Breast Self-Examination (BSE) in women of childbearing age. The research design used analytic observational method with cross sectional approaching. Primary data was collected from directed interview and questionnaire. Whereas, the secondary data was collected from the Integrated Service Post (Posyandu) of Kampung Baru village of Labuhan Ratu sub-district of Bandar Lampung city. The sample of this research consisted 135 respondents whom they are the women of childbearing age. This research used Chi Square test with expected value >5. If the condition is not fulfilled, Fisher alternative test will be used in this research.
The result of this research showed that the good knowledge level toward BSE was 7,40% and the lack of knowledge level was 92,60%. Meanwhile, the respondents who had good behaviour toward BSE was 60,70% and the bad behaviour toward BSE was 39,30%. The respondents who did good BSE was 3% and 97% respondents did less BSE. Thus, The conclusion of this research showed that there was a correlation between knowledge towards BSE. Nonetheless, There was no significant correlation between behaviour towards BSE in women of childbearing age.
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA WANITA USIA SUBUR DI POSYANDU KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN
LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
Oleh
ANITA NUR CHARISMA
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak terdiagnosa dan penyebab kematian di dunia. Umumnya kanker payudara menyerang wanita usia subur. Kanker payudara sendiri dapat dideteksi dan cegah dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Untuk terjadinya suatu perilaku SADARI salah satunya dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Sehingga perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap tindakan SADARI.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap tindakan SADARI pada wanita usia subur. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif menggunakan pendekatan cross sectional, data primer didapat dari wawancara terpimpin dan dengan kuesioner serta data sekunder didapatkan dari Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung dengan 135 responden wanita usia subur. Setelah itu dilakukan uji Chi-Square dengan syarat expected value >5. Jika syarat tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatif Fisher.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan yang baik terhadap tindakan SADARI adalah 7,40% dan tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 92,60%. Sedangkan responden yang memiliki sikap yang baik terhadap tindakan SADARI adalah 60,70% dan sikap yang kurang adalah 39,30%, serta responden dengan tindakan SADARI yang baik adalah 3% dan tindakan SADARI yang kurang adalah 97%. Dari penelitian juga didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan SADARI dan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap tindakan SADARI pada wanita usia subur.
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan umum ... 5
2. Tujuan khusus ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Dasar Teori ... 8
1. Kanker payudara ... 8
a. Anatomi payudara ... 8
b. Definisi kanker payudara ... 10
c. Etiologi dan faktor resiko kanker payudara... 10
d. Gejala kanker payudara ... 13
vi
f. Prognosis kanker payudara ... 15
g. Penatalaksanaan kanker payudara ... 16
h. Pencegahan dan deteksi dini kanker payudara ... 16
2. Pengetahuan (knowledge) ... 17
a. Definisi pengetahuan ... 17
b. Tingkat pengetahuan ... 18
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ... 20
3. Sikap (attitude) ... 22
a. Definisi sikap ... 22
b. Komponen pokok sikap ... 23
c. Tingkatan Sikap ... 23
4. Perilaku ... 24
5. Praktik atau Tindakan (practice) ... 26
a. Definisi praktik atau tindakan ... 26
6. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ... 27
a. Definisi SADARI ... 27
b. Cara melakukan SADARI ... 28
7. Wanita Usia Subur ... 33
a. Definisi Wanita Usia Subur ... 33
b. Kejadian dalam masa subur ... 34
8. Posyandu ... 34
a. Definisi Posyandu ... 34
b. Sasaran dan kegiatan Posyandu ... 34
B. Kerangka Penelitian ... 38
1. Kerangka teori ... 38
vii
C. Hipotesis ... 39
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Desain Penelitian ... 40
B. Tempat dan Waktu ... 40
C. Populasi dan Sampel ... 40
D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 42
1. Identifikasi variabel ... 42
2. Definisi operasional variabel ... 43
E. Pengumpulan Data ... 44
1. Jenis data ... 44
2. Alat penelitian ... 44
3. Cara pengambilan data ... 45
F. Alur Penelitian ... 45
G. Pengolahan dan Analisis Data ... 46
1. Pengolahan data ... 46
2. Analisis data ... 46
H. Penyajian Data... 48
I. Etika Penelitian ... 48
IV. Hasil dan Pembahasan ... 49
A. Hasil ... 49
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49
2. Analisis Univariat ... 50
a. Distribusi sebaran usia responden ... 50
b. Distribusi pekerjaan responden ... 50
c. Distribusi sebaran pendidikan akhir responden ... 51
viii
e. Gambaran sikap responden mengenai SADARI ... 52
f. Gambaran tindakan responden mengenai SADARI ... 53
3. Analisis Bivariat... 54
a. Hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 54
b. Hubungan antara sikap terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 55
B. Pembahasan ... 56
1. Analisis Univariat ... 56
a. Pengetahuan ... 56
b. Sikap ... 58
c. Tindakan ... 60
2. Analisis Bivariat ... 61
a. Hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 61
b. Hubungan antara sikap terhadap tindakan responden mengenai SADARI ... 63
IV. Simpulan dan Saran ... 65
A. Simpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
ix DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Prognosis Pasien Kanker Payudara ... 16
2. Jumlah populasi di setiap posyandu di Kelurahan Kampung Baru ... 41
3. Definisi Operasional ... 43
4. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 50
5. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan... 51
6. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 51
7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai SADARI... 52
8. Gambaran Sikap Responden Mengenai SADARI ... 53
9. Gambaran Tindakan SADARI Responden ... 53
10. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Tindakan Mengenai SADARI ... 54
x DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anatomi payudara ... 9
2. Proses terbentuknya sikap dan reaksi ... 23
3. SADARI dengan melihat payudara ... 28
4. SADARI dengan mengangkat kedua tangan ... 28
5. SADARI dengan tangan disamping ... 29
6. SADARI dengan berkacak pingang ... 29
7. SADARI dengan posisi berbaring ... 30
8. SADARI dengan vertical strip ... 31
9. SADARI secara pemutaran ... 32
10. SADARI dengan memeriksa puting susu ... 32
11. SADARI dengan memeriksa ketiak ... 33
12. Kerangka teori ... 38
13. Kerangka konsep ... 38
14. Alur Penelitian ... 45
15. Proses Pengolahan Data ... 46
16. Wawancara, Pendampingan dan Menanyakan Pertanyaan kuesioner di Puskesmas Abadi ... 83
xii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian ... 71
a. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) ... 71
b. Gambaran Penelitian ... 72
c. Kuesioner Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 73
d. Kunci Jawaban Kuesioner ... 78
2. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ... 82
3. Pelaksanaan Penelitian ... 83
4. Coding Data dan Entry Data ... 85
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada
jaringan payudara yang paling sering terjadi pada wanita. Umumnya kanker
payudara menyerang pada wanita yang telah berusia kira-kira 40 tahun,
tetapi sekarang ini wanita yang berusia lebih muda mempunyai resiko untuk
terserang kanker payudara (Mardiana, 2007). Usia penderita kanker
payudara termuda adalah 20-29 tahun sedangkan yang tertua adalah 80-89
tahun dan usia terbanyak untuk kasus payudara sendiri berusia 40-49 tahun
(Wiknjosastro, 2009).
2
World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan sebanyak 206.966 wanita di Amerika Serikat terdiagnosa kanker payudara
dan sebanyak 40.996 wanita meninggal dunia akibat kanker payudara (U.S.
Cancer Statistics Working Group, 2013). Selain itu pada tahun 2013
menurut American Cancer Society (ACS) dan National Cancer Institute (NCI) terdapat kasus baru sebanyak 232,340 dan sebanyak 39,620 kasus
kematian akibat payudara (American Cancer Society, 2013).
Berdasarkan data dari International Agency Research on Cancer (IARC) Globocan 2008, didapatkan estimasi insidensi kanker payudara di Indonesia
sebesar 36 per 100.000 wanita. Sedangkan data dari Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia diketahui bahwa insidensi kanker
payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (16,85%) dan pasien
rawat jalan (21,69%) atau lebih tinggi dibandingkan dengan kanker leher
rahim (11,78%) (Depkes RI, 2008).
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No.796/Menkes/SK/VII/2010
mengenai “Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim”, sebenarnya insidensi masih belum dapat diketahui secara
pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang
dilaksanakan (Putri, 2011).
Pada tahun 2013 di Provinsi Lampung, belum ada data yang dikeluarkan
payudara (Dinkes Provinsi Lampung, 2013). Sedangkan untuk di Kota
Bandar Lampung berdasarkan data kesakitan dari Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung pada bulan Februari tahun 2013, di beberapa puskesmas
ditemukan kasus kanker payudara yang dirujuk ke RSUD H. Abdoel
Moeloek. Pada kelompok usia 20-69 tahun berturut-turut terdapat 16 kasus
lama dan 8 kasus baru di Puskesmas Rawat Inap Kedaton, 6 kasus lama dan
2 kasus baru di Puskesmas Sukarame, 5 kasus lama dan 2 kasus baru di
Puskesmas Simpur, 1 kasus lama dan 4 kasus baru di Puskesmas Rawat Inap
Gedong Air Tanjung Karang Barat, 5 kasus baru di Puskesmas Way Kandis,
4 kasus lama di Puskesmas Kampung Sawah Tanjung Karang Timur, 3
kasus lama di Puskesmas Susunan Baru Tanjung Karang Barat, 1 kasus
lama di Puskesmas Campang Raya Tanjung Karang Timur (Dinkes Kota
Bandar Lampung, 2013).
Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta pada tahun
2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan
payudara sendiri. Selain itu sebanyak 70% kasus kanker payudara
ditemukan dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan masih rendahnya
kesadaran, pengertian dan pengetahuan masyarakat tentang kanker
payudara, sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral
belum mendapat prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010b).
Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan melalui deteksi dini.
4
menemukan kanker payudara pada stadium awal, biasanya wanita datang ke
dokter dengan keadaan stadium lanjut dan prognosisnya sudah buruk (Supit,
2005). Menemukan kasus dini dengan cara deteksi dini sebulan sekali
dianjurkan sehingga dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan
pilihan terapi kepada penderita (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri atau dikenal dengan istilah SADARI yang merupakan salah satu
langkah deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang
akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, dikarenakan sekitar 85%
kelainan di payudara biasanya pertama kali dikenali oleh penderita (Rasjidi,
2010a).
Perilaku SADARI salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap.
Menurut penelitian yang dilakukan Delfian (2010) di Sumatra Utara
mengenai tingkat pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), menunjukan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia
20-40 tahun mengenai SADARI masih kurang, didapatkan hasil sedang
sebanyak 66 responden atau 67,3%, buruk sebanyak 23 responden atau
23,5% dan 9 responden atau 9,2% memiliki pengetahuan baik.
Penelitian mengenai pengetahuan dan sikap terhadap tindakan pemeriksaan
payudara sendiri belum pernah dilakukan di kota Bandar Lampung,
subur terhadap tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), yang
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau acuan dalam upaya
pencegahan dan deteksi dini kanker payudara di kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Adakah hubungan tingkat pengetahuan terhadap tindakan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar
Lampung tahun 2013?
2. Adakah hubungan sikap terhadap tindakan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu Kelurahan
Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun
2013?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di
Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota
6
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mengenai tindakan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di
Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota
Bandar Lampung tahun 2013.
b. Mengetahui gambaran sikap mengenai tindakan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar
Lampung tahun 2013.
c. Mengetahui gambaran tindakan terhadap pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu Kelurahan
Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung
Tahun 2013.
d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di
Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota
Bandar Lampung tahun 2013.
e. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap tindakan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah
dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti
dan menambah pengetahuan peneliti mengenai gambaran pengetahuan
dan sikap wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebagai deteksi dini kanker payudara.
2. Bagi wanita usia subur, memberikan gambaran pengetahuan dan sikap
terhadap tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi masyarakat, dapat menjadi informasi yang bermanfaat dibidang
kesehatan terutama dalam melakukan pencegahan dan deteksi dini
kanker payudara.
4. Bagi institusi, dapat berguna sebagai data yang dapat digunakan untuk
melakukan pencegahan atau sebagai deteksi dini kanker payudara
sehingga dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan yang
baik. Data juga dapat dimanfaatkan petugas puskesmas terutama petugas
penyuluhan dalam kebijakan untuk menyalurkan pengetahuan dan cara
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
5. Bagi ilmu pengetahuan, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Kanker Payudara a. Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga
dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea
aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun,
pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar
hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.
Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan
dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan
kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan
ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe
payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun
Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan
berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki
ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih
gelap yang disebut areola mammae. Pada areola mammae, terdapat
tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola
di bawahnya (Snell, 2006).
Gambar 1. Anatomi Payudara (Snell, 2006).
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di
tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila),
cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan
terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting
susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan
10
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara
dibagi menjadi lima regio, yaitu:
a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant) e. Regio puting susu (nipple)
b. Definisi Kanker Payudara
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan
payudara yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara. Kanker payudara terjadi karena adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga
sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan
(Mardiana, 2004).
c. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Payudara
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan.
Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor
yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan
Faktor-faktor resiko tersebut adalah:
a. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker
payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria
hanya 1% dari seluruh kanker payudara.
b. Faktor usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat.
Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
c. Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan
faktor resiko terjadinya kanker payudara.
d. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi
ganas.
e. Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen
BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar
80%.
f. Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif,
12
kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara.
g. Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko
kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan
dari estrogen.
h. Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko
kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang
terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.
i. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring
dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
j. Nulipara/belum pernah melahirkan
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker
payudara sebesar 30% dibandingkan dengan wanita yang
multipara.
k. Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko
kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level
estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
l. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak,
d. Gejala Kanker Payudara
Menurut Dalimartha (2004), kanker payudara pada tahap dini
biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin
dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara.
Keluhan baru timbul bila penyakitnya sudah lanjut. Beberapa
keluhannya antara lain:
a. Teraba benjolan pada payudara.
b. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
c. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati.
d. Eksim pada puting susu dan sekitarnya.
e. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting atau keluar air
susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang
menyusui.
f. Puting susu tertarik kedalam.
g. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).
e. Klasifikasi Kanker Payudara
Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi
14
Menurut Price & Lorraine (2006), pada sistim TNM dinilai tiga faktor
utama yaitu "T" yaitu Tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu Metastase atau penyebaran jauh. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai
berikut:
1) T (Tumor size), ukuran tumor:
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran
ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya , dapat berupa
borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau
ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
2) N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB):
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di
ketiak/aksilla
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat
digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
3) M (Metastase), penyebaran jauh:
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ketiga faktor
tersebut kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai
berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 /
T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
f. Prognosis Kanker Payudara
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi
metastasis yang terlihat pada Tabel 1. Ketahanan hidup seseorang
sangat bergantung pada tingkat penyakit, saat mulai pengobatan,
gambaran histopatologi dan uji reseptor estrogen yang bila positif
lebih baik. Stadium tumor dipandang secara luas sebagai faktor
16
Tabel 1. Tingkat Prognosis Pasien Kanker Payudara (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Tingkat penyebaran secara klinik Ketahanan hidup lima tahun %
I T1 N0 M0 II T2 N1 MO III T0-2 N2 M0 T3 N1-2 M0 IV T0-4 N0-3 M1
85 65 40 10
g. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah
untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor.
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu
lumpectomy dimana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, dimana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat.
Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini
berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah
operasi. Selain pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan
kemoterapi dan terapi hormon (Davey, 2006)
h. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Mencegah kanker payudara dapat dimulai dari menghindari faktor
penyebab, kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat
dilakukan pengobatan. Pemeriksaaan payudara sendiri oleh seorang
wanita dianjurkan sebulan sekali, 1 minggu setelah haid berakhir,
terutama bila usianya diatas 35 tahun (De Jong & Sjamsuhidajat,
2. Pengetahuan (Knowledge) a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari “Tahu” yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan menurut Depdibud (2003), adalah sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam dan dari luar. Dari
dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang
tersedia serta keadaan sosial budaya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku dari pengalaman
dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Peneliti Roger (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)
di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
18
2. Interest, dimana seseorang tersebut mulai tertarik pada stimulus. 3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap seseorang tersebut sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana seseorang tersebut telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana seseorang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang cukup dalam
dominan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.
Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi dan mengatakan. Tingkatan ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contohnya adalah
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya pada tahap
ini dapat menjelaskan secara benar bagaimana prinsip
penatalaksanaan kegawatdaruratan.
3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip-prinsip dan sebagainya. Misalnya apabila menemukan
korban trauma, mahasiswa sudah mengetahui penatalaksaan apa
yang harus pertama sekali dilakukan.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke
dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainnya. Contohnya mahasiwa sudah
tahu membedakan apa yang harus di lakukan pada setiap
20
dapat membedakan langkah apa yang di lakukan pada tahap
airway (jalan napas) dengan tahap breathing (pernapasan). 5. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi–formulasi yang ada. Contohnya dapat merencanakan
tahapan penataalaksanaan kegawatdaruratan sesuai dengan teori
yang telah ada dan telah dipelajari.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek. Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu
kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria–kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). Misalnya
dapat membandingkan keberhasilan dalam penatalaksanaan
kegawatdaruratan antara pasien yang buruk penatalaksanaanya
dengan yang baik.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo,
2007):
1. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan
ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat
pengetahuan akan tinggi juga. Tingkat sosial ekonomi terlalu
rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang
disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain
yang lebih mendesak.
2. Kultur (Budaya, agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan
seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima
hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru
tersebut. Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
4. Pengalaman
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa
pendidikan yang tinggi maka pengalaman semakin luas,
sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan
22
3. Sikap (Attitude) a. Definisi Sikap
Menurut Notoadmojo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Menurut Newcomb, yang dikutip dari Notoatmodjo (2007),
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kejadian untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tidakan atau prilaku. Sikap tersebut masih
merupakan reaksi tertutup, dan bukan merupakan reaksi terbuka
ataupun tingkah laku yang terbuka. Sikap dapat diartikan sebagai
suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
Sikap dapat digambarkan atau dijelaskan melalui diagram berikut:
Gambar 2. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi (Notoatmodjo, 2007)
b. Komponen Pokok Sikap
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap
itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evalausi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (Trend to behave)
c. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari 4 (empat tingkat), yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Stimulus
Rangsangan Proses Stimulus
Reaksi Tingkah laku
(terbuka)
24
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
sesuatu masalah
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan
segala risikonya.
4. Perilaku
Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku
merupakan suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons.
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan
respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari
orang yang besangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi
beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda.
Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa faktor yang menentukan atau
membentuk perilaku disebut determinan perilaku. Terdapat beberapa
teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan
Menurut Green perilaku ditentukan atau terbentuk oleh tiga faktor, yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi
perilaku, yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Dalam
arti umum, faktor predisposisi sebagai kecenderungan pribadi yang
dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman
belajar. Kecenderungan ini mungkin mendukung atau menghambat
perilaku sehat, dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh.
Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosio-ekonomi,
umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga saat ini juga penting
sebagai faktor predisposisi.
b. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau
aspirasi terlaksana. Termasuk di dalamnya keterampilan dan
sumber daya pribadi disamping sumber daya komunitas, yang
temasuk dalam faktor ini dapat terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan
kelompok referensi dan perilaku masyarakat. Sumber daya tersebut
meliputi fasilitas atau sarana prasarana kesehatan, personalia,
sekolah, klinik atau sumber daya yang serupa. Faktor pemungkin
juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya seperti
26
c. Faktor-faktor penguat (Renforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat
bergantung pada tujuan dan jenis progam. Penguat dapat dinilai
positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain
yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang
lain dalam mempengaruhi perilaku. Hal ini dapat terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dan perilaku masyarakat. Faktor
penguat juga dapat diartikan sebagai faktor penyerta, perilaku
seseorang dapat diubah dengan cara memberi ganjaran, insentif
atau hukuman atas perilaku dan berperan menetap, yang juga
termasuk dalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani serta
ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernah diterima pihak lain.
5. Praktik atau Tindakan (Practice) a. Definisi Praktik atau Tindakan
Sesuatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
2. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
6. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) a. Definisi SADARI
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan
sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah
pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk
mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan
posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan
28
b. Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Menurut Depkes RI (2009), cara melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dapat dilakukan dengan cara:
[image:41.595.291.396.211.323.2]1) Melihat perubahan payudara di hadapan cermin (Gambar 3).
Gambar 3. SADARI dengan Melihat Payudara
a. Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk
payudara (simetris atau tidak).
b. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara,
perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca.
Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan
lurus ke bawah disamping badan.
[image:41.595.252.369.563.671.2]c. Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala.
Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan
[image:42.595.248.370.199.311.2]tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya (Gambar 4).
Gambar 5. SADARI dengan Tangan di Samping
d. Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping
kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk
melihat perubahan pada payudara.
Gambar 6. SADARI dengan Berkacak Pinggang
e. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak
pinggang atau tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk
[image:42.595.254.364.481.579.2]30
[image:43.595.271.349.145.249.2]2) Memeriksa Perubahan Bentuk Payudara Dengan Posisi Berbaring
(Gambar 7).
Gambar 7. SADARI dengan Posisi Berbaring
a. Dimulai dari payudara kanan
b. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua
lutut dengan meletakkan bantal atau handuk mandi yang
telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan
bagian yang akan diperiksa.
c. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala.
d. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.
e. Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang
3) Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan Pemutaran (Gambar 8).
Gambar 8. SADARI dengan Vertical Strip
a. Memeriksa seluruh bagian payudara secara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke batas bawah payudara,
dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah
bagian ketiak.
b. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak.
Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan.
c. Gerakkan tangan dengan perlahan-lahan ke batas bawah
payudara dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap
tempat. Di bagian batas bawah payudara, bergerak kurang
lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan menekan payudara.
d. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan
32
[image:45.595.258.368.119.221.2]4) Memeriksa payudara dengan secara Pemutaran (Gambar 9).
Gambar 9. SADARI secara Pemutaran
a. Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar.
b. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan
benjolan yang luar biasa.
c. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke
puting payudara.
d. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan
sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian
bawah areola mammae.
5) Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara (Gambar 10).
[image:45.595.255.364.585.705.2]Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk
melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
[image:46.595.264.352.227.331.2]6) Memeriksa Ketiak (Gambar 11).
Gambar 11. SADARI dengan Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan
teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.
7. Wanita Usia Subur (WUS) a. Definisi Wanita Usia Subur
Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15-50 tahun
yang berada dalam masa reproduksi dan mulai ditandai dengan
timbulnya haid yang pertama kali (menarche) dan diakhiri dengan masa menopause. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan untuk
34
b. Kejadian dalam Masa Subur
Pada masa subur gejala yang mungkin terjadi adalah gejala
menstruasi merupakan peristiwa penting pada masa subur yang
menjadi pertanda biologis dari kematangan seksual dari kematangan
seksual dimana benar-benar siap secara biologis menjalani fungsi
kewanitaan (BKKBN, 2003).
8. Posyandu
a. Definisi Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam
kehidupan dan budaya masyarakat. Posyandu berfungsi sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat serta
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Kemenkes RI, 2012).
b. Sasaran dan Kegiatan Posyandu
Menurut Kemenkes (2012), sasaran posyandu adalah seluruh
masyarakat, terutama:
1. Bayi dan anak Balita
2. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
Sedangkan menurut Kemenkes (2012), untuk kegiatan Posyandu
terdiri atas kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
Secara garis besar, kegiatan posyandu adalah:
1. Kegiatan utama
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
1) Pelayanan untuk ibu hamil
a. Penimbangan berat badan.
b. Pengukuran tinggi badan.
c. Pengukuran tekanan darah.
d. Pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar
lengan atas).
e. Pemberian tablet besi.
f. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
g. Pemeriksaan fundus uteri.
h. Penyuluhan termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi, pentingnya IMD, dan ASI
eksklusif.
i. KB pasca-persalinan
2) Pelayanan untuk ibu nifas dan menyusui
a. Penyuluhan/konseling kesehatan.
b. KB pasca-persalinan.
c. ASI eksklusif.
d. Gizi untuk ibu nifas dan menyusui.
36
f. Perawatan payudara.
g. Pemeriksaan kesehatan umum.
3) Pelayanan untuk bayi dan balita
a. Penimbangan berat badan.
b. Penentuan status pertumbuhan.
c. Penyuluhan dan konseling.
d. Pemeriksaan kesehatan (dilakukan bila ada tenaga
kesehatan).
b. Keluarga berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika
ada tenaga kesehatan Puskesmas, dapat dilakukan pelayanan
suntikan KB dan konseling KB.
c. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan
disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.
d. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu adalah sebagai berikut.
a. Penimbangan berat badan.
c. Penyuluhan dan konseling gizi.
d. Pemberian makanan tambahan (PMT) lokal.
e. Suplementasi kapsul vitamin A dan tablet Fe.
e. Pencegahan dan penanggulangan diare
2. Kegiatan pengembangan
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5
kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti
cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang
mendukung. Kegiatan pengembangan ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
engintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) yang artinya adalah suatu upaya mensinergikan
berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan
kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,
peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga, dan
38
B. Kerangka Penelitian
[image:51.595.147.523.149.535.2]1. Kerangka teori
Gambar 12. Teori Lawrance Green-Faktor yang Membentuk Perilaku (Notoatmodjo, 2007).
2. Kerangka konsep
Penulis hanya memasukan pengetahuan dan sikap sebagai variabel yang
diukur, selain karena terbatasnya waktu dan kesukaran dalam
pengukuran variabel lain, namun juga karena faktor predisposisi, FAKTOR
PENDUKUNG:
Lingkungan
Fisik
Fasilitas
FAKTOR PREDISPOSISI:
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai
FAKTOR PENDORONG:
Sikap dan
Perilaku Kelompok
Referensi dari
Perilaku Masyarakat
terutama pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang paling
mendasar yang mempengaruhi perilaku.
[image:52.595.148.514.207.279.2]Variabel Independen Variabel dependen
Gambar 13. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita Usia Subur
B. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar
Lampung tahun 2013.
2. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di Posyandu Kelurahan
Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun
2013.
PENGETAHUAN
SIKAP
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan
desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan data sekaligus pada suatu saat (Dahlan, 2010).
B. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di tiga Posyandu yang berada di Kelurahan Kampung
Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung, mulai bulan
November Desember 2013. Mulai dari survei awal, pengumpulan data sampai
penulisan laporan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi target penelitian ini adalah wanita subur berusia 20 50 tahun yang
ada di tiga Posyandu di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu
Tabel 2. Jumlah Populasi di Setiap Posyandu di Kelurahan Kampung Baru
Menurut Notoadmodjo (2005), untuk perhitungan jumlah sampel minimal
pada penelitian dapat menggunakan rumus:
Keterangan :
= jumlah sampel
N = jumlah populasi
= derajat kepercayaan 0,05
Dengan memasukan derajat kepercayaan 0,05 ke dalam rumus, maka akan
diperoleh jumlah sampel yang akan digunakan sebagai berikut:
No. Tempat Jumlah Populasi
1. Posyandu Abadi 50 orang
2. Posyandu Suci 35 orang
3. Posyandu Mulya 50 orang
42
Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel keseluruhan sebesar
101 responden. Kemudian sampel diambil dari seluruh populasi yang ada
ditiga Posyandu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota
Bandar Lampung dengan teknik pengambilan purposive sampling, yaitu dimana responden dipilih dan diambil secara acak yang memenuhi kriteria
sejumlah sampel yang diinginkan.
Kriteria inklusi
1. Wanita usia subur yang berusia 20 50 tahun
2. Bertempat tinggal di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu
Kota Bandar Lampung.
Kriteria eksklusi
1. Tidak bersedia menjadi responden.
D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi variabel a. Variabel independen
1) Pengetahuan wanita usia subur mengenai pemeriksaaan payudara
sendiri (SADARI).
2) Sikap wanita usia subur mengenai pemeriksaaan payudara sendiri
b. Variabel dependen
Tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
2. Definisi operasional variabel
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan Hasil tahu yang terjadi
setelah seseorang melakukan mengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan responden mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Wawancara Kuesioner Total skor: 35.
Benar 35 = Skor 100 Baik: Jika jawaban benar >80% (total skor ≥ 28)
Kurang: jika jawaban yang benar < 80% (total skor ≤27) (Putri, 2011).
Ordinal
Sikap Reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap responden mengenai pemeriksaan payudara sendiri.
Wawancara Kuesioner Total skor: 20.
Benar 20 = Skor 100 Baik: jika jawaban yang benar > 80%
(total skor ≥16)
Kurang: jika jawaban yang benar <
80% (total skor ≤ 15) (Putri, 2011).
Ordinal
Tindakan Hal-hal yang telah
dilakukan responden berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapat. Tindakan atau praktik responden mengenai pemeriksaan payudara sendiri.
Wawancara Kuesioner Total skor: 36.
Benar 36 = Skor 100 Baik: jika jawaban yang benar > 80% (total skor ≥29)
Kurang: jika jawaban yang benar < 60%(total skor ≤28)
(Putri, 2011).
[image:56.595.53.566.226.711.2]44
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin dan
metode pengisian kuesioner oleh responden. Kuesioner yang dipakai
adalah kuesioner yang telah teruji validitas dan realibitasnya oleh
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Putri (2011),
kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan mengenai pengetahuan, 5
pertanyaan mengenai sikap dan 9 pertanyaan mengenai tindakan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan dimodifikasi menjadi 20
pertanyaan mengenai pengetahuan, 10 pertanyaan mengenai sikap dan
9 pertanyaan mengenai tindakan SADARI.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan selain dari sumber data,
data tersebut berupa data dari Posyandu yang berhubungan dengan
jumlah dan nama wanita usia subur di ketiga posyandu terkait.
2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan
3. Cara Pengambilan Data
Pada penelitian ini cara pengambilan data yaitu dengan cara wawancara
terpimpin dan menanyakan pertanyaan kuesioner kepada responden.
[image:58.595.121.523.243.710.2]F. Alur Penelitian
Gambar 14. Alur Penelitian Informed concent
Pengisian kuesioner tindakan SADARI
Analisis data
Laporan hasil penelitian Pelaksanaan Penelitian
Minggu ke-2. Jumat, 15 November 2013
Minggu ke-3.Selasa, 19 November 2013
Minggu ke-4.Sabtu, 23 November 2013
Wanita Usia Subur
berusia 20 50 tahun di
Posyandu Abadi
Wanita Usia Subur
berusia 20 50 tahun di
Posyandu Suci
Wanita Usia Subur
berusia 20 50 tahun di
Posyandu Mulya
Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi
46
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke
dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan progam
komputer. Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah melakukan
proses editing yaitu memeriksa data hasil pengisian kuesioner oleh responden. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah proses coding yaitu pemberian kode kepada setiap jawaban dari responden dan tahap berikutnya adalah meng-entry data keperangkat lunak computer serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisa
lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah
data.
[image:59.595.148.550.555.597.2]Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data :
Gambar 15. Proses Pengolahan Data
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.
Data Editing
Data
Coding Data
Entry Data ke Komputer
a. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari
variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam
kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan
antara satu variabel independen dan satu variabel dependen.
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen akan
dinyatakan dalam prevalens ratio (PR) yang merupakan nilai untuk terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya variabel independen, dalam menilai PR perlu memperhatikan interval kepercayaan atau
confidence interval (CI), estimasi interval kepercayaan ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95% (Sastroasmoro, 2010).
Interpretasi prevalens ratio adalah sebagai berikut: PR = 1; artinya faktor tersebut bukan faktor resiko
PR < 1; artinya sebagai faktor proteksi atau perlindungan
PR >1; artinya sebagai faktor resiko
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
Chi-48
square tidak terpenuhi maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji multak Fisher.
H. Penyajian Data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
I. Etika Penelitian
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan yang peneliti dapatkan dari penelitian ini yaitu:
1. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap
tindakan SADARI jumlahnya sebanyak 10 orang (7,40%) dan tingkat
pengetahuan yang kurang sebanyak 125 orang (92,60%).
2. Responden yang memiliki sikap yang baik terhadap tindakan
SADARI jumlahnya 82 orang (60,70%) dan sikap yang kurang
sebanyak 53 orang (39,30%).
3. Responden yang memiliki tindakan SADARI yang baik jumlahnya 3
orang (3%) dan tindakan SADARI yang kurang sebanyak 131 orang
(97%).
4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap tindakan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita usia subur di
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar
Lampung Tahun (p=0,028).
5. Tidak ada hubungan antara sikap terhadap tindakan pemeriksaan
66
Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung
Tahun (p=0,487).
B. Saran
Adapun saran untuk penelitian ini yaitu:
1. Disarankan kepada kader posyandu maupun petugas puskesmas untuk
memberikan informasi berupa penyuluhan mengenai pentingnya
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
lain yang mempengaruhi tindakan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada wanita usia subur.
3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya terlebih dahulu dilakukan uji
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2011. Global Cancer Statistics. CA: A Cancer Journal for Clinicians Volume 61 Number 2 March/April 2011
American Cancer Society. 2013. Breast Cancer Facts & Figures 2013-2014. Atlanta: American Cancer Society
Ayu, DGA. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Tindakan Pemberian Oralit pada Balita Diare di Puskesmas Simpur Bandar lampung Periode 2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
BKKBN. 2003. Pasangan Usia Subur dan Masa Reproduktif Wanita. Jakarta
Dalimartha, S. 2004. Kanker Payudara Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker.Penebar Swadaya. Jakarta.
Dahlan, M. S. 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Seri Evidence Based Medicine Seri 3 Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
Davey, P. 2006. At a Glance Medicine. Erlangga. Jakarta
De Jong, W,. R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.
68
Depkes RI, 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta. Di akses dari:
http://www.depkes.go.id/index.php?option=new&task=viewarticle&sid=30 81.
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jendreal PP & PL. Jakarta
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Dinkes Provinsi Lampung. 2013. Buku Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013. Provinsi Lampung
Dinkes Kota Bandar Lampung. 2013. Laporan Bulanan Data Kesakitan ICDX Bulan Februari 2013. Bandar Lampung
Hawari, D. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikorelogi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Handayani, DS. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku para wanita Dewasa Awal dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. Universitas Diponegoro. Jurnal Kedokteran.Vol 2, No.1 Semarang.
Kemenkes RI. 2012. Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Posyandu. Jakarta
Mardiana, L. 2007. Kanker Pada Wanita. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mardiana, L, 2004. Kanker Pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan Dengan Tanaman Obat.Kawan Pustaka. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.
Price, S. A., Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Putri, A. E. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang Sadari Terhadap Perilaku Sadari di KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang Bulan Februari 2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Rasjidi, I. 2010a. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Rasjidi, I. 2010b. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Sagung Seto. Jakarta.
Ribkah, S. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun 2013. Universitas Sam Ratu Langi. Jurnal Kedokteran.Vol 2, No.2. Manado
Sari, SCL. 2012. Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di Dusun Dimoro Desa Bedoro Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen Tahun 2012. Karya Tulis I1`zlmiah. Surakarta
Sastroasmoro, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta
Snell, R. S. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi VI. EGC. Jakarta.
Supit, N. I. S. H. 2005. Deteksi dini keganasan payudara. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
70