DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Gunnashria Ramakrishnan Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 08 Juni 1993 Agama : Hindu
Alamat : Jalan Kamboja, No 7&9 Setia Budi, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Kebangsaan Convent Bukit Mertajam (2000-2005) 2. Maktab Rendah Sains Mara Pendang (2006)
3. Maktab Rendah Sains Mara Transkrian (2007-2010) 4. Tmc College (2010)
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Di Indonesia (PKPMI), Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Anggota Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM), Universitas Sumatera Utara, Medan.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN TENTANG PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS BAYI 0-6 BULAN YANG BERKUNJUNG KE R.S.U MITRA SEJATI
MEDAN.
Saya selaku penulis dan peneliti bertanda tangan di bawah ini : Nama : Gunnashria Ramakrishnan
NIM : 110100462
Pendidikan: Mahasiswi Semester 7 Angkatan tahun 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Memohon kesediaan ibu untuk menjadi responden penelitian saya yang berjudul “Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi 0 – 6 bulan yang berkunjung ke R.S.U Mitra Sejati Medan”, dengan bersedia meluangkan waktu sejenak mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan, sesuai dengan apa yang anda alami atau rasakan. Penelitian yang saya lakukan, dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas akhir kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan untuk kemajuan penelitian di bidang Kedokteran.
Atas kesediaan dan waktunya, saya selaku penulis dan peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, 07 Januari 2015
B. Informed consent
PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………
Umur : ………..
Fakultas : ………..
Dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Medan, 2014
Yang menyetujui ,
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN TENTANG PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0 – 6 BULAN.
I. Karakteristik Responden Nama :
Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Umur Bayi: Berat badan Bayi: Kelamin:
No. Kode Responden :
II. Pemberian ASI yang benar Petunjuk Pengisian:
- Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan di bawah ini
- Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar
1. Manfaat menyusui adalah sebagai berikut, kecuali….. a. Bayi akan merasa nyaman
b. Mempererat hubungan antara ibu dan bayi
c. Memperlambat kembalinya alat kandungan ibu seperti keadaan semula
2. Posisi yang tepat untuk menyusui bayi kembar adalah…… a. Posisi telungkup
3. Posisi menyusui yang terbaik setelah melahirkan adalah ……. a. Posisi duduk
b. Posisi tidur terlentang c. Posisi miring
4. Posisi yang benar jika memilih posisi menyusui dengan duduk adalah.. a. Punggung bersandar
b. Kaki ditekuk c. Kaki menggantung
5. Waktu pemberian ASI setelah melahirkan adalah…… a. Segera setelah lahir
b. 1 jam setelah melahirkan c. 2 jam setelah melahirkan
6. Frekuensi menyusui bayi yang benar adalah…. a. Setiap 4 jam sekali
b. Setiap 6 jam sekali c. Tidak perlu di jadwal
7. Berapa lama ASI dalam lambung bayi akan kosong a. 2 jam
b. 3 jam c. 4 jam
8. Manfaat menyusui ASI sesering mungkin adalah…….. a. Memperlancar produksi ASI
b. Puting susu menjadi lecet
9. Cara menyusui bayi yang benar, kecuali….
a. Harus menyusui bergantian diantara kedua payudara b. Tiap payudara harus disusukan hingga habis
c. Jika dianggap masih ada ASI sedikit, maka dibiarkan saja
10. Jika ASI disimpan pada lemari pendingin dapat bertahan hingga…. a. 1 minggu
b. 1 bulan c. 3 bulan
11. Jika ASI disimpan dalam freezer akan bertahan hingga …… a. 2 bulan
b. 4 bulan c. 6 bulan
12. Sebelum memberikan ASI dari lemari pendingin, maka a. ASI harus direndam kedalam air hangat
b. ASI dibiarkan dulu hingga mencair c. ASI direbus hingga mendidih
13. Langkah – langkah yang harus dilakukan ibu sebelum menyusui kecuali……. a. Mempersiapkan perlengkapan menyusui
b. Mencari posisi yang nyaman untuk menyusui
c. Langsung menyusui bayi tanpa membersihkan kalang payudara
14. Posisi bayi pada saat menyusu adalah, kecuali……. a. Perut bayi tidak menempel dengan perut bayi
15. Tujuan dari menyendawakan bayi setelah disusui adalah…… a. Mengeluarkan udara dalam lambung agar bayi tidak muntah b. Mempercepat pengosongan ASI dalam lambung
c. Agar bayi merasa lebih kenyang
16. Langkah – langkah menyendawakan bayi yang benar, kecuali
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk- tepuk perlahan
b. Bayi telungkup di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk – tepuk perlahan
c. Tidak ada jawaban yang benar
17. Ciri- ciri ibu menyusui bayinya dengan benar adalah… a. Bayi tampak tenang
b. Putting tidak nyeri
c. Semua jawaban diatas benar
18. Cara menilai teknik menyusui yang benar adalah….. a. Badan bayi menempel pada perut ibu
b. Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi c. Semua jawaban diatas benar
19. Ciri – ciri bayi mendapatkan ASI yang cukup antara lain, kecuali a. Bayi akan tertidur pulas
b. Bayi tampak tenang c. Bayi rewel
20. Manfaat pemberian ASI antara lain……… a. Mempererat hubungan antara ibu dan anak b. Ekonomis dan higienis
Data SPSS
Umur Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 16-18 5 5.2 5.2 5.2
19-21 7 7.2 7.2 12.4
22-24 12 12.4 12.4 24.7
25-27 18 18.6 18.6 43.3
28-30 25 25.8 25.8 69.1
31-33 17 17.5 17.5 86.6
34-36 9 9.3 9.3 95.9
37-39 4 4.1 4.1 100.0
Total 97 100.0 100.0
Perkerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 78 80.4 80.4 80.4
Swasta 14 14.4 14.4 94.8
Wiraswata 5 5.2 5.2 100.0
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD atau sedarajat 18 18.6 18.6 18.6
SMP atau sedarajat 31 32.0 32.0 50.5
SMA atau sedarajat 48 49.5 49.5 100.0
Total 97 100.0 100.0
Umur Bayi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0-1 bulan 15 15.5 15.5 15.5
2 bulan 10 10.3 10.3 25.8
3 bulan 23 23.7 23.7 49.5
4 bulan 12 12.4 12.4 61.9
5 bulan 28 28.9 28.9 90.7
6 bulan 9 9.3 9.3 100.0
Total 97 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 39 40.2 40.2 40.2
Perempuan 58 59.8 59.8 100.0
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Count Count
Umur Bayi 0-1 bulan 6 9
2 bulan 7 3
3 bulan 8 15
4 bulan 5 7
5 bulan 11 17
6 bulan 2 7
Status Gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Gizi Lebih > 3SD 11 11.3 11.3 11.3
Gizi Baik (-2 SD) - 2 SD 59 60.8 60.8 72.2
Gizi Kurang (-3 SD) - < (-2 SD) 18 18.6 18.6 90.7
Gizi Buruk <(-3 SD) 9 9.3 9.3 100.0
Total 97 100.0 100.0
Pengetahuan Pemberian ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 76-100 62 63.9 63.9 63.9
Cukup 56-75 22 22.7 22.7 86.6
kurang < 55 13 13.4 13.4 100.0
Pengetahuan Pemberian ASI * Status Gizi Bayi Crosstabulation
Count
Status Gizi Bayi
Tota
l Gizi Lebih >
3SD
Gizi Baik (-2 SD)
- 2 SD
Gizi Kurang (-3
SD) - < (-2 SD)
Gizi Buruk
<(-3 SD)
Pengetahuan
Pemberian ASI
Baik 76-100 8 45 7 2 62
Cukup 56-75 3 11 5 3 22
kurang < 55 0 3 6 4 13
Total 11 59 18 9 97
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 23.263a 6 .001
Likelihood Ratio 22.629 6 .001
Linear-by-Linear Association 18.217 1 .000
N of Valid Cases 97
DAFTAR PUSTAKA
Afrose. L., Banu. B., Ahmed. K. R., and Khanom. K., 2012, Factors associated
with knowledge about breastfeeding among female garment workers,
Bangladesh Institute of Health Science (BIHS), Dhaka, 1(3); 249-255 Andhani. A., 2004, Hubungan Perilaku Menyusui pada Ibu Balita dengan Status
Gizi Balita Usia 6 – 24 bulan, Semarang; Program Studi Ilmu Gizi,
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Angsuko. D. V., 2009, Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui
dengan Perilaku Menyusui Bayi Usia 0 – 6 bulan, Surakarta; Program
Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Astuti. L. K., 2009, Studi Dekskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang
ASI Eksklusif, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta; 1978-0575
Budihartani. R., 2003, Tingkat Pengetahuan Ibu, Praktek Menyusui dan Kenaikan
Berat Badan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif, Semarang; Program
Pendidikan Dokter Spesialis – I Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Clark. S. G. J., and Bungum. T. J., 2003, The Benefits of Breastfeeding, Californian Journal of Health Promotion, University of Nevada, Las Vegas, 1(3); 158-163
Fisher. C., 1996, Feeding. In: Margaret F. Myles, 1996, Myles Textbook for
Midwives, London; Churchill Livingstone
Fitri, D., I., Chundrayetti. E., Semiarty. R., 2014, Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 bulan, Andalas; Artikel Penelitian
Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2)
Gaull. G.E., Jensen. R. G., Rassin. D. K., Malloy. M. H., 1982, Human Milk as
Food . In: Milunsky, A., Friedman, E.A., and Gluck, L., 1982, Advance in Perinatal Medicine, Vol 2, New York; Plenum Publishing Corporation
Kalies. H., Heinrich. J., Borte. M., Schaaf. B., Bolte. G., 2005, The Effect of
Breastfeeding on Weight Gain in Infants, European Journal of Medical
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 , Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak, Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kuzma. J., 2013, Knowledge, Atitude and Practice Related to Infant Feeding
Among Women in Rural, Kuzma International Breastfeeding Journal,
Papua New Guinea; 8:16
Riset Kesehatan Dasar, 2013, Pola Pemberian ASI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Saied. H., Mohamed. A., Suliman. A., and Anazi. W. A., 2013, Breastfeeding
Knowledge, Atitude and Barriers among Saudi Women, Journal of Natural
Science Research, Riyadh, 3(12); 2225-0921
Sangadji. M. R., 2013, Survei Tingkat Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada
Ibu Hamil, Medan; Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik
Departmen Obstetri dan Ginekologi Universitas Sumatera Utara
Sasatroasmoro. S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta; Binarupa Aksara
Soetjiningsih, Suyitno. H., Wiradisuria. S., Narendra. M. B., Sularyo. T.S., Ranuh. IG. N. Gde., 2010, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta; CV. Sagung Seto
Sulistyawati. A., 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, Yogyakarta; Penerbit Andi
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk melihat hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan.
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1. : Kerangka konsep penelitian.
3.2 Definisi operasional
1. Pengetahuan pemberian ASI adalah proses menyusui cairan dari ibunya sesudah anaknya lahir yang dilakukan dengan posisi menyusui, frekuensi dan lama menyusui, cara dan teknik menyusui serta pengamatan teknik menyusui yang benar oleh ibu diukur mengunakan kuesioner dengan skala ordinal; yaitu meliputi pengetahuan yang baik (76 – 100%), cukup (56 – 75%) dan kurang (<55%).
2. Status gizi bayi adalah pertumbuhan berat badan bayi yang bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat yang dievaluasi dengan kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan ambang batas (Z-Score) berat badan menurut umur (BB/U); yaitu gizi buruk <(-3 SD), gizi kurang (-3 SD) – < (-2 SD), gizi baik (-2 SD) - 2 SD dan gizi lebih > 3 SD.
Status gizi bayi umur 0 – 6 bulan
3.3 Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan ambang batas status gizi berat badan menurut umur (BB/U).
3.4 Cara Ukur
Pengkategorian kuesioner berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden dengan menjawab 20 pertanyaan yang disediakan. Jawaban yang benar diberi nilai 1, jawaban yang salah diberi nilai 0 kemudian hasil digunakan rumus P = f / N x 100%. (Sudigdo,2008)
Berat badan anak diperoleh dari wawancara dan dievaluasi berdasarkan ambang batas status gizi berat badan menurut umur (BB/U).
3.5 Skala Ukur
Skala pengukuran yang digunakan pada kuesioner dan ambang batas status gizi berat badan menurut umur (BB/U) adalah ordinal.
3.6 Hasil Ukur
Dari skor yang diperoleh maka variable pengetahuan pemberian ASI dikategorikan sebagai berikut :
• Pengetahuan yang baik (76 – 100%) • Pengetahuan yang cukup (56 – 75%) • Pengetahuan yang kurang (< 55%)
Dari berat badan yang diperoleh maka dikategorikan sebagai berikut menurut kategori dan ambang batas (Z-Score) status gizi berat badan menurut umur :
• Gizi buruk <(-3 SD),
• Gizi kurang (-3 SD) – < (-2 SD), • Gizi baik (-2 SD) - 2 SD
3.7 Hipotesa
Ho : Tidak terdapat hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan.
BAB 4 METODOLOGI
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengematannya
dilakukan pada satu saat atau sekali waktu.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Anak dan Ruang Neonatus RSU Mitra Sejati Medan. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan dilakukan periode bulan September 2014 hingga November 2014, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi lahir sampai 6 bulan yang datang ke Poli Anak dan Ruang Neonatus RSU Mitra Sejati Medan periode bulan September 2014 hingga November 2014.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan mengunakan metode simple random sampling.
4.3.2.1. Kriteria inklusi:
- Ibu menyusui yang mempunyai bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. - Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini.
4.3.2.2. Kriteria eksklusi:
4.4. Besar Sampel
Rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian ini mengunakan data proposi formula seperti berikut.
(Sudigdo,2008)
dimana :
n = Besar sampel
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan 10 % (0,10)
Z = standar deviasi normal pada α = 0.05 (1,96)
p = Proporsi keadaan yang dicari, bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka pada subyek yang dipilih secara simple random sampling dipergunakan nilai p = 0,50
q = 1,0 – p
96.04 = 97
Dari penghitungan menggunakan rumus diatas, dalam penelitian ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 97 orang.
4.5. Metode Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 20 pertanyaan dengan metode pertanyaan tertutup untuk melihat pemberian ASI dengan cara yang benar oleh ibu. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolehi informasi dari responden dalam arti laporan tentang peribadi atau hal-hal yang diketahui.
Penelitian ini menggunakan kuesioner oleh Dhames Vidya Angsuko dalam Karya Tulis Ilmiah Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui dengan Perilaku Menyusui Bayi usia 0 – 6 bulan di Bidan Yuda, Klaten tahun 2009. Dari 20 butir soal didapatkan r hitung > r tabel (0,688 > 0,396) dengan 20 butir soal tersebut valid. Pada kuesioner penelitian ini, hasil uji reliabilitas didapatkan alpha hitung > alpha minimal (0,978 > 0,7) yang artinya 20 butir soal tersebut dinyatakan reliabel.
4.6. Pengelolahan dan Analisis Data 4.6.1 Pengelolaan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah mengunakan program SPSS. Tahap pengelolahan adalah seperti berikut.
1) Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti
kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antara jawaban pada kuesioner.
2) Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan
data.
3) Entry, yaitu memasukan data untuk diolah menggunakan komputer.
4) Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variable yang akan diteliti agar
mudah dijumpai, disusun dan didata untuk disaji dan dianalisis.
4.6.2 Analisa Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan merupakan rumah sakit tipe C yang sudah berdiri sejak 10 Oktober 2001. Rumah sakit yang berada dibawah naungan Yayasan Mitra Sejati ini awalnya hanya merupakan tempat praktek bersama dokter umum, dokter spesialis dan dokter sub spesialis serta didukung oleh dokter jaga 24 jam dan apotek.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan, kemudian tercetuslah rencana untuk mengembangkan praktek bersama dokter spesialis, ini menjadi sebuah rumah sakit umum dengan tujuan utama melayani masyarakat dalam hal kesehatan. Sehingga kemudian berdirilah rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan yang berlokasi di Jalan Jendral Besar A.H. Nasution No. 7 Medan dengan ketua yayasan dr. Parambir Singh.
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian ini diambil dari bagian Poli Anak yang terletak di lantai 1 dan dari Ruang Neonatus yang terletak di lantai 2 Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan.
5.1.2.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi umur responden
Umur Frekuensi (N) Persentase (%)
16 - 18 tahun 5 5.2
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, didapati bahwa jumlah responden yang berumur 16-18 tahun adalah sebanyak 5 orang (5.2%), pada rentan usia 19 – 21 tahun adalah sebanyak 7 orang (7.2%), pada rentan umur 22 – 24 tahun sebanyak 12 orang (12.4%), pada rentan umur 25 – 27 tahun adalah sebanyak 18 orang (18.6%), pada rentan umur 28-30 tahun adalah sebanyak 25 orang (25.8%), pada rentan umur 31 – 33 tahun adalah sebanyak 17 orang (17.5%), pada rentan umur 34 – 36 tahun adalah sebanyak 9 orang (9.3%) dan pada rentan umur 37 – 39 tahun adalah sebanyak 4 orang (4.1%).
5.1.2.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pekerjaan responden
Pekerjaan Frekuensi (N) Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 78 80.4
Pegawai Swasta 14 14.4
Wiraswata 5 5.2
Jumlah 97 100.0
5.1.2.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pendidikan responden
Pendidikan Frekuensi (N) Persentase (%)
SD 18 18.6
SMP 31 32.0
SMA 48 49.5
Jumlah 97 100.0
Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa sebanyak 18 responden (18.6%) berpendidikan SD, sebanyak 31 responden (32.0%) berpendidikan SMP dan sebanyak 48 responden (49.5%) berpendidkan SMA.
5.1.2.4 Distribusi Karakteristik Bayi Berumur 0 – 6 Bulan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi umur bayi dengan jenis kelamin
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa bayi yang berumur 0-1 bulan, sebanyak 6 bayi (6.2%) adalah bayi laki-laki dan 9 bayi (9.3%) adalah bayi perempuan dari jumlah 15 bayi (15.5%). Bayi yang berumur 2 bulan, sebanyak 7 bayi (7.2 %) daripadanya adalah bayi laki –laki dan 3 bayi (3.1%) adalah bayi perempuan dari jumlah 10 bayi (10.3%). Bayi yang berumur 3 bulan, sebanyak 8 bayi (8.2%) daripadanya adalah bayi laki-laki dan 15 bayi (15.5%) daripadanya Umur
Bayi
Laki-Laki Perempuan Total
adalah bayi perempuan dari jumlah 23 bayi (23.7%). Bayi yang berumur 4 bulan, sebanyak 5 bayi (5.2%) daripadanya adalah bayi laki-laki dan 7 bayi (7.2%) daripadanya adalah bayi perempuan dari jumlah 12 bayi (12.4%). Bayi yang berumur 5 bulan, sebanyak 11 bayi (11.3%) daripadanya adalah bayi laki-laki dan 17 bayi (17.5%) daripadanya adalah bayi perempuan dari jumlah 28 bayi (28.8%). Bagi bayi yang berumur 6 bulan, sebanyak 2 bayi (2.1%) daripadanya adalah bayi laki-laki dan 7 bayi (7.2%) daripadanya adalah bayi perempuan dari jumlah 9 bayi (9.3%).
5.1.2.5 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Pemberian ASI pada Bayi umur 0 - 6 Bulan.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pengetahuan pemberian ASI Pengetahuan Pemberian ASI Frekuensi (N) Persentase (%)
Baik 76-100 62 63.9
Cukup 56-75 22 22.7
kurang < 55 13 13.4
Jumlah 97 100.0
Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa dari sejumlah 97 orang responden (100.0%) sebanyak 62 orang (63.9%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik. 22 orang responden (22.7%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang cukup dan 13 orang responden (13.4%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang kurang.
5.1.2.6 Distribusi Status Gizi Bayi umur 0 – 6 Bulan. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi status gizi bayi
Status Gizi Frekuensi (N) Persentase (%)
Gizi Lebih > 3SD 11 11.3
Gizi Baik (-2 SD) - 2 SD 59 60.8
Gizi Kurang (-3 SD) - < (-2 SD) 18 18.6
Gizi Buruk <(-3 SD) 9 9.3
Berdasarkan tabel 5.6, didapati bahwa sebanyak jumlah bayi dengan gizi lebih > 3SD adalah 11 bayi (11.3%). Bayi dengan gizi baik (-2 SD) - 2 SD adalah sebanyak 59 bayi (60.8%) dan bayi dengan gizi kurang (-3 SD) - < (-2 SD) adalah sebanyak 18 bayi (18.6%). Bayi dengan gizi kurang <(-3 SD) adalah sejumlah 9 bayi (9.3%).
5.1.2.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Pemberian ASI dengan Status Gizi Bayi umur 0 – 6 Bulan.
Tabel 5.7 Distribusi tabulasi silang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat dilihat dari sejumlah 62 responden (63.9%) yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik terdapat sebanyak 8 bayi (8.2%) mengalami gizi lebih, sebanyak 45 bayi (46.4%) mengalami gizi baik, 7 bayi (7.2%) mengalami gizi kurang dan 2 bayi (2.1%) mengalami gizi buruk. Dari 22 responden (22.7%) yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang cukup terdapat sebanyak 3 bayi (3.1%) mengalami gizi lebih, sebanyak 11 bayi (11.3 %) mengalami gizi baik, 5 bayi (5.2%) mengalami gizi kurang dan 3 bayi (3.1%) mengalami gizi buruk. Dari sejumlah 13 responden (13.4%) yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang kurang terdapat sebanyak 3 bayi (3.1%) mengalami gizi baik, 6 bayi (6.2%) mengalami gizi kurang dan 4 bayi (4.1%) mengalami gizi buruk.
Dari tabel 5.7 diatas, menurut analisa statistik chi square, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan dengan nilai p = 0.001 yaitu (p < 0.05).
5.2 Perbahasan
5.2.1 Pengetahuan pemberian ASI pada bayi umur 0 – 6 bulan
Hasil penelitian ini mengenai pengetahuan pemberian ASI oleh responden pada bayi umur 0 – 6 bulan pada tabel 5.5 menunjukan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik adalah sebanyak 62 orang (63.9%), responden yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang cukup adalah 22 orang (22.7%) dan yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang kurang adalah 13 orang (13.4%). Dari hasil penelitian menunjukan kebanyakkan responden mengerti posisi menyusui, frekuensi dan lama menyusui, cara dan teknik menyusui serta pengamatan teknik menyusui yang benar.
Menurut penelitian Dhames (2009), sebagian besar ibu – ibu yang berpendidikan dan yang bekerja mempunyai perilaku menyusui yang baik, sedangkan ibu – ibu yang tidak bekerja mempunyai perilaku menyusui yang baik dan cukup karena hal ini dipengaruhi oleh pengalaman yaitu ibu yang mempunyai anak lebih dari satu.
5.2.2 Status gizi bayi umur 0 – 6 bulan
5.2.3 Hubungan pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan
Hasil analisa data hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi telah dilakukan dengan teknik uji chi square. Ketentuan untuk menerima atau menolak hipotesa jika (p < 0.05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika (p > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Hasil analisa menunjukan nilai p sebesar 0.001.Nilai p lebih kecil dibanding derajat kemaknaan
α = 0.05, maka Ho ditolak, sedangkan Ha diterima, yaitu terdapat hubungan
tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi 0 – 6 bulan.
Dari tabel 5.7, dari sejumlah 62 responden (63.9%) yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik terdapat sebanyak 8 bayi (8.2%) mengalami gizi lebih, sebanyak 45 bayi (46.4%) mengalami gizi baik, 7 bayi (7.2%) mengalami gizi kurang dan 2 bayi (2.1%) mengalami gizi buruk. Dari sejumlah 13 responden (13.4%) yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang kurang terdapat sebanyak 3 bayi (3.1%) mengalami gizi baik, 6 bayi (6.2%) mengalami gizi kurang dan 4 bayi (4.1%) mengalami gizi buruk. Hasil penelitian ini bertepatan dengan penelitian Ari (2004) yang menyatakan ada hubungan praktek pemberian ASI dengan status gizi anak dengan nilai p = 0.004.
Menurut penelitian Dian (2014), hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 5.474, artinya bayi yang mendapat ASI eksklusif berpeluang mendapat perkembangan sesuai umur 5.474 kali lebih besar jika dibanding dengan bayi yang mendapat ASI non eksklusif. Namun, hasil penelitian ini tidak sebanding dengan analisa diperoleh Dian (2014) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan pemberian ASI dengan perkembangan bayi.
mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik terdapat sebanyak 45 bayi (46.4%) mengalami gizi baik.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
.
1. Terdapat sejumlah 97 orang responden (100.0%), sebanyak 62 orang (63.9%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik, 22 orang responden (22.7%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang cukup dan 13 orang responden (13.4%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang kurang. 2. Terdapat sebanyak jumlah bayi dengan gizi lebih > 3SD adalah 11 bayi
(11.3%). Bayi dengan gizi baik (-2 SD) - 2 SD adalah sebanyak 59 bayi (60.8%) dan bayi dengan gizi kurang (-3 SD) - < (-2 SD) adalah sebanyak 18 bayi (18.6%). Bayi dengan gizi buruk <(-3 SD) adalah sejumlah 9 bayi (9.3%).
3. Dari sejumlah 62 responden (63.9%) yang mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik terdapat sebanyak 8 bayi (8.2%) mengalami gizi lebih, 45 bayi (46.4%) mengalami gizi baik, 7 bayi (7.2%) mengalami gizi kurang dan 2 bayi (2.1%) mengalami gizi buruk.
6.2 Saran
1. Perlu peningkatan perlu peningkatan perilaku menyusui ibu melalui penyuluhan – penyuluhan khususnya tentang ASI agar ibu dapat lebih mengerti tentang manfaat serta cara pemberian yang benar dan dapat memberikan ASI dengan baik untuk mendapat pertumbuhan anak yang baik.
2. Meningkatkan peranan suami, orang tua, serta petugas kesehatan untuk mendorong dan mendukung ibu agar melakukan sesuatu tindakan praktek pemberian ASI dengan baik berdasarkan pengetahuan yang baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara
Gambar 2.1 : Gambaran anatomi payudara
(Sumber :
Bagian-bagian payudara terdiri dari: )
1. Pabrik ASI (alveoli)
a) Berbentuk seperti buah anggur
b) Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika dirangsang oleh hormon prolaktin
2. Saluran ASI (lactiferous duct)
Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang 3. Gudang ASI (lactiferous sinus)
Tempat penyimpanan ASI yang terletak dibawah areola. 4. Otot polos (myoepitel)
2.2. Fisiologi laktasi
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferous di dalam payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI.
Pelepasan ASI dibawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut sebagai “reflex prolaktin” atau milk production reflects.
Hisapan bayi memicu pelapasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus laktiferous. Hisapan merangsang produksi oksitoksin oleh kelenjar hypophysis anterior. Oksitoksin memasuki darah dan memyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus laktiferous. Kontraksi sel-sel ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus laktiferous menuju sinus laktiferous, tempat ASI disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi (Chloe, 1996).
2.3 Air Susu Ibu (ASI) 2.3.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan natural yang pertama untuk bayi. ASI mengandungi semua jumlah energi dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi (Lucen et all, 2012).
Menurut Hala (2013), ASI terdiri dari vitamin, zat antibodi dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk enam bulan pertama dan tidak ada cairan lain atau makanan yang diperlukan.
2.3.2 Pengertian ASI eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Komposisi ASI sampai dengan 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, meskipun tanpa tambahan makanan atau produk minuman pendamping (Ari, 2009).
Pada laporan kesihatan Riskesdas 2013, persentase proses mulai menyusu pada anak umur 0 – 23 bulan menurut provinsi, Indonesia menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah pada bayi umur 6 bulan (30.2%).
2.3.3 Pengertian Kolostrum
Menurut Hala (2013), kolostrum merupakan cairan kental warna kekuning-kuningan yang pertama disekresi setelah bayi lahir dan kolostrum direkomendasikan oleh WHO sebagai makanan yang paling unggul untuk bayi baru lahir.
Kolostrum yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir (Ari, 2009). 2.3.4 Komposisi Gizi ASI
1. Protein
Menurut Ari (2009), protein ASI paling rendah, berkisar 1,3g/ml pada bulan pertama dengan rata-rata 1,15g/100 ml dihitung berdasarkan total nitrogen x 6,25. ASI mengandung whey protein dan casein. Casien adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut dan mudah dicerna oleh usus bayi.
Rasio whey-casein yang tinggi pada ASI membantu pencernaan bayi dengan pembentukan hasil pencernaan yang lebih lembut dan mengurangi waktu pengosongan gaster bayi. Rasio casein : whey pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi dan susu formula adalah 20:80 dan 18:12. Di sini tampak bahwa
Menurut Gerald et al (1991), protein yang terdapat di susu ASI diklasifikasikan ke dua kelompok by Jenness, yang organ dan spesis spesifik (casein, alpha-lactalbumin, beta-lactoalbumin dan lactoferin) ; dan yang spesis spesifik tapi bukan organ spesifik (albumin, immunoglobulin dan transferrin).
Alpha-lactalbumin telah diidentifikasikan sebagai satu komponen enzim yang
akan mensintesa laktosa. 2. Lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserida (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sistem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI. Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenoic acid (DHA) dan
arachnoic acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak
trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia bayi.Yang merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok Omega-3 yang dapat diubah menjadi DHA dan Omega-6 yang dapat diubah menjadi AA.
Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0 g/ 100 ml pada kolostrum menjadi sekitar 4 – 4,5 g/ ml pada 14 hari setelah persalinan. Kadar lemak jenuh adalah 42% dan tidak jenuh adalah 57% (Ari, 2009).
3. Vitamin
Menurut Gerald et al (1991), Pada ASI, Vitamin A terdapat pada pelbagai bentuk, retinol, retinyl esters, dan beta-carotene. Jumlah vitamin A pada ASI matur adalah 40µ g/100 pada golongan ibu Swedish yang ternutrisi baik. Jumlah Vitamin K pada susu ASI yang matur adalah 15µg/ liter. Vitamin D pada susu ASI adalah sejumlah 0,5µ/ liter.
4. Zat Besi
Menurut Ari (2009), meskipun ASI mengadung sedikit zat besi (0.5-1.0 mg/liter), namun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula.
Ada bukti menyatakan bahwa asam folat yang terdapat pada ASI lebih mudah untuk diabsorpsi. Pada 35 bayi yang disusui, plasma dan jumlah folat sel darah merah lebih tinggi berbanding yang diberi susu formula (Gerald et al, 1991).
5. Zat anti Infeksi
ASI mengandungi anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit saluran pernafasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI sering disebut “darah putih” yang mengandung enzim, immunoglobulin, dan leukosit. Leukosit terdiri atas fagosit 90% dan limfosit 10%, yang meskipun sedikit tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap bayi.Immunoglobulin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon terhadap adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibodi). Ada 5 macam Immunoglobulin : IgA, IgM, IgD, dan IgG. Dan kelimanya, secretory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan disimpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi ASI melalui alur limfosit (lymphocyte pathway). Antibodi IgA yang terbentuk dalam payudara ibu (melalui ASI) setelah ibu terdedah pada antigen disaluran pencernaan dan saluran pernafasan disebut BALT. (bronchus associated immunocompetent
lymphoid tissue) dan GALT (gut associated immunocompetent lymphoid tissue).
Bayi baru lahir mempunyai cadangan IgA sedikit dan karena itulah ia sangat memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.
6. Laktoferin
7. Faktor Bifidus
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi (Lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen (seperti Shigela, Salmonela dan E.Coli), yang ditandai dengan pH rendah (5-6), bersifat asam, dari tinja bayi.
8. Lisozim
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali tinggi dari susu sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Coli dan Salmonela, serta lebih unik dibandingkan dengan antibodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar lisozim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur diatas 6 bulan- saat bayi sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Oleh karena itu, kemungkinan terkena infeksi semakin tinggi.
9. Taurin
Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi kebanyakkan berusaha menambah taurin di dalam formulanya (Ari, 2009).
2.3.5 Volume ASI
2.4. Manfaat ASI 2.4.1 Pada bayi
Menurut penelitian Sheila dan Timothy (2003) tentang manfaat pemberian ASI, dinyatakan bahwa bayi yang diberi ASI mendapat kelebihan nutrisi dan perkembangan yang meningkatkan kesihatan seumur hidup. Bayi yang diberi ASI menunjukan daya tahan yang kuat terhadap penyakit infeksi dan sistem imun yang kuat berbanding yang diberi susu formula.
Penelitian berulang kali menunjukan kurangnya penyakit infeksi pada bayi yang mendapat ASI. Penjelasannya menunjukan meningkatnya daya tahan terhadap penyakit dijumpai pada biologi ASI. Apabila ibu yang menyusui terkena agen infeksi, sistem imun yang matur pada ibu akan menproduksi immunoglobulin A [ S-IgA], senyawa yang melawan penyakit primer dalam sistem imun manusia. Substansi ini disekresikan kedalam ASI dan dikonsumsi oleh bayi. Sistem imun pada bayi juga akan memproduksi S-IgA, namun sistem imun anak yang berumur kurang dari 2 tahun belum matur yang kadang kala tidak dapat mencegah penyakit. Konsumsi dari S-IgA dari ibu bukan saja memberikan daya tahan yang aktif terhadap penyakit, ia juga menstimulasi produksi S-IgA yang berlebihan pada bayi yang akan meningkatkan respon imun pada bayi yang diberi ASI berbanding susu formula.
Gastroenteritis, kelompok dari penyakit pencernaan yang mempunyai simptom primer seperti diare terjadi dalam jumlah yang kurang pada bayi yang disusui ASI dan tidak parah bagi yang terjadi. Howie, Forsyth, Ogstan, Clark dan du V Florey (1990) telah melakukan studi menilai penyakit gastrointestinal pada bayi di Dundae, UK. Prevelansi penyakit gasrointestinal antara bayi yang diberi ASI eksklusif (bayi tidak mendapat nutrisi sampingan hingga 13 minggu umur) adalah 2,1 %, manakala 19,5 % yang diberi susu formula menderita diare.
Satu studi akan faktor resiko untuk antibiotik resisten pneumonia menampakan pemberian ASI melindungi bayi dari penyakit infeksi ini. Studi
case-control ini dianalisa tentang angka terjadi antibiotik resisten pneumonia
untuk bayi umur 2 – 59 bulan di Amerika Utara. Pemberian ASI membuktikan menjadi faktor pelindungi bayi dari invasive pnemoccocal diseases antara umur 2- 11 bulan, resikonya berkurang sebanyak 73 %.
Efek pelindung pemberian ASI terhadap infeksi juga sampai saluran kemih merujuk satu studi pada bayi umur sampai 6 bulan. Penelitian ini adalah studi case
control dengan peserta dari Hospital dari Medical School of Naples, di Italy. Studi
menemukan pernah disusui mengurangi resiko bayi tertular Infeksi Saluran Kemih (ISK) sebanyak 62%.
2.4.2 Pada ibu
a. Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama berberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambatkan perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkanya hormon oksitoksin alami yang membantu kontraksi rahim)
b. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/ turun berat badannya dari berat badan yang bertambah masa kehamilan
c. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinan untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menekan hormon FSH dan ovulasi)
d. Pemberian ASI adalah cara terbaik bayi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada buah hatinya (Ari, 2009).
2.5 Cara Menyusui yang benar 2.5.1. Posisi ibu dan bayi yang benar a. Berbaring Miring
b. Duduk
Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan bayi yang paling nyaman.
• The football Hold
Pegang bayi disamping ibu dengan kaki di blakang ibu, dan bayi terselip dibawah lengan ibu, seolah-olah ibu sedang memang bola. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau ibu-ibu dengan payudara besar. Posisi ini memerlukan bantal untuk menompang tubuh bayi.
• The cradle
Posisi ini sangat baik untuk bayi baru lahir. Pastikan punggung ibu benar-benar mandukung untuk posisi ini. Jaga bayi diperut ibu, sampai kulit bayi dan kulit ibu saling bersentuhan. Biarkan tubuh bayi menghadap ke arah ibu, dan letakkan kepala bayi di siku ibu.
• The Cross Cradle Hold
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala, mirip dengan posisi dudukan tetapi ibu memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan putting payudara kecil.
• Saddle Hold
Cara yang menyenangkan untuk menyusui dengan posisi duduk dan akan baik jika sedang flu atau sakit telinga. Caranya bayi duduk tegak dengan kaki mengangkangi ibu sendiri (Ari, 2009).
2.5.2 Tanda–tanda pelekatan yang benar.
• Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas tampak lebih banyak terlihat
• Mulut bayi terbuka lebar
• Bibir atas dan bawah terputar keluar • Dagu bayi menempel pada payudara
• Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk • Bayi menyusu pada payudara, bukan putting susu 2.5.3. Tanda bayi cukup ASI
• Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda
• Bayi disusui setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10 – 15 menit di setiap payudara
• Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan ‘berbiji’
• Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. • Bayi setidaknya menyusui 10 – 12 kali dalam 24 jam
• Payudara ibu terasa kosong dan lembut setiap kali selesai menyusui • Bayi bertambah berat badannya (Ari, 2009).
2.6 Pertumbuhan Bayi
2.6.1 Pengertian pertumbuhan bayi
Menurut Suganda (2002), Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tumbuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.
2.7 Gizi untuk tumbuh kembang bayi
manusia itu ada. ASI dengan komposisi yang unik diciptakan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi manusia. Hal ini karena ASI mempunyai banyak keunggulan, seperti : kandungan gizi yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi; ASI mengandung bermacam- macam zat anti baik yang selular maupun yang humoral,sehingga morbiditas dam moralitas bayi yang minum ASI lebih rendah dari pada yang minum susu formula; memdekatkan hubungan ibu dan bayi, sehingga menimbulkan perasaan aman bagi bayi,yang penting untuk mengembangkan dasar kepercayaaan; mengurangi angka kejadian karies gigi dan malokulsi rahang; ASI mengandung enzim enzim yang membantu mencerna makanan, dan juga enzim yang berfungsi anti bakteri seperti lisozim,katalase dan peroksidase; ASI mengandung hormon – hormon misalnya ACTH, TRH, TSH. EFG, prolaktin, kortikosteroid, prostagalandin dan lain-lain.
Pada umunya dianjurkan pemberian ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan, tetapi harus diperhatikan pertumbuhan bayi pada periode tersebut, karena tidak semua ibu memproduksi sejumlah ASI yang cukup. Pemberian ASI dianjurkan sampai anak umur 2 tahun, dimana saat itu diharapkan anak ssudah bias makan dengan baik.
Diet ibu mempengaruhi kandungan nutrient dalam ASI; contoh : diet ibu yang rendah vitamin A dan DHA, mengakibatkan kandungan vitamin A dan DHA pada ASI juga rendah.
Keberhasilan perkembangan bayi ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak. Sampai umur 6 bulan ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi baik ditinjau dari segi kesihatan fisik maupun pskis.
2.8 Antropometri
2.8.1 Pengertian Antropometri
Menurut Supariasa (2002), antropometri berasal dari kata anthropos dan metros yang berarti ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dar tubuh. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan masukan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik, dan proposi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Pengukuran antropometri yang umum dilakukan pada kelompok anak balita adalah sebagai berikut :
1. Berat badan
Ukuran ini merupakan yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan hasil pertambahan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lainnya. Ukuran ini merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
2. Tinggi badan
Ukuran ini merupakan ukuran antropometri kedua yang terpenting. Perlu diketahui bahwa nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju-tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi muda kemudian melambat dan menjadi pesat lagi pada masa remaja. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut. Oleh karena itu, nilai tinggi badan dipakai untuk dasar perbandingan seperti nilai berat dan lingkaran lengan atas.
3. Lingkaran kepala
2.8.2 Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik
Untuk menilai pertumbuhan fisik anak sering digunakan ukuran-ukuran antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi (Soetjiningsih, 2010) :
a. Tergantung umur (age dependence) i. Berat badan menurut umur (BB/U) ii. Panjang badan menurut umur (PB/U) iii. Lingkaran kepala menurut umur (LK/U) iv. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) b. Tidak tergantung umur
i. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
ii. Lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB)
Ukuran-ukuran ini dikonversikan oleh KeMenKes RI dengan baku rujukan WHO 2005. Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana terdapat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
2.8.3 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik untuk melihat keadaan gizi dan laju pertumbuhan fisik anak. Keuntungan indikator ini adalah sensitifitas terhadap perubahan yang sedikit, pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan relatif murah serta mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, kemungkinan perkembangan berat badan lebih cepat atau lambat dari keadaan normal (Supariasa, 2002).
Tabel 2.2 Berat Badan (Kg) Menurut Umur Anak Laki-Laki Umur 0-6 Bulan
Sumber : Standrar antropometri penilaian status gizi anak, Menteri Kesehatan RI,
2010
Tabel 2.3 Berat Badan (Kg) Menurut Umur Anak Perempuan Umur 0-6 Bulan
Sumber : Standrar antropometri penilaian status gizi anak, Menteri Kesehatan RI,
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Negara yang berkembang ini, dimana pengetahuan dan keterampilan menyusui telah dipertahankan dalam masyarakat. Ibu menganggapnya sebagai hal yang normal dan harus dilakukan. Namun, masih ada yang kurang mengetahui tentang kebaikkan dan manfaat yang ada pada ASI yang akan membantu pertumbuhan bayi (Chloe, 1996).
Menurut Ari (2009), Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandungi campuran kaya akan protein, mineral dan antibodi daripada ASI yang telah matur. Pada ASI biasa (matur), komposisinya adalah protein, lemak, vitamin, zat besi, zat anti infeksi, laktoferin, lisozim serta taurin. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula) yang dimulai sejak lahir sampai usia 6 bulan. Komposisi ASI sampai dengan 6 bulan sudah sukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, meskipun tanpa tambahan makanan atau produk minuman pendamping (Ari, 2009).
ASI mempunyai manfaat yang luar biasa, komposisi ASI terdiri dari nutrisi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak untuk enam bulan pertama dan tidak ada cairan lain atau makanan yang diperlukan. Selain itu, ASI juga membawa antibodi dari ibu ke bayi. Dan tindakan menyusui merangsang pertumbuhan mulut, rahang dan hormon yang disekresi untuk pencernaan bayi. Ia juga menurunkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes,
childhood asthma, childhood leukemia. Bayi yang diberi ASI hasilnya lebih baik
ASI yang mempunyai komposisi yang bervariasi; lemak memberikan bayi lebih dari 50% jumlah kalori yang seharusnya dibutuhkan. Laktosa yang terdapat di ASI akan memperbanyakan absorpsi dari kalsium dan juga meninggikan jumlah pertumbuhan lactobacilli. Protein (dua asam amino, cysteine dan taurin), dijumpai di ASI dan tidak terdapat pada susu sapi, Pertama penting bagi pertumbuhan dan kedua untuk perkembangan otak (Chloe, 1996).
Lelia (2009) menyatakan hasil penelitian juga menunjukan 25% responden belum memahami pengertian kolostrum dan masih ada 10% responden yang berpendapat bahwa kolostrum tidak dapat diberikan pada bayi. K.Jerzy (2013) walaupun studi menunjukan sebanyak 98% ibu menyusui bayinya namun pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan tidak diertikan sepenuhnya dan hanya dilakukan sejumlah 17% ibu.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dibuat satu rumusan masalah seperti berikut, “Apakah terdapat hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan?”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Melakukan penyuluhan khususnya bagi para ibu mengenai pentingnya manfaat pemberian ASI untuk pertumbuhan bayi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan bagi penelitian lain.
ABSTRAK
Latar belakang: ASI (Air Susu Ibu) adalah cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan. Komposisi ASI terdiri dari nutrisi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak untuk enam bulan pertama dan tidak ada cairan lain atau makanan yang diperlukan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mengunakan kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi lahir sampai 6 bulan yang datang ke Poli Anak dan Ruang Neonatus RSU Mitra Sejati Medan. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Dari sejumlah 97 orang responden (100.0%) sebanyak 62 orang (63.9%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik. Bayi dengan gizi baik (-2 SD) - 2 SD adalah sebanyak 59 bayi (60.8%). Pada pengetahuan pemberian ASI yang baik terdapat sebanyak 8 bayi (8.2%) mengalami gizi lebih, sebanyak 45 bayi (46.4 %) mengalami gizi baik, 7 bayi (7.2%) mengalami gizi kurang dan 2 bayi (2.1%) mengalami gizi buruk.
Kesimpulan: Diperoleh hasil analisa data terdapat hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi telah dilakukan dengan teknik uji chi
square. Nilai p yang diperoleh p = 0.001 yaitu lebih kecil dibanding derajat
kemaknaan α = 0.05.
ABSTRACT
Background: Human milk are the first source of nutrient for the newborn.
Composition of human milk contain variety nutrition, vitamins, and minerals which is essential for growth and development of newborn for first 6 months and no other supplements needed.
Objective: Is to determine the relationship between knowledge of breast-feeding
and nutritional status in infant from 0 to 6 months old who visits Pediatric Polyclinic and Neonatal at Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan.
Method: This research is an analytical research with cross sectional approach.
Primer data obtained from interview using questionnaires. Population of this study were all the nursing mothers who have newborns up to 6 months who came to Pediatric Polyclinic and Neonatal RSU Mitra Sejati Medan. Sample of this study were mothers who meet the criteria for inclusion and exclusion.
Results: Data obtained in this research was total 97 respondents (100.0%) and
total 62 mothers (63.9%) does a good breast-feeding knowledge. Baby with good nutritional status (-2 SD) - 2 SD total 59 babies (60.8%). With good breast-feeding knowledge, total 8 babies (8.2%) with excess nutritional status, 45 babies (46.4%) with good nutritional status, 7 babies (7.2%) with less nutritional status and 2 babies (2.1%) with worse nutritional status.
Conclusion: Obtained the results of the data analysis there is a relationship
between knowledge of breast-feeding and nutritional status in infant has been done using chi square. P value obtained p= 0.0001 which is smaller than the significance level α = 0.05.
HUBUNGAN TENTANG PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI
DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG
BERKUNJUNG KE RSU MITRA SEJATI MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH:
GUNNASHRIA RAMAKRISHNAN
NIM : 110100462
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Latar belakang: ASI (Air Susu Ibu) adalah cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan. Komposisi ASI terdiri dari nutrisi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak untuk enam bulan pertama dan tidak ada cairan lain atau makanan yang diperlukan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mengunakan kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi lahir sampai 6 bulan yang datang ke Poli Anak dan Ruang Neonatus RSU Mitra Sejati Medan. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Dari sejumlah 97 orang responden (100.0%) sebanyak 62 orang (63.9%) mempunyai pengetahuan pemberian ASI yang baik. Bayi dengan gizi baik (-2 SD) - 2 SD adalah sebanyak 59 bayi (60.8%). Pada pengetahuan pemberian ASI yang baik terdapat sebanyak 8 bayi (8.2%) mengalami gizi lebih, sebanyak 45 bayi (46.4 %) mengalami gizi baik, 7 bayi (7.2%) mengalami gizi kurang dan 2 bayi (2.1%) mengalami gizi buruk.
Kesimpulan: Diperoleh hasil analisa data terdapat hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi telah dilakukan dengan teknik uji chi
square. Nilai p yang diperoleh p = 0.001 yaitu lebih kecil dibanding derajat
kemaknaan α = 0.05.
ABSTRACT
Background: Human milk are the first source of nutrient for the newborn.
Composition of human milk contain variety nutrition, vitamins, and minerals which is essential for growth and development of newborn for first 6 months and no other supplements needed.
Objective: Is to determine the relationship between knowledge of breast-feeding
and nutritional status in infant from 0 to 6 months old who visits Pediatric Polyclinic and Neonatal at Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan.
Method: This research is an analytical research with cross sectional approach.
Primer data obtained from interview using questionnaires. Population of this study were all the nursing mothers who have newborns up to 6 months who came to Pediatric Polyclinic and Neonatal RSU Mitra Sejati Medan. Sample of this study were mothers who meet the criteria for inclusion and exclusion.
Results: Data obtained in this research was total 97 respondents (100.0%) and
total 62 mothers (63.9%) does a good breast-feeding knowledge. Baby with good nutritional status (-2 SD) - 2 SD total 59 babies (60.8%). With good breast-feeding knowledge, total 8 babies (8.2%) with excess nutritional status, 45 babies (46.4%) with good nutritional status, 7 babies (7.2%) with less nutritional status and 2 babies (2.1%) with worse nutritional status.
Conclusion: Obtained the results of the data analysis there is a relationship
between knowledge of breast-feeding and nutritional status in infant has been done using chi square. P value obtained p= 0.0001 which is smaller than the significance level α = 0.05.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya karya tulis yang berjudul “Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Margaretha Damanik, Sp A, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penasehat akademik saya selama di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada kedua orangtua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan studi saya di Fakultas Kedokteran ini.
4. Seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Mahakuasa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, dan penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak.
Medan, 8 Januari 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
2.5.2 Tanda-tanda pelekatan yang benar……….. 13
2.5.3 Tanda bayi cukup ASI……….. 13
2.6 Pertumbuhan bayi………. 13
2.6.1 Pengertian pertumbuhan bayi……… 13
2.7 Gizi untuk tumbuh kembang bayi.……… 13
2.8 Antropometri……… 15
2.8.1 Pengertian Antropometri……….. 15
2.8.2 Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik………. 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.…. 18
3.1 Kerangka Konsep Penelitian………. 18
3.2 Definisi Operasional………. 18
4.3.2.1 Kriteria Inklusi……… 21
4.3.2.2 Kriteria Eksklusi……… 21
4.4 Besar Sampel………. 22
4.5 Metode Pengumpulan Data….……….……….. 22
4.6 Pengelolaan dan Analisis Data………..……….…… 23
4.6.1 Pengelolaan Data……….………….. 23
4.6.2 Analisis Data……….. 23
BAB 5 HASIL DAN PERBAHASAAN...…… ……….. 24
5.1 Hasil Penelitian……… 24
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 24
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian……… 24
5.1.2.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………. 25
5.1.2.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 25
5.1.2.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……… 26
5.1.2.4 Distribusi Karakteristik Bayi umur 0 – 6 Bulan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin…….… 26
5.1.2.5 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Pemberian ASI pada Bayi umur 0 – 6 Bulan…… 27
5.1.2.6 Distribusi Status Gizi Bayi umur 0 – 6 Bulan…… 27
5.1.2.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Pemberian ASI dengan Status Gizi Bayi umur 0 – 6 Bulan…….. 28
5.2 PERBAHASAAN………. 29
5.2.1 Pengetahuan pemberian ASI pada bayi umur 0 – 6 bulan………... 29
5.2.3 Hubungan pengetahuan pemberian ASI dengan status
gizi bayi umur 0 – 6 bulan……….. 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...…… ……… 32
6.1. Kesimpulan………. 32
6.2 Saran……… 33
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Berdasarkan Indeks ... 16
Tabel 2.2 Berat Badan (Kg) Menurut Umur Anak Laki-Laki Umur 0-6Bulan ... 17
Tabel 2.3 Berat Badan (Kg) Menurut Umur Anak Perempuan Umur 0-6 Bulan ... 17
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi umur responden ... 25
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pekerjaan responden ... 25
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pendidikan responden ... 26
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi umur bayi dengan jenis kelamin ... 26
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pengetahuan pemberian ASI ... 27
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi status gizi bayi ... 27
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
ASI Air Susu Ibu
RISKESDAS Data Riset Kesehatan Dasar
WHO World Health Organization
BALT Bronchus Associated
Immunocompetent Lymphoid Tissue
GALT Gut Associated Immunocompetent
Lymphoid Tissue
E. Coli Eschericia Coli
MP-ASI Makanan Pedamping ASI
S-IgA Secretory Immunoglobulin A
DHA Docosahexaenoic acid
AA Arachonid Acid
CDC National Center for Chronic
Diseases Prevention
ACTH Adrenocorticotropic hormone
TRH Thyrotropin-releasing hormone
TSH Thyroid-stimulating hormone
EFG Epidermal growth factor
KMS Kartu Menuju Sehat
KBM Kenaikan Berat Badan Minimum
MENKES RI Menteri Kesehatan Republik
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Kuesioner
Lampiran 5 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 8 Surat Tamat Penelitian
Lampiran 9 Data Induk