THE INFLUENCE OF BOARD OF COMMISIONERS, AUDIT COMMITTEE, AUDIT QUALITY AND LEVERAGE TO EARNINGS
MANAGEMENT
(Study at Manufacturing Companies Sector Consumer Goods Industry Listed In Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)
Disusun Oleh:
AGIL JOKO TRIANTORO 20120420134
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
THE INFLUENCE OF BOARD OF COMMISIONERS, AUDIT COMMITTEE, AUDIT QUALITY AND LEVERAGE TO EARNINGS
MANAGEMENT
(Study at Manufacturing Companies Sector Consumer Goods Industry Listed In Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memeroleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
AGIL JOKO TRIANTORO 20120420134
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
(Muhammad S.A.W)
Modal utama sukses bukan uang melainkan niat (Lasmono)
Jangan patah semangat walaupun apapun yang terjadi Jika kita menyerah, maka habislah sudah.
(Top Ittipat)
Winners use words that say ‘must’ and ‘will’ (Jordan Belfort)
jika kamu tidak bisa menemukan jalan maka buatlah jalanmu sendiri.
Dan tidak perlu takut karena kamu minoritas pemikiran, takutlah ketika kamu menyerah dan berhenti
ii
Allah SWT berikan, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis persembahkan Skripsi ini untuk :
ALLAH SWT dan Nabi MUHAMMAD SAW berserta sahabat-sahabat dan pengikutnya.
BapakLASMONO dan IbuSITI KHADIJAH yang telah memberikan semangat dan dukunganya baik secara materil ataupun moril. Serta terima kasih untuk tidak pernah memarahi dan selalu menasehati
Kakak kakak saya dan para istrinya PURWONO ADI, ANIS WIGUNA, ENI KAMPANYE WULANTARI, ARNI YN yang selalu mendukung, serta terima kasih banyak atas pernikahan kalian, karena kini uang saku dari orang tua mutlak menjadi milik saya.
Dosen pembimbing Dr. HARJANTI WIDIASTUTI, M.Si., Ak.,CA yang telah membimbing dan memberi banyak sekali masukan yang berarti terhadap keberlangsungan skripsi saya ini.
TERISA GHAISANI yang sudah meluangkan banyak waktunya dan membantu dalam proses pembuatan skripsi. Terima kasih untuk kerelaanya datang dari bandung ke jogja
DANANG ARIF PURWOKOS.I.Komyang telah mengajari bagaimana caranya menghargai, berhati-hati dan mandiri. Terima kasih untuk solodaritas dan ilmu-ilmunya semoga besok bisa bertemu lagi dikos “BU SRI PURWANTI”
iii
YUDHA BACHTIARE yang paling ngerti artinya “slow dulu lah” atau “satu batang dulu lah”
ARDI ANDIKA PUTRA yang sering dipanggil PHI TIK QIU. Jujur ga pernah ngerti kenapa nama dan nulisnya harus gitu
DONI ANTONI terima kasih pengalaman dan resep-resep suksesnya DONI KURNIAWAN, DONNY KURNIAWAN dan HENDRA GUNA KUSUMA terima kasih karna ini telah memberi banyak saran dan bantuan dalam proses dibuatnya skripsi ini.
Teman teman group “ONE” DICKY MA’RUF RAMADHANI, KRISHNA ARDHI SUNU, FARID FUADI, MUHAMMAD IQBAL ABDA’U, ARIF HIDAYAT, AWALUDIN, HERAWAN ERRY PRISTIADJIE semoga masih bisa kumpul lagi
Teman-Teman“UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA” INDRA NAUFAL, R.A AZIZ, BAYU, ALFI RAHARDIAN, HEFI , HENI, DIAN, BAGAS ARIF BUANA, NUR HAPID
Teman-teman “GENG KAPAK” DEDI SANTOSO, EKO MARDIYANTO, BAGUS SETIAWAN, ALPIN SAPUTRA, BRIAN RIZKY
Semua Dosen Akuntansi UMY yang telah memberikan ilmu bermanfaat bagi Ku, semoga Bapak dan Ibu Dosen sekalian mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
iv
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT sang pemilik alam semesta beserta isinya yang telah berkenan memberikan kemudahan, kelancaran, karunia, dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Dewan Komisaris, komite audit, Kualitas Audit, dan Leverageterhadap Manajemen Laba”. Shalawat dan salam selalu berlimpah bagi kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi semua umat baik di zamannya maupun sampai akhir zaman kelak.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari pihak-pihak yang memberikan bantuan, baik berupa gagasan, masukan dan saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan skripsi ini.
2. Ayah Lasmono dan Ibu Siti Khadijah dan dan semua pihak pihak yang selalu memberikan dorongan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Prof.Dr.Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
v
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah menerima dan membimbing penulis selama melakukan aktivitas di lingkungan kampus. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa selama penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang tentu saja memerlukan berbagai perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Yogyakarta, 05 November 2016
vi
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian,... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
vii
1. Teori Keagenan ... 10
2. Tata kelola perusahaan. ... 12
3. Kualitas Audit. ... 14
4. Leverage. ... 16
5. Manajemen Laba . ... 17
B. Penurunan Hipotesis ... 20
C. Model Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Obyek Penelitian ... 29
B. Jenis Data ... 29
C. Teknik Pengambilan Sampel... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 30
F. Uji Kualitas Data ... 34
G. Uji Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Gambar Umum Obyek Penelitian ... 38
B. Uji Statistik Deskriptif ... 40
C. Uji Asumsi Klasik ... 41
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 44
viii
C. Keterbatasan Penelitian ... 53
ix
4.2. Statistik Deskriftif . . . 40
4.3. Hasil Uji Normalitas . . . 41
4.4. Hasil Uji Autokorelasi . . . 42
4.5. Hasil Uji Multikolinieritas . . . 42
4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas . . . 43
4.7. Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda . . . 44
4.8. Hasil Uji Nilai f . . . 46
4.9. Koefisien Determinasi (R2) . . . 47
laba padaperusahaan manufaktur di Indonesia. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaanmanufaktur Sektor Industri Barang Konsumsiyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan pada penelitian ini adalah 37 perusahaan selama 5 periode, yaitu 2011-2015 dengan jumlah 151 sampel.
Metodepengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewan komisaris dankomite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan kualitas audit dan leverage tidak berpengaruh terhadapmanajemen laba.
Manufacturing Companies in indonesia. Thisresearch used sample of Manufacturing
CompaniesSector Consumer Goods Industry which ListedIn Indonesia Stock
Exchange.The number of Manufacturing Companies that were became in thisstudy
were 37 companies with 5 years observation, during 2011-2015 and the total
sample is 151. Based on purposive sampling method. The hypothesis in this
research was tested using double linear regression. Results of this research
indicates that board of commisioners andaudit committee influence negative
significantly onearnings management. Meanwhileaudit quality and do not
influencessignificantly on earnings management.
1 A.Latar Belakang Penelitian
shareholders (pemegang saham dan pemangku kepentingan) perlu
mempertimbangakan pengambilan keputusan untuk menanamkan sahamnya.
Salah satunya adalah memahami isi dari laporan keuangan perusahaan objek
investasi.
Laporan keuangan adalah cerminan dari kondisi perusahaan karena
memuat informasi mengenai posisi keuangan, laporan kinerja manajemen, laporan
arus kas dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga
menunjukkan seberapa besar kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam
mengevaluasi kinerja manajemen. Dengan adanya penilaian kinerja manajemen
tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang dari pihak manajemen
perusahaan, yang salah satu bentuknya adalah manajemen laba (earning
management).
Scott (2000) dalam Kumala ( 2014) menyatakan bahwa pilihan kebijakan
akuntansi yang dilakukan manajer untuk suatu tujuan tertentu disebut dengan
manajemen laba. Terkait dengan informasi laba, Statement Of Financial
Accounting Concept (SFAC) No.8 menyatakan bahwa informasi tersebut
merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggung jawaban
kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan atau nilai perusahaan.
Dibutuhkan suatu langkah atau cara yang diperlukan untuk memperbaiki
perilaku penyimpangan kinerja manajemen salah satunya dengan menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik. Penerapan tata kelola perusahaan (corporate
governance) dalam sebuah perusahaan sangat penting sebagai salah satu proses
untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang
mengutamakan kepentingan para pemegang saham (shareholders) dan pemangku
kepentingan (stakeholders)
Larcker (1995) dalam Yushita dan Triatmoko (2013) dalam penelitianya
menyebutkan Corporate governance merupakan seperangkat mekanisme yang
mempengaruhi keputusan yang dibuat manajemen ketika terjadi pemisahan atas
kepemilikan dan pengawasan. Pemegang saham bergantung pada kemampuan
dewan komisaris dan komite audit untuk memantau kinerja manajemen. Jadi
tanggung jawab kualitas pelaporan keuangan terletak pada efektivitas peran
dewan dan komite auditnya (Prastiti dan Meiranto, 2013).
Farida (2012) menyebutkan dalam penelitianya bahwa dewan komisaris
independen mempunyai tanggung jawab terhadap pengawasan yang lebih baik
terhadap manajer, sehingga pengaruh kemungkinan penyimpangan dalam
menyajikan laporan keuangan yang dilakukan manager dapat diminimalisir.
Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris dan pemegang saham
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan (Fauziyah, 2014).
Fachrony (2015)dalam penelitianya menyebutkan komisaris independen
bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khusunya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain
yang terkait. Komisaris independen merupakan pihak yang mempunyai tanggung
jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip good corporate governance di
dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan
tugas pengawasan dan pemberi nasehat kepada manajer secara efektif dan
memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi
integritas suatu laporan keuangan.
Penelitian dari Natalia (2013) menyebutkan dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini bertolak belakang dari
penelitian yang dilakukan oleh Prastiti dan Meiranto (2013) serta Djatu (2013)
yang menyebutkan bahwa dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba
Komite audit merupakan bagian dari dewan komisaris dalam mengawasi
jalannya perusahaan. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat
profesional dan independen kepada dewan komisaris mengenai laporan atau
mengindentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris
(Effendi 2009 dalam Kumala 2014) .
Tujuan dari dibentuknya komite audit adalah Memastikan laporan
keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik
akuntansi yang berlaku umum, memastikan bahwa internal kontrolnya memadai,
menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material di bidang
keuangan dan implikasi hukumnya. Komite audit jugabertujuan untuk membantu
dewan komisaris untuk memenuhi tanggungjawab dalam memberikan
pengawasan secara menyeluruh.
Mahmudah (2013)menyebutkan komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Penelitian ini bertolak belakang dari penelitian yang dilakukan
oleh Anggraeni dan Hadiprajitno (2013) serta Gradiyanto (2012) yang
menyebutkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance melakukan
pengawasan kualitas kerja dari auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya
dan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tepat merupakan kepercayaan
terhadap kualitas jasa yang di berikan pengguna. Penting bagi pemakai laporan
keuangan untuk memandang KAP sebagai pihak yang independen dan kompeten,
karena akan memengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh
KAP kepada pengguna. Jika pengguna merasa KAP memberikan kualitas jasa
yang baik dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat,
KAP Big Four dingunakan sebagai proxy kualitas audit dalam mengetahui
tingkat manajemen laba.Wiryadi dan Sebrina (2013)sertaPambudi dan Sumantri
(2014) serta Pradhana dan Rudiawarni (2013)menyebutkan kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini bertolak belakang dari
penelitian yang dilakukan oleh Herusetya (2012) serta Ratmono (2010) yang
menyebutkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Salah satu variabel yang digunakan untuk menganalisis manajemen laba
adalah leverage. Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan
aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang) secara efektif sehingga
dapat memperoleh tingkat penghasilan usaha yang optimal. Leverage dapat
berpengaruhketika perusahaan melakukan manajemen laba. Karena jika suatu
perusahaan melakukan manajemen laba, diduga perusahaan tersebut sedang
terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban hutang pada waktunya
maka perusahaan tentu akan melakukan kebijakan lain yang dapat meningkatkan
laba (Pasaribu, dkk, 2015).
Guna dan Herawaty (2010) dalam Putro (2016) menyebutkan Semakin
tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi oleh investor akan semakin
tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Oleh
karena itu, semakin besar leverage maka kemungkinan manajer perusahaan untuk
melakukan manajemen laba agar laba perusahaan terlihat stabil akan semakin
besar. Elfira (2014) serta Putro (2016)menyebutkan leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Penelitian ini bertolak belakang dari penelitian yang
dalam Purwanti dan Rayahu (2012) yang menyebutkan bahwa leverage
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Motivasi dilakukannya penelitian ini yaitu karena masih banyaknya
manipulasi-manipulasi akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, Laporan
keuangan menunjukkan seberapa besar kinerja manajemen dan merupakan
sumber dalam mengevaluasi kinerja manajemen. Laporan keuangan biasanya
dijadikan ukuran terhadap besarnya laba perusahaan. Dengan adanya penilaian
kinerja manajemen tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang
dari pihak manajemen perusahaan, yang salah satu bentuknya adalah manajemen
laba (earnings management). Peneliti ingin mengetahui apa saja yang
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Berdasarkan latarbelakang tersebut dan
hasil dari penelitian terdahulu yang belum konsisten yang terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi tindakan manajemen laba maka peneliti tertarik untuk
meneliti kembali dengan judul :
“ PENGARUH DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT, KUALITAS
AUDIT, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA, (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2015)”
Penelitian ini merupakan replikasi dari Pradhana dan Rudiawarni (2013).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu menambah variabel
independensi dewan komisaris, komite audit, dan leverage. Selain itu sampel yang
sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari sub sektor makanan dan
minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik & barang
keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah tangga yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan priode 2011-2015. Sedangkan dalam
penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan
periode 2007-2010.
B.Batasan Masalah Penelitian
Agar penelitian ini tidak menyimpang dan agar penelitian ini juga lebih
terarah maka peneliti membatasi permasalahan yaitu Independensi Dewan
Komisaris, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage sebagai variabel independen.
Variabel dependen yaitu Manajemen Laba. Untuk sampel yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdiri dari sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor
farmasi, sub sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga dan sub sektor
peralatan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia priode 2011-2015.
Hasil yang dapat di simpulkan dari penelitian ini terbatas pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari sub sektor makanan
dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik & barang
keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah tangga yang terdaftar di
C.Rumusan Masalah
1. Apakah independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba?
2. Apakah jumlah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?
3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba ?
4. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai :
1. Pengaruh independensi dewan komisaris terhadap manajemen laba
2. Pengaruh jumlah komite audit terhadap manajemen laba
3. Pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba
4. Pengaruh leverageterhadap manajemen laba
E.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis / Akademis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian
selanjutnya terutama di indonesia, dan dapat memperkaya literatur tentang
pengaruh mekanisme dan motivasi manajemen terhadap praktik
manajemen laba
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi penelitian
mendatang terkait dengan pemodelan manajemen laba sehingga dapat di
2. Manfaat Praktis
Hasil ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi profesi akuntan,
investor untuk menambah wawasan mengenai praktik / kegiatan manajemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) yaitu teori yang menjelaskan hubungan
antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976)
dalam Kumala (2014) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agen) dengan investor (principal). Pemilik
mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang mereka tanamkan pada
perusahaan. Sedangkan manajemen mengharapkan kompensasi yang tinggi dan
dipenuhinya kebutuhan psikologis mereka.
Hal ini menyebabkan timbul konflik antara manajemen dengan pemilik
karena masing-masing akan memenuhi kepentingannya sendiri (opportunistic
behavioral). Pemilik akan mengeluarkan biaya monitoring untuk mengawasi
kinerja manajemen. Manajemen akan berusaha meminimalkan biaya keagenan
(agency cost) dengan sukarela memberi informasi keuangan kepada pemilik.
Manajemen memberikan laporan keuangan secara teratur dengan harapan dapat
mengurangi biaya monitoring. Dasar dari teori agensi dalam penelitian ini
adalah adanya perbedaan kepentingan antara agen dan principal untuk
Bagi para pengguna eksternal, laporan keuangan merupakan hal yang
sangat penting karena pihak eksternal merupakan pihak yang minim akan
informasi. Permasalahan yang muncul yaitu ketidaklengkapan informasi yang
disampaikan pihak agen kepada prinsipal, karena informasi yang diketahui oleh
kedua belah pihak tidak sama. Kondisi ketidakseimbangan informasi antara
kedua belah pihak biasa disebut asimetri informasi (information asymmetry).
Adanya asimetri informasi memberikan peluang bagi pihak manajemen
untuk melakukan earnings management, karena agen tidak selalu bertindak
yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Munculnya masalah agensi membuat
perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost). Keadaan ini dapat
dikurangi dengan cara melakukan pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan
kepentingan dari berbagai pihak didalam perusahaan, sehingga kualitas laporan
keuangan dapat meningkat dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Eisenhardt (1989) dalam Hartati (2012) menggunakan tiga asumsi sifat
dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu (1) manusia pada
umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
(3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasar asumsi dari
Eisenhardt (1989) manajer akan cenderung bersifat oportunis (mementingkan
kepentingan pribadinya). Dengan demikian corporate governance diharapkan
2. Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan atau sering disebut dengan corporate
governance meliputi hubungan antara para pemangku kepentingan
(stakeholder) dengan pengelola perusahaan. Tata kelola perusahaan terdiri dari
pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan
lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan. Corporate governance
merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
dengan tujuan agar mencapai kesinambungan antara kekuatan kewenangan
yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya
dan pertanggung jawaban kepada stakeholder (Surya dan Yustivandana ,2008
dalam Agustia, 2013)
Dewan komisaris adalah merupakan suatu badan dalam perusahaan
yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal
dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara
luas dan keseluruhan (Farida, 2012). Pengaruh dewan komisaris memiliki
dampak yang berbeda-beda terhadap kinerja perusahaan.
Dewan komisaris secara umum ditugaskan dan diberi tanggung jawab
untuk menjaga kualitas informasi yang ada di dalam laporan keuangan.
Pengawasan ini penting karena adanya kepentingan dari manajemen untuk
melakukan earnings management yang berdampak pada berkurangnya
kepercayaan terhadap investor. Untuk mengatasi tindakan earnings
management dewan komisaris diberi akses mengenai informasi perusahaan.
dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait
dengan perusahaan kepada dewan komisaris.
Dewan komisaris bertugas mengawasi kualitas informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Pengawasan tersebut berfungsi untuk
mengurangi atau menghindari praktik manajemen laba yang akan berpengaruh
pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya, dewan
komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan
(Prasetya, 2016)
Komisaris independen jumlahnya secara proposional sebanding dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan
ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang–kurangnya 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah seluruh komisaris (Farida, 2012)
Tujuan adanya komisaris independen adalah sebagai penyeimbang
pengambilan keputusan dewan komisaris. Sedang misi komisaris independen
adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih obyektif dan menempatkan
kesetaraan (Fairness) diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan
perusahaan dan kepentingan stakeholders sebagai prinsip utama dalam
pengambilan keputusan oleh dewan komisaris. Kriteria dewan komisaris yaitu
dipilih secara independen, melakukan penilaian objektif dan
independen,kemampuan dan integritas memadai serta tidak terafiliasi dengan
Komisaris independen diharapkan memiliki perhatian dan komitmen
penuh dalam menjalankan tugas harus bertanggung jawab serta menjalankan
kewajibannya dengan sebaik mungkin, tidak terpengaruh dari luar dan tekanan
dari pemegang saham yang memiliki kepentingan tertentu. Untuk itu komisaris
independen perusahaan merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan,
kemampuan, waktu dan integritas yang tinggi. Keberadaan komisaris
independen dapat mengurangi kecurangan atu manipulasi laporan keuangan
sehingga dapart meningkatkan integritas laporan keuangan yang tinggi dalam
perusahaan.
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melakukan tugas pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Komite audit
menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite
audit yang dibentuk oleh suatu perusahaan berfungsi untuk memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan
keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Selain itu, keberadaan komite
audit juga berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi
pihak manajemen dalam penyusunan laporan keuangan (Fachrony, 2015)
3. Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan suatu kemungkinan dimana auditor dapat
melaporkan temuannya dengan baik atau tidak adanya suatu pelanggaran yang
terjadi dalam sistem akuntansi kliennya (Putra, 2012). Seorang auditor harus
pihak yang memberikan pendapat kewajaran atas laporan keuangan tersebut.
Auditor yang berkualitas adalah auditor yang bisa memberikan
informasi yang akurat. Informasi yang akurat adalah informasi yang bisa
dengan tepat menunjukkan nilai perusahaan. Auditor yang independen adalah
auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen
melaporkan pelanggaran tersebut. KAP yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang
kecil karena jika KAP yang besar tidak menyajikan kualitas audit yang tinggi
maka KAP tersebut akan kehilangan reputasinya (Fitria, 2013)
Tujuan dari audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan
kepastian mengenai kualitas dari laporan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Kualitas dari laporan keuangan sangat diperlukan untuk
membantu pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan untuk
menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut
Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP.
Auditor yang bekerja di KAP big four lebih berkualitas karena auditornya
tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki
program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan
auditor dari KAP non big four (Miati dan Rasmini, 2016). Dengan adanya
kualitas audit ini, auditor akan dengan mudah menemukan
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sehingga akan lebih meningkatkan integritas laporan
4. Leverage
Leverage merupakan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan semakin tingginya risiko
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Perusahaan
cenderung akan menampilkan kinerja yang baik guna memberikan kepercayaan
kepada kreditur akan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya.
leverage merupakan bentuk lain dari risiko yang harus ditanggung oleh
perusahaan akibat penggunaan hutang. Semakin banyak perusahaan
menggunakan hutang maka semakin tinggi financial leverage-nya. Ini berarti
juga semakin tinggi risiko finansial yang melekat pada perusahaan tersebut.
Akibatnya prospek perusahaan dalam menghasilkan keuntungan menurun
(Budileksmana dan Andriani, 2005).
Tingkat leverage dapat diketahui dengan cara membandingkan total
hutang dengan total aset. Menurut Agustia (2013), rasio leverage merupakan
rasio yang terdapat pada laporan keuangan yang dapat mengetahui seberapa
besar perusahaan dibiayai oleh hutang dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal, atau dapat juga menunjukkan beberapa bagian aktiva
yang digunakan untuk menjamin hutang.
Leverage menunjukkan resiko yang dihadapi perusahaan berkaitan
dengan hutang yang dimiliki perusahaan. Semakin besar leverage
menunjukkan semakin besar resiko investasi sedangkan semakin rendah
leverage menunjukkan semakin kecil resiko investasi. Leverage mempunyai
leverage yang tinggi maka perusahaan cenderung akan melakukan praktik
manajemen laba karena perusahaan terancam tidak bisa memenuhi
kewajibannya dengan membayar hutangnya tepat waktu (Yamaditya 2014).
5. Manajemen Laba
Praktik manajemen laba (earnings management) secara umum
didefinisikan sebagai tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi)
laba, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi
jangka panjang (Kumala, 2014). Manajemen laba dapat mengurangi
kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak memcerminkan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya.
manajemen laba terjadi ketika manajer membentuk transaksi untuk
mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi jumlah laba
yang nantinya akan berpengaruh terhadap bagian stakeholders atau keputusan
stakeholder untuk menanamkan sahamnya
Wangi (2010) dalam Fachrony (2015) mengusulkan tiga hipotesis yang
dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yaitu sebagai
berikut:
a. Hipotesis Program Bonus (Bonus Plan Hypotesis). Hipotesis ini
menyatakan bahwa manajer pada perusahaan yang menerapkan bonus
lebih cenderung untuk menggunakan metode atau prosedur-prosedur
akuntansi yang akan menaikkan laba periode mendatang ke periode
b. Hipotesis Perjanjian Liabilitas (Debt Covenant Hypotesis). Hipotesis ini
menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar
atau menghadapi kesulitan liabilitas, maka manajer perusahaan akan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan laba.
c. Hipotesis Kos Politis (Political Cost Hypotesis). Hipotesis ini menyatakan
bahwa semakin besar biaya politik yang dihadapi suatu perusahaan maka
manajer cenderung untuk menangguhkan laba berjalan ke masa yang akan
datang.
Dalam penelitian ini manajemen laba diukur dengan menggunakan
Discretionary Accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual
yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam proses
penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dihasilkan tidak
mencerminkan nilai atau kondisi keuangan yang sesungguhnya.
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Djatu (2013) dapat
dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa mendatang.
b. Income Minimization Dilakukan saat perusahaan mengalami tingkat
profitabilitas tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Adapun teknik manajemen laba menurut Agustina (2013) tiga teknik
dalam melakukan manajemen laba adalah:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan)
terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi piutang tak tertagih,
estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi tak berwujud,
estimasi biaya garansi, dan lain-lain
b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode
depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
c. Menggeser periode biaya dan pendapatan
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain:
sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda
pengeluaran promosi sampe periode berikutnya, mempercepat/menunda
pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tak dipakai.
B. Penurunann Hipotesis
1. Pengaruh Independensi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan Pasal 120 ayat (2) Undang-undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 tahun 2007 pengertian dari Komisaris Independen adalah anggota
dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan
bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan
perseroan.
Dewan komisaris independen bertugas untuk memastikan terlaksananya
prinsip good corporate governance dengan melakukan pemantauan pada
perusahaan tersebut. Pemantauan tersebut meliputi pemantauan anggaran,
jadwal, dan efektivitas strategi. Komisaris independen merupakan anggota
dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan
komisaris dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis
atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang memenuhi good corporate
governance. Dengan demikian, tingkat pengungkapan informasi yang lebih
tinggi dan tidak memihak diharapkan dapat mengurangi resiko kecurangan
yang dapat dilakukan manajemen terhadap laporan keuangan sehingga dalam
hal ini komisaris independen dalam perusahaan dapat meningkatkan integritas
laporan keuangan. Fungsi lain dewan komisaris adalah memastikan perusahaan
telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan
berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan
good corporate governance.
Penelitian Natalia (2013) menyebutkan bahwa komposisi dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya
dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas
pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Komposisi dewan komisaris
independen tidak berpangaruh terhadap manajemen laba, hal ini dikarenakan
komisaris independen ditunjuk oleh pemegang saham mayoritas dalam RUPS
sehingga apabila tidak sejalan dengan keputusan pemilik maka perusahaan
dapat melakukan pergantian.
Penelitian Prastiti dan Meiranto (2013) yang menunjukkan bahwa
Independensi Dewan Komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap
Manajemen Laba. Independensi Dewan Komisaris dapat melaksanakan
fungsinya secara optimal yaitufungsi monitoring (pengawasan)terhadap
melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan
berbagai stakeholder pada perusahaan.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya, Djatu (2013) membuktikan
bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Hal ini berarti makin banyak komisaris independen maka semakin kecil
terjadinya manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen
telah efektif menjalankan tanggungjawabnya mengawasi kualitas pelaporan
keuangan demi membatasi manajemen laba. Dengan demikian dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Independensi Dewan Komisaris Berpengaruh Negatif Terhadap
Manajemen Laba
2. Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melakukan tugas pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Komite audit
memiliki peran yang penting dalam menjaga kualitas laporan keuangan serta
berperan menegakkan prinsip good corporate governance pada perusahaan
(Prabowo, 2014)
Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Komite audit yang dibentuk oleh suatu perusahaan
berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang
berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern.
komisaris dalam mengawasi pihak manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan (Fachrony, 2015). Semakin banyak jumlah komite audit akan
menurunkan manajemen laba dikarenakan semakin banyak komite audit maka
akan menambah atau meningkatkan keahlian komite audit yang berdampak
pada berkurangnya kegiatan manajemen laba di suatu perusahaan
Mahmudah (2013) menyebutkan komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap praktek manajemen laba. Jumlah komite audit yang
semakin banyak dinilai justru akan meningkatkan manajemen laba.
Penelitian oleh Anggraeni dan Hadiprajitno (2013) menemukan bahwa
komite audit negatif terhadap manajemen, kehadiran komite audit secara
efektif menghalangi peningkatan manajemen laba di perusahaan tersebut.
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses
pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan. Gradiyanto (2012) juga membuktikan bahwa keberadaan komite
audit berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal
ini berarti semakin banyak jumlah komite audit akan semakin menekan praktik
manajemen laba pada perusahaan tersebut. Dengan demikian dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H2 : Jumlah komite Audit Berpengaruh negatif Terhadap Manajemen Laba
3. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba
Auditor yang berkualitas adalah auditor yang bisa memberikan
informasi yang akurat. Informasi yang akurat adalah informasi yang bisa
(2013) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang
auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya.
Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP,
karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang akan
dilakukan oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP big four dianggap
lebih berkualitas karena auditornya tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan
dan prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan
efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non big four (Miati dan
Rasmini, 2016).
Wiryadi dan Sebrina (2013) menyebutkan kualitas audit yang
diproksikan dengan ukuran KAP Big Four tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan memiliki
keinginan agar kinerja keuangan perusahaan tampak bagus dimata calon
investor, namun mengabaikan keberadaan auditor Big four. Sejalan dengan
penelitian Wiryadi dan Sebrina (2013), Pambudi dan sumantri (2014) serta
Pradhana dan Rudiawarni (2013)menyebutkan bahwa kualitas audit yang
diproksikan dengan ukuran KAP Big Four tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. KAP Big four dinilai tidak dapat memperkecil praktik
manajemen laba pada perusahaan.
Herusetya (2012) menyebutkan kualitas audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi
terjadi di suatu perusahaan. Auditor dari KAP Big Four dinilai lebih
berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan
prosedur serta memliki program audit yang lebih akurat dan efektif
dibandingkan dengan auditor dari KAP Non Big Four. Pengujian menggunakan
single proxy dari kualitas audit membuktikan bahwa laporan keuangan yang
diaudit oleh KAP Big Four lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP Non
Big Four.
Ratmono (2010) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas mampu
mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan klien. Jasa audit
merupakan alat monitoring terhadap kemungkinan timbulnya konflik
kepentingan antara pemilik dan manajer serta antara pemegang saham dengan
jumlah kepemilikan yang berbeda. Hal ini berarti kualitas audit berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H3 : Kualitas Audit Berpengaruh Negatif Terhadap Manajemen Laba
4. Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Leverage merupakan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
utang. Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan
oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi
perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka
ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan juga akan makin
meningkat (Pasaribu dkk, 2015)Di dalam teori keagenan, terdapat pemisahan
konflik sehingga manajemen cenderung melakukan manajemen laba yang
nerdampak pada kualitas laba yang dilaporkan (Agustia, 2013).
Elfira (2014) menyatakan bahwa leverage tidak bengaruh terhadap
praktik manajemen laba. Rata rata aset yang dibiayai hutang dalam perusahaan
adalah 50% (lima puluh persen), perusahaan dikatakan aman karena masih
dapat membayar hutang dengan harta yaang perusahaan miliki. Dengan
demikian perusahaan dengan leverage tinggi tidak akan mempengaruhi
manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Sejalan dengan penelitian
Elfira (2014), Putro (2016) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Leverage yang tinggi tidak memancing manajer
untuk melakukan manajemen laba, karena pemenuhan kewajiban tidak dapat
dihindarkan dengan manajemen laba.
Menurut Wijaya dan Christiawan (2014) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang memiliki
hutang dalam jumlah besar akan melakukan manajemen laba karena
perusahaan dengan leverage yang tinggi akan terancam default, sehingga
manajer cenderung melakukan praktik manajemen.
Sejalan dengan Wijaya dan Christiawan (2014), Shanti dan Yudhanti
(2007) dalam Purwanti (2012) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif
terhadap praktik manajemen laba. Peneliti menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki leverage tinggi akibat besarnya liabilitas dibandingkan aktiva yang
dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan
pada waktunya. Hal ini berarti leverage berpegaruh positif terhadap
manajemen laba. Dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
C.Model Penelitian
Variabel Independen
Gambar 2.1
Model Penelitian Analisis Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit, Kualitas
Audit Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
Variabel Dependen: Manajemen laba Dewan komisaris (-)
Komite audit (-)
Kualitas audit (-)
BAB III
METODE PENELITIAN A.Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdiri dari sub sektor makanan dan minuman, sub sektor
rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga
dan sub sektor peralatan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode tahun 2011 sampai 2015 yang mengeluarkan laporan keuangan
tahunan.
B.Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitan ini diambil dari laporan keuangan
tahunan dan IndonesiaCapital Market Directory (ICMD) perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015 yang memberikan
informasi lengkap sesuai dengan variabel yang digunakan pada penelitian ini.
C.Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling (pemilihan sampel bertujuan), yaitu penentuan sampel
atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu yang dikembangkan
berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria perusahaan yang dipakai sabagai sampel
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari sub
sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub
sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan
rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2011-2015
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan berturut-turut secara lengkap
selama periode 2011-2015
3. Perusahaan yang memiliki data untuk perhitungan dewan komisaris, komite
audit, kualitas audit dan leverage
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Studi pustaka
dapat dilakukan dengan cara mengolah literature, artikel, media tulis jurnal yang
berkaitan dengan masalah pada penelitian ini. Data terebut diperoleh melalui
pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, atau
dapat melalui www.idx.co.id
E.Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah manajemen laba
sebagai variabel dependen, dan dewan komisaris, komite audit, kualitas audit dan
leverage sebagai variabel independen. Adapun definisi operasional dari
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba adalah tindakan manajer dalam menurunkan atau menaikan
laba perusahaan yang bertujuan untuk mensejahterakan kepentingan individu
maupun perusahaan itu sendiri. Earning Management dalam penelitian ini
diukur dengan mengidentifikasi/mengukur discretionary accrual dengan
menggunakan De Angelo (1986) seperti yang digunakan Guna dan Herawaty
(2010) . Discretionary accrual diperoleh dari selisih total akrual antara periode
t dan t-1. Dalam model ini, De Angelo menggunakan total akrual t-1 (Tait-1)
sebagai nondiscretionary accrual (NDA).
Model De Angelo (1986):
DAit = (TAit – TAit-1)/A it-1
Keterangan :
DAit : Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
Tait : Total accruals perusahaan i pada periode ke t (laba bersih - arus kas
operasi)
TA it-1 : Total accruals perusahaan i pada periode ke t-1 (laba bersih tahun
sebelumnya - arus kas operasi tahun sebelumnya)
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 (total aktiva tahun
2. Variabel Independen
a. Independensi Dewan Komisaris
Peran dewan komisaris adalah memonitor kebijakan direksi yang
diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang muncul antara
dewan direksi dan pemengang saham. Jumlah komisaris independen wajib
mewakili sedikitnya 30% dari jumlah Komisaris dalam Dewan Komisaris
(Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.5). Variabel komisaris independen
diukur dengan jumlah komisaris independen terhadap jumlah seluruh
anggota dewan komisaris, yaitu
b. Komite Audit
komite audit juga memantau agar manajemen tidak melakukan
manajemen laba. Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit juga
berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak
manajemen dalam penyusunan laporan keuangan (Fachrony, 2015). Dalam
penelitian ini, komite audit diukur dengan menentukan jumlah anggota
komite audit dalam perusahaan.
Dewan komisaris independen
c. Kualitas Audit
Kualitas auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan.
Kualitas audit dalam penelitian ini diukur melalui proksi ukuran KAP
tempat auditor tersebut bekerja, yang dibedakan menjadi KAP Big Four
dan KAP Non Big Four (Miati dan Rasmini, 2016). Kualitas audit diukur
dengan skala nominal melalui variabel dummy. Angka 1 digunakan untuk
mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan angka 0
digunakan untuk mewakili KAP Non Big Four. Daftar KAP big four yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Price Waterhouse Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia
Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan.
2) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman
Bing Satrio dan Rekan.
3) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia
Purwantono Suherman, dan Serja.
4) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) dengan partnernya di
Indonesia Siddharta dan Widjaja.
d. Leverage
Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang
digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang
dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan
makin meningkat. Variabel leverage diukur dengan rasio utang terhadap
total aset, yaitu sebagai berikut :
F. Uji Kualitas Instrumen Data 1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif untuk mengetahui gambaran mengenai standar
deviasi, rata-rata, minimum, maksimum dan variabel-variabel yang diteliti.
Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang
lebih jelas dan mudah dipahami.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data
sampel. Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal. Pengujian
normalitas dilakukan dengan cara melakukan one sample kolmogorove
smirnov test. Jika signifikan yang dihasilkan > 0,05 maka dikatakan
datanya berdistribusi normal dan untuk model regresinya memenuhi
normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear antara peubah
nilai bebas X dalam model regresi ganda (Nazaruddin dan Basuki, 2015).
Uji mulitikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali 2006). Total hutang
Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Multikolinearitas dapat diketahui dengan beberapa
cara salah satunya dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dan Tolerance Value untuk masing-masing variabel independen (Ghozali,
2006). Jika tolerance value > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan
bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada model tersebut.
c. Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Nazaruddin dan
Basuki, 2015). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heterokedastisitas. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi atau tidaknya
heterokedastisitas digunakan uji Glejser. Uji ini dilakuan dengan
meregresikan nilai absolute residual dengan variabel-variabel independen
dalam model. Metode ini dilakukan dengan meregresikan variabel
bebasnya (independen) terhadap nilai absolut residual. Apabila nilai sig >
0,05 maka bebas dari gejala heteroskedastisitas (Ghozali, 2006)
d. Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi (Nazaruddin dan Basuki, 2015). Model regresi yang baik adalah
diketahui melalui uji Durbin Watson statistic. Pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi, sebagai berikut :
1) Jika d < dL, atau lebih besar dari (4 – dL) maka hipotesis nol ditolak,
artinya terdapat autokorelasi
2) Jika d terletak diantara dU dan (4 –dU) maka hipotesis nol diterima,
artinya terdapat autokorelasi
3) Jika d terletak diantara dL dan dU atau diantara (4 - dU) dan (4 – dL)
artinya hipotesis tidak memberi kesimpulan pasti
G.Uji Hipotesis Dan Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linear
berganda dengan menggunakan program SPSS.
Persamaan regresi linear berganda tersebut untuk mengetahui
pengaruh dua variabel independen atau lebih terhadap variabel dependen.
Persamaan regresi yang digunakan adalah:
DA = β0 + β1D_KOM + β2 KMA + β3 K_AUD + β4 LR + e
Keterangan:
DA = Discretionary Accruals (Proksi Dari Manajemen Laba)
D_KOM = Independensi Dewan Komisaris
KMA = Jumlah Komite Audit
K_AUD = Kualitas Audit
LR = Leverage
1. Uji Nilai F (Uji Serempak)
Uji statistik nilai F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas
(independen) secara keseluruhan atau bersama-sama mampu mempengaruhi
variabel terikat (dependen). Pengujian dilakukan dengan membandingkan
nilai P atau P value dengan alpha (0,05). Jika P value < 0,05 maka variabel
independen memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel terikat.
2. Uji Nilai T(Uji Parsial)
Uji nilai t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai P atau P value dengan alpha (0,05). Jika P value < 0,05
maka variabel independen memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel
terikat.
a. H1 – H3 didukung apabila koefisien regresi bernilai positif (+) dan P
value < 0,05
b. H4 didukung apabila koefisien regresi bernilai negatif (-) dan P value
< 0,05
3. Uji koefisien Determinasi (Adjusted –R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali dalam dewi, 2014). Nilai Adjusted R2 adalah antara 0 dan
1, semakin besar nilai Adjusted R2, maka semakin besar kemampuan variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Objek/ Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdiri dari sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok,
sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga dan
sub sektor peralatan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk priode 2011 sampai dengan 2015. Berdasarkan metode purposive sampling
yang telah ditetapkan pada Bab III, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 75
yang memenuhi kriteria. Adapun prosedur pemilihan sampel tampak pada Tabel
Tabel 4.1 barang konsumsi yang terdiri dari
sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok
sub sektor farmasi
sub sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah tangga
yang terdapat di BEI periode
2011- Kualitas audit (KAP big four) Leverage
6 Data outlier (skor terlalu tinggi atau terlalu
rendah) 76
B.Uji Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
data yang digunakan dalam suatu penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari jumlah sampel, nilai minimum, maksimum, mean,
dan standar deviasi. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit, Kualitas Audit,
Leveragesebagai variabel independen, sedangkan variabel dependen yaitu
Manajemen Laba. Hasil statistik deskriptif tampak pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel 4.2. tersebut menunjukkan
jumlah sampel yang diuji sebanyak 75. Hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap Independensi Dewan Komisaris (D_kom)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,25 nilai maksimum sebesar 0,8330 mean
sebesar 0,37132 dan standar deviasi sebesar 0,0841805.
Variabel Jumlah Komite Audit (KMA) menunjukkan nilai minimum sebesar
3 nilai maksimum sebesar 4 mean sebesar 3,03 dan standar deviasi 0,162.
Variabel Kualitas Audit (K_AUD) menunjukkan nilai minimum 0 nilai
Variabel Leverage (LR) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0662 nilai
maksimum sebesar 4,1402 mean sebesar 0,483623 dan standar deviasi sebesar
0,5886303. Sedangkan variabel Manajemen Laba (DA) menunjukkan nilai
minimum sebesar 0,0051 nilai maksimum sebesar 0,1611 mean sebesar 0,055093
dan standar deviasi sebesar 0,0372553.
C.Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang
dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji
normalitas data dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov
(1-KS) disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (1-KS)
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,,b Mean 0,0000000
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji normalitas data untuk tahun 2011 sampai
dengan 2015, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi
normal karena besarnya nilai Kolmogorov-smirnov0,085 dengan Asymp. Sig.
(2-tailed) 0,200c,d yang lebih besar dari aplha 0,05.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Dapat dilihat dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Tabel 4.4 di atas menunjukkan model regresi karena nilai DW sebesar
1,839. Nilai table du dublin watson jumlah sample 75 dengan 4 variabel
adalah dL =1,5151 dan dU = 1,739. Dublin watson 1,839 terletak diantara dU
dan (4-dU) maka hipotesis nol diterima, artinya tidak terdapat autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel bebas/ independen dalam model regresi. Dapat
Tabel 4.5
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa hasil uji multikolinieritas
terhadap kelima variabel independen dalam penelitian ini, masing-masing
diperoleh nilai VIF < 10 atau nilai tolerance> 0,1. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa model persamaan regresi terbebas dari multikolinieritas,
artinya model persamaan yang dihasilkan adalah baik.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Dapat
dilihat dalam Tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas melalui Uji Glejser
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel
independen dalam penelitian ini mempunyai nilai signifikansi > 0,05,
sehingga dapat dikatakan bahwa data variabel penelitian ini bebas dari
heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik yang terdiri
dari: uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji
heteroskedastisitas, maka dapat dikatakan bahwa data variabel dalam
penelitian ini sudah layak untuk dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan
regresi linier berganda.
D.Uji Hipotesis 1. Uji Nilai t
Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi, variabel independen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji signifikan (uji individual)
dapat dilihat dalam Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7
a. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Variabel Independensi Dewan Komisaris (D_KOM) mempunyai
nilai signifikansi 0,004 < α (0,05) dengan arah beta negatif. Artinya
Dewan Komisaris berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.
Dengan demikian, hipotesis pertama diterima
b. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Variabel Komite Audit (KMA) mempunyai nilai signifikansi
0,028 < α (0,05) dengan arah beta negatif. Artinya Komite Audit
berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba. Dengan demikian,
hipotesis kedua diterima.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Variabel Kualitas Audit (K_AUD) mempunyai nilai signifikansi
0,451 > α (0,05) dan arah beta positif. Artinya Kualitas Audit tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Dengan demikian, hipotesis
ketiga ditolak.
d. Pengujian Hipotesis Keempat (H4)
Variabel Leverage (LR) mempunyai nilai signifikansi 0,284 > α
(0,05) dan arah beta negatif. Artinya Leverage tidak berpengaruh