Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN
HELM SNI DI KOTA BANDUNG
DK 38315/TUGAS AKHIR Smester II 2010/2011
Oleh :
Santi Sumiati 51907205 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Kampanye merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari suatu lembaga kepada khalayak sebagai sasaran. Suatu kampanye yang baik harus disusun dan dirancang secara baik dan benar, sehingga diperlukan suatu laporan tertulis untuk menjelaskan bagaimana proses rancangan tersebut. Oleh karena itu penulis membuat
suatu laporan pengantar Tugas Akhir mengenai “Perancangan Kampanye
Penggunaan Helm SNI di Kota Bandung”, untuk menunjang kelengkapan sidang sebagai syarat menyelesaikan Tugas Akhir.
Selama pengerjaan laporan ini, penulis tidak bekerja sendiri namun banyak pihak yang ikut berjasa dalam penulisannya. Sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
31 Maret 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari semakin meningkat, terutama pada saat akhir pekan kenyamanan berkendara di Bandung menjadi terganggu. Kondisi tersebut terjadi karena adanya kenaikan jumlah penduduk baik itu karena faktor kelahiran, migrasi dan tingkat urbanisasi yang cukup tinggi dengan berbagai kegiatan meliputi pendidikan, perdagangan, perkantoran maupun pariwisata. Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan menciptakan lalu lintas yang aman, tertib, teratur, nyaman dan efisien. Tujuan tersebut pada kenyataannya sangat sulit untuk diwujudkan. Hampir di setiap wilayah di Indonesia mempunyai masalah yang sama di bidang lalu lintas, bukan hanya masalah kemacetan tetapi juga masalah polusi udara, kurangnya kesadaran masyarakat dan aparat yang berwenang untuk memperhatikan faktor-faktor keselamatan yang seharusnya menjadi faktor utama yang diperhatikan.
2
pertambahan jumlah kendaraan (14 s.d 15 % per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.
Menurut data Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI), tingginya angka kecelakaan melibatkan sepeda motor, diiringi juga dengan fakta hasil penelitian di Indonesia, bahwa satu dari tiga orang yang kecelakaan sepeda motor mengalami cedera di kepala. Dampak lebih lanjut dari cedera di kepala dapat menyebabkan gangguan pada otak, pusat sistem syaraf, dan urat syaraf tulang belakang bagian atas. Gegar otak biasanya sulit untuk dipulihkan. Tentu saja hal ini dapat mengganggu ketentraman hidup yang bersangkutan dan keluarganya.
3
juga bagian mulut. Helm digunakan pengendara motor tujuannya agar dapat meminimalisasi kecelakaan saat berkendara.
Dari data-data diatas maka peraturan mengenai penggunaan helm Standar Nasional Indonesia dibuat. Sejak peraturan itu ditetapkan aparat kepolisian Bandung sampai saat ini masih mengupayakan aturan tersebut dalam bentuk sosialisasi, dalam beberapa waktu yang lalu aparat kepolisian sudah mengadakan razia pengendara ataupun penumpang motor mengenai helm berstandar nasional tersebut. Meskipun ada peningkatan kesadaran masyarakat memakai helm tertutup, tetapi kesadaran tersebut tidak seutuhnya kesadaran akan keselamatan mereka sendiri melainkan karena faktor lain yaitu supaya tidak terkena razia saat berada di jalan raya. Fakta yang lainnya, masyarakat memakai helm tertutup tetapi helm tersebut tidak masuk kualifikasi helm yang bisa menjaga keselamatan pengendara, khususnya pada bagian kepala. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
4
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keselamatan saat
berkendara motor dengan tidak menggunakan atau belum menggunakan helm berstandar nasional.
Adanya pendapat dari pengguna motor bahwa harga helm standar
nasional mahal, sehingga mereka lebih memilih helm yang serupa dengan helm standar, tetapi belum teruji sebagai helm standar.
Menurut hasil wawancara kepada beberapa pengguna, ada yang
berpendapat jarak tempuh mereka dekat sehingga tidak perlu menggunakan helm standar.
Kemacetan yang sering terjadi di kota Bandung menyebabkan rawan
kecelakaan.
Dari permasalahan permasalahan yang telah diidentifikasi diatas perlu adanya suatu tindakan untuk mengantisipasi masalah-masalah tersebut. Hal itu dapat terwujud apabila pengguna motor di kota Bandung diberi informasi mengenai penggunaan helm standar untuk menjaga keselamatan saat berkendara. Untuk mengkomunikasikan informasi tersebut diperlukan suatu strategi komunikasi yang terpadu agar pesan sampai kepada pengendara motor yang dituju secara cepat.
1.3 Fokus Permasalahan
5
dengan masalah keselamatan penggunanya. Peraturan mengenai penggunaan helm Standar Nasional Indonesia bagi pengendara motor roda dua masih belum terealisasi dengan baik, sehingga diperlukan suatu penelitian tentang permasalahan:
“Bagaimana merancang suatu media kampanye mengenai penggunaan
helm Standar Nasional Indonesia di kota Bandung?”.
Dalam penelitian tentang penggunaan helm Standar Nasional Indonesia, penulis menentukan batasan-batasan masalah sehingga penelitian dapat lebih terarah dan data yang di dapat lebih akurat. Adapun batasannya antara lain:
Membatasi objek penelitian yaitu helm ber-Standar Nasional
Indonesia.
Membatasi subjek penelitian yaitu pengendara motor sebagai subjek
wajib menggunakan helm SNI.
Perancangan akan dilakukan di kota Bandung karena termasuk kota
6
1.5 Tujuan Perancangan
7
BAB II
TINJAUAN KAMPANYE PENGGUNAAN HELM SNI DI KOTA BANDUNG
2.1 Pengantar
Dalam kajian pustaka ini penulis akan mengkaji data yang di dapat dari beberapa literatur, hasil penelitan dan juga dari pengamatan langsung di
lapangan yang berkaitan dengan “Kampanye Penggunaan Helm SNI Di
Kota Bandung”. Adapun literatur utama yang digunakan peneliti yaitu
“Buku Saku Panduan Aman Berlalu Lintas” oleh Suryanagara, dokumen
terbitan Badan Standardisasi Nasional Indonesia, “Kiat dan strategi kampanye” oleh Rosady Ruslan, serta informasi dari pihak Kasat Lantas Polrestabes Bandung.
Selanjutnya, data yang telah ada akan digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan apa saja yang terkait dengan penelitian. Peneliti juga akan menjelaskan bagaimana pandangan masyarakat sebagai pengendara motor tentang helm yang saat ini digunakan. Apakah helm tersebut sudah memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah
2.2 Pengertian Kampanye
8
kegiatan komunikasi, mempengaruhi, strategi, tujuan, waktu, media dan sasaran. Dari ketujuh kata tersebut dapat dirangkai pengertian kampanye, yaitu:
“Adalah sebuah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh sebuah
lembaga atau instansi tertentu yang ditujukan kepada khalayak/sasaran tertentu dengan strategi dan media tertentu serta tujuan tertentu dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu”.
Kampanye merupakan tindakan komunikasi yang telah direncanakan dengan tujuan mendapatkan efek tertentu pada sejumlah khalayak yang menjadi target dan dilakukan secara terencana dan telah ditentukan waktunya. Dalam kampanye diharapkan adanya suatu perubahan sikap pada target sasaran dengan adanya informasi yang terkandung dalam
kampanye. Dalam melakukan kampanye, selain untuk
mengkampanyekan program, aktifitas dan informasi, tujuan yang lainnya adalah untuk memperkenalkan, meningkatkan kesadaran pada target sasaran, sekaligus mempengaruhi dan membujuk target.
Menurut Rosady Ruslan peran utama kampanye yaitu sebagai penghubung antara lembaga dan target sasaran, dapat membina hubungan yang positif antara lembaga dan target sasaran, serta menciptakan suatu citra yang baik dimata publik.
9
Kampanye berkaitan dengan aktivitas berkomunikasi suatu kepentingan demi tercapainya tujuan. Dalam berbagai kegiatan tersebut terdapat beberapa jenis program kampanye yang bertitik tolak untuk memotivasi dan membujuk sehingga tujuan kampanye dapat tercapai. Menurut (Charles U.Larson dalam Rosady Ruslan, 2008: 25) jenis kampanye terbagi menjadi:
Product – Oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang berorientasi pada produk. Biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran atau peluncuran produk baru. Berikut salah satu peluncuran produk telepon genggam iphone.
Gambar 2.1 Media Kampanye Produk Sumber :
http://images.suprichusnul.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/R4wzDwoK CCcAABC5HWc1/Spurlock.jpg?et=uTu0WjrZWTnk9FU7gTQjVA&nmid=
(31/07/2011)
10
Kegiatan kampanye yang berorientasi pada pencalonan (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik. Poster digunakan sebagai alat untuk mencari simpati dari calon pemilih pada pemilihan umum. Hingga kini poster kampanye sering muncul pada setiap kesempatan saat dilakukan pemilihan kepala daerah atau negara. Berikut ini merupakan salah satu contoh kampanye politik:
Gambar 2.2 Media Kampanye Politik
Sumber : http://rosadadada.files.wordpress.com/2008/08/baligho.jpg (13/02/2011)
Ideological or Cause – Oriented Campaigns
11
Gambar 2.3 Media Kampanye Sosial Sumber :
http://2.bp.blogspot.com/_uxLsTsmMEPw/S_lSTp8EgII/AAAAAAAAAC4/z_TWpwvR 5NA/s1600/Poster+A3+01.jpg (13/02/2011)
2.2.2 Tujuan Kampanye
Tujuan dirancangnya suatu kampanye yaitu menyampaikan suatu pesan dari suatu lembaga atau instansi kepada target sasaran yang biasanya merupakan khalayak besar. Pesan tersebut biasanya berisi suatu informasi yang tujuannya untuk mengubah sikap, perilaku, atau pemikiran dari sasaran mengenai suatu masalah. Sehingga target kampanye dapat berperilaku atau bersikap sesuai dengan pesan dari lembaga atau instansi.
2.3 Helm SNI
Helm adalah bagian dari perlengkapan pengendara motor roda dua berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi benturan. Bentuk helm terbagi menjadi dua yaitu:
a. Helm standar terbuka (open face)
12
Gambar 2.4 Helm Standar Terbuka Sumber: Dokumen Pribadi
b. Helm standar tertutup (full face)
Bentuk helm yang menutup seluruh bagian kepala, mulai dari atas, bagian leher, dan bagian mulut.
Gambar 2.5 Helm Standar Tertutup
Sumber: http://herinoto.com/helm-sni/jpg (15/02/2011)
13
Gambar 2.6 Helm Catok
Sumber: http://manusia-dandunia.blogspot.com/2010_12_01_archive.html/jpg (15/02/2011)
Gambar 2.7 Helm Non SNI
Sumber: http://indonetwork.co.id/sinarterangmotor/839657/helm-tengkorak/jpg (15/02/2011)
2.3.1 Material Helm
Menurut data yang telah ada di BSNI (Badan Standardisasi Nasional Indonesia) bahan helm harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah
14
akibat pengaruh bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih lainnya.
Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air dan tidak
dapat terpengaruh oleh perubahan suhu.
Bahan-bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh
terbuat dari bahan yang dapat menyebabkan iritasi atau penyakit pada kulit, dan tidak mengurangi kekuatan terhadap benturan maupun perubahan fisik sebagai akibat dari bersentuhan langsung dengan keringat, minyak dan lemak pemakai.
Desain Lapisan Luar dan Dalam :
1. Lapisan luar yang keras (hard outer shell)
Di desain untuk dapat pecah jika mengalami benturan untuk mengurangi dampak tekanan sebelum sampai ke kepala.
Gambar 2.8 Lapisan Luar Helm Sumber: Dokumen Pribadi
15
Di sebelah dalam lapisan luar adalah lapisan yang sama pentingnya untuk dampak pelapis penyangga. Biasanya dibuat dari bahan polyatyrene (Styrofoam). Lapisan tebal ini memberikan bantalan yang berfungsi menahan goncangan sewaktu helm terbentur benda keras sementara kepala masih bergerak. Sewaktu ada tabrakan yang membenturkan bagian kepala dengan benda keras, lapisan keras luar dan lapisan dalam helm menyebarkan tekanan ke seluruh materi helm. Helm tersebut mencegah adanya benturan yang dapat mematahkan tengkorak.
3. Lapisan dalam yang lunak (comfort padding)
Merupakan bagian dalam yang terdiri dari bahan lunak dan kain untuk menempatkan kepala secara tepat pada rongga helm.
Gambar 2.9 Lapisan Dalam Helm Sumber: Dokumen Pribadi
2.3.2 Konstruksi Helm
Menurut Badan Standardisasi Nasional, konstruksi helm harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
16
dengan tampilan luar yang dimodifikasi sehingga permukaannya tidak halus, tidak termasuk kedalam helm yang memenuhi standar keselamatan. Helm juga harus terdiri dari lapisan peredam benturan, dan juga tali pengikat dagu.
Gambar 2.10 Tali Pengikat Helm Sumber: Dokumen Pribadi
b. Helm harus mempunyai tinggi sekitar 11,4 cm diukur dari puncak helm ke bidang utama yaitu bidang horizontal yang melalui lubang telinga.
c. Setiap helm disediakan ukuran yang disesuaikan dengan besar kecilnya kepala pengguna, diantaranya:
Tabel 2.1 Ukuran Helm Sumber: www.bsni.go.id (15/02/2011)
Ukuran Keliling Lingkaran
17
e. Lapisan peredam benturan mempunyai tebal sekitar 10 mm dan disertai dengan jaring helm.
Gambar 2.11 Ketebalan Helm Sumber: Dokumen Pribadi
f. Tali pengikat mempunyai lebar sekitar 20 mm, dan disertai dengan kuncian sehingga dapat benar-benar berfungsi dengan baik.
Gambar 2.12 Tali Pengikat Helm Sumber: Dokumen Pribadi
g. Pada bagian tempurung tidak boleh ada tonjolan yang melebihi 5 mm, dan setiap tonjolan harus dilengkapi dengan lapisan lunak, serta tidak boleh ada lapisan permukaan helm yang tajam.
18
Merupakan bagian helm yang berada di bagian pinggir dan berfungsi melindungi organ telinga.
Gambar 2.13 Tali Pengikat Helm Sumber: Dokumen Pribadi
i. Jaring helm
Jaring helm adalah bagian yang langsung bersentuhan dengan kepala, dan ukuran jaring dapat bersifat di ubah-ubah.
j. Rim
Sebagai lapisan antara kaca dan helm.
19
Gambar 2.15 Struktur Helm Tertutup Sumber: http://bsni.go.id/ helm-sni/pdf (15/02/2011)
Gambar 2.16 Struktur Helm Terbuka Sumber: http://bsni.go.id/ helm-sni/pdf (15/02/2011)
Setiap bagian-bagian helm diuji terlebih dahulu dengan beberapa tes sehingga kualitasnya dapat terjamin. Selanjutnya helm yang sudah memenuhi standar nasional dan sudah diuji diberi label SNI. Label SNI yang resmi yaitu label berupa tulisan SNI yang bentuknya timbul ketika diraba. Atau sering disebut sebagai
20
Gambar 2.17 Label Helm SNI Sumber: Dokumen pribadi
Maksud dan tujuan peraturan wajib helm SNI menurut penjelasan dari pihak Kasat Lantas yaitu:
a. Meningkatkan kualitas helm yang diproduksi di dalam negeri sehingga dapat bersaing secara global.
b. Melindungi konsumen atau pemakai helm dari helm-helm yang tidak standar dan tidak memenuhi syarat keselamatan.
c. Melindungi pasar di Indonesia dari serbuan helm-helm impor. Adapun helm yang sudah resmi menjadi helm SNI yaitu:
21
2.3.3 Peraturan Helm SNI
Dalam Permen Perindustrian RI No. 40/M-IND/PER/4/2009 tentang Perubahan Atas Permen Perindustrian Nomor 40/M-IND/PER/6/2008 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua Secara Wajib. Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010. Aturan mengenai helm ini diatur dalam Undang-Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Adapun penjelasan yang lebih rinci menurut Suryanagara (2009: 99) adalah sebagai berikut :
Pasal 57:
(1) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan dijalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan kendaraan bermotor.
(2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi sepeda motor berupa helm Standar Nasional Indonesia.
Pasal 106:
22
(8) Setiap orang yang menemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.
Sedangkan jika terjadi pelanggaran pada pengendara motor, maka sangsi yang akan dikenakan tercantum dalam pasal 291 yang isinya sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana kurungan paling lama I (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
(2) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama I (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
2.3.4 Sosialisasi Helm SNI
23
melakukan upaya sosialisasi. Adapun sosialisasi yang sudah dilakukan yaitu:
a. Pembagian helm SNI secara langsung kepada masyarakat, pembagian helm SNI tersebut bekerja sama dengan YAMAHA, HONDA, RCTI, Jasa Raharja dengan Satlantas Polrestabes Bandung beberapa saat yang lalu.
b. Pembagian brosur tentang cara penggunaan helm SNI (langsung kepada pengendara motor).
c. Pembagian stiker gratis tentang wajib menggunakan helm SNI. d. Pemasangan spanduk.
e. Talkshow di radio-radio.
f. Pemberian informasi ke sekolah-sekolah melalui program
Police Goes to School dan Police Goes To Campus.
g. Pemberian informasi langsung juga dilakukan di kelurahan-kelurahan.
h. Sosialisasi melalui media massa diantaranya di Koran, Radio dan Televisi.
2.4 Kota Bandung
24
Secara kodrati manusia merupakan makhluk monodualistis. Artinya, selain sebagai makhluk individu manusia berperan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk ciptan Tuhan yang terdiri dari rohani dan jasmani dan tidak dapat terpisahkan dari jiwa raga. Sebagai makhluk sosial manusia harus hidup bermasyarakat.
Masyarakat Bandung adalah masyarakat majemuk, yaitu terdiri dari berbagai macam budaya, adat, agama, tradisi, maupun norma. Sehingga segala aturan yang dibuat harus dapat mengatasi kemajemukan tersebut. Sehingga penegakan keadilan dapat terwujud. Agar suatu peraturan hukum dapat berfungsi dengan baik maka dibutuhkan kesdaran hukum dari masyarakatnya sendiri.
Menurut Aim Abdulkarim (2004: 42) kata kesadaran berasal dari kata
“sadar”, artinya merasa tahu dan ingat. Kesadaran adalah proses batin
yang ditandai dengan adanya pengertian, pemahaman, dan penghayatan mendalam terhadap sesuatu sehingga menimbulkan keinginan untuk melaksanakan sesuatu berdasarkan pengertian, pemahaman dan kesadaran. Warga Negara yang sadar hukum adalah warga negara yang menyadari hak, kewajiban, kedudukan, dan peran sertanya dalam berbagai kehidupan.
25
menggunakan helm yang memenuhi standar keselamatan tanpa ada perasaan terpaksa. Tetapi pada kenyataannya saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk menggunakan helm SNI masih kurang, hal ini terbukti berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 50 pengendara motor. Setelah diminta pendapatnya mengenai alasan mereka tidak menggunakan helm SNI, sebanyak 56% menjawab karena helm SNI harganya mahal. Pendapat yang lain yaitu sebanyak 40% mereka telah menggunakan helm standar tetapi dengan alasan takut terkena razia pihak berwajib bukan karena kesadaran akan keselamatan saat berkendara motor. Dan suara terakhir yaitu sebanyak 4% mereka tidak mengetahui kriteria helm yang memenuhi standar keselamatan seperti apa.
2.5 Kecelakaan
26
kecelakaan yang dilakukan pengendara motor. Korban tewas mencapai 593 jiwa.
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor dapat mengakibatkan pengendara dan atau penumpangnya mengalami luka parah, atau bahkan sampai meninggal dunia. Hal ini salah satunya disebabkan karena minimnya perlindungan pada pengendara sepeda motor. Bila dibandingkan dengan mobil, sepeda motor tidak memiliki instrumen peredam, sabuk keselamatan (safety belt) dan kantong udara (air bag) guna menahan benturan. Memang sepeda motor memiliki keunggulan ukuran yang lebih kecil dibandingkan mobil. Hal ini membuat pengendara menjadi mudah untuk melaju dan bergerak di keramaian lalu lintas. Namun, hal ini jugalah yang kemudian dapat membuat mereka mudah terlibat dalam kecelakaan dan biasanya pengendara sepeda motor mengalami luka serius.
Adapun faktor- faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan diantaranya:
Faktor manusia
Faktor karena manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan lalu lintas. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi dengan disengaja ataupun tidak disengaja.
Faktor Kendaraan
27
mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
Faktor Lingkungan
Musim hujan juga mempengaruhi cara kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama didaerah pegunungan.
2.6 Target Audiens
Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis menurut M. Suyanto (2006: 20) merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geogerafis yang berbeda, misalnya wilayah, negara, propinsi, dan kota. Dalam perancangan kampanye ini
28
mayoritas penduduknya banyak, sehingga kegiatan lalu lintasnya pun termasuk kedalam lalu lintas yang padat.
Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis menurut M. Suyanto (2006: 22) adalah pasar yang dikelompokan berdasarkan pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kelas sosial. Untuk kampanye penggunaan helm SNI, target termasuk kedalam kelas sosial menengah kebawah, dengan penghasilan diperkirakan 1,5 s.d 4 juta rupiah. Pekerjaan mulai dari pelajar, mahasiswa, karyawan pabrik maupun karyawan kantor. Dan pengguna kendaraan motor roda dua diantaranya merupakan laki – laki dan perempuan.
Segmentasi Psikografis
29
ingin praktis dalam berkendara tanpa memikirkan keselamatan. Hal lain yang menyebabkan masih adanya pengendara atau pengguna motor di Bandung belum menggunakan helm standar nasional yaitu mereka beralasan helm tersebut harganya mahal. Padahal jika dibandingkan dengan harga motor yang mereka beli, harga helm lebih murah. Oleh sebab itu alasan yang menyebutkan harga helm mahal itu tidak masuk akal. Karena sebenarnya mereka mampu membeli. Tempat yang biasa dikunjungi untuk kaum wanita yang juga pengguna motor yaitu sekolah atau kampus, tempat perbelanjaan, tempat rekreasi dan tempat bekerja. Mereka biasanya berkumpul bersama teman-temannya saat waktu santai. Sementara untuk kaum laki-laki, pada siang hari ada yang melakukan aktivitas di sekolah, kampus dan bekerja untuk mereka yang telah mempunyai pekerjaan. Tempat yang biasa dikunjungi yaitu bengkel, tempat olahraga, dan tempat perbelanjaan. Sementara untuk sebagian penduduk yang bekerja sebagai tukang ojek yang juga merupakan pengguna motor mereka kebanyakan tidak menggunakan helm karena dianggap tidak praktis. Penghasilan mereka dianggap cukup. Hal itu bisa dilihat dengan motor yang mereka gunakan untuk mengojek, sebagian besar merupakan motor pribadi.
2.7 Analisis SWOT
30
ancaman sebagai aspek eksternal untuk menyusun suatu strategi. Analisis SWOT pertama kali ditemukan oleh Albert Humphrey sekitar tahun 1960-1970. Analisis terhadap kampanye penggunaan helm standar nasional Indonesia untuk kota Bandung:
1. Strenght (Kekuatan)
Merupakan segala sesuatu yang dimiliki dan dapat memperlancar pendirian suatu usaha, atau pelaksanaan proyek. Yang menjadi kekuatan dari produk helm SNI diantaranya:
Karena telah di uji terlebih dahulu, maka helm SNI mempunyai
konstruksi yang kuat dan tahan terhadap benturan.
Saat dipakai oleh penggunanya akan terasa lebih nyaman,
karena pada bagian dalamnya terdapat lapisan dalam yang lunak dan tebal, sebagai bantalan kenyamanan yang sekaligus berfungsi sebagai peredam.
Helm SNI melindungi pemakai helm dari helm yang tidak
standar dan tidak memenuhi syarat keselamatan.
2. Weakness (Kelemahan)
Yaitu ketidakadaan sumber yang diperlukan sehingga dapat menghambat kelancaran pendirian suatu usaha, atau pelaksanaan proyek. Adapun yang menjadi kelemahan dari helm SNI yaitu:
Helm SNI terdiri dari bahan anti benturan, dan bahan lainnya
31
Harga helm Standar Nasional Indonesia mempunyai harga
yang lebih mahal dari helm yang belum memenuhi standar keselamatan.
3. Oportunity (Kesempatan atau Peluang)
Kesempatan atau peluang adalah faktor luar yang dapat memperluas kegiatan yang akan dilakukan. Peluang helm SNI diantaranya:
Melindungi pasar di Indonesia dari serbuan helm import.
Meningkatkan kualitas helm yang diproduksi dalam negri,
sehingga dapat bersaing secara global.
4. Threath (Ancaman)
Ancaman merupakan faktor luar yang dapat mempersempit kegiatan yang akan dilakukan. Adapun yang menjadi ancaman dalam memperkenalkan penggunaan helm SNI diantaranya:
Masih banyak produsen yang menjual helm tertutup, tetapi
belum teruji sebagai helm yang memenuhi standar keselamatan penggunanya.
Terdapat helm yang menyerupai helm SNI dengan
menggunakan label tulisan SNI yang ditempel, bukan label SNI timbul (emboss)
32
33
BAB III
PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN HELM SNI DI KOTA BANDUNG
3.1 Strategi Perancangan
Dalam merancang sebuah desain, sudah seharusnya telah direncanakan secara matang konsep yang akan digunakan. Konsep yang digunakan tentunya harus berkaitan dengan target audiens. Sebelum merealisasikan konsep, diperlukan suatu strategi perancangan.
3.1.1 Strategi Komunikasi
34
3.1.1.1 Tujuan Komunikasi
Kampanye merupakan suatu kegiatan komunikasi yang mempengaruhi masyarakat luas sebagai sasaran melalui suatu kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dalam kampanye ini yaitu mengubah perilaku masyarakat untuk menggunakan helm SNI pada saat berkendara motor. Hal ini terkait dengan permasalahan yang ada pada masyarakat yang
menyebutkan bahwa alasan mereka belum
menggunakan helm yaitu karena harganya mahal, berkendara motor dalam jarak yang dekat, tidak adanya razia, dan yang terakhir karena helm standar kurang nyaman saat dipakai bagi sebagian kaum wanita. Permasalahan tersebut didapat dari hasil survey kepada beberapa pengguna kendaraan motor di Bandung.
3.1.1.2 Materi Pesan
Pesan yang ingin disampaikan diantaranya:
Helm Standar Nasional mempunyai ciri berlogo SNI
pada bagian samping helm, logo tersebut mempunyai permukaan yang timbul saat diraba atau lebih dikenal dengan istilah emboss.
Helm SNI nyaman digunakan dan tidak merusak
35
Dalam berkendara motor pengguna harus
menggunakan helm SNI walaupun jarak tempuhnya dekat dan tidak ada razia motor.
Harga helm SNI sesuai dengan kualitasnya, dengan
harga yang masih terjangkau.
3.1.2 Pendekatan Visual
Untuk merancang kampanye penggunaan helm SNI ini, penulis menggunakan pendekatan visual menggunakan gaya ilustrasi karikatur. Hal tersebut dikarenakan dengan gaya ilustrasi karikatur, pesan yang disampaikan bersifat tidak kaku dan tidak terlalu formal. Alasan yang lain yaitu karena target audiens
berusia antara 17- 25 tahun, pada usia tersebut gaya ilustrasi karikatur masih disukai. Sebagai bahan perbandingan sekaligus contoh, pada media massa koran ilustrasi karikatur masih digunakan.
3.1.3 Pendekatan Verbal
36
Teruji Aman & Nyaman”. Dari tagline tersebut diharapkan dapat mengubah pemikiran dan dapat menggugah kesadaran pengguna motor untuk menggunakan helm standar nasional. Sebelum helm tersebut di jual ke pasar helm tersebut telah di uji terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Indonesia. Sehingga target audiens lebih aman menggunakan helm standar nasional saat berkendara motor. Untuk headline
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia yang bersifat tidak baku atau bahasa sehari-hari. Hal tersebut disesuaikan dengan gaya ilustrasi yaitu karikatur. Alasan yang lainnya juga yaitu agar pesan tidak kaku.
3.1.4 Strategi Kreatif
37
penggunaan visual karikatur akan memberikan kesan humoris bagi target audiens yaitu warga Bandung. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik warga Bandung (Jawa Barat) yang tidak terlalu formal dan juga humoris. Hat tersebut dapat dibuktikan dalam penjelmaan tokoh wayang yaitu cepot, contoh yang lain misalnya kabayan, dan lain-lain. Berikut ini contoh karikatur:
Gambar 3.18 Contoh Karikatur
Sumber : http://farm5.static.flickr.com/4017/4380638504_91528bb74a.jpg (02/05/2011)
3.1.5 Strategi Media
Media kampanye merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada target audiens. Adapun media yang akan digunakan diantaranya above the line dan
below the line.
Above The Line
38
Poster
39
(a) (b)
(c) (d) Gambar 3.19 Poster Kampanye Penggunaan Helm SNI
Sumber (a): Dokumen Pribadi Sumber (b): Dokumen Pribadi Sumber (c): Dokumen Pribadi Sumber (d): Dokumen Pribadi
Billboard
40
ditempatkan di tempat yang banyak dilalui oleh kendaraan dengan ukuran besar. Sehingga secara otomatis target yang melalui billboard ini dapat melihat iklan kampanye.
Neon Box
Media pendukung yang dapat di pasang pada jalan raya. Sangat efektif terutama pada malam hari.
X-Banner
Media yang akan di simpan pada tempat khusus, misalnya di tempat parkir.
Spanduk
Spanduk sebagai media pendukung dapat dipasang pada badan jalan ataupun pada tempat yang sering dilalui oleh
Merupakan suatu media cetak yang digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai suatu produk secara lebih merinci dibandingkan dengan poster maupun billboard. Flyer
41
Sticker
Merupakan bahan promosi yang bersifat fleksibel. Bisa ditempel dimana saja. Jika sticker ini ditempelkan di kendaraan maka secara tidak langsung penggunanya telah ikut serta memberitahukan informasi wajib menggunakan helm standar kepada pengguna motor yang lain.
Gantungan Kunci
Pemilihan media ini bertujuan sebagai media pengingat terhadap pengguna kendaraan motor.
Pin
Pemilihan media ini bertujuan sebagai media pengingat terhadap pengguna kendaraan motor.
Masker
Pemilihan masker sebagai media pendukung akan membantu dalam proses reminding karena masker merupakan salah satu perlengkapan berkendara motor.
Sarung Tangan
Sarung tangan merupakan salah satu perlengkapan bermotor. Sehingga dipilih sebagai media pendukung, sehingga diharapkan dapat menjadi pengingat pesan kampanye.
3.1.6 Strategi Distribusi
42
43
Tabel 3.3 Distribusi Media
3.2 Konsep Visual
Desain yang baik, adalah desain yang telah mempunyai konsep yang terecana, sehingga visual yang tercipta tidak kaku dan menarik. Suatu visual terdiri dari format desain, tata letak, tipografi, ilustrasi, dan warna. Berikut akan dijelaskan lebih rinci:
3.2.1 Format Desain
44
3.2.2 Tata Letak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mario R. Garcia dan Pegie Stark dalam Surianto Rustan (2010:76) di daerah yang menggunakan bahasa dan tulisan latin umumnya orang membaca dari kiri ke kanan serta dari atas ke bawah. Selain itu arah gerak mata juga dipengaruhi oleh pembedaan dalam suatu tata letak misalnya warna, ukuran, style, dan lain-lain. Kabiasaan yang lainnya yaitu membaca sesuai dengan urutan tertentu. Misalnya urutan sepeti huruf Z, C, L, T, dan I. Tata letak yang akan digunakan dalam desain kampanye yaitu tata letak dengan urutan yang menyerupai huruf I. Sehingga pembaca akan membaca dari arah atas ke bawah. Materi pesan akan dilihat secara berurutan.
Gambar 3.20 Contoh Tata Letak Huruf I Sumber :
http://images.suprichusnul.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/R4wzDwoK CCcAABC5HWc1/Spurlock.jpg?et=uTu0WjrZWTnk9FU7gTQjVA&nmid=
45
3.2.3 Jenis Huruf
Rangkaian huruf dalam sebuah kalimat bukan saja suatu makna yang mengacu pada suatu gagasan, tetapi juga mempu memberikan kesan secara visual. Sehingga pemilihan huruf harus sesuai dengan kesan yang ingin disampaikan. Pesan dalam kampanye ini ingin mengajak warga Bandung, khususnya bagi pengguna motor untuk menggunakan helm SNI. Konsep dalam desainnya tidak terlalu formal. Untuk Tagline digunakan font Comics. Penulisan tagline harus jelas dan mudah terbaca, sehingga jenis huruf ini digunakan. Dilihat dari bentuknya font ini termasuk kedalam jenis sanserif, atau huruf yang tidak berkaki. Font seperti ini dapat memberikan kesan tegas tapi tidak formal. Sesuai dengan judul pada kampanye yaitu menegaskan bahwa Helm SNI Teruji Aman & Nyaman. Tagline dibuat dalam bentuk logo, sehingga dapat terlihat lebih menarik.
HELM SNI TERUJI AMAN NYAMAN
&
46
yang ingin menyampaikan pesan yang humoris tetapi tegas. Font yang digunakan yaitu Doctor Soos Bold:
Pake helm SNI
47
ilustrasi background digunakan gambaran berupa bangunan-bangunan yang terkenal di kota Bandung, yang pertama penggunaan bangunan gedung sate, mewakili kotamadya Bandung. Yang kedua yaitu berupa tampilan monumen sepatu Cibaduyut, karena pada tempat ini banyak sekali pengendara motor yang belum menggunakan helm SNI dan juga merupakan tempat wisata, sehingga sudah tidak asing lagi. Yang ketiga yaitu jembatan layang Pasopati dimana jembatan Pasopati ini sering digunakan oleh anak muda untuk melihat pemandangan kota Bandung. Alasan lainnya pada derah pasopati merupakan daerah pendidikan. Banyak universitas yang berada pada daerah ini. Terutama daerah Dago. Lokasi antara Dago dan Pasopati cukup dekat. Sehingga digunakannlah tampilan jembatan Pasopati untuk background
mengenai “Jauh Atau Dekat Tetap Gunakan Helm SNI”. Sesuai
48
(a) (b) Gambar 3.21 Monumen Sepatu Cibaduyut
Sumber (a) : Dokumen Pribadi Sumber (b) : Dokumen Pribadi
(a) (b) Gambar 3.22 Gedung Sate
Sumber (a):
http://4.bp.blogspot.com/_awKAVJGRBF4/S-RWcyiq83I/AAAAAAAAAA4/tqiZhDg8WpM/s320/gedung+sate.jpg (09/06/2011) Sumber (b): Dokumen Pribadi
(a) (b) Gambar 3.23 Jembatan Pasopati
Sumber (a) :
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRnI9o81__BblI1rt5s4ZGj7wIP4fmheTg0Z2bH OuBVPeUFYewHpQ&t=1(09/06/2011)
49
(a) (b) Gambar 3.24 Sepeda Motor Sumber (a): Dokumen Pribadi Sumber (b): Dokumen Pribadi
(a) (b) Gambar 3.25 Polisi Lalu Lintas Sumber (a) : Dokumen Pribadi Sumber (b) : Dokumen Pribadi
3.2.5 Warna
50
kesan optimis, hati-hati, dan harapan. Dan yang terakhir yaitu warna abu-abu memberikan kesan modis, futuristik, dan intelek.
51
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIK PRODUKSI
4.1 Pra Produksi
Sebelum memasuki tahapan produksi media yang sebenarnya, tahap yang harus dilalui yaitu perancangan produksi yang meliputi:
Sketsa
Sketsa merupakan tahapan awal setelah konsep dibuat. Sketsa merupakan gambaran sederhana tampilan visual yang akan dibuat. Dibuat secara manual yang selanjutnya akan dibuat dan diolah melalui teknis komputerisasi.
Pengolahan Gambar
Setelah desain dibuat secara manual maka langkah selanjutnya yaitu gambar diolah di komputer. Dalam pembuatan visual kampanye penggunaan helm SNI ini penulis menggunakan 3 software desain, diantaranya Adobe Photoshop, Corel Draw, dan Adobe Indesign. Pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi penempatan logo,
headline, dan tagline kampanye.
Pemilihan Alternatif
52
Tahap Produksi
Desain yang telah terpilih dipersiapkan untuk proses cetak, teknis cetak disesuaikan dengan kebutuhan media yang akan dibuat.
4.2 Teknik Produksi
Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan perancangan media kampanye sebagai berikut:
4.2.1 Media Utama
Poster ( Media Cetak)
Poster termasuk kedalam media luar ruangan, poster dapat ditempatkan di tempat umum dan dilalui oleh banyak orang. Sehingga pesan akan dapat mudah tersebar. Penggunaan poster sebagai media utama karena mempunyai jangkauan dan penempatan yang luas dan tingkat keterbacaan tinggi. Poster dibuat secara masal melalui teknik cetak. Dengan menggunakan
art paper 230 gr berukuran A2.
Fungsi Poster 1
53
penampilan agar tidak rusak, misalnya melindungi kepala dari panas matahari jika berkendara saat siang hari, dapat melindungi penampilan kepala dari tiupan angin. Selain itu helm SNI tersedia dalam beberapa ukuran, sehingga bagi muslimah dapat menyesuaikan ukuran helm dengan kepala. Penjelasan ini dicantumkan pada bagian bawah poster berupa
body teks.
Gambar 4.27 Poster 1
Fungsi Poster 2
54
Gambar 4.28 Poster 2
Fungsi Poster 3
Menjelaskan tentang permasalahan bahwa sebagian besar masyarakat pengguna motor menggunakan helm karena lebih takut terkena razia daripada karena menjaga keselamatan diri sendiri. Sehingga dalam visual yang dijelaskan dalam headline bahwa menggunakan helm SNI akan aman dari kecelakaan dan razia.
55
Fungsi Poster 4
Permasalahan yang terakhir bahwa helm SNI dianggap mahal oleh sebagian besar masyarakat yang belum menggunakan helm SNI. Pada kenyataannya harga helm SNI disesuaikan dengan kualitasnya, karena telah diuji terlebih dahulu.
Gambar 4.30 Poster 4
4.2.2 Media Pendukung 1. Media Traffic
56
Billboard
Billboard adalah media yang sering kita jumpai khususnya di ruas-ruas jalan, ukurannya yang besar dapat menjadi pusat perhatian. Akan tetapi tingkat keterbacaannya rendah, karena pengguna jalan akan melihat billboard secara sekilas. Sehingga pesan yang disampaikan harus singkat tetapi tepat. Pemilihan media ini dapat menjadi media pengingat bagi pengguna motor untuk menggunakan helm SNI. Teknik produksi menggunakan teknik digital printing.
Bahan yang akan digunakan yaitu flexi dengan ukuran 5 x 6 meter. Media ini akan ditempatkan di ruas jalan yang terdapat lampu merah, pada daerah yang aktivitas berlalu lintasnya tinggi.
57
Spanduk
Spanduk sebagai media lanjutan dari billboard mempunyai isi pesan yang sama akan tetapi berbeda dalam penempatan. Media ini akan dipasang di parkiran motor. Teknis pembuatan yaitu digital printing dengan ukuran 150 x 45 cm. Bahan yang digunakan yaitu flexi.
Gambar 4.32 Spanduk
2. Media Cetak
58
Flyer
Media ini dibuat dengan teknis cetak offset. Ukuran flyer 14 x 20 cm, menggunakan art paper 150 gr dua muka. Flier akan dibagikan pada tahap kampanye awal, karena berisi informasi lebih lengkap daripada poster dan media lainnya.
Gambar 4.33 Flyer
X-Banner
59
Gambar 4.34 X-Banner
Neon Box
Media ini lebih efektif pada malam hari, informasi akan lebih jelas, karena ada cahaya pada bagian dalam box. Ukuran neon box yaitu 150 x 100 cm. Ditempatkan pada trotoar jalan dua arah. Karena terdapat dua muka. Teknisnya yaitu dengan cetak digital menggunakan sticker one way.
60
3. Gimmick
Media ini merupakan media pendukung yang akan dibagikan kepada target sasaran secara gratis. Media ini menjadi media pengingat walaupun masa kampanye berakhir.
Pin
Para pengendara motor biasanya membawa tas atau menggunakan jaket saat berkendara motor. Maka media pin ini dibuat, sebagai media pengingat. Teknis pembuatan cetak offset, dengan bahan plastik, kertas dan seng. Ukuran pin yaitu diameter 4.4 cm.
Gambar 4.36 Pin
Sticker
Motor biasanya dihias dengan sticker begitu juga dengan helm. Media sticker dibuat dalam dua versi, yaitu sticker
61
Gambar 4.37 Sticker
Gantungan kunci
Perlengkapan motor yang lain yaitu kunci motor, agar kunci yang kecil tidak hilang biasanya pemilik kendaraan akan menyertakan hiasan tambahan pada kunci yaitu berupa gantungan. Oleh sebab itu media gantungan kunci digunakan. Selain berguna juga sebagai media pengingat. Ukuran gantungan yaitu 4 x 6 cm, dibuat dengan teknik grafir satu warna menggunakan bahan plastik.
62
Masker
Masker merupakan media pendukung yang sering digunakan pengendara motor untuk menutup bagian hidung dan mulut dari debu saat berkendara. Ukuran media ini 10 x 27 cm, teknik border dengan menggunakan bahan kain.
Gambar 4.39 Masker
Kalender
Kalender merupakan media informasi yang sering dilihat oleh setiap orang. Sehingga media ini digunakan, karena selain berisi tanggal atau hari kalender ini juga berisi mengenai informasi kampanye helm SNI. Teknik pembuatan cetak offset, ukuran 21 x 20 cm, dengan bentuk kalender menyerupai helm. Bahan yang digunakan
art paper 150 g.
63
Sarung tangan
Merupakan media pengingat pada kampanye ini. Media ini merupakan salah satu perlengkapan saat berkendara motor. Teknik pembuatan bordir, dengan ukuran 15 x 20 cm. Bahan yang digunakan benang dan sarung tangan kulit.
64
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulkarim Aim. (2004). Kewarganegaraan. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
Madjadikara, Agus S. (2005). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta: Gramedia.
Ruslan, Rosady. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rustan, Surianto. (2009). Layout Dasar & Penerapannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soemirat, Betty & Yehuda, Eddy. (2001). Opini Publik. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Suherman, Eman. (2008). Business Entreneur. Bandung: Alfabeta.
Suryanagara. (2009). Buku Saku Panduan Aman Berlalu Lintas Sesuai UU No.22 Tahun 2009. Jakarta : Degraf Publishing.
Suyanto, M. (2004). Aplikasi Desain Grafis Untuk Periklanan. Yogyakarta: Andi.
Suyanto, M. (2006). Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia.
Yogyakarta: Andi. Dokumen
Badan Standardisasi Nasional. (2007). Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua.
65
Internet
BSNI. (2010). Informasi Penerapan Standar Wajib Helm ber-SNI. Tersedia di: w.w.w.:http: Informasi Penerapan Standar Wajib Helm ber-SNI - BSN - Badan Standardisasi Nasional - National Standardization Agency of Indonesia - Setting the Standard in Indonesia ISO SNI WTO.htm [14 Oktober 2010]
Indra Sentanus, Ariek. (2010). Menyoal Sosialisasi Helm SNI. Tersedia di: w.w.w.:http: Menyoal Sosialisasi Helm SNI Bataviase.co.id.htm. [14 Oktober 2010]
Laporan Tugas Akhir/ Karya Ilmiah
Cyntiadewi, Marintan. (2007). Perancangan Kampanye Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Cipada Kabupaten Bandung. Tugas Akhir
– Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Lubis, Hary. (2008). Risalah Akademik Pedoman Penulisan dan Penyusunan. Bandung: Unikom.
RIWAYAT HIDUP
NAMA : SANTI SUMIATI
ALAMAT : JL DEWI SARTIKA NO 55A BANDUNG
TEMPAT TANGGAL LAHIR : BANDUNG, 3 SEPTEMBER 1988
ANAK KE : 7 DARI 7 BERSAUDARA
SEKOLAH ASAL : SDN JATI MULYA
SMPN 1 BALEENDAH
SMAN 11 BANDUNG
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
ORANG TUA
AYAH : AYI BANA SUBARNA
TEMPAT TANGGAL LAHIR : BANDUNG 20 MEI 1944
PEKERJAAN : WIRASWASTA
ALAMAT : JL DEWI SARTIKA NO 55A BANDUNG
IBU : SARNITI
TEMPAT TANGGAL LAHIR : BANTEN 3 SEPTEMBER 1951
ALAMAT : JL DEWI SARTIKA NO 55A BANDUNG