IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perikanan di Desa Mungo
4.1.1. Sejarah Perikanan di Desa Mungo
Desa Mungo didirikan sekitar abad ke-17 Masehi tepatnya Tahun 1612 dari
dahulu Desa Mungo yang sudah dikenal dengan budidaya ikan Gurami dan hewan
ternaknya. Desa Mungo terletak di Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota
Propinsi Sumatera Barat tepatnya kira-kira 10 Km dari Kota Payakumbuh. Desa
ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga mayoritas penduduk di
Desa ini bermata pencaharian sebagai petani, seperti petani padi, peternakan dan
perkebunan, dan yang paling diminati ialah budidaya ikan.
Usaha perikanan merupakan usaha yang sudah dilaksanakan oleh
masyarakat Desa Mungo sejak dari perkembangan daerah tersebut, yang
merupakan warisan dari nenek moyang yang bermula dengan usaha skala rumah
tangga (Tradisional). Jenis komoditas ikan yang dominan diusahakan oleh
masyarakat adalah : ikan gurami, ikan mas, Lele, nila, patin, bawal dan nilem,
selain itu beberapa jenis ikan hias seperti ikan koi, dan komet. Jenis kegiatan yang
dilakukan pada umumnya adalah pembenihan ikan dan sebagian kecil usaha
pembesaran ikan.
Produksi ikan dari Desa Mungo mulai dikenal masyarakat luas yang
berawal dari pedagang ikan dari daerah ini mencoba menjual ikan keluar daerah
yang pada mulanya dijajakan di daerah-daerah dalam Kabupaten Lima Puluh Kota,
kemudian memasuki daerah Sumatera Barat dan akhirnya sampai menembus
dan Jambi. Kemudian semenjak tahun 1990 terjadi perkembangan baru, di mana
permintaan terhadap benih ikan Gurami berwarna putih semakin besar, benih ikan
gurami putih merupakan komoditi ekspor yang dikirim ke Malaysia, Singapura dan
Thailand. Hal ini menyebabkan peluang pemasaran benih ikan gurami putih
semakin besar dan menimbulkan gairah baru dalam berusaha bagi pembudidaya
ikan gurami di Desa Mungo. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pembudidaya
ikan di Desa Mungo, di mana pembudidaya pada umumnya mengalihkan
perhatiannya kepada pembenihan ikan gurami putih.
Untuk memenuhi peluang ekspor tersebut, pembudidaya di Desa Mungo
melakukan Kerja sama antar pembudidaya untuk mengumpulkan benih ikan
tersebut dan membentuk kelompok pembudidaya.
Seiring bertambahnya waktu, pembudidaya tidak hanya memproduksi ikan
gurami, melainkan menambah jenis ikan yang di produksi mulai dari ikan mas,
Lele, nila, patin, bawal dan nilem, sampai beberapa jenis ikan hias seperti ikan koi,
komet.
4.1.2. Kelompok Serba Usaha Gurami Putih
Untuk memenuhi peluang usaha budidaya dan meningkatkan kesejahteraan
pembudidaya, maka diperlukan koordinasi dan kerja sama antar pembudidaya
untuk mengumpulkan benih ikan tersebut sehingga timbul keinginan dari
pembudidaya untuk membentuk kelompok. Dengan adanya bimbingan dan
pengarahan dari Dinas Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota beserta penyuluh
perikanan yang terjun langsung membina di lapangan terhadap pembudidaya ikan
di Desa Mungo dilaksanakanlah rapat pembentukan Kelompok Tani – Nelayan
rapat tersebut membentuk Kelompok Tani – Nelayan dengan nama “Kelompok
Tani-Nelayan Gurami Putih”. Seiring bertambahnya waktu, Kelompok
Tani-Nelayan Gurami Putih berubah nama menjadi “Kelompok Serba Usaha Gurami
Putih. adapun jenis ikan yang di budidayakan dan jumlah produksinya dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Produksi Benih Ikan Semua Anggota Pembudidaya Kelompok Serba Usaha (KSU) Gurami Putih Tahun 2015
No. Jenis Ikan Jumlah Produksi
(Ekor)
1. Gurami 4.500.000
2. Mas /Rayo 10.000.000
3. Nila 5 .000.000
4. Lele 50.000.000
5. Nilem 15.000.000
6. Komet 60.000
7. Koi 30.000
8. Patin 150.000
9. Bawal 150.000
Sumber : Arsip Kelompok Serba Usaha Gurami Putih 2015
Visi dari kelompok serba usaha gurami putih ialah mengembangkan usaha
perikanan budidaya ikan yang berdaya saing, memanfaatkan sumberdaya secara
efisien, berkelanjutan, dan menciptakan kesejahteraan serta mendorong
pertumbuhan ekonomi. Dan misinya sendiri yaitu mengembangkan usaha
perikanan budidaya gurami berbasis teknologi tepat guna, ramah lingkungan dan
berkelanjutan mengembangkan usaha budidaya ikan yang berdaya saing ,
menciptakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja, pemberdayaan dan
peningkatan pengetahuan serta kesejahteraan pembudidaya ikan, penyediaan ikan
sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri dan ekspor, pengendalian
pemanfaatan semberdaya perikanan budidaya dan rehabilitasi sumberdaya yang
Kelompok pembudidaya ini selain untuk mengumpulkan benih, kelompok
juga merupakan wadah untuk berbagi informasi mengenai inovasi dalam
berbudidaya, melakukan pelatihan-pelatihan untuk menambah keterampilan
pembudidaya. Kegiatan pelatihan ini juga didukung oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Untuk menambah modal anggota kelompok agar bisa mengembangkan
kegiatan usaha yang dilakukannya, dibuatlah kegiatan simpan pinjam, di mana
modal yang digunakan diperoleh dari setiap anggota yang diwajibkan memberikan
simpanan pokok sebesar Rp. 150.000.- dan simpanan wajib sebesar Rp. 10.000.-
per bulan di samping simpanan sukarela yang disesuaikan dengan keinginan dan
kemampuan anggota. Dana yang dipinjamkan kepada anggota disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan pengembalian bagi anggota di samping kemampuan
keuangan yang ada pada kas KSU Gurami Putih.
Meskipun seluruh anggota telah memenuhi kewajibannya untuk membayar
simpanan wajib namun hanya baru beberapa orang dari anggota yang sudah dapat
memanfaatkan pinjaman ini. Masih sedikitnya anggota yang bisa dilayani
disebabkan karena masih terbatasnya jumlah dana/kas koperasi yang terkumpul.
Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Kelompok Serba Usaha Gurami Putih adalah
menerima magang dari pembudidaya luar yang ingin belajar tentang teknologi
pembenihan ikan gurami, mengusahakan peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan anggota dengan mengikutsertakan pada beberapa macam pelatihan
dan kursus, melakukan konsultasi dengan penyuluh dan instansi pembina secara
Kelompok Serba Usaha Gurami Putih mempunyai 25 anggota, yang
diketuai oleh Aldi Yendri, dibantu sekretaris bernama Gaswandi dan sebagai
bendahara Irwan Putra. Adapun nama anggota, dan jumlah kolam yang dimiliki
pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Nama Anggota Kelompok KSU Gurami Putih, Lahan dan Kolam Tahun 2015
No. Nama
Anggota
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Kolam
Pemijahan Pendederan
1. Rajo Panghulu 2 5 8
2. Baen Hastoni 1 2 7
3. Aldi Yendri 1 4 8
4. Irwan Putra 0,5 4 7
5. Gaswandi 1 10 5
6. Putiah Dauang 2 10 18
7. Kasman 2 16 12
8. Harmonedi 1,5 11 5
9. Anwardi 0,5 4 6
10. Faizul 2 12 10
11. Ismirad 1 6 7
12. Muhammad 0,5 8 2
13. Supriadi 1 4 5
14. Edi Rospen 0,5 6 5
15. Elidasmiati 0,5 5 3
16. Afrizal Yogi 2 10 8
17. Djanuar 1,5 10 15
18. Mawardi 1 10 10
19. Jarjanin 0,5 9 3
20. Nasir 0,5 8 9
21. Nahar 1 5 4
22. M. Sudirman 1,5 21 20
23. Martius 0,5 12 6
24. Gesnedi 1,5 10 10
25. Edrizal 1 10 6
Jumlah 28 199 212
Sumber : Arsip Kelompok Serba Usaha Gurami Putih
Jenis kolam yang dimiliki oleh anggota KSU Gurami Putih terdiri dari
kolam tanah dengan tanggul tanah, kolam tanah dengan tanggul batu, dan kolam
4.1.3. Lokasi dan Keadaan Wilayah Desa Mungo
Desa Mungo merupakan salah satu Desa yang secara administratif berada
di dalam wilayah Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi
Sumatera Barat. Desa Mungo memiliki 11 Jorong, yakni Jorong Indobaleh Timur,
Jorong Indobaleh Barat, Jorong Koto Bakuruang, Jorong Pincuran Tinggi, Jorong
Talaweh, Jorong Kayu Bajajar Padang laweh, Jorong Balai Gadang Atas, Jorong
Balai Gadang Bawah, Jorong Tanjuang Tangah, Jorong Batu Labi, dan Jorong
Bukit Gombak, Topografi Desa ini bergelombang dan berbukit-bukit
4.2. Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Untuk melakukan usaha pembenihan ikan Lele maka perlu dilakukan
langkah-langkah rencana usaha pembenihan yang dilakukan, hal yang perlu
diperhatikan adalah sumberdaya-sumberdaya yang paling penting dalam
melakukan usaha pembenihan, meliputi lahan/kolam, bibit/indukan ikan Lele
Sangkuriang, dan sumber pengairan, kemudian dana yang diperlukan. Bahan yang
digunakan yang meliputi pakan, pupuk kandang, upah tenaga kerja. Adapun pakan
ikan yang digunakan dalam usaha pembenihan ini terdiri dari pakan alami dan
buatan, pakan alami berupa Tubifex dan daun tumbuh-tumbuhan seperti daun ubi
dan talas, sedangkan pakan buatan berupa pellet yang didatangkan dari Medan.
4.2.1. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan pembenihan ikan
Lele Sangkuriang adalah kolam indukan, kolam kolam pemijahan, kolam
pendederan, indukan Lele Sangkuriang, kakaban/ijuk, serokan, dan hafa.
Untuk kolam indukan dan pemijahan pembudaya menggunakan kolam
kolam tanah dengan tanggul tanah. Indukan Lele yang digunakan adalah indukan
Lele Sangkuriang yang mereka budidayakan sendiri ataupun dibeli ke
pembudidaya lain.
Seperti yang telah dijelaskan pada metode praktek magang, pengumpulan
data dilakukan pada 4 pembudidaya yang sedang melakukan pembenihan ikan Lele
Sangkuriang.
Secara keseluruhan kolam yang dimiliki pembudidaya dapat dilihat pada
tabel 4.2, yang sudah termasuk untuk kolam ikan lain seperti gurami, nila, dan ikan
mas. Untuk jumlah kolam pembenihan ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3. Jumlah Kolam Pembenihan dan Induk Ikan Lele Sangkuriang Yang dimiliki Pembudidaya Tahun 2016
No. Nama Pembudidaya Jumlah Kolam
Jumlah Indukan Jantan Betina
1. Djanuar 3 2 5
2. Mawardi 3 3 6
3. Kasman 3 2 6
4. Sudirman 3 2 5
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
4.2.2. Untung Rugi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Untuk mengetahui pendapatan yang didapat dari melakukan usaha
pembenihan ikan Lele Sangkuriang, maka perlu dihitung berapa besarnya biaya
produksi yang dikeluarkan dan berapa penerimaan yang diperoleh.
Biaya dalam usaha pembenihan meliputi biaya investasi dan biaya produksi.
Biaya investasi meliputi biaya untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk proses pembenihan seperti pembuatan kolam, pembelian induk,
Adapun biaya investasi rata-rata yang dikeluarkan pembudidaya untuk
pembenihan ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Biaya Investasi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
No. Unsur Investasi Harga persatuan (Rp)
1. Pembuatan kolam Indukan batu 350.000 / kolam 2. Pembuatan kolam Pemijahan batu 350.000 / kolam 3. Pembuatan kolam Pendederan tanah 200.000 / kolam 4. Indukan Lele Sangkuriang 40.000 / ekor
5. Kakaban 1.500 / kg
6. Serokan 15.000 / buah
Total 956.500 Rupiah
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
Sedangkan biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan kegiatan produksi. Biaya produksi dalam pengertian ekonomi
produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya
yang tetap dikeluarkan meskipun jumlah produksinya naik ataupun turun dalam
batas tertentu, sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan
berhubungan dengan jumlah produksi benih yang diusahakan (Siregar, 2012).
Semakin banyak jumlah benih ikan Lele yang diproduksi maka semakin banyak
pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi
Menurut Lipsey dalam Siregar (2012) biaya tetap adalah jumlah biaya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang
berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan dengan
meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya
tidak tetap.
Biaya variabel atau biaya tetap dalam usaha pembenihan ikan Lele
Sangkuriang meliputi biaya perawatan induk ikan, sedangkan biaya tidak tetap
meliputi pembelian pakan, pupuk, dan upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja
Harga pembelian pakan pellet berkisar antara Rp. 11.000.-/Kg, tergantung
banyaknya pellet yang dibeli ataupun ketersedian pellet di pasaran.
Pakan ikan Lele tidak hanya menggunakan pellet, melainkan pakan alami
yang telah tersedia secara ad libilitum di kolam berupa fitoplankton dan
zooplankton serta serangga-serangga kecil dan tumbuhan air. Pupuk kandang
didapat dari peternak ayam ataupun puyuh. Rata-rata biaya produksi yang
dikeluarkan oleh pembudidaya untuk menghasilkan benih ikan Lele Sangkuriang
umur Panen 50 – 60 hari atau ukuran 5 – 7 cm dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Biaya Produksi Pak Djanuar
No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)
1. Pakan 80 kg 880.000
2. Upah Pekerja 1 Org 50.000
3. Pupuk Kandang 50 Kg 10.000
4. Insectisida 1 Btl 28.000
5. Pakan Induk 50 Kg 550.000
Total biaya 1.518.000
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
Tabel 4.6. Biaya Produksi Pak Mawardi
No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)
1. Pakan 100 Kg 1.100.000
2. Upah Pekerja 1 Org 50.000
3. Pupuk 50 Kg 10.000
4. Insectisida 1 Btl 28.000
5. Pakan Induk 52 Kg 572.000
Total biaya 1.760.000
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
Tabel 4.7. Biaya Produksi Pak Kasman
No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)
1. Pakan 90 Kg 990.000
2. Upah Pekerja 1 Org 50.000
3. Pupuk 50 Kg 10.000
4. Insectisida 1 Btl 28.000
5. Perawatan Induk 52 Kg 572.000
Total biaya 1.650.000
Tabel 4.8. Biaya Produksi Pak Sudirman
No. Unsur Produksi Jumlah Biaya (Rp/Panen)
1. Pakan 75 Kg 825.000
2. Upah Pekerja 1 Org 50.000
3. Pupuk 50 Kg 10.000
4. Insectisida 1 Btl 28.000
5. Perawatan Induk 50 Kg 550.000
Total biaya 1.463.000
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
Sedangkan harga yang digunakan untuk penjualan benih ikan Lele
Sangkuriang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9. Harga Benih Ikan Lele Sangkuriang
No. Ukuran Benih Harga/Ekor (Rupiah)
1. 2 - 3 cm 40
2. 3 - 4 cm 60
3. 3 - 5 cm 100
4. 5 - 6 cm 120
5. 5 - 7 cm 150
6. 7 - 9 cm 250
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
Adapun penerimaan rata-rata yang diperoleh oleh pembudidaya hasil
penjualan benih ukuran 5 – 7 cm dengan harga Rp. 150-/ekor dapat dilihat pada
tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10. Rata-rata Penerimaan yang diperoleh Pembudidaya
No. Pembudidaya Jumlah Benih Jumlah Penerimaan
1. Djanuar 31.000 4.650.000
2. Mawardi 36.000 5.400.000
3. Kasman 34.000 5.100.000
4. Sudirman 30.000 4.500.000
Sumber : Pembudidaya ikan, 2016 data diolah
Suatu usaha yang beroperasi akan mengharapkan adanya penerimaan
pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakannya. Penerimaan pendapatan
diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa yang diproduksi. Pendapatan
merupakan jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Rasyaf dalam
Pendapatan yang diperoleh oleh pembudidaya dari usaha pembenihannya
dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11. Pendapatan yang diperoleh Pembudidaya (Rupiah) No. Pembudidaya Jumlah
Penerimaan
Biaya Produksi
Pendapatan
1. Djanuar 4.650.000 1.518.000 3.132.000 2. Mawardi 5.400.000 1.760.000 3.640.000 3. Kasman 5.100.000 1.650.000 3.450.000 4. Sudirman 4.500.000 1.463.000 3.037.000
Rata-rata Pendapatan 3.314.750
Sumber : Data olahan Pribadi
4.2.3. Efisiensi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio
(BCR), yaitu perbandingan antara total penghasilan dengan total biaya produksi.
Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai
BCR maka akan semakin efisien dan layak usaha tersebut (Karo dalam Siregar,
2012). BCR dapat diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan
total pengeluaran produksi. Kadariah (1987) dalam Siregar (2012) menyatakan
bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter
berikut
BCR > 1 : Efisien
BCR = 1 : Impas
BCR < 1 : Tidak Efisien
Adapun efisiensi usaha pembenihan yang dimiliki oleh pembudidaya dapat
dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12. Efisiensi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang No. Pembudidaya Biaya
Produksi
Pendapatan BCR
1. Djanuar 1.518.000 3.132.000 2,063241 2. Mawardi 1.760.000 3.640.000 2,068182 3. Kasman 1.650.000 3.450.000 2,090909 4. Sudirman 1.463.000 3.037.000 2,075871
Sumber : Data olahan Pribadi
Dari tabel 4.12 efisiensi usaha pembenihan yang dimiliki pembudidaya
tersebut didapat bahwa nilai BCR > 1 atau nilai perbandingan antara total biaya
produksi dengan total pendapatan lebih dari satu. Berdasarkan parameter
ke-efisiensi usaha menurut Kadariah (1987) usaha yang dimiliki pembudidaya
termasuk ke dalam kategori efisien dan merupakan usaha yang layak.
4.2.4. Alur Produksi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Alur produksi merupakan tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam
kegiatan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Adapun alur produksi
pembenihan ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Alur Produksi Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang Persiapan Kolam
Seleksi Induk
Pemijahan
Larva
Pendederan I
PendederanII
Pendederan III
Pengurasan, pembersihan dan
pemupukan
Alur kegiatan produksi dimulai dari persiapan kolam baik kolam pemijahan
dan kolam pendederan dengan menguras, membersihkan kolam serta pemupukan
kolam. Selanjutnya melakukan penyeleksian induk ikan Lele Sangkuriang yang
matang gonad untuk dilakukan pemijahan, kemudian setelah larva menetas maka
dilakukan pemeliharaan. Pada tahap pendederan dilakukan penyortiran. Sejak
ukuran larva pemanenan sudah bisa dilakukan ketika ada yang memesan dan
tentunya sesuai dengan kesepakatan antara pembenih dan pembeli.
4.2.5. Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang
Penjualan benih ikan Lele Sangkuriang dilakukan ke daerah Mungo sendiri
dan pasar-pasar yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu benih Lele
juga dijual ke pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pembeli juga berasal
dari luar Provinsi seperti Provinsi Riau, Sumatra Utara, Bengkulu dan Jambi.
Biasanya pembeli datang langsung menjemput benih ikan. Untuk harga yang dijual
ke pembeli asal daerah tersebut maupun dari luar daerah tetap sama, namun setelah
benih ikan tersebut sudah di tangan pembeli ataupun pengumpul harga benih
ditentukan sendiri oleh pembeli tersebut.
4.3. Pelaksanaan Kegiatan Magang
4.3.1. Perkenalan dengan Pembudidaya Kelompok Serba Usaha (KSU) Gurami Putih
Kegiatan magang dilaksananakan pada tanggal 25 Januari 2016 sampai
dengan 14 Februari 2016, pada hari pertama dan kedua, kegiatan yang dilakukan
ialah perkenalan dengan anggota kelompok Serba Usaha Gurami Putih serta
mendapatkan pengarahan dari ketua kelompok mengenai kondisi dan kegiatan
yang akan dilakukan selama magang. Selanjutnya diperkenalkan tempat sarana dan
4.3.2. Persiapan Kolam Pemijahan
Kegiatan menyiapkan kolam selama magang dilakukan pada hari ke-4, 5,
10, 11, 16, dan hari ke-17. Untuk pemijahan induk ikan Lele Sangkuriang, kolam
yang digunakan adalah jenis kolam dasar batu dan tanggul batu, agar memudahkan
dalam pemindahan benih ikan Lele yang masih kecil ke kolam pendederan, selain
itu untuk menghindari kebocoran tembok karena kebiasaan ikan Lele yang suka
membuat lubang untuk sarangnya, supaya pemijahan ikan Lele berhasil, sebelum
memindahkan induk ikan Lele ke kolam pemijahan, kolam terlebih dahulu
dibersihkan dari sisa-sisa makanan ikan pemijahan sebelumnya yang mengandung
amoniak yang dapat mengganggu proses pemijahan. Namun, pembersihan kolam
tidak dilakukan secara berlebihan, lumut-lumut yang berada di kolam dibiarkan
agar aroma ikan pemijahan sebelumnya dapat merangsang ikan untuk melakukan
pemijahan. Setelah kolam pemijahan dibersihkan, selanjutnya ialah menyiapkan
kakaban tempat menempelnya telur ikan Lele, kakaban yang digunakan terbuat
dari ijuk yang dihasilkan oleh pohon enau atau aren, ijuk dimasukkan ke dalam
kolam hingga 80% menutupi kolam pemijahan, dan ditahan dengan batu, agar
setelah kolam diisi air ijuk tidak naik ke permukaan sehingga tidak ada telur ikan
yang nantinya tidak menetas karna berada di permukaan. Kemudian kolam diisi air
bersih hingga ketinggian 30 cm.
4.3.3. Pemilihan Induk Ikan Lele Sangkuriang
Pemilihan induk Induk ikan Lele Sangkuriang pada saat kegiatan magang
dilakukan pada hari ke-6, 11, dan hari ke-18 magang. Induk yang dipilih untuk
pemijahan ialah induk yang telah berumur 1 tahun, yang telah matang gonad
membuat larva ikan Lele yang dihasilkan lemah dan tumbuh lambat. Untuk melihat
tingkat kematangan gonad ikan Lele menggunakan selang kecil atau kateter. Telur
ikan Lele yang sudah bisa dipijahkan berwarna kuning dan terlihat memisah satu
telur dengan lainnya.
Selain dilihat dari telurnya, induk ikan Lele yang siap untuk dipijahkan bisa
dilihat di tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13. Ciri Fisik Induk Ikan Lele Matang Gonad
Induk Ikan Lele Ciri Fisik
Jantan Tubuh ramping
Gerakan lebih lincah dan gesit.
Alat kelamin runcing mencapai sirip anus
Warna tubuh kemerahan
Betina Perut membesar dan terasa lembek
Gerakan agak lambat dan jinak
Kelamin bulat membesar berwarna merah keunguan
Jika bagian perut diurut ke arah anus keluar butir telur
Warna tubuh sedikit kemerahan
Sumber : data primer
Gambar 4.2. Induk Ikan Lele Sangkuriang matang gonad, Jantan (Kanan), Betina (Kiri)
4.3.4. Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang
Kegiatan memijahkan induk ikan Lele Sangkuriang dilakukan pada hari-6,
11, dan hari ke-18 magang. Pemijahan ikan Lele di Desa Mungo dilakukan secara
kolam, tujuannya memudah pekerjaan dan meminimalisir penggunaan kolam.
Perbandingan jumlah jantan dan betina yaitu 1:2 ekor, dengan kolam pemijahan
yang berukuran 2 x 2 meter, jumlah induk ikan Lele yang bisa dimasukkan ialah
pejantan 3 ekor dan betinanya 6 ekor. Pembudidaya ikan Lele memijahkan ikan
Lele sekali Dalam 2 bulan. Optimalnya ikan Lele bereproduksi 15 kali, setelah itu
induk ikan bisa dijual atau dikonsumsi sendiri oleh pembudidaya.
Pelepasan induk ikan Lele Sangkuriang ke dalam kolam pemijahan
dilakukan pada pagi hari supaya ikan Lele bisa beradaptasi dengan kolamnya, dan
bisa melakukan pemijahan pada malam harinya, biasanya ikan Lele melakukan
pemijahan pada pukul 22:00 – 05:00 WIB. Keesokan paginya telur-telur ikan Lele
telah menempel di kakaban, telur yang berhasil dibuahi akan berwarna kuning
bening sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih, kemudian induk ikan Lele
dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk, jika induk ikan Lele dibiarkan di kolam
pemijahan, dapat mengganggu perkembangan telur ikan dan menghindari telur
tersebut dimakan oleh induknya.
4.3.5. Pengamatan Telur Ikan Lele Sangkuriang
Pengamatan telur dilakukan pada hari ke-7 dan 8, kemudian hari ke-13, 14,
dan hari ke-19 pelaksanaan kegiatan magang. Telur ikan Lele Sangkuriang akan
menetas sehari setelah proses pemijahan. Kegiatan selanjutnya ialah memisahkan
induk ikan dari kolam pemijahan. Larva ikan Lele yang baru menetas tidak perlu
diberi pakan, karna masih ada cadangan makanan berupa kuning telur yang
Gambar 4.3. Telur Ikan Lele Sangkuriang Yang Telah dibuahi
Setelah cadangan makanan larva sudah habis biasanya 3 – 4 hari, larva ikan
Lele Sangkuriang diberi pakan berupa kuning telur kemudian larutkan dengan 1
liter air, dengan frekuensi 2 – 3 kali sehari. Selanjutnya ikan diberi pakan alami
yaitu tubifex karna sesuai dengan ukuran mulut ikan yang masih kecil.
4.3.6. Persiapan Kolam Pendederan Ikan Lele Sangkuriang
Kegiatan menyiapkan kolam pendederan untuk ikan Lele dilakukan pada
hari yang sama menyiapkan kolam untuk pemijahan. Adapun kolam yang dimiliki
oleh pembudidaya ikan Lele di Desa Mungo ialah jenis kolam dengan dasar tanah
dengan tembok tanah, hanya beberapa kolam yang menggunakan tembok batu.
Sebelum menebarkan benih ikan Lele untuk pendederan I, kolam
dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan melakukan pengurasan air, pengadukan
tanah, penyemprotan, pemupukan, pengeringan dan pengisian air. Persiapan kolam
ikan Lele harus jauh-jauh hari dilakukan bersama dengan penyiapan kolam
pemijahan agar benih tidak terlalu besar saat dipindahkan ke kolam pendederan I.
Pengurasan air pada kolam pendederan I sudah dilakukan pada saat
pemindahan ikan sebelumnya kependederan II ataupun dipanen, namun karna
kolam pendederan dilakukan dengan membuka lubang saluran keluarnya air dan
menutup lubang masuknya air.
Setelah melakukan pengurasan air, lumpur yang berwarna kehitaman
dikeluarkan dari kolam, lumpur tersebut merupakan sisa-sisa pakan dan kotoran
ikan pendederan sebelumnya, jika dibiarkan akan mengurangi kualitas air kolam
dan menyebabkan penyakit pada benih ikan. Kemudian dasar kolam diaduk supaya
tanah dasar kolam menjadi subur, selanjutnya melakukan penyemprotan pada
kolam, penyemprotan menggunakan insektisida yang bertujuan membunuh
serangga yang dapat memangsa benih ikan, seperti kini-kini atau larva capung.
Gambar 4.4. Pengurasan Kolam Pendederan 1
Setelah melakukan penyemprotan, kolam diberikan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ternak ayam, puyuh atau lainnya. Untuk pemupukan kolam
per-meter3 nya diberi sebanyak ½ Kg pupuk. Diberikannya kotoran ternak atau
pupuk kandang dimaksudkan untuk menyuburkan kolam sehingga pakan alami
ikan dapat tumbuh. Setelah melakukan pemupukan, dilakukan penjemuran 3 – 7
hari, tergantung dengan kondisi cuaca dan jenis tanah kolam, sebagai patokan
permukaan tanah terdapat retakan-retakan dan bila diinjak, kedalaman jejak
Tahap pertama pengisian air yaitu dengan ketinggian air 10 – 15 cm,
sehingga cahaya mati bisa menembus hingga ke dasar kolam, tujuannya
mempercepat tumbuhnya biota-biota perairan yang bisa menjadi pakan alami ikan,
kemudian didiamkan selama 3 hari, pakan ikan mulai tumbuh ditandai dengan
warna air yang kehijauan. Selanjutnya barulah air diisi dengan kedalaman 30 – 40
cm, hal ini akan memudahkan benih ikan yang masih kecil untuk berenang dekat
permukaan yang lebih banyak oksigen.
4.3.7. Penebaran Benih ke Kolam Pendederan
Setelah tahap persiapan kolam selesai, barulah penebaran benih bisa
dilakukan. Kegiatan penebaran benih dilakukan pada hari ke-15 magang. Benih
yang sudah siap ditebarkan ke kolam pendederan sudah berukuran 2 – 3 cm, padat
tebar ikan pada kolam ialah 200 – 300 ekor/m3 Penebaran benih dilakukan pada
pagi atau sore hari ketika suhu perairan rendah agar ikan tidak stres dengan
lingkungan barunya. Selain itu penebaran dilakukan dengan hati-hati, dari kolam
penetasan benih ikan diambil menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam
wadah yang berisi air, kemudian wadah dituangkan secara perlahan dengan
memasukkan wadah ke dalam air kolam sekaligus.
Pendederan merupakan pemeliharaan benih untuk menghasilkan benih
ukuran yang diinginkan. Pendederan umumnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
pendederan I, II, dan III. Setiap tahap memerlukan selang waktu tertentu.
Pendederan I memerlukan waktu sekitar 2 – 3 minggu untuk memelihara benih dari
ukuran 1 – 2 cm hingga ukuran 4 – 5 cm dan 5 – 6 cm. Pendederan II berlangsung
2 – 3 minggu untuk menghasilkan benih berukuran 7 – 8 cm. Dan pendederan III
Gambar 4.5. Benih Lele Sangkuriang Pada Tahap Pendederan II
4.3.8. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan ini dilakukan hampir setiap hari pelaksanaan
magang. Pemberian pakan sangat penting untuk pertumbuhan ikan. Pakan alami
yang tersedia di kolam tidak akan mencukupi kebutuhan makanan benih ikan,
pemberian pakan perlu dilakukan supaya benih ikan bisa tumbuh dengan baik,
pemberian pakan dilakukan dengan teratur setiap harinya, untuk menghindari
benih ikan terkena penyakit. Pakan diberikan 3 kali sehari, di pagi, siang dan sore
hari Pemberian pakan di pagi hari dilakukan pada jam 9, jika dilakukan terlalu pagi
benih ikan rawan terkena radang insang, hal ini dikarenakan permukaan air masih
tercemar dengan racun yang dibawa oleh udara, dengan menunggu sampai jam 9
racun telah hilang terkena sinar matahari, umumnya banyak pakan yang diberikan
sampai benih ikan kenyang, dilihat makanan yang tersisa yang tidak dimakan lagi
Gambar 4.6. Pemberian Pakan Untuk Benih Ikan Lele Sangkuriang
Pakan untuk Lele yang berumur 5 – 13 hari diberikan pakan alami berupa
tubifex, karna sesuai dengan bukaan mulut benih ikan Lele yang masih kecil, dan
bertahap memberikan pakan pellet dengan cara dimulai dengan memberikan 75%
tubifex dan 25% pellet, selanjutnya 50 : 50%, dan kemudian benih ikan Lele sudah
bisa memakan pellet 100%.
Pemberian pakan pellet disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan,
benih ikan yang sudah berukuran 3 cm pellet yang diberikan berukuran 0,8 mm,
selanjutnya benih yang telah berukuran 5 cm sudah bisa diberikan pellet berukuran
1 mm. Untuk lebih jelasnya pemberian pakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.14. Jenis Pakan Berdasarkan Umur Benih Ikan Lele Sangkuriang Tahap
Pembenihan
Lama Pemeliharaan
(Minggu)
Ukuran Umur (hari)
Jenis pakan Berdasarkan umur
larva 1 1 – 2 cm 0 – 4 5 – 7
Makanan cadangan Kuning telur
Pd. I 2 – 3 2 – 6 cm 8 – 14 15 – 22
Tubifex
Pellet 0,8 mm
Alami (ad libilitum)
Pd. II 2 – 3 7 – 8 cm 23 – 29 30 – 50
Pellet 0,8 mm
Pellet 1 mm
Alami (ad libilitum)
Pd. III 2 – 3 9 – 12 cm 51 > Pellet 1 mm
Alami (ad libilitum)
Pakan tambahan juga diberikan pada benih ikan Lele menggunakan pakan
alami berupa daun-daunan yang bertekstur lembut, seperti daun singkong, daun
keladi, dan lain-lain. Pakan alami ini diberikan secara ad libilitum atau tetap
diberikan meskipun ikan sudah kenyang. Pakan tambahan digunakan supaya
menurunkan biaya produksi untuk pembelian pakan pellet.
4.3.9. Penyortiran Benih Ikan Lele Sangkuriang
Adapun kegiatan Penyortiran dilakukan pada hari ke-9 praktek magang.
Penyortiran ini bertujuan untuk mengelompokkan benih ikan Lele berdasarkan
grade/ukurannya, sehingga ukuran benih ikan seragam, dan memenuhi
ukuran-ukuran benih yang diminati pembudidaya ikan. Selain itu penyortiran dilakukan
juga untuk menghindari benih yang memiliki ukuran yang lebih besar akan
memakan benih yang berukuran lebih kecil, sebab Lele termasuk jenis ikan yang
memiliki sifat kanibal atau memangsa sesama jenis.
Penyortiran biasanya dilakukan pada saat akan melakukan pemanenan atau
pemindahan benih ikan ke pendederan selanjutnya. Penyortiran dilakukan dengan
menggunakan alat penyortir benih seperti baskom dan terdapat lubang-lubang
berukuran tertentu. Setiap baskom mempunyai ukuran lubang yang berbeda-beda.
Baskom dengan ukuran lubang yang lebih besar diletak di atas, sehingga benih
yang berukuran lebih kecil melewati lubang, dan yang berukuran lebih besar dari
lubang baskom akan tertahan. Setelah didapatkan pengelompokan ikan, ikan
dipindahkan ke kolam pendederan selanjutnya, ikan yang lebih kecil akan
Gambar 4.7. Penyortiran benih ikan Lele Sangkuriang
4.3.10. Pengendalian Hama
Hama merupakan salah satu pengganggu yang paling banyak ditemukan
pada pembenihan ikan Lele di Desa Mungo. Adapun hama yang sering dijumpai
ialah seperti larva kumbang air, belut, kini-kini, kodok, dan ular. Penanggulangan
dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mencari, menangkap dan
memusnahkannya.
Larva kumbang air dan kini-kini atau larva capung menyerang larva ikan
Lele yang masih lemah dengan menghisap cairan di tubuh ikan Lele sampai habis,
kemudian memakannya, kini-kini dan larva kumbang bisa terlihat jelas di
permukaan air pada siang hari, saat itulah penangkapan bisa dilakukan dengan
menggunakan saringan. Larva kumbang bisa masuk ke kolam lewat saluran masuk
dan keluarnya air, saluran kolam ditutup menggunakan saringan yang rapat
sehingga larva kumbang air tidak bisa masuk.
Lokasi kolam pembenihan ikan Lele berdekatan dengan sawah, sehingga
serangan hama kodok, belut, dan ular bisa terjadi, apalagi kolam yang digunakan
kolam tanah. Selain memangsa benih, belut juga dapat merusak kolam karna
menangkapnya menggunakan pemancingan ke lubang belut, lubang belut biasanya
terdapat dipematang sawah. Untuk kodok dan ular ditangkap menggunakan
serokan kemudian dibunuh.
4.3.11. Pengendalian Penyakit
Penyakit dapat disebabkan oleh parasit yang menginfeksi dan membuat
benih ikan sakit, faktor lainnya adalah lingkungan atau cuaca yang berubah-ubah
sehingga pertumbuhan Lele terhambat dan dapat dapat menyebabkan kematian
benih secara massal.
Penyakit yang banyak terdapat ialah bakteri Aeromonas hydrophyla.
Bakteri ini muncul karna kualitas air yang buruk, sisa pakan yang tidak termakan
dan feses benih yang menumpuk dan membusuk di dasar kolam membuat bakteri
ini cepat tumbuh. Selain Aeromonas, bakteri lain yang dapat dijumpai seperti
Saprolegnia sp. Yang menyerang benih ikan yang terluka, bagian yang terluka akan
terlihat seperti tertutupi kapas, biasanya sering menyerang bagian insang ikan,
sehingga menghambat pernapasan ikan. Dan Trichodina sp., benih yang terkena
penyakit ini terlihat seperti menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding kolam.
Sama halnya dengan Aeromonas, bakteri-bakteri ini muncul akibat kondisi perairan
yang buruk, yang disebabkan pembusukan sisa pakan dan feses, suhu yang tidak
optimal, dan penebaran yang terlalu tinggi.
Untuk penanganan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Flexibacter
columnaris menggunakan obat tetra, dengan dosis 2 sendok teh dicampurkan ke
dalam air 25 liter air, benih direndam di air campuran tersebut selama 3 menit.
Untuk bakteri Aeromonas menggunakan obat Enro, dengan mencampurkan 1
Penyakit yang disebabkan oleh jamur diobati dengan blue cooper, dengan
metode perendaman benih ke dalam air yang dicampurkan blue cooper, dengan
dosis 1 ml blue cooper 2,5 m3 air.
Obat alami yang digunakan seperti daun pepaya, kunyit, daun sirih, daun
jambu biji dan daun pahit-pahitan, dengan metode perendaman benih ke air yang
telah dicampur tumbuhan tersebut, dosisnya 2 gram per-liter air.
4.3.12. Panen Benih
Kegiatan memanen benih ikan dilakukan pada hari ke-9 magang. Panen
benih biasanya dilakukan ketika sudah ada pembeli yang memesan. Sebelum
melakukan pemanenan, benih ikan Lele di puasakan beberapa jam, hal ini
dimaksudkan agar saat benih telah dipindahkan ke dalam kantong plastik, benih
tidak membuang kotoran, yang dapat menyebabkan kualitas air dalam plastik
menurun.
Pemanenan dilakukan pada pagi ataupun sore hari untuk menghindari stres
pada ikan. Cara pemanenan dimulai dari menguras air kolam pembenihan, yaitu
dengan menutup saluran masuknya air dan membuka saluran keluar air, pada
saluran keluarnya air ditutup dengan jaring bermata halus supaya benih ikan tidak
keluar kolam. Ketika air sudah hampir habis, benih ikan akan berkumpul di tengah
kolam, namun sebelumnya di tengah kolam tersebut dibuat lubang seperti parit,
kemudian barulah ikan ditangkap menggunakan serokan. Selanjutnya dimasukkan
ke dalam wadah baskom. Ketika melakukan pemanenan, benih harus diberi
penanganan khusus atau dengan hati-hati, bila benih yang dijual cacat atau terluka
saat pemanenan, pembesaran ikan akan terganggu, bahkan benih bisa mati sebelum
jauh, benih ikan Lele dimasukkan langsung ke dalam keranjang khusus, yang
dibuat untuk mengangkut benih ikan, jika pembeli berasal dari luar daerah,
kemasan dapat berupa tong atau drum plastik yang dilobangi atau menggunakan
kemasan plastik.
Ukuran benih yang diinginkan pembeli bervariasi, mulai dari 1 - 2 cm, 4 -
5 cm, 6 - 7 cm, bahkan larva yang baru menetas. Biasanya pembeli berasal dari
luar daerah, Kecamatan, Kabupaten hingga dari luar Provinsi seperti Provinsi Riau,
Sumatra Utara, Bengkulu dan Jambi. Terkadang ada juga antar pembudidaya ikan
di Desa Mungo sendiri.
4.3.13. Pengemasan Benih Ikan Lele Sangkuriang
Pengemasan bisa dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Sistem terbuka maksudnya pengemasan dengan membiarkan benih terkena udara
bebas, biasanya para pembeli yang datang memang sudah membawa langsung
berupa tong atau drum terbuka, sehingga benih bisa dimasukkan langsung ke
dalamnya. Sedangkan dengan sistem tertutup yaitu menggunakan wadah tertutup
seperti kantong plastik, tujuannya untuk menghindari kontak langsung dengan
udara, untuk itu, kemasan plastik diisi dengan oksigen dan diikat dengan karet agar
ikan tidak mati sebelum sampai ke tujuan. Kantong plastik yang biasa digunakan
berukuran 40 x 80 cm dan dapat menampung benih 400 - 500 ekor. Kantong plastik
Gambar 4.8. Pengangkutan benih
Sistem pengemasan terbuka dilakukan untuk benih yang sudah berukuran
5 cm, jika dilakukan dengan sistem tertutup tingkat kelangsungan hidup benih akan
rendah dikarenakan ketersedian air dan oksigen yang terbatas.
4.4. Permasalahan dalam Usaha Benih Ikan Lele Sangkuriang
Adapun permasalahan dalam usaha pembenihan yang dilakukan oleh
pembudidaya di Nagari Mungo ialah masalah kurang ketersedian air pada musim
kemarau sehingga pendapatan pembudidaya menurun. Pembudidaya pada saat ini