• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Sangkuriang Pada CV Dejee Fish Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Sangkuriang Pada CV Dejee Fish Kabupaten Sukabumi"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN LELE

SANGKURIANG PADA CV DEJEE FISH

KABUPATEN SUKABUMI

NURAINI BELLA ADHISTY

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Sangkuriang Pada CV Dejee Fish Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

(4)

ABSTRAK

NURAINI BELLA ADHISTY. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Sangkuriang Pada CV Dejee Fish Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh RATNA WINANDI.

Lele Sangkuriang (Clarias sp) merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang cukup baik dan memiliki peluang untuk dikembangkan. Salah satu perusahaan yang membudidayakan jenis ikan lele sangkuriang adalah CV Dejee Fish di daerah Pasar Ikan Cibaraja, Cisaat Sukabumi. Dalam menjalankan usahanya tersebut ternyata tidak terlepas dari adanya risiko yaitu risiko produksi yang terlihat fluktuasi produksi yang dialami oleh CV Dejee Fish. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sumber risiko produksi beserta peluangnya, dampaknya dan strategi alternatif untuk menangani. Identifikasi tersebut menggunakan alat analisis deskriptif menghasilkan bahwa risiko produksi pada pembenihan lele sangkuriang adalah jamur, kualitas air, pakan dan teknis pemanenan. Hasil pengamatan dan perhitungan secara langsung kemudian diolah menggunakan alat analisis Z-score dan alat analisis VaR. Serta penerapan Strategi preventif dan mitigasi untuk menangani sumber risiko yang berasal dari jamur, kualitas air, pakan dan teknis pemanenan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas risiko rata-rata per siklus per kolam yang bersumber dari jamur sebesar 40 persen, kualitas air 44 persen, pakan 5 persen dan teknis pemanenan 4 persen. Dampak risiko jamur sebesar Rp 5 795, kualitas air Rp 4 937, pakan Rp 3 388 dan teknis pemanenan Rp 3 736.

Kata Kunci : Clarias sp, risiko produksi , Z-score, Value at Risk

ABSTRACT

NURAINI BELLA ADHISTY. Risk Production Analysis of Catfish Hatchery at CV Dejee Fish Sukabumi District . Supervised by RATNA WINANDI.

Sangkuriang catfish (Clarias sp) which lives in freshwater habitats, has a good economic value. One of the companies that work’s on the cultivation of sangkuriang catfish is CV Dejee Fish, located at Cibaraja’s Fish Market, Cisaat, Sukabumi. Unfortunately, this business is highly related to several risks such as production risk where CV Dejee Fish production fluctuates in a high manner. The object of this study is to identify the sources of production risk, the chances, the impact, and some alternative strategy to handle the risk. The sources of production risk are identified as fungi, water quality, fish feed, and harvesting technic. Furthermore, in order to understand how big the chances and impact of the risk are, Z-score and VaR analysis tool is used. Results from the research shows that on the per period per hetchery, the risk probability from fungi is 40 percent, water quality 44 percent, feeds 5 percent, and harvesting technic 4 percent. The impact of the risk from fungi cost is Rp 5 795, water quality Rp 4 937, feeds Rp 3 388 and harvesting technic Rp 3 736.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN LELE

SANGKURIANG PADA CV DEJEE FISH

KABUPATEN SUKABUMI

NURAINI BELLA ADHISTY

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Lele Sangkuriang Pada CV Dejee Fish Kabupaten Sukabumi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi,MS selaku dosen pembimbing, Ir Narni Farmayanti,MSc selaku dosen penguji utama dan Dr Ir Burhannudin,MM selaku dosen penguji akademik dan seluruh staf bagian sekretariat Agribisnis. Ucapan terimakasih kepada Bapak Deni Rusmawan selaku pemilik perusahaan CV Dejee Fish, kepala produksi CV Dejee Fish beserta seluruh karyawan CV Dejee Fish dan segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan sahabat-sahabat, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skrispsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 5 

Tujuan Penelitian 7 

Manfaat Penelitian 8 

Ruang Lingkup Penelitian 8 

TINJAUAN PUSTAKA 8 

Risiko Produksi 8 

KERANGKA PEMIKIRAN 10 

Kerangka Pemikiran Teoritis 10 

Lele Sangkuriang 13 

Pembenihan Lele Sangkuriang 14 

Kerangka Pemikiran Operasional 15 

METODE 17 

Lokasi dan Waktu Penelitian 17 

Sumber dan Jenis Data 17 

Metode Pengumpulan Data 17 

Metode Pengolahan Data 18 

Gambaran Umum Perusahaan 22 

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 

Analisis Sumber Risiko Produksi 30 

Analisis Dampak Risiko Produksi 37 

Analisis Peta Risiko 38 

Analisis Strategi Penanganan Risiko Produksi 40 

SIMPULAN DAN SARAN 43 

Simpulan 43 

Saran 43 

DAFTAR PUSTAKA 43 

LAMPIRAN 46

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian tahun 2012-2014 1 2 Konsumsi ikan di Indonesia tahun 2008-2012 2 3 Volume produksi perikanan budidaya Indonesia tahun 2009-2013 3 4 Produksi benih ikan air tawar di Kecamatan Cisaat tahun 2014 4

5 Jenis dan ukuran kolam di CV Dejeefish 25

6 Peralatan dan perlengkapan di CV Dejeefish 27

7 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko rata-rata 2 siklus 36 8 Hasil perhitungan dampak risiko rata-rata 2 siklus 37 9 Status risiko dari sumber risiko produksi rata-rata 2 siklus 38

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan pengelolaan risiko 12

2 Peta risiko 12

3 Kerangka pemikiran operasional 16

4 Peta risiko 20

5 Peta strategi preventif 21

6 Peta strategi mitigasi 22

7 Kolam indoor dan outdoor 26

8 Alat kelamin jantan dan betina yang telah matang gonad 28

9 Benih yang mati karena jamur 31

10 Benih yang mati karena kualitas air 33

11 Benih yang mati karena pakan 34

12 Benih yang mati karena teknis pemanenan 35

13 Peta risiko pembenihan ikan lele sangkuriang CV Dejee Fish rata-rata 2

siklus 39

14 Peta risiko setelah strategi preventif diterapkan 41 15 Peta risiko setelah strategi mitigasi diterapkan 42

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur organinasi CV Dejee Fish 46

2 Analisis probabilitas risiko 47

3 Analisis dampak risiko 49

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan mencapai 1 922 570 km² dan luas perairannya 3 257 483 km². Luas perairan Indonesia yang melebihi luas daratannya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Sebagai negara maritim, sektor perikanan memegang peranan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, baik dalam bidang penangkapan maupun budidaya. Penilaian terhadap kinerja sektor perikanan juga dapat diukur degan kontribusinya terhadap perekonomian nasional dimana indikator untuk menggambarkan peran dan kinerja suatu sektor usaha terhadap perekonomian nasional adalah Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukan bahwa sektor perikanan memegang peranan penting dalam PDB sektor pertanian secara umum. Kontribusi Produk Domestik Bruto pada sektor perikanan mengalami peningkatan setiap tahunnya seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk domestik bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun 2012-2014

Sektor Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2015 (diolah)

Produk Domestik Bruto sektor perikanan seperti yang terlihat pada Tabel 1 selama tahun 2012-2014 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan sektor perikanan setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana jika dibandingkan dengan sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan, kenaikan Produk Domestik Bruto sektor perikanan merupakan yang paling tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa, sektor perikanan memiliki prospek yang baik.

(14)

2

produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8.79 persen. Secara umum, trend perikanan budidaya dunia terus mengalami kenaikan, sehingga masa depan perikanan dunia akan terfokus pada pengembangan budidaya perikanan. Perikanan budidaya memiliki peranan cukup penting dan menjadi penggerak utama dalam perekonomian bidang kelautan dan perikanan. Hal tersebut terlihat dari peran sektor perikanan budidaya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2013 yaitu sebesar 37.9 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Perikanan budidaya adalah kegiatan ekonomi dalam bidang budidaya ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Budidaya adalah kegiatan memelihara ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Pada umumnya, budidaya perairan ada yang dikelilingi galengan atau tanggul (seperti tambak, kolam), pagar dan lain-lain. Perikanan budidaya memiliki prospek yang baik dimana, adanya fakta bahwa ikan merupakan komoditas andalan dalam memasok ketahanan pangan nasional. Selain itu juga, ikan merupakan makanan yang memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh karena dalam ikan terkandung banyak protein maka hal tersebut akan menjadi ujung tombak dalam menopang ketahanan pangan nasional. Terdapat beberapa komoditas ikan air tawar yang dapat dikembangkan dan diproduksi dengan cepat dalam jumlah yang besar dengan menggunakan sistem perikanan budidaya.

Seiring dengan berkembangnya usaha kuliner saat ini seperti pecel lele mengakibatkan jumlah konsumsi ikan terus meningkat setiap tahunnya menandakan bahwa perikanan budidaya merupakan solusi dalam memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tersebut. Seperti terlihat pada Tabel 2 Angka konsumsi ikan di Indonesia tahun 2008-2012 berikut ini.

Tabel 2 Konsumsi ikan di Indonesia tahun 2008-2012

Tahun Konsumsi Ikan (Kg/Kap/Th)

Sumber : Pusdatin Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2 Angka konsumsi ikan di Indonesia tahun 2008-2012 menunjukan bahwa, konsumsi ikan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut berarti bahwa minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan setiap tahunnya semakin besar dikarenakan masyarakat mulai sadar akan pentingnya mengkonsumsi ikan dan harga ikan yang lebih terjangkau dibandingkan jenis pangan lainnya seperti daging ayam dan sapi. Adanya peningkatan konsumsi tersebut, pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan produksi perikanan budidaya dalam memenuhi pangan nasional.

(15)

3 ikan lele antara lain dapat memanfaatkan lahan kritis yang tidak bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian, mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan suatu teknologi yang mutakhir dan dapat dilakukan oleh setiap orang dengan modal yang sedikit, sehingga dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Selain itu juga, lele telah ditetapkan oleh Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) sebagai komoditas unggulan. Persyaratan sebagai komoditas unggulan yaitu adanya teknologi berkembang dan dikuasai oleh masyarakat, peluang pasar ekspor yang tinggi, serapan pasar dalam negeri cukup besar, permodalan yang relatif rendah, penyerapan tenaga kerja yang tinggi serta hemat BBM. Komoditas ikan lele mengalami perkembangan dengan nilai produksi yang terus meningkat. Tabel 3 menunjukan Volume produksi perikanan budidaya Indonesia tahun 2009-2013 seperti berikut ini.

Tabel 3 Volume produksi perikanan budidaya Indonesia tahun 2009-2013

Jenis Ikan Produksi (ton)

2009 2010 2011 2012 2013

Gurami 46 254 56 889 64 252 84 681 94 605

Lele 144 755 242 811 337 577 441 217 543 461

Lain-lain 190 107 349 568 344 732 265 580 352 795 Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015 (diolah)

Pada Tabel 3 dapat dilihat produksi perikanan budidaya terutama komoditas ikan lele mengalami peningkatan setiap tahunnya, dari 144 755 ton pada tahun 2009, meningkat hingga 543 461 ton pada tahun 2013, yang menandakan potensi permintaan terhadap ikan lele ini terus mengalami peningkatan juga setiap tahunnya dimana hal tersebut juga perlu diimbangi dengan pasokan benih ikan yang mencukupi.

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2010), Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang dikenal sebagai sentra budidaya air tawar di Indonesia. Dari berbagai jenis ikan air tawar yang dibudidayakan, ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang produksinya tinggi, dengan jumlah produksi mencapai 48 044 ton pada tahun 2009, yang diikuti oleh provinsi Jawa Tengah dengan jumlah produksi ikan lele yang mencapai 28 290 ton, kemudian Jawa Timur dengan jumlah produksi ikan lele mencapai 26 690 ton di tahun 2009. Hal tersebut menunjukan bahwa, Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi yang mampu menjadi penghasil ikan lele terbesar di Indonesia. Jawa Barat adalah provinsi yang perkembangan budidaya air tawarnya sangat baik. Sentra perikanan budidaya air tawar di provinsi ini tersebar di beberapa kabupaten. Jumlah produksi ikan air tawar di Provinsi Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan provinsi lainnya disebabkan oleh meningkatnya usaha kuliner pecel lele, sehingga permintaan ikan lele meningkat dan menyebabkan permintaan akan benih lele pun mengalami peningkatan.

(16)

4

air tawar yang menjadi daya tarik baik dari segi ekonomi maupun kandungan gizinya adalah ikan lele. Pada tahun 2004 Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT) telah mengembangkan benih unggul jenis ikan lele yang lebih berkualitas dengan melakukan perkawinan silang ikan lele dumbo untuk menghasilkan komoditas ikan lele yang lebih unggul, yang kita kenal sekarang sebagai ikan lele sangkuriang. Ikan lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang lele yang lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menghampiri lele jenis lain. Lele sangkuriang dapat menghasilkan telur sebanyak 40 000 – 60 000 butir per kg induk betina, sedangkan lele dumbo biasa hanya mampu menghasilkan telur sekitar 20 000 – 30 000 butir per kg induk betina. Kabupaten Sukabumi, khususnya kecamatan Cibaraja-Cisaat merupakan sentra penghasil ikan air tawar, salah satunya yaitu lele. Kecamatan Cibaraja ini merupakan kawasan dimana terdapat pasar ikan air tawar yang cukup besar di Sukabumi, dimana terdapat para penjual ikan dan tempat para pembudidaya ikan air tawar. Seiring dengan berkembangnya usaha kuliner seperti pecel lele, maka ketersediaan akan benih ikan lele yang berkualitas dan berkelanjutan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Di pasar ikan Kecamatan Cisaat, Cibaraja ini juga merupakan sentra produksi benih ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi. Seperti terlihat dari data produksi benih ikan air tawar di kecamatan Cibaraja pada Tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4 Produksi benih ikan air tawar di kecamatan Cisaat tahun 2014

Jenis Ikan Produksi (1000 ekor) Sumber : Kantor UPTD Pasar Ikan Cibaraja, Cisaat Sukabumi, 2015 (diolah)

(17)

5 mempengaruhi produksi benih ikan. Benih lele merupakan input utama dalam usaha pembenihan yang selanjutnya sebagai input dalam usaha pembesaran, sehingga sangat penting bagi para pembudidaya dalam melakukan penanganan nya untuk meningkatkan produksi benih. Usaha pembenihan merupakan kegiatan usaha yang lebih beresiko dibandingkan dengan usaha pembesaran dimana benih larva yang berusia dibawah 10 hari sangat membutuhkan penanganan yang lebih dibandingkan fase lainnya. Usaha pembenihan merupakan tahap awal yang perlu diperhatikan dan memiliki peran yang cukup besar dalam kegiatan budidaya ikan lele. Oleh sebab itu, usaha pembenihan merupakan tantangan besar dalam kegiatan budidaya untuk menyediakan ketersediaan benih yang berkualitas dan berkelanjutan. Pengelolaan dari timbulnya risiko pada usaha pembenihan lele menjadikan hal penting dalam keberhasilan produksi. Risiko yang dapat menjadikan faktor risiko dapat disebabkan oleh berbagai sumber seperti pada penelitian Fiktoria (2013) yaitu disebabkan tingginya tingkat kanibalisme, serangan hama, penyakit dan kawin liar atau pemijahan sendiri. Oleh sebab itu, penelitian mengenai risiko dalam pembenihan ikan lele sangkuriang perlu dilakukan sebab setiap usaha memiliki risiko yang berbeda-beda.

Perusahan agribisnis yang bergerak dalam usaha pembenihan ikan lele yang ada di Cibaraja adalah perusahaan CV Dejee Fish. CV Dejee Fish ini fokus pada kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang serta ikan air tawar lainnya dan telah memiliki sertifikat Cara Pembenihan Ikan Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan Baik (CBIB) beberapa komoditas ikan air tawar yang didalamnya termasuk ikan lele sangkuriang. Selain itu juga, perusahaan ini telah memiliki cakupan pasar yang luas, keberlanjutan produk yang terjamin, serta memiliki kargo pengiriman ikan untuk ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Sehingga CV Dejee Fish memiliki bargaining power yang cukup besar dibandingkan usaha lainnya yang sejenis dimana pangsa pasarnya luas tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan CV Dejee Fish ini merupakan usaha pembenihan yang sudah maju dan merupakan perusahaan percontohan yang dibina oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT). Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis lele yang memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan jenis ikan lele lainnya dan telah bersertifikat. Namun dalam menjalankan kegiatan usahanya, CV Dejee Fish tentunya tidak dapat dipisahkan dari risiko. Salah satu risiko yang terkait dengan usaha yang dilakukan CV Dejee Fish adalah risiko produksi Oleh sebab itu, diperlukan adanya antisipasi serta penanganan dalam faktor risiko tersebut.

Perumusan Masalah

(18)

6

ikan air tawar lainnya. Keunggulan yang dimiliki perusahaan ini ialah telah memiliki sertifikat Cara Pembenihan Ikan Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan Baik (CBIB) beberapa komoditas ikan air tawar yang didalamnya termasuk ikan lele sangkuriang. Selain itu juga, perusahaan ini telah memiliki cakupan pasar yang luas, keberlanjutan produk yang terjamin, serta memiliki kargo pengiriman ikan untuk ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Sehingga CV. Dejee Fish memiliki bargaining power yang cukup besar dibandingkan usaha lainnya yang sejenis. Usaha perikanan air tawar ini pun semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Namun, usaha pembenihan ikan air tawar ini juga tidak lepas dari risiko yang dihadapi yaitu risiko produksi dimana hasil produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan produksi untuk menutupi permintaan benih ikan lele sangkuriang. Menurut Sunarma (2004) menyatakan bahwa lele sangkuriang memiliki derajat kelangsungan hidup yang normal yaitu lebih dari 90 persen. Faktor penyebab yang mampu mempengaruhi kelangsungan hidup menurut Prabowo (2007) disebabkan oleh faktor cuaca dan suhu yang sangat mempengaruhi produksi terutama produksi telur yang akhirnya berakibat mempengaruhi pendapatan skala industri. Oleh sebab itu, dalam proses budidaya ikan lele sangkuriang tersebut membutuhkan pengawasan yang cukup detail untuk meminimalisir risiko yang mungkin dihadapi. Pengawasan tersebut mulai dari kondisi cuaca, kondisi kolam ikan, kebutuhan pakan, penyakit ataupu hama dan kegiatan panen. Usaha budidaya perikanan air tawar khususnya ikan lele ini merupakan usaha yang sangat menjanjikan dan baik untuk dikembangkan, namun dalam pembenihan ikan lele sangkuriang terdapat tantangan yaitu lebih beresiko mengalami gagal panen atau kematian dimana dijelaskan dalam sumber pustakan yang bersumber dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi dan penelitian terdahulu Darseno (2010) dan Ghufon (2010) yang menyatakan bahwa biomassa induk ikan lele sangkuriang dengan berat 5 kg mampu menghasilkan benih berumur 25 hari dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) yaitu lebih dari 90 persen, hal ini berbeda dengan keadaan dilapangan yang menunjukan tingkat kelangsungan hidup rata-rata benih hanya sekitar 69 persen pada CV Dejee Fish. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dialami oleh perusahaan dalam memproduksi benih yang mampu bertahan hidup hingga proses pemanenan.

(19)

7 perubahan suhu sangat perlu diperhatikan. Perubahan suhu dapat mengganggu metabolisme dan fisiologis yang berdampak pada kematian. Sedangkan penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu white spot dengan ciri – ciri pada tubuh dan insang ikan terdapat bintik-bintik putih dan juga kembung yang dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Adanya fluktuasi produksi juga telah dijelaskan dalam penelitian terdahulu yaitu hasil penelitian Farman (2013) menyatakan bahwa risiko produksi pembenihan lele sangkuriang pada Saung Lele Kampung Jumbo disebabkan oleh beberapa sumber yaitu hama, penyakit, kualitas air dan kanibal. Hama yang menyerang adalah ucrit dan kini-kini. Penyakit yang menyerang pada benih ikan lele di Saung lele yaitu bakteri Motile Aeromonas Septicemea (MAS) dan penyakit bercak merah dan kualitas air yang disebabkan oleh pH air yang asam serta perubahan suhu air lebih dari 5 oC.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan, mengindikasikan terdapat tingginya fluktuasi produksi benih ikan lele di CV Dejee Fish. Berdasarkan data satu tahun terakhir, jumlah produksi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 sebanyak 540 000 ekor larva. Sedangkan jumlah produksi terendah terjadi pada bulan Agustus 2014 sebanyak 130 000 ekor larva. Sedangkan rata-rata produksi larva setiap bulannya yaitu 360 000 ekor larva dengan rata-rata tingkat kelangsungan hidup 69 persen yang berada dibawah batas normal kelangsungan hidup benih ikan lele sangkuriang yaitu 90 persen. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya perubahan suhu dan cuaca pada bulan bulan tersebut sehingga mempengaruhi produksi benih ikan lele. Selain itu juga, berdasarkan informasi yang diperoleh dari CV Dejee Fish, penyebab tingginya fluktuasi produksi adalah penyakit, hama, kualitas indukan, kualitas air, teknis pemanenan dan kanibalisme. Adanya fluktuasi produksi yang tinggi dialami perusahaan yaitu mengindikasikan bahwa terjadi risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di CV Dejee Fish yang menyebabkan kerugian dalam penjualan benih. Kegiatan pembenihan tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi pada proses produksinya karena memiliki sifat yang tergantung pada kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat meminimalisasi risiko tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apa saja sumber risiko produksi pembenihan yang terdapat pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di CV Dejee Fish?

2. Bagaimana probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di CV Dejee Fish?

3. Bagaimana alternatif strategi untuk mengatasi risiko produksi pembenihan ikan lele Sangkuriang di CV Dejee Fish?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

(20)

8

2. Menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di CV Dejee Fish.

3. Menganalisis alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di CV Dejee Fish.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai penerapan atau aplikasi dari ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dan melatih kemampuan peneliti dalam analisis bisnis terutama dalam bidang risiko produksi serta sebagai bentuk kepedulian peneliti terhadap ekonomi pertanian dan perikanan.

2. Bagi perusahaan CV Dejee Fish, penelitian ini sebagai masukan atau saran serta bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan yang ada di perusahaan dalam menghadapi risiko produksi.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai penambah informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada fokus kajian analisis sumber risiko produksi pada kegiatan budidaya pembenihan larva lele sangkuriang berumur 7 hari. Pada CV Dejee Fish, kegiatan menghasilkan benih larva berumur 7 hari adalah ukuran benih yang lebih rentan terhadap kematian dibandingkan ukuran benih lainnya. Data produksi yang digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung pada bulan Januari 2015. Serta data sekunder sebagai acuan pada bulan Januari – Desember 2014.

TINJAUAN PUSTAKA

Risiko Produksi

(21)

9 Kampung Kukupu Kelurahan Cibadak Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, dan Abrar (2014) analisis risiko produksi anggrek potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekarsari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

Farman (2013) menyatakan bahwa risiko produksi pembenihan lele sangkuriang pada Saung Lele Kampung Jumbo disebabkan oleh beberapa sumber yaitu hama sebesar 38.6 persen, penyakit sebesar 37.6 persen, kualitas air sebesar 48 persen dan kanibalisme sebesar 42.5 persen. Hama yang menyerang adalah ucrit dan kini-kini. Penyakit yang menyerang pada benih ikan lele di Saung lele yaitu bakteri Motile Aeromonas Septicemea (MAS) dan penyakit bercak merah dan kualitas air yang disebabkan oleh pH air yang asam serta perubahan suhu air lebih dari 5 oC. Pada penelitian ini, Farman (2013) menggunakan alat analisis seperti pemetaan risiko menggunakan metode nilai standar (z-score) dan metode pengukuran dampak risiko menggunakan pendekatan Value at Risk (VaR). Metode analisis tersebut tersebut juga sama dengan yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT Pada Anggota Kelompok Tani Bunisari Di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kab. Sukabumi. Namun perbedaan dari kedua penelitian diatas adalah Pratiwi (2013) menyatakan sumber dari risiko produksi pembenihan ikan nila GMT adalah faktor cuaca sebesar 37.8 persen, hama sebesar 37.1 persen, keahlian pekerja sebesar 34.5 persen, dan penyakit sebesar 33 persen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) mengenai risiko produksi jamur tiram juga menggunakan alat analisis yang sama yaitu alat analisis z-score dan Value at Risk (VaR), namun terdapat sumber risiko yang dialami dalam penelitiannya tersebut dimana sumber risiko pada penelitian Putri (2013) yaitu adanya sumber risiko yang disebabkan oleh kegagalan sterilisasi baglog, penyakit dan perubahan suhu.

(22)

10

strategi preventif dan mitigasi serta pengalihan risiko. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah serta menanggulangi risiko yang dialami oleh setiap pelaku usaha.

Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu persamaan dan perbedaan terletak pada komoditas dan lokasi penelitian serta alat analisis yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini akan menganalisis risiko produksi pembenihan ikan lele sangkuriang pada CV Dejee Fish Cibaraja Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan alat analisis z-score, VaR dan Peta Risiko. Adapun perbedaan lainnya yaitu, pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan dan penghitungan komoditas yang mati secata langsung pada lokasi penelitian serta mengidentifikasi langsung penyebab kematiannya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

Setiap usaha yang dijalankan memiliki risiko pada dasarnya. Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi keduanya memiliki arti yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diramalkan, sedangkan adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Berdasarkan buku yang diterbitkan oleh Kountur (2008) berpendapat mengenai risiko bahwa secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari suatu yang dianggap risiko, yaitu (1) merupakan suatu kejadian; (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, bisa saja terjadi bisa saja tidak terjadi; dan (3) jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian. Jika salah satu dari kriteria tidak terpenuhi, maka pernyataan itu bukan merupakan risiko. Risiko juga sering diartikan sebagai kondisi ketidakpastian. Ketidakpastiaan lebih cenderung kepada suatu keadaan yang tidak dapat dikontrol oleh manajer (uncontolled) yang biasanya datang dari luar perusahaan. Oleh sebab itu, seorang manager atau pemilik suatu usaha harus memahami cara menangani risiko agar pelaksanaan manajemen risiko dapat dilakukan dengan efektif.. Seperti yang dikatakan oleh Kountur (2008) bahwa ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian dapat menimbulkan kerugian atau keuntungan. Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.

(23)

11 1. Risiko Produksi (Yield Risk), Sumber risiko dari risiko produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk.

2. Risiko pasar atau risiko harga (Market Risk), Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produk substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi.

3. Risiko kelembagaan atau institusi (Institusional Risk), Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.

4. Risiko kebijakan (Personal Risk), Risiko yang ditimbulkan antara lain adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

5. Risiko finansial atau keuangan (Financial Risk), Risiko yang timbul antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko dilakukan oleh seorang manajer atau pemiliki usaha dengan tujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Manajemen risiko harus dilakukan oleh seorang manager atau pemilik usaha secara berkala agar sumber - sumber yang dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya risiko dapat lebih dikontrol dan diminalisir. Dalam bukunya, Kountur (2008) menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan perusahaan untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan adanya risiko. Kemampuan manajemen dalam menggunakan berbagai sumberdaya yang ada dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan dengan adanya penanganan risiko. Hal tersebut membuat biaya menjadi lebih kecil sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Proses pengelolaan risiko merupakan suatu proses dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan.

(24)

12

Gambar 1 Tahapan pengelolaan risiko Sumber: Kountur, 2008 Peta Risiko

Peta risiko merupakan salah satu cara yang dapat digunakan sebelum menentukan manajemen risiko. Dengan menggunakan peta risiko tersebut, diharapkan lebih memudahkan seorang manager atau pemilik usaha dalam menentukan cara penanganan yang tepat terhadap risiko yang dialami. Menurut Kountur (2008), menyusun peta risiko dalam suatu grafik yang menggambarkan kedudukan risiko di antara dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan kemungkinan (probabilitas) dan sumbu horizontal yang menggambarkan akibat. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Grafik dalam peta risiko dapat dilihat pada Gambar 2.

Probabilitas (%)

besar

kecil

kecil besar

Dampak (rupiah) Gambar 2 Peta Risiko

Sumber : Kountur 2008

Berdasarkan peta risiko yang telah dijelaskan dalam peta risiko Kountur kemudian dapat diketahui strategi penanganan strategi apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi. 1. Preventif

IDENTIFIKASI RISIKO

PENGUKURAN RISIKO EVALUASI

PENANGANAN RISIKO

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Daftar Risiko

1. Peta Risiko 2. Status Risiko

Usulan ( Penangan

(25)

13 Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumberdaya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif dapat mengatisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Pada strategi ini, risiko yang berada pada kuadran 1 digeser ke kuadran 3 dan risiko pada kuadran 2 digeser ke kuadran 4.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan apabila dampak risiko yang dirasakan sangat besar. Beberapa cara yang termasuk strategi mitigasi antara lain diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak besar dapat digeser ke kuadran yang memiliki dampak kecil dengan menggunakan startegi mitigasi. Strategi ini mengantisipasi sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3.

Lele Sangkuriang

Lukito (2002) menyatakan bahwa lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui perkawinan silang balik (backcross) antara induk betina generasi kedua F2 dengan induk jantan generasi keenam F6. Dari hasil perkawinan tersebut menghasilkan jantan dan betina F2-6 yang selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi yang merupakan keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi dari Afrika ke Indonesia pada tahun 1985. Induk jantan F6 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar yang ada di Sukabumi (BBAT, 2007).

Secara umum, morfologi ikan lele sangkuriang tidak memiliki perbedaan yang banyak dibandingkan dengan lele dumbo. Hal tersebut disebabkan lele sangkuriang merupakan ikan lele hasil persilangan dari induk lele dumbo. Untuk ukuran tubuh dari ikan lele sangkuriang sendiri memiliki bentuk tubuh yang memnajang, berlendir, berkulit licin dan tidak memiliki sisik. Ikan lele sangkuriang memiliki ciri yaitu terdapat bintik-bintik putih pada bagian atas tubuhnya yang membedakan dengan lele dumbo yaitu berwarna hitam legam. Ikan lele sangkuriang dapat bertahan hidup pada kualitas air yang buruk. Namun, untuk kulitas air yang baik bagi pertumbuhannya yaitu pada suhu 24-26 oC dan pada pH 6-7 dimana adanya paparan sinar matahari yang dapat menembus ke dalam air hingga kedalaman 30 cm (Lukito, 2002).

(26)

14

Pembenihan Lele Sangkuriang

Tahap awal yang perlu dipersiapkan adalah persiapan kolam. Kolam yang digunakan yaitu berupa bak/kolam tembok berukuran (2x3x1) m3. Sebagai tempat sarang, dibuat kotakan dari bahan yang sederhana dan mudah diperoleh seperti batako yang disusun atau batu-batu bata dan kayu yang tidak terpakai. Untuk tempat menempelnya telur, di dalam sarang disiapkan serat seperti ijuk atau sabut kelapa yang disimpan merata menutupi seluruh permukaan dasar sarang (Suyanto, 2008). Lalu pemeliharaan induk dimana induk yang dipelihara harus berkualitas baik dan dan jumlah jantan harus lebih banyak dibanding dengan induk betina, hal ini disebabkan induk jantan harus dibunuh atau dimatikan untuk diambil spermanya. Kolam induk berupa kolam terpal atau kolam tanah, kolam tersebut harus mudah dikeringkan agar memudahkan penangkapan dan pemilihan induk sebelum induk dipijahkan. Proses selanjutnya adalah pemijahan, dimana terdapat beberapa teknik pemijahan yang diterapkan dalam budidaya ikan lele, Pemijahan secara alami, semi buatan dan secara buatan. Pemijahan secara alami yaitu pemijahan untuk memproduksi benih ikan dengan cara mengawinkan indukannya seperti proses pemijahan yang dilakukan di alam. Lele biasanya memijah pada musim hujan, karena musim hujan membuat lingkungannya menjadi sejuk dan segar, selain itu air hujan membuat kadar oksigen air meningkat. Kondisi ini merangsang untuk memijah dan berkembang biak. Proses pemijahan alami dilakukan dengan mengkondisikan suasana kolam seperti pada musim hujan. Cara ini berupaya menciptakan situasi kolam yang nyaman dengan menggunakan air bersih dan jernih dan kaya akan oksigen.

Sementara itu pemijahan buatan menurut Gunawan (2009) yaitu dengan melibatkan campur tangan manusia, proses yang agak rumit dan membutuhkan biaya tambahan untuk membeli perlengkapan dan obat-obatan. Penyuntikan dilakukan satu kali yaitu pada bagian punggung ikan betina. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 12 jam lalu telur menetas setelah 36 jam. Lalu sperma diambil dari ikan jantan dengan cara dimatikan atau dibunuh terlebih dahulu dan dikeluarkan spermanya, selain itu juga bagian hipofisa jantan diambil untuk dicampurkan dengan sperma yang sudah dikeluarkan. Setelah ikan betina di suntik untuk merangsang telur agar mengalami ovulasi, dilakukan pengurutan (Stripping) pada bagian perut untuk mengeluarkan telu-telur yang ada diperutnya yang kemudian dicampurkan dengan sperma yang sudah tercampur bersama hipofiasa.

(27)

15 Kerangka Pemikiran Operasional

CV Dejee Fish merupakan perusahaan agrisbisnis perikanan yang berfokus pada bidang pembenihan ikan air tawar yang berada di Cisaat Cibaraja, Kabupaten Sukabumi. Produk ikan yang dihasilkan oleh CV Dejee Fish yaitu benih ikan lele Sangkuriang yang saat ini sedang menjadi primadona diantara ikan air tawar lainnya. CV Dejee Fish mempunyai lahan seluas 500 m2. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini menghadapi risiko terutama risiko produksi. Salah satu kendala yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah kelebihan permintaan. Dimana banyaknya permintaan akan benih ikan lele sangkuriang namun CV Dejee Fish masih belum mampu memenuhi semua permintaan nya secara mandiri. Hal tersebut mengindikasikan adanya permasalahan pada bagian produksi. Adanya risiko produksi tersebut menimbulkan hambatan untuk menghasilkan benih ikan lele sangkuriang dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan mampu memenuhi permintaan. Hal tersebut disebabkan kapasitas lahan dan produksi yang terbatas. Namun, dapat tercover dengan adanya kerjsama dengan plasma.

Risiko produksi yang dialami oleh CV Dejee Fish tersebut terindentifikasi dari fluktuasi produksi benih ikan lele sangkuriang pada bulan Januari hingga Desember 2014. Dalam satu bulan, benih ikan lele sangkuriang di panen sebanyak 4 kali. Adanya fluktuasi produksi tersebut menimbulkan kesenjangan (gap) antara hasil produksi harapan dengan hasil produksi aktualnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan, mengindikasikan terdapat tingginya fluktuasi produksi benih ikan lele di CV Dejee Fish. Berdasarkan data pada satu tahun terakhir, jumlah produksi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 sebanyak 540 000 ekor larva. Sedangkan Jumlah produksi terendah terjadi pada bulan Agustus 2014 sebanyak 130 000 ekor larva. Sedangkan rata-rata produksi larva setiap bulannya yaitu 360 000 ekor larva dengan rata-rata tingkat kelangsungan hidup 69 persen yang berada dibawah batas normal kelangsungan hidup benih ikan lele sangkuriang yaitu 90 persen.

(28)

16

Z-Score

keprcayaan 95 persen serta melakukan pemetaan risiko untuk mengetahui dan menentukan strategi yang tepat bagi pengelolaan risiko produksi pembenihan ikan lele sangkuriang pada CV Dejee Fish. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam meminimalkan dampak risiko produksi yang dialami. Alur kerangka pemikiran operasional pada penelitian kali ini, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan agribisnis pembenihan ikan air tawar yaitu CV Dejee Fish milik bapak Deni Rusmawan yang berlokasi di Jalan Cibaraja No. 11 Cisaat Sukabumi. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa perusahaan CV Dejee Fish

Terdapat Fluktuasi Produksi pada Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di CV

Dejee Fish

1. Apa saja sumber risiko produksi tersebut?

2. Bagaimana probabilitas dan dampak dari risiko produksi pada usahapembenihan tersebut?

3. Bagaimana alternatif strategi untuk mengatasi risiko tersebut?

Identifikasi dampak dari sumber – sumber risiko

(secara langsung) Identifikasi probabilitas dari

sumber – sumber risiko produksi (secara langsung)

Pemetaan risiko dari hasil identifikasi Probabilitas dan Dampak sumber – sumber

risiko produksi

Strategi pengelolaan risiko yang dapat diterapkan di CV DeJee Fish

(29)

17 merupakan perusahaan agribisnis yang berfokus pada pembenihan ikan air tawar yang diusulkan oleh BBAT dan telah memiliki sertifikat Cara Pembudidayaan Ikan Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan Baik (CBIB) beberapa komoditas ikan air tawar yang didalamnya termasuk ikan lele sangkuriang. Selain itu juga, perusahaan ini telah memiliki cakupan pasar yang luas, keberlanjutan produk yang terjamin, serta memiliki kargo pengiriman ikan untuk ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Sehingga CV Dejee Fish memiliki bargaining power yang cukup besar dibandingkan usaha lainnya yang sejenis.. Namun, sejalan dengan perkembangan usahanya, CV Dejee Fish mengalami fluktuasi produksi pembenihan ikan khususnya ikan lele sangkuriang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2015.

Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kedua data ini berbentuk data kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dilakukan kepada kepala bagian produksi CV Dejee Fish serta pengisian kuesioner. Data primer yang berasal dari wawancara yaitu seputar keadaan perusahaan, kondisi perusahaan, proses produksi pembenihan ikan lele sangkuriang dan kendala – kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam seperti terjadinya gagal panen yang mengakibatkan kerugian. Sedangkan data primer yang diperoleh dari kuesioner meliputi jumlah produksi, biaya produksi, harga benih dan data pengamatan atau observasi dalam mengidentifikasi sumber – sumber risiko selama penelitian dilakukan. Data sekunder merupakan data tertulis yang sudah ada sebelumnya baik data internal perusahaan seperti jumlah produksi dalam satu tahun terakhir dan juga data pendukung lainnya yang bersumber dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Kelauatan dan Perikanan (KKP), Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi, internet dan penelitian sebelumnya.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian kali adalah : 1. Melakukan pengamatan (observasasi), pencataan dan perhitungan secara

(30)

18

berdasarkan hasil pengamatan secara langsung selama proses penelitian berlangsung dan juga berdasarkan jumlah kematian rata-rata dari masing-masing pengamatan serta berdasarkan pengalaman perusahaan selama melakukan budidaya pembenihan ikan lele sangkuriang. Adapun rumus volumetrik yang digunakan ketika panen yaitu dengan menggunakan gelas ukur 500 ml untuk menghitung jumlah ikan yang ada dalam gelas tersebut lalu dikalikan jumlah gelas yang gunakan dari panennya.

2. Melakukan wawancara dengan pemilik dan bagian produksi pembenihan ikan lele sangkuriang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pembenihan mulai dari awal dipijahkan hingga siap dipanen. Wawancara dilakukan juga untuk mendiskusikan sumber risiko yang dialami perusahaan untuk menguatkan hasil pengamatan secara langsung. Setaip harinya proses wawancara ini dilakukan ketika sedang melakukan proses pengamatan. 3. Melakukan pengisian kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu

pemilik perusahaan dan bagian produksi seputar data umum pribadi dan perusahaan.

4. Melakukan studi pustaka yang berasal dari beberapa literatur yang mendukung penelitian ini. Seperti data produksi internal perusahaan dan data dari instansi terkait.

Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini ialah secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif, dimana analisis deskriptif ini dapat menjelaskan menganai keadaan dan kondisi perusahaan, sumber – sumber risiko yang dihadapi dan penentuan strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko. Sedangkan pengolahan secara kuantitatif dalam dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan Ms. Excel yang dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko lalu penghitungan probabilitas kemungkinan terjadinya risiko dan selanjutnya penghitungan dampak dari risiko yang dialami. Perhitungan probablilitas risiko menggunakan alat analisis z-score dengan menghitung nilai standar dan penghitungan dampak dari risiko yaitu dengan metode Value at Risk (VaR). Setelah dilakukan penghitungan dari probabilitas risiko dan dampaknya maka dapat dipetakan dalam peta risiko untuk mengetahui startegi yang tepat dalam penangan risiko produksi pembenihan ikan lele sangkuriang pada CV Dejee Fish. Langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas)

Risiko dapat diukur bila diketahui kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Setelah mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko-risiko mana yang besar dan risiko-risiko mana yang kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko-risiko mana yang perlu diprioritaskan. Langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung probabilitas yaitu :

(31)

19 ∑

Dimana :

X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

Xi = Nilai per periode per petani dari kejadian berisiko

n = Jumlah data (dalam 1 minggu dilakukan pengamatan selama 2x sehari dengan jumlah perlakuan 5 kolam dalam 2 siklus)

b. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

√∑ Dimana :

S = Standar deviasi dari kejadian berisiko

Xi = Nilai per periode (setiap petani) dari kejadian berisiko X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

n = Jumlah data (dalam 1 minggu dilakukan pengamatan selama 2x sehari dengan jumlah perlakuan 5 kolam dalam 2 siklus)

c. Menghitung Z-score

Dimana :

Z = Nilai Z-score dari kejadian berisiko

Xi = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal X = Nilai rata-rata kejadian berisiko

S = Standar deviasi dari kejadian berisiko

2. Setelah nilai z-score diperoleh maka dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang didapatkan dari tabel distribusi Z (normal) sehingga diketahui persentase kemungkinan terjadinya keadaan dimana pembenihan ikan lele sangkuriang pada CV Dejee Fish mengalami kerugian.

3. Analisis Dampak Risiko

Dampak merupakan kerugian yang diterima oleh perusahaan akibat terjadinya suatu risiko. Pengukuran dampak untuk sumber-sumber risiko produksi pada penelitian ini menggunakan pendekatan jumlah. Maksud dari pendekatan jumlah di sini adalah dampak dihitung dari perkalian antara jumlah benih (ekor) dengan harga rata-rata benih per ekor. Hal ini mengindikasikan seberapa besar dampak atau kerugian dari sumber risiko yang terjadi. Value at Risk (VaR) merupakan metode yang paling popular dalam manajemen risiko. Value at Risk (VaR) merupakan kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Rumus menghitung kerugian sebagai berikut :

(32)

20

Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila ada data historis sebelumnya. VaR dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya dampak kerugian yang ditimbulkan jika risiko produksi terjadi. Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur dampak risiko produksi. Data yang digunakan adalah data produksi benih ikan lele sangkuriang dan data penerimaan CV Dejee Fish. VaR dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kountur 2008) :

√ Dimana :

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko X = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko

Z = Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen S = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko (dalam 1 minggu dilakukan pengamatan selama 2x sehari dengan jumlah perlakuan 5 kolam dalam 2 siklus)

4. Pemetaan dan strategi penangan risiko

Menurut Kountur (2008), peta risiko merupakan gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Peta risiko ini dibagi ke dalam empat kuadran. Risiko dengan probabilitas besar dan dengan dampak kecil dipetakan ke dalam kuadran III dan risiko dengan probabilitas besar dan dengan dampak kecil dipetakan ke dalam kuadran I. Sedangkan risiko dengan probabilitas kecil dan dengan dampak besar dipetakan ke dalam kuadran IV dan risiko dengan probabilitas besar dan dengan dampak besar dipetakan ke dalam kuadran II. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4 berkut.

Probabilitas (%)

besar

kecil

kecil besar

Dampak (rupiah) Gambar 4 Peta Risiko

Sumber : Kountur 2008

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan oleh manajemen perusahaan CV Dejee Fish. Penempatan risiko pada peta risiko

Kuadran 1 Kuadran 2

(33)

21 didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil penghitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko, dimana status risiko didapat dari perhitungan sebagai berikut :

Status Risiko = Prababilitas x Dampak

Berdasarkan perhitungan status risiko ini, maka akan diketahui mana risiko-risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko-risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko.

5. Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2008), salah satu aspek yang penting dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menagani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian bisa diminimalkan, itu berarti perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu :

a. Preventif

Menurut Kountur (2008), tindakan preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi Preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 adalah risiko-risiko yang memiliki kemungkinan atau probabilitas terjadinya besar. Oleh karena itu, strategi untuk menangani risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 adalah strategi preventif. Penanganan risiko dengan strategi preventif ini akan membuat risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 bergeser ke kuadran 3, dan risiko-risiko-risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 4.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Dampak (rupiah) Gambar 5 Peta Strategi Preventif

Sumber : Kountur 2008 b. Mitigasi

Kountur (2008) mengemukakan bahwa mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko yang

Kuadran 1 Kuadran 2

(34)

22

ditimbulkan. Jika risiko terjadi, diusahakan sedemikian rupa sehingga dampak yang ditimbulkan seminimal mungkin. Ini adalah cara mitigasi.

Risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 dan 4 yang memberikan dampak besar dan ditangani dengan cara-cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran 2 dapat bergeser ke kuadran 1, dan risiko-risiko yang berada di kuadran 4 dapat bergeser ke kuadran 3. Dengan demikian, strategi mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko yang dilakukan kepada risiko yang memberikan dampak sangat besar.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Dampak (rupiah) Gambar 6 Peta Strategi Mitigasi

Sumber : Kountur 2008

Gambaran Umum Perusahaan

Profil CV Dejee Fish

CV Dejee Fish merupakan perusahaan agrisbisnis perikanan yang berfokus pada bidang mulai dari pembenihan, pembesaran, pengolahan, pemasaran keseluruh wilayah di Indonesia sampai pelatihan budidaya air tawar. Bapak Deni Rusmawan merupakan pendiri CV Dejee Fish. Beliau merupakan lulusan dari Universitas Padjadjaran Jurusan Informatika. Usaha perikanan ini dimulai pada tahun 2005, dimana beliau menjalankan usaha penjualan ikan gurami konsumsi ke restoran-restoran di wilayah Sukabumi. Awalnya, Bapak Deni hanya memiliki satu orang pegawai dan mengalami kesulitan dalam memasarkan ikan gurami karena setiap restoran yang didatangi telah memiliki pemasok tetap dari wilayah Jawa Tengah. Beliau tetap berusaha dengan menitipkan kartu nama disetiap restoran yang didatangi dengan jaminan pelayanan tepat waktu dan kualitas ikan yang baik. Akhirnya setelah melakukan berbagai upaya yang telah diusahakan mendapatkan hasil dengan banyaknya permintaan dari konsumen.

Pada tahun 2009, Bapak Deni mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar selain ikan gurami. Usaha yang dikembangkan tidak hanya penjualan ikan ukuran konsumsi, akan tetapi ikan air tawar dalam berbagai jenis dan ukuran. Beliau juga mengalami banyak permintaan ikan air tawar diantaranya ikan patin, ikan Lele Sangkuriang, ikan bawal dan ikan nila. Permintaan tersebut tidak hanya di wilayah Sukabumi melainkan seluruh wilayah Indonesia. Dalam menjalankan

Kuadran 1 Kuadran 2

(35)

23 usahanya tersebut, Bapak Deni mengalami kesulitan dalam pengiriman ikan karena teknologi pengirimannya belum tepat, sehingga ikan yang dikirim banyak yang mati ketika sampai di tempat tujuan. Beliau mencari informasi tentang teknologi yang tepat untuk pengiriman ikan keluar kota. Pada waktu itu, salah satu rekannya memperkenalkan beliau kepada Bapak Jaka Trenggana. Bapak Jaka Trenggana merupakan seorang pegawai di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT). Pengalaman Bapak Jaka dibidang perikanan mampu membantu perusahaan Bapak Deni dalam melakukan pengiriman dengan penggunaan teknologi yang tepat. Kemudian, Bapak Deni dan Bapak Jaka bersepakat untuk mendirikan usaha perikanan bersama yang bergerak diberbagai bidang usaha, yaitu budidaya air tawar, jasa pengiriman domestik, jasa pelatihan budidaya ikan air tawar, dan jasa penjualan obat-obatan serta peralatan perikanan.

Bapak Deni dan Bapak Jaka meresmikan nama perusahaan dengan nama CV Dejee Fish. Perusahaan ini mengalami perkembangan setiap tahunnya dan melahirkan unit usaha lainnya seperti usaha pengolahan ikan (Dejee Food), usaha konveksi pakaian (Dejee Fashion), usaha penjualan tiket pesawat (Dejee Travel), dan usaha penyewaan mobil (Dejee Car). Perusahaan ini juga membuka peluang bagi petani ikan yang ingin bekerjasama dalam membudidayakan ikan air tawar melalui sistem inti plasma. Saat ini, CV Dejee Fish telah memiliki 30 plasma yang tersebar di wilayah Sukabumi sebagai penunjang kelancaran usaha. Pada tahun 2012 perusahaan CV Dejee Fish mendapatkan sertifikasi dari PM2KP yaitu sebagai perusahaan yang telah melakukan Cara Pembenihan Ikan Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan Baik (CBIB).

Visi CV Dejee Fish

Menjadi perusahaan perikanan air tawar terbaik dan terdepan. Misi CV Dejee Fish

1. Mewujudkan usaha budidaya perikanan yang sesuai dengan kaidah-kaidah CPIB dan CBIB.

2. Berupaya menjadi Unit Pembenihan dan Pembesaran Ikan Air Tawar yang mempunyai produk unggul melalui Sertifikasi CPIB dan CBIB.

3. Menyelenggarakan proses pelatihan dan pemagangan guna mencetak sumberdaya manusia yang handal di bidang usaha perikanan dengan mengedepankan pemerataan keahlian sumberdaya manusia perikanan di daerah-daerah potensial.

4. Menyiapkan peserta pelatihan perikanan menjadi insan mandiri, berani mengembangkan potensi diri, memiliki kreatifitas, dan bertanggung jawab. 5. Mewujudkan pelatihan dan pemagangan perikanan yang mengembangkan

kewirausahaan.

6. Penguatan peran serta pemerintah, masyarakat perikanan dalam pengembangan perikanan.

7. Mewujudkan usaha perikanan yang terorganisir dari hulu sampai hilir. 8. Pelayanan terbaik untuk semua pelanggan, peserta pelatihan, dan

(36)

24

Lokasi CV Dejee Fish

CV Dejee Fish berlokasi di Jalan Cibaraja Pasar Ikan No. 40, RT 37/RW 08, Kp. Cibaraja, Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, lokasi CV Dejeefish terletak di ketinggian 2 960 mdpl dengan curah hujan rata-rata per tahun lebih dari 2 000 – 4 000 mm dan kelembaban rata-rata 85 persen serta kandungan pH tanah sekitar 5.5 dengan struktur tanah yang berpasir.

Struktur Organisasi CV Dejee Fish

Perusahaan CV Dejee Fish dipimpin oleh seorang direktur yang sekaligus pemilik perusahaan tersebut. Direktur dalam mengelola perusahaan dibantu oleh seorang bendahara dan sekretaris. Direktur ini membawahi divisi logistik, divisi transportasi, divisi marketing, divisi Manajemen Pengendali Mutu (MPM), divisi penelitian dan pengembangan (LITBANG), dan divisi pelatihan dan magang. Divisi MPM membawahi divisi budidaya seperti divisi Lele, divisi nila, divisi patin, divisi gurami, divisi ikan hias, divisi udang, divisi pemeliharaan induk dan divisi Quality Control (QC) & Pengadaan.

Saat ini, tenaga kerja yang dipekerjakan di CV Dejee Fish berjumlah 30 orang. Usia para tenaga kerja berkisar antara 18 sampai dengan 50 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata SMA dan Perguruan Tinggi. Hari kerja dan jam kerja yang diberlakukan di perusahaan ini yaitu hari Senin sampai dengan Sabtu, mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB. Khusus untuk hari Selasa dan Jum’at, jam kerja yang diberlakukan mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB. Struktur organisasi CV Dejee Fish disajikan pada Lampiran 1. Sumberdaya Manusia

Sumber daya Manusia pada CV Dejee Fish berasal dari keluarga pemilik dan masyarakat sekitar Cisaat. Hari kerja dan jam kerja yang diberlakukan di perusahaan ini yaitu hari Senin sampai dengan Sabtu, mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB. Khusus untuk hari Selasa dan Sabtu, jam kerja yang diberlakukan mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB.

Sumberdaya Fisik

Kepemilikan sumber daya peralatan merupakan salah satu faktor yang penting untuk membantu berjalannya proses produksi. Sumberdaya fisik pada CV Dejee Fish memiliki status kepemilikan hak milik sendiri karena Bapak Deni membeli dan membat sendiri seluruh peralatan guna mendukung kelangsungan usaha budidaya ikan air tawar ini. Adapun rincian sumberdaya fisik yang terdapat pada CV Dejee Fish adalah sebagai berikut:

1. Kolam dan Hatchery

(37)

25

(38)

26

Gambar 7 Kolam Indoor (a), Kolam Outdoor (b) 2. Pakan

Pakan merupakan faktor yang penting dalam akuakultur karena sebagai sumber gizi yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pakan yang digunakan harus mengandung kadar protein yang sesuai kebutuhan ikan (umur ikan). Dalam menunjang kegiatan budidaya ikan air tawar, CV Dejee Fish menggunakan dua jenis pakan yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunakan adalah daun sente, artemia sp, dan cacing sutra. Cacing sutra ini diperoleh dari Minaloka yang berada di Desa Sukamanah, Kabupaten Cianjur. Sedangkan pakan buatan yang digunakan di CV Dejee Fish berupa pelet ikan yang diproduksi oleh PT Sinta Prima Feedmill dan PT Matahari Sakti Prima Feed. 3. Obat-Obatan

Obat-obatan digunakan untuk mengatasi ikan yang terserang penyakit dan menghindari penyebaran penyakit tersebut. Obat-obatan yang digunakan oleh CV Dejeefish antara lain Blue Salt, kalium permanganat (KMnO4) atau dikenal dengan PK, dan garam ikan. Blue Salt berfungsi sebagai antibiotik agar ikan terhindar dari penyakit dan mempercepat penyembuhan luka pada ikan yang disebabkan oleh adanya gesekan dari ikan lain. Kalium permanganat (KMnO4) digunakan untuk menutup bagian tubuh ikan yang terluka sehingga diharapkan tidak ada jamur yang tumbuh di sekitar luka tersebut, dan garam ikan berfungsi untuk mengobati penyakit cacing insang dan cacing kulit. Obat-obatan ini berasal dari PT Intan Niaga Gemilang, PT Rekayasa Sumber Daya Hayati, dan PT Sanbe. 4. Induk dan Benih Ikan

Induk yang baik dan berkualitas adalah induk yang memiliki sertifikat. Sertifikat ini membantu pembudidaya ikan dalam mengetahui asal usul induk sehingga tidak terjadi pemijahan dalam (inbreeding) yang akan menurunkan kualitas benih. Pengadaan induk ikan air tawar di CV Dejee Fish berasal dari BBPBAT Sukabumi. Induk ini sudah terdaftar dan memiliki sertifikat resmi dari Dinas Perikanan dan Kelautan sehingga benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, CV Dejee Fish juga sudah memiliki sertifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). 5. Peralatan dan Perlengkapan

Dalam melaksanakan proses produksi, CV Dejee Fish membutuhkan peralatan untuk menunjang kegiatan budidaya ikan air tawar. Adapun peralatan yang digunakan CV Dejee Fish disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Peralatan dan perlengkapan di CV Dejee Fish

Jenis Peralatan Jumlah Satuan

(39)

27

CV Dejee Fish melakukan kegiatan produksi pembenihan ikan lele sangkuriang mulai dari pemeliharaan indukan yang baik, proses pemijahan yang dilakukan secara alami maupun buatan, penetasan telur, pemeliharaan larva hingga proses pemanenan. Untuk menghasilkan benih ikan lele sangkuriang dibutuhkan waktu sekitar 7 hari sampai 10 hari. Dalam proses produksi pembenihan ikan lele sangkuriang pada CV Dejee Fish ini telah dilakukan sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh perusahaan dan juga ditangani oleh sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya, mulai dari kelapa produksi hingga pegawai yang menangani segala proses produksi tersebut. Meskipun demikian, tentulah masih ada sedikit kekurangan dan keterbatasan dalam melaksakan proses produksi, baik dari segi pemijahan, pemeliharaan benih hingga proses pemanenan. Alur dalam kegiatan proses produksi pembenihan ikan lele sangkuriang pada CV Dejee Fish yang dilakukan secara langsung adalah sebagai berikut:

a. Pemeliharaan Induk

(40)

28

betina terpisah secara fisik, tetapi masih tercampur pada media yang sama. Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan rangsangan seksual antara induk jantan dan induk betina sehingga dapat mempercepat proses kematangan kelamin (gonada) dan mengantisipasi pemijahan secara liar yang tidak menguntungkan. Manfaat dari penampungan induk ini yaitu memudahkan seleksi (pemilihan) jenis kelamin induk menjelang dipijahkan.

Pemeliharaan induk dilakukan pada bak terpal berbentuk persegi empat dengan panjang berukuran 3 x 3 x 1 m3 dengan ketinggian air 80 cm dan kepadatan induk 7 ekor/m2. Pada ketinggian air 80 cm dan kepadatan 50 ekor dimungkinkan induk akan memiliki ruang gerak yang cukup sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasrudin (2010), yang mengatakan bahwa jumlah tebar dapat menampung 1-3 paket atau sekitar 15-45 ekor. Pakan yang diberikan pada indukan lele tersebut sekitar 2-3 kg perhari, pakan tersebut berupa pelet dan pakan tambahan yang dibuat sendiri oleh perusahaan untuk mengurangi biaya produksi. Induk yang digunakan untuk proses produksi biasanya berusia 2-3 tahun dengan berat sekitar 1 kg.

b. Seleksi induk

Kegiatan seleksi induk yang dilakukan mempunyai tujuan untuk memilih induk yang matang gonad sehingga siap untuk dipijahkan. Induk yang digunakan adalah indukan yang dipelihara di CV Dejeefish dari calon induk yang dipelihara dan sebagian mengambil dari petani ikan yang ada didaerah disekitar sukabumi. Induk betina yang telah matang gonad ditandai dengan perutnya yang membesar dan lunak apabila diraba selain itu bentuk alat kelaminnya membulat dan berwarna kemerahan dengan umur lebih dari satu tahun. Sedangkan induk jantan yang telah matang gonad ditandai dengan alat kelaminnnya yang memanjang dan runcing melebihi pangkal sirip ekonya dan berwarna kemerahan, umurnya 1–2 tahun, serta tidak cacat. Ciri-ciri indukan yang telah matang gonad yaitu untuk induk betina pada saat seleksi jika perut diurut perlahan kearah anus akan keluar butiran telur berwarna kekuning-kuningan berukuran besar, sedangkan untuk jantan jika perut diurut ke arah anus akan keluar cairan putih kental (sperma). Adapun perbedaan alat kelamin induk jantan dan betina dilokasi praktek yang telah matang gonad dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar

Tabel 1 Produk domestik bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun 2012-2014
Tabel 2 Konsumsi ikan di Indonesia tahun 2008-2012
Tabel 3  Volume produksi perikanan budidaya Indonesia tahun 2009-2013
Tabel 4 Produksi benih ikan air tawar di kecamatan Cisaat tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Kolam Pembenihan dan Induk Ikan Lele Sangkuriang Yang dimiliki Pembudidaya Tahun

Pedagang pengumpul besar wilayah Bogor lebih tertarik untuk memilih benih ikan lele sangkuriang dari UPR Bina Tular dikarenakan benih yang dihasilkan mempunyai

Proses produksi yang dilakukan sudah sesuai dengan anjuran dari BBPBAT Sukabumi sebagai pengawas langsung usaha pembenihan lele sangkuriang Bapak Endang, sehingga proses

Selanjutnya, skripsi yang berjudul “Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Protozoa Pada Benih Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias Sp) Di Unit kerja Budidaya Air Tawar

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi merupakan balai yang pertama kalinya merilis lele sangkuriang, dan sampai sekarang memproduksi dan

Hal ini mengindikasikan bahwa dari sisi R/C rasio total pun memang pem- benihan lele sangkuriang sudah efisien karena nilai R/C rasionya lebih dari 1, akan tetapi pembenihan

Kegiatan utama dari budidaya ikan lele pembenihan semi intensif ini difokuskan pada manipulasi teknik pemijahan dengan cara memberikan perangsang pada induk ikan

Teknik pembenihan ikan lele masamo dengan metode clear water system di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang dimulai dari penyediaan induk