PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN
KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG KELAS IX
SMP N.1 SIEMPAT NEMPU T.A 2016/2017
Oleh :
Tantri Fitra Simanjuntak NIM. 4122111020
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG K ELAS IX SMP NEGERI 1 SIEMPAT NEMPU T.A. 2016/2017
Tantri Fitra Simanjuntak (NIM. 4122111020)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kreativitas siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair sharedi kelas IX SMP N.1 Siempat Nempu tahun ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (clasroom actionresearch). Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX 3 SMP N.1 Simpat nempu, dairi pada semester ganjil tahun jaran 2016/2017 . subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX 3 SMP N 1 SIMPAT nempu,yang berjumlah 28 orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kreativitas siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas IX 3 SMP N 1 Siempat Nempu tahun ajaran 2016/2017
Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung saat dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, danlembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar dan kreativitas siswa pada saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk meningkatkan Kreativitas
Matematika Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX SMP Negeri 1
Siempat Nempu Tahun Ajaran 2016/2017”. Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas
Negeri Medan.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami berbagai
kesulitan dan hambatan, karena kemampuan dan pengalaman penulis dalam menyusun
skripsi. Penulis juga menyadari tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa
bimbingan , saran, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak terutama ibu
Dra.N.Manurung.M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, motivasi, dan arahan mulai dari awal penulisan proposal hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
Teristimewa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat
ayahanda E.Simanjuntak dan ibunda R.Rajagukguk atas semua pengorbanan dan doa,
serta kasih sayang yang tulus untuk membesarkan dan menyekolahkan ananda mulai dari
kecil sampai memperoleh gelar sarjana Pendidikan S1 Matematika di Universitas Negeri
Medan. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Syawal Gultom selaku rektor UNIMED
2. Drs.Asrin Lubis selaku Dekan FMIPA
3. Drs.Edy Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika dan selaku dosen penguji
yang telah memberikan banyak masukan dan saran
4. Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika dan selaku dosen
penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran
5. Prof.Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi
6. Seluruh Dosen civitas akademik FMIPA UNIMED dan seluruh staff Administrasi
v
7. Bapak Eddy Habehan selaku kepala sekolah SMP N.1 Siempat Nempu, Bunturaja
dan ibu L.Nababan selaku guru matematika dan pegawai SMP N 1 Siempat nempu
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian.
8. Teristimewa buat kakak Ewis Simanjuntak,kakak Desta Simanjuntak Riris
simanjuntak, Edris simanjuntak dan adik-adik yang telah memberikan dukungan
dan doa selama menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan
9. Teristimewa kepada sahabat saya Lamasi Boang Manalu yang telah memberikan
banyak motivasi dan dukungan kepada penulis selama menjalani perkuliahan
hingga terselesaikannya skripsi ini dan buat teman-teman seperjuangan (Jimmy
Manalu,Fritles,Venina,Whyta, Mony, Eva, Febri, Sri,Weny,Wiarno) dan seluruh
teman-teman kelas Dik C matematika 2012
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun
penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih ,semoga skripsi ini bermanfaat bagikita
semua, khususnya para pembaca.
Medan, 2017
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Abstrak ii
Riwayat Hidup iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 10
1.3. Batasan Masalah 11
1.4. Rumusan Masalah 11
1.5. Tujuan Penelitian 11
1.6. Manfaat Penelitian 11
1.7. Defenisi Operasional 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 14
2.1.1. Kreativitas 14
2.1.2. Model Pembelajaran 17
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif 17
vii
2.2. Materi Pelajaran Bangun Ruang sisi lengkung 22
2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan 26
2.4. Kerangka Konseptual 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian 29
3.2. Subjek Penelitian 29
3.3. Objek Penelitian 29
3.4. Jenis Penelitian 29
3.5. Prosedur Penelitian 30
3.6. Alat Pengumpul Data 34
3.7. Teknik Analisis Data 35
3.8. Penyimpulan Data 37
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 39
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 39
4.1.1.1Permasalahan I
4.1.1.2Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan) 40
4.1.1.3Pelaksanaan Tindakan I 40
4.1.1.4Observasi 42
4.1.1.5Analisis Data Siklus I 43
4.1.1.6Refleksi siklus I 50
viii
4.1.2.1Permasalahan II 53
4.1.2.2Tahap perencanaan tindakan II 53
4.1.2.3pelaksanaan tindakan II 53
4.1.2.4Tahap Obsevasi 55
4.1.2.5Analisis data hasil siklus II 56
4.1.2.6refleksi II 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 66
5.2 Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tabung 21
Gambar 2.2 Jaring-Jaring tabung 24
Gambar 2.3 Luas Selimut 25
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif 19
Tabel 4.1 Hasil observasi kegiatan pembelajaran untuk guru siklus I 44
Tabel 4.2 Hasil observasi kreativitas siswa siklus I 46
Tabel 4.1.1 Tingkat Kreativitas Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori I) 47
Tabel 4.1.2 Tingkat Kreativitas Siswa Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 48
Tabel 4.1.3 Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Berpikir orisinil (Kategori III) 49
Tabel 4.1.4 Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam semua kategori 50
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus II 57
Tabel 4.8 Lembar observasi kreativitas siswa siklus II 59
Tabel 4.2.1 Tingkat Kreativitas Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori II) 61
Tabel 4.2.2 Tingkat Kreativitas Siswa Dalam Berpikir Luwes (Kategori II) 61
Tabel 4.2.3 Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Berpikir Orisinil
(Kategori III) 62
Tabel.4.2.4 Deskripsi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif II
( kategori lancar, luwes, original) 63
Tabel 4.2.5. Deskripsi Nilai ketuntasan siswa dalam berpikir Kreatif II 64
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I 70
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II 80
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 93
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 96
Lampiran 5. Alternatif Penyelesaian LAS 100
Lampiran 6. Kisi Kisi Tes Kreativitas I 105
Lampiran 7. Kisi Kisi Tes Kreativitas II 107
Lampiran 8. Tes kreativitas I 109
Lampiran 9. Tes kreativitas II 110
Lampiran 10. Kunci Jawaban Tes kreativitas I 111
Lampiran 11. Kunci Jawaban Tes kreativitas II 114
Lampiran 12. Lembar Validitas Tes Kreativitas I 123
Lampiran 13. Lembar Validitas Tes Kreativitas II 129
Lampiran 14. Pedoman Penskoran 130
Lampiran 15. Lembar Observasi I 131
Lampiran 16. Lembar Observasi II 134
Lampiran 17. Daftar Nama Siswa 137
Lampiran 18. Hasil observasi siswa siklus I pertemuan pertama 139
Lampiran 19. Hasil observasi siswa siklus I pertemuan ke 2 141
Lampiran 20. Hasil observasi siswa siklus II pertemuan pertama 143
Lampiran 21. Hasil observasi siswa siklus II pertemuan ke 2 145
Lampiran 22. Hasil observasi siswa siklus I 147
Lampiran 23. Hasil observasi siswa siklus II 150
Lampiran 24. Kemampuan berpikir kreatif I siswa dalam berpikir lancar 152
Lampiran 25. Kemampuan berpikir kreatif I siswa dalam berpikir luwes 154
Lampiran 26. Kemampuan berpikir kreatif I siswa dalam berpikir original 156
Lampiran 27. Kemampuan berpikir kreatif I siswa 158
Lampiran 28. Kemampuan berpikir kreatif II siswa dalam berpikir lancar 160
xii
Lampiran 30. Kemampuan berpikir kreatif II siswa dalam berpikir original 164
Lampiran 31. Kemampuan berpikir kreatif II siswa 165
Lampiran 32. Jadwal Penelitian 167
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki mutu profesional tertentu bergantung
pada hasil pendidikan dan latihan yang baik. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat
diperlukan di era persaingan global. Pendidikan merupakan kunci untuk menciptakan
generasi yang unggul dan mampu bersaing. Hal tersebut disebutkan dalam UU No 20 Tahun
2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa :” Pendidikan Nasional befungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pembaharuan dan pengembangan
dibidang pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan pendidikan berkualitas yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang selalu maju dan berkembang.
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang
dalam kehidupan warga negaranya. Salah satu ilmu yang sangat berperan dalam ilmu
pengetahuan adalah matematika. Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia, dan juga penguasaan teknologi yang semakin
berkembang. Matematika adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan keatif. Seorang yang kreatif akan dapat befikir dengan lancar
2
Kreativitas sangatlah dibutuhkan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Kreativitas siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pembelajaran matematika. Seperti pernyataan panaoria (2014:2) bahwa “ One emphasis of the
new teaching model used in the centralized educational system of Cyprus the last three
years, after the development of the NCM (2010),is the use of exploration and investigation of
mathematical ideas (Salah satu keyakinan positif yang besar dari dekade terakhir adalah
bahwa kreativitas bersifat dinamis dan akibatnya adalah mungkin untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dengan tujuan untuk meningkatkan secara tidak langsung
kreativitas matematika siswa).”
Rendahnya kreativitas siswa akan berdampak pada sikap siswa dalam proses
pembelajaran.Mann (2006) juga menyatakan bahwa : Mathematical creativity is difficult to
develop if one is limited to rule-based applications without recognizing the essence of the
problem to be solved( kreativitas Matematika sulit untuk dikembangkan jika terbatas hanya
pada satu penerapan rumus tanpa mengetahui esensi dari masalah yang akan dipecahkan)
Dalam belajar matematika siswa dituntut untuk belajar secara kreatif. Belajar kreatif
adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam
berfikir. Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya tetapi dapat dilahirkan melalui
pembelajaran. Namun pada kenyataan sistem pendidikan di sekolah sejauh ini khususnya
dalam praktik pembelajaran dikelas belum serius dikembangkan untuk memberikan peluang
bagi anak didik tersebut dapat belajar cerdas dan mengembangkan kreativitasnya.
Hal ini diakibatkan oleh kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, mereka
cenderung menjadi objek pembelajaran yang menerima langsung teori-teori yang diajarkan
oleh guru. Hal ini terlihat pada saat peneliti melakukan observasi di SMP Negeri 1 Siempat
Nempu, kegiatan pembelajaran matematika masih cenderung bertumpu pada aktivitas guru,
3
dengan guru sehingga siswa menjadi kurang aktif. Sikap siswa yang kurang berinteraksi
dengan siswa lain dan kurang aktif merupakan salah satu ciri siswa yang tidak kreatif
Rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses, adalah adanya anggapan
bahwa selama ini proses pendidikan Indonesia yang dibangun oleh guru dianggap cenderung
terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan aspek kognitif
tingkat rendah, yang tidak mampu mengembangkan kreativitas siswa.
Salah satu yang dapat menggambarkan keaktifan siswa dikelas adalah adanya proses interaksi
antara guru dengan siswa ataupun antar siswa.
Matematika adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif.Seseorang yang kreatif akan dapat berfikir dengan lancar serta
mampu melihat berbagai persoalan dari berbagai sudut pandang. Munandar(2009:25)
mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara
unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Dalam belajar matematika siswa dituntut untuk belajar secara kreatif. Belajar kreatif
adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam
berfikir. Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya tetapi dapat dilahirkan melalui
pembelajaran. Namun pada kenyataan sistem pendidikan di sekolah sejauh ini khusunya
dalam praktik pembelajaran dikelas belum serius dikembangkan untuk memberikan peluang
bagi anak didik tersebut dapat belajar cerdas dan mengembangkan kreativitasnya.
Seperti yang diungkapkan Munandar (2009:27) bahwa :
Sistem pendidikan di Indonesia lebih mengembangkan kecerdasan dalam arti yang sempit
dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Konsep
4
dan mendidik anak. Padahal kebutuhan akan kreativitas tampak di semua bidang kegiatan
manusia.
Hal ini diakibatkan oleh kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, mereka
cenderung menjadi objek pembelajaran yang menerima langsung teori-teori yang diajarkan
oleh guru. Fenomena seperti diatas telah diungkapkan (Ansari, 2009:120 ) yang menyatakan
bahwa :
Bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa disekolah tidak diperoleh melalui
eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Kenyataan di lapangan juga
menunjukkan demikian, bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas
membuat siswa pasif (product oriented education) yang diakibatkan oleh : (a) dalam
mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal ; (b) siswa
belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik ; (c) pada saat
mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan
dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.
Hal ini juga terlihat pada saat peneliti melakukan observasi di SMP Negeri 1siempat
nempu. kegiatan pembelajaran matematika masih cenderung bertumpu pada aktivitas guru,
siswa kurang berpartisipasi dan berinteraksi secara optimal baik dengan siswa lain ataupun
dengan guru sehingga siswa menjadi kurang aktif. Sikap siswa yang kurang berinteraksi
dengan siswa lain dan kurang aktif merupakan salah satu ciri siswa yang tidak kreatif
Dapat dilihat, rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses, adalah adanya
anggapan bahwa selama ini proses pendidikan Indonesia yang dibangun oleh guru dianggap
cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan
5
Salah satu yang dapat menggambarkan keaktifan siswa dikelas adalah adanya proses
interaksi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa. Seperti yang diungkapkan Suhaedi
(2012:20) :
Melalui aktivitas komunikasi, ide-ide menjadi objek komunikasi untuk selanjutnya dilakukan
diskusi, refleksi dan perbaikan pemahaman. Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan
beralasan tentang ide matematis dan kemudian mengkomunikasikan hasil pemikirannya
kepada siswa lain, baik lisan maupun tulisan maka ide itu semakin jelas dan mantap bagi diri
siswa tersebut.
Akan tetapi ditemukan beberapa kecenderungan siswa dalam pembelajaran, seperti
penelitian yang diungkapkan Johar (2013:532) yang menyatakan bahwa “kemampuan siswa
dalam aktivitas bertanya dan menjawab rendah, bahkan siswa yang melakukan aktivitas ini
hanya siswa tertentu dan jumlahnya relatif sedikit, kemudian siswa tergolong impulsif”.
Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Ansari (2009:3) yang menyatakan bahwa :
Ada dua konsekuensi yang diakibatkan oleh suasana yang masih didominasi oleh guru, yaitu :
(1) siswa kurang aktif dan pola pembelajaran kurang menanamkan pemahaman konsep
sehingga kurang mengundang sikap kritis ; (2) jika siswa diberi soal yang beda dengan soal
latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana bekerja.
Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika Kelas VIII
SMP Negeri 1 Siempat Nempu menunjukkan bahwa kreativitas siswa masih belum terasah
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyampaikan ide/ gagasan
yang masih rendah. Selama proses belajar mengajar berlangsung siswa cenderung tidak
mampu menjawab pertanyaan guru, sehingga tidak menunjukkan kelancaran siswa dalam
memberikan jawaban, pendapat atau gagasan (kelancaran merupakan salah satu indikator
6
Peneliti juga masih melihat bahwa pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat
konvensional. Strategi konvensional ini tidak mampu menolong siswa dari masalah karena
siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat secara
langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Selain itu pembelajaran konvensional ini tidak
mampu membangkitkan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas, hal ini dapat dilihat
dari rendahnya kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan guru ataupun mengajukan
pertanyaan kepada guru. Dalam menjawab suatu permasalahan siswa sering tertuju pada satu
jawaban yang paling benar dan mampu menyelesaikan soal hanya apabila soal mirip dengan
contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam
gagasan dalam memecahkan masalah tersebut, yang berakibatkan kegiatan pembelajaran
yang kurang menarik, kurang menantang dan sulit mencapai target yakni menggali kreativitas
siswa
Sistem pendidikan Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena hanya terfokus pada proses
logika kata-kata, matematika dan urutan dominan. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak
maksimal dan miskin ide baru. Siswa hanya menerima satu jawaban permasalahan. Jawaban
itu kemudian diajarkan guru dan diulangi siswa saat ujian. Tidak ada ruang untuk berpikir
lateral, berpikir alternatif, mencari jawaban nyeleneh, terbuka dan memandang ke arah lain.
Hal ini juga terjadi pada saat siswa mengerjakan soal matematika, menurut guru
bidang studi matematika L.Nababan :
Siswa kesulitan dalam memahami soal matematika yang membutuhkan penalaran dan
pemahaman, apabila soal yang diberikan bervariasi dan berbeda dari contoh soal maka siswa
akan kesulitan mengerjakannya. Hal ini tentu dikarenakan rendahnya kreativitas siswa.
Sebagai contoh kesulitan siswa dalam soal yang bervariasi, jika guru memberikan soal
yang berhubungan dengan luas daerah lingkaran, misalkan yang diketahui adalah luas daerah
lingkaran, apabila siswa disuruh menghitung jari-jari lingkaran tersebut, sebagian siswa tidak
7
kreatif mereka bisa saja memodifikasi rumus yang diberikan guru, atau setidaknya mencoba
satu persatu panjang jari-jari yang mungkin menghasilkan luas yang diketahui.
Dan salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah bangun ruang. Geometri
merupakan salah satu materi yang diajarkan kepada siswa di semua tingkat pendidikan.
Namun, siswa masih memiliki kesulitan dalam geometri pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
dari hasil Ujian Nasional matematika untuk SMP tahun SMA 2011/2012, menunjukkan
bahwa kemampuan siswa dalam matematika, terutama luas permukaan bangun ruang yang
rendah. Di Salatiga, nilai rata-rata dari luas permukaan bangun ruang adalah 27,34,
sedangkan di Provinsi Jawa Tengah dan nasional yang 29,91 dan 31,04. Ini adalah angka
terendah dibanding bahan lain yang telah diuji. Pada tes awal kemampuan spasial yang telah
dilakukan di dua kelas dari SMP Negeri 1 Salatiga, menunjukkan bahwa kemampuan spasial
siswa rendah.
Serta tes yang dilakukan kepada siswa SMP untuk mengetahui dimana letak
kesulitan siswa dalam materi bangun ruang sisi lengkung. Setelah dilakukannya tes terlihat
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi. Siswa kelas IX sering
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran matematika yang
diajarkan dan hanya terfokus pada rmus yang di berukan oleh Guru. L.Nababan menyatakan
bahwa salah satu materi yang sulit Untuk di pahami adalah tabung. Siswa-siswi masih sulit
memahami soal yang diberikan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa adalah penggunaan
model atau metode mengajar yang digunakanguru tidak sesuai atau kurang tepat sehingga
siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai materi yang di
sampaikan.Demikian juga Slameto (2010 :65) mengungkapkanbahwa :“ Metodemengajar
8
Metodemengajar yang kurangbaikitudapatterjadimisalnyakarena guru
kurangpersiapandankurangmenguasaibahanpelajaran yang sehingga
gurutersebutmenyajikannyatidakjelasatausifat guru
terhadapsiswaatauterhadapmatapelajaranitusendiritidakbaik,
sehinggasiswakurangsenangterhadappelajaranataugurunya.Akibatnyasiswamalasuntukbelajar.
”
Untukmengantisipasimasalahtersebutdiperlukanpenggunaan model pembelajaran
yang tepat. Guru harusmempunyaistrategiagar pembelajaranmenjadi menarikdan
siswadapatbelajarsecaraefektif.
Kreativitas merupakan unsur penting dari pendidikan matematika, jika kreativitas
seseorang tinggi, maka prestasi belajar seseorang itu juga tinggi. Hal inilah yang melandasi
peneliti untuk memilih topik kreativitas sebagai bahan untuk penelitian.
Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika, terutama untuk soal-soal yang
bervariasi dan memerlukan pemahaman serta kretivitas yang tinggi. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa kreativitas siswa dalam belajar matematika masih rendah, sehingga
perlu dilakukan suatu usaha terhadap kreativitas matematika siswa, mengingat makna
menguasai matematika bagi masa depan bangsa, maka anak-anak berbakat dibidang
matematika perlu mendapat perhatian khusus agar mereka menjadi lokomotif pendorong
penguasaan matematika.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang penting dalam kegiatan
pendidikan secara umum. Oleh karena itu pembelajaran haruslah berpusat kepada siswa
bukan lagi berpusat pada guru. Untuk memperoleh kreativitas dimungkinkan bila dalam
9
pembelajaran yang banyak melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Beberapa
ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis, bekerja sama dan membantu teman.
Ada berbagai macam tipe pembelajaran kooperatif, salah satu di antaranya adalah
pembelajaran kooperatif tipe TPS(Think-Pair-Share). Think Pair Share (TPS) adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif atau kelompok yang memberikan siswa waktu untuk
lebih banyak berpikir secara sendiri, berdiskusi dengan pasangan, saling membantu dalam
kelompok, dan diberi kesempatan untuk berbagi dengan siswa yang lain dalam diskusi kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga tahap pembelajaran yaitu „Think‟
yang memberikan kesempatan setiap siswa untuk memikirkan masalah secara mandiri, „Pair‟
yaitu siswa saling bertukar pikiran dengan pasangannya, „Share‟ yaitu siswa berbagi dengan
anggota kelompokatau siswa lainnya. (Nilawasti dkk ; 2014 : 42)
Pada struktur model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) ini, siswa
dapat saling berdiskusi untuk mengungkapkan idenya. Jika salah satu pasangan mengalami
kesulitan, maka pasangan lain dapat membantu untuk menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru. Mereka dapat menyatukan jawaban antar pasangan dan membuat kesimpulan dari
diskusi yang dilakukan dalam kelompok. Sebagaimana diungkapkan sujadi dkk (2014 Model
Pembelajaran TPS menuntut Siswa untuk review can menyajikan masalah Dan Mencari
Pengembangan strategi hearts Rangka memecahkan permasalahan matematika Yang mereka
10
Model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) adalah salah satu model
pembelajaran yang menarik, karena selain siswa berkerja secara kelompok seperti model
pembelajaran kooperatif lainnya, siswa juga bekerja secara individu. Inilah yang
membedakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan model pembelajaran
kooperatif lainnya. Tahapan-tahapan dalam TPS yaitu Thinking, Pairing, Share diharapkan
dapat membuat siswa lebih kreatif, cepat dan tepat dalam memecahkan masalah matematika.
Melalui model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap
matematika serta mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian
berjudul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk
Meningkatkan Kreativitas Matematika Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi
lengkung Tabung Kelas IX SMP N 1 Siempat NempuTahun Ajaran 2016/2017”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah
adalah :
1. Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide/ gagasan yang masih rendah
2. Pembelajaran yang digunakan masih belum bervariasi, dan belum menerapkan model
pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan siswa yaitu model pembelajaran kooperatif
11
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi prasyarat yaitu segi empat
4. Rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas
5. Tingkat kreativitas siswa masih rendah terhadap soal-soal yang bervariasi.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dituliskan diatas,
maka dalam penelitian ini akan dibatasi sesuai dengan identifikasi masalah yang ada pada
poin pertama yaitu “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk
meningkatkan Kreativitas Matematika Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung
kelasIXSMP Negeri 1 Siempat Nempu Tahun Ajaran 2016/2017 “
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar identifikasi masalah dan batasan masalah maka masalah yang akan
diteliti dirumuskan sebagai berikut: “apakah terjadi peningkatan kreativitas matematika siswa
pada materi bangun ruangSisi Lengkung setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share(TPS) di kelas IXSMP Negeri 1 Siempat Nempu Tahun Ajaran
2016/2017 ?”
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah : untuk meningkatkan kreativitas
12
Sharepada materi bangun ruang Sisi Lengkung kelasIX SMP Negeri 1 Siempat Nempu
Tahun Ajaran 2016/2017.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,antara
lain adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan masukan untuk mpengembangan ilmu pendidikan terutama strategi belajar
mengajar
b. Sebai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
pada permasalahan yang diteliti
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa serta melatih siswa untuk saling bekerja sama
dengan siswa lain.
b. Bagi guru
Sebagai bahan masukan untuk pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu penelitian ini berguna sebagai
bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan kreativitas siswa.
c. Pengelola Sekolah
Sebagai bahan masukan terhadap kualitas pengajaran matematika dan pentingnya model
pembelajaran dalam pelajaran matematika.
d. Peneliti
Sebagai sarana menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memilih model pembelajaran
yang sesuai yang nantinya akan dipakai dalam menjalankan tugas mengajar siswa di masa
13
1.7.Definisi Operasional
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu model pembelajaran yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dimana prosedur yang digunkan dalam model
pembelajaran ini memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk merespon dan saling
membantu dalam memecahkan masalah.
2. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Yang dimaksud dengan menemukan sesuatu
yang baru adalah dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan beberapa cara atau
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan kreatvitas siswa
pada materi bangun ruang sisi lengkung. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran
mengalami peningkatan , dimana berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran untuk
siklus I yaitu 2,15 sudah berada pada kategori cukup baik dan pada siklus II hasil observasi
proses pembelajaran yaitu 3,76 berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan hasil observasi
kreativitas juga mengalami peningkatan , dimana pada siklus I yaitu 1.53 berada pada
katergori sangat buruk dan pada siklus II menjadi 2.54 sudah berada pada kategori cukup
baik. Berdasarkan hasil tes juga mengalami peningkatan dimana pada tes kemampuan
awalpersentase ketuntasan persentase ketuntasan hanya 20 % ( 4 siswa) dengan rata-rata
65,02, pada siklus I meningkat menjadi 64 %(18 siswa) dengan rata-rata 65,7 dan pada siklus
II menjadi 89 % (25 siswa) dengan nilai rata-rata 81,6 dan sudah memenuhi persntase
ketuntasan klasikal(PKK) yaitu (≥85%). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kreatiivitas siswa.
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran sebagai
83
1. Kepada guru, khusunya guru matematika pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat menjadi salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan kreativitas siswa, yaitu dengan lebih membiasakan siswa untuk
mengenal soal kreatif dan menumbuhkan originalitasnya, khususnya pada materi bangun
ruang sisi lengkung dan perlu diuji coba untuk materi yang lain.
2. Peneliti juga menyarankan agar guru lebih memperhatikan originalitas siswa dengan lebih
sering memberikan soal-soal yang membangkitkan kreativitas siswa, guru disarankan lebih
banyak memilih soal-soal yang kreatif sehingga siswa dapat mengasah kemampuannya untuk
mampu memberikan ide-ide baru mereka.
3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi bangun
84
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B.I. , (2009),Komunikasi Matematik-Konsep dan Aplikasi, Yayasan Pena, Banda Aceh.
Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif.Medan:Media Persada
Johar, R., Marwan, dan Syukria, A., (2013), Kemampuan Komunikasi Matematis dan Habits of Mind Mahasiswa pada Materi Lintasan Terpendek Menggunakan
Algoritma Floyd Warshall, Jurnal PeluangVol. 1 No. 2 : 71- 80,
http://jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/view/1060ISSN : 2302-5158
Kunandar, (2011), Guru Profesional: Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta
Mann,Eric L. 2006.Jurnal Of Creativity: The Essence of
Mathematics,http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ750778.pdf. di akses pada tanggal
16 juni 2016
Mundandar,U., (2009),Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta
Nilawasti dkk.2014.pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 31 padang.
Panaoura.2014:2.Jurnal ofTeachers’awareness of creativity in mathematical teaching and their practice.http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1043048.pdf.Diakses pada Tanggal 16 Juni 2016.
Suhaedi, D. , (2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik,Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY November 2012, http://eprints.uny.ac.id/7593/ISBN : 978-979-16353-8-7
Syah, M., (2010),Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Slameto. 2010.Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi,Jakarta
:RinekaCipta
Trianto.2011.Mendesain Model Pembelajaran
iii
RIWAYAT HIDUP
Tantri Fitra Simanjuntak adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Lahir di
Sidikalang tanggal 09 Juni1993. Ayah bernama E. Simanjuntak dan Ibu bernama R. Raja
guk-guk. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Negeri No.030387 dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMP NEGERI 1 SIEMPAT NEMPU dan
lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah di SMA NEGERI 1
SIEMPAT NEMPU dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu