• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2016/ 2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2016/ 2017."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP NEGERI 3

PERCUT SEI TUAN T.A 2016/ 2017

Oleh : Efriliana NIM 4123111018

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP NEGERI 3

PERCUT SEI TUAN T.A 2016/ 2017

Efriliana (NIM: 4123111018) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-2 SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 34 orang. Objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif think pair share pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan analisis data pada tes awal kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh 9 siswa (26,5%) dari 34 siswa telah memiliki kemampuan komunikasi matematis minimal kategori sedang (nilainya  65). Setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematis I diperoleh 16 siswa (44,12%) dari 34 siswa telah memiliki kemampuan komunikasi matematis minimal kategori sedang (nilainya  65). Setelah tindakan II, melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematis II diperoleh 28 siswa (82,35%) dari 34 siswa yang telah memiliki kemampuan komunikasi matematis minimal kategori sedang (nilainya  65). Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini sudah memenuhi. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan komunikasi matematis siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini Berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2016/ 2017”, dan disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak berhingga kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu, nasihat, motivasi serta kasih sayang sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih pula kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis terutama dalam bidang akademik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Nurliani Manurung, M. Pd, Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si, dan Ibu Erlinawaty Simanjuntak, S. Pd, M. Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

(6)

Terima kasih kepada Bapak Drs. Rusman sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang Bapak pimpin, juga kepada guru bidang studi Matematika yaitu Ibu Ragunni Gultom, S. Pd yang telah memberikan banyak masukan serta telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian, serta guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan yang namanya tidak memungkinkan penulis untuk menyebutkan satu persatu.

Teristimewa kepada yang tercinta Ibunda Lastari dan Ayahanda tersayang Supriadi, Abang tersayang Dian Purwanto serta untuk Adik tersayang Sefti Anjani yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi, semangat serta dukungan moral dan materi kepada penulis hingga mampu menyelesaikan studi di UNIMED. Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuang Irma Suryani, Rina, Febri, Yuli, Moni, Ulfa, Venina yang selama ini menjadi sahabat yang luar biasa bagi penulis serta rekan-rekan seperjuangan kelas DIK C Matematika 2012. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Hanafi, Yuliana, Odi, Rio, Vero, Dedi, Rezi, Melati, Oliv, Irma Yunita, khairunniswah serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Februari 2017 Penulis,

Efriliana

(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 16

Tabel 2.2. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis 17

Tabel 2.3. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematika Siswa 18

Tabel 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 20

Tabel 3.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 40

Tabel 3.2. Kriteria Hasil Observasi 41

Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Tes Awal 44

Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Tes Awal Per Indikator 45

Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis I 52

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis I Per Indikator 53

Tabel 4.5. Nilai Observasi Kegiatan Guru Pada Pertemuan I dan

Pertemuan II 55

Tabel 4.6. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis II 63

Tabel 4.7. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis II Per Indikator 64

Tabel 4.8. Nilai Observasi Kegiatan Guru Pada Pertemuan III dan

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 74

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I 80

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II 85

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 90

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 94

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 100

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 105

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV (LAS IV) 110

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 115

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II 118

Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III 120

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV 121

Lampiran 13. Kisi-Kisi Tes Awal 123

Lampiran 14. Lembar Validasi Tes Awal 124

Lampiran 15. Tes Awal 127

Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 128

Lampiran 17. Kisi-Kisi Test Kemampuan Komunikasi Matematis I 130

Lampiran 18. Lembar Validasi Test Kemampuan Komunikasi

Matematis I 131

Lampiran 19. Test Kemampuan Komunikasi Matematis I 137

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Test Kemampuan Komunikasi

Matematis I 139

(9)

xii

Lampiran 22. Lembar Validasi Test Kemampuan Komunikasi

Matematis II 144

Lampiran 23. Test Kemampuan Komunikasi Matematis II 150

Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Test Kemampuan Komunikasi

Matematis I 151

Lampiran 25. Lembar Observasi Kegiatan Guru I Siklus I 155

Lampiran 26. Lembar Observasi Kegiatan Guru II Siklus I 158

Lampiran 27. Lembar Observasi Kegiatan Guru III Siklus II 161

Lampiran 28. Lembar Observasi Kegiatan Guru IV Siklus II 164

Lampiran 29. Deskripsi Hasil Tes Awal Berdasarkan Aspek Yang

Diukur 167

Lampiran 30. Tabulasi Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa 169 Lampiran 31. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis I

Berdasarkan Aspek Yang Diukur 172 Lampiran 32. Tabulasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis I 174

Lampiran 33. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis II

Berdasarkan Aspek Yang Diukur 177 Lampiran 34. Tabulasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis II 179

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang efektif dalam membantu seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Syaiful Sagala (2009:4) menyatakan bahwa:

Terdapat beberapa asumsi pokok dalam pendidikan, yaitu (1) Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya; (2) Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik; dan (3) Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi – kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian pada individu yang diharapkan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melihat besarnya pengaruh pendidikan tersebut dalam kehidupan manusia, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu kebutuhan manusia dalam upaya keberlangsungan hidup manusia. Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan adalah matematika.Menurut Rachmayani (2014:14) menjelaskan :

(11)

2

segala bidang ilmu pengetahuan, pembelajaran matematika dimasukkan ke dalam semua jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.

Hal ini berarti semua bidang ilmu pengetahuan membutuhkan matematika, karena merupakan sarana pemecahan masalah dalam kehidupan sehari – hari. Seperti halnya, matematika memiliki hubungan dengan mata pelajaran lainnya, sehingga kesuksesan mempelajari matematika akan memberikan kesuksesan bagi siswa pada saat mempelajari materi-materi pada mata pelajaran lainnya. Misalkan pada mata pelajaran kimia yaitu pada sub materi perhitungan nilai kesetimbangan reaksi dimana diperlukan perhitungan seperti perpangkatan bilangan, demikian juga untuk mata pelajaran yang lainnya seperti fisika.

Meskipun demikian, pada kenyataannya mata pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Kenyataan ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara oleh beberapa orang siswa SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman (2012:202) yang

mengemukakan bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,

matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih – lebih bagi siswa yang berkesulitan

belajar”. Oleh sebab iu, tidak mengherankan bila prestasi belajar matematika

sebahagian besar siswa belum menampakkan hasil yang sesuai dengan harapan. Rendahnya kemampuan siswa dalam matematika bukan hanya disebabkan karena matematika yang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya seperti guru, siswa itu sendiri, maupun lingkungan belajar. Menurut Ansari (2009:2) menyatakan bahwa:

(12)

Hal tersebut membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat mereka karena suasana kelas yang terlalu didominasi oleh guru. Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyampaikan pemikiran tentang gagasan dan ide matematisnya dalam menyelesaikan masalah matematika. Pada akhirnya salah satu tujuan pembelajaran matematika terabaikan dan proses komunikasi pada saat pembelajaran hanya bersifat satu arah, sehingga pembelajaran tersebut tidak menstimulasi siswa untuk menggunakan kemampuan komunikasi matematis mereka secara tertulis maupun lisan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada salah satu guru matematika di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan pada tanggal 15 Februari 2016 bahwa hasil belajar matematika kelas IX di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini dikarenakan selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif dan tidak mau bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya. Sebagian siswa masih bingung untuk menentukan langkah awal penyelesaian masalah dari soal yang diberikan. Dan ketika diberikan evaluasi banyak siswa yang tidak mampu menjawab soal yang diberikan. Pada saat guru memberikan soal, dan siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal tersebut, sebagian siswa belum mampu menerjemahkan apa yang akan ditanyakan oleh soal sehingga siswa menjawab ke arah yang salah, terlebih apabila soal tersebut dalam bentuk soal cerita.

Berikut adalah latihan dan kesalahan jawaban siswa kelas IX T.A 2016/2017 dengan soal dalam bentuk soal cerita :

(13)

4

Dari jawaban tersebut siswa belum mampu menerjemahkan apa yang ditanyakan oleh soal sehingga siswa menjawab ke arah yang salah, atau ke arah rumus yang tidak relevan

2. Ali membeli 12 baju dengan harga Rp. 480.000. Bila Budi akan membeli 18 baju yang sama dengan baju yang dibeli Ali, maka Budi harus membayar sebesar?

Dari jawaban diatas diketahui bahwa siswa masih belum mampu untuk menerjemahkan apa yang ditanyakan oleh soal, sehingga siswa belum mampu mengarahkan jawaban ke dalam rumus yang relevan.

(14)

Dari jawaban di atas diketahui bahwa siswa belum mampu memahami apa yang ditanyakan pada soal, dan apa yang sudah diketahui dari soal, sehingga siswa belum mampu memberi jawaban yang tepat.

4. Kue dalam kaleng dibagikan kepada 6 orang anak, masing-masing mendapat 30 kue dan tak bersisa. Bila kue tersebut dibagikan kepada 10 orang anak, masing-masing akan mendapat kue sebanyak?

Dari jawaban diatas diketahui bahwa siswa masih belum mampu untuk menerjemahkan apa yang akan ditanyakan oleh soal dari soal cerita ke dalam bentuk kalimat matematika.

Berdasarkan jawaban di atas dapat diketahui bahwa kesalahan siswa dalam menjawab soal adalah dikarenakan kurangnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Sebagian siswa masih belum mampu menerjemahkan apa yang ditanyakan oleh soal, sehingga siswa tidak mampu mengarahkan jawaban ke dalam rumus yang relevan. Dari 34 orang siswa diperoleh 1 orang siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi, 8 orang siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis sedang, dan 25 orang siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis sangat rendah.

(15)

6

lebih aktif dalam belajar dan dalam berkomunikasi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Sehingga proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan siswa secara aktif akan menyebabkan siswa tidak dapat menggunakan komunikasi matematikanya. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation learning) agar dapat mengkonstuksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi.

Salah satu manfaat pembelajaran kooperatif adalah terjadinya sharing process antara peserta belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Isjoni (2009:26):

Pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan salaing membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).

Bentuk sharing seperti ini, dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, penting bagi guru untuk menetapkan suatu pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajarananya dan mampu memelihara susasana pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada sharing process adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(16)

Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran TPS menurut Shoimin (2014:211) yaitu:

(1) TPS mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan; (2) menyediakan waktu berfikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa; (3) siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran; (4) siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi; (5) siswa dapat belajar dari siswa lain; (6) setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang mampu membantu siswa

dalam menemukan dan memahami materi-materi pembelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi matematis siswa akan lebih terpacu, dan juga karena dengan penggunaan model pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Model Think Pair Share (TPS) dapat mengembangkan dan menyatukan pemikiran siswa dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa model TPS

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Sehingga dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(17)

8

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah yang diperoleh sebagai berikut:

1. Siswa kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2016/2017 menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan

2. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.

3. Komunikasi matematis siswa kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2016/2017 masih rendah.

4. Guru matematika SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan Belum pernah menerapkan model pembelajaran TPS dalam pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model pembelajaran think pair share (TPS) materi kesebangunan dan kekongruenan kelas IX SMP

Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2016/2017.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) materi kesebangunan dan kekongruenan kelas IX SMP Negeri

3 Percut Sei Tuan T.A 2016/2017?”.

1.5. Tujuan Penelitian

(18)

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) .

b. Dapat digunakan sebagai masukan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

2. Bagi Peserta Didik

a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik serta

dapat mengatasi kesulitan belajar matematika.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan

mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan

untuk berbagi dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang

lain.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam

usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran

matematika, serta dapat dijadikan salah satu upaya meningkatkan kualitas

guru dan siswa yang lebih aktif, terampil, dan kreatif.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga

pengajar. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang

(19)

10

1.7. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran mengenai beberapa istilah yang digunakan, maka peneliti membatasi istilah yang dimaksud yaitu:

1. Komunikasi tulisan adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam menggunakan kosa katanya, notasi dan struktur matematika baik dalam bentuk penalaran, koneksi maupun dalam problem solving. Seperti mengungkapkan ide matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari (written words). Komunikasi matematis tertulis memuat 3 indikator antara lain (1) Menulis matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. (2) Menggambar secara matematis. Pada kemampuan ini, siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar. (3) Ekspresi matematis. Pada kemampuan ini, siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar

2. Model pembelajaran TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

(20)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang dilakukan peneliti di kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017 sudah dalam kategori baik. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas IX SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan diperoleh banyak siswa yang telah mencapai ketuntasan pada komunikasi matematis (nilainya ≥ 65) sebesar 26,5% dengan nilai rata-rata kelas pada tes awal yaitu 41,32. Dari pemberian tes kemampuan komunikasi matematis I diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan sebesar 17,62 % yakni dari 26,5% menjadi 44,12% dengan nilai rata-rata kelas 60,89. Dari tes kemampuan komunikasi matematis II diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan sebesar 38,23% dari 44,12% menjadi 82,35% dengan rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematis II siswa adalah 71,32

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

(21)

71

2. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai komunikasi yang lain dalam pembelajaran.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Pena, Banda Aceh.

Arikunto, Suharsimi., (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Asmin dan Abil., (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa Indonesia, Medan.

Chotimah, Siti., (2015), Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP di Kota Bandung dengan Pendekatan Realistic Mathematics Educations pada Siswa SMP di Kota Bandung, Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi Bandung, Vol 9 No.1:26-32

Fachrurazi., (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, jurnal UPI, edisi Khusus No.1:76-89

Isjoni., (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Rachmayani, Dwi., (2014), Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa, Jurnal Pendidikan UNSIKA, Vol 2 No.1:13-23

Rusman., (2014), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Edisi Kedua), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, Wina., (2012), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta

Shoimin, Aris., (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, Arr-Ruzz Media, Yogyakarta.

(23)

73

Subbahasan Kerucut dan Bola di Kelas IX SMPN 37 Medan T.A. 2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Sumiati dan Asra., (2013), Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.

Tim, UPPL., (2015), Program Pengalaman Lapangan Terpadu Program S1 Kependidikan, Unimed Press, Medan.

Trianto., (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

Laba bersih kepada pemegang saham dikurangi dividen saham preferen. Pemegang saham biasa (sekarang dan yang potensial) terkecuali prioritas pembayaran tidak

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone yang diberikan pada pasien sirosis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Dari kunjungan wisatawan yang meningkat dari tahun ke tahun tersebut muncul sebuah kebutuhan akan suatu tempat berupa bangunan penginapan yang memiliki berbagai