• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERPAAN IKLAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) AQUA DI TELEVISI TERHADAP AWARENESS KONSUMEN PADA MEREK (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Studi Public Relations FISIP UMM Angkatan 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TERPAAN IKLAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) AQUA DI TELEVISI TERHADAP AWARENESS KONSUMEN PADA MEREK (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Studi Public Relations FISIP UMM Angkatan 2008"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Relations FISIP UMM Angkatan 2008

RENI KUSUMA DAMAYANTI NIM: 06220394

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)

Konsentrasi : Public Relations (PR) Judul Skripsi :

PENGARUH TERPAAN IKLAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) AQUA DI TELEVISI TERHADAP AWARENESS KONSUMEN

PADA MEREK

(Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Studi Public Relations FISIP UMM Angkatan 2008)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada hari : Jum’at Tanggal : 15 April 2011 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si Dewan Penguji :

1. Joko Susilo, S.Sos, M.Si Penguji I ( )

2. Nurudin, M.Si Penguji II ( )

3. Nasrullah, S. Sos, M.Si Penguji III ( )

(4)

yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, serta kekuatan lahir dan batin kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana (S-1) dari Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh munculnya iklan bergenre Corporate Social Responsibility di televisi yang sifatnya memberikan informasi pada khalayak tentang suatu kegiatan sosial di bawah brand perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap publik dan lingkungan sekitarnya. Di mana tujuan dari iklan tersebut adalah strategi marketing yang dilakukan seorang PR-O dalam upaya menciptakan kesadaran konsumen pada merek demi mendapatkan loyalitas dari masyarakat terhadap perusahaan yang dinaungi. Melalui sebuah iklan pada media massa khususnya televisi, pesan yang disampaikan dapat langsung diterima oleh audiensnya, hal ini karena karakteristik media massa televisi berperan sebagai sarana penyalur yang mempunyai jangkauan luas dan secara serempak menyampaikan pesan kepada khalayak dalam jumlah banyak dan terletak diberbagai wilayah.

(5)

memberi kekuatan lahir dan batin serta kelancaran selama pengerjaan tugas skripsi ini

2. Suami tercinta dan keluarga tersayang (Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik-adikku) atas dukungan, semangat, serta doanya

3. Bapak Nassrullah, S. Sos. M. Si dan Ibu Dra. Juli Astutik, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan, kesempatan, dukungan, kepercayaan, perhatian, dan kesabaran selama proses bimbingan sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

4. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si selaku dosen wali dari kelas F angkatan 2006 yang senantiasa memberikan dukungan dan masukan selama perkuliahan dan segenap dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, semoga ilmu tersebut bermanfaat hingga nanti

5. Teman-teman mahasiswa PR angkatan 2008 atas kerja samanya bersedia menjadi responden pada penelitian ini

6. Sahabat-sahabatku (tidak dapat disebutkan satu persatu) yang menjadi tempat sharing selalu memberikan masukan dan semangat untuk terus maju

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca karena skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat memberikan nilai tambah pada wawasan Ilmu pengetahuan.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Malang, 28 Maret 2011

(6)

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teoritis ... 8

1. Komunikasi Massa ... 8

1.1 Karakteristik Komunikasi Massa ... 10

1.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 11

1.3 Efek Komunikasi Massa ... 12

2. Media Massa sebagai Sarana Komunikasi ... 13

2.1 Terpaan Media ... 14

2.2 Efek Pesan Media Massa ... 15

3. Televisi sebagai Media Massa ... 16

3.1 Perkembangan Televisi Siaran Indonesia ... 17

(7)

4.4 Efek Pesan Iklan ... 25

4.5 Iklan Televisi ... 26

5. Corporate Sosial Responsibility sebagai Bentuk Promosi ... 32

5.1 Iklan Corporate Social Responsibility sebagai Strategi Komunikasi dalam PR ... 34

5.2 Landasan Corporate Social Responsibility dalam Komunikasi ... 35

6. Brand Awareness ... 37

6.1 Tingkatan Brand Awareness ... 38

6.2 Membangun Brand Awareness Konsumen dengan Komunikasi ... 40

2. Jenis, Pendekatan, dan Metode Peneitian ... 53

3. Populasi dan Sampel ... 54

4. Teknik Pengumpulan Data ... 56

5. Uji Instrumen Penelitian ... 57

6. Teknik Analisis Data ... 58

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Universitas Muhammadiyah Malang ... 62

1. Sejarah Singkat ... 62

(8)

1. Visi, Misi, dan Tujuan FISIP ... 69

2. Profil Jurusan Ilmu Komunikasi ... 71

3. Profil Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 ... 73

C. Deskripsi tentang Iklan Corporate Social Responsibility (CSR) AQUA “Satu untuk Sepuluh” ... 75

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Responden ... 79

B. Distribusi Frekuensi ... 80

(9)

Tabel 3.2 : Kriteria Responden “Pernah” Melihat Iklan CSR

AQUA di “Televisi” 81

Tabel 3.3 : Intensitas menonton iklan csr aqua saat ditayangkan

di televisi selama satu bulan 82

Tabel 3.4 : Pemilihan Media Televisi untuk Menonton Iklan

CSR AQUA Dibanding Media Lain 83

Tabel 3.5 : Konsistensi saat Menonton Iklan CSR AQUA di Televisi

Tanpa Mengubah Channel 83

Tabel 3.6 : Waktu Menonton Iklan CSR AQUA di Televisi dari Awal

dan Dipahami oleh Audiens 85

Tabel 3.10 : Pemilihan Latar Iklan CSR AQUA di Televisi Sangat Cocok untuk Menggambarkan Kondisi Lingkungan yang Nyata 86

Tabel 3.11 : Seting Iklan CSR AQUA di Televisi Sesuai dengan Tema

yang Diusung 87

Tabel 312 : Pemilihan Bintang Iklan CSR AQUA di Televisi

Menggunakan Penduduk Lokal sebagai Endorser untuk

Menyampaikan Pesan Iklan 87

Tabel 3.13 : Tingkat Konsumsi Konsumen pada Produk Air Minum

Dalam Kemasan (AMDK) 88

Tabel 3.14 : Mengingat Merek AQUA Saat Menyebutkan Produk Air

Minum Dalam Kemasan (AMDK) 89

Tabel 3.15 : Mengetahui Merek Produk Air Minum Dalam Kemasan

(10)

Tabel 3.18 : Memilih Merek AQUA ketika Membeli Air Mineral 91

Tabel 3.19 : Mengingat AQUA ketika Mengkonsumsi Produk Lain 92

Tabel 3.20 : Memilih AQUA Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Air

Mineral Berdasarkan Kualitas Produk 92

Tabel 3.21 : Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Independent (X) 94

Tabel 3.22 : Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel dependent (Y) 94

Tabel 3.23 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel 95

Tabel 3.24 : Frekuensi Tinggi Rendah Variabel X dan Variabel Y

Berdasarkan Kriteria Total Skor Item 96

Tabel 3.25 : Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Variabel X

dan Variabel Y 97

Tabel 3.26 : Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi 98

(11)

Gambar 1.2: Model Komunikasi Media Satu Arah 46

Gambar 1.3: Bagan Kerangka Pikir Penelitian 47

Gambar 2.1: Logo Jurusan Ilmu Komunikasi 71

Gambar 2.2: Contoh Label iklan CSR AQUA “Satu untuk Sepuluh” 77

Gambar 2.3: Potongan iklan CSR AQUA “Satu untuk Sepuluh” 78

(12)

Lampiran 2: Kuisioner

Lampiran 3: Tabel II (Nilai-Nilai r Product Moment)

Lampiran 4: Tabel III (Nilai-Nilai dalam Distribusi t)

Lampiran 5: Data-Data Perhitungan

a. Data Skor Responden

b. Data Distribusi Frekuensi Jawaban Responden c. Data Validitas Terpaan Iklan CSR

d. Data Validitas Awareness Konsumen e. Data Reliabilitas Terpaan Iklan CSR f. Data Reliabilitas Awareness Konsumen

g. Menghitung Reliabilitas Variabel X dan Y dengan Rumus Cronbrach Alpha

h. Crosstabulation Terpaan Iklan CSR Terhadap Awareness Konsumen

i. Data Korelasi Variabel X dan Y

j. Hasil Korelasi Terpaan Iklan CSR Terhadap Awareness Konsumen

(13)

Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Durianto, Darmadi, dkk. 2004. Brand Equity Ten. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ebdi Sanyoto, Sadjiman, Drs. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan. Yogyakarta: Dimensi Press

Effendy, Onong Uchjana, prof. Drs. M. A. 1993. Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung: CV Mandar Maju

_______________. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

_______________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan, Terjemahan: Haris Munandar Edisi III. Jakarta: PT Erlangga

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Terjemahan: Bambang Sarwiji Edisi XI. Jakarta: Indeks, Gramedia

__________, dan Amstrong, Gary. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran, Terjemahan: Bambang Sarwiji Edisi IX. Jakarta: PT Indeks, Gramedia

Lee, Monle, dan Carla Johnson. 2007. Prinsip-Prinsip Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana

Mondry, M. Sos. 2006. Komunikasi Media Massa dalam Pembangunan. Malang: Agritek YPN dan SOFA Press

Mulyana, M.A. Deddy, Ph.D. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Nurudin. M. Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(14)

Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi:

Sejarah, Metode, Dan Terapan Didalam Media Massa, Edisi

Kelima. Jakarta: Kencana

Soehadi, Agus W, Prof, Ph.D. 2005. Effective Branding. Bandung: PT Mizan Pustaka

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian,. Bandung: CV Alfabeta

_______. 2009. Metode Penelitian Administrasi, Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta

Universitas Muhammadiyah Malang. 2008. Panduan Akademik

Universitas Muhammadiyah Malang 2008/2009. Malang: UMM

Press

___________________. 2008. Buku Pembinaan Mahasiswa. Malang: UMM Press

Widjaja, H.A.W, Drs. 1997. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara

Widyatama, Rendra. 2006. Bias Gender dalam Iklan Televisi. Yogyakarta: Media Pressindo

__________. 2007. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Winarni. 2003. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Malang: UMM Press

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo

Non Buku:

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/corporate-social-responsibility-csr.html, diakses tanggal 4 November 2010 pukul 11.55

(15)

http://www.acosys.co.id/book/export/html/11, diakses tanggal 23 Februari 2011 pukul 07.52

http://fisip.umm.ac.id/home.php, diakses tanggal 8 Maret 2011 pukul 19.00

http://komunikasi.umm.ac.id/home.php, diakses tanggal 8 Maret 2011 pukul 19.05

(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum adanya televisi, radio menyaingi koran sebagai media

universal karena khalayak keduanya tidak banyak berbeda. Tapi kini

keberadaan televisi menggerus kedudukan radio. Televisi bukan lagi

menjadi barang mewah, hampir semua masyarakat Indonesia memiliki

televisi ditiap rumahnya. Tidak hanya dalam lingkup masyarakat kota saja,

namun keberadaan televisi telah menjamah masyarakat pedesaan.

Pernyataan tersebut diperjelas oleh hasil dari kajian Mondry (2006:79)

dalam bukunya Komunikasi Media Massa dalam Pembangunan, bahwa

peningkatan teknologi komunikasi telah ikut merubah sumber komunikasi

utama masyarakat pedesaan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

diketahui bahwa 30% dari 20 responden memilih radio sebagai sumber

informasi, sedangkan 60% dari 20 responden memilih media lain, yaitu

televisi sebagai sumber informasi. Hal ini dikarenakan perubahan

teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang dari tahun

ke-tahun disertai kebutuhan informasi masyarakat yang semakin luas,

menjadikan televisi mendominasi media informasi.

Terkait dengan persaingan dalam dunia bisnis dan perdagangan

yang semakin ketat lahirnya televisi-televisi swasta di Indonesia atas

(17)

Trans TV, Global TV yang berkedudukan di Jakarta dan JTV yang

berkedudukan di Surabaya, memberikan peluang bagi

perusahaan-perusahaan baik yang bergerak dibidang barang maupun jasa untuk

bekerja sama dalam memasarkan produknya. Salah satu tayangan televisi

yang berhubungan erat dengan kegiatan memperkenalkan atau

memasarkan produk pada konsumen adalah iklan. Iklan merupakan salah

satu instrument pemasaran modern yang aktivitas didasarkan pada konsep

komunikasi karena merupakan bentuk komunikasi, maka keberhasilan

dalam mendukung pemasaran merupakan pencerminan keberhasilan

komunikasi.

Dilihat dari segi ekonomi media televisi dalam penyebaran

pesannya lebih mempunyai jangkauan yang luas dan dapat masuk

diberbagai kalangan sehingga hal tersebut menghemat biaya penyebaran

pesan dari setiap orang, sedangkan dari segi teknis media televisi dinilai

lebih efektif dalam penyampaian pesan kepada masyarakat karena

penyajiannya menggunakan fasilitas audio visual. Dari faktor-faktor itulah

para pengiklan lebih memilih media televisi untuk mengenalkan sekaligus

memasarkan produknya dibanding media lain.

Suatu perusahaan perlu mengenalkan merek dari produk yang

dihasilkannya melalui sebuah media, agar konsumen dapat mengetahui

baik nama, tujuan ataupun kegunaan dari produk tersebut. Terkait dalam

pengenalan merek produk, tujuan utama suatu perusahaan menciptakan

(18)

mendapatkan loyalitas dari masyarakat dengan membentuk citra positif

atas perusahaan produsen tersebut. Dari tujuan itulah seorang PR-O

(Public Relations Officer) ada dan dibutuhkan di perusahaan terutama

perusahaan besar dan sudah mempunyai nama, yaitu untuk

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada masyarakat atau khalayak.

Public Relations dalam sebuah perusahaan berfungsi sebagai

sarana menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat sebagai

konsumen dari produk yang dihasilkannya baik berupa barang maupun

jasa. Untuk menjalankan fungsinya tersebut seorang PR-O membutuhkan

media dalam penyampaian sebuah pesan kepada khalayak. Pemilihan

media dari beberapa media massa yang ada seperti cetak (majalah, koran,

dan sebagainya) dan elektronik (radio, televisi, internet) menjadikan

seorang PR dalam pekerjaannya membutuhkan pertimbangan dari berbagai

aspek baik segi ekonomi dan teknis.

Iklan pada media televisi menjadi suatu alternatif pilihan yang

efektif dan efisien baik dari segi teknis maupun ekonomi, karena

keistimewaannya dibanding dengan media lain seperti tersebut di atas. Hal

yang perlu diperhatikan pada iklan di media televisi adalah jam tayangnya,

iklan televisi mempunyai keterbatasan jumlah penayangan, iklan biasanya

ditayangkan pada sela-sela acara televisi lainnya dengan durasi waktu

yang cukup singkat. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka frekuensi

penayangan iklan di televisi biasanya dilakukan berulang-ulang guna

(19)

harus dibuat sebaik mungkin, agar dapat menarik perhatian khalayak

sasaran, sehingga mampu menciptakan brand awareness pada benak

konsumen.

Dimulai dari menciptakan kesadaran konsumen atas merek, maka

secara tidak langsung masyarakat akan mengenal dan mengingat di benak

mereka sebuah produk yang tercipta dari iklan yang baik, dan kemudian

dari iklan yang baik tersebut akan timbul kepercayaan masyarakat dalam

hal ini konsumen atau audiens terhadap perusahaan penghasil produk

tersebut yang akan berdampak pada citra perusahaan itu sendiri. Seorang

PR dapat memanfaatkan iklan televisi untuk menjalankan tugas utamanya

dalam pembentukan citra positif dari perusahaan yang dinaunginya,

apabila timbul suatu isu di masyarakat yang merugikan stabilitas

perusahaan. Salah satu strategi yang digunakan PR pada umumnya untuk

mengatasi atau meminimalisir suatu isu yang berkembang di masyarakat

adalah dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility

(CSR).

Kegiatan CSR seringkali memberikan nilai publisitas tinggi

sehingga menjadi stimulasi efektif terhadap aktivitas marketing. Iklan

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu bentuk iklan

layanan masyarakat, di mana dalam pesan yang disampaikan bersifat

informatif. Meskipun dinilai jauh dari kesan komersiil akan tetapi kegiatan

tersebut masih termasuk dalam strategi promosi, keuntungan yang

(20)

yang diperoleh apabila program tersebut terlaksana dengan baik dan

diterima oleh masyarakat dan lingkungan sekitar, yaitu berupa loyalitas

(kepercayaan) terhadap keberadaan perusahaan tersebut yang dianggap

care dan tidak merugikan, dengan itu perlahan-lahan secara tidak langsung

dapat menciptakan citra positif perusahaan dimata publik. Pada dasarnya

dalam membentuk suatu citra yang positif dimata publik atau masyarakat

dibutuhkan suatu kepercayaan dan rasa saling memiliki terhadap suatu

perusahaan tersebut.

Salah satu perusahaan yang telah melakukan kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) adalah PT Aqua Golden Misissippi yaitu

salah satu perusahaan pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

ternama di Indonesia. Sebagai perusahaan air minum terkemuka, AQUA

menaruh perhatian besar terhadap tersedianya air bersih, terutama bagi

kebutuhan anak-anak Indonesia. Dimana dalam program CSR yang

dilaksanakannya pada Juli- September 2007 dan terus berlanjut pada tahun

2009-2010 hingga kini, PT Aqua Golden Misissippi dibawah bendera

DANONE berkomitmen memberikan fasilitas akses air bersih yang mudah

dijangkau untuk masyarakat Timor Tengah Selatan (TTS), NTT yang

kesulitan dalam mendapatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

Iklan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

PT Aqua Golden Misissippi dibawah bendera DANONE yang bertajuk

“Satu untuk Sepuluh”, sering ditayangkan di televisi diberbagai channel

(21)

promosi yang dimiliki produsen AQUA adalah dengan membeli air

minum kemasan AQUA berlabel khusus, maka keuntungan yang

dihasilkan akan dibagikan untuk pelaksanaan program CSR yang

dimaksud. Pada iklan CSR AQUA yang ditayangkan di televisi, pesan

yang disampaikan terdiri dari beberapa unsur pembentuk diantaranya ada

gambar hidup, iringan musik, pilihan tema, kata-kata yang digunakan

dibuat semenarik mungkin, sehingga informasi tersampaikan dengan baik

kepada audiens. Dari situ nantinya diharapkan timbul suatu respon

terhadap iklan Corporate Social Responsibility (CSR) AQUA yang

ditayangkan pada media televisi oleh audiens. Karena iklan pada dasarnya

secara tidak langsung bertujuan untuk mempengaruhi atau mengubah pola

pikir masyarakat melalui pesannya.

Meskipun sudah diketahui bahwa tujuan dari kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) adalah komitmen untuk menjadikan

lingkungan lebih baik lagi, akan tetapi apakah terpaan iklan Corporate

Social Responsibility (CSR) AQUA tersebut di televisi dapat

mempengaruhi pembentukan awareness konsumen pada merek?

Mengingat ruang lingkup yang dibatasi dan guna menghindari bias tentang

sebuah informasi, maka peneliti memilih subyek penelitiannya yaitu

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

angkatan 2008/2009 yang mengambil konsentrasi studi Public Relations

dengan kriteria pernah melihat iklan Corporate Social Responsibility

(22)

penelitian mampu memberikan informasi terkait dengan permasalahan

yang diangkat oleh peneliti. Selain itu berdasarkan tingkat pendidikan

Mahasiswa yang terkena terpaan media, khususnya media televisi akan

lebih kritis menanggapi fenomena yang terjadi di sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil permasalahan

dengan judul: “Pengaruh Terpaan Iklan Corporate Social Responsibility

(CSR) AQUA di Televisi terhadap Awareness Konsumen pada Merek”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh antara terpaan iklan Corporate Social

Responsibility (CSR) AQUA di televisi terhadap awareness

konsumen pada merek?

2. Jika ada, seberapa besar pengaruh terpaan iklan Corporate

Social Responsibility (CSR) AQUA di televisi terhadap

awareness konsumen pada merek?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Ada tidaknya pengaruh terpaan iklan Corporate Social

Responsibility (CSR) AQUA di televisi terhadap awareness

(23)

2. Besarnya pengaruh yang diberikan dari terpaan iklan

Corporate Social Responsibility (CSR) AQUA di televisi

terhadap awareness konsumen pada merek

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

akademis maupun secara praktis, adapun manfaat dari penelitian ini

sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan atau referensi

dalam melakukan penelitian bidang terkait khususnya Public

Relations untuk seterusnya dilakukan penyempurnaan.

b. Selain itu hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah

koleksi kepustakaan bagi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

pembaca serta memberikan masukan bagi perusahaan terkait untuk

terus meningkatkan program Corporate Sosial Responsibility (CSR)

agar tercipta brand awareness melalui iklan televisi.

E. Kerangka Teoritis 1. Komunikasi Massa

Beberapa ahli komunikasi banyak memberikan definisi tentang

(24)

komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun

elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang

dilembagakan, yang ditujukan pada sejumlah besar orang yang tersebar

dibanyak tempat bersifat anonim dan heterogen. Pada media elektronik

khususnya, pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum

dan disampaikan secara cepat, serentak, dan sekilas (Winarni, 2003:43).

Bittner dalam Ardianto, dkk (2007:3) mengemukakan definisi

komunikasi massa yang paling sederhana, yakni: komunikasi massa adalah

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar

orang (mass communication is messages communicated through a mass

medium to large number of people).

Menurut Nurudin (2007:4), bahwa pada dasarnya komunikasi

massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan

elektronik).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses

komunikasi dengan menggunakan media sebagai alat untuk menyebarkan

(25)

1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa yang menjadikan suatu ciri

khas dari komunikasi menggunakan media, adalah sebagai

berikut:1

1. Komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi yang

disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk

semua orang

2. Komunikan bersifat heterogen. Komunikan dalam

komunikasi massa adalah sejumlah orang yang disatukan

oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk

tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan

tujuan yang sama; meskipun demikian orang-orang yang

tersangkut tadi tidak saling mengenal, berinteraksi secara

terbatas, dan tidak terorganisasikan

3. Media massa menimbulkan keserempakan. Yaitu,

keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk

dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut

satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah

4. Hubungan komunikator- komunikan bersifat non-pribadi.

Komunikasi dengan menggunakan media massa berlaku

      

1

(26)

dalam satu arah (one way communication), dan ratio

output-input komunikan sangat besar

1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Pada mulanya Harold D. Laswell mengemukakan fungsi

komunikasi massa ada tiga, kemudian Wright menambahkan

fungsi yang ke-empat, sebagai berikut:

a. Surveillance atau Pengawasan

Fungsi ini dibagi menjadi dua, yaitu warning or beware

surveillance (pengawasan peringatan). Pada fungsi ini

media menyampaikan informasi mengenai ancaman

sehingga berdampak disfungsi bagi masyarakat yang dapat

menyebabkan panik dan terancamnya stabilitas. Yang

kedua, instrumental surveillance (pengawasan

instrumental). Pada fungsi ini media menyampaikan

informasi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang

berguna bagi masyarakat. Termasuk informasi tentang

produk-produk baru yang ada di pasaran serta jadwal acara

televisi atau film-film yang diputar di gedung bioskop

(Nurudin, 2007:81).

b. Correlation atau Kegiatan Menghubungkan

Untuk membantu mobilisasi, yaitu menggerakkan

(27)

memberikan efisiensi kepada individu untuk memudahkan

dalam mendapatkan informasi tanpa harus ‘ngoyo’ terjun

ke lapangan.

c. Transmisi Kultural

Fungsi ini berperan meningkatkan keutuhan sosial dan

mengurangi ketidakpastian di tengah masyarakat. Dampak

disfungsi dari fungsi ini, yakni masyarakat akan

berkembang masyarakat massa dan bagi individu akan

terjadi dispersonalisasi sosialisasi.

d. Entertainment atau Hiburan

Fungsi ini berperan sebagai sarana pelepas lelah baik bagi

individu maupun masyarakat. Dampak disfungsi dari fungsi

ini adalah muncul sikap individualistik dan aksi pasif,

karena hiburan yang disajikan media cenderung membuat

orang terlena (Winarni, 2003:45).

1.3 Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi

di dalam diri penerima, karena menerima pesan-pesan dari suatu

sumber. Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan

efek-efek atau perubahan-perubahan sebagai yang diharapkan oleh

sumber, seperti pengetahuan, sikap dan perilaku, atau ketiganya.

(28)

menggolongkan efek komunikasi massa dalam dua sifat, yaitu efek

khusus dan efek umum.

Efek umum menyangkut efek ‘dasar’ yang diramalkan

dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media

massa. Efek khususnya terutama menyangkut ramalan tentang efek

yang diperkirakan akan timbul pada individu-individu dalam suatu

mass audience pada perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan

media massa (Wiryanto, 2000:39 dan 46).

2. Media Massa sebagai Sarana Komunikasi

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa

menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas

dan heterogen (Nurudin, 2007: 9). Pada dasarnya komunikasi merupakan

cara dimana individu atau kelompok menyampaikan ide/gagasan pada

individu atau kelompok lain. Pada prosesnya Carl I Hovland dalam

Effendy (1993: 2) menjelaskan, bahwa komunikasi adalah proses merubah

perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior

of other individuals). Proses komunikasi tersebut terdiri dari sumber,

komunikator, dan komunikan. Teori tersebut digunakan apabila

komunikasi dilakukan secara langsung, berjarak dekat, dan

berkesinambungan. Sementara untuk jarak yang jauh dan jumlah

komunikan yang banyak serta tersebar, Berlo (1960) menambahkan, selain

(29)

diperlukan saluran yang dibagi menjadi media dan metode. Hubungannya

dengan komunikasi massa, saluran yang dimaksud adalah alat atau sarana

dalam menyampaikan sebuah pesan kepada komunikan dengan

menggunakan media massa baik cetak maupun elektronik sehingga akan

timbul dampak yang berkelanjutan.

Sedangkan mengutip dari paradigma yang dikemukakan Harold

Laswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in

Society menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai

pertanyaan dari Who Says What In Which Channel To Whom With What

Effect?, yakni:

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel)

- Komunikan (communicant, communicates, receiver,

recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Dari paradigma tersebut komunikasi menurut Laswell, adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang

menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1993:3).

2.1 Terpaan Media

Dalam studi media, dikenal istilah terpaan media (media

(30)

sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film,

membaca majalah atau surat kabar maupun mendengarkan radio

(Jalaluddin Rakhmat, 2007:64).

Dari pengertian di atas, maka keberhasilan dari pengaruh

terpaan media terhadap audiens dapat diukur dengan frekuensi

intensitas, atensi serta durasi dari tiap media dalam menyajikan

suatu informasi khususnya pada media televisi.

2.2 Efek Pesan Media Massa

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad (Effendy, 2002:

41), acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap,

pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton. Pesan-pesan

yang disampaikan melalui media televisi ini menimbulkan efek

yang tidak bisa dihindarkan dari khalayak penikmat televisi karena

pada dasarnya acara televisi mampu membius audiens melalui

pesannya yang atraktif dan inovatif. Efek pesan tersebut antara

lain, adalah:2

a. Efek kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri

individu yang terkena terpaan media yang sifatnya informatif

      

2

(31)

bagi dirinya. Pada pesan yang disampaikan efek yang terjadi

berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu.

b. Efek afektif

Efek afektif mengacu pada aspek emosional atau

perasaan. Disini media dapat menimbulkan rangsangan

emosional pada khalayak, misalnya merasa sedih, senang,

gembira, marah, jengkel, dan sebagainya. Pada pesan yang

disampaikan efek yang terjadi berhubungan dengan sikap kita

terhadap sesuatu.

c. Efek behavioral atau konatif

Efek behavioral mengacu pada perilaku, tindakan atau

kegiatan khalayak yang tampak pada kegiatan sehari-hari,

meliputi perilaku antisosial dan prososial. Pada pesan yang

disampaikan efek yang terjadi berhubungan dengan tingkah

laku kita terhadap sesuatu.

3. Televisi sebagai Media Massa

Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang efektif

dalam penyampaian pesan kepada khalayak, memuat unsur gambar, warna

dan suara. Melalui media ini masyarakat memperoleh beragam informasi

baik dari dalam maupun luar negeri secara efektif dan serempak. Di

Indonesia televisi menjadi sebuah media yang tidak lepas dari kebutuhan

masyarakat sehari-hari. Televisi dalam kehidupan sehari-hari selain

(32)

perusahaan-perusahaan dalam memasarkan produknya, atau menyampaikan informasi

tentang suatu pengadaan kegiatan.

3.1 Perkembangan Televisi Siaran Indonesia

Perkembangan televisi di Indonesia dimulai pada tanggal

24 Agustus 1962 bertepatan dengan dilangsungkannya Pesta

Olahraga se-Asia atau Asean Games di Senayan. Sejak itu Televisi

Republik Indonesia yang disingkat TVRI digunakan sebagai

panggilan stasiun hingga sekarang. Berkenaan dengan kepentingan

pemerintah dan keinginan masyarakat Indonesia yang tersebar

keberbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, pada

tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan

penggunaan Satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran

televisi. Berkat kebijakan pemerintah tersebut, dalam

perkembangan menggunakan Satelit Palapa sebagai saluran

telekomunikasi dan siaran televisi kini siarannya sudah dapat

menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia.

Berkembangnya kebijakan-kebijakan tentang siaran

televisi, menjadikan peluang bagi stasiun televisi lainnya untuk

mengudara, sehingga kini TVRI tidak lagi mendominasi

keberadaan pertelevisian di Indonesia. Pada tahun 1989 TVRI

mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat

(33)

swasta lainnya, yaitu SCTV, TPI, Indosiar, An Teve, Metro TV,

Trans TV, Lativi yang berkedudukan di Jakarta, dan JTV yang

berkedudukan di Surabaya (Winarni, 2003:36-37).

3.2 Fungsi Televisi sebagai Media Massa

Sebagai salah satu media elektronik yang berperan dalam

komunikasi massa, fungsi pokok televisi ada tiga, yaitu: 3

a. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Fungsi ini terdapat pada media massa audio visual yang

mempunyai dua faktor yaitu Immediacy dan realism.

Immediacy mengandung pengertian langsung dan dekat.

Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat

dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu

berlangsung. Realism mengandung makna kenyataan stasiun

televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual

dengan perantara mikrofon dan kamera, apa adanya sesuai

dengan kenyataan.

b. Fungsi Pendidikan ( TheEducational Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana

yang ampuh untuk menyelesaikan acara pendidikan bagi

khalayak yang jumlahnya begitu banyak dan simultan.

      

3

(34)

c. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Fungsi hiburan pada televisi sangat melekat dan dominan,

sebagian besar dari alokasi waktu siaran televisi diisi oleh

acara-acara hiburan. Hal tersebut dikarenakan terdapat layar

televisi yang menampilkan gambar hidup serta suaranya

bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati oleh khalayak.

4. Periklanan

Otto Kleper (1986) seorang ahli periklanan asal Amerika dalam

bukunya yang berjudul Advertising Procedure, advertising berasal dari

bahasa latin yaitu ad.vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan

pada pihak lain (Widyatama, 2007: 13).

Periklanan adalah komunikasi komersiil dan non-personal tentang

sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu

khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran,

majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau

kendaraan umum. Selain itu periklanan merupakan bentuk khusus

komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, yaitu lebih dari sekedar

memberikan informasi tetapi juga harus mampu membujuk khalayak

ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran

perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan.

Periklanan dan pemasaran merupakan dua hal yang sulit

(35)

bersama-sama dengan kegiatan personal selling, publisitas, sales

promotion. Sementara promotion mix merupakan bagian dari marketing

mix (Widyatama, 2007:34).

Akan tetapi dalam perkembangan ilmu marketing sebagaimana

terjadi sekarang ini, komponen promotion mix atau yang lebih dikenal

dengan 4P sudah mengalami perkembangan. Dari hasil kajian yang terus

menerus atas pengalaman di lapangan, pemasaran tidak cukup hanya

sekedar; membangun aspek produk, menentukan harga, menyiapkan

tempat, dan melakukan promosi yang baik. Merujuk dari pendapat Philip

Kotler yang menampilkan gagasan megamarketing, yaitu dengan

memasukkan unsur dua “P” baru; power dan public relations ke dalam

marketing mix (bauran pemasaran) konvesional 4-P menjadi formula 6-P.

Power dalam marketing menyandang potensi mendorong (push strategy)

dan public relations berpotensi menjadi menarik (pull strategy).

Dalam buku ”megamarketing”, Harvard Business Review, Philip

Kotler mengungkapkan:

“Megamarketing is the strategically coordinated applications of economic, phychological, political and public relations skills to gain the coorperation of a number of parties in order to enter and or operate in a given market” (Ruslan, 2007:12)

Konsep megamarketing tersebut kemudian dikembangkan oleh

Thomas L. Hariss dalam bukunya Marketer’s Guide to Public Relations,

yang melahirkan marketing public relations (MPR). Dari pendapat kedua

(36)

PR (public relations mix) menjadi PENCILS yang hampir mirip dengan

formula PASP (Publications, Advertising, Sales Promotions, and Personal

Selling) dalam promotion mix. Komponen bauran PR pada formula

PENCILS meliputi; Publications, Event, News, Community involvement,

Inform or image, Lobbying and negotiation, Social Responsibility (Ruslan,

2007:13-15).

Periklanan sering kali diklasifikasikan dalam beberapa tipe besar,

sebagai berikut (Lee, Monle, dan Carla Johnson, 2007:3-10):

a. Iklan Produk f. Iklan Direktori

b. Iklan Eceran g. Iklan Respon Langsung

c. Iklan Korporasi h. Iklan Layanan Masyarakat

d. Iklan Bisnis-ke-Bisnis i. Iklan Advokasi

e. Iklan Politik

Berdasarkan jenis iklan, media pada periklanan terbagi menjadi

dua, yaitu media iklan lini atas (above the line) dan media iklan lini

bawah (below the line). Iklan lini atas dikuasai oleh lima media, yakni:

pers (koran dan majalah), radio, televisi, lembaga jasa iklan luar ruang

(outdoor) dan sinema/bioskop. Sedangkan media pada iklan lini bawah

antara lain: promosi penjualan, sponsor, direct mail (untuk iklan dengan

metode pemasaran direct response) dan pameran-pameran (Frank

(37)

4.1 Konsep Iklan

Berbeda dengan konsep dari periklanan, iklan cenderung

pada sebuah pesan dalam kegiatan periklanan itu sendiri. Iklan

merupakan sarana komunikasi antara produsen dan konsumen,

bertujuan untuk membujuk atau merayu target audience dengan

cara dan maksud yang baik. Apabila situasi komunikasi dalam

periklanan tercermin upaya untuk mengubah tingkah laku orang

lain melalui penyampaian beberapa pesan, maka iklan tersebut bisa

dikatakan memiliki sifat persuasif (Sadjiman, 2006:12).

Iklan mempunyai prinsip-prinsip dasar yang melandasinya

sebagai bentuk komunikasi. Enam prinsip dasar iklan tersebut,

sebagai berikut (Widyatama, 2007:17-23):

1. Adanya pesan tertentu

2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor)

3. Dilakukan dengan cara non personal

4. Disampaikan untuk khalayak tertentu

5. Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan

dengan cara membayar

6. Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan

dampak tertentu

Iklan memberikan informasi yang berguna terhadap produk

(38)

akan produk dan layanan. Spesifikasi dalam sebuah iklan adalah

mengenalkan nama atau merek dari produk yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan, karena jika hanya produk tanpa nama maka

konsumen dalam hal ini audiens tidak dapat mengingat produk apa

yang mereka gunakan. Satu macam produk dapat diproduksi oleh

beberapa perusahaan, sehingga tiap perusahaan perlu memberikan

brand (merek) khusus untuk tiap produk yang mereka produksi.

4.2 Fungsi Iklan

Fungsi dari periklanan itu sendiri tergantung pada efek

yang akan diukur pada masyarakat. Adapun fungsi-fungsi

periklanan tersebut, adalah sebagai berikut: 4

a. Fungsi informasi (informing)

Dimana iklan pada fungsi ini memberitahu konsumen tentang

produk-produk baru. Periklanan memfasilitasi pengenalan

(introduction) merek-merek baru, meningkatkan jumlah

permintaan terhadap merek-merek yang telah ada dan

meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen

TOMA (Top of Mind Awareness) untuk merek-merek yang

sudah ada dalam kategori produk yang matang.

      

4

(39)

b. Fungsi persuasif (persuading)

Membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek

tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau

perusahaan tersebut.

c. Fungsi pengingat (reminding)

Terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah

produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang

diiklankan tanpa mempedulikan merek pesaingnya.

d. Fungsi menambah nilai (adding value)

Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan dapat

memberi nilai tambah bagi penawaran-penawarannya,

seperti: inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah

persepsi konsumen.

4.3 Pesan Iklan

Pesan dalam sebuah iklan merupakan materi penting yang

dikomunikasikan atau disampaikan melalui media kepada

khalayak. Seperti halnya dalam komunikasi antar personal, apabila

tidak terdapat pesan dalam sebuah komunikasi maka komunikasi

tersebut tidak akan berhasil. Menurut Kotler (2005:254-258),

unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam menyusun pesan iklan,

sebagai berikut:

1. Isi pesan “Apa yang akan dikatakan dalam iklan kepada

(40)

- Isi pesan harus mudah dipahami oleh audiens

- Isi pesan harus mudah untuk diingat oleh audiens

2. Struktur pesan “Bagaimana mengatakan maksud pesan

iklan dengan cara yang logis.”

3. Format pesan ”Bagaimana mengatakan suatu pesan secara

simbolis.”

4. Sumber pesan “Siapa yang seharusnya mengatakan pesan

tersebut.”

4.4 Efek Pesan Iklan

Suatu iklan yang dipublikasikan tentunya diharapkan untuk

memiliki suatu pengaruh atau efek. Faktor pribadi individu ikut

berpengaruh pada penerimaan suatu informasi atau pesan dari

sebuah proses komunikasi, yaitu melalui proses seleksi. Yaitu

dijelaskan melalui teori-teori selective influence, sebagai berikut:

1. Selective attention ( memilih memperhatikan pesan

tertentu)

Individu cenderung memperhatikan dan menerima terpaan

pesan media massa yang sesuai dengan pendapat dan

minatnya.

2. Selective Perception

Seorang individu secara sadar akan mencari media yang

(41)

pendapat, sikap, atau keyakinan dalam menafsirkan sebuah

pesan.

3. Selective Retention

Kecenderungan seseorang hanya untuk mengingat pesan

yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya

(Nurudin, 2007:229-231).

4. Selective Recall

Dalam selective recall ini seseorang cenderung memilih

kembali hanya pesan-pesan yang diingat saja. Jadi prinsip

ini meskipun paralel dengan seleksi pada perhatian, namun

setiap orang memilih pesan iklan yang paling berkesan

saja.

5. Selective Action

Selective action dalam periklanan mungkin mengarahkan

seseorang untuk memutuskan jenis produk apa yang

dipilihnya setelah menimbang keuntungan dan kerugian

dari semua produk yang sama (

http://basic-advertising.blogspot.com/teori-periklanan.html, diakses tanggal

7 Februari 2011).

4.5 Iklan Televisi

Televisi dianggap memberikan suatu hal yang dibutuhkan

oleh individu maupun masyarakat. Berdasarkan keefektifannya,

(42)

perusahaan lebih memilih media elektronik terutama televisi

dibanding media lainnya. Karena pesan yang disampaikan selain

efektif juga mempunyai keistimewaan dibanding media lain. Media

iklan televisi merupakan salah satu media yang termasuk kategori

above the line. Iklan televisi mengandung unsur suara, gambar, dan

gerak; sehingga memudahkan audiens untuk memahami pesan atau

informasi yang disampaikan melalui media tersebut.

“Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori above the line. Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung unsur suara,gambar, dan gerak. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian dan impresif” (Widyatama, 2007:91).

Kekuatan-kekuatan utama televisi yang menjadi menarik

sebagai media periklanan, sebagai berikut: (Lee, Monle, dan Carla

Johnson, 2007:267)

1. Metode biaya per seribu televisi cukup efisien bagi satu

pengiklan yang berupaya menjangkau satu pasar utuh, spot

30 detik pada acara berating tinggi mungkin senilai satu sen

atau kurang untuk setiap orang yang dijangkau.

2. Televisi memungkinkan demonstrasi produk atau jasa.

3. Televisi gampang beradaptasi, memungkinkan adanya

kombinasi suara, warna, dan gerakan.

4. Sulit bagi pemirsa untuk, mengalihkan pandangan dari

(43)

menarik perhatian bahkan ketika seseorang lebih suka

untuk tidak melihat sebuah iklan.

Secara umum iklan televisi dikelompokkan dalam dua

kategori, yaitu iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Iklan

komersial adalah semata-mata ditujukan untuk memperoleh

keuntungan bagi pihak produsen, sedangkan iklan layanan

masyarakat adalah iklan yang bersifat nonprofit (Widyatama,

2006:16).

a. Kelebihan Iklan Televisi

Menurut Frank Jefkins (1997:110-113), menyatakan

bahwa kelebihan-kelebihan iklan televisi adalah :

1) Kesan Realistik.

Karena sifatnya yang visual dan merupakan

kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka

iklan-iklan televisi nampak begitu hidup nyata.

Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat

menunjukan dan memamerkan kelebihan atau

keunggulan produknya secara detail.

2) Masyarakat Lebih Tanggap.

Karena iklan di televisi disiarkan di rumah-rumah

dalam suasana yang serba santai atau rekeatif, maka

(44)

(dibandingkan dengan iklan poster yang di pasang

ditengah jalan, masyarakat yang sibuk dengan segala

aktifitasnya, menuju suatu tempat atau akan bergegas

ke kantor tentu tidak akan sempat memperhatikanya).

3) Repetisi / pengulangan.

Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali

dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat

yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk

menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup

sehingga pengaruh iklan itu bangkit.

4) Adanya pemilihan area siaran (zoning) dan jaringan

kerja (networking) yang mengefektifkan

penjangkauan masyarakat.

Seorang pengiklan dapat menggunakan satu atau

kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk

memuat iklannya, bahkan ia bisa saja membuat

jaringan kerja dengan semua stasiun televisi, sehingga

iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi

secara serentak.

5) Ideal bagi para padagang eceran.

Iklan televisi dapat menjangkau kalangan pedagang

eceran sebaik ia menjangkau konsumen. Selain karena

(45)

juga orang lain, hal ini disebabkan iklan-iklan televisi

memang sangat membantu usaha mereka. Iklan

televisi merupakan sesuatu yang membuat dagangan

mereka laku. Pedangan eceran tahu jika sesuatu

diiklankan di televisi, maka permintaan konsumen

atas barang yang telah diiklankan itu akan meningkat,

sehinga stok dagang mereka akan jauh lebih mudah

terjual.

6) Terkait erat dengan media lain.

Tayangan iklan televisi mungkin saja terlupakan

begitu cepat, tetapi kelemahan ini bisa diatasi dengan

memadukannya pada wahana iklan lain. Jika

konsumen memerlukan informasi lebih lanjut atau

mereka perlu sarana pegembalian atau keterangan

dijabarkan lebih lanjut, iklan TV itu bisa dipadukan

dengan iklan di majalah-majalah mingguan atau surat

kabar-surat kabar yang dapat merujuk penjelasannya

pada iklan yang ditayangkan di televisi.

b. Kelemahan Iklan Televisi

Menurut Frank Jefkins (1997:113-115), menyatakan

(46)

1) Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara

massal sehingga pemilihan (untuk membidik pangsa

pasar tertentu) sering sulit dilakukan.

2) Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data-data

yang lengkap mengenai suatu produk atau perusahaan

pembuatnya, maka televisi tidak akan bisa

menandingi media pers.

3) Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan

banyak orang sambil nonton TV atau mendengarkan

radio, akibatnya konsentrasi mereka sering kali

terpecah.

4) Karena pemirsanya yang sulit dipilah-pilah itu, maka

iklan televisi justru terbilang mahal. Apalagi terdapat

ribuan pengiklan lainnya yang bersaing membujuk

pasar, sehingga pangsanya nampak lebih kecil.

5) Karena pembuatan iklan televisi butuh waktu yang

cukup lama, maka ia tidak cocok untuk iklan-iklan

khusus atau bahkan yang bersifat darurat yang harus

segara mungkin disiarkan. (misalnya iklan konser

yang akan berlanggsung satu-dua hari)

6) Di Negara yang memiliki cukup banyak stasiun

televisi atau yang jumlah pemirsanya relatif sedikit,

(47)

memungkinkan ditayangkan iklan panjang dan

berulang-ulang. Iklan seperti ini justru mudah

membosankan pemirsa.

7) Kesalahan serius yang dibuat oleh produsen iklan

televisi adalah menggunakan model atau penyaji yang

sama sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain

membosankan hal ini juga membingungkan.

5. Corporate Sosial Responsibility sebagai Bentuk Promosi

Pada dasarnya pemasaran merupakan upaya mempromosikan

sebuah produk baik barang maupun jasa yang mempunyai tujuan dalam

pemenuhan kebutuhan konsumen. Meskipun pada intinya promosi adalah

kegiatan yang mengharapkan suatu keuntungan financial, akan tetapi

dalam promosi Public Relations suatu perusahaan, upaya tersebut bukan

lagi menjadi pokok dari sebuah kegiatan marketing. Upaya lain yang

diperlukan perusahaan dan dibutuhkan dari masyarakat adalah

kepercayaan (loyalitas). Bagaimana perusahaan tersebut mendapatkannya

tergantung kerjasama antara Public Relations sebagai jembatan perusahaan

dan masyarakat dengan strategi marketing dari perusahaan tersebut.

Salah satu pendekatan yang dilakukan perusahaan terhadap

masyarakat hubungannya dalam promosi lebih tepatnya promosi sosial

(social marketing) adalah dengan melakukan kegiatan Corporate Social

(48)

kontribusi jangka panjang dari suatu perusahaan sebagai bentuk tanggung

jawab sosial untuk masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

Adapun beberapa bentuk kegiatan korporat antara lain:5

a. Cause-Related Marketing

Dalam Cause Related Marketing, perusahaan akan mengajak

masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik

itu barang atau jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang

didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu

mengatasi atau mencegah masalah tertentu.

b. Corporate Social Marketing

Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan

tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral

changes) dalam suatu isu tertentu.

c. Corporate Philanthrophy

Corporate philanthrophy ini dilakukan oleh perusahaan dengan

memberikan kontribusi atau sumbangan secara langsung dalam

bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan

baik itu lembaga, perorangan ataupun kelompok tertentu.

d. Community Volunteering

Community Volunteering adalah bentuk Corporate Social

Responsibility dimana perusahaan mendorong atau mengajak

      

5

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/corporate-social-responsibility-csr.html, diakses tanggal 4 November 2010 pukul 11.55

(49)

karyawannya ikut terlibat dalam program Corporate Social

Responsibility yang sedang dijalankan dengan jalan

mengkontribusikan waktu dan tenaganya.

Dalam penelitian ini kegiatan Corporate Social Responsibility

(CSR) yang dilakukan AQUA melalui program “Satu untuk Sepuluh”

merupakan bentuk kegiatan korporat marketing, yaitu Cause Related

Marketing. Di mana AQUA tetap menggunakan produk terjual sebagai

dasar perhitungan, serta dalam kerangka waktu tertentu. Namun, AQUA

tidak menggunakan persentase atau proporsi tertentu untuk menentukan

jumlah uang yang mereka sumbangkan, melainkan untuk menentukan

jumlah air bersih yang akan mereka sediakan. Pendekatan yang dilakukan

AQUA ini cukup menarik, karena jumlah yang diberikan lebih besar

daripada yang dijualnya.

5.1 Iklan Corporate Social Responsibility sebagai Strategi Komunikasi dalam PR

Ditengah-tengah persaingan bisnis dalam media, publik

disajikan dengan salah satu jenis genre iklan baru, yaitu iklan

Corporate Social Responsibility (CSR). Iklan ini termasuk dalam

salah satu upaya dari strategi Public Relations dalam menciptakan

suatu isu positif dari suatu perusahaan yang dinaunginya kepada

masyarakat, melihat pada ruang lingkup sasaran humas yang begitu

(50)

Teknik yang digunakan PR dalam iklan ini tidak lain adalah

teknik persuasif, dimana usaha yang dilakukan merupakan upaya

untuk meyakinkan publiknya berbuat dan bertingkah laku seperti

yang diharapkan komunikator (dalam hal ini PRO) dengan cara

membujuk tanpa memaksa/tanpa kekerasan. Berkaitan dengan

komunikasi persuasif, perlu dikemukakan pula disini pendapat dari

Kenneth Andersen yang menyatakan bahwa:

“Persuasion as a process of interpersonal communication in which the communicator seeks through the use sybols to affects the cognitions of seeks trough the use of symbols to affects the cognitions of a receiver and thus effect a voluntary change in attitude or action desire by the communicator” (Widjaja, 1997:67).

5.2 Landasan Corporate Social Responsibility dalam Komunikasi

Menurut ISO 26000, Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap

dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada

masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk

perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan

berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan

harapan para pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang

ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta

(51)

CSR dalam hubungannya dengan UU PT no. 40 tahun

2007, Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjadinya

hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat maka

ditentukan bahwa perseroan yang kegiatan usahanya dibidang atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan. Pada BAB V pasal 74 ayat 1-4

dijelaskan mengenai definisi dan sanksi apabila tidak

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan ini tetapi ini

belum cukup karena masih bersifat umum dan belum dijelaskan

tata cara pelaksanaannya. Tambahan juga, pada pasal 74 ayat 2

dikatakan bahwa tanggung jawab sosial dan Lingkungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban

Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

CSR dalam hubungannya dengan UU penyiaran, adalah

bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

CSR dalam hubungannya dengan UU No.14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik yang isinya menyatakan

(52)

pengguna informasi yang memohon informasi tersebut (Pasal 7).

Pada prinsipnya, UU No 14 tahun 2008 ini berfungsi menjamin

hak warga untuk terlibat dalam pengelolaan informasi publik.6

6. Brand Awareness

Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau desain,

atau kombinasi semuannya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi

barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

membedakannya dari barang atau jasa pesaing (Kotler, 2005:82).

Aware merupakan sikap individu atau masyarakat atas kesadaran

terhadap sebuah kegiatan ataupun keberadaan suatu produk. Sebuah

perusahaan dalam memasarkan suatu produk baik barang maupun jasa

harus mengetahui cara bagaimana produk tersebut diterima dan diingat

oleh masyarakat atau konsumennya. Cara utama dalam pengenalan sebuah

produk adalah dengan menggunakan merek (brand).

Kesadaran Merek (Brand Awareness) adalah kesanggupan seorang

calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai

bagian dari suatu kategori produk tertentu (Durianto, 2004:29).

Menurut East (1997), “Brand awareness is the recognition and recall of a brand and its differentiation from other brands in the field”. (Artinya brand awareness adalah pengakuan dan

      

6

http://hukum.kompasiana.com/2011/01/03/peran-komunikasi-terhadap-csr-dan-hubungannya-dengan-hukum/, diakses tanggal 9 Februari 2011 pukul 15.43

(53)

pengingatan dari sebuah merek dan pembedaan dari merek yang lain yang ada di lapangan) 7

6.1 Tingkatan Brand Awareness

Merek sebuah produk perusahaan juga mempengaruhi

keberadaan atas perusahaan itu sendiri. Jadi apabila merek yang

melekat pada masyarakat mempunyai image buruk, maka akan

berpengaruh juga pada perusahaan penghasil produk tersebut.

Sebaliknya apabila merek yang melekat pada masyarakat

mempunyai kualitas yang menarik, maka memungkinkan

perusahaan tersebut diterima dan mendapat kepercayaan (loyalitas)

dari masyarakat dan lingkungannya.

Langkah utama dalam pembentukan citra positif dari

sebuah merek (brand image) adalah kesadaran akan sebuah merek

suatu produk (brand awareness). Membentuk kesadaran merek

suatu produk sangat penting bagi kelangsungan perusahaan agar

merek yang dihasilkan tetap eksis dalam pasar, karena faktor utama

seseorang membeli sebuah merek suatu produk adalah mengenali

produk yang dibelinya tersebut.

Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk

memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi

dan tingkah laku (Durianto, 2004:6). Adapun tingkatan awareness

konsumen terhadap suatu merek terlihat pada bagan berikut ini:

      

7

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/brand-equity-kekuatan-suatu-merek.html, diakses tanggal 23 Februari 2011 pukul 07.22

(54)

Gambar 1.1 Piramida Awareness

(Sumber: Durianto, Darmadi, dkk. Brand Equity Ten. 2004:7)

Penjelasan mengenai bagan piramida brand awareness, sebagai

berikut:

a. Unware of brand (tidak menyadari merek)

Suatu keadaan dimana konsumen tidak menyadari akan

adanya suatu merek, sehingga level ini ditingkatkan pada

posisi paling rendah

b. Brand recognition (pengenalan merek)

Tingkat minimal dari kesadaran merek, di mana pengenalan

suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan

kembali lewat bantuan. Calon pembeli disodorkan

pertanyaan yang berhubungan dengan pengenalan merek

tertentu pada saat proses pemilihan produk yang akan dibeli

c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)

Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada

permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu

(55)

d. Top of mind ( pikiran puncak )

Merupakan tingkat tertinggi dari puncak pikiran atau

kesadaran seseorang. Apabila seseorang ditanya secara

langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat

menyebutkan satu nama merek, maka merek yang dapat

disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan

kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari

berbagai merek yang ada didalam benak konsumen

6.2 Membangun Brand Awareness Konsumen dengan Komunikasi

Membangun brand awareness berarti membuat pelanggan

mengerti kategori produk/layanan di mana brand tersebut bersaing

(Soehadi, 2005:27). Kesadaran merek dapat dibangun dan

diperbaiki melalui cara-cara berikut :8

1) Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah

diingat oleh konsumen.

2) Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan

merek produk lainnya serta harus ada hubungan antara

merek dan kategori produknya.

3) Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga

membantu konsumen mengingat merek.

      

8

(56)

4) Jika satu produk memiliki simbol, hendaknya simbol itu

dapat dihubungkan dengan mereknya.

5) Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin

diingat pelanggan.

6) Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu

isyarat yang sesuai dengan kategori produk, merek, atau

keduanya.

7) Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan,

karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibandingkan

untuk mengenal.

Komunikator dan komunikan suatu merek tidak dapat

dihindarkan dari kegiatan pemasaran atau promosi produk kepada

khalayak. Adapun tiga tujuan utama komunikasi merek, sebagai

berikut:

1. Membangun serta meningkatkan brand awareness

2. Memperkuat, memperjelas dan mempercepat pesan suatu

merek

3. Menstimulasi dan memotivasi target konsumen untuk

melakukan aksi pembelian

Terkait dengan kegiatan promosi atau pemasaran suatu

produk tidak terlepas dari respon konsumen tentang suatu merek.

(57)

berhasil apabila mendapatkan respon dari komunikannya. Kategori

respon konsumen terhadap merek, diantaranya; Awareness

(kesadaran terhadap merek), Comprehend (pemahaman isi pesan

iklan oleh konsumen), Interest (ketertarikan terhadap produk),

Intentions (minat untuk membeli), dan terakhir Action (tindakan

pembelian nyata).

Respon konsumen menjadi kecil karena rendahnya respon

konsumen terhadap suatu merek (poor response), hal ini

disebabkan oleh:9

a) Low Awareness

Artinya kesadaran konsumen terhadap suatu merek sangat

rendah, dengan kata lain, mind share (pangsa pikiran)

konsumen sangat rendah. Hal ini biasanya disebabkan

pemilihan media iklan yang tidak tepat, frekuensi penayangan

iklan kurang banyak, dan eksekusi kreatifitas iklan yang

kurang mengena

b) Poor Comprehension

Pemahaman konsumen pada suatu merek sangat rendah.

Fenomena ini biasanya disebabkan kurang cukupnya

frekuensi penayangan iklan

      

9

(58)

c) Low Interest

Ketertarikan konsumen pada suatu merek sangat rendah.

Fenomena ini biasanya disebabkan lemahnya positioning

produk

d) Low Intentions

Niat konsumen untuk membeli masih sangat rendah.

Fenomena ini biasanya disebabkan rendahnya produk uji

coba (tester) oleh konsumen atau konsumen merasa bahwa

resiko pemakaian produk tersebut terlalu tinggi

e) Low Purchase

Tingkat pembelian oleh target konsumen sangat rendah.

Fenomena ini biasanya disebabkan masalah distribusi, yaitu

tidak tersedianya produk di pasar, sulit untuk mendapatkan

produk di toko atau disupermarket pada saat konsumen

hendak membeli

7. Teori Periklanan

Secara teoritik iklan sebagai suatu bentuk penyampaian pesan

dalam komunikasi non personal mengikuti alur teori yang berlaku pada

ilmu komunikasi umumnya dan khususnya komunikasi massa. Dalam

periklanan dikenal dengan teori A-T-R ( Awareness, Trial, Reinforcement).

(59)

hasilnya kita akan menemukan sekelompok orang yang relatif tetap

memakai atau membeli produk-produk hasil iklan tersebut.10

Seperti halnya proses adopsi tentang sebuah produk oleh konsumen.

Proses ini merupakan proses mental oleh individu melewati dari pertama

mempelajari inovasi tertentu hingga adopsi akhir, yaitu keputusan oleh

individu untuk menjadi pengguna tetap produk tertentu (Kotler dan

Amstrong, 2004:229). Untuk mendapatkan kelompok orang yang

menggunakan produk atau jasa secara tetap harus dilakukan teknik

penyampaian pesan yang disebut A-T-R (awareness, trial, reinforcement).

Upaya komunikasi dari teori ini ada tiga, sebagai berikut:

1) Menggugah kesadaran khalayak bahwa produk yang diinginkan

itu ada di sekeliling mereka.

2) Setelah menggugah kesadaran, setiap iklan harus kuat

mempengaruhi khalayaknya terutama segi konatifnya sehingga

khalayaknya langsung mencoba (trial) produk yang

ditampilkan dalam iklan tersebut.

3) Proses peneguhan/pengukuhan (reinforcement), iklan yang

ditampilkan harus mempunyai kekuatan peneguh sikap tertentu

(sikap positif terhadap produk).

       10

 http://basic-advertising.blogspot.com/teori-periklanan.html, diakses tanggal 7 Februari 2011 pukul 15.46 

(60)

Efektivitas penyampaikan pesan komunikasi dalam iklan,

ditentukan oleh banyak hal. Satu di antaranya, adalah efektivitas

penyampaian pesan dengan cara menarik perhatian komunikan seperti

menggunakan media yang dinilai efektif dan tepat sasaran dan sekaligus

mempunyai jangkauan yang luas, seperti halnya media massa televisi.

Berkaitan dengan kepentingan ini, salah satu upaya untuk melancarkan

komunikasi yang lebih baik menurut para ahli komunikasi, yaitu

mempergunakan pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action

Procedure) (Sadjiman, 2006: 12-13), yaitu proses pentahapan komunikasi

persuasif dengan lima langkah yang disingkat AIDDA.11

- Attention (perhatian)

- Interest (minat)

- Desire (hasrat)

- Decision (keputusan)

- Action (kegiatan)

Upaya dalam keefektifan pesan sebuah iklan dimulai dengan

membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi.

Setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan

minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat

merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang

komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut untuk menjadi suatu

      

11

Gambar

Gambar 1.1 Piramida Awareness
Gambar 1.2 Model Komunikasi Media Satu Arah
Gambar 1.3 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

RANCANG BANGUN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAME PUZZLE MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR SMK.

Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Lainnya melalui Kantor Layanan Pengadaan Barang / Jasa Kota Banjar akan menyelenggarakan Lelang Sederhana Pengadaan Barang dengan

Witt Equivalence of Function Fields of Real Algebraic

Unit Kerja : DPA SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran 2014.. Lokasi : Kabupaten : Kerinci, Merangin dan Kota Sungai Penuh Nilai Total HPS :

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka kegiatan yang dilaksanakan adalah: (i) isolasi, seleksi, dan identifikasi bakteri potensial penghasil eksopolisakarida, (ii)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar ekonomi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Sukoharjo

Berusaha keraslah dalam mengerjakan apa saja yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan pada Allah dan

Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian kualifikasi. Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan