PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
(Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh Ana Pratiwi Putri NIM 1111018300005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK
Ana Pratiwi Putri (1111018300005). Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Experiential Learning
terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015. Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan design Non-Randomized Control Group Prestest and Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Sampel penelitian kelas A (kelas eksperimen) sejumlah 30 orang siswa dan kelas B (kelas kontrol) sejumlah 30 orang siswa. Berdasarkan uji –t pada data data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000<0,05), dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan keterampilan menulis karangan deskripsi antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Artinya, terdapat pengaruh model experiential learning
terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dan terdapat respon siswa yang baik yaitu 94,66 % terhadap penggunaan model experiential learning
dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
ABSTRACT
Ana Pratiwi Putri (1111018300005). Influence of Experiential Learning Model to Writing Skill of Description Essay of V grade student in Cengkareng Timur 15 Pagi Elementary School, West Jakarta. Faculty of Tarbiya and sciences, Jakarta Islamic State University Syarif Hidayatullah, 2015.
This reseach purpose to find out the influence of writing skill of description essay of V grade student in Cengkareng Timur 15 Pagi Elementary School, West Jakarta. This reseach started from September 2015. The reseach model in this reseach is experimental quation with Non-Randomized Control Group Pretest Posttest design. Technique of sampling are purposive sampling. Sample of reseach in A class (experiment class) are 30 student and B class (control classs) are also 30 student. Based on t-test at post test data of experiment class and control class with signification standat at 0,05%, probability value are smaller than lebih signification standard (0,000<0,05). The conclusion, there are difference of writing skill of description essay between beforeand after threatment. It means, the is an influence of writing skill of description essay and there is a good respond from student around more than 94,66 % toward use of experiential learning model in essay writing learning.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrrahiim
Segala puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, yang telah
menganugerahkan segala nikmat beserta limpahan taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa
selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad Saw yang telah telah
membimbing ummatNya menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas segala bimbingan, dorongan
dan motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi.
Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, M.A., selaku wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan arahan, motivasi dan inspirasi.
3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan
doa, dukungan, arahan, motivasi, inspirasi dan semangat.
4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidayah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan doa, semangat, motivasi dan juga sabar meluangkan waktunya
guna menjawab dan mengarahkan penulis khususnya dalam birokrasi yang
5. Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, semangat,
dukungan, memotivasi dengan tulus dan sabar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
6. Dr. Didi Suprijadi, M.M., selaku Dosen Penasehat Akademik Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang selalu memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.
7. Seluruh DosenFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)UniversitasIslam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya
sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di bangku perkuliahan dengan
sebaik-baiknya.
8. H. Marzuki Alfatiri, S.Ag., selaku Kepala SDN CengkarengTimur 15 pagi
Jakarta Barat, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukanpenelitian di sekolah tersebut.
9. Agus Sulaeman, S.Pd., dan Aris Setyoningsih, S.Pd., selaku guru kelas VA
dan VB di SDN CengkarengTimur 15 Pagi Jakarta Barat, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis pelaksanaan penelitian di kelas yang
beliau ajar dan saran-saran yang membantu penulis dalam proses penelitian.
10. Seluruh siswa-siswi kelas VA dan VB, dewan guru dan karyawan SDN
Cengkareng Timur 15 pagi Jakarta Barat, yang selalu membantu dan
memberikan arahan selama penulis melakukan penelitian.
11. Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, Papah Sugeng Riadi dan Mamah Sri
Winarti, yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan limpahan kasih
sayang, motivasi, moril maupun materil yang tidak mungkin terbalaskan
pengobanannya.
12. Teruntuk orangtua keduaku terkasih, Papih Drs. Muhammad Yus Nursalam
dan Mamih Mutia Purwanti, S.H., yang selalu mendoakan, memberikan kasih
sayang, motivasi,dan inspirasi kepada penulis.
13. Kakak-Kakakku : Harwan Pandu Winata, Hery Prasetyo, S.ST., dan Adikku
Muhammad Agha Nur, S.Pd., yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis agar cepat menyelesaikan studi dan skripsinya dengan
sebaik-baiknya.
14. Teruntuk teman hatiku Muhammad Andhika Nur, S.KH., terimakasih atas
segala untaian doa, kasih sayang, kesabaran, kesetiaan, dukungan, semangat
serta arahan yang senantiasa diberikan kepada penulis sedari dulu hingga kini
dan nanti insya Allah.
15. Sahabat-sahabatku tersayang : Amalia Fauziah, Ade Suryani, Helda
Mahdayani, Ratna Syarifah Mudaim, Shofa Widyani dan Sri Yulianingsih
yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa, semangat dan dukungan
semasa perkuliahan, awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga persahabatan kita abadi yaa.
16. Sahabat-sahabat sepembimbinganku : Elis Robiatul Adawiyyah, Mona
Sylviana Dewi, Fitri Ratnasari, dan Sharah Respati dan Muhammad Arif yang
telah banyak membantu, memberi semangat dan memotivasi penulis.
17. Sahabat-sahabat terdekat sedari SMA “the sarrap family” : Lanny Karlina,
Amd. Keb., Rida Farida, Amd. Keb., La Nova Ardiana, S. KM., Anes
Astriani, Amd., Ira Maya Sari, S.Pd., Siti Mardianah, Amd. Keb., Mega Rizki
Natiwi, S.E.Sy., dan Nurfi Laeli Az-Zahra, S.Pd. yang selalu memberi
semangat, dukungan dan memotivasi penulis.
18. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan
2011. Terimakasih atas segala kenangan manis yang telah kalian ukir dalam
ingatanku selama ini. Semoga kebersamaan dan tali silaturahiim kita akan
terus berjalan dan tidak akan pernah terputus.
19. Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UNJ, UMJ, UHAMKA
dan UT yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mencari
buku-buku sebagai bahan referensi penulisan skripsi ini.
20. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga segala
perhatian, doa, bimbingan, motivasi dan dukungannya dibalas oleh-Nya sebagai
amalkebaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikandari berbagai
pihak. Akhir kata,semoga skripsiini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Aamiin.
Jakarta, 17 Desember 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. DESKRIPSI TEORETIS…...8
1. Keterampilan Menulis a. Pengertian Pengertian Keterampilan Menulis ... 8
b. Tujuan Menulis ... 9
c. Tahap-tahap menulis ... 10
2. Karangan Deskripsi a. Pengertian Karangan ... 11
b. Macam-Macam Jenis Karangan ... 12
c. Karangan Deskripsi ... 13
d. Teknik Menulis Karangan Deskripsi ... 15
e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 16
(Experiential Learning) ... 16
b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 19
c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 23
d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 23
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 24
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 25
C. KERANGKA BERPIKIR ... 28
D. HIPOTESIS PENELITIAN ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian...30
B. Metode dan Desain Penelitian...31
C. Populasi, dan Teknik Pengambilan Sampel...32
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data...33
E. Instrumen Penelitian...35
F. Validitas...44
G. Variabel Penelitian...45
H. Teknik Analisis Data...45
I. Hipotesis Statistik...47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...49
1. Profil SDN Cengkareng Timur 15 Pagi...49
2. Visi dan Misi SDN Cengkareng Timur 15 Pagi...50
B. Hasil Penelitian...50
2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol...58
3. Perbandingan Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...63
C. Hasil Analisis...65
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest...65
b. Uji Homogenitas Pretest daan Posttest...67
2. Pengujian Hipotesis ...68
a. Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...68
b. Uji-t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...69
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...71
1. Interpretasi Data ...71
2. Pembahasan ...72
a. Pertemuan Pertama Kelas Kontrol dan Eksperimen...73
b. Pertemuan Kedua Kelas Kontrol dan Eksperimen...75
c. Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol dan Eksperimen...77
d. Pertemuan Keempat Kelas Kontrol dan Eksperimen ...79
E. Temuan Hasil Penelitian...83
F. Keterbatasan Penelitian ...83
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...85
B. Saran...85
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Waktu Penelitian ... 30
Tabel 3.2 : Desain Penelitian ... 32
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest kelas Eksperimen ... 36
Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest kelas Kontrol ... 37
Tabel 3.5 : Aspek-Aspek yang dinilai dalam Menulis Karangan Deskripsi 39 Tabel 3.6 : Rubrik Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 42
Tabel 3.7 : Kisi-Kisi Angket Respon ... 43 Tabel 4.1 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis
Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...
52
Tabel 4.2 : Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...
54
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ...
55
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ...
56
Tabel 4.5 : Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...
59
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ...
60
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... ....
62 Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...
69
Tabel 4.14 : Hasil Uji-t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...
70
Tabel 4.15 : Data Hasil Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Model
Experiential Learning ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ... 46
Gambar 4.2: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... 48
Gambar 4.3: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ... 50
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah pada
hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan tentang
bahasa. Keterampilan bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, di antaranya meliputi empat aspek keterampilan berbahasa seperti
keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis.
Setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses-proses
yang mendasari bahasa. Terlihat jelas bahwa dari bahasa seseorang dapat
mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas pula jalan pemikirannya. Oleh sebab itu untuk
dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa
yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut menjadi lebih baik apabila
dipelajari sedari bangku sekolah dasar dan berkesinambungan.
Pembelajaran menulis mempunyai sifat yang berkelanjutan perlu
dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar didasarkan oleh
pemikiran bahwa, menulis merupakan keterampilan dasar bagi siswa
sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu,
pembelajaran di sekolah perlu mendapat perhatian yang lebih sehingga
dapat memenuhi tujuan keterampilan menulis yang diharapkan.
Keterampilan menulis dapat diperoleh hanya dengan melalui
proses belajar mengajar, karena dalam menulis harus terampil dalam
menggunakan kosakata, diksi, dan lain sebagainya dalam rangka tujuan
penulisan. Hal tersebut harus dipelajari dan dilatih dengan
sungguh-sungguh, karena keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara
Para ahli pengajaran bahasa menempatkan posisi keterampilan
menulis pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal
ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif
yang hanya dapat diperoleh setelah membaca, menyimak dan berbicara.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di sekolah pada saat
melaksanakan kegiatan observasi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur
15 Pagi Jakarta Barat dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
pada materi menulis karangan masih terdapat kesulitan. Pada saat peneliti
melaksakan kegiatan wawancara secara tidak tersruktur kepada wali kelas
VA dan VB mendapatkan kesimpulan yakni terdapat kira-kira 50% siswa
yang masih memiliki kesulitan dalam menulis.1
Kesulitan awal terlihat sekali pada saat guru memberikan arahan
kepada murid untuk menulis karangan. Banyak siswa yang ragu untuk
menulis karangan dikarenakan mereka malu untuk mengekspresikan
perasaan lalu menceritakan kembali pengalamannya dalam bentuk
karangan, karangan yang dihasilkan hanyalah sedikit, banyak pula yang
beralasan tidak adanya inspirasi, menganggap tidak berbakat untuk
menulis karangan, merasa sulit untuk menuangkan ide dalam bentuk
tulisan dan juga banyak terdapat kesalahan penulisan huruf dan EYD yang
digunakan tidak tepat.
Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan juga mengemukakan,
bahwa keterampilan menulis khususnya pada pengajaran mengarang
belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara
guru mengajar. Umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang dan
kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang
dilaksanakan oleh guru. Sehingga murid-murid menganggap pembelajaran
mengarang itu tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang
bagi kelanjutan studi mereka.2
1
Hasil wawancara terhadap guru kelas VA VB SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Agus Sulaeman dan Aris Setyoningsih, Senin 10 Agustus 2015 pukul 08.00 WIB
2
Abdul khaj mengatakan di dalam kolom harian kompas bahwa tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
tradisi membaca, terlebih di kalangan generasi muda. Rendahnya tradisi
menulis menurut Abdul akibat rendahnya minat membaca. Beliau
mengatakan kedua kegiatan menulis dan membaca saling mempengaruhi.3 Permasalahan umum salah satu alasan anak-anak pada saat ini
untuk malas menulis diantaranya juga tak luput dari peranan “gadget”.
Gadget dapat menyebabkan penurunan konsentrasi saat belajar.
Konsentrasinya menjadi lebih pendek dan tidak peduli dengan lingkungan
sekitar. Anak lebih senang berimajinasi seperti dalam tokoh game yang sering ia mainkan dengan menggunakan gadgetnya.4
Masalah yang peneliti temukan dalam proses pembelajaran secara
umum tersebut tidak terlepas kaitannya dengan peranan guru pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri. Ketika pembelajaran dengan materi
membuat karangan terlihat guru masih menekankan pada materi yang
terdapat hanya di dalam buku. Guru belum menggunakan model atau
media pembelajaran yang kreatif. Penggunaan model pembelajaran yang
digunakan di dalam kelas hanya model pembelajaran yang konvensional
sehingga guru lebih banyak menjadikan siswa objek dalam pembelajaran
dan menyebabkan hanya komunikasi berlangsung satu arah saja.
Siswa juga kurang dituntut untuk menemukan atau mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya tetapi langsung menerima ilmu pengetahuan yang
sudah jadi dari buku atau dari gurunya. Hal itu menyebabkan siswa
menjadi malas, kurang kreatif, dan kritis dalam menanggapi sesuatu.
Selain itu, kurangnya penggunaan model dan media pun menyebabkan
siswa menjadi kurang antusias dan semangat dalam memulai
pembelajaran.
3
Abdul Khaj, “Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca”, dalam kompas , 2012 diakses pada 13 Agustus 2015 (http://edukasi.kompas.com)
4
Apabila dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak
berpartisipasi aktif, bahkan siswa yang menemukan dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya maka hasilnya pun akan lebih memuaskan. Sebab
apa yang ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih membekas di dalam
benak dan ingatannya. Jadi, tanpa harus guru menuntut untuk menghafal,
dengan sendirinya siswa akan hafal atau mengingat apa yang telah ia
pelajari atau temukan dengan sendirinya.
Melihat permasalahan tersebut maka upaya yang akan dilakukan
peneliti dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas V
SDN Cengkareng Timur 15 Pagi adalah dengan penggunaan model
pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning. Salah satu hakikat experiential learning adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif, karena
pengalaman mempunyai peranan sentral dalam proses belajar.
Sebagai sebuah model pembelajaran yang mengedepankan
pengalaman pembelajar, experiential learning bertujuan untuk menciptakan sebuah peluang terhadap kecenderungan pribadi yang
berharga dan mengesankan. Melalui pembelajaran berbasis pengalaman,
peserta didik akan menjalani aktivitas yang menstimulasi dan menantang
untuk bersibuk ria dengan tugas-tugas mereka sendiri.
Indriana Dina dalam bukunya yang berjudul Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif menuturkan bahwa experiential learning
adalah sebuah cara yang terjadi tiba-tiba, dengan menggunakan praktik
pelatihan dan pengajaran yang tersituasikan dan mendorong
perkembangan seseorang di sekolah.5
Pembelajaran experiential yang dicapai melalui pengalaman dan keterlibatan yang ditentukan secara personal dibandingkan dengan
pengajaran atau latihan yang diterima, yang secara tipikal adalah berada
dalam kelompok dengan melakukan observasi, mendengarkan, studi teori
5
atau hipotesis atau beberapa transfer keterampilan maupun pengetahuan
yang lain.6
Peranan pokok dari model experiential learning dalam pembelajaran antara lain untuk membangun keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa melalui pengalaman secara langsung dan
melibatkan langsung siswa secara aktif. Pengalaman tersebut akan menjadi
katalisator untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan siswa
dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan gambaran dari permasalahan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam pembelajaran menulis karangan perlu adanya
sebuah inovasi dalam penggunaan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dalam
pembelajaran tersebut khususnya pada siswa kelas V SDN Cengkareng
Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Oleh sebab itu, penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN Cengkareng
Timur 15 Pagi masih rendah, rata-rata kemampuan mereka pada saat
menulis karangan di bawah standar KKM yaitu masih di bawah nilai
70.7
2. Guru kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi masih belum dapat
menggunakan model pembelajaran dengan baik dan kurang bervariasi
dalam proses belajar-mengajar.
6 Ibid., h. 84
7
3. Kurangnya perhatian guru kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi
terhadap keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN
Cengkareng Timur 15 Pagi.
4. Partisipasi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi dalam
pembelajaran menulis karangan masih sangat kurang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih
terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya
pembatasan masalah yang akan diteliti. Untuk itu penelitian ini
difokuskan pada masalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN
Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016?” 2. Apakah terdapat pengaruh model experiential learning terhadap
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN
Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka ada tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, yaitu: untuk
Untuk lebih jelasnya mengenai kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Sebagai sumbangan keilmuan bahan referensi belajar bagi pihak
sekolah yang terlibat dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, semangat, dorongan
serta solusi untuk belajar lebih aktif lagi dalam setiap pembelajaran yang
disampaikan oleh guru dan juga untuk mempermudah siswa dalam
menerima pelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya
b. Bagi guru
Penggunaan model experiential learning ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memilih salah satu metode yang tepat yang dapat
dipergunakan dalam pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan
keaktifan, kekreatifan lagi bagi peserta didik dan juga pemahaman peserta
didik sehingga tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang kreatif,
aktif, inovatif dan menyenangkan.
c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan dalam penggunaan model
experiential learning sehingga di kemudian hari nanti dapat dijadikan sebagai bahan latihan dan pengembangan proses belajar mengajar lagi.
d. Bagi Pihak Lembaga atau Sekolah
Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan
BAB II KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI TEORETIS 1. Keterampilan Menulis
a. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan tuntutan segala jaman, karena
dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Keterampilan
menulis bukan monopoli orang berbakat dan menulis juga bukanlah
keterampilan yang diwariskan dari leluhur.1 Keterampilan menulis juga bukan merupakan kemampuan yang otomatis dibawa sejak lahir.
Kompetensi menulis yang handal hanya dapat dicapai dengan jalan banyak
berlatih menulis.2
Dindin Ridwanudin dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia menuturkan bahwa menulis adalah kegiatan menulis dalam menghasilkan suatu tulisan. Kegiatan tersebut diawali dengan memilih,
memilah dan menyusun apa saja yang akan dinyatakan dalam tulisan,
menulis pesan dalam bahasa tulis, dan menyempurnakan tulisan sebelum
disampaikan kepada pembaca.3
Sedangkan, menurut Zuleha H. M. Saleh juga mengartikan bahwa
menulis adalah rangkaian kegiatan seseorang yang meliputi pengungkapan
ide-ide, gagasan, buah pikiran, pendapat yang baru yang bersumber dari
pengalaman nyata penulisnya, dengan menggunakan kata-kata yang baik,
disusun secara kronologis dengan mengggunakan EYD yang benar,
sehingga dapat dipahami oleh pembaca.4
Universitas Terbuka, 2011), h. 9.9.
3
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 167.
4
Tarigan dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa juga mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan ini penulis haruslah terampil menggunakan kosakata, diksi, grafologi, struktur bahasa dan lain sebagainya dalam rangka mencapai tujuan penulisan. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui proses latihan dan praktik yang teratur.5
Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang di
gunakan sebagai media untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam
bentuk tulisan. Dengan menulis, secara tidak bertatap muka pun dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan menulis bukan monopoli
orang berbakat dan menulis juga bukanlah keterampilan yang diwariskan
dari leluhur, juga bukan merupakan kemampuan yang otomatis dibawa
sejak lahir. Semua orang akan mampu menulis jika berlatih secara benar,
karena dengan menulis kita dapat mengungkapkan ide-ide, gagasan, buah
pikiran, pendapat yang baru yang bersumber dari pengalaman nyata.
Dalam kegiatan menulis janganlah lupa untuk menggunakan kata-kata
yang baik, disusun secara kronologis dengan mengggunakan EYD yang
benar, sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
b. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Tujuan
merupakan langkah awal yang penting dalam menulis. Tujuan penulisan
adalah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan
penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya.6
Syafi‟i dalam Dindin Ridwanudin mengemukakan bahwa tujuan
menulis antara lain sebagai berikut :
5
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung; Angkasa, 2008), h.3.
6
1) Mengubah keyakinan atau pandangan pembaca
2) Menanamkan pemahaman terhadap sesuatu kepada pembaca
3) Memicu proses berpikir pembaca
4) Memberikan perasaan senang atau menghibur pembaca
5) Memberikan suatu informasi atau memberitahukan sesuatu kepada
pembaca
6) Memicu motivasi7
Sedangkan tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar kelas
tinggi khususnya untuk kelas V antara lain sebagai berikut :
a) Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak
b) Menulis karangan dengan bahan yang tersedia
c) Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan
d) Menulis kartu pos dengan benar
e) Menulis surat pribadi untuk berbagai keperluan dan tujuan dengan
kalimat yang efektif
f) Menyusun laporan melalui tahapan yang benar
g) Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam
beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri
h) Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa
yang sesuai
i) Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster sederhana dengan
bahasa yang komunikatif
j) Menulis pengalaman pribadi berdasarkan prosa sederhana
k) Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi8
c. Tahap-Tahap Menulis
Setiap orang memiliki peluang yang sama dalam proses menulis,
selama ia dapat melaksanakan kegiatan yang terdapat dalam tahapan
7
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 166.
8
menulis. Tahap-tahapan dalam menulis menurut Murray dalam Dindin
Ridwanudin antara lain sebagai berikut :
1) Tahap Pramenulis
Tahap ini merupakan tahap awal dari proses menulis. Pramenulis
adalah persiapan untuk tahap menulis selanjutnya. Tahap memulai menulis
yaitu dengan mengksplorasi (memilih, memilah, dan menyusun) yang
telah diketahui dan ditemui untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Tiga
kegiatan utama dalam tahap pramenulis, yakni : pemilihan topik,
penentuan tujuan, bentuk dan pembaca tulisan.
2) Tahap Penulis
Tahap penulisan adalah kegiatan menuangkan atau
mengembangkan topik menjadi suatu tulisan. Dalam hal ini, topik yang
dirumuskan dalam tahap pramenulis dikembangkan menjadi tulisan.
Meskipun kegiatan ini sudah menggunakan bahasa tulis, namun
penekanan kegiatannya lebih difokuskan pada aspek tulisan dan
pertimbangan dari aspek pembaca.
3) Tahap Pascamenulis
Tahap pasca menulis adalah kegiatan menulis menyempurnakan
draft (buram) sampai dihasilkan suatu tulisan yang layak dikomunikasikan kepada orang lain (pembaca). Inti kegiatan ini adalah membaca ulang dan
merevisi hasil penulisan dari aspek mekanisme dan kebahasaan. Apabila
penulis menemukan kesalahan, makan dapat merevisi terhadap hasil
penelitian itu. Oleh karena itu, tahap ini merupakan tahap akhir proses
menulis.9
2. Karangan Deskripsi
a. Pengertian Karangan
Karangan adalah sebentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan
diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan
9
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian mengarang
berarti menuangkan ide yang ada dalam pikiran atau mengeluarkan
ungkapan perasaan yang terpendam ke dalam bentuk tulisan.10
Disamping itu, Sudarno dan Eman A. Rahman yang mengatakan
bahwa mengarang ialah bagian dari ekspresi secara tertulis. Segala kesan
batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan
bahasa tulis.11
Berdasarkan paparan para penulis di atas dapat di simpulkan
bahwa sesungguhnya karangan merupakan rangkaian hasil ekspresi atau
pemikiran secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan,
maupun kemauan atau ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dengan menggunakan kalimat yang efektif dan diksi yang tepat.
b. Macam-Macam Jenis Karangan
Jenis karangan dapat dilihat dari cara penyajiannya. Nadjua A.S
memaparkan sebagai berikut : 12 1) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu
objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri
obyek yang digambarkan tersebut. Contohnya apabila karangan
dengan pemandangan alam sebagai objek.
2) Karangan Narasi
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu
peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah
mengalami kejadian yang diceritakan tersebut. Contohnya dengan
menuliskan cerita peristiwa sejak bangun tidur hingga mau tidur apa
saja yang ia alami.
10
Nadjua A.S, Inti Sari Kata Bahasa Indonesia, (Surabaya, Triana Media, 2013), h.133.
11
Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Negeri, (Jakarta : Hikmat Syahid Indah, 1986), cet. I, h. 96.
12
3) Karangan eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah
pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapat
informasi dan pengetahuan yang sejelas-jelasnya.
2) Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk
membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca benar-benar
menerima sekaligus meyakini kebenaran tersebut.
3) Karangan persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang berusaha untuk
mempengaruhi pembaca dengan cara membujuk atau mengajak
pembaca agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulis.
c. Karangan Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dari segi istilah deskripsi
adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu
berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
penulisnya agar menciptakan daya khayal bagi pembaca sehingga
seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dalami
oleh penulis.13
Jauharoti Alfin, Muhammad Thori dan Sri Wahyuni
mengemukakan bahwa dalam deskripsi harus melibatkan perasaan,
sehingga pembaca merasa mengalami langsung apa yang kita alami, dan
harus melatih diri untuk mengamati segala sesuatu di sekeliling kita dan
menggambarkannya sampai hal yang sekecil-kecilnya. Untuk membuat
deskripsi yang hidup maka hal-hal yang kecil jangan sampai lepas dari
pengamatan sehingga dapat dituliskan dengan sedetail-detailnya.14
13
Kundharu Saddhono dan Y. Slamet, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014) h. 159.
14
Menurut alwasilah dalam mudrajad kuncoro, karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang sebenarnya dengan
tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca. Hal
yang menonjol pada karangan deskripsi adalah aspek pelukis objek yang
sebenarnya tentang ciri, sifat atau hakikat sehingga pembaca dapat
mengenal objek yang dimaksud oleh penulis.15
Senada dengan pendapat Minto Rahayu dalam bukunya yang
berjudul Bahasa Indonesia di perguruan tinggi bahwa karangan deskripsi merupakan bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian dari
objek yang sedang dibicarakan, memindahkan kesan-kesan pengalaman
karena perkenalan langsung dengan objek yang menggambarkan ciri,
sifat dan watak objek, kemudian memindahkan hasil pengamatan dan
perasaannya kepada pembaca melalui tulisan.16
Objek deskripsi tidak hanya terbatas pada apa yang dilihat,
didengar, dicium, dirasa atau diraba. Penulis juga dapat mengadakan
deskripsi tentang perasaan hati yang mungkin timbul dari rasa takut,
cemas, enggan, jijik, cinta, baru benci, dan dendam. Oleh sebab itu
menurut Gorys Keraf, menulis deskripsi yang baik ditutut dua hal, yaitu :
1) Kesanggupan bahasa seorang penulis yang kaya akan nuansa dan
bentuk
2) Kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikan, dengan
menggunakan pilihan kata yang tepat, pembaca seolah-olah melihat
sendiri objek dengan hidup dan segar.17
Berdasarkan paparan para penulis di atas dapat di simpulkan
bahwa karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan
atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan,
pengalaman dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau
15
Mudrajat Juncoro, Mahir Menulis : Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom dan Resensi Buku, (Jakarta : Erlangga, 2009) h. 72.
16
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PT Grasindo, 2007) h. 158
17
memungkinkan terciptanya daya imajinasi (daya khayal) pembaca
sehingga seolah-olah melihat, mengalami dan merasakan sendiri apa yang
dialami penulisnya.
d. Teknik Menulis Karangan Deskripsi
Teknik menulis deskripsi harus melalui pendekatan yaitu
bagaimana penulis melihat objek dan sikap yang diambil untuk
menggambarkan objek secara tepat. Minto Rahayu menjabarkan teknik
tersebut antara lain sebagai berikut18 :
1) Teknik pendekatan realistis; pendekatan yang berusaha
menggambarkan objek dengan subjektif. Diibaratkan sebagai kerja
seorang pelukis pendekatan ini lebih menonjolkan pikiran dan
interpretasi penulis.
2) Teknik pendekatan sikap penulis; berarti sikap penulis yang bagaimana
yang dipakai untuk melihat objek, masa bodoh, bersungguh-sungguh,
cermat, sikap seenaknya, atau sikap ironis. Sikap tersebut bertalian
dengan tujuan penulisan. Sikap ironis tergantung pada kemampuan
penulis dan tingkat perasaan atau kepekaan yang dimiliki pembaca.
3) Teknik Diksi (pilihan kata); yang merupakan jawaban atas pertanyaan
“alat manakah yang paling baik untuk membuat deskripsi agar dapat menimbulkan kesan mendalam‟. Sasaran ini dapat dicapai dengan memperhatikan perpaduan yang harmonis antara metode, diksi, sikap,
bahasa kiasan.
4) Teknik Kiasan (Gaya); pada umumnya dipakai adalah metafora
(pemindahan arti) misalnya “kaki meja. Metafora bertujuan
menghidupkan deskripsi. Contoh : dari ujung sana, serasa lagu dan
ngitar perlahan. Gadis itu membuka mata dan berpaling melihat lagu
yang datang menemui dirinya yang sedang sendiri. Suara lagu terasa
18
lemah memasuki belaian, dan tempat, berjingkrak perlahan agar tidak
meminjak lagu. 19
5) Teknik Deskripsi Tempat, tempat adalah latar pengisahan, entah kisah
tersebut merupakan peristiwa yang sesungguhnya atau hanya imajinasi.
Untuk melukiskan suatu tempat dipengaruhi oleh suasana hati dan
pikiran. Dalam penulisan yang bersifat ilmiah, penulisan tempat harus
didasarkan pada fakta-fakta yang dilihat secara objektif oleh mata yang
dapat diukur, jika perlu menampilkan angka-angka secara akurat.20
e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi
Dalam menulis karangan deskripsi baiknya mengetahui
langkah-langkah menulis deskripsi diantaranya : Menentukan apa yang akan
dideskripsikan; misalnya tempat atau orang.
1) Merumuskan tujuan; apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu
karangan narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi.
2) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan; misalnya ciri-ciri
fisik, watak, gagasan atau benda-benda disekitar tokoh.
3) Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan
bagian yang akan dideskripsikan.21
Melihat paparan diatas bahwa langkah-langkah menulis deskripsi
adalah menentukan sesuatu yang akan dideskripsikan, sebagai apa tujuan
kita menulis, dapat menyebutkan ciri-ciri yang melekat pada objek dan
mensistematiskan hal-hal yang menunjang bagian dideskripsikan tersebut
3. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)
Model Pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
19
Gorys Keraf, op cit, h. 98
20
Rahayu, op cit., h. 160
21
jangka panjang), merancang bahan-bahan belajar, dan membimbing
pelajaran di kelas atau yang lain.22 Senada dengan pemikiran Rusman, Arends dalam Trianto juga mengatakan bahwa model pembelajaran dapat
disebut sebagai bentuk suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial.23
Iif Khoiru Ahmadi mengatakan bahwa model pembelajaran itu
seperti kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.24
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pengajaran keterampilan berbahasa, terutama dalam keterampilan menulis
adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman
atau experiential learning. Experiential learning theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning
dikembangkan oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul
Experiential Learning : Experience as The Sourse of Learning and Development sekitar awal tahun 1984. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam
experiential learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar.25
Abdul Majid menjelaskan bahwa experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara
22
Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangakn Profesionalisme Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h.133.
23
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta :Bumi Aksara, 2010), h.51.
24 Iif Khoiru Ahmadi dan dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu : Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 14.
25
langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas
dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.26
Oemar Hamalik mengartikan bahwa dengan model experiential learning dapat menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman akan menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan belajar secara aktif, memberi para siswa seperangkat/serangkaian
situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya
yang dirancang oleh guru.27
Wisnubrata dalam Agus Taufik dan kawan-kawan menyatakan bahwa experiential learning merupakan suatu urutan peristiwa satu atau lebih peristiwa yang ditetapkan, yang mensyaratkan keterlibatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa. Prinsip utama Experiential learning ini adalah seseorang belajar paling baik apabila ia melakukannya.28
Isah Cahyani dalam bukunya mengemukakan bahwa
Experiential learning merupakan suatu model yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nila-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, model pembelajaran ini akan bermakna ketika siswa berperan serta dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka memandang kritis kegiatan tersebut. Kemudian, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya ke dalam bentuk lisan/tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran.29
Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan
bahwa experiential learning menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman, karena pengalaman mempunyai peran utama dalam proses
belajar, karena pengalaman dapat digunakan sebagai katalisator untuk
menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya
dalam proses pembelajaran.
26
Ibid., h. 94.
27
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h. 212
28
Agus Taufik, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), h.7.21
29
b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)
David Kolb dalam Isah Cahyani menjabarkan tahap-tahap
pembelajaran Experiential Learning dengan sederhana, antara lain dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (reflect), kemudian terapkan (apply).
Jika dielaborasikan lagi maka akan terdisi dari 5 (lima) langkah. Berikut
ini merupakan penjelasan dari lima tahap model pembelajaran berbasis
pengalaman (experiential learning).30
1) Experience (mengalami) yaitu dengan membiarkan peserta didik mengalami dengan melakukan hal tertentu baik secara individu maupun
kelompok (perform and do it). Pada tahap ini lebih mengutamakan interaksi dengan lingkungan, serta menghasilkan informasi yang
melibatkan feeling atau perasaan. Siswa akan merasakan tahap ini seperti permainan yang menyenangkan. Berikut contoh kegiatan
diantaranya : permainan (games), manipulasi objek simbolis, melakukan percobaan, membuat model, membuat seni, membuat
produk, observasi lapangan, darmawisata, dan pengalaman kerja.
2) Share/Publishing (berbagi rasa/pengalaman) yaitu dengan melakukan proses sharing atau berbagi rasa/cerita pengalaman. Pada tahap ini guru
meminta siswa untuk mengingat apa yang telah dialami,
mengemukakan/melaporkan segala sesuatu apa yang mereka lihat dan
rasakan, semua hal tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan
gaya masing-masing.31 Hal ini dilakukan bersama dengan anggota kelompok atau di dalam kelas. Tujuannya anatara lain untuk
menyediakan data untuk di analisis nanti. Pengamatan dan reaksi dapat
direkam dalam beberapa cara, yaitu : laporan tertulis, posting di kertas
atau papan tulis, laporan lisan, laporan email atau halaman web, sebuah
diskusi bebas atau dengan wawancara.
30
Ibid., h. 173.
31
3) Process (analisis pengalaman/pengolahan data) yaitu dengan menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagimana hal
tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini di
dilakukan dengan cara berdiskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu
rekan yang satu dengan yang lain saling mengoreksi dan memberikan
masukan, termasuk mendemonstrasikan cara yang menurutnya lebih
baik. Pada tahap ini teknik yang dapat digunakan seperti : mencari
tema-tema umum, mengelompokkan pola-pola peristiwa atau perilaku.
Intinya bukan hasil yang dicari akan tetapi responnya yang dicari.
4) Generalize (kesimpulan/menghubungkan pengalaman dengan situasi nyata) yaitu dengan menyimpulkan bersama hasil analisis yang telah
dihasilkan secara teoretis dari hasil analisis pada tahap sebelumnya.
Menyimpulkan yang juga berarti dapat menjawab pertanyaan “jadi apa?”, langkah ini menimbulkan pertanyaan “apa yang telah saya pelajari?” atau “apa yang saya mulai pelajari?”. Setelah data dianalisis
dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya apa yang telah dipelajari
melalui pengalaman. Untuk menyimpulkan ada beberapa cara, yaitu :
merekam kesimpulan siswa tentang bagaimana siswa belajar dan
hasilnya dapa digunakan dalam konteks baru atau menulis kesimpulan
siswa di kertas atau papan tulis.
5) Apply (penerapan terhadap situasi yang serupa atau level lebih tinggi) yaitu langkah terakhir yang menjadi bahan dasar menuju langkah
experiential learning yang dimulai dari langkah experience-share-processing-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus awal. Begitu seterusnya. Tahap ini adalah alasan untuk tahap lainnya. Belajar dari
pengalaman harus memiliki nilai yang optimal. Tahap ini menimbulkan
pertanyaan “apayang aku lakukan besok adalah...”
David Kolbs dalam Isah Cahyani menggambarkan model pembelajaran yang dinamakan experiential learning sebagai berikut. 32
32
Bagan 2.1 Model Experiential Learning yang di gambarkan oleh Kolb.
Dalam hal ini model experiential learning disebut sebagai sebuah model elegan yang menawarkan sebuah cara untuk memahami gaya
pembelajaran yang berbeda pada seorang individu, dan sebuah penjelasan
tentang siklus Experiential Learning yang diterapkan di dalam kelas.33 Masing-masing tujuan dari rangkaian-rangkaian tersebut kemudian
muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, active experimentation34.
Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a) concrete experience (feeling) : belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik. Peka terhadap situasi. Individu mempunyai pengalaman
langsung yang konkrit.
b) reflective observation (watching) : mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif-perspektif
yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk memperoleh suatu
makna. Kemudian ia mengembangkan observasinya atau
merefleksikanya.
33
Indriana Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Jogjakarta, DIVA Press, 2011), h. 108-108.
34
c) abstract conceptualization (thinking) : analisis logis dari gagasan-gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi, dari itu
bentuk generalisasi dan abstraksi.
d) active experimentation (doing) : Kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan
peristiwa. Termasuk pengambilan resiko. Implikasi itu yang diambilnya
dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam
menghadapi pengalaman-pengalaman baru. 35
Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata
kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah
dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian
diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau
konsep-konsep abstrak yang akan menjadi penunjuk bagi terciptanya
pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi
dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan
(taking action).
Kemampuan murid dalam proses belajar experietial learning:36
Kemampuan Uraian Pengutamaan
dan merefleksikan atau
memikirkan Bumi Aksara, 2010), cet. 14, h.111.
36
Conceptualization
Ss Siswa menggunakan
teori untuk
memecahkan
masalah-masalah dan
mengambil keputusan.
D Doing (berbuat)
Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan
bahwa Experiential Learning merupakan suatu urutan peristiwa atau tahap-tahap dari tujuan yang telah ditetapkan, yang mensyaratkan keterlobatan
siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu.
Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui
keterlibatan siswa, karena experiential learning mempunyai prinsip utama yaitu belajar paling baik apabila ia melakukannya.
c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)
1) Keterlibatan siswa di mana siswa aktif melakukan sesuatu.
2) Terjadi relevansi terhadap topik pada experiential learning.
3) Tanggung jawab siswa dalam experiential learning ditingkatkan.
4) Penggunaan experiential learning bersifat luwes, baik settingan-nya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya (termasuk tujuannya)37
d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)
Beberapa manfaat yang akan didapat apabila model Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar antara lain sebagai berikut:
37
1) Meningkatkan semangat dan gairah pembelajar
2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif
3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar
4) Mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif
5) Menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang
berbeda
6) Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah
7) Memperkuat kesadaran diri38
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman
(Experiential Learning)
Isah Cahyani menjabarkan kelebihan model experiential learning, diataranya :
1) Meningkatkan semangat pembelajar karena pembelajar aktif.
2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, karena
pembelajar berstandar pada penemuan individu.
3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena
pembelajar dinamis dan terbuka dari berbagai arah.
4) Mendorong serta mengembangkan proses berfikir kreatif karena
pembelajar partisipatif untuk menemukan sesuatu.
Senada dengan pendapat dari Isah Cahyani, Iif Khoiru Ahmadi dan
kawan-kawan juga menjabarkan kelebihan dari model pembelajaran
berbasis pengalaman (experiential learning) antara lain sebagai berikut : a) Meningkatkan partisipasi peserta didik.
b) Meningkatkan sifat kritis peserta didik.
c) Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran
pada situasi lain.39
38
Cahyani, op cit., h. 165.
39
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran berbasis
pengalaman (experiential learning) adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal dan memerlukan
waktu yang panjang.40
Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat disimpulkan
bahwa model experiential learning tidak hanya memberikan pengetahuan konsep-konsep saja. Tetapi memberikan pengalaman kepada siswa,
pengalaman tersebut merupakan suatu kenyataan hidup yang dapat
menjadi renungan, bahan perbandingan, dan pengetahuan bagi orang lain
apabila pengalaman tersebut dituliskan.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wita Dwi Payana (mahasiswi jurusan PBSI
Universitas Muhammadiyah Medan tahun 2013) dalam skripsinya yang
berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning Terhadap Kemampuan Menyulis Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar daripada skor ttabel
(th = 3,27 > tt = 2,00) maka H0 ditolak H1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat Pengaruh model pembelajaran experiential learning
terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK
tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak.
Perbedaan dari penelitian Wita Dwi Payana dengan skripsi ini adalah dari
segi aspek kefokusan penelitian. Wita Dwi Payana meneliti pada aspek
kemampuan menulis karangan narasi di kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah
40
Hamparan Perak, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi
Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Wita
Dwi Payana dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model
experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Dewi Farisma (mahasiswi jurusan
PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014) dalam skripsinya yang
berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X MAN Yogyakarta III. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen
dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t
diperoleh thitung lebih besar daripada skor ttabel (th = 8,159 > tt = 2,045)
maka H0 ditolak H1 diterima. Hal ini berarti terdapat keefektifan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X MAN Yogyakarta III.
Perbedaan dari penelitian Santi Dewi Farisma dengan skripsi ini adalah
dari segi aspek kefokusan penelitian. Santi Dewi Farisma meneliti pada
aspek keterampilan menulis karangan argumentasi di kelas Kelas X MAN Yogyakarta III, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi
Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Santi
Dewi Farisma dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yulis Nurrahmawati (mahasiswi jurusan
PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013) dalam skripsinya yang
berjudul Keefektifan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 20,48, db = 27, dan nilai p
sebesar 0,000 pada taraf signifikansi 0,005 (5%). Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000 < 0,005). Hasil ini membuktikan bahwa terdapat
keefektifan pembelajaran menulis puisi dengan model experiential learning pada siswa kelas VIII SMP negeri 3 Sentolo, Kulon Progo.
Perbedaan dari penelitian Yulis Nurrahmawati dengan skripsi ini adalah
dari segi aspek kefokusan penelitian. Yulis Nurrahmawati meneliti pada
aspek keterampilan menulis puisi di kelas Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng
Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya,
penelitian Yulis Nurrahmawati dengan penelitian penulis sama-sama
meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.
Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan
demikian dapat disimpukan bahwa penerapan model pembelajaran
C. KERANGKA BERPIKIR
Model Experiential learning (pembelajaran berdasarkan pengalaman) dijadikan sebagai alternatif sebagai model pembelajaran yang
di pakai dalam pembelajaran menulis karangan, model ini dapat yang
membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pembelajaran dengan
keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa
dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam
pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Karena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kebanyakan guru
menggunakan pembelajaran yang cenderung menekankan pada aktifitas
guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya
pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan
guru. Selain itu, dalam pembelajaran guru kebanyakan menyampaikan
materi dengan cepat dan menggunakan model pembelajaran yang kurang
bervariasi.
Hal tersebut membuat siswa merasa kurang bersemangat sehingga
proses pembelajaran menjadi membosankan. Melihat kondisi seperti itu,
peneliti mencoba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah
tersebut melalui penerapan model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centered).
Dengan demikian diharapkan situasi pembelajaran akan
berpengaruh menjadi lebih aktif, menarik, dan menyenangkan sehingga
muncul semangat untuk belajar dan keterampilan menulis karangan siswa
apabila menggunakan model pembelajaran Experiential learning
meningkat.
Bagan Kerangka Berpikir
Kelas Kontrol
Kelas
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN
Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.
Ha : Terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN
Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.
Pembelajaran dengan
model konvensional
(ceramah) Pembelajaran dengan
model Experiential
Learning
Posttest Posttest
Pengaruh model Experiential Learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi kelas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cengkareng Timur 15 Pagi yang
berlokasi di Jalan Bangun Nusa Rt 9 Rw 9. Kecamatan Cengkareng-Jakarta
Barat. Kode Pos 11730. Waktu Penelitian ini berlangsung pada saat
pembelajaran semester ganjil di bulan September tahun ajaran 2015 – 2016. Adapun waktu penelitian yang berisi penjelasan kapan penelitian di lakukan
dan lamanya penelitian sedari bulan Februari 2015 yang dilakukan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Waktu Penelitian Kegiatan
Penelitian
Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov
Penyusunan
dan Seminar
Proposal
Persiapan
Perencanaan
Observasi
Kegiatan
Penelitian
Analisis Data
Laporan