• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat"

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI

(Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh Ana Pratiwi Putri NIM 1111018300005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ana Pratiwi Putri (1111018300005). Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Experiential Learning

terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015. Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan design Non-Randomized Control Group Prestest and Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Sampel penelitian kelas A (kelas eksperimen) sejumlah 30 orang siswa dan kelas B (kelas kontrol) sejumlah 30 orang siswa. Berdasarkan uji –t pada data data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000<0,05), dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan keterampilan menulis karangan deskripsi antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Artinya, terdapat pengaruh model experiential learning

terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dan terdapat respon siswa yang baik yaitu 94,66 % terhadap penggunaan model experiential learning

dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

(7)

ABSTRACT

Ana Pratiwi Putri (1111018300005). Influence of Experiential Learning Model to Writing Skill of Description Essay of V grade student in Cengkareng Timur 15 Pagi Elementary School, West Jakarta. Faculty of Tarbiya and sciences, Jakarta Islamic State University Syarif Hidayatullah, 2015.

This reseach purpose to find out the influence of writing skill of description essay of V grade student in Cengkareng Timur 15 Pagi Elementary School, West Jakarta. This reseach started from September 2015. The reseach model in this reseach is experimental quation with Non-Randomized Control Group Pretest Posttest design. Technique of sampling are purposive sampling. Sample of reseach in A class (experiment class) are 30 student and B class (control classs) are also 30 student. Based on t-test at post test data of experiment class and control class with signification standat at 0,05%, probability value are smaller than lebih signification standard (0,000<0,05). The conclusion, there are difference of writing skill of description essay between beforeand after threatment. It means, the is an influence of writing skill of description essay and there is a good respond from student around more than 94,66 % toward use of experiential learning model in essay writing learning.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrrahiim

Segala puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, yang telah

menganugerahkan segala nikmat beserta limpahan taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa

selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad Saw yang telah telah

membimbing ummatNya menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas segala bimbingan, dorongan

dan motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi.

Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, M.A., selaku wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah memberikan arahan, motivasi dan inspirasi.

3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan

doa, dukungan, arahan, motivasi, inspirasi dan semangat.

4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidayah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan doa, semangat, motivasi dan juga sabar meluangkan waktunya

guna menjawab dan mengarahkan penulis khususnya dalam birokrasi yang

(9)

5. Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, semangat,

dukungan, memotivasi dengan tulus dan sabar sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Dr. Didi Suprijadi, M.M., selaku Dosen Penasehat Akademik Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang selalu memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

7. Seluruh DosenFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)UniversitasIslam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya

sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di bangku perkuliahan dengan

sebaik-baiknya.

8. H. Marzuki Alfatiri, S.Ag., selaku Kepala SDN CengkarengTimur 15 pagi

Jakarta Barat, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukanpenelitian di sekolah tersebut.

9. Agus Sulaeman, S.Pd., dan Aris Setyoningsih, S.Pd., selaku guru kelas VA

dan VB di SDN CengkarengTimur 15 Pagi Jakarta Barat, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis pelaksanaan penelitian di kelas yang

beliau ajar dan saran-saran yang membantu penulis dalam proses penelitian.

10. Seluruh siswa-siswi kelas VA dan VB, dewan guru dan karyawan SDN

Cengkareng Timur 15 pagi Jakarta Barat, yang selalu membantu dan

memberikan arahan selama penulis melakukan penelitian.

11. Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, Papah Sugeng Riadi dan Mamah Sri

Winarti, yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan limpahan kasih

sayang, motivasi, moril maupun materil yang tidak mungkin terbalaskan

pengobanannya.

12. Teruntuk orangtua keduaku terkasih, Papih Drs. Muhammad Yus Nursalam

dan Mamih Mutia Purwanti, S.H., yang selalu mendoakan, memberikan kasih

sayang, motivasi,dan inspirasi kepada penulis.

13. Kakak-Kakakku : Harwan Pandu Winata, Hery Prasetyo, S.ST., dan Adikku

(10)

Muhammad Agha Nur, S.Pd., yang selalu memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis agar cepat menyelesaikan studi dan skripsinya dengan

sebaik-baiknya.

14. Teruntuk teman hatiku Muhammad Andhika Nur, S.KH., terimakasih atas

segala untaian doa, kasih sayang, kesabaran, kesetiaan, dukungan, semangat

serta arahan yang senantiasa diberikan kepada penulis sedari dulu hingga kini

dan nanti insya Allah.

15. Sahabat-sahabatku tersayang : Amalia Fauziah, Ade Suryani, Helda

Mahdayani, Ratna Syarifah Mudaim, Shofa Widyani dan Sri Yulianingsih

yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa, semangat dan dukungan

semasa perkuliahan, awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga persahabatan kita abadi yaa.

16. Sahabat-sahabat sepembimbinganku : Elis Robiatul Adawiyyah, Mona

Sylviana Dewi, Fitri Ratnasari, dan Sharah Respati dan Muhammad Arif yang

telah banyak membantu, memberi semangat dan memotivasi penulis.

17. Sahabat-sahabat terdekat sedari SMA “the sarrap family” : Lanny Karlina,

Amd. Keb., Rida Farida, Amd. Keb., La Nova Ardiana, S. KM., Anes

Astriani, Amd., Ira Maya Sari, S.Pd., Siti Mardianah, Amd. Keb., Mega Rizki

Natiwi, S.E.Sy., dan Nurfi Laeli Az-Zahra, S.Pd. yang selalu memberi

semangat, dukungan dan memotivasi penulis.

18. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan

2011. Terimakasih atas segala kenangan manis yang telah kalian ukir dalam

ingatanku selama ini. Semoga kebersamaan dan tali silaturahiim kita akan

terus berjalan dan tidak akan pernah terputus.

19. Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UNJ, UMJ, UHAMKA

dan UT yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mencari

buku-buku sebagai bahan referensi penulisan skripsi ini.

20. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas

(11)

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga segala

perhatian, doa, bimbingan, motivasi dan dukungannya dibalas oleh-Nya sebagai

amalkebaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikandari berbagai

pihak. Akhir kata,semoga skripsiini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Jakarta, 17 Desember 2015

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. DESKRIPSI TEORETIS…...8

1. Keterampilan Menulis a. Pengertian Pengertian Keterampilan Menulis ... 8

b. Tujuan Menulis ... 9

c. Tahap-tahap menulis ... 10

2. Karangan Deskripsi a. Pengertian Karangan ... 11

b. Macam-Macam Jenis Karangan ... 12

c. Karangan Deskripsi ... 13

d. Teknik Menulis Karangan Deskripsi ... 15

e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 16

(13)

(Experiential Learning) ... 16

b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 19

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 23

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 23

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 24

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 25

C. KERANGKA BERPIKIR ... 28

D. HIPOTESIS PENELITIAN ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian...30

B. Metode dan Desain Penelitian...31

C. Populasi, dan Teknik Pengambilan Sampel...32

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data...33

E. Instrumen Penelitian...35

F. Validitas...44

G. Variabel Penelitian...45

H. Teknik Analisis Data...45

I. Hipotesis Statistik...47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...49

1. Profil SDN Cengkareng Timur 15 Pagi...49

2. Visi dan Misi SDN Cengkareng Timur 15 Pagi...50

B. Hasil Penelitian...50

(14)

2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol...58

3. Perbandingan Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...63

C. Hasil Analisis...65

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest...65

b. Uji Homogenitas Pretest daan Posttest...67

2. Pengujian Hipotesis ...68

a. Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...68

b. Uji-t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...71

1. Interpretasi Data ...71

2. Pembahasan ...72

a. Pertemuan Pertama Kelas Kontrol dan Eksperimen...73

b. Pertemuan Kedua Kelas Kontrol dan Eksperimen...75

c. Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol dan Eksperimen...77

d. Pertemuan Keempat Kelas Kontrol dan Eksperimen ...79

E. Temuan Hasil Penelitian...83

F. Keterbatasan Penelitian ...83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...85

B. Saran...85

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Waktu Penelitian ... 30

Tabel 3.2 : Desain Penelitian ... 32

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest kelas Eksperimen ... 36

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest kelas Kontrol ... 37

Tabel 3.5 : Aspek-Aspek yang dinilai dalam Menulis Karangan Deskripsi 39 Tabel 3.6 : Rubrik Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 42

Tabel 3.7 : Kisi-Kisi Angket Respon ... 43 Tabel 4.1 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis

Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...

52

Tabel 4.2 : Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...

54

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ...

55

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ...

56

Tabel 4.5 : Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...

59

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ...

60

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... ....

62 Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...

69

Tabel 4.14 : Hasil Uji-t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...

70

Tabel 4.15 : Data Hasil Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Model

Experiential Learning ...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ... 46

Gambar 4.2: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... 48

Gambar 4.3: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ... 50

(17)

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah pada

hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan tentang

bahasa. Keterampilan bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar, di antaranya meliputi empat aspek keterampilan berbahasa seperti

keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

Setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses-proses

yang mendasari bahasa. Terlihat jelas bahwa dari bahasa seseorang dapat

mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa,

semakin cerah dan jelas pula jalan pemikirannya. Oleh sebab itu untuk

dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa

yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut menjadi lebih baik apabila

dipelajari sedari bangku sekolah dasar dan berkesinambungan.

Pembelajaran menulis mempunyai sifat yang berkelanjutan perlu

dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar didasarkan oleh

pemikiran bahwa, menulis merupakan keterampilan dasar bagi siswa

sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu,

pembelajaran di sekolah perlu mendapat perhatian yang lebih sehingga

dapat memenuhi tujuan keterampilan menulis yang diharapkan.

Keterampilan menulis dapat diperoleh hanya dengan melalui

proses belajar mengajar, karena dalam menulis harus terampil dalam

menggunakan kosakata, diksi, dan lain sebagainya dalam rangka tujuan

penulisan. Hal tersebut harus dipelajari dan dilatih dengan

sungguh-sungguh, karena keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara

(18)

Para ahli pengajaran bahasa menempatkan posisi keterampilan

menulis pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal

ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif

yang hanya dapat diperoleh setelah membaca, menyimak dan berbicara.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di sekolah pada saat

melaksanakan kegiatan observasi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur

15 Pagi Jakarta Barat dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

pada materi menulis karangan masih terdapat kesulitan. Pada saat peneliti

melaksakan kegiatan wawancara secara tidak tersruktur kepada wali kelas

VA dan VB mendapatkan kesimpulan yakni terdapat kira-kira 50% siswa

yang masih memiliki kesulitan dalam menulis.1

Kesulitan awal terlihat sekali pada saat guru memberikan arahan

kepada murid untuk menulis karangan. Banyak siswa yang ragu untuk

menulis karangan dikarenakan mereka malu untuk mengekspresikan

perasaan lalu menceritakan kembali pengalamannya dalam bentuk

karangan, karangan yang dihasilkan hanyalah sedikit, banyak pula yang

beralasan tidak adanya inspirasi, menganggap tidak berbakat untuk

menulis karangan, merasa sulit untuk menuangkan ide dalam bentuk

tulisan dan juga banyak terdapat kesalahan penulisan huruf dan EYD yang

digunakan tidak tepat.

Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan juga mengemukakan,

bahwa keterampilan menulis khususnya pada pengajaran mengarang

belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara

guru mengajar. Umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang dan

kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang

dilaksanakan oleh guru. Sehingga murid-murid menganggap pembelajaran

mengarang itu tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang

bagi kelanjutan studi mereka.2

1

Hasil wawancara terhadap guru kelas VA VB SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Agus Sulaeman dan Aris Setyoningsih, Senin 10 Agustus 2015 pukul 08.00 WIB

2

(19)

Abdul khaj mengatakan di dalam kolom harian kompas bahwa tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan

tradisi membaca, terlebih di kalangan generasi muda. Rendahnya tradisi

menulis menurut Abdul akibat rendahnya minat membaca. Beliau

mengatakan kedua kegiatan menulis dan membaca saling mempengaruhi.3 Permasalahan umum salah satu alasan anak-anak pada saat ini

untuk malas menulis diantaranya juga tak luput dari peranan “gadget”.

Gadget dapat menyebabkan penurunan konsentrasi saat belajar.

Konsentrasinya menjadi lebih pendek dan tidak peduli dengan lingkungan

sekitar. Anak lebih senang berimajinasi seperti dalam tokoh game yang sering ia mainkan dengan menggunakan gadgetnya.4

Masalah yang peneliti temukan dalam proses pembelajaran secara

umum tersebut tidak terlepas kaitannya dengan peranan guru pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri. Ketika pembelajaran dengan materi

membuat karangan terlihat guru masih menekankan pada materi yang

terdapat hanya di dalam buku. Guru belum menggunakan model atau

media pembelajaran yang kreatif. Penggunaan model pembelajaran yang

digunakan di dalam kelas hanya model pembelajaran yang konvensional

sehingga guru lebih banyak menjadikan siswa objek dalam pembelajaran

dan menyebabkan hanya komunikasi berlangsung satu arah saja.

Siswa juga kurang dituntut untuk menemukan atau mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya tetapi langsung menerima ilmu pengetahuan yang

sudah jadi dari buku atau dari gurunya. Hal itu menyebabkan siswa

menjadi malas, kurang kreatif, dan kritis dalam menanggapi sesuatu.

Selain itu, kurangnya penggunaan model dan media pun menyebabkan

siswa menjadi kurang antusias dan semangat dalam memulai

pembelajaran.

3

Abdul Khaj, “Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca”, dalam kompas , 2012 diakses pada 13 Agustus 2015 (http://edukasi.kompas.com)

4

(20)

Apabila dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak

berpartisipasi aktif, bahkan siswa yang menemukan dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya maka hasilnya pun akan lebih memuaskan. Sebab

apa yang ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih membekas di dalam

benak dan ingatannya. Jadi, tanpa harus guru menuntut untuk menghafal,

dengan sendirinya siswa akan hafal atau mengingat apa yang telah ia

pelajari atau temukan dengan sendirinya.

Melihat permasalahan tersebut maka upaya yang akan dilakukan

peneliti dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas V

SDN Cengkareng Timur 15 Pagi adalah dengan penggunaan model

pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning. Salah satu hakikat experiential learning adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif, karena

pengalaman mempunyai peranan sentral dalam proses belajar.

Sebagai sebuah model pembelajaran yang mengedepankan

pengalaman pembelajar, experiential learning bertujuan untuk menciptakan sebuah peluang terhadap kecenderungan pribadi yang

berharga dan mengesankan. Melalui pembelajaran berbasis pengalaman,

peserta didik akan menjalani aktivitas yang menstimulasi dan menantang

untuk bersibuk ria dengan tugas-tugas mereka sendiri.

Indriana Dina dalam bukunya yang berjudul Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif menuturkan bahwa experiential learning

adalah sebuah cara yang terjadi tiba-tiba, dengan menggunakan praktik

pelatihan dan pengajaran yang tersituasikan dan mendorong

perkembangan seseorang di sekolah.5

Pembelajaran experiential yang dicapai melalui pengalaman dan keterlibatan yang ditentukan secara personal dibandingkan dengan

pengajaran atau latihan yang diterima, yang secara tipikal adalah berada

dalam kelompok dengan melakukan observasi, mendengarkan, studi teori

5

(21)

atau hipotesis atau beberapa transfer keterampilan maupun pengetahuan

yang lain.6

Peranan pokok dari model experiential learning dalam pembelajaran antara lain untuk membangun keterampilan menulis

karangan deskripsi siswa melalui pengalaman secara langsung dan

melibatkan langsung siswa secara aktif. Pengalaman tersebut akan menjadi

katalisator untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan siswa

dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan gambaran dari permasalahan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa dalam pembelajaran menulis karangan perlu adanya

sebuah inovasi dalam penggunaan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dalam

pembelajaran tersebut khususnya pada siswa kelas V SDN Cengkareng

Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Oleh sebab itu, penulis terdorong untuk

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN Cengkareng

Timur 15 Pagi masih rendah, rata-rata kemampuan mereka pada saat

menulis karangan di bawah standar KKM yaitu masih di bawah nilai

70.7

2. Guru kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi masih belum dapat

menggunakan model pembelajaran dengan baik dan kurang bervariasi

dalam proses belajar-mengajar.

6 Ibid., h. 84

7

(22)

3. Kurangnya perhatian guru kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi

terhadap keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN

Cengkareng Timur 15 Pagi.

4. Partisipasi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi dalam

pembelajaran menulis karangan masih sangat kurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih

terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya

pembatasan masalah yang akan diteliti. Untuk itu penelitian ini

difokuskan pada masalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning.

D. Perumusan Masalah

Dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN

Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016?” 2. Apakah terdapat pengaruh model experiential learning terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN

Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka ada tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, yaitu: untuk

(23)

Untuk lebih jelasnya mengenai kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Sebagai sumbangan keilmuan bahan referensi belajar bagi pihak

sekolah yang terlibat dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, semangat, dorongan

serta solusi untuk belajar lebih aktif lagi dalam setiap pembelajaran yang

disampaikan oleh guru dan juga untuk mempermudah siswa dalam

menerima pelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya

b. Bagi guru

Penggunaan model experiential learning ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memilih salah satu metode yang tepat yang dapat

dipergunakan dalam pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan

keaktifan, kekreatifan lagi bagi peserta didik dan juga pemahaman peserta

didik sehingga tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang kreatif,

aktif, inovatif dan menyenangkan.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dalam penggunaan model

experiential learning sehingga di kemudian hari nanti dapat dijadikan sebagai bahan latihan dan pengembangan proses belajar mengajar lagi.

d. Bagi Pihak Lembaga atau Sekolah

Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan

(24)
(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORETIS 1. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan tuntutan segala jaman, karena

dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Keterampilan

menulis bukan monopoli orang berbakat dan menulis juga bukanlah

keterampilan yang diwariskan dari leluhur.1 Keterampilan menulis juga bukan merupakan kemampuan yang otomatis dibawa sejak lahir.

Kompetensi menulis yang handal hanya dapat dicapai dengan jalan banyak

berlatih menulis.2

Dindin Ridwanudin dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia menuturkan bahwa menulis adalah kegiatan menulis dalam menghasilkan suatu tulisan. Kegiatan tersebut diawali dengan memilih,

memilah dan menyusun apa saja yang akan dinyatakan dalam tulisan,

menulis pesan dalam bahasa tulis, dan menyempurnakan tulisan sebelum

disampaikan kepada pembaca.3

Sedangkan, menurut Zuleha H. M. Saleh juga mengartikan bahwa

menulis adalah rangkaian kegiatan seseorang yang meliputi pengungkapan

ide-ide, gagasan, buah pikiran, pendapat yang baru yang bersumber dari

pengalaman nyata penulisnya, dengan menggunakan kata-kata yang baik,

disusun secara kronologis dengan mengggunakan EYD yang benar,

sehingga dapat dipahami oleh pembaca.4

Universitas Terbuka, 2011), h. 9.9.

3

Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 167.

4

(26)

Tarigan dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa juga mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan ini penulis haruslah terampil menggunakan kosakata, diksi, grafologi, struktur bahasa dan lain sebagainya dalam rangka mencapai tujuan penulisan. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui proses latihan dan praktik yang teratur.5

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat dikatakan bahwa

keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang di

gunakan sebagai media untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam

bentuk tulisan. Dengan menulis, secara tidak bertatap muka pun dapat

berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan menulis bukan monopoli

orang berbakat dan menulis juga bukanlah keterampilan yang diwariskan

dari leluhur, juga bukan merupakan kemampuan yang otomatis dibawa

sejak lahir. Semua orang akan mampu menulis jika berlatih secara benar,

karena dengan menulis kita dapat mengungkapkan ide-ide, gagasan, buah

pikiran, pendapat yang baru yang bersumber dari pengalaman nyata.

Dalam kegiatan menulis janganlah lupa untuk menggunakan kata-kata

yang baik, disusun secara kronologis dengan mengggunakan EYD yang

benar, sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

b. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Tujuan

merupakan langkah awal yang penting dalam menulis. Tujuan penulisan

adalah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan

penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya.6

Syafi‟i dalam Dindin Ridwanudin mengemukakan bahwa tujuan

menulis antara lain sebagai berikut :

5

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung; Angkasa, 2008), h.3.

6

(27)

1) Mengubah keyakinan atau pandangan pembaca

2) Menanamkan pemahaman terhadap sesuatu kepada pembaca

3) Memicu proses berpikir pembaca

4) Memberikan perasaan senang atau menghibur pembaca

5) Memberikan suatu informasi atau memberitahukan sesuatu kepada

pembaca

6) Memicu motivasi7

Sedangkan tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar kelas

tinggi khususnya untuk kelas V antara lain sebagai berikut :

a) Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak

b) Menulis karangan dengan bahan yang tersedia

c) Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan

d) Menulis kartu pos dengan benar

e) Menulis surat pribadi untuk berbagai keperluan dan tujuan dengan

kalimat yang efektif

f) Menyusun laporan melalui tahapan yang benar

g) Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam

beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri

h) Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa

yang sesuai

i) Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster sederhana dengan

bahasa yang komunikatif

j) Menulis pengalaman pribadi berdasarkan prosa sederhana

k) Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi8

c. Tahap-Tahap Menulis

Setiap orang memiliki peluang yang sama dalam proses menulis,

selama ia dapat melaksanakan kegiatan yang terdapat dalam tahapan

7

Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 166.

8

(28)

menulis. Tahap-tahapan dalam menulis menurut Murray dalam Dindin

Ridwanudin antara lain sebagai berikut :

1) Tahap Pramenulis

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses menulis. Pramenulis

adalah persiapan untuk tahap menulis selanjutnya. Tahap memulai menulis

yaitu dengan mengksplorasi (memilih, memilah, dan menyusun) yang

telah diketahui dan ditemui untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Tiga

kegiatan utama dalam tahap pramenulis, yakni : pemilihan topik,

penentuan tujuan, bentuk dan pembaca tulisan.

2) Tahap Penulis

Tahap penulisan adalah kegiatan menuangkan atau

mengembangkan topik menjadi suatu tulisan. Dalam hal ini, topik yang

dirumuskan dalam tahap pramenulis dikembangkan menjadi tulisan.

Meskipun kegiatan ini sudah menggunakan bahasa tulis, namun

penekanan kegiatannya lebih difokuskan pada aspek tulisan dan

pertimbangan dari aspek pembaca.

3) Tahap Pascamenulis

Tahap pasca menulis adalah kegiatan menulis menyempurnakan

draft (buram) sampai dihasilkan suatu tulisan yang layak dikomunikasikan kepada orang lain (pembaca). Inti kegiatan ini adalah membaca ulang dan

merevisi hasil penulisan dari aspek mekanisme dan kebahasaan. Apabila

penulis menemukan kesalahan, makan dapat merevisi terhadap hasil

penelitian itu. Oleh karena itu, tahap ini merupakan tahap akhir proses

menulis.9

2. Karangan Deskripsi

a. Pengertian Karangan

Karangan adalah sebentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran

dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan

diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan

9

(29)

yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian mengarang

berarti menuangkan ide yang ada dalam pikiran atau mengeluarkan

ungkapan perasaan yang terpendam ke dalam bentuk tulisan.10

Disamping itu, Sudarno dan Eman A. Rahman yang mengatakan

bahwa mengarang ialah bagian dari ekspresi secara tertulis. Segala kesan

batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan

bahasa tulis.11

Berdasarkan paparan para penulis di atas dapat di simpulkan

bahwa sesungguhnya karangan merupakan rangkaian hasil ekspresi atau

pemikiran secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan,

maupun kemauan atau ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk

tulisan dengan menggunakan kalimat yang efektif dan diksi yang tepat.

b. Macam-Macam Jenis Karangan

Jenis karangan dapat dilihat dari cara penyajiannya. Nadjua A.S

memaparkan sebagai berikut : 12 1) Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu

objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri

obyek yang digambarkan tersebut. Contohnya apabila karangan

dengan pemandangan alam sebagai objek.

2) Karangan Narasi

Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu

peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah

mengalami kejadian yang diceritakan tersebut. Contohnya dengan

menuliskan cerita peristiwa sejak bangun tidur hingga mau tidur apa

saja yang ia alami.

10

Nadjua A.S, Inti Sari Kata Bahasa Indonesia, (Surabaya, Triana Media, 2013), h.133.

11

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Negeri, (Jakarta : Hikmat Syahid Indah, 1986), cet. I, h. 96.

12

(30)

3) Karangan eksposisi

Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah

pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapat

informasi dan pengetahuan yang sejelas-jelasnya.

2) Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk

membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca benar-benar

menerima sekaligus meyakini kebenaran tersebut.

3) Karangan persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang berusaha untuk

mempengaruhi pembaca dengan cara membujuk atau mengajak

pembaca agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulis.

c. Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dari segi istilah deskripsi

adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu

berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan

penulisnya agar menciptakan daya khayal bagi pembaca sehingga

seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dalami

oleh penulis.13

Jauharoti Alfin, Muhammad Thori dan Sri Wahyuni

mengemukakan bahwa dalam deskripsi harus melibatkan perasaan,

sehingga pembaca merasa mengalami langsung apa yang kita alami, dan

harus melatih diri untuk mengamati segala sesuatu di sekeliling kita dan

menggambarkannya sampai hal yang sekecil-kecilnya. Untuk membuat

deskripsi yang hidup maka hal-hal yang kecil jangan sampai lepas dari

pengamatan sehingga dapat dituliskan dengan sedetail-detailnya.14

13

Kundharu Saddhono dan Y. Slamet, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014) h. 159.

14

(31)

Menurut alwasilah dalam mudrajad kuncoro, karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang sebenarnya dengan

tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca. Hal

yang menonjol pada karangan deskripsi adalah aspek pelukis objek yang

sebenarnya tentang ciri, sifat atau hakikat sehingga pembaca dapat

mengenal objek yang dimaksud oleh penulis.15

Senada dengan pendapat Minto Rahayu dalam bukunya yang

berjudul Bahasa Indonesia di perguruan tinggi bahwa karangan deskripsi merupakan bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian dari

objek yang sedang dibicarakan, memindahkan kesan-kesan pengalaman

karena perkenalan langsung dengan objek yang menggambarkan ciri,

sifat dan watak objek, kemudian memindahkan hasil pengamatan dan

perasaannya kepada pembaca melalui tulisan.16

Objek deskripsi tidak hanya terbatas pada apa yang dilihat,

didengar, dicium, dirasa atau diraba. Penulis juga dapat mengadakan

deskripsi tentang perasaan hati yang mungkin timbul dari rasa takut,

cemas, enggan, jijik, cinta, baru benci, dan dendam. Oleh sebab itu

menurut Gorys Keraf, menulis deskripsi yang baik ditutut dua hal, yaitu :

1) Kesanggupan bahasa seorang penulis yang kaya akan nuansa dan

bentuk

2) Kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikan, dengan

menggunakan pilihan kata yang tepat, pembaca seolah-olah melihat

sendiri objek dengan hidup dan segar.17

Berdasarkan paparan para penulis di atas dapat di simpulkan

bahwa karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan

atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan,

pengalaman dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau

15

Mudrajat Juncoro, Mahir Menulis : Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom dan Resensi Buku, (Jakarta : Erlangga, 2009) h. 72.

16

Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PT Grasindo, 2007) h. 158

17

(32)

memungkinkan terciptanya daya imajinasi (daya khayal) pembaca

sehingga seolah-olah melihat, mengalami dan merasakan sendiri apa yang

dialami penulisnya.

d. Teknik Menulis Karangan Deskripsi

Teknik menulis deskripsi harus melalui pendekatan yaitu

bagaimana penulis melihat objek dan sikap yang diambil untuk

menggambarkan objek secara tepat. Minto Rahayu menjabarkan teknik

tersebut antara lain sebagai berikut18 :

1) Teknik pendekatan realistis; pendekatan yang berusaha

menggambarkan objek dengan subjektif. Diibaratkan sebagai kerja

seorang pelukis pendekatan ini lebih menonjolkan pikiran dan

interpretasi penulis.

2) Teknik pendekatan sikap penulis; berarti sikap penulis yang bagaimana

yang dipakai untuk melihat objek, masa bodoh, bersungguh-sungguh,

cermat, sikap seenaknya, atau sikap ironis. Sikap tersebut bertalian

dengan tujuan penulisan. Sikap ironis tergantung pada kemampuan

penulis dan tingkat perasaan atau kepekaan yang dimiliki pembaca.

3) Teknik Diksi (pilihan kata); yang merupakan jawaban atas pertanyaan

“alat manakah yang paling baik untuk membuat deskripsi agar dapat menimbulkan kesan mendalam‟. Sasaran ini dapat dicapai dengan memperhatikan perpaduan yang harmonis antara metode, diksi, sikap,

bahasa kiasan.

4) Teknik Kiasan (Gaya); pada umumnya dipakai adalah metafora

(pemindahan arti) misalnya “kaki meja. Metafora bertujuan

menghidupkan deskripsi. Contoh : dari ujung sana, serasa lagu dan

ngitar perlahan. Gadis itu membuka mata dan berpaling melihat lagu

yang datang menemui dirinya yang sedang sendiri. Suara lagu terasa

18

(33)

lemah memasuki belaian, dan tempat, berjingkrak perlahan agar tidak

meminjak lagu. 19

5) Teknik Deskripsi Tempat, tempat adalah latar pengisahan, entah kisah

tersebut merupakan peristiwa yang sesungguhnya atau hanya imajinasi.

Untuk melukiskan suatu tempat dipengaruhi oleh suasana hati dan

pikiran. Dalam penulisan yang bersifat ilmiah, penulisan tempat harus

didasarkan pada fakta-fakta yang dilihat secara objektif oleh mata yang

dapat diukur, jika perlu menampilkan angka-angka secara akurat.20

e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi

Dalam menulis karangan deskripsi baiknya mengetahui

langkah-langkah menulis deskripsi diantaranya : Menentukan apa yang akan

dideskripsikan; misalnya tempat atau orang.

1) Merumuskan tujuan; apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu

karangan narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi.

2) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan; misalnya ciri-ciri

fisik, watak, gagasan atau benda-benda disekitar tokoh.

3) Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan

bagian yang akan dideskripsikan.21

Melihat paparan diatas bahwa langkah-langkah menulis deskripsi

adalah menentukan sesuatu yang akan dideskripsikan, sebagai apa tujuan

kita menulis, dapat menyebutkan ciri-ciri yang melekat pada objek dan

mensistematiskan hal-hal yang menunjang bagian dideskripsikan tersebut

3. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)

Model Pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

19

Gorys Keraf, op cit, h. 98

20

Rahayu, op cit., h. 160

21

(34)

jangka panjang), merancang bahan-bahan belajar, dan membimbing

pelajaran di kelas atau yang lain.22 Senada dengan pemikiran Rusman, Arends dalam Trianto juga mengatakan bahwa model pembelajaran dapat

disebut sebagai bentuk suatu perencanaan atau pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial.23

Iif Khoiru Ahmadi mengatakan bahwa model pembelajaran itu

seperti kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.24

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pengajaran keterampilan berbahasa, terutama dalam keterampilan menulis

adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman

atau experiential learning. Experiential learning theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning

dikembangkan oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul

Experiential Learning : Experience as The Sourse of Learning and Development sekitar awal tahun 1984. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam

experiential learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar.25

Abdul Majid menjelaskan bahwa experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk

membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara

22

Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangakn Profesionalisme Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h.133.

23

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta :Bumi Aksara, 2010), h.51.

24 Iif Khoiru Ahmadi dan dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu : Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 14.

25

(35)

langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas

dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.26

Oemar Hamalik mengartikan bahwa dengan model experiential learning dapat menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman akan menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

kegiatan-kegiatan belajar secara aktif, memberi para siswa seperangkat/serangkaian

situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya

yang dirancang oleh guru.27

Wisnubrata dalam Agus Taufik dan kawan-kawan menyatakan bahwa experiential learning merupakan suatu urutan peristiwa satu atau lebih peristiwa yang ditetapkan, yang mensyaratkan keterlibatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa. Prinsip utama Experiential learning ini adalah seseorang belajar paling baik apabila ia melakukannya.28

Isah Cahyani dalam bukunya mengemukakan bahwa

Experiential learning merupakan suatu model yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nila-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, model pembelajaran ini akan bermakna ketika siswa berperan serta dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka memandang kritis kegiatan tersebut. Kemudian, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya ke dalam bentuk lisan/tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran.29

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan

bahwa experiential learning menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman, karena pengalaman mempunyai peran utama dalam proses

belajar, karena pengalaman dapat digunakan sebagai katalisator untuk

menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya

dalam proses pembelajaran.

26

Ibid., h. 94.

27

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h. 212

28

Agus Taufik, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), h.7.21

29

(36)

b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)

David Kolb dalam Isah Cahyani menjabarkan tahap-tahap

pembelajaran Experiential Learning dengan sederhana, antara lain dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (reflect), kemudian terapkan (apply).

Jika dielaborasikan lagi maka akan terdisi dari 5 (lima) langkah. Berikut

ini merupakan penjelasan dari lima tahap model pembelajaran berbasis

pengalaman (experiential learning).30

1) Experience (mengalami) yaitu dengan membiarkan peserta didik mengalami dengan melakukan hal tertentu baik secara individu maupun

kelompok (perform and do it). Pada tahap ini lebih mengutamakan interaksi dengan lingkungan, serta menghasilkan informasi yang

melibatkan feeling atau perasaan. Siswa akan merasakan tahap ini seperti permainan yang menyenangkan. Berikut contoh kegiatan

diantaranya : permainan (games), manipulasi objek simbolis, melakukan percobaan, membuat model, membuat seni, membuat

produk, observasi lapangan, darmawisata, dan pengalaman kerja.

2) Share/Publishing (berbagi rasa/pengalaman) yaitu dengan melakukan proses sharing atau berbagi rasa/cerita pengalaman. Pada tahap ini guru

meminta siswa untuk mengingat apa yang telah dialami,

mengemukakan/melaporkan segala sesuatu apa yang mereka lihat dan

rasakan, semua hal tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan

gaya masing-masing.31 Hal ini dilakukan bersama dengan anggota kelompok atau di dalam kelas. Tujuannya anatara lain untuk

menyediakan data untuk di analisis nanti. Pengamatan dan reaksi dapat

direkam dalam beberapa cara, yaitu : laporan tertulis, posting di kertas

atau papan tulis, laporan lisan, laporan email atau halaman web, sebuah

diskusi bebas atau dengan wawancara.

30

Ibid., h. 173.

31

(37)

3) Process (analisis pengalaman/pengolahan data) yaitu dengan menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagimana hal

tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini di

dilakukan dengan cara berdiskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu

rekan yang satu dengan yang lain saling mengoreksi dan memberikan

masukan, termasuk mendemonstrasikan cara yang menurutnya lebih

baik. Pada tahap ini teknik yang dapat digunakan seperti : mencari

tema-tema umum, mengelompokkan pola-pola peristiwa atau perilaku.

Intinya bukan hasil yang dicari akan tetapi responnya yang dicari.

4) Generalize (kesimpulan/menghubungkan pengalaman dengan situasi nyata) yaitu dengan menyimpulkan bersama hasil analisis yang telah

dihasilkan secara teoretis dari hasil analisis pada tahap sebelumnya.

Menyimpulkan yang juga berarti dapat menjawab pertanyaan “jadi apa?”, langkah ini menimbulkan pertanyaan “apa yang telah saya pelajari?” atau “apa yang saya mulai pelajari?”. Setelah data dianalisis

dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya apa yang telah dipelajari

melalui pengalaman. Untuk menyimpulkan ada beberapa cara, yaitu :

merekam kesimpulan siswa tentang bagaimana siswa belajar dan

hasilnya dapa digunakan dalam konteks baru atau menulis kesimpulan

siswa di kertas atau papan tulis.

5) Apply (penerapan terhadap situasi yang serupa atau level lebih tinggi) yaitu langkah terakhir yang menjadi bahan dasar menuju langkah

experiential learning yang dimulai dari langkah experience-share-processing-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus awal. Begitu seterusnya. Tahap ini adalah alasan untuk tahap lainnya. Belajar dari

pengalaman harus memiliki nilai yang optimal. Tahap ini menimbulkan

pertanyaan “apayang aku lakukan besok adalah...”

David Kolbs dalam Isah Cahyani menggambarkan model pembelajaran yang dinamakan experiential learning sebagai berikut. 32

32

(38)

Bagan 2.1 Model Experiential Learning yang di gambarkan oleh Kolb.

Dalam hal ini model experiential learning disebut sebagai sebuah model elegan yang menawarkan sebuah cara untuk memahami gaya

pembelajaran yang berbeda pada seorang individu, dan sebuah penjelasan

tentang siklus Experiential Learning yang diterapkan di dalam kelas.33 Masing-masing tujuan dari rangkaian-rangkaian tersebut kemudian

muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, active experimentation34.

Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a) concrete experience (feeling) : belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik. Peka terhadap situasi. Individu mempunyai pengalaman

langsung yang konkrit.

b) reflective observation (watching) : mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif-perspektif

yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk memperoleh suatu

makna. Kemudian ia mengembangkan observasinya atau

merefleksikanya.

33

Indriana Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Jogjakarta, DIVA Press, 2011), h. 108-108.

34

(39)

c) abstract conceptualization (thinking) : analisis logis dari gagasan-gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi, dari itu

bentuk generalisasi dan abstraksi.

d) active experimentation (doing) : Kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan

peristiwa. Termasuk pengambilan resiko. Implikasi itu yang diambilnya

dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam

menghadapi pengalaman-pengalaman baru. 35

Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata

kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah

dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian

diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau

konsep-konsep abstrak yang akan menjadi penunjuk bagi terciptanya

pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi

dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan

(taking action).

Kemampuan murid dalam proses belajar experietial learning:36

Kemampuan Uraian Pengutamaan

dan merefleksikan atau

memikirkan Bumi Aksara, 2010), cet. 14, h.111.

36

(40)

Conceptualization

Ss Siswa menggunakan

teori untuk

memecahkan

masalah-masalah dan

mengambil keputusan.

D Doing (berbuat)

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan

bahwa Experiential Learning merupakan suatu urutan peristiwa atau tahap-tahap dari tujuan yang telah ditetapkan, yang mensyaratkan keterlobatan

siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu.

Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui

keterlibatan siswa, karena experiential learning mempunyai prinsip utama yaitu belajar paling baik apabila ia melakukannya.

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)

1) Keterlibatan siswa di mana siswa aktif melakukan sesuatu.

2) Terjadi relevansi terhadap topik pada experiential learning.

3) Tanggung jawab siswa dalam experiential learning ditingkatkan.

4) Penggunaan experiential learning bersifat luwes, baik settingan-nya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya (termasuk tujuannya)37

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)

Beberapa manfaat yang akan didapat apabila model Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar antara lain sebagai berikut:

37

(41)

1) Meningkatkan semangat dan gairah pembelajar

2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif

3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar

4) Mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif

5) Menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang

berbeda

6) Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah

7) Memperkuat kesadaran diri38

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman

(Experiential Learning)

Isah Cahyani menjabarkan kelebihan model experiential learning, diataranya :

1) Meningkatkan semangat pembelajar karena pembelajar aktif.

2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, karena

pembelajar berstandar pada penemuan individu.

3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena

pembelajar dinamis dan terbuka dari berbagai arah.

4) Mendorong serta mengembangkan proses berfikir kreatif karena

pembelajar partisipatif untuk menemukan sesuatu.

Senada dengan pendapat dari Isah Cahyani, Iif Khoiru Ahmadi dan

kawan-kawan juga menjabarkan kelebihan dari model pembelajaran

berbasis pengalaman (experiential learning) antara lain sebagai berikut : a) Meningkatkan partisipasi peserta didik.

b) Meningkatkan sifat kritis peserta didik.

c) Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran

pada situasi lain.39

38

Cahyani, op cit., h. 165.

39

(42)

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran berbasis

pengalaman (experiential learning) adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal dan memerlukan

waktu yang panjang.40

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat disimpulkan

bahwa model experiential learning tidak hanya memberikan pengetahuan konsep-konsep saja. Tetapi memberikan pengalaman kepada siswa,

pengalaman tersebut merupakan suatu kenyataan hidup yang dapat

menjadi renungan, bahan perbandingan, dan pengetahuan bagi orang lain

apabila pengalaman tersebut dituliskan.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wita Dwi Payana (mahasiswi jurusan PBSI

Universitas Muhammadiyah Medan tahun 2013) dalam skripsinya yang

berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning Terhadap Kemampuan Menyulis Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar daripada skor ttabel

(th = 3,27 > tt = 2,00) maka H0 ditolak H1 diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat Pengaruh model pembelajaran experiential learning

terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK

tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak.

Perbedaan dari penelitian Wita Dwi Payana dengan skripsi ini adalah dari

segi aspek kefokusan penelitian. Wita Dwi Payana meneliti pada aspek

kemampuan menulis karangan narasi di kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah

40

(43)

Hamparan Perak, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi

Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Wita

Dwi Payana dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model

experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Dewi Farisma (mahasiswi jurusan

PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014) dalam skripsinya yang

berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X MAN Yogyakarta III. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen

dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t

diperoleh thitung lebih besar daripada skor ttabel (th = 8,159 > tt = 2,045)

maka H0 ditolak H1 diterima. Hal ini berarti terdapat keefektifan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X MAN Yogyakarta III.

Perbedaan dari penelitian Santi Dewi Farisma dengan skripsi ini adalah

dari segi aspek kefokusan penelitian. Santi Dewi Farisma meneliti pada

aspek keterampilan menulis karangan argumentasi di kelas Kelas X MAN Yogyakarta III, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi

Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Santi

Dewi Farisma dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan

(44)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yulis Nurrahmawati (mahasiswi jurusan

PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013) dalam skripsinya yang

berjudul Keefektifan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 20,48, db = 27, dan nilai p

sebesar 0,000 pada taraf signifikansi 0,005 (5%). Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000 < 0,005). Hasil ini membuktikan bahwa terdapat

keefektifan pembelajaran menulis puisi dengan model experiential learning pada siswa kelas VIII SMP negeri 3 Sentolo, Kulon Progo.

Perbedaan dari penelitian Yulis Nurrahmawati dengan skripsi ini adalah

dari segi aspek kefokusan penelitian. Yulis Nurrahmawati meneliti pada

aspek keterampilan menulis puisi di kelas Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kulon Progo, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng

Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya,

penelitian Yulis Nurrahmawati dengan penelitian penulis sama-sama

meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.

Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan

demikian dapat disimpukan bahwa penerapan model pembelajaran

(45)

C. KERANGKA BERPIKIR

Model Experiential learning (pembelajaran berdasarkan pengalaman) dijadikan sebagai alternatif sebagai model pembelajaran yang

di pakai dalam pembelajaran menulis karangan, model ini dapat yang

membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pembelajaran dengan

keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa

dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam

pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Karena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kebanyakan guru

menggunakan pembelajaran yang cenderung menekankan pada aktifitas

guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya

pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan

guru. Selain itu, dalam pembelajaran guru kebanyakan menyampaikan

materi dengan cepat dan menggunakan model pembelajaran yang kurang

bervariasi.

Hal tersebut membuat siswa merasa kurang bersemangat sehingga

proses pembelajaran menjadi membosankan. Melihat kondisi seperti itu,

peneliti mencoba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah

tersebut melalui penerapan model pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik (student centered).

Dengan demikian diharapkan situasi pembelajaran akan

berpengaruh menjadi lebih aktif, menarik, dan menyenangkan sehingga

muncul semangat untuk belajar dan keterampilan menulis karangan siswa

apabila menggunakan model pembelajaran Experiential learning

meningkat.

Bagan Kerangka Berpikir

Kelas Kontrol

Kelas

(46)

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN

Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.

Ha : Terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN

Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.

Pembelajaran dengan

model konvensional

(ceramah) Pembelajaran dengan

model Experiential

Learning

Posttest Posttest

Pengaruh model Experiential Learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi kelas

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cengkareng Timur 15 Pagi yang

berlokasi di Jalan Bangun Nusa Rt 9 Rw 9. Kecamatan Cengkareng-Jakarta

Barat. Kode Pos 11730. Waktu Penelitian ini berlangsung pada saat

pembelajaran semester ganjil di bulan September tahun ajaran 2015 – 2016. Adapun waktu penelitian yang berisi penjelasan kapan penelitian di lakukan

dan lamanya penelitian sedari bulan Februari 2015 yang dilakukan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1 Waktu Penelitian Kegiatan

Penelitian

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov

Penyusunan

dan Seminar

Proposal

Persiapan

Perencanaan

Observasi

Kegiatan

Penelitian

Analisis Data

Laporan

Gambar

Gambar 4.3: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tabel 3.2
Kisi-kisi soal Tabel 3.3 pre-test dan post-test Kelas Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai makhluk sosial yang diciptakan untuk saling berinteraksi antara sesama, manusia diberi karunia oleh Sang Pencipta yang berwujud empat aspek keterampilan berbahasa.

Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi dan menambah pemahaman untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan

Secara khusus penelitian ini dapat dirumuskan tentang apa lingkungan sekitar sebagai media dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar sketsa memberikan pengaruh terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

Karangan deskripsimerupakan salah satu keterampilan menulis yang perlu diajarkan pada siswa sekolah dasar. Apabila keterampilan menulis deskripsi ini tidak diajarkandengan

berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain melainkan menulis merupakan suatu kegiatan

“ Metode Menulis Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Pada Siswa kelas IV SDN Buntalan I Bojonegoro “.. Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain,

Berdasarkan data hasil penelitian tentang pengaruh metode karyawisata terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa tunarungu, menunjukkan bahwa