APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
MUTIARA PURNAMA SARI
100600128
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Kedokteran Gigi
Tahun 2014
Mutiara Purnama Sari
Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam
Larutan Cuka Apel Selama 45, 90, 135 Menit
x + 49 halaman
Resin akrilik polimerisasi panas bahan yang paling banyak digunakan sebagai
bahan basis gigi tiruan. Salah satu sifat fisis resin akrilik sebagai basis gigitiruan yang
penting adalah kekasaran permukaan. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari
proses fermentasi alami buah apel. Makanan dan minuman juga dapat mempengaruhi
kekasaran permukaan bahan yang berkontak dengannya dirongga mulut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik
polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan cuka apel pada waktu yang
berbeda yaitu 45 menit, 90 menit, dan 135 menit. Jenis penelitian ini adalah
eksperimental laboratorium dengan desain time series. Sampel pada penelitian ini
adalah resin akrilik polimerisasi panas berbentuk persegi dengan ukuran panjang dan
lebar 12 mm serta tebal 2 mm. Besar sampel adalah 10 buah dengan perlakuan
Repeated Anova dengan post hoc uji Least Significant Difference (LSD). Hasil
penelitian ini didapatkan rerata nilai kekasaran permukaan sampel sebelum
perendaman adalah sebesar 0,1790 ± 0,00876 µm, setelah perendaman 45, 90, 135
menit masing-masing sebesar 0,1930 ± 0,01059 µm, 0,2450 ± 0,01080 µm, dan
0,2970 ± 0,01059 µm. Uji Repeated Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
nilai kekasaran permukaan yang bermakna (p≤0,05) antara sebelum perendaman dan
sesudah perendaman selama 45 menit, 90 menit dan 135 menit. Dapat disimpulkan
bahwa semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan cuka
apel maka kekasaran permukaan resin akrilik semakin meningkat.
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, September 2014
Pembimbing: Tanda tangan
1. Hj.Lasminda Syafiar, drg.,M.Kes .……… NIP. 19540803 198003 2 001
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
Pada tanggal September 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Hj.Lasminda Syafiar, drg.,M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph. D
2. Rusfian, drg., M.Kes
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya terkhusus penulis
sampaikan kepada ayahanda Tuwarman dan ibunda Mursiani atas segala kasih
sayang, bimbingan, doa, dukungan baik moril maupun materil, dan motivasi yang
tiada hentinya kepada penulis selama menempuh pendidikan. Tak lupa pula penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada saudara penulis, kakak tersayang Risna
Maulina Sari dan adik tersayang Triyana Indah Sari, Mhd. Adam Maulana atas
dukungan yang diberikan.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas izin penelitian yang diberikan.
2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua Departemen Ilmu
Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Sumatera Utara dan selaku dosen
pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi
kepada penulis selama pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga
penyempurnaan skripsi ini
3. Astrid Yudhit, drg., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama
pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga penyempurnaan skripsi ini
4. Prof. Sondang Pintauli drg., Ph. D selaku dosen penasehat akademik atas
bimbingan dan motivasi selama penulis menjalani masa pendidikan di FKG USU.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU yang telah memberikan saran, masukan dan
bimbingan dalam pelaksanaan penelitian.
7. Dr. R. Lia Kusumawati, MS., Sp.MK (K) selaku Ketua Departemen
Mikrobiologi FK USU atas izin bantuan fasilitas dan Ibu Ida selaku laboran atas
bantuannya selama penelitian.
8. Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan analisa statistik di Departemen
Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi Valen, Ummi, Uty, Wesley, Lulu, Manda, Tia, Afla,
Dedi, Bang Deri, Bang Fauzi, Kak Rheni dan Kak Ida.
10. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dara, Athien, Rizki, Fadhila, Kartika,
Dea, Shahirah, Lenny, Melati, Yuricha, Salindri, Rizki Ardita dan teman-teman
angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi dan semangat sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
skripsi ini.
Medan, September 2014
Penulis,
Mutiara Purnama Sari
Halaman
1.4Hipotesa Penelitian... 3
1.5Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik ... 4
2.1.1 Resin Akrilik Sebagai Basis Gigitiruan ... 4
2.1.2 Klasifikasi Resin Akrilik ... 5
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 5
2.2.1 Komposisi ... 6
2.2.2 Sifat - sifat ... 6
2.2.2.1 Kekasaran Permukaan ... 8
2.2.2.2 Manipulasi ... 9
2.3 Larutan Cuka Apel ... 10
2.3.1 Aturan Pemakaian Larutan Cuka Apel ... 11
2.4 Kerangka Teori... 12
2.5 Kerangka Konsep ... 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 14
3.3.3 Tempat Pengujian Sampel... 14
3.3.4 Waktu Penelitian ... 14
3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 14
3.4.1 Sampel Penelitian ... 14
3.6.4 Variabel Tidak Terkendali ... 16
3.6.5 Definisi Operasional... 17
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 17
3.7.1 Alat Penelitian ... 17
3.7.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel ... 19
3.7.2 Bahan Yang Digunakan Untuk Penelitian ... 19
3.8 Prosedur Penelitian... 20
3.8.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian ... 20
3.8.1.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 20
3.8.2 Cara Pengukuran Kekasaran Permukaan Awal Sampel... 24
3.8.3 Pembuatan Minuman Cuka Apel ... 25
3.8.3.1 Pembuatan Larutan Cuka Apel Sesuai Petunjuk Pabrik ... 25
3.8.4 Perendaman Sampel dan Pengukuran Kekasaran ... 25
Halaman
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik (µm)
Sebelum dan Sesudah Direndam Dalam Larutan Cuka Apel ...
………... 28
Tabel 2. Analisis Statistik Uji Repeated Anova Sesudah Direndam
Dalam Larutan Cuka Apel Selama 45 menit, 90 menit, 135
menit ... 30
Tabel 3. Analisa Statistik Uji Least Significance Difference (LSD) Antar
Halaman
Gambar 1. Ukuran sampel... 14
Gambar 2. (a) Master logam, (b) Kuvet (c) Rubber bowl dan spatula pengaduk (d) Pot akrilik (e) Inkubator (f) lekron dan pinset (g) Waterbath ... 18
Gambar 3. Profilometer ... 19
Gambar 4. Resin akrilik polimerisasi panas ... 19
Gambar 5. Cuka Apel ... 19
Gambar 6. Plaster of paris ... 20
Gambar 7. Could mould seal dan vaselin ... 20
Gambar 8. Master logam dimasukkan kedalam kuvet ………. 21
Gambar 9. Kuvet atas dan bawah dipisahkan………. 22
Gambar 10. Kuvet ditekan menggunakan hidrolik press ... 22
Gambar 11. Kuvet dibuka dan ditutup kembali lalu dilakukan Pengepresan……… 23
Gambar 12. Skema daerah yang diukur ... 24
Gambar 13. Pengukuran kekasaran permukaan sampel ... 24
Gambar 14. Pembuatan larutan cuka apel ... 25
Gambar 15. (a) Sampel yang telah dipoles (b) Perendaman sampel (c) Sampel disimpan dalam inkubator ... 25
Gambar 16. Sampel yang telah dibersihkan ... 26
Halaman
Lampiran 1. Alur Penelitian ... 39
Lampiran 2. Hasil Analisis Deskriptif Perubahan Kekasaran Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Sesudah Perendaman Dalam
Larutan Cuka Apel ... 40
Lampiran 3. Output Uji Tes Normalitas Data Kekasaran Permukaan
Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Sesudah
Perendaman Dalam Larutan Cuka Apel ... 41
Lampiran 4. Anova Multivariate Test ... 42
Lampiran 5. ANOVA REPEATED / General Linear Model ... 43
Lampiran 6. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum Perendaman ... 44
Lampiran 7. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman ... 45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang paling banyak
digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan sekarang ini. Polimerisasi ini dilakukan
dengan menggunakan pemanasan air atau gelombang mikro.1 Bahan basis gigi tiruan yang ideal harus memiliki ciri-ciri fisikal yang harus sesuai. Beberapa ciri-ciri
tersebut antara lain biokompabilitas, estetik yang baik, radiopak dan mudah
diperbaiki. Basis gigi tiruan harus cukup kuat agar dapat berfungsi pada beban
pengunyahan yang maksimal.2 Resin akrilik yang sering digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas karena kelebihannya memiliki sifat toksik, estetik sangat
baik, tidak larut dalam cairan mulut, tidak iritasi, mudah dimanipulasi, mudah
diperbaiki, dan perubahan dimensi kecil.3 Syarat bahan resin akrilik yang baik harus menghasilkan permukaan yang halus terpoles dan menghasilkan retensi debris
organik yang lebih sedikit.4 Salah satu sifat fisis resin akrilik sebagai basis gigitiruan yang penting adalah kekasaran permukaan.5,6
Kekasaran permukaan (Ra: Roughness average) dihitung sebagai
penyimpangan rata-rata aritmetik terhadap lembah atau dasar permukaan dan puncak
permukaan. Bahan dengan permukaan terkasar biasanya memperlihatkan jumlah
mikroorganisme yang lebih banyak. Jika permukaan kasar sedemikian rupa terjadi
dan terpapar pada lingkungan oral, akan mempermudah perlekatan mikroorganisme
patogen dan pembentukan biofilm serta mengakibatkan infeksi. Kondisi kasar atau
halus dari permukaan bahan dirongga mulut akan mempengaruhi penumpukan
plak.5,6
Makanan dan minuman juga dapat mempengaruhi kekasaran permukaan
bahan yang berkontak dengannya dirongga mulut. Cresus, dkk (2011), melakukan
penelitian bahan kedokteran gigi resin komposit mengenai kekasaran permukaan
setelah perendaman larutan kopi dan larutan minuman ringan, kemudian nilai
didapat dari penelitian ini adalah menunjukkan nilai kekasaran permukaan resin
komposit yang direndam dalam larutan minuman ringan lebih rendah dari pada
kekasaran permukaan resin komposit yang direndam dalam larutan kopi.7 Namun, menurut Willershausen, dkk (2008) meneliti yang berhubungan dengan pengaruh
makanan pada pengembangan erosi pada jaringan keras gigi, beberapa teknik yang
digunakan adalah kekasaran permukaan yang diukur dengan Profilometric, penentuan kekerasan mikro, dan mikroskop permukaan scanning untuk mendeteksi erosi yang
disebabkan oleh makanan dan minuman.8
Salah satu minuman kesehatan yang dikonsumsi masyarakat sekarang ini
adalah cuka apel. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi
alami buah apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat
zat yang terkandung dalam buah apel. Proses fermentasi alaminya membuat
kandungan nutrisi cuka apel semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam
amino. Cuka apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah popular sebagai
minuman kesehatan karena, antara lain sebagai pencegah asam urat, penyakit jantung
dan paru, dan sejumlah penyakit lain.9 Selain itu salah satu zat aktif yang terdapat dalam buah apel adalah tanin yang berwarna coklat muda. Tanin merupakan senyawa
polifenol yang bila berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan
kimiawi pada permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan
kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau
crazing dan penurunan kekuatan serta kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke
dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik.10,11 Suguh, dkk (2010) melaporkan penelitian mengenai perendaman sampel
akrilik polimerisasi panas pada larutan cuka apel dengan masa perendaman bervariasi
dari 45 menit, 11 hari dan 17 hari. Hasilnya menunjukkan adanya kekuatan impak
resin akrilik yang bermakna setelah perandaman selama 45 menit dan 17 hari
dilarutan cuka apel. Semakin lama waktu perendaman resin akrilik dalam larutan
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam
larutan cuka apel.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas timbul permasalahan apakah ada perbedaan kekasaran
permukaan resin akrilik resin polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan cuka
apel pada waktu yang berbeda yaitu 45 menit, 90 menit, dan 135 menit.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan
resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan cuka apel pada waktu
yang berbeda yaitu 45 menit, 90 menit, dan 135 menit.
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka dapat disusun hipotesis
penelitian yaitu tidak ada perbedaan kekasaraan permukaan resin akrilik polimerisasi
panas setelah direndam dalam larutan cuka apel pada waktu yang berbeda yaitu 45
menit, 90 menit, dan 135 menit.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarakat khususnya yang menggunakan gigitiruan lepasan akan pentingnya
menjaga kebersihan mulut.
2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran
gigi, khususnya di bidang ilmu material dan teknologi kedokteran gigi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester
terdiri dari:
a. Asam akrilik, CH2 + CHOOH
b. Asam metakrilat, CH2=C(CH3)COOH
Polimetil metakrilat (PMMA) merupakan material dasar dari resin akrilik
dibidang kedokteran gigi. Resin akrilik digunakan sebagai basis gigitiruan sejak
pertengahan tahun 1940-an. 2,12,13
2.1.1 Resin Akrilik Sebagai Basis Gigitiruan
Bahan untuk basis gigitiruan lepasan idealnya harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: 3,12,14,15
a. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak terpengaruh lingkungan mulut
sehingga tidak larut atau mengabsorbsi cairan mulut.
b. Mempunyai pemuaian termal yang sesuai dengan bahan gigi
c. Mempunyai kekuatan mekanis yang cukup
d. Tidak berubah bentuk pada saat pembuatan dan pemakaian
e. Mudah pembuatan dengan biaya yang ekonomis
f. Mudah dimanipulasi
g. Mudah dibersihkan
h. Warna sesuai dengan warna jaringan sekitarnya
Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigitiruan
di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan kekuatan
relatif baik serta mudah dimanipulasi tetapi kekurangannya, resin akrilik mempunyai
2.1.2 Klasifikasi Resin Akrilik
Resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi
panas, polimerisasi sinar dan polimerisasi kimia: 15
a. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah tipe resin akrilik yang proses polimerisasinya terjadi setelah pemanasan pada temperatur
tertentu.
b. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic) adalah tipe resin akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan sinar tampak.
c. Resin akrilik polimerisasi kimia (self/cold cured resin acrylic) adalah tipe resin akrilik yang tidak memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya.
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin jenis poli (metil) metakrilat yang
polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk
polimerisasi bahan-bahan tersebut diperoleh dengan menggunakan pemanasan air.
Resin akrilik polimerisasi panas digunakan untuk bahan pembuatan anasir gigitiruan,
basis gigitiruan, bahan reparasi gigitiruan dan pembuatan sendok cetak fisiologis.
Resin akrilik polimerisasi panas dengan pemanasan air dilakukan dengan dua cara,
yaitu pemanasan air menggunakan kompor atau waterbath. 15
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat tidak berwarna, transparan dan
padat. Untuk mempermudah penggunaanya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai
untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan.Warna serta sifat optik tetap stabil
dibawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk
aplikasi kedokteran gigi.2
Keuntungan basis dari bahan ini adalah penampilan yang baik, mudah dalam
pembuatannya, permukaan akhir yang baik, dan ikatan kimia yang sangat baik.
Namun disamping keuntungan, bahan ini juga memiliki kerugian, yaitu adanya
monomer sisa, kekuatan yang rendah, kekuatan lentur cukup rendah, dapat menyerap
2.2.1 Komposisi
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari: 2,12,15 1. Bubuk mengandung :
a. Polimer : Polimetilmetakrilat sebagai unsur utama
b. Benzoil peroksida sebagai inisiator : (0,2-0,5%), c. Reduces Translucency : Titanium dioksida
d. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan
jaringan mulut : 1% fiber (menyerupai serabut-serabut pembuluh
kecil)
e. Fiber : Serat nilon atau serat akrilik f. Plasticizer : Dibutil pthalat
g. Partikel inorganik : Seperti serat kaca, zirconium silikat
2. Cairan mengandung : membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai
menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan
resin akrilik.
d. Plasticizer : Dibutil pthalat
2.2.2 Sifat – Sifat
Sifat resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan basis protesa sangat
penting untuk ketepatan dan fungsi gigi tiruan itu sendiri. Beberapa sifat-sifat resin
akrilik polimerisasi panas adalah:
a. Berat Molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi
polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi
dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van
der Waals dan ikatan antar rantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi
mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang
besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.20 Dimana tingkat kekakuan yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah
2400 MPa.1,21
b. Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik
panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal
yang rendah yaitu 0,0006 (0C/cm). 15 c. Solubilititas
Meskipun basis gigi tiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah
kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang
terdapat dalam rongga mulut. 14 d. Densitas
Resin akrilik memiliki densitas yang relatif rendah yaitu sekitar 1,15-1,19
g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen, dan hidrogen. 20
e. Penyerapan Air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu tertentu. 3 f. Porositas
Adanya gelombang permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika dan
kebersihan basis protesa. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis protesa yang
lebih tebal.Porositasnya tersebut akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi
serta polimer berberat molekul rendah, bila temperatur resin mencapai atau melebihi
Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan
resin akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan
yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk diseluruh permukaan gigi tiruan sedangkan
gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan dibagian yang lebih jauh dari sumber
panas.20
2.2.2.1 Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan (Ra: Roughness average) adalah karakteristik suatu permukaan benda yang bergelombang (tidak teratur). Kekasaran permukaan dihitung
sebagai penyimpangan rata-rata aritmetik terhadap lembah/dasar permukaan dan
puncak permukaan.5 Kekasaran permukaan juga dirumuskan sebagai ketidak sempurnaan permukaan yang relatif halus dan merata, yang tingginya, lebarnya, dan
arahnya menentukan pola dominan dari seluruh permukaan.2
Uji sampel kekasaran permukaan diukur dengan menggunakan suatu alat
bernama biofilm profilometer dimana sebuah jarum (stylus) melintasi lapisan permukaan dan sebuah penguat jiplakan dari profil/gambar digunakan. 6
Kekasaran permukaan pada bahan resin akrilik sangat penting diperhatikan,
karena apabila suatu mikroorganisme melekat ke permukaan yang kasar maka
mikroorganisme akan berkolonisasi dan hal ini dapat mempengaruhi kesehatan
mulut terutama jaringan yang berkontak dengan basis gigi tiruan akrilik.
Kebanyakan mikroorganisme yang hadir dirongga mulut yaitu mikroorganisme yang
menyebabkan karies, penyakit periodontal dan denture stomatitis.22,23 Hal ini terjadi karena permukaan dapat bertindak sebagai reservoir, dengan tidak teraturnya permukaan, dan pembentukan celah yang menyediakan kesempatan bagi retensi
mikroorganisme dan perlindungan terhadap kekuatan pelepasan, bahkan sewaktu
Penelitian Alves, dkk (2007), mengungkapkan pengaruh pemolesan kimia dan
manual terhadap kekasaran permukaan spesimen resin akrilik dan didapatkan bahwa
pemolesan kimia menunjukkan nilai kekasaran permukaan yang lebih tinggi tanpa
menghiraukan tipe aktivasi resin (kimia atau termal) ketika dibandingkan dengan
pemolesan manual.4 Namun menurut Compos dkk, mengungkapkan bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis resin yang dipakai, teknik
polimerisasi, dan lamanya prosedur desinfeksi. 24
2.2.2.2 Manipulasi
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet
dengan menggunakan teknik compression-molding. Bubuk dan cairan dicampur dengan perbandingan volume 3:1 atau 2:1 berdasarkan berat.14
Bahan yang dicampur melewati empat tahap yaitu:
a. Tahap I : tahap basah, seperti pasir (wet and stage)
b. Tahap II : tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut dalam monomer (sticky stage)
c. Tahap III : tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam
mould (dough stage / gel stage)
d. Tahap IV : tahap kaku, seperti karet (rubbery stage). Setelah pembuangan malam, adonan resin akrilik yang telah mencapai dough stage dimasukkan ke dalam mold gips. 14
Kuvet ditempatkan di bawah tekanan ke dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas.
Waterbath diisi dengan air, kemudian suhu dan waktu diatur. Pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 700C selama 30 menit, lalu suhu 700C dipertahankan selama 60 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 1000C dan dipertahankan selama 30 menit, setelah itu suhu pelan-pelan diturunkan hingga suhu
ruangan.
Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga
sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis.2 Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi
gigitiruan.Setelah dikeluarkan dari kuvet basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses
akhir dan dipoles. 19
2.3 Larutan Cuka Apel
Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi alami buah
apel. Penyajian buah apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang
terkandung dalam buah apel. Proses fermentasi alaminya membuat kandungan nutrisi
cuka apel semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam amino. Cuka apel
yang dibuat dari sari buah apel bertambah popular sebagai minuman kesehatan
karena, antara lain sebagai pencegah asam urat, penyakit jantung dan paru, dan
sejumlah penyakit lain.9
Salah satu zat aktif yang terdapat dalam buah apel adalah tanin yang berwarna
coklat muda. Tanin merupakan senyawa polifenol yang bila berkontak dengan resin
akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik.
Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik
sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta
kekerasan. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai
menyebabkan perusakan kimiawi resin akrilik.9-11
Kandungan fenol dalam larutan cuka apel kemungkinan dapat mempengaruhi
sifat resin akrilik, terutama sifat fisis. Sifat fisis resin akrilik antara lain adalah
kekasaran. Kekasaran yang optimal diperlukan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya penyerapan air dan kelarutan pada basis gigi tiruan yang terbuat dari resin
akrilik. Penyerapan air dan kelarutan tersebut dapat terjadi waktu dilakukan
pembersihan gigi tiruan secara rutin sehari-hari.9-11
2.3.1 Aturan Pemakaian Larutan Cuka Apel
Aturan pemakaian larutan cuka apel yang ideal adalah 2 sendok makan cuka
Pada pemakai gigi tiruan yang mengkonsumsi cuka apel sebagai minuman kesehatan,
setiap kali minum diperkirakan larutan cuka apel akan kontak dan tinggal didalam
2.4 Kerangka Teori
Resin Akrilik
Klasifikasi Polimerisasi Sinar
Pengertian
Polimerisasi Kimia
Polimerisasi Panas
Sifat Fisik
Komposisi
Powder Liquid
Kelarutan Penyerapan Air
Polimetilmetrakilat Titanium
Dioxide
Kekasaran
Fiber
Cross lingking agent
Larutan Cuka Apel Bersifat Asam
Metilmetakrilat Inhibitorhydroquin
Resin Akrilik
2.5 Kerangka Konsep
Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Kemis Biologis Fisis Mekanis
Larutan Cuka Apel
Bersifat Asam
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental laboratorium
3.2 Desain Penelitian : Time series design
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel
Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG USU
3.3.2 Tempat Perendaman Sampel
Laboratorium Mikrobiologi FK USU
3.3.3 Tempat Pengujian Sampel
Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Medan
3.3.4 Waktu Penelitian
April 2014 sampai dengan selesai
3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.4.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini mengunakan resin akrilik polimerisasi panas
yang di rendam dalam larutan cuka apel berbentuk persegi dengan ukuran 12 x 12 x 2
mm.26
12 mm
12 mm 2 mm
3.4.2 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus
frederer sebagai berikut:26
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan:
t : Jumlah perlakuan
r : Jumlah ulangan
Dalam rumus ini akan digunakan t = 3 karena menggunakan 3 kelompok, yaitu kelompok perlakuan pada resin akrilik dengan perendaman selama 45 menit, 90
menit, dan 135 menit, maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan
sebagai berikut:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(3-1) (r-1) ≥ 15
2r-2 ≥ 15
2r ≥ 17
r ≥ 8
Dari rumus didapat bahwa besar sampel minimal adalah 8. Namun besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 buah untuk seluruh
perlakuan.
3.5 Kriteria Sampel
3.5.1 Kriteria Inklusi
a. Resin akrilik polimerisasi panas yang tidak mengalami porositas.
3.5.2Kriteria Ekslusi
a. Resin akrilik polimerisasi panas yang mengalami porositas.
b. Resin akrilik polimerisasi panas yang rusak dan cacat.
3.6 Variabel Penelitian
3.6.1 Variabel Bebas :
Waktu perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan cuka apel.
3.6.2 Variabel Terikat :
Kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam
larutan cuka apel.
3.6.3 Variabel terkendali:
1. Ukuran sampel (12 x 12 x 2 mm)
2. Perbandingan Polimer dan monomer resin akrilik 9 gr : 3,6 ml
3. Perbandingan plaster of paris 200 gr : 100 ml 4. Pengepresan 2200 psi
5. Cara penggodokan
6. Lama pengadukan plaster of paris 60 detik 7. pH cuka apel 3
8. Suhu inkubator (370C)
9. Suhu Penggodokan resin akrilik (700C selama 30 menit, 700C selama 60 menit, 1000C selama 30 menit)
3.6.4 Variabel tidak terkendali:
1. Kecepatan pengadukan resin akrilik
2.Kecepatan pengadukan plaster of paris
3.6.5 Definisi Operasional
1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang terdiri
atas polimer dan monomer yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk
suatu bahan padat atau kaku.
2. Kekasaran permukaan adalah karakteristik suatu permukaan benda
yang bergelombang (tidak teratur).
3. Cuka apel merupakan minuman kesehatan dari proses fermentasi
alami buah apel, proses fermentasi alaminya membuat kandungan nutrisi cuka apel
semakin besar, terutama kandungan enzim dan asam amino.
4. Lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas adalah waktu yang
diperlukan untuk merendam resin akrilik dan bahan rendaman diganti setiap hari.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian: 3.7.1 Alat Penelitian
1. Master logam berukuran 12 x 12 x 2 mm
2. Kuvet (Smic, China)
3. Rubber bowl danspatula pengaduk
4. Pot akrilik
5. Inkubator
6. Pinset dan lekron
7. Waterbath (Schutzart DIN 40050-IP, Germany)
8. Wadah perendam sampel resin akrilik terbuat dari plastik
9. Masker
10. Press Hidrolik
11. pH meter (kertas lakmus)
12. Stopwatch
3.8.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Repeated
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 10 buah untuk seluruh
perlakuan.Hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan setelah perendaman
dalam larutan cuka apel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Kekasaran Permukaan Resin Akrilik (µm) Sebelum
Perendaman dan Setelah Perendaman Dalam Larutan Cuka Apel.
Dari hasil penelitian, diperoleh nilai rerata dan standar deviasi kekasaran
permukaan resin akrilik polimerisasi panas pada setiap perendaman (Tabel 1) yaitu
sebelum perendaman (0,1790 ± 0,00876 µm), setelah perendaman 45 menit (0,1930 ±
0,01059 µm), 90 menit (0,2450 ± 0,01080 µm), dan 135 menit (0,2970 ± 0,01059
µm).
Perubahan rata-rata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas
sebelum perendaman dan setelah perendaman, terlihat nilai kekasaran permukaan
semakin meningkat.
Gambar 17. Grafik nilai rata-rata kekasaran permukaan sebelum dan setelah
perendaman dalam larutan cuka apel.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada lampiran 3. Didapatkan bahwa data terdistribusi dengan normal, sehingga
analisis data dilakukan dengan uji Repeated anova untuk melihat perbedaan
kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam
larutan cuka apel dengan p≤0,05.
Tabel 2.Analisis Statistik Uji Repeated Anova nilai kekasaran permukaan resin akrilikpada kelompok perlakuan.
Kelompok N Rerata SD P
Sebelum Perendaman 10 0,1790 0,00876
0,000* 45 menit 10 0,1930 0,01059
90 menit 10 0,2450 0,01080
135 menit 10 0,2970 0,01059
Keterangan: *menunjukan adanya perbedaan yang signifikan (p≤0,05) ujirepeated anova.
Hasil analisa statistik uji repeated anova untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik pada semua kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
Pada tabel 2 menunjukkan nilai kemaknaan p = 0,000 (p≤0,05) yang artinya Ho ditolak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pada kelompok perlakuan.
Kemudian dilanjutkan Uji Least Significance Difference (LSD) untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik antara setiapkelompok perlakuan. Hasil
Tabel 3. Analisa Statistik Uji Least Significance Difference (LSD) Nilai Kekasaran
Permukaan Resin Akrilik Antar Kelompok Perlakuan.
Perbandingan Antar
Kelompok Perlakuan
Mean Difference P
Sebelum perendaman- 45 menit 0,014 0,000*
Sebelum perendaman-90 menit 0,066 0,000*
Sebelum perendaman– 135 menit 0,118 0,000*
45 menit- 90 menit 0,052 0,000*
45 menit – 135 menit 0,104 0,000*
90 menit – 135 menit 0,052 0,000*
Keterangan: *menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p≤0,05)
Hasil analisis statistik uji Least Significance Difference menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara masing-masing kelompok perlakuan (p≤0,05). (Tabel 3).
Dari tabel 3 terlihat bahwa adanya perbedaan nilai kekasaran permukaan resin
akrlik antara sebelum perendaman dalam larutan cuka apel dengan setelah
perendaman dalam larutan cuka apel selama 45 menit sebesar 0,014 dengan
signifikasi 0,000 (p≤0,05). Perbedaan nilai antara sebelum perendaman dan 90 menit
sebesar 0,066 dengan signifikasi 0,000 (p≤0,05). Perbedaan nilai sebelum perendaman dan 135 menit sebesar 0,118 dengan signifikasi 0,000 (p≤0,05).
Perbedaan nilai antara 45 menit dan 90 menit sebesar 0,052 dengan signifikasi 0,000
(p≤0,05). Perbedaan nilai antara 45 menit dan 135 menit sebesar 0,104 dengan
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kekasaran permukaan sampel
resin akrilik polimerisasi panas yaitu, 0,1790 ± 0,00876 µm untuk kelompok waktu
sebelum perendaman, 0,1930 ± 0,01059 µm untuk kelompok waktu perendaman 45
menit, 0,2450 ± 0,01080 µm untuk kelompok waktu perendaman 90 menit dan
0,2970 ± 0,01059 µm untuk kelompok waktu perendaman 135 menit (Tabel 1). Hasil
ini menunjukan adanya peningkatan kekasaran permukaan resin akrilik setelah
perendaman dalam larutan cuka apel dengan waktu yang berbeda (Gambar 12).
Hasil uji analisis statistik repeated anova pada kelompok perendaman 45
menit diperoleh nilai perbedaan sebesar 0,014 µm dengan signifikasi 0,000 (p≤0,05),
kelompok perendaman 90 menit diperoleh nilai perbedaan sebesar 0,066 µm dengan
signifikasi 0,000 (p≤0,05) dan pada perendaman selama 135 menit diperoleh nilai
sebesar 0,118 µm dengan signifikasi 0,000 (p≤0,05). Perbedaan kekasaran yang
paling besar terdapat pada perendaman selama 135 menit dengan perubahan sebesar
0,118 µm dengan signifikasi 0,000.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu perendaman resin akrilik
polimerisasi panas dalam larutan cuka apel mempengaruhi kekasaran permukaan
resin akrilik. Hal ini dapat dilihat dari hasil (Tabel 1) bahwa semakin lama waktu
perendaman resin akrilik dalam larutan cuka apel maka nilai kekasaran permukaan
semakin meningkat dan perubahan yang terjadi adalah bermakna secara statistik
(p≤0,05).
Terjadinya Peningkatan kekasaran permukaan suatu bahan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti pH perendaman, sifat penyerapan air dan larutan yang
mengandung fenol.Larutan cuka apel memiliki pH 3, dimana ion H+dari asam tersebut akan menyerang ikatan polimer sehingga beberapa monomer dari resin
terlepas. Adanya pelepasan ini akan menyebabkan ruang-ruang kosong diantara
mempengaruhi peningkatan kekasaran resin akrilik, dimana air yang terserap lama
kelamaan akan melemahkan ikatan resin akrilik sehingga akhirnya terlepas dari resin
akrilik mengalami degradasi.9,28-30
Penelitian Simpson, dkk (2001), membuktikan bahwa larutan dengan pH
asam dapat mempengaruhi kekasaran permukaan bahan resin kedokteran gigi. bahwa
larutan teh bersifat yang asamyaitu mempunyai pH 4,9, jika berkontak dengan resin
akan menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan pada resin.28-30 Cresus, dkk (2011) yang melakukan penelitian tentang kekasaran permukaan resin komposit
setelah perendaman dalam larutan kopi dan larutan minuman ringan. Hasilnya
menunjukkan nilai kekasaran permukaan resin komposit tersebut yang direndam
dalam larutan minuman ringan lebih rendah dari pada kekasaran yang direndam
dalam larutan kopi.7
Selain itu, larutan cuka apel juga mengandung fenol yang mana fenol yang
berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada
permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran permukaan
resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing, penurunan kekuatan
dan kekasaran. Suguh BP, dkk (2010) menyatakan bahwa terjadi penurunan
perubahan kekuatan impaksi resin akrilik polimerisasi panas dalam perendaman
larutan cuka apel.9
Evaluasi kekasaran permukaan didalam penelitian ini memperlihatkan adanya
efek dari larutan cuka apel yang bersifat meningkatkan kekasaran permukaan resin
akrilik setelah perendaman. Larutan cuka apel yang memiliki sifat asam dalam jangka
waktu yang lama dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik. Hal ini menunjukkan
hasil yang sesuai dengan penelitian ini, dimana terlihat adanya peningkatan kekasaran
permukaan yang signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan
perendaman dalam larutan cuka apel.
Berdasarkan penelitian Bollen (1997) menyatakan bahwa kekasaran
permukaan suatu material kedokteran gigi tidak boleh melebihi 0.2 µm, dan
parameter tersebut, pada penelitian ini nilai kekasaran permukaan yang didapat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna antara kekasaran
resin akrilik tanpa perendaman dengan yang telah direndam dalam larutan cuka apel
selama 45 menit, 90 menit, 135 menit.
2. Semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan
cuka apel maka semakin besar peningkatan kekasaran permukaan resin akrilik.
6.2 Saran
1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih
lanjut.
2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk
mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekasaran resin akrilik pada saat
perendaman dalam larutan cuka apel pada penelitian ini dan penelitian-penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1. Power JM. Sakaguchi RL. Craig’s Restorative dental material. 12th ed. London: Mosby, 2006; 514-6, 524-7.
2. Anusavice KJ. Phillips’ Science of dental materials. Alih bahasa. Johan Arief Budiman dan Susi Purwoko. Edisi ke-10, Jakarta : EGC, 2004 : 197-223.
3. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam
dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorheksidin. Maj ked gigi,
2005; 38(1) :36-40.
4. Alves PVM, Filho RMAL, Telles E, Bolognese A. Surface roughness of
acrylic resin after different curing and polishing techniques. Angel Ortho
2007; 77(3): 528-9
5. Pereira-Cenci T, Delbelcury AA, Crielaard W, Ten cate JM. Develoment of
candida-associated denture stomatitis. J Appl Oral Sci, 2008; 16(2): 87-1
6. Sousa C, Teixeira P, Oliveira R. Influence of surface properties on the
adhesion of staphylococcus epidermidis to acrylic and silicone. Int J
Biomaterial 2009; 718017: 1-2, 5-7.
7. Cresus V, Gouvea D, Bedran LM, Faria MA, Ferreira NC. Surface roughness
and translucency of resin composites after immersion in coffe and soft drink.
Departement of Dental Proshodontics 2011; 24(1): 1-5.
8. Willershansen B, Callaway A, Azrak B, Duschner H. Influence of apple on
human enamel surfaces of the first and second dentition-an in vitro study.
European Journal of Medical Research, 2008; 13: 349-54.
9. Suguh BP, Yogiartono M, Agustantina TH. Perubahan kekuatan impaksi resin
akrilik polimerisas ipanas dalam perendaman larutan cuka apel. Dentofasial
Jurnal Kedokteran Gigi, 2010; 9 (1): 13-20.
10.Bhatnagar MS. A text book of polymers. New Dehli : S.Chand and Company
LTD, 2004; 9-20.
11.Biesenberger AJ, Sebastian DH. Principles of polymerization engineering.
12. Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th ed. St. Louis : CV Mosby Company, 2002; 636-40.
13. Nirwana I. Kekuatan transversal resin akrilik hybrid setelahpenambahan glass
fiber denganmetodeberbeda. Dent.J, Vol.38, 2005; 16-9.
14. Manapallil JO. Basic dental materials. 2nd ed, New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P), 1998; 98-137.
15. Richard VN. Introduction to dental materials. 3th ed. St. Louis : Mosby, 2007; 216-26.
16. Tuna SH, Keyf F, Gumus HO, Uzun C. The evalution of water sorpatiom /
solubility in various acrylic resins. European Journal of Dentistry 2008; 17:
191-2.
17. Eckert, Jacob, Fenton, Mericske S. Prosthodomtic treatment for edentulous
patients. 12thed, London: Mosby Elsevier, 2004: 1-6.
18. O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 3rd
ed, Canada: Quintessence
Publishing, 2002; 78-9. 82-3.
19. Wulandari F, Rostiny, Soekobagiono. The effect immersion duration of heat
cured acrylic resin in eugonol of cinnamon oil toward the transverse strength.
Journal of Prosthodontics, Vol. 3, 2012; 1-5.
20. Combe EC. Notes on dental materials. 5thed, New York: Churchill livingstone, 1986: 258-63.
21. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and
manipulation. 7th ed. New Delhi: Mosby, 2000: 263-4
22. Bahrani F, Safari A, Vojdani M, Karampoor G. Comparison of hardness and
surface raoughness of denture bases polymerized by different methods. World
Jurnal of Dentistry 2012; 3(2): 171-2.
23. Ibrahem RA. The effect of microwave disinfection on surface roughness and
hardness of hot, cold acrylic resin and soft liner in different conditions. J
BaghColl Dentistry 2010; 22 (4): 36-7
24. Campos MAP, Kochenborger C, Silvia DFF, Shinkai RSA. Effect of repeated
denture resins polymerized by different techniques. Rev Odonto Cience 2009;
24(1): 41-3.
25. Machado AL, Breeding LC, Vergani CE, da Cruz Peres LE. Hardness and
surface rougness of reline and denture base acrylic resins after refeated
disinfection procedures. J Prost Dent 2009; 115-22.
26. Hanafiah IKA. Rancangan percobaan aplikatif. Edisi ke-1. Jakarta: Rajawali
Pers, 2005: 12.
27. Philips RW. Science of dental materials. 7th ed, Tokyo: Igaku Shoin, 1973: 193.
28. A. Simpson, L. Shaw, AJ Smith. Tooth surface pH during drinking of black
tea. British Dental Journal, 2001; 190(7): 374-6.
29. Durkan R, Ayaz EA, Bagis B, Gurbuz A, Ozturk N, Korkmaz FM.
Comparative effects of denture cleanser on physical properties of polyamide
and polymethyl methacrylate base polymers. Dental Material Journal 2013;
32(3): 367-75
30. Salman M, Saleem S. effect of different denture cleanser solutions on some
mechanical and physical properties of nylon and acrylic denture vase
material. Journal Baghdad College Dentistry, 2011; 23: 19-24.
31. Kim SK. Effect of chaiside polishing and brushing on surface roughness of
acrylic denture base resins. Journal of Wuhan University of Technology
Lampiran 1. Alur Cara Penelitian
Pembuatan plat dari master logam dengan ukuran 12 x 12 x 2 mm
Penanaman plat master logam pada kuvet bawah dan pengisian kuvet atas
Pengangkatan master logam
Pengisian resin akrilik pada mould
Proses kuring diwaterbath pada suhu 700C selama 30 menit, lalu suhu 700C dipertahankan selama 60 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 1000C dan dipertahankan selama 30 menit.
Penyelesaian akhir dan pemolesan
Pengukuran kekasaran awal dengan menggunakan alat profilometer (Mitutoyo SJ-201, Jepang)
Sampel direndam dalam larutan cuka apel selama
45 menit
Analisis Data Sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran 12 x 12 x 2 mm
Lampiran 2. Hasil Analisis Deskriptif Perubahan Kekasaran Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Cuka Apel
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Sebelum
perendaman
.1790 .00876 10
45 menit .1930 .01059 10
90 menit .2450 .01080 10
Lampiran 3. Output Uji Tes Normalitas Data Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Sesudah Perendaman Dalam Larutan Cuka Apel
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum
perendaman
.248 10 .082 .805 10 .067
45 menit .311 10 .007 .846 10 .051
90 menit .178 10 .200* .907 10 .258
135 menit .246 10 .089 .874 10 .111
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 4. Anova Multivariate Tests
Multivariate Testsb
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Waktu Pillai's Trace .997 761.461a 3.000 7.000 .000
Wilks' Lambda .003 761.461a 3.000 7.000 .000
Hotelling's Trace 326.340 761.461a 3.000 7.000 .000
Roy's Largest Root 326.340 761.461a 3.000 7.000 .000
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Lampiran 5. ANOVA REPEATED / General Linear Model
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 6. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum Perendaman
No. I II III Rata – rata
1 0.18 0.20 0.19 0.193333
2 0.17 0.21 0.19 0.19
3 0.16 0.19 0.20 0.183333
4 0.16 0.17 0.18 0.17
5 0.18 0.17 0.16 0.17
6 0.16 0.18 0.17 0.17
7 0.20 0.18 0.19 0.193333
8 0.17 0.16 0.18 0.17
9 0.18 0.18 0.17 0.18
10 0.17 0.18 0.20 0.183333
Lampiran 7. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sesudah Perendaman
1. Kelompok Perendaman 45 menit
No. I II III Rata - rata
1 0.19 0.21 0.20 0.20
2 0.19 0.22 0.21 0.206666
3 0.17 0.20 0.21 0.193333
4 0.18 0.19 0.20 0.19
5 0.19 0.18 0.16 0.176666
6 0.18 0.20 0.17 0.183333
7 0.22 0.20 0.21 0.21
8 0.20 0.18 0.19 0.19
9 0.19 0.20 0.18 0.19
10 0.18 0.19 0.21 0.193333
2. Kelompok Perendaman 90 menit
3. Kelompok Perendaman 135 menit