Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Tahun 2010
Sufeni Chanaka
SIFAT KEKASARAN PERMUKAAN LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DESINFEKTAN KLORHEKSIDIN GLUKONAT 0.2%
Xii + 46 halaman
Prosedur perendaman gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan desinfektan telah lama direkomendasikan bagi pemakai bahan gigi tiruan. Salah satu contoh larutan desinfektan adalah Minosep® yang mengandung klorheksidin glukonat 0.2% dan sejumlah alkohol yang diindikasikan untuk denture
stomatitis. Oleh karena pemakaiannya dalam jangka waktu terus-menerus maka timbul permasalahan apakah terjadi perubahan kekasaran pada permukaan lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2%. Larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% dapat menghasilkan 5-log10 dalam
membunuh kuman dan bakteri apabila direndam selama 60 menit.
permukaannya (Ra-µm) sebelum dan sesudah perendaman dengan menggunakan mesin uji kekasaran SURFTEST SJ 201 P/M dengan ketelitian sebesar 0.01 µm. Pada setiap sampel dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada salah satu permukaan kemudian data yang didapat dirata-ratakan. Data penelitian dianalisis dengan uji t-berpasangan (paired t-test) dengan tingkat kemaknaan (α=0.05).
Hasil penelitian menunjukkan perubahan rata-rata perbedaan kekasaran permukaan pada sampel resin akrilik pada kelompok perendaman 15 menit yaitu -0.0040 ± 0.00966 µm, kelompok perendaman 30 menit yaitu -0.0020 ± 0.00632 µm, kelompok perendaman 45 menit yaitu -0.0050 ± 0.02321 µm, dan kelompok perendaman 60 menit yaitu -0.0150 ± 0.03100 µm. Nilai rerata dan simpangan baku sebelum dan sesudah perendaman menunjukkan adanya sedikit peningkatan kekasaran permukaan pada masing-masing kelompok lama perendaman, meskipun hasilnya tidaklah signifikan (p>0.05) pada masing-masing perendaman 15, 30, 45, dan 60 menit.
Dari hasil uji statistik t-berpasangan dengan tingkat kemaknaan (α=0.05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% pada masing-masing kelompok perendaman (15, 30, 45, dan 60 menit).
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 8 Maret 2010
Pembimbing : Tanda Tangan
Rusfian, drg., M.Kes ……….
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 8 Maret 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Rusfian, drg., M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu ayah (Djudha Chanaka) dan ibu (Herdina Lina) yang telah merawat, mendidik, dan memberikan dukungan baik moril maupun materiil, semangat dan dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada abang penulis Suwito Chanaka, SE., adik penulis Susanti Chanaka, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
2. Ketua beserta seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG USU atas kesediaannya menerima saya untuk menyelesaikan skripsi di Departemen IMT FKG USU.
3. Rusfian, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan perhatian, dan rela meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku Kepala Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ricca Chairunnisa, drg. selaku penasehat akademik I dan Syafrinani, drg., sp.Pros(K) selaku penasehat akademik II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.
6. Sumadhi S, drg., PhD selaku dosen pengajar di Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG USU, yang telah banyak memberi masukan dan arahan dalam proses pengerjaan skripsi ini.
7. Drs. Ir. Suparmin MT selaku kepala laboratorium Teknik Mesin Politeknik USU Medan, dan Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku instruktur teknik mesin Politeknik USU Medan yang telah membantu dan memberi masukan selama meminjam alat dalam pengerjaan penelitian ini.
9. Senior penulis yang telah banyak membantu yaitu atas masukan yang diberikan dalam pengerjaan skripsi ini.
10.Sahabat-sahabat terbaik penulis terutama Dewi D, Ellissa W, Jose, Fanidarosari, Ingrid, Eltica, Vivi, Indah, atas bantuan, semangat, dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka, dan semua teman-teman angkatan 2006 lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat, dan bagi FKG-USU.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin akrilik Polimerisasi Panas ... 5
2.1.1 Komposisi ... 5
2.1.2 Manipulasi ... 6
2.1.3 Kuring ... 8
2.1.4 Sifat-sifat ... 8
2.2 Kekasaran Permukaan ... 11
3.1 Kerangka Konsep ... 15
3.2 Hipotesis Penelitian ... 16
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 17
4.2 Desain penelitian ... 17
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian ... 17
4.3.2 Sampel Penelitian ... 17
4.3.3 Besar Sampel ... 17
4.4 Variabel dan Definisi Operasional 4.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ... 18
4.4.1.1 Variabel Bebas ... 18
4.4.1.2 Variabel Tergantung... 18
4.4.1.3 Variabel Terkendali ... 18
4.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali ... 19
4.4.2 Definisi Operasional... 20
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
4.6 Alat dan Bahan Penelitian 4.6.1 Alat Penelitian ... 22
4.6.2 Bahan Penelitian ... 24
4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Pembuatan Sampel ... 26
4.7.1.1 Pembuatan Mold ... 26
4.7.1.2 Pengisian Akrilik pada Mold ... 27
4.7.1.3 Kuring ... 27
4.7.1.4 Penyelesaian ... 27
4.7.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Tiap Sampel Sebelum Perendaman dalam Larutan Klorheksidin Glukonat 0.2% .... 28
4.7.3 Perendaman Sampel dalam Larutan Klorheksidin Glukonat 0.2% ... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian ... 33
5.2 Analisis Hasil Penelitian ... 33
BAB 6 PEMBAHASAN ... 36
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 40
7.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
LAMPIRAN ... 44
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Perlakuan Sampel Resin Akrilik yang Direndam dalam Larutan Klorheksidin Glukonat 0.2% dalam Waktu Berbeda ... 30
2 Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik (µm) Sebelum dan Sesudah Perendaman dalam Larutan Klorheksidin Glukonat 0.2% ... 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Rubber bowl dan spatula pengaduk, pot akrilik, dan spuit 5 ml ... 23 2 Kertas pasir no. 0 dan 1, waterbath ... 23 3 Mikromotor dan bur fraser ... 24 4 Resin akrilik polimerisasi panas dan larutan desinfektan
klorheksidin glukonat 0.2% (Minosep®) ... 25 5 Gips, could mould seal, dan malam ... 25 6 Pembuatan mould dengan wax dan hasil pengecoran (bentuk
mould) ... 30 7 Pengepresan kuvet dengan hidrolik pres ... 31 8 Penentuan kekasaran permukaan dengan alat SURFTEST SJ 201
P/M ... 31 9 Perendaman sampel dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2%
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Skema Alur Penelitian... 44 2 Output Uji t-berpasangan Kekasaran Permukaan Resin Akrilik
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Tahun 2010
Sufeni Chanaka
SIFAT KEKASARAN PERMUKAAN LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DESINFEKTAN KLORHEKSIDIN GLUKONAT 0.2%
Xii + 46 halaman
Prosedur perendaman gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan desinfektan telah lama direkomendasikan bagi pemakai bahan gigi tiruan. Salah satu contoh larutan desinfektan adalah Minosep® yang mengandung klorheksidin glukonat 0.2% dan sejumlah alkohol yang diindikasikan untuk denture
stomatitis. Oleh karena pemakaiannya dalam jangka waktu terus-menerus maka timbul permasalahan apakah terjadi perubahan kekasaran pada permukaan lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2%. Larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% dapat menghasilkan 5-log10 dalam
membunuh kuman dan bakteri apabila direndam selama 60 menit.
permukaannya (Ra-µm) sebelum dan sesudah perendaman dengan menggunakan mesin uji kekasaran SURFTEST SJ 201 P/M dengan ketelitian sebesar 0.01 µm. Pada setiap sampel dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada salah satu permukaan kemudian data yang didapat dirata-ratakan. Data penelitian dianalisis dengan uji t-berpasangan (paired t-test) dengan tingkat kemaknaan (α=0.05).
Hasil penelitian menunjukkan perubahan rata-rata perbedaan kekasaran permukaan pada sampel resin akrilik pada kelompok perendaman 15 menit yaitu -0.0040 ± 0.00966 µm, kelompok perendaman 30 menit yaitu -0.0020 ± 0.00632 µm, kelompok perendaman 45 menit yaitu -0.0050 ± 0.02321 µm, dan kelompok perendaman 60 menit yaitu -0.0150 ± 0.03100 µm. Nilai rerata dan simpangan baku sebelum dan sesudah perendaman menunjukkan adanya sedikit peningkatan kekasaran permukaan pada masing-masing kelompok lama perendaman, meskipun hasilnya tidaklah signifikan (p>0.05) pada masing-masing perendaman 15, 30, 45, dan 60 menit.
Dari hasil uji statistik t-berpasangan dengan tingkat kemaknaan (α=0.05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% pada masing-masing kelompok perendaman (15, 30, 45, dan 60 menit).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan pada saat sekarang ini. Polimerisasi bahan ini dilakukan dengan menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro.1 Komposisi bahan ini terdiri dari polimer poli(metil metakrilat) dan monomer metil metakrilat. Kelebihan bahan ini yaitu mempunyai sifat transparan, dapat diwarnai sehingga meniru warna jaringan mulut, memiliki estetis yang baik, tahan pada suhu tinggi, mudah dimanipulasi, dan direparasi, serta biaya lebih murah.2,3 Selain memiliki kelebihan, bahan ini juga memiliki kekurangan yaitu monomer bebasnya mengandung formaldehid yang berpotensi menyebabkan iritasi dan alergi pada jaringan rongga mulut, bersifat radiolusen, dan mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras atau karena lama pemakaian.3
Syarat bahan resin akrilik yang baik harus menghasilkan permukaan yang halus terpoles, menghasilkan retensi debris organik yang lebih sedikit, resiko ketidakseimbangan mikrobiologi karies, penyakit periodontal, sensitivitas oral, atau kandidiasis yang sedikit, dan oral hygiene yang baik.4
gigi tiruan resin akrilik yang jelek dapat menghasilkan akumulasi debris dan plak bakteri terhadap permukaan protesa, yang akhirnya menyebabkan bau mulut, dan perubahan inflamatori terhadap mukosa yang berkontak.5
Pemeliharaan gigi tiruan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara mekanis dan khemis. Pembersihan mekanis dilakukan dengan sikat gigi atau alat ultrasonik, sedangkan pembersihan khemis dengan merendam gigi tiruan ke dalam larutan desinfektan.6 Desinfeksi dengan larutan khemis bahan resin akrilik direkomendasikan sebagai pilihan pertama sebagai kontrol plak pada pasien tua yang kemampuan fisiknya sudah berkurang.5
Berbagai bentuk pembersih gigi tiruan yang beredar di pasaran antara lain ada yang berbentuk pasta, tablet, cairan dan lain-lain. Prosedur pemakaiannya harus disesuaikan dengan petunjuk pabrik. Salah satu pembersih gigi tiruan yang mudah didapatkan dan efektif sebagai desinfektan adalah klorheksidin glukonat 0.2%.3
Bahan desinfektan klorheksidin glukonat dapat mengurangi kolonisasi bakteri pada gigi tiruan dan mengurangi jumlah plak pada gigi. Klorheksidin glukonat merupakan derivat bis-biquanite yang efektif dan mempunyai spektrum luas, bekerja cepat dan toksisitasnya rendah. Bahan ini bersifat bakteriostatik atau bakterisidal terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Selain itu klorheksidin glukonat juga menghambat virus dan aktif melawan jamur.3,7 Penelitian Nalbant dkk (2008) menemukan bahwa larutan klorheksidin glukonat mengurangi tingkat kolonisasi
Candida pada protesa sebesar 19% sampai 86%.6 Adapun mikroorganisme selain
Candida albicans yang sering melekat ke bahan gigi tiruan akrilik yaitu:
Pada penelitian in vitro, klorheksidin glukonat 0.2% telah dibuktikan tidak efektif dalam melawan plak dental setelah 5 menit berkontak, dibutuhkan kontak sekitar 60 menit untuk menghasilkan 2-log10 sampai 5-log10 dalam mematikan
bakteri.7 Baik 0.2% maupun 2.0% klorheksidin glukonat mampu menghambat perlekatan bakteri dengan cepat selama 20 menit pertama dimana akrilik berkontak dengan klorheksidin glukonat.5,8
Saat ini efek larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% terhadap sifat fisik permukaan resin akrilik belum jelas dikemukakan. Salah satu karakteristik permukaan pada bahan gigi tiruan berbasis resin akrilik yaitu kekasaran permukaan. Sifat kekasaran ini telah dilaporkan mampu mempengaruhi adhesi awal dari mikroorganisme terhadap ketidakteraturan permukaan biomaterial.9,10
Kekasaran permukaan (Ra: Roughness average) dihitung sebagai penyimpangan rata-rata aritmetik terhadap lembah/dasar permukaan dan puncak permukaan.11 Bahan dengan permukaan terkasar biasanya memperlihatkan jumlah mikroorganisme yang lebih banyak. Jika permukaan kasar sedemikian rupa terjadi dan terpapar pada lingkungan oral, akan mempermudah perlekatan mikroorganisme patogen dan pembentukan biofilm serta mengakibatkan infeksi.9,10
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas timbul permasalahan apakah ada efek perendaman dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% terhadap perubahan kekasaran permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perubahan kekasaran pada permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan sesudah perendaman dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% dengan variasi perendaman 15, 30, 45 dan 60 menit.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat diketahui ada tidaknya perubahan kekasaran pada permukaan lempeng resin akrilik sebelum dan sesudah perendaman dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% selama 15, 30, 45 dan 60 menit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin jenis poli(metil) metakrilat yang polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau iradiasi gelombang mikro. Resin akrilik polimerisasi panas dipergunakan untuk bahan pembuatan anasir gigi tiruan, basis gigi tiruan, bahan reparasi gigi tiruan, bahan obturator, dan pembuatan sendok cetak fisiologis. Resin akrilik polimerisasi panas dengan pemanasan air dilakukan dengan dua cara, yaitu pemanasan air menggunakan kompor atau waterbath.1
2.1.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:1,12 1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
b. Initiator: berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida
c. Pigmen: merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit, ferric oxide. d. Plasticizer: dibutil pthalat
e. Opacifiers: zinc atau titanium oxide
2. Monomer:
a. Metil metakrilat
b. Stabilizer: terdapat sekitar 0.003 – 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
c. Plasticizer: dibutil pthalat
d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) seperti etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.
2.1.2 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu:
a. Perbandingan polimer dan monomer
b. Pencampuran
Selama reaksi pencampuran, akan terlihat perubahan bentuk fisis ke dalam empat tahap yaitu:2
1) Tahap I : polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu (sandi/granular).
2) Tahap II : permukaan polimer larut ke dalam monomer dan bahan ini melekat dengan pot, berserabut bila ditarik (stingy).
3) Tahap III : tahap dough atau gel. Polimer telah jenuh di dalam monomer. Massa menjadi lebih halus dan dough like (seperti adonan). Pada tahap ini, massa dapat dimasukkan ke dalam mold.
4) Tahap IV : penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan tidak plastis lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mold lagi (rubbery-hard).
c. Mold lining
Setelah semua malam dikeluarkan dari mold dengan cara menyiramnya dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi bahan separator (could mold seal) untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan mold dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.12
d. Pengisian
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold
Jika jumlah adonan yang dimasukkan ke dalam mold kurang, maka dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.12
2.1.3 Kuring
Proses kuring resin akrilik dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas pada resin dengan merendam kuvet dalam air yang dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC selama 30 menit kemudian dilanjutkan selama 90 menit pada suhu 100oC. Pengaplikasian panas harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer bersifat eksotermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka suhu resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomer akan mendidih pada temperatur 212oF atau 100oC, oleh karena itu pada tahap awal proses kuring, suhu air harus dijaga jangan terlalu tinggi.12,13
Setelah proses polimerisasi selesai kemudian kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga sama dengan suhu ruangan. Bahan resin yang telah selesai berpolimerisasi dikeluarkan dari bahan mold. Selanjutnya dilakukan pemolesan resin akrilik untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.12
2.1.4 Sifat-sifat
Beberapa sifat-sifat resin akrilik polimerisasi panas adalah: a. Berat molekul
der Waals dan ikatan antarrantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.12
b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%.12 Proses kuring yang adekuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).13
c. Porositas
d. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69%mg/cm2. Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diadsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi.12,13 Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.12
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.12
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.12,13
g. Kestabilan dimensional
terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.12
h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan protesa.1
2.2 Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan (Ra: Roughness average) adalah karakteristik suatu permukaan benda yang bergelombang (tidak teratur). Kekasaran permukaan dihitung sebagai penyimpangan rata-rata aritmetik terhadap lembah/dasar permukaan dan puncak permukaan.9
Uji sampel kekasaran permukaan diukur dengan menggunakan suatu alat bernama profilometer dimana sebuah jarum (stylus) melintasi lapisan permukaan dan sebuah penguat jiplakan dari profil/gambar digunakan.10 Pengukuran kekasaran permukaan langsung didapatkan dari sampel material yang tidak terlalu tipis dan tidak mudah distorsi.14
dan meneliti bahwa metoda khemis menunjukkan nilai kekasaran permukaan yang lebih tinggi tanpa menghiraukan tipe aktivasi resin (khemis atau termal) ketika dibandingkan dengan teknik manual. Penelitian Campos dkk11 mengungkapkan bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis resin yang dipakai, teknik polimerisasi, dan lamanya jumlah prosedur desinfeksi.
Kekasaran permukaan secara positif dihubungkan dengan tingkat kolonisasi bakteri pada biomaterial.4,5,9 Hal ini secara langsung mempengaruhi perlekatan awal mikroorganisme, perkembangan biofilm, dan kolonisasi bakteri.14 Hal ini terjadi karena permukaan dapat bertindak sebagai reservoir, dengan ketidakteraturan permukaan, dan pembentukan depresi/celah yang menyediakan kesempatan bagi retensi mikroorganisme dan perlindungan terhadap kekuatan pelepasan (shear protection), bahkan sewaktu pembersihan bahan basis gigi tiruan berbasis resin akrilik.4,9,10
Perlekatan mikroba pada permukaan biomaterial tergantung pada struktur permukaan dan komposisi biomaterial serta sifat psikokemis dari permukaan sel mikroba.9 Permukaan yang halus dan terpoles dengan baik adalah penting sepenuhnya tidak hanya bagi kenyamanan pasien tetapi juga keawetan gigi tiruan/restorasi, hasil estetik yang baik, kesehatan rongga mulut, dan retensi plak yang rendah.11,14
2.3 Klorheksidin Glukonat
pertama sekali disintesa pada tahun 1950. Bahan ini merupakan serbuk halus berwarna putih dan dapat berupa larutan apabila dilarutkan dalam air, alkohol encer,
polyethylene glycol.16,17
Klorheksidin glukonat merupakan derivat bis-biquanite dan merupakan basa yang kuat. Selain memiliki aktivitas antibakterial yang tinggi, klorheksidin glukonat juga menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak aktif melawan spora bakteri pada suhu kamar. Klorheksidin glukonat merupakan bahan yang efektif, bekerja cepat, dan toksisitasnya rendah.3,17 Molekul klorheksidin memiliki interaksi antara molekul-molekulnya dan muatan positif dengan dinding sel yang bermuatan negatif. Interaksi ini akan mengakibatkan kehilangan konstitusi sitoplasmik yang irreversibel, penghancuran membran, dan inhibisi enzim. Pada konsentrasi tinggi, klorheksidin glukonat mampu menghancurkan sel, mengkoagulasi sitoplasma, dan mempresipitasi protein dan asam nukleat. Kloheksidin glukonat dengan konsentrasi 0.2% dianggap sebagai standar larutan kumur yang paling efektif. Klorheksidin glukonat memiliki rumus kimia C22H30Cl2N102C6H12O7.7
Kontak bahan klorheksidin glukonat tidak secara langsung mematikan bakteri. Menurut penelitian in vitro Hope dan Wilson, waktu berkontak klorheksidin glukonat selama 30 detik memiliki efek yang kecil dalam mengurangi jumlah bakteri yang terdapat pada biofilm rongga mulut. Pada kenyataannya, 0.2% klorheksidin glukonat telah dibuktikan tidak efektif dalam melawan plak dental pada penelitian in vitro
setelah 5 menit berkontak, dibutuhkan kontak sekitar 60 menit untuk menghasilkan 2-log10 sampai 5-log10 dalam mematikan bakteri.7 McCourtie dkk juga melaporkan
bahwa perlekatan C.albicans kepada permukaan akrilik kebanyakan berkurang oleh adanya kontak dengan larutan klorheksidin glukonat. Baik 0.2% maupun 2.0% klorheksidin glukonat mampu menghambat perlekatan dengan cepat selama 20 menit pertama dimana akrilik berkontak dengan klorheksidin glukonat.5,8
BAB 3
Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
3.1 Kerangka Konsep
Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Perendaman Resin Akrilik dalam larutan
desinfektan klorheksidin glukonat 0.2%
15 menit
60 menit 45
menit 30
menit
Pengukuran perubahan
kekasaran permukaan
3.2 Hipotesis Penelitian
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah Pretest Posttest Control Group Design.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang dicampur sesuai petunjuk pabrik dengan ukuran 12 x 12 x 2 mm sebanyak 40 sampel.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah lempeng resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran 12 x 12 x 2 mm dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sampel tidak poreus b. Permukaan sampel halus
c. Sampel tidak mudah distorsi / tidak terlalu tipis
4.3.3 Besar Sampel
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus sebagai berikut:18 (t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan :
r : jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada resin akrilik dengan lama perendaman 15, 30, 45 dan 60 menit, sehingga t = 4. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel (n) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :
(4-1) (r-1) ≥ 15 3 (r-1) ≥ 15 (r-1) ≥ 5 r ≥ 6
n = 10
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 buah untuk setiap perlakuan.
4.4 Variabel dan Definisi Operasional
4.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian
4.4.1.1 Variabel bebas : Larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2%
4.4.1.2 Variabel tergantung: Kekasaran permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas
4.4.1.3 Variabel terkendali :
1. Jenis resin akrilik (Vertex Rapid Simplified®, Vertex Dental B.V., The Netherlands)
4. Lama pengadukan gips (Mixing Time)
5. Jenis larutan (Minosep®, Minorock, Bogor-Indonesia) 6. Konsentrasi larutan
7. Jumlah larutan
8. Lama perendaman akrilik dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2%
9. Waktu kuring
10. Ukuran sampel akrilik
4.4.1.4 Variabel tidak terkendali : 1. Kecepatan pengadukan gips
4.4.2 Definisi Operasional
1. Kekasaran permukaan adalah karakteristik suatu permukaan benda yang bergelombang (tidak teratur), satuannya µm. Pada penelitian ini, pengukurannya
VARIABEL BEBAS
Larutan desinfektan klorheksidin glukonat
0.2%
VARIABEL TIDAK TERKENDALI
1. Kecepatan pengadukan gips 2. Lama penyimpanan larutan
desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% sebelum perlakuan penelitian.
VARIABEL TERGANTUNG
Kekasaran permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas
VARIABEL TERKENDALI
1. Jenis resin akrilik (Vertex Rapid Simplified®, Vertex Dental B.V., The Netherlands)
2. Perbandingan adonan resin akrilik 3. Perbandingan adonan gips
4. Lama pengadukan gips (Mixing Time) 5. Jenis larutan (Minosep®, Minorock,
Bogor-Indonesia) 6. Konsentrasi larutan 7. Jumlah larutan
8. Lama perendaman akrilik dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% setelah dipoles
9. Waktu kuring
dengan alat uji SURFTEST SJ 201 P/M (Mitutoyo, Jepang) dengan ketelitian sebesar 0.01 µm.
2. Larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% adalah larutan / zat kimia yang mampu membunuh mikroorganisme yang ada di dalam suatu bahan. Pada penelitian ini digunakan Minosep® (Minorock, Bogor-Indonesia).
3. Jenis resin akrilik adalah resin akrilik polimerisasi panas dengan proses polimerisasi yang dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath. Pada penelitian ini digunakan Vertex Rapid Simplified® (Vertex Dental B.V., The Netherlands)
4. Perbandingan adonan resin akrilik adalah perbandingan polimer dan monomer yang dipakai 2 gr : 1 ml (sesuai petunjuk pabrik).
5. Perbandingan adonan gips adalah perbandingan adonan gips dan air pada kuvet bawah 200 gr : 100 ml dan kuvet atas 250 gr : 150 ml.
6. Lama pengadukan gips adalah lamanya pengadukan adonan dengan spatula selama 60 detik hingga homogen.
7. Jenis larutan adalah larutan pembersih bahan gigi tiruan klorheksidin glukonat yang dapat mencegah pembentukan plak dan mengatasi bau mulut. Pada penelitian ini digunakan Minosep® (Minorock, Bogor-Indonesia)
8. Konsentrasi larutan adalah klorheksidin glukonat 0.2%.
10. Lama perendaman dalam larutan desinfektan adalah lamanya waktu sampel resin akrilik direndam dalam larutan desinfektan selama 15, 30, 45 dan 60 menit.
11. Waktu kuring adalah waktu yang diperlukan untuk proses polimerisasi secara konvensional yaitu merendam kuvet dalam air yang dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC selama 30 menit kemudian dilanjutkan selama 90 menit pada suhu 100oC dengan menggunakan waterbath.
12. Ukuran sampel akrilik adalah resin akrilik dengan ukuran 12 x 12 x 2 mm.
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium IMT Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan dan laboratorium Mesin Politeknik USU Medan.
Waktu penelitian adalah bulan November – Desember 2009.
4.6 Alat dan Bahan Penelitian
4.6.1 Alat penelitian
1. Sampel malam berukuran 12 x 12 x 2 mm (Anchor Brand®, Cobra Dental) 2. Mesin uji kekasaran SURFTEST SJ 201 P/M (Mitutoyo, Jepang)
3. Rubber bowl dan spatula pengaduk 4. Pot akrilik
5. Wadah perendaman bahan resin akrilik terbuat dari plastik 6. Hidrolik press
7. Kuvet
Gambarr 4. a. Re klorhe
a
Gamba
a
esin akrilik eksidin gluk
ar 5. a. Gips,
polimerisa konat 0.2% (
b
, b. Could m
asi panas, (Minosep®)
mould seal, c
b. Larutan
c. Malam (w
A
b
n desinfekta
c
wax)
4.7 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
4.7.1 Pembuatan Sampel
Sampel yang dibuat dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok sampel akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% selama 15, 30, 45 dan 60 menit.
Kategori sampel: permukaan halus, tidak poreus, dan tidak mudah distorsi.
4.7.1.1 Pembuatan Mold
a. Membuat balok wax dengan ukuran 12 x 12 x 2 mm sebanyak 40 sampel. b. Bagian dalam kuvet atas dan kuvet bawah diolesi vaselin.
c. Membuat adonan gips dengan air sesuai petunjuk pabrik.
d. Adonan gips diaduk dengan spatula selama 60 detik hingga homogen. e. Adonan gips dimasukkan ke dalam kuvet bawah.
f. Sampel malam diletakkan pada adonan dalam kuvet.
g. Setelah agak mengeras lalu gips dirapikan dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit.
h. Permukaan gips diolesi dengan vaselin dan kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi adonan gips.
i. Setelah kering, pisahkan kuvet.
j. Sampel malam di dalam kuvet dicor dengan air panas yang dididihkan dengan ketel air sampai bersih.
4.7.1.2 Pengisian Akrilik pada Mold
a. Polimer dicampur ke dalam monomer yang telah disiapkan di dalam pot akrilik, lalu diaduk perlahan-lahan, dilakukan pada suhu kamar.
b. Setelah adonan akrilik mencapai fase dough kemudian adonan dimasukkan ke dalam mold.
c. Resin akrilik ditutup dengan plastik selopan, lalu kuvet ditutup, dan ditekan perlahan-lahan dengan hidrolik press, kuvet dibuka kembali, kelebihan akrilik dipotong dengan lecron, dan plastik selopan dilepas. Kemudian kuvet ditutup dan lakukan penekanan dengan hidrolik press kembali. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah rapat.
4.7.1.3 Kuring
Penggodokan dilakukan dengan cara memasukkan flask (kuvet) ke dalam alat kuring unit (waterbath). Alat kuring unit (waterbath) diisi dengan air, kemudian suhu dan waktu diatur. Pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 700 C selama 30 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 1000 C dan dipertahankan selama 90 menit. Setelah itu suhu pelan-pelan diturunkan hingga sama dengan suhu ruangan.
4.7.1.4 Penyelesaian
air mengalir pada tiap sampel dan dipoles dengan emery. Setelah itu, diperoleh sampel yang halus sebanyak 40 buah tanpa poreus.
4.7.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Tiap Sampel Sebelum
Perendaman Larutan Klorheksidin Glukonat 0.2%
Sebelum melakukan perendaman dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2%, dilakukan pengukuran ke 40 buah sampel dengan mesin uji kekasaran permukaan SURFTEST SJ 201 P/M dengan ketelitian sebesar 0.01 µm untuk mengetahui besarnya nilai kekasaran yang didapat pada seluruh sampel yang telah dipoles. Sampel diletakkan pada bidang datar. Setiap sampel diukur sebanyak 3 kali dengan meletakkan jarum/stylus mulai dari ujung sampel yang telah ditandai dengan jarak masing-masing garis paralel yang ditelusuri ± 2 mm dan alat diaktifkan, lalu bergerak menelusuri satu garis lurus (horizontal) sepanjang permukaan sampai ± 1 mm dan balik lagi. Monitor / layar alat uji akan menunjukkan nilai kekasaran permukaan sampel yang diuji. Hasil yang telah didapatkan dirata-ratakan. Sampel yang menunjukkan nilai kekasaran permukaan yang menyimpang dikeluarkan dari subjek yang akan diteliti.
4.7.3 Perendaman Sampel dalam Larutan Klorheksidin Glukonat 0.2%
dengan waktu yang telah ditentukan, dan dikeringkan dengan kertas tisu maka dilakukan pengukuran uji kekasaran permukaan. Sampel dibagi dalam empat perlakuan dalam rentang waktu yang berbeda antara lain:
1. Kelompok I (perendaman selama 15 menit), yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel yang telah dipoles dengan baik dan telah diukur kekasarannya, kemudian sampel direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2% selama 15 menit dalam wadah perendaman dengan catatan permukaan yang akan diukur tidak menyentuh dasar wadah perendaman. Setelah 15 menit, sampel dikeringkan dengan cara meletakkan di atas kertas tissue.
2. Kelompok II (perendaman selama 30 menit) yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel yang telah dipoles dengan baik dan telah diukur kekasarannya, kemudian sampel direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2% selama 30 menit dalam wadah perendaman dengan catatan permukaan yang akan diukur tidak menyentuh dasar wadah perendaman. Setelah 30 menit, sampel dikeringkan dengan cara meletakkan di atas kertas tissue.
3. Kelompok III (perendaman selama 45 menit) yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel yang telah dipoles dengan baik dan telah diukur kekasarannya, kemudian sampel direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2% selama 45 menit dalam wadah perendaman dengan catatan permukaan yang akan diukur tidak menyentuh dasar wadah perendaman. Setelah 45 menit, sampel dikeringkan dengan cara meletakkan di atas kertas tissue.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan. Hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan sesudah direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2% pada seluruh sampel resin akrilik dapat dilihat pada tabel 2.
TABEL 2. HASIL PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK
(µm) SEBELUM DAN SESUDAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN
KLORHEKSIDIN GLUKONAT 0.2%
No
x 0.0650 0.0690 0.0760 0.0780 0.0840 0.0890 0.0790 0.0940
SD 0.01650 0.01370 0.01713 0.01814 0.01776 0.02378 0.01287 0.02914
5.2 Analisis Hasil Penelitian
pada tabel 3. Data dianalisis secara statistik dengan uji t-berpasangan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan hasil yang signifikan (tabel 3).
TABEL 3. ANALISIS STATISTIK KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK
(µm) SEBELUM DAN SESUDAH PERENDAMAN 15, 30, 45, 60 MENIT
MENGGUNAKAN UJI T-BERPASANGAN
Waktu N
Kekasaran Permukaan (µm)
Δ Kekasaran
Permukaan p
Sebelum (0 menit) Sesudah
x ± SD x ± SD
I (15 menit) 10 0.0650 ± 0.01650 0.0690 ± 0.01370 -0.0040 ± 0.00966 0.223 II (30 menit) 10 0.0760 ± 0.01713 0.0780 ± 0.01814 -0.0020 ± 0.00632 0.343 III (45 menit) 10 0.0840 ± 0.01776 0.0890 ± 0.02378 -0.0050 ± 0.02321 0.513 IV (60 menit) 10 0.0790 ± 0.01287 0.0940 ± 0.02914 -0.0150 ± 0.03100 0.160
Dari hasil perhitungan uji statistik paired-samples t-test didapatkan nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan pada kelompok I (15 menit) sebelum perendaman (0 menit) adalah 0.0650 ± 0.01650 µm dan sesudah perendaman adalah 0.0690 ± 0.01370 µm dengan nilai perubahan kekasaran permukaan sebesar -0.0040 ± 0.00966 dan nilai p=0.223 (p>0.05).
Dari hasil perhitungan uji statistik paired-samples t-test didapatkan nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan pada kelompok II (30 menit) sebelum perendaman (0 menit) adalah 0.0760 ± 0.01713 µm dan sesudah perendaman adalah 0.0780 ± 0.01814 µm dengan nilai perubahan kekasaran permukaan sebesar -0.0020 ± 0.00632 dan nilai p=0.343 (p>0.05).
0.0890 ± 0.02378 µm dengan nilai perubahan kekasaran permukaan sebesar -0.0050 ± 0.02321 dan nilai p= 0.513 (p>0.05).
Dari hasil perhitungan uji statistik paired-samples t-test didapatkan nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan pada kelompok IV (60 menit) sebelum perendaman (0 menit) adalah 0.0790 ± 0.01287 µm dan sesudah perendaman adalah 0.0940 ± 0.02914 µm dengan nilai perubahan kekasaran permukaan sebesar -0.0150 ± 0.03100 dan nilai p= 0.160 (p>0.05).
Dari hasil analisis dengan menggunakan uji statistik paired-samples t-test
diperoleh hasil sebagai berikut: tidak ada perbedaan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perendaman dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2% baik selama 15, 30, 45 maupun 60 menit (p>0.05).
BAB 6
PEMBAHASAN
Tabel 2 memperlihatkan hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan sesudah dilakukan perendaman larutan klorheksidin glukonat 0.2% dengan waktu perendaman selama 15, 30, 45 dan 60 menit. Tabel 3 memperlihatkan analisis hasil statistik pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perendaman larutan klorheksidin glukonat 0.2% pada kelompok 15, 30, 45 dan 60 menit.
Data pengukuran perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas dengan waktu perendaman yang berbeda masing-masing selama 15, 30, 45, dan 60 menit dengan jumlah subjek penelitian masing-masing 10 sampel dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t-berpasangan (paired t-test) dengan tingkat kemaknaan (α=0.05). Nilai rerata kekasaran permukaan sesudah direndam menunjukkan nilai yang lebih besar pada masing-masing kelompok perendaman 15, 30, 45 dan 60 menit daripada nilai kekasaran permukaan sebelum direndam (tabel 3). Hasil uji t-berpasangan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna / signifikan pada kelompok sebelum dan sesudah perendaman masing-masing selama 15, 30, 45, dan 60 menit.
sama namun permukaan resin akrilik ini tidak mendapatkan penekanan yang sama. Akibatnya tingkat kehalusan pada seluruh permukaan resin akrilik juga tidak sama.
Menurut Hilgenberg dkk (2008), nilai kekasaran permukaan suatu material kedokteran gigi yang ideal secara klinis setelah dipoles adalah ≤ 0.2 µm. Berdasarkan parameter tersebut, pada penelitian ini nilai kekasaran permukaan yang didapat setelah pemolesan pada seluruh kelompok dapat diterima.19
Menurut penelitian yang dilakukan oleh da-Silva dkk20, perendaman yang berulang selama 10 kali 10 menit pada resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan klorheksidin glukonat 2% berpengaruh signifikan terhadap kekasaran permukaan (p=0.04). Selain itu, ia juga membandingkan hasil penelitiannya dengan jenis larutan desinfektan lainnya (3.8% sodium perborat, 100% cuka, 2% glutaraldehid, dll), dan mendapatkan nilai kekasaran permukaan yang lebih kecil pada klorheksidin glukonat 2%.20 Mese A (2008) mengevaluasi resin akrilik polimerisasi panas yang berkontak selama 24 jam terhadap klorheksidin glukonat dan menemukan bahwa adanya efek yang signifikan terhadap kekasaran permukaan bila dibandingkan dengan perendaman dalam air suling.21
permukaan yang berbeda dan prosedur desinfeksi yang dilakukan secara berulang-ulang mungkin mempengaruhi tingkat kehalusan resin akrilik.
Penilaian kekasaran permukaan di dalam penelitian ini memperlihatkan tidak adanya efek dari larutan klorheksidin glukonat 0.2% yang bersifat merusak sifat kekasaran permukaan resin akrilik setelah perendaman. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Azevedo dkk22 yang menyatakan bahwa efek perendaman 4% larutan klorheksidin glukonat terhadap kekasaran permukaan resin akrilik dengan jenis yang berbeda (Lucitone 550®) selama 7 hari, menunjukkan adanya sedikit peningkatan kekasaran permukaan akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan. Hal ini berarti bahwa konsentrasi larutan pada penelitian Azevedo yang lebih besar (4%) dari penelitian ini ternyata tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran permukaan.
Penelitian Hilgenberg dkk19 menyatakan pentingnya memilih parameter yang tepat untuk pengukuran kekasaran permukaan. Sebab parameter Ra terbatas pada pengukuran horizontal, sehingga permukaan yang berbeda dapat menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang sama, sehingga memberikan hasil yang diragukan. Meskipun begitu, oleh karena parameter ini merupakan metode yang kebanyakan digunakan, maka parameter ini dipakai pada penelitian ini untuk memudahkan perbandingan studi-studi sebelumnya.19
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Tidak ada perbedaan signifikan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sesudah dilakukan perendaman dalam larutan desinfektan klorheksidin glukonat 0.2% dengan waktu yang berbeda (15, 30, 45 dan 60 menit).
7.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok populasi yang lebih luas, agar didapatkan tingkat validitas yang tinggi, sehingga perubahan sifat kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2% terlihat lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental materials. 12th ed, Saint Louis: Mosby, 2006: 514-6, 524-7.
2. Smith BGN, Wright PS, Brown D. The clinical handling of dental materials. 1st ed, Bristol: Wright, 1986: 218-9.
3. Munadziroh E, David. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Majalah Kedokteran Gigi FKG Unair Surabaya 2005; 38(1): 36-9.
4. Alves PVM, Filho RMAL, Telles E, Bolognese A. Surface roughness of acrylic resins after different curing and polishing techniques. Angle Ortho 2007; 77(3): 528-9.
5. Nalbant D, Kalkanci A, Filiz B, Kustimur S. Effectiveness of different cleaning agents against the colonization of candida spp and the in vitro detection of the adherence of these yeast cells to denture acrylic surfaces. Yonsei Med J 2008; 49(4): 647-8, 652.
6. Hendrijantini N. Pengaruh konsentrasi larutan sodium hipoklorid sebagai desinfektan gigi tiruan resin akrilik terhadap candida albicans. Majalah Kedokteran Gigi FKG Unair Surabaya 1997; 30(2): 73,76.
8. McCourtie J, MacFarlane TW, Samaranayake LP. Effect of chlorhexidine gluconate on the adherence of candida species to denture acrylic. J Med Microbiol 1985; 20: 99-101, 103.
9. Pereira-Cenci T, Delbelcury AA, Crielaard W, Ten Cate JM. Development of candida-associated denture stomatitis: new insights. J Appl Oral Sci 2008; 16(2): 87-91.
10.Sousa C, Teixeira P, Oliveira R. Influence of surface properties on the adhesion of staphylococcus epidermidis to acrylic and silicone. Int J Biomaterial 2009; 718017: 1-2, 5-7.
11.Campos MAP, Kochenborger C, Silva DFF, Shinkai RSA. Effect of repeated microwave disinfection on surface roughness and baseplate adaptation of denture resins polymerized by different techniques. Rev Odonto ciênc 2009; 24(1): 41-3. 12.Combe EC. Sari dental material. Alih Bahasa. Slamat Tarigan. Jakarta: Balai
Pustaka, 1992: 270-5.
13.Dhuru VB. Contemporary dental materials. 11th ed, Newyork: Oxford University Press, 2004: 48-51, 53.
14.Tari BF, Nalbant D, Dogruman F, Kustimur S. Surface roughness and adherence of candida albicans on soft lining materials as influenced by accelerated aging. J Contemp Dent Pract 2007; 8(5): 2-4, 7.
16.Ismiyati T. Pengaruh perendaman khlorheksidin sebagai bahan pembersih terhadap kekuatan transversa basis gigi tiruan lengkap resin akrilik dengan soft liner. Majalah Kedokteran Gigi FKG UGM Yogyakarta2006; 13(2): 147.
17.Block SS. Disinfection, sterilization, and preservation. 5th ed, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2001: 321-2.
18.Hanafiah KA. Rancangan percobaan aplikatif. Edisi ke-1. Jakarta: Rajawali Pers, 2005: 12.
19.Hilgenberg SP, Jimenez EEO, Navarro WFS, Correa BEA, Alves DCT, Campanha NH. Evaluation of surface physical properties of acrylic resins for provisional prosthesis. Mat Res 2008; 11(3): 2, 5-6.
20.da-Silva FC, Kimpara ET, Mancini MN, Balducci I, Jorge AO, Koga-Ito CY.
Effectiveness of six different disinfectants on removing five microbial species and effects on the topographic characteristics of acrylic resin. J Prost 2008; 17(8): 627-33. (abstrak)
21.Mese A. Effect of denture cleansers on the roughness of heat-or auto cured denture liners. Asian J Chemistry 2008; 20(4): 3089-3096. (abstrak)
22.Azevedo A, Machado AL, Vergani CE, Giampaolo ET, Pavarina AC, Magnani R.
Effect of disinfectants on the hardness and roughness of reline acrylic resins. J Prost 2006; 15(4): 235-42. (abstrak)
23.Priyatno D. Mandiri belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution). Edisi I, Yogyakarta: MediaKom, 2008: 28-33, 98-102.
Lampiran 1. Skema Alur Penelitian
SIFAT KEKASARAN PERMUKAAN LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN
DESINFEKTAN KLORHEKSIDIN GLUKONAT 0.2%
Uji Kekasaran Permukaan 30
menit 15
menit
Flasking
Plat dari wax ukuran 12 x 12 x 2 mm
Hasil (berupa data)
Uji Statistik Hasil Statistik
Kesimpulan
Molding
Deflasking
Proses curing
45 menit
60 menit Penentuan kekasaran
permukaan sebelum perendaman (0 menit)
Polishing
Lampiran 2: Output Uji t-berpasangan Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Sebelum dan Sesudah Direndam
● 15 menit
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 sebelum perendaman .0650 10 .01650 .00522
sesudah perendaman .0690 10 .01370 .00433
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum perendaman &
sesudah perendaman 10 .811 .004
Paired Samples Test
Interval of the
Difference
Lower Upper Pair 1 sebelum perendaman -
sesudah perendaman -.0040 .00966 .00306 -.0109 .0029 -1.309 9 .223
● 30 menit
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 sebelum perendaman .0760 10 .01713 .00542
sesudah perendaman .0780 10 .01814 .00573
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum perendaman &
sesudah perendaman 10 .937 .000
Paired Samples Test
Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 sebelum perendaman -
● 45 menit
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 sebelum perendaman .0840 10 .01776 .00562
sesudah perendaman .0890 10 .02378 .00752
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum perendaman &
sesudah perendaman 10 .405 .246
Paired Samples Test
Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 sebelum perendaman -
sesudah perendaman -.0050 .02321 .00734 -.0216 .0116 -.681 9 .513
● 60 menit
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 sebelum perendaman .0790 10 .01287 .00407
sesudah perendaman .0940 10 .02914 .00921
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum perendaman &
sesudah perendaman 10 .071 .845
Paired Samples Test
Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 sebelum perendaman -