ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMINJAMAN KREDIT MIKRO PETANI HORTIKULTURA
(Studi Kasus : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)
TESIS
Oleh
Fenytha
107039020/ MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBSNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMINJAMAN KREDIT MIKRO PETANI HORTIKULTURA
(Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Oleh
Fenytha
107039020/ MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBSNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura (Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo).
Nama : Fenytha
NIM : 107039020
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS) (Dr. Ir. Salmiah, MS)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada 23 AGUSTUS 2013
Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS __________________
Anggota : 1. Dr. Ir. Salmiah, MS __________________
2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS __________________
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMINJAMAN KREDIT MIKRO BAGI PETANI HORTIKULTURA DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,
Fenytha
Dipersembahkan kepada:
Kedua Orangtua, Adik-Adik, dan Seluruh Keluarga
Special Thanks to :
Teman – Teman SEP Angkatan 2005
Teman – Teman MAG Angkatan IV
Dan PT. Bank Mandiri, (Persero), Tbk
Mazmur 42 : 6
ABSTRAK
Fenytha, Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro bagi Petani Hortikultura, Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo (Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai anggota).
Kredit merupakan salah satu cara petani untuk memperoleh modal. Dalam Melalui penggunaan kredit, diharapkan ada pertambahan modal dalam usaha tani yang berdampak pada pertambahan produksi dan peningkatan pendapatan petani. Penggunaan kredit yang benar akan membantu peningkatan kesejahteraan petani. Ada beberapa hal yang membuat keputusan petani dalam meminjam kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berpengaruh (suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan) terhadap jumlah peminjaman kredit mikro di daerah penelitian dan untuk melihat perbedaan pendapatan antara peminjam kredit dan yang bukan peminjam kredit pada daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani dan data sekunder dari pihak terkait. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji beda rata rata dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil analisis menunjukkan: Secara serentak faktor suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah peminjaman kredit yang dipinjam oleh petani hortikultura namun secara parsial hanya jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan teori Mubyarto bahwa petani menggunakan sebagian data tunai yang diperoleh dari bank untuk kegiatan konsumsi. Tidak terdapat perbedaan pendapatan antara pemakai kredit mikro dan yang tidak pemakai kredit. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara petani pemakai kredit dan yang tidak pemakai kredit karena perlakuan petani terhadap tanaman tidak berbeda (cara produksi homogen).
RIWAYAT HIDUP
FENYTHA, lahir di Tiganderket, Karo pada tanggal 13 Februari 1987 dari
Bapak Darma dan Ibu Asta Julianna br Sembiring. Penulis merupakan anak ke
satu dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 045859 Mardingding Karo,
tamat tahun 1999.
2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Pertama Swasta Sint. Xaverius 1
(Don Bosco) Kabanjahe, tamat tahun 2002.
3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kabanjahe, tamat
tahun 2005.
4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dengan
Jurusan Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun
2010.
5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan anugerah-Nya sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan materi yang disajikan dalam
usulan penelitian ini jauh dari sempurna, dikarenakan kekurangan dan
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga kritik dan saran yang sifatnya
membangun diharapkan untuk melengkapinya.
Tersusunnya tesis ini tidak lepas dari motivasi, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Kelin Tarigan, MS selaku ketua komisi pembimbing.
2. Dr. Ir. Salmiah, MS selaku anggota komisi pembimbing.
3. Dosen-dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Orangtua yang selalu memberikan doa, dukungan dan materi sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Adik adikku Agus Nadastra Bangun, SP dan Yoga Mayudi Bangun yang
selalu saling mengingatkan untuk dapat menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Agribisnis angkatan IV yang telah memberikan dukungan.
8. Dan segenap pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
DAFTAR ISI
Identifikasi Masalah ... 7
Tujuan Penelitian ... 7
Kegunaan pelitian ... 7 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 36
Metode Penentuan Sampel ...37
Metode Analisis Data ...39
Defenisi dan Batasan Operasional ...46
Defenisi ...46
Batasan Operasional ...47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Wilayah ...48
Profil Daerah Kabupaten Karo ...48
Profil Kecamatan Simpang Empat ...49
Deskripsi Data atau Sample ...50
Keadaan Umum Petani ...50
Hasil Analisis dan Pembahasan ...51
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Di Kecamatan Simpang Empat ...51
Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) dan Model Uji Hipotesis ...52
Uji Asumsi Klasik ...55
Analisis Biaya ...58 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani ...58 Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Hortikultura Pemakai Kredit dan Tidak Pemakai Kredit ...61 Pembahasan ...62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...65 Saran ...65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Menurut Lembaga
Keuangan dari Tahun 2010-2012 di Indonesia ... 4
2. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM di Sumatera Utara
Tahun 2010-2012 ... 5
3. Jumlah Kredit UMKM dan Jumlah Kreditur Menurut Bank Mandiri dari
Tahun 2011 – April 2013. ... 6
4. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dari Bank Mandiri di Kabupaten Karo ..36
5. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dengan Uusaha Tani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat... 37
6. Data Populasi Penerima Kredit Menurut Sektor Usaha di Kecamatan Simpang
Empat ... 38
7. Data Populasi dan Sampel Penelitian di Kecamatan Simpang Empat ... 39
8. Pengaruh Suku Bunga, Luas Tanaman, Jumlah Tanggungan dan Pendapatan
Terhadap Jumlah Kredit ... 52
9. Hasil Uji Normalitas Model Jumlah Kredit Petani Hortikultura ... 57
10. Nilai dan Persentase dari Masing Masing Jenis Biaya Petani Hortikultura
Pemakai Kredit dan Tidak Pemakai Kredit ... 52
11. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Petani Hortikultura Pemakai Kredit per Musim Tanam di Kecamatan Simpang Empat ... 59
DAFTAR GAMBAR
Tabel Judul Halaman
1. Kerangka Pemikiran………...…28
2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Jumlah Kredit Petani
ABSTRAK
Fenytha, Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro bagi Petani Hortikultura, Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo (Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai anggota).
Kredit merupakan salah satu cara petani untuk memperoleh modal. Dalam Melalui penggunaan kredit, diharapkan ada pertambahan modal dalam usaha tani yang berdampak pada pertambahan produksi dan peningkatan pendapatan petani. Penggunaan kredit yang benar akan membantu peningkatan kesejahteraan petani. Ada beberapa hal yang membuat keputusan petani dalam meminjam kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berpengaruh (suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan) terhadap jumlah peminjaman kredit mikro di daerah penelitian dan untuk melihat perbedaan pendapatan antara peminjam kredit dan yang bukan peminjam kredit pada daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani dan data sekunder dari pihak terkait. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji beda rata rata dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil analisis menunjukkan: Secara serentak faktor suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah peminjaman kredit yang dipinjam oleh petani hortikultura namun secara parsial hanya jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan teori Mubyarto bahwa petani menggunakan sebagian data tunai yang diperoleh dari bank untuk kegiatan konsumsi. Tidak terdapat perbedaan pendapatan antara pemakai kredit mikro dan yang tidak pemakai kredit. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara petani pemakai kredit dan yang tidak pemakai kredit karena perlakuan petani terhadap tanaman tidak berbeda (cara produksi homogen).
RIWAYAT HIDUP
FENYTHA, lahir di Tiganderket, Karo pada tanggal 13 Februari 1987 dari
Bapak Darma dan Ibu Asta Julianna br Sembiring. Penulis merupakan anak ke
satu dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 045859 Mardingding Karo,
tamat tahun 1999.
2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Pertama Swasta Sint. Xaverius 1
(Don Bosco) Kabanjahe, tamat tahun 2002.
3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kabanjahe, tamat
tahun 2005.
4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dengan
Jurusan Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun
2010.
5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,
baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah
satu faktor produksi maka tidak akan ada produksi yang terjadi. Salah satu
persoalan yang mendasar yang selalu dibahas berbagai pihak baik itu dalam sektor
manapun adalah mengenai permodalan. Modal dapat diartikan sebagai dana/uang
yang dipergunakan untuk menjalankan usaha agar dapat berlangsung umurnya.
Dalam pertanian, modal diperlukan untuk membangun pertanian agar berkembang
maupun untuk memulai baru. Biasanya, modal dengan dana sendiri memberikan
arti bahwa dana tersebut dipersiapkan sendiri petani/ pengusaha baik dengan cara
diambil dari tabungan sendiri, menggadaikan barang, dengan meminjam dari
koperasi/ bank, bermitra dengan lembaga/perusahaan lain maupun cara lain yang
dianggap layak untuk dilakukan.
Kenyataan ini mengharuskan petani untuk mencari dana tambahan guna
melaksanakan kebijakan penambahan modal tersebut. Dana tersebut dapat
diperoleh dengan meminjam kepada pihak lain, yang salah satunya adalah
lembaga keuangan seperti bank.
Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia seperti juga negara-negara
sedang berkembang lainnya, secara spesifik memiliki ciri ciri:(1) Jumlah unit
usaha sangat besar dan tersebar di seluruh pelosok perdesaan, (2) Umumnya
sangat besar, (3) Menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal
setempat, yaitu sumberdaya alam dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang
jumlahnya berlebih, (4) Mempunyai kegiatan produksi yang umumnya berbasis
pertanian, dan (5) Umumnya membiayai kegiatan produksinya dengan tabungan
pribadi, ditambah pinjaman atau bantuan dari kerabat, atau dari pemberi kredit
informal, pemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumen
(Tambunan, 2009).
Dari sisi modal, kebanyakan usaha mikro dan kecil memulai usahanya
dengan modal sendiri dan sebagian kecil yang telah melakukan pendekatan
terhadap lembaga keuangan dalam rangka memperoleh pinjaman usahanya. Masih
rendahnya tingkat pinjaman usaha mikro dan kecil kepada lembaga keuangan
formal disebabkan beberapa permasalahan antara lain: (1) kurangnya aksesibilitas
usaha mikro dan kecil kepada lembaga keuangan formal terutama informasi dan
persyaratan kredit, (2) tidak adanya agunan kredit, (3) kurangnya kemampuan
manajemen keuangan, (4) rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dan (5)
terbatasnya kompetensi kewirausahaan dan permodalan (Bank Indonesia, 2005).
Dengan tidak adanya modal, petani hortikultura akan sulit menjalankan
usahatani. Kenyataan ini mengharuskan petani untuk mencari dana tambahan
guna melaksanakan kebijakan penambahan modal tersebut. Dana tersebut dapat
diperoleh dengan meminjam kepada pihak lain, yang salah satunya adalah
lembaga keuangan seperti bank yang disebut dengan kredit.
Kredit bukan merupakan salah satu faktor produksi, melainkan suatu alat
untuk memperoleh modal. Dalam arti aslinya kredit adalah suatu transaksi antara
Kreditor menyediakan uang, barang atau jasa dengan membuat perjanjian bahwa
debitor akan membayar kembali pinjamannya pada waktu yang sudah ditentukan.
Petani merupakan salah satu yang memakai fasilitas kredit. Petani memiliki
keputusan untuk tidak memakai/meminjam kredit atau memakai modal sendiri.
Kredit yang dikucurkan oleh perbankan mempunyai banyak jenis, dan
pemanfaatan yang berbeda. Salah satu dari jenis kredit yang disalurkan ini dikenal
dengan sebutan kredit mikro. Jenis kredit ini diberikan bank kepada petani/
pengusaha yang memiliki usaha relatif kecil. Petani hortikultura juga termasuk
salah satu dalam pihak yang menerima kredit ini. Dimana petani hortikultura
adalah petani yang mengusahakan jenis tanaman yang cepat menghasilkan hasil
produksinya. Oleh karena itu dalam sektor pertanian maka petani hortikulturalah
paling banyak meminta kredit mikro ke bank.
Kebutuhan petani hortikultura untuk mendapat modal sungguh sudah
merupakan hal yang biasa. Kebutuhan modal ini didasari akan pemahaman petani
untuk melanjutkan usaha taninya. Selain itu petani yang akan meminjam baik itu
pada lembaga perbankan resmi maupun non resmi harus memperhatikan
pengembalian yang dapat dilakukan oleh petani. Pengembalian ini dapat dilihat
dari jumlah pendapatan petani yang diperoleh. Dari pendapatan petani akan
membagi antara uang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, biaya
hidup dan untuk pengembalian kredit yang dipinjam.
Kredit mikro dan kecil yang diperuntukkan khusus untuk Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) yang difasilitasi pemerintah telah lama ada sejak akhir
tahun 1960-an, berupa: pola kredit bimas, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit
dan kecil yang belum terjangkau lembaga keuangan formal, dimana sumber
modal usaha mikro dan kecil, terbesar bukan dari lembaga kredit, tetapi dari
modal sendiri. Kondisi lainnya juga digambarkan bahwa pasar usaha mikro dan
kecil yang digarap oleh perbankan baru sekitar 30 persen saja secara nasional, dan
70 persen sisanya, belum tergarap oleh perbankan nasional. Hal ini merupakan
peluang bagi lembaga keuangan mikro, baik bank maupun non bank untuk terus
menggarap usaha mikro dan kecil, terutama usaha yang belum bankable
(Abdullah, 2006).
Pemberian kredit dari lembaga keuangan/ perbankan diharapkan dapat
menambah kekuatan bagi petani. Modal yang dibutuhkan diharapkan tidak lagi
menghambat petani untuk berproduksi. Sehingga peran penting lembaga
keuangan akan terlihat. Pemberian kredit kepada petani usaha kecil dapat
digolongkan ke dalam kredit usaha mikro. Adapun jumlah aliran dan kredit/ baki
debet Usaha Menengah Kredit Mikro (UMKM) yang dikeluarkan oleh perbankan
di Indonesia menurut lembaga keuangan yang ada di Indonesia sebagai berikut:
Tabel 1. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Menurut Lembaga Keuangan dari Tahun 2010-2012, di Indonesia, Dalam Miliar Rupiah
No. Uraian Tahun
2010 2011 2012
1 Bank Persero 172.915,60 222.645,10 242.861,10
2 Bank Swasta Nasional Devisa 149.831,20 176.924,80 205.731,20
3 Bank Swasta Nasional non Devisa 11.401,30 17.308,80 23.259,70
4 BPD 31.340,10 31.313,90 45.081,80
5 Bank Campuran 7.905,70 6.651,30 8.750,10
6 Bank Asing 3.255,80 3.320,00 712,60
7 BPR – BPRS 17.649,20 21.722,50 25.829,50
Total 394.298,90 479.886,40 552.226,00
Melihat perkembangan angka – angka dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
penyaluran kredit UMKM meningkat setiap tahunnya. Sektor ini merupakan
sektor yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat baik itu petani, pengrajin
usaha kecil, pemilik kedai kelontong kecil dan jasa jasa lainnya. Kredit ini
memberikan bantuan finansial kepada masyarakat untuk memperoleh tambahan
modal. Kebutuhan modal ini diperoleh dari pinjaman bank, koperasi, pegadaian
dan lembaga perbankan lainnya.
Di Sumatera Utara sendiri peningkatan kredit Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011 terjadi
peningkatan sebanyak 140,36% jika dibandingkan dengan kenaikan pada tahun
2012 yang hanya sebanyak 117,80%.
Tabel 2. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Di Sumatera Utara tahun 2010 – 2012.
Tahun Baki debet (miliar Rp.) Kenaikan (%)
2010 19.345,20 -
2011 27.153,90 140,36
2012 31.989,70 117,80
Sumber: Statistik Bank Indonesia(Data diolah), 2013
Pada Bank Mandiri wilayah penelitian, diperoleh data kreditur dan jumlah
kredit UMKM yang dikucurkan berupa pinjaman kredit mikro sejak tahun 2011
sampai dengan April 2013 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.
No. Tahun Nilai Kredit Creditor
Rp. 000 % orang %
1 2011 2.780,00 21,35 295 35,67
2 2012 7.810,00 59,98 350 42,32
3 Apr-13 2.430,00 18,66 182 22,01
Total 13.020,00 100,00 827 100
Sumber: Bank Mandiri (Persero) tbk, (Data diolah) 2013
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap tahun bertambah jumlah kredit
dan jumlah kreditur. Peningkatan ini dapat dirata – ratakan per tahunnya diperoleh
jumlah kredit yang disalurkan pada Bank Mandiri di wilayah penelitian selama
periode tersebut adalah Rp. 4.340 dan rata - rata jumlah kreditur adalah 276 orang.
Petani hortikultura di semua daerah pasti memerlukan modal dalam
melakukan usaha taninya. Permasalahan paling mendasar yang dihadapi oleh
petani hortikultura adalah masalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh si
petani. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak dari masyarakat golongan
ekonomi lemah yang merasa kesulitan dalam mencari atau mendapatkan modal
usaha mikro dengan suku bunga pinjaman modal yang ringan. Untuk itu perlu
dilihat faktor-faktor apa saja berpengaruh terhadap jumlah peminjaman kredit
mikro. Selanjutnya akan dilihat bila ada perbedaan pendapatan antara petani yang
meminjam kredit mikro dengan petani yang tidak meminjam. Oleh karena itu
dilakukan penelitian ini dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura di Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Karo.”
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya
maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh faktor – faktor (suku bunga kredit, luas tanaman, jumlah
tanggungan, pendapatan) terhadap peminjaman kredit mikro di lembaga
perbankan di tempat penelitian?
2. Apakah ada perbedaan pendapatan antara petani yang meminjam kredit mikro
dan yang tidak meminjam kredit mikro?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil perumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh antara faktor – faktor (suku bunga kredit, luas
tanaman, jumlah tanggungan, pendapatan) terhadap peminjaman kredit
mikro pada petani hortikultura di lembaga perbankan pada tempat penelitan.
2. Untuk melihat perbedaan pendapatan petani hortikultura yang meminjam
kredit mikro dengan petani hortikultura yang tidak meminjam kredit mikro.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai faktor –
faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit mikro pada petani.
2. Bagi lembaga perbankan sebagai bahan untuk masukan mengenai kebutuhan
3. Bagi penulis sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai
dampak pemberian kredit dan kriteria kredit yang terbaik bagi petani.
4. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi tentang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam kerangka
pengembangan wilayah dataran tinggi adalah hortikultura. Hortikultura adalah
budidaya pertanian yang dicirikan oleh penggunaan tenaga kerja dan prasarana
serta sarana produksi secara intensif. Konsekuensi dari kegiatan usaha tani
hortikultura, tanaman yang dibudidayakan dipilih yang berdaya menghasilkan
pendapatan tinggi (alasan ekonomi) atau yang berdaya menghasilkan kepuasan
pribadi besar (alasan hobi), dan terbagi dalam satuan satuan usaha terbatas
(Notohadinegoro dan Johara, 2005).
Dalam agribisnis, ada beberapa kekhasan yang dimiliki oleh tanaman
hortikultura dan jarang ditemui pada tanaman lain diantaranya : (1) usahatani
yang dilakukan lebih berorientasi pasar (tidak konsisten), (2) bersifat padat modal,
(3) resiko harga relatif besar karena sifat komoditas yang cepat rusak dan (4)
dalam jangka pendek harga relatif berfluktuasi (Hadi, et al, 2000).
Beberapa definisi modal menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut
Soewartoyo (1992), dalam Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen modal
adalah sejumlah uang atau barang yang digunakan untuk kegiatan perusahaan
yang terdiri atas modal tetap seperti gedung pabrik, mesin-mesin dan modal kerja
seperti piutang, sediaan barang, sediaan bahan, barang setengah jadi, barang jadi.
Gilarso (1993), menyatakan bahwa dalam ilmu ekonomi istilah modal (capital,
capital goods) sebagai faktor produksi menunjuk pada segala sarana dan
sebagai masukan (input) dalam proses produksi : bangunan dan konstruksi, alat
dan mesin, serta tambahan pada persediaan.
Modal tersebut dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan
pinjaman. Modal sendiri terdiri atas modal disetor atau modal saham dan laba
ditahan. Pinjaman dapat berupa pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam neraca, modal dalam arti uang dan barang dicatat di sisi kiri sebagai aktiva
atau harta, sedangkan modal dalam arti sumber dana dicatat di sisi kanan sebagai
utang dan modal.
Modal dalam Produksi Pertanian
Dalam sistem agribisnis terdiri dari subsistem yang saling bergantung
secara ekonomis yaitu sektor masukan (input), produksi (farm) dan keluaran
(output). Modal merupakan salah satu faktor produksi yang termasuk dalam
sektor masukan. Dalam produksi pertanian, modal adalah peringkat ke 2 faktor
produksi terpenting setelah tanah. Bahkan kadang-kadang orang menyebut
“modal” adalah satu-satunya milik petani yaitu tanah disamping tenaga kerja yang
dinilai murah.
Dalam ekonomi pertanian disebutkan pula modal adalah barang atau uang yang
bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang baru atau komoditi pertanian (Mubyarto, 1995). Modal petani yang
berupa barang di luar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan
alat-alat pertanian lain, bibit, pupuk dan hasil panen yang belum dijual, tanaman
Jenis Modal
Jenis-jenis modal menurut Bambang Riyanto (1996) terdiri dari :
1. Modal Asing/Utang
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan
modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali.
Selanjutnya modal asing atau utang ini dibagi lagi menjadi tiga golongan yaitu :
a. Modal asing/utang jangka pendek (short-term debt) yaitu jangka waktunya
pendek berkisar kurang dari 1 tahun
b. Modal asing/utang jangka menengah (intermediate- term debt) dengan jangka
waktu antara 1 sampai 10 tahun.
c. Modal asing/utang jangka panjang (long- term debt) dengan jangka waktu
lebih dari 10 tahun.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana
jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya. Modal sendiri yang berasal dari
sumber intern (dari dalam perusahaan) yaitu modal yang dihasilkan sendiri di
dalam perusahaan dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal
dari pemilik perusahaan yang bentuknya tergantung dari bentuk hukum
berbentuk PT, modal yang berasal dari pemiliknya adalah modal saham; bentuk
firma ialah modal berasal dari anggota Firma; bentuk CV ialah modal yang
berasal dari anggota bekerja dan anggota diam/komanditer ; bentuk perusahaan
perseorangan modalnya berasal dari pemiliknya sendiri dan bentuk koperasi
modal sendiri berasal dari simpanan-simpanan pokok dan wajib yang berasal dari
anggotanya.
Sumber Modal 1. Sumber Internal
Sumber penawaran modal ditinjau dari asalnya pada dasarnya dapat
dibedakan dalam sumber intern (internal sources) dan sumber ekstern (external
sources). Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber
dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah
keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan akumulasi penyusutan.
(accumulated depreciations). Sebenarnya ditinjau dari penggunaannya atau
bekerjanya kedua dana tersebut di dalam perusahaan tidak ada bedanya. Berikut
ini akan dijelaskan ke dua jenis modal yang berasal dari sumber intern perusahaan
yaitu:
a. Keuntungan/Laba ditahan
Keuntungan/laba yang ditahan adalah besarnya laba yang dimasukkan
dalam cadangan atau ditahan, selain tergantung kepada besarnya laba yang
diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada kebijakan deviden
(dividend policy) dan kebijakan penanaman kembali (plowing back policy) yang
selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan
bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan sebagai dividen maka bagian
laba yang dijadikan cadangan adalah kecil. Hal ini berarti sumber intern yang
berasal dari cadangan adalah kecil jumlahnya.
b. Depresiasi
Sumber intern selain berasal dari laba/cadangan juga berasal dari
akumulasi penyusutan /depresiasi. Besarnya akumulasi depresiasi yang terbentuk
dari depresiasi setiap tahunnya adalah tergantung kepada metode depresiasi yang
digunakan oleh perusahaan bersangkutan. Sementara sebelum akumulasi
depresiasi itu digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat
digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai
saat penggantiantersebut. Selama waktu itu akumulasi depresiasi merupakan
sumber penawaran modal di dalam perusahaan sendiri. Makin besar jumlah
akumulasi depresiasi berarti makin besar “sumber intern” dari dana yang
dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
2. Sumber Eksternal
Sumber ekstern adalah sumber modal yang berasal dari luar perusahaan.
Dana yang yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari
kreditur dan pemilik, peserta atau penanam saham di dalam perusahaan. Modal
yang berasal dari kreditur adalah utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan
modal yang berasal dari kreditur tersebut adalah apa yang disebut sebagai modal
asing. Metode pembelanjaan perusahaan dengan menggunakan modal asing
Manfaat Modal
a. Mempermudah pendirian perusahaan baru
Salah satu kesulitan pendirian usaha baru adalah adanya kesulitan
memperoleh modal. Dengan adanya modal ventura, kendala dapat dihilangkan.
b. Membantu perkembangan perusahaan
Perusahaan yang sedang mengadakan ekspansi membutuhkan dana yang
besar dan dana ini tak selalu tersedia secara cukup. Modal ventura dapat
mengatasi kesulitan ini denan keikutsertaannya dalam permodalan perusahaan.
a. Meningkatkan investasi
Dalam sebuah ekonomi yang sedang berkembang sangat dibutuhkan
investasi. Dengan adanya pendirian usaha baru yang dipermudah oleh modal
ventura tingkat investasi akan meningkat.
b. Memperlancar alih teknologi
Teknologi yang dimiliki perusahaan belum tentu teknologi yang terbaik
sementara untuk memperoleh teknologi yang terbaik tersebut dibuuhkan dana
yang cukup besar. Modal ventura berfungsi membantu mendapatkan teknologi
tersebut dengan memberikan suntikan dana bagi perusahaan tersebut.
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari
suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi
penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap
dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat
sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani
juga berubah (Soekartawi, 1990).
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani
seperti berdagang, mengojek, dll.
a. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua
pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan
harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu
seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan
biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga
kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi
berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima
petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan
biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani:
(a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman
rata-rata,
(b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks
pertanaman,
(c) Pilihan dan kombinasi,
(d) Intensitas perusahaan pertanaman,
(e) Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran
yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua
yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan
biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume
produksi. Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara
b. Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat
kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari
pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian
dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi, 1994).
Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang
anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab
terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga
adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah
tangga yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting
untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah
tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau
lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,
air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga
sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan
penyuluhan.
Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga
untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya
modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung
lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya
dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah
menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
1) Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan
kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai
maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.
2) Penghasilan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah
dikurangi dengan bunga modal.
3) Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan
yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah
penghasilan rumah tangga.
4) Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu
sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian
dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian
dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,
jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk
tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh
dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong
bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan
bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam
berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:
1) Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,
2) Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
rekreasi, dan pajak,
3) Pemeliharaan investasi, dan
4) Investasi dan tabungan.
Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran
yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga
keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf
perantara keuangan (financial intermediaries) sebagai prasarana yang amat vital
untuk menunjang kelancaran perekonomian. Lembaga keuangan pada dasarnya
mempunyai fungsi mentransfer dana (loanable funds) dari penabung atau unit
surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit
(Triandaru dan Budi Santoso, 2007).
Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah
kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka
berarti mereka memperoleh kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang
dipinjamkan pasti kembali. Kredit adalah pemberian yang kontra prestasinya akan
terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit adalah penyediaan yang ditulis antara
lain disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank
dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban hutang setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan (Thomas, 2005).
Prinsip – prinsip Kredit
Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang telah ditentukan
oleh bank / lembaga keuangan. Agar kegiatan pelaksanaan perkreditan dapat
berjalan dengan sehat dan layak, dikenal dengan 6 C yaitu :
a. Kepribadian / Watak (Character)
Kepribadian/ watak adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk
memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti adalah sifat – sifat,
b. Kemampuan (Capacity)
Kemampuan adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi kewajiban
dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan yang ditinjau dengan kredit dari
bank. Jadi maksud dari penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai
sampai dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk melunasinya
pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati.
c. Modal (Capital)
Modal adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat mereka
mengajukan permohonan kredit pada bank.
d. Jaminan (Collateral)
Jaminan adalah barang – barang yang diserahkan pada bank oleh peminjan
atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Barang jaminan
diperlukan agar kredit tidak mengandung resiko.
e. kondisi ekonomi (Condition of Economic)
Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan
lainnya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun
untuk satu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi
kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.
f. Batasan/ Hambatan (Constrain)
Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang tidak
memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu tempat.
Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit yang disebut 4 P,
a. Kepribadian (Personality)
Personality yaitu penilaian bank tentang kepribadian peminjam seperti
riwayat hidup, hobinya, keadaan keluarga (istri/anak), social standing (pergaulan
dalam masyarakat serta bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan
sebagainya).
b. Tujuan (Purpose)
Bank dalam menilai si peminjam mencari dara tentang tujuan atau
keperluan penggunaan kredit, dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai
dengan line of business kredit bak bersangkutan.
c. Pembayaran (Payment)
Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman.
Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentan prospek kelancaran penjualan dan
pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman
ditinjau dari waktu jumlahnya.
d. ProyeksiMasaDepan (Prospect)
Proyeksi masa depan yaitu harapan usaha di masa yang akan datang dari
calon debitur. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama
beberapa bulan atau tahun, perkembangan – perkembangan keadaan ekonomi
atau usaha perdagangan sektor usaha debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang
dilihat dari earning power (kekuatan pendapatan/keuntungan) di masa lalu dan
Macam – macam Kredit
Untuk membedakan kredit menurut faktor – faktor dan unsur – unsur
yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas
dasar :
a. Sifat penggunaan kredit
1. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi
atau uang akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, baik
usaha – usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Keperluan kredit
1) Kredit produksi / ekploitasi
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik
peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif
yaitu peningkatan kuantitas atau mutu hasil produksi.
2) Kredit Perdagangan
Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya
yang berarti peningkatan utility of place suatu barang, barang – barang yang
diperdagangkan ini juga diperlukan bagi industri.
3) Kredit Investasi
Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi, berarti
untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk keperluan perbaikan ataupun
penambahan barang modal atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan
itu. Misalnya untuk membangun pabrik, membeli / mengganti mesin – mesin dan
Kredit Menurut Cara Pemakaian 1) Kredit rekening Koran bebas
Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran
kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening koran pinjamannya diisi
menurut besarnya kredit yang diberikan, debitur bebas melakukan penarikan
selama kredit berjalan.
2) Kredit Rekening Koran terbatas
Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam melakukan
penarikan uang rekeningya, seperti pemberian kredit dengan uang giral dan
perubahannya menjadi uang chartal dilakukan berangsur – angsur.
3) Kredit Rekening Koran aflopend
Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada waktu
penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh nasabah.
4) Revolving Credit
Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas dengan
masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya berbeda.
5) Term Loans
Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat fleksibel
artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit untuk keperluan apa saja dan
bank tidak mau tentang hal itu.
a. Kredit menurut Jaminan
Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu :
1. Unsecured Loans ( kredit tanpa jaminan ) sering juga disebut kredit blangko.
Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di Indonesia yaitu
memberikan kredit jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik
dan atau mesin – mesin pabrik, perusahaan serta surat berharga.
Jangka Waktu Kredit
Perbedaan jangka waktu kredit menurut peraturan Bank Indonesia adalah
sebagai berikut :
• Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama – lamanya
satu tahun. Jadi pemakaiannya tidak melebihi satu tahun.
• Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu
sampai tiga tahun.
• Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga
tahun.
5.
Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok yang saling
berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut :
• Profitability : bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.
• Safety : keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar –
benar terjamin sehingga profitability dapat benar – benar tercapai tanpa
hambatan yang berarti.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang selanjutnya disebut UMKM
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini.
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang selanjutnya disebut UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah sebagai berikut :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang - Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang - Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini.
Adapun kriteria dari masing - masing usaha adalah :
1. Kriteria Usaha Mikro
• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil
• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
3. Kriteria Usaha Menengah
• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan,
pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu. Hal tersebut berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman
pinjaman antara bank dengan pihak lain. Kondisi tersebut mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Penyaluran terhadap kredit
merupakan segala bentuk fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta
asing yang ditetapkan dalam peraturan bank Indonesia. Namun dalam penyaluran
kredit tersebut terdapat resiko kredit baik itusecara langsung maupun tidak
langsung. Resiko kredit merupakan resiko akibat adanya ketidakpastian dalam
pengembalian pinjaman (Suyatno, 2003).
Penelitian mendalam mengenai soal perkreditan pertanian daam usaha
intensifikasi pertanian padi sawah telah diadakan Sudjanadi sebelumnya dengan
kesimpulan kesimpulan antara lain :
1. Pemberian kredit usahatani dengan bunga ringan perlu untuk memungkinkan
2. Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yaitu mendorong petani untuk
menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang
teliti.
3. Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan
perangsng untuk menerima petunjuk petunjuk dan bersedia berpartisipasi
dalam program peningkatan produksi.
4. Kredit pertaian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada
kredit usahatani saja yang diberikan bagi produksi pertanian tapi harus
mencakup kredit kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).
Salah satu hal yang menyulitkan lembaga lembaga perkreditan dalam
rangka membantu petani adalah sifat dan hakekat dari pertanian yang subsisten
atau setengah subsisten yang masih merupakan sebagian besar terbesar usahatani
Indonesia. Hasil hasil pertanian daripertanian dibagi untuk konsumsi dan untuk
pasar. Tidak jarang bagian produksi yang dijual ke pasar merupaka proporsi yang
kecil saja. Kalau kproduk produk pertanian sebagian besar hanya untuk konsumsu
maka tentunga secara logis sukar untuk memenuhi kreiteria kredit dari
lembaga-lemabag kredi, bahwa kredit yang diberikan harus dipergunakan untuk tujuan
produktif.
Petani yang memperoleh kredit untuk membeli pupuk dan obat obatan
serta pengolahan tanah, terkadang menggunakan sebagian dananya untuk biaya
hidup (cost of living/COL). Petani yang menerima kredit berupa uang kontan
(COL) terkadang menggunakannya untuk keperluan lain yang dianggap lebih
mendesak, misalnya untuk kebutuhan mebayar uang sekolah anak anaknya,
hutang lain. Hal demikian yang terjadi tidak dapat diawasi oleh pihak Bank
(Mubyarto, 1995).
Penawaran komoditas barang dan jasa adalah jumlah dari komoditas yang
ditawarkan produsen kepada konsumen dalam pasar dengan tingkat harga dan
jangka waktu tertentu. Sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu
dengan persediaan pada waktu sebelumnya. Penawaran atau harga dan jumlah
yang ditawarkan semakin meningkat. Begitu juga dengan penawaran kredit, jika
modal yang dimiliki oleh suatu bank semakin meningkat, maka jumlah kredit
yang ditawarkan akan semakin meningkat juga. Pada kondisi ini menggunakan
teori penawaran yang cateris paribus, yaitu variabel lain dianggap konstan atau
tetap, maka faktor lain selain komoditas tersebut tidak mengalami perubahan.
Menurut Agung et al. (2001) faktor-faktor penyaluran (L) atau penawaran kredit
dipengaruhi oleh resiko kredit (R), modal bank (K), jumlah agunan (A), kondisi
keuangan debitur (CF), kebijakan moneter (MP) dan adverse selection.
Permintaan kredit secara agregat akan ditentukan oleh suku bunga kredit
dan faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur
(perusahaan), dan faktor non-ekonomi lainnya. Secara teori, suku bunga kredit ber
pengaruh negatif terhadap permintaan kredit, ceteris paribus. Artinya kenaikan
suku bunga akan menurunkan jumlah kredit yang diminta sedangkan penurunan
suku bunga akan menaikkan jumlah kredit yang diminta. Sedangkan kondisi
perekonomian yang baik dan kondisi internal debitur yang sehat akan menaikkan
permintaan kredit. (Nuryakin dan Warjiyo, 2006).
Selain itu, permintaan kredit perbankan juga dipengaruhi oleh inflasi dan
uang domestik menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan. Sedangkan
dari sisi penawaran, Nuryakin dan Warjiyo (2006) juga berpendapat bahwa
besarnya jumlah kredit ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain
seperti karakteristik internal kreditur (bank), yang meliputi kapasitas kredit (Dana
Pihak Ketiga), efisiensi operasional (BOPO), kualitas aset perbankan,
permodalan, dan Non Performing Loans (NPL). Secara teori, suku bunga kredit
berhubungan positif dengan jumlah kredit yang ditawarkan, ceteris paribus.
Sementara itu, rendahnya efisiensi dan kualitas aset perbankan, tingginya NPL,
rendahnya modal dan kapasitas kredit akan menurunkan penawaran kredit.
2.2. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi maka dilihat penelitian penelitian sebelumnya yang
sudah dilakukan mengenai pemberian kredit antara lain :
1. Taufan Achmad Felna, 2012, “Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro
dan Kecil di Kecamatan Medan Johor”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa yang melatarbelakangi pengusaha mikro dan kecil untuk
meminjam kredit pada bank dan untuk mengetahui peranan pinjaman yang
disalurkan oleh bank terhadap pendapatan usaha mikro dan kecil. Dari hasil
regresi, variabel modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan secara
statistik terhadap variabel pendapatan (kesejahteraan) pengusaha mikro dan
kecil, variabel modal kredit berpengaruh positif dan signifikan secara statistik
terhadap variabel pendapatan (kesejahteraan) pengusaha mikro dan kecil,
variabel jumlah pekerja berpengaruh negatif secara statistik terhadap variabel
determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel tingkat kesejahteraan petani
kopi sebagai variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel – variabel
independen yaitu modal sendiri, modal kredit, jumlah pekerja sebesar
99,504% sedangkan sisanya sebesar 0,496 % dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diikutsertakan ke dalam modal estimasi. Pengujian secara
keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (8,545) > F tabel (3,35),
artinya variabel modal sendiri, modal kredit, luas jumlah pekerja secara
serentak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengusaha mikro
dan kecil.
2. Sri Widodo, 2008. “Pengaruh Pemberian Kredit Modal Kerja Terhadap
Penghasilan Petani Ikan”. Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kredit modal kerja
terhadap penghasilan petani ikan di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.
Dengan menguji pengaruh pemberian kredit modal kerja terhadap
penghasilan petani ikan diharapkan petani dapat mempergunakan investasi
yang ada semaksimal dan sebaik mungkin agar hasil yang diperoleh juga
maksimal. Hasil penelitian di daerah penelitian menunjukkan bahwa
masing-masing koefisien regresi bernilai positif yang berarti variabel modal, dan
kredit , berpengaruh positif terhadap penghasilan. Dari hasil pengujian
statistik individual (uji t) diperoleh nilai t hitung sebesar 2,447 (modal),
18,667 (kredit) < dari p value. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
modal, dan kredit berpengaruh positif terhadap penghasilan petani, karena p
value kredit dan modal < 5 % atau signifikan pada 5 % sehingga apabila
mengalami peningkatan. Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,785. Hal
ini berarti bahwa 78,5% penghasilan petani dipengaruhi oleh besarnya kredit
dan modal kerja, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
2.3. Kerangka Pemikiran
Petani menjalankan usaha taninya dalam kehidupan sehari – hari untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam usaha tani, petani membutuhkan modal.
Modal usahatani yang digunakan adalah hal yang penting bagi berlangsungnya
usaha tani milik petani sampai menghasilkan produk pertaniannya. Modal ini
dapat diperoleh dari tabungan petani maupun dari pihak lain (baik keluarga
maupun diluar keluarga).
Salah satu alternatif dalam memperoleh modal petani dapat melakukan
peminjaman dari lembaga keuangan. Lembaga keuangan baik perbankan maupun
non perbankan merupakan salah satu penyedia modal. Perbankan menjadi salah
satu solusi bagi petani untuk dapat memecahkan masalah permasalahan
permodalan. Modal dari perbankan dikenal dengan kata kredit. Dalam ruang
lingkup petani dari perbankan, biasanya kredit yang dikucurkan adalah kredit
mikro.yang biasanya ditujukan untuk segmen modal kerja.
Petani dalam mengambil keputusan untuk mengambil kredit mikro di
perbankan tentu memiliki alasan tertentu. Peminjaman kredit mikro oleh petani
dapat didasarkan atas suku bunga, luas lahan yang akan dibiayai, jumlah
tanggungan dalam keluarga. Dari sebab – sebab yang ada akan diteliti faktor –
faktor apa saja yang akan mempengaruhi keputusan petani dalam memilih untuk
Dari alasan alasan petaniuntuk memilih untuk meminjam dari lembaga
keuangan akan dilihat apakah petani mengalami peningkatan pendapatan.
Penggunaan kredit yang sesuai akan membuat penghasilan petani menjadi
meningkan sedangkan bila petani hortikultura menggunakan kredit tersebut untuk
tujuan yang lain, akan menimbulkan keadaan yang kurang menguntungkan.
Menunjuk kepada latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan
tinjauan pustaka yang telah dilakukan maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran penulisan seperti berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Petani Hortikultura Usaha tani hortikultura Produk Hortikultura
Modal (kredit mikro)
Dengan kredit mikro
Tidak dengan kredit mikro
Perbankan
- Suku bunga
kredit
- Luas tanaman
- Jumlah
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan penelitian – penelitian sebelumnya, dapat dibentuk
hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Ada pengaruh nyata faktor suku bunga kredit, luas tanaman, jumlah
tanggungan dan pendapatan terhadap peminjaman kredit mikro di lembaga
perbankan di tempat penelitian
2. Ada perbedaan pendapatan antara petani yang meminjam kredit mikro dan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Karo,
Kecamatan Simpang Empat. Adapun pertimbangan utama dalam penentuan
sebagai daerah penelitan adalah pada daerah tersebut merupakan sentra utama
daerah penghasil tanaman hortikultura dan merupakan salah satu kecamatan
dengan jumlah peminjam/debitur yang banyak meminjam di Bank Mandiri.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Mandiri dapat dilihat jumlah
peminjam yang berada di Kabupaten Karo sesuai tabel dibawah.
Tabel 4. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dari Bank Mandiri di Kabupaten Karo, April 2013
No. Kecamatan Jumlah Debitur (Orang)
1 Berastagi 105
Sumber: Data diolah dari Bank Mandiri.
Pemilihan Kecamatan Simpang Empat sebagai daerah penelitian karena di
daerah tersebut ditemui peminjam/ debitur yang paling banyak berusaha tani.
Sedangkan untuk menentukan desa penelitian dimana desa yang dipilih
berdasarkan banyaknya populasi paling banyak. Informasi yang diperoleh dari
yang memperoleh fasilitas kredit dengan debitur dengan usahatani terbanyak yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dengan Usaha tani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, April 2013
No. Desa Jumlah Kreditur (orang)
1 Jeraya 15
Sumber: Data diolah dari Bank Mandiri.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode non acak,
yaitu dengan metode purposive sampling. Suhartono (2002), mengemukakan
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang mampu menentukan
mengemukakan bahwa dalam teknik ini siapa yang akan diambil sebagai anggota
sampel diserahkan pada pertimbangan, pengumpulan data yang sesuai dengan
peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian.
Jumlah populasi sebanyak 22 orang peminjam/debitur yang berada di
Kecamatan Simpang Empat. Pengambilan sampel petani hortikultura yang
menggunakan kredit dilakukan dengan cara sensus sampling. Suharsimi Arikunto
(2002) juga menyatakan bahwa apabila populasi diatas 100 maka sampel diambil
10 – 25 % atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga, dan dana sedangkan populasi dibawah 100, maka responden diambil
keseluruhan.
Tabel 6. Data Populasi Penerima Kredit Menurut Sektor Usaha di Kecamatan Simpang Empat, April 2013
No. Sektor Usaha Jumlah Debitur (orang)
1 Pertanian 22
2 Kelontong/ Sembako 15
3 Warung Kopi/ Warung Makan 19
4 Jasa lainnya 7
5 Perdagangan/ Pengecer 19
Total 82
Sumber: Data diolah dari Bank Mandiri.
Untuk mengambil sampel yang tidak menerima kredit dari Bank Mandiri
diambil sebanyak jumlah sampel yang meminjam. Adapun pertimbangan
pengambilan jumlah sampel ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sampel di
daerah penelitian bersifat homogen dimana rata rata penduduknya berprofesi
sebagai petani, sehingga jumlah sampel tersebut dianggap dapat mewakili
Tabel 7. Data Populasi dan Sampel Penelitian di Kecamatan Simpang
Sumber: Data mentah yang diolah.
Sedangkan untuk data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data dari hasil wawancara
langsung kepada petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap
yang dapat diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Pertanian,
Dinas Penyuluhan, PT Bank Mandiri (persero) Tbk, serta literatur – literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.3. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis permasalahan yang ada pada latar belakang maka
dapat diuraikan sebagai berikut:
Untuk menjawab identifikasi masalah 1, yaitu mengenai pengaruh antara faktor– faktor (suku bunga kredit, luas lahan, jumlah tanggungan) yang diberikan
terhadap peminjaman kredit petani hortikultura di tempat penelitian akan
dianalisis dengan menggunakan model fungsi linier berganda. Dimana analisis
variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Dimana untuk
mempermudah memperoleh nilainya dilihat dari hasil regresi yang dilakukan
dengan alat bantu SPSS. Bentuk persamaan model fungsi linier berganda yang
digunakan adalah:
�=� + �1�1+�2�2+�3�3+�4�4+�
Dimana:
Y : Jumlah peminjaman kredit mikro (Rp.)
a : Konstanta
b1 b2 b3 b4 : nilai koefisien variabel yang akan dicari
�1 : Suku bunga kredit (%)
�2 : Luas lahan (m)
�3 : Jumlah tanggungan (orang)
�4 : Pendapatan (Rupiah/ siklus tanam)
Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai
model yang baik jika model terserbut memenuhi beberapa asumsi yang disebut
dengan asumsi klasik. Ada empat uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu
model regresi yaitu:
a. Normalitas
b. Multikolinieritas
c. Heteroskedassitas
Uji Normalitas (Variabel µ1 Berdistribusi Normal)
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu
(residual) memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini cara yang digunakan
untuk menguji normalitas adalah Uji One sample Kolmogorov-Smirnov yaitu
membandingkan fungsi distribusi kumulatif dari pengamatan dengan fungsi
distribusi kumulatif teoritis.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0: Tidak ada perbedaan distribusi µi (residual) dengan distribusi normal atau
residua l berdistribusi normal.
H1: Ada perbedaan distribusi µi (residual) dengan distribusi normal atau residual
tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengambilan keputusan:
- Jika signifikansi > α 0,05 maka H0 diterima artinya residual berdistribusi normal.
- Jika signifikansi < α 0,05 maka H1 diterima artinya residual tidak berdistribusi
normal.
Uji Multikolinieritas (Variabel Bebas Tidak berkorelasi Secara Sempurna) Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen).
Multikolinieritas dapat dilihat dari:
- Nilai koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,8.
- Apabila secara serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih