• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura (Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura (Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMINJAMAN KREDIT MIKRO PETANI HORTIKULTURA

(Studi Kasus : Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)

TESIS

Oleh

Fenytha

107039020/ MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBSNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMINJAMAN KREDIT MIKRO PETANI HORTIKULTURA

(Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Fenytha

107039020/ MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBSNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura (Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo).

Nama : Fenytha

NIM : 107039020

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS) (Dr. Ir. Salmiah, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada 23 AGUSTUS 2013

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS __________________

Anggota : 1. Dr. Ir. Salmiah, MS __________________

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS __________________

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMINJAMAN KREDIT MIKRO BAGI PETANI HORTIKULTURA DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,

Fenytha

(6)

Dipersembahkan kepada:

Kedua Orangtua, Adik-Adik, dan Seluruh Keluarga

Special Thanks to :

Teman – Teman SEP Angkatan 2005

Teman – Teman MAG Angkatan IV

Dan PT. Bank Mandiri, (Persero), Tbk

Mazmur 42 : 6

(7)

ABSTRAK

Fenytha, Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro bagi Petani Hortikultura, Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo (Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai anggota).

Kredit merupakan salah satu cara petani untuk memperoleh modal. Dalam Melalui penggunaan kredit, diharapkan ada pertambahan modal dalam usaha tani yang berdampak pada pertambahan produksi dan peningkatan pendapatan petani. Penggunaan kredit yang benar akan membantu peningkatan kesejahteraan petani. Ada beberapa hal yang membuat keputusan petani dalam meminjam kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berpengaruh (suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan) terhadap jumlah peminjaman kredit mikro di daerah penelitian dan untuk melihat perbedaan pendapatan antara peminjam kredit dan yang bukan peminjam kredit pada daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani dan data sekunder dari pihak terkait. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji beda rata rata dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Hasil analisis menunjukkan: Secara serentak faktor suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah peminjaman kredit yang dipinjam oleh petani hortikultura namun secara parsial hanya jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan teori Mubyarto bahwa petani menggunakan sebagian data tunai yang diperoleh dari bank untuk kegiatan konsumsi. Tidak terdapat perbedaan pendapatan antara pemakai kredit mikro dan yang tidak pemakai kredit. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara petani pemakai kredit dan yang tidak pemakai kredit karena perlakuan petani terhadap tanaman tidak berbeda (cara produksi homogen).

(8)

RIWAYAT HIDUP

FENYTHA, lahir di Tiganderket, Karo pada tanggal 13 Februari 1987 dari

Bapak Darma dan Ibu Asta Julianna br Sembiring. Penulis merupakan anak ke

satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 045859 Mardingding Karo,

tamat tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Pertama Swasta Sint. Xaverius 1

(Don Bosco) Kabanjahe, tamat tahun 2002.

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kabanjahe, tamat

tahun 2005.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dengan

Jurusan Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun

2010.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

kasih dan anugerah-Nya sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan materi yang disajikan dalam

usulan penelitian ini jauh dari sempurna, dikarenakan kekurangan dan

keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga kritik dan saran yang sifatnya

membangun diharapkan untuk melengkapinya.

Tersusunnya tesis ini tidak lepas dari motivasi, bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Kelin Tarigan, MS selaku ketua komisi pembimbing.

2. Dr. Ir. Salmiah, MS selaku anggota komisi pembimbing.

3. Dosen-dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Orangtua yang selalu memberikan doa, dukungan dan materi sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Adik adikku Agus Nadastra Bangun, SP dan Yoga Mayudi Bangun yang

selalu saling mengingatkan untuk dapat menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Agribisnis angkatan IV yang telah memberikan dukungan.

8. Dan segenap pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(10)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan pelitian ... 7 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 36

Metode Penentuan Sampel ...37

Metode Analisis Data ...39

Defenisi dan Batasan Operasional ...46

Defenisi ...46

Batasan Operasional ...47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Wilayah ...48

Profil Daerah Kabupaten Karo ...48

Profil Kecamatan Simpang Empat ...49

Deskripsi Data atau Sample ...50

Keadaan Umum Petani ...50

Hasil Analisis dan Pembahasan ...51

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Di Kecamatan Simpang Empat ...51

Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) dan Model Uji Hipotesis ...52

Uji Asumsi Klasik ...55

(11)

Analisis Biaya ...58 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani ...58 Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Hortikultura Pemakai Kredit dan Tidak Pemakai Kredit ...61 Pembahasan ...62

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...65 Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Menurut Lembaga

Keuangan dari Tahun 2010-2012 di Indonesia ... 4

2. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM di Sumatera Utara

Tahun 2010-2012 ... 5

3. Jumlah Kredit UMKM dan Jumlah Kreditur Menurut Bank Mandiri dari

Tahun 2011 – April 2013. ... 6

4. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dari Bank Mandiri di Kabupaten Karo ..36

5. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dengan Uusaha Tani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat... 37

6. Data Populasi Penerima Kredit Menurut Sektor Usaha di Kecamatan Simpang

Empat ... 38

7. Data Populasi dan Sampel Penelitian di Kecamatan Simpang Empat ... 39

8. Pengaruh Suku Bunga, Luas Tanaman, Jumlah Tanggungan dan Pendapatan

Terhadap Jumlah Kredit ... 52

9. Hasil Uji Normalitas Model Jumlah Kredit Petani Hortikultura ... 57

10. Nilai dan Persentase dari Masing Masing Jenis Biaya Petani Hortikultura

Pemakai Kredit dan Tidak Pemakai Kredit ... 52

11. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Petani Hortikultura Pemakai Kredit per Musim Tanam di Kecamatan Simpang Empat ... 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

1. Kerangka Pemikiran………...…28

2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Jumlah Kredit Petani

(14)

ABSTRAK

Fenytha, Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro bagi Petani Hortikultura, Studi Kasus: Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo (Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai anggota).

Kredit merupakan salah satu cara petani untuk memperoleh modal. Dalam Melalui penggunaan kredit, diharapkan ada pertambahan modal dalam usaha tani yang berdampak pada pertambahan produksi dan peningkatan pendapatan petani. Penggunaan kredit yang benar akan membantu peningkatan kesejahteraan petani. Ada beberapa hal yang membuat keputusan petani dalam meminjam kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berpengaruh (suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan) terhadap jumlah peminjaman kredit mikro di daerah penelitian dan untuk melihat perbedaan pendapatan antara peminjam kredit dan yang bukan peminjam kredit pada daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani dan data sekunder dari pihak terkait. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji beda rata rata dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Hasil analisis menunjukkan: Secara serentak faktor suku bunga, luas tanaman, jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah peminjaman kredit yang dipinjam oleh petani hortikultura namun secara parsial hanya jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan teori Mubyarto bahwa petani menggunakan sebagian data tunai yang diperoleh dari bank untuk kegiatan konsumsi. Tidak terdapat perbedaan pendapatan antara pemakai kredit mikro dan yang tidak pemakai kredit. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara petani pemakai kredit dan yang tidak pemakai kredit karena perlakuan petani terhadap tanaman tidak berbeda (cara produksi homogen).

(15)

RIWAYAT HIDUP

FENYTHA, lahir di Tiganderket, Karo pada tanggal 13 Februari 1987 dari

Bapak Darma dan Ibu Asta Julianna br Sembiring. Penulis merupakan anak ke

satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 045859 Mardingding Karo,

tamat tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Pertama Swasta Sint. Xaverius 1

(Don Bosco) Kabanjahe, tamat tahun 2002.

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kabanjahe, tamat

tahun 2005.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dengan

Jurusan Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun

2010.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah

satu faktor produksi maka tidak akan ada produksi yang terjadi. Salah satu

persoalan yang mendasar yang selalu dibahas berbagai pihak baik itu dalam sektor

manapun adalah mengenai permodalan. Modal dapat diartikan sebagai dana/uang

yang dipergunakan untuk menjalankan usaha agar dapat berlangsung umurnya.

Dalam pertanian, modal diperlukan untuk membangun pertanian agar berkembang

maupun untuk memulai baru. Biasanya, modal dengan dana sendiri memberikan

arti bahwa dana tersebut dipersiapkan sendiri petani/ pengusaha baik dengan cara

diambil dari tabungan sendiri, menggadaikan barang, dengan meminjam dari

koperasi/ bank, bermitra dengan lembaga/perusahaan lain maupun cara lain yang

dianggap layak untuk dilakukan.

Kenyataan ini mengharuskan petani untuk mencari dana tambahan guna

melaksanakan kebijakan penambahan modal tersebut. Dana tersebut dapat

diperoleh dengan meminjam kepada pihak lain, yang salah satunya adalah

lembaga keuangan seperti bank.

Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia seperti juga negara-negara

sedang berkembang lainnya, secara spesifik memiliki ciri ciri:(1) Jumlah unit

usaha sangat besar dan tersebar di seluruh pelosok perdesaan, (2) Umumnya

(17)

sangat besar, (3) Menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal

setempat, yaitu sumberdaya alam dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang

jumlahnya berlebih, (4) Mempunyai kegiatan produksi yang umumnya berbasis

pertanian, dan (5) Umumnya membiayai kegiatan produksinya dengan tabungan

pribadi, ditambah pinjaman atau bantuan dari kerabat, atau dari pemberi kredit

informal, pemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumen

(Tambunan, 2009).

Dari sisi modal, kebanyakan usaha mikro dan kecil memulai usahanya

dengan modal sendiri dan sebagian kecil yang telah melakukan pendekatan

terhadap lembaga keuangan dalam rangka memperoleh pinjaman usahanya. Masih

rendahnya tingkat pinjaman usaha mikro dan kecil kepada lembaga keuangan

formal disebabkan beberapa permasalahan antara lain: (1) kurangnya aksesibilitas

usaha mikro dan kecil kepada lembaga keuangan formal terutama informasi dan

persyaratan kredit, (2) tidak adanya agunan kredit, (3) kurangnya kemampuan

manajemen keuangan, (4) rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dan (5)

terbatasnya kompetensi kewirausahaan dan permodalan (Bank Indonesia, 2005).

Dengan tidak adanya modal, petani hortikultura akan sulit menjalankan

usahatani. Kenyataan ini mengharuskan petani untuk mencari dana tambahan

guna melaksanakan kebijakan penambahan modal tersebut. Dana tersebut dapat

diperoleh dengan meminjam kepada pihak lain, yang salah satunya adalah

lembaga keuangan seperti bank yang disebut dengan kredit.

Kredit bukan merupakan salah satu faktor produksi, melainkan suatu alat

untuk memperoleh modal. Dalam arti aslinya kredit adalah suatu transaksi antara

(18)

Kreditor menyediakan uang, barang atau jasa dengan membuat perjanjian bahwa

debitor akan membayar kembali pinjamannya pada waktu yang sudah ditentukan.

Petani merupakan salah satu yang memakai fasilitas kredit. Petani memiliki

keputusan untuk tidak memakai/meminjam kredit atau memakai modal sendiri.

Kredit yang dikucurkan oleh perbankan mempunyai banyak jenis, dan

pemanfaatan yang berbeda. Salah satu dari jenis kredit yang disalurkan ini dikenal

dengan sebutan kredit mikro. Jenis kredit ini diberikan bank kepada petani/

pengusaha yang memiliki usaha relatif kecil. Petani hortikultura juga termasuk

salah satu dalam pihak yang menerima kredit ini. Dimana petani hortikultura

adalah petani yang mengusahakan jenis tanaman yang cepat menghasilkan hasil

produksinya. Oleh karena itu dalam sektor pertanian maka petani hortikulturalah

paling banyak meminta kredit mikro ke bank.

Kebutuhan petani hortikultura untuk mendapat modal sungguh sudah

merupakan hal yang biasa. Kebutuhan modal ini didasari akan pemahaman petani

untuk melanjutkan usaha taninya. Selain itu petani yang akan meminjam baik itu

pada lembaga perbankan resmi maupun non resmi harus memperhatikan

pengembalian yang dapat dilakukan oleh petani. Pengembalian ini dapat dilihat

dari jumlah pendapatan petani yang diperoleh. Dari pendapatan petani akan

membagi antara uang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, biaya

hidup dan untuk pengembalian kredit yang dipinjam.

Kredit mikro dan kecil yang diperuntukkan khusus untuk Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) yang difasilitasi pemerintah telah lama ada sejak akhir

tahun 1960-an, berupa: pola kredit bimas, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit

(19)

dan kecil yang belum terjangkau lembaga keuangan formal, dimana sumber

modal usaha mikro dan kecil, terbesar bukan dari lembaga kredit, tetapi dari

modal sendiri. Kondisi lainnya juga digambarkan bahwa pasar usaha mikro dan

kecil yang digarap oleh perbankan baru sekitar 30 persen saja secara nasional, dan

70 persen sisanya, belum tergarap oleh perbankan nasional. Hal ini merupakan

peluang bagi lembaga keuangan mikro, baik bank maupun non bank untuk terus

menggarap usaha mikro dan kecil, terutama usaha yang belum bankable

(Abdullah, 2006).

Pemberian kredit dari lembaga keuangan/ perbankan diharapkan dapat

menambah kekuatan bagi petani. Modal yang dibutuhkan diharapkan tidak lagi

menghambat petani untuk berproduksi. Sehingga peran penting lembaga

keuangan akan terlihat. Pemberian kredit kepada petani usaha kecil dapat

digolongkan ke dalam kredit usaha mikro. Adapun jumlah aliran dan kredit/ baki

debet Usaha Menengah Kredit Mikro (UMKM) yang dikeluarkan oleh perbankan

di Indonesia menurut lembaga keuangan yang ada di Indonesia sebagai berikut:

Tabel 1. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Menurut Lembaga Keuangan dari Tahun 2010-2012, di Indonesia, Dalam Miliar Rupiah

No. Uraian Tahun

2010 2011 2012

1 Bank Persero 172.915,60 222.645,10 242.861,10

2 Bank Swasta Nasional Devisa 149.831,20 176.924,80 205.731,20

3 Bank Swasta Nasional non Devisa 11.401,30 17.308,80 23.259,70

4 BPD 31.340,10 31.313,90 45.081,80

5 Bank Campuran 7.905,70 6.651,30 8.750,10

6 Bank Asing 3.255,80 3.320,00 712,60

7 BPR – BPRS 17.649,20 21.722,50 25.829,50

Total 394.298,90 479.886,40 552.226,00

(20)

Melihat perkembangan angka – angka dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

penyaluran kredit UMKM meningkat setiap tahunnya. Sektor ini merupakan

sektor yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat baik itu petani, pengrajin

usaha kecil, pemilik kedai kelontong kecil dan jasa jasa lainnya. Kredit ini

memberikan bantuan finansial kepada masyarakat untuk memperoleh tambahan

modal. Kebutuhan modal ini diperoleh dari pinjaman bank, koperasi, pegadaian

dan lembaga perbankan lainnya.

Di Sumatera Utara sendiri peningkatan kredit Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011 terjadi

peningkatan sebanyak 140,36% jika dibandingkan dengan kenaikan pada tahun

2012 yang hanya sebanyak 117,80%.

Tabel 2. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Di Sumatera Utara tahun 2010 – 2012.

Tahun Baki debet (miliar Rp.) Kenaikan (%)

2010 19.345,20 -

2011 27.153,90 140,36

2012 31.989,70 117,80

Sumber: Statistik Bank Indonesia(Data diolah), 2013

Pada Bank Mandiri wilayah penelitian, diperoleh data kreditur dan jumlah

kredit UMKM yang dikucurkan berupa pinjaman kredit mikro sejak tahun 2011

sampai dengan April 2013 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.

(21)

No. Tahun Nilai Kredit Creditor

Rp. 000 % orang %

1 2011 2.780,00 21,35 295 35,67

2 2012 7.810,00 59,98 350 42,32

3 Apr-13 2.430,00 18,66 182 22,01

Total 13.020,00 100,00 827 100

Sumber: Bank Mandiri (Persero) tbk, (Data diolah) 2013

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap tahun bertambah jumlah kredit

dan jumlah kreditur. Peningkatan ini dapat dirata – ratakan per tahunnya diperoleh

jumlah kredit yang disalurkan pada Bank Mandiri di wilayah penelitian selama

periode tersebut adalah Rp. 4.340 dan rata - rata jumlah kreditur adalah 276 orang.

Petani hortikultura di semua daerah pasti memerlukan modal dalam

melakukan usaha taninya. Permasalahan paling mendasar yang dihadapi oleh

petani hortikultura adalah masalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh si

petani. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak dari masyarakat golongan

ekonomi lemah yang merasa kesulitan dalam mencari atau mendapatkan modal

usaha mikro dengan suku bunga pinjaman modal yang ringan. Untuk itu perlu

dilihat faktor-faktor apa saja berpengaruh terhadap jumlah peminjaman kredit

mikro. Selanjutnya akan dilihat bila ada perbedaan pendapatan antara petani yang

meminjam kredit mikro dengan petani yang tidak meminjam. Oleh karena itu

dilakukan penelitian ini dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Peminjaman Kredit Mikro Bagi Petani Hortikultura di Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Karo.”

(22)

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya

maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh faktor – faktor (suku bunga kredit, luas tanaman, jumlah

tanggungan, pendapatan) terhadap peminjaman kredit mikro di lembaga

perbankan di tempat penelitian?

2. Apakah ada perbedaan pendapatan antara petani yang meminjam kredit mikro

dan yang tidak meminjam kredit mikro?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil perumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh antara faktor – faktor (suku bunga kredit, luas

tanaman, jumlah tanggungan, pendapatan) terhadap peminjaman kredit

mikro pada petani hortikultura di lembaga perbankan pada tempat penelitan.

2. Untuk melihat perbedaan pendapatan petani hortikultura yang meminjam

kredit mikro dengan petani hortikultura yang tidak meminjam kredit mikro.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai faktor –

faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit mikro pada petani.

2. Bagi lembaga perbankan sebagai bahan untuk masukan mengenai kebutuhan

(23)

3. Bagi penulis sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai

dampak pemberian kredit dan kriteria kredit yang terbaik bagi petani.

4. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi tentang

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam kerangka

pengembangan wilayah dataran tinggi adalah hortikultura. Hortikultura adalah

budidaya pertanian yang dicirikan oleh penggunaan tenaga kerja dan prasarana

serta sarana produksi secara intensif. Konsekuensi dari kegiatan usaha tani

hortikultura, tanaman yang dibudidayakan dipilih yang berdaya menghasilkan

pendapatan tinggi (alasan ekonomi) atau yang berdaya menghasilkan kepuasan

pribadi besar (alasan hobi), dan terbagi dalam satuan satuan usaha terbatas

(Notohadinegoro dan Johara, 2005).

Dalam agribisnis, ada beberapa kekhasan yang dimiliki oleh tanaman

hortikultura dan jarang ditemui pada tanaman lain diantaranya : (1) usahatani

yang dilakukan lebih berorientasi pasar (tidak konsisten), (2) bersifat padat modal,

(3) resiko harga relatif besar karena sifat komoditas yang cepat rusak dan (4)

dalam jangka pendek harga relatif berfluktuasi (Hadi, et al, 2000).

Beberapa definisi modal menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut

Soewartoyo (1992), dalam Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen modal

adalah sejumlah uang atau barang yang digunakan untuk kegiatan perusahaan

yang terdiri atas modal tetap seperti gedung pabrik, mesin-mesin dan modal kerja

seperti piutang, sediaan barang, sediaan bahan, barang setengah jadi, barang jadi.

Gilarso (1993), menyatakan bahwa dalam ilmu ekonomi istilah modal (capital,

capital goods) sebagai faktor produksi menunjuk pada segala sarana dan

(25)

sebagai masukan (input) dalam proses produksi : bangunan dan konstruksi, alat

dan mesin, serta tambahan pada persediaan.

Modal tersebut dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan

pinjaman. Modal sendiri terdiri atas modal disetor atau modal saham dan laba

ditahan. Pinjaman dapat berupa pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam neraca, modal dalam arti uang dan barang dicatat di sisi kiri sebagai aktiva

atau harta, sedangkan modal dalam arti sumber dana dicatat di sisi kanan sebagai

utang dan modal.

Modal dalam Produksi Pertanian

Dalam sistem agribisnis terdiri dari subsistem yang saling bergantung

secara ekonomis yaitu sektor masukan (input), produksi (farm) dan keluaran

(output). Modal merupakan salah satu faktor produksi yang termasuk dalam

sektor masukan. Dalam produksi pertanian, modal adalah peringkat ke 2 faktor

produksi terpenting setelah tanah. Bahkan kadang-kadang orang menyebut

“modal” adalah satu-satunya milik petani yaitu tanah disamping tenaga kerja yang

dinilai murah.

Dalam ekonomi pertanian disebutkan pula modal adalah barang atau uang yang

bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan

barang-barang baru atau komoditi pertanian (Mubyarto, 1995). Modal petani yang

berupa barang di luar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan

alat-alat pertanian lain, bibit, pupuk dan hasil panen yang belum dijual, tanaman

(26)

Jenis Modal

Jenis-jenis modal menurut Bambang Riyanto (1996) terdiri dari :

1. Modal Asing/Utang

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya

sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan

modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Selanjutnya modal asing atau utang ini dibagi lagi menjadi tiga golongan yaitu :

a. Modal asing/utang jangka pendek (short-term debt) yaitu jangka waktunya

pendek berkisar kurang dari 1 tahun

b. Modal asing/utang jangka menengah (intermediate- term debt) dengan jangka

waktu antara 1 sampai 10 tahun.

c. Modal asing/utang jangka panjang (long- term debt) dengan jangka waktu

lebih dari 10 tahun.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan

yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.

Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana

jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya. Modal sendiri yang berasal dari

sumber intern (dari dalam perusahaan) yaitu modal yang dihasilkan sendiri di

dalam perusahaan dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal

dari pemilik perusahaan yang bentuknya tergantung dari bentuk hukum

(27)

berbentuk PT, modal yang berasal dari pemiliknya adalah modal saham; bentuk

firma ialah modal berasal dari anggota Firma; bentuk CV ialah modal yang

berasal dari anggota bekerja dan anggota diam/komanditer ; bentuk perusahaan

perseorangan modalnya berasal dari pemiliknya sendiri dan bentuk koperasi

modal sendiri berasal dari simpanan-simpanan pokok dan wajib yang berasal dari

anggotanya.

Sumber Modal 1. Sumber Internal

Sumber penawaran modal ditinjau dari asalnya pada dasarnya dapat

dibedakan dalam sumber intern (internal sources) dan sumber ekstern (external

sources). Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang

dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber

dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah

keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan akumulasi penyusutan.

(accumulated depreciations). Sebenarnya ditinjau dari penggunaannya atau

bekerjanya kedua dana tersebut di dalam perusahaan tidak ada bedanya. Berikut

ini akan dijelaskan ke dua jenis modal yang berasal dari sumber intern perusahaan

yaitu:

a. Keuntungan/Laba ditahan

Keuntungan/laba yang ditahan adalah besarnya laba yang dimasukkan

dalam cadangan atau ditahan, selain tergantung kepada besarnya laba yang

diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada kebijakan deviden

(dividend policy) dan kebijakan penanaman kembali (plowing back policy) yang

(28)

selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan

bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan sebagai dividen maka bagian

laba yang dijadikan cadangan adalah kecil. Hal ini berarti sumber intern yang

berasal dari cadangan adalah kecil jumlahnya.

b. Depresiasi

Sumber intern selain berasal dari laba/cadangan juga berasal dari

akumulasi penyusutan /depresiasi. Besarnya akumulasi depresiasi yang terbentuk

dari depresiasi setiap tahunnya adalah tergantung kepada metode depresiasi yang

digunakan oleh perusahaan bersangkutan. Sementara sebelum akumulasi

depresiasi itu digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat

digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai

saat penggantiantersebut. Selama waktu itu akumulasi depresiasi merupakan

sumber penawaran modal di dalam perusahaan sendiri. Makin besar jumlah

akumulasi depresiasi berarti makin besar “sumber intern” dari dana yang

dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan.

2. Sumber Eksternal

Sumber ekstern adalah sumber modal yang berasal dari luar perusahaan.

Dana yang yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari

kreditur dan pemilik, peserta atau penanam saham di dalam perusahaan. Modal

yang berasal dari kreditur adalah utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan

modal yang berasal dari kreditur tersebut adalah apa yang disebut sebagai modal

asing. Metode pembelanjaan perusahaan dengan menggunakan modal asing

(29)

Manfaat Modal

a. Mempermudah pendirian perusahaan baru

Salah satu kesulitan pendirian usaha baru adalah adanya kesulitan

memperoleh modal. Dengan adanya modal ventura, kendala dapat dihilangkan.

b. Membantu perkembangan perusahaan

Perusahaan yang sedang mengadakan ekspansi membutuhkan dana yang

besar dan dana ini tak selalu tersedia secara cukup. Modal ventura dapat

mengatasi kesulitan ini denan keikutsertaannya dalam permodalan perusahaan.

a. Meningkatkan investasi

Dalam sebuah ekonomi yang sedang berkembang sangat dibutuhkan

investasi. Dengan adanya pendirian usaha baru yang dipermudah oleh modal

ventura tingkat investasi akan meningkat.

b. Memperlancar alih teknologi

Teknologi yang dimiliki perusahaan belum tentu teknologi yang terbaik

sementara untuk memperoleh teknologi yang terbaik tersebut dibuuhkan dana

yang cukup besar. Modal ventura berfungsi membantu mendapatkan teknologi

tersebut dengan memberikan suntikan dana bagi perusahaan tersebut.

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari

suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya

seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi

penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap

dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat

(30)

sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani

juga berubah (Soekartawi, 1990).

Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu

pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan

pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan

yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih

antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam

per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah

pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani

seperti berdagang, mengojek, dll.

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua

pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh

petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil

penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan

harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu

seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan

biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga

kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

(31)

lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi

berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima

petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan

biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pendapatan usahatani:

(a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman

rata-rata,

(b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks

pertanaman,

(c) Pilihan dan kombinasi,

(d) Intensitas perusahaan pertanaman,

(e) Efisiensi tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran

yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua

yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya

tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan

biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume

produksi. Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi

dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara

(32)

b. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat

kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari

kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan

petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,

pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari

pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian

dan non pertanian di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi, 1994).

Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang

anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab

terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga

adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah

tangga yang bersangkutan.

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting

untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah

tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau

lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh

pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.

Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,

air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga

(33)

sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan

penyuluhan.

Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga

untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya

modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung

lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya

dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah

menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:

1) Pendapatan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan

kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai

maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.

2) Penghasilan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah

dikurangi dengan bunga modal.

3) Pendapatan Kerja Keluarga

Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan

yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah

penghasilan rumah tangga.

4) Pendapatan Keluarga

Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber

(34)

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu

sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian

dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,

menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian

dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,

jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).

Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk

tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh

dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong

bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan

bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam

berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.

Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:

1) Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,

2) Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,

rekreasi, dan pajak,

3) Pemeliharaan investasi, dan

4) Investasi dan tabungan.

Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran

yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga

keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf

(35)

perantara keuangan (financial intermediaries) sebagai prasarana yang amat vital

untuk menunjang kelancaran perekonomian. Lembaga keuangan pada dasarnya

mempunyai fungsi mentransfer dana (loanable funds) dari penabung atau unit

surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit

(Triandaru dan Budi Santoso, 2007).

Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah

kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka

berarti mereka memperoleh kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang

dipinjamkan pasti kembali. Kredit adalah pemberian yang kontra prestasinya akan

terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit adalah penyediaan yang ditulis antara

lain disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank

dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban hutang setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan (Thomas, 2005).

Prinsip – prinsip Kredit

Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang telah ditentukan

oleh bank / lembaga keuangan. Agar kegiatan pelaksanaan perkreditan dapat

berjalan dengan sehat dan layak, dikenal dengan 6 C yaitu :

a. Kepribadian / Watak (Character)

Kepribadian/ watak adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk

memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti adalah sifat – sifat,

(36)

b. Kemampuan (Capacity)

Kemampuan adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi kewajiban

dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan yang ditinjau dengan kredit dari

bank. Jadi maksud dari penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai

sampai dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk melunasinya

pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati.

c. Modal (Capital)

Modal adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat mereka

mengajukan permohonan kredit pada bank.

d. Jaminan (Collateral)

Jaminan adalah barang – barang yang diserahkan pada bank oleh peminjan

atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Barang jaminan

diperlukan agar kredit tidak mengandung resiko.

e. kondisi ekonomi (Condition of Economic)

Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan

lainnya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun

untuk satu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi

kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.

f. Batasan/ Hambatan (Constrain)

Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang tidak

memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu tempat.

Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit yang disebut 4 P,

(37)

a. Kepribadian (Personality)

Personality yaitu penilaian bank tentang kepribadian peminjam seperti

riwayat hidup, hobinya, keadaan keluarga (istri/anak), social standing (pergaulan

dalam masyarakat serta bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan

sebagainya).

b. Tujuan (Purpose)

Bank dalam menilai si peminjam mencari dara tentang tujuan atau

keperluan penggunaan kredit, dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai

dengan line of business kredit bak bersangkutan.

c. Pembayaran (Payment)

Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman.

Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentan prospek kelancaran penjualan dan

pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman

ditinjau dari waktu jumlahnya.

d. ProyeksiMasaDepan (Prospect)

Proyeksi masa depan yaitu harapan usaha di masa yang akan datang dari

calon debitur. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama

beberapa bulan atau tahun, perkembangan – perkembangan keadaan ekonomi

atau usaha perdagangan sektor usaha debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang

dilihat dari earning power (kekuatan pendapatan/keuntungan) di masa lalu dan

(38)

Macam – macam Kredit

Untuk membedakan kredit menurut faktor – faktor dan unsur – unsur

yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas

dasar :

a. Sifat penggunaan kredit

1. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi

atau uang akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, baik

usaha – usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

b. Keperluan kredit

1) Kredit produksi / ekploitasi

Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik

peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif

yaitu peningkatan kuantitas atau mutu hasil produksi.

2) Kredit Perdagangan

Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya

yang berarti peningkatan utility of place suatu barang, barang – barang yang

diperdagangkan ini juga diperlukan bagi industri.

3) Kredit Investasi

Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi, berarti

untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk keperluan perbaikan ataupun

penambahan barang modal atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan

itu. Misalnya untuk membangun pabrik, membeli / mengganti mesin – mesin dan

(39)

Kredit Menurut Cara Pemakaian 1) Kredit rekening Koran bebas

Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran

kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening koran pinjamannya diisi

menurut besarnya kredit yang diberikan, debitur bebas melakukan penarikan

selama kredit berjalan.

2) Kredit Rekening Koran terbatas

Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam melakukan

penarikan uang rekeningya, seperti pemberian kredit dengan uang giral dan

perubahannya menjadi uang chartal dilakukan berangsur – angsur.

3) Kredit Rekening Koran aflopend

Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada waktu

penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh nasabah.

4) Revolving Credit

Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas dengan

masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya berbeda.

5) Term Loans

Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat fleksibel

artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit untuk keperluan apa saja dan

bank tidak mau tentang hal itu.

a. Kredit menurut Jaminan

Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu :

1. Unsecured Loans ( kredit tanpa jaminan ) sering juga disebut kredit blangko.

(40)

Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di Indonesia yaitu

memberikan kredit jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik

dan atau mesin – mesin pabrik, perusahaan serta surat berharga.

Jangka Waktu Kredit

Perbedaan jangka waktu kredit menurut peraturan Bank Indonesia adalah

sebagai berikut :

• Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama – lamanya

satu tahun. Jadi pemakaiannya tidak melebihi satu tahun.

• Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu

sampai tiga tahun.

• Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga

tahun.

5.

Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok yang saling

berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut :

Profitability : bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa

keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.

Safety : keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar –

benar terjamin sehingga profitability dapat benar – benar tercapai tanpa

hambatan yang berarti.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang selanjutnya disebut UMKM

(41)

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini.

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang selanjutnya disebut UMKM

(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah sebagai berikut :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang - Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

(42)

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang - Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini.

Adapun kriteria dari masing - masing usaha adalah :

1. Kriteria Usaha Mikro

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima

(43)

3. Kriteria Usaha Menengah

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00

(lima puluh milyar rupiah).

Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan,

pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu. Hal tersebut berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman

pinjaman antara bank dengan pihak lain. Kondisi tersebut mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah

bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Penyaluran terhadap kredit

merupakan segala bentuk fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta

asing yang ditetapkan dalam peraturan bank Indonesia. Namun dalam penyaluran

kredit tersebut terdapat resiko kredit baik itusecara langsung maupun tidak

langsung. Resiko kredit merupakan resiko akibat adanya ketidakpastian dalam

pengembalian pinjaman (Suyatno, 2003).

Penelitian mendalam mengenai soal perkreditan pertanian daam usaha

intensifikasi pertanian padi sawah telah diadakan Sudjanadi sebelumnya dengan

kesimpulan kesimpulan antara lain :

1. Pemberian kredit usahatani dengan bunga ringan perlu untuk memungkinkan

(44)

2. Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yaitu mendorong petani untuk

menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang

teliti.

3. Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan

perangsng untuk menerima petunjuk petunjuk dan bersedia berpartisipasi

dalam program peningkatan produksi.

4. Kredit pertaian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada

kredit usahatani saja yang diberikan bagi produksi pertanian tapi harus

mencakup kredit kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).

Salah satu hal yang menyulitkan lembaga lembaga perkreditan dalam

rangka membantu petani adalah sifat dan hakekat dari pertanian yang subsisten

atau setengah subsisten yang masih merupakan sebagian besar terbesar usahatani

Indonesia. Hasil hasil pertanian daripertanian dibagi untuk konsumsi dan untuk

pasar. Tidak jarang bagian produksi yang dijual ke pasar merupaka proporsi yang

kecil saja. Kalau kproduk produk pertanian sebagian besar hanya untuk konsumsu

maka tentunga secara logis sukar untuk memenuhi kreiteria kredit dari

lembaga-lemabag kredi, bahwa kredit yang diberikan harus dipergunakan untuk tujuan

produktif.

Petani yang memperoleh kredit untuk membeli pupuk dan obat obatan

serta pengolahan tanah, terkadang menggunakan sebagian dananya untuk biaya

hidup (cost of living/COL). Petani yang menerima kredit berupa uang kontan

(COL) terkadang menggunakannya untuk keperluan lain yang dianggap lebih

mendesak, misalnya untuk kebutuhan mebayar uang sekolah anak anaknya,

(45)

hutang lain. Hal demikian yang terjadi tidak dapat diawasi oleh pihak Bank

(Mubyarto, 1995).

Penawaran komoditas barang dan jasa adalah jumlah dari komoditas yang

ditawarkan produsen kepada konsumen dalam pasar dengan tingkat harga dan

jangka waktu tertentu. Sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu

dengan persediaan pada waktu sebelumnya. Penawaran atau harga dan jumlah

yang ditawarkan semakin meningkat. Begitu juga dengan penawaran kredit, jika

modal yang dimiliki oleh suatu bank semakin meningkat, maka jumlah kredit

yang ditawarkan akan semakin meningkat juga. Pada kondisi ini menggunakan

teori penawaran yang cateris paribus, yaitu variabel lain dianggap konstan atau

tetap, maka faktor lain selain komoditas tersebut tidak mengalami perubahan.

Menurut Agung et al. (2001) faktor-faktor penyaluran (L) atau penawaran kredit

dipengaruhi oleh resiko kredit (R), modal bank (K), jumlah agunan (A), kondisi

keuangan debitur (CF), kebijakan moneter (MP) dan adverse selection.

Permintaan kredit secara agregat akan ditentukan oleh suku bunga kredit

dan faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur

(perusahaan), dan faktor non-ekonomi lainnya. Secara teori, suku bunga kredit ber

pengaruh negatif terhadap permintaan kredit, ceteris paribus. Artinya kenaikan

suku bunga akan menurunkan jumlah kredit yang diminta sedangkan penurunan

suku bunga akan menaikkan jumlah kredit yang diminta. Sedangkan kondisi

perekonomian yang baik dan kondisi internal debitur yang sehat akan menaikkan

permintaan kredit. (Nuryakin dan Warjiyo, 2006).

Selain itu, permintaan kredit perbankan juga dipengaruhi oleh inflasi dan

(46)

uang domestik menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan. Sedangkan

dari sisi penawaran, Nuryakin dan Warjiyo (2006) juga berpendapat bahwa

besarnya jumlah kredit ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain

seperti karakteristik internal kreditur (bank), yang meliputi kapasitas kredit (Dana

Pihak Ketiga), efisiensi operasional (BOPO), kualitas aset perbankan,

permodalan, dan Non Performing Loans (NPL). Secara teori, suku bunga kredit

berhubungan positif dengan jumlah kredit yang ditawarkan, ceteris paribus.

Sementara itu, rendahnya efisiensi dan kualitas aset perbankan, tingginya NPL,

rendahnya modal dan kapasitas kredit akan menurunkan penawaran kredit.

2.2. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi maka dilihat penelitian penelitian sebelumnya yang

sudah dilakukan mengenai pemberian kredit antara lain :

1. Taufan Achmad Felna, 2012, “Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro

dan Kecil di Kecamatan Medan Johor”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apa yang melatarbelakangi pengusaha mikro dan kecil untuk

meminjam kredit pada bank dan untuk mengetahui peranan pinjaman yang

disalurkan oleh bank terhadap pendapatan usaha mikro dan kecil. Dari hasil

regresi, variabel modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan secara

statistik terhadap variabel pendapatan (kesejahteraan) pengusaha mikro dan

kecil, variabel modal kredit berpengaruh positif dan signifikan secara statistik

terhadap variabel pendapatan (kesejahteraan) pengusaha mikro dan kecil,

variabel jumlah pekerja berpengaruh negatif secara statistik terhadap variabel

(47)

determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel tingkat kesejahteraan petani

kopi sebagai variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel – variabel

independen yaitu modal sendiri, modal kredit, jumlah pekerja sebesar

99,504% sedangkan sisanya sebesar 0,496 % dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diikutsertakan ke dalam modal estimasi. Pengujian secara

keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (8,545) > F tabel (3,35),

artinya variabel modal sendiri, modal kredit, luas jumlah pekerja secara

serentak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengusaha mikro

dan kecil.

2. Sri Widodo, 2008. “Pengaruh Pemberian Kredit Modal Kerja Terhadap

Penghasilan Petani Ikan”. Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kredit modal kerja

terhadap penghasilan petani ikan di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.

Dengan menguji pengaruh pemberian kredit modal kerja terhadap

penghasilan petani ikan diharapkan petani dapat mempergunakan investasi

yang ada semaksimal dan sebaik mungkin agar hasil yang diperoleh juga

maksimal. Hasil penelitian di daerah penelitian menunjukkan bahwa

masing-masing koefisien regresi bernilai positif yang berarti variabel modal, dan

kredit , berpengaruh positif terhadap penghasilan. Dari hasil pengujian

statistik individual (uji t) diperoleh nilai t hitung sebesar 2,447 (modal),

18,667 (kredit) < dari p value. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

modal, dan kredit berpengaruh positif terhadap penghasilan petani, karena p

value kredit dan modal < 5 % atau signifikan pada 5 % sehingga apabila

(48)

mengalami peningkatan. Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,785. Hal

ini berarti bahwa 78,5% penghasilan petani dipengaruhi oleh besarnya kredit

dan modal kerja, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

2.3. Kerangka Pemikiran

Petani menjalankan usaha taninya dalam kehidupan sehari – hari untuk

memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam usaha tani, petani membutuhkan modal.

Modal usahatani yang digunakan adalah hal yang penting bagi berlangsungnya

usaha tani milik petani sampai menghasilkan produk pertaniannya. Modal ini

dapat diperoleh dari tabungan petani maupun dari pihak lain (baik keluarga

maupun diluar keluarga).

Salah satu alternatif dalam memperoleh modal petani dapat melakukan

peminjaman dari lembaga keuangan. Lembaga keuangan baik perbankan maupun

non perbankan merupakan salah satu penyedia modal. Perbankan menjadi salah

satu solusi bagi petani untuk dapat memecahkan masalah permasalahan

permodalan. Modal dari perbankan dikenal dengan kata kredit. Dalam ruang

lingkup petani dari perbankan, biasanya kredit yang dikucurkan adalah kredit

mikro.yang biasanya ditujukan untuk segmen modal kerja.

Petani dalam mengambil keputusan untuk mengambil kredit mikro di

perbankan tentu memiliki alasan tertentu. Peminjaman kredit mikro oleh petani

dapat didasarkan atas suku bunga, luas lahan yang akan dibiayai, jumlah

tanggungan dalam keluarga. Dari sebab – sebab yang ada akan diteliti faktor –

faktor apa saja yang akan mempengaruhi keputusan petani dalam memilih untuk

(49)

Dari alasan alasan petaniuntuk memilih untuk meminjam dari lembaga

keuangan akan dilihat apakah petani mengalami peningkatan pendapatan.

Penggunaan kredit yang sesuai akan membuat penghasilan petani menjadi

meningkan sedangkan bila petani hortikultura menggunakan kredit tersebut untuk

tujuan yang lain, akan menimbulkan keadaan yang kurang menguntungkan.

Menunjuk kepada latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan

tinjauan pustaka yang telah dilakukan maka dapat digambarkan kerangka

pemikiran penulisan seperti berikut :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Petani Hortikultura Usaha tani hortikultura Produk Hortikultura

Modal (kredit mikro)

Dengan kredit mikro

Tidak dengan kredit mikro

Perbankan

- Suku bunga

kredit

- Luas tanaman

- Jumlah

(50)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan penelitian – penelitian sebelumnya, dapat dibentuk

hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Ada pengaruh nyata faktor suku bunga kredit, luas tanaman, jumlah

tanggungan dan pendapatan terhadap peminjaman kredit mikro di lembaga

perbankan di tempat penelitian

2. Ada perbedaan pendapatan antara petani yang meminjam kredit mikro dan

(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Karo,

Kecamatan Simpang Empat. Adapun pertimbangan utama dalam penentuan

sebagai daerah penelitan adalah pada daerah tersebut merupakan sentra utama

daerah penghasil tanaman hortikultura dan merupakan salah satu kecamatan

dengan jumlah peminjam/debitur yang banyak meminjam di Bank Mandiri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Mandiri dapat dilihat jumlah

peminjam yang berada di Kabupaten Karo sesuai tabel dibawah.

Tabel 4. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dari Bank Mandiri di Kabupaten Karo, April 2013

No. Kecamatan Jumlah Debitur (Orang)

1 Berastagi 105

Sumber: Data diolah dari Bank Mandiri.

Pemilihan Kecamatan Simpang Empat sebagai daerah penelitian karena di

daerah tersebut ditemui peminjam/ debitur yang paling banyak berusaha tani.

Sedangkan untuk menentukan desa penelitian dimana desa yang dipilih

berdasarkan banyaknya populasi paling banyak. Informasi yang diperoleh dari

(52)

yang memperoleh fasilitas kredit dengan debitur dengan usahatani terbanyak yang

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dengan Usaha tani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, April 2013

No. Desa Jumlah Kreditur (orang)

1 Jeraya 15

Sumber: Data diolah dari Bank Mandiri.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode non acak,

yaitu dengan metode purposive sampling. Suhartono (2002), mengemukakan

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang mampu menentukan

mengemukakan bahwa dalam teknik ini siapa yang akan diambil sebagai anggota

sampel diserahkan pada pertimbangan, pengumpulan data yang sesuai dengan

(53)

peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian.

Jumlah populasi sebanyak 22 orang peminjam/debitur yang berada di

Kecamatan Simpang Empat. Pengambilan sampel petani hortikultura yang

menggunakan kredit dilakukan dengan cara sensus sampling. Suharsimi Arikunto

(2002) juga menyatakan bahwa apabila populasi diatas 100 maka sampel diambil

10 – 25 % atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu,

tenaga, dan dana sedangkan populasi dibawah 100, maka responden diambil

keseluruhan.

Tabel 6. Data Populasi Penerima Kredit Menurut Sektor Usaha di Kecamatan Simpang Empat, April 2013

No. Sektor Usaha Jumlah Debitur (orang)

1 Pertanian 22

2 Kelontong/ Sembako 15

3 Warung Kopi/ Warung Makan 19

4 Jasa lainnya 7

5 Perdagangan/ Pengecer 19

Total 82

Sumber: Data diolah dari Bank Mandiri.

Untuk mengambil sampel yang tidak menerima kredit dari Bank Mandiri

diambil sebanyak jumlah sampel yang meminjam. Adapun pertimbangan

pengambilan jumlah sampel ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sampel di

daerah penelitian bersifat homogen dimana rata rata penduduknya berprofesi

sebagai petani, sehingga jumlah sampel tersebut dianggap dapat mewakili

(54)

Tabel 7. Data Populasi dan Sampel Penelitian di Kecamatan Simpang

Sumber: Data mentah yang diolah.

Sedangkan untuk data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data dari hasil wawancara

langsung kepada petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap

yang dapat diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Pertanian,

Dinas Penyuluhan, PT Bank Mandiri (persero) Tbk, serta literatur – literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3.3. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis permasalahan yang ada pada latar belakang maka

dapat diuraikan sebagai berikut:

Untuk menjawab identifikasi masalah 1, yaitu mengenai pengaruh antara faktor– faktor (suku bunga kredit, luas lahan, jumlah tanggungan) yang diberikan

terhadap peminjaman kredit petani hortikultura di tempat penelitian akan

dianalisis dengan menggunakan model fungsi linier berganda. Dimana analisis

(55)

variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Dimana untuk

mempermudah memperoleh nilainya dilihat dari hasil regresi yang dilakukan

dengan alat bantu SPSS. Bentuk persamaan model fungsi linier berganda yang

digunakan adalah:

�=� + �11+�22+�33+�44+�

Dimana:

Y : Jumlah peminjaman kredit mikro (Rp.)

a : Konstanta

b1 b2 b3 b4 : nilai koefisien variabel yang akan dicari

�1 : Suku bunga kredit (%)

�2 : Luas lahan (m)

�3 : Jumlah tanggungan (orang)

�4 : Pendapatan (Rupiah/ siklus tanam)

Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai

model yang baik jika model terserbut memenuhi beberapa asumsi yang disebut

dengan asumsi klasik. Ada empat uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu

model regresi yaitu:

a. Normalitas

b. Multikolinieritas

c. Heteroskedassitas

(56)

Uji Normalitas (Variabel µ1 Berdistribusi Normal)

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu

(residual) memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini cara yang digunakan

untuk menguji normalitas adalah Uji One sample Kolmogorov-Smirnov yaitu

membandingkan fungsi distribusi kumulatif dari pengamatan dengan fungsi

distribusi kumulatif teoritis.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: Tidak ada perbedaan distribusi µi (residual) dengan distribusi normal atau

residua l berdistribusi normal.

H1: Ada perbedaan distribusi µi (residual) dengan distribusi normal atau residual

tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengambilan keputusan:

- Jika signifikansi > α 0,05 maka H0 diterima artinya residual berdistribusi normal.

- Jika signifikansi < α 0,05 maka H1 diterima artinya residual tidak berdistribusi

normal.

Uji Multikolinieritas (Variabel Bebas Tidak berkorelasi Secara Sempurna) Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen).

Multikolinieritas dapat dilihat dari:

- Nilai koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,8.

- Apabila secara serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Menurut
Tabel 2. Perkembangan Baki Debet Penyaluran Kredit UMKM Di Sumatera
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4. Data Desa dan Jumlah Penerima Kredit dari Bank Mandiri di Kabupaten Karo, April 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Dari hasil wawancara dengan 44 pertanyaan menjawab ya dan 33 pertanyaan menjawab iya, dari data tersebut dimensi sumber daya yang menjawab tidak begitu besar

Berdasarkan hasil pengamatan dan wa- wancara langsung selama 2 minggu dengan jumlah sampel 2500 produk dengan menggunakan SNQ dan Plibel , maka dapat diuraikan

Summary of change:  Change obligation of observedProperty parameter in GetObservation request from mandatory to optional and from ‘one or many’ to ‘zero or many’. Table

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian kawasan budidaya teripang menggunakan Aplikasi SIG yang disajikan dalam bentuk peta kesesuaian kawasan budidaya

Sehubungan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang kegiatan pemberdayaan terhadap peternak itik di Desa Sitemu dan keberadaan Kelompok tani Ternak

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul “Analisis Varibel Yang Mempengaruhi Tax Avoidance