• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Modal dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Struktur Modal dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGANDENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2010-2013

OLEH

MUHAMMAD SADID FAUQANI 110503009

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan skripsi saya yang

berjudul “Pengaruh Struktur Modal dan Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada

Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 -

2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang sebagai tugas akademik

guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

Data yang saya peroleh dari lembaga dan saya kutip dari hasil karya

penulis lain telah mendapatkan izin serta telah dicantumkan sumbernya secara

jelas menurut norma dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi saya berikut ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Medan, 03 Oktober 2015 Yang Membuat Pernyataan

NIM: 110503009

(3)

ii ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel struktur modal dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 sampel yang terdiri dari 12 perusahaan selama 4 tahun pengamatan. Perusahaan merupakan perusahaan otomotif. Data diperoleh dari website

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda diketahui variabel struktur modal dan good corporate governance secara simultan signifikan dalam mempengaruhi variabel kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Pengaruh yang terjadi antara struktur modal dengan variabel kinerja keuangan secara parsial signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Pengaruh yang terjadi antara good corporate governance dengan variabel kinerja keuangan secara parsial juga signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Untuk pengujian moderasi, diketahui variabel ukuran perusahaan signifikan dalam memoderasi hubungan antara struktur modal dan kinerja keuangan, namun ukuran perusahaan tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara good corporate governance dan kinerja keuangan.

(4)

iii

ABSTRACT

EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON FINANCIAL PERFORMANCE BY COMPANY SIZE AS MODERATING

VARIABLE IN AUTOMOTIVE COMPANY LISTED IN STOCK EXCHANGE INDONESIA YEAR 2010-2013

This study aimed to analyze the effect of variable capital structure and good corporate governance for financial performance. This study collects empirical evidence. The sample in this study as many as 48 samples consisting of 12 companies during the 4 years of observation. The company is an automotive company. Data obtained from the website

Based on the results of data processing using multiple linear regression method known variable capital structure and good corporate governance simultaneously significant in influencing variable financial performance at a significance level of 5%. Influences that occur between the capital structure and financial performance partially variable is statistically significant at the 5% significance level. Influences that occur between good corporate governance with financial performance partially variable is also statistically significant at the 5% significance level. For testing moderation, known variables company size significantly in moderate the relationship between capital structure and financial performance, but the company size is not significant in moderate the relationship between good corporate governance and financial performance.

(5)

iv KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengatur dan memberi petunjuk.

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat-Nya atas limpahan Rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur

Modal dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan

Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Otomotif Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013” sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1

Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta Ayahanda

Ir.H. Muhammad Al Arqam, Ibunda Hj. Irmawaty Harahap, dan Abangku Ahmad Zaki yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berdoa dan memberikan yang terbaik selama ini, selama perkuliahan

dan terlebih dalam pada penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal

Ja’far, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Dapartemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1

(6)

v motivasi, bimbingan, perhatian, kritik, saran, dan kesabaran yang luar biasa

dari awal penulisan hingga akhir penulisan skripsi ini serta Ibu Dra. Mutia

Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen penguji dan Ibu Yeti Meliany

Lubis, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pembanding penulis yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Para sahabat yang penulis banggakan Sheila, Deby, Yogi, Widhy, Bayu,

Fachrial, Alfi, Edy, Madan, Rizal, Utak, Isrok, Randi, Sofra, Rafika, Fauziah,

Dea, Nova, Atika, Astri, Tiasa, Adrian, Edria serta seluruh teman-teman

angkatan 2011 S1 Akuntansi FEB USU khususnya grup A dan B yang telah

memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terimakasih atas motivasi dan doa kalian selama ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak

kekurangan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun, sangat penulis harapkan.

Medan, 03 Oktober 2015 Peneliti

(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1. Pecking Order Theory ... 8

2.1.2. Kinerja Keuangan ... 9

2.1.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan ... 12

2.1.3. Struktur Modal ... 15

2.1.3.1. Jenis-Jenis Modal ... 17

2.1.3.2. Teori Struktur Modal ... 19

2.1.4. Good Corporate Governance ... 23

2.1.4.1. Prinsip Dasar Good Corporate Governance ... 26

2.1.4.2. Manfaat Good Corporate Governance ... 27

2.1.5. Ukuran Perusahaan ... 29

2.1.5.1. Klasifikasi Ukuran Perusahaan ... 31

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 34

2.3. Kerangka Konseptual ... 35

2.4. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3. Identifikasi Variabel ... 42

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 42

3.4.1. Variabel Dependen ... 42

3.4.2. Variabel Independen ... 43

3.4.3. Variabel Moderating ... 44

(8)

vii

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 47

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.8. Teknik Analisis Data ... 48

3.8.1. Statistik Deskriptif ... 48

3.8.2. Uji Asumsi Klasik ... 48

3.8.2.1. Uji Normalitas ... 49

3.8.2.2. Uji Multikolinearitas ... 49

3.8.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 50

3.8.2.4. Uji Autokorelasi ... 51

3.8.3. Analisis Regresi Linier Berganda... 51

3.8.4. Analisis Regresi Dengan Variabel Moderating ... 52

3.8.5. Uji Hipotesis ... 53

3.8.5.1. Uji Simultan (Uji F) ... 53

3.8.5.2. Uji Parsial (Uji-t) ... 54

3.8.5.3. Pengujian Koefisien Determinan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1. Hasil Penelitian ... 56

4.1.1. Gambaran Singkat Objek Penelitian ... 56

4.1.2. Statistik Deskriptif ... 56

4.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 58

4.1.3.1. Uji Normalitas ... 58

4.1.3.2. Uji Multikolinearitas ... 60

4.1.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 61

4.1.3.4. Uji Autokorelasi ... 62

4.2. Pengujian Hipotesis ... 63

4.3. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 71

5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(9)

viii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul ... ... ... Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 34

3.1. Jadwal Penelitian ... 41

3.2. Definisi Operasional………... 45

3.3. Daftar Populasi Dan Sampel Penelitian ... 47

4.1. Statistik Deskriptif ... 57

4.2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 60

4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 60

4.4. Uji Autokorelasi ... 62

4.5. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 64

4.6. Uji Parsial (Uji-t)... 65

4.7. Uji Koefisien Determinasi ... 66

4.8. Uji Signifikansi Ukuran Perusahaan Dalam Memoderasi Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan ... 67

(10)

ix DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul ... Halaman

1.1. Grafik Pergerakan ROA ... 4

1.2. Grafik Pergerakan DER ... 5

2.1. Siklus Good Corporate Governance ... 25

2.2. Kerangka Konseptual ... 36

4.1. Normal P-Plot ... 58

4.2. Grafik Histogram ... 59

4.3. Diagram Scatterplot ... 61

4.4. Menentukan Nilai F Tabel Dengan Microsoft Excel .. 63

(11)

x DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul ... Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 75

2 Data Struktur Modal ... 76

3 Data Kepemilikan Manajerial ... 77

4 Data Ukuran Perusahaan ... 78

5 Data Kinerja Keuangan ... 79

(12)

ii ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel struktur modal dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 sampel yang terdiri dari 12 perusahaan selama 4 tahun pengamatan. Perusahaan merupakan perusahaan otomotif. Data diperoleh dari website

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda diketahui variabel struktur modal dan good corporate governance secara simultan signifikan dalam mempengaruhi variabel kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Pengaruh yang terjadi antara struktur modal dengan variabel kinerja keuangan secara parsial signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Pengaruh yang terjadi antara good corporate governance dengan variabel kinerja keuangan secara parsial juga signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Untuk pengujian moderasi, diketahui variabel ukuran perusahaan signifikan dalam memoderasi hubungan antara struktur modal dan kinerja keuangan, namun ukuran perusahaan tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara good corporate governance dan kinerja keuangan.

(13)

iii

ABSTRACT

EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON FINANCIAL PERFORMANCE BY COMPANY SIZE AS MODERATING

VARIABLE IN AUTOMOTIVE COMPANY LISTED IN STOCK EXCHANGE INDONESIA YEAR 2010-2013

This study aimed to analyze the effect of variable capital structure and good corporate governance for financial performance. This study collects empirical evidence. The sample in this study as many as 48 samples consisting of 12 companies during the 4 years of observation. The company is an automotive company. Data obtained from the website

Based on the results of data processing using multiple linear regression method known variable capital structure and good corporate governance simultaneously significant in influencing variable financial performance at a significance level of 5%. Influences that occur between the capital structure and financial performance partially variable is statistically significant at the 5% significance level. Influences that occur between good corporate governance with financial performance partially variable is also statistically significant at the 5% significance level. For testing moderation, known variables company size significantly in moderate the relationship between capital structure and financial performance, but the company size is not significant in moderate the relationship between good corporate governance and financial performance.

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ekonom percaya bahwa tujuan utama dari perusahaan adalah untuk

memaksimalkan nilai, keuntungan, dan kesejahteraan pemegang saham. Oleh

karena itu profitabilitas perusahaan telah menjadi kriteria utama dalam

menentukan kinerja keuangan. Pada dunia bisnis profitabilitas memainkan peran

penting dalam struktur dan pengembangan perusahaan karena dapat mengukur

kinerja dan keberhasilan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan

juga dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Rasio keuangan dapat

digunakan sebagai alat dalam melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan,

salah satu rasio yang digunakan sebagai pengukuran kinerja keuangan yaitu rasio

profitabilitas, dimana ROA merupakan salah satu cara yang digunakan dalam

pengukuran tersebut. Berdasarkan konsep keuangan maka laporan keuangan

sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari

waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai

tujuannya. Sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan

mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang terjadi, menuntut

perusahaan untuk mampu menyediakan sarana dan sistem penilaian yang dapat

mendorong persaingan ke arah peningkatan efisiensi dan daya saing. Umumnya

(15)

2 mendapatkan return yang maksimal dengan risiko yang minimal. Sehubungan

dengan itu, informasi keuangan sangat bermanfaat bagi para investor yang akan

menanamkan modalnya disuatu perusahaan untuk menilai sejauh mana

keberhasilan yang telah dicapai dan membuat prediksi dari informasi yang

diperolehnya. Dalam investasi yang akan dilakukan oleh para investor, maka perlu

suatu perencanaan yang matang dengan melakukan usaha penilaian terhadap

kinerja keuangan dimana mereka akan menanamkan investasinya.

Media yang dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan

adalah laporan keuangan dengan melakukan analisis laporan keuangan yang

bertujuan untuk menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Analisis terhadap

laporan keuangan dapat dilakukan dengan melakukan analisis rasio keuangan.

Dengan analisis rasio keuangan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan

perusahaan di bidang keuangan, namun dapat juga dipakai sebagai sistem

peringatan awal (early warning system) terhadap kemunduran kondisi keuangan

perusahaan. Rasio keuangan akan membantu untuk mengetahui posisi perusahaan

ditengah perusahaan lain dan bermanfaat bagi para investor dan pemakai laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, rasio keuangan banyak

digunakan oleh berbagai penelitian karena rasio keuangan terbukti berperan

penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan untuk memprediksi

kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat (Chen, 1981 dalam

(16)

3 keuangan, faktor utama yang pada umumnya mendapat perhatian khusus oleh para

investor atau para pemakai laporan keuangan adalah likuiditas, solvabilitas /

leverage, aktivitas dan profitabilitas. Semakin besar ukuran perusahaan,

biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan

keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut

semakin banyak. Albrecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002)

menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk

melakukan perataaan laba dibandingkan perusahaan perusahaan kecil karena

perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Karena itu, diduga bahwa

ukuran perusahaan mempengaruhi besaran pengelolaan laba perusahaan.

Dalam beberapa tahun terakhir terdapat berbagai fenomena ekonomi yang

terjadi khususnya di Indonesia. Contohnya, resesi ekonomi selain itu berbagai

kebijakan pemerintah yang berganti sehingga berdampak pada beberapa aktivitas

perusahaan. Hal tersebut juga berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.

Selain itu, peneliti juga menyajikan grafik tentang variabel-variabel yang

akan diteliti pada penelitian ini. Peneliti akan mengambil 4 perusahaan otomotif

(17)

4 Dibawah ini peneliti menyajikan grafik beberapa perusahaan mengenai

pergerakan ROA dari tahun 2010 - 2013 :

Gambar 1.1. Grafik Pergerakan ROA Sumber :periode 2010-2013

Gambar 1.1.

Pergerakan ROA Empat Perusahaan Otomotif dari Tahun 2010 - 2013

Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat fluktuasi pergerakan

ROA pada perusahaan Gajah Tunggal dan Good Year, sedangkan pada

perusahaan Astra International dan Astra Otopart mengalami penurunan.

Dibawah ini peneliti menyajikan grafik beberapa perusahaan mengenai

pergerakan DER dari tahun 2010 - 2013 : 0%

5% 10% 15% 20%

ASII GJTL GDYR AUTO

2010

2011

2012

(18)

5 Gambar 1.2. Grafik Pergerakan DER

Sumber :periode 2010-2013

Gambar 1.2.

Pergerakan DER Empat Perusahaan Otomotif dari Tahun 2010 - 2013

Pada grafik diatas dijelaskan bahwa keempat perusahaan yaitu Astra

International, Gajah Tunggal, Good Year, dan Astra Otopart mengalami fluktuasi

dalam hal DER pada tahun 2010 - 2013.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sampel

perusahaan yang diambil adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2010 - 2013. Selain itu, salah satu variabel independen yang

diambil adalah good corporate governance dimana kepemilikan manajerial

digunakan sebagai perhitungan variabel yang akan diteliti.

ASII GJTL GDYR AUTO

2010 6,0% 1,9% 1,76% 0,4%

2011 0,8% 1,6% 1,77% 0,5%

2012 9,9% 1,4% 1,35% 0,6%

2013 3,5% 1,7% 0,97% 0,3%

0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

(19)

6 Berdasarkan fenomena dan kondisi diatas serta adanya ketidakkonsistenan

hasil penelitian, membuat peneliti tertarik untuk meneliti kemungkinan beberapa

instrumen laporan keuangan yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Oleh

karena itu peneliti menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilimiah yang

berbentuk skripsi dengan judul ”Pengaruh Struktur Modal Dan Good

Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Ukuran

Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010 - 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a) Apakah struktur modal dan good corporate governance berpengaruh

terhadap kinerja keuangan secara parsial maupun simultan?

b) Apakah ukuran perusahaan memoderasi hubungan antara struktur modal

terhadap kinerja keuangan?

c) Apakah ukuran perusahaan memoderasi hubungan antara good corporate

governance terhadap kinerja keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka

(20)

7 a) Mengetahui pengaruh struktur modal dan good corporate governance

terhadap kinerja keuangan secara parsial maupun secara simultan,

b) Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara

struktur modal dengan kinerja keuangan,

c) Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara good

corporate governance dengan kinerja keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta

sebagai bahan masukan apabila suatu saat dimintai pendapat mengenai

pengaruh struktur modal dan good corporate governance terhadap kinerja

keuangan dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.

2. Bagi perusahaan/instansi, sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi

pihak perusahaan baik dalam menjalankan aktivitas maupun dalam

mengambil sebuah keputusan manajemen di masa yang akan datang.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan

penelitian berikutnya bagi pihak lain sehingga dapat dijadikan

perbandingan untuk di masa yang akan datang.

4. Bagi investor, sebagai tambahan masukan guna membantu investor dalam

pengambilan keputusan apabila investor ingin menanamkan modalnya

(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pecking Order Theory

Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa

”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya

rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber

dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat

struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan

preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory

dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004:458-459), terdapat skenario

urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut

diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling

rendah risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti

obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh

(22)

9 Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan

dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan

investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar

tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.

Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan

tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan

oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa

perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai

tingkat utang yang kecil.

2.1.2. Kinerja Keuangan

Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas

yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan

acuan untuk melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah menjalankan

suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan

melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan

(non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan

yang dimiliki oleh perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu

tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income

statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta

hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance

(23)

10 Menurut Helfred (1993:53) "The company's financial performance is the

result or effect the decision-making process is continuously performed by the

management company in the field of investment, operation, financing".

Artinya kinerja keuangan perusahaan adalah hasil atau akibat proses

pengambilan keputusan secara kontinyu oleh manajemen perusahaan yang

dilakukan dalam bidang investasi, operasi, pendanaan.

Definisi kinerja keuangan menurut Fahmi (2011:2) adalah suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Sementara itu menurut IAI (2007), dikemukakan bahwa kinerja keuangan

adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya

yang dimilikinya.

Dari sejumlah

kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi

perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan

perusahaan dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

Kinerja keuangan pada dasarnya diperlukan sebagai alat untuk mengukur

financial health (kesehatan keuangan) perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan

digunakan sebagai media pengukuran subyektif yang menggambarkan efektifitas

penggunaan aset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis utamanya dan

meningkatkan pendapatan.

Adapun tahap-tahap dalam menganalisis kinerja keuangan ada 5 tahap,

(24)

11 1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan

Review dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang dibuat sesuai

dengan penerapan kaidah-kaidah akuntansi yang berlaku, sehingga hasil

laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan perhitungan

Penerapan metode perhitungan disesuaikan dengan kondisi dan

permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan

tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang

diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh

Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan

perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.

Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini

ada 2, yaitu :

Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar-waktu

atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara

grafik.

Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap

hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu

perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang

(25)

12 Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan

dapat dibuat suatu kesimpulan yang menyatakan kondisi posisi

perusahaan tersebut.

4. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan

yang ditemukan

Pada tahap ini, penafsiran digunakan untuk melihat apa-apa saja

permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut.

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan

Setelah pada tahap-tahap yang sebelumnya telah dilakukan, maka pada

tahap terakhir ini dilakukan solusi guna memberikan suatu input atau

masukan agar kendala dan hambatan dapat terselesaikan.

2.1.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan.

Faktor-faktor tersebut ada yang berada dalam kendali pihak manajemen ada pula

yang berada diluar kendali manajemen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan yaitu, Harjosoemarto (1994) dalam Mulyati (2011):

1) Faktor Internal

a) Manajemen personalia

Berkaitan dengan SDM agar dapat didayagunakan seoptimal mungkin

(26)

13 b) Manajemen pemasaran

Berkaitan dengan program-program yang ditujukan untuk mencapai

tujuan perusahaan.

c) Manajemen produksi

Berkaitan dengan faktor-faktor produksi agar barang dan jasa yang

dihasilkan sesuai yang diharapkan.

d) Manajemen keuangan

Berkaitan dengan perencanaan, mencari dan memanfaatkan dana untuk

memaksimalkan efisiensi perusahaan.

2) Faktor Eksternal

a) Kondisi perekonomian

Kondisi yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan stabilitas

politik ekonomi, sosial dan lain-lain.

b) Kondisi industri

Meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan dan lain-lain.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) ROA adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan

aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik

produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya

akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik

perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor,

karena tingkat pengembalian atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga akan

(27)

14 semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat

dikatakan baik apabila > 2%.

ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik

akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang

menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan

keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap

industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian

ini adalah Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) merupakan

perbandingan laba bersih dengan jumlah aktiva perusahaan. Alasan peneliti

memilih ROA sebagai rasio untuk mengukur kinerja keuangan dikarenakan ROA

merupakan rasio yang terpenting dari rasio profitabilitas yang ada, karena ROA

dapat menghitung kinerja perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan teori Du

Pont perhitungan ROA adalah:

���=���������������ℎ�������������������

=���������ℎ

��������� �

��������� �����������

Kalau berdiri sendiri antara margin laba bersih dan total aset turnover

tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan.

Margin laba bersih berfungsi untuk mengukur profitabilitas yang berkaitan dengan

penjualan yang dihasilkan, sedangkan total aset turnover untuk mengukur efisiensi

(28)

15 hanya mampu mengukur profitabilitas penjualan, namun juga mampu mengukur

efisiensi dalam penggunaan aktiva dalam penjualan.

Return on Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut (Weston dan

Brigham, 1998) :

ROA = Laba Bersih

Total Aktiva x 100%

2.1.3. Struktur Modal

Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan

dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur

modal antara modal hutang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek

proposal atau investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah

menentukan struktur modal yang optimal untuk menunjang kegiatan investasi

perusahaan. Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada

penilaian perusahaan yang terefleksi di harga saham. Oleh karena itu, salah satu

tugas manajer keuangan adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat

memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu nilai

perusahaan.

Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal. Secara umum

struktur modal didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan dilihat dari

sumbernya khususnya yang menunjukkan porsi dari modal perusahaan yang

berasal dari sumber hutang (kreditur) dan sekaligus porsi modal yang berasal dari

(29)

16 Menurut Weston dan Brigham (2005:150), struktur modal yang

ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa

yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang

optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Robert (1997) dalam Arviansyah (2013) mengungkapkan, struktur modal

adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang

dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to

equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder's equity yang dimiliki

perusahaan.

Dari beberapa pandangan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa

struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan

perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri baik dari sumber

internal maupun eksternal.

Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor utama, antara lain:

a. Persesuaian atau Suitability

Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi dengan sumber dana jangka panjang.

b. Pengawasan atau Control

(30)

17 dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah saham.

c. Laba/Earning per Share

Memilih sumber dana apakah dari saham atau hutang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar.

d. Tingkat Risiko/Riskness

Hutang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan keuntungan maupun ketika mengalami kerugian. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari hutang mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki tingkat risiko yang lebih besar.

Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi

keputusan struktur modal, yaitu:

1. Risiko Bisnis

Yaitu risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang, semakin besar risiko bisnis perusahaan maka semakin rendah rasio hutang yang optimal.

2. Posisi Pajak Perusahaan

Yakni dalam menggunakan hutang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya.

3. Fleksibilitas Keuangan

Yaitu kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.

4. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen

Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.

2.1.3.1. Jenis-jenis Modal

Terminologi modal menunjukkan sumber dana yang digunakan pada suatu

(31)

18 perusahaan kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal hutang dan modal

sendiri.

Jenis-jenis modal antara lain:

1. Modal Pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Diketahui bahwa biaya modal pinjaman relatif lebih

rendah dibandingkan dengan bentuk pinjaman lainnya, hal ini disebabkan

karena mereka memperoleh risiko yang relatif kecil atas segala jenis

modal jangka panjang, seperti:

a) Pemegang modal pinjaman mempunyai prioritas terhadap

pembayaran bunga atas pinjaman atau terhadap aset yang akan

dijual untuk membayar hutang.

b) Pemegang modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas

pembayaran hutang dibandingkan dengan pemegang saham

preferen atau saham biasa.

c) Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak

sehingga biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial

menjadi lebih rendah.

2. Modal Sendiri, merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan/pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap

berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas

sedangkan modal pinjaman mempunyai jatuh tempo. Ada dua sumber

(32)

19 a) Modal saham preferen yang merupakan bentuk khusus kepemilikan

perusahaan dimana dividen diperoleh secara tetap serta

pembayarannya harus didahulukan dari dividen saham biasa.

b) Modal saham biasa yang terdiri atas saham biasa dan laba ditahan.

Saham biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal

biaya modalnya diikuti dengan laba ditahan dan saham preferen.

Hubungan antara modal pinjaman dan modal sendiri mempunyai

perbedaan utama dalam hak suara, tuntutan atas pendapatan dan aset, jatuh tempo

dan perlakuan pajak atas biaya modal. Harus dipahami posisi pemegang modal

sendiri adalah sekunder dibanding pemegang modal pinjaman. Pemegang modal

sendiri menanggung risiko yang lebih besar sehingga kompensasi bagi pemegang

modal sendiri harus lebih tinggi dibanding dengan pemegang saham pinjaman.

2.1.3.2. Teori Struktur Modal

Ada beberapa teori mengenai struktur modal antara lain adalah sebagai

berikut:

1) Trade-off Theory

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001:81),

“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana

penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya

kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (financial

distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) atau reorganization, dan

biaya keagenan (agency cost) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas

(33)

20 optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency

cost) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap

mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai

imbangan dan manfaat penggunaan hutang.

Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax

shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost

of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan

berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan

keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara

meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan

mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir

demikian. Penelitian yang pernah dilakukan terhadap perilaku struktur modal

perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan

dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal

ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat

menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

2) Pecking Order Theory

Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa

”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya

rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber

(34)

21 struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan

preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory

dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004:458-459), terdapat skenario

urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang kecil.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam

menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario

urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang

dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa

“Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan

ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan

(35)

22 untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat

membutuhkan pendanaan eksternal.

Debt to equity ratio merupakan ratio yang digunakan untuk menilai utang

dengan ekuitas. Ratio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,

termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Ratio ini berguna untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah

modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Bagi bank (kreditor), semangkin besar rasio ini, akan semangkin tidak

menguntungkan karena akan semangkin besar risiko yang ditanggung atas

kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru

semangkin besar rasio akan semangkin baik. Sebaliknya dengan rasio yang

rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin

besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan

terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang

kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda,

tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan

arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang

kurang stabil.

Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan

antara total hutang dengan total ekuitas sebagai berikut.

�����������������= Total Hutang (����)

(36)

23 2.1.4. Good Corporate Governance

Good corporate governance mulai terdengar di Indonesia sejak tahun

1997, dimana pada saat itu Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan.

Penerapan prinsip good corporate governance dalam dunia usaha di Indonesia

merupakan suatu kebutuhan dalam menjalankan aktivitas bisnis, agar

perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dapat terus bersaing dan bertahan dalam

persaingan pasar globalisasi yang semakin kompetitif sehingga perusahaan dapat

mencapai tujuan. Menerapkan prinsip good corporate governance adalah salah

satu cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan kinerja suatu perusahaan

atau organisasi. Penerapan good corporate governance merupakan pedoman bagi

komisaris dan direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan

dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial

perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara konsisten.

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD, 2004)

dan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) mendefinisikan

good corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Implementasi good corporate governance didukung oleh Peraturan

(37)

24 telah disahkan pada tanggal 19 Juni 2003. Keberadaan Undang-Undang BUMN

tersebut diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan

perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya,

dimana BUMN sebagai suatu pilar pembangunan perekonomian perlu diberikan

landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional.

Menurut Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik

Negara, tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) adalah

prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan

perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.

Good corporate governance menurut Lutzenberger (2010) adalah

"Corporate governance is a concept that relates to a wide range of activities,

rules, processes and procedures meant to ensure the optimal use of the

companies' resources and strategies so that their objectives should be reached".

Artinya adalah tata kelola perusahaan merupakan konsep yang

berhubungan dengan berbagai macam kegiatan, aturan, proses dan prosedur

dimaksudkan untuk memastikan penggunaan yang optimal dari sumber daya

perusahaan dan strategi sehingga tujuan mereka harus tercapai.

Menurut Bank Dunia (World Bank) good corporate governance adalah

kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat

mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,

menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para

(38)

25 Dari beberapa definisi good corporate governance diatas, maka dapat

disimpulkan, bahwa good corporate governance adalah sistem yang mengatur,

mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha menaikkan nilai saham,

sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan

masyarakat sekitar. Good corporate governance berusaha menjaga keseimbangan

diantara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam

good corporate governance adalah mencari cara untuk memaksimumkan

penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan hal-hal

yang tidak perlu kepada pihak ketiga atau masyarakat luas.

Dari wacana tersebut maka bisa digambarkan bahwa good corporate

governance merupakan suatu siklus yang berjalan secara berkesinambungan

(sustainable).

Gambar 2.1. Siklus Good Corporate Governance

Tujuan good corporate governance pada intinya adalah menciptakan nilai

tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (Arifin, 2006). Pihak-pihak

tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan,

dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan

pihak lain yang berkepentingan. Dalam praktiknya, good corporate governance

berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi,

Board Functioning Construction of

the Board Enabling and

Governing Legislation

Assessing Board Performance

Overseeing Management Stakeholders

(39)

26 hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini

menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip good corporate

governance, namun demikian pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan.

2.1.4.1. Prinsip Dasar Good Corporate Governance

Menurut Organization for Economic Corporation and Development

(OECD), prinsip dasar good corporate governance adalah sebagai berikut:

1. Kewajaran (Fairness)

Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda salah satu cara mengatasinya adalah dengan menjual saham kepada manajer.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen, dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris.

3. Transparansi (Transparency)

Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian (disclosure) informasi yang dimiliki perusahaan.

4. Responsibilitas (Responsibility)

Responsibilitas diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan. Prinsip responsibilitas ini penekanannya diberikan kepada kepentingan stakeholders perusahaan.

5. Independensi (Independency)

(40)

27 manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2.1.4.2. Manfaat Good Corporate Governance

Manfaat penerapan tata kelola perusahaan yang baik menurut Prijambodo

(2012) lebih rinci diuraikan sebagai berikut:

a. Meningkatnya nilai (value) organisasi, berarti nilai koperasi terutama kepentingan dan perlindungan shareholders, sehingga terbangun kepercayaan dan kredibilitas koperasi di mata anggota, mitra dan stakeholders lain.

b. Sumber-sumber daya organisasi dapat dimanfaatkan dengan baik, tepat sasaran, tepat waktu, tepat ukuran, minimalisasi pemborosan dan penyimpangan sehingga terwujud efisiensi dan efektivitas organisasi.

c. Organ-organ organisasi, berarti perangkat organisasi rapat anggota, pengurus dan pengawas berfungsi optimal, memungkinkan peningkatan kinerja perangkat organisasi koperasi, penanganan risiko yang tepat, sehingga mencapai kinerja optimal.

Jika suatu perusahaan bersungguh-sungguh menerapkan prinsip-prinsip

good corporate governance, investor akan lebih percaya terhadap perusahaan

tersebut. Jadi baik buruknya penerapan good corporate governance akan

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Menurut Dewi (2008) dalam Putra (2013) manajer mendapat kesempatan

untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan

pemegang saham. Melalui kebijakan ini diharapkan manajer dapat menghasilkan

kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah. Dengan

penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga

memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa

yang akan datang.

(41)

28 manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang di kelola (Boediono,

2005).

Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan menggunakan rumus:

KM = Jumlah Saham yang Dimiliki Manajemen

Jumlah Total Saham Beredar x 100%

Gunarsih (2001) menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan merupakan

salah satu mekanisme yang dapat dipergunakan agar pengelola melakukan

aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Meningkatkan

kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah

keagenan. Manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga

merupakan keinginan dari para pemegang saham.

Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan

antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara

langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung

kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

Kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk

terhadap perusahaan karena dapat menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti

jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi yang kuat untuk

melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal

akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini

disebabkan tingginya hak voting yang dimiliki manajer (Gunarsih, 2001).

Sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan

(42)

29 2.1.5. Ukuran Perusahaan

Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah

ukuran perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total

penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva.

Faktor ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan

merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Perusahaan besar yang

dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa

perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya

dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun-tahun mendatang karena tingkat

kepastian laba sangat tinggi. Sebaliknya bagi perusahaan kecil yang dianggap

belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena

kepastian laba lebih rendah (Elisabeth Sugiarto, 1997). Dengan demikian

diperkirakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.

Adapun definisi ukuran perusahaan secara umum ialah sebagai suatu skala

yang mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai

cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, total penjualan, nilai pasar saham,

dan lain-lain.

Ukuran perusahaan menurut Niresh (2014:57) adalah:

“The size of a firm is a primary factor in determining the profitability of a

firm due to the concept known as economies of scale which can be found in the

traditional neo classical view of the firm. It reveals that contradictory to smaller

(43)

30 Artinya ukuran perusahaan adalah faktor utama untuk menentukan

profitabilitas dari suatu perusahaan dengan konsep yang biasa dikenal dengan

skala ekonomi. Maksudnya skala ekonomi menunjuk kepada keuntungan biaya

rendah yang didapat oleh perusahaan besar karena dapat menghasilkan produk

dengan harga per unit yang rendah. Perusahaan dengan ukuran besar membeli

bahan baku (input produksi) dalam jumlah yang besar sehingga perusahaan akan

mendapat potongan harga (quantity discount) lebih banyak dari pemasok. Dimana

tingkat biaya yang rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Disamping itu perusahaan dengan

skala besar akan lebih mempunyai kemungkinan untuk memenangkan persaingan

dalam bisnis.

Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008:313) adalah "besar

kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai

aktiva".

Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk

mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh

pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran

besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau

bertahan dalam industri.

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dari besarnya

total asset yang dimiliki perusahaan. Asset menunjukkan aktiva yang digunakan

untuk aktivitas operasional perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti

(44)

31 terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap

perusahaan, dimungkinkan pihak kreditur tertarik menanamkan dananya ke

perusahaan (Weston dan Brigham, 1994, dalam Hesti, 2010).

Variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural (Ln) dari

total asset. Hal ini dikarenakan besarnya total asset masing-masing perusahaan

berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga didapat menyebabkan

nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut

maka data total asset perlu di Ln kan.

Penggunaan total aktiva sebagai alat ukuran perusahaan didasarkan pada

penelitian Hasan dan Bashir (2003), Nugraheni dan Hapsoro (2007), dan Arini

(2009). Variabel ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

������������ℎ���=������������� x 100%

Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan

mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan

nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Hesti, 2010).

2.1.5.1. Klasifikasi Ukuran Perusahaan

Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan

perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan

hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan

perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 ukuran perusahaan diklasifikasikan ke

(45)

32 besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset

yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.

UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil,

usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

“Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau

badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang ini.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha

Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana

diatur dalam Undang- Undang ini.

Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan

usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar

(46)

33 usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di

Indonesia”.

Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No.20 tahun

2008 Pasal 6 adalah sebagai berikut:

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

(47)

34 2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh struktur modal dan good corporate

governance terhadap kinerja keuangan dengan ukuran perusahaan sebagai

variabel moderating telah diteliti oleh peneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil

yang berbeda-beda. Rincian mengenai peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu NO Peneliti

dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1. Nirajini,A

dan Priya,K B (2013)

Impact of Capital Structure on Financial Performance of the Listed Trading Companies in Sri Lanka Variabel Independen: Struktur modal Variabel Dependen: Kinerja Keuangan Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan

2. Robert

Oginda Siro (2013)

Effect of Capital Structure on Financial Performance of Firms Listed at The Nairobi Securities Exchange

Variabel Independen: Struktur modal

Variabel Dependen: Kinerja keuangan

Struktur modal dan kinerja keuangan memiliki hubungan yang terbalik

3. Do Xuan

Quang dan Wu Zhong

Xin (2013)

The Impact of Ownership Structure and Capital Structure on Financial

Performance of Vietnamese Firms

Variabel Independen: Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal

Variabel Dependen: Kinerja Keuangan

Struktur modal berpengaruh negatif dengan statistik yang signifikan terhadap kinerja keuangan

4. Morita

(2010) Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEJ)

Variabel Independen: Struktur modal (DER)

Variabel Dependen: Kinerja Keuangan (ROE) Struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

5. Rahmawati (2011)

Pengaruh Current Ratio, Inventory

Variabel Independen: Current Ratio,

(48)

35 Turnover, Debt to

Equity Ratio Terhadap Return On Asset

Inventory Turnover, Debt to Equity Ratio

Variabel Dependen: Return On Asset

variabel current ratio berpengaruh negatif terhadap ROA, inventory turnover berpengaruh positif terhadap ROA, debt to equity ratio

berpengaruh negatif terhadap ROA 6. Waskito

(2014) Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan (Ditinjau Dari Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011) Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan Variabel Dependen: Kinerja Keuangan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan, variabel kepemilikan institusi mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dirancang untuk memberikan gambaran penelitian

yang akan dilaksanakan, yaitu mengenai pengaruh struktur modal dan good

corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan ukuran perusahaan

sebagai variabel moderating pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2010-2013. Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan

penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian digambarkan dalam

(49)

36 H2

H3

H1

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah

hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal diukur dengan debt

to equity ratio (DER).

Debt to equity ratio merupakan rasio yang dicari dengan cara

membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh

ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini

berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

jaminan utang.

Peneliti memiliki asumsi awal bahwa struktur modal yang diukur dengan

DER berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Debt to

equity ratio dipilih dikarenakan untuk menilai tingginya pendanaan atau modal Struktur Modal

(X1)

Good Corporate Governance

(X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

(50)

37 yang berasal dari modal sendiri atau hutang perusahaan. Peneliti beranggapan

bahwa perusahaan yang dapat mengoptimalkan penggunaan struktur modalnya

maka akan semakin baik dampaknya terhadap kinerja keuangan.

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham biasa yang dimiliki

oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan

perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur berdasarkan persentase kepemilikan

saham yang dimiliki oleh pihak manajemen yang terdiri dari dewan direksi.

Kepemilikan manajerial dipilih berdasarkan penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Good Corporate Governance (diproksikan dengan Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Dewan komisaris) dan Ukuran

Judul Penelitian : PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur

2 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi. Dan Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan

(2012) Pengaruh Kinerja keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Struktur Good Corporate Governance sebagai variabel

“Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good corporate governance dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan

Teknik yang digunakan adalah untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi dapat

Ulfa, Asyik 2018 Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi Variabel dependen : Nilai Perusahan Variabel