• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Strategis Kepariwisataan Daerah Konsep dan Aplikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Strategis Kepariwisataan Daerah Konsep dan Aplikasi"

Copied!
319
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KEPARIWISATAAN DAERAH

Konsep dan Aplikasi

Penulis :

Drs. Muchamad Zaenuri, M.Si.

Penyunting :

M. Ali Mahmudi

Tata Sampul & Isi :

Wawan

Pracetak :

Fauzan, Bety

Cetakan Pertama :

Januari 2012

Penerbit :

e-Gov Publishing

Jl. Mangunegaran Kidul 14

Kraton - Yogyakarta

Telp./Fax. 0274 - 372663

ISBN 978-602-19897-0-8

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.

(4)

Kata Pengantar

Pada masa sekarang ini terjadi perubahan yang cukup

signifikan berpengaruh pada dunia kepariwisataan, baik yang

bersifat eksternal maupun internal, sebagai akibat dari dinamika

pasar wisata, perwilayahan, lingkungan, regulasi dan perubahan

paradigma. Sebagai akibat dari perubahan paradigma dan

lingkungan ternyata pariwisata menimbulkan permasalahan yang

bersifat multi dimensi dan kompleks, namun demikian

pembangunan kepariwisataan tetap penting untuk dilakukan

dalam mendukung pembangunan nasional. Perencanaan yang

strategis dan komprehensif sangat diperlukan untuk pengembangan

kepariwisataan sebagai salah satu penopang pembangunan

nasional.

Buku tentang kepariwisataan dan perencanaan strategis

mungkin sudah cukup banyak beredar di pasaran, tetapi

membahas secara tuntas tentang perencanaan kepariwisataan

dengan menggunakan pendekatan manajemen strategis masih

sedikit ditemui. Berbekal dari pengalaman penulis di lapangan

antara lain dalam mendampingi pemerintah daerah dalam

menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

(RIP-KD) dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk ditulis dalam

bentuk buku. Pendekatan manajemen strategis memang paling

sesuai apabila diterapkan pada organisasi, namun tidak ada

salahnya

spirit

dari konsep tersebut dicoba untuk diaplikasikan pada

sektor kepariwisataan, dan hasilnya tentu saja masih perlu

disempurnakan. Oleh karena itu kritik dan saran untuk

penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan.

(5)

tekun telah melakukan editing untuk kesempurnaan naskah buku

ini, tidak ketinggalan juga teman-teman lain yang secara tidak

langsung membantu untuk selesainya buku ini, antara lain Ali,

Nani, Eka, Bety, Harsono dan Dinar.

Akhirnya, kepada penerbit buku e-Gov Publising Jogjakarta,

kami mengucapkan terima kasih banyak atas kesediaannya untuk

menerbitkan buku ini, semoga kerjasama yang baik ini dapat

dilanjutkan di masa mendatang.

Jogjakarta, Januari 2012

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 PERENCANAAN STRATEGIS ... 10

A. Proses Perencanaan Strategis ... 11

B. Perumusan Visi dan Misi ... 31

C. Analisis Lingkungan ... 38

D. Identifikasi Isu-Isu Strategis ... 42

E. Menyusun Strategi ... 44

BAB 3 KONSEP, SISTEM DAN

MANAJEMEN KEPARIWISATAAN ... 45

A. Konsep Kepariwisataan ... 45

B. Sistem Kepariwisataan ... 49

C. Manajemen Kepariwisataan ... 59

D. Pelaku Pariwisata ... 69

E. Manajemen Kelembagaan ... 75

BAB 4 TEKNIK DAN METODE PERENCANAAN

STRATEGIS KEPARIWISATAAN ... 81

A. Defenisi Perencanaan Pariwisata ... 82

B. Pentingnya Perencanaan Dalam Pembangunan

Pariwisata ... 84

C. Manfaat Perencanaan Pariwisata ... 85

D. Orientasi Perencanaan Pariwisata ... 92

E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pariwisata ... 106

F. Tingkatan Perencanaan ... 111

(7)

INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA

KOTA TERNATE ...128

A. Bagian 1 : Pendahuluan ... 128

B. Bagian 2 : Profil Kota Ternate ... 150

C. Bagian 3 : Penyusunan Visi dan Misi ... 203

D. Bagian 4 : Analisis Kewilayahan dan

Kepariwisataan ... 216

E. Bagian 5: Analisis S.W.O.T dan

Skenario Pengembangan ... 267

Daftar Pustaka

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lingkup Manajemen Strategis ... 14

Gambar 2.2 Elemen-elemen Dasar dari proses

Manajemen Strategis ... 29

Gambar 2.3 Model Manajemen Strategis ... 30

Gambar 3.1 Keterpaduan Sisi Permintaan dan

Sisi Penawaran ... 50

Gambar 3.2 Sistem Kepariwisataan ... 53

Gambar 3.3 Kompenen Sistem Pengembangan Pariwisata .... 54

Gambar 3.4 Sistem Pariwisata menurut Leiper (1979) ... 56

Gambar 3.5 Sistem Pariwisata Menurut

Mill dan Morrison (1985) ... 57

Gambar 3.6 Sistem Pariwisata menurut Poon (1993) ... 57

Gambar 3.7 Sistem Pariwisata Menurut

Burns & Holden (1985) ... 58

Gambar 3.8 Sektor Pariwisata dalam Tiga Pilar ... 59

Gambar 3.9 Destinasi Pariwisata ... 61

Gambar 4.1 Karakteristik Pengelolaan Pariwisata ... 81

Gambar 5.1 Tujuan Pengembangan Pariwisata

Kota Ternate1 ... 139

Gambar 5.2 Proses Pengembangan Pariwisata

Kota Ternate ... 140

Gambar 5.3 Pendekatan dan Stakeholders Pengembangan

Pariwisata Kota Ternate ... 148

Gambar 5.4 Diagram Alur Penyusunan RIPPDA ... 149

Gambar 5.5 Produk Wisata ... 168

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Administrasi Wilayah Kota Ternate ... 151

Tabel 5.2. Luas Wilayah Kecamatan Kota Ternate ... 151

Tabel 5.3. Penyebaran Penduduk Menurut

Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2005 ... 155

Tabel 5.4. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

di Kota Ternate ... 156

Table 5.5. Rasio Jenis Kelamin Kota Ternate tahun 2005 ... 157

Tabel 5.6. Persentase Penduduk Usia 10 Thn Keatas

Menurut Jenis Kegiatan Thn 2005 ... 158

Tabel 5.7. Jumlah Pencari Kerja yang belum dapat

disalurkan Menurut tingkat pendidikan

di Kota Ternate, Tahun 2001 ... 159

Tabel 5.8. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru,

Ruang Kelas SD Negeri/Inpres Menurut

di Kota Ternate, Tahun 2001 ... 160

Tabel 5.9. Perkembangan Ekonomi Kota Ternate Terhadap

Perekonomian Nasional Tahun 1999 2002 ... 164

Tabel 5.10. PDRB Kota Ternate Menurut Lapangan

UsahaAtas Dasar Harga Konstan 2000,

Thn 2002-2005 (Juta Rupiah) ... 165

Tabel 5.11. Struktur Perekonomian Kota Ternate ... 167

Tabel 5.12. Jumlah Hotel/Penginapan dan Jumlah

Kamar yang tersedia di Kota Ternate Thn 2005. 186

Tabel 5.13. Jumlah Langganan Percakapan Telepon

di Kantor Telkom di Kota Ternate thn 2005 ... 187

Tabel 5.14. Jumlah Telepon Umum

di Kota Ternate Thn 2005 ... 187

Tabel 5.15. Banyaknya Kantor Pos dan Giro

Serta Fasilitasnya di Kota Ternate tahun 2005 ... 188

Tabel 5.16. Jumlah Wesel Pos Dalam Negeri yang dikirim

dan diterima Melalui Kantor Pos dan

(10)

yang dikirim dan diterima Melalui Kantor

Pos dan Giro di Kota Ternate tahun 2005 ... 189

Tabel 5.18. Jumlah Surat Luar Negeri yang dikirim

dan diterima Melalui Kantor Pos dan

Giro di Kota Ternate tahun 2005 ... 189

Tabel 5.19. Jumlah surat dalam negeri yang dikirim dan

diterima Melalui Kantor Pos dan Giro

di Kota Ternate tahun 2005 ... 189

Tabel 5.20. Jumlah Bank Menurut Status Bank

di Kota Ternate Tahun 2001-2005 ... 191

Tabel 5.21. Banyaknya Fasilitas Kesehatan

Dirinci Menurut Kecamatan

di Kota Ternate Tahun 2005. ... 191

Tabel 5.22. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan

di Kota Ternate tahun 2003-2005 (Km) ... 192

Tabel 5.23. Panjang Jalan Menurut Kondisinya

Permukaan di Kota Ternate thn 2003-2005 (Km) 193

Tabel 5.24. Jumlah Pesawat Datang dan Berangkat

Melalui Bandara Sultan Babullah Ternate

Tahun 2003-2005... 194

Tabel 5.25. Kunjungan kapal di Pelabuhan

Ternate tahun 2005 ... 195

Tabel 5.26. Jumlah Penumpang dan Kendaraan yang

diangkut Melalui Penyeberangan Fery

Kota Ternate tahun 2005 ... 195

Tabel 5.27. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan

Ruang Kelas di Kota Ternate

tahun 2005/2006... 197

Tabel 5.28. Jumlah Penumpang Yang Datang Melalui

Bandara Sultan Babullah Kota Ternate ... 198

Tabel 5.29. Jumlah Penumpang Yang

Datang Melalui Pelabuhan A. Yani

(11)

Kecamatan di Kota Ternate tahun 2005 ... 219

Tabel 5.31 Jumlah Penduduk berdasarkan

kelompok umur di Kota Ternate tahun 2005 ... 220

Tabel 5.32. Jumlah Kunjungan Wisatawan

Ke Kota Ternate ... 222

Tabel 5.33. Kategori daya tarik wisata

berdasarkan peringkat ... 225

Tabel 5.34. Pengelompokan Obyek Wisata Berdasarkan

Peringkat Penilaian ... 228

Tabel 5.35. Data Usaha Jasa Akomodasi Perusahaan Besar

di Kota Ternate tahun 2006 ... 230

Tabel 5.36. Data Usaha Jasa Akomodasi Perusahaan

Menengah di Kota Ternate tahun 2006 ... 231

Tabel 5.37. Data Usaha Jasa Akomodasi Perusahaan Kecil

di Kota Ternate tahun 2006 ... 231

Tabel 5.38. Data Usaha Travel di Kota Ternate tahun 2006 . 232

Tabel 5.39 Indeks Location Quotient (LQ)

Kota Ternate, 2002 2005 ... 240

Tabel 5.40 Klasen Typology Kota Ternate Tahun 2002-2005 242

Tabel 5.41 Perubahan Struktur Perekonomian Kota Ternate

Propinsi Maluku Utara 2003-2005. ... 244

Tabel 5.42. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Ternate 246

Tabel 5.43. Pengelompokan Obyek Wisata Berdasarakan

Kesamaan Akses Pencapaian (Rute) ... 251

Tabel 5.44. Pola Pengelompokan Berdasarkan Kedekatan

(Jarak) antar obyek Wisata ... 252

Tabel 5.45. Pola Pengelompokan Berdasarkan

Kedekatan Terhadap Pusat Pelayanan ... 254

Tabel 5.46. Pola Pengelompokan Berdasarkan Kesamaan

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1. Penduduk Kota Ternate Berdasarkan

Kec. dan Jenis Kelamin thn 2006 ... 154

Diagram 5.2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

di Kota Ternate Tahun 2005 ... 156

Diagram 5.3. PDRB Kota Ternate ... 165

Diagram 5.4. Pertumbuhan Sektor dalam PDRB

Kota Ternate ... 165

Diagram 5.5. Kontribusi Masing-masing Sub Sektor

terhadap DRB Kota Ternate ... 166

Diagram 5.6. Jumlah Penduduk berdasarkan

kelompok umur di Kota Ternate tahun 2005 .. 220

Diagram 5.7. Perkembangan LQ ... 241

Diagram 5.8. Perubahan Struktur Perekonomian

Kota Ternate Propinsi Maluku Utara

2003-2005. ... 245

Diagram 5.9. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan

Ke Kota Ternate ... 246

Diagram 5.10. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan

Ke Kota Ternate ... 247

Diagram 5.11. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan

(13)

Ardika, I Gede, (2005),

Kebijakan Nasional Penanggulangan

Kemiskinan Melalui Pariwisata

, Deparsenibud,

Basri, Faisal, (2005),

Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba

,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Bryson, John M, (1995),

Strategic Planning for Public and Non-Profit

Organizations: A Guide to Strengthening and Sustaining

Organizational Achievement

, Jossey-bass Publishers, San

Fransisco.

Bryson, John M, (1995),

Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Publik

,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Burns, Peter M and A. Holden, (1985),

Tourism, a New Perspective

,

Englewood Clifts : Prentice Hall.

Damanik, Janianton dan Helmut F.Weber, (2007),

Perencanaan

Ekowisata, Dari Teori Ke Aplikasi

, Andi Offset, Yogyakarta.

Damanik, Janianton, Hendrie Adji Kusworo dan Destha T.

Raharjana (2005),

Penanggulangan Kemiskinan Melalui

Pariwisata

, Pusat Studi Pariwisata UGM, Yogyakarta.

Gelgel, I Putu, (2006),

Industri Pariwisata Indonesia, Dalam Globalisasi

Perdagangan Jasa (GATS-WTO) Implikasi Hukum Dan

Antisipasinya

, Refika Aditama, Bandung.

Gunawan, Mira P dan Ina Herlina, (2000),

Garis Besar Perencanaan

Pengembangan Dan Pemasaran Pariwisata Di Tingkat Lokal

Dan Wilayah

, Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB, Bandung.

Hax, A.C. & Majluf, N.S. (1994),

Strategic Management: An

Integrative Perspective

, McGraw Hill, Singapore.

(14)

Routledge, London and New York.

Dwiyanto, Agus (1995),

Identifikasi Isu Strategis dan

Pengembangan Rencana Strategis , makalah disampaikan

dalam

Pelatihan , Manajemen By Objective

, Kerjasama

Program Studi Magister Administrasi Publik UGM-Dinas

Pendapatan Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Keban, Yeremias T (1998), Aplikasi Strategic Planning Dalam

Perencanaan Pembangunan Kabupaten Fak-fak Propinsi

Irian Jaya , dalam Jurnal Kebijakan Administrasi Publik,

hal 97-125, Volume 2 No.1.

Kuntowijoyo, (1991), Tinjauan Historis Pembangunan Pariwisata

Di Indonesia , naskah dalam

Seminar Nasional Dampak

Sosial Pengembangan Pariwisata Di Indonesia

, 16-17

Desember.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto, (2000),

Metodologi Penelitian Dalam

Bidang Kepariwisataan

, PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Kusherdyana, (2011),

Pemahaman Lintas Budaya Dalam Konteks

Pariwisata Dan Hospitalitas

, Alfabeta, Bandung.

Leiper N, (1979), The Framework of Tourism : Towards a

Definition of Tourism, Tourist, and Tourism Industry ,

Annals of Tourism Research, : 390-407.

Mill, Robert and Morrison, Alistair, (1985),

The Tourist System

, New

Jersey : Prentice Hall International.

Nugroho, Iwan, (2011),

Ekowisata Dan Pembangunan Berkelanjutan

,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

(15)

Andi Offset, Yogyakarta.

Pendit, Nyoman S, (2006),

Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar

Perdana

, Pradnya Paramita, Jakarta.

Poon, Auliana, (1993),

Tourism, Technology, and Competitive

Strategies

, CAB International, Welington.

Rangkuti, Freddy (1997),

Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus

Bisnis

, Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Salusu, (1996),

Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi

Publik Dan Organisasi Nonprofit

, Grasindo, Jakarta.

Siagian, Sondang P, (1981),

Administrasi Pembangunan

, CV Haji Mas

Agung, Jakarta.

Simatupang, Violetta, (2009),

Pengaturan Hukum Kepariwisataan

Indonesia

, PT Alumni, Bandung.

Stupa, (200),

Buku Panduan Perencanaan Pemasaran Pariwisata

Daerah

, Tidak Ada Penerbit, Jogjakarta.

Vellas, Francois dan Lionel Becherel, (2008),

Pemasaran Pariwisata

Internasional, Sebuah Pendekatan Strategis

, Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta.

Wahab, Salah, (2003),

Manajemen Kepariwisataan

, PT Pradnya

Paramita, Jakarta.

Wardiyanto dan Baiquni, (2011),

Perencanaan Dan Pengembangan

Pariwisata

, Lubuk Agung, Bandung.

(16)

Pradnya Paramita, Jakarta.

Yoeti, Oka A, (2008),

Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi Dan

Implementasi

, Penerbit Buku Gramedia, Jakarta.

Ditjen Pariwisata Departemen Pariwisata Seni Dan Budaya

Republik Indonesia (1998),

Analisis Pasar Wisatawan

Mancanegara

, Jakarta.

Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pariwisata UGM (1998),

Optimalisasi Pendayagunaan Dan Pengembangan Sumberdaya

Wisata Daerah Tingkat II Dalam Mendukung Pariwisata

Nasional

, (Laporan Penelitian),Yogyakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Ternate,

Rencana

Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Tahun

2008-2014

, Ternate.

Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, (2011),

Catatan Dari

Konferensi Internasional Kepariwisataan

, Jakarta.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

2009-2014.

(17)

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE

NOMOR 11 TAHUN 2009

Tentang

(18)

1

!!"#

$

% &'

$

% & (

)* *)

!$ + , $

)* *-. % )/$0

/$) *

% persen dari penduduk Indonesia yang disusul

dengan angka kemiskinan yang mencapai 37,4 juta atau sebesar 17,42

persen dari penduduk Indonesia tahun 2003 (BPS, 2004)

(19)

1 23 24 563787926:8 ;< ;=> 77 6 7?8;4>5=< 2=7@ 78 2>2>;A 2B>CDECB D; 6F2378;4> 5= 2A > ;=6 2> 7G926: D2D< C D;6 3 5=56 : < ; DE 2 6: C626 32;= 2B4 ;>74 2< 7A7B 26< 2 328;4>5=A27 6D; 6;D C7F2A 26EC6> CHI ;4>5= <2=7@7 82>2 8; E2:2 7 82 A2B 82>C 8; 4>5 = 926 : 826 :2 > E; =E2 878 <2 32 < 5> ; 687A54 2AJ2A2D?E C3292?326F282K?> ;=L 2>2 >> C DE C B8; E ;82=M?NO < ; = 8 ; 6JP= 3 742?Q RR SK2>2C3 72>28= 2> 2T=2> 2<;= > C DE C B 261UV> 2BC6 NOOWTQ RRQJV1I?Q RRXK HI26:2>D ; 6 2= 74< CA2E2 B @ 24 ;>74 2Y 6 3 56 ;87 2 37A2632 4=7878 4;<;=L29226 326 L7>=2 :A5E2A >2BC6 NOOWTQRRQ? 4C6FC6:26 @782>2@26 6287562A 8;L2=2 4CDCA2>7G >CDECB D;92476426 8;E;82= =2>2T=2>2 O?MR <;=8;6? D2876:TD2876: <; =>CDECB2 6 @7 82 >2@26 D26L26; :2 =2 8; E; 82= M?XN <;=8;6 326 @ 7 82> 2 @ 266 C826> 2= 28;E; 8 2=NR?Q R<;= 8 ; 6 H1 ;=>CDEC B2 676 7L C4C< D; 6: ;FC> 4 26 4 2 = ; 62 4;> 74 2 4= 7 8 78<; L 2 B JNOOW K > ;=F2 3 7 <; 6 C= C626 FCDA 2B 4 C6FC6 : 26 4 CD CA 2>7G 8;E ;82= XR?MR <;=8; 6 JP= 37 4 2? QRR SK H Z ;E C> CB26C6> C4E;=@782> 2> ;= 69 2>2>;=EC4>7> 73 2432< 2>37 B; 6>7426 5A;B4 = 78 7 8H

U; 6: 2 6< ; => CDECB 2 67 6 7D242< 2 3 2>2 BC6QR RQ<2= 7@ 782> 2 >;A2B D;DE;=7426 8CDE26:26 826:2> 87:67G7426 >;=B232< <; 63 2 <2>26 6; :2=2 92467 8; E; 82 =

[<

XW > =7A7 C 6 92 6 : 3 7 =2 7B 3 2 =7 4 C6FC6:26@ 78D 26?[<\O>= 7A7C6 3 2= 7@ 786 C8?32 6D ; 6 CDE CB426 7 6];8>2878;E;8 2=[<NS>= 7 A 7C6H^; E 7 B4BC8C88 ;4 > 5=< 2=7@ 782> 2> ;A2B D; 69 CD E 26:\?NQ<;= 8 ; 6>;= B 232<1U V?\?M N< ;=8; 6>;=B232<> 5>2A C<2B?

_? WN

< ; =8; 6> ; = B 23 2< < 2F24

326W ? N\< ;= 8 ; 6> ;=B 232 <<;A C2 6: 4 ; =F26 287 56 2AJP= 3 74 2?QRR SK HY 6 7D; 6 9 ;E 2E426>; = 8 ; 3 7 26 9 2N_FC >2 A2< 26:264;=F2 8; L 2= 2 62 8 7 562A926: 8 ; L 2=2 A;E7B AC28 D; 6 9 ; 6>CB < CA28;4> 5=76G5=D2A326C8 2B 2D74= 54 ; L 7A373 2;= 2BH

V;=328 2=4 2642F7269 26:37EC2>5A; B`5=A 3a= 2];Aba5C=78 D c5 C6 L 7AJ` a acK37 < ;=4 7=24 26 < 23 2> 2 B C6 QRNM 3 ;]782 32 = 78;4>5= < 2 = 7@ 7 82> 237Y 6 3 56 ; 8 7 2> CDECB8 ;E ; 82=

_?N

< ;= 8 ; 62> 2 C8; 67A27 dIU \W?W D7A92=H 1;=>CDECB26 767 37<;=47=2426 2426 D;DE;=7426 32D< 24< 23 2<; 69 ; 37 22 6> 5> 2AA2<26: 2 64;=F23 7E 7 32 6:< 2=7 @ 78 2 > 2 8; E26924 NQ?W FC >2 A2<2 6:26 4; =F2 2 >2C 8;E; 82 = O ?N <; =8; 6 >5>2A

(20)

3

efgf h i f hjk l m fnfhok pf h qfjrs tm u vfe f gfhif hjk lmfef h io u higf n f uo fwfgflx y xofvfz {| |}st~~ € 

‚ xo fƒgxh ixv uo k jv„lgflxyxo fv f muif

ƒfƒguƒkhm f ef hjf h …uhioxhqf okpfifx jfvug gkhifƒfh nx offv jlxoxo okjfexiuo ƒkƒpklxj f hnfƒgf jif hnfz † ‡ˆ ‰ Š‹ˆ ŠŒŒŽŽŒ‰€qfhiuju gpk of lgfnf ok jv„l‘ ok jv„le fxh’ fnfƒfofok jflf h ixhxvk lm fnxgk lupfwf h

qfh i uj ugoxi hx…xjfh

pklgkhifluw

gfnf

nuhxfjkgflxy xofvffhspfxj q fhi pk lox…fvk jovklhfe ƒfu guhxhvk lhfes o k pfifxfjxp fvn flx nxhfƒxjf ie„pfes gfofl yxofvfs gklyxefqfwfhs exhijuhifhs lkiuefox nfh gk lupfwf h gfl f nxiƒf “kpf ifx f jxpf v n flx gk lupfwf h gflfnxiƒf nfh

exhijuhifh nx ofƒgxhi ƒkƒpfyf klxvf ƒfhxo

v klo kpu vs vklhq fvfgflxy xofvfƒk hxƒp uejf hgk lƒfofe fwf hqfhipk l ox… fvƒue vx nxƒkhox nfh j„ƒgekjos hfƒuh nkƒxjxfh gkƒpfhiuhfh jkgflx y xo f vffhvk vf g gk h vxh iu hv uj nxe f juj fhnfefƒƒk h nujuh i gkƒpf hiu h f hhfox„hfe

’ kƒpf hiu h f hj k gf lxy xofv f f hƒkƒxexjxgk l f hq f higk hvxh i nfefƒ

fo gk j

kj„h„ƒ xso„oxfe nf h

exhiju hifh‚fefƒ fogkj

kj„h„ƒ xs okjv„l gflxyxofvf ƒkƒpklx j„hvlxpuox nk”xof nflx juhmuhifh y xo fvfyfhƒf hf hkif l fzyxoƒfh€nfh’ l„nuj‚ „ƒk o vxj•kix „hf e –luv„z’‚•–€pko klvfj„ƒg„hk h‘ j„ƒg„hk hhqf‚fe fƒf ogk jo„oxfe s gf lxy xo fvf

p k l gk l f h

n fefƒ

gkhqk lf gfhv k hf i fjk lmfs

f glk oxf oxok hxs vl fnxoxnfhp unfqfp f h iof snf hgk hxh ijfvf hmfvxnxlxpf hio f‚f e fƒ fogk jexhij uh ifhsnf gfvƒk h ifh ijfvgl„nujnf hmfofyxo fvfok gk lvx jk jfqff h n f h jk u hxjf h fe fƒn f h efuvs nfh fefv qf h i k …kj vx… pfix gkekovflxfhexhij uhifhfefƒ

nfh ok hx

punfqf

vlfnxox„hfez•’ —˜t~~™‘ t~š›€ 

(21)

Ÿ   ¡  ¢ £ ¤ ¥¦§ ¨ © ªŸ© « ¬ ¦§¦ ­ ¦® ¯¤ Ÿ  ¡ ° ª ¢£ ¤¨ ¤±² ¦³¤´ ¦ µ ¶¤³·¨ ¸ ¯¹¨ ¬¦·¨º¨¹¦ ³¦³£·®¦ §¦¬»¦¬¦¤±¦¤²£ · ¥¦¤ ¦¹ ¨¶¤¦»§¦·¨¼ª¼¥ ¯³¦¶·¦¤±¬¦ §¦ ³¦® ¯¤Ÿ ¡ §¦¤§¨ ¬·£ § ¨²¹¨¦² ¦¤¢£ ¤±¦»¦ ¢ ¨¬£ ¤¨¤±² ¦ ³¦ ¤¹ £ ¸£ ¹¦·½ªŸ ¥ ¯³ ¦¶·¦¤±¬¦ §¦³¦ ® ¯¤Ÿ ¡ °ª§¦¤¢£ ¤¨¤±²¦ ³¤´¦¤¨»¦ ¨¨¤¾£¹³¦ ¹¨¹£ ²³¶· ¬¦· ¨º¨ ¹ ¦ ³¦³£ · ®¦ §¦¬¨¤¾£ ¹ ³¦ ¹¨¤¦¹¨¶¤ ¦»§¦ · ¨© ª¡½«¬¦§¦³ ¦ ®¯ ¤Ÿ ¡  ¢£¤¥¦ §¨¿ª°À

% pada tahun 2014. Kedua, meningkatnya kuantitas dan

kualitas wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan

mancanegara yang ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara dari 6.700.000 orang pada tahun 2010 menjadi 8.600.000

orang pada tahun 2014, sedang pergerakan wisatawan Nusantara

diprediksi akan mengalami kenaikan dari 230 juta perjalanan pada

tahun 2010 menjadi 276 juta perjalanan pada tahun 2014. Sementara

itu secara kualitatif juga diharapkan terjadinya peningkatan Lama

tinggal serta meningkatnya pengeluaran/pembelanjaan wisatawan,

dan yang pasti bahwa penerimaan devisa dari sektor pariwisata juga

akan mengalami peningkatan dari 6,75 milyar USD pada tahun 2010

menjadi 8,95 milyar USD pada tahun 2014 (Kementrian Pariwisata

Dan Ekonomi Kreatif, 2012).

Dengan menimbang bahwa keadaan alam, flora dan fauna

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala,

peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia

merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan

untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan UUD

1945; bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan

waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak

asasi manusia; bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis

terencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan

tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya

yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan

hidup, serta kepentingan nasional; bahwa pembangunan

kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan

kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu

menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan

global; maka diperlukan adanya regulasi untuk mengatur

pengelolaan pariwisata, sehubungan dengan hal tersebut

ditetapkanlah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan sebagai basis regulasi pemerintah yang kemudian

juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk

mengembangkan kepariwisataan yang ada di daerah

masing-masing.

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan azas

manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan,

kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis,

kesetaraan dan kesatuan. Kepariwisataan berfungsi memenuhi

kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual setiap wisatawan dengan

rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara

untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tujuan kepariwisataan

adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,

memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa

cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan

mempererat persahabatan antar bangsa.

(22)

5

ÁÂÃÂÄÅÆÇÆÈ ÉÂÊËÃÆÌÆ ÍÆÈ ÄÂÄÅÂÊÎÏÂÌ ÄÆÈÐÆÆÇ ÃÂÊÇÆ ÄÆÄÅË ÄÂ ÈÑÌÆ ÍÆÅÒÇ Æ ÈÇ ÆÈÑÆÈÅ ÂÊËÉ ÆÌÆÈ ÁÂÌÒÍ ËÅ Æ È Ï ÎÁ ÆÏÓ ÈÆ ÃÒÎÈÆÏ ÍÆÈ ÑÏÎÉÆÏ

; maka diperlukan adanya regulasi untuk mengatur

pengelolaan pariwisata, sehubungan dengan hal tersebut

ditetapkanlah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan sebagai basis regulasi pemerintah yang kemudian

juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk

mengembangkan kepariwisataan yang ada di daerah

masing-masing.

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan azas

manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan,

kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis,

kesetaraan dan kesatuan. Kepariwisataan berfungsi memenuhi

kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual setiap wisatawan dengan

rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara

untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tujuan kepariwisataan

adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,

memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa

cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan

mempererat persahabatan antar bangsa.

(23)

ÔÕ Ö ×ØÙÚÛ Ü×ÛÙÝ ÛÕ Ù ÛÞÚÛÜ×ÛÙßàÔÛ×Ý ÛÜÝ ÛÕ ÙÛÞá ÛÜ âãÕ Ù àßÛÖÛÜÔ àÛ ×à ÖÕÔÛ×àÛÜ ÔäÔ×ÕãäÖ ÝÛåÛã ÖÕÙÛÜâÖÛ Ø×ØÜØãä ÝÛÕÙÛÞÚ ÔÕÙ×Û ÖÕ×Õ Ùß Û Ýà ÛÜ ÛÜ×ÛÙ ß Õ ãÛÜâÖà Ö Õß Õ Ü×äÜâÛÜ

; mematuhi kode etik

kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang

pariwisata; dan memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sebagai penjabaran lebih lanjut dari UU tersebut sudah

diterbitkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang

perencanaan induk kepariwisataan nasional, dengan melalui

Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional dirumuskan mengenai arah

kebijakan Pembangunan Pariwisata Nasional. Pada pasal 2 ayat (8)

disebutkan bahwa arah pembangunan kepariwisataan nasional

dilaksanakan : 1) dengan berdasarkan prinsip Pembangunan

Kepariwisataan yang berkelanjutan, 2) dengan orientasi pada

peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja,

pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan, 3) dengan

tata kelola yang baik, 4) secara terpadu, lintas sektor, lintas daerah

dan lintas pelaku, dan 5) dengan mendorong kemitraan sektor publik

dan privat.

Yang patut dicermati adalah sejumlah komponen

Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia yaitu:

æçèéê ëê

; Destinasi

Pariwisata meliputi Pembangunan Daya Tarik Wisata, Pembangunan

Aksesibilitas Pariwisata, Pembangunan prasarana umum, fasilitas

umum, dan fasilitas pariwisata, Pemberdayaan masyarakat melalui

kepariwisataan, dan Pengembangan investasi di Bidang Pariwisata;

ìçíîê

, Pemasaran Pariwisata meliputi Pengembangan Pasar

Wisatawan, Pengembangan Citra Pariwisata, Pengembangan

Kemitraan Pemasaran Pariwisata, dan Pengembangan Promosi

Pariwisata;

ìç éï ðê

,

Industri Pariwisata meliputi Penguatan Struktur

Industri Pariwisata, Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata,

Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata, Penciptaan Kredibilitas

Bisnis, Pengembangan Tanggung Jawab terhadap Lingkungan;

, Kelembagaan Kepariwisataan meliputi Penguatan

Organisasi Kepariwisataan, Pembangunan Sumber Daya Manusia

Pariwisata, Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan.

Keempat komponen dalam pengembangan pariwisata yang

disajikan menggambarkan bahwa betapa kekuatan dan potensi

pariwisata Indonesia itu bertumpu di berbagai daerah, sehingga

dibutuhkan sinergitas yang koordinasi antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan Industri Pariwisata serta stakeholders

lainnya. Sayangnya, sampai saat ini pada tataran implementasi

Pembangunan sektor pariwisata di daerah baik di tingkat Provinsi

maupun Kabupaten/Kota belum menggembirakan terutama dalam

hal

y

dan

.

Padahal. pada hakekatnya Daerah sesungguhnya adalah

pemilik Destinasi. Bagi daerah pembangunan kepariwisataan akan

berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat,

tersedianya lapangan pekerjaan dengan perhitungan minimal bahwa

setiap satu orang wisatawan dapat menciptakan 1,5 tenaga kerja,

tersedianya sumber penghasilan Daerah terutama dari sektor Pajak,

tumbuhnya ekonomi kreatif, meningkatnya perhatian terhadap

kualitas lingkungan hidup dan lain-lain. Inilah sesungguhnya yang

diharapkan yakni terjadinya

dari hasil pembangunan

berbasis pariwisata.

(24)

7

ñòòóôõö÷ øùúùûüýþýýÿ øù ýýýýÿ ûùú ùÿþýýÿ þ ýÿ ý ø ù ý ý ý ý ÿ ÷ ùû üýÿ þ ÿ ýÿ û üù ýýýÿ ý ý ýý ÷ù ÿù ú ù ÿ þ þýýýÿ ù ÿ ù ú ýÿ ýÿ ùÿþ ùûü ýÿ þý ÿ

ø ù ùû ý û ÿù ÿýúýû ùÿ þùûüý ÿ þý ÿ ý ý ýýÿþ ýýÿ ûù ÿþþ ý ûüýý ÿ ü ýý üù ý ý ùýýÿ ý ÿ ùÿ ý ýý ÿ ÿ ù ý üù û ü ù üý þý ý ù ý÷ ù ÿþ þ ý

ü

ýÿ ÿùþý

ýÿþ

ÿý ýÿýý

ùûùÿý÷

ùûùÿý ýùý ýÿ ÿ ýýý ùý ýùúù

úýÿÿý ýýÿþÿý÷ ýû ý ýý ÿ ýý ý ý ýÿ û úù ûùÿý ù û üýÿþ ÿ ý ÿù ý ý ý ýù ýüý ÿþý ÿ û ý ÿøýü

ýù ÿø ý

üùú ûû ù ÿþþ ùûü ý ýÿù ýûý ýúýû ýú òöô

y

ýÿô ö õ

ý ýýú ýý

ý ùý ÿý ýù ý ù ÿþþÿý ýý úý ù û ú ù ÿ ý ýþ ýù ý ùû ü ýÿ þ ÿ ýÿù ý ý ýýÿýýÿ

üùýû ý ýý ûùÿÿþýÿý ùùÿûýÿ ûýýýý÷

ù ùýÿýúý ýÿþýÿ ù ùýýÿù ÿþýÿ ù ÿþýÿû ÿû ýúüý ý ù ý ý ýÿ þ ýý ýÿ ý ý ûùÿ ! ý ýÿ " ÷# ù ÿýþý

ù ý÷ ù ù ýÿýûüù ù ÿþý ú ýÿýù ýù ýûý ý ù ýý ÷

ûü ÿý ùÿû ùý $÷ ûù ÿÿþý ÿý ù ý ýÿ ù ý ý

ýú ýú ÿ þ ÿ þ ýÿ ý ÿúýÿ%ú ý ÿ ÿ úýùÿ þþÿýý ÿ þ ýý

ýÿ

ý ÿù ý ÿý

ó ö ô ò&'ò( (òö ý ýú

ùûüýÿþÿ ýÿ

üù üý ý ý ý

ýý ÿ þ ý ý ÿþ úù ü ÿ þþ ÷ ý ù ý ý ý ýÿ ý ý û ù û ÿý)ù ÿ üú÷*ù ùýÿ ÿù +)* , ÿ

ûùÿþùûüýÿþýÿ ýÿ ûùÿý ûýÿ$ýý ý ù ýýý

- ÿý÷ü ýý ý ý ý ý ý û ù ÿý . ò/ôô &öö

y

üýþ ý ù ý0ÿ ü ýÿ ýù þý ÿ) ý ûý ýÿþ ù $

ÿ ûýÿþ%ûýÿþ ýùý ùý ûý ùÿþýÿ ûù ûýÿ$ýýýÿ

(25)

1232456 786922:2;2<= >6 ?2@A8;26B84 2C926 ?3> C233>D< 2:2C C2D8E8B232 F;>< C2D2 =>@8@C86 G2>D2< H>4B>4538IJ;>?8B;238IK @>D5 C2426< 2;926?38:24A8B 2:832E2D;2?8L=F3>6B82;2@:26A5 :292 :26 ;>324 ?>F?D2I8B 926? 7545C B3D23>?8B :8@56?486426 A8B2 : 8 32E2D 426 4 >C 2: 2 E8B232E2 6 A2 8 4 ;F42; @ 2 5C5 6 @ 2 67 26>? 2 D2 3> 6 35692:> 6? 26B> 6 35 <26C>6?> ;F;22 69 26?CDFI> B 8F6 2 ;:26; 29 24 :8 456M56?8 L N 2 ; 2< B 235 56B5D C> 6 > 635 :2;2@ @> 62D 8 4 E8B23 2E26 56354 :23 2 6 ?4>B5 235 ;F4 2B82:2;2< 45 2 ; 832B42E2B2623 25FA9> 4 E8B232926 ?24 26:83 2E2D4 26L152;832B3> DB >A53B> 7 2D24<5B5B2:2; 2< 452;832BFA9> 4E8 B 23 2835B > 6 : 8D8O2C242<; 29 2445 6M56?23 2538 :24O B>;26M 5 369 2 : 8 : 5 4 5 6? F;> < 5 6B5 DP5 6B 5 D 9 26? B2; 8 6? 3 > D? 263 5 6?O 92835 23D24B8O I2B8;832BO 86ID2B3D5435DO B8B3>@ 3D26BCFD32B8O :26 QR S TU V W X UV

y

JC>;29 2626 L

YVZW[ SU @> 62D84 E8B23 2E26 5635 4 : 2326? 4> B523 5 ;F4 2B8O \W SU XU VW S

@>6 9> :8 24264 > A535<26

E8B232E26

B> ; 2@2A> D 2:2M 25<:2D 8 3>@C233 8 6 ? ?2 ;6 9 2O8 6ID 2B 3D 54 35D:263D26 B CFD 3 2B8:8 C> D ; 54 2656 3 54 @> 6?56M 56 ?8 3> @ C23 P3>@C23 35M 5 26 E8 B 23 2OB> :26?426 QR ST U V W X U V

y

/

C>;292626 @>656M54426 72D2 :26 A2?28@262 @>@A>D8426 C>; 292626 4> C 2:2

E8B23 2E26L ]B2<2P5B 2<2

: 2;2 @ @>686 ? 4 23426 452;832B FA 9> 4 E8 B 232 868: 2C23 @> 62D 84E8B232E26 56 3 54 :23 26? 4> 4 2E2B26 83 5 :26 C 2 :2 24<8D 69 2 24 26 @> @ A> D84 26

income

:26 4> B>@C23 264>DM2A2?8@2B 92D2423:8B> 483 2D692LG8@2B 2@> 6:2326?O 42E2B26

:26

FA9>4PFA9>4E8B232

:8:2;2@6 92C>D;5:8326 ?26 8B>7 2D2 CDFI>B8F6 2;5 6 354@> 6?< 2 : 2C8 >D2?;FA2; 8B 2B8926?B > ?> D 2: 23 26? L ^86??86 92CF3>6B84> C2D8E8B23226O62@56< 86 ??24868A> ;5@FC38@2; C>6? >@A26?2 6 :2 6 C >@2 6I22326692L _2; 8 68 ;>A8 < :8B>A2A 426 A>;5 @ 2:269 224352 ;8B2B8 B > @5 2

CF3> 6B 8

926? 2: 2:2 6 @ 868@69 2 4 2 M 826P4 2 M 8263> 468B926?;> A8<:> 3 28;:26245D 233> 63 26?CF3> 6B8:26 :29232D84E8B 23 23> D @2B 54C> 6 9> A2D 26:26262; 8B8B86`>B 32B 8<86??2 26 2;8B8BA8292@26I223926 ?:2C23:8C>DF;><:2D886`>B32B8C2D8E8B 232L 1F6 : 8B8

868@> 69>A2A426 B 5 @A 26 ? 26

B > 43FD4>C2D8E8B23 226 A2?8 =aG:8 26? ? 2C@ 2B8<@ 868 @L

multiplier

effect

(26)

9

bc def ghihj hdk igkjf lf dkmkn kof

pkc jk qnh ek ir c jhgkeki hjhdk il ksf nikrhietim jfn hdfuk iod foifvf ek igkpkgc jec rnk iok i c etitr fp fdhkm hpk cjk q w xkjf lfd km kp kgkmrc r nc jfek i

multiplier

effect

nkof mhrnhqiuk ecofkmki cetitrf gjtphemfv ykfiiukw

xkjflfdkmk pkgkm rcizfgmkeki ykgkioki ecjsk n kjh pki pkgkm rcik ioo hykiof ec rf d e f ik i { |krk i f e} ~ € } hdltjt} ~‚ƒ pk i rcrnc jfec d csk qmcjkkink o frkduk jk e kmpfp kc jkqw

bc d ef g hi d c zkjkrkejtgk jf l f dkmkrc jhgk ekid cemtjukio rcisk isf e k i pk i rc j hgkek i ekmhg gc io k rki cetitrf ikdftiky} ikrhi kpkekykiuk dcjfio pfshrgkf pf pkcjkq nkqlk hjhdki gkjflf d km krk d f qrc ic rhf

nkiuk eecipkykw „c nkofki

nc d k jpk jk q pf…iptic dfkuk ioec qfp hgk igk jf lfd kmk iukrkshnfkd kiukrc rk io r cr ghiuk f †|‡ ˆ ukio ykuke p fehishiof} ikr hi dcn cikj iuk nkiuk ep k c jk quk i o p fyf q km p k jf†| ‡ ˆuk io kpknf k d k‰ nf kdkd ksk ikrhi pkgk m rc ik jfe lfd k mk l ki

uk io

z heh g

nk iukew „m hp f pkjf ncnc jkgkgk ekjrci hishee k in k ql kgc i k io kik iuk i odc jf h dpkjf pkc jk qd k iokmnc jgc io k jhqw|k ik gk nfykp fyfqkmpk jfdf dfrk iksc rc i mcj iukmkpkc jk quk iorc rghiukfgcjc izk ikkigk jflf dkmkuk ionkf e pki mcjkjkq nfdk rcizkgkf mkjocm dcgcjmf

ukio

pffiofiekiw xcjc i z k ik k iuk ionc jecyk ishmk ipk id cykyhrc r gc j qkmfek ikdgc e c ed mc jikypkifimc jikyukiok ehjkmk ek ipk gkmp fjhrhd ek igjtojkr‰ gjtojkr ukio fitŠkmfv pki dcdhkf gcjecrnkioki skrkiw x cj ciz ki k ki d cnk ok f dcn h kq e c o fkmki

uki o p fykedkikeki

dcz kj k mcjhd‰rcicjhd kmkh ncjecykishmki rcjhgkeki ekmk ehizf pkjf ecnc jq kd fyk irk i ksc r c igk jflfdkmk{ hdltjt}~ ‹ ƒw

|kykrlk z k ik gc jc izkikkipf nfp kio gk jf l f d kmkmcjp k gkm ncjnkokfe kmc otjfrhyk fpkjfjci zk i kfip he}jciz kiknc je cyk ishmki} jci zk i k gkjmfdfgk mfv pk i jc i z k i k dmjkm c ofdw |kjf ec dcr hk sc i fd fif ukiogkyf i o

rc ip c dk enkofd hk mhpkc jk q

kp kyk q

j c i zkik

(27)

Ž ‘ ’ ‘“ ”‘•‘–“ ‘ —‘’˜ – ™ šŽ–•‘”Ž›œ”˜ ‘Ž š ‘–‘‘˜

ž“– ’ š“ ™‘›œ” ˜‘ž“ ” —‘—“ ” ‘’ ” ‘–‘“ ” ‘•Ÿ “ ”“ –¡‘–‘‘– ’” ‘’“ ™Ž  —‘”Ž¢ Ž‘ ’‘  ‘“”‘• ˜ “ ” — ‘ š‘– ‘¡ ‘– ‘– ž“–’ š Ž“‘Ž˜“ ‘”Ž —“‘š¢ Ž‘’‘Ž‘’‘“”‘•£Ž‘˜—Ž– ™Ž’¤™‘˜“” —‘š‘–¢ ¤ šœ˜Ž ’ ˜ “ – “ ”• š œ ˜—œ–“– Ž  ‘“ ”‘• –’š ˜“ –™ “ ˜ž‘–™ š ‘– š “—‘”Ž¢ Ž‘’ ‘‘–Ž‘“ ”‘• –¥‘Ÿ

¦“¡‘” ‘

’“ œ” Ž’Ž ‘š‘“˜Žš ’Ž  ‘š ˜ ‘•– ’š ˜“” ˜ š‘– ’“–’‘–™ —“”“–¡‘–‘‘– ’”‘’“™Ž š“—‘”Ž¢Ž‘’‘‘– Ž–Ž£ ž“˜ ‘‘ —“˜ŽšŽ”‘– ‘’‘ ˜œ “ ¥‘–™ ž“™Ž ’ šœ ˜—”“ •“–Ž› ˜ “”˜ š‘– —“ ” “–¡‘– ‘‘–’” ‘’ “ ™Žš“—‘” Ž¢ Ž ‘’ ‘‘–Ÿ§ – ’ š˜“ –™ŽŽš “ š œœ–™ ‘– Ž –Ž’“ –’ 

‘¤‘

 ‘ —‘’ Ž ’ “ ˜ —•“ –™ ‘– ˜“˜ ‘š ‘– ‘– ’‘”‘ š œ– “ — ˜‘–‘¤“˜“– ‘’‘ —“”“–¡‘–‘‘– ’”‘’“™Ž ‘– ˜‘–‘¤“˜“– š “—‘” Ž¢ Ž ‘’‘‘– ˜“ –¤‘Ž ‘’ š“  ‘’‘–¥‘–™ ’ •Ÿ ¨‘– ™ š ‘• ¥‘ – ™  “—“ ”’ Ž Ž–Ž ‘ š ‘– Ž¡œž‘ – ’ š Ž‘—Žš ‘Ž š ‘– ‘– Ž’“ ”‘—š ‘ – —‘ ‘ š‘  

—“ –¥–‘– ” “ –¡‘–‘

Ž– š

— “ –™“˜ž‘–™ ‘ –

(28)

11

©ª« ¬­ª ¬©®©« ¯°±¬­ª ª­²­ª­ ³¯« ´­ ³´©³® ±©³©µ­±­ ³ ¶©³ ·­ª ­³¸©³©©³¯ ´ª© ´­®«¯¶«´­±°¹©³¬­ ª¬©®©«ª° ±°¯©³¶ ­²«³ «¯ « ·­ ª­³¸©³ ©© ³ ¯´ª© ´­®« ¯ ´ ­ ª®© ³´° ³ ® ¶ © ª«

¯°¶° ´

·©³ ¶© ³® ¶©³

·­³®®°³ ©©³´ ­ ª±«³ º» º ®«

´­ ª¯­¬°´¼³ © ±° ³¶ ©ª«¶ ­ ²«³ «¯ «½¶ ­ ² «³ « ¯ ««´° ±­³°ª°´¾©»°¯°¿ÀÁÁÁ¯ ­±°©±­³°³µ°¹·©¶©¯©´°·­ ª´©³Ã©©³·º¹º¹ é «´° ÄÅ·© é ³®©¹©³ ¶ «·­ ª¬° ©´Æ ÇÈ­ ´«¹© ¹« ´© ¬ ­ ª¬«¸©ª© ±©¯ © »© É ·­ª ­³¸©³ ©©³±©¹©´«¶©¹¶©·© ´¶« »­·©¯¶© ª«²°³®¯«±©³ ©µ ­ ±­³¯­¸©ª© ° ±° ±¼ ¶ « ±©³ © ²°³®¯ « ±©³ ©µ­±­³¶ « ±°»©« ¶©ª« ·­ ª­³¸©³ © ©³ ¶ ©³ ·­ª­³¸©³©©³¯ ´ ª© ´­ ®«¯«³«±­ ª°·©¹© ³¬© ®«©³¶ ©ª«²° ³®¯«±©³ © µ ­ ±­³ ´­ ª¯ ­¬° ´Ç Ê© » © ± É© »« ³ «¾´­ « ¯¯ ¿ËÌÍ Î±­ ±¬­ª«¹© ³ª° ±° ¯© ³ ¬ ©ÉÏ © ·­ ª­³¸©³ ©© ³¯´ª© ´­®«¯¯­ ¬© ®© «¹º ±·º³­³¶© ª«±©³©µ ­ ±­³¯´ª© ´­ ®« ¯ ¬ ­ ª´° ®©¯° ³´°¹±­ ±·­ ª µ ­ » ©¯´° µ °© ³¶ ©³¯©¯ ©ª©³ ¼±­ ±« »« ɬ ­ ª¬© ® ©« ¹­¬« µ©¹©³¼´­ª°´© ±©¶© »©±±­±·­ ªº»­É¶©³±­³®©»º¹©¯«¹©³¯°±¬ ­ª ¶ ©Ã©¼ ¯­ ª ´© ±­ ³¸«·´©¹© ³ ¯° ©´° ·­ ¶º ±©³ ¶ ©» ©± ±­ ³­ ª µ­ ±©É¹© ³ ¹­ ¬« µ ©¹¯ © ³ ©©³ºª®©³«¯ ©¯«Ç

Ê«¯©±·«³®¯­¬©®©«¹º±·º³­³¶©ª«±©³ ©µ­ ±­³¼·­ ª­³¸©³©©³ ¯´ª©´ ­ ® «¯ µ°®© ¬­ ªÉ° ¬°³®© ³ ¶­ ³® © ³ ¹­·­ ±«±·« ³©³ ¶ ©»©± ¯ ° ©´° ºª®©³«¯©¯«¼¯­É«³ ®®©·­ª­³¸©³©©³¯ ´ª©´­®«¯±­ª°·©¹©³±­´º¶ ­¶©»©± ±­³®©ª©É¹©³ ·©ª© ·­±«±·«³ °³«´ ¹­ªµ© ¯­É«³®®© ¹­·°´°¯©³½ ¹­·°´°¯© ³¶©³´«³¶©¹©³± ­ª­¹©±­±·°³Ã©«¶© ±·©¹´­ªÉ©¶©·±©¯© ¶ ­·©³ºª® ©³ «¯©¯ «¶­³®©³¸© ª©Ã© ³®¹º³ ¯«¯´ ­³¶ ©³ª© ¯«º³©»Ç¾­¬© ® ©« «³´«¶© ª«¹­·­ ±«±·«³ ©³¶© »© ±ºª® ©³ «¯ ©¯«±©¹©·ª º¯ ­¯·­³®© ±¬« »© ³ ¹­·°´°¯©³ «³« ±­³µ©¶« ¯©³®©´ ·­³´«³®¼ ·ªº¯­¯ ·­³®©±¬«»©³ ¹­·° ´° ¯© ³¶ © »© ± ºª®© ³ « ¯ © ¯« ¶« ±©³ ©·©¶© ´­ ºª« ±©³© µ ­±­³ ¹»©¯«¹ ¯ ­ ¬© ®© «« ³´«¶© ª«±© ³ © µ ­ ± ­³ºª®©³ «¯©¯ «¿Ð¬ ³°¾Ã© ±¯ «¼Ë ÌÍÑ ÂÇÊ© »© ± ¹º³´­¹¯ ·­³®©±¬« » ©³ ¹­·°´° ¯ © ³ ·© ¶© º ª ®©³«¯©¯« « ³ « ±©¹© ¶©·©´

ÒÓÒ

(29)

y

Langkah 1. Memprakarsai dan Menyepakati suatu Proses

Perencanaan Strategis.

Þß à áâß ã áäåáâæßçä àç èé ç ã á â á ä ê ç ä çç ä ë æâ ç æ á å ßë ìá â íã çîçä ë íç æí ãâïëáë Þçðç ììá ìà íçæî áã íæí ë ç äë æâ ç æ á å ßëñëáâæçì á ä åçð ïî çëßîç ä ëíìàáâ Þçòç òçäå ìáäÞíîíäåäòç Þß ëáðíâíè íäßæ îáâóç Þçä æ ßäåîç æç äÞçðçìïâåç äßë çëßô

õäæíî ìáäåßì ãðáìáäæçëßîçä Þçä ìáäåïãáâçëßïäçðîçä à á â àç åç ßî áà ßóçîçäÞçðç ìïâåçäß ëç ë ßÞçðç ìì áä ëßî ç ã ßãáâ í àç èçäö ã á â íàçèç ä áî ë æ áâ ä çð òç ä å Þßèç Þç ã ßïðáè ïâ å ç äß ë çë ß ã áâðí ç Þç ä òç ëí ç æí ì á æïÞá òçä å îïì ã âáèá ä ëß÷ íäæ í î ìá ä ê çãçß

oltimate goals

ïâåçäßëçë ß æá âëá àí æñ ãá âáä êçä ç ç ä ëæ âçæá å ß ë ìá â í ãç îçä ß ä ëæ â í ìá ä òçäå ãçðßäå êïêïî íäæíî ìáäêçãçß ßæíñ ëáèßäååç ãáâáäêçäççä ë æ âçæ á å ßë Þßãç äÞ ç ä åëáà ç åç ß ìáæïÞá í äæ íî ìá ä å áð ïðçãáâí àç èçäö ã á â íàçèç äòçä åæ ßÞçîÞçãç æÞ ßè ß ä Þçâ ßëá èß ä å åçÞçãçæóíåçÞ ßë áà íæ ëá àç åçßì áæïÞáíäæíîà á âíâ í ëç äÞá äåç äîïìãðáîë ßæ çëðßä åîí ä å ç ä òçä åëáâ ß äåîçðßáâçæà áâèíàí äåçäÞá ä åçäî á ã á äæßä åçäïâ åç äßë çëßñ îïìãðá îëßæ ç ëðßä åîí ä å ç äß ä ßëáâß ä åÞßë á àí æëáà ç åç ß÷çîæïâáî ë æ áâ ä çð òçäå àß çëçäòç Þß â íì í ëî çä ëá à çåçß ãáðí çäå Þçä çä ê çìçä ò çäå Þßèç Þç ã ßïâåç äßë çëßô

ø ù ú û üý

e

ýú þû

e

ÿ

a

ÿ ÿ û

a

eg

ý

çðçè ëçæí ãáäÞáîçæçä òçäå Þçãçæ Þßðçîíîçä íäæíî ìáâí ìíëî ç äë æâ çæá åßã á ä åáð ïðç ç äãçâ ß é ßë çæçÞç áâ ç èç Þçðç èÞá ä åç ä ìáäáâçãîçä ëæâçæáåßê ãðçääßäå ãá âáäêçäççä ëæâçæáåßë òçäå ì á ì çäå

ç îèß âöçîèßâ

ß äß Þ ßçäå åçã ì á äó çÞ ß

ìïÞ áð

æá â à çßî

Þçðçì ãáâ áäêçäççäô

ëíìë ßÞçëçâÞçâßãáâá äêçäççäëæâ çæáåßëçÞçðçèàç èéç Þçðçì ðßäåîíäåçä òçäå ëáðçðí àá âíàçè ëá êçâç êá ãçæ Þçä æßÞ çî ìáäáäæíñ ëíçæí ïâåçäßëçëß ìáìáâðíîçä îáìçìãíçä íäæíî ìáðçîí î ç ä

ã áâá äê çäççäëá ê çâ ç

æ á ãçæôá èíàíä åçä

Þá ä åç ä

èçðßæ íñ ïâåç äßëçëß Þ ßæíä æí æ í ä æí î ðá à ß è ìáì ç è ç ì ß ðß ä åîí äåçä áî ë æáâäçð ïâåçäßë çëßÞçäë áäçäæßçëçìáðçîíîçäæáðççèîáîíçæçäÞç äî áðáìçèçä ßäæá âäçðô á âáäêçäççä ëæâçæáåßë ìáì àáâß îçä å çìàçâçä æáäæçäå àç åç ßìçäç

ïâåç ä ßë çë ß Þçãçæ

à áâóçðç ä

(30)

13

! "

#

$

% &'' $ &''

' ( ) ' $

*+

y

,-. /00123! ! $ &&

' ' /

"4 ' ' &''

' '"

5"4 6 ' &''"

7"4 % '

' 1

&''"

8"4 ' / "

0"4 / $"

9"4 6 ' ' ' '$ & '' "

2"4'' & '1 '"

"4 :'& '' 6 6 ' "

# $ $ ' $ $'

: ' ' $': 6$'

1

$

&''" #

' : ' $' $ $

$' % &''

' '"

Langkah 1. Memprakarsai dan Menyepakati suatu Proses

Perencanaan Strategis.

;$ <

'

' <

(31)

; atau menganggap bahwa jika mereka tidak dikatakan

dengan eksplisit untuk mengerjakan sesuatu, mereka tidak diizinkan

mengerjakan hal itu. Kondisi inilah yang diperlukan adanya mandat

dari organisasi untu melakukan penyusunan perencanaan strategis.

Langkah 3. Memperjelas Misi dan Nilai-nilai Organisasi.

Misi organisasi, yang berkaitan erat dengan mandatnya,

menyediakan

raison de être-nya,

pembenaran sosial bagi

keberadaannya. Bagi perusahaan atau lembaga pemerintah, atau bagi

organisasi nirlaba, hal ini berarti organisasi harus berusaha

memenuhi kebutuhan sosial dan politik yang dapat diidentifikasi.

Melihat dengan sudut pandang ini, organisasi harus dianggap

sebagai alat menuju akhir, bukan akhir di dalam dan dan organisasi

itu sendiri. Komunitas juga tidak seharusnya dipandang sebagai

akhir dalam komunitas itu sendiri, tetapi mesti mempertegas

keberadaannya yang didasarkan pada bagaimana sebaiknya mereka

memenuhi kebutuhan sosial dan politik

stakeholder-nya

yang

beragam, termasuk kebutuhan

stakeholder

itu terhadap perasaan

komunitas .

Namun, menetapkan misi lebih dari sekadar mempertegas

keberadaan organisasi. Memperjelas maksud dapat mengurangi

banyak sekali konflik yang tidak perlu dalam suatu organisasi dan

dapat membantu menyalurkan diskusi dan aktivitas secara

produktif. Kesepakatan tentang maksud-maksud berarti menetapkan

gelanggang di mana organisasi akan berkompetisi dan,

setidak-tidaknya dalam uraian yang luas, merencanakan jalan masa depan.

Lagi pula, misi yang penting dan dapat dibenarkan secara sosial

merupakan sumber ilham bagi

stakeholder

kunci, terutama para

pegawai. Bahkan, diragukan bahwa organisasi pernah mencapai

mereka merupakan hal yang sangat penting jika perencanaan

strategis ingin berhasil (Olsen dan Eadie, 1982). Demikian juga

diharapkan dapat melibatkan orang-orang penting pembuat

keputusan di luar organisasi biasanya merupakan hal yang krusial

bagi keberhasilan program publik manakala implementasinya akan

melibatkan banyak kelompok dan organisasi (McGowan dan

Stevens, 1983).

Jelasnya, beberapa orang atau kelompok harus memulai suatu

proses. Salah satu tugas pemrakarsa adalah menetapkan secara tepat

siapa saja yang tergolong orang-orang penting pembuat keputusan.

Tugas berikutnya adalah menetapkan orang, kelompok, unit, atau

organisasi manakah yang harus dilibatkan dalam upaya

perencanaan. Kesepakatan awal akan dinegosiasikan dengan

setidak-tidaknya beberapa dan pembuat keputusan, kelompok, unit,

atau organisasi.

Kesepakatan itu sendiri harus mencakup maksud upaya

perencanaan; langkah-langkah yang dilalui dalam proses; bentuk

dan jadwal pembuatan laporan; peran, fungsi, dan keanggotaan

suatu kelompok atau komite yang berwewenang mengawasi upaya

tersebut; peran, fungsi, dan keanggotaan tim perencanaan strategis;

dan komitmen sumber daya yang diperlukan bagi keberhasilan

upaya perencanaan strategis.

Langkah

=>

Memperjelas Mandat Organisasi.

(32)

15

?@ ABC@DE AFEAGHIEGEAJEFKD BEAH LELH?@ IE FMFEALENMENE ML@FE IHBML OM E F @F @IHDMEA JEA B ? @AOEL EDP Q@ D@FE R@ DSE JE G ECTE ?@ D@FE OH GENEL H L @SE D E I @ GHC F @ NEN OEIE? NHAOE F EA ?@ D@FE OED HREOE OH D H ?@D@FE

; atau menganggap bahwa jika mereka tidak dikatakan

dengan eksplisit untuk mengerjakan sesuatu, mereka tidak diizinkan

mengerjakan hal itu. Kondisi inilah yang diperlukan adanya mandat

dari organisasi untu melakukan penyusunan perencanaan strategis.

Langkah 3. Memperjelas Misi dan Nilai-nilai Organisasi.

Misi organisasi, yang berkaitan erat dengan mandatnya,

menyediakan

raison de être-nya,

pembenaran sosial bagi

keberadaannya. Bagi perusahaan atau lembaga pemerintah, atau bagi

organisasi nirlaba, hal ini berarti organisasi harus berusaha

memenuhi kebutuhan sosial dan politik yang dapat diidentifikasi.

Melihat dengan sudut pandang ini, organisasi harus dianggap

sebagai alat menuju akhir, bukan akhir di dalam dan dan organisasi

itu sendiri. Komunitas juga tidak seharusnya dipandang sebagai

akhir dalam komunitas itu sendiri, tetapi mesti mempertegas

keberadaannya yang didasarkan pada bagaimana sebaiknya mereka

memenuhi kebutuhan sosial dan politik

stakeholder-nya

yang

beragam, termasuk kebutuhan

stakeholder

itu terhadap perasaan

komunitas .

(33)

(mission

statement),

stakeholder.

Stakeholder

(output)

stakeholder

stake- holder

coventurers

banks holding mortages

notes,

stakeholder

kunci keberhasilan

dalam organisasi publik dan nirbala adalab kepuasan stakeholder kunci.

stakeholder

stakeholder

stakeholder

stakeholder

stakeholder

stakeholder-nya

stakeholder

stakeholder

stakeholder,

? Pertanyaan

ini dapat menjadi kesulitan yang mengejutkan bagi tim

perencanaan strategis untuk menjawab secara singkat.

kebesaran atau kesempurnaan tanpa konsensus dasar di antara

stakeholder

kunci tentang misi yang mengilhaminya.

Gambar 2.1 Lingkup Manajemen Strategis

(34)

17

UVWVXYZ ZV[\VZW][\^][ _V`[a]b]][ Zcdc

(mission

statement),

e`\ ][ cd ]dc f]`Yd ZV[a V Z_ Y`[]^][ ][ ]X c dc d

stakeholder.

Stakeholder

gcg Vh c [ c d c^][d V W]\ ] ce` ][ \i^V XeZ_e^i]b]Ye`\][ c d ] dc

]_]_ Y[a][ \g]_ ]bZ V X ]^ Y^] [^X ]cZ]b ] Y_ V `f] bc ][idY Z WV `g ]a]i ]b]Yf]dcX

(output)

e`\ ][cd]dci]b ]Ygc_ V[ \ ]`YfceXVff]dcXcb Yjke[ bef

stakeholder

_V Z V` c[ b]f ]g]X ]f l]` \] i _V Z W ]a]` _]m] ^ i _V [V` cZ]

_VX]a][][i W]g][ a][\ ZVZV`c[b]fi _V\]l]ci dV`c^]b ^V`m]i ^V XeZ_e^^V_ V [bc [\ ][i_ ] `b ]c_eX cbc^ i^eZ Y[ cb ] d^V Y[ bY[ \ ][ig][ _ V ZV`c [ b ]fX]c[ [ a ] jke[ bef

stake- holder

e` \ ][ cd ]dc[ c`W] X ]ZV Xc _ Ybc _ ]` ]^X]cV[]b]Y_ VX][ \\ ][i_V[a YZW][ \g][_cf]^^Vbc\]i_V\ ]l]c i gVl] [ gc`V^bY `i e`\][cd]dc [c`W]X] X]c[[a] a][\ ZV [aV gc]^][ _VX ]a ][][ ^eZ_XV ZV [bV ` ]b] Y bVXcW]b dVW ]\]c

coventurers

g]X ]Z _`e mV ^i

banks holding mortages

]b ] Y

notes,

g ][_ V Z ]de^ jn V[ oV`Z]bc Z]d]X]f

stakeholder

ZV `Y_ ] ^][f]X^`Y dc] X^] ` V[ ]

kunci keberhasilan

dalam organisasi publik dan nirbala adalab kepuasan stakeholder kunci.

p[]Xcdcd

stakeholder

a][\ XV [\^] _ ]^][ ZVZV `XY^][ bcZ _V`V[ o ][] ][db`]bV\c dY[ bY^ZV[ \c[ gV[bchc^]dc

stakeholder

e`\][c d]dci b]`Yf] [ Z V `V ^] g] X] Z e` \] [cd] d c ]b] Y f] d cX [a ] i ^`c bV `c] Z V `V ^ ] Y[ b Y^ ZV[ cX]c^c [V`m]e` \][ cd ]dciW]\ ]cZ][] d V W ]c^[a] e` \ ][ c d ] dc WV `dc^]_ bV `f] g] _ ^`cbV `c] bV `dVWYbi W] \] cZ][] _]`]

stakeholder

ZV Z_ V[\ ]`Yfc e`\][cd]dcig ] [ d V o ]`] Y ZYZZV[\]_ ]

stakeholder

a][ \ W V` ] \ ]Z cb Y _ V[bc [\ j p[ ]X c dc d

stakeholder

a][\ XV [ \ ^] _ mY\ ] f] ` Yd Z V[ \cg V[bchc^]d c ]_] ^ V WYbYf][ e`\][cd] dc g ][

stakeholder-nya

a ][ \W V` ] \ ]Zcb Y q Zcd]X[a]iY][ \id b ]hi]b]YgY^Y[ \ ][_eXc bc^j

p [] Xcdcd

stakeholder

]^ ][Z V ZW ][b YZV Z_ V`mV X ]d] _ ]^ ]fe`\ ] [cd]dc f] ` Yd ZV Z_Y[a ]c Zcdc a][\ WV ` W Vg]q W Vg ] g][ ZY[\ ^c [ db` ]b V \c a][ \W V` X ]c[][Y[ b Y^_ ]`]

stakeholder

a ][\W V ` WVg]j

UVbVX]f ZV [aVZ_Y`[]^][ ][]Xcdcd

stakeholder,

dY] bY bcZ _V`V[o][]][ db`]bV\cd g]_]b

WV^V`m]

Y[bY^ ZV[\VZW][\^][ _ V `[a]b ]] [ZcdcgV[ \][Z V[m]l] WV[]Z_V` de]X] [j

rj

Uc]_]^ ]f

^cb]c[ cdV W]\ ]c

(35)

Langkah 4. Menilai Lingkungan EksternaL

stakeholder

uv wx y z{z|} | }~x € | |‚ z ƒ„ z …z{…†…‡z ˆ„z ƒ‰†ˆ‡‡ z‰zz‚Šzƒ‹

zz ƒ ‡ z‰x ƒ|‚‡~z z |}z…zˆz ‚…† …‡ z ˆ„z ƒ‰† ˆ ‡ ‡„z … z{z‰zz ‚ Šzƒ‹z z ƒ ‡ zy z‰z‡

? Sekali lagi, jawaban atas pertanyaan ini

memberi pembenaran keberadaan organisasi.

3. Secara umum, bagaimana kita bekerja untuk menghargai atau

mengantisipasi dan rnerespon kebutuhan atau masalah ini?

Pertanyaan ini harus mengungkapkan apakah organisasi bersifat

aktif atau pasif, apa yang dikerjakan organisasi sehubungan

dengan kebutuhan yang harus dipenuhinya, dan secara umum

bagaimana dapat memastikan bahwa organisasi bukan akhir

dalam dirinya sendiri. Jawaban terhadap pertanyaan ini juga

akan mengatakan kepada anggota organisasi apakah mereka

akan dipuji-puji atau dicaci-maki karena membawa berita buruk

kepada organisasi tentang peristiwa yang menyulitkan dalam

evaluasi lingkungan dan kritis oleh

stakeholder

kunci. Juga banyak

organisasi membidik kurir ketimbang mengikuti pesannya.

Anggota organisasi perlu mengetahui bahwa mereka tidak akan

dicaci-maki karena membawa informasi yang penting tetapi

menyulitkan; sebaliknya, mereka sesungguhnya akan

menerangkan dan organisasi tidak akan mendapat keuntungan

dan pengaruh arus balik yang berguna.

4. Bagaimana kita harus memberi respon kepada

stakeholder

kunci

kita?

5. Apa filosofi dan nilai inti kita? Kejelasan filosofi dan

nilai-nilai inti akan membantu organisasi mempertahankan

integritasnya. Selain itu, karena hanya strategi yang sesuai

dengan filosofi dan nilai-nilai organissi yang sangat mungkin

bekerja, tanggapan terhadap pertanyaan ini juga membantu

organisasi memilih strategi yang efektif (Pfeiffer, Goodstein, dan

Nolan, 1986).

(36)

19

Œ ŒŽ   ‘’Œ“Œ” ‘•–—Œ˜ ™‘Ž—“š– —›šœ •› Œ ›ŒŒ ŒŽ—–•Œ ’Œ ˜Œ•Ž ›‘ —“Œ‘ ’–Œ –˜žŽ—“ ›–œ •“Œ —–› Œ › –Ÿ –šŒ› šœ•›Œ › ŒŒ  ŒŽ — –•Œ’ Œ“Œ“Œ ‘  ‘ —Ž ˜–š ’Ž Ž˜ Œ —› œ ›–ŒŒŒŽ”œ  – –š” —  –—“™ ‘Ž—“ š–—” •Ž ›Œ˜ ŒŒ—ŒŒŽ‘ ’Œ “Œ” ‘ •–— Œ˜˜ Œ •Ž ›‘ ‘ Œ ›Ž š– ’ – ¡Œ — “ • › ’Ž Ÿ

¢ •Œ—£ŒŒ—‘ – › ––Ž› —¡ – •–¡Œ ”Œ › Œ—“Œ ” —¡š™‘ Ž—“š–—  –¡Œš ’–˜¡Œ—›ŒŽ”Œ •Œ “•ŒžŒŒŽ›ŒŽ›œ“Œ—Ÿ¤ Œ ”–” —“‘’ Œ—“Œ— ”•— £Œ ŒŒ—– Ž˜ Œ•Ž › –‘’Ž ¡Œ—¡–›šŽ ›–£Œ—“”Œ— ¥Œ—“ ’ Œ •›  ’Œ “ Œ – ¥Œ Œ’Œ — Œ Œ›  —Œ‘ ”•  Œ—£Œ Œ— – —–Ÿ  Œ Œ’Œ— £Œ—“  —“š Œ” Œ Œ› ”•Œ—£ ŒŒ —¦” •Œ—£ ŒŒ — – —– › › Ž —““ Ž ˜— £Œ ¡Œ”Œ  ‘ —¥ Œ¡– Ž• Œ– Œ— ¡Œ›Œ •’Œ “–¡› š• – ”› –œ •“Œ—–› Œ › –¡–‘Œ ›Œ¡ ”Œ— ™§¨–›–š ’•˜Œ› – Œ—©¦ —£ Œ™Œ—“šŒ˜ •Œ š˜ –•¡ŒŒ‘”•œ › ›Ÿ¤ Œ ”–¡ –” •Ž šŒ—š •¥ ŒŒ— ¥ŽŒ— £ Œ —“ › Ž —“ “ Ž ˜¦›Ž —“ “ Ž˜ › ’ Ž ‘ ¨– ›– š ’ • ˜Œ›–  Œ— £ Œ —“  —“š Œ” ¡Œ”Œ¡–Œ• –š Ž Œ› –šŒ —Ÿ

Langkah 4. Menilai Lingkungan EksternaL

¤–‘”• —ªŒ—ŒŒ—

˜Œ •Ž›‘ —“ š › ”œ •Œ ›– –— “ šŽ—“Œ —¡ –Ž Œ • œ•“Œ—–›Œ›– Ž—Žš ‘—“–¡ —–ž–š Œ›– ”  ŽŒ—“ ¡Œ— Œ—ªŒ‘Œ— £Œ—“ ¡ –˜ Œ¡Œ” – œ• “Œ —– ›Œ›–Ÿ « ’ —Œ•—£Œ ™ žŒš œ• ¡– ¡ŒŒ‘ ‘•Ž” Œš Œ — žŒšœ •

£Œ —“ ¡ – šœ— •œ œ  ˜œ • “Œ —–› Œ › – ¡Œ—

žŒ šœ •§¡–

ŽŒ•Œ ¡Œ  Œ˜ žŒšœ •

£Œ —“ –¡Œ š ¡ – šœ— •œ  œ  ˜ œ • “Œ—– ›Œ ›–

¬¢žžž • ¡Œ—

«Œ Œ—ª–š™ ­ ®¯° ±Ÿ ¢ ŽŒ—“ ¡Œ— Œ—ªŒ‘Œ — ¡Œ ”Œ ¡ –š  Œ ˜Ž – ¡ —“Œ — ‘  ‘Œ— ŒŽ ’•’Œ “ Œ –š šŽŒŒ—¡Œ —šª—¡ •Ž —“Œ —”œ––š™ šœ—œ‘ –™›œ› –Œ™¡ Œ—  š —œ œ “ –Ÿ¢ ²«¤›

‘•Ž ”Œ š Œ—Œ š•œ—–‘£Œ—“ ”Œ ’Œ“–š šŽ Œ Œ —¡Œ— šª—¡•Ž—“Œ—

–—–™ šŒ•—Œ œ•“Œ—–›Œ›– ’–Œ›Œ—£Œ ˜Œ• Ž› ’•Ž’Œ˜ › ’Œ “Œ –¥Œ Œ’Œ— •˜ Œ ¡Œ”š šŽŒŒ—‘Œ Ž ”Ž—šª—¡ •Ž— “Œ—–Ž¡Œ — ”•Ž’Œ˜Œ— ’œ˜ ¥Œ¡– ›Œ—“Œ ‘—£Œš–šŒ—Ÿ «Œ£Œ—“—£Œ™ ›‘ŽŒ œ• “Œ —–›Œ›– ¥Ž“Œ ›• –—“šŒ – ˜Œ—£Œ

‘ ‘žœšŽ›

š”Œ¡ Œ Œ› ”š £Œ —“ —“Œ –ž

¡Œ —

‘—“Œ—ªŒ ‘

¡Œ — ”•Ž’Œ˜ Œ— –Ž™ ¡ Œ— –¡Œš

‘ ‘žœ šŽ › š”Œ ¡Œ” ŽŒ—“£Œ— “¡ –‘Ž —ªŽ  šŒ—œ  ˜”•Ž’Œ˜ Œ— • ›’ Ž Ÿ

(37)

outputs

sebagai

outputs

kebanyakan tidak dapat mengatakan bagiamana

mahasiswa itu dididik . Gerakan mutakhir menuju pembakuan

sistem ujian universitas

(testing of school graduates)

adalah upaya

untuk mengukur hasil

(outcomes)

guna memperbaiki kekurangan ini

(Flynn, 1986).

Ketiadaan relatif mengenai informasi kinerja menimbulkan

masalah baik kepada organisasi maupun kepada

stakeholder-nya.

Stakeholder

akan menilai manfaat suatu organisasi sesuai dengan

kriteria yang hendak digunakan

stakehokler bukan

yang diperlukan

organisasi. Terutama bagi

stakeholder

ekstemal, kriteria ini biasanya

berkaitan dengan kinerja. Jika organisasi tidak dapat menunjukkan

keefektifannya terhadap kriteria

stakeholder,

maka tanpa

memperhatikan setiap manfaat inheren dan organisasi,

stakeholder

mungkin menarik dukungan mereka.

Ketiadaan informasi kinerja juga dapat menciptakan, dan

memperkeras, konflik organisasional yang penting. Tanpa kriteria

dan informasi kinerja, tidak ada cara untuk mengevaluasi keefektifan

relatif strategi alternatif, alokasi sumber daya, desain organisasi, dan

distribusi kekuasaan. Akibatnya, konflik organisasi kemungkinan

lebih sering terjadi lebih sering daripada yang seharusnya, melayani

kepentingan partisan yang sempit, dan dipecahkan dengan cara yang

akan menggagalkan misi organisasi.

Kesulitan mengukur kinerja merupkan hal yang umum

(Flynn, 1986). Tetapi dengan mengabaikan kesulitan itu pun,

organisasi akan terus menerus ditantang untuk menunjukkan kinerja

yang efektif kepada

stakeholder-nya.

Para pemimpin dan

stafpemerintah, misalnya, dapat menafsirkan keinginan publik

akhir-akhir ini untuk membatasi atau bahkan memperkecil pajak (seperti

dilihat dalam Proposisi 13 di California, Proposisi 2½ di

Massachusetts, dan pemotongan pajak pada 1981 dan 1986) sebagai

menciptakan skenario yang beragam untuk mengeksplorasi masa

depan di lingkungan eksternal, suatu contoh praktis perencanaan

strategis sektor swasta (Linneman dan Klein, 1983).

Anggota badan pengurus dalam suatu organisasi, terutama

jika mereka dipilih, seringkali lebih baik dalam mengindentifikasi

dan menilai ancaman dan peluang eksternal ketimbang para pegawai

organisasi. Hal ini sebagian saja karena dewan pengurus

(governing

board)

bertanggung jawab untuk mengaitkan suatu organisasi dengan

lingkungan eksternalnya dan juga sebaliknya (Thompson, 1967).

Sayangnya, dewan pengurus ataupun pegawai biasanya tidak

melakukan pekerjaan yang sistematik atau efektif dalam mengamati

lingkungan eksternal. Akibatnya sebagian besar organisasi bagaikan

kapal yang berusaha melayari perairan berbahaya tanpa

memanfaatkan indera pengawas manusia atau radar dan peralatan

sonar.

Karena hal ini, baik pegawai maupun anggota dewan

pengurus harus mengandalkan proses penilaian eksternal yang

relatif formal. Teknologi penilaian eksternal agak sederhana, dan

mendorong organisasi

secara murah, pragmatis, dan efektif

untuk mengawasi apa yang terjadi dalam dunia yang lebih besar

yang mungkin mempunyai pengaruh atas organisasi dan pencapaian

misinya.

Langkah 5. Menilai Lingkungan Internal.

(38)

21

µ¶µ·µ¸¹¶ º»¸µ¼½¾

outputs

¿º¼ÀºÁ½¿Âº¶µÃµ¶µ¼ µÂ·¹º»Ä¶º·µ»¸¸µ»Äµ¿µ½ ¶ºÅÁµÆµ ¼ÇȹÀµ·»ÆµÄÀ ºÅº»¿µ¼µÀ º ÂÉ·µ¾Å½» ¸Â¹»Ãµ¶µ ¿Åº» ¸µ ¿µ µ» Áµ¸µ¹Åµ»µ ź¼ºÂµ ź·½·½Àµ» Áµ»ÆµÂ ŵ¾µÀ¹Àʵ

sebagai

outputs

kebanyakan tidak dapat mengatakan bagiamana

mahasiswa itu dididik . Gerakan mutakhir menuju pembakuan

sistem ujian universitas

(testing of school graduates)

adalah upaya

untuk mengukur hasil

(outcomes)

guna memperbaiki kekurangan ini

(Flynn, 1986).

Ketiadaan relatif mengenai informasi kinerja menimbulkan

masalah baik kepada organisasi maupun kepada

stakeholder-nya.

Stakeholder

akan menilai manfaat suatu organisasi sesuai dengan

kriteria yang hendak digunakan

stakehokler bukan

yang diperlukan

organisasi. Terutama bagi

stakeholder

ekstemal, kriteria ini biasanya

berkaitan dengan kinerja. Jika organisasi tidak dapat menunjukkan

keefektifannya terhadap kriteria

stakeholder,

maka tanpa

memperhatikan setiap manfaat inheren dan organisasi,

stakeholder

mungkin menarik dukungan mereka.

Ketiadaan informasi kinerja juga dapat menciptakan, dan

memperkeras, konflik organisasional yang penting. Tanpa kriteria

dan informasi kinerja, tidak ada cara untuk mengevaluasi keefektifan

relatif strategi alternatif, alokasi sumber daya, desain organisasi, dan

distribusi kekuasaan. Akibatnya, konflik organisasi kemungkinan

lebih sering terjadi lebih sering daripada yang seharusnya, melayani

kepentingan partisan yang sempit, dan dipecahkan dengan cara yang

akan menggagalkan misi organisasi.

(39)

; cara (bagaimana); filsafat (mengapa); tempat (di mana); waktu

(kapan); dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak

diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan isu

(siapa). Untuk memunculkan dan memecahkan isu secara efektif,

organisasi harus dipersiapkan untuk menghadapi akan terjadinya

konflik yang hampir tak dapat dielakkan.

Pernyataan isu strategis harus mengandung tiga unsur,

Pertama,

isu harus disajikan dengan ringkas, lebih baik dalam satu

paragraf. Isu itu sendiri harus dibingkai sebagai pertanyaan bahwa

organisasi dapat mengerjakan sesuatu. Jika organisasi tidak dapat

melakukan sesuatu pun tentang hal itu, maka hal tersebut bukan

suatu isu setidak-tidaknya bagi organisasi (Wildavsky, 1979 b).

Perhatian dan organisasi cukup dibatasi tanpa membuang isu yang

tidak dapat dipecahkan organisasi.

Kedua,

faktor yang menyebabkan sesuatu isu menjadi

persoalan kebijakan yang penting harus didaftar. Khususnya, faktor

mandat, misi, nilai-nilai, atau kekuatan dan kelemahan internal, serta

peluang dan ancaman eksternal apakah yang menjadikan hal ini

suatu isu strategis? Mendaftar faktor ini akan bermanfaat dalam

langkah selanjutnya, pengembangan strategi. Setiap strategi yang

efektif akan dibangun di atas kekuatan dan mengambil keuntungan

dan peluang sembari meminimalkan atau mengatasi kelemahan dan

ancaman. Dengan demikian pembingkaian isu strategis menjadi

sangat penting karena pembingkaian itu akan memuat dasar bagi

pemecahan isu-isu.

Ketiga,

tim perencanaan harus menegaskan konsekuensi

kegagalan menghadapi isu. Tinjauan terhadap konsekuensi akan

kepentingan sendiri yang murni dalam peran publik. Orang dapat

juga menafsirkan batasan dalam pengeluaran publik ini sebagai

keengganan untuk mendukung organisasi yang tidak dapat

menunjukkan dengan tegas kinerja yang efektif.

Langkah 6. Mengidentfikasi Isu Strategis yang Dihadapi

Organisasi.

Lima unsur pertama dan proses secara bersamasama

melahirkan unsur keenam, identifikasi isu strategis

persoalan

kebijakan penting yang mempengaruhi mandat, misi dan nilai-nilai,

tingkat dan campuran produk atau pelayanan, klien, pengguna atau

pembayar, biaya keuangan, atau manajemen organisasi.

Perencanaan strategis memfokus kepada tercapainya

percampuran yang terbaik antara organisasi dan lingkungannya.

Oleh karena itu, perhatian kepada mandat dan lingkungan

eksternalnya dapat dipikirkan sebagai perencanaan dan luar ke

dalam

(the outside in).

Perhatian kepada misi dan nilai-nilai maupun

lingkungan internal dapat dianggap sebagai perencanaan dan dalam

ke luar

(the inside out).

Secara khas, perencanaan itu merupakan

masalah yang sangat penting bahwa isu-isu strategis dihadapi

dengan cara terbaik dan efektif jika organisasi ingin

mempertahankan kelangsungan hidup dan berhasil baik. Organisasi

yang tidak menanggapi isu strategis dapat menghadapi akibat yang

tak diingini dan ancaman, peluang yang lenyap, atau keduanya.

(40)

23

ËÌÍÎÏË Ð Ñ ÎË ÒÓÎÔÌ ÕÌÖÐ Ö ×Ð Ø ÌÑÐ Ö ÎÙ ÎÖÎÕ× ÎØ ÚÏ Ð ÑÎÍ ÎÎÕ ÛÛ ÜË ÎË Ì Ö Ö Ð Õ ÛÐ Õ ÎÌ ÝÌËÚ ÎÝÌ ÞÎ Õ Û ÍÌÙÎ Í Î ÑÌ Ü ØÛÎ Õ ÌÝÎÝÌß ÍÎ Õ ÖÌÝÌ × ÎØ Ú ÙÎ Ø ÚÝ ÍÌ à ÌÑË ÎÏ ÎÕ Ò

áÝÚ ÝËØÎËÐ ÛÌÝß ×ÐÕÎØâ×Ð ÕÎØ ÖÐÕÚØÚË ÍÐãÌÕÌÝÌÕÞÎß ÖÐ ÔÌÑÚ ËÌ ÏÜ Õ ãÔÌÏ ÝÎË ÚäÐ ÕÌÝ ÎËÎÚÔÎÌ ÕÕÞÎÒ åÜÕãÔ ÌÏ ÍÎ ÑÎË ÖÐ ÕÞÎÕÛÏÚË Ë ÚäÚ ÎÕ æÎÑÎç

; cara (bagaimana); filsafat (mengapa); tempat (di mana); waktu

(kapan); dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak

diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan isu

(siapa). Untuk memunculkan dan memecahkan isu secara efektif,

organisasi harus dipersiapkan untuk menghadapi akan terjadinya

konflik yang hampir tak dapat dielakkan.

Pernyataan isu strategis harus mengandung tiga unsur,

Pertama,

isu harus disajikan dengan ringkas, lebih baik dalam satu

paragraf. Isu itu sendiri harus dibingkai sebagai pertanyaan bahwa

organisasi dapat mengerjakan sesuatu. Jika organisasi tidak dapat

melakukan sesuatu pun tentang hal itu, maka hal tersebut bukan

suatu isu setidak-tidaknya bagi organisasi (Wildavsky, 1979 b).

Perhatian dan organisasi cukup dibatasi tanpa membuang isu yang

tidak dapat dipecahkan organisasi.

Kedua,

faktor yang menyebabkan sesuatu isu menjadi

persoalan kebijakan yang penting harus didaftar. Khususnya, faktor

mandat, misi, nilai-nilai, atau kekuatan dan kelemahan internal, serta

peluang dan ancaman eksternal apakah yang menjadikan hal ini

suatu isu strategis? Mendaftar faktor ini akan bermanfaat dalam

langkah selanjutnya, pengembangan strategi

Gambar

Gambar 3.2 Sistem Kepariwisataan
Gambar 5.1.Tujuan Pengembangan Pariwisata Kota Ternate
Gambar 5.2.Proses Pengembangan Pariwisata Kota Ternate
Gambar 5.3.Pendekatan dan Stakeholders Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian judul Green City Hotel of Surakarta adalah Suatu akomodasi pariwisata dalam kota dengan fasilitas menginap, berbisnis, maupun berlibur dengan konsep arsitektur hijau

hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk.. seluruh

Ruang-ruang dibagi menjadi 2 (dua) macam kelompok utama. Dua kelompok yakni ruang-ruang luar dan rung-ruang dalam. Pembagian ini dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan

Permasalahan proyek Fasilitas Rekreasi di Perkebunan Stroberi Kaliurang adalah bagaimana menawarkan kenyamanan tempat istirahat, belanja, belajar dan tempat makan berbagai

Hotel adalah suatu bangunan fisik yang dimiliki oleh seorang atau kelompok dalam perusahaan sebagai badan usaha yang menyediakan fasilitas dan jasa

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis evaluasi yang telah dilakukan diantaranya adalah fasilitas database tempat wisata yang dapat di-update secara terus

Mewujudkan fasilitas akomodasi yang nyaman berupa hotel resort di Bukit Patuk Gunungkidul Yogyakarta, sebagai tempat beristirahat sambil rekreasi dan mendapat

Industri pariwisata terkait dengan fasilitas atau sarana pendukung yang terkait dengan akomodasi seperti ketersediaan restoran, penginapan, transportasi yang