KEPARIWISATAAN DAERAH
Konsep dan Aplikasi
Penulis :
Drs. Muchamad Zaenuri, M.Si.
Penyunting :
M. Ali Mahmudi
Tata Sampul & Isi :
Wawan
Pracetak :
Fauzan, Bety
Cetakan Pertama :
Januari 2012
Penerbit :
e-Gov Publishing
Jl. Mangunegaran Kidul 14
Kraton - Yogyakarta
Telp./Fax. 0274 - 372663
ISBN 978-602-19897-0-8
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Kata Pengantar
Pada masa sekarang ini terjadi perubahan yang cukup
signifikan berpengaruh pada dunia kepariwisataan, baik yang
bersifat eksternal maupun internal, sebagai akibat dari dinamika
pasar wisata, perwilayahan, lingkungan, regulasi dan perubahan
paradigma. Sebagai akibat dari perubahan paradigma dan
lingkungan ternyata pariwisata menimbulkan permasalahan yang
bersifat multi dimensi dan kompleks, namun demikian
pembangunan kepariwisataan tetap penting untuk dilakukan
dalam mendukung pembangunan nasional. Perencanaan yang
strategis dan komprehensif sangat diperlukan untuk pengembangan
kepariwisataan sebagai salah satu penopang pembangunan
nasional.
Buku tentang kepariwisataan dan perencanaan strategis
mungkin sudah cukup banyak beredar di pasaran, tetapi
membahas secara tuntas tentang perencanaan kepariwisataan
dengan menggunakan pendekatan manajemen strategis masih
sedikit ditemui. Berbekal dari pengalaman penulis di lapangan
antara lain dalam mendampingi pemerintah daerah dalam
menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
(RIP-KD) dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk ditulis dalam
bentuk buku. Pendekatan manajemen strategis memang paling
sesuai apabila diterapkan pada organisasi, namun tidak ada
salahnya
spirit
dari konsep tersebut dicoba untuk diaplikasikan pada
sektor kepariwisataan, dan hasilnya tentu saja masih perlu
disempurnakan. Oleh karena itu kritik dan saran untuk
penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan.
tekun telah melakukan editing untuk kesempurnaan naskah buku
ini, tidak ketinggalan juga teman-teman lain yang secara tidak
langsung membantu untuk selesainya buku ini, antara lain Ali,
Nani, Eka, Bety, Harsono dan Dinar.
Akhirnya, kepada penerbit buku e-Gov Publising Jogjakarta,
kami mengucapkan terima kasih banyak atas kesediaannya untuk
menerbitkan buku ini, semoga kerjasama yang baik ini dapat
dilanjutkan di masa mendatang.
Jogjakarta, Januari 2012
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 PERENCANAAN STRATEGIS ... 10
A. Proses Perencanaan Strategis ... 11
B. Perumusan Visi dan Misi ... 31
C. Analisis Lingkungan ... 38
D. Identifikasi Isu-Isu Strategis ... 42
E. Menyusun Strategi ... 44
BAB 3 KONSEP, SISTEM DAN
MANAJEMEN KEPARIWISATAAN ... 45
A. Konsep Kepariwisataan ... 45
B. Sistem Kepariwisataan ... 49
C. Manajemen Kepariwisataan ... 59
D. Pelaku Pariwisata ... 69
E. Manajemen Kelembagaan ... 75
BAB 4 TEKNIK DAN METODE PERENCANAAN
STRATEGIS KEPARIWISATAAN ... 81
A. Defenisi Perencanaan Pariwisata ... 82
B. Pentingnya Perencanaan Dalam Pembangunan
Pariwisata ... 84
C. Manfaat Perencanaan Pariwisata ... 85
D. Orientasi Perencanaan Pariwisata ... 92
E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pariwisata ... 106
F. Tingkatan Perencanaan ... 111
INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
KOTA TERNATE ...128
A. Bagian 1 : Pendahuluan ... 128
B. Bagian 2 : Profil Kota Ternate ... 150
C. Bagian 3 : Penyusunan Visi dan Misi ... 203
D. Bagian 4 : Analisis Kewilayahan dan
Kepariwisataan ... 216
E. Bagian 5: Analisis S.W.O.T dan
Skenario Pengembangan ... 267
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lingkup Manajemen Strategis ... 14
Gambar 2.2 Elemen-elemen Dasar dari proses
Manajemen Strategis ... 29
Gambar 2.3 Model Manajemen Strategis ... 30
Gambar 3.1 Keterpaduan Sisi Permintaan dan
Sisi Penawaran ... 50
Gambar 3.2 Sistem Kepariwisataan ... 53
Gambar 3.3 Kompenen Sistem Pengembangan Pariwisata .... 54
Gambar 3.4 Sistem Pariwisata menurut Leiper (1979) ... 56
Gambar 3.5 Sistem Pariwisata Menurut
Mill dan Morrison (1985) ... 57
Gambar 3.6 Sistem Pariwisata menurut Poon (1993) ... 57
Gambar 3.7 Sistem Pariwisata Menurut
Burns & Holden (1985) ... 58
Gambar 3.8 Sektor Pariwisata dalam Tiga Pilar ... 59
Gambar 3.9 Destinasi Pariwisata ... 61
Gambar 4.1 Karakteristik Pengelolaan Pariwisata ... 81
Gambar 5.1 Tujuan Pengembangan Pariwisata
Kota Ternate1 ... 139
Gambar 5.2 Proses Pengembangan Pariwisata
Kota Ternate ... 140
Gambar 5.3 Pendekatan dan Stakeholders Pengembangan
Pariwisata Kota Ternate ... 148
Gambar 5.4 Diagram Alur Penyusunan RIPPDA ... 149
Gambar 5.5 Produk Wisata ... 168
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Administrasi Wilayah Kota Ternate ... 151
Tabel 5.2. Luas Wilayah Kecamatan Kota Ternate ... 151
Tabel 5.3. Penyebaran Penduduk Menurut
Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2005 ... 155
Tabel 5.4. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Ternate ... 156
Table 5.5. Rasio Jenis Kelamin Kota Ternate tahun 2005 ... 157
Tabel 5.6. Persentase Penduduk Usia 10 Thn Keatas
Menurut Jenis Kegiatan Thn 2005 ... 158
Tabel 5.7. Jumlah Pencari Kerja yang belum dapat
disalurkan Menurut tingkat pendidikan
di Kota Ternate, Tahun 2001 ... 159
Tabel 5.8. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru,
Ruang Kelas SD Negeri/Inpres Menurut
di Kota Ternate, Tahun 2001 ... 160
Tabel 5.9. Perkembangan Ekonomi Kota Ternate Terhadap
Perekonomian Nasional Tahun 1999 2002 ... 164
Tabel 5.10. PDRB Kota Ternate Menurut Lapangan
UsahaAtas Dasar Harga Konstan 2000,
Thn 2002-2005 (Juta Rupiah) ... 165
Tabel 5.11. Struktur Perekonomian Kota Ternate ... 167
Tabel 5.12. Jumlah Hotel/Penginapan dan Jumlah
Kamar yang tersedia di Kota Ternate Thn 2005. 186
Tabel 5.13. Jumlah Langganan Percakapan Telepon
di Kantor Telkom di Kota Ternate thn 2005 ... 187
Tabel 5.14. Jumlah Telepon Umum
di Kota Ternate Thn 2005 ... 187
Tabel 5.15. Banyaknya Kantor Pos dan Giro
Serta Fasilitasnya di Kota Ternate tahun 2005 ... 188
Tabel 5.16. Jumlah Wesel Pos Dalam Negeri yang dikirim
dan diterima Melalui Kantor Pos dan
yang dikirim dan diterima Melalui Kantor
Pos dan Giro di Kota Ternate tahun 2005 ... 189
Tabel 5.18. Jumlah Surat Luar Negeri yang dikirim
dan diterima Melalui Kantor Pos dan
Giro di Kota Ternate tahun 2005 ... 189
Tabel 5.19. Jumlah surat dalam negeri yang dikirim dan
diterima Melalui Kantor Pos dan Giro
di Kota Ternate tahun 2005 ... 189
Tabel 5.20. Jumlah Bank Menurut Status Bank
di Kota Ternate Tahun 2001-2005 ... 191
Tabel 5.21. Banyaknya Fasilitas Kesehatan
Dirinci Menurut Kecamatan
di Kota Ternate Tahun 2005. ... 191
Tabel 5.22. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan
di Kota Ternate tahun 2003-2005 (Km) ... 192
Tabel 5.23. Panjang Jalan Menurut Kondisinya
Permukaan di Kota Ternate thn 2003-2005 (Km) 193
Tabel 5.24. Jumlah Pesawat Datang dan Berangkat
Melalui Bandara Sultan Babullah Ternate
Tahun 2003-2005... 194
Tabel 5.25. Kunjungan kapal di Pelabuhan
Ternate tahun 2005 ... 195
Tabel 5.26. Jumlah Penumpang dan Kendaraan yang
diangkut Melalui Penyeberangan Fery
Kota Ternate tahun 2005 ... 195
Tabel 5.27. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan
Ruang Kelas di Kota Ternate
tahun 2005/2006... 197
Tabel 5.28. Jumlah Penumpang Yang Datang Melalui
Bandara Sultan Babullah Kota Ternate ... 198
Tabel 5.29. Jumlah Penumpang Yang
Datang Melalui Pelabuhan A. Yani
Kecamatan di Kota Ternate tahun 2005 ... 219
Tabel 5.31 Jumlah Penduduk berdasarkan
kelompok umur di Kota Ternate tahun 2005 ... 220
Tabel 5.32. Jumlah Kunjungan Wisatawan
Ke Kota Ternate ... 222
Tabel 5.33. Kategori daya tarik wisata
berdasarkan peringkat ... 225
Tabel 5.34. Pengelompokan Obyek Wisata Berdasarkan
Peringkat Penilaian ... 228
Tabel 5.35. Data Usaha Jasa Akomodasi Perusahaan Besar
di Kota Ternate tahun 2006 ... 230
Tabel 5.36. Data Usaha Jasa Akomodasi Perusahaan
Menengah di Kota Ternate tahun 2006 ... 231
Tabel 5.37. Data Usaha Jasa Akomodasi Perusahaan Kecil
di Kota Ternate tahun 2006 ... 231
Tabel 5.38. Data Usaha Travel di Kota Ternate tahun 2006 . 232
Tabel 5.39 Indeks Location Quotient (LQ)
Kota Ternate, 2002 2005 ... 240
Tabel 5.40 Klasen Typology Kota Ternate Tahun 2002-2005 242
Tabel 5.41 Perubahan Struktur Perekonomian Kota Ternate
Propinsi Maluku Utara 2003-2005. ... 244
Tabel 5.42. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Ternate 246
Tabel 5.43. Pengelompokan Obyek Wisata Berdasarakan
Kesamaan Akses Pencapaian (Rute) ... 251
Tabel 5.44. Pola Pengelompokan Berdasarkan Kedekatan
(Jarak) antar obyek Wisata ... 252
Tabel 5.45. Pola Pengelompokan Berdasarkan
Kedekatan Terhadap Pusat Pelayanan ... 254
Tabel 5.46. Pola Pengelompokan Berdasarkan Kesamaan
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1. Penduduk Kota Ternate Berdasarkan
Kec. dan Jenis Kelamin thn 2006 ... 154
Diagram 5.2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Ternate Tahun 2005 ... 156
Diagram 5.3. PDRB Kota Ternate ... 165
Diagram 5.4. Pertumbuhan Sektor dalam PDRB
Kota Ternate ... 165
Diagram 5.5. Kontribusi Masing-masing Sub Sektor
terhadap DRB Kota Ternate ... 166
Diagram 5.6. Jumlah Penduduk berdasarkan
kelompok umur di Kota Ternate tahun 2005 .. 220
Diagram 5.7. Perkembangan LQ ... 241
Diagram 5.8. Perubahan Struktur Perekonomian
Kota Ternate Propinsi Maluku Utara
2003-2005. ... 245
Diagram 5.9. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan
Ke Kota Ternate ... 246
Diagram 5.10. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan
Ke Kota Ternate ... 247
Diagram 5.11. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan
Ardika, I Gede, (2005),
Kebijakan Nasional Penanggulangan
Kemiskinan Melalui Pariwisata
, Deparsenibud,
Basri, Faisal, (2005),
Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba
,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Bryson, John M, (1995),
Strategic Planning for Public and Non-Profit
Organizations: A Guide to Strengthening and Sustaining
Organizational Achievement
, Jossey-bass Publishers, San
Fransisco.
Bryson, John M, (1995),
Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Publik
,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Burns, Peter M and A. Holden, (1985),
Tourism, a New Perspective
,
Englewood Clifts : Prentice Hall.
Damanik, Janianton dan Helmut F.Weber, (2007),
Perencanaan
Ekowisata, Dari Teori Ke Aplikasi
, Andi Offset, Yogyakarta.
Damanik, Janianton, Hendrie Adji Kusworo dan Destha T.
Raharjana (2005),
Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pariwisata
, Pusat Studi Pariwisata UGM, Yogyakarta.
Gelgel, I Putu, (2006),
Industri Pariwisata Indonesia, Dalam Globalisasi
Perdagangan Jasa (GATS-WTO) Implikasi Hukum Dan
Antisipasinya
, Refika Aditama, Bandung.
Gunawan, Mira P dan Ina Herlina, (2000),
Garis Besar Perencanaan
Pengembangan Dan Pemasaran Pariwisata Di Tingkat Lokal
Dan Wilayah
, Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB, Bandung.
Hax, A.C. & Majluf, N.S. (1994),
Strategic Management: An
Integrative Perspective
, McGraw Hill, Singapore.
Routledge, London and New York.
Dwiyanto, Agus (1995),
Identifikasi Isu Strategis dan
Pengembangan Rencana Strategis , makalah disampaikan
dalam
Pelatihan , Manajemen By Objective
, Kerjasama
Program Studi Magister Administrasi Publik UGM-Dinas
Pendapatan Daerah Tingkat I Jawa Timur.
Keban, Yeremias T (1998), Aplikasi Strategic Planning Dalam
Perencanaan Pembangunan Kabupaten Fak-fak Propinsi
Irian Jaya , dalam Jurnal Kebijakan Administrasi Publik,
hal 97-125, Volume 2 No.1.
Kuntowijoyo, (1991), Tinjauan Historis Pembangunan Pariwisata
Di Indonesia , naskah dalam
Seminar Nasional Dampak
Sosial Pengembangan Pariwisata Di Indonesia
, 16-17
Desember.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto, (2000),
Metodologi Penelitian Dalam
Bidang Kepariwisataan
, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Kusherdyana, (2011),
Pemahaman Lintas Budaya Dalam Konteks
Pariwisata Dan Hospitalitas
, Alfabeta, Bandung.
Leiper N, (1979), The Framework of Tourism : Towards a
Definition of Tourism, Tourist, and Tourism Industry ,
Annals of Tourism Research, : 390-407.
Mill, Robert and Morrison, Alistair, (1985),
The Tourist System
, New
Jersey : Prentice Hall International.
Nugroho, Iwan, (2011),
Ekowisata Dan Pembangunan Berkelanjutan
,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Andi Offset, Yogyakarta.
Pendit, Nyoman S, (2006),
Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar
Perdana
, Pradnya Paramita, Jakarta.
Poon, Auliana, (1993),
Tourism, Technology, and Competitive
Strategies
, CAB International, Welington.
Rangkuti, Freddy (1997),
Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus
Bisnis
, Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Salusu, (1996),
Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi
Publik Dan Organisasi Nonprofit
, Grasindo, Jakarta.
Siagian, Sondang P, (1981),
Administrasi Pembangunan
, CV Haji Mas
Agung, Jakarta.
Simatupang, Violetta, (2009),
Pengaturan Hukum Kepariwisataan
Indonesia
, PT Alumni, Bandung.
Stupa, (200),
Buku Panduan Perencanaan Pemasaran Pariwisata
Daerah
, Tidak Ada Penerbit, Jogjakarta.
Vellas, Francois dan Lionel Becherel, (2008),
Pemasaran Pariwisata
Internasional, Sebuah Pendekatan Strategis
, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Wahab, Salah, (2003),
Manajemen Kepariwisataan
, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Wardiyanto dan Baiquni, (2011),
Perencanaan Dan Pengembangan
Pariwisata
, Lubuk Agung, Bandung.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Yoeti, Oka A, (2008),
Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi Dan
Implementasi
, Penerbit Buku Gramedia, Jakarta.
Ditjen Pariwisata Departemen Pariwisata Seni Dan Budaya
Republik Indonesia (1998),
Analisis Pasar Wisatawan
Mancanegara
, Jakarta.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pariwisata UGM (1998),
Optimalisasi Pendayagunaan Dan Pengembangan Sumberdaya
Wisata Daerah Tingkat II Dalam Mendukung Pariwisata
Nasional
, (Laporan Penelitian),Yogyakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Ternate,
Rencana
Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Tahun
2008-2014
, Ternate.
Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, (2011),
Catatan Dari
Konferensi Internasional Kepariwisataan
, Jakarta.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
2009-2014.
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE
NOMOR 11 TAHUN 2009
Tentang
1
!!"#
$
% &'
$
% & (
)* *)
!$ + , $
)* *-. % )/$0
/$) *
% persen dari penduduk Indonesia yang disusul
dengan angka kemiskinan yang mencapai 37,4 juta atau sebesar 17,42
persen dari penduduk Indonesia tahun 2003 (BPS, 2004)
1 23 24 563787926:8 ;< ;=> 77 6 7?8;4>5=< 2=7@ 78 2>2>;A 2B>CDECB D; 6F2378;4> 5= 2A > ;=6 2> 7G926: D2D< C D;6 3 5=56 : < ; DE 2 6: C626 32;= 2B4 ;>74 2< 7A7B 26< 2 328;4>5=A27 6D; 6;D C7F2A 26EC6> CHI ;4>5= <2=7@7 82>2 8; E2:2 7 82 A2B 82>C 8; 4>5 = 926 : 826 :2 > E; =E2 878 <2 32 < 5> ; 687A54 2AJ2A2D?E C3292?326F282K?> ;=L 2>2 >> C DE C B8; E ;82=M?NO < ; = 8 ; 6JP= 3 742?Q RR SK2>2C3 72>28= 2> 2T=2> 2<;= > C DE C B 261UV> 2BC6 NOOWTQ RRQJV1I?Q RRXK HI26:2>D ; 6 2= 74< CA2E2 B @ 24 ;>74 2Y 6 3 56 ;87 2 37A2632 4=7878 4;<;=L29226 326 L7>=2 :A5E2A >2BC6 NOOWTQRRQ? 4C6FC6:26 @782>2@26 6287562A 8;L2=2 4CDCA2>7G >CDECB D;92476426 8;E;82= =2>2T=2>2 O?MR <;=8;6? D2876:TD2876: <; =>CDECB2 6 @7 82 >2@26 D26L26; :2 =2 8; E; 82= M?XN <;=8;6 326 @ 7 82> 2 @ 266 C826> 2= 28;E; 8 2=NR?Q R<;= 8 ; 6 H1 ;=>CDEC B2 676 7L C4C< D; 6: ;FC> 4 26 4 2 = ; 62 4;> 74 2 4= 7 8 78<; L 2 B JNOOW K > ;=F2 3 7 <; 6 C= C626 FCDA 2B 4 C6FC6 : 26 4 CD CA 2>7G 8;E ;82= XR?MR <;=8; 6 JP= 37 4 2? QRR SK H Z ;E C> CB26C6> C4E;=@782> 2> ;= 69 2>2>;=EC4>7> 73 2432< 2>37 B; 6>7426 5A;B4 = 78 7 8H
U; 6: 2 6< ; => CDECB 2 67 6 7D242< 2 3 2>2 BC6QR RQ<2= 7@ 782> 2 >;A2B D;DE;=7426 8CDE26:26 826:2> 87:67G7426 >;=B232< <; 63 2 <2>26 6; :2=2 92467 8; E; 82 =
[<
XW > =7A7 C 6 92 6 : 3 7 =2 7B 3 2 =7 4 C6FC6:26@ 78D 26?[<\O>= 7A7C6 3 2= 7@ 786 C8?32 6D ; 6 CDE CB426 7 6];8>2878;E;8 2=[<NS>= 7 A 7C6H^; E 7 B4BC8C88 ;4 > 5=< 2=7@ 782> 2> ;A2B D; 69 CD E 26:\?NQ<;= 8 ; 6>;= B 232<1U V?\?M N< ;=8; 6>;=B232<> 5>2A C<2B?
_? WN
< ; =8; 6> ; = B 23 2< < 2F24
326W ? N\< ;= 8 ; 6> ;=B 232 <<;A C2 6: 4 ; =F26 287 56 2AJP= 3 74 2?QRR SK HY 6 7D; 6 9 ;E 2E426>; = 8 ; 3 7 26 9 2N_FC >2 A2< 26:264;=F2 8; L 2= 2 62 8 7 562A926: 8 ; L 2=2 A;E7B AC28 D; 6 9 ; 6>CB < CA28;4> 5=76G5=D2A326C8 2B 2D74= 54 ; L 7A373 2;= 2BH
V;=328 2=4 2642F7269 26:37EC2>5A; B`5=A 3a= 2];Aba5C=78 D c5 C6 L 7AJ` a acK37 < ;=4 7=24 26 < 23 2> 2 B C6 QRNM 3 ;]782 32 = 78;4>5= < 2 = 7@ 7 82> 237Y 6 3 56 ; 8 7 2> CDECB8 ;E ; 82=
_?N
< ;= 8 ; 62> 2 C8; 67A27 dIU \W?W D7A92=H 1;=>CDECB26 767 37<;=47=2426 2426 D;DE;=7426 32D< 24< 23 2<; 69 ; 37 22 6> 5> 2AA2<26: 2 64;=F23 7E 7 32 6:< 2=7 @ 78 2 > 2 8; E26924 NQ?W FC >2 A2<2 6:26 4; =F2 2 >2C 8;E; 82 = O ?N <; =8; 6 >5>2A
3
efgf h i f hjk l m fnfhok pf h qfjrs tm u vfe f gfhif hjk lmfef h io u higf n f uo fwfgflx y xofvfz {| |}st~~
xo fgxh ixv uo k jvlgflxyxo fv f muif
fgukhm f ef hjf h uhioxhqf okpfifx jfvug gkhiffh nx offv jlxoxo okjfexiuo kpklxj f hnfgf jif hnfz qfhiuju gpk of lgfnf ok jvl ok jvle fxh fnffofok jflf h ixhxvk lm fnxgk lupfwf h
qfh i uj ugoxi hx xjfh
pklgkhifluw
gfnf
nuhxfjkgflxy xofvffhspfxj q fhi pk lox fvk jovklhfe fu guhxhvk lhfes o k pfifxfjxp fvn flx nxhfxjf iepfes gfofl yxofvfs gklyxefqfwfhs exhijuhifhs lkiuefox nfh gk lupfwf h gfl f nxif kpf ifx f jxpf v n flx gk lupfwf h gflfnxif nfh
exhijuhifh nx ofgxhi kpfyf klxvf fhxo
v klo kpu vs vklhq fvfgflxy xofvfk hxp uejf hgk lfofe fwf hqfhipk l ox fvue vx nxkhox nfh jgekjos hfuh nkxjxfh gkpfhiuhfh jkgflx y xo f vffhvk vf g gk h vxh iu hv uj nxe f juj fhnfefk h nujuh i gkpf hiu h f hhfoxhfe
kpf hiu h f hj k gf lxy xofv f f hkxexjxgk l f hq f higk hvxh i nfef
fo gk j
kjh xsooxfe nf h
exhiju hifhfef fogkj
kjh xs okjvl gflxyxofvf kpklx jhvlxpuox nkxof nflx juhmuhifh y xo fvfyfhf hf hkif l fzyxofhnfh lnuj k o vxjkix hf e luvzpko klvfjghk h jghk hhqffe ff ogk jooxfe s gf lxy xo fvf
p k l gk l f h
n fef
gkhqk lf gfhv k hf i fjk lmfs
f glk oxf oxok hxs vl fnxoxnfhp unfqfp f h iof snf hgk hxh ijfvf hmfvxnxlxpf hio ff e f fogk jexhij uh ifhsnf gfvk h ifh ijfvglnujnf hmfofyxo fvfok gk lvx jk jfqff h n f h jk u hxjf h fe fn f h efuvs nfh fefv qf h i k kj vx pfix gkekovflxfhexhij uhifhfef
nfh ok hx
punfqf
vlfnxoxhfez t~~ t~
¡ ¢ £ ¤ ¥¦§ ¨ © ª© « ¬ ¦§¦ ¦® ¯¤ ¡ ° ª ¢£ ¤¨ ¤±² ¦³¤´ ¦ µ ¶¤³·¨ ¸ ¯¹¨ ¬¦·¨º¨¹¦ ³¦³£·®¦ §¦¬»¦¬¦¤±¦¤²£ · ¥¦¤ ¦¹ ¨¶¤¦»§¦·¨¼ª¼¥ ¯³¦¶·¦¤±¬¦ §¦ ³¦® ¯¤ ¡ §¦¤§¨ ¬·£ § ¨²¹¨¦² ¦¤¢£ ¤±¦»¦ ¢ ¨¬£ ¤¨¤±² ¦ ³¦ ¤¹ £ ¸£ ¹¦·½ª ¥ ¯³ ¦¶·¦¤±¬¦ §¦³¦ ® ¯¤ ¡ °ª§¦¤¢£ ¤¨¤±²¦ ³¤´¦¤¨»¦ ¨¨¤¾£¹³¦ ¹¨¹£ ²³¶· ¬¦· ¨º¨ ¹ ¦ ³¦³£ · ®¦ §¦¬¨¤¾£ ¹ ³¦ ¹¨¤¦¹¨¶¤ ¦»§¦ · ¨© ª¡½«¬¦§¦³ ¦ ®¯ ¤ ¡ ¢£¤¥¦ §¨¿ª°À
% pada tahun 2014. Kedua, meningkatnya kuantitas dan
kualitas wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara yang ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara dari 6.700.000 orang pada tahun 2010 menjadi 8.600.000
orang pada tahun 2014, sedang pergerakan wisatawan Nusantara
diprediksi akan mengalami kenaikan dari 230 juta perjalanan pada
tahun 2010 menjadi 276 juta perjalanan pada tahun 2014. Sementara
itu secara kualitatif juga diharapkan terjadinya peningkatan Lama
tinggal serta meningkatnya pengeluaran/pembelanjaan wisatawan,
dan yang pasti bahwa penerimaan devisa dari sektor pariwisata juga
akan mengalami peningkatan dari 6,75 milyar USD pada tahun 2010
menjadi 8,95 milyar USD pada tahun 2014 (Kementrian Pariwisata
Dan Ekonomi Kreatif, 2012).
Dengan menimbang bahwa keadaan alam, flora dan fauna
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan
untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan UUD
1945; bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan
waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak
asasi manusia; bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis
terencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan
tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya
yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan
hidup, serta kepentingan nasional; bahwa pembangunan
kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan
kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu
menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan
global; maka diperlukan adanya regulasi untuk mengatur
pengelolaan pariwisata, sehubungan dengan hal tersebut
ditetapkanlah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan sebagai basis regulasi pemerintah yang kemudian
juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk
mengembangkan kepariwisataan yang ada di daerah
masing-masing.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan azas
manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan,
kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis,
kesetaraan dan kesatuan. Kepariwisataan berfungsi memenuhi
kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual setiap wisatawan dengan
rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tujuan kepariwisataan
adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi
pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,
memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa
cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
5
ÁÂÃÂÄÅÆÇÆÈ ÉÂÊËÃÆÌÆ ÍÆÈ ÄÂÄÅÂÊÎÏÂÌ ÄÆÈÐÆÆÇ ÃÂÊÇÆ ÄÆÄÅË ÄÂ ÈÑÌÆ ÍÆÅÒÇ Æ ÈÇ ÆÈÑÆÈÅ ÂÊËÉ ÆÌÆÈ ÁÂÌÒÍ ËÅ Æ È Ï ÎÁ ÆÏÓ ÈÆ ÃÒÎÈÆÏ ÍÆÈ ÑÏÎÉÆÏ
; maka diperlukan adanya regulasi untuk mengatur
pengelolaan pariwisata, sehubungan dengan hal tersebut
ditetapkanlah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan sebagai basis regulasi pemerintah yang kemudian
juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk
mengembangkan kepariwisataan yang ada di daerah
masing-masing.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan azas
manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan,
kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis,
kesetaraan dan kesatuan. Kepariwisataan berfungsi memenuhi
kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual setiap wisatawan dengan
rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tujuan kepariwisataan
adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi
pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,
memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa
cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
ÔÕ Ö ×ØÙÚÛ Ü×ÛÙÝ ÛÕ Ù ÛÞÚÛÜ×ÛÙßàÔÛ×Ý ÛÜÝ ÛÕ ÙÛÞá ÛÜ âãÕ Ù àßÛÖÛÜÔ àÛ ×à ÖÕÔÛ×àÛÜ ÔäÔ×ÕãäÖ ÝÛåÛã ÖÕÙÛÜâÖÛ Ø×ØÜØãä ÝÛÕÙÛÞÚ ÔÕÙ×Û ÖÕ×Õ Ùß Û Ýà ÛÜ ÛÜ×ÛÙ ß Õ ãÛÜâÖà Ö Õß Õ Ü×äÜâÛÜ
; mematuhi kode etik
kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata; dan memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari UU tersebut sudah
diterbitkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang
perencanaan induk kepariwisataan nasional, dengan melalui
Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional dirumuskan mengenai arah
kebijakan Pembangunan Pariwisata Nasional. Pada pasal 2 ayat (8)
disebutkan bahwa arah pembangunan kepariwisataan nasional
dilaksanakan : 1) dengan berdasarkan prinsip Pembangunan
Kepariwisataan yang berkelanjutan, 2) dengan orientasi pada
peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja,
pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan, 3) dengan
tata kelola yang baik, 4) secara terpadu, lintas sektor, lintas daerah
dan lintas pelaku, dan 5) dengan mendorong kemitraan sektor publik
dan privat.
Yang patut dicermati adalah sejumlah komponen
Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia yaitu:
æçèéê ëê; Destinasi
Pariwisata meliputi Pembangunan Daya Tarik Wisata, Pembangunan
Aksesibilitas Pariwisata, Pembangunan prasarana umum, fasilitas
umum, dan fasilitas pariwisata, Pemberdayaan masyarakat melalui
kepariwisataan, dan Pengembangan investasi di Bidang Pariwisata;
ìçíîê
, Pemasaran Pariwisata meliputi Pengembangan Pasar
Wisatawan, Pengembangan Citra Pariwisata, Pengembangan
Kemitraan Pemasaran Pariwisata, dan Pengembangan Promosi
Pariwisata;
ìç éï ðê,
Industri Pariwisata meliputi Penguatan Struktur
Industri Pariwisata, Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata,
Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata, Penciptaan Kredibilitas
Bisnis, Pengembangan Tanggung Jawab terhadap Lingkungan;
, Kelembagaan Kepariwisataan meliputi Penguatan
Organisasi Kepariwisataan, Pembangunan Sumber Daya Manusia
Pariwisata, Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan.
Keempat komponen dalam pengembangan pariwisata yang
disajikan menggambarkan bahwa betapa kekuatan dan potensi
pariwisata Indonesia itu bertumpu di berbagai daerah, sehingga
dibutuhkan sinergitas yang koordinasi antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan Industri Pariwisata serta stakeholders
lainnya. Sayangnya, sampai saat ini pada tataran implementasi
Pembangunan sektor pariwisata di daerah baik di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota belum menggembirakan terutama dalam
hal
y
dan
.
Padahal. pada hakekatnya Daerah sesungguhnya adalah
pemilik Destinasi. Bagi daerah pembangunan kepariwisataan akan
berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat,
tersedianya lapangan pekerjaan dengan perhitungan minimal bahwa
setiap satu orang wisatawan dapat menciptakan 1,5 tenaga kerja,
tersedianya sumber penghasilan Daerah terutama dari sektor Pajak,
tumbuhnya ekonomi kreatif, meningkatnya perhatian terhadap
kualitas lingkungan hidup dan lain-lain. Inilah sesungguhnya yang
diharapkan yakni terjadinya
dari hasil pembangunan
berbasis pariwisata.
7
ñòòóôõö÷ øùúùûüýþýýÿ øù ýýýýÿ ûùú ùÿþýýÿ þ ýÿ ý ø ù ý ý ý ý ÿ ÷ ùû üýÿ þ ÿ ýÿ û üù ýýýÿ ý ý ýý ÷ù ÿù ú ù ÿ þ þýýýÿ ù ÿ ù ú ýÿ ýÿ ùÿþ ùûü ýÿ þý ÿ
ø ù ùû ý û ÿù ÿýúýû ùÿ þùûüý ÿ þý ÿ ý ý ýýÿþ ýýÿ ûù ÿþþ ý ûüýý ÿ ü ýý üù ý ý ùýýÿ ý ÿ ùÿ ý ýý ÿ ÿ ù ý üù û ü ù üý þý ý ù ý÷ ù ÿþ þ ý
ü
ýÿ ÿùþý
ýÿþ
ÿý ýÿýý
ùûùÿý÷
ùûùÿý ýùý ýÿ ÿ ýýý ùý ýùúù
úýÿÿý ýýÿþÿý÷ ýû ý ýý ÿ ýý ý ý ýÿ û úù ûùÿý ù û üýÿþ ÿ ý ÿù ý ý ý ýù ýüý ÿþý ÿ û ý ÿøýü
ýù ÿø ý
üùú ûû ù ÿþþ ùûü ý ýÿù ýûý ýúýû ýú òöô
y
ýÿô ö õý ýýú ýý
ý ùý ÿý ýù ý ù ÿþþÿý ýý úý ù û ú ù ÿ ý ýþ ýù ý ùû ü ýÿ þ ÿ ýÿù ý ý ýýÿýýÿ
üùýû ý ýý ûùÿÿþýÿý ùùÿûýÿ ûýýýý÷
ù ùýÿýúý ýÿþýÿ ù ùýýÿù ÿþýÿ ù ÿþýÿû ÿû ýúüý ý ù ý ý ýÿ þ ýý ýÿ ý ý ûùÿ ! ý ýÿ " ÷# ù ÿýþý
ù ý÷ ù ù ýÿýûüù ù ÿþý ú ýÿýù ýù ýûý ý ù ýý ÷
ûü ÿý ùÿû ùý $÷ ûù ÿÿþý ÿý ù ý ýÿ ù ý ý
ýú ýú ÿ þ ÿ þ ýÿ ý ÿúýÿ%ú ý ÿ ÿ úýùÿ þþÿýý ÿ þ ýý
ýÿ
ý ÿù ý ÿý
ó ö ô ò&'ò( (òö ý ýú
ùûüýÿþÿ ýÿ
üù üý ý ý ý
ýý ÿ þ ý ý ÿþ úù ü ÿ þþ ÷ ý ù ý ý ý ýÿ ý ý û ù û ÿý)ù ÿ üú÷*ù ùýÿ ÿù +)* , ÿ
ûùÿþùûüýÿþýÿ ýÿ ûùÿý ûýÿ$ýý ý ù ýýý
- ÿý÷ü ýý ý ý ý ý ý û ù ÿý . ò/ôô &öö
y
üýþ ý ù ý0ÿ ü ýÿ ýù þý ÿ) ý ûý ýÿþ ù $ÿ ûýÿþ%ûýÿþ ýùý ùý ûý ùÿþýÿ ûù ûýÿ$ýýýÿ
1232456 786922:2;2<= >6 ?2@A8;26B84 2C926 ?3> C233>D< 2:2C C2D8E8B232 F;>< C2D2 =>@8@C86 G2>D2< H>4B>4538IJ;>?8B;238IK @>D5 C2426< 2;926?38:24A8B 2:832E2D;2?8L=F3>6B82;2@:26A5 :292 :26 ;>324 ?>F?D2I8B 926? 7545C B3D23>?8B :8@56?486426 A8B2 : 8 32E2D 426 4 >C 2: 2 E8B232E2 6 A2 8 4 ;F42; @ 2 5C5 6 @ 2 67 26>? 2 D2 3> 6 35692:> 6? 26B> 6 35 <26C>6?> ;F;22 69 26?CDFI> B 8F6 2 ;:26; 29 24 :8 456M56?8 L N 2 ; 2< B 235 56B5D C> 6 > 635 :2;2@ @> 62D 8 4 E8B23 2E26 56354 :23 2 6 ?4>B5 235 ;F4 2B82:2;2< 45 2 ; 832B42E2B2623 25FA9> 4 E8B232926 ?24 26:83 2E2D4 26L152;832B3> DB >A53B> 7 2D24<5B5B2:2; 2< 452;832BFA9> 4E8 B 23 2835B > 6 : 8D8O2C242<; 29 2445 6M56?23 2538 :24O B>;26M 5 369 2 : 8 : 5 4 5 6? F;> < 5 6B5 DP5 6B 5 D 9 26? B2; 8 6? 3 > D? 263 5 6?O 92835 23D24B8O I2B8;832BO 86ID2B3D5435DO B8B3>@ 3D26BCFD32B8O :26 QR S TU V W X UV
y
JC>;29 2626 LYVZW[ SU @> 62D84 E8B23 2E26 5635 4 : 2326? 4> B523 5 ;F4 2B8O \W SU XU VW S
@>6 9> :8 24264 > A535<26
E8B232E26
B> ; 2@2A> D 2:2M 25<:2D 8 3>@C233 8 6 ? ?2 ;6 9 2O8 6ID 2B 3D 54 35D:263D26 B CFD 3 2B8:8 C> D ; 54 2656 3 54 @> 6?56M 56 ?8 3> @ C23 P3>@C23 35M 5 26 E8 B 23 2OB> :26?426 QR ST U V W X U V
y
/
C>;292626 @>656M54426 72D2 :26 A2?28@262 @>@A>D8426 C>; 292626 4> C 2:2E8B23 2E26L ]B2<2P5B 2<2
: 2;2 @ @>686 ? 4 23426 452;832B FA 9> 4 E8 B 232 868: 2C23 @> 62D 84E8B232E26 56 3 54 :23 26? 4> 4 2E2B26 83 5 :26 C 2 :2 24<8D 69 2 24 26 @> @ A> D84 26
income
:26 4> B>@C23 264>DM2A2?8@2B 92D2423:8B> 483 2D692LG8@2B 2@> 6:2326?O 42E2B26:26
FA9>4PFA9>4E8B232
:8:2;2@6 92C>D;5:8326 ?26 8B>7 2D2 CDFI>B8F6 2;5 6 354@> 6?< 2 : 2C8 >D2?;FA2; 8B 2B8926?B > ?> D 2: 23 26? L ^86??86 92CF3>6B84> C2D8E8B23226O62@56< 86 ??24868A> ;5@FC38@2; C>6? >@A26?2 6 :2 6 C >@2 6I22326692L _2; 8 68 ;>A8 < :8B>A2A 426 A>;5 @ 2:269 224352 ;8B2B8 B > @5 2
CF3> 6B 8
926? 2: 2:2 6 @ 868@69 2 4 2 M 826P4 2 M 8263> 468B926?;> A8<:> 3 28;:26245D 233> 63 26?CF3> 6B8:26 :29232D84E8B 23 23> D @2B 54C> 6 9> A2D 26:26262; 8B8B86`>B 32B 8<86??2 26 2;8B8BA8292@26I223926 ?:2C23:8C>DF;><:2D886`>B32B8C2D8E8B 232L 1F6 : 8B8
868@> 69>A2A426 B 5 @A 26 ? 26
B > 43FD4>C2D8E8B23 226 A2?8 =aG:8 26? ? 2C@ 2B8<@ 868 @L
multiplier
effect
9
bc def ghihj hdk igkjf lf dkmkn kof
pkc jk qnh ek ir c jhgkeki hjhdk il ksf nikrhietim jfn hdfuk iod foifvf ek igkpkgc jec rnk iok i c etitr fp fdhkm hpk cjk q w xkjf lfd km kp kgkmrc r nc jfek i
multiplier
effect
nkof mhrnhqiuk ecofkmki cetitrf gjtphemfv ykfiiukwxkjflfdkmk pkgkm rcizfgmkeki ykgkioki ecjsk n kjh pki pkgkm rcik ioo hykiof ec rf d e f ik i { |krk i f e} ~ } hdltjt} ~ pk i rcrnc jfec d csk qmcjkkink o frkduk jk e kmpfp kc jkqw
bc d ef g hi d c zkjkrkejtgk jf l f dkmkrc jhgk ekid cemtjukio rcisk isf e k i pk i rc j hgkek i ekmhg gc io k rki cetitrf ikdftiky} ikrhi kpkekykiuk dcjfio pfshrgkf pf pkcjkq nkqlk hjhdki gkjflf d km krk d f qrc ic rhf
nkiuk eecipkykw c nkofki
nc d k jpk jk q pf iptic dfkuk ioec qfp hgk igk jf lfd kmk iukrkshnfkd kiukrc rk io r cr ghiuk f | ukio ykuke p fehishiof} ikr hi dcn cikj iuk nkiuk ep k c jk quk i o p fyf q km p k jf| uk io kpknf k d k nf kdkd ksk ikrhi pkgk m rc ik jfe lfd k mk l ki
uk io
z heh g
nk iukew m hp f pkjf ncnc jkgkgk ekjrci hishee k in k ql kgc i k io kik iuk i odc jf h dpkjf pkc jk qd k iokmnc jgc io k jhqw|k ik gk nfykp fyfqkmpk jfdf dfrk iksc rc i mcj iukmkpkc jk quk iorc rghiukfgcjc izk ikkigk jflf dkmkuk ionkf e pki mcjkjkq nfdk rcizkgkf mkjocm dcgcjmf
ukio
pffiofiekiw xcjc i z k ik k iuk ionc jecyk ishmk ipk id cykyhrc r gc j qkmfek ikdgc e c ed mc jikypkifimc jikyukiok ehjkmk ek ipk gkmp fjhrhd ek igjtojkr gjtojkr ukio fitkmfv pki dcdhkf gcjecrnkioki skrkiw x cj ciz ki k ki d cnk ok f dcn h kq e c o fkmki
uki o p fykedkikeki
dcz kj k mcjhdrcicjhd kmkh ncjecykishmki rcjhgkeki ekmk ehizf pkjf ecnc jq kd fyk irk i ksc r c igk jflfdkmk{ hdltjt}~ w
|kykrlk z k ik gc jc izkikkipf nfp kio gk jf l f d kmkmcjp k gkm ncjnkokfe kmc otjfrhyk fpkjfjci zk i kfip he}jciz kiknc je cyk ishmki} jci zk i k gkjmfdfgk mfv pk i jc i z k i k dmjkm c ofdw |kjf ec dcr hk sc i fd fif ukiogkyf i o
rc ip c dk enkofd hk mhpkc jk q
kp kyk q
j c i zkik
¡ ¢ ¡ ¢ £ ¤ ¢ ¤ ¢ ¥
¦¡
¡ ¢ £ ¥ ¡ ¢ §
¤
¤ ¡ ¤ ¢ ¤ ¥ ¨ ¥ ¡
¥ ¡
11
©ª« ¬ª ¬©®©« ¯°±¬ª ª²ª ³¯« ´ ³´©³® ±©³©µ± ³ ¶©³ ·ª ³¸©³©©³¯ ´ª© ´®«¯¶«´±°¹©³¬ ª¬©®©«ª° ±°¯©³¶ ²«³ «¯ « · ª³¸©³ ©© ³ ¯´ª© ´®« ¯ ´ ª®© ³´° ³ ® ¶ © ª«
¯°¶° ´
·©³ ¶© ³® ¶©³
·³®®°³ ©©³´ ª±«³ º» º ®«
´ ª¯¬°´¼³ © ±° ³¶ ©ª«¶ ²«³ «¯ «½¶ ² «³ « ¯ ««´° ±³°ª°´¾©»°¯°¿ÀÁÁÁ¯ ±°©±³°³µ°¹·©¶©¯©´°· ª´©³Ã©©³·º¹º¹ é «´° ÄÅ·© é ³®©¹©³ ¶ «· ª¬° ©´Æ ÇÈ ´«¹© ¹« ´© ¬ ª¬«¸©ª© ±©¯ © »© É ·ª ³¸©³ ©©³±©¹©´«¶©¹¶©·© ´¶« »·©¯¶© ª«²°³®¯«±©³ ©µ ±³¯¸©ª© ° ±° ±¼ ¶ « ±©³ © ²°³®¯ « ±©³ ©µ±³¶ « ±°»©« ¶©ª« · ª³¸©³ © ©³ ¶ ©³ ·ª³¸©³©©³¯ ´ ª© ´ ®«¯«³«± ª°·©¹© ³¬© ®«©³¶ ©ª«²° ³®¯«±©³ © µ ±³ ´ ª¯ ¬° ´Ç Ê© » © ± É© »« ³ «¾´ « ¯¯ ¿ËÌÍ Î± ±¬ª«¹© ³ª° ±° ¯© ³ ¬ ©ÉÏ © · ª³¸©³ ©© ³¯´ª© ´®«¯¯ ¬© ®© «¹º ±·º³³¶© ª«±©³©µ ±³¯´ª© ´ ®« ¯ ¬ ª´° ®©¯° ³´°¹± ±· ª µ » ©¯´° µ °© ³¶ ©³¯©¯ ©ª©³ ¼± ±« »« ɬ ª¬© ® ©« ¹¬« µ©¹©³¼´ª°´© ±©¶© »©±±±· ªº»É¶©³±³®©»º¹©¯«¹©³¯°±¬ ª ¶ ©Ã©¼ ¯ ª ´© ± ³¸«·´©¹© ³ ¯° ©´° · ¶º ±©³ ¶ ©» ©± ± ³ ª µ ±©É¹© ³ ¹ ¬« µ ©¹¯ © ³ ©©³ºª®©³«¯ ©¯«Ç
Ê«¯©±·«³®¯¬©®©«¹º±·º³³¶©ª«±©³ ©µ ±³¼· ª³¸©³©©³ ¯´ª©´ ® «¯ µ°®© ¬ ªÉ° ¬°³®© ³ ¶ ³® © ³ ¹· ±«±·« ³©³ ¶ ©»©± ¯ ° ©´° ºª®©³«¯©¯«¼¯É«³ ®®©·ª³¸©³©©³¯ ´ª©´®«¯±ª°·©¹©³±´º¶ ¶©»©± ±³®©ª©É¹©³ ·©ª© ·±«±·«³ °³«´ ¹ªµ© ¯É«³®®© ¹·°´°¯©³½ ¹·°´°¯© ³¶©³´«³¶©¹©³± ª¹©±±·°³Ã©«¶© ±·©¹´ªÉ©¶©·±©¯© ¶ ·©³ºª® ©³ «¯©¯ «¶³®©³¸© ª©Ã© ³®¹º³ ¯«¯´ ³¶ ©³ª© ¯«º³©»Ç¾¬© ® ©« «³´«¶© ª«¹· ±«±·«³ ©³¶© »© ±ºª® ©³ «¯ ©¯«±©¹©·ª º¯ ¯·³®© ±¬« »© ³ ¹·°´°¯©³ «³« ±³µ©¶« ¯©³®©´ ·³´«³®¼ ·ªº¯¯ ·³®©±¬«»©³ ¹·° ´° ¯© ³¶ © »© ± ºª®© ³ « ¯ © ¯« ¶« ±©³ ©·©¶© ´ ºª« ±©³© µ ±³ ¹»©¯«¹ ¯ ¬© ®© «« ³´«¶© ª«±© ³ © µ ± ³ºª®©³ «¯©¯ «¿Ð¬ ³°¾Ã© ±¯ «¼Ë ÌÍÑ ÂÇÊ© »© ± ¹º³´¹¯ ·³®©±¬« » ©³ ¹·°´° ¯ © ³ ·© ¶© º ª ®©³«¯©¯« « ³ « ±©¹© ¶©·©´
ÒÓÒ
y
Langkah 1. Memprakarsai dan Menyepakati suatu Proses
Perencanaan Strategis.
Þß à áâß ã áäåáâæßçä àç èé ç ã á â á ä ê ç ä çç ä ë æâ ç æ á å ßë ìá â íã çîçä ë íç æí ãâïëáë Þçðç ììá ìà íçæî áã íæí ë ç äë æâ ç æ á å ßëñëáâæçì á ä åçð ïî çëßîç ä ëíìàáâ Þçòç òçäå ìáäÞíîíäåäòç Þß ëáðíâíè íäßæ îáâóç Þçä æ ßäåîç æç äÞçðçìïâåç äßë çëßô
õäæíî ìáäåßì ãðáìáäæçëßîçä Þçä ìáäåïãáâçëßïäçðîçä à á â àç åç ßî áà ßóçîçäÞçðç ìïâåçäß ëç ë ßÞçðç ìì áä ëßî ç ã ßãáâ í àç èçäö ã á â íàçèç ä áî ë æ áâ ä çð òç ä å Þßèç Þç ã ßïðáè ïâ å ç äß ë çë ß ã áâðí ç Þç ä òç ëí ç æí ì á æïÞá òçä å îïì ã âáèá ä ëß÷ íäæ í î ìá ä ê çãçß
oltimate goals
ïâåçäßëçë ß æá âëá àí æñ ãá âáä êçä ç ç ä ëæ âçæá å ß ë ìá â í ãç îçä ß ä ëæ â í ìá ä òçäå ãçðßäå êïêïî íäæíî ìáäêçãçß ßæíñ ëáèßäååç ãáâáäêçäççä ë æ âçæ á å ßë Þßãç äÞ ç ä åëáà ç åç ß ìáæïÞá í äæ íî ìá ä å áð ïðçãáâí àç èçäö ã á â íàçèç äòçä åæ ßÞçîÞçãç æÞ ßè ß ä Þçâ ßëá èß ä å åçÞçãçæóíåçÞ ßë áà íæ ëá àç åçßì áæïÞáíäæíîà á âíâ í ëç äÞá äåç äîïìãðáîë ßæ çëðßä åîí ä å ç ä òçä åëáâ ß äåîçðßáâçæà áâèíàí äåçäÞá ä åçäî á ã á äæßä åçäïâ åç äßë çëßñ îïìãðá îëßæ ç ëðßä åîí ä å ç äß ä ßëáâß ä åÞßë á àí æëáà ç åç ß÷çîæïâáî ë æ áâ ä çð òçäå àß çëçäòç Þß â íì í ëî çä ëá à çåçß ãáðí çäå Þçä çä ê çìçä ò çäå Þßèç Þç ã ßïâåç äßë çëßôø ù ú û üý
e
ýú þûe
ÿa
ÿ ÿ ûa
eg
ýçðçè ëçæí ãáäÞáîçæçä òçäå Þçãçæ Þßðçîíîçä íäæíî ìáâí ìíëî ç äë æâ çæá åßã á ä åáð ïðç ç äãçâ ß é ßë çæçÞç áâ ç èç Þçðç èÞá ä åç ä ìáäáâçãîçä ëæâçæáåßê ãðçääßäå ãá âáäêçäççä ëæâçæáåßë òçäå ì á ì çäå
ç îèß âöçîèßâ
ß äß Þ ßçäå åçã ì á äó çÞ ß
ìïÞ áð
æá â à çßî
Þçðçì ãáâ áäêçäççäô
ëíìë ßÞçëçâÞçâßãáâá äêçäççäëæâ çæáåßëçÞçðçèàç èéç Þçðçì ðßäåîíäåçä òçäå ëáðçðí àá âíàçè ëá êçâç êá ãçæ Þçä æßÞ çî ìáäáäæíñ ëíçæí ïâåçäßëçëß ìáìáâðíîçä îáìçìãíçä íäæíî ìáðçîí î ç ä
ã áâá äê çäççäëá ê çâ ç
æ á ãçæôá èíàíä åçä
Þá ä åç ä
èçðßæ íñ ïâåç äßëçëß Þ ßæíä æí æ í ä æí î ðá à ß è ìáì ç è ç ì ß ðß ä åîí äåçä áî ë æáâäçð ïâåçäßë çëßÞçäë áäçäæßçëçìáðçîíîçäæáðççèîáîíçæçäÞç äî áðáìçèçä ßäæá âäçðô á âáäêçäççä ëæâçæáåßë ìáì àáâß îçä å çìàçâçä æáäæçäå àç åç ßìçäç
ïâåç ä ßë çë ß Þçãçæ
à áâóçðç ä
13
! "
#
$
% &'' $ &''
' ( ) ' $
*+
y
,-. /00123! ! $ &&' ' /
"4 ' ' &''
' '"
5"4 6 ' &''"
7"4 % '
' 1
&''"
8"4 ' / "
0"4 / $"
9"4 6 ' ' ' '$ & '' "
2"4'' & '1 '"
"4 :'& '' 6 6 ' "
# $ $ ' $ $'
: ' ' $': 6$'
1
$
&''" #
' : ' $' $ $
$' % &''
' '"
Langkah 1. Memprakarsai dan Menyepakati suatu Proses
Perencanaan Strategis.
;$ <
'
' <
; atau menganggap bahwa jika mereka tidak dikatakan
dengan eksplisit untuk mengerjakan sesuatu, mereka tidak diizinkan
mengerjakan hal itu. Kondisi inilah yang diperlukan adanya mandat
dari organisasi untu melakukan penyusunan perencanaan strategis.
Langkah 3. Memperjelas Misi dan Nilai-nilai Organisasi.
Misi organisasi, yang berkaitan erat dengan mandatnya,
menyediakan
raison de être-nya,
pembenaran sosial bagi
keberadaannya. Bagi perusahaan atau lembaga pemerintah, atau bagi
organisasi nirlaba, hal ini berarti organisasi harus berusaha
memenuhi kebutuhan sosial dan politik yang dapat diidentifikasi.
Melihat dengan sudut pandang ini, organisasi harus dianggap
sebagai alat menuju akhir, bukan akhir di dalam dan dan organisasi
itu sendiri. Komunitas juga tidak seharusnya dipandang sebagai
akhir dalam komunitas itu sendiri, tetapi mesti mempertegas
keberadaannya yang didasarkan pada bagaimana sebaiknya mereka
memenuhi kebutuhan sosial dan politik
stakeholder-nya
yang
beragam, termasuk kebutuhan
stakeholder
itu terhadap perasaan
komunitas .
Namun, menetapkan misi lebih dari sekadar mempertegas
keberadaan organisasi. Memperjelas maksud dapat mengurangi
banyak sekali konflik yang tidak perlu dalam suatu organisasi dan
dapat membantu menyalurkan diskusi dan aktivitas secara
produktif. Kesepakatan tentang maksud-maksud berarti menetapkan
gelanggang di mana organisasi akan berkompetisi dan,
setidak-tidaknya dalam uraian yang luas, merencanakan jalan masa depan.
Lagi pula, misi yang penting dan dapat dibenarkan secara sosial
merupakan sumber ilham bagi
stakeholder
kunci, terutama para
pegawai. Bahkan, diragukan bahwa organisasi pernah mencapai
mereka merupakan hal yang sangat penting jika perencanaan
strategis ingin berhasil (Olsen dan Eadie, 1982). Demikian juga
diharapkan dapat melibatkan orang-orang penting pembuat
keputusan di luar organisasi biasanya merupakan hal yang krusial
bagi keberhasilan program publik manakala implementasinya akan
melibatkan banyak kelompok dan organisasi (McGowan dan
Stevens, 1983).
Jelasnya, beberapa orang atau kelompok harus memulai suatu
proses. Salah satu tugas pemrakarsa adalah menetapkan secara tepat
siapa saja yang tergolong orang-orang penting pembuat keputusan.
Tugas berikutnya adalah menetapkan orang, kelompok, unit, atau
organisasi manakah yang harus dilibatkan dalam upaya
perencanaan. Kesepakatan awal akan dinegosiasikan dengan
setidak-tidaknya beberapa dan pembuat keputusan, kelompok, unit,
atau organisasi.
Kesepakatan itu sendiri harus mencakup maksud upaya
perencanaan; langkah-langkah yang dilalui dalam proses; bentuk
dan jadwal pembuatan laporan; peran, fungsi, dan keanggotaan
suatu kelompok atau komite yang berwewenang mengawasi upaya
tersebut; peran, fungsi, dan keanggotaan tim perencanaan strategis;
dan komitmen sumber daya yang diperlukan bagi keberhasilan
upaya perencanaan strategis.
Langkah
=>Memperjelas Mandat Organisasi.
15
?@ ABC@DE AFEAGHIEGEAJEFKD BEAH LELH?@ IE FMFEALENMENE ML@FE IHBML OM E F @F @IHDMEA JEA B ? @AOEL EDP Q@ D@FE R@ DSE JE G ECTE ?@ D@FE OH GENEL H L @SE D E I @ GHC F @ NEN OEIE? NHAOE F EA ?@ D@FE OED HREOE OH D H ?@D@FE
; atau menganggap bahwa jika mereka tidak dikatakan
dengan eksplisit untuk mengerjakan sesuatu, mereka tidak diizinkan
mengerjakan hal itu. Kondisi inilah yang diperlukan adanya mandat
dari organisasi untu melakukan penyusunan perencanaan strategis.
Langkah 3. Memperjelas Misi dan Nilai-nilai Organisasi.
Misi organisasi, yang berkaitan erat dengan mandatnya,
menyediakan
raison de être-nya,
pembenaran sosial bagi
keberadaannya. Bagi perusahaan atau lembaga pemerintah, atau bagi
organisasi nirlaba, hal ini berarti organisasi harus berusaha
memenuhi kebutuhan sosial dan politik yang dapat diidentifikasi.
Melihat dengan sudut pandang ini, organisasi harus dianggap
sebagai alat menuju akhir, bukan akhir di dalam dan dan organisasi
itu sendiri. Komunitas juga tidak seharusnya dipandang sebagai
akhir dalam komunitas itu sendiri, tetapi mesti mempertegas
keberadaannya yang didasarkan pada bagaimana sebaiknya mereka
memenuhi kebutuhan sosial dan politik
stakeholder-nya
yang
beragam, termasuk kebutuhan
stakeholder
itu terhadap perasaan
komunitas .
(mission
statement),
stakeholder.
Stakeholder
(output)
stakeholder
stake- holder
coventurers
banks holding mortages
notes,
stakeholder
kunci keberhasilan
dalam organisasi publik dan nirbala adalab kepuasan stakeholder kunci.
stakeholder
stakeholder
stakeholder
stakeholder
stakeholder
stakeholder-nya
stakeholder
stakeholder
stakeholder,
? Pertanyaan
ini dapat menjadi kesulitan yang mengejutkan bagi tim
perencanaan strategis untuk menjawab secara singkat.
kebesaran atau kesempurnaan tanpa konsensus dasar di antara
stakeholder
kunci tentang misi yang mengilhaminya.
Gambar 2.1 Lingkup Manajemen Strategis
17
UVWVXYZ ZV[\VZW][\^][ _V`[a]b]][ Zcdc
(mission
statement),
e`\ ][ cd ]dc f]`Yd ZV[a V Z_ Y`[]^][ ][ ]X c dc dstakeholder.
Stakeholder
gcg Vh c [ c d c^][d V W]\ ] ce` ][ \i^V XeZ_e^i]b]Ye`\][ c d ] dc]_]_ Y[a][ \g]_ ]bZ V X ]^ Y^] [^X ]cZ]b ] Y_ V `f] bc ][idY Z WV `g ]a]i ]b]Yf]dcX
(output)
e`\ ][cd]dci]b ]Ygc_ V[ \ ]`YfceXVff]dcXcb Yjke[ befstakeholder
_V Z V` c[ b]f ]g]X ]f l]` \] i _V Z W ]a]` _]m] ^ i _V [V` cZ]_VX]a][][i W]g][ a][\ ZVZV`c[b]fi _V\]l]ci dV`c^]b ^V`m]i ^V XeZ_e^^V_ V [bc [\ ][i_ ] `b ]c_eX cbc^ i^eZ Y[ cb ] d^V Y[ bY[ \ ][ig][ _ V ZV`c [ b ]fX]c[ [ a ] jke[ bef
stake- holder
e` \ ][ cd ]dc[ c`W] X ]ZV Xc _ Ybc _ ]` ]^X]cV[]b]Y_ VX][ \\ ][i_V[a YZW][ \g][_cf]^^Vbc\]i_V\ ]l]c i gVl] [ gc`V^bY `i e`\][cd]dc [c`W]X] X]c[[a] a][\ ZV [aV gc]^][ _VX ]a ][][ ^eZ_XV ZV [bV ` ]b] Y bVXcW]b dVW ]\]ccoventurers
g]X ]Z _`e mV ^ibanks holding mortages
]b ] Ynotes,
g ][_ V Z ]de^ jn V[ oV`Z]bc Z]d]X]fstakeholder
ZV `Y_ ] ^][f]X^`Y dc] X^] ` V[ ]kunci keberhasilan
dalam organisasi publik dan nirbala adalab kepuasan stakeholder kunci.
p[]Xcdcd
stakeholder
a][\ XV [\^] _ ]^][ ZVZV `XY^][ bcZ _V`V[ o ][] ][db`]bV\c dY[ bY^ZV[ \c[ gV[bchc^]dcstakeholder
e`\][c d]dci b]`Yf] [ Z V `V ^] g] X] Z e` \] [cd] d c ]b] Y f] d cX [a ] i ^`c bV `c] Z V `V ^ ] Y[ b Y^ ZV[ cX]c^c [V`m]e` \][ cd ]dciW]\ ]cZ][] d V W ]c^[a] e` \ ][ c d ] dc WV `dc^]_ bV `f] g] _ ^`cbV `c] bV `dVWYbi W] \] cZ][] _]`]stakeholder
ZV Z_ V[\ ]`Yfc e`\][cd]dcig ] [ d V o ]`] Y ZYZZV[\]_ ]stakeholder
a][ \ W V` ] \ ]Z cb Y _ V[bc [\ j p[ ]X c dc dstakeholder
a][\ XV [ \ ^] _ mY\ ] f] ` Yd Z V[ \cg V[bchc^]d c ]_] ^ V WYbYf][ e`\][cd] dc g ][stakeholder-nya
a ][ \W V` ] \ ]Zcb Y q Zcd]X[a]iY][ \id b ]hi]b]YgY^Y[ \ ][_eXc bc^jp [] Xcdcd
stakeholder
]^ ][Z V ZW ][b YZV Z_ V`mV X ]d] _ ]^ ]fe`\ ] [cd]dc f] ` Yd ZV Z_Y[a ]c Zcdc a][\ WV ` W Vg]q W Vg ] g][ ZY[\ ^c [ db` ]b V \c a][ \W V` X ]c[][Y[ b Y^_ ]`]stakeholder
a ][\W V ` WVg]jUVbVX]f ZV [aVZ_Y`[]^][ ][]Xcdcd
stakeholder,
dY] bY bcZ _V`V[o][]][ db`]bV\cd g]_]bWV^V`m]
Y[bY^ ZV[\VZW][\^][ _ V `[a]b ]] [ZcdcgV[ \][Z V[m]l] WV[]Z_V` de]X] [j
rj
Uc]_]^ ]f
^cb]c[ cdV W]\ ]c
Langkah 4. Menilai Lingkungan EksternaL
stakeholder
uv wx y z{z|} | }~x | | z z z{ z z zzzzzz zx |~z z |}z zz z z z z{zzz zz z zy zz
? Sekali lagi, jawaban atas pertanyaan ini
memberi pembenaran keberadaan organisasi.
3. Secara umum, bagaimana kita bekerja untuk menghargai atau
mengantisipasi dan rnerespon kebutuhan atau masalah ini?
Pertanyaan ini harus mengungkapkan apakah organisasi bersifat
aktif atau pasif, apa yang dikerjakan organisasi sehubungan
dengan kebutuhan yang harus dipenuhinya, dan secara umum
bagaimana dapat memastikan bahwa organisasi bukan akhir
dalam dirinya sendiri. Jawaban terhadap pertanyaan ini juga
akan mengatakan kepada anggota organisasi apakah mereka
akan dipuji-puji atau dicaci-maki karena membawa berita buruk
kepada organisasi tentang peristiwa yang menyulitkan dalam
evaluasi lingkungan dan kritis oleh
stakeholder
kunci. Juga banyak
organisasi membidik kurir ketimbang mengikuti pesannya.
Anggota organisasi perlu mengetahui bahwa mereka tidak akan
dicaci-maki karena membawa informasi yang penting tetapi
menyulitkan; sebaliknya, mereka sesungguhnya akan
menerangkan dan organisasi tidak akan mendapat keuntungan
dan pengaruh arus balik yang berguna.
4. Bagaimana kita harus memberi respon kepada
stakeholder
kunci
kita?
5. Apa filosofi dan nilai inti kita? Kejelasan filosofi dan
nilai-nilai inti akan membantu organisasi mempertahankan
integritasnya. Selain itu, karena hanya strategi yang sesuai
dengan filosofi dan nilai-nilai organissi yang sangat mungkin
bekerja, tanggapan terhadap pertanyaan ini juga membantu
organisasi memilih strategi yang efektif (Pfeiffer, Goodstein, dan
Nolan, 1986).
19
¡
¢ £ ¡ ¡ ¡ ¡ ¡ ¤ £ ¡¡ £ ¥ ¥ £ £ £ ¦ £ £ ¡ ¥ ¡ ¡ ¡ ¡ ¡ §¨ ©¦ £ ¡ ¤ ¡ ¥ ¥ £ ¦ ¨ £ ¡¡
Langkah 4. Menilai Lingkungan EksternaL
¤ ª
¡ ¡ ¡ ª £ ¡ ¡ « £ ¡ ¡
£ ¡ ¡
§¡
¡
£ ¡ ¡
¬¢ ¡
« ª ®¯° ± ¢ ¡ ª ¡ ¡ ¡ ¡ ª¡ ¡ ¢ ²«¤
£ ¡ ª¡
£ ¥ ¡ ª¡ ¡ ¥¡ £ «££ ¥ £
¡ £
¡
ª
¡ ¡ ¡
¡ £ ¡ ª
outputs
sebagai
outputs
kebanyakan tidak dapat mengatakan bagiamana
mahasiswa itu dididik . Gerakan mutakhir menuju pembakuan
sistem ujian universitas
(testing of school graduates)
adalah upaya
untuk mengukur hasil
(outcomes)
guna memperbaiki kekurangan ini
(Flynn, 1986).
Ketiadaan relatif mengenai informasi kinerja menimbulkan
masalah baik kepada organisasi maupun kepada
stakeholder-nya.
Stakeholder
akan menilai manfaat suatu organisasi sesuai dengan
kriteria yang hendak digunakan
stakehokler bukan
yang diperlukan
organisasi. Terutama bagi
stakeholder
ekstemal, kriteria ini biasanya
berkaitan dengan kinerja. Jika organisasi tidak dapat menunjukkan
keefektifannya terhadap kriteria
stakeholder,
maka tanpa
memperhatikan setiap manfaat inheren dan organisasi,
stakeholder
mungkin menarik dukungan mereka.
Ketiadaan informasi kinerja juga dapat menciptakan, dan
memperkeras, konflik organisasional yang penting. Tanpa kriteria
dan informasi kinerja, tidak ada cara untuk mengevaluasi keefektifan
relatif strategi alternatif, alokasi sumber daya, desain organisasi, dan
distribusi kekuasaan. Akibatnya, konflik organisasi kemungkinan
lebih sering terjadi lebih sering daripada yang seharusnya, melayani
kepentingan partisan yang sempit, dan dipecahkan dengan cara yang
akan menggagalkan misi organisasi.
Kesulitan mengukur kinerja merupkan hal yang umum
(Flynn, 1986). Tetapi dengan mengabaikan kesulitan itu pun,
organisasi akan terus menerus ditantang untuk menunjukkan kinerja
yang efektif kepada
stakeholder-nya.
Para pemimpin dan
stafpemerintah, misalnya, dapat menafsirkan keinginan publik
akhir-akhir ini untuk membatasi atau bahkan memperkecil pajak (seperti
dilihat dalam Proposisi 13 di California, Proposisi 2½ di
Massachusetts, dan pemotongan pajak pada 1981 dan 1986) sebagai
menciptakan skenario yang beragam untuk mengeksplorasi masa
depan di lingkungan eksternal, suatu contoh praktis perencanaan
strategis sektor swasta (Linneman dan Klein, 1983).
Anggota badan pengurus dalam suatu organisasi, terutama
jika mereka dipilih, seringkali lebih baik dalam mengindentifikasi
dan menilai ancaman dan peluang eksternal ketimbang para pegawai
organisasi. Hal ini sebagian saja karena dewan pengurus
(governing
board)
bertanggung jawab untuk mengaitkan suatu organisasi dengan
lingkungan eksternalnya dan juga sebaliknya (Thompson, 1967).
Sayangnya, dewan pengurus ataupun pegawai biasanya tidak
melakukan pekerjaan yang sistematik atau efektif dalam mengamati
lingkungan eksternal. Akibatnya sebagian besar organisasi bagaikan
kapal yang berusaha melayari perairan berbahaya tanpa
memanfaatkan indera pengawas manusia atau radar dan peralatan
sonar.
Karena hal ini, baik pegawai maupun anggota dewan
pengurus harus mengandalkan proses penilaian eksternal yang
relatif formal. Teknologi penilaian eksternal agak sederhana, dan
mendorong organisasi
secara murah, pragmatis, dan efektif
untuk mengawasi apa yang terjadi dalam dunia yang lebih besar
yang mungkin mempunyai pengaruh atas organisasi dan pencapaian
misinya.
Langkah 5. Menilai Lingkungan Internal.
21
µ¶µ·µ¸¹¶ º»¸µ¼½¾
outputs
¿º¼ÀºÁ½¿Âº¶µÃµ¶µ¼ µÂ·¹º»Ä¶º·µ»¸¸µ»Äµ¿µ½ ¶ºÅÁµÆµ ¼ÇȹÀµ·»ÆµÄÀ ºÅº»¿µ¼µÀ º ÂÉ·µ¾Å½» ¸Â¹»Ãµ¶µ ¿Åº» ¸µ ¿µ µ» Áµ¸µ¹Åµ»µ ź¼ºÂµ ź·½·½Àµ» Áµ»ÆµÂ ŵ¾µÀ¹Àʵsebagai
outputs
kebanyakan tidak dapat mengatakan bagiamana
mahasiswa itu dididik . Gerakan mutakhir menuju pembakuan
sistem ujian universitas
(testing of school graduates)
adalah upaya
untuk mengukur hasil
(outcomes)
guna memperbaiki kekurangan ini
(Flynn, 1986).
Ketiadaan relatif mengenai informasi kinerja menimbulkan
masalah baik kepada organisasi maupun kepada
stakeholder-nya.
Stakeholder
akan menilai manfaat suatu organisasi sesuai dengan
kriteria yang hendak digunakan
stakehokler bukan
yang diperlukan
organisasi. Terutama bagi
stakeholder
ekstemal, kriteria ini biasanya
berkaitan dengan kinerja. Jika organisasi tidak dapat menunjukkan
keefektifannya terhadap kriteria
stakeholder,
maka tanpa
memperhatikan setiap manfaat inheren dan organisasi,
stakeholder
mungkin menarik dukungan mereka.
Ketiadaan informasi kinerja juga dapat menciptakan, dan
memperkeras, konflik organisasional yang penting. Tanpa kriteria
dan informasi kinerja, tidak ada cara untuk mengevaluasi keefektifan
relatif strategi alternatif, alokasi sumber daya, desain organisasi, dan
distribusi kekuasaan. Akibatnya, konflik organisasi kemungkinan
lebih sering terjadi lebih sering daripada yang seharusnya, melayani
kepentingan partisan yang sempit, dan dipecahkan dengan cara yang
akan menggagalkan misi organisasi.
; cara (bagaimana); filsafat (mengapa); tempat (di mana); waktu
(kapan); dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak
diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan isu
(siapa). Untuk memunculkan dan memecahkan isu secara efektif,
organisasi harus dipersiapkan untuk menghadapi akan terjadinya
konflik yang hampir tak dapat dielakkan.
Pernyataan isu strategis harus mengandung tiga unsur,
Pertama,
isu harus disajikan dengan ringkas, lebih baik dalam satu
paragraf. Isu itu sendiri harus dibingkai sebagai pertanyaan bahwa
organisasi dapat mengerjakan sesuatu. Jika organisasi tidak dapat
melakukan sesuatu pun tentang hal itu, maka hal tersebut bukan
suatu isu setidak-tidaknya bagi organisasi (Wildavsky, 1979 b).
Perhatian dan organisasi cukup dibatasi tanpa membuang isu yang
tidak dapat dipecahkan organisasi.
Kedua,
faktor yang menyebabkan sesuatu isu menjadi
persoalan kebijakan yang penting harus didaftar. Khususnya, faktor
mandat, misi, nilai-nilai, atau kekuatan dan kelemahan internal, serta
peluang dan ancaman eksternal apakah yang menjadikan hal ini
suatu isu strategis? Mendaftar faktor ini akan bermanfaat dalam
langkah selanjutnya, pengembangan strategi. Setiap strategi yang
efektif akan dibangun di atas kekuatan dan mengambil keuntungan
dan peluang sembari meminimalkan atau mengatasi kelemahan dan
ancaman. Dengan demikian pembingkaian isu strategis menjadi
sangat penting karena pembingkaian itu akan memuat dasar bagi
pemecahan isu-isu.
Ketiga,
tim perencanaan harus menegaskan konsekuensi
kegagalan menghadapi isu. Tinjauan terhadap konsekuensi akan
kepentingan sendiri yang murni dalam peran publik. Orang dapat
juga menafsirkan batasan dalam pengeluaran publik ini sebagai
keengganan untuk mendukung organisasi yang tidak dapat
menunjukkan dengan tegas kinerja yang efektif.
Langkah 6. Mengidentfikasi Isu Strategis yang Dihadapi
Organisasi.
Lima unsur pertama dan proses secara bersamasama
melahirkan unsur keenam, identifikasi isu strategis
persoalan
kebijakan penting yang mempengaruhi mandat, misi dan nilai-nilai,
tingkat dan campuran produk atau pelayanan, klien, pengguna atau
pembayar, biaya keuangan, atau manajemen organisasi.
Perencanaan strategis memfokus kepada tercapainya
percampuran yang terbaik antara organisasi dan lingkungannya.
Oleh karena itu, perhatian kepada mandat dan lingkungan
eksternalnya dapat dipikirkan sebagai perencanaan dan luar ke
dalam
(the outside in).
Perhatian kepada misi dan nilai-nilai maupun
lingkungan internal dapat dianggap sebagai perencanaan dan dalam
ke luar
(the inside out).
Secara khas, perencanaan itu merupakan
masalah yang sangat penting bahwa isu-isu strategis dihadapi
dengan cara terbaik dan efektif jika organisasi ingin
mempertahankan kelangsungan hidup dan berhasil baik. Organisasi
yang tidak menanggapi isu strategis dapat menghadapi akibat yang
tak diingini dan ancaman, peluang yang lenyap, atau keduanya.
23
ËÌÍÎÏË Ð Ñ ÎË ÒÓÎÔÌ ÕÌÖÐ Ö ×Ð Ø ÌÑÐ Ö ÎÙ ÎÖÎÕ× ÎØ ÚÏ Ð ÑÎÍ ÎÎÕ ÛÛ ÜË ÎË Ì Ö Ö Ð Õ ÛÐ Õ ÎÌ ÝÌËÚ ÎÝÌ ÞÎ Õ Û ÍÌÙÎ Í Î ÑÌ Ü ØÛÎ Õ ÌÝÎÝÌß ÍÎ Õ ÖÌÝÌ × ÎØ Ú ÙÎ Ø ÚÝ ÍÌ à ÌÑË ÎÏ ÎÕ Ò
áÝÚ ÝËØÎËÐ ÛÌÝß ×ÐÕÎØâ×Ð ÕÎØ ÖÐÕÚØÚË ÍÐãÌÕÌÝÌÕÞÎß ÖÐ ÔÌÑÚ ËÌ ÏÜ Õ ãÔÌÏ ÝÎË ÚäÐ ÕÌÝ ÎËÎÚÔÎÌ ÕÕÞÎÒ åÜÕãÔ ÌÏ ÍÎ ÑÎË ÖÐ ÕÞÎÕÛÏÚË Ë ÚäÚ ÎÕ æÎÑÎç
; cara (bagaimana); filsafat (mengapa); tempat (di mana); waktu
(kapan); dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak
diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan isu
(siapa). Untuk memunculkan dan memecahkan isu secara efektif,
organisasi harus dipersiapkan untuk menghadapi akan terjadinya
konflik yang hampir tak dapat dielakkan.
Pernyataan isu strategis harus mengandung tiga unsur,
Pertama,
isu harus disajikan dengan ringkas, lebih baik dalam satu
paragraf. Isu itu sendiri harus dibingkai sebagai pertanyaan bahwa
organisasi dapat mengerjakan sesuatu. Jika organisasi tidak dapat
melakukan sesuatu pun tentang hal itu, maka hal tersebut bukan
suatu isu setidak-tidaknya bagi organisasi (Wildavsky, 1979 b).
Perhatian dan organisasi cukup dibatasi tanpa membuang isu yang
tidak dapat dipecahkan organisasi.
Kedua,
faktor yang menyebabkan sesuatu isu menjadi
persoalan kebijakan yang penting harus didaftar. Khususnya, faktor
mandat, misi, nilai-nilai, atau kekuatan dan kelemahan internal, serta
peluang dan ancaman eksternal apakah yang menjadikan hal ini
suatu isu strategis? Mendaftar faktor ini akan bermanfaat dalam
langkah selanjutnya, pengembangan strategi