• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINDAKAN PERAWAT PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN TINDAKAN PERAWAT PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh ARUM ANGGRAENI

20120320030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINDAKAN PERAWAT PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh ARUM ANGGRAENI

20120320030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Arum Anggraeni

NIM : 20120320030

Prodi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 19 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

iii

MOTTO

“KITA MENGEJAR PENDIDIKAN BUKAN UNTUK BERSAING DENGAN KAUM ADAM

KITA MENGEJAR PENDIDIKAN KARENA SADAR RUMAH ADALAH

MADRASAH PERTAMA UNTUK ANAK-ANAK KITA KELAK”

“SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN”

(5)

iv

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:

Kedua orangtuaku (GITONO dan SUCI WAHYUNI) terimakasih telah mendukung, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran yang tak pernah habis dan doa yang tak pernah berhenti terucap Kakak dan adikku (AMBAR KURNIAWAN) terimakasih telah memberikan

semangat dan motivasi kepadaku. Teruntuk adikku (FAISAL

FIDIYATULLOH) tetaplah menjadi anak yang membanggakan bagi kedua orangtua

Teruntuk sahabat serta teman-teman (MAULA, MAULIDAH, SHANDY, HUSNUL, RIYA, ANI, RISKA, NAWANG, ZAI, AMALIA) terimakasih selalu

memberiku semangat untuk menyelesaikan dan telah membantu saya mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini

Teruntuk teman kelompok KOMUDA TERSEDAK (MBAK ALMA, CHENDY, AMEL, KOKO, VITTA, NIKEN, NANA) tetep kompak, tetep konyol, tetep

tertawa dalam semua keadaan

Teruntuk Agung Pangestu yang selalu memberikan semangat dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Teruntuk Almh. MELA TIARASARI terimakasih telah menjadi teman serta sahabat terbaik untuk saya dan teman-teman

Untuk teman-teman satu bimbingan (NEURO) sukses selalu, semoga Karya Tulis Ilmiah kita bermanfaat untuk kedepannya

Dan

Untuk teman-teman seperjuanganku PSIK 2012 terimakasih teman-teman telah menjadi teman selama 4 tahun ini dan akan selalu menjadi teman sampai

(6)

v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “GAMBARAN TINDAKAN PERAWAT PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA”. Karta Tulis Ilmiah ini disusun sebagai tugas akhir kuliah sebagai syarat S1 dan memperoleh gelar sarjana ilmu keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan penuh kerendahan hati menghaturkan terimakasih kepada

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., MAN., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.

4. Novita Kurnia Sari, Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan kepada penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.

5. Responden pada penelitian ini yaitu perawat bangsal bedah di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

6. Keluarga yang telah memberikan doa dan mendukung baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam berbagai hal.

(7)

vi

kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di bidang ilmu keperawatan

Wassalamualaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 19 Agustus 2016

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN TEORI ... 10

A. Post Operasi 1. Definisi Post Operasi ... 10

2. Jenis – Jenis Operasi... 10

3. Komplikasi Post Operasi ... 11

B. Nyeri 1. Definisi Nyeri ... 11

2. Klasifikasi Nyeri ... 12

3. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ... 14

4. Penatalaksanaan Nyeri... 18

5. Komplikasi Nyeri ... 21

C. Perawat 1. Definisi Perawat ... 24

2. Peran Perawat ... 24

3. Peran Perawat Pada Pasien Post Operasi ... 25

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perawat ... 26

D. Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Lokasi Waktu Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian... 29

E. Definisi Operasional ... 29

F. Intrumen Penelitian ... 30

G. Pengumpulan Data... ... 32

(9)

viii

1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 38

2. Karakteristik Responden ... 40

3. Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri ... 41

4. Karakteristik Indikator Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri ... 41

5. Karakteristik Responden dan Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan ... 44

B. Pembahasan... ... 46

1. Karakteristik Responden ... 46

2. Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri ... 49

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian... ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.... ... 46

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 29

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner ...31

Tabel 4.1 Karakeristik responden ...40

Tabel 4.2 Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri ... 41

Tabel 4.3 Indikator Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri .. 42

(11)

x

(12)

xi

Anggraeni, Arum (2016).Gambaran Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi Nyeri di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Pembimbing:

Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS

INTISARI

Latar Belakang: Salah satu tindakan perawat pada pasien post operasi yaitu untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien. Apabila nyeri pada pasien post operasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi. Peran perawat dalam penatalaksanaan nyeri post operasi yaitu meliputi pengkajian nyeri, memberikan tindakan mandiri perawat, kolaborasi, dan evaluasi nyeri.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Sampel pada penelitian dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden sebanyak 34 orang. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi berdasarkan NIC 2013. Analisis data dengan distribudi frekuensi.

Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tindakan perawat pada pasien post operasi nyeri adalah baik dengan persentase 88,2%.

Kesimpulan dan Saran: Pasien post operasi di bangsal bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta perawat melakukan tindakan keperawatan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya apabila metode yang akan digunakan observasi maka dapat mengembangkan kuesioner dan melakukan uji konten

(13)

xii

Advisor:

Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS

ABSTRACT

Background: One of Nursing intervention of post-operative patients is reduce the painful from patients. When the painful by medical patient doesn’t be handled immediately can cause complication. Nurse role in painful post-operative lose is including painful inspect, giving independently nursing intervention, collaborate and evaluation of the painful.

Objective: The objective of the research is a to know the description of the nursing intervention of post-operative patient with painful by medical patient in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Method: The research was using descriptive character. The sample of research was using total sampling technique with total respondents amounts 34 persons. The research instrument used three kinds of sheets of observations based on NIC 2013. Data analyzed by frequency distribution.

Result: The result is obtained that medical patient post-operative in surgical operation ward RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta nurse did nursing intervention to exceed the painful good category is 88,2%.

Conclusion and Suggestion: The whole result is gotten that medical patient by post-operative in surgical ward RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta nurse was doing good nursing intervention. For the next research can evolving the questionnaire and do contents experiment.

(14)
(15)

Pembimbing:

Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS

INTISARI

Latar Belakang: Salah satu tindakan perawat pada pasien post operasi yaitu untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien. Apabila nyeri pada pasien post operasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi. Peran perawat dalam penatalaksanaan nyeri post operasi yaitu meliputi pengkajian nyeri, memberikan tindakan mandiri perawat, kolaborasi, dan evaluasi nyeri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Sampel pada penelitian dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden sebanyak 34 orang. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi berdasarkan NIC 2013. Analisis data dengan distribudi frekuensi.

Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tindakan perawat pada pasien post operasi nyeri adalah baik dengan persentase 88,2%.

Kesimpulan dan Saran: Pasien post operasi di bangsal bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta perawat melakukan tindakan keperawatan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya apabila metode yang akan digunakan observasi maka dapat mengembangkan kuesioner dan melakukan uji konten

Kata Kunci: Tindakan Perawat, Post Operasi, Nyeri

(16)

Advisor:

Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS

ABSTRACT

Background: One of Nursing intervention of post-operative patients is reduce the painful from patients. When the painful by medical patient doesn’t be handled immediately can cause complication. Nurse role in painful post-operative lose is including painful inspect, giving independently nursing intervention, collaborate and evaluation of the painful.

Objective: The objective of the research is a to know the description of the nursing intervention of post-operative patient with painful by medical patient in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Method: The research was using descriptive character. The sample of research was using total sampling technique with total respondents amounts 34 persons. The research instrument used three kinds of sheets of observations based on NIC 2013. Data analyzed by frequency distribution.

Result: The result is obtained that medical patient post-operative in surgical operation ward RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta nurse did nursing intervention to exceed the painful good category is 88,2%.

Conclusion and Suggestion: The whole result is gotten that medical patient by post-operative in surgical ward RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta nurse was doing good nursing intervention. For the next research can evolving the questionnaire and do contents experiment.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang

dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir

sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

sering timbul akibat dari tindakan operasi yaitu nyeri (Muttaqin, 2008).

International for Study of Pain (IASP) 2012, mendefinisikan nyeri

sebagai situasi tidak menyenangkan yang bersumber dari area tertentu,

yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dan yang berkaitan dengan

pengalaman masa lalu dari orang yang bersangkutan. Nyeri bersifat

subjektif dan tidak ada individu yang mengalami nyeri yang sama

(Potter & Perry, 2006).

Nyeri ada dua macam yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri yang

sering terjadi pada post operasi adalah nyeri akut (Potter & Perry, 2006).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan, nyeri akut muncul akibat kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri akut adalah

nyeri yang dirasakan secara mendadak dari intensitas ringan sampai

berat dan lokasi nyeri dapat diidentifikasi. Selain itu nyeri akut

didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang muncul

akibat kerusakan jaringan dengan gejala yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

(18)

2

Menurut penelitian yang dilakukan Sommer et al (2008) prevalensi

pasien post operasi mayor yang mengalami nyeri sedang sampai berat

sebanyak 41% pasien post operasi pada hari ke 0, 30 % pasien pada ke

1, 19 % pasien pada hari ke 2, 16 % pasien pada hari ke 3 dan 14 %

pasien pada hari ke 4. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sandika et al, (2015) yang menyatakan bahwa 50% pasien post operasi

mengalami nyeri berat dan 10% pasien mengalami nyeri sedang sampai

berat.

Nyeri post operasi yang dirasakan pasien dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain yaitu usia, jenis kelamin, perhatian,

kebudayaan, makna nyeri, ansietas, keletihan, gaya koping dan

dukungan keluarga (Potter & Perry, 2006). Apabila nyeri pada pasien

post operasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan proses

rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi pasien menjadi lebih

lama, tingkat komplikasi yang tinggi dan membutuhkan lebih banyak

biaya. Hal ini karena pasien memfokuskan seluruh perhatiannya pada

nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2008). Selain itu juga nyeri

dapat mengakibatkan pasien mengalami gelisah, imobilisasi,

menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian,stres dan

ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis (IASP,

2012; Potter & Perry, 2006).

Nyeri post operasi memerlukan tindakan yang tepat. Salah satu

tenaga kesehatan yang memiliki peran penting adalah perawat (Tamsuri,

(19)

meliputi pengkajian nyeri, memberikan tindakan mandiri perawat,

kolaborasi dan evaluasi nyeri. Dalam pengkajian nyeri pasien post

operasi yang digunakan perawat yaitu mengkaji dengan instrumen

OPQRSTUV (onset, proviking, quality, region, severity, treatment,

understanding, value) (Tamsuri, 2007). Pentingnya perawat melakukan

pengkajian nyeri adalah untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan mengkaji nyeri pasien,

mengobservasi reaksi nonverbal pasien, menggunakan teknik

komunikasi terapeutik, mengontrol lingkungan pasien (Nursing

Intervention and Classification 2013; Sandika et al, 2015).

Dalam pemberian tindakan perawat dalam mengurangi nyeri,

perawat dapat memberikan tindakan non farmakologi dan farmakologi.

Tindakan non farmakologi meliputi mengkaji nyeri, memberikan

tindakan, memonitor nyeri yang dirasakan pasien, memberikan tindakan

untuk mencegah komplikasi, mengedukasi pasien dan keluarga (Yuceer,

2011). Sedangkan tindakan farmakologi yaitu perawat melakukan

tindakan kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian analgesik (Tamsuri,

2007). Tindakan perawat lainnya adalah mengevaluasi kembali nyeri

yang dirasakan pasien post operasi (Yuceer, 2011). Semua tindakan

perawat ini sangat penting karena dapat mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan pasien post operasi (Sandika et al, 2015).

Namun, berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa

dalam tindakan mengurangi nyeri, sebagian besar perawat menggunakan

(20)

4

itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Cartney (2014) menyatakan

bahwa penggunaan analgesik saja tidak cukup sehingga perawat harus

melakukan tindakan mandiri perawat untuk membantu mengurangi nyeri

pada pasien post operasi. Menurut Saifullah (2015) menyatakan bahwa

perawat yang bertugas di bangsal bedah didapatkan fenomena bahwa

perawat jaga ketika dihadapkan dengan keluhan nyeri selama ini

kebanyakan langkah awal yang diambil adalah kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian obat-obatan analgesik. Hal ini selaras dengan hasil

studi pendahuluan yang dilakukan di bangsal bedah RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta pada Bulan November 2015 dengan

mewawancarai 10 orang pasien yang pernah mengalami tindakan

pembedahan didapatkan bahwa semua pasien masih merasa adanya

nyeri dibagian yang dibedah. Pasien mengatakan bahwa perawat

memberikan teknik relaksasi nafas dalam. Perawat tidak mengkaji nyeri

secara lengkap, namun semua pasien mendapatkan terapi analgesik.

Berdasar hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang gambaran tindakan keperawatan pada pasien post operasi

dengan nyeri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran

tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri di RSUD

(21)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi

dengan nyeri.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui tindakan perawat dalam mengkaji nyeri

b) Mengetahui tindakan perawat dalam mengkaji pengaruh nyeri

c) Mengetahui tindakan perawat dalam pemberian informasi

tentang nyeri

d) Mengetahui tindakan perawat dalam mengontrol lingkungan

pasien

e) Mengetahui tindakan non farmakologi perawat

f) Mengetahui tindakan perawat kolaborasi dengan pemberian obat

analgesik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

berkontribusi penting bagi rumah sakit khususnya pada bangsal

bedah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan dapat

memberikan tindakan keperawatan yang lebih optimal

2. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

(22)

6

3. Bagi Penelitian Selanjutnya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar

untuk melaksanakan penelitian selanjutnya terkait tindakan

(23)

E. Keaslian Penelitian

Terdapat berbagai penelitian yang mendukung penelitian ini:

1. Sommer (2008) meneliti “The prevalence of postoperative pain in a sample of 1490 surgical inpatients”. Hasil penelitian yang didapat

yaitu prevalensi nyeri post operasi yang dilakukan dengan sampel

1490 pasien di ruang rawat inap bedah, didapatkan hasil nyeri

sedang / berat sebanyak 41% pasien pada hari ke 0, 30 % pasien

pada hari ke 1, 19 % pasien pada hari ke 2, 16 % pasien pada hari ke

3 dan 14 % pasien pada hari ke 4. Prevalensi tertinggi dengan

kriteria nyeri sedang atau berat pada pasien dengan operasi

ekstremitas yaitu sebanyak 20 % – 71 % dan pada pasien operasi

tulang belakang sebanyak 30 % - 64 % pada hari ke 1 sampai hari ke

4. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti yaitu

sama – sama meneliti dengan responden pasien post operasi. Namun,

perbedaan penelitian terletak pada tujuan penelitian jika pada

penelitian ini yaitu bertujuan untuk mengetahui prevalensi nyeri post

operasi tetapi penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk

meneliti tindakan keperawatan pada pasien post operasi dengan

nyeri.

2. Langanawa dan Cindrawati, (2014) meneliti “Gambaran Tingkat

Nyeri pada pasien Post Operasi di ruang bedah RSUD.Prof.DR.HI.ALOE SABOE”. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan hasil penelitian yaitu nyeri pasien post

(24)

8

sedang sebanyak 41,8% dan diketahui masih kurangnya mutu

pelayanan dan asuhan keperawatan pada pasien post operasi dalam

mengurangi nyeri. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah sama– sama menggunakan metode deskriptif.

Namun, perbedaan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian jika

pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat nyeri pada

pasien post operasi tetapi untuk penelitian yang akan dilakukan yaitu

untuk mengetahui tindakan perawat pada pasien post operasi dengan

nyeri.

3. Saifullah, A. (2015) meneliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Perawat dengan Tindakan Perawat dalam Managemen Nyeri Post

Operasi di Bangsal Bedah RSUD DR Suehadi Prijonegoro Sragen”.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi korelasi dengan

pendekatan cross sectional dan menggunakan dua variabel yaitu

pengetahuan perawat dan tindakan perawat dengan hasil yaitu

perawat yang berjaga di bangsal bedah didapatkan fenomena bahwa

perawat ketika dihadapkan dengan keluhan nyeri tindakan pertama

yang diambil yaitu tindakan kolaborasi sehingga ada hubungan

antara pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam

manajemen nyeri post operasi. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini menggunakan

dua valiabel yaitu pengetahuan perawat dan tindakan perawat

sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan satu

(25)

penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi yaitu sama –

sama menggunakan bangsal bedah dan tujuannya sama – sama

(26)

10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Post Operasi

1. Definisi Post Operasi

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang

dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai

evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi

dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit

pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang.

2. Jenis-jenis operasi

a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi

menjadi:

1) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi

2) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktom

3) Reparatif: memperbaiki luka multiple

4) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.

5) Paliatif: menghilangkan nyeri,

6) Transplantasi: penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ

atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).

b. Menurut Luas atau Tingkat Resiko:

1) Mayor

Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai

(27)

2) Minor

Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko

komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

3. Komplikasi Post Operasi

Menurut Baradero (2008) komplikasi post operasi yang akan

muncul antara lain yaitu hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan

sebagai tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari

25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia

yang diakibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat anestetika.

Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat,

batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak

adekuat.

Sedangkan menurut Majid, (2011) komplikasi post operasi adalah

perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus

bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu

turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien

melemah.

B. Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan perasaan tubuh atau bagian tubuh seseorang yang

menimbulkan respon tidak menyenangkan dan nyeri dapat memberikan

suatu pengalaman alam rasa (Judha, 2012). Nyeri bersifat subjektif dan

(28)

12

mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri

(Potter & Perry, 2006).

Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik,

termal, kimia, atau elektrik pada ujung-ujung saraf. Perawat dapat

mengetahui adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda umum atau respon

fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien akan

tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih

cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat (Lukas,

2004 cit Wahyuningsih, 2014).

2. Klasifikasi Nyeri

Menurut Mubarak dan Chayatin (2008) ada beberapa klasifikasi nyeri

yaitu:

a. Nyeri Perifer

Nyeri ini ada tiga macam yaitu:

1) Nyeri superfisial

Nyeri superfisial adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan

pada kulit dan mukosa. Nyeri berlangsung sebentar dan

terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam.

Contoh penyebab nyeri superfisial adalah jarum suntik dan luka

potong kecil/ laserasi (Potter & Perry, 2006).

2) Nyeri viseral

Nyeri viseral adalah nyeri yang muncul akibat stimulus dari

(29)

bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi

bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama daripada nyeri

superfisial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau unik tergantung

organ yang terlibat (Potter & Perry, 2006).

3) Nyeri Alih(referred)

Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang

jauh dari penyebab nyeri. Contoh dari penyebab nyeri alih adalah

infark miokard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri

dan bahu kiri (Potter & Perry, 2006).

b. Nyeri Sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,

batang otak dan thalamus

c. Nyeri Psikogenik

1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang

actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan

sedemikian rupa. Gejala yang terjadi tiba – tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi (NANDA, 2015).

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang

(30)

14

aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan

sedemikian rupa. Gejala yang terjadi yaitu timbul secara tiba – tiba

atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi

secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi dan berlangsung >3 bulan (NANDA, 2015).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2006) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi nyeri seseorang yaitu :

a. Usia

Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi

nyeri, khususnya pada anak – anak dan lansia. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat

mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

b. Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon

terhadap nyeri. Tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor – faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu,

tanpa memperhatikan jenis kelamin.

c. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri

mempengaruhi persepsi nyeri, perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan

(31)

yang perawat terapkan sebagai terapi untuk menghilangkan nyeri

seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan massase. Dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain,

maka perawat dapat menempatka nyeri pada kesadaran perifer.

d. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa

yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana

bereaksi terhadap nyeri. Cara individu mengekspresikan nyeri

merupakan sifat kebudayaan. Beberapa kebudayaan yakin bahwa

memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah. Sosialisasi budaya

menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini

mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiate endogen dan sehingga

terjadilah persepsi nyeri.

e. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beadaptasi terhadap nyeri.

Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda,

apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman dan tantangan. Misalnya, seorang wanita yang sedang

bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita

(32)

16

kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna

nyeri.

f. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga

dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak

mendapat perhatian didalam suatu lingkungan berteknologi tinggi,

misalnya unit perawatan intensif maka rasa cemas tersebut dapat

menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius nyeri

yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan psikosis dan

gangguan kepribadian.

g. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka

persepsi nyeri bahka dapat terasa lebih berat. Nyeri seringkali lebih

berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap di

banding pada akhir hari yang melelahkan

h. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu

tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang

akan datang. Apabila individu mengalami nyeri, dengan jenis yang

berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil

(33)

sensasi nyeri. Perawat harus melakukan upaya untuk mempersiapkan

klien dengan menerangkan secara jelas tentang jenis nyeri yang akan

dialami dan metode yang mengurangi nyeri tersebut

i. Gaya koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, bagian sebagian atau

keseluruhan. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk

mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.

penting untuk memahami sumber-sumber koping klien selama ia

mengalami nyeri. Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan

keluaraga pendukung, melakukan latihan atau menyanyi dapat

digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya

mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu

j. Dukungan keluarga dan sosial

Indivdu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,

bantuan atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan,

kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan rasa kesepian

dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali

pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan. Kehadiran

orangtua sangat penting terutama bagi anak-anak yang sedang

(34)

18

4. Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri atau tindakan keperawatan untuk mengurangi

nyeri yaitu terdiri dari penatalaksanaan non – farmakologi dan

farmakologi.

a. Penatalaksanaan non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi menurut Bangun dan Nur’aeni

(2013), merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan

perawat secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain

dimana dalam pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan

keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota tim kesehatan

cenderung untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk

menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan non

farmakologi yang dapat membantu menghilangkan nyeri, metode

pereda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah.

Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan

(Smeltzer & Bare, 2008).

Salah satu tanggung jawab perawat paling dasar adalah

melindungi klien/pasien dari bahaya. Ada sejumlah terapi

nonfarmakologi yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri yang

dapat digunakan pada keadaan perawatan akut, perawatan tersier dan

pada keadaan perawatan restorasi (Potter d& Perry, 2006).

Penatalaksanaan non farmakologi terdiri dari intervensi perilaku

(35)

terbimbing, hypnosis dan sentuhan terapeutik (massage) (Tamsuri,

2007).

Menurut Nursing Intervention and Classification/NIC (2013) peran

perawat dalam penatalaksanaan nyeri adalah:

1) Mengkaji nyeri seperti lokasi, karakteristik, durasi nyeri,

frekuensi nyeri, kualitas nyeri, intensitas nyeri dan faktor

penyebab nyeri

2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3) Menanyakan pengetahuan pasien tentang nyeri

4) Mengkaji pengaruh nyeri yang dialami pasien pada tidur, selera

makan, aktivitas, perasaan, hubungan, peran pada pekerjaan

dan pola tanggungjawab

5) Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur

6) Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

7) Melakukan penanganan non-farmakologi seperti relaksasi,

terapi music, guided imagery, terapi akupresur, terapi aktivitas

dan massage

8) Mengajarkan prinsip dari manajemen nyeri

9) Menggunakan teknik pengontrolan nyeri/ antisipasi sebelum

(36)

20

10)Melakukan penanganan farmakologi yaitu pemberian analgesic

Menurut Susanti (2012) perawat mengkaji nyeri pasien untuk

merencanakan tindakan apa yang harus diberikan selanjutnya

untuk pasien yaitu dengan menggunakan instrumen OPQRSTUV

(onset, proviking, quality, region, severity, treatment,

understanding, value).

b. Penatalaksanaan Farmakologi

Keputusan perawat dalam penggunaan obat-obatan dan

penatalaksanaan klien/pasien yang menerima terapi farmakologi

membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin

dilakukan (Potter & Perry, 2006).

1)Analgesik

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk

mengatasi nyeri. Perawat harus mengetahui obat-obatan yang

tersedia untuk menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2006).

Ada tiga jenis analgesik menurut Potter dan Perry (2006)

yaitu:

a) Non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Kebanyakan NSAID bekerja pada reseptor saraf perifer

untuk mengurangi tranmisi dan resepsi stimulus nyeri. NSAID

non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan

(37)

prosedur pengobatan gigi, prosedur bedah minor dan

episiotomi

b) Analgesik narkotik atau opiat

Analgesik narkotik atau opiat umumnya diresepkan untuk

nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan

nyeri maligna. Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat

c) Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik

Adjuvan seperti sedatif, anticemas dan relaksan otot

meningkatkan control nyeri atau menghilangkan gejala lain

yang terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual. Sedatif

seringkali diresepkan untuk penderita nyeri kronik

2) Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)

Sistem pemberian obat yang disebut ADP merupakan

metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri

post operasi dan nyeri traumatik. Klien/pasien menerima

keuntungan apabila ia mampu mengontrol nyeri (Potter &

Perry, 2006).

5. Komplikasi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2006) efek nyeri pada klien/pasien ada tiga

yaitu:

a. Efek fisiologis/fisik

Apabila klien/pasien merasakan nyeri perawat harus mengkaji

(38)

22

keterlibatan system saraf otonom. Saat awitan nyeri akut maka denyut

jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan meningkat (Potter &

Perry, 2006). Respon fisik timbul akibat impuls nyeri yang

ditransmisikan oleh medula spinalis menuju batang otak dan thalamus

menyebabkan terstimulasinya sistem saraf otonom sehingga akan

menimbulkan respon yang serupa dengan respon tubuh terhadap stres

(Tamsuri, 2007).

b. Efek perilaku

Banyak klien/pasien tidak mampu mengungkapkan secara verbal

mengenai ketidaknyamanan, hal ini dikarenakan mereka tidak mampu

berkomunikasi. Merintih, mendengkur dan menangis merupakan

contoh vokalisasi yang digunakan untuk mengekspresikan nyeri. Sifat

nyeri menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman, nyeri yang berat

secara serius dapat menghambat perilaku atau gaya hidup seseorang

(Potter dan Perry, 2006).

Efek perilaku seseorang terhadap nyeri digambarkan dalam tiga

fase:

1) Fase antisipasi

Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting dan fase

ini memungkinkan seseorang untuk memahami nyeri yang

dirasakan. Klien belajar untuk mengendalikan emosi (kecemasan)

sebelum nyeri muncul dan klien juga diajarkan untuk mengatasi

(39)

2) Fase sensasi

Sensasi nyeri akan terjadi ketika seseorang merasakan nyeri.

Banyak perilaku yang ditunjukkan individu ketika mengalami

nyeri seperti menangis, menjerit, meringis, meringkukkan badan,

dan bahkan berlari-lari (Tamsuri, 2007).

3) Pasca nyeri (Fase Akibat)

Fase ini terjadi ketika kurang atau berhentinya rasa nyeri. Jika

seseorang merasakan nyeri yang berulang maka respon akibat akan

menjadi masalah. Perawat diharapkan dapat membantu klien untuk

mengontrol rasa nyeri dan mengurangi rasa takut apabila nyeri

menyerang (Tamsuri, 2007).

c. Respon psikologis

Respon ini berkaitan dengan pemahaman seseorang terhadap

nyeri yang terjadi. Klien yang mengartikan nyeri sebagai suatu

yang negatif akan menimbulkan suasana hati sedih, berduka, tidak

berdaya, marah, dan frustasi. Hal ini berbalik dengan klien yang

menganggap nyeri sebagai pengalaman yang positif karena mereka

akan menerima rasa nyeri yang dialami (Tamsuri, 2007).

C. Perawat

1. Definisi Perawat

Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia/PPNI (2005)

mendefinisikan perawat sebagai seseorang yang telah menyelesaikan

(40)

24

yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi

kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

2. Peran Perawat

Menurut PPNI (2005) perawat berperan sebagai pelaksana

keperawatan, pengelola keperawatan dan atau kesehatan, pendidik dan

peneliti. Dalam melaksanakan tugasnya berfungsi secara mandiri dan

kerjasama (kolaborasi).

Tindakan mandiri keperawatan antara lain adalah tindakan terapi

keperawatan, observasi keperawatan, terapi komplementer, penyuluhan

kesehatan, nasehat, konseling. Advokasi dan edukasi dalam rangka

penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar

manusia dalam upaya memandirikan klien serta mengatasi masalah

kesehatan sesuai dengan program pemerintah.

Tindakan kolaborasi keperawatan dengan tim kesehatan lainnya atau

dengan sektor terkait lain antara lain adalah pengembangan dan

pelaksanaan program kesehatan lintas sektoral untuk peningkatan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, perencanaan terhadap upaya

penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien bersama dengan tenaga

profesi kesehatan lain.

3. Peran Perawat Pada Pasien Post Operasi

Menurut Majid, (2011) peran perawat dalam merawat pasien post

(41)

a) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,

tube/selang, dan komplikasi.

b) Manajemen luka

Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak

mengalami perdarahan abnormal.

c) Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (range of motion),

nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan

kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.

d) Rehabilitasi

Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien

kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik

yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia

kala.

e) Discharge planning

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada

klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan

dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca-operasi.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan perawat

Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan perawat adalah:

a) Usia

Menurut Soeprihanto (2009) seseorang yang lebih dewasa

(42)

26

prestasi kerja yang lebih disbanding usia dibawahnya. Meningkatnya

usia seseorang seringkali berbanding lurus dengan pengalaman dan

membaiknya kinerja seseorang

b) Tingkat Pendidikan

Menurut Notoadmodjo (2005) pendidikan adalah suatu proses

yang akan membentuk suatu perilaku dan kemampuan, semakin baik

pendidikan semakin luas kapabilitas dan kapasitas seseorang. Semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima informasi

dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak

(Notoadmodjo, 2010).

c) Jenis Kelamin

Menurut Robbins (2006) jenis kelamin seseorang tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dalam suatu kinerja seseorang. Perbedaan

cenderung pada faktor psikologis wanita cenderung mematuhi otoritas

yang diberikan sedangkan pria cenderung lebih agresif pada

(43)

D. Kerangka Konsep

Keterangan:

= = Tidak diteliti

= Diteliti

Post Operasi Nyeri

Baik

Cukup

Kurang Tindakan perawat dalam penatalaksanaan nyeri:

a) Mengkaji nyeri

b) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) Menanyakan pengetahuan pasien tentang nyeri

d) Menegkaji pengaruh nyeri yang dialami pasien

e) Memberikan informasi tentang nyeri

f) Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

g) Melakukan penanganan non-farmakologi seperti relaksasi,

terapi music, guided imagery, terapi music, terapi akupresur,

terapi aktivitas dan massage

h) Melakukan penanganan farmakologi yaitu pemberian

(44)

28

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan tindakan perawat pada pasien post

operasi dengan nyeri yang dirawat di bangsal bedah RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah perawat di bangsal

bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah

perawat sebanyak 34 perawat.

2. Sampel dan teknik pengambilan sampling

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perawat

di bangsal bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta sebanyak 34 orang.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penetapan

sampel dengan cara mengambil seluruh populasi yang ada

(Nursalam, 2013).

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

(45)

b. Pendidikan minimal D3

c. Usia minimal 21 tahun

C. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Juli- Agustus 2016 di bangsal

bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri

yang dirawat di bangsal bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang diamati tersebut (Nursalam, 2013).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala Tindakan

Perawat

Hasil observasi peneliti dengan lembar observasi berupa cheklist terkait dengan tindakan

a. Kategori baik: > 4,56

b. Kategori cukup: ≤ 4,56

(cutting point mean)

(46)

30

a. Kategori baik: > 0,91 tindakan perawat dalam mengkaji

(47)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala tindakan mandiri perawat kuesioner data demografi responden yang meliputi nama, usia, jenis

kelamin, pendidikan dan 1 lembar observasi tindakan perawat pada

pasien post operasi dengan nyeri. Lembar observasi yang digunakan

pada penelitian ini menggunakan pedoman intervensi yang ada di

buku NIC (2013) sehingga lembar observasi yang digunakan pada

penelitian ini sudah pasti dan tidak memerlukan uji validitas dan uji

reliabilitas. Lembar observasi terdiri dari 28 item observasi dengan

(48)

32

menggunakan skala Guttman dimana dilakukan penilaian 1 dan 0.

Skor 1 apabila tindakan dilakukan, skor 0 apabila tindakan tidak

dilakukan. Hasil akhir penelitian di interpretasikan dengan

menggunakan pengkategorian berdasarkan rumus Hidayat (2008):

P =

Keterangan:

p: panjang kategori

Pada tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri

di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta memiliki nilai

maksimal 28 poin dan di bagi kedalam tiga kategori (baik, cukup,

kurang) maka didapatkan panjang kategori maka didapatkan

panjang kategori 9,3 sehingga nilai p= 9,3 dan nilai terendah 0. Maka kategorinya adalah “kurang” apabila 0-9, “cukup” apabila 10

-19 dan “baik” apabila 20-28.

Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri

(49)

nyeri

Tindakan farmakologi

28 1

Jumlah 29

G. Pengumpulan Data 1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian yaitu peneliti mengajukan

judul yang akan diteliti. Setelah judul penelitian sudah disetujui

oleh pembimbing, peneliti meminta surat perizinan dan

melakukan studi pendahuluan. Surat tersebut berisi perizinan

untuk melakukan studi pendahuluan dari Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang diberikan kepada bagian

pengembangan dan penelitian RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta. Setelah peneliti memberikan surat perizinan

tersebut kepada Kepala RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta dan diberikan izin maka peneliti menanyakan

persetujuan (informed consent) tanpa ada paksaan dari peneliti

dan menjelaskan kepada pihak RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta tentang prosedur penelitiannya. Setelah

selesai melakukan studi pendahuluan peneliti menyusun

proposal. Peneliti melaksanakan ujian proposal penelitian setelah

proposal penelitian disetujui oleh dosen pembimbing.

Peneliti kemudian mengajukan etik penelitian ke Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

(50)

34

pada pemerintah daerah tempat penelitian, yang dimulai dari

Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tahap awal pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti

mengajukan surat ijin penelitian dari Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dan menjelaskan tujuan peneliti kepada pihak RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta khususnya di

bangsal bedah, kemudian peneliti membuat kesepakatan

untuk waktu dimulainya penelitian

b. Pengumpulan data dilakukan peneliti pada sampel dengan

cara mengobservasi tindakan perawat pada pasien post

operasi yang diisi oleh peneliti, sebelum penelitian dimulai

peneliti memberikan informed concern terlebih dahulu

kepada responden setelah responden mengisi dan menyetujui

nya peneliti melakukan penelitian dengan cara

mengobservasi apa yang dilakukan perawat pada pasien dan

peneliti mengisi lembar observasi/ kuisioner sesuai tindakan

yang perawat lakukan

3. Penulisan laporan

Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibuat dalam

bentuk tabel dan dilihat persentasenya kemudian diuraikan dalam

(51)

H. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data terdapat langkah – langkah sebagai

berikut :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Peneliti melakukan

pengecekan kembali lembar observasi yang sudah

didapatkan, semua data lengkap dan sudah sesuai dengan

penelitian yang peneliti lakukan

b. Coding

Coding adalah memberikan kode agar memudahkan dalam

pengumpulan data. Peneliti memberikan kode 1 untuk jenis

kelamin perempuan dan 2 untuk jenis kelamin laki-laki.

Kode 1 untuk pendidikan terakhir D3 Keperawatan dan 2

untuk pendidikan terakhir S1 Keperawatan. Selain itu,

peneliti memberikan kode 1 untuk setiap tindakan yang

dilakukan dan 0 untuk tindakan yang tidak dilakukan.

c. Processing

Processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi/

kuisioner kedalam salah satu program komputer dengan

menggunakan salah satu program komputer. Pertama peneliti

(52)

36

computer yaitu microsoft excel, setelah itu peneliti

memasukkan data dari excel ke SPSS

d. Cleaning

Cleaning yaitu proses pembersihan data dilakukan dengan

mengecek kembali data yang sudah di entry. Setelah

dilakukan prosesing menggunakan SPSS peneliti melakukan

pengecekan kembali pada data, tidak ada data yang hilang.

Data yang ada sesuai dengan yang ada di lembar observasi/

kuisioner, excel dan SPSS

e. Tabulating

Tabulating adalah pengorganisasian data sedemikian rupa

sesuai dengan tujuan peneliti untuk disajikan dan dianalisa.

Pada penelitian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk

tabel untuk memudahkan peneliti dalam membaca dan

menganalisa.

2. Analisa data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis univariat yaitu data yang dikumpulkan diubah menjadi

skala dengan cara dibandingkan dengan skor yang diharapkan

sehingga diperoleh persentase dan hasil persentase ditafsirkan

dengan kalimat. Data yang ditampilkan dalam prosentase yaitu

usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jarak tempat tinggal ke

rumah sakit dan tindakan perawat.

(53)

%

Keterangan:

P = prosentase distribusi frekuensi (%)

f = jumlah responden

n = jumlah total seluruh responden

I. Etika Penelitian

Penelitian ini telah diuji etik oleh komisi etika penelitian

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta dengan nomor:

215/EP-FKIK-UMY/VI/2016. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat

permohonan dan persetujuan dari instansi, badan atau lembaga yang

terkait untuk melakukan penelitian. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan pada

responden

b. Bebas dari eksploitasi

Responden dihindarkan dari keadaan tidak menguntungkan

dalam bentuk apapun.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia

a. Menghormati harkat dan martabat (respect of human dignity)

Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian.

(54)

38

memberikan informasi atau tidak. Peneliti memberikan

formulir persetujuan untuk menjadi responden

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian

(respect for privacy and confidentiality)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian

atau informasi yang didapat dari responden dan data tidak di

publish ke umum.

c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice

and inclusiveness)

Peneliti menghormati dan bersikap adil kepada responden

(55)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

adalah rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang terletak di

jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 14 Bogoran, Trirenggo, Bantul. Rumah

sakit ini berdiri sejak tahun 1953 sebagai rumah sakit HO, kemudian pada tahun

1956 berubah menjadi rumah sakit pembantu. Rumah sakit tersebut berkembang

dan maju sehingga pada tahun 1957 murni menjadi rumah sakit kabupaten dengan

60 tempat tidur dan pada 1967 bertambah manjadi 90 tempat tidur.

Berdasarkan Surat Keputusan Kantor Wilayah Departemen Kesehatan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 02028/Kanwil/Izin/1978, tanggal

13 September 1978 tentang status Rumah Sakit Bantul berubah menjadi tipe D.

Rumah sakit dengan status tipe D kemudian diikuti dengan membangun gedung

baru kurang lebih 1 km disebelah utara gedung lama dan pada tahun 1981 Rumah

Sakit Umum Bantul menempati gedung baru.

Pada tanggal 1 April 1982 gedung tersebut diresmikan penggunaannya oleh

Menteri Kesehatan RI dr. Soewarjono Suryaningrat. Berdasarkan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: B-142/1/1993 pada tanggal 13 Februari

(56)

40

201/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993 menetapkan peningkatan

RSUD kelas D menjadi RSUD kelas C.

Berdasarkan peraturan daerah No. 8 pada tanggal 8 Juni 2002, RSUD

Kabupaten Bantul mulai tanggal 1 Januari 2003 ditunjuk sebagai Unit Swadana

Daerah dan pada tanggal 29 Maret 2004, rumah sakit berubah nama menjadi

RSUD Panembahan Senopati. Pelayanan yang tersedia di RSUD Panembahan

Senopati Bantul yaitu pelayanan rawat jalan, rawat inap, unit instalasi penunjang,

unit instalasi pelayanan baru dan unit pelayanan pengembangan.

Jenis ketenagaan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yaitu

dokter sebanyak 43 orang, jumlah perawat lulusan S1 keperawatan ners 5 orang,

perawat gigi 5 orang dan perawat lulusan D3 keperawatan sebanyak 260 orang.

Jumlah pegawai khusus terapi 6 orang, teknisi medis 36 orang. Jumlah pegawai

khusus bidan sebanyak 29 orang, pegawai khusus gizi 11 orang dan pegawai

khusus kefarmasian sebanyak 32 orang. Sedangkan pegawai khusus kesehatan

masyarakat 6 orang dan pegawai non-kesehatan sebanyak 214 orang.

Jumlah rata-rata pasien paska operasi 150 orang per bulan, tindakan perawat

pada pasien paska operasi di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

meliputi pengkajian nyeri seperti lokasi nyeri dan skala nyeri yang dirasakan

pasien. Pemberian terapi non-farmakologi yaitu terapi napas dalam dan terapi

(57)

1. Karakteristik Responden

Karakteristik penelitian dengan responden yang berdasarkan umur, jenis

kelamin, pendidikan terakhir dan jarak tempat tinggal ke rumah sakit. Adapun

karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada Juli- Agustus 2016

(N=34)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

Berdasarkan Tabel 4.1 responden berdasarkan umur paling banyak antara

umur 31-35 tahun (47,1%). Responden berdasarkan jenis kelamin, terbanyak

yaitu perempuan dengan 28 responden (82,4%). Responden berdasarkan

pendidikan terakhir paling banyak yaitu responden dengan pendidikan

(58)

42

2. Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi Dengan Nyeri

Karakteristik penelitian dengan responden yang berdasarkan tindakan

perawat. Adapun karakteristik tindakan perawat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Frekuensi Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi Dengan Nyeri di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada Juli-

Agustus 2016 (N=34)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persen (%) Tindakan perawat

Baik Cukup

30 4

88,2 11,8

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tindakan perawat pada

pasien paska operasi dengan nyeri secara umum dengan kategori baik

sebanyak 30 orang responden dengan persentase 88,2 %. Tindakan perawat

dalam kategori cukup sebanyak 4 orang dengan persentase 11,8% dan tidak

ada perawat yang melakukan tindakan perawat dalam kategori kurang.

3. Karakteristik Indikator Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri

Karakteristik penelitian dengan responden yang berdasarkan indikator

tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri. Adapun karakteristik

(59)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Indikator Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta pada Juli- Agustus 2016 (N=34)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa tindakan perawat dalam mengkaji nyeri berkategori baik sebanyak 25 orang dengan nilai 73,5%.

Responden dengan karakteristik tindakan perawat dalam mengobservasi

nyeri secara non-verbal berkategori baik sebanyak 32 orang dengan nilai

94,1%. Responden dengan karakteristik tindakan dalam mengkaji

pengetahuan pasien mempunyai kategori baik sebanyak 31 responden

dengan nilai 91,1%.

Karakteristik Responden (tindakan perawat)

Frekuensi (n) Persentase (%)

(60)

44

Berdasarkan tabel 4.3 jumlah responden dalam karakteristik tindakan

perawat dengan indikator mengkaji dampak nyeri berkategori baik sebanyak

21 orang dengan nilai 61,8%. Responden dalam karakteristik tindakan

perawat dengan indikator memberikan informasi nyeri berkategori baik

sebanyak 21 orang dengan nilai 61,8%. Jumlah responden dalam

karakteristik tindakan perawat dengan indicator mengontrol lingkungan

berkategori cukup sebanyak 20 orang dengan nilai 58,8%. Jumlah

responden dengan karakteristik tindakan perawat dalam indicator

mengontrol lingkungan berkategori cukup sebanyak 20 orang dengan nilai

58,8%. Jumlah responden dengan karakteristik tindakan perawat dalam

indikator pemberian teknik non-farmakologi berkategori cukup sebanyak 19

orang dengan nilai 55,9%. Jumlah responden dengan karakteristik tindakan

perawat dalam indicator mengantisipasi dampak nyeri berkategori 31 orang

dengan nilai 91,2%. Responden dengan karakteristik tindakan perawat

dalam memberikan teknik farmakologi berkategori baik sebanyak 34 orang

dengan nilai 100%.

4. Karakteristik Responden dan Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri

Karakteristik penelitian dengan responden dan tindakan perawat pada

pasien post operasi dengan nyeri. Adapun karakteristik responden dan

(61)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden dan Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi denganNyeri di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta pada Juli- Agustus (N=34) Karakteristik Responden Tindakan Perawat

Baik Cukup

Umur

25-30 5 (14,70 %) 1 (2,94 %)

31-35 13 (38, 23 %) 3 (8,82)

36-40 10 (29,41 %) 0

41-45 2 (5,88 %) 0

Jenis Kelamin

Laki-laki 6 (17,64 %) 0

Perempuan 24 (70,58 %) 4 (11,76 %)

Pendidikan

D3 Keperawatan 28 (82,35 %) 2 (5,88 %)

Ns 2 (5,88%) 2 (5,88%)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa frekuensi responden dan

tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri menurut umur dalam

kategori baik pada usia antara 31-35 yaitu sebanyak 13 responden dengan

nilai 38,23 %. Tindakan perawat berdasarkan jenis kelamin menunjukkan

kategori baik pada perempuan sebanyak 24 orang dengan nilai 70,58 %.

Tindakan perawat berdasarkan pendidikan dalam kategori baik pada

pendidikan D3 keperawatan sebanyak 28 orang dengan nilai 82,35 %.

2. Pembahasan

1. Karakteristik responden a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian umur responden yang paling banyak

adalah 31 tahun – 35 tahun (81,2%). Menurut Depkes RI (2009) termasuk

Gambar

gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri
Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD
Tabel 4.2 Frekuensi Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi Dengan
+6

Referensi

Dokumen terkait

sefalosporin generasi III lebih efektif terhadap bakteri gram negatif dan beraktivitas sedang terhadap gram positif, maka pemberian antibiotika sefalosporin generasi

Menurut asumsi peneliti, lama kerja dapat berpengaruh pada pengetahuan seseorang hal ini melihat dari hasil penelitian yang pada kelompok responden dengan lama kerja lebih

Pasien DMT2 dengan penyakit penyerta menerima obat lebih dari satu jenis baik obat hipoglikemik maupun obat lain, sehingga berpotensi terjadi interaksi obat yang tidak

Antibiotika sefalosporin generasi III lebih efektif terhadap bakteri gram negatif dan beraktivitas sedang terhadap gram positif, maka pemberian antibiotika sefalosporin generasi

Penelitian ini di lakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul di ruang Alamanda 2 dan ruang Alamanda 3 pada tanggal 30 Oktober 2015 – 20 November 2015 hasil yang didapaatkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian komunikasi terapeutik perawat ruang Cempaka sebagian besar adalah cukup (48,6 %),

Penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan manajemen nyeri non- farmakologi pada pasien pasca operasi didapatkan hasil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan WUS tentang pengobatan kanker payudara dalam kategori kurang menjadi mayoritas yaitu sebesar 35,6% (21