SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN TAHUN 2011
OLEH
Ayu Afsari 080503063
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2011” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 29 Februari 2012 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan langit dan bumi, beserta seluruh jagat raya dan segala isinya, yang telah memberikan rahmat dan karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam juga senantiasa untuk Rasulullah Muhammad Saw beserta para keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2011” ini diteliti dan disusun dalam rangka menambah pengetahuan serta membuka wawasan berpikir penulis sendiri pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Penelitian ini selanjutnya digunakan sebagai skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi pada Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing. Terima kasih atas waktu, bimbingan, arahan, serta nasihat yang begitu berharga yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Secara khusus penulis mempersembahkan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Makmur dan Ibunda Waliya, serta kakak tercinta Putri Dayanti, S.E., yang senantiasa menghadirkan nama penulis di dalam doa-doa mereka untuk setiap keberhasilan yang penulis raih.
5. Terima kasih kepada murid penulis Syauqi Ari Prasetya beserta orang tua Ibu Laksmiwati dan Bapak dr.Sukardi, Sp.A., serta kepada Ibu Dara dan Bapak dr.Muhammad Abdul Rahman, Sp.An.
6. Terima kasih juga kepada saudara-saudara seperjuangan di BP2M Baiturrahmah FE USU, para sahabat Akuntansi 2008 (Tuti, Rika, Ammar, Ade, Dimas), dan sahabat SMK Telekomunikasi Sandhy Putra Medan tercinta Fauziah Chaniago, A.Md.
menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis memohon dan berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan nikmat dan ridho-Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Medan, 29 Februari 2012 Penulis,
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia, khususnya berdasarkan Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK sampai dengan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang tidak bersifat menguji hipotesis, melainkan dimaksudkan untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai berbagai variabel atau bersifat mendeskripsikan keadaan masa lampau atau fenomena yang sedang terjadi saat ini.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data – data yang dikumpulkan terlebih dahulu oleh penulis, yaitu berasal dari laporan keuangan emiten, website terkait, journal ekonomi syariah, makalah – makalah seminar yang diikuti, dan berbagai sumber yang berhubungan lainnya. Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, dan menginterpretasikan sehingga diperoleh hasil berupa gambaran yang jelas tentang pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2011.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia adalah peran aktif pemerintah yang masih belum maksimal dalam mendukung obligasi syariah ini sehingga secara otomatis mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
ABSTRACT
The problem formula in this research was what factors that influence the growth and developing Islamic bonds (sukuk) in Indonesia until year end 2011. The objective of this research was knowing each factor that influence growth and developing Islamic bonds (sukuk), especially based on list of Islamic Stock that issued by Bapepam and LK until year end 2011. This research is qualitative research which was not put the test hypothesis, but it aims to get more comprehension about various variable or describing a condition of the past or case that happening.
The data used in this research was secondary data that be done by analyzing data that collected by writer from emiten financial statement, working papers of seminar that participated, website, Islamic economic journal, and the other sources that has correlation. The technique of analysis used in this research was qualitative descriptive method, it was a method by collecting, arranging, and interpreting, so that acquired the result in clear describing about growth and developing Islamic bonds (sukuk) in Indonesia until year end 2011.
The result of this research showed that the main factor which influence the growth and developing Islamic bonds (sukuk) in Indonesia is the role of government which has not maximum yet in contributing for sukuk, so that it influence the others factors automatically.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.1 Pengertian Obligasi ... 7
2.1.2 Karakteristik Obligasi ... 7
2.1.3 Jenis – Jenis Obligasi ... 8
2.1.4 Obligasi Syariah (Sukuk) ... 10
2.1.5 Perbandingan Sukuk dengan Produk Konvensional dan ________ Obligasi ... 14
2.1.6 Sejarah Obligasi Syariah (Sukuk) ... 16
2.1.7 Jenis – Jenis Obligasi Syariah (Sukuk) ... 17
2.1.8 Ketentuan Umum Obligasi Syariah (Sukuk) ... 19
2.1.9 Prinsip Obligasi Syariah (Sukuk) ... 21
2.1.10 Konsep Dasar Syariah ... 21
2.1.12 Daftar Sukuk dan SBSN ... 24
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27
2.3 Kerangka Konseptual ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
3.3 Jenis Data ... 30
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.5 Teknik Analisis ... 31
3.6 Jadwal Penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 33
4.1.1 Sukuk di Indonesia... 33
4.1.2 Sukuk di Beberapa Negara Lain ... 34
4.2 Hasil Penelitian ... 37
4.2.1 Sukuk Negara ... 37
4.2.2 Sukuk Korporasi ... 38
4.3 Pembahasan ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 45
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Sukuk dengan Produk Konvensional ... 14
Tabel 2.2 Perbandingan Sukuk dan Obligasi ... 15
Tabel 2.3 Daftar Sukuk Berdasarkan Daftar Efek Syariah ... 25
Tabel 2.4 Daftar SBSN Berdasarkan Daftar Efek Syariah... 27
Tabel 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Perkembangan Penerbitan Sukuk (Obligasi Syariah) dan Sukuk _____________(Obligasi Syariah) Yang Masih Beredar (Outstanding) ... 49
Lampiran ii Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002 _____________tentang Obligasi Syariah ... 55
ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia, khususnya berdasarkan Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK sampai dengan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang tidak bersifat menguji hipotesis, melainkan dimaksudkan untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai berbagai variabel atau bersifat mendeskripsikan keadaan masa lampau atau fenomena yang sedang terjadi saat ini.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data – data yang dikumpulkan terlebih dahulu oleh penulis, yaitu berasal dari laporan keuangan emiten, website terkait, journal ekonomi syariah, makalah – makalah seminar yang diikuti, dan berbagai sumber yang berhubungan lainnya. Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, dan menginterpretasikan sehingga diperoleh hasil berupa gambaran yang jelas tentang pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2011.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia adalah peran aktif pemerintah yang masih belum maksimal dalam mendukung obligasi syariah ini sehingga secara otomatis mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
ABSTRACT
The problem formula in this research was what factors that influence the growth and developing Islamic bonds (sukuk) in Indonesia until year end 2011. The objective of this research was knowing each factor that influence growth and developing Islamic bonds (sukuk), especially based on list of Islamic Stock that issued by Bapepam and LK until year end 2011. This research is qualitative research which was not put the test hypothesis, but it aims to get more comprehension about various variable or describing a condition of the past or case that happening.
The data used in this research was secondary data that be done by analyzing data that collected by writer from emiten financial statement, working papers of seminar that participated, website, Islamic economic journal, and the other sources that has correlation. The technique of analysis used in this research was qualitative descriptive method, it was a method by collecting, arranging, and interpreting, so that acquired the result in clear describing about growth and developing Islamic bonds (sukuk) in Indonesia until year end 2011.
The result of this research showed that the main factor which influence the growth and developing Islamic bonds (sukuk) in Indonesia is the role of government which has not maximum yet in contributing for sukuk, so that it influence the others factors automatically.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi berbasis syariah (Islam)
yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa
tahun terakhir ini sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya industri –
industri syariah, khususnya industri keuangan dan unit usaha syariah.
Fenomena bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam
pada tahun-tahun belakangan ini, salah satunya ditunjukkan dengan muncul dan
tumbuhnya bentuk sekuritas Islam (sukuk), yang memiliki kemampuan besar
untuk menawarkan solusi keuangan yang inovatif. Tidak hanya produknya yang
benar-benar memberi kontribusi terhadap usaha untuk melakukan inovasi produk,
tetapi juga gemanya yang sebanding dengan pasar modal konvensional lainnya.
Produk-produk antarnegara (sovereign) dipertimbangkan secara aktif oleh
perusahaan penerbit alternatif baru ini, untuk kebutuhan pembiayaan dan investasi
mereka.
Penerbitan pertama Obligasi Syariah dengan mata uang dollar senilai 600
juta $ telah ditawarkan oleh Malaysia pada tahun 2002. Diikuti dengan
peluncuran 400 juta $ ‘Trust Sukuk’ dari Islamic Development Bank pada Bulan
September 2003. Setelah itu, penerbitan sekitar tiga puluh sukuk negara dan
perusahaan telah ditawarkan di Bahrain, Malaysia, Arab Saudi, Qatar, UAE, UK,
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan fatwa baru tentang obligasi
syariah. Lembaga tersebut membolehkan Pemerintah RI maupun
perusahaan-perusahaan bila ingin menerbitkan obligasi syariah dengna skim ijarah.
Suatu kenyataan dari keseluruhan sistem Islam bahwa alternatif yang
berlandaskan syariah keberadaannya seharusnya merupakan alternatif terhadap
aktivitas yang tidak berlandaskan syariah, yang selalu berlanjut sepanjang masa
dan diakui, yang dipraktikkan oleh umat manusia pada seluruh aspek kehidupan.
Dalam hal ini, para sarjana muslim selama bertahun-tahun telah memberikan
pemikiran mendasar, untuk mencari alternatif Islam terhadap instrumen keuangan
konvensional yang dapat diperdagangkan.
Fakta empiris membuktikan dan menyimpulkan bahwa sukuk secara nyata
digunakan secara luas oleh masyarakat muslim pada abad pertengahan, dalam
bentuk surat berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan yang berasal dari
perdagangan dan kegiatan komersial lainnya (Huda dkk, 2008).
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Sejak adanya
konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang
memiliki komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluar dari daftar
investasi halal. Oleh karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi
syariah.
Pada awalnya, penggunaan istilah “obligasi syariah” sendiri dianggap
kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga
tidak dimungkinkan untuk disyariahkan. Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya
institusi-institusi keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah,
dan reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi.
Menariknya, investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi
syariah saja, tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat dinikmati
dan digunakan siapa pun, sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi
manfaat kepada seluruh semesta alam.
Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obligasi
syariah, jika dipertimbangkan bisa memberikan keuntungan kompetitif, sesuai
profit risikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi konvensional, investor
base-nya justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di situ.
Bagi emiten, menerbitkan obligasi syariah berarti juga memanfaatkan
peluang-peluang tertentu. Emiten dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih luas,
baik investor konvensional maupun syariah. Selain itu, struktur obligasi syariah
yang inovatif juga memberi peluang untuk memperoleh biaya modal yang
kompetitif dan menguntungkan.
Pada prinsipnya, sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai
instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan atas suatu transaksi atau akad
(sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah, atau yang lain. Sukuk yang
sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasar akad sewa (sukuk al-ijarah), di
mana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset
tersebut. Meskipun demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasar akad syariah
lain.
Penerbitan instrumen investasi ini dapat dipandang sebagai inovasi baru
dalam keuangan syariah. Sukuk bukan instrumen utang piutang dengan bunga
(riba), seperti obligasi yang dikenal dalam keuangan konvensional, tetapi sebagai
instrumen investasi. Sukuk diterbitkan dengan suatu underlying asset dengan
prinsip syariah yang jelas.
Sukuk (jamak dari kata sak) secara luas digunakan oleh masyarakat
muslim di era pertengahan sebagai surat berharga yang merupakan obligasi
keuangan yang berasal dari perdagangan atau kegiatan lainnya. Bagaimana pun,
struktur sukuk saat ini berbeda dari sukuk yang mula-mula digunakan dan mirip
dengan konsep sekuritisasi konvensional; suatu proses di mana kepemilikan
aset-aset utama dipindahkan kepada sejumlah besar investor melalui surat berharga
yang umumnya diketahui sebagai sanat, sertifikat, sukuk, atau instrumen lain yang
menggambarkan proporsi nilai dari aset yang relevan.
Melihat begitu cepatnya pertumbuhan dan perkembangan sukuk di banyak
negara di dunia, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan sukuk di negara Indonesia sebagai negara dengan
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
Pertumbuhan dan Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia Sampai
Dengan Tahun 2011”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah
(sukuk) di Indonesia sampai dengan tahun 2011?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di
Indonesia, khususnya berdasarkan Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
Bapepam dan LK sampai dengan tahun 2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai perkembangan dan pertumbuhan obligasi syariah
(sukuk) di Indonesia, khususnya sampai dengan akhir tahun 2011 ini.
b. Bagi akademis, penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan serta
c. Bagi peneliti lanjutan, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dan panduan dalam penelitian-penelitian di masa yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (dapat berupa
badan hukum/perusahaan atau pemerintah) yang memerlukan dana untuk
kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka (Huda dkk, 2008). Investasi pada
obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar daripada produk perbankan.
Keuntungan berinvestasi di obligasi adalah memperoleh bunga dan kemungkinan
adanya capital gain.
Secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka
panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal (nilai pari/par
value) dan waktu jatuh tempo tertentu (Huda dkk, 2008). Penerbit obligasi bisa
perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita adalah
kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku
obligasi.
2.1.2 Karakteristik Obligasi
Perusahaan yang meminjam dana melalui alat utang jangka panjang seperti
obligasi, pasti memberikan pendapatan kepada investor berupa bunga atau kupon.
Syariah menyebutkan bahwa secara umum terdapat beberapa karakteristik
obligasi sebagai instrumen utang jangka panjang adalah :
1. Obligasi merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum.
2. Memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo sebagaimana yang
tersebut dalam surat obligasi.
3. Obligasi dapat memberikan pendapatan tetap secara periodik dan besarnya
persentase pembayaran yang diberikan secara periodik ini didasarkan atas
pembayaran persentase tertentu atas nilai nominalnya atau disebut pembayaran
kupon (coupon).
4. Ada nilai nominal yang disebut dengan nilai pari, par-value, stated value, face
value, atau nilai kupon.
2.1.3 Jenis-Jenis Obligasi
Heru Sudarsono dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Syariah menyebutkan
jenis-jenis obligasi, diantaranya yaitu :
1. Berdasarkan Penerbitan, obligasi berdasarkan penerbitan dibagi menjadi
empat, yaitu Obligasi Pemerintah Pusat, Obligasi Pemerintah Daerah, Obligasi
Badan Usaha Milik Negara, dan Obligasi Perusahaan Swasta.
2. Berdasarkan Jaminan, dibagi menjadi enam yaitu Unsecured bonds /
debentures atau obligasi tanpa jaminan, Indenture atau obligasi dengan
jaminan, Mortgage bond atau obligasi yang dijamin dengan properti,
certificates atau obligasi yang dijamin aset tertentu, Collateralized mortgage
atau obligasi yang dijamin pool of mortgages atau portofolio mortgage-backed
securities.
3. Berdasarkan Jenis Kupon, dibagi menjadi Fixed rate yaitu obligasi yang
memberikan tingkat kupon tetap sejak diterbitkan hingga jatuh tempo,
Floating rate yaitu obligasi yang tingkat bunganya mengikuti tingkat kupon
yang berlaku di pasar, dan Mixed rate yaitu obligasi yang memberikan tingkat
kupon tetap untuk periode tertentu.
4. Berdasarkan Peringkatnya, yaitu Investement grade bonds dengan ketentuan
minimal BB+, Non-investment-grade bonds dengan ketentuan CC atau
speculative bond, dan D atau junk bond.
5. Berdasarkan Kupon, yaitu Coupon bonds pada obligasi berkupon dan Zero
coupon bonds untuk obligasi nirkupon.
6. Berdasarkan Call Feature, yaitu Freely collable bond adalah obligasi yang
dapat ditarik kembali oleh penerbitnya setiap waktu sebelum masa jatuh
tempo, Non-collable bond yaitu setelah obligasi diterbitkan dan terjual tidak
dapat dibeli/ditarik kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh
tempo, Deffered collable bond adalah kombinasi antara freely collable bond
dan non-collable bond.
7. Berdasarkan Konversi, dibagi menjadi Convertible bond yaitu obligasi yang
dapat ditukarkan saham setelah jangka waktu tertentu dan Non-convertible
2.1.4 Obligasi Syariah (Sukuk)
Secara terminologi shak (sukuk) adalah sebuah kertas (buku) atau catatan
yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan
jumlah tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut. Kata
sukuk juga berasal dari bahasa Persia yaitu ‘jak’, lalu masuk dalam bahasa Arab
dengan nama ‘shak’. Shak adalah asal kata dari kata cek atau cheque yang
terdapat dalam bahasa Inggris dimana ia pada dasarnya adalah surat hutang
(Hamid, 2009).
Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya yang menggunakan istilah ‘bond’, dimana istilah bond mempunyai
makna loan (hutang), dengan menambahkan ‘Islamic’ maka sangat kontradiktif
maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan) adalah
interest, sedangkan dalam Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan.
Untuk itu sejak tahun 2007 istilah ‘bond’ ditukar dengan istilah sukuk
sebagaimana disebutkan dalam peraturan di Bapepam LK (Rodoni, 2009).
Pada dasarnya sukuk adalah suatu bentuk sekuritisasi aset. Berbeda dengan
obligasi konvensional, di dalam transaksi sukuk harus dilandasi oleh aset yang
berwujud (tangible asset). Pendapatan yang diperoleh dari sukuk ini pun berasal
dari pemanfaatan dana yang tepat dan dijamin oleh aset yang riil. Di dalam
sukuk, underlying aset dibutuhkan sebagai jaminan bahwa penerbitan sukuk
didasarkan nilai yang sama dengan aset yang tersedia. Oleh karenanya, aset harus
memiliki nilai ekonomis, baik berupa aset berwujud atau tidak berwujud,
asset tersebut adalah : (i) untuk menghindari riba, (ii) sebagai prasyarat untuk
dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan (iii) akan menentukan
jenis struktur sukuk. Dalam sukuk ijarah al muntahiya bittamliek atau ijarah-sale
and lease back, penjualan aset tidak disertai penyerahan fisik aset tetapi yang
dialihkan adalah hak manfaat (beneficial title) sedangkan kepemilikan aset (legal
title) tetap pada obligor. Pada akhir periode sukuk, SPV wajib menjual kembali
aset tersebut kepada obligor.
Mengacu pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor 130/Bl/2006 tentang Penerbitan Efek Syariah, sukuk
didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak
terbagi atas : (1) kepemilikan aset berwujud tertentu; (2) nilai manfaat dan jasa
atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau (3) kepemilikan atas
aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Menurut Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institution (AAOIFI, 2002), sukuk adalah sertifikat yang menunjukkan nilai yang
sama setelah penutupan subscription, penerimaaan dari nilai atas sertifikat dan
meletakkannya untuk digunakan sebagaimana rencana, pemilikan saham dan hak
atas asset yang nampak, penggunaan dan jasa, dan equity atas proyek yang
disebutkan atau equity atas aktivitas investasi tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN), Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing (pasal 1).
Menurut fatwa DSN No. 69/DSN-MUI/VI/2008, Surat Berharga Syariah Negara
atau dapat disebut Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan aset.
Sedangkan Sukuk Negara Ritel adalah Surat Berharga Negara (SBN) yang
diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang diperuntukkan bagi investor
individu warga negara Indonesia. Sukuk Negara Ritel diterbitkan dalam bentuk
tanpa warkat (scripless), namun kepada para investor akan diberikan Surat Bukti
Kepemilikan.
Dalam UU No.19/2008 dikatakan bahwa underlying asset adalah aset
SBSN, dimana aset SBSN adalah obyek pembiayaan SBSN dan/atau barang milik
negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan
maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN
dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN. Adapun yang dimaksud barang milik
negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) atau berasal dari perolehan lain yang sah.
Tujuan utama pemerintah menerbitkan sukuk negara adalah untuk membiayai
APBN, termasuk membiayai pembangunan proyek. Sebagaimana disebutkan
pada pasal 4 UU SBSN bahwa tujuan SBSN diterbitkan adalah untuk membiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara termasuk membiayai pembangunan
proyek. Proyek yang dapat dibiayai dengan sukuk negara adalah sektor energi,
telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan, perumahan.
1. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
2. Memperkaya instrumen pembiayaan fiskal.
3. Memperluas dan mendiversifikasi basis investor SBN.
4. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di
dalam negeri.
5. Mengembangkan alternatif instrumen investasi.
6. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara dan mendorong tertib
administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
Departemen Keuangan sebagai pihak yang merepresentasikan pemerintah
menegaskan bahwa dalam setiap penerbitan sukuk atau surat berharga syariah
negara, tidak ada aset negara yang dijual atau digadaikan.
Ketentuan penggunaan aset negara sebagai underlying asset penerbitan
sukuk diatur dalam UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara adalah sebagai berikut :
a. Hanya hak manfaat atas aset SBSN yang dijual/disewakan kepada SPV yang
dibentuk Pemerintah berdasarkan UU No. 19 tahun 2008.
b. Tidak ada pemindahan hak kepemilikan (legal title) BMN (Barang Milik
Negara).
c. Tidak ada pengalihan fisik BMN, sehingga tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas kepemerintahan.
Saat jatuh tempo Sukuk Negara atau terjadi default (gagal bayar), BMN
tetap dikuasai pemerintah berdasarkan purchase & sale undertaking agreement.
DPR memberikan persetujuan atas jumlah SBSN/Sukuk Negara yang diterbitkan
dan atas jumlah aset SBSN yang dipergunakan dalam penerbitan Sukuk Negara
dimaksud.
2.1.5 Perbandingan Sukuk dengan Produk Konvensional dan Obligasi
Adapun perbandingan sukuk dengan produk konvensional dan
perbandingan sukuk dengan obligasi, disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Sukuk dengan Produk Konvensional
PEMBANDING SUKUK
Obligasi Surat obligasi murni
mewakili hutang kepada
penerbit.
Sukuk mewakili pihak yang
memiliki aset yang berwujud
atau jelas, kegiatan ekonomi
dan jasa.
Saham Saham mewakili pihak
yang memiliki seluruh
perusahaan.
Sukuk diterbitkan oleh
perusahaan akan menunjukan
kepemilikan atas aset,
proyek, jasa, dan kegiatan
tertentu terkait perusahaan.
Produk Derivatif Produk derivatif mewakili
turunan berganda dari
kontrak yang berbeda yang
dibuat berdasarkan kontrak
dasar utama.
Sukuk hanya berhubungan
dengan satu kontrak dan
memelihara kesinambungan
Sekuritisasi Sekuritisasi secara umum
berhubungan dengan
peng-ubahan pinjaman dan
berbagai jenis tagihan
menjadi sekuritas yang
dapat dipasarkan melalui
penggabungan pinjaman
menjadi satu kesatuan
kemudian menjual
kepe-milikannya.
Sukuk adalah sertifikat
dengan nilai yang sama yang
mewakili bagian kepemilikan
yang sepenuhnya terhadap
aset yang tangibel, manfaat
dan jasa, kepemilikan aset
atas suatu proyek, atau
kepemilikan dalam aktivitas
investasi khusus (Standar
AAOIFI).
Sumber : Adam (2006)
Tabel 2.2 Perbandingan Sukuk dan Obligasi
Deskripsi Sukuk Obligasi
Penerbit Pemerintah dan
korporasi
Pemerintah dan
korporasi
Sifat instrumen Sertifikat kepemilikan /
penyertaan atas suatu
aset / investasi
Instrumen pengakuan
utang (surat utang)
Penghasilan Imbalan / bagi hasil /
margin
Bunga / kupon / capital
gain
Jangka waktu Pendek - menengah Menengah - panjang
Underlying Perlu Tidak perlu
Price Market price Market price
Jenis investor Syariah dan
konvensional
Konvensional
trustee investor
Penggunaan dana Harus sesuai syariah Bebas
Sumber : Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah
2.1.6 Sejarah Obligasi Syariah (Sukuk)
Dalam periode klasik, sukuk berasal dari bentuk jamak dalam bahasa Arab
yakni ‘sak’ bermakna akta atau sertifikat kepemilikan. Sumber lain menyebutkan,
kata tersebut kemudian menjadi asal dari kata ‘cheque’ dalam bahasa Eropa yang
berarti sebuah dokumen yang merepresentasikan sebuah kontrak (contracts) atau
pengalihan kepemilikan (conveyance of rights), obligasi (obligations) atau
kewajiban yang harus dipenuhi (monies done) berdasarkan prinsip syariah.
Namun demikian, fakta historis menunjukkan bahwa sukuk merupakan
produk yang digunakan secara luas pada abad pertengahan Islam untuk
mentransfer kewajiban keuangan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan
komersial lainnya (Kholis, 2011).
Literatur lain menceritakan hal senada bahwa sukuk secara umum
digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad
pertengahan. Fakta historis menunjukkan bahwa sukuk secara nyata digunakan
secara luas oleh masyarakat muslim pada abad pertengahan dalam bentuk surat
berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan yang berasal dari perdagangan
dan kegiatan komersial (Kholis, 2011).
Dalam perkembangannya, upaya mengembangkan dan meluncurkan surat
Yordania. Pemerintah setempat mengizinkan Bank Islam Jordan menerbitkan
obligasi Islami yang dikenal dengan obligasi mukharadah. Hal ini kemudian
diikuti dengan diterbitkannya Muqaradah Bond Act 1981. Upaya senada juga
dilakukan Pakistan yang menerbitkan undang-undang (UU) khusus yang disebut
Peraturan tentang Perusahaan Mudharabah dan Aturan Pengembangan dan
Kontrol Mudharabah 1980. Sayangnya, tidak satu pun dari semua upaya ini yang
menghasilkan aktivitas berarti karena minimnya infrastruktur yang sesuai dan
kurangnya transparansi dalam pasar tersebut. Penerbitan obligasi Islam yang
pertama kali sukses adalah Government Investment Issues (GII) – sebelumnya
dikenal dengan Government Investment Certificate (GIC) – yang dilakukan oleh
pemerintah Malaysia pada 1983. Namun, langkah inovasi yang ada lamban dan
institusi finansial Islam saat itu tidak dapat mengembangkan pasar aktif bagi
sekuritas tersebut. Berikutnya, kesuksesan sekuritisasi aset dalam pasar
konvensional menghadirkan kerangka yang justru dapat diaplikasikan untuk aset
Islam. Pada akhir 1990, struktur berbasis aset yang cukup diakui dalam bentuk
sukuk dikembangkan di Bahrain dan Malaysia. Struktur ini menarik perhatian
investor dan peminjam karena dianggap kendaraan potensial untuk
mengembangkan pasar kapital Islam (Kholis, 2011).
2.1.7 Jenis – Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)
Sukuk dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk syariah
ijarah, dan istisna’. Namun karena prinsip mudharabah adalah dasar untuk semua
sukuk, kategori lain dari sukuk adalah :
1. Sukuk Mudharabah (Sanadatul Muqaradah)
Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam
meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam suatu
perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikat yang mewakili proyek atau
kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah dengan menunjuk
pihak lain sebagai mudharib untuk manajemen bisnis.
2. Sukuk Musyarakah
Sukuk ini merupakan sertifikat nilai yang sama yang diterbitkan untuk
memobilisasi dana, yang digunakan berdasarkan persekutuan/firma
sehingga pemegang-pemegangnya menjadi pemilik dari proyek yang
relevan atau memiliki aset berdasarkan bagian masing-masing yang
merupakan bagian dari portofolio aset mereka.
3. Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang
keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa
beli (lease), sewa dimana pembayaran return pada pemegang sukuk.
4. Sukuk Istisna’
Istisna’ adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau
pembayaran di masa depan dan pengiriman di masa depan dari
5. Sukuk Salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga di muka, yang dibuat
untuk barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan
menjual komoditas yang diurus sebelum menerimanya.
6. Sukuk Murabahah
Sukuk ini merupakan “sukuk berharga” yang mewakili obligasi moneter,
yang dikeluarkan untuk transaksi penjualan kredit oleh bank, tidak dapat
menciptakan instrumen yang dapat diperjualbelikan. Sukuk murabahah ini
lebih memungkinkan digunakan untuk hal yang berhubungan dengan
pembelian barang untuk sektor publik.
7. Sukuk Portofolio Gabungan (Sekuritas)
Bank dapat membuat sekuritas gabungan dari kontrak musyarakah, ijarah,
dan beberapa mudharabah, salam, istisna’, dan ju’alah (kontrak untuk
melaksanakan tugas tertentu dengan menetapkan pembayaran pada periode
tertentu). Return/risiko pada sekuritas tersebut akan bergantung pada
gabungan kontrak yang dipilih.
2.1.8 Ketentuan Umum Obligasi Syariah (Sukuk)
Dalam pelaksanaannya, obligasi syariah memiliki beberapa ketentuan,
1. Pelaksanaan obligasi syariah mulai dari awal sampai akhir harus terhindar dari
format dan substansi akad yang berkaitan dengan riba (pembungaan uang) dan
gharar (spekulasi murni atau terdapat unsur judi).
2. Transaksi obligasi syariah harus berdasarkan konsep muamalah yang sejalan
syariah seperti akad kemitraan (musyarakah dan mudharabah), jual beli
barang (murabahah, salam, dan istishna’, atau jual beli jasa).
3. Usaha yang dilakukan emiten berhubungan dengan dana sukuk yang dikelola
harus terhindar dari semua unsur-unsur non halal.
4. Pemberian pendapatan dapat dilakukan secara periodik (sesuai karakter
masing-masing akad).
5. Tidak semua sertifikat sukuk dapat diperjualbelikan dan tidak semua
pendapatan dapat bersifat mengambang (floating) atau indikatif.
6. Pengawasan terhadap pelaksanaan dilaksanakan oleh DPS (Dewan Pengawas
Syariah) dan aspek syariah dan oleh wali amanat dari segi operasional
lapangan khususnya terhadap usaha emiten.
7. Apabila emiten melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian,
dilakukan pengembalian dana investor dan dibuat surat pengakuan utang.
8. Jasa asuransi syariah dapat digunakan sebagai alat perlindungan risiko aset
sukuk.
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan umum obligasi syariah harus terpenuhi
guna tercapainya tujuan syariah. Ketentuan di atas menjelaskan bahwa sudah
sesuai dengan akad dalam muamalah, ditempatkan di sektor usaha yang halal,
serta diawasi secara ketat oleh Dewan Pengawas Syariah.
2.1.9Prinsip Obligasi Syariah (Sukuk)
Sejalan dengan ketentuan-ketentuan di atas. Maka ada beberapa prinsip yang
seharusnya dilaksanakan dalam praktik obligasi syariah.
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan hanya untuk suatu transaksi atau suatu kegiatan usaha yang
spesifik dimana harus dapat diadakan pembukuan yang terpisah untuk
menentukan manfaat yang timbul. Hasil investasi yang akan diterima pemilik
dana merupakan fungsi dari manfaat yang diterima dari dana/harta hasil
penjualan sukuk, bukan dari kegiatan usaha yang lain.
2. Bila pemilik dana tidak harus menaggung rugi maka pemilik dana harus
mengikat diri (akad jaiz) untuk menanggung semua biaya dari kegiatan usaha
yang melebihi pendapatan usaha.
3. Pemilik dana dapat menerima dari pendapatan (revenue sharing) bila pemilik
usaha (emitten) mengikat diri untuk membatasi penggunaan pendapatan
sebagai biaya usaha.
2.1.10 Konsep Dasar Syariah
[image:36.595.121.504.242.505.2]
dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan. Konsep dasar syariah ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Konsep Dasar Syariah
2.1.11 Landasan Hukum Syariah
Asal mula munculnya obligasi syariah (sukuk) ini tentu saja sangat
berhubungan dengan landasan hukum syariah yang mengharamkan bunga (riba)
yang didapat dari obligasi konvensional (non-syariah), oleh karena itu muncullah
Adapun beberapa landasan hukum syariah tersebut adalah :
- “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S.
Al-Baqarah : 275)
- “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa”. (Q.S. Al-Baqarah : 276)
- “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.
(Q.S. Al-Baqarah : 278)
- “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (dirugikan)”. (Q.S. Al-Baqarah
- “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan”. (Q.S. Ali-Imran: 130).
- “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”. (Q.S. Ar Rum: 39)
- “Dari Jabir ra, bahwa Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan
riba, orang yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya.”
Kemudian beliau berkata, “Mereka semua adalah sama”. (H.R. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata, “Jauhilah tujuh
perkara yang membinasakan” Para sahabat bertanya, “Apa saja tujuh
perkara tersebut wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menyekutukan
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT kecuali dengan
jalan yang benar, memakan riba, mamakan harta anak yatim, lari dari
medan peperangan dan menuduh berzina pada wanita-wanita mu’min yang
sopan yang lalai dari perbuatan jahat”. (H.R. Muttafaqun Alaih).
2.1.12 Daftar Sukuk dan SBSN
Adapun daftar sukuk dan SBSN berdasarkan Daftar Efek Syariah
Tabel 2.3
Daftar Sukuk Berdasarkan Daftar Efek Syariah
No. Nama Sukuk Penerbit
1. Obligasi Syariah Ijarah PLN I Tahun 2006 PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
2. Sukuk Ijarah Indosat II Tahun 2007 PT Indosat Tbk
3. Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun
2007
PT Berlian Laju tanker Tbk
4. Sukuk Mudharabah I Adhi Tahun 2007 PT Adhi Karya (Persero) Tbk
5. Sukuk Ijarah PLN II Tahun 2007 PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
6. Sukuk Ijarah Indosat III Tahun 2008 PT Indosat Tbk
7. Sukuk Mudharabah I Mayora IndahTahun
2008
PT Mayora indah Tbk
8. Sukuk Ijarah I Summarecon Agung Tahun
2008
PT Summarecon Agung Tbk
9. Sukuk Ijarah Aneka Gas Industri I Tahun
2008
PT Aneka Gas Industri
10. Sukuk Ijarah Metrodata Electronics ITahun
2008
PT Metrodata Electronics Tbk
11. Sukuk Subordinasi Mudharabah Bank
Muamalat Tahun 2008
PT Bank Syariah Muamalat
Indonesia Tbk
12. Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri A PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
13. Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri B PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
14. Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II
Tahun 2009 Seri A
PT Matahari Putra Prima Tbk
15. Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II
Tahun 2009 Seri B
PT Matahari Putra Prima Tbk
No. Nama Sukuk Penerbit
2009 Seri A
17. Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun
2009 Seri B
PT Berlian Laju Tanker Tbk
18. Sukuk Ijarah I Bakrieland Development
Th. 2009 seri B
PT Bakrieland Development
Tbk
19. Sukuk Ijarah Salim Ivomas Pratama I
Tahun 2009
PT Salim Ivomas Pratama
20. Sukuk Ijarah Pupuk Kaltim I Tahun 2009 PT Pupuk Kalimantan Timur
21. Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri
A
PT Indosat Tbk
22. Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri B PT Indosat Tbk
23. Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun
2009 Seri A
PT Mitra Adiperkasa Tbk
24. Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun
2009 Seri B
PT Mitra Adiperkasa Tbk
25. Sukuk Ijarah PLN IV Tahun 2009 Seri A PT Perusahaan Listrik
Negara(Persero)
26. Sukuk Ijarah PLN IV Tahun 2009 Seri B PT Perusahaan Listrik
Negara(Persero)
27. Sukuk Ijarah Titan Nusantara I Tahun 2010 PT Titan Petrokimia Nusantara
28. Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri A PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
29. Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri A PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero)
30. Sukuk Mudharabah I Bank Nagari Tahun
2010
PT Bank Pembangunan Daerah
Sumatra Barat (Bank Nagari)
31. Sukuk Mudharabah Bank Sulselbar
I Tahun 2011
PT Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan
Tabel 2.4
Daftar SBSN Berdasarkan Daftar Efek Syariah
No. SBSN Tahun Terbit Penerbit
1. SBSN Seri IFR0001 2008 Pemerintah RI
2. SBSN Seri IFR0002 2008 Pemerintah RI
3. SBSN Seri IFR0003 2009 Pemerintah RI
4. SBSN Seri IFR0004 2009 Pemerintah RI
5. SBSN Seri IFR0005 2009 Pemerintah RI
6. SBSN Seri IFR0006 2009 Pemerintah RI
7. SBSN Seri IFR0007 2009 Pemerintah RI
8. SBSN Seri IFR0008 2009 Pemerintah RI
9. Sukuk Ritel Seri SR-0001 2010 Pemerintah RI
10. Sukuk Ritel Seri SR-0002 2010 Pemerintah RI
11. Sukuk Global SNI 14 2010 Pemerintah RI
12. Sukuk Ritel Seri SR-0003 2011 Pemerintah RI
13. SBSN Seri IFR 0009 2011 Pemerintah RI
14. SBSN Seri IFR 0010 2011 Pemerintah RI
15. SPN - S03022012 2011 Pemerintah RI
Sumber: Bapepam dan LK
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Sejumlah penelitian mengenai pertumbuhan dan perkembangan obligasi
syariah (sukuk) di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu
dengan hasilnya masing-masing. Ikhtisar beberapa hasil penelitian terdahulu
Tabel 2.5
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tim Studi Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia
(2004)
Studi Tentang Investasi Syariah di
Pasar Modal Indonesia.
Perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai oleh sektor perbankan.
Devi Prasetya (2008)
Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi
Syariah Ijarah di
Indonesia
Kinerja perusahaan setelah penerbitan obligasi syariah menunjukkan perbedaan yang positif, dimana kinerja perusahaan menjadi lebih baik.
Dr. Ir. H. Roikhan, M.A., M.M.
(2009)
Perkembangan
Transaksi Syariah Muamalah Pada Sukuk / SBSN di Indonesia dan Malaysia dalam
Konsep Kaffah
Thinking.
Nilai Sukuk Indonesia (SI) pada
tahun 2015 berada di atas Sukuk Malaysia (SM). Analisis kebijakan SI dipengaruhi oleh sensitivitas SBI dan market share, sedangkan prospek SI diperoleh dari intervensi struktural melalui insentif pajak dan penerbitan SBSN.
Hasan Fawzi (2010)
Valuasi Harga Pasar Wajar Sukuk.
Valuasi harga pasar wajar sukuk dipengaruhi oleh kualitas dan perkembangan kondisi asetnya, bukan kondisi penerbitnya.
Sumber: diolah penulis, 2011
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model koseptual mengenai bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
Sebagai salah satu instrumen investasi yang sangat menjanjikan, sukuk
yang mampu bersaing dengan instrumen investasi lain yang lebih dahulu hadir,
memberikan gambaran tentang prospek yang bagus, baik di masa sekarang
maupun di masa yang akan datang. Oleh karena itu, dibutuhkanlah suatu analisis
yang menjelaskan tentang proses perjalanan sukuk selama ini serta prospeknya
pada masa yang akan datang guna memberikan masukan dan motivasi kepada
seluruh masyarakat, khususnya para investor di Indonesia untuk melirik serius
pasar sukuk ini.
Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian
[image:43.595.78.508.390.734.2]terdahulu, maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Obligasi Syariah (Sukuk)
Sukuk di Beberapa Negara Lain Malaysia Arab Saudi Yordania Senegal Palestina Perancis Inggris Sukuk di Indonesia Sukuk Korporasi Sukuk Negara
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembanagn Sukuk di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang tidak bersifat menguji hipotesis, melainkan dimaksudkan untuk
mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai berbagai variabel atau
bersifat mendeskripsikan keadaan masa lampau atau fenomena yang sedang
terjadi saat ini (Danim, 2002).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data – data yang
dikumpulkan terlebih dahulu oleh penulis, yaitu berasal dari laporan keuangan
emiten, website terkait, jurnal ekonomi syariah, makalah – makalah seminar yang
diikuti, dan berbagai sumber yang berhubungan lainnya, sehingga tempat
dilakukannya penelitian tidak dapat dinyatakan secara spesifik.
Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama bulan
Desember 2011 sampai dengan Februari 2012, sehingga data yang diperoleh
adalah benar – benar data akhir, yaitu sampai dengan akhir tahun 2011.
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, yang kebanyakan sudah dalam bentuk
publikasi (Muhammad, 2008).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data sekunder, penulis menggunakan dua metode
pengumpulan data yaitu :
a. Metode Pengamatan/Observasi
Metode ini menuntut adanya pengamatan dari seorang peneliti baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti. Data yang
diamati terbatas pada pokok masalah saja, sehingga fokus perhatian lebih
tajam.
b. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa data – data
tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran
tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah
penelitian. Metode ini berproses dan berawal dari menghimpun dokumen,
memilih – memilih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, mencatat
dan menerangkan, menafsirkan dan menghubung – hubungkan dengan
fenomena lain.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data, menyusun, dan menginterpretasikan sehingga diperoleh hasil
berupa gambaran yang jelas tentang pertumbuhan dan perkembangan obligasi
syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2011.
[image:46.595.107.524.270.595.2]3.6 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap Penelitian Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul Penyetujuan Proposal Pengumpulan Data Analisis Data Bimbingan Skripsi Penyelesaian Skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Sukuk merupakan segmen yang paling cepat pertumbuhannya di pasar
keuangan syariah, bahkan juga paling cepat di antara segmen lain di pasar
keuangan global. Hal ini dikarenakan sukuk telah berhasil menarik komunitas
bisnis di seluruh dunia. Sukuk telah meletakkan keuangan syariah sebagai sebuah
industri yang layak dan menjadi aset yang tidak hanya tertuju bagi negara Islam,
tetapi juga menjadi bagian dari pasar keuangan internasional. Penerbitan sukuk
telah memberikan bentuk pembiayaan baru. Berikut ini adalah gambaran singkat
tentang sejauh mana pertumbuhan dan perkembangan sukuk di Indonesia dan
beberapa negara lain.
4.1.1 Sukuk di Indonesia
Sejak penerbitan sukuk pertama di Indonesia oleh PT Indosat pada tahun
2002 dengan akad mudharabah dengan nilai 175 miliar rupiah, sukuk terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan industri pasar modal
syariah di Indonesia yang juga sedang tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai
dengan adanya peningkatan baik dari sisi nilai emisi sukuk maupun jumlah emiten
baru yang menerbitkan sukuk. Penerbitan sukuk di Indonesia telah memiliki
Peraturan tersebut adalah Peraturan IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah, Peraturan IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan
Efek Syariah, dan Peraturan II.K.1 tentang kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah. Bapepam-LK juga sedang melakukan penyempurnaan dan penyusunan
peraturan-peraturan terkait dengan pasar modal syariah.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga sedang mengkaji untuk menerbitkan
sukuk berbasis proyek guna membiayai infrastruktur yang tertuang dalam APBN.
4.1.2 Sukuk di Beberapa Negara Lain
a. Sukuk di Malaysia
Malaysia menyumbang hingga 69 persen atau setara US$ 43,5 miliar dari
total penerbitan sukuk global. Di Malaysia, pembangunan fasilitas umum
dan infrastruktur telah banyak yang berhasil dibiayai oleh sukuk proyek.
Pembangunan yang bersumber dari sukuk proyek tidak hanya berkutat di
sektor transportasi, tetapi juga merambah rumah sakit, pembangkit listrik,
perumahan, jalan tol, bandara, bahkan sirkuit.
b. Sukuk di Arab Saudi
Arab Saudi berpotensi menjadi pemimpin penerbitan sukuk di dunia,
Namun hal tersebut terkendala karena belum adanya dukungan pemerintah
sebagai akibat dari kekhawatiran terhadap krisis global. Bursa efek Saudi
(Tadawul) yang telah ada sejak tahun 2009, belum mampu menarik sukuk
mempertimbangkan penerbitan sukuk pada tahun 2012 untuk membantu
pendanaan proyek-proyek tertentu.
c. Sukuk di Yordania
Yordania
berencana mengeluarkan
itu rencananya bakal bernilai 759 miliar dolar AS
berguna untuk mengatasi defisit keuangan dan juga menjalankan sejumlah
proyek infrastruktur. Sebelumnya negara ini menerbitkan obligasi
internasional dengan kupon 4,94 persen. Yordania membidik para investor
asal Eropa. Namun, tidak tertutup kemungkinan untuk negara Teluk
lainnya dan sejumlah negara Asia.
d. Sukuk di Senegal
Senegal seakan juga tidak mau ketinggalan mencari sumber pendanaan
melalui penerbitan obligasi syariah atau sukuk. Maka Negara di Afrika ini
mengeluarkan sukuk pada awal 2011 yang lalu.
Senegal yang memiliki populasi Muslim hingga 94 persen dari total
penduduknya, memiliki potensi kuat bagi perbankan syariah. Sym
Internasional merupakan perusahaan penasihat keuangan yang melayani
investor internasional yang hendak menanamkan modalnya di negara
Afrika Barat ini. Di saat banyak negara Afrika terjerumus dalam
perselisihan politik dan kudeta, negara ini justru muncul sebagai titik
penghubung yang stabil bagi bisnis di kawasan itu, Senegal merupakan
dan kondisi ini terdapat di Senegal. Kondisi itu membuat minat investasi
meningkat seiring dengan kenaikan produksi minyak di Teluk.
e. Sukuk di Palestina
Palestine Monetary Authority menerbitkan sukuk senilai US$50 juta pada
Desember tahun 2011. Rencana penjualan sukuk ini telah tertunda dari
jadwal semula pada kuartal kedua tahun 2011 karena memerlukan
persetujuan dari parlemen. International Monetary Fund (IMF) telah
memprediksi pertumbuhan ekonomi di Jalur Gaza dan Tepi Barat
mengalami pelemahan menjadi 7% dari semula 9%. Chief Economist
National Commercial Bank yang berbasis di Jeddah, Jarmo Kotilane
menilai banyak investor yang berminat menanamkan dananya untuk
mengambil keuntungan dari kawasan tersebut, termasuk juga yang
bersimpati terhadap Paletina karena sukuk adalah salah satu upaya untuk
memobilisasi dana bagi Palestina.
f. Sukuk di Perancis
Awal tahun 2011 Perancis mengeluarkan obligasi syariah pertama (sukuk)
di negara tersebut. Persetujuan akan hal ini telah dilakukan Agustus 2010
lalu. Sejumlah struktur pendanaan Islam lain termasuk sukuk, ijarah dan
murabahah juga telah disetujui penggunaannya. Sementara untuk struktur
lainnya seperti badan investasi, wakalah dan mudharabah masih dalam
proses. Setelah kerangka hukum disetujui, hal ini akan menjadi pintu bagi
korporasi untuk menerbitkan sukuk di Perancis, namun dengan sedikit
g. Sukuk di Inggris
Perusahaan investasi berbasis syariah, Solum Asset Management, yang
berkedudukan di Inggris akan menerbitkan untuk pertama kalinya sukuk
investasi di kuartal pertama 2012. Sukuk ini akan lebih menjadi media
investasi daripada instrumen utang. Sukuk investasi yang akan diterbitkan
senilai 200 juta poundsterling atau sekitar 310 juta dolar AS. Tidak seperti
sukuk tradisional yang mirip dengan produk surat utang konvensional,
sukuk investasi ini akan memberikan imbal hasil (yield) tahunan 4-6
persen. Perusahaan ini mencari produk keuangan syariah yang berbeda
dengan instrumen utang pada keuangan konvensional.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Sukuk Negara
Sukuk negara ritel adalah sukuk negara yang dijual kepada individu atau
perorangan warga negara Indonesia. Sukuk negara sendiri merupakan surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas
bagian penyertaan terhadap aset sukuk negara ritel, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
Tujuan penerbitan sukuk ritel antara lain diversifikasi sumber pembiayaan
APBN, memperluas basis investor surat berharga negara di pasar domestik, dan
Selain itu, juga dapat memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk
berinvestasi dalam instrumen pasar modal yang amanah dan menguntungkan,
serta memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong transformasi dari
saving oriented society menjadi investment oriented society.
Mengenai keuntungan investasi sukuk ritel tersebut pembayaran nilai
nominal atau pokok dan imbalan dijamin oleh undang-undang, tingkat imbalan
tetap hingga jatuh tempo, dan dibayarkan setiap bulan. Bahkan, tarif pajak yang
dikenakan lebih rendah atau 15 persen, dan dapat diperdagangkan di pasar
sekunder.
4.2.2 Sukuk Korporasi
Perkembangan sukuk korporasi di Indonesia dilihat dari nilai emisi
maupun jumlah penerbitan dapat dikatakan sangat lambat. Sedangkan saat
ini tengah terjadi booming sukuk di pasar keuangan internasional. Terutama di
negara-negara Timur Tengah, Asia Tenggara (Malaysia), bahkan mulai merambah
pasar Eropa dan Amerika.
Masalah dalam pengembangan sukuk korporasi di Indonesia lebih
didominasi aspek pelaku pasar dan regulasi. Minimnya pemahaman pelaku pasar
modal dan keterbatasan SDM membuat pasar sukuk lambat bergerak, dan juga
4.3 Pembahasan
Perkembangan sukuk di Indonesia sesungguhnya bermula karena adanya
inisiatif dari swasta. Dukungan yang kurang dari pemerintah dan regulator
terhadap perkembangan sukuk ini, menyebabkan posisi Indonesia dalam pasar
keuangan syariah global tidak mendapatkan tempat yang semestinya. Dengan
diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di
Indonesia bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat
investor terhadap sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukkan dari
perkembangan sukuk global saat ini.
Pasar sukuk di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Pertama,
pasar keuangan syariah di Indonesia tidak terlalu likuid. Disebabkan oleh pangsa
pasarnya yang relatif kecil, yaitu kurang dari 5% dari seluruh sistem keuangan di
Indonesia. Kecilnya pangsa pasar keuangan syariah ini diperkirakan akan
menyebabkan pertumbuhan pasar sukuk domestik akan tetap terbatas. Oleh
karenanya, bila langkah pemerintah menerbitkan sukuk domestik berhasil,
selanjutnya perlu dibuka pasar sukuk global sebagai benchmark bagi penerbitan
sukuk global lainnya, baik sovereign sukuk maupun corporate sukuk.
Selain itu, regulasi yang masih dirasakan menghambat perkembangan
pasar sukuk domestik juga perlu dibenahi, sebagaimana yang terdapat dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/12 tahun 2004. Dalam PBI tersebut, bank
yang memiliki sukuk agar memegangnya hingga jatuh tempo. Meski aturan ini
penting untuk menjaga aspek kesyariahan bank syariah, namun PBI ini perlu
Kedua, belum adanya kepastian masalah perpajakan terkait dengan
transaksi yang melibatkan investor sukuk. Permasalahan perpajakan ini tidak
hanya terkait dengan sukuk, namun menyangkut transaksi keuangan syariah secara
keseluruhan. Isu yang paling mengemuka adalah adanya double taxation dalam
transaksi keuangan syariah.
Ketiga, kebanyakan produk keuangan syariah bersifat “debt-based” atau
“debt-likely”. Padahal, idealnya keuangan syariah adalah “profit-loss sharing”. Ini
terlihat dari komposisi tingkat kupon sukuk yang dibayarkan masih mendasarkan
pada tingkat suku bunga tertentu. Sehingga, tidak mengherankan jika AAOIFI
memberikan penilaian bahwa sekitar 85% sukuk belum sesuai dengan syariah.
Oleh karena itu, bagi Indonesia perlu pengembangan inovasi dan struktur sukuk
yang lebih beragam.
Indonesia juga belum memiliki contoh nyata kegiatan proyek pembangunan
yang menyentuh sektor rill yang berhasil dibiayai sukuk negara maupun sukuk
korporasi. Di Indonesia, sukuk korporasi yang diterbitkan BUMN masih dalam
jumlah kecil dan manfaat finansialnya lebih diperuntukkan bagi kepentingan
bisnis entitasnya.
Di Indonesia, dana yang terhimpun dari penerbitan sukuk negara masuk
ke general budget. Aliran dana sukuk ini kemudian bercampur dengan himpunan
dana dari pos lain yang pemanfaatannya dapat mengalir pada beragam pos
belanja. Hal inilah yang mereduksi peran sukuk sehingga sulit untuk mendeteksi
Sejumlah investor berspekulasi obligasi syariah (sukuk) lebih mungkin
diterbitkan setelah adanya krisis ekonomi global. Hal ini karena kinerja pasar
sukuk relatif baik walau terjadi krisis. Pasar sukuk membaik karena investor
cenderung membeli untuk ditahan, daripada diperdagangkan. Hal ini
membuktikan pasar sukuk menjadi pilihan dengan risiko lebih kecil. Pasar sukuk
ini masih baru dan tidak terlalu likuid dalam pasar pembiayaan. Hal tersebutlah
yang menciptakan peluang.
Memasarkan sukuk tidak semudah memasarkan obligasi konvensional.
Mayoritas pasar baik di sisi penerbit maupun investor belum begitu
mengenal sukuk serta belum paham cost dan benefit pada sukuk. Beberapa
penerbitan sukuk yang merupakan inisiasi dari perusahaan sekuritas, bukan dari
perusahaan penerbit menguatkan indikasi tersebut. Dengan sosialisasi yang
intensif kepada pelaku pasar, pasar sukuk diharapkan akan berkembang dengan
pesat.
Selain itu, orang-orang yang benar-benar memahami sukuk baik dari aspek
fikih maupun finansial masih sangat jarang. Sehingga SDM profesional yang
terlibat langsung baik dalam pemasaran maupun pengelolaan
transaksi sukuk sangat minim jumlahnya.
Memberikan pemahaman yang baik serta meluruskan paradigma tentang
produk syariah menjadi faktor kunci permasalahan. Kemudian, mayoritas SDM
yang benar-benar memahami dasar-dasar fikih Islam sekaligus menguasai ilmu
antara produk sukuk dan obligasi akan menciptakan mekanisme pasar yang lebih
baik.
Selain itu, regulator juga dinilai lambat bereaksi terhadap masalah
ketidakpastian pajak, sehingga berlarut-larut sampai saat ini.
Padahal sukuk korporasi telah diterbitkan sejak tahun 2002. Selama periode
tersebut, untuk menghindari masalah perpajakan, sukuk korporasi terpaksa
berlindung dibawah UU Obligasi dengan menggunakan istilah Obligasi Syariah.
Kemudian, pembahasan UU Perbankan Syariah dan UU Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) di DPR cenderung berlarut-larut, walaupun akhirnya rampung
dan disahkan pada pada pertengahan 2008.
Dengan diterbitkannya sukuk negara, hal ini akan menjadi awal yang baik
sebagai tanda dukungan dan partisipasi pemerintah. Pemberian fasilitas insentif
pada produk baru seperti sukuk adalah sebuah kewajaran, karena sukuk harus
berkompetisi langsung dengan obligasi yang telah mapan di pasar modal.
Melihat kondisi pasar yang sedang bagus seperti sekarang, BUMN juga