• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD)."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN KELUARGA, PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STRATEGI KOPING IBU PADA

ANAK DENGAN GANGGUANAutism Spectrum Disorder (ASD)

LIA MILYAWATI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

LIA MILYAWATI. Family Support, Mother’s Knowledge and Perception of ASD, and Its Correlation with Copping Strategy of Mothers with Autism Spectrum Disorder (ASD) Children. Under guidingMrs. DWI HASTUTI

Autism Spectrum Disorder (ASD) is a developing disorder which is caused by brain destruction, so it makes some disorders in communication, behavior, and social ability. Halroyd and Mc Arthur (1976) in Tobing (2004) said that stress level of mothers with Autism Spectrum Disorder (ASD) children was higher than mothers with Down syndrome children. Therefore, it is needed a copping strategy to reduce it.

The general purpose of this research was to understanding of family support to know mother’s knowledge and perception of ASD, and its correlation with copping strategy used mothers with ASD children. The research uses cross-sectional studi. It has been done at Sekolah Khusus AL-IHSAN in Tangerang and in Cilegon, Banten. The object of the research is mothers with ASD children who are taking some therapy at AL-IHSAN and are willing to interview, so the writer usespurposive approach to get all information are needed for the research. The research itself was begun in February until May 2008 which includes data collecting, data processing, and data analyzing. There are 31 people as research objects. All primer data are processed by using Microsoft Excel and SPSS 10.0 for Windows. For correlation test, the writer usesSpearman and Chi-Square.

Analysis result of correlation between children and family characteristics and family support, mother’s knowledge and perception of ASD shows that only the age of mother and husband have significant correlation and negative correlation with family support. Younger and younger the age of mothers and husbands, family support that they have is getting stronger. But, there is no correlation between the characteristic of children and family with mother’s knowledge of ASD. Beside that, only the age of ASD children and length of therapy have significant correlation with mother’s perception of ASD children. Mother’s perception of ASD children tends to be positive if the age of ASD children is younger and the length of therapy is shorter. The characteristics of family, family support, mother’s knowledge and perception of ASD children do not have correlation significantly with copping strategy that is used mothers as their effort to reduce some pressures in taking care of ASD children.

(3)

DUKUNGAN KELUARGA, PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STRATEGI KOPING IBU PADA

ANAK DENGAN GANGGUANAutism Spectrum Disorder (ASD)

LIA MILYAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

Judul : Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan GangguanAutism Spectrum Disorder (ASD). Nama : Lia Milyawati

NIM : A54104050

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dwi Hastuti, MSc. NIP. 131 918 346

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(5)

RINGKASAN

LIA MILYAWATI. Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan GangguanAutism Spectrum Disorder (ASD). Di bawah bimbinganDWI HASTUTI.

Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan karena adanya kerusakan pada otak sehingga mengakibatkan gangguan dalam berkomunikasi, berperilaku, dan kemampuan bersosialisasi. Halroyd dan Mc Arthur (1976) dalam Tobing (2004) menyatakan bahwa ibu yang memiliki anak ASD memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak Down Syndrome. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi koping yang dapat mengurangi stres ibu yang memiliki anak ASD.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu serta hubungannya dengan strategi koping ibu pada anak dengan gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD). Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga (usia ibu dan suami, lama pendidikan ibu dan suami, jenis pekerjaan ibu dan suami, besar dan tipe keluarga, pendapatan keluarga serta alokasi dana untuk anak ASD), (2) mengidentifikasi dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD, (3) mengetahui strategi koping yang digunakan ibu pada saat ini dan pada saat pertama kali mengetahui anak mengalami gangguan ASD, (4) menganalisis perbedaan antara strategi koping ibu saat pertama kali mengetahui anak ASD dan saat ini, (5) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD, (6) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD dengan strategi koping yang digunakan saat ini.

Disain penelitian menggunakancross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Khusus Al-Ihsan Tangerang dan Cilegon, Banten. Contoh pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak ASD yang sedang terapi di Al-Ihsan dan bersedia untuk diwawancara, sehingga pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Jumlah seluruh contoh sebanyak 31 orang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2008 yang meliputi pengumpulan, pengolahan serta analisis data.

Data primer yang diambil meliputi data karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan contoh mengenai ASD, dukungan keluarga, persepsi contoh terhadap anak ASD, dan strategi koping. Data sekunder yaitu mengenai keadaan umum Sekolah Khusus Al-Ihsan meliputi jumlah terapi, identitas dan jumlah anak ASD, profil sekolah yang diperoleh dari Tata Usaha Yayasan. Data primer diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 10.0 for windows. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dan chi-square.

(6)

tujuh orang dengan besar keluarga sedang dan lebih dari separuh (61.3%) ibu memiliki tipe keluarga inti. Persentase terbesar pendapatan keluarga per bulan yaitu Rp 2,51-5 juta (35.5%) dan dana yang dialokasikan untuk merawat anak ASD lebih dari Rp 1 200 000.00 per bulan (41.9%).

Hampir separuh (45.2%) ibu memperoleh dukungan kurang kuat dari keluarga. Namun lebih dari separuh (51.6%) ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASD dan persepsi terhadap anak ASD yang positif (54.8%).

Lebih dari separuh (54.8%) ibu pada saat pertama kali mengetahui anak menderita ASD menggunakan strategi koping pola III yaitu memahami situasi medis melalui komunikasi antar orangtua dan konsultasi dengan staf medis. Akan tetapi pada saat ini, lebih dari separuh (54.8%) strategi koping yang digunakan oleh ibu adalah pola I yaitu mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis dan tidak ada yang menggunakan strategi koping pola II yaitu memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara strategi koping saat pertama dengan strategi koping yang digunakan contoh pada saat ini.

Hasil analisis hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap ASD menunjukkan bahwa hanya usia ibu dan suami yang berhubungan signifikan dan negatif dengan dukungan keluarga. Semakin muda usia ibu dan suami dukungan keluarga yang diperoleh semakin kuat. Namun tidak terdapat hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan pengetahuan ibu mengenai ASD. Selain itu, hanya usia anak ASD dan lama terapi yang berhubungan signifikan dengan persepsi ibu terhadap anak ASD. Semakin muda usia anak ASD dan semakin singkat anak ASD di terapi, persepsi ibu terhadap anak ASD cenderung semakin positif.

Karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan serta persepsi ibu terhadap anak ASD ternyata tidak berhubungan signifikan dengan strategi koping yang digunakan oleh ibu dalam upaya meringankan tekanan yang dihadapi dalam merawat anak ASD.

Strategi koping yang membantu ibu dalam mengurangi tekanan dalam merawat anak ASD adalah selalu berdoa dan bersyukur kepada Allah atas anugerah yang telah diberikan, percaya kepada terapis, dokter serta keluarga mengenai cara menangani anak ASD, saling bertukar pikiran dengan keluarga, teman dan orangtua yang juga memiliki anak ASD, mencari informasi mengenai ASD dengan membaca buku tentang ASD dan pengalaman orangtua lain yang memiliki anak ASD serta berkonsultasi dengan dokter, meluangkan waktu untuk anak-anak, diri sendiri dan keluarga, optimis dan dapat mengontrol emosi dengan baik, serta melakukan usaha pengobatan dan perawatan untuk anak ASD.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 Juli 1986. Penulis merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara dari pasangan Suganda dan Neni Sukaesih. Pendidikan TK di tempuh penulis pada tahun 1991 di TK Aisiah VI, Sukabumi. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan SD dari tahun 1992 sampai tahun 1998 di SDN Kebon Kawung Sukabumi. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 5 Sukabumi hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Sukabumi dan lulus pada tahun 2004.

(8)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kekuatan, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi berjudul “Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc yang telah membimbing penulis dari awal pembuatan proposal hingga terselesainya skripsi ini dan atas dukungan baik moril maupun spiritual, semangat, waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan.

2. Ir. Melly Latifah, MSi yang telah bersedia menjadi dosen pemandu dalam seminar hasil skripsi dan atas masukan-masukannya.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing akademik selama berada di bangku GMSK.

4. Megawati Simanjuntak, SP selaku dosen penguji skripsi serta atas bantuan, semangat dan dukungannya.

5. Bapak Suganda dan Ibu Neni Sukaesih atas kasih sayang, dukungan, semangat, perhatian dan doanya, Dessi dan Dery Milyawan yang tidak bosan memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

6. Pihak Sekolah Luar Biasa “Mentari Kita” atas kerjasamanya, dukungan serta masukan yang telah diberikan serta orang tua siswa “Mentari Kita” atas kesediaannya untuk meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

7. Pihak Sekolah Khusus Al-Ihsan Tangerang dan Cilegon atas kerjasamanya dan para orang tua siswa Al-Ihsan atas kesediannya untuk meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

8. Keluarga Besar Bapak Prastito, atas bantuan serta dukungan selama pengambilan data di Cilegon, Banten.

(9)

10. Rekan-rekan penelitian: Wieke dan Leni atas kerjasama dan bantuannya. 11. Teman terbaik Yuvee, Fahmi, Lesta, Gustia, Nining, atas dukungan dan

semangatnya.

12. Teman-teman GMSK 41, Ima, Noorma, Venny, Any, Angelica, Suci, Aqsa, Fika, Dhe, Ira, Eka, Ahma, Moniqa dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semangat dan keceriannya.

13. Sri, Ira, Yuli dan Arina selaku pembahas dalam seminar hasil skripsi dan masukan-masukan yang telah diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini. 14. Donny (TIN 41), Heri, Yuyun dan Wiwie (STK’41) atas bantuan dan

dukungannya.

15. Teman-teman kost “Nerita” (Endah, Dinda, Nita, Ifah, Ita dan Fety) atas bantuan, dukungan dan persahabatannya.

16. Teman-teman KKP (Zae, Bogie, Widi, Nilam, dan Fitri) dan keluarga di Desa Mekarjaya, Cianjur atas doanya.

17. Teman-teman IKAMASI, IKK 42 dan GM 42.

18. Seluruh pengajar dan staf GMSK yang telah membantu kelancaran studi. 19. Pihak-pihak yang secara tidak langsung membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan semua mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan. Penulis memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaikinya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP...i

PRAKATA ...ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ...1

Perumusan Masalah . ...2

Tujuan ...3

Kegunaan Penelitian ...4

TINJAUAN PUSTAKA ...6

Autism Spectrum Disorder(ASD) ...6

Karakteristik Anak ...7

Karakteristik Keluarga... 8

Dukungan Keluarga...9

Persepsi Ibu terhadap Anak ASD ...10

Strategi Koping ...10

KERANGKA PEMIKIRAN ...15

METODE PENELITIAN ...18

Disain, Tempat dan Waktu ...18

Teknik Penarikan Contoh ...18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...18

Pengolahan dan Analisis Data ...20

Definisi Operasional ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 24

Karakteristik Anak ASD ... 25

Karakteristik Keluarga ... 26

Dukungan Keluarga ... 31

Pengetahuan contoh mengenai ASD ... 33

(11)

DUKUNGAN KELUARGA, PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STRATEGI KOPING IBU PADA

ANAK DENGAN GANGGUANAutism Spectrum Disorder (ASD)

LIA MILYAWATI

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

ABSTRACT

LIA MILYAWATI. Family Support, Mother’s Knowledge and Perception of ASD, and Its Correlation with Copping Strategy of Mothers with Autism Spectrum Disorder (ASD) Children. Under guidingMrs. DWI HASTUTI

Autism Spectrum Disorder (ASD) is a developing disorder which is caused by brain destruction, so it makes some disorders in communication, behavior, and social ability. Halroyd and Mc Arthur (1976) in Tobing (2004) said that stress level of mothers with Autism Spectrum Disorder (ASD) children was higher than mothers with Down syndrome children. Therefore, it is needed a copping strategy to reduce it.

The general purpose of this research was to understanding of family support to know mother’s knowledge and perception of ASD, and its correlation with copping strategy used mothers with ASD children. The research uses cross-sectional studi. It has been done at Sekolah Khusus AL-IHSAN in Tangerang and in Cilegon, Banten. The object of the research is mothers with ASD children who are taking some therapy at AL-IHSAN and are willing to interview, so the writer usespurposive approach to get all information are needed for the research. The research itself was begun in February until May 2008 which includes data collecting, data processing, and data analyzing. There are 31 people as research objects. All primer data are processed by using Microsoft Excel and SPSS 10.0 for Windows. For correlation test, the writer usesSpearman and Chi-Square.

Analysis result of correlation between children and family characteristics and family support, mother’s knowledge and perception of ASD shows that only the age of mother and husband have significant correlation and negative correlation with family support. Younger and younger the age of mothers and husbands, family support that they have is getting stronger. But, there is no correlation between the characteristic of children and family with mother’s knowledge of ASD. Beside that, only the age of ASD children and length of therapy have significant correlation with mother’s perception of ASD children. Mother’s perception of ASD children tends to be positive if the age of ASD children is younger and the length of therapy is shorter. The characteristics of family, family support, mother’s knowledge and perception of ASD children do not have correlation significantly with copping strategy that is used mothers as their effort to reduce some pressures in taking care of ASD children.

(13)

DUKUNGAN KELUARGA, PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STRATEGI KOPING IBU PADA

ANAK DENGAN GANGGUANAutism Spectrum Disorder (ASD)

LIA MILYAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(14)

Judul : Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan GangguanAutism Spectrum Disorder (ASD). Nama : Lia Milyawati

NIM : A54104050

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dwi Hastuti, MSc. NIP. 131 918 346

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(15)

RINGKASAN

LIA MILYAWATI. Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan GangguanAutism Spectrum Disorder (ASD). Di bawah bimbinganDWI HASTUTI.

Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan karena adanya kerusakan pada otak sehingga mengakibatkan gangguan dalam berkomunikasi, berperilaku, dan kemampuan bersosialisasi. Halroyd dan Mc Arthur (1976) dalam Tobing (2004) menyatakan bahwa ibu yang memiliki anak ASD memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak Down Syndrome. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi koping yang dapat mengurangi stres ibu yang memiliki anak ASD.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu serta hubungannya dengan strategi koping ibu pada anak dengan gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD). Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga (usia ibu dan suami, lama pendidikan ibu dan suami, jenis pekerjaan ibu dan suami, besar dan tipe keluarga, pendapatan keluarga serta alokasi dana untuk anak ASD), (2) mengidentifikasi dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD, (3) mengetahui strategi koping yang digunakan ibu pada saat ini dan pada saat pertama kali mengetahui anak mengalami gangguan ASD, (4) menganalisis perbedaan antara strategi koping ibu saat pertama kali mengetahui anak ASD dan saat ini, (5) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD, (6) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD dengan strategi koping yang digunakan saat ini.

Disain penelitian menggunakancross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Khusus Al-Ihsan Tangerang dan Cilegon, Banten. Contoh pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak ASD yang sedang terapi di Al-Ihsan dan bersedia untuk diwawancara, sehingga pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Jumlah seluruh contoh sebanyak 31 orang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2008 yang meliputi pengumpulan, pengolahan serta analisis data.

Data primer yang diambil meliputi data karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan contoh mengenai ASD, dukungan keluarga, persepsi contoh terhadap anak ASD, dan strategi koping. Data sekunder yaitu mengenai keadaan umum Sekolah Khusus Al-Ihsan meliputi jumlah terapi, identitas dan jumlah anak ASD, profil sekolah yang diperoleh dari Tata Usaha Yayasan. Data primer diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 10.0 for windows. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dan chi-square.

(16)

tujuh orang dengan besar keluarga sedang dan lebih dari separuh (61.3%) ibu memiliki tipe keluarga inti. Persentase terbesar pendapatan keluarga per bulan yaitu Rp 2,51-5 juta (35.5%) dan dana yang dialokasikan untuk merawat anak ASD lebih dari Rp 1 200 000.00 per bulan (41.9%).

Hampir separuh (45.2%) ibu memperoleh dukungan kurang kuat dari keluarga. Namun lebih dari separuh (51.6%) ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASD dan persepsi terhadap anak ASD yang positif (54.8%).

Lebih dari separuh (54.8%) ibu pada saat pertama kali mengetahui anak menderita ASD menggunakan strategi koping pola III yaitu memahami situasi medis melalui komunikasi antar orangtua dan konsultasi dengan staf medis. Akan tetapi pada saat ini, lebih dari separuh (54.8%) strategi koping yang digunakan oleh ibu adalah pola I yaitu mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis dan tidak ada yang menggunakan strategi koping pola II yaitu memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara strategi koping saat pertama dengan strategi koping yang digunakan contoh pada saat ini.

Hasil analisis hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap ASD menunjukkan bahwa hanya usia ibu dan suami yang berhubungan signifikan dan negatif dengan dukungan keluarga. Semakin muda usia ibu dan suami dukungan keluarga yang diperoleh semakin kuat. Namun tidak terdapat hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan pengetahuan ibu mengenai ASD. Selain itu, hanya usia anak ASD dan lama terapi yang berhubungan signifikan dengan persepsi ibu terhadap anak ASD. Semakin muda usia anak ASD dan semakin singkat anak ASD di terapi, persepsi ibu terhadap anak ASD cenderung semakin positif.

Karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan serta persepsi ibu terhadap anak ASD ternyata tidak berhubungan signifikan dengan strategi koping yang digunakan oleh ibu dalam upaya meringankan tekanan yang dihadapi dalam merawat anak ASD.

Strategi koping yang membantu ibu dalam mengurangi tekanan dalam merawat anak ASD adalah selalu berdoa dan bersyukur kepada Allah atas anugerah yang telah diberikan, percaya kepada terapis, dokter serta keluarga mengenai cara menangani anak ASD, saling bertukar pikiran dengan keluarga, teman dan orangtua yang juga memiliki anak ASD, mencari informasi mengenai ASD dengan membaca buku tentang ASD dan pengalaman orangtua lain yang memiliki anak ASD serta berkonsultasi dengan dokter, meluangkan waktu untuk anak-anak, diri sendiri dan keluarga, optimis dan dapat mengontrol emosi dengan baik, serta melakukan usaha pengobatan dan perawatan untuk anak ASD.

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 Juli 1986. Penulis merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara dari pasangan Suganda dan Neni Sukaesih. Pendidikan TK di tempuh penulis pada tahun 1991 di TK Aisiah VI, Sukabumi. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan SD dari tahun 1992 sampai tahun 1998 di SDN Kebon Kawung Sukabumi. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 5 Sukabumi hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMUN 1 Sukabumi dan lulus pada tahun 2004.

(18)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kekuatan, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi berjudul “Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD)” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc yang telah membimbing penulis dari awal pembuatan proposal hingga terselesainya skripsi ini dan atas dukungan baik moril maupun spiritual, semangat, waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan.

2. Ir. Melly Latifah, MSi yang telah bersedia menjadi dosen pemandu dalam seminar hasil skripsi dan atas masukan-masukannya.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing akademik selama berada di bangku GMSK.

4. Megawati Simanjuntak, SP selaku dosen penguji skripsi serta atas bantuan, semangat dan dukungannya.

5. Bapak Suganda dan Ibu Neni Sukaesih atas kasih sayang, dukungan, semangat, perhatian dan doanya, Dessi dan Dery Milyawan yang tidak bosan memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

6. Pihak Sekolah Luar Biasa “Mentari Kita” atas kerjasamanya, dukungan serta masukan yang telah diberikan serta orang tua siswa “Mentari Kita” atas kesediaannya untuk meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

7. Pihak Sekolah Khusus Al-Ihsan Tangerang dan Cilegon atas kerjasamanya dan para orang tua siswa Al-Ihsan atas kesediannya untuk meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

8. Keluarga Besar Bapak Prastito, atas bantuan serta dukungan selama pengambilan data di Cilegon, Banten.

(19)

10. Rekan-rekan penelitian: Wieke dan Leni atas kerjasama dan bantuannya. 11. Teman terbaik Yuvee, Fahmi, Lesta, Gustia, Nining, atas dukungan dan

semangatnya.

12. Teman-teman GMSK 41, Ima, Noorma, Venny, Any, Angelica, Suci, Aqsa, Fika, Dhe, Ira, Eka, Ahma, Moniqa dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semangat dan keceriannya.

13. Sri, Ira, Yuli dan Arina selaku pembahas dalam seminar hasil skripsi dan masukan-masukan yang telah diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini. 14. Donny (TIN 41), Heri, Yuyun dan Wiwie (STK’41) atas bantuan dan

dukungannya.

15. Teman-teman kost “Nerita” (Endah, Dinda, Nita, Ifah, Ita dan Fety) atas bantuan, dukungan dan persahabatannya.

16. Teman-teman KKP (Zae, Bogie, Widi, Nilam, dan Fitri) dan keluarga di Desa Mekarjaya, Cianjur atas doanya.

17. Teman-teman IKAMASI, IKK 42 dan GM 42.

18. Seluruh pengajar dan staf GMSK yang telah membantu kelancaran studi. 19. Pihak-pihak yang secara tidak langsung membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan semua mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan. Penulis memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaikinya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP...i

PRAKATA ...ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ...1

Perumusan Masalah . ...2

Tujuan ...3

Kegunaan Penelitian ...4

TINJAUAN PUSTAKA ...6

Autism Spectrum Disorder(ASD) ...6

Karakteristik Anak ...7

Karakteristik Keluarga... 8

Dukungan Keluarga...9

Persepsi Ibu terhadap Anak ASD ...10

Strategi Koping ...10

KERANGKA PEMIKIRAN ...15

METODE PENELITIAN ...18

Disain, Tempat dan Waktu ...18

Teknik Penarikan Contoh ...18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...18

Pengolahan dan Analisis Data ...20

Definisi Operasional ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 24

Karakteristik Anak ASD ... 25

Karakteristik Keluarga ... 26

Dukungan Keluarga ... 31

Pengetahuan contoh mengenai ASD ... 33

(21)

Strategi koping contoh ... 37

Perbedaan strategi koping contoh saat pertama dan saat ini... 44

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi contoh terhadap anak ASD ... 46

Hubungan antara karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi contoh terhadap anak ASD dengan strategi koping saat ini ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Jenis peubah, skala data dan kategori pengukuran... 19 Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia anak ... 25 Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan lama terapi anak ASD ... 26 Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan tipe keluarga ... 30 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan alokasi

dana ASD ... 31 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pernyataan dukungan

keluarga inti dan luas... 32 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pengetahuan mengenai ASD 34 Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pernyataan persepsi

terhadap anak ASD ... 36 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan strategi koping pola I ... 39 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan strategi koping pola II ... 41 Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan strategi koping pola III ... 42 Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan strategi koping saat pertama dan

saat ini setelah mengetahui anak ASD ... 43 Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan dukungan

keluarga ... 46 Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan

dukungan keluarga ... 47 Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan dukungan keluarga .... 48 Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan alokasi dana ASD dan dukungan

keluarga ... 49 Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan usia dan lama pendididkan serta

pengetahuan mengenai ASD... 50 Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan pengetahuan

mengenai ASD ... 50 Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga, alokasi dana

ASD dan pengetahuan mengenai ASD ... 51 Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan suami serta persepsi

terhadap anak ASD ... 52 Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga, lama pendidikan

dan persepsi contoh terhadap anak ASD ... 53 Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga, alokasi

dana ASD dan persepsi terhadap anak ASD ... 53 Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin anak dan dukungan

(23)

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan lama terapi dan dukungan keluarga ... 55 Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pengetahuan

mengenai ASD ... 55 Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan pengetahuan

mengenai ASD ... 55 Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan lama terapi dan pengetahuan

mengenai ASD ... 56 Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan persepsi

terhadap anak ASD ... 57 Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan ibu dan dukungan

keluarga ... 58 Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan dan persepsi terhadap anak ASD ... 58 Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan dukungan keluarga dan persepsi

terhadap anak ASD ... 58 Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan usia contoh dan strategi koping ... 59 Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan dan strategi koping .... 60 Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan strategi koping ... 60 Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan

strategi koping ... 61 Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan dukungan keluarga dan strategi

koping ... 61 Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan contoh dan strategi

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Berpikir: Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan

Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya manusia adalah seluruh kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu penduduk yang digunakan untuk mengembangkan dan mensukseskan suatu wilayah atau bangsa. Sumberdaya manusia mempunyai dua ciri, yaitu ciri personal dan interpersonal (Gurhardja, Puspitasari, Hartoyo & Martianto 1992). Ciri personal meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, affektif, dan psikomotorik. Selain itu pula, energi manusia, status kesehatan, bakat, tingkat intelegensia, minat serta sensitivitas termasuk ke dalam ciri personal. Sedangkan ciri interpersonal berhubungan dengan sikap maupun hubungan antar manusia dalam membentuk suatu kerjasama gotong royong yang berkaitan dengan pengembangan.

Sumberdaya manusia yang berkualitas menentukan kemajuan dan kesuksesan suatu bangsa. Oleh karena itu, diperlukan individu-individu yang berkualitas yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, keterampilan dan kesehatan individu. Individu yang berkualitas dapat tercipta dari keluarga yang berkualitas.

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan serta hubungan darah atau adopsi (Burgers dan Lacke 1961 dalam Gurhardja, Puspitasari, Hartoyo & Martianto 1992). Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.

Dalam keluarga kehadiran anak merupakan hal yang penting yaitu sebagai penerus keluarga. Dalam keluargalah anak pertama kali memperoleh bekal untuk hidup dikemudian hari, melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual. Keluarga dicirikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan anak yang paling dapat memberi kasih sayang yang tulus, manusiawi, efektif dan ekonomis (Guhardja dkk. 1992). Oleh karena itu, harapan orang tua terhadap anak sangat besar. Akan tetapi, tidak semua anak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal layaknya anak-anak seusianya seperti anak yang mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi atau yang lebih dikenal dengan istilahAutis.

(27)

tiga tahun dan dapat diketahui dari interaksi sosial dan komunikasi yang terbatas dan berulang-ulang.

Kondisi anak ASD tersebut dapat menimbulkan suatu keadaan krisis atau stres dan beban tersendiri pada orang tua terutama ibu. Stres yang dialami oleh ibu yang memiliki anak ASD akan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak normal ataupun ibu yang memiliki anak penyandang kecacatan lain. Halroyd dan Mc Arthur (1976) dalam Tobing (2004) menyatakan bahwa ibu dengan anak ASD memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak Down Syndrome. Selain itu, orangtua dengan anak ASD memiliki stres yang lebih besar dibandingkan orangtua dengan anak yang menderita kesulitan belajar (Konstantareas 1992 dalam Tobing 2004) dan retardasi mental (Donovan 1988 dalam Tobing 2004). Stres tersebut dapat berpengaruh pada peran ibu terutama dalam merawat, mengasuh dan mendidik anak.

Stres yang dialami oleh ibu perlu diatasi dengan menerapkan strategi koping yang efektif. Strategi koping tersebut diharapkan mampu mengurangi tekanan ibu dalam menghadapi anak ASD sehingga dapat melaksanakan peran pengasuhannya dengan baik.

Perumusan Masalah

ASD merupakan gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, dan belajar. Kondisi tersebut akan mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak. Anak akan terisolir dari dunia luar dan hidup dengan dunianya sendiri dengan berbagai gangguan.

(28)

Orang tua terutama ibu yang memiliki anak ASD memiliki tekanan dan beban yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak normal dan sehat. Tekanan dan beban yang dialami dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu juga cara pengasuhan seperti merawat dan menangani anak ASD. Semakin besar tekanan dan beban yang dialami ibu maka dapat menurunkan kondisi kesehatan ibu dan kualitas pengasuhan yang dilakukan ibu terhadap anak ASD. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi koping yang dapat mengatasi masalah dan mengurangi tekanan tersebut.

Strategi koping yang dapat diterapkan oleh ibu terdiri dari tiga pola koping. Pola I yaitu dengan mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis, pola II yaitu memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri, dan stabilitas psikologis dan pola III yaitu memahami situasi medis melalui komunikasi antar orang tua dan konsultasi dengan staf medis (McCubbin & Thompson 1987).

Strategi koping tersebut diharapkan dapat mengatasi dan mengurangi perasaan tertekan dalam merawat anak ASD baik pada masa-masa pertama mengetahui anak menderita ASD ataupun saat ini setelah mengetahui anak menderita ASD. Dari latarbelakang itulah peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi koping yang digunakan oleh ibu dalam menghadapi anak ASD? Adakah perbedaan antara strategi koping yang digunakan ibu pada saat pertama kali mengetahui anak mengalami gangguan ASD dan saat ini? Adakah hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD? Adakah hubungan antara karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD dengan strategi koping yang digunakan dalam menghadapi anak ASD?. Oleh karena itulah penelitian ”Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya dengan Strategi Koping Ibu pada Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD)” perlu untuk dilakukan.

Tujuan Tujuan Umum

(29)

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga (usia ibu dan suami, lama pendidikan ibu dan suami, jenis pekerjaan ibu dan suami, besar dan tipe keluarga, pandapatan total keluarga serta alokasi dana ASD).

2. Mengidentifikasi dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD.

3. Mengetahui strategi koping yang digunakan ibu pada saat ini dan pada saat pertama mengetahui anak mengalami gangguan ASD.

4. Menganalisis perbedaan antara strategi koping ibu saat pertama kali mengetahui anak ASD dan saat ini.

5. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD. 6. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, dukungan keluarga,

pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD dengan strategi koping yang digunakan saat ini.

Kegunaan Penelitian 1. Keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat memberikan informasi mengenai strategi koping yang dapat digunakan sebagai upaya dalam menghadapi anak penderita suatu penyakit kronis, terutama ASD. 2. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat sehingga pemahaman masyarakat mengenai anak ASD lebih baik dan persepsi terhadap anak ASD menjadi lebih positif. Selain itu, diharapkan dapat memberikan dukungan kepada keluarga terutama ibu yang memiliki anak ASD sehingga dapat membantu ibu mengatasi stres dalam merawat anak ASD. 3. Terapis

(30)

4. Pemerintah

(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Autism Spectrum Disorder(ASD) Pengertian ASD

ASD merupakan gangguan perkembangan yang berhubungan dengan perilaku yang umumnya disebabkan oleh kelainan struktur otak atau fungsi otak. ASD ini ditandai oleh gangguan-gangguan yang serius dalam interaksi sosial dan komunikasi dan tingkah laku yang sangat terbatas, berulang-ulang ataustereotip (Dumas & Nielsen 2003).

ASD ini dapat terlihat dari masa kanak-kanak sebelum usia tiga tahun. Akan tetapi gejala-gejala ASD akan semakin terlihat jelas pada saat anak telah mencapai usia tiga tahun. Secara umum gejala ASD meliputi beberapa gangguan yaitu sebagai berikut (Budiman 1998 dalam Yusuf 2003):

1. Gangguan dalam berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal seperti terlambat bicara, menggunakan kata-kata yang hanya dapat dimengerti oleh dirinya sendiri, sering meniru dan mengulang kata.

2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindar kontak mata, tidak melihat jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri. 3. Gangguan pada bidang perilaku, terlihat dari adanya perlaku yang berlebih

(excessive) dan kekurangan (deficient), melakukan permainan yang sama. 4. Gangguan pada bidang perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati,

simpati dan toleransi. Selain itu, terkadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang jelas dan sering marah tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

5. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai sentuhan dan pelukan.

Gejala pada setiap anak ASD tidak ada yang sama. Selain itu, intensitas gejala ASD juga berbeda-beda, dari yang sangat ringan sampai sangat berat.

(32)

1. Faktor Psikogenik

ASD pertama kali dikemukakan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Pada saat itu ASD diperkirakan disebabkan oleh pola asuh yang salah karena kasus ASD banyak ditemukan pada keluarga yang berpendidikan dan berasal dari keluarga menengah, dimana orangtua bersikap kaku pada anak. Akan tetapi, faktor psikogenik ini tidak mampu menjelaskan ketertinggalan perkembangan kognitif, tingkah laku, maupun komunikasi anak ASD.

2. Faktor Biologis dan Lingkungan

Kondisi lingkungan seperti virus dan zat-zat kimia atau logam berat dapat menimbulkan ASD. Zat-zat beracun tersebut seperti timah (Pb), cadmium serta amalgam. Sebuah vaksin, MMR (Measles, Mumps & Rubella) pun awalnya diperkirakan menjadi penyebab ASD.

Akan tetapi, hingga saat ini faktor genetiklah yang diduga kuat penyebab terjadinya ASD. Selain itu, beberapa faktor lain yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya ASD adalah usia ibu (semakin tua usia ibu, kemungkinan memiliki anak dengan gangguan ASD semakin besar), urutan kelahiran, pendarahan trisemester pertama dan kedua serta penggunaan obat yang tidak terkontrol selama kehamilan.

Karakteristik Anak Usia Anak ASD

(33)

Jenis Kelamin

Secara keseluruhan, anak ASD rata-rata empat hingga lima kali terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan yang menderita ASD mempunyai tingkat fungsi intelektual yang lebih rendah dibandingkan anak laki-laki (Dumas & Nielsen 2003).

Karakteristik Keluarga Usia Ibu

Ibu mengalami lebih banyak stres dan merasa dirinya kurang kontrol diri dalam menghadapi situasi dimana memiliki anak cacat dibandingkan dengan ayah (Hodapp 2002). Selain itu, ibu bereaksi berlebihan dibandingkan dengan ayah dalam menghadapi anak cacat.

Pendidikan

Tingkat pendidikan dilihat dari lamanya seseorang menyelesaikan pendidikan formal yang diikuti. Individu dengan pendidikan tinggi pada umumnya lebih positif dalam menghadapi situasi dan bersikap optimis (Pearlin & Schooler 1976 diacu dalam Furi 2006).

Pendapatan

Keluarga yang memiliki pendapatan besar atau keluarga yang mapan dalam membesarkan anak dengan kecacatan lebih baik dibandingkan keluarga yang membesarkan anak cacat dengan sedikit uang (Farber 1970 dalam Hodapp 2002).

Besar keluarga dan tipe Keluarga

Besar keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pengasuhan yang diberikan kepada anak (Ariotejo 2002). Adanya orang lain yang tinggal bersama dalam satu rumah secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Hurlock 1991).

Keluarga yang utuh lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang tidak lengkap atau single-parent dalam membesarkan anak dengan kecacatan (Beckman 1983 dalam Hodapp 2002). Sehingga semakin besar atau lengkapnya anggota keluarga kemungkinan dapat membantu ibu dalam menghadapi masalah sehingga dapat menurunkan tingkat stres atau tekanan yang dihadapi ibu.

(34)

dalam satu rumah. Sedangkan yang dimaksud dengan keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari ayah/suami, ibu/isteri, anak, nenek, kakek ataupun saudara lainnya.

Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat mendorong hasil yang sehat dan positif. Dukungan keluarga lebih penting bagi mental ibu dibandingkan dukungan dari teman. Hal ini mungkin disebabkan dukungan keluarga memiliki sebuah nilai yang lebih tinggi daripada dukungan teman (Serovich 2001 dalam Galvin, Bylund & Brommel 2004). Juga, dukungan keluarga mempunyai efek yang positif bagi penderita stroke, orang yang depresi dan status sosial. Khususnya dukungan keluarga penting bagi anggota keluarga yang stres berat (Tsouna, Vemmos, Zakopoulos & Stamatelopoulos 2000 dalam Galvin, Bylund & Brommel 2004).

Orang tua yang memiliki anak cacat mempunyai jaringan sosial yang lebih kecil akan tetapi hubungannya erat. Para ibu menerima sejumlah dukungan informal dimana dukungan tersebut berasal dari ibunya, saudara perempuan, atau beberapa kerabat. Jaringan seperti itu lebih kuat satu sama lain dalam berinteraksi (Hodapp 2002). Dukungan keluarga pun dapat diperoleh ibu dari sibling anak. Hubungan sibling anak meliputi saling membantu, menolong, belajar, dan bermain. Lebih dari 80 persen anak-anak di Amerika memiliki satu atau lebih sibling. Anak dapat memberikan dukungan emosi dan sebagai teman berkomunikasi (Carlson 1995 dalam Santrock 1997).

Dukungan yang diperoleh terjadi karena adanya hubungan antar anggota keluarga yang baik. Dimana keterampilan dalam berkomunikasilah yang membantu dalam menciptakan hubungan lebih baik dengan teman, keluarga, dan kerabat dekat sehingga dapat menurunkan tingkat stres yang dialami dalam menghadapi masalah stres (Greenberg 2002).

(35)

Persepsi Ibu Terhadap Anak ASD

Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi untuk memaknai sesuatu (Kotler 2000). Persepsi adalah proses dimana seseorang menerima, memperhatikan, dan memahami informasi yang diberikan kepadanya. Persepsi ini sifatnya kompleks dan subjektif tergantung pada subjek yang melaksanakan persepsi tersebut (De Vito 1997 diacu dalam Sutiah 2006).

Dua individu yang menerima dan memperhatikan suatu stimulus tersebut berbeda karena pemahaman stimulus oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhannya yang sifatnya sangat individual (Sumarwan 2003). Perbedaan persepsi terjadi karena setiap orang memiliki kesan yang sangat individual dalam melihat suatu objek. Kesan tersebut dihasilkan oleh lingkungan fisik dan sosial, struktur fisiologis, kebutuhan, dan cita-citanya serta pengalaman masa lalu (Sarwono 1999 diacu dalam Sutiah 2006).

Persepsi ditentukan oleh faktor internal dalam diri individu dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan perbedaan latar belakang sosial budaya (Kayam 1985 diacu dalam Okturna 2004).

Strategi Koping

Koping adalah usaha tingkah laku dan kognitif untuk menguasai, mengurangi atau mentoleransi tuntutan-tuntutan. Koping digunakan untuk mencari solusi yang dapat memperkecil akibat dari tuntutan-tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman 1980 diacu dalam Rice 1999). Koping adalah usaha untuk mengatasi kondisi bahaya, ancaman atau tantangan ketika respon rutin atau otomatis tidak tersedia, tuntutan lingkungan harus memenuhi solusi perilaku baru atau lama dan harus disesuaikan untuk menghadapi stres saat ini (Selye 1983 diacu dalam Hernawati & Herawati 2006).

(36)

Proses dan upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam mengatasi masalah disebut sebagai koping. Koping ini terdiri dari dua bentuk, yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused coping merupakan strategi seseorang dalam memecahkan masalah fokus terhadap masalah yang sedang dihadapi. Jika seseorang fokus untuk mengatasi emosi yang berhubungan dengan situasi stres, walaupun situasi yang terjadi tidak dapat dirubah disebut denganemotion-focused coping (Lazarus & Folkman 1984 dalam Atkinson, Atkinson, Smith & Bem 2000). Akan tetapi, sebagian besar orang menggunakan kedua bentuk koping tersebut saat menghadapi situasi stres.

Strategi dalam memecahkan masalah antara lain dengan menentukan masalah, menciptakan alternatif pemecahan, memikirkan alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, kemudian memilih salah satunya dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih (Atkinson et al. 2000). Seseorang yang cenderung menggunakan problem-focused coping dalam situasi stres menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah baik selama atau setelah situasi stres (Billing & Moos 1984 dalam Atkinsonet al. 2000).

Nolen Hoeksema (1991) dalam Atkinson et al. 2000 mengklasifikasikan emotion-focused coping menjadi strategi perenungan, strategi pengalihan, dan strategi penghindaran negatif. Strategi perenungan antara lain mengisolasi diri untuk memikirkan betapa buruknya perasaan dan mengkhawatirkan konsekuensi dari peristiwa stres atau mengulang pembicaraan mengenai buruknya kehidupan tanpa mengambil tindakan untuk mengubahnya. Strategi pengalihan yaitu dengan melibatkan diri dalam aktifitas yang menyenangkan, sedangkan strategi penghindaran negatif adalah aktifitas yang dapat membahayakan.

(37)

keluarga yang ada dan pola interaksi. Keluarga menerima tuntutan melalui perubahan kecil dalam unit keluarga (McCubbin & Thompson 1987).

Adaptasi keluarga menjadi konsep sentral dalam fase adaptasi dan digunakan untuk menggambarkan hasil usaha keluarga meraih tingkat keseimbangan yang baru setelah krisis keluarga. Dalam situasi krisis, anggota keluarga berjuang meraih keseimbangan dan kestabilan baik pada tingkat fungsi antara individu dengan keluarga maupun keluarga dengan masyarakat. Adaptasi keluarga diperoleh melalui hubungan timbal balik dimana tuntutan satu sama lain dipertemukan oleh kapabilitas yang lainnya (McCubbin & Thompson 1987).

Selain strategi koping problem-focused coping dan emotion-focused coping juga terdapat strategi koping keluarga yang telah dikembangkan oleh McCubbin dan Patterson (1987). Strategi koping keluarga tersebut yaituCoping Health Inventory for Parents (CHIP). CHIP ini dikembangkan untuk menggambarkan keluarga beradaptasi pada situasi di bawah tekanan terutama dalam tindakan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

Strategi koping tersebut dibedakan kedalam tiga pola yaitu pola koping I yaitu mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis yang pusat pada keluarga dan orang tua, menjaga kebersamaan keluarga, menciptakan kerjasama dan menciptakan kebebasan didalam keluarga. Pola koping II yaitu memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri, dan stabilitas psikologis. Pola koping II fokus pada usaha orang tua menjaga perasaan personal melalui pencapaian dukungan sosial, memelihara kepercayaan diri dan mengatur perasaan dan ketegangan psikologis. Pola koping III memahami situasi medis melalui komunikasi antar orang tua dan konsultasi dengan staf medis. Pola koping tahap ini fokus pada hubungan diantara orang tua yang memiliki situasi yang sama, staf medis dan programnya, juga usaha orang tua untuk memahami dan menguasi informasi medis yang diperlukan (McCubbin & Thompson 1987).

(38)

mereka juga menghapus kesedihan, kejadian yang tidak dapat diduga akan mempengaruhi koping (Hondapp 2000).

Strategi koping negatif yaitu menghindar atau menarik diri merupakan strategi koping yang lain yang pada umumnya digunakan untuk melindungi melawan emosi yang tidak diinginkan. Seseorang yang menggunakan penghindaran biasanya mencoba mengurangi stres dengan suasana yang membekas secara mental atau fisik. Penghindaran merupakan melarikan diri dari kenyataan dan ketika digunakan lebih hal itu dapat mengganggu manajem stres yang efektif lebih jauh lagi bentuk penghindaran berakibat negatif menurunkan kepercayaan diri dan kewibawaan.

Strategi koping individu dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, faktor lingkungan, keperibadian, konsep diri dan faktor sosial. Hal tersebut mempengaruhi kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah. Sarwono (1992) diacu dalam Astuti (2007) menyatakan bahwa untuk mengurangi atau menghilangkan stres, individu melakukan tingkah laku penyesuaian (coping behavior). Individu yang berhasil akan berada pada keadaan homeostatis tetapi seseorang yang tidak berhasil mengatasi masalah akan kembali pada situasi stres dan kemungkinan stres tersebut akan semakin besar.

Penelitian sebelumnya mengenai strategi koping orang tua yang memiliki anak autis dengan orang tua yang tidak memiliki anak autis berbeda. Penelitian ini dilakukan di negara Swedia dimana strategi koping pada penelitian tersebut diukur dengan menggunakan Sence of Coherence (SOC) dan Purpose in Life (PIL-R). Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kelompok orang tua yang memiliki anak autis memiliki SOC yang sedang dan pada kelompok orang tua yang tidak memiliki anak autis SOC tinggi. PIL-R kelompok orang tua yang memiliki anak autis tidak memiliki pandangan mengenai kehidupan yang baik atau positif sedangkan PIL-R kelompok orang tua yang tidak memiliki anak autis tergolong memandang kehidupan lebih positif (Sivberg 2005).

(39)

keluarga, pengetahuan pasangan, sikap keluarga, dukungan keluarga dan persepsi keluarga terhadap penyakit TB paru (Lukman 2002).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping keluarga dengan kasus TB paru pada pasangannya antara lain faktor pendidikan, tingkat pengetahuan pasangan mengenai TB paru, sikap keluarga, dukungan keluarga, ketersediaan sarana dan fasilitas serta persepsi keluarga mengenai TB paru mempengaruhi penerapan strategi koping yang dilakukan keluarga. Tingkat kepatuhan penderita TB paru dipengaruhi secara bermakna oleh strategi koping keluarga dan tingkat stres, dimana pada keluarga yang mengembangkan strategi koping adaptif atau positif menunjukkan lebih patuh begitu pula pada penderita dengan tingkat stres yang rendah (Lukman 2002).

(40)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga yang memiliki anak dengan keterbatasan kemampuan tertentu seperti anak ASD dapat berpotensi menimbulkan reaksi penghindaran dan penolakan keluarga, juga dapat menjadi sumber tekanan dan beban keluarga. Tekanan dan beban menghadapi anak ASD dapat dirasakan langsung oleh ibu dalam merawat dan mengasuh anak ASD. Oleh karena itu, strategi koping sangat diperlukan untuk membantu ibu dalam menjalankan kehidupannya menjadi lebih baik.

Salah satu strategi koping yang dapat digunakan untuk masalah ini yakni strategi koping yang dikembangkan oleh McCubbin dan Thompson (1987), yang terdiri dari tiga pola koping. Pola I adalah mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan optimis. Pola II adalah memelihara dukungan keluarga, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis. Pola III adalah memahami situasi medis melalui komunikasi antar orangtua dan konsultasi dengan staf medis.

Strategi koping yang digunakan ibu dalam menghadapi anak penderita ASD tidak akan sama, tergantung pada banyak faktor, salah satunya kurun waktu yang dilalui ibu dalam menghadapi kondisi tersebut. Diduga strategi koping yang digunakan oleh ibu yang pertama kali mengetahui anaknya menderita ASD adalah pola koping II yaitu ibu memelihara dukungan keluarga, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis, sedangkan koping pola I atau pola III digunakan oleh ibu yang sudah lama mengetahui kondisi anaknya menderita ASD atau bahkan sudah dapat menerima kondisi tersebut.

Strategi koping yang dipergunakan oleh ibu berhubungan dengan karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan mengenai ASD dan persepsi ibu terhadap anak ASD. Keempat hal tersebut menjadi faktor penting dalam menggunakan dan mengembangkan strategi koping dalam menghadapi anak ASD.

(41)

Selain itu, karakteristik keluarga berhubungan dengan besarnya dana yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan anak ASD dan terapi ASD yang dilakukan. Besarnya dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan membiayai perawatan anak ASD, meliputi biaya terapi, obat atau supplemen, dokter, atau pengasuh. Semakin baik karakteristik keluarga diharapkan semakin baik pula terapi ASD yang dilakukan dan kebutuhan anak ASD dapat lebih mudah dipenuhi.

Sementara karakteristik anak ASD pun berhubungan dengan dukungan keluarga, tingkat pengetahuan mengenai ASD dan persepsi terhadap anak ASD. Karakteristik anak ASD meliputi jenis kelamin, usia anak dan lama terapi. Harapan keluarga terhadap anak laki-laki diduga lebih besar dibandingkan terhadap anak perempuan sehingga diharapkan dukungan keluarga yang diberikan semakin kuat. Selain itu, lama terapi yang telah dilakukan pun berpengaruh terhadap persepsi terhadap anak ASD. Lama terapi ini berhubungan dengan tingkat perkembangan anak ASD sehingga semakin lama terapi diduga tingkat perkembangannya lambat sehingga semakin lama terapi, maka diduga persepsi ibu terhadap anak ASD cenderung negatif.

Dukungan keluarga, tingkat pengetahuan mengenai ASD dan persepsi ibu terhadap anak ASD saling berhubungan. Semakin kuat dukungan keluarga dan tingginya tingkat pengetahuan mengenai anak ASD, maka persepsi ibu pada anak ASD diharapkan akan semakin positif. Dukungan keluarga, tingkat pengetahuan dan persepsi ibu terhadap anak ASD berhubungan dengan besarnya dana yang dialokasikan untuk anak ASD setiap bulannya. Semakin kuatnya dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan ibu mengenai ASD yang baik serta persepsi terhadap anak ASD yang positif diharapkan keluarga dapat merawat dan memenuhi kebutuhan anak ASD lebih baik .

(42)

Keterangan:

= dianalisis = tidak dianalisis

Gambar 1. Kerangka Berpikir : Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta Hubungannya Strategi Koping Ibu pada Anak dengan GangguanAutism Spectrum Disorder(ASD)

Karakteristik

§ Pendapatan Keluarga

§ Besar dan Tipe

saat pertama mengetahui anak menderita ASD:

§ Pola I (mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis)

§ Pola II (memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri, dan stabilitas psikologis)

§ Pola III (memahami situasi medis melalui komunikasi antar orang tua dan konsultasi dengan staf medis)

Strategi Koping Ibu

saat ini, setelah mengetahui anak menderita ASD:

§ Pola I (mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis)

§ Pola II (memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri, dan stabilitas psikologis)

(43)

METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan di dua wilayah yaitu Sekolah Khusus Al-Ihsan yang berlokasi di Villa Melati Mas, Bumi Serpong Damai, Tangerang dan Pondok Indah Cilegon Blok B5 No 5, Cilegon, Provinsi Banten. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secarapurposive, dimana tempat tersebut memiliki jumlah anak ASD yang cukup banyak dan bersedia untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2008 yang meliputi pengumpulan, pengolahan serta analisis data.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi dan contoh pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak ASD yang sedang melakukan terapi di Sekolah Khusus Al-Ihsan Tangerang dan Cilegon, Provinsi Banten. Penentuan contoh dilakukan secarapurposive dengan mempertimbangkan kesediaan ibu yang memiliki anak ASD untuk berpartisipasi dan bersedia untuk diwawancarai.

Gambar 2 Bagan penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti ataupun melalui wawancara langsung dengan contoh (Lampiran 1). Data primer meliputi karakteristik anak ASD (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (usia

Ibu yang memiliki anak ASD dan sedang terapi di

Al-Ihsan

Al-Ihsan Cilegon 38 anak berkebutuhan khusus

(20 anak ASD)

Al-Ihsan Tangerang 49 anak berkebutuhan khusus (39 anak ASD)

11 orang contoh yang bersedia diteliti

20 orang contoh yang bersedia diteliti

(44)

contoh dan suami, lama pendidikan contoh dan suami, jenis pekerjaan contoh dan suami, besar dan tipe keluarga, pendapatan keluarga), pengetahuan contoh mengenai ASD, dukungan keluarga, persepsi contoh terhadap ASD, dan strategi koping. Data sekunder yaitu mengenai keadaan umum Sekolah Khusus Al-Ihsan meliputi profil sekolah, jumlah terapi, identitas dan jumlah anak ASD yang diperoleh dari Tata Usaha Yayasan. Adapun jenis peubah, skala data dan cara pengukurannya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis peubah, skala data dan kategori pengukuran

No Peubah Skala

Data

Kategori Pengukuran

1 Karakteristik Anak ASD :

Usia anak ASD (bulan) Interval 36-47 48-59 2 Karakteristik Keluarga :

Usia contoh dan suami (tahun) Interval 30 Tinggi (>15 tahun) Jenis Pekerjaan Nominal 1= PNS Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar ( 8 orang) Tipe Keluarga Nominal 1= Keluarga Inti

2= Keluarga Luas Pendapatan Keluarga Ordinal 1= Rp 2,5 juta

2=Rp 2,51- 5 juta 3=Rp 5,1- 7,5 juta 4=Rp 7,51-10 juta 5=Rp10,1-15 juta 6=> Rp 15 juta 3 Pengetahuan mengenai ASD Ordinal Kurang (<60%)

Sedang (60-80%) Baik (>80%) 4 Dukungan Keluarga Ordinal Sangat Kuat (>90%)

(45)

Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Package for Social Science) 10.0 for Windows. Proses pengolahan mencakup langkah-langkahediting,coding, skoring,entry,cleaning, dan analisis data. Pada metode deskriptif ini digambarkan bagaimana data yang berbentuk kualitatif dijelaskan secara kuantitatif. Data deskriptif yang sudah diolah disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

Kategori usia contoh dan suami berdasarkan pada interval sepuluh. Besar keluarga dibedakan menjadi keluarga besar, sedang, dan kecil berdasarkan Hurlock (1991). Untuk pendapatan keluarga menggunakan jenis data ordinal karena contoh hanya memilih salah satu rentang yang telah disediakan pada kuesioner. Hal ini bedasarkan pada saat uji coba sebelumnya bahwa contoh tidak bersedia mengungkapkan pendapatannya secara terbuka.

Pengukuran variabel pengetahuan contoh mengenai ASD meliputi 10 penyataan yang diberikan pada contoh yang terdiri dari dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 2 jika contoh menjawab ya, skor 1 jika menjawab ragu-ragu, dan 0 jika menjawab tidak, sedangkan untuk pernyataan negatif pemberian skor dilakukan sebaliknya. Dengan demikian, diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 20. Sebelum skor contoh tersebut dikategorikan terlebih dahulu skor tersebut distandarisasi dengan dikonversi kedalam bentuk persen. Begitu pula dengan variabel dukungan keluarga, persepsi terhadap anak ASD, dan strategi koping.

Untuk pengkategorian variabel pengetahuan contoh mengenai ASD dibagi kedalam tiga kategori yang mengacu pada Khomsan (2000) dimana kategori kurang apabila skor contoh kurang dari 60 persen, sedang antara 60 hingga 80 persen, dan baik lebih dari 80 persen.

Pengukuran variabel dukungan keluarga meliputi 10 penyataan yang diberikan pada contoh yang terdiri dari dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 2 jika contoh menjawab ya, skor 1 jika menjawab kadang-kadang, dan 0 jika menjawab tidak, sedangkan untuk pernyataan negatif pemberian skor dilakukan sebaliknya. Dengan demikian, diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 20.

(46)

dikategorikan dukungannya kurang kuat. Sedangkan jika lebih besar sama dengan median skor kelompok, kategori dibagi menjadi dua yaitu kategori dukungan kuat dan sangat kuat. Median skor variabel dukungan keluarga adalah 80 persen (Lampiran 3), sehingga dukungan keluarga 80-90 persen termasuk ke dalam kategori dukungan kuat dan >90 persen termasuk ke dalam kategori dukungan sangat kuat.

Pengukuran variabel persepsi ibu terhadap ASD meliputi 10 penyataan yang diberikan pada contoh yang terdiri dari dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 2 jika contoh menjawab setuju, skor 1 jika menjawab kurang setuju, dan 0 jika menjawab tidak setuju, sedangkan untuk pernyataan negatif pemberian skor dilakukan sebaliknya. Dengan demikian, diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 20.

Pengkategorian untuk variabel persepsi ibu terhadap ASD didasarkan pada median skor kelompok, yaitu jika jumlah skor contoh kurang dari median skor kelompok maka dikategorikan negatif. Sedangkan jika lebih besar sama dengan median skor kelompok maka termasuk kategori positif. Median skor persepsi yaitu 80 persen (Lampiran 3).

Pengukuran variabel strategi koping contoh berdasarkan pada strategi koping untuk orang tua atau CHIP dari McCubbin & Thompson (1987) yang telah disesuaikan. Pada variabel ini terdapat tigat pilihan jawaban, dimana jawaban diberi skor 2 jika contoh menjawab membantu, 1 jika kurang membantu, dan 0 jika tidak membantu.

Strategi koping contoh dibagi kedalam tiga pola koping, yaitu Pola I (mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan situasi optimis), Pola II (memelihara dukungan sosial, kepercayaan diri, dan stabilitas psikologis), dan Pola III (memahami situasi medis melalui komunikasi antar orang tua dan konsultasi dengan staf medis). Penentuan pengkategorian kecenderungan pola koping yang digunakan contoh berdasarkan pada persentase skor jawaban untuk masing-masing pola koping. Persentase skor terbesar dari ketiga pola koping akan menentukan kecenderungan pola koping yang digunakan contoh dalam merawat anak ASD.

(47)

karakteristik anak dan keluarga dengan pengetahuan contoh, dukungan keluarga, dan persepsi contoh terhadap anak ASD. Uji chi-square digunakan untuk melihat hubungan strategi koping contoh berdasarkan karakteristik keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi contoh terhadap anak ASD.

Kualitas data dikontrol melalui uji reliabilitas variabel dukungan keluarga, pengetahuan contoh mengenai ASD, persepsi contoh terhadap ASD dan strategi koping. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha menunjukkan reliabilitas variabel dukungan keluarga (0.6111), pengetahuan contoh mengenai ASD (0.6790), persepsi contoh terhadap ASD (0.6902), dan strategi koping (0.7344) (Lampiran 2). Dengan demikian bahwa item-item pertanyaan tersebut reliabel untuk menentukan dukungan keluarga, pengetahuan dan persepsi contoh terhadap anak ASD serta strategi koping yang digunakan contoh dalam merawat anak ASD.

Definisi Operasional

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah. Besar keluarga diukur melalui kuesioner dengan mengkategorikan menjadi keluarga kecil dengan jumlah individu kurang dari sama dengan empat orang, keluarga sedang terdiri dari lima sampai tujuh orang, dan keluarga besar dengan jumlah individu lebih dari sama dengan delapan orang (Hurlock 1991).

Contoh adalah ibu yang memiliki anak ASD yang sedang diterapi di Sekolah khusus Al-Ihsan dan bersedia untuk diwawancarai.

Dukungan keluarga adalah suatu perhatian yang diberikan keluarga terhadap ibu dan anak ASD. Dukungan ini dapat diperoleh dari keluarga inti dan luas. Dukungan keluarga diukur dengan memberikan 10 pertanyaan kepada ibu dan dikategorikan menjadi dukungan yang sangat kuat, kuat dan kurang kuat.

(48)

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh anggota keluarga setiap bulannya.

Pengetahuan Ibu adalah besarnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai ASD. Kategori pengukuran pengetahuan ibu dibedakan menjadi rendah, sedang, dan tinggi (Khomsan 2000).

Persepsi ibu terhadap anak ASD adalah suatu cara pandang ibu terhadap anak ASD yang diukur melalui kuesioner dengan memberikan 20 pertanyaan. Kategori pengukuran persepsi ibu terhadap anak ASD dibedakan menjadi positif dan negatif.

Strategi koping adalah suatu cara dan upaya ibu yang berorientasi pada suatu situasi yang sedang dihadapi untuk menguasai dan mengurangi tekanan dalam merawat anak ASD. Kategori pengukuran strategi koping dibagi menjadi tiga pola yaitu Pola I, Pola II, dan Pola III yang sesuai dengan pola koping yang dikembangkan oleh McCubbin dan Thompson (1987). Pola I adalah pola koping dimana ibu berorientasi terhadap keutuhan keluarga,

saling kerjasama dan memiliki persepsi yang optimis terhadap suatu situasi atau keadaan anak ASD. Strategi koping pola I terdiri dari 19 pernyataan.

Pola II adalah pola koping dimana ibu membina hubungan baik dengan anggota keluarga, masyarakat dan antar anggota keluarga sehingga tercipta dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis yang diperlukan dalam mengurangi tekanan atas masalah anak ASD. Strategi koping pola II terdiri dari 15 pernyataan.

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pelatihan Al-Ihsan berdiri pada tahun 1996 di bawah kepengurusan DKM Masjid Dzarratul Muthmainnah. Setelah 11 tahun berdiri, Pelatihan Al-Ihsan yang awalnya berpusat di Kompleks Batan Indah sudah memiliki tiga cabang, yaitu di Perumahan Villa Melati Mas, Apotik Tiara Pamulang, dan PCI Cilegon, Banten. Pada tahun 2004 pendiri Pelatihan Al-Ihsan mendirikan Yayasan Qurrota Ayyuni, sehingga sekarang Pelatihan Al-Ihsan berada di bawah yayasan tersebut. Pada tahun yang sama Pelatihan Al-Ihsan mendapatkan ijin dari Pendidikan Nasional (Diknas) untuk menjadi Sekolah Khusus.

Tenaga pengajar Sekolah Khusus Al-Ihsan seluruhnya berjumlah 24 orang yang sebagian besar berpendidikan IKIP PLB (Pendidikan Luar Biasa). Sedangkan jumlah murid ASD di Sekolah Khusus Al-Ihsan pada tahun 2008 di kedua tempat tersebut sebanyak 59 orang, dimana sebanyak 39 siswa di Al-Ihsan Tangerang dan 20 siswa di Cilegon, Banten.

Kegiatan yang dilakukan di Sekolah Khusus Al-Ihsan terdiri dari kelas individu, kelas khusus, SD Integrasi untuk anak yang sudah bisa belajar di sekolah dasar tetapi masih memerlukan bimbingan khusus. Kelas individu ini terdiri daribehaviour teraphy,speech teraphy,sensory integration, danbrain gym sedangkan untuk kelas khusus dilatih oleh satu orang guru dan satu orang asisten untuk masing-masing kelas dengan tiap kelas terdiri dari empat sampai lima orang anak. Selain itu pula terdapat beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti menggambar, menyanyi, berenang danout bound.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Berpikir : Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Persepsi Ibu serta HubungannyaStrategi Koping Ibu pada Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD)
Gambar 2 Bagan penarikan contoh
Tabel 1 Jenis peubah, skala data dan kategori pengukuran
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode ABC membeban- kan biaya ke setiap produk berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk tersebut dengan menggunakan lebih dari cost driver ,

NAB per saham/unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksa Dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah

1) Metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga diperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen terhadap

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, tubuh tidak

Suatu polimer adalah rantai berul berulang ang dari dari atom atom yang panjang, terbentuk dari yang panjang, terbentuk dari   pengikat yang berupa molekul identik

dengan matahari sehingga akibat gaya tarik komet tersebut sebagian dari masa matahari yang panas tercabik lepas dan mendingin menjadi planet.. PEMBENTUKAN

Nilai Pasar Wajar adalah perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu properti antara pembeli yang

Model pembelajaran tersebut dikolaborasikan dengan memanfaatkan tutor sebaya yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman lainnya, yang merupakan salah satu