1
NASKAH PUBLIKASI
Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa
Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Magister Pendidikan
Minat Utama Pengkajian Bahasa Indonesia
Oleh
Kuntoyo
NIM: S 200 100 032
MAGISTER PENGKAJIAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi PembelajaranTGT dengan STAD Pada Siswa
Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012
Disusun oleh: Kuntoyo NIM S 200 100 032
Naskah publikasi telah disetujui oleh
Pembimbing I
Prof. Dr. Markhamah, M. Hum.
Pembimbing II
3
Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA SMP
Negeri 2 Sambi Tahun Pelajaran 2011/2012 Oleh:
Kuntoyo1, Markhamah2, Harun Joko Prayitno3
1
GuruSMPN 2 Sambi, 2Staff Pengajar UMS Surakarta,
3
Staff Pengajar UMS Surakarta ABSTRACT
Kuntoyo.S 200 100 032.Improving the Skills of Converting Interview Text into Narrative Writing through Collaboration Methods of TGT and STAD for Students of SMP Negeri 2 Sambi Grade VII A Academic Year 2011/2012.
The purpose of this study are two. (1) To explain and to describe the improvement quality of learning process converting interview text into narrative writing through collaboration methods of TGT and STAD for students of SMP Negeri 2 Sambi Grade VII A. (2) To explain the improvement of skills in converting interview text into narrative writing through implementation of collaboration methods of TGT and STAD for students of SMP Negeri 2 Sambi Grade VII A.
This study is a classroom action research one. This study tries to find a solution in learning to convert interview text into narrative writing through collaboration methods of TGT and STAD. The subjects of this study are VII A graders of SMP Negeri 2 Sambi Boyolali Academic Year 2011/2012.
This study uses interviews, observations, questionnaires, assignments, and discussions to collect the data. Data analysis used is descriptive qualitative. Descriptive analyzes were undertaken to describe the implementation of collaboration learning methods with TGT and STAD conducted by the writer and collaborator and describe the students’ work.
This study uses 2 cycles. Before the research, the writer observes the learning process of Bahasa Indonesia teacher to find out the initial conditions as a foothold in conducting the study. Cycle I and Cycle II requires one session, each cycle is implemented through four stages, namely (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection.
Based on the results of this study, it can be concluded that the implementation of collaboration learning methods of TGT and STAD in converting interviews text into narrative writing has increased both in the process and the learning out come qualities. The quality of learning process shows that active students before the action 46.66% (14 students), first cycle 60% (18 students), and second cycle 80% (24 students). The quality of learning out comes can be seen from the increasing number of students who achieve a minimum passing grade of 70. As much as 60% (18 students) achieve a minimum passing grade before the action, after the first cycle 76.67% (23 students), and the second cycle increased to 86.67% (26 students). Based on these studies, collaboration learning methods of TGT and STAD can be used as an alternative learning model for improving student achievement.
2 A. Pendahuluan
Hasil penelitian dalam dunia pendidikan mengindikasikan perlu dilakukan upaya secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional dapat tercapai, yang pada muaranya dapat mengangkat derajat dan martabat bangsa Indonesia yang selama ini masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain, yang notabene bangsa Indonesia sudah merdeka jauh lebih dahulu dibandingkan dengan negara-negara tersebut.
Untuk menghasilkan tulisan berkualitas, diperlukan kemampuan menulis yang memadai. Salah satu lembaga yang bertanggung jawab membekali peserta didik dengan keterampilan menulis adalah sekolah. Untuk itu perlu pelaksanaan pembelajaran yang bermakna. Pelaksanaan pembelajaran bermakna di ruang-ruang kelas ternyata belum sesuai dengan harapan. Hal ini seperti yang dikatakan Tarigan (2008: 186) bahwa pengajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah.
Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar, umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang, dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan oleh guru. Kesulitan menulis bagi siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah kurangnya latihan, kurangnya minat siswa, dan kurangnya variasi dalam menyajikannya. Kesulitan dalam menulis merupakan salah satu indikator bahwa keterampilan menulis/mengarang di kalangan pelajar belum memadai.
Hal yang sama terjadi di SMP Negeri 2 Sambi. Dari penjelasan kolaborator tentang kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sambi, diperoleh informasi bahwa aspek yang paling sulit dilakukan siswa adalah dalam pembelajaran menulis, baik menulis teks nonsastra maupun teks sastra. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi dengan kolaborator yang menunjukkan hanya 60% siswa kelas VII A yang mendapatkan nilai tuntas untuk pelajaran menulis. Kesulitan menulis ini juga dirasakan beberapa siswa kelas VII A yang mengaku kesulitan jika diberi tugas menulis.
Begitu juga ketika dalam pembelajaran untuk kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi tulisan narasi siswa mempunyai kemampuan yang rendah. Dengan pembelajaran menulis yang kurang bervariasi ditambah kondisi siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis, dipandang perlu adanya
3
model yang menarik dalam pembelajaran menulis sehingga kesulitan menulis dapat diatasi.
Selain itu secara psikologis usia siswa kelas VII yang dapat digolongkan pada usia belasan tahun, dapat digolongkan dalam masa remaja. Masa remaja adalah masa mencari identitas (Izzaty, dkk. 2008: 125). Pada masa ini mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal. Tetapi sekaligus remaja mempunyai rasa kebersamaan yang tinggi dengan teman sekelompoknya.
Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan peneliti untuk melaksanakan model pembelajaran yang melibatkan perlombaan atau turnamen dalam bentuk kerja kelompok, yang dalam istilah asing disebut team game turnament. Model pembelajaran tersebut dikolaborasikan dengan memanfaatkan tutor sebaya yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman lainnya, yang merupakan salah satu ciri utama pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Students Team Achievement Division (STAD).Untuk itu, proses pembelajaran keterampilan mengubah teks wawancara menjadi tulisan narasi mengunakan metode pembelajaran kolaborasi antara Team Game Turnament (TGT) dengan Student Team Acvievement Divisions (STAD).Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.(1)Apakah penerapan metode kolaborsi pembelajaran TGT (Team Game Tournament) dengan Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi tulisan narasi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sambi? (2) Apakah penerapan metode kolaborasi pembelajaran TGT (Team Game Tournament) dengan Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi wacana narasi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sambi?
Adapun tujuan penelitiannya sebagai berikut. (1) Menjelaskan dan mendeskripsikan peningkatan kualitas proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi wacana narasi melalui penerapan metode kolaborasi pembelajaran TGT (Team Game Tournament) dengan Student Team Achievement
Division (STAD) pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sambi. (2) Menjelaskan peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi wacana narasi melalui penerapan metode kolaborasi pembelajaran TGT (Team Game Tournament) dengan
4
Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sambi.
B. Kajian hasil penelitian dan Landasan Teori 1. Kajian hasil penelitian yanng relevan
Penelitian dengan menggunakan metode STAD ternyata efektif dalam pembelajaran kimia di SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nagib M.A. Balfakih dari United Arab Emirates University dalam penelitiannya yang berjudul The Effectiveness of Student Team-Achievement Division
(STAD) for Teaching High School Chemistry in the United Arab Emirates. Dari hasil
penelitian ini dapat diketahui bahwa STAD adalah metode pengajaran yang lebih efektif dibandingkan dengan metode tradisional pada mata pelajaran kimia untuk kelas X di Arab (Balfakih, 2003: 621-622).
Penelitian lain yang berkaitan dengan judul penelitian yang penulis ajukan adalah penelitian yang dilakukan Michael van Wyk dari University of The Free State, Afrika Selatan dengan judul The Effects of Team Game Tournaments On
Achievement, Retention, and Attitudes of Economic Education Students. Dari
penelitian tersebut dapat diperoleh hasilnya bahwa metode pembelajaran koperatif tipe TGT (Teams Game Tournament) ternyata lebih efektif digunakan daripada metode pembelajaran konvensional, ceramah misalnya dalam pembelajaran mata kuliah ekonomi. Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT mempunyai pengaruh positif terhadap daya rekam (ingatan) serta sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah ekonomi (Wyk, 2010: 37).
Penelitian menulis narasi dilakukan oleh Paul Van Den Broek, Brian Linzie, Charles Fletcher, dan Chad J. Marsolek dari University of Minnesota, Minnepolis, Minnesota, Amerika Serikat dengan judul The Role of Causal Discourse
Structure in Narrative Writing. Penelitian mereka menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa ada pengaruh positif antara wacana sebab akibat terhadap peran penulisan wacana narasi. Mahasiswa akan lebih mudah membuat narasi yang berbentuk sebab akibat.
2. Landasan teori
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
5
bahasa dan gambaran grafik itu. Pada prinsipnya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir secara kritis. Selain itu fungsi lain menulis adalah memudahkan manusia merasakan dan menikmati hubungan-hubungan kemasyarakatan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, membantu memecahkan masalah, dan menyusun urutan bagi pengalaman. (Tarigan, 2008: 22-23).
Jadi, agar bisa dipahami orang lain, penyampaian gagasan secara tertulis harus benar-benar efektif.Selaras dengan pendapat di atas Leonhardt (Sukino, 2010: 11) menyatakan bahwa anak-anak yang gemar membaca akan memperoleh rasa kebahasaan tertulis, yang kemudian mengalir ke dalam tulisan mereka. Pada dasarnya orang menulis itu mempunyai tujuan, yaitu agar pesan yang terdapat dalam tulisannnya itu dibaca orang.
Aktivitas menulis merupakan manifestasi kompetensi berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2011: 422).
Wawancara merupakan tanya jawab dengan seseorang (pejabat, dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat di surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1559).
Menurut Gorys Keraf, wacana narasi adalah sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat dirumuskan narasi adalah bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi (Keraf, 2007: 136).
Kalimat tuturan seseorang jika ditulis akan berupa kalimat langsung. Baik kalimat tanya maupun kalimat jawaban merupakan kalimat-kalimat langsung, yakni kalimat yang langsung diucapkan pembicara. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Suhadi yang menyatakan bahwa kalimat langsung merupakan kalimat yang mengandung kutipan langsung dari pernyataan orang pertama. Adapun ciri lahiriah kalimat langsung yakni adanya kutipan langsung yang ditulis di antara tanda petik dua, penggunaan kata ganti orang pertama ( –ku, saya, kami) (Suhadi, 2008: 161-162).
6
Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang berisi tiruan atau pengulangan dari pernyataan orang pertama. Adapun ciri lahiriahnya adalah menggunakan kata bahwa atau yang sejenis seperti kata kalau yang berposisi sebelum klausa bawahan. Di samping itu penggunaan kata ganti orang ketiga (-nya, kami, atau
kita) yang menunjukkan bahwa kata ganti di atas merupakan pengulangan oleh orang
lain dari pernyataan orang pertama (Suhadi, 2008: 161-162).
TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD (Slavin, 2009: 165), dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Dengan dua kolaborasi metode kooperatif di atas penulis mencoba menerapkan dalam pembelajaran kompetensi dasar: mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut. (1) Guru presentasi menyampaikan tujuan pembelajaran serta menjelaskan tata cara kerja sama dalam kelompok dengan kolaborasi metode TGT dengan STAD. (2) Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 3-4 orang secara heterogen dengan komposisi yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. ( 3) Guru menyampaikan materi pembelajaran. (4) Guru memberi tugas kelompok. Yang setiap ketua kelompok berusaha untuk memahamkan materi pelajaran pada masing-masing anggota (salah satu ciri metode pembelajaran STAD).(5) Guru melakukan bimbingan kepada masing-masing kelompok atau kelas yang sedang melakukan diskusi atau belajar bersama. (6) Siswa bertanding dengan kelompok lain dengan peraturan siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi melawan siswa yang mempunyai akademik yang sama dari kelompok lain, siswa yang mempunyai kemampuan akademik sedang melawan siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang sedang dari kelompok lain, siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah melawan siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang rendah dari kelompok lain. (7) Nilai individu masing-masing anggota kelompok diakumulasikan menjadi nilai kelompok, sekaligus untuk menentukan peringkat kelompok (menentukan juara turnamen, salah satu ciri dari TGT). (8) Guru melakukan evaluasi.
3. Kerangka pikir
Pembelajaran menulis yang dilakukan secara tradisional lebih menekankan pada hasil tulisan siswa, bukan pada proses yang seharusnya dilakukan. Para siswa langsung menulis tanpa belajar bagaimana cara menulis dan kemudian diminta secara
7
langsung praktik menulis. Tentu pembelajaran model seperti ini sangat sulit bagi siswa untuk bisa melakukannya dan membosankan.
Untuk sebagian siswa hal itu tidak bermasalah karena mereka mempunyai minat yang tinggi, tetapi sebagian besar siswa mengalami banyak kesulitan.Mereka belum mampu mengorganisasikan gagasan, menggunakan kata ganti sesuai dengan konteksnya, menggunakan ejaan yang benar.
Berdasarkan paparan di atas, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran menulis yang dapat mendorong keseluruhan siswa agar terlibat dalam mengikuti pembelajaran dan sekaligus dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar menulis adalah menerapkan kolaborasi/ kombinasi metode Team
Game Tournamen (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD).
Dalam hal ini, siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat memotivasi rekan-rekannya dalam pembelajaran menulis.
C. Metode Penelitian 1. Setting penelitian
Tempat penelitian : SMP Negeri 2 Sambi, Boyolali.
Waktu penelitian : Februari sampai dengan Agustus 2012. 2. Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian : Siswa SMP Negeri 2 Sambi Kelas VIIA T.P. 2011/2012 Objek penelitian : peningkatan menulis mengubah teks wawncara
menjadi tulisan narasi, aktivitas siswa dalam pembelajaran, hasil karya siswa
3. Teknik pengumpulan data a. Wawancara
Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara oleh peneliti kepada guru Bahasa Indonesia, siswa-siswa SMP Negeri 2 Sambi khususnya kelas VII A, dan kepala sekolah.
b. Observasi
Observasi yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif. Penulis hadir dalam kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan observasi untuk mengetahui proses pembelajaran berlangsung, langkah-langkah penerapan model pembelajaran kolaborasi TGT dengan STAD, dan evaluasi yang diterapkan.
8
Teknik ini dilakukan untuk menggali data yang bersumber dari dokumen atau arsip, yaitu kurikulum, bentuk-bentuk persiapan mengajar, hasil karya siswa, nilai yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.
D. Pembahasan
Pelasanaan tindakan meliputi dua siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Perencanaan
Kegiatan awal yang dilakukan adalah: (1) menyusun RPP siklus I dan II sesuai rencana tindakan dengan metode kolaborasi TGT dengan STAD, (2) menyiapkan alat, bahan, sarana pembelajaran, (3) melakukan koordinasi dengan kolaborator tentang pelaksanaan pengamatan siklus I dan II
2. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus I dan I masing-masing 1 kali pertemuan tiap pertemuan selama (2X40 menit)
3. Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat tindakan dilakukan dan ditujukan pada siswa dan guru baik pada siklus I dan siklus II. Lembar observasi berupa instrumen yang digunakan untuk menilai kegiatan siswa dan kegiatan guru dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran kolaborasi TGT dengan STAD. Observer berada langsung di dalam kelas untuk melaksanankan obervasi.
4. Analisis dan refleksi
Refleksi dilakukan terhadap hasil obervasi yang dilakukan oleh observer sekaligus peneliti. Kelemahan dan kekurangan yang ditemukan digunakan untuk pedoman untuk menyusun perbaikan. Sedangkan kekuatan dan kelebihan akan dipertahankan dan ditingkatkan intensitasnya.
Hasil Tindakan
Hasil pelaksanaan proses pembelajaran setiap siklus tindakan di atas, secara ringkas dapat dituliskan pada tabel rekapitulasi data di bawah ini.
9
Hasil Belajar Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Antarsiklus NO . IDENTIFIKASI SEBELUM TINDAKAN SIKLUS I SIKLUS II 1 Rerata 60 70,67 74,3
2 Jumlah siswa yang
mencapai nilai 70 ke atas 13 23 26
3 Ketuntasan Belajar
Klasikal 43,33 % 76,66% 86,66%
4 Minat 45% 60% 86,66%
Perbandingan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
No. Aspek-aspek yang dinilai
Persentase Keberhasilan Sebelum
Tindakan Siklus I Siklus II 1.
Keaktifan siswa selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi tulisan narasi.
46,66% 60% 80%
2.
Siswa yang terlibat aktif dalam
kelompok. 56,66% 66,6% 80%
3.
Kerja sama dan kekompakan siswa
dalam tim atau kelompok. 50% 66,6% 86,66%
4.
Siswa yang mengerjakan tugas mengubah teks wawancara menjadi tulisan narasi dengan serius dan sungguh-sungguh.
10
Perbandingan Nilai Menulis Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Antarsiklus
NO NAMA Nilai
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Agung Susilo 67 68 73
2 Agustina Mulyanto 66 68 69
3 Amalia Shoimah 72 75 80
4 Anita Hendyana 70 71 75
5 Ardyansah Alfarisqi 67 70 70
6 Astutik Aska marfuah 70 72 76
7 Bagus Widyasmoro 70 71 74
8 Bambang Setiyawan 70 71 76
9 Dian Febriani 71 72 76
10 Dikas Kusuma Putra 67 68 70
11 Dinda Putri Pratama 70 70 71
12 Fajar Maulana 68 68 72
13 Febri Alviana 68 70 73
14 Galuh Alfenida Nur S 71 73 79
15 Hardiyanto 70 70 73
16 Heru Prayitno 67 69 69
17 Ifa Putri Nurani 72 75 80
18 Kurnia Lestari Putri 67 70 74
19 Mahendra Tri Pamungkas 70 70 74
20 Mar'i Sentanu 73 75 81
21 Nanda Akbarudin M.A. 70 71 75
22 Putri Rahayu 71 73 80
23 Rafi Bayu Prasetyo 69 70 73
24 Rendi Ian Wijyaya 67 67 69
25 Reny Susilowati 70 70 74
26 Suhandono 71 73 78
27 Syahrul Triwiyanto 70 70 75
11
29 Wahyu Purnama 68 68 69
30 Yayan Krisna Putra 68 70 74
Jumlah 2080 2120 2229
Rata-rata 69,33 70,67 74,3
Persentase siswa ≥ KKM 60 76,6667 86,6667
E. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tidakan kelas dan pembahasannya maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
12 2. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi siswa
Disarankan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara aktif dengan menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti dari penyampaian materi yang telah guru berikan. Disamping itu, mereka harus banyak berlatih
13
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi tulisan narasi. 2. Bagi guru
Guru perlu benar –benar memahami tahapan-tahapan pembelajaran baik klasikal maupun individual. Guru harus merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan interpretasi, serta menganalisis dan merefleksi pembelajaran agar pembelajaran menulis dapat berhasil.
3. Bagi sekolah
Agar guru dapat meningkatkan profresionalisme maupun kualitas pembelajaran yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, disarankan kepada kepala sekolah untuk: (1) melengkapi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, (2) memotivasi guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan kinerjanya secara profesional untuk mengembangkan dirinya dengan melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan maupun pengajaran, misalnya melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
4. Bagi Peneliti dan Pembaca
Disarankan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti dan pembaca diharapkan dapat menerapkan teori yang telah diperoleh dengan melakukan penelitian langsung di sekolah. Yang pada muaranya dapat meningkat kualitas pembelajaran.
Daftar Pustaka
Balfakih, Nagib M. A. 2003. The Effectiveness of Student TeamAchievement Division (STAD) For Teaching High School Chemistry In The United Arab Emirates. Al Ain: Arab Emirates University.Jurnal INT. J. SCI. EDUC., 2003, VOL. 25, NO. 5, 605–624
Broek Paul Van Den, Brian Linzie, Charles Fletcher, Chad J. Marsolek. 2000. The Role of Causal Discourse Structure in Narrative Writing. Minnesota: University of Minnesota. Jurnal Memory & Cognition 2000, 28 (5), 711-721
Budiarto, Sugeng. 2007. Scramble Paragraf Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 5 Depok Yogyakarta.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
14
Hidayat, Ahmad Asep. 2006. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Majoka, Muhammad Iqbal, Malik Hukam Dad, Tariq Mahmood. 2010. Student Team
Achievement Division (STAD) As An Active Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom. Lahore: Department of Education, Hazara University. Journal of Education and Sociology, ISSN: 2078-032X,
December, 2010
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetenai. Yogyakarta: BPFE
Parjono. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
Suhadi, 2008.Sintaksis.Yogyakarta: UNY Press.
Suharsimi, Arikunto dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sukino.2010. Menulis Itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer LkiS.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa media.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Parjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UNY.
Wolfe, Michael B. W., Joseph A. Mienko. 2007. Learning And Memory Of Factual
Content From Narrative And Expository Text. USA: Grand Valley State
University. British Journal of Educational Psychology (2007), 77, 541–564 Wyk, Micheal M van. 2010. The Effects of Teams Games Tournaments on Achievement,
Retention, And Attitudes of Economics Education Students.South Africa: University of the Free State. 2010 EABR & ETLC Conference Proceedings.