• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Harga Diri Anak Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Harga Diri Anak Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Rahel Hutagalung (121101126) adalah mahasiswi Program Studi S-1 Reguler di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “HubunganPola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Harga Diri Anak Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi S-1 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya minta kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan Saudara.

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Saudara dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesedian waktu Saudara dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 2016

Peneliti Responden

(2)

Lampiran 2

KUESIONER TENTANG HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN HARGA DIRI ANAK REMAJA DI SMA KATOLIK

TRI SAKTI MEDAN

Data Demografi Remaja (Identitas Remaja) 1. No Responden : ...

9. Penghasilan orang tua perbulan :

( ) Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- ( ) Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,- ( ) Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,- ( ) Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-

Petunjuk :

(a) Semua pernyataan harus dijawab dan tiap pernyataan diisi satu jawaban

(b) Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) dan menjawab titik pada tempat yang disediakan.

Pada pernyataan pola asuh orang tua terdapat 4 alternatif jawaban yaitu : Jawaban SL : Selalu

Jawaban SR : Sering

(3)

Pada pernyataan harga diri terdapat 4 alternatif jawaban yaitu : Jawaban SS : Sangat setuju

Jawaban S : Setuju Jawaban TS : Tidak setuju Jawaban STS : Sangat tidak setuju

(c) Jika kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti

a. Kuesioner tentang Pola Asuh Orang Tua

No Pernyataan SL SR KD TP

1 Saya harus patuh pada perintah orang tua saya 2 Jika saya membangkang maka orang tua saya akan

menghukum

3 Saya melakukan tugas yang diberikan orang tua karena takut dimarahi orang tua saya

4 Jika saya berbeda pendapat dengan orang tua maka saya dianggap pembangkang

5 Orang tua marah jika saya bergaul dengan teman-teman 6 Saat saya meminta sesuatu biasanya orang tua akan memarahi

saya karena terlalu banyak menuntut

7 Saat memilih sekolah, orang tualah yang menentukan tempat sekolah saya

8 Saya harus menaati aturan-aturan orang tua saya

9 Saat saya memiliki masalah, saya takut untuk cerita ke orang tua

10 Orang tua saya bersikap mengancam saat memerintah saya melakukan pekerjaan rumah

11 Orang tua menerima kehadiran saya sebagai anak dengan sepenuh hati

12 Orang tua memberi kebebasan memilih teman tetapi tetap diarahkan

13 Orang tua mengajak saya liburan bersama pada waktu liburan sekolah

14 Orang tua berdiskusi dengan saya tentang rencana masa depan saya

15 Orang tua saya menghargai pendapat yang saya berikan meskipun berbeda pendapat

16 Orang tua menjadi teman yang baik untuk berbagi 17 Saat di rumah, orang tua dan saya bersepakat untuk

menetapkan aturan bersama

18 Saat memilih sekolah, orang tua memberikan masukan tempat sekolah yang terbaik untuk saya

(4)

20 Saat saya melakukan kesalahan, orang tua biasanya menanyakan alasan saya kemudian memberikan nasihat 21 Orang tua saya mengikuti kemauan-kemauan saya 22 Orang tua saya memberikan apapun yang saya minta 23 Orang tua memberi kebebasan lebih pada saya tanpa ada

larangan

24 Orang tua membiarkan saya membuat aturan-aturan di rumah sesuai keinginan saya

25 Saat memilih sekolah, orang tua mengikuti kemauan saya 26 Saat memilih teman, orang tua cukup tahu saja

27 Orang tua hanya sedikit membimbing saya di rumah 28 Apabila saya berpendapat, orang tua saya akan

menyetujuinya

29 Saat saya melakukan kesalahan, orang tua biasanya seperlunya saya bertanya

30 Orang tua hanya sedikit mengawasi saya sehingga saya bebas melakukan apa saja

31 Orang tua membiarkan saya bebas melakukan apapun yang saya mau

32 Orang tua sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga saya dibiarkan begitu saja

33 Saya kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua saya 34 Orang tua mengacuhkan apapun yang saya lakukan di rumah 35 Apabila saya berpendapat, orang tua saya kurang

memperdulikan

36 Saat di rumah, saya merasa kesepian

37 Saat saya meminta sesuatu, biasanya orang tua saya mengacuhkannya

38 Saat memilih sekolah, orang tua bersikap cuek

39 Saat saya memiliki masalah, saya begitu sedih karena orang tua kurang memperdulikan masalah yang saya hadapi 40 Saat saya melakukan kesalahan, orang tua cuek dengan

(5)

b. Kuesioner Harga Diri

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA !

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang berharga, setidaknya sama dengan orang lain 2 Saya merasa saya memiliki kualitas-kualitas

yang baik

3 Secara umum saya menolak untuk merasa bahwa saya adalah orang yang gagal 4 Saya dapat melakukan hal-hal sebaik yang

dilakukan orang lain

5 Saya merasa tidak ada yang bisa saya banggakan

6 Saya bersikap positif terhadap diri saya sendiri 7 Secara keseluruhan saya puas dengan diri saya 8 Saya berharap saya dapat lebih menghormati

diri saya sendiri

9 Saya sering kali merasa sebagai orang yang tidak berguna

(6)

Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan

Tahun 2015 Tahun 2016

(7)

Lampiran 4

Hasil Uji Reliabilitas

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(8)

Lampiran 5

Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pola asuh .070 62 .200* .968 62 .100

harga diri .113 62 .048 .966 62 .088

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Linearitas Data

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

harga diri * pola asuh Between Groups (Combined) 369.282 26 14.203 1.564 .108

Linearity 133.730 1 133.730 14.729 .000

Deviation

from

Linearity

235.552 25 9.422 1.038 .452

Within Groups 317.767 35 9.079

(9)

Lampiran 6

Hasil Penelitian

Data Demografi

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15 5 8.1 8.1 8.1

16 47 75.8 75.8 83.9

17 9 14.5 14.5 98.4

18 1 1.6 1.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

Umur 62 1 4 2.10 .534 .286 .764 .304 2.691 .599

Jenis kelamin 62 1 2 1.58 .497 .247 -.335 .304 -1.952 .599

Agama 62 2 3 2.21 .410 .168 1.462 .304 .141 .599

Anak ke 62 1 5 2.42 1.466 2.149 .648 .304 -1.024 .599

Pekerjaan

ayah 62 1 5 3.77 1.247 1.555 -1.232 .304 .539 .599

Pekerjaan ibu 62 1 5 4.10 1.251 1.564 -1.643 .304 1.785 .599

Penghasilan

ortu 62 1 4 3.00 .868 .754 -.621 .304 -.163 .599

Valid N

(10)

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 26 41.9 41.9 41.9

perempuan 36 58.1 58.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kristen protestan 49 79.0 79.0 79.0

kristen katolik 13 21.0 21.0 100.0

Total 62 100.0 100.0

Anak ke

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 23 37.1 37.1 37.1

2 16 25.8 25.8 62.9

3 6 9.7 9.7 72.6

4 8 12.9 12.9 85.5

lain-lain 9 14.5 14.5 100.0

(11)

Pekerjaan ayah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(12)

Variabel Pola Asuh Orang Tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(13)

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(14)

KADANG-KADANG 30 48.4 48.4 64.5

SERING 13 21.0 21.0 85.5

SELALU 9 14.5 14.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(15)

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(16)

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(17)

KADANG-KADANG 18 29.0 29.0 33.9

SERING 18 29.0 29.0 62.9

SELALU 23 37.1 37.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

P16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(18)

P19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(19)

P21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK PERNAH 49 79.0 79.0 79.0

(20)

SELALU 4 6.5 6.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

P25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(21)

P28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK PERNAH 3 4.8 4.8 4.8

KADANG-KADANG 48 77.4 77.4 82.3

SERING 7 11.3 11.3 93.5

SELALU 4 6.5 6.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

P29

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK PERNAH 5 8.1 8.1 8.1

KADANG-KADANG 35 56.5 56.5 64.5

SERING 15 24.2 24.2 88.7

SELALU 7 11.3 11.3 100.0

Total 62 100.0 100.0

P30

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK PERNAH 35 56.5 56.5 56.5

KADANG-KADANG 21 33.9 33.9 90.3

SERING 4 6.5 6.5 96.8

SELALU 2 3.2 3.2 100.0

(22)

Pola asuh penelantar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(23)

KADANG-KADANG 16 25.8 25.8 93.5

SERING 1 1.6 1.6 95.2

SELALU 3 4.8 4.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

P34

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(24)

P37

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(25)

KADANG-KADANG 7 11.3 11.3 95.2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK SETUJU 7 11.3 11.3 11.3

SETUJU 37 59.7 59.7 71.0

(26)

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 5 8.1 8.1 8.1

TIDAK SETUJU 10 16.1 16.1 24.2

(27)

SANGAT SETUJU 26 41.9 41.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(28)

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.6 1.6 1.6

TIDAK SETUJU 14 22.6 22.6 24.2

SETUJU 30 48.4 48.4 72.6

SANGAT SETUJU 17 27.4 27.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.6 1.6 1.6

TIDAK SETUJU 22 35.5 35.5 37.1

SETUJU 20 32.3 32.3 69.4

SANGAT SETUJU 19 30.6 30.6 100.0

(29)
(30)

Minimum 23

Maximum 36

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness .080 .304

Kurtosis -.376 .599

KORELASI POLA ASUH DAN HARGA DIRI

Correlations

pola asuh harga diri

pola asuh Pearson Correlation 1 .441**

Sig. (2-tailed) .000

N 62 62

harga diri Pearson Correlation .441** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 62 62

(31)
(32)
(33)

ANK KE : Anak ke- 1:1 2:2 3:3 4:4 5:lain-lain

PKRJ AYH : Pekerjaan Ayah 1: pegawai negeri 2:TNI/POLRI 3: guru/pengajar 4: wiraswasta 5: lain-lain

PKRJ IBU : Pekerjaan Ibu 1: pegawai negeri 3: guru/pengajar 4: wiraswasta 5: lain-lain

(34)

No.R

Pernyataan pola asuh orang tua di SMA Katolik Tri Sakti Medan

(35)
(36)

49 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 2 1 4 4 1 2 3 1 50 2 4 3 4 1 4 1 4 4 1 4 4 1 3 4 4 1 2 4 4 4 2 2 1 4 4 4 2 3 2 51 3 2 3 4 2 2 1 3 4 1 4 4 2 2 2 2 2 4 2 4 3 3 1 1 3 3 2 2 2 2 52 2 2 3 1 1 4 2 4 4 1 4 4 2 2 3 4 2 4 1 4 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 53 2 4 3 1 1 4 2 2 4 1 2 4 2 3 2 2 1 4 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 54 4 2 4 1 1 2 4 4 2 1 4 3 2 4 3 3 4 4 2 4 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 55 2 2 1 1 1 3 1 4 4 1 1 4 1 2 4 2 3 4 1 1 1 2 2 4 4 4 4 2 2 2 56 3 2 3 2 1 2 2 4 2 1 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 3 2 2 1 2 3 2 3 3 1 57 3 3 1 2 1 1 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 1 1 1 1 1 2 2 1 58 3 2 4 3 3 2 4 4 2 1 4 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2 1 1 3 4 4 2 2 2 59 4 1 1 1 2 3 3 4 4 1 4 1 1 4 1 1 1 2 2 3 4 1 2 1 1 1 2 4 1 3 60 4 3 4 3 3 3 1 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1 1 3 1 2 2 1 61 4 2 2 2 2 2 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 1 2 4 4 2 4 4 62 3 2 3 4 2 2 1 3 4 1 4 4 2 3 2 4 2 4 1 3 3 4 2 1 4 2 4 2 2 2

(37)
(38)
(39)

1 1 1 3 2 1 2 1 2 3 81 2 1 1 1 1 3 2 1 1 1 97 2 1 4 1 4 2 1 1 2 2 110 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 95

Keterangan :

(40)

No. R

Pernyataan harga diri anak remaja

(41)

40 3 2 2 2 1 4 2 4 2 2 24 41 2 4 1 4 4 4 2 1 4 4 30 42 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 33 43 1 3 3 2 4 4 3 1 2 3 26 44 4 4 1 4 4 4 3 1 3 2 30 45 4 3 1 3 1 4 4 1 3 3 27 46 3 3 3 3 1 4 3 1 3 2 26 47 4 3 3 3 3 4 3 1 4 2 30 48 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 25 49 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 34 50 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 35 51 4 4 1 4 3 4 3 1 2 2 28 52 4 3 2 3 4 4 4 2 4 4 34 53 4 3 2 3 4 4 3 1 3 4 31 54 4 3 3 3 4 4 4 1 4 3 33 55 2 2 1 3 1 2 4 4 3 2 24 56 4 3 2 2 3 4 3 2 3 3 29 57 4 3 1 3 2 4 4 1 4 4 30 58 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 23 59 4 3 1 3 4 4 4 1 3 2 29 60 4 3 4 3 4 4 4 1 2 3 32 61 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 36 62 4 3 3 3 4 4 4 1 3 3 32

Keterangan :

(42)

Tabel distribusi frekuensi pola asuh dan harga diri

Pola asuh orang tua

No Pernyataan Selalu Sering

Kadang-kadang

2 Jika saya membangkang maka orang tua saya akan menghukum

16 21,1 10 13,2 33 43,4 3 3,9

3 Saya melakukan tugas yang diberikan orang tua karena takut dimarahi orang tua saya

16 21,1 18 23,7 15 19,7 13 17,1

4 Jika saya berbeda pendapat dengan orang tua maka saya dianggap pembangkang

6 Saat saya meminta sesuatu biasanya orang tua akan memarahi saya karena terlalu banyak menuntut

9 11,8 13 17,1 30 39,5 10 13,2

7 Saat memilih sekolah, orang tualah yang menentukan tempat sekolah saya

16 21,1 4 5,3 13 17,1 29 38,2

8 Saya harus menaati aturan-aturan orang tua saya

31 40,8 21 27,6 10 13,2 - -

9 Saat saya memiliki masalah, saya takut untuk cerita ke orang tua

26 34,2 7 9,2 18 23,7 11 14,5

10 Orang tua saya bersikap mengancam saat

memerintah saya melakukan pekerjaan rumah

2 2,6 5 6,6 7 9,2 48 63,2

11 Orang tua menerima

kehadiran saya sebagai anak

13 Orang tua mengajak saya liburan bersama pada waktu

(43)

liburan sekolah

14 Orang tua berdiskusi dengan saya tentang rencana masa depan saya

28 36,8 19 25 15 19,7 - -

15 Orang tua saya menghargai pendapat yang saya berikan meskipun berbeda pendapat

23 30,3 18 23,7 18 23,7 3 3,9

16 Orang tua menjadi teman yang baik untuk berbagi

18 Saat memilih sekolah, orang tua memberikan masukan tempat sekolah yang terbaik untuk saya

47 61,8 9 11,8 5 6,6 1 1,3

19 Saat saya memiliki masalah, saya akan berdiskusi dengan orang tua

10 13,2 7 9,2 33 43,4 12 15,8

20 Saat saya melakukan kesalahan, orang tua biasanya menanyakan alasan saya kemudian memberikan nasihat

44 57,9 12 15,8 4 5,3 2 2,6

21 Orang tua saya mengikuti kemauan-kemauan saya

4 5,3 9 11,8 42 55,3 7 9,2

22 Orang tua saya memberikan apapun yang saya minta

24 Orang tua membiarkan saya membuat aturan-aturan di rumah sesuai keinginan saya

4 5,3 - - 9 11,8 49 64,5

25 Saat memilih sekolah, orang tua mengikuti kemauan saya

11 14,5 11 14,5 26 34,2 14 18,4

26 Saat memilih teman, orang tua cukup tahu saja

11 14,5 12 15,8 20 26,3 19 25

27 Orang tua hanya sedikit membimbing saya di rumah

14 18,4 2 2,6 14 18,4 32 42,1

28 Apabila saya berpendapat, orang tua saya akan menyetujuinya

4 5,3 7 9,2 48 63,2 3 3,9

29 Saat saya melakukan kesalahan, orang tua biasanya seperlunya saya

(44)

bertanya

30 Orang tua hanya sedikit mengawasi saya sehingga saya bebas melakukan apa saja

2 2,6 4 5,3 21 27,6 35 46,1

31 Orang tua membiarkan saya bebas melakukan apapun yang saya mau

- - 3 3,9 18 23,7 41 53,9

32 Orang tua sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga saya dibiarkan begitu saja

1 1,3 1 1,3 13 17,1 47 61,8

33 Saya kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua saya

3 3,9 1 1,3 16 21,1 42 55,3

34 Orang tua mengacuhkan apapun yang saya lakukan di rumah

2 2,6 3 3,9 13 17,1 44 57,9

35 Apabila saya berpendapat, orang tua saya kurang

37 Saat saya meminta sesuatu, biasanya orang tua saya mengacuhkannya

2 2,6 5 6,6 30 39,5 25 32,9

38 Saat memilih sekolah, orang tua bersikap cuek

1 1,3 - - 2 2,6 59 77,6

39 Saat saya memiliki masalah, saya begitu sedih karena orang tua kurang

memperdulikan masalah yang saya hadapi

2 2,6 3 3,9 16 21,1 41 53,9

40 Saat saya melakukan kesalahan, orang tua cuek dengan keadaan yang saya alami

- - 3 3,9 7 9,2 52 68,4

Harga diri

No Pernyataan Sangat

(45)

sama dengan orang lain

4 Saya dapat melakukan hal-hal sebaik yang

6 Saya bersikap positif terhadap diri saya sendiri

38 61,3 19 30,6 4 6,5 1 1,6

7 Secara keseluruhan saya puas dengan diri saya

17 27,4 34 54,8 9 14,5 2 3,2

8 Saya berharap saya dapat lebih menghormati diri saya sendiri

7 11,3 6 9,7 14 22,6 35 56,5

9 Saya sering kali merasa sebagai orang yang tidak berguna

17 27,4 30 48,4 14 22,6 1 1,6

10 Adakalanya saya merasa tidak ada sesuatu hal pun yang baik pada diri saya

(46)

Lampiran 8

Taksasi Dana

1. Proposal

a. Penelusuran literatur dari internet Rp 50.000

b. Pencetakan literatur dari internet Rp 50.000

c. Fotokopi literatur dari buku Rp 100.000

d. Pencetakan proposal Rp 30.000

e. Penggandaan dan penjilidan proposal Rp 50.000

f. Konsumsi Rp 40.000

2. Pengumpulan Data

a. Penggandaan kuesioner Rp 50.000

b. Transportasi Rp 300.000

c. Souvenir Rp 150.000

3. Analisa Data dan Penyusunan Skripsi

a. Pencetakan proposal Rp 60.000

b. Penggandaan dan penjilidan skripsi Rp 100.000

c. CD Rp 10.000

d. Konsumsi

Total biaya Rp 1.140.000

(47)

Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahel Hutagalung

Tempat, tanggal lahir : Muara Enim, 29 Juni 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pasar 1 / Abdul Hakim Setia Budi kompleks

perumahan Classic 3 No.47B Medan

Nama Ayah : Hesekiel Hutagalung

Nama Ibu : Rosmawati Sinaga

Riwayat Pendidikan

1. 2000-2006 : SD Negeri 03 Muara Enim

2. 2006-2009 : SMP Negeri 1 Muara Enim

3. 2009-2012 : SMA Negeri 1 Unggulan Muara Enim

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, S. (2010). Gambaran Harga Diri pada Pelaku Redivisme: Studi pada

Residisme di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Cipinang. Diunduh pada

tanggal 29 Juni 2016 dari

Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya

dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika

Aditama.

eprints.ums.ac.id.

BKKBN. (2011). Internet. Fenomena Kenakalan Remaja di Indonesia. Diunduh tanggal 20 Oktober 2015.

Budianti, A.K. (2015). Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Harga

Diri pada Remaja. Diunduh pada tanggal 25 Juni 2016 dari

http://ntb.bkkbn.go.id.

Burns & Grove. (1993). The Practise of Nursing Research: Conduct, Critique and

Utilization. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

eprints.ums.ac.id.

Coopeersmith, S. (1967). The Antecendents of Self Esteem.

CNN Indonesia. (2014). Internet. Bunuh Diri Penyebab Utama Kematian Remaja. Diunduh tanggal 17 Januari 2016.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bojongkerta: Penerbit Ghalia Indonesia.

http://www.cnnindonesia.com

Dewi, H E. (2012). Memahami Perkembangan Fisik Remaja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Fitriana, L B. (2010). Hubungan Persepsi Pola Asuh dengan Harga Diri Remaja

di SMA Negeri 2 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Diunduh

(57)

Ghufron, M.N & Rini R (2011).Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gunarsa S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Lestari, S. (2012). Psikologi KeluargaPenanaman Nilai dan Penanganan Konflik

dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Longkutoy, dkk. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kepercayaan

Diri Siswa SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten Minahasa. Diunduh

pada tanggal 25 Juni 2016 dari

Maninda. (2012). Internet. Remaja, Say No Depresi!. ejournal.unsrat.ac.id.

Margaret. (2012). Hubungan antara Persepsi Remaja Awal tentang Pola Asuh

Otoriter Orang Tua dengan Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga.

Diunduh pada tanggal 28 Juni 2016 dari

http://inpasonline.com.

Meutia. (2013). Gambaran Pola Asuh dan Prestasi Belajar Remaja di SMA 88

Jakarta Timur. Diunduh tanggal 3 Juni 2016 dari

thesis.binus.ac.id.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Murtiyani, N. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan

Remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo. Diunduh

tanggal 18 Januari 2016 dari

Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group. www.dianhusada.ac.id.

Papalia, D E dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana.

(58)

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing: generating and assessing evidence for

nursing practice. Ninth Edition

Purba, dkk. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial

dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Pieter, H.Z & Namora, L.L . (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Safa’ah, N. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri pada

Remaja Usia 15-18 Tahun di SMA PGRI 1 Tuban. Diunduh pada tanggal

26 Januari 2016 dari

Santrock, J W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga. hhtp://lpmm.stikesnu.com.

Santrock, J W. (2007). Remaja Jilid 1 Edisi 11. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J W. (2010). Remaja Jidil 2 Edisi 11. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shochib, M . (2010). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005).Metode Statiska. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Penerbit Alfabeta.

Sunaryo. (2010). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Surani. (2012). Hubungan Prestasi Belajar dengan Harga Diri pada Mahasiswa

Semester III PSIK Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Diunduh tanggal 24 Juni

(59)

Wahmuji. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Wong, M dkk. (2010). How Family Matters in Shaping Offspring Worldviews:

Personal and Interpersonal Antecendents of Children’s Social Axioms.

(60)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Dari hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah

penelitian yang dirumuskan, perlu dikembangkan suatu kerangka penelitian.

Kerangka penelitian adalah konseptual mengenai bagaimana satu teori

berhubungan diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan penting

terhadap masalah penelitian (Noor, 2011).

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh

orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti

Medan. Adapun kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 3.1 : Kerangka Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan

Perkembangan Harga Diri Anak Remaja POLA ASUH ORANG TUA

1. Pola asuh otoriter 2. Pola asuh demokratis 3. Pola asuh permisif 4. Pola asuh laissez faire

HARGA DIRI ANAK REMAJA

(61)

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah bagian yang mendefinisikan sebuah konsep

atau variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari

suatu konsep (Noor, 2011).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(62)

2.Pola asuh orang tua

laissez faire yaitu pola

asuh yang menelantarkan anak sehingga tidak terurus dan tanpa pengawasan pada remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini ialah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada

hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA

(63)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian

deskripsi korelasidengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian terhadap

variabel-variabel yang independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang

sama yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dan

perkembangan harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi Penelitan

Populasi adalah seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang

menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan objek penelitian (Noor,

2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Katolik

Tri Sakti Medan yang berjumlah 160 siswa dengan alasan kelas X masih

beradaptasi dan masa orientasi, sedangkan kelas XII sedang dalam persiapan

menghadapi Ujian Nasional (UN).

4.2.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian / keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili

(64)

� = � 1 +�(�)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan (0,1)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah :

Diketahui :

N = 160

e = 0,1

�= 160

1 + (160 X 0,12)

n = 61,53 = 62 orang (responden)

Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 62 orang remaja.

Teknik pengambilan sampel penelitian adalah proportionate stratified

random sampling yaitu teknik yang digunakan bila populasi anggotanya tidak

homogen dan berstrata secara proporsional (Setiadi, 2007). Besar sampel adalah

61. Populasi terbagi 4 kelas yang masing-masing berjumlah : Kelas XI IPA 1: 37

(65)

Maka jumlah sampel yang diambil berdasarkan masing-masing bagian

tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas/ jumlah populasi

keseluruhan) X jumlah sampel yang ditentukan.

Kelas XI IPA 1 : 37/ 160 X 62 = 14,3 dibulatkan 14

Kelas XI IPA 2 : 39/ 160 X 62 = 15,11 dibulatkan 15

Kelas XI IPA 3 : 40/ 160 X 62 = 15,5 dibulatkan 16

Kelas XI IPS 1 : 44/ 160 X 62 = 17,05 dibulatkan 17

Jumlah keseluruhan sampel ada 62 responden. Pengampilan sampel pada

tiap-tiap kelas dilakukan dengan cara teknik simlpe random samplingyaitu

pengambilan anggota sampel secara acak (Noor, 2011). Langkah pertama dalam

pengambilan sampel adalah membuat undian pada kertas-kertas kecil yang telah

ditulis nomor absen pada satu kertas undian. Kemudian kertas undian diambil

secara acak sebanyak yang dibutuhkan pada tiap-tiap kelas. Nomor absen yang

telah didapatkan dari kertas undian, dijadikan sampel pada penelitian ini.

Adapun kriteria inklusi sampel adalah :

1. Remaja yang berusia 15-18 tahun, karena pada usia ini merupakan individu

yang sudah duduk di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan terjadi

perkembangan harga diri pada remaja.

2. Remaja yang tinggal bersama orang tua.

(66)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Katolik Tri Sakti Medan. Alasan

pemilihan lokasi penelitian ini karenamemiliki kriteria sampel untuk penelitian

ini. Di sekolah ini juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan

pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015-Juni 2016.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Komisi

Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan

penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melaksanakan penelitian

dengan melakukan pertimbangan etik. Peneliti juga mendapat persetujuan dari

pihak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Kepala

SMA Tri Sakti Medan untuk melakukan penelitian.

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengakui hak-hak responden dalam

menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian dan

memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri (otonomy). Jika calon responden

bersedia, maka diberikan lembar persetujuan (informed consent) tujuannya untuk

(67)

diberikan kepada responden yang diteliti dan ditanda tangani secara sukarela/

tanpa paksaan dan diisi. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

Peneliti melindungi responden dari kerugian (nonmalefience) baik dalam

hal materi, nama baik, dan resiko bahaya yang timbul akibat penelitian seperti

psikologis dan sosiologis. Peneliti juga menjamin kerahasiaan (confidentiality)

identitas responden dengan tidak mencantumkan nama, hanya kode tertentu pada

lembar kuesioner, serta tidak akan mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari

responden. Penelitian ini memberikan manfaat (benefience) kepada calon

responden dengan mengisi kuesioner maka akan mengetahui apakah ada

hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja. Dalam

melakukan peneliti ini, peneliti juga bersikap adil (justice) kepada setiap calon

responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioneryang terdapat beberapa pernyataan dalam

bentuk angket dan diberikan langsung kepada responden. Kuesioner penelitian

terdiri atas tiga bagian, yaitu pertama data demografi yang meliputi umur, kelas,

jenis kelamin, agama, anak ke, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan penghasilan

orang tua perbulanuntuk melihat distribusi demografi dari responden dan tidak

dianalisis. Kedua, kuesioner pernyataan tentang pola asuh orang tua di SMA

Katolik Tri Sakti Medan. Ketiga, kuesioner pernyataan tentang harga diri anak

(68)

Pada kuesioner pola asuh orang tua menggunakan instrumen baru yang

terdiri dari 40 pernyataan yang peneliti buat sendiri berdasarkan tinjauan pustaka.

Kuesioner pernyataan pola asuh orang tua terdiri dari 10 pernyataan (nomor 1-10)

untuk kategori pola asuh orang tua otoriter, 10 pernyataan (nomor 11-20) untuk

kategori pola asuh orang tua demokrasi, 10 pernyataan (nomor 21-30) untuk

kategori pola asuh orang tua permisif, 10 pernyataan (nomor 31-40) untuk

kategori pola asuh orang tua laissez faire (penelantar). Untuk penilaian pola asuh

orang tua yang dilakukan peneliti menggunakan skala likert meliputi pernyataan

dengan jawaban Selalu (SL) bernilai 4, Sering (SR) bernilai 3, Kadang-kadang

(KD) bernilai 2, dan Tidak Pernah (TP) bernilai 1. Kategori kelas ditentukan

dengan memakai rumus statistik menurut Sudjana (2005).

�= rentang

banyak kelas

Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 160 dan terendah 40. Dimana rentang

(nilai tertinggi – nilai terendah) sebesar 120 dan banyak kelas ada 4 (otoriter,

demokrasi, permisif, dan penelantar) maka didapat panjang kelas sebesar 30.

Menggunakan panjang kelas sebesar 30 dan nilai terendah 40 maka pola

asuh dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut: otoriter = 40-70, demokrasi

= 71-100, permisif = 101-130, penelantar = 131-160.

Pada kuesioner harga diri menggunakan kuesioner yang telah baku milik

Morris Rosenberg yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan diambil dari

(69)

(global self-esteem). Kuesioner pernyataan harga diri terdiri dari 10 butir dengan

butir yang memiliki kriteria positif (favourable) sebagai aspek kepeercayaan diri

(self confidence) dan butir yang memiliki kriteria negatif (unfavourable) sebagai

aspek penurunan kepercayaan diri (self depreciation). Kuesioner ini menggunakan

skala likert. Pada pernyataan nomor 1, 2, 4, 6, dan 7 dengan pilihan jawaban

Sangat Setuju (SS) bernilai 4, Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2,

Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Pada pernyataan nomor 3, 5, 8, 9, dan 10

dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS) bernilai 1, Setuju (S) bernilai 2, Tidak

Setuju (TS) bernilai 3, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 4. Kategori kelas

ditentukan dengan memakai rumus statistik menurut Sudjana (2005).

�= rentang

banyak kelas

Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 40 dan terendah 10. Dimana rentang

(nilai tertinggi – nilai terendah) sebesar 30 dan banyak kelas ada 2 (tinggi dan

rendah) maka didapat panjang kelas sebesar 15.

Menggunakan panjang kelas sebesar 15 dan nilai terendah 10 maka harga

diri dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut :

10-25 dikategorikan sebagai harga diri rendah

(70)

4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Penelitian

4.6.1 Uji Validitas

Validitas atau kesahihan adalah suatu indeks yang menunjukkan alat

ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas pada

penelitian ini menggunakan uji face validity(Polit & Beck, 2012) dengan cara

peneliti telah mengkonsultasikan instrumen pola asuh orang tua kepada dosen

dibidang Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu

ibu Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes. Kuesioner yang sudah dikonsultasikan

diperbaharui dengan bahasa yang efektif dan sesuai dengan penelitian. Uji

validitas pada variabel harga diri tidak dilakukan karena menggunakan

instrumen yang telah baku milik Morris Rosenberg yaitu Rosenberg

Self-Esteem Scale (RSES).

4.6.2 Uji Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti akan

menggunakan uji reliabilitas pada instrumen penelitian. Reliabilitas adalah

konsistensi atau ketepatan pengukuran yang dilakukan pada target yang

dihubungkan, reliabilitas juga mengenai keakuratan pada pengukuran (Polit

& Beck, 2012). Peneliti menggunakan analisa Cronbach’s Alpha yang

digunakan untuk mengukur keandalan indikator-indikator yang digunakan

dalam kuesioner penelitian. Reliabilitas menggunakan bantuan komputer

untuk mengukur realibilitas instrumen pola asuh orang tua.Untuk instrumen

(71)

Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan pada 30 responden di

SMA Katolik Mariana pada tanggal 27 Februari 2016 dengan kriteria yang

sama dan responden penelitian. Hasil uji reliabilitas instrumen pola asuh

adalah 0,755. Instrumen harga diri menggunakan instrumen yang telah baku

milik Morris Rosenberg yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dengan

hasil uji relibialitas adalah 0,83.Instrumen pola asuh orang tua dan harga diri

adalah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin kepada Komisi

Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Keperawatan USU. Setelah lulus uji

etik, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan Fakultas Keperawatan USU, selanjutnya mengirimkan permohonan

izin penelitian yang diperoleh kepada Kepala SMA Katolik Tri Sakti Medan.

Setelah mendapat izin, peneliti menjelaskan kepada Kepala Sekolah tentang

maksud dan tujuan dari penelitian dan meminta kesediaannya agar peneliti dapat

menemui calon responden yang sudah ditentukan peneliti dengan kriteria yang

telah ditentukan.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10-11 Maret 2016 di SMA

Katolik Tri Sakti Medan, diberikan pada pukul 09.00 WIB. Peneliti didampingi

seorang guru bimbingan konseling untuk datang ke kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI

IPA 3, dan XI IPS 1 dan menemui calon responden yang memenuhi kriteria

(72)

dibutuhkan pada tiap-tiap kelas untuk data penelitian. Peneliti menemui calon

responden dan menjelaskan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dan

prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden

diminta untuk menandatangani informed consent dan diberikan kuesioner

penelitian.

Pada saat pengisian kuesioner, peneliti mendampingi dan memberi

kesempatan responden bertanya apabila pada saat pengisian kuesioner tidak

mengerti maksud dari pernyataan yang ada. Waktu pengisian kuesioner 30 menit.

Setelah selesai mengisi kuesioner, responden menyerahkan kuesioner kepada

peneliti untuk dikumpulkan dan dianalisa.

4.8 Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul, maka analisis data dilakukan pengolahan

data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Editing

Peneliti memeriksa atau meneliti data yang telah diperoleh, dilakukan

ditempat pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat segera

diperbaiki, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti

dalam melakukan tabulasi.

2. Entering

Peneliti memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam

(73)

3. Cleaning

Pada tahap ini peneliti memeriksa atau mengecek kembali data yang telah

dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

4. Analisis data

Data dianalisa dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.

4.1.8 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan gambaran data

demografi meliputi umur, kelas, jenis kelamin, agama, anak ke, pekerjaan ayah,

pekerjaan ibu, dan penghasilan orang tua perbulan. Analisis data numerik variabel

pola asuh orang tua dan variabel harga diri digunakan nilai mean, minimal dan

maksimal, dan 95% confident interval mean. Pada data numerik (pola asuh orang

tua dan harga diri) dilakukan uji asumsi dasar.Peneliti melakukan uji normalitas

dan uji linearitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi

data berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka peneliti

dapat menggunakan uji statistik berjenis parametrik. Peneliti menggunakan uji

kolmogorov smirnov, data dikatakan berdistribusi normal dengan α >0,05.Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan

yang linear secara signifikan atau tidak. Hasil uji linearitas dilihat nilai signifikan

harus >0,05.

4.1.9 Analisis Bivariat

Selanjutnya peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk

(74)

tuadengan variabel dependen yaitu harga diri dengan menggunakan korelasi

pearson untuk membuktikan hipotesa penelitian yaitu ada hubungan pola asuh

orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti

Medan. Ketentuan r berkisar antara -1 sampai +1, dan untuk menentukan

hubungan signifikan yaitu α < 0,05 (Sugiyono, 2015)

Untuk menafsirkan hasil pengujian statistika tersebut lebih lanjut

digunakan penafsiran korelasi Pearson menurut Burns dan Groven (1993).

Tabel 4.8. Kriteria Penafsiran Korelasi

Nilai r Penafsiran

Hubungan negatif dengan interpretasi kuat

Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai

Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interprestasi lemah

Tidak ada korelasi

Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interprestasi lemah

Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interprestasi memadai

Korelasi positif tinggi

(75)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA

Katolik Tri Sakti Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-11 Maret

2016 dan data diperoleh dari 62 anak remaja yang memenuhi kriteria sampel.

Penyajian hasil penelitian ini meliputi deskriptif karakteristik responden, variabel

pola asuh orang tua, variabel harga diri anak remaja, dan hubungan pola asuh

orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti

Medan.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden

Hasil penelitian tentang karakteristik responden diperoleh hasil bahwa

sebagian besar responden sebanyak 47 orang (75,8%) berada pada umur 16 tahun,

sebanyak 36 orang (58,1%) dengan jenis kelamin perempuan, sebanyak 49 orang

(79%) dengan beragama kristen protestan, sebanyak 23 orang (37,1%) dengan

anak ke-1, sebanyak 32 orang (51,6%) dengan pekerjaan ayah wiraswasta,

sebanyak 30 orang (48,4%) dengan pekerjaan ibu yang lain-lain, dan sebanyak 28

orang (45,2%) dengan penghasilan orang tua Rp. 2.000.000,- sampai Rp.

(76)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, anak ke- , pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan penghasilan orang tua (n=62)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Umur

Kristen Protestan 49 79,0

(77)

5.1.2 Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh orang tua yang

ada di SMA Katolik Tri Sakti Medan adalah pola asuh demokrasi dengan nilai

mean = 89,90, nilai minimum 79 dan nilai maksimum 110, SD= 7,419, dan 95% confident internal mean 88,02-91,79. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

5.2.

Tabel 5.2 Pola asuh orang tua di SMA Katolik Tri Sakti Medan (n=62)

Variabel Mean Min-Maks SD 95%CI

Pola Asuh 89,90 76-110 7,419 88,02-91,79

5.1.3 Harga Diri Anak Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar harga diri anak

remaja yang ada di SMA Katolik Tri Sakti Medan memiliki harga diri yang tinggi

dengan nilai mean= 29,18, nilai minimum 23 dan maksimum 36, SD= 3,356, dan

95% confident internal mean 28,33-30,03. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 5.3.

Tabel 5.3 Harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

(n=62)

Variabel Mean Min-Maks SD 95%CI

(78)

5.1.4 Asumsi Dasar dan Korelasi Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan

Harga Diri Anak Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

Dari hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikan pada variabel pola

asuh adalah 0,200 dan nilai signifikan pada variabel harga diri adalah 0,048. Data

dikatakan berdistribusi normal karena hasil signifikan >0,05. Dari hasil uji

linearitas didapatkan nilai signifikan 0,452> 0,05 yang artinya terdapat hubungan

linear secara signifikan antara kedua variabel.

Analisis hubungan pola asuh dan harga diri remaja menunjukkan nilai r

positif, artinya semakin sering pola asuh diberikan maka harga diri remaja

semakin meningkat. Kekuatan hubungan variabel dependen dan variabel

independen adalah kategori memadai (r=0,441). Hasil uji statistik lebih lanjut

dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna dan signifikan antara

pola asuh orang tua dan harga diri responden (p value = 0,000). Dari hasil analisis

korelasi, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian terbukti yakni

adanya hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja

di SMA Katolik Tri Sakti Medan. Data dapat dilihat ditabel 5.4

Tabel 5.4 Hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan (n=62)

Variabel Pearson correlation (r) P value

Pola Asuh

0.441 0.000

(79)

5.2 Pembahasan

Tujuan penelitian ini meliputi penjelasan pola asuh orang tua, harga diri

anak remaja, hubungan pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak

remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan.

5.2.1 Pola Asuh Orang Tua di SMA Katolik Tri Sakti Medan

Berdasarkan hasil penelitian pola asuh dengan nilai mean = 89,90, bahwa

mayoritas pola asuh orang tua yang ada di SMA Katolik Tri Sakti Medan adalah

pola asuh demokrasi. Hal ini juga terlihat pada lampiran 7 pada pernyataan nomor

11 dan 12 yang paling banyak responden memilih selalu dengan pernyataan orang

tua menerima kehadiran mereka sebagai anak dengan sepenuh hati dan memberi

kebebasan memilih teman tetapi diarahkan. Menurut Hart dkk (dalam Santrock,

2007) orang tua yang menerapkan pola asuh demokrasi lebih menghargai anak,

cenderung melibatkan anak dalam memberi dan menerima secara verbal, dan

memberikan kebebasan kepada anak tetapi tetap diawasi.

Hal ini sesuai dengan penelitian Safa’ah (2009), menurut penelitian

Safa’ah mengenai pola asuh orang tua pada remaja usia 15-18 tahun sebagian

besar diterapkan pola asuh demokrasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sikap-sikap

yang dimiliki oleh orang tua seperti penerimaan orang tua melalui kasih sayang,

perhatian besar, dan orang tua yang menerima, dan memperhatikan perkembangan

kemampuan anak. Hal ini sesuai dengan lampiran 7, responden sebagian besar

memilih selalu pada pernyataankuesioner nomor 11, 12, 15, 16, dan 18.

Begitu juga dengan penelitian Longkutoy at al (2015), pola asuh yang

(80)

adalah pola asuh demokrasi. Aspek-aspek yang terkandung seperti yang

diungkapkan oleh teori Hurlock antara lain orang tua yang bersikap rasional,

melibatkan anak dalam pengambilan keputusan serta memberi kesempatan pada

anak untuk mandiri tanpa mengabaikan kontrol pada anak dengan pendekatan

yang hangat, akan memberikan dampak positif pada perkembangan anak, seperti

anak memilikirasa tanggung jawab dan mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitar sehingga berdampak pada peningkatan rasa percaya diri anak.

Hal ini sesuai dengan lampiran 7, responden sebagian besar memilih selalu pada

pernyataan nomor 14,17, dan 20.

Menurut Gray dan Steinberg (dalam Papalia dkk, 2008) hasil Survei

kuesioner terhadap 8.700 siswa tingkat 9 dan 11 di SMU Wisconsin dan

California dengan gaya pengasuhan demokrasi menyimpulkan bahwa semakin

banyak keterlibatan, pemberian otonomi, dan struktur yang mereka dapat dari

orang tuanya, semakin positif seorang remaja mengevaluasi keseluruhan perilaku,

perkembangan psikososial, dan kesehatan mental.

Dalam penelitian yang lain, penelitian yang diatas berbeda dengan

penelitian Margaret (2012) pada remaja sebagian besar diterapkan pola asuh

otoriter. Orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung akan melakukan

komunikasi satu arah sehingga tidak akan terwujudnya sikap positif, empati,

keterbukaan dan munculnya persepsi negatif. Menurut Paramitha (2014) bentuk

pola asuh otoriter mendidik anak supaya patuh dan tunduk kepada semua perintah

dan aturan orang tua, dan biasanya tidak diberi kebebasan untuk mengemukakan

(81)

selalu pada pernyataan nomor 8 dan 9 yaitu harus menaati aturan-aturan orang tua

dan saat memiliki masalahtakut untuk cerita ke orang tua.

Penelitian yang dilakukan Murtiyani (2011) pola asuh yang dominan

diterapkan pada remaja adalah pola asuh otoriter. Orang tua yang tidak pernah

berunding kepada anaknya untuk menentukan peraturan dan memaksakan

peraturan yang dibuat untuk anaknya. Hal ini memungkinkan remaja tidak diberi

kesempatan untuk bebas karena orang tua sangat mengekang menyebabkan anak

jarang berkomunikasi dengan dunia luar. Menurut Baumrind (1971 dalam

Santrock, 2007) pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang mendesak anak untuk

mengikuti arahan mereka Hal ini berkaitan juga dengan lampiran 7, responden

banyak memilih selalu dan sering pada pernyataan nomor 1 dan 8 yaitu harus

patuh pada perintah dan menaati aturan orang tua.

Hasil penelitian yang berbeda-beda menunjukkan bahwa pola asuh yang

diberikan kepada remaja akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian

anak-anaknya (Gunarsa, 2008).

5.2.2 Harga Diri Anak Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

Berdasarkan hasil penelitian harga diri dengan nilai mean = 29,18, bahwa

mayoritas harga diri anak remaja yang ada di SMA Katolik Tri Sakti Medan

adalah harga diri yang tinggi. Hal ini juga terlihat pada lampiran 7, responden

sebagian besar memilih sangat setuju pada pernyataan nomor 6 yaitu bersikap

(82)

yang memiliki harga diri yang tinggi adalah individu yang memiliki penilaian

yang positif pada hidupnya.

Menurut Harter (1998 dalam Santrock, 2007) remaja yang memiliki harga

diri tinggi apabila mereka dapat tampil secara kompeten dalam bidang yang

penting bagi dirinyakarena mereka memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat

menguasai suatu situasi dan memberikan hasil yang terbaik. Hal ini sesuai dengan

lampiran 7, paling banyak respondenmemilih setuju pada pernyataan nomor 4

yaitu dapat melakukan hal-hal sebaik yang dilakukan orang lain. Dapat diartikan

mereka memiliki keyakinan diri yang baik.

Menurut Michener et all (dalam Anggraeni, 2010) salah satu faktor dari

pembentukan harga diri adalah family experience, pengaruh keluarga terhadap

harga diri menunjukkan bahwa self-concept yang dibangun mencerminkan

gambaran diri yang dikomunikasikan oleh orang-orang terpenting dalam

hidupnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Wong et al (2010) mengemukakan

hasil harga diri memiliki korelasi yang positif terhadap hubungan harmonis dan

dengan adanya pengaruh keluarga. Begitu juga dengan penelitian Budianti (2015)

mendapatkan hasil bahwa responden dengan harga diri tinggi berhubungan

dengan keharmonisan keluarga.

Menurut Coopersmith (1967, dalam Santrock 2010) mengemukakan

individu yang memiliki harga diri yang tinggi menganggap diri sendiri sebagai

orang yang berharga. Hal ini sesuai dengan lampiran 7, responden banyak

memilih sangat setuju pada pernyataan nomor 1 yaitu merasa bahwa dirinya

(83)

Pernyataan diatas berbeda dengan teori Santrock (2007) mengatakan

bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang rendah suka merendahkan diri

sendiri, membiarkan kesalahan terjadi, dan menjatuhkan harga dirinya sendiri. Hal

ini sesuai pada lampiran 7, responden sebagian besar memilih sangat setuju pada

pernyataan nomor 5 dan memilih setuju pada pernyataan nomor 9. Pernyataan

nomor 5 dan 9 yaitu merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dan merasa sebagai

orang yang tidak berguna.

5.2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Harga Diri Anak

Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

Dari hasil penelitian menggunakan korelasi Pearson diperoleh nilai p pada

kolom sig 2-tailed sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai level of significance (α)

yaitu 0,05 yang berarti ada hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan

perkembangan harga diri anak remaja. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,441

berarti hubungan antara kedua variabel adalah positif dengan interprestasi

memadai. Hasil uji statistik dapat disimpulkan, adanya hubungan yang bermakna

antara pola asuh orang tua dan perkembangan harga diri anak remaja Analisis

hubungan pola asuh orang tua dan harga diri remaja, menunjukkan semakin sering

pola asuh diberikan semakin baik harga diri anak remaja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pandeirot dan Itayanti (2014)

pada remaja di Banjar Pengenderan Kedonganan-Kuta bahwa dari analisis

(84)

dari nilai (α) = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada

hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri remaja.

Menurut penelitian Fitriana (2010) mengenai hubungan persepsi pola asuh

dengan harga diri remaja di SMA Negeri 2 Kecamatan Pedurungan Kota

Semarang diperoleh hasil penelitian mayoritas responden mempunyai persepsi

pola asuh demokrasi dan memiliki harga diri tinggi. Hasil nilai signifikan (p

value) sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai (α) = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi pola

asuh dengan harga diri remaja.

Menurut Shochib (2010) salah satu hal yang mempengaruhi harga diri

remaja adalah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua memberikan bimbingan

dan dorongan kepada anak sehingga membentuk dan mengembangkan diri anak

sebagai pribadi yang berkarakter. Menurut Coopersmith (1967 dalam Santrock,

2007) dalam sebuah penelitian yang paling ekstensif mengenai hubungan interaksi

orang tua dan anak dengan harga diri, ada faktor-faktor dari orang tua yang

berhubungan dengan tingginya harga diri anak. Faktor-faktor dari orang tua

seperti ekspresi afeksi, menunjukkan perhatian pada permasalahan yang dihadapi

anak, rumah tangga yang harmonis, menetapkan peraturan yang jelas dan adil,

serta membiarkan anak untuk bebas selama dalam batasan yang jelas.

Dapat disimpulkan dari penelitian diatas, semakin baik pola asuh orang

(85)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 10-11 Maret

dengan responden sebanyak 62 remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan dapat

disimpulkan:

1. Berdasarkan hasil penelitian pola asuh dengan nilai mean = 89,90, bahwa

mayoritas pola asuh orang tua yang ada di SMA Katolik Tri Sakti Medan

adalah pola asuh demokrasi.

2. Berdasarkan hasil penelitian harga diri dengan nilai mean = 29,18, bahwa

mayoritas harga diri anak remaja yang ada di SMA Katolik Tri Sakti

Medan adalah harga diri yang tinggi.

3. Pola asuh orang tua berhubungan secara positif dengan interprestasi yang

memadai terhadap perkembangan harga diri pada remaja (r = 0,441)

dengan nilai signifikan yang dapat diterima p = 0,000, sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ini dapat diterima, artinya ada

hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan harga diri anak

remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan

(86)

keluarga sehingga perlu diberikan penekanan materi tentang pola asuh orang tua

dan perkembangan harga diri anak remaja sehingga remaja memiliki harga diri

yang tinggi.

6.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa anak remaja memiliki harga diri

yang tinggi dengan pola asuh orang tua yang diterapkan adalah demokrasi.

Walaupun demikian petugas kesehatan agar tetap dapat memberikan pendidikan

kesehatan, penyuluhan, dan konseling pada keluarga tentang pentingnya pola asuh

orang tua yang efektif dalam upaya meningkatkan perkembangan harga diri yang

semakin tinggi pada remaja.

6.2.3 Bagi Orang Tua atau Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar orang tua atau masyarakat yang

memiliki remaja perlu mengetahui dan menentukan dan menerapkan pola asuh

yang tepat bagi perkembangan harga diri remaja agar remaja memiliki harga diri

yang tinggi.

6.2.4 Bagi SMA Katolik Tri Sakti Medan

Hasil penelitian ini diharapkan kepala SMA Katolik Tri Sakti Medan

dapat memberikan waktu khusus untuk pertemuan wali murid untuk membahas

pola asuh orang tua yang efektif berperan penting dalam perkembangan harga diri

remaja sehingga remaja memiliki harga diri yang tinggi.

6.2.5 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk

(87)

mempengaruhi harga diri. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali

tentang faktor jenis kelamin, faktor intelegensi, dan faktor fisik yang dapat

meningkatkan harga diri anak remaja. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan

(88)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau

transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12

tahun sampai 21 tahun dan ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,

dan psikososial. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

sangat penting dan diawali dengan matangnya organ-organ fisik secara seksual

sehingga mampu berproduksi. Remaja juga merupakan masa perkembangan sikap

tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual,

perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika. Remaja dalam bahasa

aslinya disebut adolescence adalah berasal dari bahasa adolescere yang artinya

tumbuh untuk menjadi dewasa atau mencapai kematangan (Dewi, 2012).

2.1.2 Dinamika Masa Remaja

Masa remaja adalah peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa.

Selama periode ini, anak remaja banyak mengalami perubahan-perubahan. Untuk

memudahkannya, maka masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Pieter &

(89)

1. Remaja awal (12-15 tahun) , ciri-ciri dinamika remaja awal :

a. Mulai menerima kondisi dirinya.

b. Berkembangnya cara berpikir.

c. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi.

d. Proporsi tubuh semakin proporsional.

e. Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris.

f. Selalu merasa kebingungan dalam status.

2. Remaja tengah (15-18 tahun), ciri-ciri dinamika remaja tengah :

a. Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa.

b. Perkembangan intelektual dan sosial lebih sempurna.

c. Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual.

d. Belajar bertanggung jawab.

e. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat, dan minat.

f. Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain.

3. Remaja akhir (19-22 tahun), ciri-ciri dinamika remaja akhir :

a. Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak-kanak.

b. Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi.

c. Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku.

d. Membina hubungan sosial secara heteroseksual.

(90)

2.1.3 Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Pieter dan Namora (2010) ciri-ciri masa remaja yaitu :

1. Sebagai periode peralihan

Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap

berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan

dampak di masa akan datang.

2. Periode mencari identitas diri

Remaja mencari identitas diri guna menjelaskan dirinya dan apa

peranannya. Mencari identitas dan mengangkat harga diri akan

membuat remaja memakai simbol status harga diri.

3. Usia bermasalah

Dikatakan periode remaja sebagai usia banyak masalah karena

tindakan-tindakan remaja selalu mengarah kepada keinginan untuk

menyendiri, kegelisahan, kurang percaya diri, timbulnya minat

seks, dan kekuasaan berkhayal.

4. Masa tidak realistik

Remaja melihat kehidupan ini menurut pandangan dan penilaian

pribadinya, bukan melihat menurut fakta, terutama pemilihan

cita-cita. Semakin tak realistik cita-citanya, maka semakin mudah

marah, sakit hati, dan frustasi.

5. Perubahan sikap dan perilaku

Selama masa remaja akan mengalami perubahan sikap dan

(91)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja antara lain

adalah pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin,

status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh. Disamping itu

pengaruh lingkungan juga mempengaruhi perkembangan fisik remaja.

Menurut pandangan Gunarsa (dalam Dewi, 2012) bahwa secara umum

ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yakni endogen,

exogen, dan interaksi antara endogen dan exogen.

1. Faktor endogen (nature). Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa

perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor

internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang

tuanya, misalnya postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat,

kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa

kondisi fisik, psikis atau mental yang sehat, normal, dan baik

menjadi predisposisi bagi perkembangan berikutnya.

2. Faktor exogen (nurture). Pandangan faktor exogen menyatakan

bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri.

Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana

Gambar

Tabel distribusi frekuensi pola asuh dan harga diri
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.8. Kriteria Penafsiran Korelasi
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, anak ke- ,
+3

Referensi

Dokumen terkait

KPMD/K adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan di desa dan kelompok

Hal demikian berlaku seperti halnya peralatan di industri yang digunakan sesuai dengan kebutuhan termasuk untuk kepentingan sertifikasi dalam mempertahankan atau menjaga

Prakerin adalah wujud nyata dari PSG yang merupakan suatu model penyelenggaraan pendidikan secara khusus diterapkan pada pendidikan menengah kejuruan di Indonesia

Through the acceleration of science and technology research exchange and collaboration in the East Asian region, the e-ASIA Joint Research Program (e-ASIA

   Sesuai  dengan  namanya,  maka  pahat  tusuk  digunakan  untuk  menusuk  kayu  pada  pembuatan  lubang-pen,  ekor-ekor  burung,  dataran  yang  rata 

This year, the National Finale will be held during the annual Joint Working Group Indonesia-France Cooperation in Higher Education and Research in Yogyakarta which will

[r]

Berdasarkan keputusan Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Nomor: 015/Pokja-FAH/X/2016 tanggal 05 Oktober 2016 tentang Penetapan Pemenang Pengadaan