• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Tri Sakti Medan"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode Responden:

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bernama Melina Br. Gultom/ 121101026 mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Trisakti Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitu dapat mengetahui hubungan pola asuh orangtua dan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

Saya sudah membaca semua keterangan tentang tujuan, resiko, manfaat dan hak-hak sebagai responden penelitian. Penelitian ini tidak akan merugikan responden. Peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban Saudara sebagai responden. Bersama surat ini saya lampirkan lembar persetujuan menjadi responden. Saudara dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia secara sukarela menjadi responden penelitian.

Besar harapan saya agar Saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Melina Br. Gultom NIM : 121101026

Alamat : Jln. Denai Gg. Sahabat No. 26 Medan

Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai tujuan penelitian ini. Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Sesuai berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait penelitian.

Saya mengerti bahwa tidak ada risiko yang akan terjadi. Apabila ada pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatig pada saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri menjadi responden dari penelitian ini tanpa risiko apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.

Medan, Maret 2016 Responden

(4)

Lampiran 3. Lembar Izin Kuesioner Penelitian

IZIN KUESIONER PENELITIAN

From: melina gultom [ma

Sent: Thursday, 28 January 2016 3:01 AM

To: Nicola Schutte

Dear, Mr. Schutte

I am an Undergraduate student from Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara, Indonesia. At the moment, I'm doing a mini research regarding the correlation between parenting styles and emotional intelligence in adolescence.

I would like your permission to use the quissionaire instrument in my research study namely SREIT ( The Self-Report Emotional Intelligence Test). I found that your instrument is suitable for my research purpose.

What I want to ask you, is that OK if I use your instrument into my mini research?

Thank you for kind attention.

Regards,

(5)

To : Melina Gultom

From : Nicola Schutte On Thu, Jan 28, 2016 at 5:28 AM,

Dear Melina Gultom

Thank you for your message. You are welcome to use the scale in your research. Please find attached the manuscript version of a published chapter that contains the scale and background information.

Kind regards,

Nicola Schutte

Preview attachment Assessing Emotions Intelligence Scale Chapter published manuscript version.pdf

Assessing Emotions Scale Chapter published manuscript version.pdf

From: melina gultom <melinagultom27@gmail.com>

To: Nicola Schutte On Thu, Jan 28, 2016 at 5:28 AM,

Dear, Mr. Schutte

Thanks to give me permission to use SREIT ( The Self-Report Emotional Intelligence Test). For your kind attantion, once again I say thanks.

Regards,

(6)

Lampiran. 4 Back Translation Emotional Quetient

The Assessing Emotions Scale

Directions

There are no right or wrong answers. Please give the response that best describes you.

: Each of following items asks you about your emotions or reactions associated with emotions. After deciding whether a statement is generally true for you, use the 5-point scale to respond to the statement. Please circle the “1” if you strongly disagree that this is like you, the “2” if you somewhat disagree that this is like you, “3” if you neither agree nor disagree that this is like you, the “4” if you somewhat agree that this is like you, and the “5” if you strongly agree that this is like you.

1 = strongly disagree 2 = somewhat disagree 3 = neither agree nor disagree 4 = somewhat agree

5 = strongly agree

1. I know when to speak about my personal problems to others

2. When I am faced with obstacles, I remember time I faced similar obstacles and overcame them

3. I expect that I will do well on most things I try 4. Other people find it easy to confide in me

5. I find it hard to understand the non-verbal messages of other people 6. Some of the major events of my life have led me to re-evaluate what is

important and not important

7. When my mood changes, I see new possibilities

8. Emotions are one of the things that make my life worth living 9. I am aware of my emotions as I experience them

10. I expect good things to happen

11. I like to share my emotions with others

(7)

14. I seek out activities that make me happy

15. I am aware of the non-verbal messages I send to others

16. I present my self in a way that makes a good impression on others 17. When I am in a positive mood, solving problems is easy for me

18. By looking at their facial epressions, I recognize the emotions people are experiencing

19. I know why my emotions change

20. When I am in a positive mood, I am able to come up with new ideas 21. I have control over my emotions

22. I easily recognize my emotions as I experience them

23. I motivate myself my self by imagining a good outcome to tasks I take on 24. I compliment others when they have done something well

25. I am aware of the non-verbal messages other people send

26. When another person tells me about an important even in his or her life, I almost feel as though I experience this event my self

27. When I feel a change in emostions, I tend to come up with new ideas 28. When I am faced with a challenge, I give up because I believe I will fail 29. I know what other people are feeling just by looking at them

30. I help other people feel better when they are down

(8)
(9)
(10)
(11)

Lampiran 6. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Data Demografi

Petunjuk Pengisian: Saudara/i diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan memberikan tanda checklist () dan mengisi titik-titik yang telah disediakan. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Usia Anda :... tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Wanita 3. Usia Orang Tua Anda : ... tahun

4. Jumlah Anggota Keluarga : ... orang

5. Anda Anak ke : ... dari ... bersaudara 6. Apakah Orangtua Anda masih ada ?

( ) Masih ada (Ibu dan Bapak) ( ) Ibu tiri dan Bapak Kandung ( ) Hanya Ibu saja ( ) Ibu kandung dan Bapak Tiri ( ) Hanya Bapak saja ( ) Orang Tua Angkat

7. Jenjang Terakhir Pendidikan Orangtua:

( ) Tidak Sekolah ( ) Tamat SMP ( ) Tamat D3 ( ) Tamat SD ( ) Tamat SMA ( ) Tamat Sarjana 8. Pekerjaan Orangtua:

( ) Tidak bekerja ( ) Buruh/ Petani

( ) Pegawai Swasta/ Wiraswasta ( ) Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI ( ) PNS /TNI / POLRI ( ) Lain-lain :...

9. Penghasilan perbulan:

(12)

2. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Petunjuk Pengisian: Anda diminta untuk mengisi kolom-kolom skala dengan tanda checklist () sesuai dengan cara orang tua Anda dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing Anda dengan penjelasan berikut:

• Selalu : S 1. Orang tua saya memerintah saya untuk melakukan

sesuatu tanpa berdiskusi terlebih dahulu

2. Orang tua saya melontarkan (mengucapkan) kata-kata yang menyakitkan hati, ketika saya melakukan

kesalahan

3. Orang tua saya menggunakan hukuman fisik (misal: memukul, mencubit, menampar, dan lain-lain), ketika saya berbuat kesalahan

4. Jika saya menaati peraturan yang dibuat oleh orang tua saya, maka orang tua saya menghargai ketaatan yang saya lakukan dengan memberikan pujian

5. Saya harus menuruti kehendak orang tua saya tanpa mempedulikan keinginan saya

6. Segala aturan yang dibuat oleh orang tua saya harus saya taati

7. Saya diberi kesempatan oleh orang tua untuk bertanggung jawab pada setiap kegiatan yang saya lakukan

(13)

9. Orang tua saya memberikan kepercayaan terhadap kegiatan yang saya lakukan

10. Orangtua saya menentukan kebebasan untuk melakukan tindakan yang terbaik buat saya

11. Orang tua saya bersikap harmonis dalam membimbing saya (komunikasi terbuka)

12. Orangtua saya menghargai setiap kegiatan yang saya lakukan

13. Orang tua saya memantau aktivitas yang saya lakukan secara terus-menerus

14. Orang tua saya mengizinkan saya untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak yang saya mau

15. Saya diberikan kebebasan penuh oleh orang tua saya sesuai keinginan saya sendiri

16. Orang tua saya memberikan kelonggaran hukuman kepada saya, apabila saya melakukan kesalahan 17. Orang tua saya memberikan perhatian penuh terhadap

kebutuhan saya

18. Orang tua saya tetap membela saya, walaupun saya berbuat salah

3. Kuesioner Kecerdasan Emosional

Petunjuk Pengisian: Anda diminta untuk mengisi kolom-kolom skala dengan tanda checklist () sesuai dengan keadaan yang anda rasakan ketika menghadapi masalah ataupun tantangan dengan penjelasan sebagai berikut:

• Sangat Setuju : SS

• Setuju : S

• Netral/ Ragu : N/R

• Tidak Setuju : TS

(14)

No Pernyataan

Jawaban

SS S N/R TS STS 1. Saya merasa sulit untuk memahami pesan

non-verbal orang lain (misal: gerak tubuh, ekspresi wajah, simbol)

2. Saya menyadari emosi saya pada saat saya mengalaminya

3. Saya menyadari pesan non-verbal (misal: gerak tubuh, ekspresi wajah, simbol) yang saya sampaikan kepada orang lain

4. Saya dapat mengetahui emosi yang sedang dialami orang tersebut dengan melihat ekspresi wajah orang lain

5. Saya tahu alasan/ penyebab emosi saya berubah 6. Saya mudah mengenali emosi saya pada saat saya

mengalaminya

7. Saya menyadari pesan non-verbal yang disampaikan orang lain (misal: gerak tubuh, ekspresi wajah, simbol)

8. Saya tahu apa yang dirasakan orang lain hanya dengan melihatnya (misal: penampilan orang lain) 9. Saya dapat mengetahui perasaan orang lain dengan

mendengarkan nada suara mereka

10. Saya merasa sulit untuk memahami perasaan orang lain

11. Ketika saya menghadapi rintangan, saya ingat waktu saya menghadapi rintangan yang sama dan berhasil mengatasinya

(15)

sebagian besar hal yang saya coba

13. Saya mengharapkan hal-hal yang baik terjadi 14. Ketika saya mengalami emosi positif, saya tahu

bagaimana membuatnya bertahan lama 15. Saya mencari kegiatan yang membuat saya

bahagia

16. Saya memiliki kontrol atas emosi saya 17. Saya memotivasi diri saya sendiri dengan

membayangkan hasil yang baik untuk tugas-tugas yang saya kerjakan

18. Ketika saya menghadapi tantangan, saya menyerah karena saya yakin saya akan gagal

19. Saya menggunakan suasana hati yang baik untuk membantu diri sendiri untuk terus berusaha dalam menghadapi rintangan

20. Saya tahu kapan untuk berbicara tentang masalah pribadi saya kepada orang lain

21. Mudah bagi orang lain untuk berbagi rahasia (“curhat”) dengan saya

22. Saya suka berbagi emosi saya dengan orang lain 23. Saya mengatur acara yang dinikmati orang lain 24. Saya membawa diri dengan cara memberikan

kesan yang baik pada orang lain

25. Saya memuji orang lain ketika mereka telah melakukan sesuatu dengan baik

(16)

27. Saya membantu orang lain merasa lebih baik ketika mereka terpuruk

28. Beberapa peristiwa besar dalam hidup saya telah membuat saya mengevaluasi kembali apa yang penting dan tidak penting

29. Ketika suasana hati saya berubah, saya melihat kemungkinan-kemungkinan baru

30. Emosi (suasana hati) adalah salah satu hal yang membuat hidup saya layak untuk dijalani 31. Ketika saya dalam suasana hati yang positif,

memecahkan masalah mudah bagi saya

32. Ketika saya dalam suasana hati yang positif, saya bisa memperoleh ide-ide baru

33. Ketika saya merasa adanya perubahan dalam emosi saya, saya cenderung dapat menemukan ide-ide baru

(17)

Lampiran 7

PENGELUARAN DANA PENELITIAN

1. Proposal

Penelusuran literatur dari internet Rp. 150.000,00

Pembeliaan buku Rp. 460.500,00

Pencetakan literatur dari buku Rp. 150.000,00 Fotokopi literatur dari buku Rp. 95.000,00 Pencetakan proposal Rp. 100.000,00 Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 120.000,00 2. Pengumpulan data

Administrasi surat survey awal Rp. 50.000,00 Administrasi surat uji reliabilitas Rp. 50.000,00 Administrasi surat penelitian Rp. 100.000,00

Transportasi Rp. 20.000,00

Penggandaan kuesioner Rp. 100.000,00

Suvenir Penelitian Rp. 70.000,00

3. Analisa data dan penyusunan laporan

Pencetakan skripsi Rp. 125.500,00

Penggandaan dan penjilidan skripsi Rp. 185.000,00

CD Rp. 10.000,00

Jumlah Rp. 1. 886.00,00

Biaya tak terduga Rp 100.000,00

(18)

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Melina Br. Gultom

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 27 Juni 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dusun XV Gg.Sahabat No.26 Tembung, Kec:Percut Sei Tuan, Kab: Deli Serdang

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Lampiran 15. Hasil Penghitungan Validitas

Hasil Penghitungan Validitas

Koefisien Validitas Isi – Aiken’s

Keterangan: S = R – Lo

Lo = angka penilaian validitas terendah C = angka penilaian validitas tertinggi R = angka yang diberikan oleh penilai n = jumlah penilai ahli

Uji Validitas Isi Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Penilai Pernyataan Skor

(R)

S

(R-Lo)

Validitas Indeks

V = ∑ �/ n (C-1)

A Item 1 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 2 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 3 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item4 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

(28)

Item 5 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 6 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 7 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 8 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 9 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 10 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 11 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 12 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 13 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 14 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 15 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 16 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 17 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 18 4 3 V = 3/1(3) = 1

(29)

Uji Validitas Isi Instrumen Kecerdasan Emosional

(Assessing Emotions Scale)

Penilai Pernyataan Skor

(R)

S

(R-Lo)

Validitas Indeks

V = ∑ �/ n (C-1)

A Item 1 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 2 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 3 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 4 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 5 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 6 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 7 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 8 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 9 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 10 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 11 4 3 V = 3/1(3) = 1

(30)

Item 13 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 14 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 15 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 16 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 17 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 18 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 19 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 20 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 21 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 22 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 23 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 24 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 25 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 26 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 27 4 3 V = 3/1(3) = 1

(31)

Item 29 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 30 3 2 V = 2/1(3) = 0,67

Item 31 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 32 4 3 V = 3/1(3) = 1

Item 33 4 3 V = 3/1(3) = 1

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

45 2 1 2 5 4 1 5 4 2

Ket: R = Responden KOT = Pekerjaan Orangtua UR = Usia Remaja HOT = Penghasilan Orangtua JK = Jenis

Kelamin

UOT = Usia Orang Tua

JSK = Jumlah Saudara Kandung Ak = Anak Ke-

LOT = Kelengkapan Orang Tua POT = Pendidikan

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

76 21 23 19 2 63

77 20 23 22 2 65

78 21 24 20 2 65

79 20 22 24 3 66

80 22 24 20 2 66

Keterangan: 1 = Pola Asuh Otoriter (PAO)

(52)
(53)
(54)

Lampiran 25 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Frequency Table

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 15 tahun 3 3.8 3.8 3.8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(55)

53 2 2.5 2.5 98.8

59 1 1.3 1.3 100.0

Total 80 100.0 100.0

Usia Orangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(56)

Anak Ke

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(57)

Penghasilan Orangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rp <2.037.000 17 21.3 21.3 21.3 Rp >2.037.000 63 78.8 78.8 100.0

(58)

Lampiran 26. Hasil Data Pola Asuh Orang Tua dan Kecerdasan Emosi Frequency Table

Statistics

otoriter

N Valid 80

Missing 0

Mean 19.88

Median 20.00

Std. Deviation 1.817

Minimum 17

Maximum 24

Sum 1590

otoriter

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 17 2 2.5 2.5 2.5

18 16 20.0 20.0 22.5

19 21 26.3 26.3 48.8

20 20 25.0 25.0 73.8

21 11 13.8 13.8 87.5

22 1 1.3 1.3 88.8

24 9 11.3 11.3 100.0

(59)
(60)

Frequency Table

Statistics

demokratis

N Valid 80

Missing 0

Mean 22.73

Median 23.00

Std. Deviation 1.509

Minimum 18

Maximum 24

Sum 1818

demokratis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 18 1 1.3 1.3 1.3

19 3 3.8 3.8 5.0

20 7 8.8 8.8 13.8

21 4 5.0 5.0 18.8

22 5 6.3 6.3 25.0

23 31 38.8 38.8 63.8

24 29 36.3 36.3 100.0

(61)
(62)

Frequency Table

Statistics

Permisif

N Valid 80

Missing 0

Mean 20.38

Median 20.00

Std. Deviation 1.782

Minimum 17

Maximum 24

Sum 1630

permisif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 17 6 7.5 7.5 7.5

18 8 10.0 10.0 17.5

19 6 7.5 7.5 25.0

20 23 28.8 28.8 53.8

21 16 20.0 20.0 73.8

22 14 17.5 17.5 91.3

23 2 2.5 2.5 93.8

24 5 6.3 6.3 100.0

(63)
(64)

Frequencies

Statistics

total pola asuh

total kecerdasan emosional

N Valid 80 80

Missing 0 0

Mean 62.98 125.74

Median 63.00 133.00

Std. Deviation 2.187 23.793

Minimum 57 79

Maximum 67 165

(65)

pola asuh orangtua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid otoriter 9 11.3 11.3 11.3

demokratis 66 82.5 82.5 93.8

permisif 5 6.3 6.3 100.0

Total 80 100.0 100.0

kecerdasan emosional

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 14 17.5 17.5 17.5

tinggi 66 82.5 82.5 100.0

(66)
(67)

Lampiran 27

Hasil Uji Asumsi Dasar

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent pola asuh orang tua 80 100.0% 0 .0% 80 100.0% kecerdasan emosional 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pola asuh orang tua .115 80 .010 .955 80 .007 kecerdasan

emosional

.209 80 .000 .851 80 .000

(68)
(69)
(70)

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

pola asuh orang tua

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.736 18 43 .070

Test of Homogeneity of Variances

kecerdasan emosional

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.373 8 69 .003

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Within Groups 41156.838 69 596.476

(71)

Lampiran 28 Hasil Korelasi

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

pola asuh orangtua 62.98 2.187 80 kecerdasan emosional 125.74 23.793 80

Correlations

pola asuh orangtua

kecerdasan emosional

pola asuh orangtua Pearson Correlation 1 .308**

Sig. (2-tailed) .005

N 80 80

kecerdasan emosional Pearson Correlation .308** 1 Sig. (2-tailed) .005

N 80 80

(72)
(73)

Abdullah, H.B. (2012). Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Achmad, I.F., Latifah, L. & Husadayanti, D.N. (2010). Hubungan Tipe Pola Asuh Orangtua Dengan Emotional Quotient (EQ) Pada Anak Usia Sekolah Di SMP Al-Fattah Sumampir Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman. Diakses tanggal 12 Juni 2016.

Afrilyanti, dkk. (2015). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Status Identitas Diri Remaja. Jurnal. Vol 2 No 2. Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Agustina, D. (2012). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Keceradasan

Emosional Remaja Di SMA Negeri 2 Padang. Skripsi. Ilmu Keperawatan Padang.

Ali, I. (2015). Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMP Negeri 1 Bulango Utara Kabupaten Bonebolango. Jurnal Keperawatan. Universitas Negeri Gorontalo. Diakses tanggal 5 Mei 2016.

Anna. (2013). Hubungan Pola asuh demokratis Dan Kecerdasan Emosi Dengan

perilaku Prososial Pada Remaja

Ardiana, A. (2010). Hubungan Kecerdasan Emosional Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Pasien Di Ruang Rawat Inap RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Tesis. Diakses tanggal 20 April 2016.

Artha, dan Supriyadi. (2013). Hubungan Kecerdasan Emosi dan Self Efficacy Dalam Pemecahan Masalah Penyesuaian Diri Remaja Awal. Jurnal Psikologi. Vol.1. No.1.

Asyik, F.M., Ismanto, A.Y, & Babakal, A. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Remaja Di Kelurahan Soasio Kota Tidore Kepulauan. Vol 3. No 2. Jurnal Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado. Aunillah, N.I. (2015). Membentuk Karakter Anak. Jakarta: Diva Press.

(74)

Berns, R.M. (2004). Child, Family, School, Community Socialization And Support. Edisi Ketujuh. USA: Thomson Learning.

Chotimah, K. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosi Pada Remaja. Skripsi. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia: Bogor Selatan.

Depkes Jakarta I. (2012). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI. (2013). Kesehatan Jiwa sebagai Prioritas Global. Diunduh tanggal 18 Januari

Dewi. (2008). Tipe Pola Asuh Pada Remaja SMA PGRI 2 Bandung. Jurnal Keperawatan. Diakses tanggal 12 Juni 2016.

Edwards, C. D. (2008). How to Handle A Hard- to- Handle Kid: A Parent’s Guide to Understanding and Changing Problem Behaviors. Oetih, F.D. (editor). Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan bagi para Orangtua untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: Kaifa.

Fitriyani, L. (2015). Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak. PAUD IAIN Samarinda.

Fortuna, F. (2008). Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja di SMA Akselarasi Jakarta. Diambil tanggal 12 Juni 2016.

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. (Edisi 5). Jakarta: EGC.

Galih, J. (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Anak Pada Masyarakat Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Skripsi. Diakses tanggal 10 Juni 2016.

Goleman, D. (2015). Emotional Intelligence. (Edisi 5). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasan, M. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press.

(75)

Hidayah, R., Yunita,E. & Utami, YW. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) Di TK Senaputra Kota Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya Malang.

Hurlock, E.B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Ika, F. (2010). Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Emotional Quentient (EQ) Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di TK Islam Al-Fattah Sumampir Purwokerto Utara tanggal 10 Juni 2016.

Imam, K. (2009). Quantum Emotion: The Simple Ways For Your Beautiful Life. Jogjakarta: Garailmu.

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 7. Jakarta: EGC.

Leo, S. (2013). Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Erlangga: PT. Gelora Aksara Pratama.

Lestari, E. (2006). Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Moral Remaja Usia 16-19 Tahun di SMU Negeri 1 Medan. Skripsi. Fakultas Keperawatan USU.

Malahayati. (2009). Siap Menjadi Genius Sejak Dini IQ, EQ, SQ untuk anak usia 3-7 tahun. Jakarta: Kendi Mas Media.

Mubayidh, M. (2006). Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Musbikin, I. (2013). Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Riau: Zanafa Publishing.

Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media.

(76)

Nuraini. (2011). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Taman Kanak-Kanak. Tesis. Universitas Negeri Semarang. Diakses tanggal 8 Juni 2016.

Oktarina. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dan Kedisplinan Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Purwantoro. Skripsi: Universitas Sebelas Maret.

Owens, K. (2002). Child & Adolescent Development: An Integrated Approach. USA: Thomson Learning.

Panjaitan & Daulay. (2014). Pola Asuh Orang Tua Dan Perkembangan Sosialisasi Remaja Di SMA Negeri 15 Medan. Fakultas Keperawatan USU. Diakses tanggal 18 Desember 2015.

Papalia, D.E., Olds., Sally, W. & Feldman, R.D. (2011). Human Development (Psikologi Perkembangan). (Edisi 9). Jakarta: Kencana.

Petranto, I. (2006). Rasa Percaya Diri Anak adalah Pola Asuh Orangtuanya. Petranto, I. (2010). Rasa Percaya Diri Anak Dan Pola Asuh Orang Tua. Jurnal

Keperawatan. STIKES Ngudi Waluyo Unggaran. Diakses tanggal 30 April 2016.

Polit, D. F & Hunger,B.P. (1995). Nursing Research: Principlies and Methods (5t edition).Philadhelpia:J.Blippincott Company.

Poltekkes Depkes Jakarta I. (2012). Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Paraktik. Jakarta: EGC.

Prasetyono, D.S. (2014). Kenali Dirimu, Yuk! Berbagai Tes Karakter & Kepribadian Diri Untuk Remaja. Jogjakarta: Laksana.

Puspitasari, L. (2015). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Otoritatif Dengan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Madya Di SMA Negeri 2 Kudus Kelas X dan XI. https://core.ac.uk. Psikologi FK Universitas Diponegoro. Diakses tanggal 1 Juni 2016.

(77)

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press..

Santrock, J.W. (2010). Adolescence. Ed. 11. Erlangga: PT. Gelora Aksara Pratama.

Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

Schutte, N.S., Malouff, J.M., & Bhullar, N. (2009). The Assessing Emotional Intelligence Scale. New York: Springer Publishing.

Setiadi. (2008). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Silalahi, K. (2010). Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman. Edisi Pertama. Jakarta: Rajawali Press.

Simons., Gordon., Wallace. (2010). Famillies, Delinquency and Crime Linking Society Most Basic Institution to Antisocial Behavior. California: Roxbury Publishing Company.

Sipahutar, A. (2009). Pola Asuh Orang Tua dan Tingkat Kebiasaan Remaja Dalam Mengkonsumsi Alkohol di Desa Sirajaoloan Kecamatan Trautung Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.

Sodiyah, K., & Sucahyono. (2012). Analisis Pola Pengasuhan Orang Tua Bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistik Dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 Tahun) Di Dusun Pelabuhan Desa Pelabuhan Rejo Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Univ Negeri Surabaya.

Starr, M. L. (2011). The Relationship Between Parenting Styles, Learning Autonomy, And Scholastic Achievement In Undergraduate Collage Students. Master’s Theses. Bucknell University.

Stys, Y & Brown, S.L. (2004). A Review of The Emotional Intelligence Literature and Implications for Corrections. Canada: Research Corectional Service. Diakseses pada tanggal 27 Januari 2016.

(78)

Sunarti, E. (2004) Mengasuh Anak Dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Badan Pusat Statistik. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Susila & Suyanto. (2014). Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran & Kesehatan. Cet. I. Klaten: Bossscript.

Sutriyani, A. (2015). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Kecerdasan Emosi Dengan Konsep Diri Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Melati Di Sinduadi Melati Sleman Tahun Pelajaran 2014/2015. Univ PGRI Yogyakarta.

Suwono. (2008). Pola Asuh Anak Minat Datang Ke Vihara.

Tafuli, D.B., dkk. (2012). Hubungan Peran Orangtua Terhadap Kecerdasan Spritual Remaja Di SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.

Tandry, N. (2015). Happy Parenting. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Tappang, I.R., dkk. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kepribadian Anak Remaja Usia 14-17 Tahun Di SMP Negeri 5 Pare-Pare. STIKES NANI Hasanudin Makassar. Vol 3 No 1.

Tridhonanto, I. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Wulansari, M. (2014). Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Keceme I, Sleman Kabupaten Sleman. Skripsi. Diakse tanggal 6 Juni 2016.

Yunus, S.L. (2015). Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Kcerdasan Emosional Remaja Di SMA Negeri 4 Gorontalo. Jurnal Keperawatan. Universitasn Negeri Gorontalo. Diakses tanggal 10 Mei 2016.

Yusniyah. (2008). Skripsi: Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Prestasi Belajar Siswa MTs Al-Falah Jakarta Timur. Universitas Indonesia.

(79)

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/ teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan dari tinjauan pustaka atau ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2008).

Berdasarkan tinjauan pustaka, pola asuh orang tua adalah pola interaksi antara orang tua dan anak. Termasuk cara menerapkan aturan, mengajarkan nilai/ norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anak. Sehingga orang tua merupakan sasaran yang paling penting untuk mengembangkan remaja menjadi orang yang memiliki kecerdasan emosi agar tugas perkembangan remaja dapat berlangsung dengan baik.

Dari uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional serta untuk mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan.

(80)

Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Skema 3.1

Skema 3. 1 Kerangka Konseptual Penelitian

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dari suatu variabel berkaitan dengan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel dalam suatu penelitian. Definisi operasional umumnya berkaitan dengan aspek atau indikator yang digunakan untuk mengukur suatu variabel (Susila & Suyanto, 2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pola Asuh Pola asuh orang tua adalah segala Tipe Pola Asuh Orang Tua

1. Pola Asuh Otoriter

(Authoritarian Parenting) 2. Pola Asuh Demokrasi

(Authoritative Parenting) 2. Mengelola Emosi Sendiri

(Managing Own Emotions) 3. Mengelola Emosi Orang Lain

(Managing Other’s Emotions) 4. Pemanfaatan Emosi

(81)
(82)
(83)

yang mampu

(84)

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan.

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2013) dalam Susila dan Suyanto (2015) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel penelitian merupakan suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan usia 15-18 tahun yang duduk di kelas X dan XI dari semua jurusan yang ada di SMA Katolik Trisakti Medan berjumlah 390 orang dengan alasan kelas XII sedang dalam menghadapi persiapan ujian nasional. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Susila & Susanto, 2015).

� = �

(85)

dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

�2 = Presisi (ditetapkan 10 %) Maka,

� = 390

(390). (0.1)2 + 1

n = 79,69 (dibulatkan menjadi 80)

Dari hasil penghitungan menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel yang diteliti sebanyak 80 orang. Proporsi jumlah sampel setelah dilakukan penghitungan pada masing-masing ruangan didapatkan dari:

(86)

Tabel 4.1 Populasi dan Jumlah Sampel Penelitian di Kelas X dan XI SMA Katolik Trisakti Medan

No Nama Kelas Populasi Jumlah Sampel

1 X-1 40 8

2 X-2 40 8

3 X-3 40 8

4 X-4 39 8

5 X-5 38 8

6 XI-IPA 1 40 8

7 XI- IPA 2 40 8

8 XI- IPA 3 38 8

9 XI- IPS 1 38 8

10 XII- IPS 2 37 8

Jumlah 390 80

(87)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Remaja yang berusia 15-18 tahun, karena pada usia ini merupakan masa terjadinya perkembangan emosional (emotional development) pada remaja, sehingga hasilnya diharapkan lebih tepat.

2. Remaja yang tinggal serumah dengan orang tua. 3. Bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian menjelaskan lokasi atau tempat penelitian tersebut dilakukan. Lokasi penelitian dibuat untuk membatasi ruang lingkup penelitian (Notoatmodjo, 2012). Maka lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Katolik Trisakti Medan. Adapun pertimbangan lokasi penelitian ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional. Disamping itu lokasi ini memadai untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian serta lokasi ini juga dikenal oleh peneliti sehingga mempermudah proses penelitian. Waktu penelitian ini telah dilakukan dari bulan 9 Januari - 30 April 2016.

4.4. Pertimbangan Etik

(88)

Adapun tujuan etika penelitian ini adalah melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancaman terhadap responden. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan menjadi subjek penelitian dan memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri (Otonomy). Jika calon responden bersedia, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed consent) penelitian dan memberikan kuesioner untuk diisi. Jika dalam pengisian kuesioner responden kurang mengerti, maka peneliti akan memberikan penjelasan. Setelah seluruh kuesioner telah selesai dijawab oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti. Jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

(89)

tua. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga bersikap adil (Justice) kepada setiap calon responden dan tidak membeda-bedakan calon responden.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini terdiri dari tiga macam kuesioner, yaitu: 1. Kuesioner data demografi remaja (identitas siswa) memberikan data

mengenai responden yang meliputi usia responden, jenis kelamin, usia orang tua, jumlah anggota keluarga, status anak, kelengkapan orangtua, pendidikan orang tua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Kuesioner ini digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis.

(90)

pola asuh demokratis, dan dominan pola asuh permisif. Misalnya, skor untuk pola asuh otoriter adalah 24, skor demokratis adalah 20, dan skor permisif 18, maka pola asuh responden adalah dominan otoriter, begitu seterusnya. Tetapi, jika jumlah skor untuk ketiga tipe pola asuh mempunyai skor yang sama maka pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anaknya lebih dari satu tipe pola asuh.

3. Kuesioner tentang kecerdasan emosional didapatkan peneliti dari instrumen Assessing Emotion Scale (AES) yang dikembangkan oleh Schutte and Colleagues (1998), dimana berisi 33 pertanyaan dengan lima alternatif pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral/ ragu (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS), dimana nilai sangat setuju (SS) mendapat nilai 5, setuju (S) mendapat nilai 4, tidak dapat menentukan apakah setuju atau tidak setuju (N) mendapat nilai 3, tidak setuju (TS) mendapat nilai 2, sangat tidak setuju (STS) mendapat nilai 1.

Total skor untuk kecerdasan emosional adalah 33-165, artinya skor minimal kecerdasan emosional adalah 33 dan skor maksimal kecerdasan emosional adalah 165. Adapun kriteria penilaian kecerdasan emosional dalam penelitian Motalebi, et al (2013) dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

(91)

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menguji tingkat validitas instrumen, peneliti mencoba instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian (Arikunto, 2010).

(92)

Peneliti juga telah melakukan penghitungan hasil uji validitas kedua instrumen dengan menggunakan koefisien validitas isi Aiken’s. Maka didapatkan hasil validitas instrumen pola asuh orangtua adalah 0,835, dan instrumen kecerdasan emosional adalah 0,98. Sehingga kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan valid.

4.6.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti melakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen (Siregar, 2014). Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini telah dilakukan pada 35 orang responden, yaitu remaja yang memenuhi kriteria penelitian di SMA Swasta Santo Yoseph Medan pada 22 Februari 2016. Setelah data untuk uji reliabilitas dikumpulkan, maka peneliti menggunakan analisa Cronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan komputer untuk mengukur reliabilitas instrumen pola asuh orangtua dan kecerdasan emosional.

(93)

4.7. Pengumpulan Data

Prosedur yang telah dilakukan peneliti dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh dikirimkan ketempat penelitian yaitu di SMA Katolik Trisakti Medan. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data penelitian. Peneliti telah menentukan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Peneliti juga menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan,dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan peneliti atau mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka proses pengumpulan data telah selesai dilakukan dan selanjutnya dilakukan pengolahan data penelitian.

4.8. Pengolahan Data

(94)

data secara manual. Data Entry, merupakan langkah dalam memasukkan data yang telah diberi kode kemudian disusun secara berurutan. Tabulating, yaitu memindahkan data dari daftar pertanyaan dan selanjutnya memberikan nilai akhir dan scoring.

4.9. Analisis Data

Analisa data berfungsi untuk meringkas, mengklasifikasikan, dan menyajikan data yang merupakan langkah awal dari analisis lebih lanjut dalam penggunaan uji statistik (Hidayat, 2011).

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Karakteristik responden dan juga setiap kategori jawaban pada pola asuh orang tua serta kecerdasan emosional yang diisi remaja akan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi. Sebelum dilakukan analisa data lebih lanjut, pada data numerik instrumen pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional dilakukan uji asumsi dasar. Peneliti melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji kolmogorov smirnov, data dikatakan beridistribusi normal bila nilai Ftabel > α (0,05). Jika data berdistribusi normal, maka peneliti melakukan analisis parametrik.

4.9.2. Analisis Bivariat

(95)

dan variabel terikat (Siregar, 2014). Adapun analisis bivariat dalam penelitian ini adalah mencari dan mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja. Hubungan pola asuh orangtua dan kecerdasan emosional remaja dapat dianalisis dengan menguji hipotesa penelitian (Ha) terlebih dahulu, kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan secara komputerisasi untuk mengkorelasikan pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional dengan menggunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment, karena data penelitian berbentuk interval. Untuk melihat hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja digunakan penafsiran koefisien korelasi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Siregar, 2014).

Tabel 4.2 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

1

(96)

Nilai ρ menginterpretasikan untuk uji satu arah ρ, jika nilai ρ < 0,05 maka

(97)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan. Proses pengumpulan data telah dilakukan pada bulan Maret 2016 terhadap 80 responden di kelas I dan kelas II di SMA Katolik Trisakti Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, pola asuh orangtua, kecerdasan emosional remaja dan hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan.

5.1.1 Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari usia responden, jenis kelamin, usia orang tua, jumlah anggota keluarga, status anak, kelengkapan orang tua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orang tua. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis terhadap hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan.

(98)

dikategorikan adalah paling banyak berusia 40-49 tahun sebanyak 51 orang (63,8%). Adapun distribusi frekuensi jumlah saudara kandung dari 80 responden mayoritas berjumlah 4 saudara kandung sebanyak 25 responden (31,3%), untuk status anak adalah responden kebanyakan anak yang urutannya adalah anak ke 3 sebanyak 26 orang (32,5%), untuk distribusi kelengkapan orang tua mayoritas responden masih memiliki ayah dan ibu kandung sebanyak 68 orang (85%). Sementara untuk pendidikan terakhir dari orang tua responden umumnya adalah sebagian besar tamatan sarjana 66 orang (82,5%), mayoritas pekerjaan orangtua dari responden adalah pegawai negeri sebanyak 67 orang (83,8%), dan distribusi frekuensi penghasilan orang tua dari 80 responden mayoritas berpenghasilan > Rp. 2.037.000 sebanyak 63 orang (78,8%) (Lihat Tabel 5.1).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n = 80)

Karakteristik Frekuensi Persentase

(99)

Status Anak

Masih ada (Bapak dan Ibu) Hanya ibu saja

Hanya ayah saja

Ibu kandung dan bapak tiri

68

2. Tipe Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari 80 responden remaja di SMA Katolik Trisakti Medan memiliki tipe pola asuh orang tua demokratis (Authoritative) sebanyak 66 responden (82,5%) (Lihat Tabel 5.2).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh Orang Tua di SMA Katolik Trisakti Medan (n=80)

Tipe Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentase

Otoriter (Authoritarian) 9 11,3

Demokratis (Authoritative) 66 82,5

(100)

3. Kecerdasan Emosional Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 orang remaja di SMA Katolik Trisakti Medan memiliki kecerdasan emosional dalam tingkat tinggi sebanyak 66 responden (82,5%). Hal ini terlihat dari rata-rata total skor kecerdasan emosional 125,74 (SD= 23,793) dengan nilai tertinggi responden adalah 165 dan nilai terendah adalah 65 (Lihat Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Trisakti Medan (n=80)

Kecerdasan Emosional Frekuensi Persentase

Tinggi

4. Analisis Uji Asumsi Dasar

Uji asumsi dilakukan sebelum analisis data, maka yang pertama dilakukan adalah uji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi normal atau tidak. Dikatakan data berdistribusi normal apabila nilai Ftabel > 0,05 Terlihat pada bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov untuk pola asuh adalah sebesar 0,115 dan untuk kecerdasan emosional adalah 0,209. Maka data dikatakan berdistribusi normal (Lihat tabel 5.4).

Tabel 5.4 Tabel Uji Normalitas Data

F df Sign

Pola Asuh 0,115 80 0,010

Kecerdasan Emosional

(101)

5.1.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Trisakti Medan

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mencari adanya hubungan dua variabel, yaitu pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan yang dihitung dengan menggunakan uji Pearson Correlation. Adapun analisa data yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Sehingga didapat koefisien korelasi (r) antara hubungan pola asuh orangtua dan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan, yaitu 0,308 dengan tingkat signifikan (p) 0,005 (< 0,05).

Tabel 5.5. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Kecerdasan Emosional Remaja di SMA Katolik Trisakti Medan (n=80)

Variabel 1 Variabel 2 rp Sign. Keterangan

Pola Asuh Orangtua

Kecerdasan Emosional

Remaja

0,308 0,005 Hubungan positif dengan kekuatan hubungan

lemah *Sign < 0,05

(102)

5.2. Pembahasan

Tujuan penelitian ini meliputi penjelasan pola asuh orang tua, kecerdasan emosional remaja dan hubungan pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan.

5.2.1. Pola Asuh Orang Tua

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi dengan orang lain, sehingga keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan perkembangan psikologis anak, khususnya emosional anak melalui pengasuhan orangtua (Tappang, dkk, 2013). Pola asuh orangtua merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak.

Sikap yang dilakukan orangtua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma (Suwono,2008). Pola asuh juga sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter anak salah satunya adalah identitas diri anak dalam perkembangan psikologis anak terutama remaja (Afrilyanti, Herlina & Rahmalia, 2015).

(103)

Dari hasil penelitian tentang pola asuh yang dapat dilihat pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 80 responden di SMA Katolik Trisakti Medan sebanyak 66 responden (82,5%) memiliki tipe pola asuh orangtua yang demokratis (Authoritative), 9 responden (11,3%) memiliki tipe pola asuh orangtua yang otoriter (Authoritarian) dan 5 responden (6,3%) memiliki tipe pola asuh orangtua yang permisif (Permissive). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pola asuh orangtua yang demokratis (Authoritative). Hal ini menunjukkan bahwa bahwa pola asuh demokratis (Authoritative) adalah pola pengasuhan yang paling dominan digunakan oleh orangtua.

(104)

cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya (Lestari, 2006).

(105)

berjalannya fungsi keluarga dengan baik, salah satunya yaitu pola pengasuh anak. Keadaan orangtua yang masih lengkap dari responden, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kecenderungan menerapkan tipe pola asuh Demokratis (Authoritative) karena keluarga yang orangtua lengkap yaitu ayah dan ibu dapat berfungsi sebagi pemberi rasa aman bagi anak, sebagai model perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik dan pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat (Lestari, 2006).

(106)

untuk berkumpul dengan anak mereka untuk saling bertukar cerita, bertukar pikiran, maupun untuk melakukan hal-hal yang kemungkinan dapat dilakukan bersama oarngtua dan anak sehingga pola asuh yang digunakan lebih cenderung pola asuh demokratis (Authoritative) (Malahayati, 2009).

(107)

dengan orang tua. Hal ini didukung dengan teori Santrock (2010) yang menjelaskan bahwa usia 15-17 tahun adalah masa sukar baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain yang berinteraksi dengan dirinya.

Hal ini terjadi karena pada masa remaja pertengahan memiliki kemauan yang sulit dikompromikan dengan kemauan orangtua dan penuh dengan emosi yang belum stabil.

Dari tabel 5.1 juga dapat dilihat karakteristik responden terkait dengan jenis kelamin responden. Sebagian besar jenis kelamin responden di SMA Katolik Trisakti Medan adalah perempuan sebanyak 42 responden (52,5%). Menurut Sarwono (2012) menyatakan bahwa peran jenis kelamin adalah bagian dari peran sosial dan tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin orang yang bersangkutan, tetapi oleh lingkungan dan faktor-faktor yang lainnya. Remaja berjenis kelamin perempuan cenderung mengalami maturitas aspek biologis dan psikososial lebih awal daripada laki-laki. Laki-laki cenderung menggunakan pertimbangan rasional dan mudah terpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, sedangkan perempuan lebih menggunakan pertimbangan emosional atau perasaan dalam berperilaku (Potter & Perry, 2009).

(108)

emosional, sosial dan spiritual Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) yang menyatakan perkembangan remaja sangat ditentukan oleh usia orangtua dalam merawat, membimbing dan memberikan arahan. Tetapi, usia orangtua yang belum memasuki usia dewasa pertengahan (30-49 tahun) maka tidak dapat mnjalankan peran tersebut secara optimal. Karena perkembangan psikososial yang matang akan mempengaruhi orangtua dalam menerapkan pola asuh yang efektif kepada anak.

(109)

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yunus (2015) terhadap yang menjelaskan bahwa peran dan keterlibatan orang tua sudah berfungsi dengan baik dalam merawat, membimbing dan mendidik remaja, yaitu dengan mendorong remaja belajar secara teratur, mendorong remaja untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang memuaskan, membantu anaknya dalam menemukan jalan keluar dari masalahnya, dan memberikan kesempatan dalam mengambil keputusan sendiri. Sejalan dengan penelitian Anna (2013) tentang hubungan pola asuh demokratis dan kecerdasan emosional dengan perilaku prososial pada remaja juga menegaskan bahwa pola asuh demokratis dapat mengakibatkan anak menjadi mandiri, mempunyai kontrol diri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh, dan berorientasi pada prestasi.

(110)

SMA Negeri 15 Medan yang menyatakan bahwa pola asuh yang efektif bagi perkembangan anak adalah pola pengasuhan demokratis, karena pola asuh demokratis akan membuat anak memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, bersikap bersahabat, dan mau bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan dalam penelitian Dewi (2008) mengenai tipe pola asuh pada remaja SMA PGRI 2 Bandung yang dimana dari 115 responden, sebanyak 90 responden mendapatkan pengasuhan otoriter. Hal tersebut membuat orangtua akan menuntut dan mengendalikan semata-mata karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan, dan komunikasi satu arah. Mereka akan mengendalikan dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak; mereka juga menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan mereka dan tradisi. Sehingga anak-anak dengan pengasuhan otoriter akan cenderung memiliki kompetensi dan tanggung jawab sedang, cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki spontanitas. Dengan demikian pola asuh otoriter dapat memberikan dampak buruk terhadap perkembangan psikologis remaja, salah satunya kecerdasan emosional.

(111)

5.2.2. Kecerdasan Emosional Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja SMA Katolik Trisakti Medan paling banyak memiliki kecerdasan emosional tinggi yaitu sebanyak 66 responden (82,5%) dari 80 responden. Hal ini berarti remaja SMA Katolik Trisakti Medan sudah mampu mempersepsikan emosi, mengelola emosi dirinya sendiri dan orang lain, serta mampu memanfaatkan emosinya secara benar.

Dalam penelitian Yunus (2015) tentang hubungan pola asuh dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Negeri 14 Kota Gorontalo terhadap 79 siswa menjelaskan bahwa tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki anak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama oleh keluarga, yaitu peran dan keterlibatan orangtua yang tercermin di dalam pelaksanaan pola asuh. Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, dalam arti keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab dalam mengembangkan kematangan emosi anak-anaknya.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Agustina (2012) mengenai hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Negeri 2 Padang sebanding dengan hasil penelitian ini yang menjelaskan bahwa dari 972 responden remaja mayoritas memiliki kecerdasan emosional tinggi (65,8%). Hal ini dapat dilihat dari perilaku remaja yang berperilaku baik, mampu menyelesaikan masalah, mampu menyesuaikan diri dan mampu membuat keputusan-keputusan yang baik.

(112)

perkembangan remaja untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses perkembangan emosional, anak diharapkan dapat mengenali emosi dirinya sendiri, memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, dan memanfaatkan emosi yang positif, serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, tersebut, tanpa kehilangan dirinya sendiri.

5.2.3. Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Kecerdasan Emosional Remaja

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan uji Pearson Correlation didapat koefisien korelasi (r= 0,308) dengan tingkat signifikan (p) 0,005 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat signifikan antara hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMA Katolik Trisakti Medan dengan kekuatan hubungannya lemah dan positif.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wulansari (2014) mengenai hubungan pola asuh demokratis orangtua dengan kecerdasan emosional remaja siswa SMA Keceme I, Sleman, Kabupaten Sleman dengan koefisien korelasi sebesar 0,540. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kecerdasan emosional remaja, yang berarti bahwa semakin baik pola asuh demokratis orangtua maka semakin baik dan meningkat pula keceradsan emosional remajanya.

(113)

kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini juga berarti tingkat keceradsan emosional yang dimiliki anak dipengaruhi oleh lingkungan, terutama keluarga (orangtua), yaitu peran dan keterlibatan orangtua yang tercermin dalam pelaksanaan pola asuh, sehingga orangtua diharapkan ikut berperan didalam pelaksanaan pola asuh, sehingga orangtua diharapkan ikut berperan dalam peningkatan kecerdasan emosional anak dengan memberikan tipe pola asuh yang tepat untuk perkembangan psikososial anaknya, terutama emosional anak.

Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan Chotimah (2012) tentang hubungan pola asuh orangtua dengan kecerdasan emosional pada remaja yang menegaskan bahwa hubungan pola asuh orangtua dan kecerdasan emosional remaja adalah sangat signifikan dengan nilai korelasi R = 0,739 (Sign. 0,000), artinya semakin positif pola asuh orangtua maka semakin tinggi kecerdasan emosional remaja, dan sebalikya semakin negatif pola asuh orangtua maka semakin rendah kecerdasan emosional remaja.

(114)

Berdasarkan hasi penelitian yang telah diuraikan peneliti dari penelitian sebelumnya, maka peneliti berasumsi bahwa keberhasilan orangtua dalam mencerdasankan remaja secara emosional tergantung kepada tipe pola asuh yang diterapkan. Pola asuh orangtua merupak pula asuh yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan keluarga, sehingga pola asuh orangtua demokratis akan berpengaruh pada kecerdasan emosionbal remaja. Semakin baik pola asuh orangtua maka semakin baik pula kecerdasan emosional remaja.

(115)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada uraian bab 5 terhadap 80 orang responden siswa-siswi SMA Katolik Trisakti Medan dapat disimpulkan: 1. Pola asuh orang tua pada remaja di SMA Katolik Trisakti Medan sebagian besar memiliki pola asuh demokratis (Authoritative) sebanyak 66 responden (82,50%), 9 responden (11,30%) adalah pola asuh otoriter (Authoritarian) dan sisanya 5 responden (6,30%) pola asuh permisif (Permissive).

2. Kecerdasan emosional pada remaja di SMA Katolik Trisakti Medan mayoritas responden memiliki kecerdasan emosional tinggi sebanyak 66 responden (82,50%) dan 14 responden (17,50%) memiliki kecerdasan emosional rendah.

(116)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dibuat, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan anak dan keluarga perlu diadakan penambahan materi tentang tahapan perkembangan anak dan ciri-ciri pola asuh yang baik dan dapat diterapkan dalam mengasuh anak. Sehingga perawat dapat memberi tambahan informasi yang benar pada keluarga khususnya orangtua dilingkungan masyarakat.

6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan anak maupun keperawatan keluarga perlu diadakan penyuluhan kepada orangtua tentang tahapan perkembangan anak khususnya remaja dan mengenai pola asuh bagi remaja. Informasi yang diberikan akan menggantikan ketidaktahuan atau menambah pengetahuan orangtua dalam menghadapi anak remajanya dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tahapan perkembangan anak khususnya kecerdasan emosional remaja. Sehingga diharapkan akan dapat membantu orangtua menentukan tipe pola asuh yang tepat bagi anak usia remaja didalam keluarga.

6.2.3. Bagi Orangtua/ Remaja/ Masyarakat

(117)

menjadi kerangka acuan bagi anak dalam menghadapi segala permasalahan sehari-hari.

6.2.4. Bagi Penelitian Selanjutnya

(118)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pola Asuh Orang Tua

2.1.1. Definisi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih) dan memimpin satu badan atau lembaga. Widodo (2011) dalam Chotimah (2012) menyatakan pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menerapkan aturan, mengajarkan nilai/ norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya.

2.1.2. Dimensi Pola Asuh Orang Tua

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Populasi dan Jumlah Sampel Penelitian di Kelas X dan XI
Tabel 4.2 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
Tabel 5.1  Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden  (n = 80)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosi pada remaja. Artinya variabel pola asuh orang tua

Data yang saya peroleh dari teman-teman akan saya gunakan dalam penelitian saya yang berkenaan dengan Persepsi Mengenai Pola Asuh Orang tua dan Kecerdasan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI PAUD SAYMARA KARTASURA. TAHUN

Kemudian diperkuat oleh Santrock (2003) bahwa pola asuh authoritarian dan permissive kurang efektif bagi perkembangan remaja dibandingkan dengan orang tua yang bersifat

Penelitian ini tidak terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional pada anak remaja yang ada di Kelurahan Soasio Kota Tidore Kepulauan bukan

Orang tua yang demokrasi mungkin menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan ceria, bisa mengendalikan diri dan

Hal ini berarti semakin tinggi layanan bimbingan belajar maka akan semakin meningkat pula kemandirian belajar siswa terhadap kemandirian belajar Y Untuk variabel pola asuh orang tua

Mengingat bahwa kecerdasan emosional ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga khususnya pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, siswa yang dibesarkan dalam kondisi