• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan

Range Of

Motion (ROM)

Pada Pasien Post Operasi Fraktur

di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

NAJMI USYAIRA

111101032

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA URATA

(2)

SKRIPSI

Oleh

NAJMI USYAIRA

111101032

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA URATA

(3)
(4)
(5)

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Ibu Erniyati, S.Kep., MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep.Ns,M.Kep,Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji I. 5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp., M.Pd selaku dosen penguji II.

6. Bapak Achmad Fathi S.Kep. Ns, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

7. Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik Medan beserta seluruh staff yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

(6)

untuk terus maju dan berusaha.

10.Abang dan kakak penulis, bg Andi, bg Heri, kak Dina dan kak Ais yang selalu memberikan motivasi dan tidak pernah berhenti memberi solusi dalam semua permasalahan.

11.Sahabat terbaik penulis Maya, Desi, Yuli dan Winda yang selalu menemani, mendengarkan keluh kesah dan selalu memberikan masukan dan arahan yang sangat membantu.

12.Teman- teman seperjuangan angkatan 2011 yang selalu memberikan informasi, semangat, bimbingan serta solusi pada setiap masalah yang ada mulai dari awal penulisan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini, dan terimakasih kepada adik- adik yang selalu memberi warna dan membuat penulis kembali bersemangat saat mulai jenuh.

13. Terimakasih tak terhingga kepada para responden yang sudah membantu dalam penelitian ini hingga akhirnya penelitian ini terselesaikan.

14.Terimaksih kepada mereka yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah serta hidayah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal A’lamin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, 7 Juli 2015 Penulis

(7)

Lembar Pengesahan. ... iii

1.2. Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan... 8

1.3. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan ... 8

2. Standar Kompetensi Perawat Indonesia ... 9

3. Standar Pelayanan Keperawatan Ortopedi ... 10

3.1. Pengertian Standar Pelayanan Keperawatan Ortopedi ... 10

3.2. Kompetensi Perawat Ortopedi dan Rehabilitasi Medik ... 11

3.3. Lingkup Tindakan Keperawatan Ortopedi ... 24

4. Konsep Fraktur ... 26

4.1. Defenisi Fraktur ... 26

4.2. Etiologi Fraktur ... 26

4.3. Manifestasi Fraktur ... 27

4.4. Jenis Fraktur ... 27

4.5. Penatalaksanaan Fraktur ... 28

5. Konsep Range Of Motion (ROM) ... 29

5.1. Defenisi ROM ... 29

5.2. Jenis ROM ... 30

5.3. Tujuan ROM ... 30

5.4. Prinsip Dasar Latihan ROM ... 30

(8)

BAB 3 Kerangka Konseptual ... 40

1. Kerangka Penelitian ... 40

2. Defenisi Operasional ... 41

BAB 4. Metodelogi Penelitan ... 42

1. Desain Penelitian ... 42

2. Populasi dan Sampel ... 42

2.1. Populasi ... 42

2.2. Sampel ... 43

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.1. Profil RSUP H. Adam Malik Medan ... 43

4. Pertimbangan Etik ... 43

5. Instrumen Penelitian ... 44

6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 45

6.1. Uji Validitas ... 45

6.2. Uji Reabilitas ... 45

7. Rencana Pengumpulan Data ... 46

8. Analisa & Pengolahan Data... 46

8.1. Pengolahan Data ... 46

8.2. Analisis Data ... 47

BAB 5. Hasil dan Pembahasan... 49

1. Hasil penelitian ... 49

1.1 Karakteristik demografi responden ... 49

1.2 Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur ... 50

2. Pembahasan Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur ... 51

BAB 6. Kesimpulan dan saran... 56

1. Kesimpulan ... 56

2. Saran ... 57

Daftar Pustaka ... 58

Lampiran-lampiran ... 62

(9)

7. Surat Etika Penelitian ... 75

8. Surat Pengantar Survey Awal ... 76

9. Surat Persetujuan Izin Survey Awal ... 77

10.Surat Pengantar Pengumpulan Data... 78

11.Surat Persetujuan Izin Pengambilan Data ... 79

12.Surat Ijin Penelitian I ... 80

13.Surat Ijin Penelitian II... 81

14.Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 82

15.Lembar Bukti Bimbingan ... 83

(10)

RSUP. H. Adam Malik Medan 24 Maret- 28 Mei 2015 ... 53 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Melakukan

Tindakan Range Of Motion (ROM) pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang RB3 RSUP. H. Adam Malik Medan

(11)
(12)
(13)

NIM : 111101032

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Tingginya angka kejadian fraktur pada masyarakat membutuhkan penanganan yang dilakukan secara intensif. Masalah yang terjadi apabila penanganan tidak dilakukan salah satunya ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range of motion (ROM). Tujuan penelitian adalah untuk melihat gambaran kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur. Desain penelitian merupakan deskriptif dengan jumlah sample 20 orang perawat, menggunakan teknik purposive sampling. Teknik penggumpulan data menggunakan lembar observasi. Hasil pengolahan data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan perawat adalah patuh (11, 55%) dan tidak patuh (9, 45%) sedangkan patuh secara lengkap (6, 30%) dan patuh tidak lengkap (5,25%). Berdasarkan hasil penelitian, maka perawat di ruangan RB3 RSUP. H. Adam Malik Medan dapat dikatakan patuh. Kesimpulan adalah kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien, semakin patuh perawat melaksanakan asuhan pada pasien post operasi dengan memberikan tindakan ROM terhadap pasien akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempercepat proses penyembuhan.

(14)
(15)

NIM : 111101032

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Tingginya angka kejadian fraktur pada masyarakat membutuhkan penanganan yang dilakukan secara intensif. Masalah yang terjadi apabila penanganan tidak dilakukan salah satunya ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range of motion (ROM). Tujuan penelitian adalah untuk melihat gambaran kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur. Desain penelitian merupakan deskriptif dengan jumlah sample 20 orang perawat, menggunakan teknik purposive sampling. Teknik penggumpulan data menggunakan lembar observasi. Hasil pengolahan data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan perawat adalah patuh (11, 55%) dan tidak patuh (9, 45%) sedangkan patuh secara lengkap (6, 30%) dan patuh tidak lengkap (5,25%). Berdasarkan hasil penelitian, maka perawat di ruangan RB3 RSUP. H. Adam Malik Medan dapat dikatakan patuh. Kesimpulan adalah kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien, semakin patuh perawat melaksanakan asuhan pada pasien post operasi dengan memberikan tindakan ROM terhadap pasien akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempercepat proses penyembuhan.

(16)
(17)

Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas

kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan

berbagai dampak, baik cedera ringan, fraktur hingga dapat menyebabkan kematian.

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas pada jaringan tulang, biasanya terjadi

karena trauma langsung eksternal, dan dapat juga terjadi karena deformitas tulang.

Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain

karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/ tumpul, berjumlah

45.987 orang. Peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang

(3,8%) dari 20.829 orang. Kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur

sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 orang. Trauma benda tajam/ tumpul

yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (RISKESDAS, 2007).

Juita (2002) menyatakan bahwa di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan pada

tahun 1998 - 2002 tercatat sebanyak 947 kasus fraktur, Rumah Sakit Haji Medan

pada tahun 2000 - 2003 terdapat kasus fraktur sebanyak 228 kasus, Rumah Sakit

Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2005 sampai Maret 2007

terdapat kasus fraktur pada laki – laki sebanyak 616 orang dan pada wanita

sebanyak 248 orang, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan

penderita fraktur dengan jumlah 114 penderita pada tahun 2009.

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti, di peroleh data bahwa jumlah

(18)

2012 dan 163 orang dari bulan januari 2013 – juli 2014. Data ini diperoleh dari

rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan.

Kecelakaan lalulintas merupakan insiden yang paling sering terjadi.

Cedera akibat kecelakaan dapat mengakibatkan kecacatan yang umumnya bersifat

sementara, Kecacatan dapat lebih lama dirasakan jika rehabilitasi tidak dilakukan

dengan tepat dan benar. Rehabilitasi yang dilakukan secara intensif dapat

mengurangi risiko kecacatan dan dapat mempersingkat fase pemulihan (Hawkey

& Williams, 2001 dalam Kneale, 2011).

Keterbatasan ambulasi akan menyebabkan otot kehilangan daya tahan

tubuh, penurunan massa otot dan penurunan stabilitas. Pengaruh penurunan

kondisi otot akibat penurunan aktivitas fisik akan terlihat jelas dalam beberapa

hari (Saryono, 2008 dalam Setyarini & Herlina, 2013).

Masalah yang terjadi apabila rehabilitasi tidak dilakukan salah satunya

ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Masalah kekakuan sendi

dalam jangka panjang dapat dicegah dengan cara melakukan aktivitas mobilitas

fisik. Aktivitas fisik diawali dengan rentang gerak pasif dilanjutkan dengan

latihan gerak aktif. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat

dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range

of motion (ROM) (Kneale & Davis, 2011).

Pasien sering sekali merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan

ortopedi. Hubungan komunikasi yang baik antara pasien dan perawat dapat

membantu pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk

(19)

terhadap peningkatan mobilitasnya bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan

yang diberikan sangat menguntungkan baginya (Smeltzer & Bare, 2009). Perawat

memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan rehabilitasi dan latihan ROM

terhadap pasien (Kneale & Davis, 2011).

ROM merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter and

Perry, 2005). Latihan gerak sendi atau ROM merupakan latihan-latihan yang

diberikan untuk mempertahankan kelenturan (fleksibilitas) otot-otot dan

persendian serta untuk meningkatkan fungsi sendi yang berkurang karena

berbagai macam proses penyakit, kecelakaan, atau tidak dipergunakan.

Rehabilitasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot

kuadrisep (Utami, 2013).

Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan ROM pada pasien post

operasi fraktur sangat mempengaruhi dengan tingkat kesembuhan pasien.

Dilakukannya ROM secara rutin dapat mempertahankan mobilitas sendi dan

jaringan ikat, meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur, mempertahankan

elastisitas mekanis dari otot, membantu kelancaran sirkulasi, meningkatkan

pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian,

menurunkan atau mencegah rasa nyeri, membantu proses penyembuhan pasca

cedera dan operasi, membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien.

Kurang patuhnya perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan akan berakibat

(20)

Sulastri dan Judha (2009) menyatakan bahwa, belum ada perawat yang

sepenuhnya mengimplementasikan ROM aktif dan pasif pada pasien post operasi

fraktur femur. Peran perawat sangat penting dalam perawatan pasien pre dan post

operasi terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Mengingat

banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu adanya

perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif

melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat

teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.

Berdasarkan fenomena permasalahan diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan

Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan.”

2. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari fenomena masalah yang dikemukakan di atas maka

rumusan masalah penelitian ini adalah mengenai bagaimana “Kepatuhan Perawat

dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi

Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan.”

3. Batasan Masalah

Peneliti melakukan penelitian terhadap pasien fraktur yang di berikan

tindakan ROM aktif maupun pasif pada pasien post operasi fraktur bagian

eksremitas atas dan bawah.

(21)

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran kepatuhan perawat dalam

melakukan tindakan ROM pada pasien fraktur di RSUP Haji Adam malik Medan.

5. Manfaat Penelitian

5.1 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa

keperawatan terkait pemberian asuhan mengenai pentingnya kepatuhan

perawat dalam melakukan ROM pada pasien post operasi fraktur.

5.2 Pelayanan keperawatan

Memberikan manfaat kepada RSUP H. Adam Malik Medan khususnya

perawat Orthopedi pentingnya pelaksanaan ROM untuk mengoptimalkan

dan meningkatkan standar kualitas hidup pasien.

5.3 Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan data dasar dan sebagai data tambahan yang

dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya

(22)

1.1 Pengertian Kepatuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007) “patuh adalah

suka menurut perintah dan taat pada perintah. Kepatuhan adalah perilaku sesuai

aturan dan berdisiplin”.

Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai - nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan

lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan

mebebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana yang harus

dilakukannya (Prijadarminto, 2003).

Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan

bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul

perilaku ketidakpatuhan. Jika perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai

positif yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan maka

perilaku kepatuhan ini akan optimal. Perilaku keperawatan ini akan dapat dicapai

jika manajer keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat

memberikan motivasi (Sarwono, 2007).

Kepatuhan petugas profesional (perawat) adalah kesesuaian antara perilku

seseorang perawat dengan ketentuan yang telah ditentukan pimpinan perawat

ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2002). Kepatuhan perawat adalah perilaku

(23)

atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati (Setiadi, 2007). Kepatuhan pada

program kesehatan dapat diukur dengan cara melakukan observasi (Bastable,

1997/ 2002).

Ketidakpatuhan adalah perilaku yang dapat menimbulkan konflik yang

dapat menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku ditujukan.

Perilaku ini dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Perilaku ini terbagi menjadi

tiga jenis menurut Murphy dalam Swansburg (2000) yaitu:

1. Competitive Bomber yang mudah menolak untuk bekerja. Orang ini

sering menggerutu dengan bergumam dan dengan wajah yang cemberut

dapat pergi meninggalkan manajer perawat atau tidak masuk kerja.

2. Martyred Accomodator yang menggunakan kepatuhan palsu. Orang tipe

ini dapat bekerja sama tetapi juga sambil melakukan ejekan, hinaan,

mengeluh dan mengkritik untuk mendapatkan dukungan yang lainnya.

3. Advoider yang bekerja dengan menghindarkan kesepakatan,

berpartisipasi dan tidak berespon terhadap manajer perawat.

1.2 Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan

Mengungkapkan derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh kompleksitas

prosedur pengobatan, derajat perubahan gaya hidup/lingkungan kerja yang

dibutuhkan, lamanya waktu dimana perawat mematuhi prosedur tersebut, apakah

prosedur tersebut berpotensi menyelamatkan hidup, dan keparahan penyakit yang

dipersepsikan sendiri oleh pasien bukan petugas kesehatan (Niven, 2002).

(24)

Menurut Smet (1994), berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan

kepatuhan, diantaranya adalah:

a. Dukungan Profesional Kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan

kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut

adalah dengan adanya tehnik komunikasi. Komunikasi memegang

peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh

profesional kesehatan, misalnya antara kepala perawatan dengan

bawahannya.

b. Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga. Pasien dan

keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh

perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien, sehingga

perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidakpatuhan dapat

dikurangi.

c. Perilaku Sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan

perawat

untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien

ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan.

d. Pemberian Informasi

Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan

(25)

kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan

pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit

ataupun instansi kesehatan lain.

2. Standart Kompetensi Perawat Indonesia

Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan

kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat

terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance)

yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang

diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan

keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan

standar- standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta

dapat berlaku secara internasional.

Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis,

sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan,

ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang

terganggu baik aktual maupun potensial. Fokus keperawatan adalah respons klien

terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Tanggungjawab perawat yang

sangat mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,

memulihkan dan mengurangai penderitaan. Tanggungjawab ini bersifat universal.

3. Standart Pelayanan Keperawatan Ortopedi

(26)

Keperawatan ortopedi merupakan area spesifik yang membutuhkan

kompetensi perawat untuk mengatasi masalah sistem muskuloskeletal dengan

berbagai penyebab yang meliputi degeneratif, traumatik, inflamasi, kongenital,

metabolik, dan onkologi. Standar pelayanan keperawatan ortopedi merupakan

acuan yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan pada

pasien dengan masalah ortopedi dalam berbagai setting keperawatan.

Standar pelayanan keperawatan ini merupakan performa perilaku

dirancang untuk memastikan dipenuhinya kualitas pelayanan keperawatan yang

dapat diukur dalam proses pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan. Standar

praktik keperawatan ortopedi dikembangkan dalam empat domain keperawatan,

yaitu praktik, pendidikan, manajamen, dan penelitian.

3.2 Kompetensi Perawat Ortopedi dan Rehabilitasi Medik

3.2.1 Perawat Klinik I : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik

Kualifikasi :

Pendidikan : D – 3 Keperawatan

Pengalaman Kerja Klinik : 5 th

Pendidikan : S – 1 Keperawatan/ Ners

Pengalaman Kerja Klinik : 3 th + Sertifikasi BLS

Kompetensi : Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Melakukan pengkajian data keperawatan dasar

2. Melakukan tindakan keperawatan dasar, meliputi :

(27)

b. Pemenuhan kebutuhan makan minum yang seimbang

c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin

d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal

e. Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan mempertahankan posisi

tubuh

f. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

g. Pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan suhu tubuh

normal

h. Pemenuhan kebutuhan kebersihan tubuh dan penampilan

tubuh

i. Membantu menghindari bahaya dan cidera

j. Melakukan komunikasi terapeutik

k. Pemenuhan kebutuhan spiritual

l. Pemenuhan kebutuhan beraktifitas

m.Pemenuhan kebutuhan rekreasi

n. Melakukan pendidikan kesehatan/ promosi kesehatan

o. Memberikan obat sederhana

p. Penanggulangan infeksi

q. Mempertahankan teknik bersih dan steril

r. Perawatan luka

3. Menggunakan komunikasi terapeutik

(28)

5. Melakukan dokumentasi keperawatan

6. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain

7. Mampu memberikan asuhan keperawatan dasar dengan supervisi

dari perawat klinik yang lebih tinggi

Pengembangan Profesional :

1. Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik

keperawatan

2. Menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan

3. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung

jawab profesi :

a. Mengevaluasi kinerja praktik diri sendiri

b. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah

keperawatan

3.2.2 Perawat Klinik II : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik

Kualifikasi :

Pendidikan : D – 3 Keperawatan

Pengalaman Kerja Klinik : 5 th+ Sertifikasi : BLS, Keperawatan

Medikal Bedah/ Ortopedi dasar

Pendidikan : S – 1 Keperawatan/ Ners

Pengalaman Kerja Klinik : 3 th + Sertifikasi : BLS, Keperawatan

(29)

Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya

1. Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik

profesional kompetensi PK I

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya

a. Kompetensi PK I

b. Menjalankan peran advokasi untuk melindungi hak-hak

manusia sebagaimana yang diuraikan dalam kode etik

keperawatan Indonesia (perawat mampu melindungi klien/

pasien dari tindakan yang dapat merugikan baik fisik maupun

material)

3. Melaksanakan praktik secara legal

a. Kompetensi PK I

b. Menunjukkan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang

berlaku terkait praktik keperawatan/ kode etik keperawatan

Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan :

1. Memahami konsep biomedik medikal bedah dasar

2. Melakukan pengkajian data keperawatan medikal bedah: ortopedi

dasar tanpa komplikasi

3. Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan,

menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan

(30)

4. Melakukan tindakan keperawatan ortopedi dasar dengan

bimbingan terbatas dari perawat klinik yang lebih tinggi. Dengan

kegiatan sebagai berikut:

a. Membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya

b. Melakukan observasi

c. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi musculoskeletal :

Mobilisasi, ROM, perubahan posisi, pemberian nutrisi

d. Meminimalisasi komplikasi aktual dan potensial kasus ortopedi:

dekubitus, konstipasi, mual-muntah, infeksi saluran kemih,

retensi urin, keseimbangan cairan dan elektrolit

e. Keselamatan : pencegahan jatuh pada pasien dengan alat bantu

jalan

f. Manajemen nyeri non farmakologi

g. Melakukan pendidikan kesehatan

h. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik

i. Melakukan tindakan keperawatan pada klien pre dan post

operasi kecil

j. Melakukan tindakan kolaborasi

k. Melakukan dokumentasi keperawatan

5. Menggunakan komunikasi terapeutik

6. Mampu membedakan situasi penting dan memprioritaskan

(31)

7. Mampu melaksanakan tindakan kedaruratan di ruang rawat

meliputi: RJP, penanganan shock

8. Membimbing PK I

Pengembangan Profesional :

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

keperawatan

a. Kompetensi PK I

b. Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan profesional

c. Memberikan kontribusi untuk pengembangan praktik

keperawatan profesional

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung

jawab profesi:

a. Kompetensi PK I

b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK I

3.2.3 Perawat Klinik III : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik

Kualifikasi :

Pendidikan : D – 3 Keperawatan

Pengalaman Kerja Klinik : 9 th + Sertifikasi : BLS, Keperawaatan

Medikal Bedah/ Ortopedi / Rehabilitasi

lanjut

(32)

Pengalaman Kerja Klinik : 6 th +Sertifikasi : BLS, Keperawaatan

Medikal Bedah/ Ortopedi / Rehabilitasi

lanjut

Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1

Pengalaman Kerja Klinik : 0 th

Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya

1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

profesional kompetensi PK II

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya:

a. Kompetensi PK II

b. Melibatkan diri secara aktif dalam pembuatan keputusan etik

secara efektif (perawat bertanggungjawab secara moral untuk

mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang

buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain)

c. Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam

kondisi perang, tindakan kekerasan, konflik dan situasi

bencana alam (perawat bertanggungjawab secara moral untuk

mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang

buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam

situasi gawat darurat)

3. Melaksanakan praktik secara legal kompetensi PK II

(33)

1. Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan

2. Melakukan pengkajian keperawatan kepada klien medikal bedah :

Ortopedi dan Rehabilitasi dengan risiko/ komplikasi pada 12 sistem

tubuh secara mandiri

3. Menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan

4. Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan

intervensi pada klien medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi

dengan risiko/ komplikasi pada 12 sistem tubuh

5. Melakukan tindakan keperawatan pada klien medikal bedah:

ortopedi dan rehabilitasi dengan komplikasi pada 12 sistem tubuh,

dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Melakukan observasi

b. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi muskuloskeletal

c. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi kognitif

d. Melakukan tindakan optimalisasi kesehatan mental

e. Minimalisasi komplikasi aktual dan potensial

f. Manajemen nyeri non farmakologi

g. Memberikan obat secara aman dan tepat

h. Melakukan pendidikan kesehatan

i. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik

j. Mengelola askep perioperatif mencakup perawatan pra bedah,

(34)

k. Melakukan tindakan kolaborasi

l. Melakukan rujukan keperawatan

m. Memberikan konseling

n. Melakukan dokumentasi keperawatan

6. Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan keputusan

mandiri (tanpa bimbingan)

7. Menggunakan komunikasi terapeutik

8. Membimbing PK II dan peserta didik

9. Mampu memimpin dan tanggung jawab

10. Mampu sharing ide dan pengetahuan dengan kelompok

11. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

Pengembangan profesional :

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

keperawatan

a. Kompetensi PK II

b. Menggunakan bukti yang absah dalam mengevaluasi mutu

praktik keperawatan

c. Berpartisipasi dalam meningkatkan mutu prosedur penjamin

mutu

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung

jawab profesi :

(35)

b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK II

c. Menunjukkan tanggung jawab untuk pembelajaran seumur

hidup dan mempertahankan kompetensi

d. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK

dibawahnya

e. Memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan dan

profesional peserta didik

f. Menunjukkan peran sebagai pembimbing/ mentor yang efektif

3.2.4 Perawat Klinik IV : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik Kualifikasi :

Kualifikasi :

Pendidikan : S – 1 Keperawatan/ Ners

Pengalaman Kerja Klinik : 9 th + Sertifikasi BTLS, Medikal Bedah/

Orthopaedi/ Rehabilitasi

Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1

Pengalaman Kerja Klinik : 2 th

Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 2

Pengalaman Kerja Klinik : 0 th

Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya.

1. Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik

(36)

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya kompetensi

PK III

(37)

Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan :

1. Memahami konsep biomedik medikal bedah spesifik ortopedi dan

rehabilitasi

2. Dapat melakukan asuhan keperawatan medikal bedah dan sub

spesialisasi secara mandiri pada sistem ortopedi dan rehabilitasi

(muskuloskeletal)

3. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada kasus kegawatan

ortopedi dan rehabilitasi

4. Bertindak sebagai pembimbing jenjang PK III sesuai dengan

kekhususan

5. Bertindak sebagai pendidik bagi pasien, keluarga, sesama teman

dan peserta didik keperawatan

6. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain meliputi kemampuan

mengambil keputusan untuk perawatan klien bersama profesi lain

7. Dalam mendelegasikan mampu memberi alternatif dalam

penyelesaian masalah

8. Menggunakan komunikasi terapeutik

9. Mampu sebagai konselor dalam bidang medikal bedah khusus

10. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

11. Mengidentifikasi hal-hal yang yang perlu diteliti lebih lanjut

12. Mempertimbangkan norma dan etik dalam menghadapi situasi

(38)

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

keperawatan kompetensi III

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud

tanggungjawab profesi :

a. Kompetensi PK III

b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK III

3.2.5 Perawat Klinik V : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik

Kualifikasi :

Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1

Pengalaman Kerja Klinik : 4 th

Pendidikan : S-3 Kep Spesialis 2

Ners Spesialis Konsultan

Pengalaman Kerja Klinik : 1 th

Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya

1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik

profesional kompetensi PK IV

2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik

keperawatan, Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi

PK IV

(39)

Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan :

1. Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub spesialisasi

dalam lingkup medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi

2. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialisasi

dengan keputusan secara mandiri

3. Melakukan bimbingan bagi PK IV

4. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

6. Melakukan konseling kepada pasien dan keluarga

7. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga

8. Menggunakan komunikasi terapeutik

9. Membimbing peserta didik keperawatan

10. Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya

11. Berperan sebagai peneliti

Pengembangan Profesional :

1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik

keperawatan kompetensi PK IV

2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung

jawab profesi

a. Kompetensi PK IV

(40)

3.3 Lingkup Tindakan Keperawatan Ortopedi

1. Pemenuhan kebutuhan dasar; oksigen, cairan dan elektrolit, nutrisi, dan

eliminasi

2. Pembebatan pada pendarahan

3. Pembidaian faktur ekstremitasi

4. Persiapan operasi

5. Penanganan syok

6. Perawatan eksternal imobilisasi (cast/ gips)

7. Perawatan luka (donor, luka kotor, luka bersih, dekubitus)

8. Perawatan amputasi

9. Perawatan area penusukan pin (pin site care) dengan chlorhexidin

gluconat 0,2%

10. Perawatan traksi (skin traksi, skeletal traksi; hallo traksi, kotrel traksi,

dan lain–lain)

11. Pemasangan armsling

12. Pemasangan CPM (Continuous Passive Movement)

13. Pemberian terapi: obat (oral, injeksi, topical, dan lain–lain), produk

darah, nutrisi enteral & parenteral

14. Manajemen nyeri (farmakologi dan non farmakologi)

(41)

16. Restrain fisik

17. Positioning intra operatif

18. Positioning pada kasus tulang belakang

19. Positioning di kursi roda

20. Pencegahan dekubitus

21. Perawatan tirah baring

22. Melatih pasien berjalan dengan alat bantu: tongkat; walker

23. Pemasangan brace; neck collar

24. Pemasangan stoking

25. Pemasangan splinting

26. Latihan rentang gerak sendi pada sendi normal

27. Latihan kekuatan otot

28. Pencegahan konstipasi

29. Bladder/ bowel training

30. Pemenuhan kebutuhan hygiene kasus tulang belakang

31. Bed making kasus tulang belakang

32. Perawatan trakeostomi kasus spine dengan cedera medulla spinalis

33. Transfer pasien

(42)

35. Perawatan drain

36. Pemasangan pelvic sling

37. Tehnik aplikasi bandage

38. Manajemen stres

39. Perawatan terminal

4. Konsep Fraktur

4.1 Defenisi Fraktur

a. Brunner & Suddarth (2009), Fraktur adalah terputusnya kontinuitas

tulang dan jaringan lunak .

b. Black & Hawks (2009), fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena

stress akibat tahanan yang datang lebih besar dari daya tahan yang

dimiliki oleh tulang.

c. Perry & Potter (2005), Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang. Fraktur biasa terjadi karena trauma langsung eksternal, tetapi

dapat juga terjadi karena deformitas tulang misalnya fraktur patologis

karena osteoporosis, penyakit paget dan osteogenesis imperfekta).

4.2 Etiologi Fraktur

4.2.1 Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur tersebut sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah

(43)

4.2.2 Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.

4.2.3 Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan dan tekanan, kombinasi dari ketiganya dan

penarikan.

4.3 Manifestasi Fraktur

Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) (2008)

Menyatakan bahwa manifestasi klinis fraktur femur adalah sebagai berikut: nyeri,

ketidakmampuan untuk menggerakkan kaki, deformitas, dan bengkak.

Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,

hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan

lokal, dan perubahan warna.

4.4 Jenis Fraktur

Jenis fraktur dibedakan berdasarkan beberapa hal antara lain : bentuk garis

patah yaitu fraktur komplit dan fraktur inkomplit, Berhubungan dengan dunia luar

yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka, Pergeseran anatomi tulang yaitu fraktur

greenstick, fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental,

fraktur avulse, fraktur impacted, fraktur torus, dan fraktur komminuted. Berikut

(44)

Gambar 2.1. Jenis- jenis fraktur

4.5 Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang

ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Pada anak-anak reposisi yang dilakukan

tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai

kemampuan remodeling.

Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa nyeri,

Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, Agar terjadi

penyatuan tulang kembali, Untuk mengembalikan fungsi seperti semula.

Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan imobilisasi, (tidak

menggerakkan daerah fraktur) dan dapat diberikan obat penghilang nyeri. Teknik

imobilisasi dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak

dapat pempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan teknik

(45)

Tindakan konservatif yaitu suatu cara pengobatan patah tulang secara

medis yang tidak membuat sayatan untuk memasang implant pada tulang yang

patah, tetapi menggunaka gips, bidai, terapi kulit, traksi tulang, juga perbaikan

dengan melakukan manipulasi dan reposisi ke posisi mendekati normal.

Sedangkan tindakan operatif meliputi operasi ORIF (Open Reduction Internal

Fixation), OREF (Open Reduction Enternal Fixation), menjahit luka dan menjahit

pembuluh darah yang robek.

Open reduction Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan

pembedahan. sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screws,

pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah

kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika

dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan

ada indikasi untuk melakukan ROM.

5. Konsep Range Of Motion (ROM)

5.1 Definisi ROM

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa

otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun

(46)

5.2 Jenis ROM

5.2.1 ROM Pasif

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien

dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien

semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu

melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien

tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Rentang gerak

pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan

menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan

menggerakkan kaki pasien (Suratun, dkk., 2008).

5.2.2 ROM Aktif

Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan

membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai

dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan

kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.

5.3 Tujuan ROM :

1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

2. Memelihara mobilitas persendian

3. Merangsang sirkulasi darah

4. Mencegah kelainan bentuk

5.4 Prinsip Dasar Latihan ROM :

(47)

2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan

pasien

3.Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur

pasien,diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring

4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,

jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki

5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada

bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit

6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah di lakukan

5.5 Manfaat ROM

1. Meningkatkan mobilisasi sendi

2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

3. Meningkatkan massa otot

4. Mengurangi kehilangan tulang

5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan

pergerakan

6. Mengkaji tulang sendi dan otot

7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi

8. Memperlancar sirkulasi darah

(48)

5.6 Standar Operating Procedur (SOP) Latihan Rentang Gerak (ROM) (Kozier,

B. 2000, Fundamental of Nursing)

5.6.1 Latihan aktif ROM

Merupakan latihan gerak isotonik (terjadi kontraksi dan pergerakan

otot) yang dilakukan klien dengan menggerakkan masing-masing

persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal.

5.6.2 Latihan pasif ROM

Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan

persendian klien sesuai dengan rentang geraknya.

5.6.2.1 Prosedur Pelaksanaan

Prosedur umum :

1. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme

2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel

3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan dikerjakan

dan minta klien untuk dapat bekerja sama

4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan

perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah pada penjajarar

tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanik tubuh

5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dari

buka bagian tubuh yang akan digerakkan

6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing -

(49)

7. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan

mengulangi masing-masing gerakarn 3 kali

8. Selama latihan pergerakan, kaji :

a. kemampuan untuk menoleransi gerakan

b. rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang

bersangkutan

9. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanart

tubuh terhadap latihan

10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau

perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan

dan kontraktur

Prosedur khusus :

Gerakan bahu :

1. Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien Pegang

lengan di bawah siku dengan tangan kiri perawat dan pegang

pergelangan tangan klien dengan tangan kanan perawat

2. Fleksi dan ekstensikan bahu

Gerakkan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur.

Kembalikan ke posisi sebelumnya

3. Abduksikan bahu

Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala sampai

(50)

4. Adduksikan bahu

Gerakkan lengan klien ke atas tubuhnya sampai tangan yang

bersangkutan menyentuh tangan pada sisi di sebelahnya

5. Rotasikan bahu internal dan ekstemal

a. Letakkan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan

bahu Siku membentuk sudut 90° dengan kasur

b. Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan

menyentuh kasur, kemudian gerakkan ke atas hingga

punggung tangan menyentuh tempat tidur

Gerakan siku :

1. Fleksi dan ekstensikan siku

a. Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan-menyentuh dagu

b. Luruskan kembali ke tempat semula

2. Pronasi dan supinasikan siku

a. Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjat

tangan

b. Putar telapak tangan klien ke bawah dan ke atas, pastikan

Y nya terjadi pergerakan siku, bukan bahu.

Gerakan pergelangan tangan

1. Fleksi pergelangan tangan

(51)

menyangga lengan bawah

b. Bengkokkan pergelangan tangan ke depan

2. Ekstensi pergelangan tangan

Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke

posisi semula

3. Fleksi radial/radial deviation (abduksi)

Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu

jari

4. Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi)

Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari

kelima

Gerakan jari-jari tangan :

1. Fleksi

Bengkokkan jari-jari tangan dan ibu jari ke arah telapak

tangan (tangan menggenggam)

2. Ekstensi

Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula (buka

genggama tangan)

3. Hiperekstensi

Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin

4. Abduksi

(52)

5. Adduksi

Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula.

6. Oposisi

Sentuhkan masing-masing jari tangan dengan ibu jari.

Gerakan pinggul dan lutut :

Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan di bawah

lutut

Mien dan tangan yang lainnya di bawah mata kaki klien.

1. FIeksi dan ekstensi lutut dan pinggul

a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut

b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin

c. KembaIikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan

kaki sampai pada kasur

2. Abduksi dan adduksi kaki

a. Gerakkan kaki ke samping menjauhi klien

b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya

Rotasikan pinggul internal dan eksternal. putar kaki ke dalam,

kemudian ke luar

Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki :

1. Dorsofleksi telapak kaki

(53)

b. Tekan kaki klien dengan lengan Anda untuk

menggerakkannya ke arah kaki

2. Fleksi plantar telapak kaki

a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang

lainnya berada pada tumit

b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki

3. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki

a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan

tangan yang lainnya pada pergelangan kaki

b. Bengkokkan jari-jari ke bawah

c. Kembalikan lagi pada posisi semula

4. Inversi dan eversi telapak kaki

a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang

lainnya di atas punggung kaki

b. Putar teIapak kaki ke dalam, kemudian ke luar

6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien post Operasi Fraktur Eksremitas

Keperawatan ortopedik dan trauma merupakan suatu spesialisasi dinamis

dengaan riwayat perubahan, sering secara signifikan, sebagai respon terhadap

perkembangan masyarat, penyediaan layanan kesehatan, teknologi pola penyakit,

perkembangan medis dan keperawatan, dan tentu saja, kebutuhan pasien.

Kemampuan untuk berespon dan beradaptasi ini akan terus membentuk

(54)

Ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan staf perawat dilibatkan dalam

penanganan atrofi otot yang timbul karena gangguan atau trauma eksremitas atas

kronis. Tujuan asuhan ditentukan dalam diskusi bersama staf medis dan fisioterapi,

seringkali dinyatakan dalam rentang gerak yang dinilai.

6.1 Eksremitas atas

Setelah pembedahan, pasien mugkin memerlukan bantuan untuk

melakukan latihan. Latihan rehabilitasi dibagi dalam tiga kategori :

1. Gerakan pasif, yang bertujuan untuk membantu pasien

mempertahankan rrentang gerak sendi dan mencegah timbulnya

pelekatan atau kontraktur jaringan lunak,serta mencegah strain

berlebihan pada otot yang diperbaiki pasca-bedah.

2. Gerakan aktif terbantu, dilakukan untuk mempertahankan dan

meningkatkan pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang

sehat, katrol, atau tongkat.

3. Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot.

Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6

minggu setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang

mengalami gangguan eksremitas atas kronis.

Aktivitas fisik diawali dengan rentang gerak pasif yang dilanjutkan dengan

rentang gerak aktif terbantu jika pasien telah pulih dari anastesi. Sebelum pulang,

pasien harus mampu melakukan elevasi bahu dengan sempurna. Pada minggu ke 4

sampai 6, ahli fisioterapi atau praktisi perawat akan memulai latihan tahanan aktif

(55)

Latihan bahu dan tangan dimulai pada hari pertama untuk mencegah

kerusakan otot dan kekakuan sendi. Pada minggu ke-2, latihan pendubulum

dimulai dan ikat pinggang pada Poly Sling dilepas. Pada minggu ke-3 sampai 4,

mitela dilepasdan gerakan aktif dimulai. Pada minggu ke-6, rotasi eksternal 90

dimulai dan dilanjutkan dengan berbagai rentang gerak.

6.2 Eksremitas bawah

Remobilisasi biasanya dimulai pada hari setelah pembedahan dengan

memberikan fiksasi pada fraktur secara memuaskan. Penanganan ligament

kolateral medial meliputi pembidaian lutut dalam fleksi 30 secepatnya yang

diikuti latihan kuadrisep isometric dan penopang berat parsial. Mulai minggu ke-2

sampai 6, fleksi mulai 30 sampai 90 dengan hinged splint dapat dilakukan, yang

mencegah gerakan lateral lutut selama fleksi, disertai latihan isokinetik dan

ambulasi dengan penopang berat total. Pada minggu ke-6, ostosis dilepas dan

latihan isokinetik dilanjutkan dengan penambahan tahanan. Aktivitas olahraga

penuh di perbolehkan jika 80% kekuatan lutut telah pulih. Prosedur ini mungkin

(56)

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepatuhan

perawat dalam melakukan tindakan range of motion (rom) pada pasien post

operasi fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan.

Skema 3.1. Kerangka penelitian kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan

range of motion (rom) pada pasien post operasi fraktur di RSUP H.

Adam Malik.

: Variabel yang di teliti

: Berhubungan

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan

Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur

Patuh : 1. Lengkap

sesuai SOP 2. Tidak

lengkap sesuai SOP

(57)

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

patuh seorang perawat

dalam melaksanakan

anjuran, prosedur yang

diberikan pimpinan

perawat dan peraturan

(58)

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu

metode yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran kepatuhan

perawat dan uraian tentang suatu keadaan secara objektif atau masalah yang

sedang dihadapi dan untuk megidentifikasi mengenai sikap dan tindakan perawat

dalam melakukan tindakan Range Of Motion (ROM) pada pasien post operasi

fraktur.

2. Populasi, sampel dan tehnik sampling

2.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang Rindu B3 RSUP H.

Adam Malik Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, jumlah

perawat yang bertugas di ruang RB3 adalah 25 orang.

2.2. Sampel dan tehnik sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2002). Sample penelitian ini merupakan perawat di RB3 RSUP H. Adam Malik

Medan. Teknik pengambilan sample yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sample dengan cara memilih

sample diantara populasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki penelitian

sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2003).

Jumlah sample penelitian ini ditentukan sesuai dengan kriteria yang telah

(59)

penelitian dari suatu target yang terjangkau yang ingin diteliti, Kriteria tersebut

ialah :

Kriteria inklusi : 1. Perawat ruangan RB 3 di RSUP H Adam Malik Medan

2. Perawat ruangan RB 3 berlatar belakang minimal D3

3. Bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria ekslusi : 1. Tidak bersedia menjadi responden dalam peniltian ini

2. Kepala Ruangan

Hasil penelitian dari 25 orang perawat hanya 20 orang perawat yang di

jadikan responden, hal ini dikarenakan 1 orang merupakan kepala ruangan, 2

orang ketua tim (bedah dan non- bedah) dan 2 orang lagi belum terlibat

menangani pasien ortopedi.

3. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan diruang RB3 RSUP H. Adam Malik.

Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai 24 Maret – 28 Mei 2015.

3.1. Profil RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dan rumah

sakit rujukan di wilayah barat Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat

dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang terletak di kota Medan.

RSUP H. Adam Malik beralamat di Jl Bunga Lau 17, Kemenangan Tani, Medan

(60)

4. Etika penelitian

Penelitian dilaksanakan setelah keluarnya keterangan kelayakan etik (ethical

clearance) dari komisi etik penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara dan keluarnya surat izin penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memegang teguh sikap ilmiah dan

menggunakan prinsip etika penelitian keperawatan. Etika penelitian ini mencakup

perilaku atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang

dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoadmodjo, 2010). Etika penelitian

yang diterapkan pada penelitian ini adalah prinsip manfaat (beneficence),

menghargai martabat manusia (respect for human dignity), dan prinsip

mendapatkan keadilan (right to justice) (Polit & Beck, 2003).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk

lembar data demografi dan lembar observasi yang didasarkan pada tinjauan

kepustakaan, yaitu :

a. Data Demografi

Data demografi terdiri dari 6 pertanyaan yaitu, usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, lama bekerja, status kepegawaian, dan lama

bekerja di ruang RB3. Data demografi responden bertujuan untuk

mengetahui karakteristik calon responden.

b. Lembar Observasi Tindakan Perawat dalam melakukan tindakan

ROM pada pasien post operasi fraktur. Lembar observasi ini bertujuan

(61)

tindakan ROM pada pasien post operasi fraktur berdasarkan

pengamatan peneliti. Lembar observasi pelaksanaan ROM sesuai

Standar Operating Procedur (SOP) dalam Fundamental of Nursing.

Kozier Erb (2000). Lembar observasi menggunakan model skala

Guttman, terdiri dari 2 alternatif jawaban “ Ya’ dan “Tidak”. Jika

responden melakukan tindakan sesuai dengan item instrumen, diberi tanda cheklist (√) pada kolom “Ya” dan diberi skor 1, sebaliknya jika

responden tidak melakukan tindakan sesuai dengan item instrumen, diberi tanda cheklist (√) pada kolom “Tidak” dan diberi skor 0.

Jumlah item pernyataan lembar observasi berjumlah 29 item tindakan

keperawatan.

6. Uji validitas & Reliabilitas

6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2014).

6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument adalah suatu uji yang dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan

dengan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat pengukuran yang sama pula.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas maupun realibitas

(62)

Standar Operating Procedur (SOP) latihan rentang gerak (ROM) dalam

Fundamental of Nursing. Kozier Erb (2000).

7. Rencana pengumpulan data

Penelitian akan dilakukan setelah memperoleh surat izin dari Fakultas

Keperawatan USU dan mengirimkan surat izin ke RSUP. H. Adam Malik Medan

sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari RSUP. H. Adam

Malik Medan, peneliti menjumpai kepala ruangan RB3 RSUP HAM menjelaskan

tujuan, manfaat dan prosedur penelitian . Setelah di setujui Peneliti melakukan

pengumpulan data. Peneliti menjelaskan dengan calon responden tentang tujuan,

manfaat, dan cara pengisian data demografi dilakukan oleh responden yang

bersedia untuk menjadi responden dan diminta menandatangani informed consent

(surat persetujuan). Lembar observasi tindakan perawat dalam melakukan ROM

pada pasien post operasi fraktur akan diisi oleh peneliti saat melakukan observasi

di ruanagan RB3 dengan menyesuaikan waktu pelaksanaan pemberian tindakan

ROM oleh perawat terhadap pasien.

8. Analisis dan pengolahan Data

8.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah menggunakan software

statistika komputer, melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(63)

Data yang sudah dikumpulkan dikoreksi kelengkapan dan kejelasannya.

Jika ditemukan kesalahan atau data yang kurang jelas maka dilakukan

konfirmasi untuk memperoleh data yang sebenarnya.

b. Pemberian kode (coding)

Memberi coding terhadap bagian-bagian yang telah diberi kode.

c. Memasukkan data (entry/ processing)

Data yang sudah diberi kode selanjutnya dimasukkan ke dalam komputer

dengan menggunakan perangkat program statistik.

d. Pengecekan data (cleaning)

Pengecekan data yang sudah dimasukkan untuk memastikan bahwa data

telah bersih dari kesalahan-kesalahan seperti pengkodean atau kesalahan

dalam membaca kode.

8.2 Analisis data

Analisis data yang sudah diolah dengan software statistika komputer,

selanjutnya dianalisis.

Analisis univariat

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing

variable yang diteliti, dimana data bersifat kategorik digunakan analisis

univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi.

a. Deskripsi Data Demografi Perawat ruang RB.3 di RSUP H. Adam

Malik adalah data bentuk nominal, menggunakan skala pengukuran

katagorikal yang tidak menggambarkan kedudukan objek tetapi hanya

(64)

pendidikan terakhir, lamanya bekerja, status kepegawaian dan lama

bekerja di ruang RB3. Data ini disajikan dalam bentuk frekuensi dan

persentase.

b. Deskripsi Data Tindakan Perawat

Data tindakan menggunakan skala penggukuran katagorial berupa skala

ordinal (Siregar, 2014) yaitu patuh dan tidak patuh. Data ini disajikan

(65)

dari hasil pengumpulan data terhadap 20 orang perawat mulai tanggal 24 Maret-

28 Mei di ruang Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan. Penyajian data ini

meliputi karakteristik responden dan gambaran kepatuhan perawat dalam

melakukan tindakan range of motion(ROM) pada pasien post operasi fraktur di

Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

1.1.Analisis Karakteristik Responden

Analisis univariat penelitian ini melihat distribusi frekuensi dan persentase

karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama

bekerja, status kepegawaian, lama bekerja di ruang RB3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia

40-49 tahun yaitu 10 orang (50%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan

yaitu 18 orang (90%). Tingkat pendidikan terakhir mayoritas responden

berpendidikan D3 yaitu 16 orang (80%). Lama bekerja responden mayoritas 16-

20 tahun yaitu 9 orang (45%). Status kepegawaian responden mayoritas PNS yaitu

17 orang (85%) dan lama bekerja responden di ruang RB3 mayoritas 6-10 tahun

yaitu 7 orang (35%). Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian mengenai

(66)

Table 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di ruang Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan 24 Maret- 28 Mei 2015 (n= 20)

No. Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia

pada pasien post operasi fraktur

Hasil penelitian mengenai tindakan perawat dalam melakukan tindakan

range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur yaitu sebanyak 11

responden (55%). Mayoritas responden melakukan prosedur tindakan range of

motion (ROM) secara lengkap yaitu sebanyak 6 responden (30%). Distribusi

(67)

melakukan tindakan range of motion (rom) pada pasien post operasi fraktur secara

detail dapat dilihat dalam tabel 5.2.

Table 5.2. Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of

Tingkat kepatuhan adalah kepatuhan petugas dalam pelayanan yang sesuai

dengan standar pelayanan kesehatan (Depkes RI, 1998). Faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah umur, pendidikan, masa kerja dan jenis kelamin

(Notoadmojo, 2003).

Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tinggi

karena akan lebih rasional serta terbuka dalam menerima adanya bermacam

program pembaharuan (Setyarini & Herlina, 2013). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dalam jenjang D3 yaitu 16

responden (80%) dan terdapat 4 responden dalam jenjang S1 (20%). Semakin

tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan

semakin baik.

Aditama (1998) patuh adalah suatu sifat yang berfungsi untuk mendorong

(68)

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Pengetahuan merupakan kumpulan

informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat

digunakan sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun

lingkungannya. Tingkat pendidikan yang cukup baik dengan pengalaman kerja

yang cukup lama dapat memberikan pengetahuan yang baik dalam melakukan

pelaksanaan. Hasil penelitian peneliti lama bekerja perawat mayoritas 16-20 tahun

(45%) dan lama bekerja di ruang RB3 mayoritas 6-10 tahun (35%).

Tingkat kepatuhan dalam pelaksanakan ROM pada pasien post operasi

fraktur di ruang RB3 dapat dikatakan dalam kategori cukup baik. Perempuan

dapat melakukan pekerjaan dengan baik, Karena perempuan bekerja dengan rajin

dan memiliki sikap yang sabar dalam meghadapi masalah dan dapat mengurangi

kecelakaan kerja (Antoni, 2009). Hasil penelitian mayoritas responden adalah

perempuan yaitu 18 orang (90%) laki-laki 2 orang (10%).

Responden yang berkerja di ruang RB3 adalah perawat yang berada pada

usia produktif yaitu mayoritas berada dalam rentang 40-49 tahun (50%) sehingga

dapat dikatakan mereka mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Hurlock

(1999) menyatakan bahwa dewasa dini merupakan usia produktif dan belum

terjadi penurunan daya ingat. Hasil pengamatan peneliti di ruang RB3 bahwa

responden di ruangan ini memiliki semangat kerja yang tinggi namun di ruangan

RB3 ini kurang tenaga kerja sehingga lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan

dasar terhadap pasien sehingga peneliti mendapatkan hasil tingkat kepatuhan

perawat dalam melakukan tindakan ROM yaitu dalam kategori cukup baik

Gambar

Gambar 2.1. Jenis- jenis fraktur
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
Table 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di ruang
Table 5.2. Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of

Referensi

Dokumen terkait

pengukuran Skala Independen: Latihan ROM Latihan yang menggerakkan persendian bahu seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan seorang pasien post mastektomi RSUP HAM Medan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur yang dilakukan oleh pasien, perawat,

Kurangnya pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri post operasi dapat menyebabkan pasien mengalami nyeri yangtidak terkontrol, ketidaknyamanan fisik yang lama, mobilisasi terhambat,

Kurangnya pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri post operasi dapat menyebabkan pasien mengalami nyeri yangtidak terkontrol, ketidaknyamanan fisik yang lama, mobilisasi terhambat,

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mean intensitas nyeri pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah sebelum diberikan intervensi yaitu 4,71 pada kelompok eksperimen

Adam Malik Medan dengan tujuan untuk mengetahui Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur.. Penelitian ini salah

Berdasarkan observasi sebelum mendapatkan teknik Exercise Range Of Motion didapatkan hasil pada kedua pasien mengalami nyeri post operasi fraktur ektermitas dengan skala nyeri 5-6 skala

vii PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN CIREBON POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA Karya Tulis Ilmiah Juni 2022 Penerapan Range Of Motion Pada Pasien Close Fraktur Post