Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan
Range Of
Motion (ROM)
Pada Pasien Post Operasi Fraktur
di RSUP Haji Adam Malik Medan
SKRIPSI
Oleh
NAJMI USYAIRA
111101032
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA URATA
SKRIPSI
Oleh
NAJMI USYAIRA
111101032
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA URATA
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan”.
Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Erniyati, S.Kep., MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep.Ns,M.Kep,Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji I. 5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp., M.Pd selaku dosen penguji II.
6. Bapak Achmad Fathi S.Kep. Ns, MNS selaku dosen pembimbing akademik.
7. Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik Medan beserta seluruh staff yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
untuk terus maju dan berusaha.
10.Abang dan kakak penulis, bg Andi, bg Heri, kak Dina dan kak Ais yang selalu memberikan motivasi dan tidak pernah berhenti memberi solusi dalam semua permasalahan.
11.Sahabat terbaik penulis Maya, Desi, Yuli dan Winda yang selalu menemani, mendengarkan keluh kesah dan selalu memberikan masukan dan arahan yang sangat membantu.
12.Teman- teman seperjuangan angkatan 2011 yang selalu memberikan informasi, semangat, bimbingan serta solusi pada setiap masalah yang ada mulai dari awal penulisan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini, dan terimakasih kepada adik- adik yang selalu memberi warna dan membuat penulis kembali bersemangat saat mulai jenuh.
13. Terimakasih tak terhingga kepada para responden yang sudah membantu dalam penelitian ini hingga akhirnya penelitian ini terselesaikan.
14.Terimaksih kepada mereka yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah serta hidayah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal A’lamin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Medan, 7 Juli 2015 Penulis
Lembar Pengesahan. ... iii
1.2. Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan... 8
1.3. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan ... 8
2. Standar Kompetensi Perawat Indonesia ... 9
3. Standar Pelayanan Keperawatan Ortopedi ... 10
3.1. Pengertian Standar Pelayanan Keperawatan Ortopedi ... 10
3.2. Kompetensi Perawat Ortopedi dan Rehabilitasi Medik ... 11
3.3. Lingkup Tindakan Keperawatan Ortopedi ... 24
4. Konsep Fraktur ... 26
4.1. Defenisi Fraktur ... 26
4.2. Etiologi Fraktur ... 26
4.3. Manifestasi Fraktur ... 27
4.4. Jenis Fraktur ... 27
4.5. Penatalaksanaan Fraktur ... 28
5. Konsep Range Of Motion (ROM) ... 29
5.1. Defenisi ROM ... 29
5.2. Jenis ROM ... 30
5.3. Tujuan ROM ... 30
5.4. Prinsip Dasar Latihan ROM ... 30
BAB 3 Kerangka Konseptual ... 40
1. Kerangka Penelitian ... 40
2. Defenisi Operasional ... 41
BAB 4. Metodelogi Penelitan ... 42
1. Desain Penelitian ... 42
2. Populasi dan Sampel ... 42
2.1. Populasi ... 42
2.2. Sampel ... 43
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
3.1. Profil RSUP H. Adam Malik Medan ... 43
4. Pertimbangan Etik ... 43
5. Instrumen Penelitian ... 44
6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 45
6.1. Uji Validitas ... 45
6.2. Uji Reabilitas ... 45
7. Rencana Pengumpulan Data ... 46
8. Analisa & Pengolahan Data... 46
8.1. Pengolahan Data ... 46
8.2. Analisis Data ... 47
BAB 5. Hasil dan Pembahasan... 49
1. Hasil penelitian ... 49
1.1 Karakteristik demografi responden ... 49
1.2 Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur ... 50
2. Pembahasan Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur ... 51
BAB 6. Kesimpulan dan saran... 56
1. Kesimpulan ... 56
2. Saran ... 57
Daftar Pustaka ... 58
Lampiran-lampiran ... 62
7. Surat Etika Penelitian ... 75
8. Surat Pengantar Survey Awal ... 76
9. Surat Persetujuan Izin Survey Awal ... 77
10.Surat Pengantar Pengumpulan Data... 78
11.Surat Persetujuan Izin Pengambilan Data ... 79
12.Surat Ijin Penelitian I ... 80
13.Surat Ijin Penelitian II... 81
14.Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 82
15.Lembar Bukti Bimbingan ... 83
RSUP. H. Adam Malik Medan 24 Maret- 28 Mei 2015 ... 53 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Melakukan
Tindakan Range Of Motion (ROM) pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang RB3 RSUP. H. Adam Malik Medan
NIM : 111101032
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Abstrak
Tingginya angka kejadian fraktur pada masyarakat membutuhkan penanganan yang dilakukan secara intensif. Masalah yang terjadi apabila penanganan tidak dilakukan salah satunya ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range of motion (ROM). Tujuan penelitian adalah untuk melihat gambaran kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur. Desain penelitian merupakan deskriptif dengan jumlah sample 20 orang perawat, menggunakan teknik purposive sampling. Teknik penggumpulan data menggunakan lembar observasi. Hasil pengolahan data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan perawat adalah patuh (11, 55%) dan tidak patuh (9, 45%) sedangkan patuh secara lengkap (6, 30%) dan patuh tidak lengkap (5,25%). Berdasarkan hasil penelitian, maka perawat di ruangan RB3 RSUP. H. Adam Malik Medan dapat dikatakan patuh. Kesimpulan adalah kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien, semakin patuh perawat melaksanakan asuhan pada pasien post operasi dengan memberikan tindakan ROM terhadap pasien akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempercepat proses penyembuhan.
NIM : 111101032
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Abstrak
Tingginya angka kejadian fraktur pada masyarakat membutuhkan penanganan yang dilakukan secara intensif. Masalah yang terjadi apabila penanganan tidak dilakukan salah satunya ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range of motion (ROM). Tujuan penelitian adalah untuk melihat gambaran kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur. Desain penelitian merupakan deskriptif dengan jumlah sample 20 orang perawat, menggunakan teknik purposive sampling. Teknik penggumpulan data menggunakan lembar observasi. Hasil pengolahan data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan perawat adalah patuh (11, 55%) dan tidak patuh (9, 45%) sedangkan patuh secara lengkap (6, 30%) dan patuh tidak lengkap (5,25%). Berdasarkan hasil penelitian, maka perawat di ruangan RB3 RSUP. H. Adam Malik Medan dapat dikatakan patuh. Kesimpulan adalah kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien, semakin patuh perawat melaksanakan asuhan pada pasien post operasi dengan memberikan tindakan ROM terhadap pasien akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempercepat proses penyembuhan.
Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas
kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan
berbagai dampak, baik cedera ringan, fraktur hingga dapat menyebabkan kematian.
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas pada jaringan tulang, biasanya terjadi
karena trauma langsung eksternal, dan dapat juga terjadi karena deformitas tulang.
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).
Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain
karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/ tumpul, berjumlah
45.987 orang. Peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
(3,8%) dari 20.829 orang. Kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 orang. Trauma benda tajam/ tumpul
yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (RISKESDAS, 2007).
Juita (2002) menyatakan bahwa di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan pada
tahun 1998 - 2002 tercatat sebanyak 947 kasus fraktur, Rumah Sakit Haji Medan
pada tahun 2000 - 2003 terdapat kasus fraktur sebanyak 228 kasus, Rumah Sakit
Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2005 sampai Maret 2007
terdapat kasus fraktur pada laki – laki sebanyak 616 orang dan pada wanita
sebanyak 248 orang, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan
penderita fraktur dengan jumlah 114 penderita pada tahun 2009.
Hasil survey awal yang dilakukan peneliti, di peroleh data bahwa jumlah
2012 dan 163 orang dari bulan januari 2013 – juli 2014. Data ini diperoleh dari
rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan.
Kecelakaan lalulintas merupakan insiden yang paling sering terjadi.
Cedera akibat kecelakaan dapat mengakibatkan kecacatan yang umumnya bersifat
sementara, Kecacatan dapat lebih lama dirasakan jika rehabilitasi tidak dilakukan
dengan tepat dan benar. Rehabilitasi yang dilakukan secara intensif dapat
mengurangi risiko kecacatan dan dapat mempersingkat fase pemulihan (Hawkey
& Williams, 2001 dalam Kneale, 2011).
Keterbatasan ambulasi akan menyebabkan otot kehilangan daya tahan
tubuh, penurunan massa otot dan penurunan stabilitas. Pengaruh penurunan
kondisi otot akibat penurunan aktivitas fisik akan terlihat jelas dalam beberapa
hari (Saryono, 2008 dalam Setyarini & Herlina, 2013).
Masalah yang terjadi apabila rehabilitasi tidak dilakukan salah satunya
ialah terjadinya kekakuan dan kelemahan pada sendi. Masalah kekakuan sendi
dalam jangka panjang dapat dicegah dengan cara melakukan aktivitas mobilitas
fisik. Aktivitas fisik diawali dengan rentang gerak pasif dilanjutkan dengan
latihan gerak aktif. Intervensi keperawatan post operasi fraktur yang dapat
dilakukan adalah mobilisasi dini secara bertahap dapat dimulai dari latihan range
of motion (ROM) (Kneale & Davis, 2011).
Pasien sering sekali merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan
ortopedi. Hubungan komunikasi yang baik antara pasien dan perawat dapat
membantu pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk
terhadap peningkatan mobilitasnya bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan
yang diberikan sangat menguntungkan baginya (Smeltzer & Bare, 2009). Perawat
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan rehabilitasi dan latihan ROM
terhadap pasien (Kneale & Davis, 2011).
ROM merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter and
Perry, 2005). Latihan gerak sendi atau ROM merupakan latihan-latihan yang
diberikan untuk mempertahankan kelenturan (fleksibilitas) otot-otot dan
persendian serta untuk meningkatkan fungsi sendi yang berkurang karena
berbagai macam proses penyakit, kecelakaan, atau tidak dipergunakan.
Rehabilitasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot
kuadrisep (Utami, 2013).
Kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan ROM pada pasien post
operasi fraktur sangat mempengaruhi dengan tingkat kesembuhan pasien.
Dilakukannya ROM secara rutin dapat mempertahankan mobilitas sendi dan
jaringan ikat, meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur, mempertahankan
elastisitas mekanis dari otot, membantu kelancaran sirkulasi, meningkatkan
pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian,
menurunkan atau mencegah rasa nyeri, membantu proses penyembuhan pasca
cedera dan operasi, membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien.
Kurang patuhnya perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan akan berakibat
Sulastri dan Judha (2009) menyatakan bahwa, belum ada perawat yang
sepenuhnya mengimplementasikan ROM aktif dan pasif pada pasien post operasi
fraktur femur. Peran perawat sangat penting dalam perawatan pasien pre dan post
operasi terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Mengingat
banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu adanya
perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif
melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat
teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.
Berdasarkan fenomena permasalahan diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan
Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan.”
2. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari fenomena masalah yang dikemukakan di atas maka
rumusan masalah penelitian ini adalah mengenai bagaimana “Kepatuhan Perawat
dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi
Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan.”
3. Batasan Masalah
Peneliti melakukan penelitian terhadap pasien fraktur yang di berikan
tindakan ROM aktif maupun pasif pada pasien post operasi fraktur bagian
eksremitas atas dan bawah.
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran kepatuhan perawat dalam
melakukan tindakan ROM pada pasien fraktur di RSUP Haji Adam malik Medan.
5. Manfaat Penelitian
5.1 Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
keperawatan terkait pemberian asuhan mengenai pentingnya kepatuhan
perawat dalam melakukan ROM pada pasien post operasi fraktur.
5.2 Pelayanan keperawatan
Memberikan manfaat kepada RSUP H. Adam Malik Medan khususnya
perawat Orthopedi pentingnya pelaksanaan ROM untuk mengoptimalkan
dan meningkatkan standar kualitas hidup pasien.
5.3 Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan data dasar dan sebagai data tambahan yang
dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya
1.1 Pengertian Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007) “patuh adalah
suka menurut perintah dan taat pada perintah. Kepatuhan adalah perilaku sesuai
aturan dan berdisiplin”.
Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai - nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan
lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan
mebebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana yang harus
dilakukannya (Prijadarminto, 2003).
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan
bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul
perilaku ketidakpatuhan. Jika perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai
positif yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan maka
perilaku kepatuhan ini akan optimal. Perilaku keperawatan ini akan dapat dicapai
jika manajer keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat
memberikan motivasi (Sarwono, 2007).
Kepatuhan petugas profesional (perawat) adalah kesesuaian antara perilku
seseorang perawat dengan ketentuan yang telah ditentukan pimpinan perawat
ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2002). Kepatuhan perawat adalah perilaku
atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati (Setiadi, 2007). Kepatuhan pada
program kesehatan dapat diukur dengan cara melakukan observasi (Bastable,
1997/ 2002).
Ketidakpatuhan adalah perilaku yang dapat menimbulkan konflik yang
dapat menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku ditujukan.
Perilaku ini dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Perilaku ini terbagi menjadi
tiga jenis menurut Murphy dalam Swansburg (2000) yaitu:
1. Competitive Bomber yang mudah menolak untuk bekerja. Orang ini
sering menggerutu dengan bergumam dan dengan wajah yang cemberut
dapat pergi meninggalkan manajer perawat atau tidak masuk kerja.
2. Martyred Accomodator yang menggunakan kepatuhan palsu. Orang tipe
ini dapat bekerja sama tetapi juga sambil melakukan ejekan, hinaan,
mengeluh dan mengkritik untuk mendapatkan dukungan yang lainnya.
3. Advoider yang bekerja dengan menghindarkan kesepakatan,
berpartisipasi dan tidak berespon terhadap manajer perawat.
1.2 Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan
Mengungkapkan derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh kompleksitas
prosedur pengobatan, derajat perubahan gaya hidup/lingkungan kerja yang
dibutuhkan, lamanya waktu dimana perawat mematuhi prosedur tersebut, apakah
prosedur tersebut berpotensi menyelamatkan hidup, dan keparahan penyakit yang
dipersepsikan sendiri oleh pasien bukan petugas kesehatan (Niven, 2002).
Menurut Smet (1994), berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan
kepatuhan, diantaranya adalah:
a. Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut
adalah dengan adanya tehnik komunikasi. Komunikasi memegang
peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh
profesional kesehatan, misalnya antara kepala perawatan dengan
bawahannya.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga. Pasien dan
keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh
perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien, sehingga
perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidakpatuhan dapat
dikurangi.
c. Perilaku Sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan
perawat
untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien
ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan.
d. Pemberian Informasi
Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan
kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit
ataupun instansi kesehatan lain.
2. Standart Kompetensi Perawat Indonesia
Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan
kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance)
yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan
keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan
standar- standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta
dapat berlaku secara internasional.
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis,
sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan,
ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar yang
terganggu baik aktual maupun potensial. Fokus keperawatan adalah respons klien
terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Tanggungjawab perawat yang
sangat mendasar adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan dan mengurangai penderitaan. Tanggungjawab ini bersifat universal.
3. Standart Pelayanan Keperawatan Ortopedi
Keperawatan ortopedi merupakan area spesifik yang membutuhkan
kompetensi perawat untuk mengatasi masalah sistem muskuloskeletal dengan
berbagai penyebab yang meliputi degeneratif, traumatik, inflamasi, kongenital,
metabolik, dan onkologi. Standar pelayanan keperawatan ortopedi merupakan
acuan yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan pada
pasien dengan masalah ortopedi dalam berbagai setting keperawatan.
Standar pelayanan keperawatan ini merupakan performa perilaku
dirancang untuk memastikan dipenuhinya kualitas pelayanan keperawatan yang
dapat diukur dalam proses pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan. Standar
praktik keperawatan ortopedi dikembangkan dalam empat domain keperawatan,
yaitu praktik, pendidikan, manajamen, dan penelitian.
3.2 Kompetensi Perawat Ortopedi dan Rehabilitasi Medik
3.2.1 Perawat Klinik I : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik
Kualifikasi :
Pendidikan : D – 3 Keperawatan
Pengalaman Kerja Klinik : 5 th
Pendidikan : S – 1 Keperawatan/ Ners
Pengalaman Kerja Klinik : 3 th + Sertifikasi BLS
Kompetensi : Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Melakukan pengkajian data keperawatan dasar
2. Melakukan tindakan keperawatan dasar, meliputi :
b. Pemenuhan kebutuhan makan minum yang seimbang
c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin
d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal
e. Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan mempertahankan posisi
tubuh
f. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
g. Pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal
h. Pemenuhan kebutuhan kebersihan tubuh dan penampilan
tubuh
i. Membantu menghindari bahaya dan cidera
j. Melakukan komunikasi terapeutik
k. Pemenuhan kebutuhan spiritual
l. Pemenuhan kebutuhan beraktifitas
m.Pemenuhan kebutuhan rekreasi
n. Melakukan pendidikan kesehatan/ promosi kesehatan
o. Memberikan obat sederhana
p. Penanggulangan infeksi
q. Mempertahankan teknik bersih dan steril
r. Perawatan luka
3. Menggunakan komunikasi terapeutik
5. Melakukan dokumentasi keperawatan
6. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain
7. Mampu memberikan asuhan keperawatan dasar dengan supervisi
dari perawat klinik yang lebih tinggi
Pengembangan Profesional :
1. Melaksanakan upaya peningkatan professional dalam praktik
keperawatan
2. Menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan
3. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi :
a. Mengevaluasi kinerja praktik diri sendiri
b. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan ilmiah
keperawatan
3.2.2 Perawat Klinik II : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik
Kualifikasi :
Pendidikan : D – 3 Keperawatan
Pengalaman Kerja Klinik : 5 th+ Sertifikasi : BLS, Keperawatan
Medikal Bedah/ Ortopedi dasar
Pendidikan : S – 1 Keperawatan/ Ners
Pengalaman Kerja Klinik : 3 th + Sertifikasi : BLS, Keperawatan
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya
1. Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik
profesional kompetensi PK I
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya
a. Kompetensi PK I
b. Menjalankan peran advokasi untuk melindungi hak-hak
manusia sebagaimana yang diuraikan dalam kode etik
keperawatan Indonesia (perawat mampu melindungi klien/
pasien dari tindakan yang dapat merugikan baik fisik maupun
material)
3. Melaksanakan praktik secara legal
a. Kompetensi PK I
b. Menunjukkan tindakan yang sesuai dengan regulasi yang
berlaku terkait praktik keperawatan/ kode etik keperawatan
Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan :
1. Memahami konsep biomedik medikal bedah dasar
2. Melakukan pengkajian data keperawatan medikal bedah: ortopedi
dasar tanpa komplikasi
3. Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan,
menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
4. Melakukan tindakan keperawatan ortopedi dasar dengan
bimbingan terbatas dari perawat klinik yang lebih tinggi. Dengan
kegiatan sebagai berikut:
a. Membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya
b. Melakukan observasi
c. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi musculoskeletal :
Mobilisasi, ROM, perubahan posisi, pemberian nutrisi
d. Meminimalisasi komplikasi aktual dan potensial kasus ortopedi:
dekubitus, konstipasi, mual-muntah, infeksi saluran kemih,
retensi urin, keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Keselamatan : pencegahan jatuh pada pasien dengan alat bantu
jalan
f. Manajemen nyeri non farmakologi
g. Melakukan pendidikan kesehatan
h. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik
i. Melakukan tindakan keperawatan pada klien pre dan post
operasi kecil
j. Melakukan tindakan kolaborasi
k. Melakukan dokumentasi keperawatan
5. Menggunakan komunikasi terapeutik
6. Mampu membedakan situasi penting dan memprioritaskan
7. Mampu melaksanakan tindakan kedaruratan di ruang rawat
meliputi: RJP, penanganan shock
8. Membimbing PK I
Pengembangan Profesional :
1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan
a. Kompetensi PK I
b. Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan profesional
c. Memberikan kontribusi untuk pengembangan praktik
keperawatan profesional
2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi:
a. Kompetensi PK I
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK I
3.2.3 Perawat Klinik III : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik
Kualifikasi :
Pendidikan : D – 3 Keperawatan
Pengalaman Kerja Klinik : 9 th + Sertifikasi : BLS, Keperawaatan
Medikal Bedah/ Ortopedi / Rehabilitasi
lanjut
Pengalaman Kerja Klinik : 6 th +Sertifikasi : BLS, Keperawaatan
Medikal Bedah/ Ortopedi / Rehabilitasi
lanjut
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1
Pengalaman Kerja Klinik : 0 th
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya
1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
profesional kompetensi PK II
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya:
a. Kompetensi PK II
b. Melibatkan diri secara aktif dalam pembuatan keputusan etik
secara efektif (perawat bertanggungjawab secara moral untuk
mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang
buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain)
c. Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam
kondisi perang, tindakan kekerasan, konflik dan situasi
bencana alam (perawat bertanggungjawab secara moral untuk
mengambil keputusan yang baik dan menolak keputusan yang
buruk dari teman sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam
situasi gawat darurat)
3. Melaksanakan praktik secara legal kompetensi PK II
1. Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan
2. Melakukan pengkajian keperawatan kepada klien medikal bedah :
Ortopedi dan Rehabilitasi dengan risiko/ komplikasi pada 12 sistem
tubuh secara mandiri
3. Menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan
4. Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi
dengan risiko/ komplikasi pada 12 sistem tubuh
5. Melakukan tindakan keperawatan pada klien medikal bedah:
ortopedi dan rehabilitasi dengan komplikasi pada 12 sistem tubuh,
dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Melakukan observasi
b. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi muskuloskeletal
c. Melakukan tindakan optimalisasi fungsi kognitif
d. Melakukan tindakan optimalisasi kesehatan mental
e. Minimalisasi komplikasi aktual dan potensial
f. Manajemen nyeri non farmakologi
g. Memberikan obat secara aman dan tepat
h. Melakukan pendidikan kesehatan
i. Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik
j. Mengelola askep perioperatif mencakup perawatan pra bedah,
k. Melakukan tindakan kolaborasi
l. Melakukan rujukan keperawatan
m. Memberikan konseling
n. Melakukan dokumentasi keperawatan
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan keputusan
mandiri (tanpa bimbingan)
7. Menggunakan komunikasi terapeutik
8. Membimbing PK II dan peserta didik
9. Mampu memimpin dan tanggung jawab
10. Mampu sharing ide dan pengetahuan dengan kelompok
11. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
Pengembangan profesional :
1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan
a. Kompetensi PK II
b. Menggunakan bukti yang absah dalam mengevaluasi mutu
praktik keperawatan
c. Berpartisipasi dalam meningkatkan mutu prosedur penjamin
mutu
2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi :
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK II
c. Menunjukkan tanggung jawab untuk pembelajaran seumur
hidup dan mempertahankan kompetensi
d. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK
dibawahnya
e. Memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan dan
profesional peserta didik
f. Menunjukkan peran sebagai pembimbing/ mentor yang efektif
3.2.4 Perawat Klinik IV : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik Kualifikasi :
Kualifikasi :
Pendidikan : S – 1 Keperawatan/ Ners
Pengalaman Kerja Klinik : 9 th + Sertifikasi BTLS, Medikal Bedah/
Orthopaedi/ Rehabilitasi
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1
Pengalaman Kerja Klinik : 2 th
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 2
Pengalaman Kerja Klinik : 0 th
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya.
1. Menunjukan perilaku bertanggung gugat terhadap praktik
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya kompetensi
PK III
Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan :
1. Memahami konsep biomedik medikal bedah spesifik ortopedi dan
rehabilitasi
2. Dapat melakukan asuhan keperawatan medikal bedah dan sub
spesialisasi secara mandiri pada sistem ortopedi dan rehabilitasi
(muskuloskeletal)
3. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada kasus kegawatan
ortopedi dan rehabilitasi
4. Bertindak sebagai pembimbing jenjang PK III sesuai dengan
kekhususan
5. Bertindak sebagai pendidik bagi pasien, keluarga, sesama teman
dan peserta didik keperawatan
6. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain meliputi kemampuan
mengambil keputusan untuk perawatan klien bersama profesi lain
7. Dalam mendelegasikan mampu memberi alternatif dalam
penyelesaian masalah
8. Menggunakan komunikasi terapeutik
9. Mampu sebagai konselor dalam bidang medikal bedah khusus
10. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
11. Mengidentifikasi hal-hal yang yang perlu diteliti lebih lanjut
12. Mempertimbangkan norma dan etik dalam menghadapi situasi
1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan kompetensi III
2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud
tanggungjawab profesi :
a. Kompetensi PK III
b. Melaksanakan tugas sebagai pembimbing/ mentor bagi PK III
3.2.5 Perawat Klinik V : Ortopedi dan Rehabilitasi Medik
Kualifikasi :
Pendidikan : S-2 Kep Spesialis 1
Pengalaman Kerja Klinik : 4 th
Pendidikan : S-3 Kep Spesialis 2
Ners Spesialis Konsultan
Pengalaman Kerja Klinik : 1 th
Kompetensi : Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya
1. Menunjukan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
profesional kompetensi PK IV
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik
keperawatan, Indonesia dan memperhatikan budaya Kompetensi
PK IV
Pemberian dan manajemen asuhan keperawatan :
1. Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub spesialisasi
dalam lingkup medikal bedah: ortopedi dan rehabilitasi
2. Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialisasi
dengan keputusan secara mandiri
3. Melakukan bimbingan bagi PK IV
4. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
5. Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
6. Melakukan konseling kepada pasien dan keluarga
7. Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
8. Menggunakan komunikasi terapeutik
9. Membimbing peserta didik keperawatan
10. Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya
11. Berperan sebagai peneliti
Pengembangan Profesional :
1. Melaksanakan upaya peningkatan profesional dalam praktik
keperawatan kompetensi PK IV
2. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi
a. Kompetensi PK IV
3.3 Lingkup Tindakan Keperawatan Ortopedi
1. Pemenuhan kebutuhan dasar; oksigen, cairan dan elektrolit, nutrisi, dan
eliminasi
2. Pembebatan pada pendarahan
3. Pembidaian faktur ekstremitasi
4. Persiapan operasi
5. Penanganan syok
6. Perawatan eksternal imobilisasi (cast/ gips)
7. Perawatan luka (donor, luka kotor, luka bersih, dekubitus)
8. Perawatan amputasi
9. Perawatan area penusukan pin (pin site care) dengan chlorhexidin
gluconat 0,2%
10. Perawatan traksi (skin traksi, skeletal traksi; hallo traksi, kotrel traksi,
dan lain–lain)
11. Pemasangan armsling
12. Pemasangan CPM (Continuous Passive Movement)
13. Pemberian terapi: obat (oral, injeksi, topical, dan lain–lain), produk
darah, nutrisi enteral & parenteral
14. Manajemen nyeri (farmakologi dan non farmakologi)
16. Restrain fisik
17. Positioning intra operatif
18. Positioning pada kasus tulang belakang
19. Positioning di kursi roda
20. Pencegahan dekubitus
21. Perawatan tirah baring
22. Melatih pasien berjalan dengan alat bantu: tongkat; walker
23. Pemasangan brace; neck collar
24. Pemasangan stoking
25. Pemasangan splinting
26. Latihan rentang gerak sendi pada sendi normal
27. Latihan kekuatan otot
28. Pencegahan konstipasi
29. Bladder/ bowel training
30. Pemenuhan kebutuhan hygiene kasus tulang belakang
31. Bed making kasus tulang belakang
32. Perawatan trakeostomi kasus spine dengan cedera medulla spinalis
33. Transfer pasien
35. Perawatan drain
36. Pemasangan pelvic sling
37. Tehnik aplikasi bandage
38. Manajemen stres
39. Perawatan terminal
4. Konsep Fraktur
4.1 Defenisi Fraktur
a. Brunner & Suddarth (2009), Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan jaringan lunak .
b. Black & Hawks (2009), fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena
stress akibat tahanan yang datang lebih besar dari daya tahan yang
dimiliki oleh tulang.
c. Perry & Potter (2005), Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang. Fraktur biasa terjadi karena trauma langsung eksternal, tetapi
dapat juga terjadi karena deformitas tulang misalnya fraktur patologis
karena osteoporosis, penyakit paget dan osteogenesis imperfekta).
4.2 Etiologi Fraktur
4.2.1 Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur tersebut sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
4.2.2 Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
4.2.3 Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan dan tekanan, kombinasi dari ketiganya dan
penarikan.
4.3 Manifestasi Fraktur
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) (2008)
Menyatakan bahwa manifestasi klinis fraktur femur adalah sebagai berikut: nyeri,
ketidakmampuan untuk menggerakkan kaki, deformitas, dan bengkak.
Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan
lokal, dan perubahan warna.
4.4 Jenis Fraktur
Jenis fraktur dibedakan berdasarkan beberapa hal antara lain : bentuk garis
patah yaitu fraktur komplit dan fraktur inkomplit, Berhubungan dengan dunia luar
yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka, Pergeseran anatomi tulang yaitu fraktur
greenstick, fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental,
fraktur avulse, fraktur impacted, fraktur torus, dan fraktur komminuted. Berikut
Gambar 2.1. Jenis- jenis fraktur
4.5 Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang
ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Pada anak-anak reposisi yang dilakukan
tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai
kemampuan remodeling.
Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa nyeri,
Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, Agar terjadi
penyatuan tulang kembali, Untuk mengembalikan fungsi seperti semula.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan imobilisasi, (tidak
menggerakkan daerah fraktur) dan dapat diberikan obat penghilang nyeri. Teknik
imobilisasi dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak
dapat pempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan teknik
Tindakan konservatif yaitu suatu cara pengobatan patah tulang secara
medis yang tidak membuat sayatan untuk memasang implant pada tulang yang
patah, tetapi menggunaka gips, bidai, terapi kulit, traksi tulang, juga perbaikan
dengan melakukan manipulasi dan reposisi ke posisi mendekati normal.
Sedangkan tindakan operatif meliputi operasi ORIF (Open Reduction Internal
Fixation), OREF (Open Reduction Enternal Fixation), menjahit luka dan menjahit
pembuluh darah yang robek.
Open reduction Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan
pembedahan. sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screws,
pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah
kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika
dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan
ada indikasi untuk melakukan ROM.
5. Konsep Range Of Motion (ROM)
5.1 Definisi ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun
5.2 Jenis ROM
5.2.1 ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien
dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Rentang gerak
pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien (Suratun, dkk., 2008).
5.2.2 ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai
dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan
kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.
5.3 Tujuan ROM :
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
5.4 Prinsip Dasar Latihan ROM :
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien
3.Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur
pasien,diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan
5.5 Manfaat ROM
1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3. Meningkatkan massa otot
4. Mengurangi kehilangan tulang
5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
6. Mengkaji tulang sendi dan otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8. Memperlancar sirkulasi darah
5.6 Standar Operating Procedur (SOP) Latihan Rentang Gerak (ROM) (Kozier,
B. 2000, Fundamental of Nursing)
5.6.1 Latihan aktif ROM
Merupakan latihan gerak isotonik (terjadi kontraksi dan pergerakan
otot) yang dilakukan klien dengan menggerakkan masing-masing
persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal.
5.6.2 Latihan pasif ROM
Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian klien sesuai dengan rentang geraknya.
5.6.2.1 Prosedur Pelaksanaan
Prosedur umum :
1. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme
2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel
3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan dikerjakan
dan minta klien untuk dapat bekerja sama
4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan
perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah pada penjajarar
tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanik tubuh
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dari
buka bagian tubuh yang akan digerakkan
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing -
7. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan
mengulangi masing-masing gerakarn 3 kali
8. Selama latihan pergerakan, kaji :
a. kemampuan untuk menoleransi gerakan
b. rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang
bersangkutan
9. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanart
tubuh terhadap latihan
10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau
perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan
dan kontraktur
Prosedur khusus :
Gerakan bahu :
1. Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien Pegang
lengan di bawah siku dengan tangan kiri perawat dan pegang
pergelangan tangan klien dengan tangan kanan perawat
2. Fleksi dan ekstensikan bahu
Gerakkan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur.
Kembalikan ke posisi sebelumnya
3. Abduksikan bahu
Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala sampai
4. Adduksikan bahu
Gerakkan lengan klien ke atas tubuhnya sampai tangan yang
bersangkutan menyentuh tangan pada sisi di sebelahnya
5. Rotasikan bahu internal dan ekstemal
a. Letakkan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan
bahu Siku membentuk sudut 90° dengan kasur
b. Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan
menyentuh kasur, kemudian gerakkan ke atas hingga
punggung tangan menyentuh tempat tidur
Gerakan siku :
1. Fleksi dan ekstensikan siku
a. Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan-menyentuh dagu
b. Luruskan kembali ke tempat semula
2. Pronasi dan supinasikan siku
a. Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjat
tangan
b. Putar telapak tangan klien ke bawah dan ke atas, pastikan
Y nya terjadi pergerakan siku, bukan bahu.
Gerakan pergelangan tangan
1. Fleksi pergelangan tangan
menyangga lengan bawah
b. Bengkokkan pergelangan tangan ke depan
2. Ekstensi pergelangan tangan
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke
posisi semula
3. Fleksi radial/radial deviation (abduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu
jari
4. Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari
kelima
Gerakan jari-jari tangan :
1. Fleksi
Bengkokkan jari-jari tangan dan ibu jari ke arah telapak
tangan (tangan menggenggam)
2. Ekstensi
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula (buka
genggama tangan)
3. Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
4. Abduksi
5. Adduksi
Dari posisi abduksi, kembalikan ke posisi semula.
6. Oposisi
Sentuhkan masing-masing jari tangan dengan ibu jari.
Gerakan pinggul dan lutut :
Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan di bawah
lutut
Mien dan tangan yang lainnya di bawah mata kaki klien.
1. FIeksi dan ekstensi lutut dan pinggul
a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut
b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
c. KembaIikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan
kaki sampai pada kasur
2. Abduksi dan adduksi kaki
a. Gerakkan kaki ke samping menjauhi klien
b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya
Rotasikan pinggul internal dan eksternal. putar kaki ke dalam,
kemudian ke luar
Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki :
1. Dorsofleksi telapak kaki
b. Tekan kaki klien dengan lengan Anda untuk
menggerakkannya ke arah kaki
2. Fleksi plantar telapak kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang
lainnya berada pada tumit
b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
3. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan
tangan yang lainnya pada pergelangan kaki
b. Bengkokkan jari-jari ke bawah
c. Kembalikan lagi pada posisi semula
4. Inversi dan eversi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang
lainnya di atas punggung kaki
b. Putar teIapak kaki ke dalam, kemudian ke luar
6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien post Operasi Fraktur Eksremitas
Keperawatan ortopedik dan trauma merupakan suatu spesialisasi dinamis
dengaan riwayat perubahan, sering secara signifikan, sebagai respon terhadap
perkembangan masyarat, penyediaan layanan kesehatan, teknologi pola penyakit,
perkembangan medis dan keperawatan, dan tentu saja, kebutuhan pasien.
Kemampuan untuk berespon dan beradaptasi ini akan terus membentuk
Ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan staf perawat dilibatkan dalam
penanganan atrofi otot yang timbul karena gangguan atau trauma eksremitas atas
kronis. Tujuan asuhan ditentukan dalam diskusi bersama staf medis dan fisioterapi,
seringkali dinyatakan dalam rentang gerak yang dinilai.
6.1 Eksremitas atas
Setelah pembedahan, pasien mugkin memerlukan bantuan untuk
melakukan latihan. Latihan rehabilitasi dibagi dalam tiga kategori :
1. Gerakan pasif, yang bertujuan untuk membantu pasien
mempertahankan rrentang gerak sendi dan mencegah timbulnya
pelekatan atau kontraktur jaringan lunak,serta mencegah strain
berlebihan pada otot yang diperbaiki pasca-bedah.
2. Gerakan aktif terbantu, dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang
sehat, katrol, atau tongkat.
3. Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot.
Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6
minggu setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang
mengalami gangguan eksremitas atas kronis.
Aktivitas fisik diawali dengan rentang gerak pasif yang dilanjutkan dengan
rentang gerak aktif terbantu jika pasien telah pulih dari anastesi. Sebelum pulang,
pasien harus mampu melakukan elevasi bahu dengan sempurna. Pada minggu ke 4
sampai 6, ahli fisioterapi atau praktisi perawat akan memulai latihan tahanan aktif
Latihan bahu dan tangan dimulai pada hari pertama untuk mencegah
kerusakan otot dan kekakuan sendi. Pada minggu ke-2, latihan pendubulum
dimulai dan ikat pinggang pada Poly Sling dilepas. Pada minggu ke-3 sampai 4,
mitela dilepasdan gerakan aktif dimulai. Pada minggu ke-6, rotasi eksternal 90
dimulai dan dilanjutkan dengan berbagai rentang gerak.
6.2 Eksremitas bawah
Remobilisasi biasanya dimulai pada hari setelah pembedahan dengan
memberikan fiksasi pada fraktur secara memuaskan. Penanganan ligament
kolateral medial meliputi pembidaian lutut dalam fleksi 30 secepatnya yang
diikuti latihan kuadrisep isometric dan penopang berat parsial. Mulai minggu ke-2
sampai 6, fleksi mulai 30 sampai 90 dengan hinged splint dapat dilakukan, yang
mencegah gerakan lateral lutut selama fleksi, disertai latihan isokinetik dan
ambulasi dengan penopang berat total. Pada minggu ke-6, ostosis dilepas dan
latihan isokinetik dilanjutkan dengan penambahan tahanan. Aktivitas olahraga
penuh di perbolehkan jika 80% kekuatan lutut telah pulih. Prosedur ini mungkin
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepatuhan
perawat dalam melakukan tindakan range of motion (rom) pada pasien post
operasi fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan.
Skema 3.1. Kerangka penelitian kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan
range of motion (rom) pada pasien post operasi fraktur di RSUP H.
Adam Malik.
: Variabel yang di teliti
: Berhubungan
2. Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Patuh : 1. Lengkap
sesuai SOP 2. Tidak
lengkap sesuai SOP
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
patuh seorang perawat
dalam melaksanakan
anjuran, prosedur yang
diberikan pimpinan
perawat dan peraturan
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu
metode yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran kepatuhan
perawat dan uraian tentang suatu keadaan secara objektif atau masalah yang
sedang dihadapi dan untuk megidentifikasi mengenai sikap dan tindakan perawat
dalam melakukan tindakan Range Of Motion (ROM) pada pasien post operasi
fraktur.
2. Populasi, sampel dan tehnik sampling
2.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang Rindu B3 RSUP H.
Adam Malik Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, jumlah
perawat yang bertugas di ruang RB3 adalah 25 orang.
2.2. Sampel dan tehnik sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Sample penelitian ini merupakan perawat di RB3 RSUP H. Adam Malik
Medan. Teknik pengambilan sample yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sample dengan cara memilih
sample diantara populasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki penelitian
sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2003).
Jumlah sample penelitian ini ditentukan sesuai dengan kriteria yang telah
penelitian dari suatu target yang terjangkau yang ingin diteliti, Kriteria tersebut
ialah :
Kriteria inklusi : 1. Perawat ruangan RB 3 di RSUP H Adam Malik Medan
2. Perawat ruangan RB 3 berlatar belakang minimal D3
3. Bersedia menjadi responden penelitian
Kriteria ekslusi : 1. Tidak bersedia menjadi responden dalam peniltian ini
2. Kepala Ruangan
Hasil penelitian dari 25 orang perawat hanya 20 orang perawat yang di
jadikan responden, hal ini dikarenakan 1 orang merupakan kepala ruangan, 2
orang ketua tim (bedah dan non- bedah) dan 2 orang lagi belum terlibat
menangani pasien ortopedi.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan diruang RB3 RSUP H. Adam Malik.
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai 24 Maret – 28 Mei 2015.
3.1. Profil RSUP H. Adam Malik Medan
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dan rumah
sakit rujukan di wilayah barat Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat
dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang terletak di kota Medan.
RSUP H. Adam Malik beralamat di Jl Bunga Lau 17, Kemenangan Tani, Medan
4. Etika penelitian
Penelitian dilaksanakan setelah keluarnya keterangan kelayakan etik (ethical
clearance) dari komisi etik penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara dan keluarnya surat izin penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memegang teguh sikap ilmiah dan
menggunakan prinsip etika penelitian keperawatan. Etika penelitian ini mencakup
perilaku atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang
dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoadmodjo, 2010). Etika penelitian
yang diterapkan pada penelitian ini adalah prinsip manfaat (beneficence),
menghargai martabat manusia (respect for human dignity), dan prinsip
mendapatkan keadilan (right to justice) (Polit & Beck, 2003).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk
lembar data demografi dan lembar observasi yang didasarkan pada tinjauan
kepustakaan, yaitu :
a. Data Demografi
Data demografi terdiri dari 6 pertanyaan yaitu, usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, lama bekerja, status kepegawaian, dan lama
bekerja di ruang RB3. Data demografi responden bertujuan untuk
mengetahui karakteristik calon responden.
b. Lembar Observasi Tindakan Perawat dalam melakukan tindakan
ROM pada pasien post operasi fraktur. Lembar observasi ini bertujuan
tindakan ROM pada pasien post operasi fraktur berdasarkan
pengamatan peneliti. Lembar observasi pelaksanaan ROM sesuai
Standar Operating Procedur (SOP) dalam Fundamental of Nursing.
Kozier Erb (2000). Lembar observasi menggunakan model skala
Guttman, terdiri dari 2 alternatif jawaban “ Ya’ dan “Tidak”. Jika
responden melakukan tindakan sesuai dengan item instrumen, diberi tanda cheklist (√) pada kolom “Ya” dan diberi skor 1, sebaliknya jika
responden tidak melakukan tindakan sesuai dengan item instrumen, diberi tanda cheklist (√) pada kolom “Tidak” dan diberi skor 0.
Jumlah item pernyataan lembar observasi berjumlah 29 item tindakan
keperawatan.
6. Uji validitas & Reliabilitas
6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2014).
6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrument adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan
dengan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat pengukuran yang sama pula.
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas maupun realibitas
Standar Operating Procedur (SOP) latihan rentang gerak (ROM) dalam
Fundamental of Nursing. Kozier Erb (2000).
7. Rencana pengumpulan data
Penelitian akan dilakukan setelah memperoleh surat izin dari Fakultas
Keperawatan USU dan mengirimkan surat izin ke RSUP. H. Adam Malik Medan
sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari RSUP. H. Adam
Malik Medan, peneliti menjumpai kepala ruangan RB3 RSUP HAM menjelaskan
tujuan, manfaat dan prosedur penelitian . Setelah di setujui Peneliti melakukan
pengumpulan data. Peneliti menjelaskan dengan calon responden tentang tujuan,
manfaat, dan cara pengisian data demografi dilakukan oleh responden yang
bersedia untuk menjadi responden dan diminta menandatangani informed consent
(surat persetujuan). Lembar observasi tindakan perawat dalam melakukan ROM
pada pasien post operasi fraktur akan diisi oleh peneliti saat melakukan observasi
di ruanagan RB3 dengan menyesuaikan waktu pelaksanaan pemberian tindakan
ROM oleh perawat terhadap pasien.
8. Analisis dan pengolahan Data
8.1 Pengolahan data
Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah menggunakan software
statistika komputer, melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Data yang sudah dikumpulkan dikoreksi kelengkapan dan kejelasannya.
Jika ditemukan kesalahan atau data yang kurang jelas maka dilakukan
konfirmasi untuk memperoleh data yang sebenarnya.
b. Pemberian kode (coding)
Memberi coding terhadap bagian-bagian yang telah diberi kode.
c. Memasukkan data (entry/ processing)
Data yang sudah diberi kode selanjutnya dimasukkan ke dalam komputer
dengan menggunakan perangkat program statistik.
d. Pengecekan data (cleaning)
Pengecekan data yang sudah dimasukkan untuk memastikan bahwa data
telah bersih dari kesalahan-kesalahan seperti pengkodean atau kesalahan
dalam membaca kode.
8.2 Analisis data
Analisis data yang sudah diolah dengan software statistika komputer,
selanjutnya dianalisis.
Analisis univariat
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing
variable yang diteliti, dimana data bersifat kategorik digunakan analisis
univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi.
a. Deskripsi Data Demografi Perawat ruang RB.3 di RSUP H. Adam
Malik adalah data bentuk nominal, menggunakan skala pengukuran
katagorikal yang tidak menggambarkan kedudukan objek tetapi hanya
pendidikan terakhir, lamanya bekerja, status kepegawaian dan lama
bekerja di ruang RB3. Data ini disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
b. Deskripsi Data Tindakan Perawat
Data tindakan menggunakan skala penggukuran katagorial berupa skala
ordinal (Siregar, 2014) yaitu patuh dan tidak patuh. Data ini disajikan
dari hasil pengumpulan data terhadap 20 orang perawat mulai tanggal 24 Maret-
28 Mei di ruang Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan. Penyajian data ini
meliputi karakteristik responden dan gambaran kepatuhan perawat dalam
melakukan tindakan range of motion(ROM) pada pasien post operasi fraktur di
Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan.
1. Hasil Penelitian
1.1.Analisis Karakteristik Responden
Analisis univariat penelitian ini melihat distribusi frekuensi dan persentase
karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama
bekerja, status kepegawaian, lama bekerja di ruang RB3.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia
40-49 tahun yaitu 10 orang (50%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
yaitu 18 orang (90%). Tingkat pendidikan terakhir mayoritas responden
berpendidikan D3 yaitu 16 orang (80%). Lama bekerja responden mayoritas 16-
20 tahun yaitu 9 orang (45%). Status kepegawaian responden mayoritas PNS yaitu
17 orang (85%) dan lama bekerja responden di ruang RB3 mayoritas 6-10 tahun
yaitu 7 orang (35%). Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian mengenai
Table 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di ruang Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan 24 Maret- 28 Mei 2015 (n= 20)
No. Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia
pada pasien post operasi fraktur
Hasil penelitian mengenai tindakan perawat dalam melakukan tindakan
range of motion (ROM) pada pasien post operasi fraktur yaitu sebanyak 11
responden (55%). Mayoritas responden melakukan prosedur tindakan range of
motion (ROM) secara lengkap yaitu sebanyak 6 responden (30%). Distribusi
melakukan tindakan range of motion (rom) pada pasien post operasi fraktur secara
detail dapat dilihat dalam tabel 5.2.
Table 5.2. Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of
Tingkat kepatuhan adalah kepatuhan petugas dalam pelayanan yang sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan (Depkes RI, 1998). Faktor yang
mempengaruhi kepatuhan adalah umur, pendidikan, masa kerja dan jenis kelamin
(Notoadmojo, 2003).
Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tinggi
karena akan lebih rasional serta terbuka dalam menerima adanya bermacam
program pembaharuan (Setyarini & Herlina, 2013). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dalam jenjang D3 yaitu 16
responden (80%) dan terdapat 4 responden dalam jenjang S1 (20%). Semakin
tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan
semakin baik.
Aditama (1998) patuh adalah suatu sifat yang berfungsi untuk mendorong
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Pengetahuan merupakan kumpulan
informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat
digunakan sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun
lingkungannya. Tingkat pendidikan yang cukup baik dengan pengalaman kerja
yang cukup lama dapat memberikan pengetahuan yang baik dalam melakukan
pelaksanaan. Hasil penelitian peneliti lama bekerja perawat mayoritas 16-20 tahun
(45%) dan lama bekerja di ruang RB3 mayoritas 6-10 tahun (35%).
Tingkat kepatuhan dalam pelaksanakan ROM pada pasien post operasi
fraktur di ruang RB3 dapat dikatakan dalam kategori cukup baik. Perempuan
dapat melakukan pekerjaan dengan baik, Karena perempuan bekerja dengan rajin
dan memiliki sikap yang sabar dalam meghadapi masalah dan dapat mengurangi
kecelakaan kerja (Antoni, 2009). Hasil penelitian mayoritas responden adalah
perempuan yaitu 18 orang (90%) laki-laki 2 orang (10%).
Responden yang berkerja di ruang RB3 adalah perawat yang berada pada
usia produktif yaitu mayoritas berada dalam rentang 40-49 tahun (50%) sehingga
dapat dikatakan mereka mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Hurlock
(1999) menyatakan bahwa dewasa dini merupakan usia produktif dan belum
terjadi penurunan daya ingat. Hasil pengamatan peneliti di ruang RB3 bahwa
responden di ruangan ini memiliki semangat kerja yang tinggi namun di ruangan
RB3 ini kurang tenaga kerja sehingga lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan
dasar terhadap pasien sehingga peneliti mendapatkan hasil tingkat kepatuhan
perawat dalam melakukan tindakan ROM yaitu dalam kategori cukup baik