• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Awal Varietas Kedelai Tahan Naungan untuk Tanaman Sela pada Perkebunan Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Awal Varietas Kedelai Tahan Naungan untuk Tanaman Sela pada Perkebunan Kelapa Sawit"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

The Early Study of Shading Tolerance of Soybean Varieties for

Oil Palm Plantation

Lisa Mawarni

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Abstract

The objective of this study are to obtain a shade tolerance of soybean varieties and to identify the assosiated character of growth and yield components. The experimental design was split plot arrangement of treatment based on randomized complete blocks with three replications. The treatments comprised of shade level 0%, 30 %, 50 % and 70% as main plot. Soybean varieties are Anjasmoro, Pangrango, Kerinci, Dempo, Tanggamus and Nanti as sub plot. The result showed that shaded levels and varities was significantly for all parameters while the interactions of both factors was significantly for height, sum of fertil branches and weight of 100 grains. Nanti variety has sensitive tolerance index while Pangrango has a good tolerance at shade level 70%. Anjasmoro variety had a good tolerance at 30% and 50% shade levels.

Keywords: soybean, variety, shade tolerance

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendapatkan varietas kedelai toleran naungan dan mengidentifikasi karakter pertumbuhan dan komponen hasil yang terkait sifat toleransi kedelai terhadap penaungan. Desain percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (split plot) berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Tingkat penaungan sebagai Petak Utama dengan 4 taraf perlakuan: 0 % = tanpa penaungan, 30 %, 50 % dan 70%. Anak Petak dengan 6 varietas : Anjasmoro, Pangrango, Kerinci, Dempo, Tanggamus dan Nanti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penaungan dan varietas mempengaruhi semua parameter secara nyata sedangkan interaksi kedua faktor tersebut secara nyata terdapat pada panjang tanaman, jumlah cabang produktif dan berat kering 100 biji. Berdasarkan hasil biji per tanaman (g) diperoleh bahwa varietas Nanti mempunyai indeks toleransi kecil sedangkan Pangrango mampu toleran pada penaungan 70 %. Varietas Anjasmoro mampu bertoleransi pada tingkat penaungan 30 % dan 50 %.

Kata kunci: kedelai, varietas, toleran naungan

Pendahuluan

Rata-rata produktivitas kedelai nasional masih rendah berkisar 1,3 - 1,5 ton/ha di tingkat petani, sementara di tingkat penelitian 1,73 ton/ha sedangkan di Sumatera Utara adalah 1,05 ton/ha (BPS, 2008). Subandi (2007) mengemukakan penyebab atas rendahnya produktivitas kedelai adalah rendahnya teknologi seperti

(2)

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 6,8 juta hektar, sehingga merupakan komoditas perkebunan terluas di Indonesia maupun di dunia. Fakta menunjukkan, Sumatera Utara memiliki areal kelapa sawit terluas (363.095 hektar) di Indonesia (Sunarko, 2009). Dengan semakin meluasnya perkebunan kelapa sawit dapat membatasi wilayah penanaman tanaman pangan. Salah satunya, kedelai dimana sampai saat ini kebutuhannya masih diimpor. Pada tanaman sawit belum menghasilkan (TBM) 1 ada sekitar 75% ruang terbuka dan pada TBM 2 ada 60% dari total areal. Sebagai upaya optimalisasi lahan dan mengatasi penyediaan pangan manusia, kedelai dapat menjadi tanaman sela pada perkebunan kelapa sawit. Kedelai dapat menggantikan tanaman penutup tanah pada perkebunan kelapa sawit yang umumnya bukan tanaman pangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2008) menunjukkan bahwa produktivitas kedelai sebagai cover crop pada areal TBM-2 kelapa sawit cukup tinggi yaitu untuk varietas unggul kedelai Anjasmoro mencapai 2,2 ton/ha dan varietas lokal mencapai 1,6 ton/ha dengan perlakuan pengolahan tanah.

Menanam kedelai diantara barisan dapat menyediakan nitrogen alami yang diikat oleh rhizobiumnya (Widya Puspa dkk, 1983; Van Noordwijk et. al, 2004). Tambahan pula, menanam kedelai dapat meningkatkan pendapatan petani (PPKS, 2008) dan mencegah erosi (Maryani dan Gusmawartati, 2009).

Pengaruh penaungan terhadap kedelai dengan mudah dapat dilihat dengan adanya batang yang tumbuh memanjang terus atau etiolasi (Justika,1980). Sifat indeterminate atau tumbuh terus akan muncul bila cahaya kurang. Sedangkan daun

kedelai beranak daun empat terbentuk lebih intensif (Handayani, 2003).

Penelitian kedelai di bawah naungan menunjukkan bahwa cahaya 40% sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong dan hasil biji (Justika, 1980). Naungan 60 % pada saat awal pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong, hasil biji dan kadar protein biji. Asadi et al (1997) menunjukkan bahwa penurunan hasil biji kedelai (28 galur) yang diuji di bawah naungan 33 % ialah berkisar 2 - 45 % dibandingkan dengan tanpa naungan. Handayani (2003) memperoleh bahwa varietas Ceneng dan Parangro konsisten toleran pada naungan 50% dan 75% dengan karakter anatomi yang terkait erat dengan karakter toleransi adalah kandungan klorofil a dan untuk karakter morfologi adalah jumlah cabang produktif. Dari hasil pengamatan penulis (2010), penaungan di bawah pertanaman kelapa sawit umur 4 tahun berkisar 20-30 % dan pada umur 16 tahun berkisar 40-50%.

Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dicari varietas kedelai yang mampu tumbuh dan berproduksi bila ditanam di pertanaman kelapa sawit sesuai dengan tingkat intersepsi cahaya atau tingkat penaungan kelapa sawit.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan varietas kedelai toleran naungan dan mengidentifikasi karakter pertumbuhan dan komponen hasil yang terkait sifat toleransi kedelai terhadap penaungan.

(3)

varietas kedelai yakni Anjasmoro, Pangrango, Kerinci, Dempo, Tanggamus dan Nanti. Media tanah dari Kebun Rambutan Afdeling 7 Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, pupuk coumpound NPK (15:15:15), insektisida Decis 25 EC, dan polibek plastik bervolume 15 kg.

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri alat-alat pengolah tanah (cangkul, sekop dan tugal), gunting tanaman, selang plastik (selang air), handsprayer, tali rafia, papan lat, kamera digital, ayakan 4 mm dan oven. Alat-alat ukur yakni meteran, timbangan duduk 25 kg, gelas ukur (mengukur jumlah air), thermometer (mengukur suhu udara), timbangan analitik, Minolta Chorophyll meter SPAD-502 untuk jumlah klorofil, Lux meter PCE 12 untuk mengukur intensitas matahari.

Desain percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (split plot) berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan.

Perlakuan terdiri dari : I. Tingkat Tanggamus (V5) dan Nanti (V6) dengan tiga ulangan.

Pelaksanaan percobaan dimulai dengan pembuatan rumah naungan dengan menggunakan bambu sebagai tiang rumah naungan. Masing-masing rumah naungan berukuran 3 m x 1,5 m dengan tinggi 1,5 m dari atas tanah. Tiga jenis kasa plastik polypropylene warna hitam diselubungkan untuk mendapatkan 30 %, 50% dan 70% transmisi cahaya. Masing-masing plot berjarak 2 m untuk menghindarkan bayangan antar rumah naungan dan 2 m

antar blok atau ulangan. Polibek disusun di dalam naungan sesuai perlakuan dan di petak tanpa naungan untuk perlakuan S0. Setiap polibeg ditanam dengan 4 benih kedelai sedalam 2 cm. Tiga sampai 6 hari setelah tanam diadakan penyulaman. Sepuluh hari setelah tanam, tanaman dikurangi menjadi 2 tanaman per polibeg. Penyiraman dilakukan secara manual sebanyak 500 ml air/polibek kecuali hari hujan. Pemupukan NPK coumpound (15:15:15) hanya pada 30 hari setelah tanam sebanyak 2 g /polibek. Hama dan penyakit dikendalikan dengan Decis 25 EC 1,4 ml/2 l air setiap minggu.

Pengamatan dan pengumpulan data meliputi karakter pertumbuhan dan komponen hasil. Data-data percobaan dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode Anova (Uji F) pada

(Baligar et al., 1989; Handayani, 2003).

dimana : IT = Nilai Relatif, H1 = Nilai parameter yang

diamati pada hasil

tertinggi,

H2 = Nilai parameter yang diamati pada hasil terendah

Hasil dan Pembahasan

(4)

Tabel 1. Pengaruh Penaungan dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai 2. Jumlah cabang utama 3. Jumlah klorofil 4. Berat kering tajuk 5. Berat kering akar 6. Umur mulai berbunga 7. Jlh cabang produktif 8. Berat kering 100 biji

Dari data di atas dapat dilihat bahwa faktor penaungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Sedangkan interaksi dari kedua faktor tersebut menunjukkan pengaruh nyata pada panjang tanaman, jumlah cabang produktif dan berat kering 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengubah morfologi untuk mendukung proses fotosintesis yakni memanjangkan tanaman akan menentukan komponen hasil yang terbentuk yakni berat kering tajuk dan akar. Levit (1980) menyatakan bahwa adaptasi tanaman terhadap intensitas cahaya rendah atau

penaungan dapat melalui mekanisme penghindaran dengan merubah anatomi dan morfologi agar fotosintesa efisien dan mekanisme toleran yang berkaitan dengan penurunan titik kompensasi cahaya serta respirasi yang efisien.

Hasil uji nilai relatif Indeks Toleransi (IT) terhadap hasil biji per tanaman (g) dapat dilihat pada Tabel 2. IT kecil menggambarkan ketidakmampuan varietas untuk bertoleransi dengan tingkat penaungan tersebut, demikian sebaliknya.

(5)

Dapat dilihat bahwa varietas Nanti kurang mampu bertoleransi terhadap cahaya matahari pada seluruh tingkat penaungan. Varietas Anjasmoro mampu bertoleransi pada tingkat penaungan 30 % dan 50 % sedangkan varietas Pangrango mempunyai toleran yang baik pada kondisi ternaungi 70%. Namun dalam penentuan varietas toleran diperlukan konsistensi sehingga varietas Anjasmoro disimpulkan lebih baik tingkat toleransinya.

Trikoesoemaningtyas dkk. (2008) telah memaparkan bahwa diantara tampilan yang berhubungan dengan toleransi terhadap penaungan adalah kemampuan menyimpan karbohidrat yakni biji. Intensitas cahaya yang rendah dapat menghambat fotosintesis yang mana hasil fotosintat berkurang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai. Berdasarkan deskripsi, varietas Nanti memang mempunyai biji kecil sehingga keterbatasan cahaya pada penaungan akan makin menekan produksi biji sehingga semakin berkurang berat bijinya. Hal ini terlihat pada indeks toleransi varietas Nanti yang tetap kecil di setiap tingkat penaungan.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penaungan dan varietas mempengaruhi semua parameter secara nyata sedangkan interaksi kedua faktor tersebut secara nyata terdapat pada panjang tanaman, jumlah cabang produktif dan berat kering 100 biji. Berdasarkan hasil biji per tanaman (g) diperoleh bahwa varietas Nanti mempunyai indeks toleransi kecil sedangkan Pangrango mampu toleran pada penaungan 70 %. Varietas Anjasmoro mampu bertoleransi pada tingkat penaungan 30 % dan 50 %.

Daftar Pustaka

Asadi, B.D., M. Arsyad, H.Zahara dan Darmijati. 1997. Pemuliaan Kedelai untuk Toleran Naungan. Buletin Agrobio 1(2): 15-20.

Biro Pusat Statistik, 2008. Harvested Area, Yield Rate and Production of Soybean by Province. Avaible: http://www. bps.go.id/sector/agri/pangan.

Handayani, T., 2003. Pola Pewarisan Sifat Toleran Terhadap Intensitas Cahaya Rendah pada Kedelai dengan Penciri Spesifik Karakter Anatomi, Morfologi dan Molekuler. Disertasi.

Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

Harahap, I.Y., B. Bangun dan Taufik C. Hidayat, 2008. Tanaman pangan sebagai cover crop pada pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Buletin Kelapa Sawit, 1(8).

Justika, S. Baharsyah, 1980. Pengaruh Naungan pada Berbagai Tahap Perkembangan dan Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil Kedelai. Disertasi

Doktor. Fakultas Pascasasarjana IPB. Bogor.

(6)

Maryani dan Gusmawartati, 2008. Uji Beberapa Dosis N,P, K dan Jarak Tanam terhadap Produksi Kedelai (Glycine max (L) Merril) yang Ditanam di antara Kelapa Sawit, Universitas

Jambi.

PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Marihat Indonesia , 2008. Imam Yani Harahap et.al, Tanaman Pangan Sebagai Cover Crop pada Pertanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM), Medan,. ttp://ditjenbun.deptan.go.id

Subandi, 2007. Lima Strategi dalam Swasembada Kedelai. Published on 21 Januari 2008, 09:01. Sumber: http://www.ri.go.id.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawitdengan Sistem Kemitraan, Agro Media Pustaka, 178 pp.

Trikoesoemaningtyas, Wirnas, D., Widodo,I., Muhuria L, Soepandi, D and Takano,T. 2008 . Maximizing genetic improvement in the selection of soybean for adaptation to low light intensity. Proceeding of the final seminar “Toward harmonization between development and environmental conservation in

biological production”. p.74-83.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh Penaungan dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai

Referensi

Dokumen terkait

Viskositas yang hasilkan pada konsentrasi tersebut mengalami penurunan yang membuat sediaan menjadi lebih encer, sehingga dilakukan peningkatan konsentrasi basis gel

Pada penelitian ini diimplementasikan kriptografi klasik sebagai metode untuk melakukan proses enkripsi dan dekripsi data teks yang dikirimkan melalui

Dalam penelitian ini penulis menganalisis gaya bahasa Mandarin yang terdapat pada lirik lagu penyanyi Andy Lau.. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya

Berdasarkan hasil analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan hasil belajar IPA dan peningkatan aktivitas siswa melalui pendekatan PAIKEM pada materi energi

- Merujuk contoh ETA7 (pada harga RM127/g) sebelum ini, penjual akan menawarkan pula untuk membeli semula emas yang dijual itu daripada pembeli dengan harga yang lebih tinggi

Hasil uji statistik ini menjawab hipotesis 2 yaitu ada penurunan rata-rata kadar kolesterol pada kelompok perlakuan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok

Data hasil observasi yang diperoleh melalui lembar penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu menggunakan rubrik penilaian poster dan rubrik penilaian LKS (Lembar Kerja

Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan ( environmental external failure ), adalah biaya-biaya untuk aktifitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam