• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk layanan bimbingan rohani pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien di layanan kesehatan cuma-cuma (LKC) Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk layanan bimbingan rohani pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien di layanan kesehatan cuma-cuma (LKC) Ciputat"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK LAYANAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN DALAM

MEMBANTU PROSES KESEMBUHAN PASIEN DI LAYANAN

KESEHATAN CUMA-CUMA(LKC) CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

INDAH CHABIBAH_ NIM: 107052002552

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Indah Chabibah, Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat, dibawah bimbingan Dr. Asep Usman Ismail, MA

Sekarang ini banyak Rumah sakit yang hanya memberikan pelayanan secara medis kurang memperhatikan pelayanan secara spiritual padahal menurut ketetapan WHO yang baru ini orang bisa dikatakan sehat apabila mencakup 4 hal yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikologis, sehat secara sosial dan sehat secara spiritual.

Bimbingan rohani bagi pasien merupakan kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah Sakit sebagai bentuk upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari Allah SWT. Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang relawan dapat memberikan ketenangan, kedamaian dan kesejukan hati kepada pasien dengan senantiasa memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, tawakkal dan tetap menjalankan kewajibannya sebagai Hamba Allah, dengan demikian akan membantu kualitas kesembuhan pasien secara holistik.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ciputat dalam membantu proses kesembuhan pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun yang menjadi subjek disini adalah pembina rohani selaku yang melaksanakan program Bimbingan Rohani, selain itu pasien juga menjadi subjek dalam penelitian ini karena pasien yang menerima layanan Bimbingan Rohani. Yang menjadi objek penelitian ini adalah program Bimbingan Rohani pasien.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahiim

Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta

alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada

hambanya sampai detik ini, dan Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa

terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati

perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Model

Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien

di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat”.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas

usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga

dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang

untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi

ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA

selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA

selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA

selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam. Terima kasih atas segala motivasi yang telah diberikan

(7)

iii 3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam. Terima kasih pak atas semuanya.

4. Teristimewa orang tua penulis, My great Mom Suriyah dan Alm. Amad

Kurdi yang ada di surga sana , Terima kasih penulis ucapkan yang telah

mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang,

doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan

pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk semuanya.

5. Dr. Asep Usman Ismail,M.A. selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar

telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih atas

motivasinya bapak, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini. Syukron jiddan

buat semuanya pak

6. Para penguji yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.

7. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama perkuliahan.

8. Untuk semua Kakak-kakak ku tersayang dan terbaik, Dra. Imronah, Drs. H.

Amir Ma’ruf, Mu’sodah, Bejo Mudzakir, Ida Zulifah,S.Pd.i, Alif Nur

Solihin,S.Pd.i, Faidloturrofiah, Amd. Terima kasih atas doa dan motivasi

yang tak henti diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini, penulis akan

berusaha tidak mengecewakan kalian. Terima kasih dan tetap selalu menjadi

penyemangat penulis.

9. Buat ponakan-ponakan ku Laras Azmil Abida, Patih Elkautsar Muhammad,

Ravi Dara Jeeta, Muhammad Nazalul Fawadz, Asfa Ihdal Mafaza, Isna fadia

(8)

iv 10. Bapak Iwan selaku supervisi program di LKC yang telah banyak memberikan

informasi, pengalaman, dan memberikan semangat sehingga terselesaikan

skripsi ini. Maaf pak saya selalu merepotkan bapak 

11. Ust Yazid selaku pembina Rohani pasien di LKC yang sudah meluangkan

waktunya sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

12. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk

referensi buku-bukunya.

13. Hamdani Jabir yang tak pernah bosan memberi semangat dan membantu

penulis, selalu menjadi teman setia dalam suka dan duka, sehingga dapat

terselesaikannya skipsi ini. Terima kasih atas semua doa dan motivasinya ya

bby, semoga Allah membalas semua kebaikkan mu. Semoga kebersamaan

kita akan indah pada waktunya, Aminn....

14. “Geng Kor” (wiwin, vika, huwaida, dan Ilah) teman-teman seperjuangan ku,

yang tak pernah henti memberi semangat untuk penulis. Semoga pertemanan

kita terjalin sampai kakek nenek yaa...amiin

15. Untuk semua teman-teman ku seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, khususnya angkatan 2007, terima kasih atas

kebersamaannya, selama hampir 4 tahun lamanya kita berbagi satu sama lain,

semoga kita sukses selalu, dan tetaplah menjadi teman-teman terbaik bagi

penulis.

16. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima

(9)

v 17. Yang terakhir gomawo buat opaa-oppaku Shinee, DBSK, Super Junior, dll,

yang sudah membantu menghilangkan rasa penat dan stres dalam

menyelesaikan skripsi ini. Saranghae oppa 

Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar

Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.

Jakarta, Mei 2011

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. ... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ………….……..………... 6

2. Manfaat Penelitian ……… 7

D. Tinjauan Pustaka ……… 7

E. Metodologi penelitian ... 9

1. Metode penelitian ... 9

2. Subjek dan objek penelitian ...13

3. Tempat dan waktu Penelitian...13

4. Teknik pengumpulan data ...14

5. Sumber data ...15

6. Teknik analisa data ...15

7. Keabsahan data ...16

8. Teknik penulisan data...17

F. Sitematika Penulisan ………...18

BAB II LANDASAN TEORI ……… 20

A. Bimbingan Rohani ...………..20

1. Pengertian Bimbingan Rohani ………...20

2. Tujuan dan fungsi bimbingan rohani ... 24

3. Metode Bimbingan Rohani ...26

4. Bentuk Bimbingan ... 29

B. Pengertian Pasien ... 31

(11)

vii

2. Kondisi Mental Kejiwaan Pasien ... 32

3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien ...33

C. Konsep Sehat dan Sakit ... 34

1. Konsep Sehat ...34

2. Konsep Sakit ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA... 43

A. Latar Belakang Berdirinya ……….………... 43

B. Perkembangan LKC ……… 44

C. Visi Misi Tujuan LKC ………... 46

D. Struktur Organisasi ……….……… 47

E. Program-program LKC ….……… 48

1. Direct Program ... 48

2. Indirect Program ... 49

F. Sistem Kepesertaan LKC ……….... 49

G. Layanan Bimbingan Rohani Pasien ... 51

1. Visi, Misi dan Tujuan BRP ... 52

2. Karakteristik BRP ... 53

3. Manfaat BRP bagi Pasein ... 53

4. Syarat Pembina Rohani ...55

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ……….……… 56

A. TEMUAN ... 56

1. Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien di LKC ..56

2. Keadaan pasien sebelum sesudah mendapat BRP ...63

B. Analisis ... 65

1. Analisis model kegiatan BRP di LKC ... 65

2. Analisis pasien sebelum sesudah mendapat BRP ...78

BAB V PENUTUP ……….. 85

[image:11.595.112.528.79.555.2]
(12)

viii

B. Saran ……….. 86

DAFTAR PUSTAKA ………... 87

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non profit

jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus di bidang kesehatan yang melayani

kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat

(ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan.1 LKC

juga memiliki layanan rawat inap dan rawat jalan yang sudah berfungsi sebagai

mana mestinya seperti Rumah Sakit.

Setiap Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan.

Pelayanan diwujudkan melalui upaya penyembuhan pasien (kuratif), pemulihan

kesehatan pasien (rehabilitatif), yang ditunjang upaya peningkatan kesehatan

(promotif) dan pencegahan gangguan kesehatan (preventif), secara menyeluruh

(holistik) dengan pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana disebutkan oleh

Organisasi Kesehatan Sedunia(WHO). Terdapat kecenderungan pendekatan yang

dilakukan pada pasien-pasien di Rumah Sakit tidak secara holistik, hanya

ditujukan pada pendekatan fisik (biologis) semata dan melupakan pendekatan

spiritual, padahal pendekatan spiritual (Rohani) merupakan pendekatan yang

urgen, karena sebagai kebutuhan dan kewajiban.

Dengan banyaknya Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

saat ini menyebabkan berbagai pelayanan memberikan service yang lebih

memuaskan pelanggan, hal ini menyebabkan tingginya tariff rumah sakit yang

1

(14)

2

tidak mampu ditanggung oleh masyarakat biasa. Tingginya jumlah pasien yang

masuk ke rumah sakit dan kurangnya perawatan yang diberikan pada rumah sakit

menyebabkan LOS (leng of stay/lama tinggal di RS) menjadi semakin panjang

sehingga banyak diantara penderita/keluarga merasa keberatan dengan biaya yang

harus dibayar untuk biaya perawatan. Hal ini terjadi hampir disemua bangsal

perawatan.2 Banyak Rumah Sakit yang memberikan pelayanan hanya kepada

orang yang mampu atau kaya sedangkan banyak orang yang kurang mampu tidak

mendapat pelayanan sebagaimana mestinya.

Kebanyakan manusia cenderung menganggap bahwa cobaan atau ujian

hidup terbatas pada hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti bencana

alam,pailit/bangkrut, kesedihan, sakit, kecelakaan, atau hal-hal yang lazim disebut

musibah. Paling tidak, nasihat untuk bersabar dan tabah menghadapi

masalah-masalah yang dirasa menyakitkan. Terkadang tidak terlintas dalam benak kita

bahwa nikmat berupa kesehatan,kekayaan, kesenangan, jabatan, dan kemewahan

merupakan ujian serta cobaan, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

                   

Artinya: “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan

menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”(Q.S. Al anbiyaa :

35)3

.

2

H. Nurul Kawakib, Urgensi Santunan Spiritual di Rumah Sakit, 2009 di akses dari http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html yang diunduh pada tanggal 15 februari 2011 pada pukul 09.00

3

(15)

3

Konsep Sakit, menurut Nani Maharany, S.Kep., Ners dari Departemen

Keperawatan RS Al Islam, adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang

menimpa seseorang sehingga orang tersebut mengalami gangguan aktivitas

sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial. Sakit dapat juga

diterjemahkan sebagai sebuah keadaan penyimpangan dari status kesehatan yang

mempunyai arti lebih luas dari sekadar penyakit. Pola penyembuhan pasien

selama ini biasanya lebih fokus pada penanganan penyakit secara medis.

Sementara itu, pendekatan proses tenaga medis (perawat) yang lebih mengarah

pada kebutuhan dasar manusia masih belum banyak diterapkan.

Padahal, pendekatan proses keperawatan adalah perawat sebagai pengganti

pasien, perawat sebagai penolong pasien, dan perawat sebagai partner pasien.

Pendek kata, perawat berperan sebagai motivator dan edukator bagi pasien yang

ditanganinya. Diakuinya, memang belum ada standar baku pelayanan

keperawatan yang berdasar pada keperawatan spiritual. Dengan demikian, perlu

ada semacam buku petunjuk standar keperawatan spiritual, mengingat masyarakat

Indonesia adalah masyarakat yang beragama. 4

Dan sebagai Seorang yang beriman, kita mempercayai bahwa dibalik

sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Semua yang dialami

dalam hidup ini adalah cobaan Allah swt, supaya manusia dapat membuktikan

sikapnya dalam menghadapi segala macam ujian untuk mengendalikan dirinya.5

4

H. Nurul Kawakib, Urgensi Santunan Spiritual di Rumah Sakit, 2009 di akses dari http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html yang diunduh pada tanggal 15 februari 2011 pada pukul 09.00

5

(16)

4

Dalam kerangka berfikir filsafat kehidupan ini, penulis melihat dan

menyikapi keadaan sakit. Sakit adalah salah satu aspek kehidupan manusia. Bila

manusia tidak memahaminya, ia akan menganggap sakit itu suatu derita.6

Hampir setiap orang pernah sakit. Musibah yang satu ini memang dapat

menimpa siapapun dan dimanapun. Ia tidak memandang perbedaan pangkat dan

status sosial, bahkan tanpa mengenal ruang dan waktu. Datangnya pun bisa

tiba-tiba. Kalau yang kebetulan sejenis penyakit ringan, mungkin tak terlalu

berpengaruh terhadap kehidupan kita. Malah sering kita lihat penyakit sebagai

peristiwa alamiah yang bisa terjadi pada siapa saja. Tetapi jika yang datang itu

penyakit berat,atau yang terasuk dalam stadium terminal,terkadang bisa

menghilangkan harapan hidup bahkan tak jarang bisa menurunkan mental dan

merontokkan iman kita dalam waktu sekejap. Islam tidak menginginkan orang

sakit tanpa usaha, sebab Nabi telah bersabda bahwa setiap penyakit itu ada

obatnya dan kita semua disuruh untuk berobat.

Penyakit yang diderita seseorang tidak terlepas dari seluruh mata rantai

kehidupannya, dan penyakit itu harus didudukkan dalam filsafat ujian. Penyakit

adalah salah satu ujian Allah yang dianggap orang sebagai sesuatu yang tidak

menyenangkan. Pada waktu orang sakit imannya akan teruji, karena sakit itu

seseuatu yang tidak menyenangkan, maka harus diterima dengan kesabaran.7

Untuk menolong atau meredakan ketegangan jiwa dalam membantu proses

6

Ali Yafie, dkk., Sakit Menguatkan Iman (Jakarta : Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-1, h.1.

7

(17)

5

penyembuhan para pasien maka Bimbingan Rohani Pasien (BRP) hadir sebagai

sarana pelengkap penyembuhan dan pelayanan para pasien di Rumah sakit.

Bimbingan Rohani Pasien sebagai salah satu program layanan kesehatan

yang dilaksanakan oleh Lembaga pelayan masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa

Republika yang di dalamnya terjadi proses Bimbingan dan pembinaan Rohani

kepada pasien di Rumah sakit sebagai bentuk upaya kepada mereka yang

mendapat ujian dari Allah swt.

Lembaga ini juga mendirikan sebuah klinik yaitu Layanan Kesehatan

Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika yang merupakan lembaga non

profit pertama di Jabodetabek yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi

kaum miskin. Antara lain LKC Cabang: Gerai Sehat, TB Center, Aksi Tanggap

Bencana (SigaB), Aksi Layanan Sehat (ALS), Khitanan Massal (KhitMas),

Operasi Massal (OpMas), Pembiayaan Pasien,Pos Sehat Mitra, Pondok Keluarga

dan Masyarakat Sehat (PKMS), Penyuluhan Kesehatan, Medical Check Up, Bina

Rohani Pasien (BRP), Pelayanan Ambulance dan Mobil Jenazah. Bukan saja

pelayanan secara medis tetapi juga pelayanan secara spiritual.8 Di LKC ini

memberikan layanan kesehatan secara gratis jadi layanan ini hanya diberikan

kepada kaum dhuafa atau kurang mampu.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mencoba menelaah

terhadap masalah tersebut dalam skripsi penulis yang diberi judul “Bentuk

Layanan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) dalam membantu proses

8

(18)

6

kesembuhan pasien di LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet

Dhuafa Ciputat”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyaknya Layanan yang diberikan oleh Layanan

Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Maka penulis hanya mengambil atas satu

Layanan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) yang diberikan kepada pasien

di LKC. Bimbingan Rohani Pasien (BRP) merupakan salah satu dari

program yang ada di LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet

Dhuafa Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Bentuk

Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam membantu proses kesembuhan

di LKC.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan layanan

Bimbingan Rohani Pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien. Adapun

tujuan secara khusus yaitu untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang

diberikan kepada pasien di LKC khususnya dalam membantu proses kesembuhan

(19)

7

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Manfaat akademis

Dengan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi bagi mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya jurusan Bimbingan dan penyuluhan

islam. Serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang Bimbingan Rohani

pasien yang ada di LKC.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai :

- Sebagai bahan evaluasi dalam pelayanan program Bimbingan Rohani

Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

- Sebagai masukan bagi pengelolaan program Bimbingan Rohani Pasien

di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma(LKC).

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa judul skripsi mahasiswa atau

mahasiswi sebelumnya yang oleh penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka.

Namun perlu dipertegas perbedaan antara masing – masing judul dan masalah

yang dibahas, antara lain:

1. Rahmah Hidayah, NIM: 1030520286722, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dengan judul skripsi: “Peranan Bimbingan Rohani Pasien

(20)

8

Rumah Sakit Cengkareng Jakarta Barat”. Dalam penelitian ini dijelaskan

tentang bagaimana peranan bimbingan rohani pasien dalam meningkatkan

kesabaran pasien yang sedang mengalami sakit. Apakah Bimbingan

Rohani pasien yang diberikan kepada sudah sesuai dengan harapan

lembaga pelayan masyarakat yang mengadakan program bimbingan

rohani pasien yaitu salah satunya meningkatkan kesabaran pasien.

2. Nur Hidayah, NIM : 102052025658, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dengan judul skripsi “Peranan Bimbingan Rohani Pasien (BRP)

Dompet Dhuafa dalam proses penyembuhan pasien Rumah Sakit Umum

Daerah Cengkareng”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana

bimbingan rohani pasien itu berperan dalam penyembuhan pasien Rumah

Sakit Cengkareng Jakarta Barat.

3. Siti umayah, NIM : 105052001770, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,”Pelaksanaan Bimbingan

Rohani bagi pasien dan keluarga napza pada saat detoksifikasi di Rumah

Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta”. Dalam

penelitian ini dijelaskan tentang pelaksanaan bimbingan rohani bagi

pasien khusus narkoba.

4. Rika Nurhasanah, NIM: 102052025661, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, “Pelaksanaan Bimbingan

Rohani Islam dalam menangani depresi bagi penderita kanker di Rumah

(21)

9

5. Galuh Yuni Utami,NIM: 105052001744, Jurusan Bmbingan Penyluhan

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, “ pelaksanaan bimbingan

rohani islam terhadap penderita skizofrenia di panti bina laras harapan

sentosa 3 ceger –jakarta Timur.

Dari penelitian diatas yang membedakan dengan penelitian ini adalah tentang

model, kalau diatas dijelaskan peranannya bimbingan rohani pasien yang telah

diberikan apakah sudah berperan dengan baik atau belum. Sedangkan penelitian

ini yaitu tentang model bimbingan yang diberikan kepada pasien dalam membantu

proses kesembuhan di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena sangat

menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah cara

yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian. Adapun bentuk

penelitian ini adalah penelitian lapangan field research yaitu melakukan penelitian

langsung dengan datang langsung ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy.J. Moleong, pendekatan kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9

Adapun langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan adalah :

9

(22)

10

a. Pengamatan Awal

Pengamatan awal bertujuan untuk melakukan penelitian singkat

yang membantu untuk memahami keadaan program Layanan yang ada di

LKC, sehingga dapat melakukan identifikasi masalah yang terdapat

dalam salah satu program layanan di LKC. Pengamatan dilakukan secara

langsung dengan datang langsung ke LKC dan browsing di Home atau

web LKC.10

b. Mengidentifikasi Masalah

Setelah dilakukan pengamatan awal untuk mengumpulkan

informasi mengenai kondisi awal tentang program Layanan yg ada di

LKC, maka langkah yang diambil selanjutnya adalah mengidentifikasi

masalah yang ada sehingga dapat menemukan permasalahan yang ada

dalam program Layanan yang ada di LKC.

Permasalahan yang muncul dan ingin diteliti adalah yaitu

memusatkan perhatian pada salah satu program Layanan yang ada di

LKC yaitu Layanan Bimbingan Rohani Pasien. Karena Layanan tersebut

merupakan layanan penting selain layanan yang diberikan secara medis.11

c. Permasalahan

Setelah melakukan pengidentifikasian masalah yang akan diteliti,

maka langkah selanjutnya yaitu melakukan perumusan masalah yang

10

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.

11

Metodologi penelitian, yang diakses di :

(23)

11

akan diteliti. Yaitu tentang model layanan Bimbingan Rohani Pasien yang

ada di LKC dalam membantu proses kesembuhan pasien.

d. Menetapkan Tujuan penelitian

Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan yang akan dicapai

dalam melakukan penelitian ini memiliki arah dan sasaran yang jelas

yang hendak dicapai dalam permasalahan yang dihadapi. Selain itu tujuan

ini juga dimaksudkan untuk memberikan solusi bagi LKC dalam

mengkoreksi program Layanan yang ada apakah sudah berjalan lancar

dan sesuai dengan yang diharapkan.12

e. Menetapkan Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian dalam memecahkan permasalahan

yang ada diperlukan adanya batasan-batasan agar sasaran dan arah dari

penyelesaian pemaslahan yang ada tidak menyimpang. Batasan-batasan

masalah ini bertujuan agar dalam memecahkan masalah yang ada lebih

akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian ini sehingga akan memberikan

hasil yang sesuai yang akan diteliti.

f. Studi Literatur

Agar dapat mengenal permasalahan yang akan diteliti, dibutuhkan

pengetahuan tambahan yang dapat diperoleh dari beberapa literatur sesuai

dengan permaslahan yang ada. Dengan mempelajari teori-teori atau

konsep-konsep yang dapat mendukung tugas akhir penelitian ini, maka

12

Metodologi penelitian, yang diakses di :

(24)

12

dapat membantu penulis untuk menganalisa permaslahan yang diteliti.

Dan dapat mencari alternatif pemecahan permasalahan yang diteliti. 13

g. Melakukan pengumpulan data

Langkah yang selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data

yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah yang diteliti. Data-data

yang dikumpulkan yaitu data-data primer dan data sekunder. yang

diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. dan

melakukan instrumen penelitian yaitu membuat pedoman wawancara. 14

h. Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya kemudian diolah. Pengolahan

data yang dilakukan melalui beberapa langkah-langkah yaitu :

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang

relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi

pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan

Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya

diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk

narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.

13

Metodologi penelitian, yang diakses di :

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.

14

Metodologi penelitian, yang diakses di :

(25)

13

c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan

dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan

untuk menarik kesimpulan.15

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini ada tiga subjek yang ingin

diteliti yang pertama yaitu kepala bidang atau ketua kegiatan Bimbingan

Rohani Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) selaku yang

membuat konsep. Yang kedua yaitu petugas BRP yang melaksanakan

layanan BRP. Yang ketiga adalah pasien selaku penerima layanan BRP.

Sedangkan yang menjadi objek adalah layanan Bimbingan Rohani Pasien

di LKC ciputat.

3. Tempat dan waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini berlokasi di Layanan Kesehatan

Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat Jl. Ir. H. Djuanda No 34 Ciputat Mega Mal D

01, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari

oleh pertimbangan sebagai berikut : Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh

peneliti, bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan Bimbingan

Rohani Pasien yang ada di LKC sehinga mempermudah peneliti menganalisis

data. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai

dengan Mei 2011.

15

(26)

14

4. Pengumpulan Data

Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan, maka

penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera.16 Dalam

penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara berkunjung atau datang

langsung ke LKC ciputat untuk memperoleh sehingga data peneltian

didapatkan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)yang

memeberikan jawaban atas pertanyaan itu.17 Wawancara ditujukan pada

pelaksana bimbingan rohani pasien untuk memperkuat dan pelengkap data

pada penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan cara face to face atau

berhadapan langsung, Dan dengan pasien yang rawat inap dan rawat jalan.

c. Dokumentasi

Data data yang diperoleh dari lapangan yaitu di LKC ciputat yang

berhubungan dengan maslah penelitian, baik dari sumber, dokumen formal,

buku-buku, artikel dan lain sebagainya.

16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.Rieneka Cipta,1996), h. 145.

17

(27)

15

5. Sumber Data

Sumber data adalah subjek utama dalam proses penelitian masalah diatas:

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :

a. Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari pembina

Rohani Pasien di LKC.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,

literatur, brosur dan artikel yang memiliki relevansi terhadap objek

penelitian ini.

6. Teknik analisa data

Yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses penyederhanaan

data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.18

Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J Moleong mengemukakan

bahwa teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data,mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang akan diceritakan kepada orang lain.19

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan

yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian dijabarkan

dengan memberi interpretasi untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.

18

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai(Jakarta: LP3ES),1995, cet ke-1. h. 263.

19

(28)

16

Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang

relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi pasien yang

ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan

Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya diperoleh,

[image:28.595.134.524.134.459.2]

maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual

gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.

c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan

dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk

menarik kesimpulan.20

7. Keabsahan Data

a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik tringulasi,

yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a). membandingkan data

hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui

bimbingan merntal bagi gelandangan dan pengemis yang diberikan oleh

PSBK tersebut. (b). membandingkan keadaan dan prespektif sesorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal

ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang

menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau

peksos. (c). membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen

20

(29)

17

yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat

dokumen dan data sebagai bahan perbandingan.21

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan

bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi

yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.

Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,

maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai

dengan rumusan masalah saja.22

c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal

ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang

terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah

dikatakan bahwa pengalaman sesorang itu subjektif, sedangkan jika

disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.23

8. Teknik Penulisan Data

Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasakan

pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan

oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

21

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998). h. 330-331

22

Ibid, h. 329

23

(30)

18

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima BAB, adapun

penyusunannya sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teoritis yaitu

Pengertian Model, Pengertian Bimbingan Rohani, Tujuan dan

Fungsi Bimbingan Rohani, Pengertian Pasien, Konsep Sehat dan

Sakit.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LKC DOMPET DHUAFA

CIPUTAT

Pada bab ini penulis mengemukakan akan membahas tentang

gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari : Latar belakang

berdirinya, perkembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, visi

misi dan tujuan, program-program Layanan Kesehatan

Cuma-Cuma, Program Layanan Bimbingan Rohani Pasien.

[image:30.595.112.525.76.493.2]
(31)

19

Pada bab ini berisi tentang temuan data yang terdiri dari : model

layanan BRP yang diberikan kepada pasien di Layanan Kesehatan

Cuma-cuma, Keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat

Bimbingan Rohani pasien.

BAB V PENUTUP

(32)
(33)

20 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Rohani

1. Pengertian Bimbingaan Rohani

Pengertian bimbingan diartikan berbeda-beda oleh para tokoh, oleh karena itu

penulis ingin menguraikan istilah dari arti Bimbingan dan dari pendapat

tokoh-tokoh tersebut.

Istilah Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” yang

berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, menurut H.M. Arifin

Bimbingan berarti menunjukkan atau memberi jalan, atau menuntun orang lain ke

arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini

dan masa mendatang.1

Menurut crow dan crow pengertian guidance yaitu bantuan yang diberikan

kepada seseorang baik pria atau wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan

pendidikan yang memadai, kepada individu dari setiap usia untuk menolongnya,

mengemudikan kegiatan hidupnya, mengarahkan pandangannya sendiri, membuat

pilihannya sendiri, memikul bebannya sendiri.2

Menurut Djumhur dan M. Surya, memberikan batasan mengenai

pengertian Bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus

dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,

1

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1

2

(34)

21

agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding),

kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptence), kemampuan untuk

mengarahkan dirinya (self direction) kemampuan untuk merealisasikan dirinya

(self realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam yang menyesuaikan

dirinya baik dengan lingkungan keluarga maupun dengan masyarakat. Dan

bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus

dalam bidang tersebut.3

Menurut R.C Suhartian dan Bonar Simangunsong, Bimbingan adalah

“suatu bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam

menemukan kemampuan-kemampuan dari segi kehidupan masyarakat, agar

demikian nantinya individu atau sekelompok individu lebih sukses dalam

merencanakan rencana-rencana hidupnya.4 Selanjutnya Suhartian dan

Simangusong mengutip dari Bimo walgito, bahwa Bimbingan adalah “Bantuan

yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari

atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya, agar supaya individu atau

sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.5

Rohani berasal dari kata “roh” yang berarti 1) sesuatu (unsur) yang ada

dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan):

nyawa; jika sudah berpisah dari badan, berkahirlah kehidupan seseorang. Makhluk

3

Ibid, h.28

4

RI. Suhartin dan Bonar Simangunsong, Pembinaan Personil Melalui Bimbingan dan Penyuluhan , Jakarta ; Paneindo, 1989, h. 17.

5

(35)

22

hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan (malaikat, jin, setan,

dsb). Semangat,spirit, kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam.6

Dalam al-Quran dinyatakan bahwa ruh merupakan kesempurnaan dan

kekuasaan terhadap penciptaan manusia supaya menjadikan manusia tunduk

kepada Allah, dijelaskan dalam surah As-Shaad (38) ayat 72 :







Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh

(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".

Dalam firman Allah yang lain, yakni dalam surah Al-Isra (17) ayat 85 :











“dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk

urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Menurut firman tersebut dijelaskan bahwa sebagau manusia kita hanya

diberikan sedikit informasi tentang masalah ruh, misalnya gejala-gejalanya. Dan

selebihnya merupakan urusan Allah. Nabi SAW bersabda mengatakan :

“Ruh-ruh adalah himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan

bergabung dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.”7

Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Jamaluddin Kafie, roh

mempunyai dua pengertian yaitu roh jasmani dan roh rohani. Yang dimaksud roh

6

KBBI , Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-4, ed. 3, h. 960.

7

(36)

23

jasmani ialah zat halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke seluruh

tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan perasaan

serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan

roh rohani ialah sebagian dari yang ghaib. Dengan roh ini manusia dapat

mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan serta menyadari keberadaan orang

lain (berkepribadian dan berketuhanan), serta bertanggung jawab atas segala

tingkah laku.8

Sedangkan pengertian Rohani berasal dari bahasa arab yang berarti “ruh”

sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia arti “rohani” adalah roh yang bertalian

dengan yang tidak berbadan jasmaniah.9

Imam Al Ghazali berpendapat bahwa roh itu mempunyai dua pengertian,

yaitu roh jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jasmaniah yaitu zat halus yang

berpusat di ruangan hati dan menjalar keseluruh tubuh, karenanya manusia dapat

bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta dapat berfikir atau

mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah

bagian dari yang ghaib. Dengan roh ini, manusia dapat mengenal dirinya sendiri

dan mengenal Tuhan, serta bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.

Menurut kaum sufi, “ruh adalah esensi kehidupan, ia bukan tubuh secara fisik

atau otak dan fikiran serta ingatan. Ruh memiliki dunia yang berbeda yang berasal

dari Tuhan dan seluruhnya milik Tuhan.10

8

Jammaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah , Surabaya: Indah, 1993, h. 15.

9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-1, h. 850.

10

(37)

24

Dari beberapa teori di atas maka penulis memilih salah satu teori yang

menjadi acuan yaitu dengan menggabungkan teori bimbingan djumhur dan teori

rohani Imam Al-Ghazali maka pengertian Bimbingan Rohani pasien yaitu suatu

proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk

memahami dirinya (self understanding), mengenal dirinya sendiri dan mengenal

tuhan serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian dan berketuhanan),

serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku. Karena menurut penulis teori

tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.

A. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Pasien

1. Tujuan dan Fungsi

a. Tujuan Bimbingan dan penyuluhan yaitu :

1) Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan

2) Untuk dapat menerima sendiri dan lingkungan secara positif

dan dinamis.

3) Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berabagai

hal.

4) Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.

5) Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.11

Tujuan Bimbingan Rohani Islam menurut Ainur Rahim Faqih

yakni:

11

(38)

25

1. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri

sendiri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi dan

kesempatan yang ada.

2. Membantu proses sosialisasi dan sensivitas kepada kebutuhan

orang lain.

3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan

masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam

maslah yang ada.

4. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta

perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

5. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.

6. Membantu klien untuk memperoleh kepuasan pribadi dan

dalam penyesuaian diri secara maksimum.

7. Membantu klien untuk hidup didalam kehidupan yang

seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.12

b. Fungsi Bimbingan Rohani Pasien

Kemudian menurut Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa

ditinjau dari sifatnya layanan Bimbingan, dapat berfungsi :

a. Fungsi preventif, layanan Bimbingan ini dapat berfungsi

sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan

terhadap timbulnya masalah.

12

(39)

26

b. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak

tertentu.

c. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang akan

menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai

permasalahan yang dialami individu.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi ini berarti

bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu

dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan

pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan.13

Pada dasarnya Bimbingan Rohani Islam merupakan aktualisasi teologi

yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman sebagai makhluk

sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina dan mengarahkan manusia

agar aqidahnya mantap, keyakinannya kokoh, bertambahnya taqwa kepada Allah

SWT, taat melaksanakan ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga

dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam menghadapi permasalahan

dan jauh dari rasa cemas.

B. Metode Bimbingan Rohani

Menurut H.M.Arifin, metode Bimbingan Rohani Islam yakni:

13

(40)

27

a. Wawancara, salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapata

dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan

klien pada saat tertentu yanmemerlukan bantuan.14

b. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok), yakni cara

pengngkapan jiwa/batin oeh klien serta pembinaannya melalui kegiatan

kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,simposium, atau dinamika

kelompok (group dynamics), dan sebagainya.

c. Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarahkan), metode ini

mempunyai dua macam yakni :

- Client Centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang

dirasakan menjadi penghambat klien dengan sistem pancingan yang

berupa satu dua pertanyaan yang terarah.

- Metode edukatif, yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang

menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas

perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan hambatan dan

ketegangan.

d. Metode Psikoanalisa (penganalisaan jiwa), metode ini untuk memperoleh

data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien tersebut.15

e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan), metode ini bersifat

mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problema)

yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan

memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan

yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami klien.

14

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h. 44-50.

15

(41)

28

f. Metode lainnya, seperti metode sosiometri yaitu suatu cara yang

dipergunakan untuk mengetahui kedudukan klien dalam kelompok.16

Ada pula metode-metode lain dalam Bimbingan Rohani yakni :

a. Metode AudioVisual

b. Metode dzikir, dzikir hanya akan memiliki nilai bila dilakukan sesuai

petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya, dzikrullah artinya mengingat Allah

SWT,mengingat sesuatu berarti menunjukkan hubungan hati dengan yang

diingat, ingatan ini berpusat di hati, akal dan lisan adalah alat bantu bagi

ingatan kita, adapun dzikirnya seperti ; Takbir, Tahmid dan Tasbih.17

c. Sholat

d. Puasa, menurut Al-Mawardi, selain mengatasi berbagai penyakit, puasa

juga melatih rohani atau jiwa manusia agar menjadi lebih baik. Temuan

terakhir kedokteran jiwa membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan

derajat perasaan atau Emotional Quaetion (EQ) manusia.18

Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari kecerdasan

atau Intelejent Quaetion (IQ)nya tetapi juga diukur dari EQnya. EQ

berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang anatara lain : sifat

dermawan, santun, sabar, rela berkorban, kasih sayang, dan rasa kepedulian.19

16

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6,h.44-50.

17

Lembaran Dakwah Keluarga Marhamah, Menangis Mengingat Allah Swt. Edisi 460, h. 2.

18

Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet. Ke-2, h.149.

19

(42)

29

Seandainya IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan

meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang.

Dari segi kesehatan mental puasa erat kaitannya dengan kemampuan

mengendalikan diri, puasa merupakan wahana penempatan mental sehingga

ujian dan cobaan serta sikap menghadapi perjuangan dan pengorbanan yang

lebih berat. Puasa dapat melatih kedisiplinan dalam mengendalikan diri dari

amarah, nafsu ingin berkuasa, sikap berlebihan dan dari sikap merasa paling

benar.20

Metode Commulative Records, yaitu segala fakta yang diperoeh dari klien

dicatat secara teratur dan rapih didalam buku catatan untuk klien yang

bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai file (dokumen penting),pada

saat dituntaskan, catatan pribadi tersebut dianalisa dan diidentifikasi untuk

bahan pertimbangan tentang metode apa yang lebih tepat bagi bantuan yang

harus diberikan kepadanya.21

2. Bentuk Bimbingan

Bentuk-bentuk Bimbingan antara lain :

1. Layanan orientasi

2. Layanan informasi

3. Layanan penempatan dan penyaluran

4. Layanan Bimbingan Belajar

5. Layanan Konseling Perseorangan

6. Layanan Bimbingan Kelompok

20

Ibid. h. 149.

21

(43)

30

7. Layanan Konseling Kelompok.22

Adapun bentuk-bentuk Bimbingan Islam antara lain:

1. Bimbingan dan penyuluhan jabatan (Vocational)

Bentuk ini berkenaan dengan maslaah jabatan atau kekayaan yang

perlu dipilih oleh individu, sesuai dengan kemampuan dan

bakat-bakat masing-masing untuk masa sekarang maupun masa

mendatang.

2. Bimbingan Penyuluhan Bidang Pendidikan (Sducational Guidance

dan Counseling)

Bentuk bimbingan Islam ini menyangkut tentang tentang

pengambilan keputusan mengenai lapangan studi yang akan

dipilih, yang berkaitan dengan kurikulum di sekolah dan perguruan

Tinggi, serta fasilitas pendidikan lainnya.

3. Bimbingan dan Penyuluhan Keagamaan (Religius Counseling)

Bentuk bimbingan ini diberikan seseorang yang bersifat

keagamaan, seperti melalui keimanan (keyakinan) menurut Islam,

yang bertujuan membantu memecahkan problematika terbimbing

dalam bidang keagamaan.

Bimbingan ini bersifat keagamaan, sebab menggunakan metode

pendekatan keagamaan dalam memberikan bimbingan rohaninya.23

Terbimbing tersadarkan melalui suatu hubungan sebab akibat

dalam rangkaian problem yang dihadapi. Selain itu, sisi

22

ibid

23

(44)

31

kejiwaannya disentuh dengan nilai-nilai keimanan yang mengisi

kekosongan spiritual dalam dirinya.24

C. Pengertian Pasien

1. Pengertian pasien

Kata pasien berasal dari kata bahasa Indonesia analog dengan kata

patient dari Bahasa Inggris. Patient diturunkan dari Bahasa latin yaitu

patient yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang

artinya menderita.25

Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, pasien adalah orang sakit:

yang dirawat oleh dokter; penderita sakit.26Pasien adalah “Orang sakit,

penderita (sakit), baik itu yang menjalani rawat inap pada suatu unit

pelayanan kesehatan tertentu ataupun yang tidak. Dan seseorang

dikatakan sakit apabila orang itu tidak lagi mampu berfungsi secara

wajar dalam kehidupan sehari-hari karena fisiknya yang sakit atau

kejiwaannya yang tertanggu.27

Beberapa pengertian pasien, diantaranya :

a. Menurut Christine Brooker dalam bukunya Kamus Saku Perawat:

1) Pasien adalah penderita penyakit mendapatkan pengamanan medis

dan/atau asuhan keperawatan.

2) Klien yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.28

24

ibid

25

http://wikipedia.org.id/2009/0116/index. html, pada tanggal 12 maret 2011 jam 14.00.

26

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 834.

27

Dadang Hawari, Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien, Sawangan: Dompet Dhuafa Republika, tanggal, 9 juli 2003.

28

(45)

32

b. Menurut Barbara F. Weller dalam buku Kamus Saku Perawat, pasien

adalah orang yang sakit atau yang menjalani pengobatan karena menderita

penyakit.29

2. Kondisi mental (kejiwaan) pasien

Ketika pasien sedang menghadapi, merasakan penyakit yang sedang di

deritanya, maka pada saat itu pula mentalnya terganggu. Karena badan dan

jiwa saling mempengaruhi. Pengaruh emosi yang ada dalam kehidupan

seseorang sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan (mental) sekaligus

agar menjaga kesehatan badannya. Dengan demikian, semakin jelas bahwa

setiap orang yang menderita sakit (pasien) maka gangguan mentalnya yang

ada pada dirinya cenderung dipengaruhi kondisi fisik dan psikisnya

masing-masing. Bila kondisi fisik dan psikisnya pun cenderung sedikit.

Akan tetapi, seandaimya kondisi fisik dan psikisnya kurang baik maka

gangguan mental yang dideritanya cenderung lebih berat.30 Selain kedua

kemungkinan itu, ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

gangguan mental (kejiwaan) terhadap pasien, antara lain sebagai berikut:

a. Usia, semakin tua seseorang maka pasien cenderung respek dengan

kegiatan Bimbingan Rohani.

b. Pendidikan, jika dilihat dari faktor ini tingkatan pendidikan

seseorang terlepas. Ia mempunyai pendidikan agama ataupun tidak

melibat ke arah itu.

29

Barbara F. Weller, Kamus Saku Perawat, Jakarta: EGC,2005, h. 508.

30

(46)

33

c. Ekonomi, disamping pasien sedang menghadapi penyakitpun harus

juga memikirkan tentang biaya yang akan ditanggung selama ia

dirawat di Rumah Sakit.

Setelah mengamati sebab-sebab terjadinya gangguan mental yang

terjadi pada pasien, telah di dominasi oleh causa psikis, dan

permasalahan yang ada pada diri pasien adalah karena masalah

emosi yang ada pada diri mereka.31

3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien

Terapi adalah suatu cara pengobatan yang dilakukan dokter kepada

pasien. Sedangkan yang dimaksud penulis disini adalah terapi pasien

melalui pendekatan keagamaan.

Terapi keagamaan menurut Dadang Hawari adalah suatu proses

penyadaran terhadap objek atau pasien diantaranya sebagai berikut :

a. Proses penyadaran melalui taubatan nasuha

b. Menyalurkan pasien melalui doktrin optimisme, memberikan

nasihat-nasihat misalnya: Tuhan Maha Pengampun, hidup ini

hanya sementara.

c. Pemberian motivasi yang tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual dan

ritual.32

d. Proses aksi atau tindakan yang dilakukan baik dari aspek kognitif

yaitu dengan pemberian materi Al-Quran dan Hadits , Rukun Iman

dan Islam, Akhlaq, Tauhid dan Islamologis. Selanjutnya aspek

31

ibid 32

(47)

34

psikomotor, yaitu pelaksanaan sholat fardhu, sunnah, dzikir, doa,

puasa dan sebagainya. Setelah itu akan terlihat aspek afektif yaitu

kesabaran, kejujuran, kepatuhan, kedisiplinan dan amanah.33

D. Konsep Sehat dan Sakit

1. Konsep Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit

akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek

fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan

yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari

penyakit atau kelemahan (WHO,1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai

karakteristik berikut yang dapat meningkatkan

konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.34

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus

dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan

sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

33

Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133.

34

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

(48)

35

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang

dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

lingkungan internal (psikologis,intelektual, spiritual dan penyakit) dan

eksternal(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan

kesehatannya.35

Dalam pengertian lain Sehat adalah suatu keadaan sejahtera (sempurna)

fisik, mental, dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan

saja.

Health is defined as a state of complete physical, mental, and social well being and not marely absence of disease and infirmity.

Yang dimaksud dengan kesehatan ialah keadaan yang meliputi kesehatan

badan,rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari

penyakit cacat, dan kelemahan (UU RI No. 9/1960).36

Sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis, dan sosial, tetapi sehat

dalam arti spiritual / agama. (Empat dimensi sehat : bio – psiko – sosio – spiritual

) (WHO, 1984).

Seseorang dikatakan sehat apabila ia memiliki tubuh jasmaniah yang

sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike (mental) rukhaniyah yang tenang,

tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang baik, mempunyai kehidupan dan

rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia.37Kesehatan adalah keadaan

35

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.

36

Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008. H.2-6.

37

(49)

36

sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.38

2. Konsep Sakit

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,

perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan

terjadinya proses penyakit.Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. 39

Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan

mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya sedangkan klien lain dengan

kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi

mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang

memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang

dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan

kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa

berfungsi sebagai mekanisme koping.40

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal

a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu

rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderita sakit

punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam

kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti

38

ibid

39

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.

40

(50)

37

itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut

mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak

mau mencari bantuan.

b. Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin

mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan

segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan)sehingga

jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik

itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan

sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk

memenuhi rencana terapi yang ada.41

Syariat Islam membagi tipikal orang sakit menjadi tiga tipe atau tiga bagian :

1. Orang yang sakit ringan

2. Orang sakit Keras

3. Orang yang dalam sakaratul maut

Dari tiga tipe tersebut yang pertama dan kedua yang umumnya ada di

rumah sakit manapun, sedangkan tipe ketiga tak banyak terjadi dirumah sakit

kecuali Allah menakdirkan kita menanganinya dan kalaupun terjadi sangat jarang

sekali.42

1. Orang yang sakit ringan umumnya memiliki masalah serius dalam

komunikasi karena indra pendengaran penglihatan, dan pengucapan tak

41

Ibid

42

(51)

38

memiliki masalah. Akan tetapi kondisi psikis dan sifat dasar alami pasien

menjadi faktor kedua dalam proses konseling.

2. Adapun tipe sakit keras./ tipe kedua umumnya pasien kondisi kritis

umumnya berada di ICU, pasien pasca operasi dan pasien yang divonis

dengan penyakit menahun (TBC, tumor, kanker.dll ). Pada pasien tipe

kedua, jangan dulu berharap menjalin komunikasi langsung dan aktif pada

pertemuan pertama kali, hubungan yang intens dan berkelanjutan menjadi

kunci dalam proses konseling tipe kedua.

3. Pasien fase atau tipe ketiga, penanganan pasien haruslah sesuai dengan

syari’at islam, proses talqin harus tetap diupayakan seiring bantuan CPR,

kejut listrik, tidak mengganggu proses talqin untuk pasien.43

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan dan Tindakan

Kesehatan

1. Faktor Internal

1. Tahap Perkembangan

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia

(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan

yang berbeda-beda.44

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan

tindakan.Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal

43

Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008.h.6

44

Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di

(52)

39

keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan

atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

2. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual

yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit latar

Belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memehami faktor-fa

Gambar

GAMBARAN UMUM LAYANAN KESEHATAN CUMA-
gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
GAMBARAN UMUM TENTANG LKC DOMPET DHUAFA
GAMBARAN UMUM TENTANG LAYANAN KESEHATAN CUMA-
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini Penulis akan memlbkuskan pada Metode Bimbingan Rohani bagi Pasien dan penulis al.-an mengobservasi pembimbing agama dan pasiett dalam beberapa kali

Pelaksanaan Bimbingan Rohani dan Peningkatan Ketenangan Batin pada Pasienserta perbedaan kebutuhan antara masing-masing pasien mulai dari yang menderita penyakit

Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Khusnul Fatiah (1104043) dilatarbelakangi oleh adanya kegiatan bimbingan rohani Islam kepada pasien rawat inap di RSI Kendal.

Bimbingan pasien dengan tiga hal itu , dia akan mudah mencerna dalam artiyan kita fahamkan kepada pasien bahwa amanah ini tidak serta merta kita yang membuat tapi Allah

3.2 Kalau pola tidur nya ya palingan pasien satu atau dua orang aja yang pasien susah tidur kan, karena disini rata2 udah pada tenang kan, kalau yang itu baru pasien

Dakwah Dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam upaya meningkatkan