BENTUK LAYANAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN DALAM
MEMBANTU PROSES KESEMBUHAN PASIEN DI LAYANAN
KESEHATAN CUMA-CUMA(LKC) CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
INDAH CHABIBAH_ NIM: 107052002552
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i ABSTRAK
Indah Chabibah, Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat, dibawah bimbingan Dr. Asep Usman Ismail, MA
Sekarang ini banyak Rumah sakit yang hanya memberikan pelayanan secara medis kurang memperhatikan pelayanan secara spiritual padahal menurut ketetapan WHO yang baru ini orang bisa dikatakan sehat apabila mencakup 4 hal yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikologis, sehat secara sosial dan sehat secara spiritual.
Bimbingan rohani bagi pasien merupakan kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah Sakit sebagai bentuk upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari Allah SWT. Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang relawan dapat memberikan ketenangan, kedamaian dan kesejukan hati kepada pasien dengan senantiasa memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, tawakkal dan tetap menjalankan kewajibannya sebagai Hamba Allah, dengan demikian akan membantu kualitas kesembuhan pasien secara holistik.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ciputat dalam membantu proses kesembuhan pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun yang menjadi subjek disini adalah pembina rohani selaku yang melaksanakan program Bimbingan Rohani, selain itu pasien juga menjadi subjek dalam penelitian ini karena pasien yang menerima layanan Bimbingan Rohani. Yang menjadi objek penelitian ini adalah program Bimbingan Rohani pasien.
ii
KATA PENGANTAR
Bimillahirrahmanirrahiim
Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta
alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada
hambanya sampai detik ini, dan Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa
terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati
perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Model
Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien
di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat”.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas
usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga
dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang
untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi
ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Terima kasih atas segala motivasi yang telah diberikan
iii 3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam. Terima kasih pak atas semuanya.
4. Teristimewa orang tua penulis, My great Mom Suriyah dan Alm. Amad
Kurdi yang ada di surga sana , Terima kasih penulis ucapkan yang telah
mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang,
doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan
pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk semuanya.
5. Dr. Asep Usman Ismail,M.A. selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih atas
motivasinya bapak, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini. Syukron jiddan
buat semuanya pak
6. Para penguji yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.
7. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama perkuliahan.
8. Untuk semua Kakak-kakak ku tersayang dan terbaik, Dra. Imronah, Drs. H.
Amir Ma’ruf, Mu’sodah, Bejo Mudzakir, Ida Zulifah,S.Pd.i, Alif Nur
Solihin,S.Pd.i, Faidloturrofiah, Amd. Terima kasih atas doa dan motivasi
yang tak henti diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini, penulis akan
berusaha tidak mengecewakan kalian. Terima kasih dan tetap selalu menjadi
penyemangat penulis.
9. Buat ponakan-ponakan ku Laras Azmil Abida, Patih Elkautsar Muhammad,
Ravi Dara Jeeta, Muhammad Nazalul Fawadz, Asfa Ihdal Mafaza, Isna fadia
iv 10. Bapak Iwan selaku supervisi program di LKC yang telah banyak memberikan
informasi, pengalaman, dan memberikan semangat sehingga terselesaikan
skripsi ini. Maaf pak saya selalu merepotkan bapak
11. Ust Yazid selaku pembina Rohani pasien di LKC yang sudah meluangkan
waktunya sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
12. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk
referensi buku-bukunya.
13. Hamdani Jabir yang tak pernah bosan memberi semangat dan membantu
penulis, selalu menjadi teman setia dalam suka dan duka, sehingga dapat
terselesaikannya skipsi ini. Terima kasih atas semua doa dan motivasinya ya
bby, semoga Allah membalas semua kebaikkan mu. Semoga kebersamaan
kita akan indah pada waktunya, Aminn....
14. “Geng Kor” (wiwin, vika, huwaida, dan Ilah) teman-teman seperjuangan ku,
yang tak pernah henti memberi semangat untuk penulis. Semoga pertemanan
kita terjalin sampai kakek nenek yaa...amiin
15. Untuk semua teman-teman ku seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, khususnya angkatan 2007, terima kasih atas
kebersamaannya, selama hampir 4 tahun lamanya kita berbagi satu sama lain,
semoga kita sukses selalu, dan tetaplah menjadi teman-teman terbaik bagi
penulis.
16. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima
v 17. Yang terakhir gomawo buat opaa-oppaku Shinee, DBSK, Super Junior, dll,
yang sudah membantu menghilangkan rasa penat dan stres dalam
menyelesaikan skripsi ini. Saranghae oppa
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar
Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.
Jakarta, Mei 2011
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ………. ... i
KATA PENGANTAR ………... ii
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR LAMPIRAN ………... ix
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ………….……..………... 6
2. Manfaat Penelitian ……… 7
D. Tinjauan Pustaka ……… 7
E. Metodologi penelitian ... 9
1. Metode penelitian ... 9
2. Subjek dan objek penelitian ...13
3. Tempat dan waktu Penelitian...13
4. Teknik pengumpulan data ...14
5. Sumber data ...15
6. Teknik analisa data ...15
7. Keabsahan data ...16
8. Teknik penulisan data...17
F. Sitematika Penulisan ………...18
BAB II LANDASAN TEORI ……… 20
A. Bimbingan Rohani ...………..20
1. Pengertian Bimbingan Rohani ………...20
2. Tujuan dan fungsi bimbingan rohani ... 24
3. Metode Bimbingan Rohani ...26
4. Bentuk Bimbingan ... 29
B. Pengertian Pasien ... 31
vii
2. Kondisi Mental Kejiwaan Pasien ... 32
3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien ...33
C. Konsep Sehat dan Sakit ... 34
1. Konsep Sehat ...34
2. Konsep Sakit ... 36
BAB III GAMBARAN UMUM LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA... 43
A. Latar Belakang Berdirinya ……….………... 43
B. Perkembangan LKC ……… 44
C. Visi Misi Tujuan LKC ………... 46
D. Struktur Organisasi ……….……… 47
E. Program-program LKC ….……… 48
1. Direct Program ... 48
2. Indirect Program ... 49
F. Sistem Kepesertaan LKC ……….... 49
G. Layanan Bimbingan Rohani Pasien ... 51
1. Visi, Misi dan Tujuan BRP ... 52
2. Karakteristik BRP ... 53
3. Manfaat BRP bagi Pasein ... 53
4. Syarat Pembina Rohani ...55
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ……….……… 56
A. TEMUAN ... 56
1. Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien di LKC ..56
2. Keadaan pasien sebelum sesudah mendapat BRP ...63
B. Analisis ... 65
1. Analisis model kegiatan BRP di LKC ... 65
2. Analisis pasien sebelum sesudah mendapat BRP ...78
BAB V PENUTUP ……….. 85
[image:11.595.112.528.79.555.2]viii
B. Saran ……….. 86
DAFTAR PUSTAKA ………... 87
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non profit
jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus di bidang kesehatan yang melayani
kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat
(ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan.1 LKC
juga memiliki layanan rawat inap dan rawat jalan yang sudah berfungsi sebagai
mana mestinya seperti Rumah Sakit.
Setiap Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan.
Pelayanan diwujudkan melalui upaya penyembuhan pasien (kuratif), pemulihan
kesehatan pasien (rehabilitatif), yang ditunjang upaya peningkatan kesehatan
(promotif) dan pencegahan gangguan kesehatan (preventif), secara menyeluruh
(holistik) dengan pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana disebutkan oleh
Organisasi Kesehatan Sedunia(WHO). Terdapat kecenderungan pendekatan yang
dilakukan pada pasien-pasien di Rumah Sakit tidak secara holistik, hanya
ditujukan pada pendekatan fisik (biologis) semata dan melupakan pendekatan
spiritual, padahal pendekatan spiritual (Rohani) merupakan pendekatan yang
urgen, karena sebagai kebutuhan dan kewajiban.
Dengan banyaknya Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
saat ini menyebabkan berbagai pelayanan memberikan service yang lebih
memuaskan pelanggan, hal ini menyebabkan tingginya tariff rumah sakit yang
1
2
tidak mampu ditanggung oleh masyarakat biasa. Tingginya jumlah pasien yang
masuk ke rumah sakit dan kurangnya perawatan yang diberikan pada rumah sakit
menyebabkan LOS (leng of stay/lama tinggal di RS) menjadi semakin panjang
sehingga banyak diantara penderita/keluarga merasa keberatan dengan biaya yang
harus dibayar untuk biaya perawatan. Hal ini terjadi hampir disemua bangsal
perawatan.2 Banyak Rumah Sakit yang memberikan pelayanan hanya kepada
orang yang mampu atau kaya sedangkan banyak orang yang kurang mampu tidak
mendapat pelayanan sebagaimana mestinya.
Kebanyakan manusia cenderung menganggap bahwa cobaan atau ujian
hidup terbatas pada hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti bencana
alam,pailit/bangkrut, kesedihan, sakit, kecelakaan, atau hal-hal yang lazim disebut
musibah. Paling tidak, nasihat untuk bersabar dan tabah menghadapi
masalah-masalah yang dirasa menyakitkan. Terkadang tidak terlintas dalam benak kita
bahwa nikmat berupa kesehatan,kekayaan, kesenangan, jabatan, dan kemewahan
merupakan ujian serta cobaan, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
Artinya: “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”(Q.S. Al anbiyaa :
35)3
.
2
H. Nurul Kawakib, Urgensi Santunan Spiritual di Rumah Sakit, 2009 di akses dari http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html yang diunduh pada tanggal 15 februari 2011 pada pukul 09.00
3
3
Konsep Sakit, menurut Nani Maharany, S.Kep., Ners dari Departemen
Keperawatan RS Al Islam, adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga orang tersebut mengalami gangguan aktivitas
sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial. Sakit dapat juga
diterjemahkan sebagai sebuah keadaan penyimpangan dari status kesehatan yang
mempunyai arti lebih luas dari sekadar penyakit. Pola penyembuhan pasien
selama ini biasanya lebih fokus pada penanganan penyakit secara medis.
Sementara itu, pendekatan proses tenaga medis (perawat) yang lebih mengarah
pada kebutuhan dasar manusia masih belum banyak diterapkan.
Padahal, pendekatan proses keperawatan adalah perawat sebagai pengganti
pasien, perawat sebagai penolong pasien, dan perawat sebagai partner pasien.
Pendek kata, perawat berperan sebagai motivator dan edukator bagi pasien yang
ditanganinya. Diakuinya, memang belum ada standar baku pelayanan
keperawatan yang berdasar pada keperawatan spiritual. Dengan demikian, perlu
ada semacam buku petunjuk standar keperawatan spiritual, mengingat masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang beragama. 4
Dan sebagai Seorang yang beriman, kita mempercayai bahwa dibalik
sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Semua yang dialami
dalam hidup ini adalah cobaan Allah swt, supaya manusia dapat membuktikan
sikapnya dalam menghadapi segala macam ujian untuk mengendalikan dirinya.5
4
H. Nurul Kawakib, Urgensi Santunan Spiritual di Rumah Sakit, 2009 di akses dari http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/urgensi-pendekatan-spiritual-di-rumah.html yang diunduh pada tanggal 15 februari 2011 pada pukul 09.00
5
4
Dalam kerangka berfikir filsafat kehidupan ini, penulis melihat dan
menyikapi keadaan sakit. Sakit adalah salah satu aspek kehidupan manusia. Bila
manusia tidak memahaminya, ia akan menganggap sakit itu suatu derita.6
Hampir setiap orang pernah sakit. Musibah yang satu ini memang dapat
menimpa siapapun dan dimanapun. Ia tidak memandang perbedaan pangkat dan
status sosial, bahkan tanpa mengenal ruang dan waktu. Datangnya pun bisa
tiba-tiba. Kalau yang kebetulan sejenis penyakit ringan, mungkin tak terlalu
berpengaruh terhadap kehidupan kita. Malah sering kita lihat penyakit sebagai
peristiwa alamiah yang bisa terjadi pada siapa saja. Tetapi jika yang datang itu
penyakit berat,atau yang terasuk dalam stadium terminal,terkadang bisa
menghilangkan harapan hidup bahkan tak jarang bisa menurunkan mental dan
merontokkan iman kita dalam waktu sekejap. Islam tidak menginginkan orang
sakit tanpa usaha, sebab Nabi telah bersabda bahwa setiap penyakit itu ada
obatnya dan kita semua disuruh untuk berobat.
Penyakit yang diderita seseorang tidak terlepas dari seluruh mata rantai
kehidupannya, dan penyakit itu harus didudukkan dalam filsafat ujian. Penyakit
adalah salah satu ujian Allah yang dianggap orang sebagai sesuatu yang tidak
menyenangkan. Pada waktu orang sakit imannya akan teruji, karena sakit itu
seseuatu yang tidak menyenangkan, maka harus diterima dengan kesabaran.7
Untuk menolong atau meredakan ketegangan jiwa dalam membantu proses
6
Ali Yafie, dkk., Sakit Menguatkan Iman (Jakarta : Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-1, h.1.
7
5
penyembuhan para pasien maka Bimbingan Rohani Pasien (BRP) hadir sebagai
sarana pelengkap penyembuhan dan pelayanan para pasien di Rumah sakit.
Bimbingan Rohani Pasien sebagai salah satu program layanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh Lembaga pelayan masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa
Republika yang di dalamnya terjadi proses Bimbingan dan pembinaan Rohani
kepada pasien di Rumah sakit sebagai bentuk upaya kepada mereka yang
mendapat ujian dari Allah swt.
Lembaga ini juga mendirikan sebuah klinik yaitu Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika yang merupakan lembaga non
profit pertama di Jabodetabek yang menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi
kaum miskin. Antara lain LKC Cabang: Gerai Sehat, TB Center, Aksi Tanggap
Bencana (SigaB), Aksi Layanan Sehat (ALS), Khitanan Massal (KhitMas),
Operasi Massal (OpMas), Pembiayaan Pasien,Pos Sehat Mitra, Pondok Keluarga
dan Masyarakat Sehat (PKMS), Penyuluhan Kesehatan, Medical Check Up, Bina
Rohani Pasien (BRP), Pelayanan Ambulance dan Mobil Jenazah. Bukan saja
pelayanan secara medis tetapi juga pelayanan secara spiritual.8 Di LKC ini
memberikan layanan kesehatan secara gratis jadi layanan ini hanya diberikan
kepada kaum dhuafa atau kurang mampu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mencoba menelaah
terhadap masalah tersebut dalam skripsi penulis yang diberi judul “Bentuk
Layanan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) dalam membantu proses
8
6
kesembuhan pasien di LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet
Dhuafa Ciputat”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyaknya Layanan yang diberikan oleh Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Maka penulis hanya mengambil atas satu
Layanan Bimbingan Rohani Pasien (BRP) yang diberikan kepada pasien
di LKC. Bimbingan Rohani Pasien (BRP) merupakan salah satu dari
program yang ada di LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet
Dhuafa Ciputat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Bentuk
Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam membantu proses kesembuhan
di LKC.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan layanan
Bimbingan Rohani Pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien. Adapun
tujuan secara khusus yaitu untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang
diberikan kepada pasien di LKC khususnya dalam membantu proses kesembuhan
7
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Manfaat akademis
Dengan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi bagi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya jurusan Bimbingan dan penyuluhan
islam. Serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang Bimbingan Rohani
pasien yang ada di LKC.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai :
- Sebagai bahan evaluasi dalam pelayanan program Bimbingan Rohani
Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
- Sebagai masukan bagi pengelolaan program Bimbingan Rohani Pasien
di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma(LKC).
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa judul skripsi mahasiswa atau
mahasiswi sebelumnya yang oleh penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka.
Namun perlu dipertegas perbedaan antara masing – masing judul dan masalah
yang dibahas, antara lain:
1. Rahmah Hidayah, NIM: 1030520286722, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul skripsi: “Peranan Bimbingan Rohani Pasien
8
Rumah Sakit Cengkareng Jakarta Barat”. Dalam penelitian ini dijelaskan
tentang bagaimana peranan bimbingan rohani pasien dalam meningkatkan
kesabaran pasien yang sedang mengalami sakit. Apakah Bimbingan
Rohani pasien yang diberikan kepada sudah sesuai dengan harapan
lembaga pelayan masyarakat yang mengadakan program bimbingan
rohani pasien yaitu salah satunya meningkatkan kesabaran pasien.
2. Nur Hidayah, NIM : 102052025658, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul skripsi “Peranan Bimbingan Rohani Pasien (BRP)
Dompet Dhuafa dalam proses penyembuhan pasien Rumah Sakit Umum
Daerah Cengkareng”. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang bagaimana
bimbingan rohani pasien itu berperan dalam penyembuhan pasien Rumah
Sakit Cengkareng Jakarta Barat.
3. Siti umayah, NIM : 105052001770, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,”Pelaksanaan Bimbingan
Rohani bagi pasien dan keluarga napza pada saat detoksifikasi di Rumah
Sakit Muhammad Husni Thamrin Internasional Salemba Jakarta”. Dalam
penelitian ini dijelaskan tentang pelaksanaan bimbingan rohani bagi
pasien khusus narkoba.
4. Rika Nurhasanah, NIM: 102052025661, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, “Pelaksanaan Bimbingan
Rohani Islam dalam menangani depresi bagi penderita kanker di Rumah
9
5. Galuh Yuni Utami,NIM: 105052001744, Jurusan Bmbingan Penyluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, “ pelaksanaan bimbingan
rohani islam terhadap penderita skizofrenia di panti bina laras harapan
sentosa 3 ceger –jakarta Timur.
Dari penelitian diatas yang membedakan dengan penelitian ini adalah tentang
model, kalau diatas dijelaskan peranannya bimbingan rohani pasien yang telah
diberikan apakah sudah berperan dengan baik atau belum. Sedangkan penelitian
ini yaitu tentang model bimbingan yang diberikan kepada pasien dalam membantu
proses kesembuhan di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena sangat
menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian. Adapun bentuk
penelitian ini adalah penelitian lapangan field research yaitu melakukan penelitian
langsung dengan datang langsung ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy.J. Moleong, pendekatan kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9
Adapun langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan adalah :
9
10
a. Pengamatan Awal
Pengamatan awal bertujuan untuk melakukan penelitian singkat
yang membantu untuk memahami keadaan program Layanan yang ada di
LKC, sehingga dapat melakukan identifikasi masalah yang terdapat
dalam salah satu program layanan di LKC. Pengamatan dilakukan secara
langsung dengan datang langsung ke LKC dan browsing di Home atau
web LKC.10
b. Mengidentifikasi Masalah
Setelah dilakukan pengamatan awal untuk mengumpulkan
informasi mengenai kondisi awal tentang program Layanan yg ada di
LKC, maka langkah yang diambil selanjutnya adalah mengidentifikasi
masalah yang ada sehingga dapat menemukan permasalahan yang ada
dalam program Layanan yang ada di LKC.
Permasalahan yang muncul dan ingin diteliti adalah yaitu
memusatkan perhatian pada salah satu program Layanan yang ada di
LKC yaitu Layanan Bimbingan Rohani Pasien. Karena Layanan tersebut
merupakan layanan penting selain layanan yang diberikan secara medis.11
c. Permasalahan
Setelah melakukan pengidentifikasian masalah yang akan diteliti,
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan perumusan masalah yang
10
Metodologi penelitian, yang diakses di :
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.
11
Metodologi penelitian, yang diakses di :
11
akan diteliti. Yaitu tentang model layanan Bimbingan Rohani Pasien yang
ada di LKC dalam membantu proses kesembuhan pasien.
d. Menetapkan Tujuan penelitian
Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan yang akan dicapai
dalam melakukan penelitian ini memiliki arah dan sasaran yang jelas
yang hendak dicapai dalam permasalahan yang dihadapi. Selain itu tujuan
ini juga dimaksudkan untuk memberikan solusi bagi LKC dalam
mengkoreksi program Layanan yang ada apakah sudah berjalan lancar
dan sesuai dengan yang diharapkan.12
e. Menetapkan Batasan Masalah
Dalam melakukan penelitian dalam memecahkan permasalahan
yang ada diperlukan adanya batasan-batasan agar sasaran dan arah dari
penyelesaian pemaslahan yang ada tidak menyimpang. Batasan-batasan
masalah ini bertujuan agar dalam memecahkan masalah yang ada lebih
akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian ini sehingga akan memberikan
hasil yang sesuai yang akan diteliti.
f. Studi Literatur
Agar dapat mengenal permasalahan yang akan diteliti, dibutuhkan
pengetahuan tambahan yang dapat diperoleh dari beberapa literatur sesuai
dengan permaslahan yang ada. Dengan mempelajari teori-teori atau
konsep-konsep yang dapat mendukung tugas akhir penelitian ini, maka
12
Metodologi penelitian, yang diakses di :
12
dapat membantu penulis untuk menganalisa permaslahan yang diteliti.
Dan dapat mencari alternatif pemecahan permasalahan yang diteliti. 13
g. Melakukan pengumpulan data
Langkah yang selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data
yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah yang diteliti. Data-data
yang dikumpulkan yaitu data-data primer dan data sekunder. yang
diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. dan
melakukan instrumen penelitian yaitu membuat pedoman wawancara. 14
h. Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya kemudian diolah. Pengolahan
data yang dilakukan melalui beberapa langkah-langkah yaitu :
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang
relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi
pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan
Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya
diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk
narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
13
Metodologi penelitian, yang diakses di :
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=7&submit.y=9&submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-25406098-16510-clpp-chapter3.pdf, pada tanggal 13 april 2011, pukul 20.00.
14
Metodologi penelitian, yang diakses di :
13
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan
dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan
untuk menarik kesimpulan.15
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini ada tiga subjek yang ingin
diteliti yang pertama yaitu kepala bidang atau ketua kegiatan Bimbingan
Rohani Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) selaku yang
membuat konsep. Yang kedua yaitu petugas BRP yang melaksanakan
layanan BRP. Yang ketiga adalah pasien selaku penerima layanan BRP.
Sedangkan yang menjadi objek adalah layanan Bimbingan Rohani Pasien
di LKC ciputat.
3. Tempat dan waktu penelitian
Peneliti melakukan penelitian ini berlokasi di Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat Jl. Ir. H. Djuanda No 34 Ciputat Mega Mal D
01, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari
oleh pertimbangan sebagai berikut : Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh
peneliti, bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan Bimbingan
Rohani Pasien yang ada di LKC sehinga mempermudah peneliti menganalisis
data. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai
dengan Mei 2011.
15
14
4. Pengumpulan Data
Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan, maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera.16 Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara berkunjung atau datang
langsung ke LKC ciputat untuk memperoleh sehingga data peneltian
didapatkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)yang
memeberikan jawaban atas pertanyaan itu.17 Wawancara ditujukan pada
pelaksana bimbingan rohani pasien untuk memperkuat dan pelengkap data
pada penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan cara face to face atau
berhadapan langsung, Dan dengan pasien yang rawat inap dan rawat jalan.
c. Dokumentasi
Data data yang diperoleh dari lapangan yaitu di LKC ciputat yang
berhubungan dengan maslah penelitian, baik dari sumber, dokumen formal,
buku-buku, artikel dan lain sebagainya.
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.Rieneka Cipta,1996), h. 145.
17
15
5. Sumber Data
Sumber data adalah subjek utama dalam proses penelitian masalah diatas:
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :
a. Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari pembina
Rohani Pasien di LKC.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,
literatur, brosur dan artikel yang memiliki relevansi terhadap objek
penelitian ini.
6. Teknik analisa data
Yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.18
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J Moleong mengemukakan
bahwa teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data,mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang akan diceritakan kepada orang lain.19
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian dijabarkan
dengan memberi interpretasi untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.
18
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai(Jakarta: LP3ES),1995, cet ke-1. h. 263.
19
16
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang
relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi pasien yang
ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan
Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya diperoleh,
[image:28.595.134.524.134.459.2]maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual
gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan
dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk
menarik kesimpulan.20
7. Keabsahan Data
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik tringulasi,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a). membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui
bimbingan merntal bagi gelandangan dan pengemis yang diberikan oleh
PSBK tersebut. (b). membandingkan keadaan dan prespektif sesorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal
ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang
menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau
peksos. (c). membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen
20
17
yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat
dokumen dan data sebagai bahan perbandingan.21
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan
bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.
Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai
dengan rumusan masalah saja.22
c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal
ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang
terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah
dikatakan bahwa pengalaman sesorang itu subjektif, sedangkan jika
disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.23
8. Teknik Penulisan Data
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasakan
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
21
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998). h. 330-331
22
Ibid, h. 329
23
18
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima BAB, adapun
penyusunannya sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teoritis yaitu
Pengertian Model, Pengertian Bimbingan Rohani, Tujuan dan
Fungsi Bimbingan Rohani, Pengertian Pasien, Konsep Sehat dan
Sakit.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LKC DOMPET DHUAFA
CIPUTAT
Pada bab ini penulis mengemukakan akan membahas tentang
gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari : Latar belakang
berdirinya, perkembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, visi
misi dan tujuan, program-program Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma, Program Layanan Bimbingan Rohani Pasien.
[image:30.595.112.525.76.493.2]19
Pada bab ini berisi tentang temuan data yang terdiri dari : model
layanan BRP yang diberikan kepada pasien di Layanan Kesehatan
Cuma-cuma, Keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat
Bimbingan Rohani pasien.
BAB V PENUTUP
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Rohani
1. Pengertian Bimbingaan Rohani
Pengertian bimbingan diartikan berbeda-beda oleh para tokoh, oleh karena itu
penulis ingin menguraikan istilah dari arti Bimbingan dan dari pendapat
tokoh-tokoh tersebut.
Istilah Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” yang
berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, menurut H.M. Arifin
Bimbingan berarti menunjukkan atau memberi jalan, atau menuntun orang lain ke
arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini
dan masa mendatang.1
Menurut crow dan crow pengertian guidance yaitu bantuan yang diberikan
kepada seseorang baik pria atau wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan
pendidikan yang memadai, kepada individu dari setiap usia untuk menolongnya,
mengemudikan kegiatan hidupnya, mengarahkan pandangannya sendiri, membuat
pilihannya sendiri, memikul bebannya sendiri.2
Menurut Djumhur dan M. Surya, memberikan batasan mengenai
pengertian Bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus
dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
1
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1
2
21
agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding),
kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptence), kemampuan untuk
mengarahkan dirinya (self direction) kemampuan untuk merealisasikan dirinya
(self realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam yang menyesuaikan
dirinya baik dengan lingkungan keluarga maupun dengan masyarakat. Dan
bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus
dalam bidang tersebut.3
Menurut R.C Suhartian dan Bonar Simangunsong, Bimbingan adalah
“suatu bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam
menemukan kemampuan-kemampuan dari segi kehidupan masyarakat, agar
demikian nantinya individu atau sekelompok individu lebih sukses dalam
merencanakan rencana-rencana hidupnya.4 Selanjutnya Suhartian dan
Simangusong mengutip dari Bimo walgito, bahwa Bimbingan adalah “Bantuan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya, agar supaya individu atau
sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.5
Rohani berasal dari kata “roh” yang berarti 1) sesuatu (unsur) yang ada
dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan):
nyawa; jika sudah berpisah dari badan, berkahirlah kehidupan seseorang. Makhluk
3
Ibid, h.28
4
RI. Suhartin dan Bonar Simangunsong, Pembinaan Personil Melalui Bimbingan dan Penyuluhan , Jakarta ; Paneindo, 1989, h. 17.
5
22
hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan (malaikat, jin, setan,
dsb). Semangat,spirit, kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam.6
Dalam al-Quran dinyatakan bahwa ruh merupakan kesempurnaan dan
kekuasaan terhadap penciptaan manusia supaya menjadikan manusia tunduk
kepada Allah, dijelaskan dalam surah As-Shaad (38) ayat 72 :
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".
Dalam firman Allah yang lain, yakni dalam surah Al-Isra (17) ayat 85 :
“dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Menurut firman tersebut dijelaskan bahwa sebagau manusia kita hanya
diberikan sedikit informasi tentang masalah ruh, misalnya gejala-gejalanya. Dan
selebihnya merupakan urusan Allah. Nabi SAW bersabda mengatakan :
“Ruh-ruh adalah himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan
bergabung dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.”7
Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Jamaluddin Kafie, roh
mempunyai dua pengertian yaitu roh jasmani dan roh rohani. Yang dimaksud roh
6
KBBI , Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-4, ed. 3, h. 960.
7
23
jasmani ialah zat halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke seluruh
tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan perasaan
serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan
roh rohani ialah sebagian dari yang ghaib. Dengan roh ini manusia dapat
mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan serta menyadari keberadaan orang
lain (berkepribadian dan berketuhanan), serta bertanggung jawab atas segala
tingkah laku.8
Sedangkan pengertian Rohani berasal dari bahasa arab yang berarti “ruh”
sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia arti “rohani” adalah roh yang bertalian
dengan yang tidak berbadan jasmaniah.9
Imam Al Ghazali berpendapat bahwa roh itu mempunyai dua pengertian,
yaitu roh jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jasmaniah yaitu zat halus yang
berpusat di ruangan hati dan menjalar keseluruh tubuh, karenanya manusia dapat
bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta dapat berfikir atau
mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah
bagian dari yang ghaib. Dengan roh ini, manusia dapat mengenal dirinya sendiri
dan mengenal Tuhan, serta bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
Menurut kaum sufi, “ruh adalah esensi kehidupan, ia bukan tubuh secara fisik
atau otak dan fikiran serta ingatan. Ruh memiliki dunia yang berbeda yang berasal
dari Tuhan dan seluruhnya milik Tuhan.10
8
Jammaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah , Surabaya: Indah, 1993, h. 15.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-1, h. 850.
10
24
Dari beberapa teori di atas maka penulis memilih salah satu teori yang
menjadi acuan yaitu dengan menggabungkan teori bimbingan djumhur dan teori
rohani Imam Al-Ghazali maka pengertian Bimbingan Rohani pasien yaitu suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk
memahami dirinya (self understanding), mengenal dirinya sendiri dan mengenal
tuhan serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian dan berketuhanan),
serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku. Karena menurut penulis teori
tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
A. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Pasien
1. Tujuan dan Fungsi
a. Tujuan Bimbingan dan penyuluhan yaitu :
1) Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan
2) Untuk dapat menerima sendiri dan lingkungan secara positif
dan dinamis.
3) Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berabagai
hal.
4) Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5) Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.11
Tujuan Bimbingan Rohani Islam menurut Ainur Rahim Faqih
yakni:
11
25
1. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri
sendiri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi dan
kesempatan yang ada.
2. Membantu proses sosialisasi dan sensivitas kepada kebutuhan
orang lain.
3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam
maslah yang ada.
4. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta
perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
5. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.
6. Membantu klien untuk memperoleh kepuasan pribadi dan
dalam penyesuaian diri secara maksimum.
7. Membantu klien untuk hidup didalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.12
b. Fungsi Bimbingan Rohani Pasien
Kemudian menurut Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa
ditinjau dari sifatnya layanan Bimbingan, dapat berfungsi :
a. Fungsi preventif, layanan Bimbingan ini dapat berfungsi
sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
12
26
b. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu.
c. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami individu.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu
dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan
pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan.13
Pada dasarnya Bimbingan Rohani Islam merupakan aktualisasi teologi
yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman sebagai makhluk
sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina dan mengarahkan manusia
agar aqidahnya mantap, keyakinannya kokoh, bertambahnya taqwa kepada Allah
SWT, taat melaksanakan ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga
dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam menghadapi permasalahan
dan jauh dari rasa cemas.
B. Metode Bimbingan Rohani
Menurut H.M.Arifin, metode Bimbingan Rohani Islam yakni:
13
27
a. Wawancara, salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapata
dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan
klien pada saat tertentu yanmemerlukan bantuan.14
b. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok), yakni cara
pengngkapan jiwa/batin oeh klien serta pembinaannya melalui kegiatan
kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,simposium, atau dinamika
kelompok (group dynamics), dan sebagainya.
c. Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarahkan), metode ini
mempunyai dua macam yakni :
- Client Centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang
dirasakan menjadi penghambat klien dengan sistem pancingan yang
berupa satu dua pertanyaan yang terarah.
- Metode edukatif, yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas
perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan.
d. Metode Psikoanalisa (penganalisaan jiwa), metode ini untuk memperoleh
data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien tersebut.15
e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan), metode ini bersifat
mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problema)
yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan
memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan
yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami klien.
14
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h. 44-50.
15
28
f. Metode lainnya, seperti metode sosiometri yaitu suatu cara yang
dipergunakan untuk mengetahui kedudukan klien dalam kelompok.16
Ada pula metode-metode lain dalam Bimbingan Rohani yakni :
a. Metode AudioVisual
b. Metode dzikir, dzikir hanya akan memiliki nilai bila dilakukan sesuai
petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya, dzikrullah artinya mengingat Allah
SWT,mengingat sesuatu berarti menunjukkan hubungan hati dengan yang
diingat, ingatan ini berpusat di hati, akal dan lisan adalah alat bantu bagi
ingatan kita, adapun dzikirnya seperti ; Takbir, Tahmid dan Tasbih.17
c. Sholat
d. Puasa, menurut Al-Mawardi, selain mengatasi berbagai penyakit, puasa
juga melatih rohani atau jiwa manusia agar menjadi lebih baik. Temuan
terakhir kedokteran jiwa membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan
derajat perasaan atau Emotional Quaetion (EQ) manusia.18
Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari kecerdasan
atau Intelejent Quaetion (IQ)nya tetapi juga diukur dari EQnya. EQ
berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang anatara lain : sifat
dermawan, santun, sabar, rela berkorban, kasih sayang, dan rasa kepedulian.19
16
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6,h.44-50.
17
Lembaran Dakwah Keluarga Marhamah, Menangis Mengingat Allah Swt. Edisi 460, h. 2.
18
Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet. Ke-2, h.149.
19
29
Seandainya IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan
meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang.
Dari segi kesehatan mental puasa erat kaitannya dengan kemampuan
mengendalikan diri, puasa merupakan wahana penempatan mental sehingga
ujian dan cobaan serta sikap menghadapi perjuangan dan pengorbanan yang
lebih berat. Puasa dapat melatih kedisiplinan dalam mengendalikan diri dari
amarah, nafsu ingin berkuasa, sikap berlebihan dan dari sikap merasa paling
benar.20
Metode Commulative Records, yaitu segala fakta yang diperoeh dari klien
dicatat secara teratur dan rapih didalam buku catatan untuk klien yang
bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai file (dokumen penting),pada
saat dituntaskan, catatan pribadi tersebut dianalisa dan diidentifikasi untuk
bahan pertimbangan tentang metode apa yang lebih tepat bagi bantuan yang
harus diberikan kepadanya.21
2. Bentuk Bimbingan
Bentuk-bentuk Bimbingan antara lain :
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan penempatan dan penyaluran
4. Layanan Bimbingan Belajar
5. Layanan Konseling Perseorangan
6. Layanan Bimbingan Kelompok
20
Ibid. h. 149.
21
30
7. Layanan Konseling Kelompok.22
Adapun bentuk-bentuk Bimbingan Islam antara lain:
1. Bimbingan dan penyuluhan jabatan (Vocational)
Bentuk ini berkenaan dengan maslaah jabatan atau kekayaan yang
perlu dipilih oleh individu, sesuai dengan kemampuan dan
bakat-bakat masing-masing untuk masa sekarang maupun masa
mendatang.
2. Bimbingan Penyuluhan Bidang Pendidikan (Sducational Guidance
dan Counseling)
Bentuk bimbingan Islam ini menyangkut tentang tentang
pengambilan keputusan mengenai lapangan studi yang akan
dipilih, yang berkaitan dengan kurikulum di sekolah dan perguruan
Tinggi, serta fasilitas pendidikan lainnya.
3. Bimbingan dan Penyuluhan Keagamaan (Religius Counseling)
Bentuk bimbingan ini diberikan seseorang yang bersifat
keagamaan, seperti melalui keimanan (keyakinan) menurut Islam,
yang bertujuan membantu memecahkan problematika terbimbing
dalam bidang keagamaan.
Bimbingan ini bersifat keagamaan, sebab menggunakan metode
pendekatan keagamaan dalam memberikan bimbingan rohaninya.23
Terbimbing tersadarkan melalui suatu hubungan sebab akibat
dalam rangkaian problem yang dihadapi. Selain itu, sisi
22
ibid
23
31
kejiwaannya disentuh dengan nilai-nilai keimanan yang mengisi
kekosongan spiritual dalam dirinya.24
C. Pengertian Pasien
1. Pengertian pasien
Kata pasien berasal dari kata bahasa Indonesia analog dengan kata
patient dari Bahasa Inggris. Patient diturunkan dari Bahasa latin yaitu
patient yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang
artinya menderita.25
Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, pasien adalah orang sakit:
yang dirawat oleh dokter; penderita sakit.26Pasien adalah “Orang sakit,
penderita (sakit), baik itu yang menjalani rawat inap pada suatu unit
pelayanan kesehatan tertentu ataupun yang tidak. Dan seseorang
dikatakan sakit apabila orang itu tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-hari karena fisiknya yang sakit atau
kejiwaannya yang tertanggu.27
Beberapa pengertian pasien, diantaranya :
a. Menurut Christine Brooker dalam bukunya Kamus Saku Perawat:
1) Pasien adalah penderita penyakit mendapatkan pengamanan medis
dan/atau asuhan keperawatan.
2) Klien yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.28
24
ibid
25
http://wikipedia.org.id/2009/0116/index. html, pada tanggal 12 maret 2011 jam 14.00.
26
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 834.
27
Dadang Hawari, Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien, Sawangan: Dompet Dhuafa Republika, tanggal, 9 juli 2003.
28
32
b. Menurut Barbara F. Weller dalam buku Kamus Saku Perawat, pasien
adalah orang yang sakit atau yang menjalani pengobatan karena menderita
penyakit.29
2. Kondisi mental (kejiwaan) pasien
Ketika pasien sedang menghadapi, merasakan penyakit yang sedang di
deritanya, maka pada saat itu pula mentalnya terganggu. Karena badan dan
jiwa saling mempengaruhi. Pengaruh emosi yang ada dalam kehidupan
seseorang sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan (mental) sekaligus
agar menjaga kesehatan badannya. Dengan demikian, semakin jelas bahwa
setiap orang yang menderita sakit (pasien) maka gangguan mentalnya yang
ada pada dirinya cenderung dipengaruhi kondisi fisik dan psikisnya
masing-masing. Bila kondisi fisik dan psikisnya pun cenderung sedikit.
Akan tetapi, seandaimya kondisi fisik dan psikisnya kurang baik maka
gangguan mental yang dideritanya cenderung lebih berat.30 Selain kedua
kemungkinan itu, ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan mental (kejiwaan) terhadap pasien, antara lain sebagai berikut:
a. Usia, semakin tua seseorang maka pasien cenderung respek dengan
kegiatan Bimbingan Rohani.
b. Pendidikan, jika dilihat dari faktor ini tingkatan pendidikan
seseorang terlepas. Ia mempunyai pendidikan agama ataupun tidak
melibat ke arah itu.
29
Barbara F. Weller, Kamus Saku Perawat, Jakarta: EGC,2005, h. 508.
30
33
c. Ekonomi, disamping pasien sedang menghadapi penyakitpun harus
juga memikirkan tentang biaya yang akan ditanggung selama ia
dirawat di Rumah Sakit.
Setelah mengamati sebab-sebab terjadinya gangguan mental yang
terjadi pada pasien, telah di dominasi oleh causa psikis, dan
permasalahan yang ada pada diri pasien adalah karena masalah
emosi yang ada pada diri mereka.31
3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien
Terapi adalah suatu cara pengobatan yang dilakukan dokter kepada
pasien. Sedangkan yang dimaksud penulis disini adalah terapi pasien
melalui pendekatan keagamaan.
Terapi keagamaan menurut Dadang Hawari adalah suatu proses
penyadaran terhadap objek atau pasien diantaranya sebagai berikut :
a. Proses penyadaran melalui taubatan nasuha
b. Menyalurkan pasien melalui doktrin optimisme, memberikan
nasihat-nasihat misalnya: Tuhan Maha Pengampun, hidup ini
hanya sementara.
c. Pemberian motivasi yang tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual dan
ritual.32
d. Proses aksi atau tindakan yang dilakukan baik dari aspek kognitif
yaitu dengan pemberian materi Al-Quran dan Hadits , Rukun Iman
dan Islam, Akhlaq, Tauhid dan Islamologis. Selanjutnya aspek
31
ibid 32
34
psikomotor, yaitu pelaksanaan sholat fardhu, sunnah, dzikir, doa,
puasa dan sebagainya. Setelah itu akan terlihat aspek afektif yaitu
kesabaran, kejujuran, kepatuhan, kedisiplinan dan amanah.33
D. Konsep Sehat dan Sakit
1. Konsep Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO,1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.34
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
33
Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133.
34
Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
35
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis,intelektual, spiritual dan penyakit) dan
eksternal(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.35
Dalam pengertian lain Sehat adalah suatu keadaan sejahtera (sempurna)
fisik, mental, dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan
saja.
Health is defined as a state of complete physical, mental, and social well being and not marely absence of disease and infirmity.
Yang dimaksud dengan kesehatan ialah keadaan yang meliputi kesehatan
badan,rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit cacat, dan kelemahan (UU RI No. 9/1960).36
Sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis, dan sosial, tetapi sehat
dalam arti spiritual / agama. (Empat dimensi sehat : bio – psiko – sosio – spiritual
) (WHO, 1984).
Seseorang dikatakan sehat apabila ia memiliki tubuh jasmaniah yang
sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike (mental) rukhaniyah yang tenang,
tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang baik, mempunyai kehidupan dan
rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia.37Kesehatan adalah keadaan
35
Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.
36
Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008. H.2-6.
37
36
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.38
2. Konsep Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit.Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. 39
Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan
mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya sedangkan klien lain dengan
kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi
mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang
dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping.40
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
1. Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderita sakit
punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti
38
ibid
39
Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.
40
37
itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut
mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak
mau mencari bantuan.
b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan)sehingga
jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik
itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan
sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk
memenuhi rencana terapi yang ada.41
Syariat Islam membagi tipikal orang sakit menjadi tiga tipe atau tiga bagian :
1. Orang yang sakit ringan
2. Orang sakit Keras
3. Orang yang dalam sakaratul maut
Dari tiga tipe tersebut yang pertama dan kedua yang umumnya ada di
rumah sakit manapun, sedangkan tipe ketiga tak banyak terjadi dirumah sakit
kecuali Allah menakdirkan kita menanganinya dan kalaupun terjadi sangat jarang
sekali.42
1. Orang yang sakit ringan umumnya memiliki masalah serius dalam
komunikasi karena indra pendengaran penglihatan, dan pengucapan tak
41
Ibid
42
38
memiliki masalah. Akan tetapi kondisi psikis dan sifat dasar alami pasien
menjadi faktor kedua dalam proses konseling.
2. Adapun tipe sakit keras./ tipe kedua umumnya pasien kondisi kritis
umumnya berada di ICU, pasien pasca operasi dan pasien yang divonis
dengan penyakit menahun (TBC, tumor, kanker.dll ). Pada pasien tipe
kedua, jangan dulu berharap menjalin komunikasi langsung dan aktif pada
pertemuan pertama kali, hubungan yang intens dan berkelanjutan menjadi
kunci dalam proses konseling tipe kedua.
3. Pasien fase atau tipe ketiga, penanganan pasien haruslah sesuai dengan
syari’at islam, proses talqin harus tetap diupayakan seiring bantuan CPR,
kejut listrik, tidak mengganggu proses talqin untuk pasien.43
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan dan Tindakan
Kesehatan
1. Faktor Internal
1. Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia
(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan
yang berbeda-beda.44
Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan
tindakan.Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal
43
Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008.h.6
44
Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
39
keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan
atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..
2. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit latar
Belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memehami faktor-fa