• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Pembentuk Gel.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Pembentuk Gel."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI GEL SEMPROT MENGGUNAKAN

KOMBINASI KARBOPOL 940 DAN

HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA (HPMC)

SEBAGAI PEMBENTUK GEL

SKRIPSI

SALSABIELA DWIYUDRISA SUYUDI

1110102000003

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI GEL SEMPROT MENGGUNAKAN

KOMBINASI KARBOPOL 940 DAN

HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA (HPMC)

SEBAGAI PEMBENTUK GEL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SALSABIELA DWIYUDRISA SUYUDI

1110102000003

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK Nama : Salsabiela Dwiyudrisa Suyudi

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Pembentuk Gel.

Gel semprot merupakan salah satu bentuk pengembangan sediaan gel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik gel semprot dengan kombinasi Karbopol 940 dan HPMC. Dalam penelitian ini dibuat 6 formulagel semprot dengan perbandingan karbopol 940 : HPMC yaitu 0,4:0,4 %, 0,4:0,8 %, 0,8:0,4 %, 0,6:0,6 %, 1,2:0,6 %, dan 0,6%:1,2 %, gel semprot di evaluasi meliputi evaluasi organoleptik, homogenitas, viskositas, pH, pola semprot, dan daya sebar lekat. Hasil menunjukkan formula A-E (0,4:0,4 %, 0,4:0,8 %, 0,8:0,4 %, 0,6:0,6 %, dan 1,2:0,6 %) dapat disemprotkan dari alat semprot dengan pola penyemprotan pada formula A menyebar dan pada formula B-E hasil semprot berada pada satu titik lurus dari alat semprot. Evaluasi stabilitas (cycling test dan uji sentrifugasi) menunjukan bahwa formula A adalah formula yang paling stabil diantara formula lainnya dan tidak mengalami sineresis. Dari segi stabilitas dan pola semprot, formula A dapat digunakan sebagai formula gel semprot.

(7)

ABSTRACT Name : Salsabiela Dwiyudrisa Suyudi

Program Study : Pharmacy

Title : Spray Gel Formulation Using Combination of Carbopol 940 and Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) as Gelling Agent

Spray Gel is one of the development of gel formulation. The objective of this study was to observe the characterics of gel combination of Carbopol 940 and HPMC. 6 Formula has been observed with combination concentration of Carbopol : HPMC 0,4:0,4 %, 0,4:0,8 %, 0,8:0,4 %, 0,6:0,6 %, 1,2:0,6 %, and 0,6%:1,2 %. Viscosity, pH, spray pattern, and spread-stick properties has been evaluated. The result showed that formula A-E can be spray and have a different spray pattern, which is formula A have a spread pattern while formula B-E have a one spot pattern straight form the spray. The stability of all formula (cycling test and centrifuge) showed that formula A had the best stability compared with another formula and it didn’t experience any sineresis. From stability and spray pattern evaluation, formula A can be used as spray gel.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa sebagai Pembentuk Gel”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi

pada Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, telah banyak pihak yang berperan

dalam memberikan bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Nelly Suryani Ph.D, M.Si, Apt dan ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt

yang dengan sabar memberikan ilmu, pengarahan, bimbingan, nasehat,

waktu, tenaga, dan petunjuk selama penyusunan skripsi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. dr. (hc). M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku ketua Prodi Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu

pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Suyud Safari, S.T dan Ibu Hj. Eris

Darsawati, S.Pd, M.M, yang telah menjadi orang tua terhebat dan selalu

memberikan curahan kasih sayang, do’a, nasehat, dukungan moral maupun materil. Tidak ada apapun di dunia ini yang dapat membalas semua

kebaikan, cinta, dan kasih sayang yang telah kalian berikan kepada

anakmu, semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan cinta kasih

kepada kedua orang tua hamba.

6. Adik dan kakak tersayang Salmaraisa Estri Suyudi, Sayid Mufti Suyudi,

(9)

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan yang telah memberi bimbingan dan

bantuan selama menempuh pendidikan di Prodi Studi Farmasi FKIK.

8. Seluruh kakak laboran FKIK (kak Lisna, kak Eris, kak Rahmadi, kak Rani,

kak Liken dan kak Tiwi) atas dukungan dan kerjasamanya selama

melakukan penelitian dan praktikum di laboratorium.

9. Teman-teman farmasi 2010 “Andalusia” yang selalu kompak dalam suka

maupun duka.

10.Myra Kharisma Izzati, Auva Marwah Murod, Annisa N.F Ahmadita,

Mayta Ravika, Yeyet Durotul Yatimah, dan Suchinda Fer Harti atas

kebersamaan selama ini serta selalu memberi dukungan selama

melakukaan penelitian.

11.Teman-teman satu laboratorium selama penelitian, Myra, Maya, Hanny,

Liana, Desi, Desti, Dwikky, Afifah, Yanti, Hadi, Mirza, dan Deisy yang

telah melewati penelitian bersama – sama serta saling membantu satu

sama lain.

12.Semua teman kosan “ibu ida”, Hissi Fitriyah, Diyah, Uci, dan bu Ida serta

teman – teman kosan “bu Selly”, Annisa Alfira, Yuni, Chaya, Mala, Ifo,

Farida, dan Desi, serta ibu dan keluarga.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu.

Semoga bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terciptanya

kebaikan akan penulis nantikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

semua pihak yang membutuhkan serta dapat dijadikan referensi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Oktober 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... x

DAFTAR ISI ... xi

4.1 Formulasi Gel Semprot kombinasi karbopol 940 dan HPMC ... 19

(12)

4.3 Evaluasi Homogenitas Sediaan ... 21

4.4 Evaluasi pH Sediaan ... 21

4.5 Evaluasi Viskositas Sediaan ... 22

4.6 Evaluasi Pola Penyemprotan ... 23

4.7 Evaluasi Daya Sebar Lekat ... 23

4.8 Evaluasi Stabilitas ... 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formulasi Gel Semprot ... 16

Tabel 4.1 Evaluasi Kekeruhan ... 20

Tabel 4.2 Evaluasi Gelembung Udara ... 20

Tabel 4.3 Evaluasi pH Sediaan ... 21

Tabel 4.4 Evaluasi Viskositas Sediaan ... 22

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Karbopol ... 6

Gambar 2.2 Stuktur Sistemik dari cross-linked polimer asam poliakrilik ... 7

Gambar 2.3 Reaksi Karbopol dengan penambahan basa ... 8

Gambar 2.4 Struktur Hidroksipropil Metilselulosa ... 9

Gambar 2.5 Struktur Propilen Glikol ... 11

Gambar 2.6 Struktur Trietanolamin ... 12

Gambar 2.7 Struktur Metil Paraben ... 13

Gambar 2.8 Struktur Propil Paraben ... 13

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ... 30

Lampiran 2. Alat – alat dalam Penelitian ... 31

Lampiran 3. Evaluasi Daya Sebar Lekat ... 31

Lampiran 4. Gambar Hasil Uji Cycling Test ... 32

Lampiran 5. Gambar Hasil Uji Sentrifugasi ... 33

Lampiran 6. Tabel Pola Penyemprotan Formulasi Gel Semprot ... 34

Lampiran 7. Gambar Pola Penyemprotan Formula A ... 36

Lampiran 8. Gambar Pola Penyemprotan Formula B ... 37

Lampiran 9. Gambar Pola Penyemprotan Formula C ... 38

Lampiran 10. Gambar Pola Penyemprotan Formula D ... 39

Lampiran 11. Gambar Pola Penyemprotan Formula E ... 40

Lampiran 12. Sertifikat Analisa Karbopol 940 ... 41

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gel sangat ideal digunakan sebagai penutup luka karena terasa

dingin di permukaan luka, menurunkan rasa sakit, dan meningkatkan

penerimaan konsumen (Boateng, Joshua C., et al., 2008). Salah satu bentuk pengembangan sediaan gel sebagai penutup luka adalah dalam bentuk gel

semprot (spray gel). Bentuk ini memiliki keuntungan dimana dengan teknik semprot memungkinkan sediaan yang akan dihantarkan ke luka tanpa

melalui kontak dengan kapas swab, sehingga dapat meminimalkan limbah, mengurangi kemungkinan kontaminasi atau infeksi dan trauma pada pasien.

Selain itu, sediaan topikal dengan teknik semprot lebih disukai dibandingkan

salep atau gel yang dioleskan, terutama untuk luka di kulit (Jáuregui K.M.G,

2009).

Menurut Kamishita, Takuzo., et al., (1992), salah satu polimer yang dapat digunakan sebagai basis gel semprot adalah carboxyvinyl polimer atau karbopol yang juga sudah banyak digunakan sebagai pembentuk gel. Selain

karbopol, beberapa polimer yang telah dicoba adalah hidroksipropil

selulosa, hidroksipropil metilselulosa, polivinil alkohol, polivinilpirolidon,

gelatin, dan natrium alginat. Takuzo juga menyatakan bahwa karbopol 0,4%

dengan NaCl 0,27% serta karbopol 0,6% dengan NaCl 0,45% memiliki daya

sebar-lekat yang baik, namun polimer lainnya dalam penelitian ini tidak

dapat digunakan sebagai pembentuk gel karena tidak dapat disemprotkan

dari alat.

Karbopol merupakan salah satu pembentuk gel yang banyak

digunakan karena dengan konsentrasi yang kecil dapat menghasilkan gel

dengan viskositas yang tinggi (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

HPMC merupakan salah satu polimer semisintetik turunan selulosa yang

dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki

viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang (Rowe, R.C., Paul,

(17)

2

gel yang bening dan mudah larut dalam air. Perbedaan kedua pembentuk gel

ini adalah HPMC memiliki daya pengikat zat aktif yang kuat dibandingkan

dengan karbopol 940 (Purnomo, Hari., 2012). Kombinasi ini diharapkan

dapat diaplikasikan sebagai pembentuk gel dalam formulasi gel semprot

dengan membentuk pola semprot yang menyebar.

Dari uraian di atas, dilakukan pembuatan sediaan gel semprot dengan

menggunakan kombinasi karbopol dan HPMC dengan perbandingan 0,4:0,4

%, 0,4:0,8 %, 0,8:0,4 %, 0,6:0,6 %, 1,2:0,6 %, dan 0,6%:1,2 %.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pembentuk gel kombinasi karbopol 940 dan HPMC dapat

dijadikan sediaan gel semprot?

2. Bagaimana karakteristik gel semprot yang dihasilkan dari kombinasi

karbopol 940 dan HPMC?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah pembentuk gel kombinasi karbopol 940 dan

HPMC dapat dibuat menjadi sediaan gel semprot.

2. Untuk mengetahui karakteristik gel semprot yang dihasilkan dari

kombinasi karbopol 940 dan HPMC.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terkait

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel

Gel, kadang kadang disebut Jeli, merupakan sistem semi padat terdiri

dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes, 1995). Gel

didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

dispersi yang tersusun baik partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel dalam makna

makromolekulnya disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada

batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fasa (Ansel, 1989).

Sistem dispersi gel merupakan sistem koloid, dibedakan menjadi gel

sistem fasa tunggal dan gel sistem fasa rangkap. Jika massa gel terdiri dari

jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua

fasa. Dalam sistem dua fasa, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative

besar, massa gel kadang kadang dinyatakan sebagai magma. Gel fasa

tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu

cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro

yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari

makromolekul sintetik (seperti karbomer) atau dari gom alam (misalnya

Tragakan). Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal

atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Depkes,1995)

Gel mempunyai kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling

menganyam dari fase terdispersi yang mengurung dan saling memegang

medium pendispersi. Perubahan temperatur dapat menyebabkan gel tertentu

mendapatkan kembali bentuk sol atau bentuk cairnya. Juga beberapa gel

menjadi encer setelah pengocokan dan segera menjadi setengah padat atau

padat kembali setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu,

peristiwa ini dikenal sebagai tiksotropi (Ansel, 1989).

(19)

4

paraffin cair, polietilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silika

koloid atau sabun sabun aluminium atau seng. Sedangkan hydrophylic gels,

basisnya terbuat dari air, gliserol atau propilen glikol, yang ditambah gelling

agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium-aluminum

silikat (Gaur et al., 2008).

2.2 Gel Semprot (Spray Gel)

Gel semprot atau spray gel menurut Holland, Troy., et al., (2002) mengatakan istilah "gel atau hidrogel" mengacu pada bahan yang memiliki

fase berair dengan setidaknya 10% sampai 90% dari berat sediaan, dan

Istilah "semprot atau spray" mengacu pada komposisi yang dikabutkan,

seperti terdiri dari tetesan cairan berukuran kecil atau besar, yang diterapkan

melalui aplikator aerosol atau pompa semprot.

Sediaan dalam bentuk semprot yang diketahui selama ini adalah

aerosol dengan menggunakan hidrokarbon fluoride (seperti Freon) sebagai

propelan, menggunakan tangan mengoperasikan alat yang berisi larutan

dengan zat aktif tertentu dengan cara disemprotkan. Namun, kekurangan

Aerosol yang menggunakan propelan adalah kurang maksimalnya

penghantaran obat ke kulit serta terkadang terdapat zat aktif yang kurang

larut dalam sediaan aerosol, serta penggunaan propelan yang dapat

berpengaruh secara serius terhadap lapisan stratosphere ozon. Sedangkan kekurangan spray yang berisi larutan tanpa propelan adalah sifat lekatnya

yang tidak baik di kulit dan zat aktif yang larut dalam lemak belum dapat

digunakan dalam sediaan ini. Gel semprot dapat mengatasi masalah Aerosol

dan larutan semprot karena mengandung bahan pengental yang dapat

bertahan ketika diaplikasikan serta tidak mengandung propelan yang

berbahaya (Kamishita, Takuzo., et al., 1992)

Teknik semprot merupakan salah satu sediaan baru yang memiliki

keuntungan dimana dengan teknik semprot memungkinkan sediaan yang

akan dihantarkan ke luka tanpa melalui kontak dengan kapas swab, sehingga dapat meminimalkan limbah, mengurangi kemungkinan kontaminasi atau

(20)

5

disukai dibandingkan salep atau gel, terutama untuk luka di kulit (Jáuregui

K.M.G, 2009). Spraydelivery dapat meningkatkan penetrasi polimer ke area luka sehingga membuat potensi pengiriman zat aktif semakin efisien. Spray

dapat diaplikasikan ke luka berukuran kecil dan besar menggunakan alat

yang sama (Scales T.J, 1963).

Mekanisme Gel semprot atau spray gel dijelaskan dalam Porzio, S., (1998) yaitu keadaan stress, yang disebabkan oleh mekanisme

penyemprotan mekanik akan menyebabkan penurunan viskositas dari

formulasi. Produk selesai disemprotkan, keadaan bebas dari stress atau

tekanan, secara cepat kembali ke konsistensi bentuk semula.

Salah satu komponen yang mempengaruhi gel semprot adalah

viskositas. Viskositas harus cukup rendah sehingga dapat disemprotkan

menggunakan alat semprot. Secara umum, viskositas kurang dari 400 cPs,

bisa juga kurang dari 300 atau 200 cPs untuk sediaan aerosol, sedangkan

untuk pump spray memerlukan viskositas yang lebih rendah sekitar 150 cPs. (Holland, Troy., et al., 2002), Sedangkan menurut Kamishita, Takuzo., et al., (1992) Viskositas dari Basis spray gel berkisar antara 800 – 3000 cPs. Ketika sediaan memilik viskositas yang tinggi maka ketika dipaksa untuk

disemprotkan, ukuran partikel dari spray enjadi sangat besar dan ketika

viskositas semakin besar maka akan semakin sulit disemrotkan bahkan

hingga tidak dapat di semprotkan.

Menurut Kamishita, Takuzo., et al., (1992) gel semprot dapat diformulasikan dengan obat yang larut maupun tidak larut dalam air. Ketika

menggunakan obat yang tidak larut dalam air maka zat aktif terlebih dahulu

dilarutkan atau didispersikan dalam pelarut organic atau pelarut yang dapat

melarutkan zat aktif namun dapat larut dalam air (water-soluble organic solvent). Contoh pelarut tersebut adalah surfakran, alkohol dengan rumus molekul rendah (etanol, isopropanol), dan golongan glikol (propilen glikol,

(21)

6

2.3 Formulasi Gel Semprot A. Karbopol

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.1 Struktur karbopol

Carbopol atau Carbomer adalah serbuk berwarna Putih, fluffy, asam, dan higroskopis dengan karakteristik sedikit bau. Karbopol dapat

mengembang di air dan gliserin, dan setelah dinetralkan, dengan Etanol

(95%). Karbopol tidak larut tapi mengembang menjadi luar biasa semenjak

karbopol adalah mikrogel silang tiga-dimensi. Karbopol biasa digunakan

dalam sediaan formulasi farmasi berupa cairan atau semisolid seperti krim,

gel, lotion, dan salep dalam sediaan mata, rectal, vaginal, dan topikal

sebagai agen modifikasi reologi. Kegunaan karbopol diantaranya adalah

sebagai material Bioadhesive, controlled-release agent, agen pengemulsi, penstabil emulsi, agen modifikasi reologi, zat penstabil, zat pensuspensi, dan

zat pengikat tablet. Persentasi penggunaan karbopol sebagai zat pengemulsi

adalah 0,1 – 0,5 %, sebagai gelling agent 0,5 – 2,0 %, sebagai zat pensuspensi 0,5 – 1,0 %, sebagai pengikat dalam formulasi tablet 0,75 – 3,0

%, dan sebagai controlled-release agent 5,0 – 30,0 %. (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

Polimer karbopol merupakan produk komersial yang tersedia dari

polimer asam poliakrilat. Polimer karbopol yang ada dalam bentuk flokulat

terdiri dari partikel utama yang tidak dapat dipisahkan yang mengandung

jaringan dari rantai cross-linked polimer. Ketika kontak dengan air dan terbongkar menjadi pH netral, flokul dapat mengembang hingga 1000 kali

dari volumenya dan dapat dianggap sebagai partikel gel yang mengembang.

(22)

7

membentuk jaringan gel secara kontinyu dalam sampel (Hagerström,

Helene., 2003).

(Hagerström. Helene, 2003)

Gambar 2.2 Struktur skematik dari cross-link polimer asam poliakrilik. R dapat menjadi alil sukrosa, alil pentaerithritol, divinil glikol.

Karbopol tipe 940 dengan rumus molekul (C3H4O2)n untuk jenis 940

mempunyai berat molekul monomer sekitar 72 gram/mol dan karbopol 940

teridiri dari 1450 monomer. (Avinash, 2006). Karbopol 940 merupakan

cross-linked antara poliakrilat dengan divinil glikol, merupakan sebuah

hidrogel anionik yang digunakan untuk meningkatkan kekentalan. (Lee,

Ji-seok., and Ki-Wong Song, 2011). Karbopol dengan luar biasa baik dalam

hal kejernihan optik (bening) dan segi kekuatan kekentalan membuat

karbopol sangat efektif dan ekonomis. Setelah dineralkan, karbopol dapat

digunakan sebagai emulsifikasi, stabilitas, dan control reologi dalam

industry kosmetik dan farmasi. Karbopol juga dapat digunakan untuk

mengatur lepasnya sediaan (control-release) tablet. Beberapa keuntungan menggunakan karbopol adalah viskositas tinggi pada konsentrasi rendah,

interval viskositas beragam dan karakteristik alir yang baik, ketercampuran

dengan banyak zat aktif, sifat bioadhesif, suhu stabil, dan karakteristik

organoleptik yang bagus dan penerimaan oleh pasien baik. (Mohammad T.

Islam, Naı´r Rodrı´guez-Hornedo, Susan Ciotti, and Chrisita Ackermann,

2004).

Karbopol dinetralkan dengan mengunakan basa karena sifatnya yang

(23)

8

penetral, kemungkinan partikel karbopol menjadi gel dalam berbagai cairan

semipolar atau dalam campuran dengan beberapa larutan dalam air.

Ketercampuran dari polimer dengan pelarut bergantung pada formasi dari

pasangan ion dengan amina (Mohammad T, Islam., Nai’r Rodri’guez

-Hornedo, Susan Ciotti, and Christinna Ackermann, 2004). Pada pH asam,

gugus karboksil pada struktur molekul karbopol tidak terionisasi. Apabila

pH dispersi karbopol di netralkan dengan penambahan suatu basa, maka

secara progresif gugus karboksil akan terionisasi. Adanya gaya tolak -

menolak antara gugus yang terionkan menyebabkan ikatan hidrogen pada

gugus karboksil meregang sehingga terjadi peningkatan viskositas (Florence

and Attwood, 1998 dalam Tristiana, Erawati., 2005).

(Im Jak, Jeon., 2007)

(24)

9

B. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.4 Struktur hidroksipropil metilselulosa.

Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) atau hipermelosa berbentuk

serbuk granul atau serat berwarna putih atau putih-krem. HPMC larut dalam

air dingin, membentuk larutan koloid kental, praktis tidak larut dalam air

panas, kloroform, etanol (95%), dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol

dan diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan campuran air

dan alcohol. HPMC secara luas digunakan sebagai bahan tambahan dalam

formulasi sediaan farmasi oral, mata, hidung, dan topikal. Selain itu HPMC

digunakan juga secara luas dalam kosmetik dan produk makanan. Kegunaan

HPMC diantaranya sebagai zat peningkat viskositas, zat pendispersi, zat

pengemulsi, penstabil emulsi, zat penstabil, zat pensuspensi, sustained-release agent, pengikat pada sediaan tablet, dan zat pengental (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

Hidroksipropil Metilselulosa adalah serbuk yang mudah mengalir

merupakan sintesis modifikasi polimer alam, seluosa. Secara spesifik, adalah

modifikasi alkali selulosa, dimana di produksi dari pulp kayualami yang

direaksikan dengan 18% larutan NaOH. Alasan penggunaannya yang

diterima meliputi karakteristik kelarutan dari polimer ini dalam larutan

gastrointestinal, dan dalam sistem pelarut organik maupun aqua, tidak

menggangu disintegrasi tablet dan bioavailabilitas tablet, stabil terhadap

panas, cahaya, udara, atau kelembapan, kemampuan warna dan zat aktif

lainnya dalam film tanpa kesulitan. HPMC biasa digunakan dalam salut

film. Campuran polimer HPMC dengan polimer lainnya atau plaztisizer

(25)

10

2NaCl + 2H2O Cl2 + H2 + 2NaOH

eter selulosa dimana mungkin digunakan untuk matriks hidrofilik untuk

sistem penghantaran obat pelepasan terkendali (Ghosal. Kajal, Subrata

Chakrabarty and Arunabha Nanda, 2011).

Mekanisme pembentukan gel oleh golongan sintetik dan derivat

selulosa disebabkan adanya interaksi antara polimer-pelarut atau terjadi

penggabungan antara molekul polimer yang menyebabkan jarak antar

partikel menjadi kecil dan terbentuk ikatan silang antar molekul yang

jumlahnya makin lama makin banyak. Ikatan silang antar molekul akan

mengurangi mobilitas pelarut dan terbentuk massa gel. Ikatan yang

terbentuk ini akan memerangkap zat aktif sehingga pada saat penggunaan

dapat dilepaskan melalui gel (Swarbrick, J and Boylan, J.C., 1992, dalam

Deasy, Natasya., 2013).

C. Natrium Klorida

Natrium klorida merupakan senyawa ion dengan rumus NaCl.

Natrium Klorida dalam formulasi dapat digunakan sebagai pengatur

tonisitas, selain digunakan dalam sediaan parenteral, NaCl juga dapat

digunakan sebagai diluent dalam pembuatan tablet dan kapsul, dalam

suspensi flokulasi terkendali, dan sebagai lubrikan tablet yang bersifat larut

air. NaCl sedikit larut dalam etanol, 1:250 dalam etanol (95%), 1:10 dalam

gliserin, 1:2,8 dalam air (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2006)

Natrium klorida adalah garam yang berbentuk kristal atau bubuk

berwarna putih NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol.

NaCl juga merupakan senyawa yang berlimpah di alam (Rowe, R.C., Paul,

J.S., dan Marian, 2009) Berikut merupakan reaksi Natrium Klorida dalam

air :

Natrium klorida digunakan dalam proses kimia untuk skala besar

produksi senyawa yang mengandung sodium atau khlor. Sejak akhir abad

ke-19, pada waktu proses elektrolisis secara besar – besaran diperkenalkan

(26)

11

misalnya Natrium Hidroksida, Asam Klorida, Natrium Karbonat, Natrium

Sulfat, dan senyawa - senyawa lainnya.

Normal Saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan

cairan yang bersifat fisiologis, non toksis, dan tidak mahal. NaCl dalam

setiap liternya mempunyai komposisi Natrium klorida 9,0 gram dengan

osmolalitas 308 mOsm/l setara dengan ion - ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154

mEq/l.

NaCl dalam penelitian ini digunakan sebagai pengatur viskositas

karbopol (Takuzo et al., 1992). Penambahan garam akan mempengaruhi secara signifikan viskositas dari karbopol. Penambahan garam seperti NaCl

ke dalam gel karbopol secara langsung tidak direkomendasikan, melainkan

menambahkannya sedikit demi sedikit ketika NaCl digunakan dalam

formulasi. Efek garam dapat digunakan untuk membantu penyebaran produk

ke kulit ketika diaplikasikan (Asland, 2000). Penambahan NaCl

mempengaruhi kekeruhan gel karbopol. Dimana semakin banyak

konsentrasi NaCl yang digunakan akan membuat sediaan menjadi keruh

dibandingkan dengan gel karbopol tanpa NaCl. Hal ini terjadi akibat daya

hidrasi NaCl lebih besar sehingga lebih larut dalam air, mendesak ikatan

karbopol dengan air. Interaksi antara molekul garam dengan molekul air

menyebabkan penurunan kelarutan karbomer yang disebut dengan Salting Out (Zalts J.A, dalam Tristiana, Erawati., 2005).

D. Propilen Glikol (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.5 Struktur propilen glikol

Propilen glikol (C3H8O2)merupakan cairan bening, tidak berwarna,

kental, praktis tidak berbau, manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam

(27)

12

(95%), gliserin, dan air; larut pada 1 pada 6 bagian eter, tidak larut dengan

minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan melarutkan beberapa

minyak esensial. Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut,

ekstraktan, dan pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan

nonparenteral. Pelarut ini umumnya lebih baik dari gliserin dan melarutkan

berbagai macam bahan, seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturat,

vitamin (A dan D), alkaloid, dan banyak anestesi lokal. Propilenglikol biasa

digunakan sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan,

plasticizer, pelarut, dan zat penstabil. Sebagai humektan, konsentrasi

propilenglikol yang biasa digunakan adalah 15% (Rowe, R.C., Paul, J.S.,

dan Marian, 2009).

E. Trietanolamin (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.6 Struktur trietanolamin

Trietanolamin (TEA) berbentuk larutan viskos yang bening, tidak

berwarna hingga sedikit kuning yang memiliki bau sedikit amoniak.

Trietanolamin digunakan sebagai agen pembasa dan agen pengemulsi.

Trietanolmain dapat berubah menjadi coklat ketika terpapar udara dan

cahaya. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah bebas udara yang

terlindung dari cahaya, dalam tempat dingin dan kering. Trietanolamin dapat

bercampur dengan air, metanol, karbon tetraklorida, aseton, dapat larut

dalam benzena dan etil eter dengan perbandingan 1:20 dan 1:63 dalam suhu

20ºC. trietanolamin banyak digunakan dalam formasi garam untuk larutan

injeksi dan preparasi analgesic topikal. TEA juga dapat digunakan dalam

(28)

13

juga biasa digunakan sebagai buffer, pelarut, dan plasticizer polimer, atau humektan.

F. Metil Paraben (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.7 Struktur metil paraben

Metil paraben (C8H8O3) atau Nipagin berbentuk kristal tak berwarna

atau bubuk kristal putih. Zat ini tidak berbau atau hampir tidak berbau. Metil

paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,

produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Metil paraben dapat

digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lain atau dengan zat

antimikroba lainnya. Metil paraben merupakan paraben yang paling aktif.

Aktivitas antimikroba meningkat dengan meningkatnya panjang rantai alkil.

Aktivitas zat dapat diperbaiki dengan menggunakan kombinasi paraben

yang memiliki efek sinergis terjadi. Kombinasi yang sering digunakan

adalah dengan metil-, etil-, propil-, dan butil paraben. Aktivitas metil

paraben juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti:

propilen glikol (2-5%), feniletil alkohol, dan asam edetat.

G. Propil Paraben (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

(29)

14

Propil paraben (C10H12O3) atau nipasol berbentuk bubuk putih,

kristal, tidak berbau, dan tidak berasa. Propil paraben banyak digunakan

sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan

formulasi sediaan farmasi. Propil paraben menunjukkan aktivitas

antimikroba antara pH 4 - 8. Efikasi pengawet menurun dengan

meningkatnya pH karena pembentukan anion fenolat. Paraben lebih aktif

terhadap ragi dan jamur daripada terhadap bakteri. Mereka juga lebih aktif

terhadap gram-positif dibandingkan terhadap bakteri gram-negatif.

H. Etanol (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

(Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009)

Gambar 2.9 Struktur alkohol atau etanol

Ethanol atau Alcohol adalah cairan bening, tidak berwarna, mobile,

dan mudah sedikit menguap, dengan karakteristik bau yang khas dan rasa

terbakar. Kelarutan terlarut campur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air

(dengan kenaikan suhu dan kontraksi volume). Larutan etanol dengan

berbagai konsentrasi biasa digunakan dalam formulasi farmasi dan

kosmetik, ini juga dapat digunakan sebagai disinfektan, dan dalam larutan

sebagai pengawet antimikroba. Larutan etanol topikal digunakan dalam

pengembangan system penghantaran transdermal sebagai permeation

enhancer. Etanol juga digunakan dalam pengembangan preparasi

(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi (Laboratorium

Penelitian II dan Laboratorium Kimia Obat) Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dari bulan

Juni hingga September 2014.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah Lumpang dan alu, timbangan analitik,

batang pengaduk, spatula, hot plate (maspion), alumunium foil, becker glass

(Pyrex), kaca arloji, buret, pH meter (Horiba), Viskometer (Haake), oven,

lemari pendingin, botol semprot, plastic mika (Asahi)

3.3 Bahan

Aquadest, Karbopol 940 (Sahdong Bio-Technology), Hidroksipropil

Metilselulosa atau HPMC (ShiEtSu), Propilen Glikol (Bumi Indah Group),

Trietanolamine (Bumi Indah Group), Metil Paraben atau Nipagin (Brataco),

(31)

16

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Formulasi Gel Semprot

Tabel 3.1 Tabel Formulasi Gel Semprot

Bahan (%) Formula

trietanolamine dalam bentuk tetesan atau ml.

b. Karbopol didispersikan di air dingin dan ditambahkan air panas

hingga karbopol terdispersi seluruhnya, kemudian ditambahkan TEA

hingga terbentuk massa gel yang transparan.

c. HPMC didispersikan di air dingin dan ditambahkan air hangat

hingga HPMC terdispersi seluruhnya dan menjadi cairan bening

dengan konsistensi yang cukup kental.

d. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam etanol.

e. Natrium klorida (NaCl) dilarutkan dalam 30 ml aquadest panas

(aquadest diambil dari aquadest tiap formula) dan dimasukkan ke

dalam buret.

f. Karbopol dan HPMC dicampurkan hingga homogen di dalam

(32)

17

etanol, dan aquadest. Sediaan diaduk dengan pelan menggunakan

tangan hingga semua bahan tercampur.

g. Sediaan di titrasi dengan NaCl dengan indikator kekeruhan, ketika

sediaan yang bening transparan sudah berubah menjadi keruh maka

proses dihentikan.

h. Sediaan ditambahkan dengan aquadest sisa yang sudah ditimbang

dan ditambahkan aquadest hingga sediaan mencapai 200 gram.

3.4.2 Evaluasi Gel Semprot

a. Pemeriksaan Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan

dengan cara melakukan pengamatan warna, bau, dan tekstur dari

sediaan yang telah dibuat (Djajadisastra Joshita., Abdul Mun’im,

Dessy NP., 2009).

b. Pemeriksaan Homogenitas

Sediaan gel diuji homogenitasnya dengan mengoleskannya pada

sekeping kaca preparat (transparan). Dilihat ada tidaknya partikel / zat

yang belum tercampur secara homogen (Sudjono, T.A, Mimin

Honniasih, Yunita Ratna pratimasari, 2012).

c. Pengukuran Viskositas

Sediaan disiapkan dalam becker glass 100 ml, kemudian spindle dengan nomor tertentu dan kecepatan tertentu (rpm) disetel kemudian

dicelupkan ke dalam sediaan sampai alat menunjukkan nilai viskositas

sediaan. Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat Viskometer

Haake merupakan nilai viskositas sediaan (Septiani, S., N. Wathoni,

dan S. R. Mita. 2011). Evaluasi viskositas, dilakukan dengan

menggunakan Spindel R5 dengan kecepatan 30 rpm.

d. Pengukuran pH

Sediaan gel diukur pH nya menggunakan pH meter yang telah di

kalibrasi (Sudjono, T.A, Mimin Honniasih, Yunita Ratna pratimasari,

(33)

18

e. Pemeriksaan Pola Penyemprotan

Sediaan disemprotkan pada selembar plastik yang sudah diukur

beratnya dan sudah diberi nomor dengan jarak 3 cm, 5 cm, 10 cm, 15

cm, dan 20 cm kemudian diukur waktu mengering menggunakan

stopwatch dan ditimbang setalah disemprotkan. Pengujian setiap jarak dilakukan secara triplo, pada uji ini yang diamati adalah pola

pembentukan semprotan, diameter dari pola semprot yang terbentuk,

dan banyaknya sediaan yang keluar (gram) setiap semprotnya dengan

jarak yang sama.

f. Pengujian Daya Sebar Lekat

Uji ini dilakukan di kulit dengan cara disemprotkan pada bagian

lengan atas dari jarak 30 mm atau 3 cm. Setelah disemprotkan dihitung

selama 10 detik untuk melihat apakah sediaan menempel atau tetesan

dari hasil semprot menetes ke bawah (Kamishita T et al., 1992). g. Uji Stabilitas

1) Uji Sentrifugasi

Sebanyak 10 gram sediaan ditimbang dan dimasukkan dalam

tabung sentifuge kemudian dimasukkan ke dalam alat, diatur kecepatan 5000 rpm dalam waktu 30 menit (Budiman, 2012).

2) Cycling Test

Sediaan diletakkan pada suhu (4±2ºC) selama 48 jam

dilanjutkan dengan meletakkan sampel sediaan pada suhu (40±2ºC)

selama 48 jam (1 siklus). Pengujian dilakukan sebanyak 3 siklus

dan diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan gel pada awal

dan akhir siklus yang meliputi organoleptis, homogenitas,

viskositas, dan pH (Djajadisastra Joshita., Abdul Mun’im, Dessy

(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi Gel Semprot dengan Kombinasi Karbopol 940 dan HPMC Dalam penelitian ini dilakukan formulasi gel semprot dengan

kombinasi karbopol 940 dan HPMC sebagai pembentuk gel, trietanolamin

sebagai pembasa, propilen glikol sebagai humektan, metil dan propil

paraben sebagai pengawet, dan NaCl sebagai pengatur viskositas.

Pada proses pengembangan karbopol dengan menggunakan

trietanolamin, karbopol mengembang menjadi gel bening yang kaku, proses

ini terjadi karena karbopol merupakan polimer anionik yang bersifat asam

bebas dalam media air karbopol mula - mula terdispersi secara seragam

kemudian gel dinetralkan dengan basa maka terjadi kerenggangan muatan

negatif sepanjang rantai polimer dan menyebabkan polimer menjadi terurai

lalu mengembang membentuk sediaan semipadat (Mulyono, dan Tri Suseno,

2010) dan menjadi sedikit kaku (Viota, Julia., Juan de Vicente, Maria M.

Ramos-Tejada, dan Juan D.G. Dura´n, 2004).

Ketika penambahan media air, baik itu aquadest maupun zat

tambahan berupa larutan lainnya, ke dalam karbopol maka volume menjadi

lebih banyak namun gel tetap mempertahankan konsistensinya. Hal ini

karena karbopol mengandung jaringan dari rantai cross-linked ketika kontak dengan air dan terbongkar dalam pH netral, sehingga karbopol dapat

mengembang hingga 1000 kali dari volumenya (Hagerstöm, Helene., 2003)

dan 10 kali dari diameter awal untuk membentuk sebuah gel (Lee, Ji-seok.,

and Ki-Wong Song, 2011).

Sediaan gel yang sudah ditambahkan zat - zat tambahan dalam

formula kemudian ditambahkan larutan NaCl dan viskositas sediaan

menurun. Hal ini karena penambahan elektrolit dapat menyebabkan

penurunan viskositas sediaan gel karbopol (Allen, 1997 dalam Tristiana,

(35)

20

4.2 Pemeriksaan Organoleptik Sediaan

Tabel 4.1 Evaluasi Kekeruhan

++ = Perubahan dari bening menjadi keruh +++ = Keruh berwarna putih

Tabel 4.2 Evaluasi Gelembung udara Formula Hasil

+ = Gelembung udara yang terperangkap berjumlah sangat sedikit

++ = Gelembung udara yang terperangkap berjumlah kurang lebih setengah dari sediaan. +++ = Gelembung udara yang terperangkap dalam sediaan penuh

Dari segi organoleptik, penambahan NaCl mempengaruhi kekeruhan

sediaan. Dimana semakin banyak konsentrasi NaCl yang digunakan akan

membuat sediaan menjadi keruh dibandingkan dengan gel karbopol tanpa

NaCl. Hal ini terjadi akibat daya hidrasi NaCl lebih besar sehingga lebih

larut dalam air, mendesak ikatan karbopol dengan air. Interaksi antara

molekul garam dengan molekul air menyebabkan penurunan kelarutan

karbopol yang disebut dengan salting out (Zalts J.A, dalam Tristiana, Erawati., 2005). Perbedaan profil kekeruhan disebabkan karena konsentrasi

NaCl yang digunakan dalam setiap formula berbeda. Penambahan larutan

NaCl (dengan konsentrasi NaCl masing - masing) pada formula A, B, dan C

sebanyak 7 ml sedangkan pada formula D, E, dan F sebanyak 4 ml

(36)

21

dimana formula A, B, dan C lebih keruh dibandingkan formula D, E, dan F.

Hal ini karena pada formula A, B, dan C konsentrasi karbopol lebih kecil

namun penambahan NaCl lebih banyak dibandingkan formula D, E, dan F.

Banyaknya gelembung udara dalam sediaan terbentuk setelah

karbopol dinetralkan dengan menggunakan basa. Hal ini disebabkan karena

penambahan basa terhadap karbopol dilakukan dengan segera setelah

karbopol terdispersi dalam air. Menurut Lin, Tong Joe., (1968) polimer

karbopol tidak memiliki pengaruh terhadap pembentukan udara kecuali

ketika dinetralkan, gel akan menjerat udara dan menghasilkan gelembung di

dalamnya. Untuk menghindari pembentukan gelembung dapat dilakukan

dengan cara penambahan basa dilakukan setelah karbopol yang sudah

terdispersi dalam air didiamkan selama beberapa jam (Lin, Tong Joe., 1968).

4.3 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan

Homogenitas sediaan dapat dilihat dengan menggunakan kaca

preparat dan didapatkan hasil bahwa tidak adanya partikel padat yang

terdapat dalam gel, serta tidak adanya pembentuk gel yang masih

menggumpal atau tidak merata dalam sediaan.

4.4 Evaluasi pH Sediaan

Tabel 4.3 Evaluasi pH Sediaan

Formula pH

Awal : pemeriksaan pH sebelum dilakukan Cycling Test. Akhir : pemeriksaan pH setelah Cycling Test.

Pada evaluasi ini pH sediaan A-F berada di rentang 5,1 – 5,9 karena

penggunaan TEA untuk menetralkan karbopol yang digunakan dalam setiap

formula berbeda, maka nilai pH dari setiap formula berbeda. Meskipun

(37)

22

(Sudjono, T.A., Honniasih, M., & Pratimasari, Y.T. 2012). pH tidak boleh

terlalu asam karena dapat mengiritasi kulit dan tidak boleh terlalu basa

karena dapat membuat kulit menjadi bersisik (Dureja, 2010, Vasiljevic.,

2005 dalam Sharon, Nela.,Syariful Anam, Yuliet,2013).

4.5 Evaluasi Viskositas Sediaan

Tabel 4.4 Hasil Viskositas Sediaan Formula Viskositas (cPs)

Awal : pemeriksaan viskositas sebelum cycling test

Akhir : pemeriksaan viskositas setelah cycling test

Sediaan gel formulasi B dan E dengan perbandingan karbopol 2:1

merupakan sediaan yang memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan

dengan formula A, C, dan D karena perbandingan karbopol yang digunakan

lebih banyak. Meningkatnya viskositas sebanding dengan peningkatan

konsentrasi polimer yang digunakan (Dhanekula Sailaja, Prathima Srinivas,

Sadanandam Mamidi, 2013). Pada formula F perbandingan polimer adalah

1:2 dengan total konsentrasi polimer 1,8% (karbopol 0,6 % dan HPMC 1,2

%) memiliki viskositas yang tinggi yaitu 68.000 cPs dan dapat terdeteksi

menggunakan spindel R6.

Viskositas sediaan yang beragam ditentukan oleh penambahan

larutan NaCl ke dalam sediaan, penambahan NaCl yang terlalu banyak ke

dalam gel karbopol akan menyebabkan keadaan salting out, oleh sebab itu NaCl yang ditambahkan ke dalam gel sedikit sehingga viskositas gel yang

kaku dan sangat kental tidak menurun secara drastis.

Pengaruh penambahan NaCl terhadap HPMC dijelaskan dalam Joshi,

Sunil C., (2011) dimana kebanyakan dari jenis garam (seperti NaCl, KCl,

(38)

23

berefek salting-out, oleh karena itu menyebabkan kenaikan termogelasi dari HPMC dan kekuatan gel meningkat dalam keadaan ini dibandingkan dengan

penggunakan garam seperti NaI dan NaSCN yang menyebabkan keadaan

salting-in sehingga menurunkan termogelasi HPMC dan kekuatan gel menurun.

4.6 Evaluasi Pola Penyemprotan

Tabel 4.5 Tabel Berat/Semprot Formulasi Formula Berat rata-rata/semprot ± SD

A 0,296 ± 0,028

Hasil dari evaluasi pola penyemprotan dapat dilihat pada gambar di

Lampiran 10 dan untuk melihat ukuran dari setiap pola semprotan dapat

dilihat pada tabel di lampiran 8. Untuk Formula A, pola yang terbentuk bulat

menyebar seperti pola ketika air disemprotkan sedangkan untuk formula B

hingga E pola yang terbentuk adalah bulat tidak menyebar, hanya berada

pada satu titik lurus dari semprotan, berbentuk kecil dengan rata - rata

diameter 1 - 3 cm, sedangkan formula F tidak dapat disemprotkan.

Tekanan yang dibutuhkan untuk menyemprotkan sediaan formula A

paling sedikit karena viskositas formula A yang tidak terlalu tinggi,

sedangkan pada formula lainnya dikarenakan viskositas yang tinggi sediaan

menjadi sulit untuk disemprotkan dan membutuhkan tekanan yang lebih

besar dari formula A. Peningkatan kekuatan gel yang dihasilkan dari

keadaan salting out pada polimer HPMC berpengaruh terhadap tekanan yang dibutuhkan, semakin kuat ikatan dalam suatu gel akan memungkinkan

gel sulit disemprotkan dari alat semprot. Selain itu, peningkatan konsentrasi

karbopol akan meningkatkan viskositas dan meningkatkan tekanan yang

dibutuhkan untuk menyemprotkan gel dari alat semprot bahkan mungkin

(39)

24

4.7 Evaluasi Daya Sebar Lekat

Dari formulasi A-F, formula A, B, dan C tidak melekat atau mengalir

dari daerah semprot karena viskositas yang lebih rendah dibandingkan

formula D dan E yang dapat melekat setelah disemprotkan di kulit lengan

bagian atas lebih dari 10 detik, hal ini karena viskositas yang lebih tinggi

sehingga sediaan lebih kental. Sedangkan formula F tidak bisa disemprotkan

dari alat karena memiliki viskositas yang paling tinggi.

4.8 Evaluasi Stabilitas

Pada uji stabilitas dengan metode cycling test terdapat perubahan fisik yang terjadi pada sediaan, dimana ketika sediaan dalam lemari

pendingin (5°C) hampir semua sediaan berubah menjadi lebih keruh hingga

berwarna putih seperti susu sehingga tidak terlihat gelembung udara yang

terperangkap dalam sediaan, sedangkan ketika dimasukkan ke dalam oven

(40°C) sediaan kembali ke bentuk awal dengan profil kekeruhan masing -

masing, dan terlihat gelembung udara yang terperangkap di dalam sediaan.

Pada uji sentrifugasi hasil yang didapatkan adalah adanya lapisan

cairan di atas gel yang keluar pada formula B, C, D, E, dan F. Hal ini

menunjukkan bahwa gel tidak stabil. Ketidakstabilan ini merupakan akibat

dari struktur yang terus mengeras sehingga dapat terjadi pembebasan air

yang disebut sineresis. Sineresis merupakan fenomena dimana jika suatu gel

didiamkan beberapa saat maka gel mengerut secara ilmiah dan sebagian

cairannya terperas secara alamiah (Martin, Alred., James Swarbrick, dan

(40)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kombinasi pembentuk gel karbopol 940 dan Hidroksipropil Metil

Selulosa (HPMC) dapat digunakan sebagai pembentuk gel semprot pada

konsentrasi 0,4 : 0,4 %.

Gel semprot dengan menggunakan kombinasi ini homogen, dengan

organoleptik sediaan yang keruh dan terdapat gelembung udara, pola

semprot yang menyebar untuk formula A, tidak menyebar dan hanya berada

pada satu titik dari alat semprot untuk formulasi B, C, D, dan E, dan tidak

dapat disemprotkan dari alat untuk formula F. Evaluasi stabilitas (cycling test dan uji sentrifugasi) menunjukan bahwa formula A adalah formula yang paling stabil diantara formula lainnya karena formula A tidak mengalami

sineresis. Dari segi stabilitas dan pola penyemprotan formula A dapat

digunakan sebagai gel semprot.

5.2 Saran

Perlu dilakukan optimasi terkait konsentrasi kombinasi karbopol 940

dan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) yang dapat digunakan sebagai

pembentuk gel semprot, serta konsentrasi optimum natrium klorida yang

dapat digunakan sebagai pengatur viskositas karbopol 940 dalam sediaan gel

(41)

26

DAFTAR PUSTAKA

Allen L.V.Jr., 1997. The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding. Washington DC American Pharmaceutical Assosiation Ansel Giward Cm, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta

Boateng, Joshua C., Kerr H. Matthews, Howard N.E. Stevens, Gillian M.

Eccleston. 2008. Wound Healing Dressing and Drug Delivery System.

Journal Of Pharmaceutical Sciences, Vol. 97 (8) : 11.

Brunner M, et al., 2005. Favourable Dermal Penetration Of Diclofenac After Administration To The Skin Using A Novel Spray Gel Formulation.

British Journal of Clinical Pharmacology.

Budiman, Muhammad Haqqi. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan

Sediaan Krim. Skripsi. Universitas Indonesia.

Deasy, Natasya., 2013. Optimasi Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil

Metilselulosa (HPMC) Terhadap Efektivitas Gel Antiseptik Fraksi Etil

Asetat Daun Kesum (Polygonum Minus Huds.) dengan Metode Simplex Lattice Design. Skripsi. Universitas Tanjungpura.

Depkes, 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Depkes RI. Depkes, 1995. Farmakope Indonesia edisi keempat. Jakarta : Depkes RI.

Dhanakula, Sailaja., Prathia Srivinas, Sadanandam Mamidi, 2013. Formulation

and evaluation of herbal gels for antimicrobial and wound healing activity.

Journal of Natural Pharmaceuticals., Vol. 4 (2).

Djajadisastra, Joshita., Abdul Mun’im, Dessy NP, 2009. Formulasi Gel Topikal

Dari Ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia., Vol. 4 (4) Juli 2009: 210 -216

Dureja, H., Kaushik, D., Gupta, M., Kumar, V., Lather, V., 2005. Cosmeceuticals:

An Emerging Concept, Indian J Pharmacol., (online).

Febriyenti, Azmin Mohd. Noor, Saringat Bin Bai, 2010. Mechanical Properties

And Water Vapour Permeability Of Film From Haruan (Channa Striatus)

(42)

27

Gaur, R., Azizi, M., Gan, J., Hansal, P., Harper, K., Mannan, R., Panchal, A.,

Patel, K., Patel, M., Patel, N., Rana, J., Rogowska, A., 2008. British

Pharmacopoeia 2009.(Electronic version).

Ghosal, Kajal., Subrata Chakrabarty and Arunabha Nanda, 2011. Hydroxypropyl

Methylcellulose In Drug Delivery. Der Pharmacia Sinica, Vol. 2 (2) : 152-168.

Hagerström, Helene., 2003. Polimer Gels as Pharmaceutical Dosage Forms :

Rheological Performance and Physicochemical Interactions at the

Gel-Mucus Interface for Formulations Intended for Mucosal Dug Delivery.

Compherehensive Summaries of Uppsala Dissertations, Acta Universitatis Upsaliensis., German.

Holland, Troy., Hassan Chaouk, Bruktawit Aswaf, Stephen Goodrich, Adrian

Hunter, dan Vimala Francis, 2002. Spray Hydrogel Wound Dressing.

United State Patent Application Publication.

Im-Jak, Jeon., 2007. Development and Formulation Of Carbomer

934P-Containing Mucoadhesive Pellets Through Fluid-Bed Granulation. Google

Book (online)

Jáuregui K. M., Gregorio., Juan Carlos Cano Cabrera, Elda Patricia Segura

Ceniceros, Jose Luis Martínez Hernández, dan Anna Ilyina, 2009. A New Formulated Stable Papin-Pectin Aerosol Spray For Skin Woundhealing. Biotechnology and Bioprocess Engineering, Vol. 14 : 450-456

Joshi, Sunil C,. 2011. Sol-Gel Behavior of Hydroxypropyl Methylcellulose

(HPMC) in Ionic Media Including Drug Release. Materials, Vol4

Kamishitta, Takuzo., Takashi Miyazaki, Yoshihide Okuno, 1992. Spray Gel Base

and Spray Gel Preparation Using Thereof. United State Patent Application Publication. America.

Khanum, Aisha., Vinay Pandit, Shyamala Bhaskaran, dan Vasiha Banu.

Preparation and Evaluation of Tolterodine Tartarate Transdermal Films for

(43)

28

Kuncahyo, Ilham., 2011. Optimasi Campuran Carbopol 941 Dan Hpmc Dalam

Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Jambu Mete Secara Simplex Lattice

Design. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 8

Lee, Ji Seok., and Song Ki Wong. Rheological Characterization of Carbopol 940

in Staedy Shear and Start-up Flow Fields. Annual Transaction Of The Nordic Rheology Society, Vol 19.

Malik PH., Abdul., dan S Satyananda, 2014. pH-induced In Situ Gelling System

Of An Anti-Infective Drug For Sustained Ocular Delivery. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 4 (01) : 101-104.

Martin, Alfred., James Swarbrick, dan Arhut Cammarata, 1993. Farmasi Fisik

Edisi Ketiga Jilid 2. UI Press : Jakarta.

Islam, Mohammad T., Naı´r Rodrı´guez-Hornedo, Susan Ciotti, dan Chrisita Ackermann. 2004. Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels

Neutralized to Different pH. Pharmaceutical Research, Vol. 21 (7).

Mulyono, Tri Suseno., 2010. Pembuatan Etanol Gel sebagai Bahan bakar padat

alternatif. Laporan Tugas Akhir. UNS.

Panjaitan E., Natalia., Awaluddin Saragih, dan Djendakita Purba. 2012. Formulasi

Gel Dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1) : 9-20 Porzio S., et.al, 1998. Efficacy Of A New Topical Gel-Spray Formulation Of

Ketoprofen Lysine Salt In The Rat: Percutaneous Permeation In Vitro And

In Vivo And Pharmacological Activity. Pharmacological Research, Vol. 37 (1).

Purnomo, Hari., 2012. Formulasi Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut

(Citrus hystrix D.C) dan Uji Aktifitas Terhadap Propinibacterium secara in vitro. Skripsi. Universitas Andalas

Rizi. Khalida, Rebecca J. Green, Michael X. Donaldson, dan Adrian C. Williams.

Using pH Abnormalities in Diseased Skin to Trigger and Target Topical

Therapy. Pharm Res (2011) 28 : 2589–2598

Rowe, R.C, Paul J.S, dan Marian, 2006. Handbook Of Pharmaceutical Science 5th

(44)

29

Rowe, R.C, Paul J.S, dan Marian, 2009. Handbook Of Pharmaceutical Science 6th

Edition. New York

Scales T.J., 1963. Wound Healing and The Dressing. British Journal of Industrial Medicine. Vol 20 (2) : 82-94.

Septiani, S., N. Wathoni, dan S. R. Mita. 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel

Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.).

Jurnal UNPAD. Vol. 1 (1) : 4-24

Sharon, Nela., Syariful Anam, Yuliet 2013 Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Etanol Bawang Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr). Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 111-122.

Sudjono, T.A., Mimin Honniasih, Yunita Ratna Pratimasari, 2012. Pengaruh

Konsentrasi Gelling Agent Carbomer 934 dan HPMC Pada Formulasi Gel

Lender Bekicot (Achatina Fulica) Terhadap Kecepatan Penyembuhan

Luka Baka Pada Punggung Kelinci. PHARMACON : Jurnal Farmasi Indonesia, Vol 13 (1).

Swarbrick, J and Boylan, J.C. 1992. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.

Volume VI. Marcell Dekker Inc. New York. USA. Page 404-407.

Tristiana, Erawati., Noorma Rosita, Wing Hendroprasetyo, Dien Rina Juwita

2005. Pengaruh Jenis Basis Gel dan Penambahan NaCl (0.5% b/b)

terhadap Intensitas Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG (Acoustic Coupling Agent). Majalah Farmasi Airlangga, Vol. 5 (2).

Vasiljevic, D., Vuleta, G., and Primorac, M., 2005. The Characterization Of The

Semi-Solid W/O/W Emulsions With Low Concentrations Of The Primary

Polymeric Emulsifier, Int J CosmetSci, (Online).

Viota, Julia´ n L., Juan de Vicente, Maria M. Ramos-Tejada, Juan D.G., Dura´n

2004. Electrical Double Layer and Rheological Properties Of

Yttria-Stabilized Zirconia Suspensions In Solutions Of High Molecular Weight

(45)

30

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pembuatan Sediaan Gel Semprot

Evaluasi

Organoleptik

Cycling Test

pH

Homogenitas Viskositas

Sentrifugasi

Evaluasi Dimasukkan dalam botol semprot

(46)

31

Lampiran 2. Alat - alat dalam Penelitian.

Botol Semprot Plastik Mika

Lampiran 3. Evaluasi Daya Sebar Lekat

Formula A Formula B Formula C

(47)

32

Lampiran 4. Gambar Hasil Uji Cycling Test

Cycling Test suhu 5°C Formula A, B, dan C (kiri ke kanan)

Cycling Test suhu 5°C Formula D, E, dan F (kiri ke kanan)

Cycling Test suhu 40°C Formula A, B, dan C (kiri ke kanan)

(48)

33

Lampiran 5. Gambar Hasil Uji Sentrifugasi

Formula A Formula B Formula C

(49)

34

Lampiran 6. Tabel Pola Penyemprotan Formulasi Gel Semprot

(50)
(51)

36

Lampiran 7. Gambar Pola Penyemprotan Formula A

Formula A Jarak 3 cm

Formula A Jarak 5 cm

Formula A Jarak 10 cm

Formula A Jarak 15 cm

(52)

37

Lampiran 8. Evaluasi Pola Penyemprotan Formula B

Formula B Jarak 3 cm

Formula B Jarak 5 cm

Formula B Jarak 10 cm

Formula B Jarak 15 cm

(53)

38

Lampiran 9. Evaluasi Pola Penyemprotan Formula C

Formula C Jarak 3 cm

Formula C Jarak 5 cm

Formula C Jarak 10 cm

Formula C Jarak 15 cm

(54)

39

Lampiran 10. Evaluasi Pola Penyemprotan Formula D

Formula D Jarak 3 cm

Formula D Jarak 5 cm

Formula D Jarak 10 cm

Formula D Jarak 15 cm

(55)

40

Lampiran 11. Evaluasi Pola Penyemprotan Formula E

Formula E Jarak 3 cm

Formula E Jarak 5 cm

Formula E Jarak 10 cm

Formula E Jarak 15 cm

(56)

41

(57)

42

Gambar

Tabel 3.1 Formulasi Gel Semprot ......................................................................
Gambar 2.1 Struktur Karbopol .........................................................................
Gambar 2.1 Struktur karbopol
Gambar 2.2 Struktur skematik dari cross-link polimer asam poliakrilik. R
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengamatan awal yang dilakukan, untuk trayek jurusan Bukit Kencana – Mangkang dengan panjang lintasan 32,70 km, permasalahan yang dihadapi adalah jumlah kendaraan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Penelitian dengan metode yuridis normatif,

Apakah anda mempunyai komitmen Program Bantuan Langsung Benih Unggul yang kuat untuk ikut mensukseskan BLBU yang diberikan pemerintah ini menurut kebijakan program bantuan Kami

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan

T‐19  OPTIMASI JADWAL UJIAN DI PERGURUAN TINGGI  DENGAN METODE BRANCH AND BOUND   

41 10 YUNI LUTFIAN SARI SMP NURIS JEMBER JELBUK 64 SILVER : BEBAS UANG GEDUNG GEL.. 42 12 M.TIBI AZIZI MTs UNGGULAN NURIS BANJARSENGON 64 SILVER : BEBAS UANG

Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan

Sintesis ini melalui reaksi eterifikasi Williamson antara eugenol dan asam p-kloro metil benzoat dan akan diperoleh senyawa yang memiliki gugus –COOH sehingga