DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER DI PT. BRIDGESTONE
KARYA ILMIAH
NITA ANGRIANI HARAHAP 052401071
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER DI PT. BRIDGESTONE
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
NITA ANGRIANI HARAHAP 052401071
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
J u d u l : PENENTUANKADARAMONIAK (NH3) PADA
LATEKS DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER, DI PT. BRIEDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTADE DOLOK MERANGIR - SERBELAWAN
Katergori : KARYA ILMIAH
Nama : NITA ANGRIANI HRP
Nomor Induk Mahasiswa : 052401071
Program Studi : DIPLOMA — 3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan , Mei 2008
Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Komisi Pembimbing :
Ketua, Pembimbing,
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LETEKS DALAM PEN GE L O L H AN C R U M R U BB E R
DI PT. BRIEDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTADE DOLOK MERANGIR – SERBELAWAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2008
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang penulis sajikan berjudul " Penentuan kadar amoniak (NH3) pada latek
dalam pengolahan crumb rubber di PT. Briedgestone Sumatera Rubber Estade Dolok Merangir Serbelawan". Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan program diploma-3 kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilinu Pengetahuan Alain.
1. Ayahanda Bilang Nauli Harahap dan Ibunda Rahmawati Pane yang telah memberikan doa dan dukunaan balk secara moril dan materil
2. Bapak Drs. Darwin yunus Nst, MS, selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Depatemen kimia F-MIPA USU 4. Kakanda Indra Maulizar yang telah banyak memberikan dorongan moril saat
penulisan karya ilmiah ini.
5. Kakakku Nudia Sri Rina Wati dan adik-adikku Mira, Lisa, Toaman, dan Taufik yang telah banyak memberikan dorongan saat penulisan karya ilmiah ini.
6. Sahabat-sahabat dekat penulis khususnya Cici, Fira, Siti, Ratih, Rina, Rahma dan icha vang telah banyak membantu saat penulisan karya ilmiah ini.
ABSTRAK
Latek s pekat meru paka n sa la h sa tu jenis ha sil perk ebu na n ka r et ya ng ber gu na ba gi kebutuhan manusia. Salah satu parameter yang menentukan untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi adalah kadar amoniak (NH3).
ABSTRACT
Concentrated latex is an important quality of plantation for human life. One of parameters of gaining best quality of concentrate latex is concetration of arnomak latex (NH3).
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
BAB I Pendahuluan 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 2
1.3Tujuan 2
1.4Manfaat 2
BAB 2 Tinjauan Pustaka 3
2.1 Lateks 3
2.2 Pengolahan Lateks Pekat 4
2.3 Penyebab Terjadinya Prokoagulasi 5
2.4 Tindakan Pencegahan Prokoagulasi 8
2.5 Jenis – Jenis Karet dan Manfaatnya 9
2.5.1 Jenis – Jenis Karet Alam 9
2.5.2 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintesis 10
2.5.3 Manfaat Karet 10
2.6 Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis Dari Lateks 11 (Crum rubber) atau karet lemah
2.6.1 Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis Dari Lateks 13 2.6.2 Pengolahan Karet Spesifikasi dari Karet Rakyat 13 Bermutu Rendah
2.7 Amoniak (NH3) 14
BAB 3 METODOLOGI 16
3.1 Alat – Alat 16
3.2 Bahan – Bahan 16
3.3 Prosedur 16
BAB 4 Data dan Pembahasan 17
4.1 Data Pencobaan 17
4.2 Perhitungan 17
4.2.1 Penentuan % NH3 17
4.3 Pembahasaan 18
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 19
5.1 Kesimpulan 19
5.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
Tabel 1 Standar Spesifikasi Mutu Lateks Menurut ISO 2004
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
Latek s pekat meru paka n sa la h sa tu jenis ha sil perk ebu na n ka r et ya ng ber gu na ba gi kebutuhan manusia. Salah satu parameter yang menentukan untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi adalah kadar amoniak (NH3).
ABSTRACT
Concentrated latex is an important quality of plantation for human life. One of parameters of gaining best quality of concentrate latex is concetration of arnomak latex (NH3).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karet alam merupakan sala satu komoditi pertanian yang penting baik untuk
lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet
merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang
perekonornian negara yang dapat menghasilkan devisa yang cukup besar.
Tanaman karet mempunyai nama latin yaitu Havea Brasiliensis yang
berasal dari negara Brazil. Cairan getah putih yang didapat dari bidang sadap
pohon karet dikenal dengan lateks kebun, dimana komposisinya secara garis besar
adalah karet clan yang bukan karet seperti protein, karbohidrat, lipid clan air. Oleh
karena itu lateks ini tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa
dibubuhi zat pengawet, misalnya seperti (NI-13).
Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, baik barang jadi
maupun barang setengah jadi, pengumpulan lateks hasil penyedapan di kebun dan
kebersihan harus diperhatikan. Apabila bahan baku dari produk tersebut tidak
bagus, bagaimana mungkin produk yang dihasilkan akan memiliki mutu yang
baik.
Salah satu pabrik industri karet di Indonesia adalah PT. BRIDGESTONE
RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR - SERBELAWAN yang merupakan
Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang industri benang karet.
sangat mempengaruhi mutu dari cukup rubber yang dihasilkan. Salah satu
parameter yang menentukan lateks pekat adalah analisis NH3 karena nilai NH3
lateks pekat dapat mempengaruhi mutu dan kualitas dari benang karet yang
dihasilkan. Agar dapat dihasilkan benang karet yang bagus mutunya dan
memenuhi standar, maka perlu diketahui kadar NH3 yang seharusnya ada pada
lateks pekat tersebut
Berdasarkan analisa dan uraian diatas maka penulis membahas masalah
tersebut diatas dengan mangambil judul " PENENTUAN KADAR AMONIAK
(NH3) PADA LATEKS DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER"
1.2 Permasalahan
Kadar amoniak (NH3) pada lateks dalam pengolahan crumb rubber dapat
berubah-ubah karena amoniak bersifat mudah menguap. Salah satu parameter yang harus
dipenuhi dalam meningkatkan kualitas benang karet adalah (NH3) yang memiliki
standart 0,35-0,55%. Apabila kurang atau lebih dari itu maka akan dapat
menurunkan mutu dari crumb rubber yang dihasilkan sehingga dapat merugikan
pihak perusahaan.
Adapun pokok permasalahannya adalah bagaimana pengaruh kadar
amoniak NH3) pada lateks dalam, pengolahan crumb rubber.
1.3 Tujuan
− Untuk mengetahui kadar (NH3) pada lateks yang digunakan sebagai bahan
baku Pembuatan crumb rubber.
1.4 Manfaat
- Untuk Memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai penentuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lateks
Lateks adalah suatu cairan putih yang menyerupai susu yang mengandung
(20%-30%) butiran karet yang dikelilingi oleh lapisan protein dan pospolipid. Sifat
rnekanik dari semua muatan partikel karet, secara alarm sangat dipengaruhi oleh
zat-zat rang bukan karet yang terdapat pada lateks, selalu berubah-ubah
konsentrasinva. Zat-zat yang bukan karet ini terdiri dari senyawa-senyawa protein,
lipid, karbohidrat, dan ion-ion bukan logam. Apabila lateks Heave segar
dipusingkan pada kecepatan 32000 putaran permenit (rpm) selama 1 jam, akan
berbentuk empat fraksi :
1. Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan
diameter 0,05-3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung
yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap.
2. Fraksi Wessling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang
ditemukan FREY WESSLING. Fraksi ini berwarna kuning karena
mengandung karotenida.
3. Fraksi serum, juga disebut fraksi C (Centrifuge serum) mengandung
sebahagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan
ion-ion logam.
4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel koloid yang bersifat gelatin,
mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium Berta magnesium.
Lateks pekat merupakan jenis bahan olah yang memiliki tingkat komersial tinggi
dengan pangsa pasar tersendiri yang cukup terjamin, karena posisinya yang khas
untuk pembuatan barang-barang tertentu seperti kondom, sarung tangan medis,
lem karet, selang transparan, karet busa dan barang jadi lateks lainnya.
(Sumaarmadji,2003)
2.2 Pengolahan Lateks Pekat
Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis anatara
partikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar dari pada
partikel karet, berat jenis serum 1,024 g, sedangkan partikel karet hanya 0,904 g.
akibatnya partikel karena akan naik kepermukaan danserum akan terkumpul di
lapisan bawah dalam proses pembuatan lateks pekat.
Bila menginginkan lateks pekat yang dibuat bermutu tinggi, maka
syaratnya harus menggunakan bahan lateks yang masih segar clan baik.
Pengawasan mulai dari penyadapan samapai pengumpalan di kebun clan
dilanjutkan dengan pengiriman lateks segar ke tempat pengolahan mutlak
dibutuhkan.
Zat antikoagulan ditambahkan pada mangkuk penyadapan dan tempat
pengumpulan lateks di kebun. Hal ini penting sekali untuk mempertahankan
kesegaran lateks yang akan dibuat lateks pekat. Bila terjadi prakoagulasi pada
lateks, maka bahan ini sudah tidak baik untuk diolah menjadi lateks pekat. Untuk
maksud ini dapat digunakan ammonia. Dosisi pemakaiannya adalah 10 ml
ammonia 7,5 % untuk setiap liter lateks. Biasanya pada mangkuk lateks diberi 3-5
tetes ammonia, sisanya ditambahkan dalam tempat penampungan lateks yang ada
2.3 Penyebab Terjadinya Prakoagulasi
Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau
gumpalangumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini Bering terjadi di
-areal perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengelolahan.
Bila hat ini terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang
mengalami prakoagulasi hanya dapat diolah karet yang bukan jenis baku dan
kualitasnya pun rendah.
Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang
terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian dari kolodal ini kemudian
mengumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang, berukuran yang lebih
besar. Komponen koloidal yang, lebih besar ini akan membeku, inilah yang
menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi dari air dan
bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung
tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di
dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemmikian kecualli dan halusnya
sehingga dapat menembus saringan.
Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut:
1. Jenis pohon yang di tanam
Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda-beda
pula. Otomatis kestabilan atau kemampuan berbeda. Klon-klon tertentu ada ang
rendaha kadar kestabilannya. Namun, banyak kestabilan koloidal ini sedikit
banyak berpengaruh terhadap faktor lain juga mampu menyebabkan terjadinya
2. Ezim-enzim
Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya
suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah
dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan-bahan karet. Akibatnya,
kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim-enzim
mulai aktif setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap.
3. Mikroorganisme atau jasad-jasad renik
Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapt
berada di pepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat-alat yang
digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap
dapat dikatakan stern atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. Apabila
mikroorganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap, dan melakukan yang
aktivitas hidup didalamnya, maka akan terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam lateks, maka senyawa asam yang dihasilkan mungkin
akan menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
4. Faktor cuaca atau musim
Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat
tanaman karet menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prakoagulasi terjadi
lebih sering, begitu juga pada saat musim hujan. Itulah sebabnya penyadapan pada
saat banyak turun hujan sering tidak dilakukan di perkebunan-perkebunan, karena
kestabialan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi.
5. Kondisi tanaman
Tanaman karet yang sedang sakit, masih mudah atau telah tua bisa mempengaruhi
menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah mengumpal. Hasil sadapan dari
tanaman yang menderita penyakit sering membeku di dalam mengkok yang sadah
membeku di atas bidang sadap.
6. Air sadah
Air sadah air memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air ini
bercampur kedalam lateks, maka prakoagulasl akan terjadi dengan cepat.
7. Cara penganakut
Sarana transportasi, baik jalan matipun kendaraan, yang buruk akan menambah
frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang
berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok
secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang
menyebabkan lateks yang baru tiba di tempat pengelolahan pada Siang hari dan
tempat terkena terik matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya
prokoagulasi.
8. Kotoran atau bahan-bahan lain yang bercampur
Prakoagulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang
mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh sama. Lateks dari
kebun karet rakyat biasanya lebih banyak tercampur kotoran atau bahan-bahan
lain daripada lateks hasil perkebunan besar swasta atau milik pemerintah.
2.4 Tindakan Pencegahan Prokoagulasi dan Zat Antikoagulasi
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prokoagulasi
antara lain sebagai berikut
• Menceah pengeceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air
sungai, air saluran, atau air got.
• Memulai penyadapan pada pagi hari sebelummatahari terbit untuk
membantu agar lateks dapat samapai ke pabrik atau tempat pengolahan
sebelum udara menjadi panas.
Beberapa antikoagulasi yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat-tempat
pengolahan lateks :
1. Soda atau natrium karbonat
Pemakan soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosisi soda
yang digunakan adalah 5-10 ml laruran soda tanpa air kristal (soda ash) 10%
setiap liter lateks. Berarti, dalam 5-10 ml larutan soda tersebut terdapat 0,5-1 g
soda ash.
2. Amonia
Dosis ammonia yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah5-10
ml larutan ammonia 2,5 % untuk setiap liter lateks. Misalkan yang digunakan
berkadar 20%, maka jumlah ammonia yang dibutuhkan adalah 0,6-1,2 ml.
3. Formaldehida
Dosis yang dapat dipakai adalah 5 – 10 mil larutan dengan kadar 5% untuk setiap,
liter lateks yang akan dicegah prakoagulasinya. Misalkan menggunakan formalin
40%, maka jumlah yang dibutuhkan adalah 0,6 -1,3 ml.
4. Natrium sulfit
Dosis yang digunakan adalah 5 – 10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap, liter
latek. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan natrium sulfit tanpa air kristal
2. 5. Jenis – Jenis karet dan manfaatnya 2.5.1. Jenis- jenis karet alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan ada yang yan etengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet
yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet
alam yang dikenal luas adalah
• Bahan olahan karet (lateks kebun, sheet angina, slab tipis, dan lump segar)
- Karet konvensional
• Lateks pekat
• Karet bongkah atau block rubber - Karet spesifikasi teknis atau crumb
rubber
• Karet siap olah atau tyre rubber dan - Karet reklim atau reclaimed rubber
2.5.2. Perbedaan karet alam dan karet sintetis
Walapun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah
karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum
dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki
karet alai sulit ditandingi oleh karet sintetis.
Adapun k-elebihan - kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet
sintetis adalah
• Memiliki daya elastis atau daya Tenting yang sempurna
• Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
• Mempunyai daya arus yang tinggi
• Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking
resisttnce)
Walapun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap
berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap
stabil.
2.5.3. Manfaat karet 1.Manfaat karet alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umunya alat-alat
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun
dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat
dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda motor, mobil, traktor,
hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin
kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Manfaat karet sintetis
Karena memiliki beberapa kelabihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka
dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet
sintetis.
2.Kegunaaan lain tanaman karet sintetis
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang
keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini
walapun sekedar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi
para pemilik perkebunan karet.
adalah kayu atau batang pohon karet.
Biasanya tanaman keret yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman
muda yang masih segar dan berasal dari kon yang lebih produktif. Tanaman tua
yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.
Masa produktif tanaman karet biasanya berkurangnya sesudah berumur 25
tahun. Pada masa inilah karet bisa ditebang dan diremajakan. Karena banyaknya
tanaman karet yang sudah cukup umur di Indonesia, maka jumlah kayu karet yang
diperoleh tidak sedikit. Bahkan pada tahun 1985/ 1986 bisnis kayu karet pernall
berjaya di Indonesia.
(Tim Penulis, 2007)
2.6. Pengolahan karet spesifikasi teknis (crumb rubber) atau karet remah Tujuan dari peremahan adalah untuk mempercepat pengeringan karet mentah.
Pengeringan karet remah dapat dipercepat, dari waktu 4 sampai 5 hari untuk
pengeringan sheet, atau kira-kira 2 minggu untuk pengeringan crepe bahkan untuk
karet rakyat adakalanya sampai satu bulan lebih, maka untuk pengeringan karet
remah dibutuhkan hanya 4 sampai 6 jam saja.
Peremahan karet memungkinkan pembersihan karet dengan lebih sempurna
dan memungkinkan tercapainya hasil yang lebih seragam.
(Walujono, 1970)
Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk
mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha
Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan
adalah kayu atau batang pohon karet.
Biasanya tanaman keret yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman
muda yang masih segar dan berasal dari kon yang lebih produktif. Tanaman tua
yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.
Masa produktif tanaman karet biasanya berkurangnya sesudah berumur 25
tahun. Pada masa inilah karet bisa ditebang dan diremajakan. Karena banyaknya
tanaman karet yang sudah cukup umur di Indonesia, maka jumlah kayu karet yang
diperoleh tidak sedikit. Bahkan pada tahun 1985/1986 bisnis kayu karet pernall
berjaya di Indonesia.
(Tim Penulis, 2007)
Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk
mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha
menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya.
Diberi Hama karet spesifikasi teknis karena penetapan jenis-jenis mutunya
didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang, menjadi dasar
penentuan golongan mute pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak
berlaku untuk jenis yang satu ini.
2.6.1. Pengolahan karet spesikasi teknis dari lateks
Ada beberapa proses dasar yang dilalui dalam pengolahan karet spesifikasi teknis
dengan bahan baku lateks, yaitu penerimaan dan penyaringan lateks,
pengumpulan atau koagulasi. pembutiran atau granulasi, pengeringan dan
Mula-mula lateks yang dikirim ke tempat pengolahan disaring dan
dikumpulkan dalam bak atau tangki. Kemudian dilakukan pengumpulan dalam
bakatau tangki-tangki tersebut sehingga menghasilkan bongkahan-bongkahan atau
koagulum.
Pemotongan koagulum merupakan langkah yang harus dilalui sebelum
dilakukan proses pembutiran. Mesijn pembutiran yang biasa digunakan adalah
mesin pelletiser yang mempunyai banyak pisau berputar. Hasil yang diporeh
dicuci hingga bersih kemudian dimasukkan dalam mesin pengering, biasanya
pengringan manggunakan mesin dan ban berjalan.
2.6.2. Pengolahan karet spesifikasi teknis dari karet rakyat bermutu Rendah Ada pabrik yang membuat karet spesifikasi teknis dengan bahan koagulum lateks
yang telah mengalami proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang telah
mengalami proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang diolah ini bermutu
rendah, contohnya slabs karet rakyat, tub kebun, lump mangkok, scraps dan lain –
lain.
Bahan koagulum lateks yang bermutu rendah ini terlebih dahulu disortir.
Setelah itu bahan ini dimasukkan kedalam tangki – tangki air pembersih.
Selanjutnya dimasukkan kedalam mesin, pada mesin ini pencucian diikuti dengan
pemotongan lalu digiling dengan mesin penggiling crepe. Hasil yang keluar dari
mesin penggiling crepe dimasukkan kemesin pelletiser atau mesin dengan pisau
berputar. Disini bahan dengan mengalami proses pembutiran.
2.7 Amonik (NH3)
Amoniak bersifat senyawa antikogulum dan juga sebagai desinfektan 0,7% NH3
biasanya digunakan untuk pengawetan lateks pusingan (centrifuge late). Tiap liter
lateks membutuhkan 5-10 cc larutan amoniak 2-2,5%.
Amoniak berfungsi mengawetkan lateks karena mampu menekan aktifitas
bakteri dengan menaikkan Ph lateks, menetralkan asam yang dibentuk oleh
bakteri dan mengikat kation. Dari seberapa bahan antikoagulun yang paling,
banyak digunakan adalah amoniak dengan pertimbangan sebagai berikut :
• Mudah didapat ditokoh-tokoh bahan kimia, obat dan alas pertaniaan.
• Harganya relative murah dibandingkan dengan bahan antikoagulan
lainnya.
• Tidak menimbulkan pengaruh sampingan terhadap mutu produksi akhir
karena mudah dihilangkan dari lateks.
• Bisa digunakan hampir semua jenis produksi karet.
• Untuk pengawetan jangka panjang bisa dicampur dengan bahan pengawet
sekunder
Kelemahan penggunaan amoniak sebagai antikoahulan adalah
• Amoniak mudah menguap, sehingga jika dibiarkan terbuka akan cepat
menurun kadarnya.
• Dalam proses pengumpulan diperlukan asam yang lebih banyak.
Sifat-sifat amoniak (NTH3)
• Mudah menguap • Baunya menyengat. • Bersifat korosif.
• Mempunyai BM = 17,03061
BAB 3
METHODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat
• Neraca analitik.
• Gelas Beaker 350 ml
• Gelas ukur akuades • Botol akuades
• Buret 25 ml
3.2 Bahan-Bahan • Lateks pekat
• Akuades
• Idikator Metil red
• HCI 0, 1 M
3.3 Prosedur
• Ditimbang 5 gr lateks pekat.
• Masukkan kedalam gelas beaker 350 ml • Tambahkan akuades sebanyak 250 ml
• Tambahkan indikator metal red sebanyak 3 tetes
BAB 4
DATA DAN PEMABAHASAN 4.1 Data
4.1.1 Tabel Analisis Kadar NH3 Dari Beberapa Sampel
No Tanggal Analisa Berat Sampel (g) V.HCL 0,1 M (ml) NH3
1 18 – 01 - 08 4,9 13,5 0,46
2 19 – 01- 08 4,9 10,5 0,36
3 20 – 01 - 08 4,9 11,1 0,38
4 21 – 01- 08 4,9 13,2 0,45
5 22 – 01 - 08 4,9 10,7 0,37
6 23 – 01- 08 4,9 10,2 0,35
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan % NH3 % NH3 =
W M V. .1,7
Dimana : V = ml HCL 0,1 M
M = Molaritas HCL 0,1 M
W = Berat Sampel
% NH3 1 =
9 , 4 7 , 1 1 , 0 5 ,
13 x x
= 0,46
% NH3 2 =
9 , 4 7 , 1 1 , 0 5 ,
10 x x
= 0,36
% NH3 3 =
9 , 4 7 , 1 1 , 0 1 ,
11 x x
= 0,45
% NH3 4 =
9 , 4 7 , 1 1 , 0 2 ,
13 x x
% NH3 5 = 9 , 4 7 , 1 1 , 0 7 ,
10 x x
= 0,37
% NH3 2 =
9 , 4 7 , 1 1 , 0 2 ,
10 x x
= 0,35
4.3 Pembahasan
Mutu merupakan kekuatan yang dimiliki suatu produk untuk memenuhi
keinginan dari konsumen. Dalam meningkatkan mutu dari crumb rubber,
salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah kandungan dari NH3nya.
Nilai dari NH3 akan semakin menurun apabila lateks pekat disimpan
dalam waktu yang lama dan juga akan berpengaruh dalam pengolahan crumb
rubber. Hal ini disebabkan karena adanya bakteri yang dapat berkembang baik
dalam lateks pekat. Bakteri ini dapat berkembang baik didalam lateks
karena amoniak sebagai anti koagulan akan menguap. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya penggumpalan dan pembusukan pada lateks yang dapat
berpengaruh pada pengolahan crumb rubber.
Apbila NH3 tidak sesuai dengan standart maka akan mengakibatkan kerugian
ekonomis bagi perusahaan, Pori data yang diperoleh nilai NH3 dari perusahaan ini
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran kadar amoniak (NH3) yang dilakukan diperoleh nilai
% NH3 0,35 – 0,46%. Hasil ini telah memenuhi standart kadar NH3 untuk PT.
Briedgestone. Dinama menurut standartnya kadar NH3 untuk lateks pekat 0,35 –
0,55%. Jika kadar NH3, kurang dari 0,35 maka koagulan crumb rubber yang
dihasilkan akan kurang baik. Jika kadar NH3 lebih dari 0,55 maka koagulan crumb
rubber yang dihasilkan akan semakin terlalu masak sehingga mempengaruhi mute
dari crumb rubber tersebut.
5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kadar amoniak pada lateks pekat,
agar memperoleh hasil yang lebih baik yaitu mute benang karet yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan .Yogyakarta :
Penerbit Kanisus.
Ompussunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Havea. Sungai Putih:
Balai Penelitian Sungai Putih.
Solichin, M. 1988. Lateks. III. Sembawa : Balai Penelitian Perkebunan Sembawa
Sumarmadji. 2003). Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri
Lateks dan Kayll. Medan : Pusat Penelitian Karet Medan.
WalUjono, K. 1970. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah Di Indonesia.
Jakarta PT. Soerangan Jakarta.
(ISO) 2004
No Bahan Terkandung
Lateks Pusingan Lateks Dadih
HA LA XA HA LA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11
Total Solid Content (TSC) % ( min)
Dry Rubber Content (DRC), % (min)
Kadar bahan bukan karet, %
(maks)
Amonia. %
Kemantapan mekanik
Kadar koagulan, % (maks)
Kadar tembaga, ppm (maks)**
Kadar mangan, pprn. (maks)**
Kadar endapan, % (maks)
Bilangan VFA, maks *
Bilangan KOH,maks *
61,5 60 2,0 1,6 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 61,5 60 2,0 0,8 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 61,5 60 2,0 0,8 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 66,0 64 2,0 1,6 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 66.0 64 2,0 1,0 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 12. 13 Warna Aroma
Tidak menunjukkan kebiru-biruan atau abu – abu
Tidak berbau besi atau pun pembusukan
[image:32.595.116.542.130.738.2]