KARAKTERISTIK PENDERITA GANGGUAN JIWA
PENYALAHGUNAAN NAPZA (NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF) DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA “INSYAF”
SUMATERA UTARA TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
LAMTIUR JUNITA BANCIN NIM:111000243
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA GANGGUAN JIWA
PENYALAHGUNAAN NAPZA (NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF) DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA “INSYAF”
SUMATERA UTARA TAHUN 2014
Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
LAMTIUR JUNITA BANCIN NIM:111000243
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “KARAKTERISTIK PENDERITA GANGGUAN JIWA PENYALAHGUNAAN NAPZA (NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF) DI PANTI
SOSIAL PAMARDI PUTRA “INSYAF” SUMATERA UTARA TAHUN
2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.
Medan, Agustus 2015
ABSTRAK
Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, pikiran, dan persepsi Salah satu jenis gangguan jiwa menurut Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa oleh departemen kesehatan adalah gangguan jiwa karena penyalahgunaan NAPZA. Kasus Penyalahgunaan NAPZA di dunia mencapai angka 300 juta pada tahun 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” SUMUT. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series. Jumlah Populasi adalah 120 data (Total sampling).
Hasil penelitian diperoleh penderita gangguan jiwa penyalahguna NAPZA terbanyak pada kelompok umur 15-25 tahun (58,3%), Laki-laki (100%), suku Batak (53%), pendidikan SMA (70,5%), pekerjaan Pelajar/Mahasiswa (36%), belum menikah (77%), jenis Sabu (35%), kombinasi Sabu, Ganja, dan Alkohol (30,8%), gangguan perilaku (50%), gangguan pikiran dan perilaku (50%), alasan memakai NAPZA dengan faktor lingkungan (70%), lama pemakaian ≤ 5tahun, pengobatan Farmakoterapi dan Psikoterapi (69,2%), lama perawatan ≥ 9 bulan, pulang selesai pengobatan (67%).Ditemukan ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan lama pemakaian zat (p=0,001), jenis pengobatan berdasarkan jenis zat yang dipakai (p=0,03), pekerjaan berdasarkan lama pemakaian zat (p=0,000), lama pengobatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,000), dan jenis zat berdasarkan gejala awal (p=0,000).
Diperlukan peranan lembaga pendidikan, lingkungan keluarga, dan lingkunganmasyarakat dalam pembentukan perilaku anak sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya NAPZA sejak dini, dan perlunya peranan pekerja sosial dan konselor untuk rehabilitasi penyalahguna NAPZA dalam pencatatan psikis residen secara rinci dan kondisi sewaktu pulang untuk menjadi bahan evaluasi meningkatkan pelayanan rehabilitasi.
ABSTRACT
Mental disorders are psychological or behavioral disorders that occur in people, generally related to affective disorders, behavior, thoughts, and perceptions One of type from mental disorder according to Classification of Mental Disorder Diagnosis by health department is a mental disorder drug abuse. Drug Abuse cases in the world reached 300 million in 2010.
The aim of this research is to know the characteristic of mental disorder of
drug abuse in Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” SUMUT. Design of this
research is case series design and population is 120 data (total sampling.
Highest proportion of mental disorder of drug abuser at age group 15-25 (58,3%), male (100%), Batak (53%), high school (70,5%), Student and Collegian (36%), Unmarried Status (77%), Shabu (35%), multiple substance combination Shabu, Marijuana, and Alcohol (30,8%), Behavioral disorder (50%), thought and behavioral disorder (50%), reason of abusing drug with environment factor
(70%), length of using ≤ years, pharmacotherapy and psychotherapy treatment (69,2%), length of treatment ≥ 9 bulan, finishing treatment (67%). It is significant between ages and length of using (p=0,000), treatment kind and substance using (p=0,03), work with length of using (p=0,000), length of treatment and condition when go home (p=0,000), drug kinds and early symptoms (p=0,000)
It is necessary that role for educational institutions, family and society environment, in the growing of the children behavior. Therefore it is necessary to give early promotion and socialization related to the danger of illcit drugs. Besides that, roles of social worker and counselor are needed in rehabilitation for drug abuser especially the mental record in detail and condition after finishing treatment. It will help to be a good material to evaluate in improving rehabilitation services.
KATA PENGANTAR “PertolonganMu begitu ajaib
Kau t’lah memikat hatiku
Kini mataku tertuju padaMu
Kurasakan kasihMu Tuhan”
Sepotong bait dari lagu memancarkan rasa syukur dan terima kasih
kepada Sahabat Penulis yang menakjubkan-Tuhan Yesus Kristus, sehingga
penulisan skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Panti
Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014” telah dapat
penulis selesaikan.
Dengan penuh kelegaan dan sukacita, maka lewat skripsi ini penulis
persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta-Normal Bancin, S.Sos dan Merlina Grelsannya Simanjuntak yang memberikan kasih sayang tak berbatas kepada penulis, meski sering menjadi cerewet namun setia mendengarkan keluh
kesah penulis, mengajarkan penulis untuk tetap berjuang dan pantang menyerah
dalam pengerjaan skripsi, dan rajin mendoakan penulis. Penulis selalu merasa
kuat akan doa-doa mereka.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
mendalam kepada :
2. Dosen Pembimbing dan Penguji yaitu : Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes juga selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Departemen Epidemiologi, Bapak
Dr.dr.Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing II, Bimbingan, kritikan, saran, dan waktu yang diluangkan untuk penulis dalam
mengerjakan skripsi ini sungguh menambah pengetahuan penulis dalam
hal penelitian.
3. Ibu UmiSalmah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet,MPH dan Ibu
drh.Hiswani,M.Kes selaku penguji yang juga memberikan bimbingan dan saran pada penulis mengerjakan skripsi ini sungguh menambah
pengetahuan penulis dalam hal penelitian.
5. Kepala PSPP “Insyaf” Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada penulis beserta staff dan konselor PSPP “Insyaf” terkhusus bang Dendi, Bou Nadeak, bang Arif, Bou Munthe, Ibu Lisken dan Pak Warno, yang membantu penulis dalam mendapatkan informasi.
6. Bro-ku John Budiman Bancin, yang menjadi adek setia mencari cemilan malam saat begadang mengerjakan skripsi, kawan refreshing yang mau
diajak kemana saja saat penulis jenuh dengan skripsi, dan juga
penyemangat penulis.
7. Sepupu-sepupu kecilku-Etha, Goklas, Sarah, Bebe, Michel, Semmy. Lewat kepolosan mereka, penulis selalu merasa terhibur dan bersemangat
juga hobi nanyain skripsiku, dan bang Imen yang rajin mendesakku untuk konsul kekampus. Seluruh Keluarga besar Simanjuntak dan Bancin yang tidak tersebut namanya.
8. Pengurus Komisariat (PK) GMKI FKM USU M.B 2013-2014 aka. PK
PURBAK-Bang Armanda si flegma “terserah”, Janni si sek melan kronis, Rek-ku Anjela si tukang iuran, Mefri si Wadah, bibir (biro-biro) ku Yunita dan Herly yang nyambung diajak berfikir „liar‟, jajaran wasek Riris si tukang angkat piring dan yang setia diajak berkelana ke pelosok demi penelitian penulis, Sri Dewi tukang latihan ibadah, dan Dedi si “tumor” yang membuat segala sesuatu menjadi „konflik‟ di rapat namun
mantap mencari perangkat ibadah setiap minggu, juga para biro Yanti sang biro yang tertukar si tukang angkat galon, Welsa, dan Freddy si instruktur tari dan lagu yang telah memberi warna pada kehidupan penulis.
Perjuangan selama dan selepas kepengurusan selalu menggelitik penulis
untuk tersenyum dan tertawa saat mengingat dinamika yang kita lewati.
9. Keluarga penulis di Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
cabang Medan, terkhusus di komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Kanda Gib (Senshe penulis), Abdon, Mommy Eci, Daddy Freddy Bukit, Bg Philip, Bg Luki, Bg, Hotman, Ip Dapot, Ip Aryo, Tommy, dan semuanya dari Alumni dan anggota lain yang memberikan warna
selama berorganisasi di FKM dan juga membantu dalam perkembangan
10.Sahabat Penulis yang sama-sama berjuang mulai 2011 “Eboy, Janek, Jatum, Riros, Medos, dan Denyuk”. Sekelompotan yang di sebut orang -orang sebagai siTujuh. Meskipun nama itu entah siapa yang menjulukinya,
tapi penulis sangat bersyukur menjadi bagian dari kalian.
11.Kawan-kawan kelompok kecil-Tabita..Ka Ira, Sabet, Yohana, Marta, Mei, dan Delima yang menjadi sahabat dari awal perkuliahan untuk berbagi dan menguatkan penulis lewat doa mereka.
12.Sahabat penulis di AKP‟010 yang sudah terlebih dahulu menuntaskan perjuangan- Mei, Sara, dan Dwi. Tiga wanita hebat yang membantu penulis di masa-masa sulit dulu dan masih setia mendukung penulis dalam
mengerjakan skripsi. Teman-teman AKP yang lain-Tulang Andi, Akbar, dan Rony yang masih rajin menanyai perkuliahan dan perkembangan skripsi penulis meski sudah berbeda „ruang‟.
13.Sahabat penulis dari SMP dan SMA- Santi, Tri Y, Elisabet S, Ouldry, Sarah, Bg Yos, Samuel Silalahi, Nataniel, Michael, tulang Andi S, Zilla, Stevani, Noni dan Roy. Meski sudah terpisah jarak namun masih menyempatkan waktu untuk keep in touch mendengarkan cerita dan keluh
kesah penulis. Terima kasih juga pada kak Dyna-sahabat baru penulis yang juga memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
15.Penghuni Caritas PSE terkhusus para residen yang rehabilitasi rawat inap.
Semangat juang untuk sembuh, rasa kekeluargaan dan hal-hal konyol yang
kalian utarakan menjadi inspirasi penulis.
16.Kawan-kawan PBL-Mansur si Bolang, Ervina si Kalong, Fanuk si Belek, Nunuk si Lelet, Ka Nur si Katu, dan Geby si Kakun yang masih rajin ngasih surprise di setiap event.
17.Teman-teman mahasiswa/i peminatan Epidemiologi FKM USU dan
stambuk 2011 FKM USU dan seluruh civitas akademik kampus atas
perhatian dan kebersamaannya
18.Revi-motor yang setia menemani penulis ke kampus, tempat penelitian, dan kemana saja dan jarang “ngambek” disaat yang diperlukan.
19.Lafandi Sitompul-abang dan sahabat se-visi yang menjadi tempat berbagi keluh kesah penulis dan bertukar pikiran. Penulis semakin menikmati
makna satu perbuatan lebih berarti dari sejuta perkataan semata.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,
maka saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
skripsi ini.
Medan, Agustus 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
RIWAYAT HIDUP ... xxi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1Pengertian Gangguan Jiwa ... 9
2.2Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ... 10
2.3Penggolongan Gangguan Jiwa ... 11
2.4 Gangguan Mental dan Perilaku Penyalahgunaan NAPZA ... 11
2.4.1 NAPZA dan Jenis-jenisnya ... 11
2.4.2 Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA ... 23
2.5 Epidemiologi ... 25
2.5.1 Distribusi dan frekuensi menurut Orang ... 25
2.5.2 Distribusi dan frekuensi menurut Tempat ... 26
2.5.3 Penyebab atau Determinan... 27
2.6 Pencegahan ... 29
2.7 Kerangka Konsep ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1Jenis Penelitian ... 34
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34
3.2.2 Waktu Penelitian ... 34
3.3Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1 Populasi ... 34
3.5Teknik Analisa Data ... 34
3.6Defenisi Operasional ... 35
3.6.1 Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA ... 36
3.6.2 Umur ... 36
3.6.3 Jenis Kelamin ... 36
3.6.4 Suku ... 36
3.6.5 Pendidikan ... 36
3.6.6 Pekerjaan ... 36
3.6.7 Status Perkawinan ... 37
3.6.8 Gejala Awal ... 37
3.6.9 Jenis Zat ... 37
3.6.10 Alasan Pemakaian NAPZA ... 38
3.6.11 Lama pemakaian rata-rata ... 38
3.6.12 Pengobatan ... 38
3.6.13 Lama perawatan rata-rata ... 38
3.6.14 Keadaan Sewaktu Pulang ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39
4.1Lokasi Penelitian ... 40
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.1.2 Visi dan Misi PSPP “Insyaf” Sumatera Utara ... 43
4.1.3 Tugas Pokok PSPP “Insyaf” Sumatera Utara ... 43
4.1.4 Fasilitas Pelayanan ... 44
4.1.5 Fasilitas Panti ... 45
4.1.6 Kegiatan Pelayanan ... 46
4.1.7 Tenaga Kerja PSPP “Insyaf” Sumatera Utara... 47
4.2Deskriptif ... 47
4.2.1 Sosiofemografi ... 47
4.2.2 Gejala Awal ... 48
4.2.3 Jenis Zat yang Dipakai ... 43
4.2.4 Alasan Memakai Zat ... 45
4.2.5 Lama Pemakaian Zat ... 46
4.2.6 Pengobatan ... 47
4.2.7 Lama Perawatan ... 48
4.2.8 Keadaan Sewaktu Pulang ... 49
4.3Analisis Statistik ... 50
4.3.1 Umur berdasarkan Jenis Zat Yang Dipakai ... 50
4.3.2 Umur berdasarkan Lama Pemakaian Zat ... 51
4.3.3 Pekerjaan berdasarkan Lama Pemakaian Zat... 52
4.3.4 Jenis Zat berdasarkan Gejala Awal ... 53
4.3.5 Lama Pemakaian berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai ... 54
4.3.6 Jenis Pengobatan berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai ... 55
4.3.7 Lama Perawatan berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 56
4.3.8 Lama Perawatan berdasarkan Jenis Pengobatan ... 57
4.3.10 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Suku ... 59
4.3.11 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Pendidikan ... 60
4.3.12 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Pekerjaan ... 61
4.3.13 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Status Pernikahan ... 62
4.3.14 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Gejala Awal ... 63
4.3.15 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Jenis Zat ... 64
4.3.16 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Alasan Pemakaian NAPZA ... 65
4.3.17 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Lama Pemakaian ... 66
4.3.18 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Pengobatan ... 67
BAB 5 PEMBAHASAN ... 68
5.1Deskriptif Distribusi Proporsi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA ... 68
5.2Analisis Statistik ... 5.2.1 Umur berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai ... 86
5.2.2 Umur berdasarkan Lama Pemakaian Zat ... 88
5.2.3 Pekerjaan berdasarkan Lama Pemakaian Zat... 89
5.2.4 Jenis Zat berdasarkan Gejala Awal ... 90
5.2.5 Lama Pemakaian berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai ... 93
5.2.6 Jenis Pengobatan berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai ... 94
5.2.7 Lama Perawatan berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 95
5.2.8 Lama Perawatan berdasarkan Jenis Pengobatan ... 97
5.2.9 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Umur ... 98
5.2.10 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Suku ... 99
5.2.11 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Pendidikan ... 99
5.2.12 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Pekerjaan ... 100
5.2.13 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Status Pernikahan ... 101
5.2.14 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Gejala Awal ... 102
5.2.15 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Jenis Zat ... 103
5.2.16 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Alasan Pemakaian NAPZA ... 104
5.2.17 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Lama Pemakaian ... 105
5.2.18 Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Pengobatan ... 106
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 108
6.1Kesimpulan ... 108
6.2Saran ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Tenaga Kerja PSPP “Insyaf” Sumatera Utara ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Gangguan Jiwa
Penyalahgunaan NAPZA di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 45
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Gejala Awal di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 46
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 47
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Alasan Memakai Zat di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 48
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Lama Pemakaian Zat di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 48
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Pengobatan di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 49
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Lama Perawatan di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 49
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan keadaan sewaktu pulang di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 50
Tabel 4.10 Distribusi proporsi umur penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan jenis zat yang di pakai di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 50
Tabel 4.11 Distribusi proporsi umur penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan lama pemakaian zat di
Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Lama Pemakaian Zat di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 52
Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jenis Zat yang Dipakai Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Gejala Awal di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 53
Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Lama Pemakaian Zat Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014
... 54
Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Jenis Zat yang Dipakai di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 55
Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Lama Perawatan Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 56
Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Lama Perawatan Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Jenis Pengobatan di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 57
Tabel 4.18 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Umur di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 58
Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Suku di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 59
Tabel 4.20 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Pendidikan di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 60
Tabel 4.21 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Pekerjaan di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 61
Tabel 4.23 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Gejala Awal di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 63
Tabel 4.24 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Jenis Zat di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 64
Tabel 4.25 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Alasan memakai NAPZA di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 65 Tabel 4.26 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan
Jiwa Penyalahgunaan Napza Berdasarkan Lama Pemakaian NAPZA di PSPP “Insyaf” Sumatera Utara Tahun 2014 ... 66 Tabel 4.27 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Gangguan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Umur di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 68
Gambar 5.2 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Suku di Panti Sosial Pamardi Putra“Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 70
Gambar 5.3 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Pendidikan di Panti Sosial Pamardi Putra“Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 71 Gambar 5.4 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan ...
NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 72
Gambar 5.5 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Status Perkawinan di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 73
Gambar 5.6 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Gejala Awal di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 74
Gambar 5.7 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Jenis Zat yang dipakai di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 75
Gambar 5.8 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Alasan Memakai Zat di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 78
Gambar 5.9 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Lama Pemakaian Zat di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf”Sumatera Utara tahun 2014
... 79
Gambar 5.11 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan Lama Perawatan di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 81
Gambar 5.12 Distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA Berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014 ... 82 Gambar 5.13 Distribusi proporsi umur penderita gangguan jiwa
penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Jenis Zat yang dipakai ... 83
Gambar 5.14 Distribusi proporsi umur penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan lama pemakaian zat ... 84
Gambar 5.15 Distribusi proporsi pekerjaan penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan lama pemakaian zat ... 85
Gambar 5.16 Distribusi proporsi jenis zat yang dipakai penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan gejala awal ... 86
Gambar 5.17 Distribusi proporsi lama pemakaian zat penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan jenis zat yang dipakai ... 87
Gambar 5.18 Distribusi proporsi jenis pengobatan penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan jenis zat yang dipakai ... 90
Gambar 5.19 Distribusi proporsi lama perawatan yang dipakai penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan keadaan sewaktu pulang ... 93
Gambar 5.20 Distribusi proporsi lama perawatan yang dipakai penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan jenis pengobatan ... 94
Gambar 5.21 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan umur ... 95
Gambar 5.22 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan suku... 96
Gambar 5.23 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan pendidikan ... 97
Gambar 5.25 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan status pernikahan ... ... 100
Gambar 5.26 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan gejala awal ... 102
Gambar 5.27 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan jenis zat ... 103
Gambar 5.28 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan alasan memakai NAPZA ... 104
Gambar 5.29 Distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA berdasarkan lama pemakaian NAPZA ... 105
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lamtiur Junita Bancin
Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 13 Juni 1992
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Normal Bancin, S.Sos
Suku Bangsa Ayah : Indonesia
Nama Ibu : Merlina Grelsannya Simanjuntak
Suku Bangsa Ibu : Indonesia
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat tahun : SDN 066048 Medan/ 2004
2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 18 Medan /2007
3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 12 Medan/2010
4. Lama Studi di FKM : 3 tahun 11 bulan
Riwayat Pekerjaan
ABSTRAK
Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, pikiran, dan persepsi Salah satu jenis gangguan jiwa menurut Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa oleh departemen kesehatan adalah gangguan jiwa karena penyalahgunaan NAPZA. Kasus Penyalahgunaan NAPZA di dunia mencapai angka 300 juta pada tahun 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” SUMUT. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series. Jumlah Populasi adalah 120 data (Total sampling).
Hasil penelitian diperoleh penderita gangguan jiwa penyalahguna NAPZA terbanyak pada kelompok umur 15-25 tahun (58,3%), Laki-laki (100%), suku Batak (53%), pendidikan SMA (70,5%), pekerjaan Pelajar/Mahasiswa (36%), belum menikah (77%), jenis Sabu (35%), kombinasi Sabu, Ganja, dan Alkohol (30,8%), gangguan perilaku (50%), gangguan pikiran dan perilaku (50%), alasan memakai NAPZA dengan faktor lingkungan (70%), lama pemakaian ≤ 5tahun, pengobatan Farmakoterapi dan Psikoterapi (69,2%), lama perawatan ≥ 9 bulan, pulang selesai pengobatan (67%).Ditemukan ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan lama pemakaian zat (p=0,001), jenis pengobatan berdasarkan jenis zat yang dipakai (p=0,03), pekerjaan berdasarkan lama pemakaian zat (p=0,000), lama pengobatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,000), dan jenis zat berdasarkan gejala awal (p=0,000).
Diperlukan peranan lembaga pendidikan, lingkungan keluarga, dan lingkunganmasyarakat dalam pembentukan perilaku anak sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya NAPZA sejak dini, dan perlunya peranan pekerja sosial dan konselor untuk rehabilitasi penyalahguna NAPZA dalam pencatatan psikis residen secara rinci dan kondisi sewaktu pulang untuk menjadi bahan evaluasi meningkatkan pelayanan rehabilitasi.
ABSTRACT
Mental disorders are psychological or behavioral disorders that occur in people, generally related to affective disorders, behavior, thoughts, and perceptions One of type from mental disorder according to Classification of Mental Disorder Diagnosis by health department is a mental disorder drug abuse. Drug Abuse cases in the world reached 300 million in 2010.
The aim of this research is to know the characteristic of mental disorder of
drug abuse in Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” SUMUT. Design of this
research is case series design and population is 120 data (total sampling.
Highest proportion of mental disorder of drug abuser at age group 15-25 (58,3%), male (100%), Batak (53%), high school (70,5%), Student and Collegian (36%), Unmarried Status (77%), Shabu (35%), multiple substance combination Shabu, Marijuana, and Alcohol (30,8%), Behavioral disorder (50%), thought and behavioral disorder (50%), reason of abusing drug with environment factor
(70%), length of using ≤ years, pharmacotherapy and psychotherapy treatment (69,2%), length of treatment ≥ 9 bulan, finishing treatment (67%). It is significant between ages and length of using (p=0,000), treatment kind and substance using (p=0,03), work with length of using (p=0,000), length of treatment and condition when go home (p=0,000), drug kinds and early symptoms (p=0,000)
It is necessary that role for educational institutions, family and society environment, in the growing of the children behavior. Therefore it is necessary to give early promotion and socialization related to the danger of illcit drugs. Besides that, roles of social worker and counselor are needed in rehabilitation for drug abuser especially the mental record in detail and condition after finishing treatment. It will help to be a good material to evaluate in improving rehabilitation services.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan
kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (Depkes RI, 2009).
Kesehatan jiwa adalah adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU no.18
tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).
Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila terpenuhi kriteria memiliki
perilaku positif, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, memiliki integritas diri,
memiliki otonomi, memiliki persepsi sesuai realita yang ada serta mampu
beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mampu melaksanakan peran sosial
dengan baik (Surya, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi
pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani
Kesehatan jiwa menurut Australian Health Minister tahun 2010 adalah
kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk dapat
berinteraksi dengan orang yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan,
perkembangan yang optimal dengan menggunakan kemampuan mentalnya
(kognisi, afeksi, dan relasi).
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara, dimana proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat. Gangguan
jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
yang terdapat dalam proses globalisasi. Keempat masalah kesehatan utama
tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan.
Namun, banyak orang yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami
masalah kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, tetapi
dapat menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat
bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan
tidak lagi produktif .
Menurut data studi World Bank di beberapa Negara baik yang sedang
berkembang maupun negara maju pada tahun 1995 menunjukkan bahwa 8,1%
dari Global Burden of Disease disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa.
Menurut WHO dalam Fundamental Facts tahun 2007 menyebutkan ada
keluarga di seluruh dunia cenderung memiliki paling sedikit satu anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
WHO mencatat ada sebanyak 144.770 orang yang meninggal akibat
gangguan jiwa pada tahun 2012 di benua Amerika. 52.519 orang di Negara
Asean.
Sebuah riset penelitian ECNP (European College of
Neuropsychopharmacology) dalam kongresnya pada 3-7 September 2011 di Paris
menyebutkan bahwa 32 persen dari populasi Eropa atau 164,7 juta orang dari 514
juta populasi Eropa yang menderita gangguan mental.
Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia dimana sama halnya negara ini seperti semua negara
berkembang yang sedang mengalami perubahan dalam epidemiologi penyakit.
Ciri-ciri perubahan epidemiologi ini adalah penurunan insidens dan prevalens
penyakit menular dan peningkatan insidens dan prevalens penyakit tidak menular.
Walaupun keadaan yang dialami sekarang belum mendekati situasi yang dialami
oleh negara-negara yang sudah maju, namun akhirnya penyakit-penyakit tidak
menular akan memegang peran yang lebih besar di masa mendatang.
Penyakit-penyakit tidak menular yang dimaksud adalah Penyakit-penyakit kanker, Penyakit-penyakit
kardiovaskuler, penyakit serebrovaskuler, diabetes, dan gangguan jiwa (Salan &
Gunawan 2003).
Salah satu jenis gangguan jiwa menurut Pedoman dan Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa, adalah gangguan jiwa karena penyalahgunaan
Kasus Penyalahgunaan NAPZA di dunia mencapai angka 300 juta pada
tahun 2010 dengan angka tertinggi di benua ASIA yang tercatat 127 juta kasus
dan di benua Amerika tercatat 59 juta kasus (World Drug Report 2012) Pada
2012, Gangguan Penyalahgunaan NAPZA menempati angka 39 juta kasus
diseluruh dunia Penggunaan NAPZA menjadi penyebab 0,8 persen kehidupan
cacat (World Drug report 2014).
Kasus Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia yang tercatat pada tahun
2008 adalah 29364 kasus. Pada tahun 2009 terdapat 30.883 kasus, tahun 2010
terdapat 26.678 kasus, tahun 2011 terdapat 29.796 kasus, dan pada tahun 2012
terdapat 28.727 kasus. (Badan Narkotika Nasional, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007), menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk,
dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1.000 orang penduduk terdapat
lima sampai orang menderita gangguan jiwa.
Menurut Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada
tahun 2010 tercatat sebanyak 2.136 kasus penderita gangguan mental dan perilaku
karena penggunaan NAPZA di Rumah Sakit di Indonesia. Dari 2.136 kasus
tersebut, terdapat 36 pasien yang meninggal.
Ada Tiga provinsi dengan kasus penyalahgunaan NAPZA tertinggi di
Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 yaitu: Jawa Timur sebanyak 7.749 kasus
tahun 2011 dan 7.448 kasus tahun 2012, Jakarta sebanyak 5.250 kasus tahun
2012, dan Sumatera Utara sebanyak 2.671 kasus tahun 2011 dan 2.420 kasus
Di kota Medan terdapat 1.390 kasus penyalahgunaan Napza. Sebagai
bentuk kepedulian terhadap angka yang terus meningkat, salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Departemen Sosial RI yaitu Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatere
Utara atau yang dikenal dengan PSPP "Insyaf" Sumut memberikan kontribusi
dalam melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA yang meliputi : Bimbingan mental, sosial, fisik, dan
pelatihan keterampilan praktis. Adapun jumlah korban penyalahgunaan NAPZA yang tercatat pada tahun 2014 di PSPP “Insyaf” adalah 120 orang.
1.2Perumusan Masalah
“Belum diketahuinya karakteristik penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatera Utara”. 1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
“Untuk mengetahui karakteristik penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra "Insyaf" Sumatera Utara”. 1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA menurut: umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, , dan
status perkawinan tahun 2014
b. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
c. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
berdasarkan jenis zat yang dipakai
d. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
berdasarkan alasan memakai NAPZA
e. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
berdasarkan lama pemakaian NAPZA
f. Mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
berdasarkan pengobatan
g. Mengetahui lama perawatan penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA
h. Mengetahui distribusi proporsi penderita gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA berdasarkan keadaan sewaktu pulang
i. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis zat yang dipakai
j. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan lama pemakaian
NAPZA
k. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan lama pemakaian
NAPZA
l. Mengetahui distribusi proporsi jenis zat yang dipakai berdasarkan gejala
awal
m. Mengetahui distribusi proporsi lama pemakaian berdasarkan jenis zat yang
dipakai
n. Mengetahui distribusi proporsi pengobatan berdasarkan jenis zat yang
o. Mengetahui distribusi proporsi lama perawatan berdasarkan keadaan
sewaktu pulang
p. Mengetahui distribusi proporsi lama perawatan berdasarkan jenis
pengobatan
q. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan umur
r. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan suku
s. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
pendidikan
t. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
pekerjaan
u. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status
perkawinan
v. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
gejala awal
w. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan jenis
zat yang dipakai
x. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan
alasan memakai NAPZA
y. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan lama
pemakaian
z. Mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan jenis
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak di Panti Sosial Pamardi
Putra "Insyaf" Sumatera Utara dalam upaya memperbaiki pencatatan,
meningkatkan tindakan perawatan, pengobatan dan pelayanan kesehatan
bagi pasien gangguan jiwa.
1.4.2 Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) dan sebagai wujud pengaplikasian ilmu yang telah
diperoleh selama menempuh pendidikan di FKM USU Medan.
1.4.3 Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
serta sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak yang membutuhkan
dan yang ingin melanjutkan penelitian tentang gangguan jiwa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gangguan Jiwa
Jiwa atau mental berasal dari bahasa latin yaitu : mens dan mentis yang
artinya jiwa, sukma, nyawa, roh, dan semangat (Notosoedirjo, 2005). Gangguan
jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang,
umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan persepsi (Salan
& Gunawan, 2005).
Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental
(kesehatan mental), disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan mental terhadap stimulus eksternal dan
ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu
bagian satu organ atau sistem kejiwaan (Kartono, 2011) Jadi gangguan jiwa itu
merupakan totalitas kesatuan dari ekspresi mental yang patologis terhadap
stimulus sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor penyebab lainnya.
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status sosial-ekonomi. Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang
salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini
hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa
Adapun hal yang penting untuk mengetahui apakah seseorang tersebut
terkena gangguan jiwa adalah dengan mengenal ciri-ciri tingkah laku sehat atau
normal seperti : bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui, mampu
mengelola emosi, mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki, dapat
mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial, dapat mengenali risiko dari setiap
perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menentukan tingkah
lakunya, mampu menunda keinginan sesaat yang berakibat buruk dalam mencapai
tujuan jangka panjang, dan mampu belajar dari pengalaman (Siswanto, 2007).
2.2 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Adapun tanda dan gejala gangguan jiwa adalah sebagai berikut (Surya,
2011).
1. Gangguan kognitif adalah gangguan dimana seseorang individu tidak
dapat menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya,
baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar.
2. Gangguan Perhatian adalah gangguan pemusatan dan konsentrasi energi,
dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan
3. Gangguan ingatan adalah gangguan dalam kesanggupan untuk mencari,
menyimpan, atau memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.
4. Gangguan pertimbangan adalah gangguan dalam membandingkan/menilai
pilihan dalam suatu kerangka kerja untuk memberikan nilai-nilai dalam
5. Gangguan kesadaran adalah gangguan dalam kemampuan seseorang untuk
mengadakan hubungan dengan lingkungan, serta dirinya melalui panca
indera.
6. Gangguan kemauan adalah gangguan dalam proses keinginan-keinginan
dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
7. Gangguan emosi adalah gangguan dalam mengendalikan emosi.
8. Gangguan psikomotor adalah gangguan pada gerakan tubuh yang
dipengaruhi oleh keadaan jiwa, seperti aktivitas yang meningkat dan
aktivitas yang menurun.
2.3 Penggolongan Gangguan Jiwa
Penggolongan gangguan jiwa menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa) di Indonesia menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes RI).
1. Gangguan mental organik
2. Gangguan Mental dan perilaku akibat penggunaan zat NAPZA
3. Skizofrenia, ganggan skizotipal dan gangguan waham
4. Gangguan suasana perasaan (Mood)
5. Gangguan somatoform
6. Sindrom Tingkah laku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik
7. Gangguan Kepribadian dan perilaku masa dewasa
8. Retardasi Mental
10.Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak
dan remaja
2.4 Gangguan Mental dan Perilaku Penyalahgunaan NAPZA 2.4.1 NAPZA dan Jenis-Jenisnya
NAPZA adalah Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif. Menurut UU
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dalam
United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance
disebutkan batasan-batasan zat psikotropika yaitu bahan yang dapat
mengakibatkan keadaan ketergantungan, depresi, dan stimulant sistem sarap Pusat
(SSP), menyebabkan halusinasi, menyebabkan gangguan fungsi motorik atau
persepsi.
Zat Adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme
hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan menggunakan kembali
seperti merusak otak, memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat
refleks motorik, serta dapat menyebabkan kematian akibat berhentinya pernafasan
dan gangguan pada jantung (Dalami, dkk 2009)
Jenis-Jenis NAPZA yang disalahgunakan adalah sebagai berikut.
1.Narkotika a. Heroin
Heroin atau diasetilmorfin adalah obat semi sintetik dengan kerja
analgetis yang 2 kali lebih kuat tetapi mengakibatkan adiksi yang cepat
dan hebat sekali sehingga tidak digunakan dalam terapi. Pertama kali
ditemukan digunakan untuk penekan dan melegakan batuk (antitusif) dan
penghilang rasa sakit, menekan aktivitas depresi dalam sistem saraf,
melegakan nafas dan jantung, juga membesarkan pembuluh darah dan
memberikan kehangatan serta melancarkan pencernaan.
Akibat pemakaian heroin adalah ketergantungan fisik dan psikis
seperti narkotika yang lain, juga dapat menyebabkan euphoria, badan
terasa sakit, mual dan muntah, mengantuk, dan konstipasi.
b. Kokain/Cocain
Pada tahun 1880, Sigmund Freud membaca sebuah laporan
seorang dokter tentara Jerman yang memberikan kokain kepada pasukan
Bavaria yang akan melakukan suatu gerakan operasi. Hasilnya luar biasa,
pasukan tersebuh memperlihatkan peningkatan energi dan daya tahan yang
Kokain memacu jantung, meningkatkan tekanan darah dan suhu
badan, juga menghambat perasaan lapar serta menurunkan perasaan letih
dan kebutuhan tidur.
Penyalahgunaan kokain yang dihisap melalui hidung menimbulkan
euphoria tetapi disusul segera oleh depresi berat yang menimbulkan
keinginan untuk menggunakannya lagi dalam dosis yang semakin besar
dan menyebabkan ketergantungan psikis yang kuat dan toleransi untuk
efek sentral. Pada keadaan kelebihan dosis timbul eksitasi,kesadaran
menurun, pernafasan tidak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah
cepat, suhu badan naik, rasa cemas dan ketakutan, serta kematian biasanya
disebabkan pernafasan berhenti.
c. Mariyuana Ganja/Kanabis
Nama jalanan yang sering digunakan adalah : grass, cimeng, ganja,
gelek, hasish, dan bhang. Marijuana berasal dari tanaman kanabis sativa
dan kanabis indica. Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu :
tetrehidro, kanabinol, dan kanabidio. Efek rasa dari Kanabis tergolong
cepat, si pemakai: cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebih
(euphoria), sering berfantasi (Ardani, 2011).
Mariyuana memberikan efek tergantung pada potensi dan ukuran
dosisnya. Dosis besar dilaporkan menimbulkan berbagai perubahan cepat
dalam emosi, perhatian yang menumpul, pikiran yang terpecah, dan
melemahnya memori. Dosis yang sangat besar kadang menimbulkan
kepanikan ekstrim, yang kadang muncul dari keyakinan bahwa
pengalaman yang menakutkan tersebut tidak akan pernah berakhir
(Davidson G, 2006).
Menurut Penelitian Ilmiah Marijuana Research Findings pada
tahun 1980 mengindikasikan bahwa mariyuana menghambat banyak
fungsi kognitif. Sejumlah tes yang mengganti angka-angka dengan simbol,
tes waktu reaksi, menghapal serangkaian deretan angka dari depan dan
dari belakang, penghitungan aritmatik, tes pemahaman bacaan dan
berbicara, -mengungkap kelemahan intelektual pada mereka yang berada
didalam pengaruh mariyuana (Davidson G, 2006).
Mariyuana juga memberikan efek somatik. Efek somatik jangka
pendek mariyuana mencakup mata yang memerah dan gatal, mulut dan
kerongkongan kering, nafsu makan meningkat, berkurangnya tekanan
pada mata, dan meningkatkan tekanan darah. Penggunan mariyuana dalam
waktu lama secara serius merusak struktur dan fungsi paru-paru karena
mariyuana mengandung zat karsinogen (Davidson G, 2006).
d. Morfin
Morfin merupakan hasil olahan dari opium/candu yang
menimbulkan efek stimulasi sistem saraf pusat (SSP) seperti miosis
(penciutan pupil mata), mual, muntah-muntah, eksitasi dan konvulsi. Pada
pemakaian yang teratur, morfin dengan cepat menimbulkan toleransi dan
terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat
yang menyebabkan kematian (Tjah dan Rahaja, 2002).
Sifat morfin yang lainnya adalah dapat menimbulkan kejang
abdominal, mata merah, dan gatal terutama disekitar hidung yang
disebabkan terlepasnya histamine dalam sirkulasi darah dan konstipasi.
Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering, seluruh tubuh hangat,
anggota badan terasa berat, dan euphoria (Davidson G, 2006).
e. Kodein
Kodein termasuk turunan dari candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan
rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara
pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.
2. PSIKOTROPIKA
a. Amfetamin (Amphetamine)
Amfetamin pada awal 1930 sebagai inhaler untuk melegakan
hidung tersumbat dan kemudian diresepkan oleh para dokter untuk
mengendalikan depresi ringan. Amfetamin seperti Benzedrin, Deksedrin,
dan Methedrin menghasilkan efeknya dengan menyebabkan pelepasan
norepinefrin dan dopamin dan menghambat pengembalian kedua
neorotransmiter tersebut. Obat-obatan tersebut dapat ditelan atau
disuntikkan dan dapat menyebabkan kecanduan. Keterjagaan meningkat,
fungsi-fungsi pencernaan dihambat, dan nafsu makan berkurang-oleh
karena itu obat ini digunakan untuk diet. Denyut jantung semakin cepat,
Individu yang bersangkutan menjadi terjaga, euforik, dan bersemangat
serta dirasuki oleh energi yang seolah tanpa batas dan rasa percaya diri
(Davidson G, 2006).
Dosis yang lebih besar dapat membuat pengguna menjadi gugup,
mudah terpancing, dan bingung sehingga ia dapat mengalami gemetar,
sakit kepala, pusing dan tidak dapat tidur. Terkadang para pengguna berat
menjadi sangat dipenuhi rasa curiga dan bersikap bermusuhan sehingga ia
dapat membahayakan orang lain (Davidson G, 2006).
b. Ecstasy
Ecstasy pada tahun 1914 dipasarkan sebagai obat penekan nafsu
makan. Pada tahun 1970-an, obat ini digunakan di Amerika Serikat
sebagai obat tambahan pada psikoterapi dan kemudian dilarang pada tahun
1985. Sekarang ini ecstasy banyak digunakan oleh para pecandu di banyak
negara termasuk Indonesia terutama oleh para remaja dan kalangan
eksekutif di tempat-tempat hiburan sehingga disebut juga party drug atau
dance drug (Tjah & Rahaja, 2002).
Ecstasy saat ini dikenal dengan nama lain yaitu: huge drug, yuppie
drug, essence, clarity, butterfly, dan lain-lain. Penggunaan Ecstasy dapat
menimbulkan kerusakan otak yang permanen dan kematian (Dalami, dkk
2009).
Daya kerjanya agak singkat (4-6 jam) dan bekerja berdasarkan
gangguan re-uptake dari serotonin di otak yang berperan penting pada
mempunyai efek kerja serotonergik dan dopaminergenik pada sistem saraf
pusat dan adakalanya dicampur dengan obat-obatan lain dengan tujuan
memperkuat efeknya yaitu rasa senang yang berlebih atau eforia (Tjah &
Rahaja, 2002).
Karena ecstasy dibuat dari bahan dasar amfetamin, maka efek yang
ditimbulkan juga mirip, seperti mulut kering, jantung berdenyut lebih
cepat, berkeringat, mata kabur, demam tinggi, ketakutan, sulit konsentrasi,
dan seluruh otot nyeri (Sasangka, 2003).
c. Shabu
Nama Shabu adalah nama julukan terhadap zat metamfetamin yang
mempunyai sifat stimulansia lebih kuat dibanding turunan amphetamine
yang lain. Nama lainnya adalah Ice, Crystal, dan Crank. Cara
penggunaannya adalah dibakar dengan menggunakan kertas aluminium
foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca
yang dirancang khusus (Ardiani, 2011).
Penggunaan zat ini akan menimbulkan perasaan melayang,
semangat dan gembira luar biasa, serta mengakibatkan insomnia dan
mengurangi nafsu makan. Perasaan melayang dan semangat tersebut
hanya bersifat sementara yang kemudian akan berangsur-angsur
membangkitkan kegelisahan luar biasa (Dalami dkk, 2011).
Dalam pemakaian jangka panjang penggunaan shabu akan
rusaknya ujung saraf dan otak, kehilangan berat badan, serta tekanan darah
meningkat (Dalami dkk, 2011).
d. Sedatif
Sedatif memberikan efek depresiva yaitu mengurangi kegiatan dari
Sistem saraf pusat sehingga dipergunakan untuk menenangkan saraf atau
membuat seseorang mudah tidur. Obat ini justru menimbulkan
ketergantungan fisik maupun psikis dan pada umumnya sudah dapat
timbul setelah 2 minggu penggunaan terus menerus.
Sedatif dengan golongan barbiturat digunakan sebagai obat yang
membantu seseorang agar dapat tidur atau merasa rileks. Sedatif ini
melemaskan otot, mengurangi kecemasan dan dalam dosis rendah
menghasilkan kondisi euforik ringan. Dosis yang berlebihan menyebabkan
bicara menjadi tidak jelas dan langkah tidak stabil. Penilaian, konsentrasi,
dan kemampuan untuk bekerja dapat sangat melemah. Pengguna
kehilangan kendali emosional dan dapat menjadi mudah tersinggung serta
agresif sebelum akhirnya tertidur lelap. Dosis yang sangat besar dapat
menjadi fatal karena otot diafragma melemas hingga ke kondisi yang dapat
membuat individu kehabisan nafas (Davidson G, 2006).
Sedatif dengan golongan benzodiazepin juga digunakan sebagai
Mg, Rohyp. Pemakaian benzodiazepine dapat melalui oral, intra vena, dan
rectal (Ardani, 2011).
e. Halusinogen
Halusinogen disebut juga psikodelika. Pada tahun 1954, A. Hoffer
dan H. Osmond memperkenalkan istilah halusinogen untuk memberi nama
pada zat tertentu yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi,
pikiran, dan perasaan seseorang serta menimbulkan halusinasi (Davidson
G, 2006).
Salah satu zat yang termasuk dalam golongan halusinogen adalah
LSD (Lysergic Acid) yang memiliki nama jalanan acid, trips, tabs. Zat ini
menyebabkan distorsi penglihatan dan pendengaran yang mampu
menimbulkan efek khayalan, juga menyebabkan ketegangan dan depresi.
Bahaya terbesar menggunakan LSD adalah dapat berkembang
menjadi serangan panik yang sempurna dan menimbulkan ketakutan yang
disebut dengan bad trip/flip (Davidson G, 2006).
3. Zat-Zat Adiktif a.Alkohol
Efek alkohol bervariasi tergantung kadar konsentrasi zat tersebut
didalam aliran darah dimana tergantung pada banyaknya alkohol yang
dikonsumsi dalam satu kurun waktu tertentu, adanya makanan dalam
lambung yang menahan alkohol dan mengurangi tingkat penyerapannya,
dan kemampuan kerja organ hati.
Alkohol memberikan efek awal yaitu bersifat merangsang dimana
ekspansif seiring naiknya kadar alkohol dalam darah. Namun, setelah
kadar alkohol dalam darah mencapai puncaknya dan mulai turun, alkohol
berfungsi sebagai depresan dimana berbagai emosi negatif meningkat
(Davidson G, 2006).
Alkohol dalam jumlah banyak mengganggu proses berfikir
kompleks, koordinasi motorik, keseimbangan, kemampuan bicara dan
penglihatan juga melemah. Alkohol juga mampu menghilangkan rasa sakit
dan dalam dosis yang lebih besar bersifat sedatif, menyebabkan orang
tertidur bahkan kematian (Davidson G, 2006).
Kebiasaan minum yang kronis menimbulkan kerusakan biologis
parah selain kemunduran psikologis. Konsumsi alkohol dalam waktu lama
memberikan efek negatif bagi hampir setiap jaringan dan organ tubuh
seperti malnutrisi parah. Alkohol tidak mengandung berbagai zat gizi yang
penting bagi kesehatan (Dalami dkk,2011).
Pada penyalahgunaan alkohol kronis yang berusia lebih tua,
kekurangan vitamin B-kompleks dapat mengakibatkan sindrom amnestik
yaitu suatu sindrom hilangnya memori yang parah atas berbagai peristiwa
yang belum lama berselang maupun yang sudah lama terjadi. Kesenjangan
memori ini sering kali diisi dengan menuturkan berbagai kejadian imajiner
yang sangat tidak mungkin.
Konsumsi alkohol yang sangat banyak semasa hamil diketahui
merupakan penyebab utama retardasi mental. Pertumbuhan janin
tubuh. Kondisi tersebut dikenal sebagai sindrom alkohol fetal (Davidson
G, 2006)
b. Inhalansia dan Solvent (Pelarut)
Zat yang digolongkan dalam inhalansia dan Solvent (pelarut) ini
adalah gas atau zat pelarut yang mudah menguap. Zat ini banyak terdapat
pada alat-alat keperluan rumah tangga seperti perekat, hair spray,
deodorant spray, pelumas mesin, bahan pembersih, dan thinner.
Inhalansia bekerja pada membrane sel terutama sel saraf pusat.
Gejala pecandu inhalansi antara lain : pusing-pusing, bicara tidak lancer,
berjalan atau berdiri sempoyongan, euphoria, halusinasi, mudah
tersinggung, impulsif, perilaku aneh, dan luka-luka atau peradangan
disekitar mulut dan hidung (Davidson G, 2006).
c. Nikotin
Nikotin adalah zat dalam tembakau yang menyebabkan kecanduan.
Nikotin merangsang pelepasan dopamin di otak. Dopamin adalah zat
dalam saraf yang berperan menghadirkan rasa bahagia. Nikotin
menstimulasi produksi dopamin secara berlebihan, membuat tubuh rileks.
Ketika konsentrasi dopamin menurun, orang bisa merasa gelisah.
Akhirnya konsumsi nikotin lewat rokok meningkat intensitasnya. Jika
tiba-tiba menghentikan konsumsi rokok, ia pasti akan mengalami efek
balikan (withdrawal effect).
d. Kafein
Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam tanaman coffee
Selain kopi, minuman lain yang banyak mengandung kafein seperti daun
teh (teh hitam dan teh hijau), kakao, dan coklat.
Minum kopi terlalu banyak (lebih dari 3-4 cangkir per hari) dapat
meningkatkan resiko terkena penyakit jantung karena memperbesar kadar
hemosistein darah terutama bila bersamaan dengan kebiasaan merokok
(Tjah & Raharja, 2002).
Kafein dapat menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga
meningkatkan konsentrasi. Kafein merangsang otot jantung sehingga
kadang-kadang menyebabkan aritmia jantung, menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah otak, meningkatkan tekanan darah,dan
iritasi pada lambung.
Konsumsi kafein terlalu banyak mengakibatkan tangan gemetar,
perasaan gelisah, tidak tenang, ingatan berkurang, tidak dapat tidur,
poliuria, mual, otot berkedut, serta denyut jantung cepat dan tidak teratur
(Sesangka, 2003).
2.4.2 Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA
Dalam penggunaan NAPZA penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat
terjadi dan ditandai oleh berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu
zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan,
mencoba untuk berhenti namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik
atau psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat dan mengalami
Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pola penggunaan NAPZA yang
bersifat patologik, paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan
gangguan fungsi sosial. Pola penggunaan zat yang bersifat patologik dapat berupa
intoksikasi sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut walaupun penderita
mengetahui dirinya sedang menderita sakit fisik akibat zat tersebut, atau adanya
kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat
tersebut. Gangguan yang terjadi tersebut adalah gangguan fungsi sosial yang
berupa ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga atau
teman-temannya karena perilaku yang tidak wajar, impulsive, atau karena perasaan
agresif yang tidak wajar. Dapat pula berupa pelanggaran lalu lintas dan
kecelakaan lalu lintas, serta perbuatan kriminalitas lainnya karena motivasi
memperoleh uang (Ardiani, 2011).
NAPZA memberikan pengaruh pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan berbagai efek kognitif dan perilaku maladaptif. Ketergantungan
obat dibedakan atas ketergantungan fisik dan ketergantungan psikis. Arti adiksi
dipersempit menjadi ketergantungan fisik dan ketergantungan psikis disebut
habituasi. Beberapa ahli memberi arti adiksi sebagai bentuk ketergantungan yang
berat pada hard drug (heroin, morfin), sedangkan habituasi sebagai bentuk
ketergantungan ringan yaitu pada soft drug seperti marijuana dan sedatif.
(Ardiana, 2011).
Untuk memperoleh khasiat seperti semula dari zat yang dipakai berulang
kali, diperlukan jumlah yang makin lama makin banyak. Keadaan yang demikian
dibutuhkan untuk menghasilkan efek yang didingginkan lebih besar atau efek obat
menjadi sangat berkurang jika mengonsumsi obat dalam dosis yang biasa
(Davidson G, 2006).
Gejala putus zat atau gejala lepas zat (Withdrawal syndrome) merupakan
gejala yang timbul bila seseorang yang ketergantungan pasa suatu zat kemudian
dihentikan atau dikurangi (Ardiani, 2011).
2.5 EPIDEMIOLOGI
2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Menurut Orang a. Variasi Usia
Berdasarkan Data World Drug Report 2014, Pada tahun 2012 kelompok
umur penyalahgunaan NAPZA paling banyak yaitu pada kelompok umur 15-64
tahun sebanyak 324 juta orang dengan pemakaian marijuana, opium, kokain , dan
amfetamin.
Menurut Data Rekapitulasi data Morbiditas pasien rawat jalan dan rawat
inap di Rumah sakit Indonesia tahun 2010, kategori umur gangguan jiwa
penyalahgunaan NAPZA tertinggi terdapat pada kelompok usia 25-44 tahun
sebanyak 46,1%, diikuti dengan 26,7 % dari kelompok usia 15-24 tahun, dan
19,6% dari kelompok usia 45-64 tahun. Adapun jumlah pasien sebanyak 3.064
dengan rekapitulasi data dari 1.523 rumah sakit.
Menurut Data Rekapitulasi data Morbiditas pasien rawat jalan dan rawat
inap di Rumah sakit Indonesia tahun 2010, gangguan jiwa penyalahgunaan
NAPZA terdapat pada laki-laki 2 kali lebih banyak dari perempuan.
2.5.2 Distribusi dan frekuensi Menurut Tempat
Selama tiga tahun berturut dari 2011, 2012, 2013, jumlah penyalahgunaan NAPZA terdapat paling banyak di Jawa Timur. Kasus-kasus penyalahgunaan
NAPZA umumnya terjadi di kota-kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung,
Medan, dll.
Penyalahgunaan NAPZA tidak hanya marak di perkotaan, tetapi juga di
pedesaan. Jika kita melihat faktor penyebab dari penyalahgunaan NAPZA dimana
kondisi individualis, mobilitas dan aktivitas orang tua yang tinggi sehingga
kurang komunikasi dengan anak, dan gaya hidup (life style) dimana tempat
hiburan yang menjadi lokasi strategis untuk peredaran NAPZA juga lebih banyak
didaerah perkotaan, dan diikuti dengan rasa kesepian tinggi, maka daerah
perkotaan lebih berisiko untuk terjadi penyalahgunaan NAPZA. Dimana
gangguan jiwa juga lebih sering terjadi didaerah perkotaan.
2.5.3 Penyebab atau Determinan
Adapun penyebab atau determinan gangguan jiwa penyalahgunaan NAPZA
adala sebagai berikut:
1. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada
masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,