• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Sapogenin Dari Teripang Holothuria sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Senyawa Sapogenin Dari Teripang Holothuria sp."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA SAPOGENIN DARI TERIPANG Holothuria sp.

SKRIPSI

Oleh:

ENNI PURWANTI 040804061

FAKULTAS FARMASI

(2)

2008

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA SAPOGENIN DARI

TERIPANG Holothuria sp.

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

DIAJUKAN OLEH : ENNI PURWANTI

040804061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA SAPOGENIN DARI

TERIPANG Holothuria sp.

Diajukan Oleh :

ENNI PURWANTI 040804061

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

(Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt.) NIP: 131 270 667

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmaaanirrahim. Segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, karunia dan ridha-Nya, yang

memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, serta salawat beriring

salam untuk Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus tak terhingga

kepada orang tua tercinta dan adik-adik yang tersayang, atas doa, perhatian,

nasehat, dorongan semangat dan segala kasih sayangnya kepada penulis sehingga

penulis dapat tetap berdiri dengan tegar dalam meraih cita-cita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan

hati penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi,

Ibu Dra. Siti Aman, M.Si., Apt. sebagai penasehat akademik penulis, beserta

seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik

penulis selama perkuliahan.

2. Ibu Dra. Suwarti Aris, M. Si., Apt. dan Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M. Si.,

Apt. atas waktu, bimbingan dan kesabaran serta tanggung jawab kepada

(5)

3. Drs. M. Pandapotan Nst, MPS., Apt. , Ibu Dra. Misrah Gaffar, M.S., Apt. dan

Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt. sebagai kepala Laboratorium

Farmakognosi beserta staf yang telah memberikan bantuan, petunjuk, saran

dan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

5. Ayahanda Alm. Darlis Darwis, S.Pd dan Ibunda Hartini M. , serta acik,

paklek, nenek, Mas Eko, dan adik-adikku Ulfa dan Berry atas segala doa,

kasih sayang, dorongan semangat dan segala pengorbanan baik moril maupun

materil kepada penulis selama ini.

6. Para senior yang baik teruntuk Kak Merlyn, Kak Dani, Mbak Ayu, dan Kak

Ipeh yang telah membantu dan mencari solusi kepada penulis disaat

mengalami benturan dalam menjalani penelitian.

7. Rekan-rekan Farmasi 2004 Fina, Nia, Ratih, Lela, Ocha, Lily, Katarin dan

seluruh rekan Farmasi senasib seperjuangan yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini, dan semua dukungan

semangat serta pengorbanan baik moril maupun material dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-temanku Willy Suwardi, Lyla, Ica, Kak Sisma, Kak Vie, Kak Pita,

Kak Ledy, Kak Rahma, Arhien, Sandy, Tina, Linda, Maria, Diana yang telah

memberikan bantuan, dorongan dan semangat kepada penulis serta ketulusan

(6)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan srikpsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi

sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Akhirnya penulis memohon maaf atas segala keterbatasan dan

kekurangan penulis dalam penulisan skripsi ini. Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Medan, Januari 2009

Penulis,

(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan uji pendahuluan terhadap senyawa kimia golongan

saponin, steroid/triterpenoid, ekstraksi, isolasi, serta identifikasi senyawa sapoge

nin hasil isolasi dari teripang Holothuria sp.

Sampel teripang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut

etanol 95%, kemudian dihidrolisis dengan asam klorida 2 N, selanjutnya disari

dengan kloroform. Kemudian dilanjutkan dengan isolasi senyawa sapogenin

secara kromatografi lapis tipis preparatif. Terhadap isolat dilakukan uji kemurnian

dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis dua arah. Isolat yang

diperoleh diidentifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofoto

metri inframerah (IR), spektrometri massa (MS).

Hasil uji pendahuluan senyawa kimia menunjukkan adanya senyawa

saponin dan steroid/triterpenoid. Dari hasil isolasi diperoleh 2 isolat, yaitu isolat I

(Rf = 0,47), isolat II (Rf = 0,72). Hasil identifikasi isolat II secara

spektrofotometri ultraviolet memberikan absorbansi maksimum pada panjang

gelombang (λ) 229 nm. Hasil identifikasi isolat II secara spektrofotometri

inframerah menunjukkan adanya gugus -OH, C-H alifatis, C-O, C=C, C-Br. Hasil

karakterisasi spektrometri massa mempunyai berat molekul (BM) 448, dan diduga

(8)

ABSTRACT

A preliminary test to saponin, steroid/triterpenoid chemical compound,

extraction, isolation, and characteritation of sapogenin compound isolated from

sea cucumber Holothuria sp.

The sea cucumber sample was extracted by maceration method using

ethanol 95% as solvent, then it was hydrolyzed by hydrochloric acid 2 N and

extracted with chloroform. After that, isolation of sapogenin was done using

preparative thin layer chromatography. To the isolate, purity test was done using

thin layer chromatography and two dimentional thin layer chromatography. The

isolate obtained then identified using UV spectrophotometry, IR

spectrophotometry, and mass spectrometry.

The result of chemical compound preface test shows that there is saponin

and steroid/triterpenoid. From isolation result, two isolates was obtained, which

are isolate I (Rf = 0,47), isolate II (Rf = 0,72). The characteritation result of

isolate II using UV spectrophotometry shows maximum absorbance at wavelength

229 nm. The characteritation result of isolate II using IR spectrophotometry shows

the existence of –OH, alyphatic C-H, C-O, C=C, C-Br functionalities. The

characteritation result using mass spectrometry shows the molecular mass of 448,

(9)
(10)

2.3 Uraian Kimia ... 6

2.3.1 Triterpenoid/steroid ... 6

2.4 Ekstraksi ... 7

2.5 Kromatografi ... 9

2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis ... 10

2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif ... 11

2.6 Spektrofotometri Ultraviolet ... 12

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 18

3.3.1 Pengumpulan Sampel ... 18

3.4.5 Larutan Liebermann-Burchard (LB) ... 19

3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia………. 19

(11)

3.5.2 Penetapan Kadar Air ... 20

3.6 Pemeriksaan Senyawa Saponin ... 21

3.6.1 Uji Busa ... 21

3.6.2 Uji Hemolisis Darah ... 21

3.7 Pemeriksaan Senyawa Steroid/Triterpenoid... 21

3.7.1 Reaksi Warna dengan Pereaksi Liebermann Burchard (LB) ... 21

3.8 PembuatanEkstrak ... 22

3.9 Analisis Ekstrak Etanol dengan Cara KLT ... 22

3.10 Isolasi Senyawa Sapogenin dari Ekstrak Etanol ... 23

3.11 Analisis Ekstrak Kloroform dengan Cara KLT ... 23

3.12 Isolasi Senyawa Sapogenin dengan KLT Preparatif ... 24

3.13 Uji Kemurnian Isolat dengan KLT... 25

3.14 Uji Kemurnian Isolat dengan KLT Dua Arah ... 25

3.15 Identifikasi Isolat ... 26

3.15.1 Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Ultraviolet ... 26

3.15.2 Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Inframerah ... 26

3.15.3 Karakterisasi Isolat dengan Spektrometer massa... 27

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Teripang segar Holothuria sp...22

2. Simplisia teripang Holothuria sp ... 23

3. Bagan ekstraksi senyawa sapogenin dari teripang ... 24

4. Bagan isolasi senyawa sapogenin dari ekstrak kloroform ... 25

5. Kromatogram KLT ekstrak etanol ... 26

6. Kromatogram KLT ekstrak kloroform ... 27

7. Kromatogram KLT ekstrak kloroform ... 28

8. Kromatogram ekstrak kloroform secara KLT preparatif ... 29

9. Kromatogram hasil KLT uji kemurnian isolat ... 30

10.Kromatogram KLT dua arah dari isolat…...………...………31

11. Spektrum ultraviolet dari isolat……….………...32

12. Spektrum inframerah dari isolat……….………..33

13. Spektrum massa dari isolat………...………34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil identifikasi teripang dari Pusat Penelitian Oseanografi ...21

2. Gambar teripang segar Holothuria sp ... 22

3. Gambar simplisia teripang Holothuria sp ... 23

4. Bagan ekstraksi senyawa sapogenin dari teripang ... 24

5 Bagan isolasi senyawa sapogenin dari ekstrak kloroform ... 25

6. Gambar kromatogram KLT ekstrak etanol ... 26

7. Gambar kromatogram KLT ekstrak kloroform ... 27

8. Gambar kromatogram ekstrak kloroform secara KLT preparatif ... 29

9. Gambar kromatogram hasil KLT uji kemurnian isolat ... 30

10.Gambar kromatogram KLT dua arah dari isolat ... 31

11.Gambar spektrum ultraviolet dari isolat ... 32

12.Gambar spektrum inframerah dari isolat ... 33

13.Gambar spektrum massa dari isolat ... 34

14.Gambar spektrum massa dari pembanding ... 35

(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan uji pendahuluan terhadap senyawa kimia golongan

saponin, steroid/triterpenoid, ekstraksi, isolasi, serta identifikasi senyawa sapoge

nin hasil isolasi dari teripang Holothuria sp.

Sampel teripang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut

etanol 95%, kemudian dihidrolisis dengan asam klorida 2 N, selanjutnya disari

dengan kloroform. Kemudian dilanjutkan dengan isolasi senyawa sapogenin

secara kromatografi lapis tipis preparatif. Terhadap isolat dilakukan uji kemurnian

dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis dua arah. Isolat yang

diperoleh diidentifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofoto

metri inframerah (IR), spektrometri massa (MS).

Hasil uji pendahuluan senyawa kimia menunjukkan adanya senyawa

saponin dan steroid/triterpenoid. Dari hasil isolasi diperoleh 2 isolat, yaitu isolat I

(Rf = 0,47), isolat II (Rf = 0,72). Hasil identifikasi isolat II secara

spektrofotometri ultraviolet memberikan absorbansi maksimum pada panjang

gelombang (λ) 229 nm. Hasil identifikasi isolat II secara spektrofotometri

inframerah menunjukkan adanya gugus -OH, C-H alifatis, C-O, C=C, C-Br. Hasil

karakterisasi spektrometri massa mempunyai berat molekul (BM) 448, dan diduga

(15)

ABSTRACT

A preliminary test to saponin, steroid/triterpenoid chemical compound,

extraction, isolation, and characteritation of sapogenin compound isolated from

sea cucumber Holothuria sp.

The sea cucumber sample was extracted by maceration method using

ethanol 95% as solvent, then it was hydrolyzed by hydrochloric acid 2 N and

extracted with chloroform. After that, isolation of sapogenin was done using

preparative thin layer chromatography. To the isolate, purity test was done using

thin layer chromatography and two dimentional thin layer chromatography. The

isolate obtained then identified using UV spectrophotometry, IR

spectrophotometry, and mass spectrometry.

The result of chemical compound preface test shows that there is saponin

and steroid/triterpenoid. From isolation result, two isolates was obtained, which

are isolate I (Rf = 0,47), isolate II (Rf = 0,72). The characteritation result of

isolate II using UV spectrophotometry shows maximum absorbance at wavelength

229 nm. The characteritation result of isolate II using IR spectrophotometry shows

the existence of –OH, alyphatic C-H, C-O, C=C, C-Br functionalities. The

characteritation result using mass spectrometry shows the molecular mass of 448,

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I. I Latar Belakang

Perairan pantai Indonesia kondisi alam dan iklimnya hampir tidak banyak

mengalami perubahan sepanjang tahun, sehingga memungkinkan banyak jenis

biota yang hidup di perairan pantai. Salah satu jenis biota ekonomis penting

tersebut adalah teripang (Martoyo dkk, 2006).

Teripang adalah kelompok hewan invertebrata laut berkulit duri (halus)

bertubuh lunak dan silindris memanjang seperti mentimun. Hewan ini hidup

sampai pada kedalaman lebih dari 30 m. Teripang termasuk kelas holothuroidea

(Filum Echinodermata) (Anonim, 2008).

Jenis biota ini dikenal juga dengan sebutan ketimun laut, suala, sea

cucumber (Inggris), trepang, gamat (Malaysia), haysom (Hongkong), attai (India),

seegueke (Jerman), beche de-mer (Perancis), namako (Jepang), pling khao

(Thailand) atau dalam istilah pasaran internasional dikenal dengan sebutan teat

fish. Komoditi perikanan ini mempunyai prospek yang cukup baik dan bernilai

ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional. Untuk konsumsi pasar

internasional, biasanya teripang diperdagangkan dalam bentuk daging dan kulit

kering (Martoyo dkk, 2006).

Teripang bernilai ekonomis tinggi, karena kandungan atau kadar

(17)

kering berupa protein (82%), lemak (1,7%), kadar abu (8,6%), kadar air (8,9%),

karbohidrat (4,8%), vitamin A, vitamin B1, B2, B3. Kandungan lemaknya

mengandung asam lemak tidak jenuh yang sangat diperlukan bagi kesehatan

jantung (Anonim, 2008).

Teripang mempunyai khasiat pengobatan untuk bermacam-macam

penyakit antara lain sebagai obat luka ringan, sakit sendi, paru-paru, tekanan

darah tinggi, diabetes melitus, kolesterol (Anonim, 2008).

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti melakukan isolasi senyawa

sapogenin yang terdapat pada teripang Holothuria sp. dengan cara maserasi dan

kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap simplisia teripang yang berasal dari

perairan Sabang, Aceh, serta identifikasi senyawa sapogenin hasil isolasi dari

simplisia teripang secara spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofotometri

(18)

1. 2 Perumusan Masalah

1. Apakah teripang Holothuria sp. mengandung senyawa sapogenin?

2. Apakah senyawa sapogenin dapat diisolasi dengan cara KLT dan isolat

yang diperoleh dapat diidentifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet

(UV), spektrofotometri inframerah (IR), spektrometri massa (MS)?

1.3Hipotesis

1. Diduga teripang Holothuria sp. mengandung senyawa sapogenin.

2. Senyawa sapogenin dapat diisolasi dengan cara KLT dan dapat

diidentifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofotometri

inframerah (IR), spektrometri massa (MS).

1. 4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui senyawa sapogenin yang terdapat dalam teripang

Holothuria sp.

2. Untuk mengetahui cara mengisolasi senyawa sapogenin yang terdapat

dalam teripang Holothuria sp. dan cara mengidentifikasi isolatnya dengan

spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofotometri inframerah (IR),

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Hewan

2.1.1 Sistematika Hewan

Sistematika dari hewan teripang (Martoyo dkk, 2006) adalah sebagai berikut:

Filum : Echinodermata

Sub-filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub-kelas : Aspidochirotacea

Ordo (bangsa) : Aspidochirotida

Famili (suku) : Holothuriidae

Genus (marga) :

1. Holothuria

2. Actynopyga

3. Stichopus

Teripang merupakan salah satu anggota hewan berkulit duri

(Echinodermata). Namun, tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada

(20)

Filum Echinodermata terbagi menjadi lima kelas yaitu Holothuroidea

(timun laut atau teripang), Asteroidea (bintang laut), Echinoidea (bulu babi),

Ophiuroidea (bintang laut ular), Crinoidea (Anonim, 2008).

Teripang bertubuh lunak, berdaging dan berbentuk silindris memanjang

seperti buah ketimun. Oleh karena itu, hewan ini dinamakan ketimun laut.

Gerakan teripang sangat lambat sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar

laut. Warna tubuh teripang bermacam-macam, mulai dari hitam, abu-abu,

kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai putih

(Martoyo dkk, 2006).

Tidak semua jenis teripang yang ditemukan di perairan Indonesia

mempunyai nilai ekonomis penting. Jenis teripang yang dapat dimakan dan

mempunyai nilai ekonomis penting terbatas pada famili Holothuriidae genus

Holothuria, Actynopyga, dan Stichopus (Martoyo dkk, 2006).

2.2Kandungan Tubuh Teripang

Teripang mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau

kadar nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang

dalam kondisi kering terdiri dari protein sebanyak 82%, lemak 1,7%, kadar air

8,9%, kadar abu 8,6%, dan karbohidrat 4,8% (Martoyo dkk, 2006).

Kandungan kimia teripang dalam keadaan basah yaitu 44 - 45% protein,

(21)

2.3 Uraian Kimia

2.3.1 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik

yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid

sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 1987).

a. Triterpen sebenarnya b. Steroid

Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya cincin siklopentana

perhidrofenantren (Harbone, 1987). Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol

dan triterpenoid tetrasiklik lain. Istilah “sterol” dipakai khusus untuk steroid

alkohol. Sterol biasanya mempunyai gugus hidroksil pada atom C-3 dan suatu

ikatan rangkap pada posisi 5 dan 6.

Kerangka dasar dan sistem penomoran steroid (Robinson, 1995) dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

c. Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas

(22)

Saponin adalah glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin.

Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal

dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin juga

bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis (Farnsworth,

1966; Gunawan dan Mulyani, 2004).

Berdasarkan struktur dari aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid

mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin steroid

tersusun dari suatu aglikon steroid (sapogenin) yang terikat pada suatu

oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentosa (Farnsworth, 1966). Sebaliknya,

hasil hidrolisisnya, yaitu sapogenin steroid mudah larut dalam pelarut organik

(seperti kloroform, eter, n-heksan) dan tidak larut dalam air (Trease and Evans,

1983).

d. Glikosida Jantung

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut tertentu. Proses

ekstraksi akan menghasilkan ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang

diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

(23)

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Depkes, 2000) yaitu :

A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia yang mengandung zat aktif

yang mudah larut dalam cairan penyari.dengan perendaman dan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar (kamar).

Remaserasi berarti proses maserasi yang dilanjutkan dengan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan

seterusnya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut

yang selalu baru hingga terjadi penyarian sempurna yang umumnya

dilakukan pada temperatur kamar. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat).

B. Cara panas

(1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

(24)

(2) Soksletasi

Soksletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

dilakukan menggunakan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

(3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

(4) Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama

15 menit.

(5) Dekok

Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90o

1. Fase gerak zat cair-fase diam padat (kromatografi serapan) meliputi:

kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion

C semala 30

menit.

2.5 Kromatografi

Kromatografi didefinisikan sebagai teknik pemisahan campuran dua atau

lebih senyawa yang berbeda yang terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan

fase gerak. Cara-cara kromatografi dapat dikelompokkan berdasarkan fase gerak

dan fase diam yang digunakan (Sastrohamidjojo, 1985) yaitu:

(25)

3. Fase gerak cair-fase diam cair (kromatografi partisi) : kromatografi

kertas

4. Fase gerak gas-fase diam cair meliputi: kromatografi gas cair dan

kromatografi kolom kapiler

2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan kromatografi serapan dimana

adsorben (penyerap) bertindak sebagai fase diam (berupa zat padat) dan fasa gerak

berupa zat cair yang disebut larutan pengembang (Gritter. dkk, 1991).

Fasa diam (penjerap) dapat dibagi dua, yaitu penjerap polar dan penjerap

non polar. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan ditotolkan berupa

noda atau isolat. Setelah plat diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi

larutan pengembang yang cocok (fasa gerak), pemisahan terjadi selama

pengembangan. Fasa gerak merupakan medium angkut dan terdiri atas satu atau

beberapa pelarut yang bergerak di dalam fasa diam karena adanya gaya kapiler

(Sthal, 1985). Noda yang timbul pada senyawa yang terpisah pada lempeng

lapisan tipis dapat dideteksi dengan pereaksi warna ataupun dengan sinar UV

dengan panjang gelombang tertentu, yaitu 254 nm dan 366 nm (Sastrohamidjojo,

1985).

Empat macam adsorben yang umum dipakai adalah silika gel, alumina,

kieselguhr, dan selulosa. Zat-zat penyerap ini dibuburkan dengan air lalu dibuat

lapisan tipis yang merata pada lempeng kaca. Plat yang telah kering dipanaskan

atau diaktifkan dengan cara memanaskannya pada suhu kira-kira 1000C selama 30

menit. Campuran senyawa yang akan dipisahkan terlebih dahulu dilarutkan dalam

(26)

Kemudian dimasukkan kedalam bejana tertutup rapat berisi larutan pengembang

yang cocok (fase gerak) (Adnan, 1997; Sastrohamidjojo, 1991).

Fase gerak yang dipakai umumnya berupa campuran beberapa pelarut

dengan perbandingan tertentu, tujuannya adalah untuk memperoleh polaritas yang

tepat sehingga diperoleh pemisahan senyawa yang baik. Proses pengembangan

akan lebih baik bila bejana pengembangan telah jenuh dengan uap fase gerak

(Adnan, 1997; Gritter, dkk., 1991).

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya digunakan

dengan Rf. Angka Rf berjangka 0,00-1,00 dan hanya dapat ditemukan dua

desimal (Stahl, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu struktur kimia dari

senyawa yang dipisahkan, sifat dari penyerap, tebal dan kerataan lapisan penjerap,

pelarut, suhu, sifat dari campuran, derajat kejenuhan dari bejana pengembang,

tehnik percobaan, jumlah cuplikan yang digunakan, dan kesetimbangan

(Sastrohamidjojo, 1991).

2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode

pemisahan yang pengerjaannya lebih mudah dan menggunakan peralatan

sederhana (Harbone, 1987).

Penjerap yang paling umum digunakan adalah silika gel dipakai untuk

pemisahan senyawa lipofilik maupun hidrofilik dengan ketebalan 0,5-2 mm.

(27)

Kebanyakan penjerap kromatografi lapis tipis preparatif mengandung

indikator fluoresensi yang membantu mendeteksi letak isolat yang terpisah

sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap sinar ultraviolet. Untuk senyawa

yang tidak menyerap sinar ultraviolet pendeteksian dilakukan dengan cara

menutup plat dengan sepotong kaca lalu menyemprot salah satu sisi dengan

pereaksi penyemprot (Hostettmann, 1995). Setelah isolat ditampakkan, lalu isolat

dikerok dari plat kaca. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran beberapa

senyawa sehingga diperoleh senyawa murni (Gritter,1991).

2.6 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet adalah suatu metode spektrofotometri

serapan dengan cara mengukur serapan radiasi elektromagnetik suatu larutan pada

panjang gelombang tertentu. Spektrum ultraviolet digambarkan sebagai hubungan

antara panjang gelombang dengan intensitas serapan (transmitansi atau

absorbansi) (Sastrohamidjojo, 1985).

Panjang gelombang di dalam ultra violet biasanya dinyatakan dalam

nanometer (1 nm = 10-9 m). Spektrum serapan yabg lebih kecil dari 200 nm

disebut spektrometri ultra violet jauh. Bagian ultra violet (ultra violet dekat) dari

spektrum elektromagnetik terentang dari 200-400 nm (Silverstein dkk,1981).

Pada instrumen spektrofotometer ultraviolet yang digunakan sebagai

sumber cahaya adalah lampu hidrogen atau deuterium. Panjang gelombang dari

sumber cahaya akan dibagi oleh pemisahan panjang gelombang seperti prisma

(28)

Apabila suatu molekul menyerap radiasi ultraviolet, maka didalam

molekul tersebut terjadi perpindahan (transisi) tingkat energi elektron-elektron

ikatan di orbital molekul paling luar dari tingkat energi yang paling rendah

(orbital ikatan π) ke tingkat energi yang lebih tinggi (orbital anti ikatan π*). Dalam

praktek, spektrofotometri ultraviolet digunakan terbatas pada sistem-sistem

terkonjugasi. Keuntungan dari serapan ultraviolet adalah selektifitasnya dimana

gugus-gugus yang khas dapat dikenali (Noerdin, 1985; Sastrohamidjojo, 1985;

Silverstein, dkk., 1986).

2.7 Spektrofotometri Inframerah

Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik,

maka sejumlah frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain diteruskan atau

ditransmisikan tanpa diserap. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan

pada daerah bilangan gelombang 4000-400 cm-1

1. Apakah terdapat gugus karbonil?

. Isolat absorbsi inframerah sangat

khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi, artinya

senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula (Noerdin,

1985; Sastrohamidjojo, 1991; Dachriyanus, 2004).

Berikut ini langkah-langkah umum untuk memeriksa isolat-isolat serapan

yang penting:

Gugus C=O memberikan puncak pada daerah 1820-1660 cm-1

2. Jika gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut.Jika C=O tidak ada

langsung ke nomor 3.

. Puncak ini

(29)

Asam : apakah ada gugus O–H? Serapan melebar di daerah 3300-2500

cm-1. (biasanya tumpang tindih dengan C–H)

Amida : apakah ada N–H? Serapan medium di dekat 3500 cm-1,

kadang-kadang dengan puncak rangkap.

Ester : apakah ada C–O? Serapan dengan intensitas medium di daerah

1300-1000 cm-1.

Anhidrida : mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm-1.

Aldehida : apakah ada C–H aldehid? Dua serapan lemah di dekat

2850-2750 cm-1

3. Bila gugus C=O tidak ada

yaitu di sebelah kanan serapan C-H.

Keton : jika kelima kemungkinan di atas tidak ada.

Eter : periksalah gugus C–O (serapan O–H tidak ada), yaitu

serapan medium di daerah 1300-1000 cm-1.

Alkohol/fenol : periksalah gugus O–H, merupakan serapan melebar di

daerah 3600-3300 cm-1 yang diperkuat adanya serapan C–O

di daerah 1300-1000 cm-1.

Amina : periksalah gugus N–H, yaitu serapan medium di daerah

3500 cm-1

4. Ikatan rangkap dua dan/atau cincin aromatik .

- C=C mempunyai serapan lemah di daerah 1650 cm-1

- Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm

.

-1

sering

(30)

- Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan pada

daerah C–H aromatik di sebelah kiri 3000 cm-1

5. Ikatan rangkap tiga

, sedangkan C–H alifatis

terjadi di sebelah kanan daerah tersebut.

- C≡N mempunyai serapan medium dan tajam di daerah 2250 cm-1

- C≡C mempunyai serapan lemah tapi tajam di daerah 2150 cm

.

-1

. Periksa

juga –CH asetilenik di dekat 3300 cm-1

6. Gugus Nitro

.

Gugus nitro muncul dua serapan kuat pada 1600-1500 cm-1 dan 1690-1300

cm-1

7. Hidrokarbon

.

- Apabila keenam kemungkinan di atas tidak ada.

- Serapan utama di daerah CH dekat 3000 cm-1

- Spektrum sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain di daerah

1450-1375 cm

.

1

2.8 Spektrometri Massa

Spektometri massa menembaki bahan yang sedang diteliti dengan berkas

elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu fragmen.

Terpisahnya fragmen didasarkan pada massanya (lebih tepat, massa dibagi

muatan).

.

Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu

metode ini lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak

(31)

memberikan informasi mengenai bobot molekul dan rumus molekul. Puncak ion

molekul penting dikenali karena memberikan bobot molekul senyawa yang

diperiksa. Puncak paling kuat pada spektrum, disebut puncak dasar (base peak),

dinyatakan dangan nilai 100% (Silverstein dkk, 1986).

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliput i

pengumpulan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan saponin, pembuatan

ekstrak, isolasi senyawa sapogenin dari ekstrak, meliputi analisis senyawa

sapogenin secara KLT, pemisahan senyawa sapogenin dengan cara KLT

preparatif, uji kemurnian senyawa sapogenin hasil isolasi dengan KLT dua arah

serta identifikasi isolat secara spektrofotometri UV, IR, dan spektrometri massa

(MS).

3. 1 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat-alat gelas

laboratorium, oven listrik (stork), elektromantel (EM 2000), hair-dryer, cawan

penguap, termometer, lampu UV 366 nm (Dessaga), neraca analitik (Vibra AJ),

neraca kasar (Salter AND), penangas air (Yenaco), seperangkat alat kromatografi

lapis tipis (Dessaga), spektrofotometer ultraviolet (Shimadzu mini 1240),

spektrofotometer inframerah (Shimadzu), spektrometer massa (Shimadzu

QP2010S).

3. 2 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan adalah teripang Holothuria sp. dan suspensi

darah. Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain berkualitas pro

(33)

asetat, metanol, toluen, kalium fosfat monobasa, kloroform, natrium hidroksida,

n-heksan, plat pra lapis silika gel GF254 (E. Merck). Etanol 95% hasil destilasi dan

air suling laboratorium.

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3. 3. 1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membanding

kan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah teripang yang masih segar

dari perairan Sabang, Aceh.

3. 3. 2 Identifikasi Hewan

Identifikasi hewan dilakukan di Pusat Penelitian Oceanografi Jakarta.

Hasil identifikasi dan gambar hewan dapat dilihat pada lampiran 1-2 halaman

21-22.

3. 3. 3 Pengolahan Sampel

Teripang dibersihkan dari kotoran dengan cara mencuci di bawah air

mengalir hingga bersih, ditiriskan lalu ditimbang, diperoleh berat basah 1 ekor

teripang = 1,2 kg. Kemudian teripang dipotong dengan ukuran 5x5 cm dan

dikeringkan dalam lemari pengering. Teripang yang sudah kering ini disebut

simplisia hewan. Selanjutnya simplisia diperkecil potongannya dan disimpan

(34)

3. 4 Pembuatan Larutan Pereaksi 3. 4. 1 Larutan Asam Klorida 2 N

Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling

hingga 100 ml (Depkes, 1979).

3. 4. 2 Larutan Natrium Hidroksida 0,2 N

Sebanyak 800 mg natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling bebas

karbondioksida hingga 100 ml (Depkes, 1979).

3. 4. 3 Larutan Kalium Fosfat Monobasa 0,2 M

Sebanyak 2,72 g kalium fosfat monobasa dilarutkan dalam air suling

bebas karbondioksida hingga 100 ml (Depkes, 1979).

3. 4. 4 Larutan Dapar Fosfat pH 7,4

Sebanyak 50 ml kalium fosfat monobasa 0,2 M dicampurkan dengan

39,1 ml natrium hidroksida 0,2 N, lalu diencerkan dengan air suling bebas

karbondioksida hingga 200 ml (Depkes, 1979).

3. 4. 5 Larutan Liebermann-Burchard (LB) sebagai penampak noda

Campurkan 5 ml asam asetat anhidrat dengan 5 ml asam sulfat pekat,

kemudian campuran dimasukkan kedalam 50 ml etanol 95%. Pengerjaan

dilakukan dalam kondisi dingin dan pereaksi dibuat baru (Depkes RI, 1995).

3. 5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan identifikasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik

(35)

3. 5. 1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap teripang segar dan

simplisia dengan cara mengamati warna, bau, bentuk dan ukuran. Hasil dapat

dilihat pada lampiran 2-3 gambar 1-2 hal 22-23.

3. 5. 2 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi

Toluen). Alat-alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin,

tabung penyambung, pemanas, tabung penerima 5 ml.

(a) Penjenuhan Toluen

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan kedalam labu alas

bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi

selama 2 jam. Destilasi dihentikan, lalu dibiarkan dingin selama 30 menit,

kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian

0,01 ml.

(b) Penetapan Kadar Air

Cara kerja :

Kedalam labu yang berisi toluen jenuh di atas dimasukkan 5 g simplisia

yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit,

setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik

sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan

sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian bagian

dalam pendingin dibilas dengan toluen, destilasi dilanjutkan selama 5

menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar.

(36)

ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan

kandungan air yang di dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung

dalam persen (Depkes, 1979).

3. 6 Pemeriksaan Senyawa Saponin 3. 6. 1 Uji Busa

Sebanyak 0,5 g simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat

selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang

mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm dan

dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang (Depkes, 1995).

3. 6. 2 Uji Hemolisis Darah

Sebanyak 0,5 g simplisia dicampur dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH

7,4, dipanaskan pada suhu 100 0

Sebanyak 0,5 g simplisia ditambahkan 10 ml etanol, kemudian dimasuk

kan asam klorida 2 N, selanjutnya larutan direfluks selama 10 menit dan disaring

dalam keadaan panas. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling, setelah dingin C selama 10 menit, didinginkan lalu di saring.

Kemudian 1 ml filtrat dicampur dengan 1 ml suspensi darah dan didiamkan

selama 30 menit. Terjadinya hemolisis total menunjukkan adanya saponin yang

ditandai dengan terbentuknya lapisan bening bewarna merah kekuningan di

bagian tengah larutan (Depkes, 1995).

3. 7 Pemeriksaan Senyawa Steroid/Triterpenoid

(37)

ditambahkan 10 ml n-heksan, dikocok hati-hati dan dibiarkan memisah. Lapisan

n-heksan diambil dan diuapkan pada cawan penguap. Pada sisa ditetesi 20 tetes

asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi LB). Hasil positif

adanya steroid bila memberikan warna hijau, biru dan triterpenoid bila

memberikan warna merah, merah muda atau ungu (Farnsworth, 1966).

3. 8 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dilakukan menurut badan POM (2004) dengan cara

maserasi menggunakan pelarut etanol 95%.

Cara kerja :

Sebanyak 120 g simplisia teripang dimasukkan kedalam wadah gelas

bertutup (maserator), lalu sebanyak 1,2 L etanol 95% dituang kedalam maserator

sambil sesekali diaduk, lalu ditutup dan dibiarkan 24 jam, kemudian disaring dan

filtrat ditampung. Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali. Filtrat yang

diperoleh digabungkan menjadi satu, kemudian dipekatkan dengan rotari evapora

tor hingga diperoleh ekstrak kental (Badan POM, 2004). Bagan proses ekstraksi

dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 24.

3. 9 Analisis ekstrak etanol dengan cara KLT

Terhadap ekstrak etanol teripang dilakukan analisis dengan KLT

menggunakan fase diam: plat pra lapis silika gel GF254, fase gerak: n-heksan – etil

asetat dengan perbandingan (90:10), (80:20), (70:30), (60:40), (50:50) dengan

(38)

Cara kerja:

Ekstrak etanol teripang ditotolkan pada plat pra lapis silika gel GF254,

setelah kering plat dimasukkan kedalam masing-masing bejana yang telah jenuh

dengan uap pengembang, kemudian dikembangkan hingga batas pengembangan.

Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot dengan pereaksi LB. Lalu plat

dipanaskan pada suhu 110 0

Terhadap ekstrak kloroform teripang dilakukan analisis dengan KLT

menggunakan fase diam plat pra lapis silika gel GF

C selama 10 menit (Gritter, 1991).Perubahan warna

yang terjadi diamati dan harga Rf dihitung. Kromatogram hasil KLT dapat dilihat

pada lampiran

3.10 Isolasi Senyawa Sapogenin dari Ekstrak Etanol

Isolasi senyawa sapogenin dilakukan dengan cara menghidrolisis ekstrak

etanol selama 6 jam dengan penambahan asam klorida 2 N, kemudian hasil hidro

lisis diekstraksi dengan kloroform (Harborne, 1987).

Cara kerja:

Sebanyak 8 g ekstrak etanol teripang ditambahkan asam klorida 2 N.

Kemudian dihidrolisis dengan cara merefluksnya selama 6 jam, selanjutnya filtrat

diekstraksi dengan kloroform sebanyak 3 kali, aglikon sapogenin berada dalam

lapisan kloroform. Ekstrak kloroform hasil hidrolisis digabung dan dipekatkan.

Bagan isolasi senyawa sapogenin dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 24.

3. 11 Analisis Ekstrak Kloroform dengan Cara KLT

(39)

asetat dan kloroform-toluen dengan perbadingan (90:10), (80:20), (70:30),

(60:40), (50:50) dan penampak noda pereaksi LB.

Cara kerja:

Ekstrak kloroform teripang ditotolkan pada plat pra lapis silika gel GF254,

biarkan mengering. Kemudian plat dimasukkan kedalam masing-masing bejana

yang telah jenuh dengan uap pengembang, lalu dikembangkan sampai garis batas

pengembangan. Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot dengan pe

reaksi LB, lalu plat dipanaskan pada suhu 110 0C selama 10 menit. Kromatogram

diamati dan harga Rf dihitung, sehingga diketahui perbandingan fase gerak yang

terbaik untuk digunakan pada KLT preparatif (Gritter, 1991). Bagan analisis

ekstrak kloroform dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 25.

3. 12 Isolasi Senyawa Sapogenin dengan KLT Preparatif

Terhadap ekstrak kloroform teripang dilakukan pemisahan dengan KLT

preparatif menggunakan fase diam silika gel GF254

Ekstrak kloroform teripang ditotolkan berupa isolat pada plat KLT

preparatif berukuran 20 x 20 cm, setelah kering plat dimasukkan kedalam bejana

yang telah jenuh dengan uap pengembang. Kemudian dikembangkan sampai garis

batas pengembangan, plat dikeluarkan dan dikeringkan. Pada sisi kanan dan kiri

plat disemprot dengan pereaksi LB dan dipanaskan dengan bantuan hair-dryer

hingga diperoleh noda yang jelas. Bagian plat silika yang sejajar dengan noda

yang memberikan reaksi positif dengan pereaksi LB dikerok kemudian dilarutkan , fase gerak kloroform-toluen

(80:20) dan penampak noda pereaksi LB.

(40)

dengan pelarut metanol, lalu disaring, diuapkan pelarut metanolnya kemudian

disimpan kedalam lemari pendingin (Hostettmann, 1995). Hasil kromatogram

KLT preparatif dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 29.

3. 13 Uji kemurnian Isolat dengan KLT

Terhadap isolat dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan plat

pra lapis silika gel GF254, fase gerak kloroform-toluen (80:20) dan penampak

noda pereaksi LB. Senyawa sapogenin dikatakan murni jika hasilnya telah

menunjukkan satu noda.

Cara Kerja:

Senyawa isolat dengan KLT preparatif ditotolkan pada plat pra lapis

silika gel GF254, biarkan mengering. Kemudian plat dimasukkan kedalam bejana

yang telah jenuh dengan uap pengembang, lalu dikembangkan sampai garis batas

pengembangan. Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot dengan

pereaksi LB, lalu plat dipanaskan pada suhu 110 0C selama 10 menit (Gritter,

1991). Kromatogram diamati dan harga Rf dihitung. Hasil kromatogram dapat

dilihat pada lampiran 9 halaman 30.

3. 14 Uji Kemurnian Isolat dengan KLT Dua Arah

Terhadap isolat dilakukan uji kemurnian dengan KLT dua arah meng

gunakan plat pra lapis silika gel GF254, fase gerak I kloroform-toluen (80:20) dan

(41)

Cara kerja:

Senyawa hasil isolasi dengan KLT preparatif ditotolkan pada plat pra

lapis silika gel GF254, setelah kering dimasukkan kedalam bejana yang telah jenuh

dengan uap pengembang, dan dikembangkan dengan larutan pengembang I

sampai garis batas pengembangan, kemudian plat dikeluarkan dan dikeringkan.

Plat diputar 90o dan dikembangkan kembali dengan larutan pengembang II sampai

garis batas pengembangan. Plat dikeluarkan, dikeringkan kemudian disemprot

dengan pereaksi LB. Lalu plat dipanaskan pada suhu 110 0

3.15.2 Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Inframerah

C selama 10 menit

(Gritter, 1991). Kromatogram diamati dan harga Rf dihitung. Hasil kromatogram

dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 31.

3.15 Identifikasi Isolat

3.15.1 Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Ultraviolet

Cara kerja:

Isolat dilarutkan dalam pelarut metanol, kemudian dimasukkan kedalam

kuvet yang telah dibilas dengan larutan sampel. Selanjutnya absorbansi larutan

sampel diukur pada panjang gelombang 200-400 nm (Noerdin, 1985). Spektrum

dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 32.

Cara kerja:

Isolat hasil isolasi digerus halus kemudian ditambahkan KBr, dihaluskan.

Campuran dimasukkan kedalam alat pellet die dihubungkan dengan alat pompa

vakum dan penekan hidrolik 10 menit (tekanan 10000 – 15000 pound per inci).

(42)

pellet KBr dikeluarkan. Pellet KBr ditempatkan pada pemegang cuplikan (sell

holder) (Noerdin, 1985). Spektrum inframerah isolat dapat dilihat pada lampiran

12 halaman 33.

3.15.3 Karakterisasi Isolat dengan Spektrometer Massa

Karakterisasi isolat secara kromatografi gas-spektrofotometri massa

dilakukan dengan cara melarutkan isolat dengan pelarut n-hexan kemudian

dimasukkan melalui tempat penyuntikan kedalam suatu aliran gas pembawa pada

pangkal kolom dalam bentuk uap dan mengalami proses pembagian antara fase

gas dan fase tidak bergerak. Hasil pemisahan kromatografi gas difragmentasi

sehingga diperoleh fragmen-fragmen pada spektrum. Spektrum massa dapat

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh pusat penelitian dan

pengembangan Oseanografi LIPI Jakarta adalah termasuk hewan teripang filum

Echinodermata, kelas Holothuroidea, jenis Holothuria sp.

Hasil uji pendahuluan terhadap senyawa kimia menunjukkan adanya

senyawa golongan saponin dan steroid/triterpenoid. Uji pendahuluan senyawa

kimia golongan saponin terdiri dari uji busa dan uji hemolisis darah, sedangkan

untuk golongan steroid/triterpenoid yaitu reaksi warna dengan pereaksi

Liebermann-Burchard (LB).

Pada simplisia dilakukan identifikasi, meliputi pemeriksaan makroskopik

terhadap teripang segar dan simplisia, dan pemeriksaan kadar air dengan metode

azeotropi (destilasi toluen). Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap teripang

segar, ditemuka n bewarna cokelat tua agak kehijauan, berbau spesifik, berbentuk

lonjong, berukuran panjang 20 cm, lebar 13 cm, tebal 5 cm. Sedangkan simplisia

teripang bewarna kuning dengan bagian tepi bewarna hitam, sedikit berbau. Dan

hasil dari penetapan kadar air diperoleh kadar air 8%. Hasil ini masih sesuai

dengan standar mutu teripang kering, sesuai dengan surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 701/Kpts/TP>830/10/1987 yaitu kadar air maksimum 20%

(44)

Simplisia teripang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 95%, selanjutnya ekstrak etanol dihidrolisis selama 6 jam dengan

bantuan HCl 2 N, kemudian disari dengan kloroform untuk mendapatkan senyawa

sapogenin secara sempurna. Hasil maserasi dari 120 g simplisia diperoleh 9,335 g

ekstrak etanol.

Analisis ekstrak etanol secara KLT menggunakan fase diam plat pra lapis

silika gel GF254, fase gerak n-heksan-etil asetat dengan berbagai perbandingan dan

sebagai penampak noda adalah pereaksi LB, diperoleh 1 noda senyawa saponin.

Pemutusan ikatan glikosida dilakukan dengan cara merefluks dengan HCl 2 N,

lalu diuapkan. Kemudian sisanya disari dengan CHCl3. Selanjutnya diambil

lapisan CHCl3 dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kloroform

yang diperoleh adalah sebanyak 3 g.

Hasil KLT ekstrak kloroform dengan berbagai fase gerak menggunakan

penampak noda LB diperoleh fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik

yaitu kloroform-toluen (80:20). Hasilnya diperoleh 2 noda senyawa sapogenin,

yaitu noda 1 dengan harga Rf = 0,4 (merah ungu) dan noda 2 dengan harga Rf =

0,76 (ungu). Kromatogram KLT ekstrak kloroform dapat dilihat pada gambar 7

halaman 28.

Pemisahan ekstrak kloroform dilakukan dengan KLT preparatif

menggunakan fase gerak kloroform-toluen (80:20) dan penampak noda LB. Hasil

KLT preparatif diperoleh 2 isolat, yaitu isolat I dengan Rf = 0,47 (merah ungu),

isolat II Rf = 0,72 (ungu). Kemudian isolat II diidentifikasi secara

(45)

Hasil identifikasi isolat II secara spektrofotometri ultraviolet diperoleh

panjang gelombang maksimum (λ) 229 nm, dengan absorbansi 0,640

menunjukkan adanya gugus kromofor yang mengalami transisi π π*

(Creswell, 1982).

Hasil spektrum inframerah menunjukkan puncak yang lebar pada

bilangan gelombang 3410,15 cm-1 yang berasal dari gugus –OH. Gugus –OH

terikat pada atom C siklik yang diperkuat dengan adanya puncak di daerah

1080,14 cm-1 yaitu gugus C-O. Puncak kuat pada bilangan gelombang 2924,09

cm-1 menunjukkan adanya gugus –CH alifatis. Puncak di daerah 1566,20 cm-1

menunjukkan adanya gugus C=C. , ikatan C-Br dijumpai di daerah 555,50 cm-1.

(Silverstein dkk, 1986). Spektrum dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 33.

Hasil analisis spektrometri massa dari isolat adalah sebagai berikut :

diduga merupakan senyawa 3-bromo-cholest-5-ene (C27H45Br). Berdasarkan

perbandingan antara spectrum unknown dan library, maka senyawa ini

disimpulkan sebagai kolesterol dengan tingkat kemiripan (similarity index) =

85%. Senyawa ini mempunyai M+ 448 yang merupakan bobot molekul (BM).

Dari spektrum massa diperoleh puncak-puncak berurutan sebagai berikut m/z 368,

213, 121. Pelepasan HBr dari puncak ion molekul C27H45Br menghasilkan

fragmen [C27H44]+ dengan m/z 368. Pelepasan .C11H23 menghasilkan fragmen

[C16H21]+ dengan m/z 213. Pelepasan C7H8 menghasilkan fragmen [C9H13]+

dengan m/z 121. Spektrum massa dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 35 dan

(46)

Rumus bangun senyawa 3-bromo-cholest-5-ene:

CHMe (CH2) 3CHMe2

Me

Me

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Hewan yang diteliti adalah teripang Holothuria sp. Hasil uji pendahuluan

senyawa kimia terhadap teripang menunjukkan adanya golongan senyawa saponin

dan steroid/triterpenoid.

Hasil pemisahan isolat dengan KLT preparatif diperoleh dua senyawa

sapogenin yaitu dengan harga Rf = 0,47 (merah ungu), Rf = 0,72 (ungu) dengan

fase gerak kloroform-toluen (80:20).

Hasil spektrum ultraviolet menunjukkan panjang gelombang (λ)

maksimum 229 nm. Hasil spektrum inframerah menunjukkan adanya gugus –OH

(3410,15 cm-1), –CH alifatis (2924,09 cm-1), C=C (1566,20 cm-1), C-O (1080,14

cm-1), dan C-Br (555,50 cm-1). Hasil identifikasi isolat secara spektrometri massa

menunjukkan bahwa isolat identik dengan senyawa 3-bromo-cholest-5-ene

(C27H45Br) dengan berat molekul (BM) = 448.

5. 2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji efek anti diabetes

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2008). Teripang Geliat Potensi dari Timur. http://www. dkp. go. id.

Anonim.(2008). Penyembuh dari Dasar Samudera. http//www. luxor. com.

Adnan, M. (1997). Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.

Yogyakarta: ANDI. Hal. 10,14.

Badan POM. (2004). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. 1.

Jakarta: Badan POM. Hal. 25.

Creswell, C. J., Runguist, O. A., Campbell, M. M. (1982). Analisa Spektrum

Senyawa Organik. Penerjemah : K. Padmawinata dan Soediro. Edisi II.

ITB-Press. Bandung. Hal. 25.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Universitas Andalas-Press. Padang. Hal. 39, 45, 60-64.

Depkes RI. (1979). Farmakope indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 14,53, 412, 649, 687, 748, 755, 816.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan pertama. Jakarta

: Departemen Kesehatan RI. Hal. 303, 323-324.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan

Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 10-11.

E. Merck. (1978). Dyeing Reagent for Thin Layer and Paper Chromatography.

(49)

Farnsworth, N. R. (1966). Biological and Phytochemical Screening Of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences. Vol. 55(3): 257-260.

Gritter, R. J., J.M, Bobitt & Arthur E. Schwarting. (1991). Pengantar

Kromatografi. Penerjemah: K. Padmawinata. Edisi II. ITB-Press.

Bandung. Hal. 1, 6, 107-109.

Gunawan, D. & Sri, M. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid 1. Jakarta:

Penebar Swadaya. Hal. 87-92.

Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia, penuntun cara moderen menganalisa

tumbuhan. Penerjemah: K. Padmawinata. Edisi II. ITB-Press. Bandung.

Hal. 49, 69-71,147-158.

Hostettmann, K., Hostettmann, M., Marston, A. (1995). Cara Kromatografi

Preparatif: Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam. Penerjemah:

K.Padmawinata. ITB-Press. Bandung. Hal. 9-11.

Martoyo, dkk. (2006). Budi Daya Teripang. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar

Swadaya. Hal. 8-16.

Noerdin, D. (1985). Elusidasi struktur senyawa organik dengan cara spektroskopi

ultralembayung dan inframerah. Edisi I. Bandung: Penerbit Angkasa. Hal.

1-4, 8-9, 54, 82-83.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi.. Edisi I. Yogyakarta : Liberty. Hal. 10-15.

Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi. Edisi I. UGM-Press. Yogyakarta. Hal.

1-2, 26-32, 35-36.

Silverstein, R. M, Bessler, G. C. & Morrill, T. C. (1986). Penyidikan

Spektrometrik Senyawa Organik. Alih bahasa Hartono, dkk. Jakarta:

(50)

Stahl, E. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.

Penerjemah: K. Padmawinata dan Sudiro L. ITB-Press. Bandung. Hal.

3-33.

Tarigan, P. (1980). Beberapa Aspek Kimia Sapogenin Steroid pada Tumbuhan di

Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 12-62.

Trease, G. E., & William, C. E. (1983). Pharmacognosy. London: Bailliere

Tindall. Pages 475-485.

(51)

Lampiran 1

(52)

Lampiran 2

Gambar 1. Teripang Segar Holothuria sp.

(53)

Lampiran 3

Gambar 2. Simplisia Teripang Holothuria sp.

(54)

Lampiran 4

Gambar 3. Bagan Ekstraksi Senyawa Sapogenin dari Teripang

Keterangan :

CHCl3 : kloroform

Dimaserasi dengan etanol 95% disaring

Ekstrak etanol pekat

ditambah asam klorida 2 N direfluks selama 6 jam didinginkan

diekstraksi dengan CHCl3 sebanyak 3 kali

(55)

Lampiran 5 (lanjutan)

Gambar 4. Bagan Isolasi Senyawa Sapogenin dari Ekstrak Kloroform

Keterangan :

diukur spektrum UV, IR, dan MS

Spektrum

(56)

Lampiran 6

I II III IV V

Gambar 5. Kromatogram KLT ekstrak etanol

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak n-heksan-etil asetat, penampak

noda Liebermann-Burchard, mc = merah coklat, bp = batas pengembangan, tp = titik penotolan

(57)

Lampiran 7

I II III IV V

Gambar 6. kromatogram KLT ekstrak kloroform

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak n-heksan-etil asetat, penampak

noda Liebermann-Burchard, u = ungu, mc = merah coklat, bp = batas pengembangan, tp = titik penotolan

(58)

Lampiran 7 (lanjutan)

I II III IV V

Gambar 7. Kromatogram KLT ekstrak kloroform

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak kloroform-toluen, penampak

noda Liebermann-Burchard, u = ungu, mu = merah ungu, bp = batas pengembangan, tp = titik penotolan

(59)

Lampiran 8

Gambar 8. Kromatogram ekstrak kloroform secara KLT Preparatif

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak kloroform-toluen (80:20),

(60)

Lampiran 9

Gambar 9. Kromatogram hasil KLT uji kemurnian isolat

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak kloroform-toluen (80:20),

(61)

Lampiran 10

Gambar 10. Kromatogram KLT dua arah dari isolat

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak I kloroform-toluen (80:20),

(62)

Lampiran 11

(63)

Lampiran 12

Gambar 12. Spektrum Inframerah dari isolat

%T

(64)

Lampiran 13

(65)

Lampiran 14

(66)

Lampiran 15

Pola fragmentasi komponen hasil analisis spektometri massa

HBr C11H23 C7H

[C

8

Gambar

Gambar 1.  Teripang Segar Holothuria sp.
Gambar 2.  Simplisia Teripang Holothuria sp.
Gambar 3.  Bagan Ekstraksi Senyawa Sapogenin dari Teripang
Gambar 4.  Bagan Isolasi Senyawa Sapogenin dari Ekstrak Kloroform
+7

Referensi

Dokumen terkait

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STRUKTUR SENYAWA XANTHOCHYMOL DARI BUAH MUNDU MENTAH ( Garcinia dulcisi.

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid dari actinomycetes ANLd-2b-3 yang hidup di lumpur hutan bakau.. Senyawa isolat, A8, dimurnikan dengan metoda kromatografi

Penelitian tentang isolasi dan identifikasi bakteri pendegradasi senyawa fenol dari limbah cair industri kertas telah dilakukan.. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi

Berdasarkan hat tersebut dilakukan isolasi senyawa kimia utama dari fraksi non polar dan pengujian aktivitas antibakteri senyawa hasil isolasi.. Metode

ISOLASI STEROID/TRITERPENOID DARI SPONGE Chalinula sp DAN IDENTIFIKASI SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DAN.. INFRAMERAH

Telah dilakukan penelitian isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder dari lamun Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle serta uji aktivitasnya terhadap bakteri

Belum ada yang melaporkan sampai pada tingkatan senyawa, sehingga bertitik tolak pada hal tersebut, perlu dilakukan penelitian isolasi dan identifikasi serta uji

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Identifikasi Steroid Teripang pasir (Holothuria scabra) dan Bioassay Produk Teripang sebagai Sumber Aprodisiaka Alami dalam