• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Yang Mempengaruhi Permintaan Rumah Mewah di Kota Medan(1988-2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Yang Mempengaruhi Permintaan Rumah Mewah di Kota Medan(1988-2008)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

ANALISIS DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH MEWAH DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS PT. IRA WIDYA UTAMA) SKRIPSI

Diajukan Oleh: MARISA NOVIANA

050501057

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

MEDAN

(2)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puja dan puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan segala

limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua, serta salam selalu

tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat

dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Analisis Determinan Yang Mempengaruhi Permintaan Rumah Mewah di Kota

Medan (1988-2008)”, yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Strata-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyampikan rasa terima kasih sedalam-dalamya kepada kedua orang

tua yang tercinta, yaitu: Bapak Subari Atmo dan Ibu Yarnis Tanjung yang selalu

memberikan dorongan semangat dan mengiringi setiap langkahku dengan doa serta

nasehat yang tiada henti-hentinya dan kasih sayangnya agar penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada

kakak tercinta Eka Sari Darawita dan adik tersayang Ridho Nugraha yang selalu

(3)

Penulis sadar bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan

dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan oleh

karena itu banyak mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak,

untuk itu dengan rasa ikhlas serta tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunianya, AMIN.

2. Bapak Prof Dr dr Syahril Pasaribu DTM & H.MSc (CTM) SpA (K) selaku

Rektor YUniversitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs, Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratama, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan saran serta bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Drs.Rahmad Sumanjaya Hasibuan, Msi selaku Dosen Penguji I.

7. Bapak Syarief Fauzi, SE, M.Acc, Ak selaku Dosen Penguji II.

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

khususnya dosen Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik

penulis selama diperkuliahan serta seluruh staff/pegawai Fakultas Ekonomi

(4)

9. Seluruh staff pegawai REI, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan PT. Ira

Widya Utama di Kota Medan yang telah banyak membantu penulis dalam

memberikan data yang berhubungan dengan skripsi ini.

10.Yang teristimewa kepada kedua orang tua tersayang serta orang terkasih

Zulheri Fauzi, terima kasih atas doa, bimbingan, motivasi serta dukungan

moril dan materil selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Buat sahabat-sahabat tercinta, yaitu : Nazmi, Lampita, Fitri, Yuni, Aisyah,

Ria, Kiki, Andri, Melani, Kakak Lia terima kasih atas semangat dan doanya

hingga skripsi ini terselesaikan.

12. Buat semua teman-teman, yaitu : Egi, Akhirul, Joni, Bodi, Robert, Bang

Anto, Bang Ibnu, Bang Dauzi dan seluruh Mahasiswa stambuk 2005

Departemen Ekonomi Pembangunan serta pihak-pihak terkait lainnya yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberika manfaat bagi kita

semua. Amin

Medan, 22 Maret 2010

Penulis

(5)

ABSTRACTION

This thesis entitles “The Determinant Analysis that Influence the Demend for

luxury homes Medan City (1988-2008)”. The data is used secondary data that

contains two variables namely : dependent and independent variable. The

independent variable that used is the amount of household, the price of housing,

PDRB for the basic price, and inflation, and the dependent variable is the amount of

demand for housing in Medan city. The data got from Bdan Pusat Statistik (BPS) and

the report from the branch office of Indonesia Bank in Medan.

The problem is, are the four indepndent variable influenced to the demand for

housing in Medan city. If yes, how big the influences, whether it is positive or

negative influences to the demand for housing in Medan city. The research method

that used is by descriptive analysis, quantitative analysis and regression analysis. The

data is processed by using E-Views 5.0 Program as one of statistic application in

computer.

The result of the expresses that not all of the independent variable (the amount

of household, the price of housing, PDRB for the basic price, and inflation)

influenced significantly to the demand for housing in Medan city. There are ony three

variables that influenced to the demand for housing in Medan city, namely : PDRB

(6)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Analisis Determinan Yang Mempengaruhi Permintaan

Rumah Mewah di Kota Medan (1988-2008)”. Data yang digunakan adalah data

sekunder yang terdiri dari dua variablel yaitu : variabel dependent dan variabel

independent. Variabel independent yang digunakan adalah Jumlah Rumah Tangga,

Harga Perumahan, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, dan Inflasi, serta variabel

dependentnya adalah Jumlah Permintaan Rumah Mewah di Kota Medan. Data

tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan PT. Ira Widya Utama serta

laporan dari kantor cabang Bank Indonesia di Medan. Permasalahannya yaitu

apakah keempat variabel independent tersebut berpengaruh terhadap Jumlah

Permintaan Perumahan di Kota Medan. Jika berpengaruh, seberapa besar

pengaruhnya, baik berpengaruh positif ataupun berpengaruh negatif terhadap Jumlah

Permintaan Perumahan di Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan yaitu

dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan analisis regresi. Data

tersebut diolah dengan menggunakan Program E-views 5.0 yang merupakan salah

satu aplikasi statistik komputer.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah ternyata tidak semua variabel

independent (Jumlah Rumah Tangga, Harga Perumahan, PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku, dan Inflasi) berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Permintaan Perumahan

di Kota Medan. Hanya ada tiga variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap

Jumlah Permintaan Perumahan di Kota Medan, yaitu : PDRB Atas Dasar Harga

(7)

M o t t o

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu sendiri yang

mengubah nasib mereka.” (Qs. AR-Ra’ad, ayat 11).

“Sungguh bersama kesukaran pasti ada kemudahan. Karena itu apabila

selesai suatu tugas, mulailah tugas yang lain dengan sungguh-sungguh. Hanya

kepada Tuhanmu hendaknya engkau berharap.” (Qs. Asy Syarh 94: 58).

“Jika kamu melihat suatu keindahan tidak dibarengi dengan rasa malu,

bagaikan kamu melihat bunga tanpa keindahannya. Setiap kegagalan merupakan

suatu pijakan awal. Setiap langkah yang engkau tempuh mulailah dengan hal yang

terkecil. Setiap langkah yang engkau lakukan harus didasari dengan berusaha.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(Qs. Al-insyirah 94).

“Bahwa ilmu pengetahuan itu menambahkan mulia orang yang mulia dan

meninggikan seseorang budak sampai ke tingkat raja-raja.” (Hadits Nabi SAW).

“ Jadilah pemberani yang memiliki ketahanan, sebaik-baik keberanian

adalah bersikap dan berkata jujur dalam soal haq, menyimpan rahasia, berani

mengakui kesalahan, berlaku adil dan seksama sekalipun terhadap diri sendiri,

mengendalikan amarah dan menepati janji dan sesuatu yang telah disanggupi dan

dijanjikan jangan ingkar apapun situasi dan kondisinya.” (Agenda Muslim,

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Hipotesis ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 9

2.1.1 Struktur Organisasi ... 11

2.1.2 Bentuk Struktur Organisasi ... 15

2.2 Pengertian Perumahan dan Pemukiman ... 15

2.2.1 Hakekat Rumah Bagi Manusia ... 16

2.2.2 Peran Rumah Dalam Pembangunan Bangsa ... 16

(9)

2.3 Teori Permintaan ... 18

2.3.1 Pengertian Permintaan ... 18

2.3.2 Hukum Permintaan ... 19

2.3.3 Fungsi Permintaan ... 20

2.3.4 Kurva Permintaan ... 21

2.4 Teori Penawaran ... 23

2.4.1 Pengertian Penawaran ... 23

2.4.2 Hukum Penawaran... 24

2.4.3 Fungsi Penawaran ... 25

2.4.4 Kurva Penawaran ... 25

2.5 Konsep PDRB ... 27

2.5.1 Pendapatan Regional ... 27

2.5.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 27

2.5.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 28

2.5.4 Pendapatan Perkapita ... 28

2.5.5 Metode Perhitungan Pendapatan Regional ... 28

2.5.5.1 Metode Langsung ... 29

2.5.5.2 Metode Tidak Langsung ... 31

2.6 Inflasi ... 31

2.6.1 Pengertian Inflasi ... 31

2.6.2 Penggolongan Inflasi ... 32

(10)

2.7 Konsep Penduduk... 35

2.7.1 Dinamika Penduduk ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Pengolahan Data ... 37

3.6 Model Analisis Data ... 37

3.7 Uji Kesesuaian ... 39

3.7.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 39

3.7.2 Uji F-Statistik (Overall Test) ... 39

3.7.3 Uji t-Statistik (Partial Test) ... 41

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 42

3.8.1 Multikolinearity ... 42

3.8.2 Autokorelasi ... 43

3.9 Defenisi Operasional ... 46

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 47

4.1 Kondisi Geografis Kota Medan ... 47

4.2 Kondisi Demografis Kota Medan ... 49

4.3 Kondisi Topografis Kota Medan... 51

(11)

4.5 Perkembangan Perumahan di Kota Medan ... 56

4.6 Perkembangan Jumlah Rumah Tangga di Kota Medan ... 58

4.7 Perkembangan Harga Rata-Rata Perumahan di Kota Medan ... 60

4.8 Perkembangan PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita di Kota Medan... 62

4.9 Hasil Analisa ... 64

4.9.1 Interprestasi Model ... 65

4.9.2 Analisa Koefisien Determinasi... 67

4.9.3 Uji t-Statistik ... 67

4.9.4 Uji F-Statistik ... 71

4.9.5 Uji Asumsi Klasik ... 73

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Penduduk di Kota Medan Periode 1988-2008 ... 52

Tabel 2 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Tingkat Inflasi di

Kota Medan Periode 1988-2008 ... 55

Tabel 3 : Permintaan Rumah Mewah di Kota Medan

Periode 1988-2008 ... 57

Tabel 4 : Perkembangan Jumlah Rumah Tangga di Kota Medan

Periode 1988-2008 ... 59

Tabel 5 : Perkembangan Harga Rata-Rata Rumah Mewah di Kota Medan

Periode 1988-2008 ... 61

Tabel 6 : Perkembangan PDRB dan Pendapatan Perkapita Atas Dasar

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Kurva Permintaan Stok Rumah ... 22

Gambar 1.2 : Kurva Penawaran Untuk Rumah ... 26

Gambar 3.7.2 : Kurva Uji F-Staistik ... 40

Gambar 3.7.3 : Kurva Uji t-Statistik ... 42

(14)

ABSTRACTION

This thesis entitles “The Determinant Analysis that Influence the Demend for

luxury homes Medan City (1988-2008)”. The data is used secondary data that

contains two variables namely : dependent and independent variable. The

independent variable that used is the amount of household, the price of housing,

PDRB for the basic price, and inflation, and the dependent variable is the amount of

demand for housing in Medan city. The data got from Bdan Pusat Statistik (BPS) and

the report from the branch office of Indonesia Bank in Medan.

The problem is, are the four indepndent variable influenced to the demand for

housing in Medan city. If yes, how big the influences, whether it is positive or

negative influences to the demand for housing in Medan city. The research method

that used is by descriptive analysis, quantitative analysis and regression analysis. The

data is processed by using E-Views 5.0 Program as one of statistic application in

computer.

The result of the expresses that not all of the independent variable (the amount

of household, the price of housing, PDRB for the basic price, and inflation)

influenced significantly to the demand for housing in Medan city. There are ony three

variables that influenced to the demand for housing in Medan city, namely : PDRB

(15)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Analisis Determinan Yang Mempengaruhi Permintaan

Rumah Mewah di Kota Medan (1988-2008)”. Data yang digunakan adalah data

sekunder yang terdiri dari dua variablel yaitu : variabel dependent dan variabel

independent. Variabel independent yang digunakan adalah Jumlah Rumah Tangga,

Harga Perumahan, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, dan Inflasi, serta variabel

dependentnya adalah Jumlah Permintaan Rumah Mewah di Kota Medan. Data

tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan PT. Ira Widya Utama serta

laporan dari kantor cabang Bank Indonesia di Medan. Permasalahannya yaitu

apakah keempat variabel independent tersebut berpengaruh terhadap Jumlah

Permintaan Perumahan di Kota Medan. Jika berpengaruh, seberapa besar

pengaruhnya, baik berpengaruh positif ataupun berpengaruh negatif terhadap Jumlah

Permintaan Perumahan di Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan yaitu

dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan analisis regresi. Data

tersebut diolah dengan menggunakan Program E-views 5.0 yang merupakan salah

satu aplikasi statistik komputer.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah ternyata tidak semua variabel

independent (Jumlah Rumah Tangga, Harga Perumahan, PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku, dan Inflasi) berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Permintaan Perumahan

di Kota Medan. Hanya ada tiga variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap

Jumlah Permintaan Perumahan di Kota Medan, yaitu : PDRB Atas Dasar Harga

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Perkembangan bisnis perumahan di masa sekarang telah mengalami

peningkatan yang sangat pesat. Diperkirakan kebutuhan akan perumahan per tahun

mencapai 1,2 juta unit rumah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Realisasi pembangunan perumahan dan pemukiman dalam Pelita VI

menunjukan perkembangan yang sangat menggembirakan. Karena itu tidak

mengherankan apabila kuantitas dan kualitas tempat tinggal merupakan salah satu

dimensi daripada kesejahteraan setiap masyarakat. Faktor sosial-ekonomi, budaya

dan lingkungan adalah beberapa penentu tipe dan kualitas tempat tinggal yang dipilih

masyarakat. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan tidak jarang pemerintah dan

institusi ikut mengatur perihal tempat tinggal anggota masyarakat untuk

meningkatkan kualitas pemukiman.

Untuk menyediakan data tentang perumahan tersebut diperlukan upaya yang

terus-menerus dan akan memakan waktu lama. Namun, sementara itu pemerintah,

dalam hal ini Badan Pusat Statistik (BPS), berupaya menyediakan data dasar dengan

melaksanakan kegiatan pengumpulan data tentang perumahan melalui pendaftaran

bangunan dan rumah tangga yang diintegrasikan dengan pelaksanaan sensus

(17)

Tetapi dalam kenyataanya dalam usaha mewujudkan terciptanya

pembangunan perumahan tersebut para developer yang tergabung dalam REI

mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah adanya beban pajak yang harus

dibebankan kepada developer. Sehingga para developer tersebut yang tergabung

dalam REI meminta pemerintah untuk segera menghapus pajak Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) sebab hal tersebut akan menjadi ganjalan serta penghalang bagi para

developer untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah terutama untuk para

pengembang perumahan, karena bagaimanapun juga pengembangan perumahan

(developer), akan kurang tertarik jika pengembangan perumahan yang dilakukan

bersama-sama pemerintah masih juga dikenai pajak oleh pemerintah.

Pola penanganan perumahan ini pada dasarnya melihat rumah sebagai produk

komoditi yang dapat diproduksi secara besar-besaran untuk dipasarkan agar menutup

kesenjangan antara permintaan rumah (demand) dan atau sebagai benda sosial (social

goods) yang harus diproduksi besar-besaran untuk dialokasikan khususnya bagi

kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, sebagai upaya jalan pintas

untuk mengoreksi disparitas sosial-ekonomi. Pola ini meletakkan pemerintah beserta

kerabat kerjanya sektor swasta formal, sebagai tokoh sentral dan penentu dalam

seluruh proses pembangunan rumah ini (bertumpu pada pemerintah).

Sering kali untuk memperkuat/mendukung rancangan ini penyediaan rumah

melalui pola ini juga didudukkan sebagai alat/instrumen pengarah untuk mengatur

tata ruang pertumbuhan ekonomi. Tidak disangka pola penanganan pembangunan

(18)

skala besar tersebar di kota-kota besar dan menengah di Indonesia dan memproduksi

berbagai bangunan rumah.

Meskipun demikian hasil tersebut ternyata hanya mampu memenuhi sekitar

10% dari jumlah kebutuhan rumah perkotaan di Indonesia bila tidak dikaitkan dengan

kelompok sasaran yang harus dicapai, sehingga 90% dari masyarakat khususnya yang

berpenghasilan rendah harus menyediakan rumah mereka sendiri.

Agar pola penanganan perumahan ini mampu terus-menerus memproduksi

rumah dalam rangka menyediakan perumahan bagi seluruh warga masyarakat yang

membutuhkan termasuk yang berpenghasilan menengah ke atas.

Dalam masalah ini pemerintah memberikan berbagai kebijakan serta

kemudahan kepada developer dalam hal penghapusan pajak izin untuk mendirikan

pembangunan rumah (IMB), di tempat-tempat yang akan digunakan sebagai lahan

pembangunan perumahan baru. Pemberian kemudahan kepada developer dari

pemerintah dalam hal pemberian perizinan tersebut bertujuan untuk menarik minat

para pengembang perumahan agar tertarik untuk ikut membantu dalam hal

pengembangan dan pembangunan rumah untuk masyarakat, serta untuk menarik

minat para developer agar turut serta dalam menyukseskan pembangunan rumah

(19)

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan rumah, yaitu :

a. Jumlah Rumah Tangga.

Di mana jumlah rumah tangga di Kota Medan terus mengalami peningkatan

pada tahun 1988 berjumlah 235 jiwa sampai akhir tahun 2008 berjumlah 105 jiwa.

b. Tingkat Harga Perumahan.

Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenikan harga perumahan

menyebabkan para pembeli mencari barang substitusi terhadap barang yang

mengalami kenaikan harga. Dalam hal ini memungkinkan bahwa apabila harga

perumahan mengalami kenaikan, maka masyarakat yang berpenghasilan kecil tidak

mampu membeli rumah mewah. Sebaliknya apabila harga perumahan turun, maka

masyarakat akan terdorong untuk membeli barang yang mengalami penurunan harga.

Dalam hal ini rumah sangat sederhana. Di mana pada tahun 1988 harga perumahan

Rp 22.500.000 juta dan menjadi Rp 307.710.000 juta pada tahun 2008.

c. Pendapatan Perkapita.

Dalam hal ini, pendapatan perkapita di Kota Medan pada tahun 1988 Rp

859.096 juta menjadi Rp 13.842.872 juta pada tahun 2008. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka dapat menempatkan kota Medan sebagai daerah yang paling

menjanjikan kehidupan yang lebih menyenangkan.

d. Inflasi

Dalam hal ini, laju inflasi di Kota Medan pada tahun 1989 adalah 6,67 % dan

(20)

Berdasarkan keterangan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dalam skripsi ini yang berjudul : “Analisis Determinan Yang

Mempengaruhi Permintaan Rumah Mewah di Kota Medan (Studi Kasus PT. Ira Widya Utama)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

menyimpulkan perumusan masalah sebagai kajian dari objek yang diteliti.

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh jumlah rumah tangga terhadap jumlah permintaan

rumah mewah di Kota Medan periode 1988-2008 ?

2. Bagaimana pengaruh harga rumah terhadap jumlah permintaan rumah mewah

di Kota Medan periode 1988-2008 ?

3. Bagaimana pengaruh pendapatan terhadap jumlah permintaan rumah mewah

di Kota Medan periode 1988-2008 ?

4. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah permintaan perumahan di

(21)

1.3 Hipotesis

Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) yang berarti kurang dari, dan

tesis (thesis) yang berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau

kesimpulan yang sifatnya masih sementara dan belum benar-benar berstatus sebagai

tesa. Setelah hipotesis lulus dari berbagai pengujian (test) , maka hipotesis semakin

kuat kedudukannya. Dari perumusan masalah di atas, maka penulis memberikan

hipotesis sebagai berikut :

a. Jumlah Rumah Tangga memberikan pengaruh yang positif terhadap

permintaan rumah mewah di Kota Medan periode 1988-2008.

b. Tingkat Harga Rumah Mewah memberikan pengaruh yang positif terhadap

permintaan rumah mewah di Kota Medan periode 1988-2008.

c. Pendapatan memberikan pengaruh yang positif terhadap permintaan rumah

mewah di Kota Medan periode 1988-2008.

d. Laju inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap permintaan perumahan di

(22)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah rumah tangga, harga

perumahan, pendapatan perkapita dan tingkat inflasi terhadap permintaan

perumahan di Kota Medan.

b. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan permintaan perumahan di Kota

Medan.

c. Untuk mengetahui variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap

permintaan perumahan di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Penulis.

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara.

b. Bagi Pemerintah.

Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan

(23)

c. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Diharapkan adanya penelitian ini akan memacu semangat para peneliti di

bidang properti untuk menciptakan perumahan dan pemukiman yang dapat

meningkatkan pendapatan daerah.

d. Bagi developer.

Serta bagi developer agar dapat digunakan sebagai acuan dan alat untuk

memprediksi langkah-langkah selanjutnya untuk pengembangan bisnis

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Sejarah Berdirinya Perumahan

Perumahan di PT. Ira Widya Utama merupakan salah satu perusahaan swasta

yang bergerak dibidang kontraktor, dimana pada mulanya perusahaan ini berbentuk

perseroan komanditer dengan nama CV. Ira Corporation yang berdiri pada tanggal 17

April 1972 yang terletak di Jalan Pahlawan No. 52 Medan. Perusahaan ini mengawali

usahanya sebagai General Kontraktor yang mengutamakan pekerjaan pembangunan

dan pemeliharaan bangunan-bangunan jalan dan saluran irigrasi. Untuk memperluas

dan mengembangkan usahanya, maka CV. Ira Corporation diubah menjadi PT. Ira

Corporation pada tanggal 23 Februari 1983 dihadapan notaris Sundari Siregar, SH

dan berkedudukan di Jalan Bukit Barisan Dalam No.15 dengan meningkatkan jumlah

karyawan 51 orang. Setelah berjalan beberapa bulan, nama PT. Ira Corporation dirasa

ganjil mengingat kata Corporation mengandung arti sama dengan Perseroan Terbatas,

maka pada tanggal 17 Juni 1983, PT. Ira Corporation diubah lagi menjadi PT. Ira

Widya Utama Medan dan berkedudukan di Jalan Cactus Raya Blok J Komplek

Taman Setia Budi Indah (TASBI).

Perubahan ini dibuat dihadapan notaris Sundari Siregar, SH dengan akte No.

29 tertanggal 17 Juni 1983 di Medan, dan disetujui Menteri Kehakiman Republik

(25)

01,01, Tahun 1983 dan dapat dilihat pada berita Negara Republik In donesia No.

955-1983.

Salah satu ciri Perseroan Terbatas adalah bahwa modal perusahaan terdiri dari

penjualan saham-saham PT. Ira Widya Utama Medan mengawali usahanya dengan

modal sektor Rp. 100.000.000,00 yang terbagi atas 100 lembar saham @ Rp.

1.000.000,00 yang masing-masing dimiliki oleh :

 Tuan Yopie S Batubara 50 lembar saham  Ny. T.R Bulan Nasution 20 lembar saham  Tuan Abdullah Sony Batubara 10 lembar saham  Nona Indira Marwanti Batubara 10 lembar saham  Nona Putri Kumala Sari Batubara 10 lembar saham

Selanjutnya untuk menambah dan memperbesar modal saham disektor, dalam

rapat umum luar biasa pemegang saham sebagaimana yang termuat dalam notulen

rapat, maka diadakan perubahan akte dihadapan notaris Sundari Siregar, SH dengan

perubahan akte No. 23 tanggal 12 November 1986 tentang perubahan-perubahan.

Dalam anggaran dasar perubahan tersebut, yaitu mengenai penambahan modal serta

jumlah penyetorannya, dengan susunan pemegang saham adalah :

(26)

Jumlah 14.903 lembar saham

Seluruh saham disektor dengan nilai nominal per lembar saham @

Rp. 100.000.000,00.

Adapun susunan pengurus PT. Ira Widya Utama Medan adalah :

 Komisaris : Ny. T.R Bulan Nasution

 Direktur Utama : Drs. H. Rusli Batubara  Wakil Direktur Utama : Ir. Dulang Martapa  Direktor Keuangan dan Umum : Indra Bakti Lubis  Direktur Unit Usaha : Indira Marwanti

2.1.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi menunjukan kerangka atau bagan yang menggambarkan jaringan hubungan kerja dan susunan pola hubungan yang

menunjukan kedudukan, tugas dan tanggung jawab secara hirarki yang terdapat pada

suatu perusahaan. Adapun struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawabnya

yang terdapat pada perusahaan ini adalah :

A. Dewan Komisaris

Melakukan pengawasan dan pemantauan langsung terhadap pelaksanaan

operasional, melaporkan secara berkala (mingguan) kepada pemegang saham

mengenai hasil pengawasan dan pemantauan langsung terhadap direksi perusahaan.

(27)

menjadi keputusan pemegang saham dan menyampaikan hasil laporan evaluasi secara

menyeluruh terhadap kinerja direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

B. Direktur Utama

Menetapkan seluruh kebijaksanaan perusahaan serta terselenggarakannya

koordinasi dan pengendalian diseluruh unit organisasi, dan melaksanakan

kebijaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Selain itu bertanggung jawab atas

efektivitas pelaksanaan kebijaksanaan menyeluruh perusahaan.

C. Direktur Administrasi dan Keuangan

Menetapkan kebijaksanaan dan terselenggaranya pengendalian di bidang

sumber daya manusia, umum, akuntansi, dan keuangan. Merencanakan sistem

informasi sumber daya manusia, umum, akuntansi perusahaan dan kebijaksanaan

mekanisme kerja. Selain, itu merencanakan sistem informasi pencatatan dan

pengelolaan barang yang dibeli perusahaan, pengadaan dan kebijaksanaan mekanisme

kerja dan melaksanakan kegiatan di bidang akuntansi.

D. Direktur Operasi

Mengkoordinir dan memonitori rencana dan program kerja perusahaan di

bidang perencanaan pembangunan, pengelolaan dan pemasaran unit-unit usaha.

Selain itu mengkoordinir dan mengevaluasi realisasi pembangunan, pengelolaan dan

pemasaran, mengevaluasi secara periodik efektivitas dan efisiensi mekanisme kerja

yang ada di bawah tanggung jawabnya. Dan bertanggung jawab atas terselenggaranya

perencanaan dan penerbitan laporan pembangunan, pengelolaan dan pemasaran

(28)

E. General Manager Administrasi dan Keuangan

Menetapkan kebijaksanaan dan terselenggaranya pengendalian bidang

akuntansi dan keuangan, menetapkan kebijaksanaan dalam perencanaan sistem

informasi keuangan perusahaan dan kebijaksanaan mekanisme kerja. Dan

bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan akuntansi.

F. General Manager Operasional

Menetapkan kebijaksanaan, penyelenggaraan dan pengendalian PT. Ira Widya

Utama, menetapkan kebijaksanaan dalam perencanaan sistem inormasi pemasaran

perusahaan dan kebijaksanaan mekanisme kerja, dan bertanggung jawab atas

terselenggaranya perencanaan dan penerbitan laporan pembangunan, pengelolaan dan

pemasaran perusahaan secara tepat waktu, akurat dan lengkap.

G. Manager Akuntansi

Mengkoordinasi penyusunan anggaran pendapatan dan biaya perusahaan,

menerbitkan laporan realisasi anggaran dan laporan keuangan perusahaan, tepat

waktu dan akurat. Bertanggung jawab atas kebijaksanaan dalam perencanaan sistem

informasi dan komputerisasi akuntansi perusahaan dan kebijaksanaan mekanisme

kerja.

H. Manager Keuangan

Bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan keungan perusahaan,

menetapkan kebijaksanaan dalam perencanaan sistem keuangan perusahaan dan

(29)

I. Manager Bangian Umum dan Rumah Tangga

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penyelesaian masalah umum

dan rumah tangga, dan melaksanakan manajemen inventaris, perlengkapan

transportasi. Menetapkan kebijaksanaan dalam perencanaan sistem informasi bidang

umum dengan koordinasi bersama seksi sistem informasi dan pelaporan.

J. Manager Personalia

Bertanggung jawab atas terlaksananya sistem perencanaan, rekruitmen dan

pembinaan personalia yang efektif dan efisien, melakukan pembinaan dan penilaian

prestasi karyawan serta pemberian penghargaan. Dan melaksanakan pengembangan

sumber daya manusia.

K. Manager Pemasaran

Bertanggung jawab terhadap rencana dan strategi pemasaran berdasarkan

kebijakan pemasaran yang telah menjadi keputusan perusahaan dan bertanggung

jawab terhadap efektivitas kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaa.

L. Manager Pembangunan

Bertanggung jawab terhadap penyusunan program dan rencana produksi

berdasarkan jadwal produksi yang telah ditetapkan menejemen. Bertanggung jawab

terhadap ketepatan jadwal produksi atau pembangunan sesuai dengan kotrak yang

telah ditetapkan. Melaksanakan program dan kegiatan monitoring/pengawasan

produksi agar pembangunan dapat dilaksanakan tepat waktu dengan kualitas sesuai

(30)

2.1.2 Bentuk Struktur Organisasi PT. Ira Widya Utama & Group WAKIL DIREKTUR UTAMA BIDANG

ADMINISTRASI & KEUANGAN

Umum & R. Tangga Bag. PersonaliaMANAGER AUDITOR

YUNIOR

MANAGER

Bag. Akuntansi Bag. KeuanganMANAGER

KASI R. Tangga

2.2 Pengertian Perumahan dan Pemukiman

Perumahan dalam arti luas meliputi rumah dan segala fasilitas pendukungnya

yang merupakan suatu lingkungan perumahan. Fasilitas lingkungan perumahan

mencakup : penyediaan air, saluran pembuangan, jalan serta taman yang penting bagi

pemeliharaan lingkungan hidup. Sedangkan pemukiman adalah bangunan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau tempat hunian dan tempat membina

(31)

2.2.1 Hakekat Rumah Bagi Manusia

Manusia sebagai makluk sosial yang tidak dapat hidup dengan cara

menutup diri dari lingkungannya. Mempunyai hubungan secara horisontal terhadap

lingkungan alam tempat hidup, serta satu kesatuan struktural secara harmonis yang

mempunyai hubungan vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu dari

pengertian dasar tersebut maka harus tampak serta terwujud dalam rumah, agar dapat

memberi arti dalam kehidupan manusia. Rumah di sini tidak dilihat sebagai benda

dan sarana hidup, tetapi sebagai satu proses bermukim yaitu kehidupan manusia

dalam menciptakan ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.

2.2.2 Peran Rumah Dalam Pembangunan Bangsa

Sering kali tanpa rumah atau tempat bermukim yang tetap keberadaan

seseorang secara formal sulit diakui (memiliki KTP) sehigga kesepakatan untuk

masuk dunia formal dimana kebijaksanaan pembangunan diarahkan menjadi

tertutup.Rumah atau tempat bermukim dengan demikian merupakan pintu masuk ke

dunia yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Malah keadaan rumah

secara umum sering dianggap sebagai barometer taraf hidup suatu bangsa. Lebih

lanjut GBHN 1993 menekankan bahwa pembangunan sektor rumah dan permukiman

dalam PJPT II lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan

masyarakat, menciptakan kerukunan hidup keluarga dan kesetiakawanan sosial

masyarakat dalam rangka membentuk lingkungan serta persemaian nilai budaya dan

(32)

manusia yang dapat berfungsi sebagai sarana produktif keluarga merupakan titik

strategi dalam pembangunan manusia seutuhnya seperti dicita-citakan GBHN karena

dengan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya sehingga mempercepat pembangunan

keluarga yang pada gilirannya mempercepat pembangunan bangsa.

2.2.3 Rumah Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Rumah merupakan salah satu permasalahan yang terus berkelanjutan,

bahkan terus menerus meningkat permintaanya seiring dengan pertumbuhan

penduduk serta dinamikanya. Di dalam pembangunan nasional, rumah merupakan

salah satu unsur dasar kesejahteraan rakyat di samping pangan dan sandang, serta

merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dapat mendukung sektor-sektor

pembangunan lain, maka dari itu masalah rumah harus ditangani secara mendasar

untuk kepentingan jangka panjang demi kelangsungan hidup. Selain itu rumah juga

berfungsi sebagai pembentukan moral dan pendidikan penghuni dan anggota keluarga

lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah perumahan

disebut layak bila ada keterpaduan yang serasi antara:

1). Perkembangan rumah dan penghuninya, artinya rumah bukan hasil akhir

yang tetap tetapi proses yang berkembang.

2). Rumah dengan lingkungan (alam) sekitarnya, artinya lingkungan rumah

(33)

3). Perkembangan rumah dan perkembangan kota, artinya kota yang dituntut

makin global dan urbanized memberi manfaat positif bagi kemajuan warga kota di

rumah masing-masing.

4). Perkembangan antar kelompok warga dengan standar layak sesuai keadaan

dan tuntutan masing-masing kelompok, artinya tiap kelompok warga punya

kesempatan sama untuk berkembang sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan sendiri.

Standar fisik dan dukungan untuk maju bagi penghuni artinya standar

fisik rumah tidak sepenting dan menentukan seperti peningkatan produktivitas yang

diberikannya terhadap mobilitas penghuni/pemiliknya dalam kegiatannya.

2.3 Teori Permintaan 2.3.1 Pengertian Permintaan

Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta

konsumen pada suatu waktu, yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud dengan

daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang

diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli

tersebut juga relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya.

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah

permintaan dan harga. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau

manusia mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial.

(34)

Banyaknya penduduk suatu negara menunjukkan pula besarnya permintaan

masyarakat negara tersebut akan suatu barang tertentu.

Di dalam dunia nyata, suatu barang itu mempunyai harga di pasar. Oleh

karena itu permintaan baru akan mempunyai arti pendukung oleh tenaga beli dari

yang meminta barang tersebut. Permintaan yang didukung oleh kekuatan beli

seseorang tergantung dari pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang.

Secara matematis dapat dijelaskan bagaimana perubahan harga dan

pendapatan secara bersama-sama mempengaruhi terhadap jumlah barang yang

diminta. Supaya dapat dianalisis dengan jelas tingkah laku konsumen yang

dinyatakan dalam hukum permintaan. Artinya bagaimana reaksi konsumen dalam

kesediaanya membeli barang yang bersangkutan, dengan asumsi cateris paribus.

2.3.2 Hukum Permintaan

Hukum permintaan menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta

terhadap suatu barang dengan harga barang tersebut.

Hukum permintaan mengatakan bahwa : “Makin rendah harga suatu barang,

maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi

harga suatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.”

(Sadono, 2005).

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang

ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah

(35)

1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

3. Pendapatan rumag tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.

5. Cita rasa masyarakat.

6. Jumlah penduduk.

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Di dalam analisis permintaan perlu dibedakan antara dua istilah yaitu :

permintaan dan jumlah barang yang diminta. Dikatakan permintaan, jika yang

dimaksudkan adalah keseluruhan hubungan antara harga. Sedangkan jumlah barang

yang diminta maksudnya adalah banyak permintaan pada suatu tingkat harga tertentu

(Sadono, 2005).

2.3.3 Fungsi Permintaan

Yang dimaksud dengan fungsi permintaan adalah hubungan sistematis antara

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dengan jumlah barang yang diminta

oleh konsumen per satuan waktu. Secara umum fungsi permintaan dirumuskan

(36)

Qdx = f (Px, Py, I, T,...)

Di mana :

Qdx = Jumlah permintaan barang x

Px = Harga barang x

Py = Harga barang lain

I = Pendapatan konsumen

T = Selera.

2.3.4 Kurva Permintaan

Yang dimaksud dengan kurva permintaan adalah suatu garis/kurva yang

menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah

barang tersebut yang diminta oleh para pembeli.

Pada gambar di bawah ini diperlihatkan permintaan untuk stok perumahan

dalam kurva (D) yang condong menurun. Semakin rendah harga perumahan (P1),

semakin besar kuantitas yang diminta. Posisi kurva permintaan itu sendiri tergantung

pada sejumlah variabel ekonomi:

1) Semakin besar kekayaan, semakin besar permintaan untuk perumahan.

Semakin kaya individu, semakin banyak rumah yang ingin mereka miliki. Jadi

kenaikan kekayaan akan mengeser kurva permintaan dari (D ke D’).

2) Kedua permintaan akan rumah sebagai aset (harta) tergantung pada hasil

riil yang tersedia atas harta lainya. Jika hasil atas bentuk-bentuk lain dari kekayaan

(37)

yang secara umum bias dianggap sebagai kekayaan. Semakin rendah hasil atas

aset-aset (aktiva) lainya maka semakin besar permintaan untuk rumah. Bila terdapat

pengurangan dari hasil yeald atas harta atau aktiva lain, seperti obligasi atau saham

biasa, hal ini akan menggeser kurva permintaan dari (D ke D’)

Gambar 1.1

Kurva Permintaan Stok Rumah

3) Permintaan akan stok rumah tergantung pada pengembalian retrun riil netto

yang diperoleh dengan memiliki rumah. Pengembalian bruto sebelum

memperhitungkan biaya-biaya terdiri dari sewa, jika rumah itu disewakan atau hasil

implisit yang diterima pemilik rumah dengan tinggal di dalam rumah itu, ditambah

dengan keuntungan modal yang timbul karena kenaikan nilai rumah itu. Sebaliknya

(38)

ditambah semua pajak benda tak bergerak, dan penyusutannya. Biaya-biaya ini

dikurangi dari hasil bruto dan dengan penyesuaian-penyesuaian setelah pajak,

merupakan hasil netto. Kenaikan dari hasil netto atas rumah dapat disebabkan oleh

pengurangan dalam suku bunga hipotek, dan hal tersebut menjadikan rumah menjadi

bentuk yang lebih menarik untuk dianggap sebagai kekayaan dan mengeser keatas

kurva permintaan untuk rumah dari (D ke D’ ).

Harga rumah ditentukan oleh interaksi antara permintaan dengan penawaran

stok rumah. Pada setiap waktu penawaran stok adalah tetap, terdapat stok rumah yang

telah tertentu fixed yang tidak dapat disesuaikan dengan cepat sebagai tanggapan

terhadap perubahan harga. Kurva penawaran untuk stok perumahan adalah kurva (S)

dari gambar. Keseimbangan harga harta rumah (P1), ditentukan oleh perpotongan

atara kurva penawaran dan permintaan. Harga harta rumah pada hakekatnya

merupakan harga rumah itu sendiri.

2.4 Teori Penawaran 2.4.1 Pengertian Penawaran

Yang dimaksud dengan penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan

oleh penjual/produsen di pasar pada suatu waktu.

Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat

(39)

1) Harga barang itu sendiri

2) Harga barang-barang lain

3) Biaya produksi

4) Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut

5) Tingkat teknologi yang digunakan.

2.4.2 Hukum Penawaran

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditaakan oleh

para penjual.

Hukum penawaran mengatakan bahwa : “Makin tinggi harga sesuatu barang,

semakin banyak jumlah barang tersebut aka ditawarkan oleh penjual. Sebaliknya

makin rendah harga sesuatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang

ditawarkan dengan asumsi ceteris paribus.” (Sadono, 2005).

Di dalam analisis penawaran perlu dibedakan antara dua istilah yaitu :

penawaran dan jumlah barang yang ditawarkan. Dikatakan penawaran jika yang

dimaksudkan adalah keseluruhan kurva penawaran. Sedangkan jumlah barang yang

ditawarkan maksudnya adalah jumlah barang yang ditawarkan pada suatu tingkat

(40)

2.4.3 Fungsi Penawaran

Yang dimaksud dengan fungsi penawaran adalah hubungan sistematis antara

faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dengan jumlah barang yang ditawarkan

oleh konsumen per satuan waktu. Secara umum fungsi permintaan dirumuskan

sebaga berikut :

Qsx = f (Px, S, F, XM, T,...)

Di mana :

Qsx = Jumlah penawaran barang x

Px = Harga barang x

S = Penawaran dari input-input

F = Keadaan alam

XM = Pajak

T = Teknologi.

2.4.4 Kurva Penawaran

Yang dimaksud dengan kurva penawaran adalah suatu garis/kurva yang

menunjukkan hubungan di antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang

tersebut yang ditawarkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perumahan tersebut, dapat dilihat dalam

(41)

Gambar 1.2

Kurva Penawaran Untuk Rumah

Kurva dalam gambar ini ditandai dengan (S), menunjukkan bagaimana jumlah

perumahan yang akan ditawarkan untuk dijual berubah seiring dengan perubahan

harga perumahan tersebut. Kurva penawaran naik kemiringannya: semakin tinggi

harganya, semakin banyak developer mampu dan bersedia untuk membeli dan

menjual rumah tersebut. Jika biaya rumah tersebut turun, developer dapat

memproduksi rumah dengan jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah atau

jumlah rumah yang lebih besar dengan haga yang sama. Kemudian, kurva penawaran

akan bergeser ke kanan dari (S ke S’).

Dengan demikian kurva penawaran S dalam Gambar 2.1. katakanlah pada

harga (P`) jumlah rumah yang akan diproduksi dan dijual adalah (Q`). Sekarang,

misalnya, harga bahan baku rumah turun. Bagaimana hal ini akan mempengaruhi

(42)

Harga bahan baku yang lebih rendah, atau biaya apa saja yang lebih rendah,

membuat produksi rumah lebih menguntungkan, yang akan mendorong developer

yang sudah eksis untuk memperluas produksi rumah dan memungkinkan para

developer baru memasuki pasar penawaran rumah. Jika pada saat yang sama harga

rumah tetap pada (P1), diperkirakan akan terjadi kenaikan jumlah penawaran

keluaran yang lebih besar dari pada sebelumnya. Gambar 2.1. menunjukkan

peningkatan ini dari (Q1 ke Q2). Bila biaya produksi rumah turun, output akan naik

terlepas dari berapa besar harga rumah. Jadi seluruh kurva penawaran bergeser ke

kanan yang ditunjukkan dalam gambar sebagai pergeseran dari (S ke S’).

2.5 Konsep Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.5.1 Pendapatan Regional

Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang masuk dan

jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk daerah tersebut.

2.5.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Produk domestik regional bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu. PDBR yang masih ada unsur inflasi dinamakan

(43)

2.5.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.

Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga

konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.5.4 Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah

penduduk didaerah tersebut untuk tahun yang sama. Angka yang digunakan

semestinya adalah pendapatan regional dibagi jumlah penduduk. Angka pendapatan

perkapita dinyatakan dengan harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk. Angka

pendapatan perkapita dinyatakan dengan harga berlaku maupun harga konstan

tergantung pada kebutuhan.

Dalam perhitungan PDRB jumlah penduduk yang dibagi adalah jumlah

penduduk akhir tahun sebelumnya ditambah dengan jumlah penduduk awal tahun

dibagi dua.

2.5.5 Metode Perhitungan Pendapatan Regional

Metode tahap pertama dapat dibagi dalam dua metode yaitu metode langsung

dan tidak langsung, metode langsung adalah penghitungan dengan menggunakan data

daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan di gali dari sumber

data ada yang didaerah itu sendiri. Metode lansung dapat dilakukan dengan dengan

mempergunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan

(44)

Metode tidak langsung adalah penghitungan dengan mengalokasikan

pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai berbagai macam

indikator antara lain jumlah produksi dan luas areal sebagai alokatornya.

2.5.5.1Metode Langsung 1. Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang dan

jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan atau sektor ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya dari total produk bruto sektor atau subsektor.

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari

sektor produknya berbentuk fisik atau barang, seperti :

a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air bersih

e. Bangunan

f. Perdagangan, hotel dan restoran

g. Pengangkutan dan komunikasi

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

i. Jasa-jasa

j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya,

(45)

2. Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pndapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi

diperkirakan dari semua menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh faktor

produksi, yaitu upah dan gaji serta surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak

langsung netto.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dengan segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan

akhir dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dari dalam negeri. Kalau dilihat dari

segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa digunakan

untuk :

a. Konsumsi rumah tangga

b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mrncari untung

c. Konsumsi pemerintahan

d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi

e. Perubahan stok

f. Ekspor netto.

Ekspor netto adalah total ekspor dikurang impor. Perubahan stok adalah

selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari bahan yang ada dalam penyimpanan

produsen ataupun dalam proses produksi. Pendekatan pengeluaran juga menghitung

apa yang diproduksi di wilayah tersebut tetapi hanya menjadi konsumsi atau

(46)

2.5.5.2 Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik

bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian wilayah. Misalnya

mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap propinsi dengan menggunakan alokator

tertentu, yaitu :

1. Nilai produksi bruto/netto setiap sektor maupun subsektor pada wilayah yang

dialokasikan

2. Jumlah produksi fisik

3. Penduduk

4. Tenaga kerja

5. Alokator tidak langsung lainnya.

Dengan memperhitungkan salah satu kombinasi dari beberapa alokator dapat

diperhitungkan persentase masing-masing bagian propinsi terhadap nilai tambah

setiap sektor atau subsektor.

2.6 Inflasi

2.6.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi terjadinya kenaikan harga-harga secara

umum. Penyebab terjadinya inflasi dapat diidentifikasi dari sumber terjadinya inflasi.

Seluruh faktor yang dapt mendorong (shifter) permintaan agregat ke kanan atas

maupun penawaran agregat ke kiri adalah faktor yang menyebabkan inflasi.

(47)

Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi, dan penggolongan

yang dipilih adalah tergantung pada tujuan kita. Penggolongan pertama didasarkan

atas parah tidaknya inflasi tersebut. Ada beberapa macam inflasi, yaitu :

1. Inflasi ringan (dibawah 10%) dalam setahun.

2. Inflasi sedang (antara 11%-30%) dalam setahun.

3. Inflasi berat (31%-100%) dalam setahun.

4. Hiperinflasi (diatas 100%) dalam setahun.

Penentuan parah tidaknya inflasi tentu saja sangat relative dan

tergantung pada selera kita untuk menamakannya. Kita tidak bisa menentukan parah

tidaknya suatu inflasi hanya dari sudut inflasi saja, tanpa mempertimbangkan siapa

yang menanggung beban atau yang memperoleh keuntungan dari inflasi tersebut.

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal inflasi. Atas

dasar ini kita bedakan 3 macam inflasi, yaitu :

1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang

terlalu kuat yang disebut dengan demand inflation.

2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi yang disebut dengan cost

inflation.

3. Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena

kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara langganan kita berdagang.

2.6.3 Teori Inflasi

Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi dimana

(48)

bukan merupakan teori inflasi yang lengkap yang mencakup aspek penting dari

proses kenaikan harga. Teori inflasi tersebut adalah :

1. Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang

beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga

(expectations). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

a) Inflasi hanya bisa terjadi jika ada penambahan volume uang yang

beredar (uang kartal dan uang giral).

b) Laju inflasi ditentukan oleh pertambahan jumlah uang yang beredar

dan expectasi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.

2. Teori Keynes

Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar

batas kemampuan ekonominya.

Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan

menjadi :

a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation).

Inflasi ini timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan

(49)

3. Teori Strukturalis

Teori memberikan tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur

perekonomian negara-negara yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dari

faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor yang hanya bisa berubah

secara gradual dan dalam jangka waktu panjang), maka teori ini dapat disebut teori

inflasi jangka panjang.

Menurut teori ini ada 2 alasan utama dalam perekonomian negara berkembang

yang bisa menimbulkan inflasi, yaitu :

a) Ketidakstabilan dari penerimaan eksport, yaitu nilai eksport yang tumbuh

secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi

struktur-struktur lain.

b) Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan dalam negeri.

Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan dalam negeri.

Produksi bahan makanan tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan

(50)

2.7 Konsep Penduduk 2.7.1 Dinamika Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara

kekuatan-kekuatan yang menambah dan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara

terus-menerus akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir, tetapi secara bersamaan

pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur.

Sementara itu migrasi berperan sebagai imigran atau pendatang yang akan menambah

dan imigran yang akan mengurangi jumlah penduduk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh empat

komponen, yaitu kelahiran (fertilasi), kematian (mortalitas), in-imigration (migrasi

masuk), dan out-imigration (migrasi keluar). Selisih antara kelahiran dan kematian

disebut reproductive change (perubahan produktif) dan natural increase (pertumbuhan

alamiah). Selisih antara in-migration dan out-migration disebut net-migration

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam

pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan suatu permasalahan dan

menguji hipotesa penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh jumlah penduduk

terhadap permintaan perumahan di Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data, penulis melakukan penelitian pada perusahaan Real

Estate Indonesia (REI) Medan, PT. Ira Widya Utama Medan dan Bank Indonesia (BI)

Medan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk time series yang bersifat kuntitatif, yaitu data yang berbetuk angka-angka.

Adapun sumber data yang diperoleh adalah dari Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera

Utara pada periode selama 21 tahun (1988-2008), PT. Ira Widya Utama Medan dan

Bank Indonesia (BI) Medan.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

(52)

berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang

akan diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan

pencatatan langsung berupa time series dalam periode selama 20 tahun (1987-2008).

3.5 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan

menggunakan program komputer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan

laporan penelitian ini.

3.6 Model Analisis Data

Model analisa yang digunakan dalam menganalisa data adalah model

ekonometrika, dengan metode kuadrat biasa (Ordinary Least Square/OLS).

Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3,X4)...(1)

Dari fungsi persamaan pertama dapat dispesifikasikan kedalam model

ekonometrika sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ + β4X4+µ...(2)

(53)

Y = Jumlah permintaan rumah mewah (Per unit)

α = Intercept (kostanta)

β1,β2,β3 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah rumah tangga (Jutaan Rp)

X2 = Harga rumah mewah (Jutaan Rp)

X3 = Pendapatan per kapita (Jutaan Rp)

X4 = Inflasi (%)

µ = Term of error

Secara matematis bentuk hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

maka

Y (jumlah permintaan rumah mewah) akan mengalami kenaikan, ceteris

Y (jumlah permintaan rumah mewah) akan mengalami penurunan, ceteris

paribus

maka Y (jumlah permintaan rumah mewah) akan mengalami kenaikan,

ceteris paribus.

(jumlah

(54)

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan

penjelasan terhadap variabel dependen, dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1

(0≤R2≤1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan variabel

independen mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel dependen. Sebaliknya

jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh

variabel independen kecil terhadap variabel dependen.

3.7.2 Uji F-statistik (Overall Test)

Uji F-statistik ini merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi.

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model

persamaan.

(55)

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho : bi = b2 = bk...bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2 ≠ 0...i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan

F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak. Hal ini berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.

Gambar 3.7.2 Kurva Uji F-statistik H0 diterima

(56)

3.7.3 Uji t-statistik (Partial Test)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel

dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

Dimana :

bi = Koefisien variabel ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b

Ha : bi ≠ b

Dimana b1 adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis,

biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila

nilai t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini

berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)

(57)

Gambar 3.7.3 Kurva Uji t-statistik

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.8.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat yang digunakan untuk mengetahui suatu kondisi,

apakah terdapat hubungan variabel independen di antara satu dengan yang lainnya.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R-square,

F-statistik, t-hitung serta standard error.

Adanya multikolinearity ditandai dengan :

1. Standard error tidak terhingga.

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%. 3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

4. R2 sangat tinggi.

H0 diterima

(58)

Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Salah satu variabel independen jangan diikutsertakan dalam menaksir model,

tetapi harus diperhatikan mungkin variabel tersebut secara teori berhubungan

terhadap variabel dependen maka hasil taksiran akan menjadi bias.

b. Mendefenisikan kembali variabel-variabel tersebut.

c. Penambahan data-data.

3.8.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error (µ) berkorelasi atau mengalami korelasi

serial apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk i ≠ j. Dalam hal ini dapat dikatakan memiliki

masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu :

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Watson (Uji D-W)

Nilai D-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : ρ = 0, artinyatidak ada autokorelasi

(59)

Dengan jumalah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu

diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Waston untuk nilai α.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Gambar 3.8.2 Kurva Durbin-Watson Dimana :

Ho : Tidak ada autokorelasi

Dw > dl : Tolak Ho (ada korelasi positif)

Dw > 4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negatif)

du < Dw < 4-du : Terima Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw ≤ du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

inconclusive

(60)

Mekanisme Test Durbin Watson adalah sebagai berikut :

- Lakukan estimasi regresi dengan menggunakan OLS

- Hitung nilai DW statistik

- Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang dijelaskan

didapatkan nilai dL dan dU.

 Jika hipotesis Ho adalah tidak ada serial korelasi, maka :

- d<dL : Tolak Ho

- d>du : Terima Ho

- dL≤d≤du : Tidak bisa disimpulkan

 Jika hipotesis Ho adalah tidak ada serial negatif, maka :

- d>4-dL : Tolak Ho

- d>4-du : Terima Ho

- 4-du≤d≤dL : Tidak bisa disimpulkan

 Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu tidak ada serial autokorelasi baik positif

maupun negatif, maka :

- d<dL : Tolak Ho

- d>4-dL : Tolak Ho

- du<d<4-du : Terima Ho

Atau

- dL≤d≤du

(61)

3.9 Defenisi Operasional

1. Permintaan rumah mewah adalah jumlah rumah yang diminta oleh beberapa

masyarakat golongan atas dengan berbagai tingkat harga pada periode tertentu

dalam satuan unit.

2. Harga rumah adalah nilai satu unit rumah yang dinyatakan dalam bentuk

angka satuan rupiah (Rp).

3. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk Medan pada

waktu tertentu, yaitu dari tahun 1988-2008 dalam bentuk satuan rupiah (Rp).

4. Jumlah rumah tangga adalah banyaknya masyarakat yang sudah mempunyai

keluarga, baik yang sudah mempunyai anak maupun yang belum tetapi

membutuhkan tempat tinggal untuk dihuni (jiwa).

5. Tingkat inflasi adalah pengaruh kenaikan harga barang-barang terhadap

(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia berpenduduk 2.036.185

jiwa pada tahun 2005 memiliki luas wilayah 26,510 Ha (265,10 Km2) atau 3,6% dari

luas keseluruhan Propinsi Sumatera Utara. Dibandingkan denganKabupaten lain di

Sumatera Utara, luas wilayah Medan ini sangat kecil tetapi memiliki penduduk yang

paling besar dan menurut survei yang dilakukan pada tahun 2000, penduduk kota

Medan pada siang hari mencapai 2.036.185 yang hampir meliputi sepertiga dari

penduduk Propinsi Sumatera Utara dari jumlah tersebut 306.470 bukan penduduk

yang tetap sehingga secara resmi yang tercatat sebagai permanen residen adalah

sebesar 1.904.273. Kepadatan penduduk adalah sekitar 8.339 orang per-kilometer

persegi sehingga diklasifikasikan sebagai kota yang padat penduduk. Kota ini

dilintasi berbagai sungai yang berpotensi sebagai saluran pembuangan air hujan untuk

mengatasi banjir dan air limbah. Sedikitnya terdapat 10 sungai yang melintasinya,

antara lain : Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Badera, Sungai Putih, Sungai

Babura, Sungai Sikambing, Sungai Sulang-Saling, Sungai Kera, Sungai Batuan dan

Sungai Percut. Sebagaian diantaranya sudah mengalami kekeringan pada musim

kemarau. Iklim yang ada sangat dipengaruhi udara laut dan pegunungan dengan suhu

rata-rata 270C. Batas wilayah Propinsi Sumatera Utara meliputi : Propinsi Nanggroe

(63)

Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat dan Selat Malaka di sebelah Timur

sehingga mendorong kota Medan menjadi pusat pengembangan di Sumatera bagian

Utara.

Kota Medan juga didukung dan bersepadan langsung dengan daerah

Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang serta berada tidak jauh dari Pemerintahan

Binjai (± 22 Km). Secara relatif Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu

daerah yang kaya dengan sumber daya alam khususnya di bidang perladangan,

perhutanan dan pertanian. Keadaan di atas menjadikan kota Medan secara ekonomi

mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar serta saling

menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di

samping itu sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,

maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan

perdagangan barang baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).

Kota Medan merupakan salah satu Daerah Tingkat II yang terletak di Propinsi

Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Ibu Kota dari Propinsi Sumatera Utara.

Dengan luas 26,510 hektar (265,10 km) atau 3,6% dari luas keseluruhan Provinsi

Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 2.643.494 jiwa (bps 2006), kota Medan

berada pada letak 3o30o – 3o43’ Lintang Utara dan 98o35’ – 98o44’ Bujur Timur.

Untuk itu topografinya Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada

ketinggian 2.5-37.5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim

tropis dengan suhu minumum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2001 berkisar

Gambar

Gambar 1.1 Kurva Permintaan Stok Rumah
Kurva Penawaran Untuk RumahGambar 1.2
Gambar 3.7.2
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kota Medan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kemampuan berfikir abstraksi peserta didik pada suatu kelas berbeda- beda. Berpikir abstrak dalam hal ini adalah suatu kemampuan menemukan cara- cara dalam

RANCANG BANGUN APLIKASI PELAYANAN CUSTOMER PADA SENGKALING FOOD

Mitra binaan dalam Program Peduli Kemitraan PTPN VII (persero) dalam konteks stakeholders tersebut, merupakan pihak yang dapat memberi pengaruh pada

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

Sebuah digraph D dan 2-digraph D dengan n vertex dapat dinyatakan oleh matriks, yang entri dari matriks tersebut adalah bilangan 1 atau 0, matriks yang demikian disebut sebagai

Berdasarkan informasi, fenomena, dan permasalahan yang terjadi penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, ” Pengaruh Iklan dan Atribut Produk

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

McLeod, Jr., (2001: 15) menyatakan bahwa data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sebagai contoh, jumlah jam kerja pegawai,