• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi pola warna citra google maps menggunakan jaringan syaraf tiruan metode levenberg-marquardt dengna matlba versi 7.8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi pola warna citra google maps menggunakan jaringan syaraf tiruan metode levenberg-marquardt dengna matlba versi 7.8"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DATA PRIBADI

Nama : Tulus Bangkit Pratama

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Serang, 26 Oktober 1990

Kewarganegaraana : Indonesia

Status perkawinan : Belum Menikah

Tinggi, berat badan : 172 cm, 70 kg

Agama : Islam

Alamat lengkap : Link. Jombang Cemara Rt.01 Rw.06 Kel. Jombang Wetan Kec.

Jombang.

Telepon, HP : 087821928622

E-mail : bangkitpratama@rocketmail.com

RIWAYAT ORANG TUA

Nama Ayah : Ayi Budiman

Alamat Lengkap : Link. Jombang Cemara Rt.01 Rw.06 Kel. Jombang Wetan Kec.

Jombang.

Telepon, HP : 081806102165

Pekerjaan : Karyawan Swasta

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

- Formal

 TK PGRI CILEGON,1995

 SD NEGERI 5 CILEGON ,2002

 SMP NEGERI 2 CILEGON ,2005

 SMA NEGERI 2 KRAKATAU STELL CILEGON (IPA), 2008

 UNIKOM (TEKNIK KOMPUTER)

(4)

KEMAMPUAN

 Kemampuan Teknik Komputer dan Informatika (Image Processing MATLAB, Networking, MS office, corel application, adobe application, web programming &

design, programmer aplication)

 Kemampuan internet (e-commers, Bisnis Online)

PENGALAMAN KERJA

 Kerja praktek di PT. Krakatau Information Technology selama 1 bulan pada tahun 2011, Management Otorisasi System (Web Design)

PENGALAMAN ORGANISASI

 Menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 2 Cilegon tahun ajaran 2006-2007.  Pengurus RISMA Al-Muhsinin SMA Negeri 2 Cilegon dari tahun 2005-2008.

 Ketua Pelaksana Acara Perpisahan Siswa SMA Negeri 2 Cilegon Angkatan 2007.

Bandung, 27 Agustus 2013

Hormat saya,

(5)

MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE

LEVENBERG MARQUARDT DENGAN MATLAB VERSI 7.8

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan

Pada Program Studi Sistem Komputer Strata Satu di Jurusan Teknik Komputer

Oleh

TULUS BANGKIT PRATAMA 10208089

Pembimbing:

John Adler, M.Si

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, pencipta semesta alam. Shalawat serta

salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rosul Muhammad SAW, kepada

keluarganya, para Tabiin dan para pengikutnya yang selalu setia hingga akhir

masa.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan judul : “Identifikasi Pola Warna Citra Google Maps

Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Levenberg Marquardt

Dengan Matlab Versi 7.8”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar sarjana pada Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan

Ilmu Komputer di Universitas Komputer Indonesia. Dengan segala kekurangan

didalamnya karena penulis hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak

kesalahan, walaupun begitu penulis berusaha untuk menyelesaikan tugas akhir ini

dengan baik dan dapat memberi tambahan ilmu bagi yang membacanya.

Selama proses penelitian, penulis banyak sekali dibantu oleh orang-orang

terdekat penulis terutama para pembimbing yang selalu sabar untuk memberi

masukan dan nasehat bagi penulis, tanpa beliau penulis tidak akan mungkin

menyelesaikan tugas akhir ini. Keluarga penulis pun selalu memotivasi agar tetap

semangat dan sabar dalam menyelesaikan tugas akhir ini. oleh karena itu

perkenankan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Wendi Zarman, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknik Komputer.

2. John Adler, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Wali kelas 08

TK-3 yang telah meluangkan waktu dan sabar dalam memberi bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ayahanda Ayi Budiman dan Ibunda Tuti Alawiyah. Yang telah mencintai,

menyayangi, mendidik penulis, serta memberikan doa kepada penulis dengan

penuh kesabaran dan ikhlas.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Komputer.

(7)

vi

menjadi inspirasi penulis untuk tetap sabar dan semangat dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

7. Eti Muzdalifah, S.Pd. Yang selalu mensuport, memberi nasehat, cinta, kasih

sayang dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman 08 TK-3 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih

sebanyak-banyaknya.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak sekali kekurangan

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

dan semoga tugas akhir ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca.

Kebenaran datangnya dari Allah SWT, dan kesalahan datangnya dari penulis

pribadi. Karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan

dosa.

Wassalamualaikum Wr, Wb.

Bandung, Agustus 2013

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 6

2.1 Google Maps ... 6

2.2 Citra Digital ... 6

2.2.1 Citra RGB ... 7

2.2.2 Citra Grayscale ... 7

2.2.3 Citra Biner ... 7

2.3 Algoritma Levenberg Marquardt ... 8

2.4 Pengolahan Citra ... 9

2.5 Segmentasi Citra ... 11

2.6 Ekstraksi Ciri Orde Dua... 12

2.7 Jaringan Syaraf Tiruan ... 14

2.7.1 Model Neuron ... 16

2.7.2 Bobot ... 17

2.7.3 Fungsi Aktivasi ... 18

2.7.4 Konsep Dasar Jaringan Syaraf Tiruan ... 19

2.7.5 Arsitektur Jaringan ... 20

2.8 Perangkat lunak ... 20

2.8.1 Software Matlab ... 20

(9)

viii

3.1 Diagram Blok Sistem ... 23

3.2 Proses Pengambilan Image ... 24

3.3 Sistem Pengolahan Citra ... 24

3.3.1 Cropping Citra ... 24

3.3.2 Konversi Citra Grayscale ... 25

3.3.3 Teknik Segmentasi Citra ... 26

3.3.4 Ekstraksi Ciri ... 27

3.4 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan ... 27

3.5 Proses Training Levenberg-Marquardt ... 28

3.6 Perancangan Perangkat Lunak ... 30

3.6.1 Flowchart Perancangan Aplikasi ... 30

3.6.2 Perancangan Antarmuka Sistem ... 30

3.6.3 Software Antarmuka Sistem ... 33

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ... 35

4.1 Pengujian ... 35

4.1.1 Proses Running Program Aplikasi Pengolahan Citra ... 37

4.1.2 Training Citra Biner Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Levenberg-Marquardt ... 44

4.2 Analisa ... 48

4.2.1 Analisa Proses Segmentasi ... 48

4.2.2 Analisa Hasil Training Jaringan Syaraf Tiruan Levenberg-Marquard ………..50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Simpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

(10)

56

DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Demuth, M. Beale, Neural Network Tool, Edisi 6, 2000.

[2] Adler, J. Pengaruh Matriks dan Porositas Batuan Karbonat Formasi Parigi.

Majalah Ilmiah Unikom Vol.9, hal 51-60, Maret 2011.

[3] Prasetyo,E. Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinnya Menggunakan

Matlab, Andi, Yogyakarta, 2011.

[4] Rahmat. dkk. Pengenalan Pola Sinyal EKG menggunakan JST dengan

Algoritma Levenberg–Marquardt. Seminar Nasional Pasca Sarjana V ITS Surabaya, 2005.

[5] Gonzales, R.C., and Woods, R.E, Digital Image Processing Second edition. New Jersey: Prentice Hall. 2002.

[6] Gunawan, T. Fakta dan Konsep Geografi untuk SMA/MA kelas XII, Inter Plus, Jakarta, 2007.

[7] Artikel non-personal, 9 Februari 2013, Buta Warna, Wikipedia Bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Buta_warna, diakses 28 februari

(11)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Riset-riset mengenai Jaringan Syaraf Tiruan telah banyak

dimplementasikan dalam segala bidang ilmu, kuhususnya dalam bidang Ilmu

Pengetahuan Alam atau Sains. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan mesin

yang didesain untuk memodelkan cara yang digunakan otak untuk

mengerjakan suatu fungsi tertentu.

Dalam gambar peta dunia terdapat simbol warna untuk kenampakan

geografis dan pada setiap warna memiliki makna tertentu. Kenampakan

geografis dibagi menjadi beberapa macam yaitu kenampakan hipsografi,

kenampakan hidrografi, kenampakan vegetasi, kenampakan hasil budaya dan

kenampakan es. Kenampakan hipsografi atau relief muka bumi, untuk

pegunungan menggunakan warna dasar coklat muda dan coklat tua.

Kenampakan hidrografi atau wilayah perairan, menggunakan warna dasar biru

muda dan biru tua. Kenampakan vegetasi atau wilayah hutan dan perkebunan

menggunakan warna dasar hijau. Kenampakan hasil budaya manusia,

menggunakan warna merah dan hitam, misalnya jalan raya dan kota dengan

simbol warna merah, jalan kereta api, batas wilayah dan pemukiman dengan

simbol warna hitam. Warna putih pada peta juga digunakan untuk

menggambarkan kenampakan es di permukaan bumi, misalnya es di kutub

utara dan selatan pada peta dunia [6].

Bagi penderita buta warna yang memiliki keterbatasan untuk membedakan

warna, akan kesulitan dalam mengenali objek yang ada pada gambar peta

dengan banyak warna. Buta warna merupakan suatu kelainan yang disebabkan

ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna

tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis [7]. Secara tidak langsung

(12)

2

masyarakat pada umumnya, kelainan tersebut akan tampak ketika melihat

benda yang berwarna-warni.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik

untuk mengimplementasikan Jaringan Syaraf Tiruan dalam membuat aplikasi

pengolahan citra mengenai identifikasi pola warna untuk mengetahui area

daratan dan bukan daratan pada peta Gogle Maps. Google Maps merupakan sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online yang disediakan oleh Google

yang dapat diakses di http://maps.google.com. Pada dasarnya Jaringan Syaraf

Tiruan (JST) mencoba memudahkan para penggunanya sehingga pekerjaan

yang dilakukan akan lebih efisien. Jaringan Syaraf Tiruan ini dibangun untuk

mengenali pola input yang diberikan oleh pengguna sehingga memudahkan

dalam pengolahan data. Untuk itu diperlukan suatu metode Jaringan Syaraf

Tiruan yang dapat meminimalisir masalah yang mungkin timbul pada sistem

Jaringan Syaraf Tiruan yang dibuat, metoda yang akan digunakan untuk

membuat aplikasi ini yaitu Algoritma Levenberg –Marquardt.

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan yang dibuat menggunakan pemrograman

Matlab karena Matlab telah menyediakan tools untuk pembuatan Jaringan Syaraf Tiruan, dalam hal pengolahan citra pemprograman Matlab sangat cocok

penggunaannya dan juga sering digunakan oleh kalangan teknik, yang lebih

membedakannya dengan pemrograman lain yaitu Matlab sudah menyediakan

berbagai macam toolbox dan element pengolahan untuk berbagai bidang sains termasuk untuk pengolahan citra yang memudahkan programmer dalam

memprogram aplikasi.

Dalam penggunaannya diharapkan aplikasi yang dibuat dapat memberikan

informasi yang sesuai dengan tujuan atau kepentingan pengolahan citra dan

dapat membantu penderita buta warna untuk mengenali objek-objek yang ada

(13)

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membuat aplikasi

pengolahan citra untuk pengenalan pola warna citra peta pada Google Maps

dan mencari informasi mengenai objek yang ada pada gambar peta diantaranya

dalam pengenalan area daratan dan bukan daratan, aplikasi yang dibuat

diharapkan dapat membantu penderita buta warna untuk mencari informasi

mengenai objek yang ada di permukaan bumi melalui gambar peta.

Selain itu dalam penelitian ini, pada proses training citra diimplementasi

Jaringan Syaraf Tiruan dengan menggunakan algoritma Levenberg Marquardt, diharapkan dari implementasi Jaringan Syaraf Tiruan tersebut dapat mengindentifikasi pola warna citra dengan baik agar data yang dihasilkan

dari proses pengolahan citra sesuai dengan yang diharapkan.

1.3 Batasan Masalah

Berikut beberapa batasan masalah identifikasi pola warna citra Google Maps :

1. Objek citra berasal dari gambar peta satelit pada Google Maps 2012. 2. Ukuran image asli menggunakan 50 x 512 sampai 384 x 512 dengan

format image .jpg.

3. Aplikasi yang dibuat dilakukan secara offline.

4. Citra output dengan format binary image.

5. Menggunakan metode training Levenberg–Marquardt yang merupakan pengembangan algoritma backpropagation standar.

6. Karakteristik citra yang dicari adalah area daratan dan bukan daratan.

7. List program untuk mengolah gambar menggunakan Software Matlab

(14)

4

1.4 Metode Penelitian

Dalam perancangan sistem ini ada beberapa tahapan dalam proses

perancangannya:

1. Studi pustaka

Mengumpulkan materi pendukung dalam proses perancangan sistem

ini. Seperti materi mengenai algoritma Levenberg–Marquardt untuk identifikasi pola warna citra.

2. Observasi

Mengumpulkan bahan-bahan dan komponen yang akan digunakan

dalam pembuatan sistem ini.

3. Proses perancangan

Perancangan sistem ini meliputi perancangan Software. 4. Pengujian

Tahap pengujian ini dilakukan agar hasil dari alat yang telah dibuat

dapat sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

5. Analisis

Menganalisis hasil dari pengujian sistem yang telah dibuat.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan,

batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan judul tugas akhir

yang dikerjakan seperti Algoritma Levenberg – Marquardt dan lain

sebagainya.

(15)

Bab ini berisi tentang perancangan sistem yang dibuat, meliputi

diagram blok sistem, perancangan perangkat lunak dan alur kerja

aplikasi.

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Bab ini berisi pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi yang sudah

dibuat serta berisikan analisis terhadap sistem yang akan dibangun,

meliputi spesifikasi sistem aplikasi dan fungsi sistem yang dibuat.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dan dalam bab ini

(16)

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Google Maps

Google maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online disediakan oleh Google yang dapat diakses di http://maps.google.com. Google Maps memberikan informasi mengenai peta dan pemetaan suatu daerah, selain itu

Google Maps juga mampu memberikan informasi mengenai kepadatan lalu lintas suatu wilayah, bahkan memberikan pencitraan melalui darat ataupun udara.

2.2 Citra Digital

Citra adalah gambar pada bidang dua dimensi. Dalam tinjauan matematis,

citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi.

Ketika sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian

cahaya tersebut. Pantulan ini ditangkap oleh alat-alat pengindera optik, misalnya

mata manusia, kamera, scanner dan sebagainya. Bayangan objek tersebut akan

terekam sesuai intensitas pantulan cahaya. Ketika alat optik yang merekam

pantulan cahaya itu merupakan mesin digital, misalnya kamera digital, maka citra

yang dihasilkan merupakan citra digital. Pada citra digital, kontinuitas intensitas

cahaya dikuantisasi sesuai resolusi alat perekam.

Di dalam komputer, citra digital disimpan sebagai suatu file dengan format

tertentu. Format citra tersebut menunjukan cara sebuah citra digital disimpan,

misalnya apakah dengan suatu kompresi atau tidak. Contoh format citra digital

adalah .bmp, .jpg, .png, .tif dan sebagainya. Ukuran citra digital dinyatakan dalam

pixel (picture element). Umumnya, nilai setiap pixel merupakan kuantisasi harga intensitas cahaya. Dengan demikian, suatu citra digital dapat dipandang sebagai

sebuah matriks yang elemen-elemennya menunjukkan intensitas cahaya

terkuantisasi. Bedanya terletak pada urutan penyebutan angka ukuran tersebut.

(17)

dengan ukuran 112x92, dimana 112 merupakan banyaknya baris dan 92

merupakan banyaknya kolom.

2.2.1 Citra RGB

Citra RGB adalah citra warna yang setiap pixelnya mewakili warna yang merupakan kombinasi tiga warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru (RGB = Red, Green, Blue). Setiap warna dasar menggunakan penyimpanan 8 bit = 1 byte (nilai maksimum 255 warna).

2.2.2 Citra Grayscale

Dalam komputasi, suatu citra digital grayscale atau greyscale adalah suatu

citra dimana nilai dari setiap pixel merupakan sample tunggal. Citra yang ditampilkan dari citra jenis ini terdiri atas warna abu-abu, bervariasi pada warna

hitam pada bagian yang intensitas terlemah dan warna putih pada intensitas

terkuat. Citra grayscale berbeda dengan citra hitam-putih, dimana pada konteks komputer, citra hitam putih hanya terdiri atas 2 warna saja yaitu hitam dan putih

saja.

Pada citra grayscale warna bervariasi antara hitam dan putih, tetapi variasi warna diantaranya sangat banyak. Citra grayscale seringkali merupakan

perhitungan dari intensitas cahaya pada setiap pixel pada spektrum elektromagnetik single band.

Citra grayscale disimpan dalam format 8 bit untuk setiap sample pixel, yang memungkinkan sebanyak 256 intensitas. Format ini sangat membantu dalam

pemrograman karena manipulasi bit yang tidak terlalu banyak. Pada aplikasi lain

seperti pada aplikasi medical imaging dan remote sensing biasa juga digunakan format 10 bit, 12 bit dan 16 bit.

2.2.3 Citra Biner

Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam dan putih, 0 dan 1 dimana 0 menyatakan warna latar

(18)

8

warna putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi kesan

yang lebih kaya daripada citra biner, walau begitu citra biner masih tetap

dibutuhkan. Misalnya pemanfaatan citra biner untuk penderita buta warna total

atau Akromatisme dalam mengenali objek pada gambar berwarna, dimana

penderita tidak dapat mengenali warna merah, hijau dan biru, penderita buta

warna ini hanya dapat mengenali warna hitam dan putih saja.

2.3 Algoritma Levenberg Marquardt

Algoritma Levenberg-marquardt merupakan pengembangan algoritma

backpropagation standar. Pada algoritma backpropagation, proses update bobot dan bias menggunakan Negative Gradient Descent secara langsung sedangkan, algoritma Levenberg-Marquardt menggunakan pendekatan matrik Hesian (H) yang dapat dihitung dengan :

H = ………...(2.1)

dimana adalah sebuah tranpose dari matrik jacobian dan J merupakan sebuah matrik jacobian yang berisikan turunan pertama dari error jaringan terhadap bobot dan bias jaringan.

J =

...(2.2)

= turunan pertama error jaringan. = turunanpertama bobot jaringan.

Sedangkan gradient (g) dapat dihitung dengan :

g = ………...(2.3)

dimana e adalah vektor yang menyatakan semua error pada output jaringan. Perubahan pembobot (∆X) dapat dihitung dengan :

X = [ + µI ……….(2.4)

(19)

sehingga dapat dihitung fungsi bobot-bobot jaringan dan bias (X) untuk perbaikan

pembobot dengan :

X = X + X ………...(2.5a)

X = X + [ + µI ……...………..(2.5b)

2.4 Pengolahan Citra

Pengolahan citra merupakan kegiatan memperbaiki kualitas citra agar

mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin (komputer). Masukannya adalah

citra dan keluarannya juga citra tapi dengan kualitas lebih baik daripada citra

masukan. Misal citra warnanya kurang tajam, kabur (blurring), mengandung noise

(misal bintik-bintik putih) sehingga perlu ada pemrosesan untuk memperbaiki

citra karena citra tersebut menjadi sulit diinterpretasikan karena informasi yang

disampaikan menjadi berkurang.

Pengolahan citra merupakan sebuah bentuk pemrosesan sebuah citra atau

gambar dengan cara memproses numerik dari gambar tersebut, dalam hal ini yang

diproses adalah masing-masing pixel dari gambar tersebut.

Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi, kemiripan dan

imitasi dari suatu objek atau benda. Contohnya foto sinar-X thorax mewakili keadaan bagian dalam tubuh seseorang. Citra dari sudut pandang matematis,

merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi.

Citra yang terlihat merupakan cahaya yang direfleksikan dari sebuah objek.

Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari

berkas cahaya tersebut dan pantulan cahaya ditangkap oleh alat-alat optik, misal

mata manusia, kamera, scanner, sensor satelit dan sebagainya.

Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat:

1. Optik berupa foto

(20)

10

Citra juga dapat dikelompokan menjadi dua yaitu citra tampak dan citra tidak

tampak.

1. Citra tampak berupa gambar, apa yang tampak di layar monitor atau

televisi.

2. Citra tidak tampak berupa data gambar dalam bentuk file, citra yang

dipresentasikan dalam fungsi matematis.

Citra atau gambar bisa diibaratkan sebagai matriks dua dimensi. Gambar

digital merupakan suatu fungsi dengan nilai yang berupa intensitas cahaya pada

tiap titik pada bidang yang telah dikuantisasi. Titik dimana suatu gambar

di-sampling disebut picture element atau disingkat pixel. Nilai intensitas warna pada suatu pixel disebut level grayscale.

Ada beberapa level grayscale berdasarkan banyaknya bit:  Binary-valued image: 1 bit, hanya bernilai 0 atau 1.  Gray level : 8 bit, nilainya antara 0 – 255.

High color : 16 bit, rentang nilainya 216  True color : 32 bit.

Jika suatu gambar disimpan maka yang disimpan adalah array 2 dimensi,

dimana masing-masing merepresentasikan data yang berhubungan dengan pixel

tersebut.

Pengolahan citra sering diidentikkan dengan image filtering. Pengolahan citra sendiri dapat didefinisikan sebagai proses filtering sebuah gambar pixel demi

pixel. Tujuan utama dari pengolahan citra adalah untuk meningkatkan kualitas gambar yang diperoleh. Beberapa contoh filtering yang biasa dilakukan:

1. Grayscale Filter

Grayscale filter mengubah sebuah gambar berwarna menjadi gambar hitam putih dengan cara mengubah efek warna dari masing-masing pixel

(21)

Gambar 2. 1 Foto dengan format grayscale.

2. Low pass filter

Low pass filter digunakan untuk menghilangkan ruang derau berfrekuensi tinggi dari sebuah gambar digital. Istilah derau atau noise digunakan sebagai efek samping dari proses konversi pola dan energi cahaya menjadi

energi listrik selama proses konversi gambar dari bentuk analog menjadi

bentuk digital. Noise merupakan variasi yang tidak diinginkan terjadi dalam sebuah pixel. Hasil dari low pass filter ini membuat gambar menjadi lebih kabur daripada aslinya.

Gambar 2. 2Contoh hasil foto low pass filter

2.5 Segmentasi Citra

Segmentasi merupakan proses partisi gambar digital ke beberapa daerah

dengan tujuan untuk menyederhanakan ataupun merubah representasi gambar

menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan mudah dianalisa. Ada beberapa metoda

(22)

12

kelemahan tergantung pada karakteristik dari citra yang akan diproses. Berikut

beberapa metode yang umum digunakan dalam segmentasi citra.

a. Thresholding

Metode thresholding didasarkan pada pemisahan pixel ke dalam kelas yang berbeda tergantung pada tingkat keabuan masing-masing pixel. Intensitas

citra medis seperti tumor dan jaringan pada otak biasanya sangat rumit dan

memiliki tingkat keabuan yang sangat dekat sehingga menyebabkan kesulitan

penentuan ambang batas (threshold). Metode thresholding tidak bisa diterapkan untuk citra dengan tingkat keabuan yang berdekatan sehingga

biasanya dikombinasikan dengan metode lain.

b. Growing Region

Metode growing region seperti menggabungan thresholding dengan kondisi konektivitas atau kriteria daerah homogenitas. Keberhasilan dari metode

tersebut bergantung pada kepresisian informasi anatomi untuk meletakkan

baik satu mapun beberapa pixel untuk masing-masing daerah homogen.

Kelemahan lain dari metode growingregion adalah metode tersebut hanya dapat bekerja dengan baik pada daerah yang homogen dan membutuhkan

operator untuk menentukan daerah yang akan disegmentasi.

c. Shapebase

Metode shapebased juga memberikan pendekatan yang cukup sederhana dalam segmentasi citra namun sangat sulit dalam penentuan kontur awal

sehingga ketidaktepatan dalam penentuan kontur awal dapat menyebabkan

hasil segmentasi yang kurang memuaskan.

2.6 Ekstraksi Ciri Orde Dua

Salah satu teknik untuk memperoleh ciri statistik orde dua adalah dengan

menghitung probabilitas hubungan ketetanggaan antara dua pixel pada jarak dan orientasi sudut tertentu. Pendekatan ini bekerja dengan membentuk sebuah

matriks kookurensi dari data citra, dilanjutkan dengan menentukan ciri sebagai

(23)

Kookurensi berarti kejadian bersama, yaitu jumlah kejadian satu level nilai

pixel bertetangga dengan satu level nilai pixel lain dalam jarak (d) dan orientasi sudut (θ) tertentu. Jarak dinyatakan dalam pixel dan orientasi dinyatakan dalam derajat. Orientasi dibentuk dalam empat arah sudut dengan interval sudut 45°,

yaitu 0°, 45°, 90°, dan 135°. Sedangkan jarak antar pixel biasanya ditetapkan sebesar 1 pixel.

Matriks kookurensi merupakan matriks bujursangkar dengan jumlah

elemen sebanyak kuadrat jumlah level intensitas pixel pada citra. Setiap titik (p,q) pada matriks kookurensi berorientasi θ berisi peluang kejadian pixel bernilai p

bertetangga dengan pixel bernilai q pada jarak d serta orientasi θ dan (180−θ).

Setelah memperoleh matriks kookurensi tersebut, kita dapat menghitung

ciri statistik orde dua yang merepresentasikan citra yang diamati. Terdapat enam

ciri tekstural yang dapat diekstraksi dari matriks kookurensi yaitu Angular Second Moment, Contrast, Correlation, Variance, Inverse Difference Moment, dan

Entropy.

a. Angular Second Moment (ASM)

Menunjukkan ukuran sifat homogenitas citra.

……….(2.6)

dimana p(i,j) menyatakan nilai pada baris i dan kolom j pada matriks kookurensi.

b. Contrast (CON)

Menunjukkan ukuran penyebaran atau momen inersia (k) elemen-elemen matriks citra. Jika letaknya jauh dari diagonal utama, nilai kekontrasan besar.

Secara visual, nilai kekontrasan adalah ukuran variasi antar derajat keabuan

suatu daerah citra.

(24)

14

c. Correlation (COR)

Menunjukkan ukuran ketergantungan linear derajat keabuan citra sehingga

dapat memberikan petunjuk adanya struktur linear dalam citra.

……….(2.8)

d. Variance (VAR)

Menunjukkan variasi elemen-elemen matriks kookurensi. Citra dengan

transisi derajat keabuan kecil akan memiliki variansi yang kecil pula.

………..……….(2.9)

e. Inverse Different Moment (IDM)

Menunjukkan kehomogenan citra yang berderajat keabuan sejenis. Citra

homogen akan memiliki harga IDM yang besar.

……….(2.10)

f. Entropy (ENT)

Menunjukkan ukuran ketidakteraturan bentuk. Harga ENT besar untuk citra dengan transisi derajat keabuan merata dan bernilai kecil jika struktur citra

tidak teratur (bervariasi).

……….(2.11)

2.7 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan adalah suatu teknologi komputasi yang berbasis

hanya pada model syaraf biologis dan mencoba mensimulasikan tingkah laku dan

kerja model syaraf terhadap berbagai macam masukan. Sebagai suatu teknologi

komputasi, Jaringan Syaraf Tiruan merupakan satu teknik pemrosesan informasi

(25)

suatu proses komputasi yang identik dengan kerja neuron dalam sistem syaraf manusia. Seperti halnya jaringan syaraf biologis, model matematik Jaringan

Syaraf Tiruan menghubungkan sejumlah masukan dan keluaran suatu sistem

secara adaptif yang diorganisasikan dalam lapisan elemen pemroses seperti

layaknya hubungan antar neuron syaraf biologis.

Jaringan Syaraf Tiruan terdiri atas elemen pemroses bernama neuron, yang dihubungkan dengan elemen pemroses lain oleh suatu aturan dan bobot.

Umumnya, Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu kumpulan pemroses sinyal

analog yang dihubungkan melalui link yang disebut interkoneksi sederhana.

Secara skematis, Jaringan Syaraf Tiruan digambarkan dalam bentuk grafik yang

mempunyai arah menuju suatu simpul dari elemen pemroses. Arah panah

menunjukkan arah normal suatu aliran sinyal. Pemrosesan sinyal di dalam

jaringan dilakukan melalui proses komputasi. Dengan demikian, Jaringan Syaraf

Tiruan merupakan suatu teknik komputasi pada software yang mengemulasikan

neuron biologis dalam melakukan operasi pengambilan informasi.

Teknologi Jaringan Syaraf Tiruan yang berkembang pesat merupakan solusi

persoalan komputasi yang tidak dapat diselesaikan oleh komputer konvensional.

Kemudian, Jaringan Syaraf Tiruan belajar dari contoh yang disebut set pelatihan.

Karena belajar dari contoh, Jaringan Syaraf Tiruan mempunyai potensi

membangun sistem komputasi sebagai hasil pemetaan hubungan masukan dan

keluaran yang ada dalam sistem. Set pelatihan dikenal sebagai pola pelatihan

berupa suatu vektor dan didapatkan dari sumber seperti citra, sinyal suara, data

dari sensor, data keuangan, dan informasi.

Secara garis besar, proses belajar Jaringan Syaraf Tiruan dapat dibagi menjadi

dua:

1. Jaringan Syaraf Tiruan yang menggunakan paket pelatihan sebagai proses

belajar dan dikenal sebagai proses belajar dengan pengawasan.

2. Jaringan Syaraf Tiruan tanpa paket pelatihan pada proses belajar dan

umumnya disebut proses belajar tanpa pengawasan.

Kemampuan dan proses komputasi pada Jaringan Syaraf Tiruan memberikan

(26)

16

1. Jaringan Syaraf Tiruan bersifat adaptif terhadap perubahan parameter yang

mempengaruhi karakteristik sistem, sehingga pada proses belajar Jaringan

Syaraf Tiruan mampu belajar secara adaptif dan melaksanakan tugas

berbasis pada data yang diberikan saat pelatihan.

2. Jaringan Syaraf Tiruan memiliki kekebalan atau toleran terhadap

kesalahan. Artinya, Jaringan Syaraf Tiruan tetap berfungsi walaupun ada

ketidak-lengkapan data yang dimasukkan. Jaringan Syaraf Tiruan

mempunyai kemampuan mengisi bagian masukan yang kurang lengkap

sedemikian rupa sehingga tetap diperoleh keluaran dibutuhkan.

3. Jaringan Syaraf Tiruan dapat dilatih memberikan keputusan dengan

memberikan set pelatihan sebelumnya untuk mencapai target tertentu,

sehingga Jaringan Syaraf Tiruan mampu membangun dan memberikan

jawaban sesuai dengan informasi yang diterima pada proses pelatihan.

4. Jaringan Syaraf Tiruan mempunyai struktur paralel dan terdistribusi.

Artinya, komputasi dapat dilakukan oleh lebih dari satu elemen pemroses

yang bekerja secara simultan.

5. Jaringan Syaraf Tiruan mampu mengklasifikasi pola masukan dan pola

keluaran. Melalui proses penyesuaian, pola keluaran dihubungkan dengan

masukan yang diberikan oleh Jaringan Syaraf Tiruan.

6. Jaringan Syaraf Tiruan mengurangi derau, sehingga dihasilkan keluaran

yang lebih bersih.

7. Jaringan Syaraf Tiruan dapat dimanfaatkan pada proses optimisasi

penyelesaian suatu masalah.

8. Jaringan Syaraf Tiruan dapat digunakan pada proses pengendalian sistem

agar masukan memperoleh tanggapan yang diinginkan.

2.7.1 Model Neuron

Mengadopsi esensi dasar dari system syaraf biologi, syaraf tiruan

digambarkan sebagai berikut : menerima sinyal input (X), baik dari data yang dimasukkan atau dari output sel syaraf pada jaringan syaraf. Setiap sinyal input datang melalui suatu koneksi atau hubungan yang mempunyai sebuah bobot

(27)

bobot dari input dan dikurangi dengan nilai ambang kemudian akan mendapatkan

suatu aktivasi dari sel syaraf (post synaptic potential, PSP, dari sel syaraf). Signal aktivasi kemudian menjadi fungsi aktivasi atau fungsi transfer untuk

menghasilkan output dari sel syaraf.

Satu sel syaraf terdiri dari tiga bagian, yaitu: fungsi penjumlah (summing function), fungsi aktivasi (activation function), dan keluaran (output).

Gambar 2. 3 Model Neuron

Jika kita lihat, neoron buatan diatas mirip dengan sel biologis. Informasi

(input) akan dikirim ke neuron dengan bobot tertentu. Input ini akan diproses oleh suatu fungsi yang akan menjumlahkan nilai-nilai bobot yang ada. Hasil

penjumlahan kemudian akan dibandingkan dengan suatu nilai ambang (threshold) tertentu melalui fungsi aktifasi setiap neuron. Apabila input tersebut melewati suatu nilai ambang tertentu, maka neuron tersebut akan diaktifkan, jika tidak, maka neuron tidak akan diaktifkan. Apabila neuron tersebut diaktifkan, maka

neuron tersebut akan mengirimkan output melalui bobot-bobot outputnya ke semua neuron yang berhubungan dengannya.

2.7.2 Bobot

Bobot merupakan suatu nilai yang mendefinisikan tingkat atau

kepentingan hubungan antara suatu node dengan node yang lain. Semakin besar

bobot suatu hubungan menandakan semakin pentingnya hubungan kedua node

tersebut.

Bobot merupakan suatu hubungan berupa bilangan real maupun integer,

(28)

18

tersebut bisa ditentukan untuk berada didalam interval tertentu. selama proses

pelatihan, bobot tersebut dapat menyesuaikan dengan pola-pola input.

Jaringan dengan sendirinya akan memperbaiki diri terus-menerus karena

adanya kemampuan untuk belajar. Setiap ada suatu masalah baru, jaringan dapat

belajar dari masalah baru tersebut, yaitu dengan mengatur kembali nilai bobot

untuk menyesuaikan karakter nilai.

2.7.3 Fungsi Aktivasi

Pada setiap layer pada jaringan syaraf tiruan terdapat fungsi aktivasi.

fungsi ini adalah fungsi umum yang akan digunakan untuk membawa input

menuju output yang diinginkan. Fungsi aktivasi inilah yang akan menentukan besarnya bobot. Penggunaan fungsi aktivasi tergantung pada kebutuhan dan

desired output. Contoh dari fungsi aktivasi ini antara lain: 1. Linier atau Pureline

Fungsi linier akan membawa input ke output yang sebanding. fungsi ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Linear Transfer Function

2. Tansig

Tansig adalah fungsi sigmoid tangen yang digunakan sebagai fungsi aktivasi.

Fungsi ini akan membawa nilai input pada output dengan menggunakan rumus

(29)

Gambar 2.5 Tan-Sigmoid Transfer Function

2.7.4 Konsep Dasar Jaringan Syaraf Tiruan

Setiap pola-pola informasi input dan output yang diberikan kedalam Jaringan Syaraf Tiruan diproses dalam neuron. Neuron-neuron tersebut terkumpul di dalam lapisan-lapisan penyusun Jaringan Syaraf Tiruan tersebut dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu:

1. Lapisan Input

Unit-unit di dalam lapisan input disebut unit-unit input. Unit-unit input tersebut

menerima pola inputan data dari luar yang menggambarkan suatu permasalahan.

2. Lapisan Tersembunyi

Unit-unit di dalam lapisan tersembunyi disebut unit-unit tesembunyi. Dimana

outputnya tidak dapat secara langsung diamati. 3. Lapisan output

(30)

20

2.7.5 Arsitektur Jaringan

Jaringan Syaraf Tiruan memiliki beberapa arsitektur jaringan yang sering

digunakan dalam berbagai aplikasi. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan tersebut,

antara lain:

1. Jaringan Layer Tunggal (Single Layer Network)

Jaringan dengan lapisan tunggal terdiri dari 1 layer input dan 1 layer output. Setiap neuron/unit yang terdapat di dalam lapisan/layer input selalu terhubung dengan setiap neuron yang terdapat pada layer output. Jaringan ini hanya menerima input kemudian secara langsung akan mengolahnya menjadi output

tanpa harus melalui lapisan tersembunyi.

2. Jaringan Layer Jamak (multi layer network)

Jaringan dengan lapisan jamak memiliki ciri khas tertentu yaitu memiliki tiga

jenis layer yakni layer input, layer output dan layer tersembunyi (Hidden layer). Jaringan dengan banyak lapisan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan jaringan dengan lapisan tunggal. Namun,

proses pelatihan sering mebutuhkan waktu yang cenderung lama.

3. Jaringan Layer Kompetitif

Pada jaringan ini sekumpulan neuron bersaing untuk menjadi aktif. Algoritma yang menggunakan metode ini adalah Learning Vector Quantization (LVQ)

2.8 Perangkat lunak

2.8.1 Software Matlab

Matlab adalah sebuah bahasa (pemrograman) dengan kinerja yang tinggi

(high-performance) untuk komputasi teknis, yang mengintegrasikan komputasi, visualisasi dan pemrograman di dalam lingkungan yang mudah penggunaannya

dalam memecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyataka dengan notasi

matematik. Penggunaan matlab, yaitu:

 Matematik dan Komputasi  Pengembangan Algoritma

(31)

 Grafik untuk Sains dan Teknik

 Pengembangan aplikasi, termasuk pembuatan antarmuka grafis untuk

pengguna (Graphical User Interface).

Matlab adalah sistem interaktif yang menggunakan elemen data dasarnya

adalah array yang tidak membutuhkan dimensi. Hal ini mempermudah untuk menyelesaikan masalah komputasi terutama menyangkut matriks dan vector.

Nama Matlab merupakan singkatan dari matrix laboratory. Pada awalnya Matlab dibuat untuk mempermudah pengembangan perangkat lunak berbasis

matriks oleh proyek LINPACK dan EISPACK.

Matlab memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam desain dan

analisis sistem kendali dan sistem linear. Fungsi-fungsi pendukung terangkum

dalam Control System Toolbox dan Signal Proccesing Toolbox. Kebanyakan operasi dalam sistem kendali dan sistem linear berhubungan dengan operasi

matriks, aritmatika kompleks, menghitung akar, model konversi, dan

penggambaran fungsi-fungsi yang kompleks. Seperti telah kita ketahui

sebelumnya, Matlab telah didesain untuk memudahkan pengerjaan operasi-operasi

tersebut diatas, dan analisa fungsi. Pelatihan ini lebih ditekankan pada

pemrograman dan menggunakan fungsi-fungsi dasar dalam bahasa Matlab

sehinga teori mengenai ilmu sistem itu sendiri hanya akan disinggung sedikit pada

topik-topik yang relevan.

2.8.2 Sistem Matlab

Sebagai sebuah sistem Matlab tersusun dari lima bagian utama, yaitu :

1. Development Environment. Merupakan sekumpulan perangkat dan fasilitas yang membantu anda untuk menggunakan fungsi-fungsi dan file-file

Matlab. Beberapa perangkat ini merupakan sebuah Graphical User

(32)

22

2. Matlab Mathematical Function Library. Merupakan sekumpulan algoritma komputasi mulai dari fungsi-fungsi dasar sepertri: sum, sin, cos, dan

complex arithmetic, sampai dengan fungsi-fungsi yang lebih komplek seperti matrix inverse, matrix eigenvalues, Bessel functions, dan fast Fourier transforms.

3. Matlab Language. Merupakan suatu high level matrix atau array language

dengan control flow statements, functions, data structures, input atau

output, dan fitur-fitur object oriented programming. Ini memungkinkan bagi kita untuk melakukan kedua hal baik pemrograman dalam lingkup

sederhana untuk mendapatkan hasil yang cepat dan pemrograman dalam

lingkup yang lebih besar untuk memperoleh hasil-hasil dan aplikasi yang

komplek.

4. Graphics. Matlab memiliki fasilitas untuk menampilkan vektor dan matriks sebagai suatu grafik. Di dalamnya melibatkan high level functions

(fungsi-fungsi level tinggi) untuk visualisasi data dua dikensi dan data tiga

dimensi, image processing, animation, dan presentation graphics. Ini juga melibatkan fungsi level rendah yang memungkinkan bagi anda untuk

membiasakan diri untuk memunculkan grafik mulai dari bentuk yang

sederhana sampai dengan tingkatan graphical user interfaces pada aplikasi Matlab.

Matlab Application Program Interface (API). Merupakan suatu library yang memungkinkan program yang telah anda tulis dalam bahasa C dan Fortran mampu

berinterakasi dengan Matlab. Ini melibatkan fasilitas untuk pemanggilan routines

(33)

54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan diuraikan beberapa hal yang dapat disimpulkan dari bab

sebelumnya serta saran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan

selanjutnya.

5.1 Simpulan

Dari perancangan, pengerjaan, dan analisa yang dilakukan selama pembuatan

tugas akhir ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Identifikasi pola warna citra pada peta Google Maps menggunakan Aplikasi

Jaringan Syaraf Tiruan Levenberg Marquardt telah berhasil membuat pola citra baru yang diidentifikasikan sebagai daerah daratan dan bukan daratan.

2. Pada proses training diperoleh nilai epoch sebanyak 17 iterations dari batas

maximum 100 epoch., waktu yang digunakan selama proses training

sebanyak 6 detik, nilai performance = 2.06e+07, nilai gradient = 8.49e+05, Mu = 1.00+04 dan validation check =6. (Gambar 4.29)

3. Dalam proses training menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan diperoleh nilai regresi (R) mendekati 1 sebesar 0.95889 dan 0.91483. Hal tersebut

menunjukan bahwa kinerja Jaringan Syaraf Tiruan yang dibuat telah bekerja

secara optimal karena ada kecocokan antara nilai output dari hasil training

dengan target. Proses training harus dilakukan berulang – ulang sampai nilai regresi (R) mendekati 1. (Gambar 4.30)

4. Aplikasi pengolahan citra menghasilkan citra biner dari proses segmentasi

pola warna citra peta Google Maps.

5. Ukuran citra dengan pixel tinggi membutuhkan waktu lebih lama untuk diidentifikasi dibandingkan dengan ukuran citra dengan pixel yang rendah.

6. Secara keseluruhan, aplikasi yang dibuat berhasil memenuhi fungsi yang

(34)

55

5.2 Saran

1. Pada aplikasi yang sudah dibuat, kedepannya diharapkan ada pengembangan

aplikasi ini, misalnya untuk identifikasi daerah laut dangkal dan dalam.

2. Untuk pengembangan aplikasi pengolahan citra banyak metode pengolahan

citra untuk pengenalan pola citra misalnya dengan metode watershed.

3. Aplikasi yang telah dibuat diharapkan dapat digunakan oleh para penderita

(35)

1

Tulus Bangkit Pratama1, John Adler2

1,2

Jurusan Sistem Komputer Unikom, Bandung

1

bangkitpratama@rocketmail.com, 2johnadler2zz@yahoo.com

ABSTRAK

Riset-riset mengenai Jaringan Syaraf Tiruan telah banyak diimplementasikan dalam segala bidang ilmu, kuhususnya dalam bidang ilmu pengetahuan alam atau Sains. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan mesin yang didesain untuk memodelkan cara yang digunakan otak untuk mengerjakan suatu fungsi tertentu. Melihat perkembangan mengenai Jaringan Syaraf Tiruan muncul ide untuk mengaplikasikan Jaringan Syaraf Tiruan ke dalam bidang ilmu Geografi mengenai identifikasi pola warna citra peta untuk membedakan kenampakan geografis pada peta, pengaplikasiannya diterapkan pada peta Google Maps, sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online yang disediakan oleh Google yang dapat diakses di http://maps.google.com.

Dalam identifikasi pola warna citra dilakukan proses pengolahan citra,yaitu kegiatan memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin (komputer). Teknik pengolahan citra yang digunakan adalah teknik Segmentasi. Metode training yang digunakan pada penelitian ini menggunakan algoritma Levenberg-Marquardt.

Dari hasil penelitian pada proses training diperoleh nilai epoch sebanyak 17 iterations dari batas maximum 100 iterations. Sedangkan waktu yang digunakan selama proses training sebanyak 6 detik, nilai performance = 2,06. , nilai gradient = 8,49. , Mu = 1,00. , validation check = 6 dan nilai regresi (R) untuk proses training sebesar 0.95889 dan nilai regresi (R) dari seluruh proses secara berturut-turut adalah 0.91483, nilai regresi tersebut menunjukan adanya hubungan kelinieran antara output jaringan dengan target. Identifikasi pola warna citra pada peta Google Maps menggunakan aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Levenberg Marqurdt telah berhasil membuat pola citra baru yang diidentifikasikan sebagai daerah daratan dan bukan daratan. Secara keseluruhan, aplikasi yang dibuat berhasil memenuhi fungsi yang diinginkan, yaitu untuk membantu penderita buta warna.

Kata kunci: Jaringan Syaraf Tiruan, Pengolahan Citra, Teknik Segmentasi, Levenberg-Marquardt.

1. PENDAHULUAN

Pada peta dunia terdapat simbol warna untuk kenampakan geografis dan pada setiap warna memiliki makna tertentu. Misalnya kenampakan hipsografi atau relief muka bumi, menggunakan warna dasar coklat, dari coklat muda sampai coklat tua, kenampakan hidrografi atau wilayah perairan (sungai, danau, laut), menggunakan warna dasar biru, dari biru muda (hampir putih) sampai biru tua (kehitaman) dan Kenampakan vegetasi (hutan, perkebunan), menggunakan warna dasar hijau. Warna hijau juga digunakan untuk menggambarkan wilayah dataran rendah.Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengimplementasikan Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode training

Lavenberg-Marquardt dalam mengidentifikasi pola

warna citra Google Maps dan membuat aplikasi pengolahan citra untuk mengetahui

area daratan dan bukan daratan pada peta

Google Maps. Dalam penggunaannya

diharapkan aplikasi yang dibuat dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan atau kepentingan pengolahan citra dan dapat membantu penderita buta warna untuk mengenali objek-objek yang ada di permukaan bumi melalui gambar peta.

2. TEORI PENUNJANG

Google Maps

Google maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online disediakan oleh Google yang dapat diakses di http://maps.google.com. Google Maps memberikan informasi mengenai peta dan pemetaan suatu daerah, selain itu

Google Maps juga mampu memberikan

(36)

Tulus Bangkit Pratama dan John Adler

2

Algoritma Levenberg Marquardt

Algoritma Levenberg-marquardt merupakan pengembangan algoritma backpropagation standar. Pada algoritma backpropagation, proses update bobot dan bias menggunakan Negative Gradient Descent

secara langsung sedangkan, algoritma Levenberg-Marquardt menggunakan pendekatan matrik Hesian

(H) yang dapat dihitung dengan :

H = ………...(1)

dimana adalah sebuah tranpose dari matrik

jacobian dan J merupakan sebuah matrik jacobian

yang berisikan turunan pertama dari error jaringan terhadap bobot dan bias jaringan.

J =

... (2)

= turunan pertama error jaringan.

= turunanpertama bobot jaringan.

Sedangkan gradient (g) dapat dihitung dengan :

g = ……….………...(3)

dimana e adalah vektor yang menyatakan semua

error pada output jaringan.

Perubahan pembobot (∆X) dapat dihitung dengan : ∆X = [ + µI ……...(4)

dimana μ adalah konstanta learning dan I adalah sebuah matrik identitas.

sehingga dapat dihitung fungsi bobot-bobot jaringan dan bias (X) untuk perbaikan pembobot dengan :

X = X + X ………...(5a)

X = X + [ + µI ………...(5b)

Pengolahan Citra

Pengolahan citra merupakan kegiatan memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin (komputer). Masukannya adalah citra dan keluarannya juga citra tapi dengan kualitas lebih baik daripada citra masukan. Misal citra warnanya kurang tajam, kabur (blurring), mengandung noise (misal bintik-bintik putih) sehingga perlu ada pemrosesan untuk memperbaiki citra karena citra tersebut menjadi sulit diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan menjadi berkurang.

Segmentasi

Segmentasi merupakan proses partisi gambar digital ke beberapa daerah dengan tujuan untuk menyederhanakan ataupun merubah representasi

gambar menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan mudah dianalisa. Ada beberapa metoda yang sering digunakan dalam segmentasi citra antara lain : metode thresholding, metode shapebased, metode region growing, dan metode statistik atau juga disebut metode clustering.

Citra Biner

Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam dan putih, 0 dan 1 dimana 0 menyatakan warna latar belakang (background) dan 1 menyatakan warna tinta atau objek atau dalam bentuk angka 0 untuk hitam dan angka 1 untuk warna putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi kesan yang lebih kaya daripada citra biner, namun pada beberapa aplikasi citra biner masih tetap dibutuhkan, misalnya pada proses analisis citra medis yang menggunakan gambar sinar-x.

Ekstraksi Ciri Orde Dua

Salah satu teknik untuk memperoleh ciri statistik orde dua adalah dengan menghitung probabilitas hubungan ketetanggaan antara dua piksel pada jarak dan orientasi sudut tertentu. Pendekatan ini bekerja dengan membentuk sebuah matriks kookurensi dari data citra, Terdapat berbagai jenis 6 ciri tekstural yang dapat diekstraksi dari matriks kookurensi yaitu Angular Second

Moment, Contrast, Correlation, Variance,

Inverse Difference Moment, dan Entropy.

Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

(37)

3

Secara garis besar, proses belajar JST dapat dibagi menjadi 2:

1. JST yang menggunakan paket pelatihan sebagai proses belajar dan dikenal sebagai proses belajar dengan pengawasan.

2. JST tanpa paket pelatihan pada proses belajar dan umumnya disebut proses belajar tanpa pengawasan.

3. PERANCANGAN SISTEM Diagram Blok Sistem

Berikut merupakan gambar diagram blok sistem yang dibuat (Gambar.1):

Gambar.1 Diagram Blok Sistem

Proses pengambilan citra

Pengambilan image input dilakukan dengan cara

cropping langsung pada Google Maps yang

dapat diakses melalui situs

https://maps.google.co.id. Berikut adalah citra asli dari hasil cropping pada Google maps :

Gambar.2 Citra Asli Google Maps

Pada (Gambar.2)Ukuran image input yang akan diolah yaitu image yang berukuran 50x512 sampai 384x512 dengan format image .jpg.

Sistem Pengolahan Citra

a. Konversi Citra Grayscale

Pada perancangan sistem pengolahan citra dibutuhkan citra grayscale, karena citra warna asal merupakan citra RGB sehingga

dibutuhkan teknik filter untuk mengubah nilai masing-masing pixel menjadi derajat keabuan dengan teknik Grayscale filter yaitu mengubah sebuah gambar berwarna menjadi gambar hitam putih dengan cara mengubah efek warna dari masing-masing pixel menjadi derajat keabuan.

b. Segmentasi Citra

Beberapa teknik dan fungsi segmentasi citra yang digunakan pada aplikasi matlab adalah teknik thresholding, fungsi entropy dan fungsi strel. Fungsi entropy adalah nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengkarakterisasi tekstur citra input, karena sifatnya yang diskrit (nilai piksel tidak dalam bentuk pecahan) fungsi ini sesuai untuk

mencari citra biner yang memiliki nilai „0‟ dan „1‟. Selanjutnya teknik thresholding,

thresholding merupakan proses pemisahan

piksel-piksel berdasarkan derajat keabuan yang dimilikinya. Piksel yang memiliki derajat keabuan lebih kecil dari nilai batas yang ditentukan akan diberikan nilai 0, sementara piksel yang memiliki derajat keabuan yang lebih besar dari batas akan diubah menjadi bernilai 1. Setelah teknik

thresholding selanjutnya menjalankan fungsi

strel, proses ini biasanya digunakan untuk kehalusan, pengisian atau menghapus objek dalam suatu citra grayscale atau biner.

c. Ekstraksi Ciri Orde Dua

Salah satu teknik untuk memperoleh ciri statistik orde dua adalah dengan menghitung probabilitas hubungan ketetanggaan antara dua piksel pada jarak dan orientasi sudut tertentu. Pendekatan ini bekerja dengan membentuk sebuah matriks kookurensi dari data citra, dilanjutkan dengan menentukan ciri sebagai fungsi dari matriks tersebut.

d. Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan

(38)

Tulus Bangkit Pratama dan John Adler

4  Input layer sebanyak 1 neuron

 Hidden layer sebanyak 20 neuron

 Output layer sebanyak 6 neuron

Metode training yang digunakan sistem adalah Levenberg Marquardt learning. Sistem melakukan pembelajaran terhadap input dengan target yang sudah ditentukan untuk memperoleh nilai-nilai bobot dan bias yang optimum pada tiap unit neuron hidden layer dan outputlayer.

Proses Training Levenberg-Marquardt

Dalam rangka mengimplementasikan algoritma

Levenberg-Marquardt untuk pelatihan jaringan syaraf tiruan, ada satu masalah harus dipecahkan yaitu bagaimana seseorang mengatur pelatihan proses iteratif untuk memperbarui bobot. Pada bagian ini, pelaksanaan proses training dengan algoritma Levenberg-Marquardt akan disusun sebagai berikut :

a. Menentukan input dan target training.

Nilai input diperoleh dari proses sebelumnya yaitu nilai dari enam ciri statistik orde dua diantaranya Angular Second Moment (CiriASM), Contrast (CiriCON), Correlation (CiriCOR), Variance (CiriVAR), Inverse Difference Moment (CiriIDM), dan Entropy (CiriENT).

b. Pengambilan sampel sebanyak enam kali. Dilakukan dengan cara cropping dari image

hasil pengolahan citra. Kriteria sampel yang diambil adalah dua kali cropping daerah yang bernilai „0‟(warna hitam), dua kali

cropping daerah yang bernilai „1‟ (warna putih) dan dua kali cropping daerah yang

bernilai „0‟ dan „1‟ (warna hitam dan putih).

Proses ini bertujuan untuk menentukan enam nilai ciri statistik orde dua dari citra yang akan di training melalui perhitungan ciri orde dua.

c. Training citra.

Dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan yang telah dibuat, sampel di training

menggunakan jaringan syaraf tiruan

Levenberg-Marquardt (trainlm). d. Klasifikasi pola warna citra.

Deteksi tekstur pada citra dengan cara mensortir keseluruh bagian pixel citra.

Flowchart Perancanngan Aplikasi

Dengan flow chart, proses dari alur program yang dibuat digambarkan dengan sederhana menggunakan simbol yang mudah untuk dimengerti, berikut flowchart dari perancangan aplikasi :

Gambar.3 Flowchart Perancangan Aplikasi

Software Antarmuka Sistem

Berikut merupakan tampilan dari Software

antarmuka sistem Identifikasi Pola Warna Citra Google Maps Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Levenberg-Marquadt Dengan Matlab Versi 7.8.

Gambar.4 Antarmuka Sistem

(39)

5

1. Picture Box, untuk menampilkan image.

2. Pushbutton Browse Image, untuk

mengambil File image yang sudah disimpan.

3. Pushbutton Cropping, untuk cropping

image.

4. Panel Identifikasi, didalamnya terdapat menu-menu proses pengoahan citra diantaranya :

a. Pushbutton Convert to Grayscale

b. Pushbutton Entropy BW1

c. Pushbutton BW2

d. Pushbutton Segmentation

e. Pushbutton Fitur

f. Pushbutton Atur Contrast

g. Pushbutton Reset

5. Panel Fitur, menampilkan nilai ciri orde dua yang merupakan output dari

pushbutton Fitur.

6. Tombol Histogram, untuk menampilkan histogram dari image yang diolah.

a. Pushbutton Histogram1: Histogram

dari citra hasil cropping.

b. Pushbutton Histogram2: Histogram

dari citra grayscale.

c. Pushbutton Histogram3: Histogram

dari citra entropy.

d. Pushbutton Histogram4: Histogram

dari citra BW1.

e. Pushbutton Histogram5: Histogram

dari citra BW2.

f. Pushbutton Histogram6: Histogram

dari citrahasil segmentasi.

4. Hasil Pengujian

Langkah-langkah pengujian yang dilakukan yaitu setelah program Matlab dijalankan,

Pengujian Program Aplikasi Pengolahan Citra

Berikut adalah langkah-langkah pengujian program aplikasi pengolahan citra yang telah dibuat, yaitu : karakteristiknya sebagai sampel citra yang akan diolah,lakukan dengan menekan

pushbutton Cropping. Tekan pushbutton Histogram1 jika ingin melihat histogram dari hasil cropping.

Gambar 5. Cropping citra

3. Tekan pushbutton Convert to Grayscale

untuk konversi citra RGB menjadi citra

Grayscale. Tekan pushbutton Histogram2 jika ingin melihat histogram dari citra grayscale.

4. Tekan pushbutton Entropy untuk mengkarakterisasi tekstur citra grayscale. Tekan pushbutton Histogram3 jika ingin melihat histogram dari citra hasil entropy.. 5. Tekan pushbutton BW1, pada proses ini

digunakan teknik thresholding untuk mendapatkan citra biner. Tekan pushbutton Histogram4 jika ingin melihat histogram dari citra BW1.

6. Selanjutnya, tekan pushbutton BW2 untuk menentukan mana daerah daratan dinyatakan

oleh nilai „0‟ dan mana daerah bukan daratan dinyatakan dengan nilai „1‟. 2 merupakan nega i dari 1 ( 1). ekan pushbutton Histogram5 jika ingin melihat histogram dari citra BW2.

7. Tekan pushbutton Segmentation untuk penghalusan citra biner. Tekan pushbutton Histogram6 jika ingin melihat histogram dari citra hasil segmentasi.

8. Tekan pushbutton Fitur untuk menampilkan nilai ciri orde dua.

Dari langkah-langkah pengujian diperoleh keluaran, diperlihatkan pada Gambar.6. , semua

pushbutton telah berfungsi dengan baik.

(40)

Tulus Bangkit Pratama dan John Adler

6

output dari proses pengolahan citra tersebut. Dari citra output yang didapat. Langkah selanjutnya adalah proses training citra output hasil dari pengolahan citra.

Gambar 6. Antarmuka Hasil running Aplikasi Pengolahan Citra

Training citra biner menggunakan jaringan syaraf tiruan levenberg-marquardt

Caranya running list program trainLM.m

pada menu editor matlab. List program

trainLM.m sebelumnya sudah dibuat dan di

simpan pada file folder. Lalu ambilah sampel sebanyak enam kali dengan ketentuan kriteria sampel yang diambil adalah dua kali cropping daerah yang bernilai „0‟(warna hitam), dua kali

cropping daerah yang bernilai „1‟ (warna putih) dan dua kali cropping daerah yang bernilai „0‟

dan „1‟ (warna hitam dan putih). Setelah itu muncul window nntraintool.

Gambar 7. Window nntraintool

Pada gambar 7. terlihat pada panel progress hasil dari training citra diatas, diperoleh nilai epoch

sebanyak 17 iterations dari batas maximum 100

iterations., waktu yang digunakan selama proses

training sebanyak 6 detik, nilai performance = 2,06. , nilai gradient = 8,49. , Mu = 1,00. dan validation check =6. Langkah pengujian selanjutnya mengklasifikasi pola warna citra, dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pola warna citra dengan cara mensortir keseluruh bagian pixel citra untuk mendeteksi adanya tekstur pada citra.

Gambar 8 Citra hasil training (a). Sebelum dinormalisasi (b). Sudah dinormalisasi

Pada gambar diatas, proses identifikasi membutuhkan waktu 3 menit 10 detik untuk menyapu ke semua daerah citra dengan ukuran citra 92 x 102 pixel. Dengan demikian bentuk pola yang diperoleh dapat diklasifikasikan dimana daerah daratan berada di dalam garis dan yang berada diluar garis bukan daerah daratan.

Analisa

Secara desain dan hasil, jaringan syaraf tiruan yang dirancang memang belum mencapai hasil yang terbaik. Pada Gambar.7 terlihat pada panel

progress hasil dari training citra diperoleh nilai

epoch sebanyak 17 iterations dari batas maximum 100

iterations., waktu yang digunakan selama proses

training sebanyak 6 detik, nilai performance = 2,06. , nilai gradient = 8,49. , Mu = 1,00. dan validation check =6.

Dari batas maximum 100 epoch didapat 17 kali iterasi maksudnya pada proses training terjadi 17 siklus yang melibatkan seluruh pola data

training, sebenarnya dalam proses training

memerlukan banyak iterasi sampai mencapai batas maximum epoch. sehingga jumlah epoch yang telah ditentukan belum cukup mendapat hasil performance jaringan syaraf tiruan yang optimal.

(41)

7

dan target. Jika pelatihan yang sempurna, output

jaringan dan target akan persis sama, tetapi hubungan tersebut sangat sulit untuk disesuaikan dan harus berulang – ulang dalam proses

training sampai nilai output mendekati nilai target.

Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 9. Nilai R merupakan indikasi hubungan antara output dan target. Jika R = 1, menunjukkan bahwa adanya hubungan linear yang tepat antara output dan target. Jika R mendekati nol, maka tidak ada hubungan linear antara output dan target. Dalam pengujian kali ini, data pelatihan menunjukkan kecocokan. Dalam pengujian kali ini, data pelatihan menunjukkan kecocokan, karena nilai R pada proses

training mendekati “1” terlihat pada (Gambar. 9)

Nilai R training = 0.95889 dan nilai R dari seluruh proses berturut-turut = 0.91483.

Gambar 9. Plot Regression

Proses selanjutnya adalah proses mengklasifikasi pola citra dengan cara mensortir keseluruh bagian

pixel citra untuk mendeteksi adanya tekstur pada citra, di dapatkan pola citra seperti pada (Gambar.8).

Terlihat pada (Gambar.8), citra hasil training

membentuk pola yang dapat diklasifikasikan dimana daerah yang berada didalam garis merupakan daerah daratan dan yang berada diluar garis merupakan daerah yang bukan daratan. Berdasarkan pengujian hasil ini belum cukup maksimal karena hanya garis tepi saja yang terdeteksi.

Selain itu dalam pengujian proses menyapu ke semua daerah citra dibutuhkan waktu 3 menit 15 detik dengan ukuran citra 92 x 102. Hal tersebut menjadi pertimbangan akan kinerja dari sistem program yang telah dibuat, karena prosesnya masih memakan waktu yang cukup lama, telah dilakukan pengujian sebanyak 5 kali untuk mengetahui pengaruh apa saja yang menyebabkan membutuhkan waktu yang cukup lama . Berikut data hasil percobaan.

Tabel 1. Data Klasifikasi Citra

Percobaan ke-

Ukuran Citra

(pixel) Waktu yang dibutuhkan

1 92 x 102 3 min 15 sec dilakukan memperlihatkan bahwa ukuran citra

input mempengaruhi lamanya waktu proses

klasifikasi, semakin kecil ukuran citra input

Gambar

Gambar 2. 2 Contoh hasil foto low pass filter
Gambar 2. 3 Model Neuron
Gambar 2.4 Linear Transfer Function
Gambar 2.5 Tan-Sigmoid Transfer Function
+6

Referensi

Dokumen terkait

(5) Pegangan (grip) dipegang rileks begitu akan perkenaan bola kencang setelah memukul rilek lagi/ untuk menghindari tegangan isometrik pada legan bawah (6) Posisi

Pengertian umum dari persamaan adalah sebagai berikut : (1) konsentrasi polutan pada sumbu X arah hembusan angin secara l angsung proporsional dengan laju emisi Q, (2)

Data hasil observasi menunjukan bahwa terjadi peningkatan persentase pencapaian target ketuntasan pada semua variabel, baik dari penerapan langkah model pembelajaran

Judul Skripsi : Analisis Model Strategi Pemasaran Pada Usaha Sarang Burung Walet (Studi Pada Pengusaha Sarang Burung Walet di Desa Empang, Kab. Dengan ini saya

1 Meningkatkan kehidupan beragama serta menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat, seni dan budaya untuk menjaga kerukunan hidup bermasyarakat; Terwujudnya

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembela- jaran ( meaningfull learning ). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara

Dalam situasi resmi atau formal sebagai warga negara yang baik seharusnya kita dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.. Setiap warga negara Indonesia wajib

Talkshow diakhiri dengan testimony dari Lely Tri Wijayanti (Awardee Lancester University Inggris): Peluang mahasiswa teknik menduduki peringkat pertama dalam