• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN

PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A. Md. ) Dalam Bidang

Manajemen Administrasi

Oleh :

SHINTIA WIDIANINGTYAS

D1507123

PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user

iv

PERNYATAAN

NAMA : SHINTIA WIDIANINGTYAS

NIM : D1507123

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir berjudul

“PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN

UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA“ adalah betul-betul karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tugas akhir tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tugas akhir dan gelar yang saya

peroleh dari tugas akhir tersebut.

Surakarta, Juni 2010

Yang membuat pernyataan,

(4)

commit to user

v MOTTO

Seseorang yang sukses adalah orang yang memutuskan untuk sukses dan

kemudian mengerjakannya. Seseorang yang gagal adalah orang yang memutuskan

untuk sukses dan kemudian mengharapkannya.

(William A. Ward)

Saat Anda menjalani proses hidup tanpa motivasi dan semangat, maka Anda

hanya akan merasakan bosan dan hilangnya rasa percaya diri Anda. Oleh sebab

itu, siapa pun Anda dan sehebat apa pun diri Anda, adalah wajib untuk memiliki

fondasi sifat pantang menyerah di dalam dasar diri terdalam.

(Djajendra)

Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa citra diri positif yang kuat adalah

persiapan sukses terbaik dalam kehidupan seseorang.

(5)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini akan penulis persembahkan kepada :

§ Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendampingi, memberikan masukan, semangat, dorongan, doa dan segala cintanya yang tak pernah terganti oleh

apa pun dan siapa pun.

§ Adik-adikku yang selalu menyemangatiku.

§ Keluarga yang tentunya selalu mendukungku.

§ Teman-temanku D3 MA ‘07, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya

selama ini.

§ He always gave me love and kept giving spirit in my life

§ Almamaterku

Program Diploma III Manajemen Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(6)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pengamatan dan

penyusunan Tugas Akhir dengan judul “ Pelaksanaan Administrasi Kearsipan

Pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian di Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta “ sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat

kesarjanaan Program Studi Diploma III pada Jurusan Manajemen Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan

kesulitan. Namun berkat bantuan, dorongan, pengarahan serta doa dari berbagai

pihak, maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Pada

kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. H. Sakur, M.S. selaku Ketua Program Studi Diploma III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan izin untuk melakukan penyusunan Tugas Akhir

ini.

3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan yang sangat berguna hingga tersusunnya Tugas Akhir ini.

4. Bapak Drs. H. Marsudi, M.S. selaku penguji Tugas Akhir yang telah

membantu dalam kelancaran pelaksanaan pembuatan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Ali, M.Si selaku pembimbing akademik yang tidak

bosan-bosannya memberikan dorongan dalam pelaksanaan kuliah. Serta dengan

(7)

commit to user

viii

6. Bapak Drs. Joko Pangarso, MM. selaku Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan

Kuliah Kerja Magang (KKM) dalam rangka penyusunan Tugas Akhir.

7. Ibu Dra. Sis Ismiyati, MM. selaku Sekretaris Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta yang telah memberikan izin dan bimbingan

dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Magang (KKM).

8. Ibu Mastuti, SH selaku Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan Kuliah Kerja

Magang (KKM).

9. Segenap staf dan karyawan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta yang selalu memberikan petunjuk dan keramahtamahannya

selama penulis melakukan pengamatan dalam rangka penyusunan Tugas

Akhir.

10. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan dan dorongan

untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini.

11. Sahabat-sahabatku terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang

diberikan kepada penulis selama ini.

12. Semua yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini, penulis

ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Surakarta, Juni 2010

(8)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Pengamatan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Adninistrasi ... 7

1. Pengertian Administrasi ... 7

2. Proses-proses Administrasi ... 8

3. Fungsi-fungsi Administrasi ... 9

B. Pengertian Arsip ... 9

C. Administrasi Kearsipan ... 10

1. Penerimaan dan Pencatatan Arsip ... 12

2. Penyimpanan Arsip ... 13

3. Penyusutan Arsip ... 20

4. Fasilitas Kearsipan ... 23

(9)

commit to user

x

D. Metode Pengamatan ... 27

1. Jenis Pengamatan ... 27

2. Lokasi Pengamatan ... 27

3. Jenis dan Sumber Data ... 28

4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

5. Teknik Analisis Data ... 30

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI A. Sejarah Singkat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta ... 32

B. Lokasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta ... 33

C. Tujuan Pendirian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta ... 34

D. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta ... 34

E. Visi dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta ... 35

F. Struktur Organisasi ... 35

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Administrasi Kearsipan Pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 1.1 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta ... 36

GAMBAR 1.2 Peta Jabatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(11)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 2.1 Data Jumlah Arsip Surat Masuk Selama Bulan

Februari 2010 – Maret 2010 ... 4

TABEL 2.2 Data Jumlah Arsip Surat Keluar Selama Bulan

Februari 2010 – Maret 2010 ... 4

TABEL 2.3 Contoh Buku Agenda Surat Masuk ... 60

(12)

commit to user

xiii ABSTRAK

SHINTIA WIDIANINGTYAS, D1507123. PELAKSANAAN

ADMINISTRASI KEARSIPAN PADA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA. Tugas Akhir Program Studi Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tahun 2010.

Administrasi kearsipan memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran jalannya organisasi, yaitu sebagai pusat ingatan dan sumber informasi dalam rangka melakukan kegiatan perencanaan, penganalisaan, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, pembuatan laporan, penilaian, pengendalian dan pertanggungjawaban secepat-cepatnya. Namun pada kenyataannya, sebagian pegawai masih enggan untuk menerima tugas-tugas kearsipan karena mereka memandang bahwa unit kearsipan pada setiap kantor adalah tempat yang membosankan. Pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan administrasi kearsipan pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

Landasan teori yang digunakan adalah tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan administrasi kearsipan menurut Ig. Wursanto (1995 : 15) yaitu berbagai hal yang bersangkutan dengan administrasi kearsipan meliputi penerimaan dan pencatatan arsip, penyimpanan arsip, penyusutan arsip, fasilitas kearsipan dan pegawai kearsipan.

Jenis pengamatan ini adalah deskriptif kualitatif yang dapat memberikan gambaran atau memaparkan suatu peristiwa. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan datanya ada 4 (empat) macam yaitu wawancara, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis datanya yaitu analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif

(13)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kearsipan yang teratur dan tertib adalah alat informasi dan

referensi dasar yang sistematik yang modelnya dapat membantu pimpinan

dalam mengambil keputusan serta mengambil langkah tertentu dalam

rangka menunjang pelaksanaan tugas pokok. Suatu organisasi dalam

mencapai tujuan harus memperhatikan pengelolaan yang menyangkut

segala macam kegiatan organisasinya. Salah satu inti dari pengelolaan itu

adalah kearsipan. Kearsipan merupakan jembatan bagi semua administrasi

dalam suatu organisasi dan merupakan tumpuan dari semua pusat ingatan

dari segala macam kegiatan. Tanpa adanya arsip yang disempurnakan

menjadi dokumen tidak mungkin akan adanya penulisan sejarah dan

penulisan buku-buku ilmiah lainnya.

Arsip (record) yang dalam istilah Indonesia ada yang menyebutnya

sebagai ” warkat ”, menurut Basir Barthos (1990 : 1) pada pokoknya dapat

diberikan pengertian sebagai setiap catatan tertulis baik dalam bentuk

gambar maupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai

sesuatu objek (pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang

untuk membantu daya ingatan orang (itu) pula.

Administrasi kearsipan memegang peranan yang sangat penting

bagi kelancaran jalannya organisasi, yaitu sebagai pusat ingatan dan

sumber informasi dalam rangka melakukan kegiatan perencanaan,

penganalisaan, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, pembuatan

laporan, penilaian, pengendalian dan pertanggungjawaban

secepat-cepatnya.

Dengan adanya administrasi kearsipan yang baik maka akan

mencapai pencapaian tujuan dari masing-masing organisasi yang

bersangkutan. Hal ini menjadikan administrasi kearsipan sebagai salah

(14)

commit to user

satu bagian yang paling penting untuk diperhatikan pelaksanaannya di

setiap instansi atau organisasi yang bersangkutan.

Administrasi kearsipan sangatlah penting bagi seorang pimpinan

dalam mengambil suatu keputusan serta mengambil langkah / tindakan

tertentu untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas pokoknya dan penting

bagi seorang petugas arsip untuk dapat mengingat semua catatan dan

dokumen secara lengkap. Oleh karena itu, suatu kantor dalam mengelola

kearsipannya harus memperhatikan sistem kearsipan yang sesuai dengan

keadaan organisasinya dalam mencapai tujuannya. Efektivitas pengelolaan

kearsipan pada suatu kantor dipengaruhi pula oleh pegawai yang bekerja

pada unit kearsipan, sarana atau fasilitas yang dipergunakan dalam

membantu pengelolaan arsip dan dana yang tersedia untuk pemeliharaan

arsip tersebut. Fungsi arsip sebagai ingatan, pusat informasi dan sumber

sejarah perlu dikelola dengan baik agar dapat memperlancar seluruh

kegiatan dan proses pekerjaan kantor yang berhasil guna dan berdaya

guna. Dalam hal ini, unit kearsipan harus senantiasa siap untuk

memberikan pelayanan informasi yang akurat dalam memecahkan masalah

administrasi pada umumnya dan dalam manajemen kearsipan pada

khususnya.

Untuk dapat mengemban tugas seperti ini, pegawai yang bekerja

pada unit kearsipan tentunya ditunjang oleh faktor kemauan terhadap

pekerjaannya tersebut. Di samping itu tanggung jawab terhadap pekerjaan

yang diberikan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Namun pada

kenyataannya, sebagian pegawai masih enggan untuk menerima

tugas-tugas kearsipan karena mereka memandang bahwa unit kearsipan pada

setiap kantor adalah tempat yang membosankan. Adanya pandangan yang

seperti ini menunjukkan bahwa pegawai tersebut kurang menyadari akan

pentingnya pengelolaan arsip dalam suatu kantor dalam menunjang

efektivitas suatu pekerjaan. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang harus

dihindari dan sebaiknya ditanamkan rasa cinta terhadap arsip sehingga

(15)

commit to user

berdaya guna dan berhasil guna dapat tercapai dengan baik. Juga harus

diakui bahwa sampai saat ini masih ada organisasi atau kantor yang belum

menunjukkan pengembangan di bidang kearsipan sehingga proses

kegiatan administrasinya kurang begitu lancar. Parahnya lagi, ini tidak

dijadikan sebagai hal yang penting untuk dibenahi. Keperluan akan

pengelolaan arsip yang baik dan benar sangat diharapkan oleh organisasi

dalam menunjang efektivitas kerja dan kelancaran administrasi

perkantoran.

Dalam pasal 3 Undang-undang No. 7 Tahun 1971 dirumuskan

bahwa tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan

pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan

pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan.

Dalam pengertian tersebut nampak bahwa arti penting arsip

mempunyai jangkauan yang sangat luas, yaitu sebagai alat bantu daya

ingat manusia dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan. Serta

melihat pengertian dan peranan kearsipan seperti tersebut di atas, maka

perlu diusahakan peningkatan dan penyempurnaan kearsipan secara

optimal dalam arti berdaya guna dan berhasil guna.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta adalah salah

satu instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat

penting bagi pengembangan perekonomian kota Surakarta. Tugas Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dalam hal ini adalah

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian dan

perdagangan. Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu

melakukan penyelenggaraan kesekretariatan dinas; melakukan penyusunan

rencana program, pengendalian evaluasi dan pelaporan; melakukan

penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian; melakukan

pembinaan dan pengembangan pengusaha industri menengah, besar, kecil

(16)

commit to user

terhadap konsumen; melakukan penyelenggaraan sosialisasi; melakukan

pembinaan jabatan fungsional.

Untuk memperlancar tugas dan fungsi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan tersebut maka sangat diperlukan dukungan data-data dan

informasi dari arsip. Hal tersebut dimaksudkan untuk menyelaraskan

penyusunan rencana-rencana pengembangan perekonomian yang akan

atau baru mulai disusun dengan rencana-rencana yang telah disusun

sebelumnya.

Dari uraian di atas, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta merupakan salah satu instansi pemerintah yang berperan penting

dalam bidang perekonomian kota Surakarta melalui jalur perindustrian dan

perdagangan. Oleh karena itu, tentunya arsip-arsip yang ada terutama

surat-surat, data-data baik berupa barang cetakan, buku catatan, peraturan

pemerintah dan sebagainya diperlukan adanya suatu sistem penyimpanan

dan penataan yang tepat.

Berikut ini adalah jumlah data arsip surat masuk dan surat keluar

selama bulan Februari 2010 – Maret 2010.

TABEL 2.1

Data Jumlah Arsip Surat Masuk Selama Bulan Februari 2010 – Maret 2010

No. Bulan Jumlah Ditujukan Kepada

Kepala

Dinas

Sekretaris Perindustrian Perdagangan Pengawasan

& PK 1. 2. Februari Maret 143 129 0,84% 6,36% 37,28% 30,15% 24,56% 38,09% 27,96% 19,04% 9,32% 6,36%

Sumber : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

TABEL 2.2

Data Jumlah Arsip Surat Keluar Selama Bulan Februari 2010 – Maret 2010

No. Bulan Jumlah

1. 2. Februari Maret 105 98

(17)

commit to user

Dari data jumlah arsip di atas baik arsip surat masuk maupun surat

keluar, dapat dilihat bahwa jumlah surat masuk maupun surat keluar yang

terjadi tiap bulannya berbeda-beda. Bahkan tiap harinya pun surat masuk

maupun surat keluar juga berbeda-beda, minimal 5-10 surat masuk dan

surat keluar terjadi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta. Untuk surat masuk, jelas berbeda kepada siapa surat itu

ditujukan. Sedangkan surat keluar yang dibuat juga berbeda tujuan

suratnya. Sebagian besar surat keluar yang dibuat ditujukan untuk

keperluan seperti hal surat pengantar, surat keterangan, surat tugas, nota

dinas, berbagai undangan, pengiriman laporan-laporan baik laporan

keuangan, laporan kinerja, laporan rapat kerja, laporan data kepegawaian

dan sebagainya.

Apabila arsip-arsip tersebut tidak disimpan dan diatur dengan baik

maka akan dapat mengganggu kelancaran tugas Dinas Perindustrian dan

Perdagangan pada khususnya. Karena pada dasarnya, kegiatan dari

pekerjaan kantor adalah pengorganisasian administrasi arsip secara baik

dan tepat. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mempelajari secara

lebih mendalam mengenai kegiatan pelaksanaan administrasi kearsipan

pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan

di atas, adapun perumusan masalah dalam pengamatan di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta adalah :

” Bagaimanakah pelaksanaan administrasi kearsipan pada Sub Bagian

Umum dan Kepegawaian di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

(18)

commit to user C. Tujuan Pengamatan

Adapun tujuan pengamatan yang dilakukan di Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Operasional

Yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan administrasi

kearsipan pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

2. Tujuan Fungsional

Hasil dari pengamatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang memerlukan, khususnya kepada para pegawai Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.

3. Tujuan Individual

Untuk melengkapi dan menyelesaikan Tugas Akhir sebagai syarat

guna meraih gelar Ahli Madya (A.Md.) Jurusan Manajemen

Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

(19)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Administrasi

1. Pengertian Administrasi

Dalam masyarakat Indonesia istilah administrasi sudah merupakan

kata yang biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akibat

dari penjajahan Belanda di mana bangsa Indonesia diwajibkan

menggunakan bahasa Belanda. Istilah administrasi yang sering kita

sebut itu berasal dari bahasa Belanda, “ administratie ”, yang menurut

Sondang P. Siagian (1973 : 2) yang berarti setiap penyusunan

keterangan secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan

maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar mengenai

keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya satu

sama lain.

Menurut The Liang Gie (1982 : 8) administrasi diartikan sebagai

rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu

kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Sondang P. Siagian (1973 : 13) mengartikan administrasi

sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang

berdasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Pengertian administrasi menurut A. W. Widjaja (1986 : 1) adalah

segenap proses penyelenggaraan kegiatan usaha kerjasama sekelompok

orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Dr. Sondang P. Siagian, MPA, Filsafat Administrasi (1970 : 14),

unsur-unsur (bagian-bagian yang mutlak dari administrasi) dalam buku

Moekijat (1992 : 16) adalah :

1. Dua orang manusia atau lebih.

2. Tujuan.

(20)

commit to user

3. Tugas yang hendak dilaksanakan.

4. Peralatan dan perlengkapan.

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

administrasi itu bukan hanya merupakan kegiatan tulis menulis tetapi

mempunyai pengertian yang sempit yaitu merupakan proses

penyelenggaraan atau rangkaian perbuatan yang dilakukan

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Proses-proses Administrasi

Menurut Moekijat (1992 : 18) proses-proses administrasi antara lain :

a. Merencanakan ialah, menentukan apa yang akan dilakukan. Seperti

yang dipergunakan di sini, perencanaan mengandung suatu rangkaian putusan-putusan yang luas, termasuk penjelasan

tujuan-tujuan, penentuan kebijaksanaan-kebijaksanaan, pembuatan

program-program dan kampanye-kampanye, penentuan metode-metode dan prosedur-prosedur tertentu dan penentuan bagan sehari-hari.

b. Mengorganisasikan ialah, menggolongkan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk melaksanakan rencana-rencana dalam kesatuan-kesatuan administratif, dan menentukan hubungan-hubungan antara pemimpin-pemimpin dan karyawan-karyawan dalam kesatuan-kesatuan demikian.

c. Mengumpulkan sumber-sumber ialah, mendapatkan

pegawai-pegawai pimpinan, modal, fasilitas-fasilitas dan lain-lain hal yang diperlukan untuk melaksanakan rencana-rencana bagi keuntungan perusahaan.

d. Menjuruskan ialah, memberikan instruksi-instruksi. Ini

mengandung masalah menunjukkan rencana-rencana yang penting kepada mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya, dan juga hubungan pribadi sehari-hari antara kepala dan para bawahannya.

(21)

commit to user 3. Fungsi-fungsi Administrasi

Menurut Moekijat (1992 : 20) administrasi adalah kegiatan yang

meliputi 3 fungsi pokok yaitu :

a. Merencanakan apa yang harus dikerjakan.

b. Mengorganisasi dalam arti menyusun organisasi yang diperlukan.

c. Memimpin organisasi itu agar tujuannya tercapai.

B. Pengertian Arsip

Pengertian arsip menurut M. N. Maulana (1974 : 16-17) adalah

Tulisan yang dapat memberikan keterangan tentang kejadian-kejadian dan pelaksanaan organisasi yang kemungkinan dapat berwujud surat menyurat, data-data (bahan-bahan yang dapat memberikan keterangan) berupa barang cetakan, kartu-kartu, sheet dan buku catatan yang berisi responden, peraturan pemerintah dan lain sebagainya yang diterima atau dibuat sendiri oleh setiap lembaga baik pemerintah maupun swasta, kecil dan besar.

Mengenai pengertian arsip ini juga dirumuskan dalam

Undang-undang No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan

dalam pasal I, yang dimaksud dengan arsip adalah :

a. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-Lembaga

Negara dan Badan-Badan Pemerintahan dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kehidupan pemerintahan.

b. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-Badan Swasta dan atau perorangan dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa arsip adalah kumpulan dokumen yang dapat berupa barang cetakan,

kartu-kartu, sheet dan buku catatan yang dibuat dan diterima oleh setiap

lembaga baik pemerintah maupun swasta yang dapat berwujud

(22)

commit to user C. Administrasi Kearsipan

Untuk pengertian administrasi kearsipan akan penulis jelaskan

dengan memperhatikan pendapat dari beberapa ahli.

Menurut A. W. Widjaja (1986 : 92) administrasi kearsipan

diartikan sebagai segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan kearsipan

sejak saat dimulainya pengumpulan warkat-warkat sampai

penyingkirannya.

Menurut R. Soebroto (1980 : 23) yang dimaksud dengan

administrasi kearsipan adalah kegiatan yang berkenaan dengan

penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, penyusutan dan pemusnahan

benda-benda arsip.

Dari kedua pengertian tersebut di atas dapat kita tarik kesimpulan

bahwa administrasi kearsipan adalah rangkaian kegiatan yang berkenaan

dengan arsip yang meliputi siklus arsip dari penerimaan sampai

pemusnahannya.

Mengenai pelaksanaan dapat diartikan sebagai suatu proses, cara

mewujudkan suatu pekerjaan yang berkenaan dengan arsip yang meliputi

suatu siklus arsip mulai dari penerimaan, pencatatan, penyimpanan,

penggunaan, pemeliharaan, penyusutan dan pemusnahan arsip.

Kegunaan arsip sangatlah penting bagi seorang pimpinan dalam

mengambil suatu keputusan serta mengambil langkah / tindakan tertentu

untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas pokoknya dan penting bagi

seorang petugas arsip untuk dapat mengingat semua catatan dan dokumen

secara lengkap. Dengan adanya hal tersebut maka setiap instansi baik

pemerintah maupun swasta harus mampu melaksanakan suatu sistem

kearsipan yang baik. Sistem kearsipan yang baik itu mempunyai ciri-ciri

tertentu, oleh Ig. Wursanto (1995 : 30-32) disebutkan sebagai berikut :

a. Mudah dilaksanakan.

b. Mudah dimengerti.

c. Murah atau ekonomis.

d. Tidak memakan banyak tempat.

e. Mudah dicapai.

(23)

commit to user g. Fleksibel atau luwes.

h. Dapat mencegah kerusakan.

i. Mempermudah pengawasan.

Masalah kearsipan bersifat dinamis, berkembang dalam arti akan

terus bertambah seirama dengan perkembangan organisasi yang

bersangkutan. Bertambahnya arsip secara terus-menerus tanpa diikuti tata

kerja dan peralatan kearsipan serta tenaga ahli dalam bidang kearsipan,

menimbulkan masalah tersendiri. Masalah-masalah dalam bidang

kearsipan menurut Ig. Wursanto (1995 : 29) dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Hilangnya arsip-arsip sebagai akibat dari sistem penyimpanan yang kurang sistematis, sistem pemeliharaan dan pengamanan yang kurang sempurna, serta peminjaman atau pemakaian arsip oleh pimpinan atau oleh satuan organisasi lainnya, yang jangka waktunya lama, sehingga arsip lupa dikembalikan kepada unit-unit kearsipan.

2. Bertambahnya terus-menerus arsip ke dalam bagian kearsipan tanpa diikuti penyingkiran dan penyusutan yang mengakibatkan tempat penyimpanan arsip tidak mencukupi.

3. Tata kerja kearsipan yang tidak mengikuti perkembangan ilmu kearsipan modern karena pegawai kearsipan yang tidak cakap dan kurang adanya bimbingan yang teratur dari pihak pimpinan dan dari para ahli kearsipan.

4. Peralatan kearsipan yang tidak memadai, tidak mengikuti

perkembangan ilmu kearsipan modern, karena kurangnya dana yang tersedia, serta karena para pegawai kearsipan yang tidak cakap.

5. Kurang adanya kesadaran dari para pegawai terhadap peranan dan pentingnya arsip-arsip bagi organisasi, sehingga sistem penyimpanan, pemeliharaan dan perawatan arsip kurang mendapat perhatian yang semestinya.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, maka perlulah

dipelajari, diatur dan dikembangkan pedoman-pedoman seperti yang

disebutkan oleh The Liang Gie (1984 : 129) mengenai :

1. Sistem penyimpanan warkat yang tepat bagi masing-masing instansi. 2. Tata kerja penyimpanan dan pemakaian warkat.

3. Penyusutan arsip secara teratur.

(24)

commit to user

Untuk selanjutnya penulis akan membahas secara lebih terperinci

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan administrasi

kearsipan oleh Ig. Wursanto (1995 : 15), yaitu :

1. Penerimaan arsip dan pencatatan arsip. 2. Penyimpanan arsip.

3. Penyusutan arsip. 4. Fasilitas kearsipan. 5. Pegawai kearsipan.

1. Penerimaan dan Pencatatan Arsip

Menurut The Liang Gie (2000 : 194) yang dimaksud dengan

receiving – penerimaan adalah kegiatan mengambil ke dalam tangan

sendiri sesuatu warkat / kiriman lainnya yang disampaikan oleh pihak

lain.

Dalam hal ini kegiatan penerimaan merupakan kegiatan pertama

yang dilakukan dalam pengelolaan arsip. Petugas arsip menerima

surat-surat yang masuk baik antar bagian dalam suatu organisasi

maupun dari pihak luar organisasi. Sebaiknya penerimaan semua surat

masuk ditangani oleh suatu unit sendiri, yaitu unit kearsipan. Sistem

penerimaan surat-surat semacam ini biasa dinamakan sistem satu pintu

atau kebijaksanaan satu pintu.

Meskipun sudah ada ketentuan bahwa semua surat harus

diterima melalui satu pintu, tetapi kadang-kadang ada juga

penerimaan surat yang tidak melalui prosedur yang telah ditentukan.

Misalnya, surat-surat diterima sendiri secara langsung oleh pejabat

yang bersangkutan atau oleh unit kerja yang bersangkutan. Apabila

terjadi hal demikian, maka pejabat atau unit kerja yang menerima

surta-surat tersebut harus segera memberitahukan kepada unit

kearsipan agar dapat diadakan pencatatan seperlunya sesuai dengan

ketentuan atau prosedur yang telah ditentukan.

Surat-surat yang masuk pertama-tama diperiksa lebih dahulu

(25)

commit to user

Setelah dibaca kemudian diindeks dengan memberikan tanda atau

klasifikasi tertentu pada masing-masing surat.

Tujuan memberikan klasifikasi tertentu pada surat ini adalah

untuk menata arsip secara sistematis dan efektif sehingga

arsip-arsip tersebut dengan mudah dapat ditemukan kembali. Penyortiran

surat ini adalah memilih, memisahkan dan membagi-bagi menurut

keadaan surat. Misalnya surat dinas dikelompokkan dalam surat-surat

dinas, sedangkan untuk arsip biasa juga dikelompokkan dalam arsip

biasa.

Setelah surat diterima dan dibaca, surat dicatat dalam kartu

arsip (buku agenda) dengan tujuan untuk mengetahui jumlah surat

yang masuk dan yang keluar, tempat penyimpanan surat dan untuk

memudahkan pencarian suatu surat yang diperlukan.

Menurut The Liang Gie (2000 : 195) recording data –

pencatatan bahan keterangan dapat diartikan sebagai kegiatan dalam

bidang tata usaha yang menuliskan bahan keterangan di atas kertas /

peralatan lainnya yang dapat dibaca untuk keperluan sesuatu

organisasi.

Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan sebelum surat-surat

tersebut disampaikan kepada pejabat yang bersangkutan setelah

surat-surat dikeluarkan dari sampul, perlu diadakan pencatatan seperlunya.

Misalnya surat-surat dinas penting dicatat dalam kartu kendali,

sedangkan surat-surat biasa dan rutin cukup dicatat pada kartu atau

lembar pengantar.

2. Penyimpanan arsip

Arsip-arsip yang diterima atau dihasilkan oleh suatu organisasi

diselesaikan oleh pengelola arsip, maka kegiatan selanjutnya ialah

melaksanakan penataan arsip yang menuju pada penyimpanan

benda-benda arsip. Penyimpanan arsip merupakan kegiatan yang sangat

(26)

commit to user

maka arsip tersebut mendapat perhatian yang khusus sehingga apabila

diperlukan dapat dengan mudah ditemukan kembali.

A. W. Widjaja (1986 : 104) mengemukakan bahwa penataan

tersebut bertujuan untuk :

a. Menyimpan bahan arsip yang masih mempunyai nilai guna pakai yang sewaktu-waktu diperlukan bagi pemecahan suatu persoalan atau proses pekerjaan.

b. Menyimpan bahan arsip atau dokumen dengan sistem tertentu sehingga apabila diperlukan dengan cepat dapat ditemukan kembali.

c. Menjaga dan memelihara fisik arsip atau dokumen agar terhindar dari kemungkinan rusak, terbakar atau hilang.

a) Asas Penyimpanan Arsip

Kebutuhan akan arsip dan penyelenggaraan bagi setiap

instansi atau lembaga tentu berbeda-beda. Meskipun berbeda tetapi

suatu prinsip harus tetap dianut oleh suatu organisasi seperti yang

dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1991 : 171) yaitu aman, awet,

efisien dan luwes (fleksibel). Ada 3 (tiga) macam asas yang dapat

dipergunakan oleh instansi atau lembaga yang disesuaikan dengan

kondisi masing-masing seperti yang dikemukakan oleh Zulkifli

Amsyah (1998 : 16-18) yaitu :

· Asas Sentralisasi

Dengan asas ini penyimpanan arsip dipusatkan pada unit tertentu. Jadi penyimpanan warkat dari tiap unit yang ada dalam organisasi dipusatkan pada unit tertentu. Oleh karenanya semua surat-surat kantor yang sudah selesai diproses akan disimpan pada unit kearsipan tersebut. Asas penyimpanan secara sentralisasi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.

Keuntungan :

a. Ruang dan peralatan arsip dapat dihemat.

b. Petugas dapat mengkonsentrasikan diri khusus pada

pekerjaan arsip.

c. Kantor hanya menyimpan 1 (satu) arsip duplikat dapat dimusnahkan.

d. Sistem penyimpanan dari berbagai macam arsip dapat

(27)

commit to user Kelemahan :

a. Sentralisasinya hanya efisien dan efektif untuk organisasi yang kecil.

b. Unit kerja yang memerlukan arsip akan membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk memperoleh arsip yang diperlukan. c. Tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu sistem

penyimpanan yang seragam. · Asas Desentralisasi

Apabila suatu organisasi menganut asas desentralisasi maka akan memberikan kewenangan kepada tiap-tiap unit satuan kerja untuk mengurus penyelenggaraan penyimpanan warkat sendiri-sendiri. Dalam hal ini unit kearsipan sentral dalam bentuk apapun tidak ada.

· Asas Campuran

Asas campuran merupakan kombinasi sentralisasi dan desentralisasi. Dalam asas campuran ini tiap-tiap satuan kerja

dimungkinkan untuk menyelengarakan sendiri-sendiri

penyelenggaraan penyimpanan arsipnya karena mempunyai spesifikasi tersendiri, sedang untuk unit satuan kerja yang tidak

mempunyai spesifikasi tersendiri penyimpanannya

didesentralisasikan. Tujuan dari asas ini adalah untuk mengatasi

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada asas-asas

sebelumnya.

Dalam asas campuran ini ada 2 (dua) pola kombinasi yaitu :

1. Sebagian besar unit satuan kerja menyelenggarakan

penyimpanan warkatnya sendiri-sendiri dan hanya sebagian kecil unit satuan kerja yang menyelenggarakan penyimpanan warkat secara sentralisasi.

2. Sebagian besar unit satuan kerja yang menyelenggarakan penyimpanan warkatnya secara sentral dan hanya sebagian kecil yang menyelenggarakan penyimpanan warkatnya secara desentralisasi.

b) Sistem Penyimpanan Arsip

Hal yang terpenting dalam penyimpanan arsip adalah

ditemukannya arsip dengan mudah dan cepat pada saat dibutuhkan.

Seperti yang dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1991 : 87) yaitu

penyimpanan arsip hendaknya dilakukan dengan mempergunakan

suatu sistem tertentu yang memungkinkan :

a. Penemuan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu diperlukan.

(28)

commit to user

c. Pengembalian arsip dari tempat penyimpanan dapat dilakukan dengan mudah.

Sistem penyimpanan arsip yang dilakukan oleh suatu

instansi belum tentu sama dengan instansi lain. Oleh Ig. Wursanto

(1991 : 87-88) hal ini dikarenakan oleh :

a. Tujuan dari masing-masing organisasi berbeda. b. Volume pekerjaan tidak sama.

c. Jenis peralatan atau perlengkapan yang digunakan tidak sama. d. Kurang tersedianya tenaga ahli kearsipan.

e. Kondisi fisik dari masing-masing organisasi tidak sama.

Oleh sebab itu, sebelum suatu organisasi menetapkan

sistem penyimpanan yang akan dipakai hendaknya direncanakan

terlebih dahulu dengan matang. Karena perencanaan merupakan

suatu persiapan untuk tindakan-tindakan administrasi atas tindakan

selanjutnya. Seperti yang dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1995 :

33-34), bahwa perencanaan tersebut dilakukan dengan maksud

agar :

a. Jangan sampai sistem kearsipan yang dilaksanakan tidak cocok dengan jenis dan luas lingkupnya kegiatan organisasi.

b. Jangan sampai sistem kearsipan yang dilaksanakan

menimbulkan kesulitan bagi para pegawai kearsipan karena sulit untuk dimengerti.

c. Jangan sampai sistem kearsipan yang dilaksanakan menyulitkan dalam hal penyimpanan, penemuan kembali, pemeliharaan dan perawatan arsip.

d. Jangan sampai sistem kearsipan yang dilaksanakan

menimbulkan pemborosan, baik dalam hal tenaga, biaya atau dana maupun peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan. e. Jangan sampai arsip yang masih mempunyai nilai guna atau

nilai pakai dan perlu disimpan terus dalam jangka waktu yang cukup lama, atau mungkin disimpan secara permanen, tetapi ikut dipindahkan dari arsip aktif ke arsip tidak aktif kemudian dimusnahkan.

Menurut Zulkifli Amsyah (1998 : 71) bahwa sistem

(29)

commit to user

Berdasarkan kata tangkap dari warkat yang disimpan baik berupa huruf maupun angka disusun menurut urutan tertentu. Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis urutan, yaitu urutan abjad dan urutan angka. Sistem penyimpanan yang berdasarkan urutan abjad adalah sistem nama (sering disebut sistem-abjad), sistem geografi dan sistem subjek. Sedangkan yang berdasarkan angka adalah sistem numerik, sistem-kronologis dan sistem-subjek numerik (sistem subjek dengan kode nomor).

Untuk selanjutnya, penulis akan menguraikan mengenai

macam-macam sistem penyimpanan yang tersebut di atas. Uraian

ini diambil dari pendapat A. W. Widjaja (1986 : 105-109) antara

lain :

a. Sistem abjad (alphabetical filling system)

Penyimpanan arsip dengan menggunakan sistem abjad berarti arsip yang dihasilkan atau dibuat dan diterima oleh suatu kantor atau lembaga yang di dalamnya termuat nama-nama seperti nama orang, nama organisasi, nama tempat atau wilayah. Nama pokok soal disimpan menurut tata abjad huruf pertama dari suatu nama setelah nama-nama itu diindeks menurut aturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk masing-masing nama. b. Sistem pokok soal (subject filling system)

Penyimpanan menurut sistem pokok soal merupakan tata cara penyimpanan arsip-arsip dengan mempergunakan pokok masalah sebagai pedoman untuk mengaturnya. Arsip-arsip yang akan disimpan diberi kode dan kode yang disusun menurut abjad yang diambil dari huruf pertama dari masing-masing pokok masalah.

c. Sistem nomor (numerical filling system)

Pada sistem ini yang dijadikan kode surat adalah nomor yang ditetapkan sendiri oleh unit organisasi yang bersangkutan. d. Sistem wilayah (geographical filling system)

Penyimpanan menurut sistem wilayah adalah suatu sistem penyimpanan arsip berdasarkan pembagian wilayah atau daerah. Arsip-arsip yang akan disimpan, penyusunannya diatur menurut satuan wilayah atau daerah yang menjadi alamat surat.

e. Sistem tanggal (chronological filling system)

(30)

commit to user c) Prosedur Penyimpanan

Setiap pekerjaan atau kegiatan tentunya mempunyai

urutan-urutan langkah untuk menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan

dari permulaan sampai selesai. Hal ini digunakan agar pekerjaan

lebih terarah dan mudah dilaksanakan. Tahapan-tahapan tersebut

satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu

rangkaian kegiatan. Prosedur mengarsip ini menurut Basir Barthos

(1990 : 49) meliputi kegiatan-kegiatan : pembuatan tanda pelepas,

pembinaan kode, pembuatan kartu tunjuk silang,

menggolong-golongkan, penyimpanan. Pendapat ini dikemukakan oleh Ig.

Wursanto (1995 : 16-18), yang menyebutkan bahwa proses

penyimpanan arsip meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Memisah-misahkan (segreting) arsip

Memisah-misahkan arsip berarti mengadakan persortiran terhadap arsip-arsip yang akan disimpan, untuk dikelompokkan menurut subjek-subjek seperti yang telah dicantumkan dalam kartu kendali atau menurut daftar indek, yang telah ditentukan. 2. Meneliti (examining) arsip

Meneliti arsip-arsip yang akan disimpan perlu untuk mengetahui apakah arsip yang disimpan (di-file) itu sudah ada tanda-tanda

persetujuan (disposisi) dari pejabat yang berwenang

membenarkan bahwa arsip tersebut boleh disimpan. 3. Memadukan (assembling) arsip

Arsip-arsip yang merupakan bagian-bagian langsung atas persoalan yang sama dijadikan satu dan disusun menurut susunan kronologis tanggal surat.

4. Mengklasifikasikan (classification) arsip

Mengklasifikasikan arsip-arsip berarti menggolongkan arsip atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada, serta pengelompokkan arsip atas dasar persamaan-persamaan yang ada untuk menentukan klasnya (sub-sub subjek) beserta kodenya secara cermat. Kode dicantumkan pada bagian ujung kanan bawah surat.

5. Mengindeks (indexing) arsip

Kegiatan mengindeks meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Membaca secara cermat untuk menentukan inti surat. b. Menentukan judul atau caption arsip secara tepat.

c. Memberikan tanda-tanda (keterangan) lain yang dapat

(31)

commit to user

d. Membubuhkan caption utama berikut kode masalahnya (sub

subjek) pada arsip yang bersangkutan. 6. Mempersiapkan tunjuk silang (cross reference)

Tunjuk silang dipergunakan apabila terdapat 2 (dua) caption. Caption pertama dipergunakan sebagai caption utama, sedangkan caption yang kedua dicantumkan pada tunjuk silang. 7. Menyusun arsip

Arsip-arsip yang sudah diberi judul atau caption disusun sesuai dengan sistem susunan yang digunakan dalam sistem penyimpanan.

8. Memfile arsip

Memfile arsip berarti mengatur pembentukan arsip-arsip sesuai dengan pola klasifikasi dan mengatur penyusunan arsip-arsip di dalam file-file atau folder-folder pada tempatnya yang benar. Oleh karena itu perlengkapan yang dipergunakan dalam filling dan penempatannya dalam penyimpanan harus dipersiapkan lebih dahulu.

Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, kadang

memerlukan arsip yang sudah lama disimpan untuk membantu

menyelesaikan suatu persoalan. Kita harus mengetahui fungsi dari

arsip-arsip tersebut. Berdasarkan fungsinya, arsip dapat dibedakan

menjadi dua yaitu arsip dinamis dan arsip statis.

Oleh A. W. Widjaja (1986 : 101-102) disebutkan bahwa

Arsip dinamis adalah arsip yang masih dipergunakan secara langsung dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan pada umumnya / dalam penyelenggaraan pelayanan ketatausahaan. Berdasarkan nilai yang senantiasa berubah, arsip dinamis dapat dirinci lagi menjadi :

a. Arsip aktif yaitu arsip yang masih dipergunakan terus-menerus bagi kelangsungan pekerjaan di lingkungan unit pengolahan suatu unit pengolahan suatu organisasi.

b. Arsip semi aktif yaitu arsip yang frekuensi penggunaannya sudah mulai menurun.

c. Arsip inaktif yaitu arsip yang tidak lagi dipergunakan secara terus menerus dan frekuensi penggunaannya sudah jarang atau hanya digunakan sebagai referensi saja.

Arsip statis yaitu arsip yang tidak dipergunakan secara

langsung dalam perencanaan, penyelenggaraan kehidupan

kebangsaan ataupun untuk penyelenggaraan sehari-hari

(32)

commit to user 3. Penyusutan arsip

Pada setiap unit yang ada di dalam suatu organisasi tentunya

memiliki arsip. Arsip-arsip tersebut akan selalu bertambah dan

berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi tersebut. Tidak

semua arsip itu mempunyai nilai guna yang abadi dan harus disimpan

untuk selama-lamanya. Arsip-arsip yang sudah tidak berguna lagi

harus dimusnahkan, karena jika tetap disimpan maka akan

menimbulkan masalah yaitu terjadinya pemborosan tenaga, ruang dan

biaya dalam perawatannya.

Sebagian besar masalah yang sering muncul dan dihadapi oleh

setiap organisasi adalah kurangnya ruang penyimpanan. Dengan

demikian tidak semua arsip harus disimpan secara terus-menerus

tetapi harus disusutkan dan ada yang dimusnahkan sesuai dengan

jangka waktu penyimpanan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Seperti yang dikemukakan oleh A. W. Widjaja (1986 : 180) yang

mengatakan bahwa penyingkiran atau penyusutan arsip dapat berupa

pemindahan arsip dari tempat arsip aktif ke tempat arsip pasif dan

pemusnahan arsip pasif yang benar-benar sudah tidak memiliki nilai

guna sama sekali.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 tentang

Penyusutan Arsip, yang dimaksud dengan penyusutan dalam buku Ig.

Wursanto (1995 : 208) adalah :

1. Memindahkan arsip in-aktif dari unit pengolah ke unit kearsipan dalam lingkungan Lembaga-lembaga Negara atau Badan-badan Pemerintah masing-masing.

2. Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku.

3. Menyerahkan arsip-arsip statis oleh Unit Kearsipan kepada Arsip Nasional.

a) Pemindahan arsip

Dengan demikian dalam penyimpanan arsip terdapat 2

(33)

commit to user

Dalam kegiatan pemindahan arsip dilakukan dari tempat

penyimpanannya untuk arsip aktif ke arsip inaktif. Meskipun

disebut dengan arsip inaktif, tetapi dalam jenis arsip ini masih ada

yang masih digunakan tetapi sebagian lagi sudah benar-benar tidak

dipergunakan lagi bagi organisasi. Untuk arsip inaktif yang masih

diperlukan, maka sebaiknya dilakukan penyingkiran untuk

sementara atau dipisahkan dari arsip aktif, sedangkan arsip inaktif

yang memang sudah tidak bermanfaat langsung dimusnahkan.

Dalam pemindahan arsip ini, prinsip yang harus dipegang

seperti yang dikemukakan oleh Zulkifli Amsyah (1998 : 212)

adalah :

1. Apabila kantor tidak mempunyai unit sentral arsip, maka arsip inaktif hanya dipisahkan letaknya dari arsip aktif.

2. Untuk kantor yang mempunyai unit sentral arsip, maka pemindahan berarti berpindah tempat dan pengawasan dari unit ke unit sentral arsip.

Dengan demikian, petugas harus membuat :

a. Berita acara pemindahan arsip yang ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima. Berita acara ini adalah surat keterangan timbang terima penyerahan arsip sebagai bagian dari prosedur pemindahan arsip.

b. Daftar jenis arsip yang diserahkan.

b) Penyusutan arsip

Keuntungan dengan dilakukannya pemindahan dan

pemusnahan menurut Zulkifli Amsyah (1998 : 211) sebagai berikut

:

1. Penghematan penggunaan ruangan kantor.

2. Penghematan pemakaian peralatan dan perlengkapan kearsipan.

3. Tempat arsip yang agak longgar akan memudahkan petugas

bekerja dengan arsip.

Salah satu langkah yang harus dipenuhi atau ditempuh

dalam melakukan penyusutan arsip adalah menentukan

penggolongan warkat. Penggolongan warkat menurut A.W.

(34)

commit to user

a. Menurut John Cameroon Aspley ada 4 (empat) macam

golongan warkat yaitu :

1. Vital Record (warkat sangat penting).

2. Important Record (warkat penting).

3. Useful Record (warkat berguna).

4. Nomessontial (warkat tidak penting).

b. Menurut GR. Terry membaginya menjadi 4 (empat) golongan,

yaitu :

1. Nonessential (warkat tidak penting).

2. Helpful (warkat berguna).

3. Important (warkat penting).

4. Vital (warkat sangat penting).

Dalam rangka penyusutan arsip biasanya kantor

membentuk tim khusus dan dibuatkan Jadwal Retensi Arsip. Tim

ini mula-mula membentuk dan memilah-milah nilai guna arsip

yang sudah layak untuk dimusnahkan. Ketentuan dalam

menentukan nilai sesuatu jenis arsip tergantung dari organisasi

masing-masing yang disesuaikan dengan bidang kerja, kebutuhan,

ciri khusus dari organisasi tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan Jadwal Retensi Arsip

menurut Basir Barthos (1990 : 103) adalah daftar yang berisi

tentang jangka waktu penyimpanan arsip yang dipergunakan

sebagai pedoman penyusutan arsip. Sedangkan dalam

pelaksanaannya, pemusnahan arsip didasarkan pada ketentuan

seperti yang dikemukakan oleh Ig. Wursanto (1995 : 222) yaitu

sebagai berikut :

1. Harus dibuatkan daftar secara lengkap tentang arsip-arsip yang akan dimusnahkan itu. Daftar tersebut berisi :

a. Nama instansi atau departemen yang akan memusnahkan arsip.

b. Kode dan pokok masalah. c. Kode dan masalah. d. Jenis fisik arsip.

e. Tanggal, bulan dan tahun berkas yang bersangkutan. f. Jumlah berkas.

(35)

commit to user 4. Fasilitas Kearsipan

a) Peralatan Arsip

Kegiatan pengurusan arsip mulai dari penciptaan arsip

sampai dengan arsip tersebut dimusnahkan tentunya menggunakan

berbagai macam fasilitas. Fasilitas tersebut merupakan faktor

pendukung dalam penyelesaian pekerjaan dalam usaha kerjasama

manusia. Sebagaimana yang disebutkan oleh A. W. Widjaja (1986

: 103) bahwa fasilitas kearsipan dapat dikelompokkan menjadi 4

(empat) macam yaitu :

1. Alat-alat korespodensi seperti mesin tik, mesin stensil dan sebagainya.

2. Alat-alat penerimaan surat seperti bak / kotak surat, meja tulis, rak dan sebagainya.

3. Alat-alat penyimpanan (setelah dipersiapkan seperti map, adner, folder, lemari dan sebagainya.

4. Alat-alat lainnya seperti ruangan yang cukup, kode pokok soal dan sebagainya.

Sedangkan alat-alat kearsipan yang biasanya digunakan

dalam kegiatan menurut A. W. Widjaja (1986 : 112-118) antara

lain :

1. Folder yaitu semacam stopmap tetapi tidak mempunyai daun

penutup yang pada bagian atasnya terdapat tab (bagian yang menonjol) untuk menempatkan judul file yang bersangkutan.

2. Guide yaitu petunjuk tempat berkas-berkas arsip yang

disimpan dan sekaligus berfungsi sebagai pemisah antara berkas-berkas tersebut. Guide juga mempunyai tab yang berguna untuk menempatkan atau mencari judul / kode klasifikasi dan disusun secara vertikal (berdiri).

3. Tikler File (berkas pengikat) yaitu semacam kotak yang

dipergunakan untuk menyimpan kartu-kartu kendali dan kartu peminjam arsip.

4. Filiing Cabinet (lemari arsip) yaitu digunakan untuk

menempatkan folder yang telah berisi naskah / dokumen bersama dengan guide-guidenya.

5. Rak arsip digunakan untuk menyimpan dokumen yang disusun

secara vertikal ke samping dari kiri ke kanan.

(36)

commit to user

7. Kartu pinjam arsip, dibuat rangkap tiga disertakan pada penata arsip sebagai ganti arsip yang dipinjam pada berkas pengikat.

b) Ruang Kearsipan

Selain peralatan yang harus memadai dan memenuhi syarat,

ruang kearsipan harus lebih diprioritaskan keberadaannya. Untuk

menunjang kelancaran kegiatan maka diperlukan penataan

terhadap ruang kantor. The Liang Gie (1984 : 204) berpendapat

bahwa tata ruang perkantoran adalah penyusunan alat-alat kantor

pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang

menimbulkan kepuasan bekerja bagi para pegawai. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa tata ruang adalah mengenai

pengurusan alat-alat dan pengaturan tempat kerja.

Menyimpan arsip tidak hanya disimpan disembarang

tempat, karena arsip merupakan dokumen yang sangat penting

maka ruang penyimpanannya pun harus aman dari berbagai

kerusakan. Ruang penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan

serangan api, air, serangga dan lain-lain. Tempat penyimpanan

harus kering, terang dan berventilasi baik.

Pengamanan arsip oleh Zulkifli Amsyah (1998 : 197)

Dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu pencegahan sebelum terjadi kerusakan (preventif) dan perbaikan sesudah kerusakan terjadi (restorasi). Pencegahan dapat dilakukan dengan pengaturan temperature, kelembaban udara, polusi, penyimpanan yang benar, pengaturan cahaya matahari, pengaturan penerangan buatan (lampu), pemeliharaan ruangan dan fumigasi. Untuk restorasi arsip dilakukan dengan berbagai jenis obat dan dilaminasi.

Ruang tempat penyimpanan arsip hendaknya selalu dijaga

agar tetap dalam keadaan bersih, teratur, dan memudahkan

pencarian kembali arsip yang dibutuhkan. Dalam pengaturan

ruangan menurut Ig. Wursanto (1991 : 221-223) dapat dilakukan

dengan :

(37)

commit to user

b. Ruangan harus terang, dan sebaiknya menggunakan

penerangan alam, yaitu sinar matahari. c. Ruangan harus diberi ventilasi secukupnya.

d. Ruangan harus terhindar dari kemungkinan serangan api. e. Ruangan harus terhindari dari kemungkinan serangan air. f. Dalam hal-hal tertentu (hujan) periksalah ruangan untuk

mengetahui kemungkinan adanya talang, saluran air dan atap gedung yang bocor.

g. Ruangan hendaknya terhindar dari kemungkinan serangan

hama, serangan perusak atau pemakaian kertas arsip.

h. Lokasi ruang atau gedung penyimpanan hendaknya bebas dari

tempat-tempat industri, sebab polusi udara (kotoran udara) sebagai hasil pembakaran minyak sangat berbahaya bagi kertas-kertas arsip.

i. Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan-ruangan kantor lainnya.

j. Ruangan penyimpanan arsip hendaknya disesuaikan dengan bentuk arsip yang akan di simpan di dalamnya.

Pengaturan udara dalam ruang arsip yang terbaik adalah

dengan mempergunakan AC. Tetapi ini membutuhkan biaya yang

tidak sedikit. Basir Barthos berpendapat bahwa suhu udara ruang

arsip yang baik berkisar antara 50º-65º. Arsip dalam waktu dekat

akan lapuk bila kelembaban melebihi 65º.

5. Pegawai kearsipan

Pentingnya peranan arsip dalam suatu organisasi menjadikan

pegawai di bidang kearsipan tidak kalah dengan pegawai di bidang

lainnya. Keberadaan pegawai kearsipan sangat berperan dalam

kelangsungan hidup organisasi. Meskipun terdapat fasilitas dan

ruangan yang memadai dan memenuhi syarat tetapi jika pegawainya

tidak memiliki keahlian ataupun ketrampilan yang cukup maka

pengelolaan kearsipan tidak efektif dan efisien. Oleh sebab itu

dibutuhkan pegawai yang mempunyai pendidikan yang

serendah-rendahnya SMU ditambah dengan pendidikan khusus di bidang

kearsipan atau orang-orang yang khusus berpendidikan di bidang

(38)

commit to user

Petugas kearsipan oleh Ig. Wursanto (1991 : 37) dinyatakan

sebagai pegawai dalam bidang kearsipan yang bertugas menerima,

menyimpan, mengurus, memelihara, mengawasi, serta melayani

apabila sewaktu-waktu arsip dikeluarkan atau diperlukan. Sedangkan

mengenai jumlah pegawai yang dibutuhkan dalam bidang kearsipan

menurut Ig. Wursanto (1995 : 37) ditentukan oleh :

a. Besar kecilnya suatu badan usaha atau organisasi yang

bersangkutan.

b. Asas penyimpanan yang dipergunakan.

Dalam buku Ig. Wursanto (1995 : 39) The Liang Gie

mengatakan bahwa untuk dapat mengelola administrasi yang baik,

diperlukan pegawai / petugas kearsipan yang baik pula yaitu pegawai

yang memenuhi syarat-syarat ketelitian, kecekatan dan kerapian.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pegawai arsip adalah

sebagaimana yang dikemukakan oleh A. W. Widjaja (1986 : 104)

antara lain sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan di bidang :

a. Pengetahuan umum, bidang yang menyangkut masalah surat-menyurat dan arsip.

b. Pengetahuan tentang seluk beluk instansinya yakni beserta tugas-tugasnya dan pejabat-pejabatnya.

c. Pengetahuan khusus tentang tata kearsipan.

2. Memiliki ketrampilan untuk melaksanakan teknik tata kearsipan yang sedang dikerjakan.

3. Berkepribadian yakni memiliki ketekunan, kesabaran, ketelitian, kerapian, kecekatan, kecerdasan, kejujuran serta loyal dan dapat menyimpan rahasia organisasi.

Selain pendapat di atas juga terdapat pendapat lain. The Liang

Gie mengemukakan 6 (enam) syarat bagi pegawai kearsipan dalam

buku Ig. Wursanto (1995 : 41) adalah seperti berikut ini :

1. Lulus sekolah menengah dan mempunyai kecepatan rata-rata normal.

(39)

commit to user 3. Memiliki sifat kecermatan.

4. Memiliki suatu pikiran yang tertarik pada perincian yang kecil. 5. Memiliki sifat sebagai karyawan yang rapi.

6. Memiliki pertimbangan yang baik.

D. Metode Pengamatan

1. Jenis Pengamatan

Pengamatan ini menggunakan strategi atau metode deskriptif

kualitatif yang dapat memberikan gambaran atau memaparkan suatu

peristiwa. Menurut Hadari Nawawi (1995 : 63) metode deskriptif dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek pengamatan pada saat

sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya. Sedangkan yang dimaksud bersifat kualitatif adalah

pengamatan yang bersifat atau mempunyai karakteristik bahwa datanya

dinyatakan dalam keadaan sewajarnya dan sebagaimana adanya.

Adapun ciri-ciri penelitian atau pengamatan deskriptif menurut

Winarno Surakhmad (1990 : 140) adalah :

1. Memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang pada masa yang aktual.

2. Data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisa.

2. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan merupakan tempat di mana pengamatan

dilaksanakan dan tempat diperolehnya sejumlah data yang dibutuhkan

dari masalah yang akan diamati. Hal tersebut dilakukan untuk

memperoleh informasi di dalam usaha untuk menyatakan suatu

kebenaran data. Dalam pengamatan ini mengambil kasus di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta..

Adapun alasan untuk memilih lokasi tersebut adalah sebagai

(40)

commit to user

· Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

memungkinkan sekali untuk memberikan data yang diperlukan

dalam pengamatan ini. Hal ini ditinjau dari tingkat kedisiplinan

khususnya tingkat kedisiplinan kantor, organisasi yang teratur

maupun administrasi yang teratur pula.

· Di lokasi tersebut akan memungkinkan kemudahan dalam

melakukan pengamatan, sehingga dapat membantu kelancaran

dalam memperoleh informasi atau data-data yang diperlukan sesuai

dengan permasalahan yang diamati, menghubungi informan serta

mengurus perizinan.

3. Jenis dan Sumber data

Apabila seorang pengamat telah menetapkan suatu objek penelitian,

maka langkah berikutnya adalah menetapkan tentang sumber data mana

yang akan dipergunakan untuk pengumpulan datanya. Yang dimaksud

dengan sumber data dalam pengamatan ini adalah subjek darimana data

diperoleh. Adapun sumber data yang digunakan dalam pengamatan ini

adalah:

a. Sumber data primer

Adalah sumber informasi yang diberikan langsung oleh informan.

Adapun yang dimaksud dengan informan adalah orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan pengamat yang

dijadikan sebagai sumber informasi. Data primer dikumpulkan oleh

pengamat itu sendiri. Dalam pengamatan ini penulis

mengumpulkan data primer yang berupa data-data yang

berhubungan dengan pelaksanaan admnistrasi kearsipan, misalnya

data tentang tugas-tugas apa saja yang dilaksanakan oleh bagian

administrasi kearsipan di kantor tersebut.

b. Sumber data sekunder

Adalah sumber informasi yang diperoleh dari sumber lain. Data

sekunder dapat diperoleh dengan mengutip dari sumber publikasi

(41)

commit to user

perundangan dan sebagainya. Dalam pengamatan ini penulis

mencari dan mengumpulkan data sekunder yang berupa

buku-buku, pengertian-pengertian yang berkaitan dengan pelaksanaan

administrasi kearsipan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

memperoleh data yang diperlukan. Dalam mengumpulkan data yang

berhubungan dengan pelaksanaan administrasi kearsipan, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara

Wawancara sebagai teknik pengumpulan data mempunyai fungsi

sangat banyak seperti sebagai pengumpul keterangan, menguji

kebenaran informasi, meminta pendapat orang lain yang digunakan

sebagai sumber informasi, dan lain-lain. Wawancara adalah suatu

metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara

langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang

diamati. Dalam pengamatan ini, penulis mengangkat topik

Pelaksanaan Administrasi Kearsipan Pada Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta. Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab, maka penulis mengadakan tanya jawab

langsung kepada bagian Administrasi Kearsipan di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta. Misalnya penulis

bertanya kepada bagian administrasi kearsipan tentang tugas-tugas

yang dilakukan, faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan

tugas tersebut dan sebagainya.

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung terhadap kondisi dan keadaan

organisasi yang menjadi obyek pengamatan sehingga dapat

(42)

commit to user c. Studi kepustakaan

Yaitu studi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan

membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan materi

penulisan yang berkaitan dengan administrasi kearsipan,

pelaksanaan administrasi kearsipan dan lain sebagainya.

d. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk

mempelajari dokumen, literature ataupun laporan lain. Di sini

metode dokumentasi adalah hal yang sangat penting karena dalam

mengolah data pengamat lebih cenderung menggunakan

dokumentasi yang ada.

5. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang dipakai dalam pengamatan ini adalah

analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif.

Analisis data kualitatif merupakan pengolahan data berupa

pengumpulan data, penguraiannya kemudian membandingkan dengan

teori yang berhubungan masalahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan.

Metode interaktif adalah model analisa yang terdiri dari 3 (tiga)

komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan,

maka data-data diproses melalui 3 (tiga) komponen tersebut. Hal ini

seperti yang dikemukakan oleh HB. Sutopo (1988 : 37).

Kegiatan komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Reduksi data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian kepada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung

terus-menerus, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai

(43)

commit to user b. Penyajian data

Merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

c. Penarikan kesimpulan

Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif mencari arti

benda-benda, keteraturan, pola-pola, penjelasan konfigurasi,

berbagai kemungkinan, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan

akan ditangani secara longgar, tetap terbuka dan skepstis, tetapi

kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat

menjadi lebih rinci dan mengakar pada pokok.

Ketiga komponen utama tesebut saling mendukung dan berhubungan

sehingga membentuk suatu interaksi dalam proses pengumpulan data

sehingga menjadi satu siklus penting dalam penyusunan laporan ini.

Keseluruhan proses tersebut dilakukan sepanjang proses pengamatan dan

dilakukan berulang kali sehingga analisa yang didapat cukup mantap dan

(44)

commit to user BAB III

DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI

A. Sejarah Singkat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri pada

tahun 1950, yang pada saat itu bernama Kantor Pengadaan dan Penyaluran

di bawah Departemen Perekonomian Umum yang menangani masalah

bidang industri, bidang perdagangan dan bidang koperasi. Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang mula-mula tugasnya

mengurus tentang pemberian izin pendirian perusahaan dan usaha dagang,

tetapi setelah berjalan 5 (lima) tahun yakni 1955 berganti nama menjadi

Kantor Industri Perdagangan dan Koperasi.

Tahun 1957 Departemen Perekonomian Umum dihapuskan dan

diganti menjadi Departemen Perdagangan Luar Negeri. Pada tahun 1971,

Kantor Industri Perdagangan dan Koperasi berubah menjadi Kantor

Departemen Perdagangan yang tidak berpengaruh pada Kantor

Perdagangan dan Koperasi yang selokasi dengan Kantor Perindustrian

yang letaknya di Jalan Yosodipuro 150 Surakarta.

Baru kemudian pada tahun 1980 kantor dijadikan satu yang

tempatnya di Jalan Slamet Riyadi 320 Surakarta yang mula-mula

merupakan kantor Tera. Pada tanggal 22 September 1980 oleh Bapak

Kardjono Wiryo diresmikan pembukaannya, namun ruang lingkupnya

lebih sempit dari pada kantor yang dulu. Sebab hanya meliputi daerah

Kotamadya saja. Kemudian dipersempit lagi dengan didirikannya

kantor-kantor perdagangan di beberapa daerah Eks-Karesidenan Surakarta seperti

kantor perdagangan di Sragen, Klaten dan Sukoharjo.

Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perd

Gambar

GAMBAR 1.2 Peta Jabatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
TABEL 2.2  Data Jumlah Arsip Surat Keluar Selama Bulan
gambar maupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai
TABEL 2.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten, dapat diketahui bahwa penerimaan dan pencatatan

Tujuan peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam mengembangkan industri batik yang ada di Surakarta khususnya pada sentra

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta mempunyai kewenangan dalam penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba (STPUW) berdasarkan

Kegiatan Penerimaan dan pencatatan arsip di Bagian Umum (Sub Bagian Tata Usaha) Sekretariat DPRD Kota Surakarta disertai dengan kegiatan pencatatan terhadap arsip-arsip

Usaha Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan kota Bandung harus mempunyai upaya dalam bidang perdagangan ekspor impor yang bisa menyelesaikan hambatan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang mula-mula tugasnya mengurus tentang pemberian izin pendirian perusahaan dan usaha dagang, tetapi setelah

Sebagaimana ketentuan tersebut, Renstra SKPD Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah rencana pembangunan sektor Perindustrian dn Perdagangan di Kabupaten Sleman

13 Kota Malang, untuk Bidang Perindustrian dan Bidang Perdagangan bergabung dengan Dinas Pasar menjadi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar yang terdiri dari