• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI SMAN 6 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI SMAN 6 SURAKARTA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN

AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI

SMAN 6 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

ENDAH SUHADATI

K 6406026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN

AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI

SMAN 6 SURAKARTA

Oleh :

ENDAH SUHADATI

K 6406026

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)
(4)

commit to user

(5)

commit to user

ABSTRAK

Endah Suhadati. K 6406026. PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI SMAN 6 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober, 2010.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X, (2) untuk mengetahui prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif tunggal terpancang. Tehnik pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara, analisis dokumen, observasi. Untuk menerapkan validitas data digunakan trianggulasi data. Tehnik analisis data yang digunakan adalah Analisis Isi (content analysis)

(6)

commit to user

vi

ABSTRAC

Endah Suhadati. K 6406026. THE CONSISTENCY AND SUFFICIENCY

PRINCIPLE OF TEACHING MATERIAL OF LAW SYSTEM AND NATIONAL JUSTICE IN TEXTBOOKS AT THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI 6 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education

Faculty Sebelas Maret University Surakarta, Oktober, 2010.

The research is aimed (1) to know consistency principle of the law system and national justice material in the textbooks of Civic Education at the tenth grade and (2) to know the sufficiency principle of the law system and national justice material in the textbooks of Civic Education at the tenth grade.

The research used single stake qualitative method. The technique of collecting data was done by focus group discussion (FDG), interviews, document analysis, and observation. To implement the validity of data, it used data triangulation. The technique of analyzing data used was content analysis.

(7)

commit to user

MOTTO

"Books are not to believed but to be subjected to inquiry”

(William of Baskerville)

”Allah akan meninggikan kepada orang-orang yang beriman diantara kamu

dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

• Bapak dan Ibu tercinta yang telah

memberikan segalanya

• Adik-adik tersayang, Agung dan Tri

• Teman-teman PPKn angkatan 2006

• FKIP Universitas Sebelas Maret

(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan

kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin

penelitian guna menyusun skripsi ini;

4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi;

5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan FKIP UNS memberikan ijin untuk menyusun skripsi;

6. Drs.Suyatno, M.Pd. Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi

ini;

7. Winarno,S.Pd.,M.Si. Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi

ini;

8. Muh. Hendri Nuryadi, S.Pd., Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan serta pengarahan;

9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta yang

(10)

commit to user

x

10. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 6 Surakarta yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini;

11. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;

12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, November 2010

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Prinsip Bahan Ajar Konsistensi dan Kecukupan ... 7

a. Pengertian Bahan Ajar ... 7

b. Jenis Bahan Ajar ... 8

c. Prinsip Pemilihan bahan Ajar ... 10

d. Ukuran (Indikator) Prinsip Bahan Ajar Konsitensi dan Kecukupan ... 12

(12)

commit to user

xii

f. Urutan Elaborasi Materi Pembelajaran ... 16

g. Langkah-Langkah Pengajaran yang Diorganisasi Dengan Model Elaborasi ... 17

h. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah 18

2. Bahan Ajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

a. Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah ... 20

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

c. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 26

d. Analisis Penyusunan Bahan Ajar ... 27

3. Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ... 27

a. Tinjauan tentang Sistem Hukum ... 27

b. Tinjauan tentang Peradilan Nasional ... 36

B. Kerangka Berfikir... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 45

C. Sumber Data ... 46

D. Teknik Pengambilan Sampel... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Validitas Data ... 50

G. Analisis Data ... 51

H. Prosedur Penelitian... 52

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

C. Temuan Studi ... 81

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Implikasi ... 85

(13)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian ... 44

Tabel 2. Prinsip Kecukupan untuk Buku Ganeca ... 62

Tabel 3. Prinsip Kecukupan pada Buku Erlangga ... 66

Tabel 4. Prinsip Konsistensi pada Buku Ganeca ... 69

Tabel 5. Prinsip Konsistensi pada buku Erlangga... 72

Tabel 6. Silabus PKn Kelas X ... 76

Tabel 7. Materi pada buku PKn Kelas X penerbit Ganeca karangan Sujiyanto ... 77

(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar ... 27

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 43

Gambar 3. Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta ... 61

Gambar 4. Bagan Susunan/lembaga Peradilan yang ada di Indonesia ... 79

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Kelas X SMAN 6 Surakarta ... 91

Lampiran 2 Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X Penerbit Ganeca ... 94

Lampiran 3 Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X Penerbit Erlangga ... 124

Lampiran 4 Instrumen Penilaian Buku Teks ... 160

Lampiran 5 Deskripsi Penilaian Buku Teks Pelajaran ... 162

Lampiran 6 Hasil Penilaian Buku Teks ... 171

Lampiran 7 Trianggulasi Data ... 183

Lampiran 8 Hasil Wawancara ... 197

Lampiran 9 Hasil Analisis Buku Teks ... 206

Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP UNS ... 212

Lampiran 11 Surat Keputusan Ijin Penulisan Skripsi Dari Dekan FKIP UNS ... 213

Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Rektor UNS ... 215

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak bangsa Indonesia lahir hingga era reformasi ini, seluruh bangsa

Indonesia telah menyadari pentingnya peran pendidikan dalam mengembangkan

potensi manusia hingga optimal untuk menjadikannya insan pembangunan yang

berkualitas.

Insan pembangunan yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan

dan negara Indonesia telah menyediakan tempat-tempat pembelajaran bagi siswa

sekolah dasar hingga ke sekolah yang berjenjang lebih tinggi untuk memperoleh

pendidikan.

Menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Menurut WS Winkel (1991: 6):

Pendidikan adalah pantauan yang diberikan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai perubahan-perubahan prinsip dalam diri anak yang sedang menuju pada taraf kedewasaan. Dengan pendidikan maka akan menjadikan peserta didik manusia dewasa yang mampu menjadi seorang individu yang benar-benar berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendapat lain diungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:

3) yaitu “Education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect

changes in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups or communities”. Artinya bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan

untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, dan sikap dari

individu, kelompok atau komunitas.

Produk yang dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan

yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang

(18)

commit to user

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin

dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan

dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam

kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran

dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan.

Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam

penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan

mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan

pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Selain itu tenaga kependidikan harus

mempunyai kompetensi yang harus wajib ada. Hal ini terdapat pada pasal 10 ayat

(1) Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan

bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”. Di dalam isi pasal

tersebut dapat dimaknai bahwa pendidik atau tenaga kependidikan sebagai

komponen yang penting dalam pembelajaran harus memiliki empat kompetensi

tersebut. Kompetensi profesional merupakan kemampuan seorang tenaga pendidik

dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam standar Standar Nasional Pendidikan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang erat

hubungannya dengan materi pembelajaran. Maka dari itu muncullah sebuah

tuntutan kepada pendidik untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu sesuai

dengan bidang yang mereka tekuni agar tercapai sebuah keprofesionalan.

Pencapaian keprofesionalan tersebut perlu dipahami adanya standar

kompetensi guru. Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan

atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku

layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,

kualifikasi dan jenjang pendidikan.

Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen

(19)

Pertama, komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yanng mencakup: 1. penyusuan perencanaan pembelajaran, 2. pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3. penilaian prestasi belajar pesrta didik, 4. pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensi pengembangan potensi yang diorientasikan pada pengembangan profesi. Ketiga, komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencakup: 1. pemahaman wawasan kependidikan, 2. penguasaan bahan kajian akademik. (Depdiknas dalam Abdul Majid 2008: 6)

Berkembangnya keilmuan juga harus diikuti oleh perkembangan materi

yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Adjat Sudrajat (2009: http: //natalegawa.

com) menyatakan bahwa, ”Perkembangan materi atau bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum’’. Artinya bahan belajar yang akan kita

kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikulum tingkat satuan

pendidikan, standar kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun

bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan

sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru

dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri.

Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi

sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan

ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer

adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun

memperdalam isi kurikulum.

Abdullah Idi (2007: 198) menyatakan bahwa: "Beberapa penulis

berpendapat bahwa isi yang diseleksi harus memberikan orientasi yang paling

berguna bagi dunia disekeliling kita. Dengan kata lain, isi tersebut harus

konsisten dengan realitas sosial’’.

Masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar pada

materi sistem hukum dan peradilan nasional adalah guru memberikan bahan ajar

atau materi pembelajaran tersebut terkadang terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu

mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi

bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.

Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti

(20)

commit to user

Melihat pada kenyataan yang ada, bahwa masih adanya materi yang tidak

sesuai dengan prinsip-prinsip bahan ajar di SMA Negeri 6 Surakarta ternyata

didukung oleh beberapa penemuan studi di SMA dan SMP. Hal ini ditunjukkan

pada hasil skripsi oleh Susilo Tri Widodo (2007: 115) memberikan beberapa

kesimpulan dari hasil penelitiannya tentang analisis materi kewarganegaraan di

SMA yang menyatakan bahwa “Materi kewarganegaraan yang ada di SMA

Negeri 8 Surakarta untuk standar kompetensi Bangsa dan Negara dan Nilai,

Norma, dan hukum belum sepenuhnya memenuhi prinsip relevansi, ketepatan dan

konsistensi”.

Selain temuan di atas, hal ini ditunjukkan juga pada hasil skripsi oleh

Wahyudi (2008: 101) memberikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya

tentang analisis materi kewarganegaraan di SMP yang menyatakan bahwa :

Faktor yang mempengaruhi relevansi materi kewarganegaraan di SMP N 16 Surakarta untuk standar kompetensi Norma dalam Masyarakat dan Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama ada beberapa yang mempengaruhinya, yakni kurikulum yang ada di sekolah dan kemampuan guru dalam penyampaian materi pembelajaran.

Dengan adanya temuan mengenai studi analisis materi Kewarganegaraan

yang lebih memfokuskan prinsip relevansi sehingga dimungkinkan sudah

banyaknya buku yang telah relevan. Kemudian didukung pernyataan yang harus

mementingkan prinsip konsistensi maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berkenaan dengan materi Kewarganegaraan khususnya pada

materi sistem hukum dan peradilan nasional dengan prinsip bahan ajar konsistensi

dan kecukupan pada buku teks kelas X yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini peneliti

mengajukan beberapa perumusan masalah, dengan harapan agar lebih

memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun beberapa perumusan

masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan

(21)

2. Bagaimana prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan

nasional di dalam buku teks Pendidikan kewarganegaraan kelas X

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah jawaban terhadap permasalahan yang dikaji

dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan

peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.

2. Untuk mengetahui prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan

peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, dapat diambil manfaat baik secara teoritis maupun

praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan perbaikan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di

dalam buku teks pendidikan kewarganegaraan kelas X.

b. Memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu yang bersangkutan dalam upaya

mengembangkan prinsip bahan ajar konsistensi dan kecukupan pada buku

teks pendidikan kewarganegaraan kelas X.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

1) Untuk menambah pengetahuan dan memperdalam kajian terhadap

materi-materi kewarganegaraan sehingga di dalam penyampaian materi-materi nantinya

tidak terdapat perluasan materi.

2) Hasil penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi Pendidikan

Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas Keguruan

(22)

commit to user

b. Bagi Pendidik

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu bagi

pendidik yang mengampu mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

dalam perbaikan materi yang diajarkan.

2) Hasil penelitian ini digunakan sebagai evaluasi bagi guru atau pendidik

terhadap perbaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa-siswinya.

c. Bagi Pembaca

1) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang

akan mengadakan penelitian lebih lanjut terutama yang berhubungan

studi analisis materi kewarganegaraan di Sekolah

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk kajian

(23)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prinsip Bahan Ajar Konsistensi dan Kecukupan

a. Pengertian Bahan Ajar

Menurut National Center for Vocational Education Research

Ltd/National Center for Competency Based Training menyatakan bahwa: Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.( Abdul Majid, 2008: 174).

Menurut Kemp dalam Abdul Gafur (1982: 86) menjelaskan bahwa

bahan ajar adalah ”Materi pelajaran dalam hubungannya dengan proses

penyusunan disain instruksioanal merupakan gabungan antara pengetahuan

(fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah,

prosedur, keadaan dan syarat-syarat) dan faktor sikap”.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 132) menyatakan bahwa:

Bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri. Isi kurikulum senantiasa mengacu ke usaha pencapaian tujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang studi. Bahan pengajaran itu sendiri adalah sebagai rincian dari pada pokok-pokok bahasan dan subpokok-subpokok bahasan dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) atau kurikulum bidang studi bersangkutan.

Menurut Sulikin (2009: http ://blog.unnes.ac.id) menyatakan bahwa:

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Sejalan dengan berbagai aspek standar kompetensi, materi

pembelajaran dalam bahan ajar juga dapat dibedakan menjadi jenis materi

(24)

commit to user

Pendapat lain diungkapkan oleh Reigeluht (dalam Degeng 1987:

295) nenyatakan bahwa ”Materi pembelajaran aspek kognitif secara

terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan

prosedur”. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama

tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen

suatu benda, dan lain sebagainya. Materi jenis konsep berupa pengertian,

definisi, hakekat inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat,

adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah

mengerjakan sesuatu secara urut.

Menurut Bloom, dkk (dalam Aunurrahman, 2009: 49) ”Materi

pembelajaran aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: 1)

pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5) sintesis, 6)

evaluasi”, sedangkan menurut Krathwohl dan Bloom dkk (dalam

Aunurrahman, 2009: 51) menyatakan bahwa ”Materi pembelajaran aspek

afektif terdiri dari lima jenis perilaku, yaitu: 1) penerimaan, 2) partisipasi, 3)

penilaian dan penentuan sikap, 4) organisasi, 5) pembentukan pola hidup”.

Menurut Simpson (dalam Aunurrahman , 2009: 53) menyatakan

bahwa ”Materi pembelajaran aspek psikomotorik terdiri dari tujuh jenis

perilaku, yaitu: 1) persepsi, 2) kesiapan, 3) gerakan terbimbing, 4) gerakan

terbiasa, 5) gerakan komplek, 6) penyesuaian, 7) kreativitas”.

Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga

secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan

terpadu. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan

bagian yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati

kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan

dengan ketercapaian tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan

belajar mengajar.

a. Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian yang paling penting dalam proses

(25)

dapat dijadikan sebagai penentu keberhasilan belajar mengajar. Hal ini

dipertegas dengan pendapat Basuki Wibawa (2001: 12) menyatakan bahwa:

Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

Menurut pendapat Sadiman,dkk (1996: 19) menyatakan bahwa,

”media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem

instruksional dan macam-macam pengelompokan media terdiri dari media

grafis, media audio dan media proyeksi diam”.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa media atau bahan sebagai

sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping

pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat

lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya

disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau

perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat

menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.Macam-macam

pengelompokan media:

1. Media grafis, antara lain: gambar / foto, sketsa, diagram, bagan / chart,

grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel / flanel board, papan

buletin / bulletin board.

2. Media Audio, antara lain: radio, alat perekam pita magnetic,

laboratorium bahasa.

3. Media proyeksi diam, antara lain: film bingkai (slide), film rangkaian

(film strip), overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope, microprojection dengan mikrofilm.

Menurut Abdul Majid (2008: 174) bentuk bahan ajar paling tidak

dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: “bahan cetak, bahan ajar dengar,

(26)

commit to user

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja

siswa, brosur, leafleat, wallchart, foto/gambar, model/maket.

2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan, hitam, dan

compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material ) seperti compact

disk interaktif.

b. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Perumusan pemilihan bahan ajar diwujudkan dalam bentuk standar

kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi

standar materi atau standar isi dan standar pencapaian. Standar materi

berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus

dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan

yang harus ditampilkan siswa. Setelah pokok-pokok materi pembelajaran

ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran

dapat berisikan butir-butir materi penting yang harus dipelajari siswa atau

dalam bentuk. Urutan perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut.

Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih

setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya .

Menurut Aunurrahman (2009: 79) prinsip pemilihan bahan ajar,

yaitu: ”Prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajarn hendaknya

relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang

diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi

pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2) Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus

(27)

harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa adalah mendeskripsikan pengertian, menganalisis peranan,

menunjukkan sikap, menganalisis upaya, maka materi yang harus

diajarkan sesuai dengan kompetensi dasar tersebut.

3) Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang

diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu

banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan

membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya.

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan

harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang

benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mimin Haryati (2007:

9) bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok

dan uraian materi pokok antara lain :

1) Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

2) Prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi.

3) Prinsip adekuasi, yaitu adanya kecakupan materi ajar yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan.

Uraian diatas dapat peneliti simpulkan selain memperhatikan jenis

materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip relevansi, prinsip

konsistensi, dan prinsip kecukupan yang perlu digunakan dalam menentukan

cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman

materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak

materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,

sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep

(28)

commit to user

Adanya temuan yang mengkaji mengenai prinsip relevansi sehingga

dimungkinkan telah dihasilkan buku yang relevan. Maka juga perlu diadakan

pengkajian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan pada bahan

ajar agar dapat menghasilkan materi ajar yang sesuai dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar.

Mengkaji bahan ajar yang sesuai dengan prinsip konsistensi dan

prinsip kecukupan perlu digunakan sebuah teori Elaborasi dalam

mengorganisasikan materi pembelajaran, karena teori ini mengatur

pembelajaran dengan suatu cara untuk memudahkan pengendalian siswa serta

dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih nyata dan

bermakna.

c. Ukuran (Indikator) Prinsip Bahan Ajar Konsistensi Dan Kecukupan

Mengukur prinsip bahan ajar, baik konsistensi maupun prinsip

kecukupan terdapat indikator-indikator yang berpatokan pada Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Ukuran (indikator) prinsip bahan ajar

konsistensi adalah:

1) Cakupan materi, memuat sebagai berikut:

(a) Kelengkapan ruang lingkup materi (memuat pengetahuan, sikap, dan

keterampilan civic)

(b) Keluasan materi

(c) Kedalaman materi

(d) Relevansi/keterkaitan dengan nilai-nilai pancasila

(e) Mengembangkan wawasan global

(f) Mengembangkan wawasan demokrasi

(g) Mengembangkan wawasan kebhinnekaan

(h) Mendorong pengembangan pengetahuan kewarganegaraan

(i) Mendorong pengembangan kecakapan kewarganegaraan

(j) Mendorong pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan

(k) Menyadarkan pentingnya hak asasi manusia (HAM)

(l) Menyadarkan pentingnya kepastian dalam hokum (rule of law)

(29)

(n) Menyadarkan pentingnya sikap positif terhadap konstitusi Negara.

2) Keakuratan materi, terdiri dari:

(a) Kebenaran fakta

(b) Kebenaran konsep

(c) Kebenaran teori

(d) Kebenaran hokum/prinsip

(e) Kebenaran prosedur

(f) Ketepatan nilai

Sedangkan ukuran (indikator) prinsip bahan ajar kecukupan adalah:

1) Teknik Penyajian, meliputi:

(a) Sistematika sajian tiap bab utuh/lengkap

(b) Kelogisan sajian materi

(c) Keruntutan sajian konsep

(d) Keseimbangan sajian materi (subtansi) antar bab dan antar subbab

2) Penyajian pesan pembelajaran, meliputi:

(a) Menggunakan alat pemusat perhatian

(b) Menerapkan prinsip perulangan repetisi

(c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik

(d) Berpusat pada peserta didik

(e) Merangsang berfikir kritis, kreatif, dan inovatif

(f) Penyajian bersifat komunikatif dan interaktif

(g) Sajian atau pembahasan tidak bias gender

(h) Membatasi materi yang tidak relevan

Pada uraian diatas dapat dilihat bahwa penentuan kategori prinsip

kecukupan dan prinsip konsistensi terdiri dari beberapa indikator, dimana pada

setiap indikatornya guru dan ahli harus menilai berdasarkan sudut pandang

mereka apakah buku teks yang mereka nilai sangat sesuai atau sesuai atau cukup

sesuai atau kurang sesuai dengan ukran yang diharapkan.

Sangat sesuai diberikan nilai 4, berarti indikator yang di harapkan

(30)

commit to user

Sesuai diberikan nilai 3, berarti indikator yang diharapkan ada meskipun

tidak sangat sesuai.

Cukup sesuai diberikan nilai 2, berarti indikator yang diharapkan masih

ada yang kurang, sehingga cenderung satu indikator menutupi indikator yang lain.

Kurang sesuai diberikan nilai 1, berarti indikator yang diharapkan pada

masih banyak yang belum tercapai dengan kata lain buku teks tersebut hanya

menerangkan kulit luarnya saja tanpa ada pendalaman dan penguasaan seluruh

materi yang diajarkan.

Prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar pada materi sistem

hukum dan peradilan nasional di dalam instrument penilaian Badan Standar

Penilaian Nasional merupakan penilaian tahap ke II dengan kategori penilaian

sebagai berikut:

1) Lolos. Buku teks pelajaran dinyatakan lolos penilaian seleksi tahap ke II

berdasarkan profil hasil penilaian dari seluruh empat komponen penilaian

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor komposit minimal

2,75 pada setiap subkomponen.

b) Komponen kebahasan, penyajian, dan kegrafikan, mempunyai

rata-rata skor komposit lebih besar dari 2,50 pada setiap sub komponen.

2) Lolos dengan perbaikan. Buku teks pelajaran dinyatakan lolos dengan

perbaikan, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: komponen

kebahasan, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor

komposit kurang dari atau sama dengan 2,50 dengan presentase kurang

dari 30% pada setiap sub komponen.

3) Tidak Lolos. Buku teks pelajaran dinyatakan tidak lolos apabila

subkomponen mempunyai rata-rata skor 1 dari salah satu penilai pada

semua komponen.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penarikan kategori berasal dari

rata-rata tiap indikator, sehingga penentuan lolos, lolos dengan perbaikan ataupun

(31)

dari penilaian guru dan ahli terhadap tiap indikator berdasarkan sudut pandang

mereka dari ukuran-ukuran buku paket tersebut.

d. Teori Elaborasi dalam Mengorganisasikan Materi Pembelajaran

Teori elaborasi berkaitan dengan cara mengorganisasikan

pembelajaran pada tingkat struktur isinya, yang berkaitan dengan cara

memilih, menata dan menunjukkan saling hubungan materi pembelajaran.

Menurut Degeng (1988: 296) menyatakan bahwa :

Teori elaborasi mendeskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum-ke-rinci. Urutan umum-ke-rinci dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari), kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.

Menurut Reigeluth dan Stein (dalam Degeng, 1988: 296) ada 7

komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi adalah sebagai

berikut: ”1) urutan elaboratif, 2) urutan prasyarat belajar, 3) rangkuman, 4)

sintesis, 5) analogi, 6) pengaktif strategi kognitif, 7) kontrol belajar”.

Menurut E. Mulyasa (2007: 150) ”Tujuan teori elaborasi adalah

untuk mengintegrasikan pengetahuan baru tentang pembelajaran dan

componen display theory (CDT), teori ini hanya berhubungan dengan domain kognitif , tetapi telah mencakup banyak komponen strategi motivasi”. Teori

elaborasi mengatur pembelajaran dengan suatu cara untuk memudahkan

pengendalian mahapeserta didik, tetapi pada tingkat makro hal ini berarti

pengendalian terhadap pemilihan dan pengurutan sebagaimana sistesis dan

reviu. Urutan dari sederhana ke kompleks memungkinkan mahapeserta didik

membuat keputusan mengenai gagasan-gagasannya.

Teori elaborasi dapat digunakan untuk mengorganisasikan

pembelajaran mulai dari yang berisi satu materi standar sampai kepada

serangkaian kompetensi dalam kurikulum. Karena kekuatan teori ini pada

penyususnan dan penataan materi pembelajaran, maka makin banyak

bagian-bagian materi pembelajaran yang dapat diorganisasikan akan memberikan

(32)

commit to user

e. Urutan Elaborasi Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi pelajaran yang

harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar yang akan

dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan

indikator pencapaian belajar. Materi pembelajaran atau pokok-pokok materi

tersebut perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan

kegiatan pembelajaran.

M. Joko Susilo (2006:123) menyatakan bahwa:

Yang harus diperhatikan dalam merinci atau menguraikan materi pelajaran adalah menentukan jenis materi pembelajaran. Terdapat dua jenis klasifikasi materi pembelajaran. Pertama, klasifikasi materi pelajaran menjadi pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, yang berisi informasi, konsep, generalisasi, fakta dan lain sebagainya. Kedua, klasifikasi materi pelajaran yang dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.”

Menurut E. Mulyasa (2007: 153) menyatakan bahwa: ”Pada

pokoknya teori elaborasi memiliki tiga macam urutan penataan pembelajaran,

berdasarkan konsep, prinsip, dan prosedur”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, penataan

elaborasi berdasarkan konsep, hal ini dilakukan bila materi pokok

pembelajaran ditujukan untuk mengetahui konsep-konsep dari pembelajaran

yang diberikan. Langkah pertama adalah memilih semua konsep yang akan

diajarkan, kemudian merancang urutan materi berdasarkan konsep yang paling

umum, paling mudah dan paling dikenal oleh peserta didik, yang selanjutnya

dikenal sebagai epitome. Tahapan elaborasi menjabarkan konsep-konsep lain

yang lebih rinci dan bermakna. Kedua, penataan elaborasi berdasarkan prinsip,

jika tujuan utama pembelajaran untuk mengetahui prinsip-prinsip, maka

patokan urutan elaborasi menggunakan acuan prinsip-prinsip yang akan

diajarkan. Setelah semua prinsip dipelajari dan dipilih sesuai dengan tujuan

pembelajaran, ditetapkan prinsip-prinsip yang paling penting sebagai epitome.

Selanjutnya elaborasi menguraikan lebih rinci prinsip-prinsip lain sesuai

aturan yang disyaratkan. Ketiga, penataan elaborasi berdasarkan prosedur,

(33)

prosedur-prosedur. Hal ini dipilih dari semua prosedur yang akan diajarkan,

yang paling dekat dengan kompetensi dasar, paling umum dan paling

sederhana, sebagai epitome. Selanjutnya elaborasi dilakukan berdasarkan

upaya menjabarkan prosedur-prosedur lain secara lebih rinci.

Seperti telah dikemukakan, umumnya materi pembelajaran terdiri

dari gabungan konsep, prinsip, dan prosedur, bahkan juga seperangkat fakta.

Pada pelaksanaan elaborasi, bergantung pada materi yang paling dominan,

penataan urutan yang didasarkan pada hanya satu diantara tiga materi

pembelajaran tersebut. Dengan demikian, materi pembelajaran lain menjadi

struktur pendukung dan melengkapi pokok penetaan yang dikembangkan.

Materi pembelajaran pendukung harus diletakkan sedekat mungkin

dengan materi pembelajaran pokok yang menjadi patokan dalam penataan.

Misalnya, jika pada elaborasi berdasarkan prosedur yang diperlukan materi

pembelajaran konsep dan prinsip, maka konsep dan prinsip disajikan pada

tahapan elaborasi prosedur tersebut.

f. Langkah-Langkah Pengajaran Yang Diorganisasi Dengan Model

Elaborasi

Menurut I Nyoman Sudana Degeng (1988: 307) ”Terdapat 7 langkah

pengajaran yang diorganisasi dengan model elaborasi”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Penyajian kerangka isi. Pengajaran dimulai dengan menyajikan kerangka

isi: struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang

studi

2) Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi

tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang

terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan

pensistesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja

diajarkan (pensisntesis sederhana)

3) Pemberian rangkuman dan sistesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap

pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensitesis eksternal.

(34)

konstruk-commit to user

konstruk yang diajarkan dalam elaborasi dan pensitesis eksternal

menunjukkan, a) hubungan-hubungan penting yang ada antar bagian yang

telah dielaborasi, b) hubungan antara bagian-bagian yang telah

dielaborasi dengan kerangka isi.

4) Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan

diintegrasikan dengan kerangka isi, pengajaran diteruskan ke elaborasi

tahap kedua yang mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama

dengan maksud membawa si belajar pada tingkat kedalaman sebgaimana

ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Seperti halnya dalam elaborasi tahap

pertama, setiap elaborasi tahap kedua disertai rangkuman dan pensitesis

internal.

5) Pemberian rangkuman dan sistesis ekternal. Pada akhir elaborasi tahap

kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada elaborasi

tahap pertama.

6) Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan dan

diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang

kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan

tingkat kedalaman yang diterapkan oleh tujuan pengajaran.

7) Pada tahap akhir pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk

mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.

g. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah

Buku teks pelajaran sebagai sumber informasi seyogjanya memiliki

kualitas yang baik, yang memenuhi kriteria standar tertentu. Seperti yang

ditegaskan dalam Peraturan Menteri Nomor 11 Pasal 3 ayat (1) yang

menyatakan bahwa “Buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang

digunakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah dipilih dari buku-buku

teks pelajaran yang telah ditetapkan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi

penilaian kelayakan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)”.

Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan bagi sebuah buku yang

(35)

menurut BSNP (2009: http://www.bsnp-indonesia.org) yakni “Strategi

pengolahan informasi, tingkat perkembangan psikologi peserta didik, dan

proses belajar aktif”.

Hal tersebut dapat dijelaskana sebagai berikut:

1) Strategi pengolahan informasi

Sebuah buku yang baik harus mampu membangkitkan minat dan perhatian

anak (atensi) untuk membaca teks bacaan. Hal ini diperlukan agar

informasi mampu diserap sebagai rangsangan. Namun segala sesuatu yang

diserap ini baru bisa berarti (meaningful) dan diingat bila informasi

(tulisan) diolah dalam ingatan jangka panjang, misalnya dikategorisasikan,

diberi makna, dan bisa dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki

sebelumnya (prior knowledge). Informasi yang disimpan dengan organisasi

yang baik akan membentuk jaringan pengetahuan yang saling terjalin, tidak

sekedar merupakan ingatan asosiatif belaka. Berarti sebuah buku harus

tampil dalam“wajah” yang keterbacaannya tinggi, menarik minat dan

memikat. Selain itu isi bahasannya harus dapat mengoptimalkan tingkat

berolah pikir peserta didik, misalnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, pemecahan masalah, pemberian contoh-contoh konkret,

eksperimen, dan penelusuran proses dari pengalamannya.

2) Tingkat Perkembangan Psikososial Peserta Didik

Kesanggupan untuk menerima dan mengolah informasi secara optimal

dipengaruhi oleh tingkat perkembangan psikososial seseorang. Artinya

penyajian yang baik, bahasa yang baik (readable) saja belum menjamin

materi yang disajikan dapat mengoptimalkan proses belajar. Untuk itu,

diperlukan kesadaran tentang pentingnya ciri-ciri kematangan kognitif dan

sosial emosional pembaca yang akan menjadi sasaran buku pembelajaran.

Misalnya, kemampuan kebahasaan seseorang,keakraban bahasan, tingkat

kesulitan konsep yang di bahas, menghargai keberagaman, dan kesesuaian

konteks.

3) Proses Belajar Aktif Belajar secara bermakna akan mudah terjadi apabila

(36)

commit to user

Melalui keterlibatan tersebut dapat terjalin komunikasi interaktif yang

diperlukan bagi terpeliharanya suasana belajar, dan diperolehnya umpan

balik yang diperlukan untuk memacu pembelajaran yang berkelanjutan.

Melalui perolehan umpan balik, khususnya yang positif, akan menimbulkan

rasa puas yang berfungsi sebagai rewards bagi diri peserta didik, yang pada

akhirnya akan membangkitkan motivasi dari dalam diri sendiri untuk

menyukai belajar (internal motivation). Dengan demikian, penyajian

sebuah buku hendaknya memuat contoh-contoh yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari, yang merangsang peserta didik untuk

mencoba/mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya, agar peserta

didik memiliki peluang untuk menjadi kreatif dan inovatif. Melalui

penyajian seperti tersebut di atas, lebih lanjut pada diri peserta didik dapat

terbentuk transfer of learning, dari segala sesuatu yang dipelajari dari buku

ke dalam kehidupan nyata sehari-hari.

2. Bahan Ajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah

Dalam mengembangkan bahan ajar harus memiilih jenis materi yang

sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Jumlah atau ruang

lingkup yang cukup memadai harus diperhatikan sehingga mempermudah

siswa dalam mencapai standar kompetensi.

Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi

yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi

apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan

lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi

yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara

mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah

(37)

kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi

jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya.

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi

pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan

pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui

apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur,

aspek sikap, atau psikomotorik. Menurut Abdul Gafur (1982: 87) ”Terdapat 6

pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat

nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya”

maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah”fakta”. Contoh:

Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ

tubuh manusia.

2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan

untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,

mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai

dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang

diajarkan adalah ”konsep”. Contoh:Seorang guru menunjukkan beberapa

tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau

mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan

mana yang berakar tunggang.

3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan

atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat

sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.

Contoh: Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan

masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan;

cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara

(38)

commit to user

4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan

hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara

berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi

pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori ”prinsip”.

Contoh: Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu

barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan

penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi

panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.

5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih

berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak

suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran

yang harus diajarkan berupa aspek afektif,sikap,atau nilai. Contoh: Ali

memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk

sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan

lalulintas.

6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan

perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran

yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran

lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter.

Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Permendiknas No. 23 Tahun 2006, Mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiata bermasyrakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

(39)

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pendapat lain diungkapkan oleh David Kerr (1999: http://

www/imca.org.uk), yaitu ”Citizenship education is a process to encompas the

preparation of young people for their roles and responsibilities as citizen and particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning) in that prepatory process”. Artinya bahwa kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan ditafsirkan secara luas untuk mencakup persiapan orang

muda untuk mereka dalam peran tanggungjawabnya sebagai warga negara dan

khususnya peranan pendidikan (melalui pendidikan, pengajaran dan belajar)

dalam proses persiapan.

Berdasarkan tujuan PKn (Civic Education) di atas perlu adanya

penguasaan sejumlah kompetensi kewarganegaraan. Dari sejumlah

kompetensi yang diperlukan, yang terpenting adalah penguasaan terhadap

pengetahuan dan pemahaman tertentu, pengembangan kemampuan intelektual

dan partisipatoris, pengembangan karakter dan sikap mental tertentu, dan

komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi

konstitusional. ”Berdasarkan kompetensi yang diperlukan, terdapat tiga

komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge,

civic skills, dan civic dispositions”. (Dasim Budimansyah, 2007: 55).

Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Komponen

pertama ini harus diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yang

secara terus menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn. Civic Skill

(Kecakapan Kewarganegaraan) jika warganegara mempraktekkan

hak-haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai anggota

masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan

dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana

diuraikan di muka, namun mereka pun perlu memiliki kecakapan-kecakapan

(40)

commit to user

kewarganegaraan sekalipun dapat dibedakan namun satu sama lain tidak

sama tidak dapat dipisahkan. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik

tertentu, misalnya, seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu,

sejarahnya, relevansinya dimasa kini, juga serangkaian alat intelektual atau

pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan isu itu. Kecakapan-kecakapan

intelektual yang penting untuk seorang warganegara yang berpengetahuan,

efektif, dan bertanggungjawab, disebut sebagai kemampuan berpikir kritis.

Kecakapan intelektual lain yang dipupuk oleh civic education yang bermutu

adalah kemampuan mendeskripsikan. Kemampuan untuk mendeskripsikan

fungsi-fungsi dan proses-proses seperti sistem cheks and balance atau

judicial review menunjukkan adanya pemahaman. Melihat dengan jelas dan mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan seperti berpartisipasi dalam

kehidupan kewarganegaraan , imigrasi, atau pekerjaan, membantu warga

negara untuk selalu menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang

sedang aktual dalam pola jangka waktu yang lama.

Disamping mensyaratkan pengetahuan dan kemampuan intelektual,

pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis harus difokuskan

pada kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan untuk partisipasi yang

bertanggungjawab , efektif, dan ilmiah, dalam proses politik dan dalam civil

society. Kecakapan-kecakapan tersebut jika meminjam istilah Branson dapat dikategorikan sebagai interacting, monitoring, and influencing. Civic

disposition (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan pengembangan

demokrasi konstitusional. Karakter privat seperti tanggung jawabmoral,

disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari

setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting.

Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main

(rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi,

dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi

(41)

Pentingnya watak kewarganegaraan ini jarang sekali ditegaskan.

Karakter publik dan privat yang mendasari demokrasi , dalam jangka panjang,

mungkin lebih merupakan dampak dari pengetahuan atau kecakapan yang

dikuasi oleh negara.

Menurut Facrul Razi (2009: http://blogs.myspace.com) menyatakan bahwa:

Civic education dapat memberikan nilai-nilai demokrasi dengan tujuan : Pertama, Dapat memberikan sebuah gambaran mengenai hak dan kewajiban warga negara sebagai bagian dari integral suatu bangsa dalam upaya mendukung terealisasinya proses transisi menuju demokrasi, dengan mengembangkan wacana demokrasi, penegakan HAM dan civil society dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, Menjadikan warga negara yang baik (good citizen) menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan semangat demokrasi keadaban, egaliter serta menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Ketiga, Meningkatkan daya kritis masyarakat sipil. Keempat, Menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat sipil secara aktif dalam setipa kegiatan yang menunjang demokratisasi, penegakan HAM dan perwujudan civil society.

Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan menurut

Permendiknas N0. 23 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek ”(1)persatuan dan

kesatuan; (2)norma, hukum dan peraturan; (3)hak asasi manusia; (4)kebutuhan

warga negara; (5)konstitusi negara; (6)kekuasaan dan politik; (7)Pancasila;

(8)globallisasi”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah

pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi

dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku dimasyarakat,

Peraturan-peratuaran daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan

(42)

commit to user

3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan Internasional

HAM, Pemajuan, penghoramatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dan konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,

Pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, Demokrasi dan sitem

politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem Pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisas, Dampak globalisasi, Hubungan Internasional

dan organisasi Internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

c. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Permendiknas No. 23 tahun 2006 Standar Kompetensi

Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas sebagai

berikut:

1) Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Repubilik Indonesia

2) Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi

3) Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri

(43)

5) Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia

6) Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional

7) Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

8) Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan internasional, regional, dan kerja sama global lainnya

9) Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.

d. Analisis Penyusunan Bahan Ajar

Analisis penyusunan bahan ajar memiliki alur tersendiri. Berikut ini

salah satu contoh alur dalam analisis penyusunan bahan ajar menurut

[image:43.612.133.511.107.467.2]

Depdiknas (2007: 7):

Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar

3. Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

a. Tinjauan tentang Sistem Hukum

Menurut Lili Rasjidi, dan I.B. Wyasa Putra dalam Ishaq (2008: 181)

yaitu:

Satu kesatuan sistem yang tersusun atas integritas sebagai komponen sistem hukum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait, bergantung, mempengaruhi, bergerak dalam kesatuan proses, yakni proses sistem hukum untuk mewujudkan tujuan hukum.

Pedapat lain tentang sistem hukum diungkapkan oleh Sudikno

Mertokusumo dalam Ishaq (2008: 182), bahwa ” sistem hukum itu merupakan Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Pembelajaran Kegiatan

(44)

commit to user

tatanan, suatu kesatuan yang utuh terdiri atas bagian- bagian atau unsur-unsur

yang saling berkaitan erat satu sama lain”.

Menurut Lawrence M. Friedman, ” sistem hukum itu terdiri atas

struktur, substansi, dan budaya hukum”.

Menurut Marwan Mas (2004: 105), menjelaskan bahwa ” sistem

hukum adalah susunan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari sejumlah

bagian yang dinamakan subsistem hukum, yang secara bersama-sama

mewujudkan kesatuan yang utuh”.

Uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa sistem hukum

merupakan satu kesatuam yang utuh dan saling berkaitan untuk mencapai

tujuan hukum.

Unsur-unsur atau komponen sistem hukum menurut Lili Rasjidi dan

I.B. Wyasa Putra dalam Ishaq (2008: 182-183), yaitu: ”masyarakat hukum,

budaya hukum, filsafat hukum, ilmu pendidikan hukum, konsep hukum,

pembentukan hukum, bentuk hukum, penerapan hukum, dan evaluasi hukum”.

Hal tersebut dapat dijelasskan sebagai berikut:

1) Masyarakat hukum, merupakan himpunan kelompok kesatuan hukum, baik individu ataupun kelompok yang strukturnya ditentukan oleh tipenya

masing-masing (sederhana, negara, atau masyarakat internasional).

2) Budaya hukum, merupakan pemikiran manusia dalam usahanya mengatur kehidupannya; dikenal tiga budaya hukum masyarakat hukum, yaitu

budaya hukum tertulis, tidak tertulis, kombinatif.

3) Filsafat hukum, merupakan formulasi nilai tentang cara mengatur kehidupan manusia; dapat bersifat umum (universal), dapat bersifat

khusus(milik suatu masyarakat hukum terte ntu).

4) Ilmu pendidikan hukum, merupakan media komunikasi antara teori dan praktik hukum; juga merupakan media pengembangan teori-teori hukum,

desain-desain, dan for mula-formula hukum praktis (konsep hukum).

5) Konsep Hukum, merupakan formulasi kebijaksanaan hukum yang ditetapkan oleh suatu masyarakat hukum; berisi tentang budaya hukum,

(45)

pembentukan , penetapan, pengembangan, dan pembangunan hukum

yang hendak dilaksananakannya.

6) Pembentukan hukum, merupakan bagian proses hukum yang meliputi lembaga-aparatur- dan sarana pembentukan hukum; menurut konsep

hukum yang telah ditetapkan; termasuk prosedur-prosedur yang harus

dilaluinya.

7) Bentuk hukum; merupakan hasil proses pembentukan hukum; dapat berupa peraturan perundang-undangan(jika pembentukannya melalui

legislatif, atau lembaga-lembaga negara yang melaksanakan fungdi

legislatif), dapat berupa keputusan hakim (jika hakim diberi kewe nangan

untuk itu).

8) Penerapan hukum, merupakan proses kelanjutan dari proses pembentukan hukum ; meliputi lembaga, aparatur, saran, dan prosedur

penerapan hukum.

9) Evaluasi hukum; merupakan proses pengujian kesesuaian antara hukum yang berbentuk dengan konsep yang telah ditetapkan sebelumnya, dan

pengujian kesesuaian antara hasil penerapan hukum dengan

undang-undang dan tujuan hukum yang telah ditetapkan sebelumnyadalam

konsep ataupun dalam peraturan perundangan.

Hukum dapat dibagi dalam sebuah jenis-jenis hukum sebagai

berikut, menurut Chainur Arrasjid (2004 : 96) hukum berdasarkan sumbernya

dapat dibagi dalam :

1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

2) Hukum kebiasaan (adat), yaitu hukum yang dijumpai dalam suatu ketentuan-ketentuan kebiasaan atau ketentuan adat-istiadat yang diyakini atau ditaati oleh anggota dan para penguasa masyrakat.

3) Hukum traktat, yaitu hukum yang diadakan oleh negara-negara berdasarkan sutau perjanjian.

4) Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk oleh keputusan hakim.

(46)

commit to user

Menurut Sri Haryati (1997: 29-31) menyatakan bahwa, ”Hukum

dapat dibagi menurut bentuknya, menurut tempat berlakunya, menurut cara

mempertahankannya, menurut sifatnya, serta menurut isinya”.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :

1) Hukum tertulis, hukum ini dapat pula merupakan hukum tertulis yang

dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan.

2) Hukum tak tertulis

Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.

2) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum

dalam dunia internasional.

3) Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.

4) Hukum gereja, yaitu kumpulan norma ditetapkan oleh gereja untuk para

anggota-anggotanya (hukum kamonik).

Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Ius constitutum (hukum positif), yaitu hokum yang berlaku sekarang bagi

suatu masyarakat tertentu dalam suatu negara tertentu.

2) Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang

akan datang.

3) Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana

dalam waktu dan untuk segala bangsa didunia. Hukum ini tidak mengenal

batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap

siapapun juga diseluruh tempat.

Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang

mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang

berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh: Hukum pidana

(47)

2) Hukum formal (Hukum proses atau Hukum acara), yaitu hukum yang

memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara

melakasanakan dan mempertahankan hukum material atau

peraturan-paraturan yang mengatur bagaimana caranya mengajukan suatu perkara

pidana ke muka pangadilan dan bagaimana cara hakim memberikan

keputusan. Contoh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun

juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.

2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila

pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan-peraturan sendiri

dalam suatu perjanjian.

Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umu dan

tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut

peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum antara dua orang

atau lebih.

2) Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan

berlaku terhadap seorang tertentu atua lebih. Hukum Subyektif sering

disebut dengan hak.

Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam:

1) Hukum privat atau hukum sipil, yaitu hukum yang mengatur

hubungan-hubungan antara orang-oarang yang satu dengan orang yang lain, dengan

menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.

2) Hukum publik atau hukum negara, yaitu hukum yang mengatur hubungan

antar negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara

dengan perseorangan (warga negara).

Sumber hukum merupakan suatu tempat dimana dapat ditemukannya

dan digalinya suatu hukum. Menurut Chainur Arrasjid (2004 : 48-82)

apabila diklasifikasika

Gambar

Tabel 1.  Waktu dan Kegiatan Penelitian .........................................................
Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar .........................................
grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel / flanel board, papan
Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep visual yang digunakan dalam perancangan buku informasi mengenai prinsip dasar menyerang dan bertahan sepak bola modern untuk pembinaan usia dini tim

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan materi dan penyajian buku teks pelajaran matematika SMP kelas VII terbitan Erlangga yang digunakan dalam kegiatan belajar

Kata kunci : Kesalaban Konsep dan Prinsip Dasar, Klasifikasi Tumbuban, Buku Teks Biologi SLTP Kelas I, GBPP

Uji pakar menghasilkan temuan bahwa prototipe buku teks harus menegaskan empat hal meliputi: (1) tujuan menulis buku teks pandidikan tari-drama SD berbasis pendidikan karakter

Tujuan umum dalam penelitian pengembangan ini adalah meng- hasilkan produk buku bahan ajar bahasa Indonesia teks cerita inspiratif (fiksi dan nonfiksi) yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh isi skripsi dengan judul “Analisis Bahan Ajar Hasil Terjemahan Buku Teks Chemistry Pokok Bahasan Materi dan Energi”

sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan pada silabus. Hal ini dibuktikan dengan masih terdapat indikator prinsip konsistensi yang belum terpenuhi diantaranya:

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.. Jakarta: