• Tidak ada hasil yang ditemukan

0617021006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0617021006"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanda-tanda sekunder harimau Sumatera yang ditemukan yaitu kaisan, kotoran,

cakaran, urin, dan jejak, serta ditemukan bekas pakan harimau. Tanda-tanda

sekunder yang banyak ditemukan yaitu kaisan

2. Tanda-tanda sekunder harimau mempunyai karakteristik dan ciri umum yaitu untuk

kaisan mempunyai ukuran panjang 40-91 cm dan lebar 14-46 cm, cakaran harimau

mempunyai tinggi 105-188 cm dari permukaan tanah dengan lebar berkisar 10,2-16,5

cm. Cakaran harimau terdapat pada pohon yang berdiameter 24-76 cm. Cakaran

harimau ditemukan pada pohon jenis mentru, jambon dan teluntum, posisi cakaran

harimau pada batang pohon berbentuk diagonal dan tegak lurus. Ukuran telapak

kaki harimau mempunyai ukuran panjang berkisar 5-8,5 cm sedangkan lebarnya

8-12 cm, kotoran harimau yang ditemukan tidak berupa padat tetapi sudah berupa

rambut dan tulang serta juga kuku. Warna kotoran harimau Sumatera sesuai warna

rambut satwa mangsa harimau yang dimakan. Urin harimau baunya menyerupai

seperti daun sirih dan letak urin yang ditemukan terdapat dibawah permukaan pohon

dan diatas permukaan pohon.

3. Tanda sekunder dapat ditemukan, baik pada sisi pinggir atau pun ditengah jalur aktif

satwa.

(2)

B. Saran

1. Pemasangan jebakan kamera di dekat ditemukannya tanda-tanda sekunder harimau

Sumatera, sehingga harimau Sumatera terfoto saat membuat tanda tersebut.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peranan dan hubungan antara daerah

jelajah dan daerah teritori harimau, serta bisa dijadikan sebagai identifikasi jenis

kelamin harimau Sumatera.

3. Keberadaan jebakan kamera mempengaruhi penandaan, namun demikian perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh jebakan kamera terhadap

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satwa liar termasuk harimau Sumatera merupakan salah satu kekayaan keanekaragaman

hayati Indonesia sebagai bagian dari ekosistem alam yang semakin terdesak oleh kehidupan

manusia yang semakin meningkat dari tahun

ke tahun. Satwa liar banyak diburu untuk dimanfaatkan bagian-bagian anggota tubuhnya dan

bahkan diperdagangkan secara langsung ( Alikodra, 1990).

Alih fungsi kawasan hutan menyebabkan hilangnya habitat alami satwa atau terpotongnya

kawasan hutan yang luas menjadi bagian kecil yang terpisah-pisah. Kompetisi ruang dan

sumber pakan antara manusia dan harimau telah mendorong adanya konflik dengan

masyarakat. Perusakan habitat, perburuan hewan mangsanya diketahui sebagai faktor utama

yang menyebabkan turunnya populasi harimau di Asia (Karanth dan Stith, 1999;

Seidenstickeret al., 1999; Nyhus dan Tilson, 2004).

Harimau Sumatera merupakan satwa yang terancam punah yang menempati posisi paling

atas dalam piramida makanan dan dikenal sebagai predator puncak, yang hanya ditemukan di

Indonesia (Yunus, 2008) dan saat ini populasinya diperkirakan kurang dari 300 ekor

(4)

% dari total habitat penyebarannya, selain itu perburuan liar dan penurunan populasi hewan

mangsa menjadi ancaman serius bagi keberadaan hewan teritorial ini. Sampai saat ini

pengurangan luas habitat masih berlangsung. Salah satu habitat alami harimau Sumatera

yaitu

di Taman Nasional Way Kambas yang memiliki satu spektrum ekosistem yang besar, dapat

ditemukan berbagai formasi hutan seperti vegetasi hutan bakau, vegetasi pantai, vegetasi

hutan riparian, hutan rawa, dan hutan dataran rendah (BTNWK, 2000).

Harimau merupakan satwa terestrial. Daerah jelajah harimau Sumatera jantan sekitar 110

km2dan harimau betina antara 50-70 km2(Franklinet al., 1999). Dalam penandaan

teritorial, harimau menggunakan tanda-tanda sekunder seperti jejak, kotoran, kaisan, cakaran

dan urinasi (McDougal, 1979)

Area dengan vegetasi yang rapat dan jarak pandang sangat terbatas merupakan ciri umum

hutan di Sumatera (Santiapillai dan Ramona, 1985). Dengan populasi yang sangat rendah

dan kondisi habitat alaminya rapat, pemantauan keberadaan harimau Sumatera secara

langsung di habitat alaminya sulit dilakukan

(Woodset al., 1999). Salah satu kajian ekologis harimau Sumatera di habitat alaminya dapat

dilakukan dengan pengenalan tanda-tanda sekunder satwa, yang merupakan tanda

keberadaan tidak langsung satwa meliputi jejak, kotoran, kaisan, cakaran, dan urinasi yang

merupakan bagian dari aktifitas harian harimau Sumatera seperti penandaan teritori dan

pengasuhan anak. Tanda-tanda sekunder tersebut juga dapat merupakan alat komunikasi

antar individu atau induk dengan anaknya. Oleh karena itu pengenalan tanda-tanda sekunder

keberadaan harimau Sumatera sangat penting dalam mendukung upaya pengelolaan dan

(5)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik tanda-tanda sekunder harimau

Sumatera berupa jejak, kotoran, kaisan , cakaran, dan urinasi di habitat alaminya.

C. Kerangka Pikir

Perburuan liar dan kerusakan habitat alami harimau Sumatera merupakan faktor utama yang

menyebabkan menurunnya populasi harimau Sumatera. Prioritas utama dalam konservasi

harimau Sumatera yaitu tetap menjaga dan mempertahankan populasi harimau Sumatera di

habitat alaminya.

Salah satu metode yang sering digunakan untuk inventarisasi satwa liar yaitu dengan

pengenalan tanda-tanda sekunder keberadaan satwa seperti jejak, kotoran, kaisan, cakaran,

dan urinasi. Metode tersebut lebih cocok diterapkan di hutan tropis mengingat vegetasi hutan

tropis sangat rapat yang menyebabkan jarak pandang terbatas, sehingga perjumpaan langsung

dengan satwa sangat rendah.

Infomasi mengenai tanda-tanda sekunder keberadaan harimau Sumatera masih sangat

sedikit, sehingga perlu penelitian yang terinci mengenai hal tersebut di habitat alami

harimau. Lebih jauh lagi dalam pengkajian upaya konservasi hewan yang terancam punah,

seperti harimau Sumatera, tidak harus bersentuhan langsung dengan satwanya. Dengan

memahami tanda-tanda sekundernya, akan mendukung upaya konservasi harimau Sumatera.

(6)

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan informasi keberadaan harimau

Sumatera berdasarkan tanda-tanda sekundernya dan karakteristik dari tanda-tanda sekunder,

serta peranan ekologisnya pada populasi harimau Sumatera.

E. Hasil Yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui karakteristik dari tanda-tanda sekunder harimau

Sumatera dan peranan ekologisnya, serta memperoleh informasi keberadaan harimau

Referensi

Dokumen terkait

Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis, terjadinya disebabkan oleh kontraksi uterus yang dirasakan bertambah kuat dan paling dominan terjadi pada kala I

Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar KDB dan KLB, maka selanjutnya akan ditampilkan hasil perhitungan biaya proyek, pendapatan dan pengeluaran

Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) dan jajaran Ditjen Pos dan Telekomunikasi (Postel), Departemen Perhubungan yang berhasil mengakhiri “mitos” tentang ketidakberanian

Significant differences on obstacles among firms that are in different stages of life cycle are found, which firms in maturity and stability stage tend to experience

augm ent ing surface wat er receives adequat e & reliable t reat m ent before m ixing wit h nat ural wat er & undergoing nat ural rest orat ion processes.. nat ural rest

Dalam setiap ruangan penataan listrik di perusahaan tersebut tertata dengan cukup rapi.Yaitu kabel-kabel listrik menempel pada tembok dan letaknya pun dijauhkan

pada penggunaan simetidin bersama obat psikotropik atau sebagai efek

Economic Growth in ASEAN-4 Countries: A Panel Data Analysis oleh Hussin dan Saidin (2012) menyimpulkan bahwa semua variabel berkorelasi satu sama lainnya dan