• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM PERUSAHAAN PROGRAM MAGISTER KENOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUKUM PERUSAHAAN PROGRAM MAGISTER KENOTA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

STUDI KASUS

HUKUM PERUSAHAAN

ANALISIS YURIDIS PT. X dan PT. Y MELAKUKAN LEGAL AUDIT

Pemahaman Permasalahan yang Terjadi :

Nama Perusahaan : PT X

Bidang Usaha : Perusahaan Yang bergerak khususnya pembangunan kompleks perumahan

Pemegang Saham :

a. Pemegang Saham A (badan hukum perseroan) adalah pemegang 70.000 (tujuh puluh ribu) lembar saham atau 70% saham

b. Pemegang Saham B (perseorangan) adalah pemegang 20.000 (dua [puluh ribu) lembar saham atau 20% saham

c. Pemegang Saham C (perseorangan) adalah pemegang 10.000 (sepuluh ribu) lembar saham atau 10% saham

Seluruh Modal telah ditempatkan dan disetor di dalam PT X

Pemegang saham Mayoritas PT X, Pemegang saham A mengundang Investor Investor PT Y untuk melakukan Akuisisi menjadi Pemegang Saham utama dalam PT X dengan berencana masuk ke dalam PT X mengambil alih PT X sebagai Pemegang Saham Utama sebesar 51% saham Perseroan.

Legal Audit terhadap Fakta-Fakta Yang Terjadi

No A item Penjelasan

1.

Pemegang Saham A dan Pemegang Saham B setuju untuk menjual sahamnya kepada PT Y

Tindakan yang dilakukan Oleh Pemegang Saham A dan Pemegang Saham B sesuai dengan Proses Akuisisi Pasal 126

2.

Pemegang Saham C keberatan dengan Rencana Akuisisi Yang dilakukan Oleh PT Y

1. Pasal 126 (2) Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan maka berlaku ketentuan Pasal 62

2. Pasal 62

(2)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa:

a. Perubahan anggaran dasar b. Pengalihan atau penjaminan

kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% kekayan bersih Perseroan, atau c. penggabungan, peleburan,

pengambilalihan atau pemisahan (2) dalam hal saham yang diminta untuk

dibeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi batas ketentuan

pembeliankembali saham oleh perseroan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (1) huruf b,

perseroan wajib mengusahan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga

3. Pasal 37 ayat (1)

Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan: a. Pembelian kembali saham tersebut

tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan dan

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal

3.

PT Y apabila menjadi pemegang saham

mayoritas di PTX berjanji untuk memberikan

tambahan modal dalam rangka membebaskan tanah di lokasi baru

Harus adanya penambahan modal yang cukup besar dari PT Y karena:

a. Lokasi yang akan dibeli dan

dikembangkan seluas 50 Hektar berlokasi di Jawa Barat

(3)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

tersebut alih oleh PT X, oleh para pemiliknya telah dijaminkan ke bank (sertipikat yang diagunkan)

c. Status tanah SHM 30%, HGB 40%, girik 30%

Dari point a s.d c diatas terlihat permasalahan selain harus mengambil sertipikat di bank kemudian harus mengurus status tanah yang 40% masih HGB dan 30% Girik

4 Status HGB 1. Hak Guna Bangunan diatur dalam UUPA, Pasal 16, Pasal 35 sampai dengan Pasal 40,Pasal 50, Pasal 51, 52,55 serta ketentuan konversi Pasal I,II,V,dan VIII. Telah dilengkapi juga dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu PP. No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, PMNA / KBPN No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, PMNA / KBPN No. 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara, serta sejumlah peraturanperaturan terkait lainnya.

2. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu paling lama 20 tahun, atas permintaan pemegang hak dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya. Hak Guna Bangunan tersebut di atas dapat juga beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Maka Berdasarkan point 1 dan poit 2 diatas harus dilihat berapa lama status HGB nya

5. Tanah Girik

(4)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

diakui sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah. Sekalipun demikian, selain sertifikat hak aats tanah nampaknya tanda hak lain-pun masih ada yang berlaku yakni Girik atau kikitir. Umumnya masyarakat masih berkeyakinan bahwa girik adalah sebagai tanda bukti hak atas tanah. Tidak mempermasalahkan apakah girik itu produk sebelum tahun 1960 atau-pun sesudahnya dan bagaimana status hukumnya. Pokoknya kalau tanah tertentu sudah memiliki girik atau kikitir, pemiliknya sudah merasa aman.

2. Girik yang sebenarnya adalah surat pajak hasil bumi/verponding, sebelum diberlakukannya UUPA memang merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah, tetapi setelah berlakunya UUPA, girik bukan lagi sebagai bukti hak atas tanah, namun hanya berupa surat keterangan objek atas tanah, dan terakhir dengan adanya UU. No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenal sebagai girik adalah DKOP/KP.PB

3. Maka dapat disimpulkan dengan 30% status tanah dilokasi 50 hektar yang berlokai di Jawa Barat maka 15 hektar masih Girik dan harus diurus dengan benar karena Girik bukan sertipikat hnaya berupa surat pajak dan ini harus diurus dengan cermat berurusan dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau dulu BPN apabila kemungkina akan terjadi sengketa dan gugatan bisa terjadi.

6.

PT. X sudah mendapatkan izin pemerintah darah setempat untuk

mengembangkan dan membangun areal

perumahan di lokasi Jawa Barat

Dengan PT X mendapatkan izin dari

(5)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

7.

Sebagian tanah yang akan diambil alih oleh PT X oleh para pemiliknya telah dijaminkan ke bank

Dengan ada rencana akan melakukan akuisisi oleh PT Y maka kemungkinan untuk supaya tanah –tanah tersebut dapat diambil alih oleh PT yang baru maka PT Y harus mempersiapkan take over atau pelunasan terhadap kredit yang dilakukan para pemilik tanah yang menjaminkan ke bank sehingga tanah-tanah tersebut dapat diurus haknya sehingga menjadi tanah kepemilikan atas PT Yang Akuisisi

8. Kondisi Keuangan PT X kurang baik

Dengan langkah rencana PT Y mengakuisisi PT X maka keuangan PT X yang kurang baik yang mana masih ada kewajiban kepada kreditur atau pihak bank yaitu sebesar 42 milyar yang menjadi tanggung jawab kemudian oleh PT baru yang terbentuk dari Akuisisi antara PT X dan PT Y. kewajiban dengan bank sebanyak 42 Milyar dengan rincian sebagai berikut:

1. PT Bank Pembangunan Sebesar 25 Milyar

2. PT Bank Kesejahteraan sebesar 12 Milyar 3. PT Bank daerah sebesar Rp 5 Milyar Atas kewajiban kepada pihak ketiga tersebut maka PT X harus memberitahukannya. Sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (2) yaitu Perbuatan Hukum Penggabungan, Pengambilalihan, peleburan atau Pemisahan wajib memperhatikan kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan

9.

Investor PT Y memiliki keinginan untuk merubah sususnan Dewan

Komisaris dan Dewan Direksi dalam PT X

(6)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028 JAWABAN PERTANYAAN :

1. Apabila Saudara Sebagai Notaris ditunjuk oleh Investor PT. Y untuk

melakukan legal audit terlebih dahulu terhadap PT. X. Langkah-langkah apa

yang saudara akan lakukan?

Jawab :

Sebelum kita membahas apa langkah-langkah yang dilakukan oleh

Notaris, sebelumnya kita harus mengerti apa yang di maksud Legal audit atau

disebut dengan Legal Due Diligence (“LDD”) adalah kegiatan pemeriksaan

secara seksama dari segi hukum yang dilakukan oleh Notaris terhadap suatu

perusahaan atau obyek transaksi sesuai dengan tujuan transaksi, untuk

memperoleh informasi atau fakta material yang dapat menggambarkan kondisi

suatu perusahaan atau obyek transaksi.

Tujuan Legal Audit

1. Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen yang

diaudit atau diperiksa;

2. Memeriksakan legalitas suatu badan hukum/badan usaha;

3. Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukum/badan usaha;

4. Memberikan pandangan hukum atau kepastian hukum dalam suatu kebijakan

yang dilakukan oleh perusahaan.

Tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk melakukan Legal Audit adalah:

1. Tanda tangan Confidentiality Agreement (dalam hal akuisisi);

2. Pembentukan Tim Due Diligence;

3. Persiapan Due Diligence Request List;

4. Pemeriksaan Dokumen., dokumen penting yang harus diperiksa antara lain

(7)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

1. Anggaran dasar perusahaan, antara lain berupa akta pendirian perusahaan,

berita acara rapat pemegang umum saham, daftar pemegang saham perusahaan,

struktur organisasi perusahaan, daftar bukti penyetoran modal perusahaan dan

anggaran dasar perusahaan yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang No.

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

2. Dokumen-dokumen mengenai aset perusahaan, antara lain berupa

sertifikat-sertifikat tanah, surat-surat tanda bukti kepemilikan kendaraan bermotor,

dokumen-dokumen kepemilikan saham pada perusahaan lain, dan sebagainya;

3. Perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh perusahaan

dengan pihak ketiga, antara lain berupa perjanjian hutang piutang, perjanjian

kerja sama, perjanjian dengan (para) pemegang saham, perjanjian-perjanjian

dengan supplier, dan sebagainya;

4. Dokumen-dokumen mengenai perizinan dan persetujuan perusahaan,

antara lain berupa surat keterangan domisili perusahaan, tanda daftar perusahaan,

perijinan dan persetujuan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, dan

sebagainya;

5. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan kepegawaian

perusahaan, antara lain berupa peraturan perusahaan, dokumen mengenai

jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), dokumen mengenai ijin tenaga kerja

asing, dokumen mengenai perijinan dan kewajiban pelaporan mengenai

kepegawaian, dokumen mengenai upah tenaga kerja, dokumen mengenai

kesepakatan kerja bersama, dan sebagainya;

6. Dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan, antara lain berupa polis

asuransi gedung, polis kendaraan, polis mengenai gangguan usaha, polis untuk

pihak ketiga (misalnya konsumen), polis koperasi, polis dana yang tersimpan, dan

(8)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

7. Dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan, antara lain berupa nomor

pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan, dokumen mengenai pajak bumi

bangunan, dokumen mengenai pajak-pajak terhutan, dan sebagainya;

8. Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak terkaitnya

perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa baik di dalam maupun di

luar Pengadilan.

Terhadap dokumen-dokumen tersebut di atas harus dilakukan pemeriksaan secara

seksama apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Selain pemeriksaan dokumen, hal-hal lain yang termasuk ke dalam kategori legal audit,

yang harus dilakukan antara lain:

1. Penelitian secara fisik atau penelitian area, peninjauan lapangan dan

pengamatan terhadap suatu obyek untuk memastikan kebenaran;

2. Penelitian dokumen yang berkaitan dengan obyek;

3. Penelitian yang didasarkan pada sumber informasi lainnya, misalnya pengadilan,

(9)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

2. Setelah saudara melakukan legal audit terhadap PT. X, pendapat hukum

apakah yang saudara sampaikan kepada PT. Y disertai dengan dasar

hukumnya ?

Jawab :

FAKTA :

1. PT. Y MASUK KE DALAM PT X, DAN MEMBELI SAHAM 51%

Akan terjadi proses akuisisi dilakukan Oleh Pemegang Saham A dan Pemegang

Saham B sesuai Pasal 126 UUPT

a. A DAN B SETUJU MENJUAL NAMUN C MENOLAK AKUISISI

1. Pasal 126 (2) Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS

mengenai Penggabungan maka berlaku ketentuan Pasal 62

2. Pasal 62

(1) setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya

dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui

tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa:

a. Perubahan anggaran dasar

b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai

lebih dari 50% kekayan bersih Perseroan, atau

c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan

(2) dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) melebihi batas ketentuan pembeliankembali saham oleh perseroan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib

mengusahan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga

3. Pasal 37 ayat (1)

Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan

ketentuan:

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih

perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah

(10)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai saham atau jaminan

fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan

lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh

Perseroan, tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan dalam

perseroan kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang

pasar modal

1. PENINGKATAN MODAL MEMBEBASKAN TANAH 50HA

Harus adanya penambahan modal yang cukup besar dari PT Y karena:

a. Lokasi yang akan dibeli dan dikembangkan seluas 50 Hektar berlokasi di Jawa

Barat

b. Sebagian besar tanah yang akan diambil alih oleh PT X, oleh para pemiliknya

telah dijaminkan ke bank (sertipikat yang diagunkan)

c. Status tanah SHM 30%, HGB 40%, girik 30%

Dari point a s.d c diatas terlihat permasalahan selain harus mengambil sertipikat

di bank kemudian harus mengurus status tanah yang 40% masih HGB dan 30%

Girik

2. IZIN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TIDAK BERMASALAH NAMUN ALAS

HAK ATAS TANAH TELAH DIJAMINKAN OLEH PARA PEMILIKNYA DAN TOTAL

PEMILIK TANAH ADALAH 20 ORANG

A. IZIN PEMBANGUNAN TIDAK BERMASALAH

Dengan PT X mendapatkan izin dari pemerintah setempat untuk

mengembangkan perumahan seluas 50 hektar maka hal itu merupakan positif

bagi PT Y yang akan menjadi pemilik saham 51% ketika melakukan akuisisi

B. ALAS HAK ATAS TANAH TELAH DIJAMINKAN OLEH PARA PEMILIKNYA

Potensi permasalahan yaitu harus mengambil sertipikat di bank kemudian harus

mengurus status tanah yang 40% masih HGB dan 30% Girik, Dengan ada

rencana akan melakukan akuisisi oleh PT Y maka kemungkinan untuk supaya

(11)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

mempersiapkan take over atau pelunasan terhadap kredit yang dilakukan para

pemilik tanah yang menjaminkan ke bank sehingga tanah-tanah tersebut dapat

diurus haknya sehingga menjadi tanah kepemilikan atas PT Yang Akuisisi

a. STATUS TANAH HGB

i. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan

jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan

jangka waktu paling lama 20 tahun, atas permintaan pemegang

hak dengan mengingat keperluan serta keadaan

bangunan-bangunannya. Hak Guna Bangunan tersebut di atas dapat juga

beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Pada dasarnya sah-sah

saja dalam membeli SHGB namun harus diketahui masa

berlakunya

ii. Hak Guna Bangunan diatur dalam UUPA, Pasal 16, Pasal 35

sampai dengan Pasal 40,Pasal 50, Pasal 51, 52,55 serta ketentuan

konversi Pasal I,II,V,dan VIII. Telah dilengkapi juga dengan

peraturan pelaksanaannya, yaitu PP. No. 40 Tahun 1996 tentang

Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas

Tanah, PMNA / KBPN No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak

Pengelolaan, PMNA / KBPN No. 3 Tahun 1999 tentang

Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan

Pemberian Hak Atas Tanah Negara, serta sejumlah

peraturanperaturan terkait lainnya.

b. STATUS TANAH GIRIK

Girik yang sebenarnya adalah surat pajak hasil bumi/verponding,

sebelum diberlakukannya UUPA memang merupakan bukti

kepemilikan hak atas tanah, tetapi setelah berlakunya UUPA, girik

bukan lagi sebagai bukti hak atas tanah, namun hanya berupa

(12)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

UU. No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

yang dikenal sebagai girik adalah DKOP/KP.PB

Maka dapat disimpulkan dengan 30% status tanah dilokasi 50

hektar yang berlokai di Jawa Barat maka 15 hektar masih Girik dan

harus diurus dengan benar karena Girik bukan sertipikat hanaya

berupa surat pajak dan ini harus diurus dengan cermat berurusan

dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau dulu BPN

apabila kemungkinan akan terjadi potensi sengketa dan gugatan

bisa terjadi.

Sebelum lahirnya UUPA, girik masih diakui sebagai tanda bukti hak

atas tanah, tetapi setelah UUPA lahir dan PP No. 10 Tahun 1961

sebagaimana telah dirubah dengan PP No. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, hanya sertifikat hak atas tanah yang diakui

sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah. Sekalipun demikian,

selain sertifikat hak aats tanah nampaknya tanda hak lain-pun

masih ada yang berlaku yakni Girik atau kikitir. Umumnya

masyarakat masih berkeyakinan bahwa girik adalah sebagai tanda

bukti hak atas tanah. Tidak mempermasalahkan apakah girik itu

produk sebelum tahun 1960 atau-pun sesudahnya dan bagaimana

status hukumnya. Pokoknya kalau tanah tertentu sudah memiliki

girik atau kikitir, pemiliknya sudah merasa aman.

PT. X MASIH DIKONTROL DIREKSI DAN KOMISARIS YANG LAMA, DAN DEWAN DIREKSI DAN

KOMISARIS PT. X SETUJU AKUISISI DAN DEWAN DIREKSI DAN KOMISARIS DAN INVESTOR

SETUJU MERUBAH SUSUNAN DEWAN KOMISARIS DAN DEWAN DIREKSI PT.Y

Karena jika nanti sudah memiliki saham Mayoritas maka PT. Y berhak

mengajukan pada PT. X untuk dilakukan perubahan susunan Dewan Komisaris

dan Dewan Direksi dalam PT X dengan diadakan RUPS, sehingga kedepannya

Susunan Dewan komisaris dan Dewan Direksi tidak lagi sama dengan Susunan

(13)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

3. Langkah-langkah apa yang saudara harus siapkan apabila PT. Y masih

ingin melakukan pembelian terhadap PT. X agar proses akuisisi tersebut

berjalan dengan baik dan berdasarkan peratruran hukum yang berlaku dan

tidak merugikan kepentingan PT. Y

Jawab:

Proses Akuisisi

1. Rancangan Pengalihan Pasal 126 (6) 1) Menyusun rancangan pengambilalihan

2) Rancangan dengan Persetujuan Dewan Komisaris Masing-masing 2. Mendapat persetujuan RUPS Pasal 87 dan Pasal 89

3. Wajib mengumumkan ringkasan rancangan akuisis Pasal 127 ayat (8) 4. Kreditor berhak mengajukan keberatan pasal 127 (4)

5. Rancangan pengambil alihan dituangkan ke dalam akta pengambilalihan Pasal 128 (1)

6. Salinan akta pengambilalihan dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada Menkumham Pasal 131 (2)

7. Wajib mengumumkan hasil pengambilalihan Pasal 133 (2) 8. Hak Pemegang saham yang tidak setuju atas pengambilalihan

Berdasarkan Pasal 126 ayat [1] UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas atau “UUPT” Untuk melakukan akuisisi, ada kepentingan-kepentingan yang

wajib diperhatikan yaitu kepentingan:

1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan;

2. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan

3. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Berdasarkan Pasal 125 ayat [1] UUPT, akuisisi (pengambilalihan) dilakukan

dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan

(14)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

Menurut Pasal 125 ayat [1] UUPT)

A. melalui Direksi Perseroan, atau

B. langsung dari pemegang saham.

A. Melalui Direksi Perseroan

(1) Pihak yang Akan Mengambil Alih Menyampaikan Maksudnya ( Pasal 125

ayat [5] UUPT);

(2) Menyusun Rancangan Pengambilalihan (lihat Pasal 125 ayat [6] UUPT jo.

Pasal 26 ayat [3] PP No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan

dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas) yang memuat

sekurang-kurangnya:

a. nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih

dan Perseroan yang akan diambil alih;

b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih

dan Direksi Perseroan yang akan diambil alih;

c. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf

a untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih

dan Perseroan yang akan diambil alih;

d. tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan

diambil alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran

Pengambilalihan dilakukan dengan saham;

e. jumlah saham yang akan diambil alih;

f. kesiapan pendanaan;

g. neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih

setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia;

h. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap

(15)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

i. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan

Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;

j. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka

waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham

kepada Direksi Perseroan;

k. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan

apabila ada.

(3) Mendapat Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) (Pasal 127

ayat [1] UUPT).

(4) Wajib Mengumumkan Ringkasan Rancangan Pengambilalihan (Pasal 127 ayat

[2] dan ayat [3] UUPT).

(5) Kreditor Berhak Mengajukan Keberatan (Pasal 127 ayat [4] UUPT).

(6) Rancangan Pengambilalihan Dituangkan ke Dalam Akta Pengambilalihan (Pasal

128 UUPT).

(7) Salinan Akta Pengambilalihan Dilampirkan pada Penyampaian

Pemberitahuan kepada Menteri (Pasal 131 ayat [1] UUPT).

B. Langsung dari Pemegang Saham

Proses yang Tidak Perlu Dilakukan

1. Pihak yang mengambil alih tidak perlu menyampaikan maksud untuk melakukan

pengambilalihan kepada Direksi (Pasal 125 ayat [7] UUPT).

2. Tidak perlu membuat rancangan pengambilalihan (Pasal 125 ayat [7] UUPT).

Namun, disyaratkan dalam Pasal 125 ayat [8] UUPT bahwa pengambilalihan

“wajib” memperhatikan AD Perseroan yang akan diambil mengenai hal:

 Pemindahan hak atas saham; dan

(16)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

Proses yang Harus Dilakukan

1) Mengadakan perundingan dan kesepakatan langsung yaitu antara para pihak

yang akan mengambil alih dengan pemegang saham dengan tetap

memperhatikan anggaran dasar Perseroan yang diambil alih (lihat penjelasan

Pasal 125 ayat [7] UUPT);

2) Mengumumkan rencana kesepakatan pengambilalihan (lihatPasal 127 ayat

[8] UUPT).

 Diumumkan paling sedikit dalam 1 (satu) Surat Kabar;

 Mengumumkan secara tertulis kepada Karyawan Perseroan yang akan mengambil alih;

 Pengumuman dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS;

3) Kreditor dapat mengajukan keberatan (lihat Pasal 127 ayat [4] UUPT);

4) Kesepakatan pengambilalihan, dituangkan dalam akta pengambilalihan

(Pasal 128 UUPT).

5) Salinan akta pemindahan hak atas saham dilampirkan pada

penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan susunan

pemegang saham (Pasal 131 ayat [2] UUPT).

Proses terakhir yang harus dilakukan dalam rangka pengambilalihan adalah

pengumuman hasil pengambilalihan (Pasal 133 ayat [2] UUPT). Direksi dari

perseroan yang sahamnya diambil alih wajib mengumumkan hasil pengambilalihan

dalam 1 (satu) Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya pengambilalihan.

II. Dampak bagi pemegang saham pada PT yang diakuisisi adalah apabila sahamnya

termasuk yang diambil alih, tentunya pemegang saham tersebut tidak lagi

(17)

MS. YANIARTIA CAROLINE /NPM : 5614220028

dalam RUPS maupun hak atas dividen. Demikian pula sebaliknya, bagi pemegang

saham yang tidak termasuk diambil alih sahamnya, maka pemegang saham

tersebut masih memiliki hak sebagai pemegang saham yaituuntuk dicatat dalam

daftar pemegang saham, hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam

RUPS, atau hak untuk menerima dividen yang dibagikan.

III.Komposisi saham pada Perusahaan PMA yang melakukan akuisisi tentunya tidak

berubah dengan dilakukannya akuisisi/pengambilalihan.Karena, akuisisi hanya

mengakibatkan beralihnya pengendalian atas suatu PT (Pasal 1 ayat [11]

UUPT).Tidak menambahkan saham pada PMA yang melakukan akuisisi karena

PMA yang mengakuisisi merupakan badan hukum yang terpisah dari PT

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dalam hal ini berat serat singsin terhadap resin hanya yang komposisi yang sesuai dalam ikatannya resin terhadap serat yang berpengaruh pada kekuatan tarik

penafsiran antara Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dengan Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam kitab tafsir Al-Marghi tentang kisah Ash฀āb Al- Kahfi yang

Temuan berpengaruh negatif antara pembiayaan bank syariah terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi karena pada lag 5 market share perbankan syariah juga memiliki koefisien

Kota Administratif Bau-Bau dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 61.110 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Buton, sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 13 Tahun

Demikian juga halnya dengan pemerintah (DEPAG) yang menganut konsep ‘hisab imkanur ru’yah’ dengan parameter 2 diatas ufuk akan memulai puasa pada hari Rabu, 11 Agustus 2010 M

Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Baber Johnson Pada Bangsal Kelas III Di RSUD Pandan Arang Bayolali Periode Triwulan Tahun 2012.. APIKES

rangkaian tema berseri yang diadakan selama bulan September 2016. Kiranya hikmat dari Allah dan kasih karunia-Nya yang besar terpancar dalam ibadah kita, dan Yesus Kristus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pendugaan MSE EBLUP dengan metode Jiang-Lahiri-Wan relatif lebih baik karena menghasilkan nilai yang lebih kecil dibanding MSE Prasad