BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pendidikan Karakter Kerja Keras
Dalam Kemendiknas ( 2010: 2 ), berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3
UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan
mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional
menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
a. Pendidikan Karakter
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
bersikap, dan bertindak (Kemendiknas, 2010: 4). Menurut Philips dalam
Mu'in (2011 : 160), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
satu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan.
Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai pendidikan yang
berdasarkan atas nilai-nilai pancasila. Pengembangan nilai-nilai tersebut
berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama,
budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Menurut Sulistyowati (2012:5) pembangunan karakter bangsa
memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional.
Beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter untuk dilaksankan, di
antaranya:
1) Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan
bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi
penerus bangsa. Karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan
sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing.
2) Karakter tidak datang sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk
untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki tiga pengertian,
yaitu pengertian secara umum, pengertian secara progamatik dan secara
teknis. (pendidikan karakter, puskur 2010 da lam Sulistyowati 2012 :
22-23) pengertian secara umum merupakan pendidikan yang mengembangkan
memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya
sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif dan
kreatif. Secara progamatik diartikan sebagai usaha bersama semua guru
dan pimpinan sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam
membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
pada siswa melalui proses aktif siswa dalam proses pembelajaran. Secara
teknis memiliki makna sebagai proses internalisasi serta penghayatan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di
bawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam
kehidupannya di kelas, sekolah dan masyarakat. Dari pengertian di
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidian karakter adalah
pengembangan dan penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa agar
seluruh warga negara memiliki sifat budi pekerti yang luhur berdasarkan
nilai-nilai pancasila.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam Kemendiknas (2010: 8) pendidikan budaya dan karakter
bangsa mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut:
1) Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsaadalah:
a) pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter
b) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik
yang lebih bermartabat; dan
c) penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat.
2) Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah:
a) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa;
b) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius;
c) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa;
d) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
e) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
c. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Kemendiknas ( 2010: 8-9 ) menjelaskan pula sumber dari nilai-nilai
yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu
diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:
1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari
pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan
kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas
dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang
berasal dari agama.
2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai-nilai-nilai yang
mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya,
dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga
3) Budaya:sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
d. Kerja Keras
Salah satu karakter bangsa yang ingin dikembangkan adalah kerja
keras. Manusia dalam menjalani kehidupan ini tidak melulu menemukan
jalan yang lurus sehingga mudah melewatinya, tetapi terkadang kita juga
akan menemui jalan yang berkelok, berbatu, dan terjal sehingga untuk
mencapai tujuan kita harus berusaha dengan keras agar dapat melewati
jalan tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwa hidup di dunia ini
manusia tidak hanya memperoleh kegembiraan tetapi akan ada
kebahagian. Hambatan dan rintangan tersebut akan dapat terlewati hanya
dengan usaha pantang menyerah dan terus bekerja keras. Maka dari hal itu
sikap kerja keras perlu ditanamkan sejak dini agar siap dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan yang dijalaninya.
Menurut Oetomo (2012: 24) kerja keras adalah bekerja dengan
sungguh-sungguh, tekun, disiplin dan rajin. Dengan kerja keras pasti
menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Setiap saat harus belajar secara
tekun dan rajin untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus.
Menurut Mustari (2011: 52), pantang menyerah adalah salah satu
tanda dari kerja keras, yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas
secara optimal. Kerja keras ini dapat ditandakan dengan:
1) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.
2) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran.
3) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui
hambatan.
Kerja keras perlu dilakukan tidak hanya dalam usaha pekerjaan
melainkan juga pada usaha belajar. Kerja keras dalam usaha belajar akan
membawa dirinya pada suatu hasil yang memuaskan. Kerja keras perlu
diterapkan dalam belajar agar para siswa tidak mudah menyerah setiap
saat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu usaha
tidak mudah menyerah dalam melakukan segala kegiatan untuk mencapai
e. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Nilai Kerja Keras
Semua mata pelajaran mempunyai indikator keberhasilan mata
pelajaran yang menggambarkan sesuatu yang harus dicapai peserta didik
setelah belajar, begitu juga dengan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter nilai kerja keras dalam belajar mempunyai indikator keberhasilan
yang harus dikuasai peserta didik. Kemendiknas memberikan indikator
keberhasilan nilai kerja keras untuk sekolah dasar dalam tabel 2.1 sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator untuk Sekolah Dasar
Nilai
2. Prestasi Belajar
1) Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dalam Sanjaya (2011:
112) belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah.
Dalam Sagala (2010:14) ada beberapa ahli pendidikan dan psikologi
yang mengemukakan pandangannya mengenani pengertian dan makna
belajar, yaitu:
1) Belajar Menurut Pandangan Skinner
Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia
tidak belajar maka responnya menurun. Jadi belajar adalah suatu
perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.
2) Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi dalam kemampuan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar juga terjadi
bila suatu stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum siswa mengalami
situasi itu ke waktu setelah siswa mengalami situasi itu tadi.
3) Belajar Menurut Pandangan Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada
anak-anak adalah anak mempunyai struktur mental yang berbeda
dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam
bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan
kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan
pelayanan tersendiri dalam belajar.
Berdasarkan pada berbagai pandangan mengenai belajar dari sejumlah
ahli tersebut, maka dapat ditemukan suatu kesamaan tentang pengertian
dan makna belajar yaitu “suatu proses perubahan perilaku seseorang
berdasarkan latihan atau pengalaman”.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut
Slameto (2010:3) yaitu :
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4)Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
2) Pengertian Prestasi Belajar
Ada beberapa pendapat pengertian prestasi dari para ahli (Hamdani,
2011: 137):
1) WJS. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).
2) Qohar dalam Jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang
telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan.
3) Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
4) Menurut Winkel dalam Hamdani (2011:137) prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang. Dengan
demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai
oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
5) Menurut Arif Gunarso dalam Hamdani (2011:137) prestasi belajar
adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
Menurut Hamdani (2011:137) prestasi belajar di bidang pendidikan
adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif,
afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang
adalah hasil pengukuran dari hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui diketahui setalah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajarnya. Prestasi belajar diketahui
setelah diadakan evaluasi yang mencakup materi yg telah dipelajari. Hasil
dari prestasi belajar biasanya ditunjukkan dengan simbol, huruf, atau
dengan kalimat-kalimat yang menunjukkan keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut
Hamdani (2011:139) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor
dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern):
1) Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Macam-macam
dari faktor intern antara lain sebagai berikut:
a) Kecerdasan (Intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang siswa, semakin tinggi
pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.
b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologi pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap
suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak
acuh.Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima)
kepada sesama sisa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan
menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya
negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan
mempunyai kemauan untuk belajar.
d) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan
untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus. Minat ini berkaitan dengan perasaan, terutama perasaan
senang. Jika seorang siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap
sesuatu, akan terus menerus berusaha untuk melakukan sehingga
apa yang diinginkan tercapai.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki sesorang
orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapa tujuan sehingga semakin besar
kesuksesan belajarnya.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan
lingkungan nonsosial. Contoh lingkungan sosial adalah guru, kepala
sekolah, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat
belajar.. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah
gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar. Pengaruh
lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan
paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2010:60), faktor ekstern
yang dapat mempengaruhi belajar adalah:
a) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Oleh karena itu, orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga
b) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh
karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa
untuk belajar lebih giat.
c) Keadaan masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses
pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar berpengaruh
terhadap perkembangan pribadi anak.
Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam
yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor-faktor dari dalam ialah
kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap, minat, bakat, motivasi. Sedangkan
yang termasuk faktor-faktor dari luar yaitu keadaan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Coopertive learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu dengan cara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran
kooperatif adalah sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.
stategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk
bekerja bersama-sama di dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lain dalam belajar. Menurut Lie (2008:18) dalam
metode pembelajaran cooperative learningbukan sekedar kerja
kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya.
Dalam Slavin (2010:10) penelitian mengenai pembelajaran kooperatif
telah mengindikasikan bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab
individual sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar.
Pada akhir-akhir ini pembelajaran kooperatif banyak dikembangkan dan
dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran. Slavin dalam Sanjaya
(2011: 242) mengemukakan dua alasan yaitu: pertama, beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kurang menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.
Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membentuk
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil heterogen untuk bekerja sama
dalam belajar memecahkan suatu masalah dengan pemberian penghargaan
kecil tersebut dituntut untuk saling membantu untuk memahami materi
belajar sehingga tujuan belajar yang dapat tercapai.
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Dalam bukunya Lie (2008:31) mengatakan bahwa untuk mencapai
hasil yang maksimal terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif
(gotong royong) yang harus diterapkan:
1) Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas agar setiap anggota kelompok dapat menyelesaikan
tugasnya sendiri masing-masing.
2) Tanggung jawab perseorangan
Dalam pembelajaran kooperatif, tugas yang diberikan pada setiap
anggota kelompok berbeda-beda. Sehingga setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3) Tatap muka
Setiap kelompok yang mempunyai latar belakang pengalaman,
keluarga, sosial-ekonomi yang berbeda-beda harus diberikan
kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi
ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota.
4) Komunikasi antar anggota
Untuk keberhasilan suatu kelompok, diperlukan adanya saling
5) Evaluasi proses kelompok
Adanya evaluasi disetiap akhir pertemuan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa. Guru harus dapat menggunakan macam-macam
evaluasi sesuai dengan materinya.
Menurut uraian diatas ada lima unsur pokok pembelajaran kooperatif
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu saling ketergantungan,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan
proses kelompok. Pada kelima unsur diatas mengandung arti bahwa dalam
pembelajaran koopertif diperlukan kerja sama dari masing-masing anggota
kelompok untuk dapat menyelesaikan tugas agar dapat mencapai tujuan
yang diharapkan.
c. Keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran koperatif
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari suatu
materi pelajaran tetapi siswa juga akan memperoleh
keterampilan-keterampilan khusus yaitu keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan tersebut
menurut Ibrahim (2000) dalam Djamarah (2010: 360-361)
1) Keterampilan-keterampilan Sosial
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan
sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif
2) Keterampilan Berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Siswa
yang mendominasi sering melakukan secara sadar dan tidak tahu
akibatnya untuk siswa lain.
3) Keterampilan Berperan Serta
Terkadang sejumlahh siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa
lainnya tidak mau ikut berperan serta terkadang karena malu. Siswa
tersebut adalah siswa yng mengalami kesulitan berperan serta dalam
kelompok.
4) Keterampilan-keterampilan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif tidak efektif apabila terdapat miskomunikasi.
Empat keterampilan komunikasi yang perlu diajarkan kepada siswa
yaitu: mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku,
memberikan perasaan, dan mengecek lisan.
5) Keterampilan-keterampilan Kelompok
Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok
pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu
sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka.
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing karena tidak ada satu strategi pun yang paling baik diantara
1) Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif dalam Djamarah
(2010: 366) adalah:
a) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yng menyenangkan.
b) Optimalisasi partisispasi siswa
c) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan pasangan dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
d) Adanya struktur yang jelas da memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur
e) Meningkatkan penerimaan
f) Meningkatkan hubungan positif
g) Motivasi intrinsik makin besar
h) Percaya diri yang tinggi
i) Prilaku dalam tugas lebih
j) Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah
k) Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya
l) Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada ‘apa yang
dikatakan siswa” untuk peer mereka
m)Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif”. Mereka
mengorganisasi pikirnya untuk dijelaskan ide pada teman-teman
2) Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif dalam Djamarah (2010:
366) adalah:
a) Siswa yang pandai dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari
siswa yang lemah
b) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang
pandai tanpa memilii pemahaman yang memadai
c) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair, and Square
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair and Square
Model think, pair, and square adalah salah satu model pembelajaran
yang dikembangankan dari model diskusi kelas. Model pembelajaran ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan dan merupakan modifiasi dari think,
pair, and share yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Teknik ini
memberi kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik think,
pair, and square ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Menurut Trianto (2011: 81) TPS atau pola berpikir berpasangan
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
Langkah-langkah dari model kooperatif tipe TPS adalah sebagai
berikut:
1) Langkah 1 : berpikir (think)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan pelajaran, dan siswa diminta menggunakan waktu beberapa
menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa
membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan
bgian berpikir.
2) Langkah 2: berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu
yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan
yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus
yang diidentifikasi.
3) Langkah 3: berbagi (share)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
keseluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari satu pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaopor. (Trianto, 2011: 81-82)
Dalam think, pair, and square awalnya guru membagi siswa dalam
kelompok setiap kelompok terdiri dari 3-4 anak, langkah berikutnya sama
kembali ke kelompok awal. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah think,
pair, square dijelaskan oleh Djamarah (2010: 404) sebagai berikut:
Langkah-langkah model pembelajaran think, pair, and square:
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan
tugas kepada semua kelompok.
2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3) Siswa berpasangan degan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi degan pasangannya.
4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat.
5. Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) SD Berdasarkan KTSP
Dalam Mulyasa (2009: 8), KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangka sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.
Mulyasa (2009: 12) menjelaskan bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun, dikembagkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan
memperhatikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36:
• Pengembangan kurikulum dilakukan dengn mengacu pada Standar
• Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik.
• Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengan dikembangkan
oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi
lulusan dan standar isi serta panduan penyususnan kurikulum yang dibuat
oleh BSNP.
Dalam Mulyasa (2009: 110) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan
segala isinya, sedangkan pengetahuan itu artinya segala sesuatu yang
diketahui oleh manusia. Ilmu pengetahuan alam disebut juga dengan ilmu
alamiah, dalam bahasa inggris disebut natural science dalam bahasa
Indonesia lazim digunakan istilah Sains. Ilmu alamiah IPA) merupakan
ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam
semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. (Jasin,
2002: 1).
Fowler mendefinisikan bahwa IPA merupakan ilmu yang sistematis
didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di
dalam bukunya “science in Education” nyatakan bahwa IPA adalah
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khsusus. (Aly, 2010:
18). Kemudian Aly (2010: 18) meyimpulkan bahwa IPA adalah suatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang
khas/khusus, yaitu melakukan bservasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyususnan teri, ekserimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang sistematis mengenai alam
smesta beserta isinya.
Dalam Jasin (2002: 36-37) Ilmu pengetahuan alam atau ilmu alamiah
yang membahas tentang alam dengan segala isinya dibagi menjadi
beberapa bidang yaitu:
1) fisika (physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda
tidak hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan
yang bersifat sementara.
2) Kimia (chemistry), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda
hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan
perubahn-perubahan yang bersifat tetap.
3) Biologi (biological science), ilmu pengetahuan yang mempelajari
b. Tujuan Kurikulum Pembelajaran IPA SD Berdasarkan KTSP
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 mata
pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
c. Pokok Bahasan Materi Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
Dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada materi IPA kelas IV
terhadap Daratan, dalam buku BSE ( Rositawaty dan Muharam, 2008:
157-163) materi tersebut adalah sebagai berikut:
Beberapa perubahan lingkungan menyebabkan kerusakan pada bumi.
Hal tersebut terjadi karena perubahan lingkungan yang tidak seimbang.
Berikut ini adalah beberapa akibat yang disebabkan oleh perubahan
lingkungan tidak seimbang serta pencegahannya.
1. Erosi
Erosi adalah pengikisan yang terjadi pada tanah. Pengikisan tanah
dapat disebabkan oleh air dan angin. Erosi pada tanah dapat disebabkan
olehperubahan lingkungan yang tidak seimbang. Contohnya adalah erosi
yang terjadi di kawasan hutan gundul. Di kawasan hutan gundul, erosi
sangat mudah terjadi.
Pada saat hutan masih dipenuhi tumbuhan, kemungkinan erosi tanah
terjadi sangat kecil. Jika suatu daerah dipenuhi tumbuhan, air hujan tidak
langsung jatuh ke tanah. Air hujan tertahan terlebih dahulu oleh daun-daun
tumbuhan sehingga jatuhnya air ke atas tanah tidak terlalu cepat.
Selain itu, akar tumbuhan akan lebih mengikat dan menahan tanah
dengan baik. Oleh karena itu, penyerapan air pun dapat berlangsung
dengan baik. Selain itu, tumbuhan dapat memperlambat kecepatan angin
yang berhembus. Hal tersebut sangat bermanfaat karena pengikisan
permukaan tanah oleh angin menjadi berkurang.
Sementara itu, jika hutan gundul, tidak ada daun-daun tumbuhan yang
hujan jatuh langsung ke atas tanah dan membawa butiran tanah bersama
aliran air. Selain itu, angin dapat mengikis permukaan tanah. Dampak
lebih lanjut dari erosi adalah tanah menjadi tandus dan tidak subur. Hal
tersebut terjadi karena lapisan tanah yang subur ikut terkikis air. Dari
uraian tersebut, dapatkah kamu menyebutkan cara pencegahannya?
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah melakukan
reboisasi dan penghijauan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
mencegah penebangan secara liar dan berlebih. Reboisasi adalah
menanami kembali hutan-hutan gundul dengan tumbuhan yang sesuai.
Penghijauan adalah menanami daerah-daerah kosong dan tidak
termanfaatkan. Dengan cara tersebut, kamu dapat mencegah dan
mengurangi erosi tanah.
2. Abrasi
Abrasi adalah pengikisan daratan oleh air laut. Hal tersebut terjadi
akibat kuatnya ombak yang menghantam daratan. Jika hal itu terus terjadi,
apakah daratan akan habis? Hal tersebut mungkin saja terjadi namun
dalam jangka waktu yang lama. Abrasi dapat menyebabkan berkurangnya
luas daratan. Deburan ombak yang terus menerus menghantam pesisir
pantai menyebabkan daratan terus terkikis. Abrasi akan terjadi dengan
cepat jika tidak ada penahan ombak.
Penahan ombak alami adalah hutan bakau dan hutan pantai. Namun,
akibat pertambahan penduduk yang cepat dan kebutuhan tempat tinggal
lingkungan di sekitar pesisir pantai pun berubah. Hal ini dapat
mempercepat proses abrasi yang terjadi di daerah pantai.
Agar abrasi tidak terus terjadi, yang harus kita lakukan adalah mencari
pencegahannya. Bagaimana cara mencegahnya? Hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah abrasi, yaitu:
• Mengembalikan keadaan lingkungan pantai pada keadaan semula
seperti adanya hutan bakau dan hutan pantai.
• Mengembalikankeadaan lingkungan pantai dapat dengan cara
reboisasi dan penghijauan.
• Jika daerah pantai tersebut merupakan pusat kehidupan manusia maka
harus dibuat daerah penahan dan pemecah ombak, seperti batu-batu
besar, dinding, atau beton.
3. Banjir
Apakah kamu pernah mendengar berita tentang bencana banjir?
Mungkin kamu pernah mendengarnya. Dewasa ini beberapa kota di
Indonesia seperti Jakarta dan Bandung sering terkena banjir. Mengapa hal
tersebut terjadi? Banjir adalah meluapnya air akibat sungai dan danau tidak
dapat menampung air.
Banjir merupakan salah satu dampak dari perbuatan manusia yang
tidak menyayangi lingkungannya. Beberapa perbuatan yang dapat
menyebabkan banjir adalah sebagai berikut.
• Membuang sampah ke sungai yang menyebabkan aliran air menjadi
• Membuat bangunan dari tembok tanpa menyediakan peresapan air.
• Penebangan pohon yang tidak terkendali.
Perbuatan manusia tersebut sangat berdampak besar terhadap
perubahan lingkungan. Banjir merupakan salah satu dampaknya. Banjir
dapat merusak dan mengubah lingkungan dengan cepat. Menurutmu, apa
yang dapat kamu lakukanuntuk mencegah banjir? Hal-hal yang dapat
kamu lakukan untuk mencegah banjir antara lain:
• Membuang sampah pada tempat yang benar dan telah disediakan.
• Menyediakan lahan kosong untuk ditanami tanaman. Tanah tersebut
berfungsi sebagai daerah peresapan air.
• Tidak menebang pohon secara besar-besaran dan tanpa kontrol agar
tempat peresapan dan cadangan air tetap terjaga.
4. Longsor
Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah tersebut tidak dapat
lagi menampung air dalam tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang
miring atau tebing yang curam. Apakah faktor yang menyebabkan tanah
menjadi longsor?Tanah miring dan tidak terdapat tanaman sangat rentan
terhadap longsor. Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena tidak ada akar
tumbuhan yang dapat menahan tanah tersebut.
Akar-akar tumbuhan yang menjalar di dalam tanah akan saling
mengikat dan mengait sehingga permukaan tanah pun akan cukup kuat.
sehingga kandungan air dalamtanah tidak berlebih. Untuk
membuktikannya, lakukan kegiatan berikut.
Pada uraian tersebut, kamu dapat mengetahui mengapa longsor dapat
terjadi. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab longsor, kamu dapat
menyebutkan cara pencegahannya. Bagaimana cara pencegahannya?
Pencegahan longsor dapat dilakukan sebagai berikut.
• Jangan membiarkan tanah yang miring menjadi gundul atau tidak ada
tumbuhannya.
• Lakukanlah reboisasi dan penghijauan.
• Jika tanah miring dijadikan lahan pertanian, buatlah sengkedan
(terasering). Sistem tersebut dapat mencegah terjadinya longsor.
• Jangan membuat tempat tinggal di daerah rawan longsor, seperti di
kaki bukit, kaki tebing, atas bukit, dan atas tebing.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Azizah (2011) yang
berjudul “ Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA mengenai Sifat-Sifat
Cahaya pada Cermin Datar, Cermin Cekung dan Cermin Cembung melalui
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Square di Kelas V SD Negeri 2
Sidarata”, bahwa berdasarkan hasil siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe think pair square ini dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
yaitu pada kategori A (sangat baik) dengan rata-rata skor 3,6. Kemudian pada
prestasi belajar mengalami peningkatan dari silus I ke siklus II sebesar 32,3 %.
Ketuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu sebesar 88%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Azizah yaitu
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Merujuk pada hasil penelitian di atas, peneliti melihat bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and squarecukup efektif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas, sehingga peneliti dala PTK ini
menerapkan model pembelajaran yang sama namun untuk meningkatkan variabel
sikap kerja keras dan prestasi belajar.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA akan membawa siswa lebih mengenal alam sekitarnya.
Agar siswa lebih mengenal alam maka materi Perubahan Lingkungan Fisik dan
Pengaruhnya terhadap Daratan adalah salah satu materi yang harus dikuasi oleh
siswa. Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan maka
guru perlu menyajikan materi tersebut dengan menarik dan menyenangkan. Guru
dapat meyajikannya dengan model pembelajaran think, pair, square. Model
pembelajaran ini akan membuat siswa lebih berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran.
Model pembelajaran ini menuntut siswa aktif berpartisipasi dan juga berfikir
fasilitator dan motivator. Siswa bebas mengeluarkan ide dan pendapat mereka
serta mengkomunikasikan hal tersebut kepada teman-temannya. Dengan bekerja
secara kelompok selain akan memperoleh hasil pemikiran-pemikiran lain dari
masing-masing anggota kelompok maka akan membuat kondisi belajar menjadi
menyenangkan sehingga selain prestasi belajarnya meningkat tetapi juga dapat
meningkatkan sosial mereka. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat
kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan hipotesis
tindakan dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:
1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipethink, pair, and square dapat
meningkatkan sikap kerja keras belajar siswa pada materi Perubahan
Lingkungan Fisik dan Pengaruhnya terhadap Daratan di kelas IV SD Negeri 2
Lamuk.
masalah tindakan hasil
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and square dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi PerubahanLingkungan Fisik