• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter Kerja Keras - PENINGKATKAN SIKAP KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP DARATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter Kerja Keras - PENINGKATKAN SIKAP KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP DARATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK,"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter Kerja Keras

Dalam Kemendiknas ( 2010: 2 ), berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus

digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3

UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan

mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap

satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional

menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

a. Pendidikan Karakter

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang

yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang

(2)

bersikap, dan bertindak (Kemendiknas, 2010: 4). Menurut Philips dalam

Mu'in (2011 : 160), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada

satu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang

ditampilkan.

Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai pendidikan yang

berdasarkan atas nilai-nilai pancasila. Pengembangan nilai-nilai tersebut

berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama,

budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Menurut Sulistyowati (2012:5) pembangunan karakter bangsa

memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional.

Beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter untuk dilaksankan, di

antaranya:

1) Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi

penerus bangsa. Karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan

sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing.

2) Karakter tidak datang sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk

untuk menjadi bangsa yang bermartabat.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki tiga pengertian,

yaitu pengertian secara umum, pengertian secara progamatik dan secara

teknis. (pendidikan karakter, puskur 2010 da lam Sulistyowati 2012 :

22-23) pengertian secara umum merupakan pendidikan yang mengembangkan

(3)

memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya

sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif dan

kreatif. Secara progamatik diartikan sebagai usaha bersama semua guru

dan pimpinan sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam

membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

pada siswa melalui proses aktif siswa dalam proses pembelajaran. Secara

teknis memiliki makna sebagai proses internalisasi serta penghayatan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di

bawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam

kehidupannya di kelas, sekolah dan masyarakat. Dari pengertian di

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidian karakter adalah

pengembangan dan penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa agar

seluruh warga negara memiliki sifat budi pekerti yang luhur berdasarkan

nilai-nilai pancasila.

b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Dalam Kemendiknas (2010: 8) pendidikan budaya dan karakter

bangsa mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut:

1) Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsaadalah:

a) pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi

pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki

sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter

(4)

b) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk

bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik

yang lebih bermartabat; dan

c) penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya

bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa yang bermartabat.

2) Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah:

a) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa;

b) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa

yang religius;

c) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa;

d) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

e) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

(5)

c. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Kemendiknas ( 2010: 8-9 ) menjelaskan pula sumber dari nilai-nilai

yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu

diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh

karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari

pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan

kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas

dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan

karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang

berasal dari agama.

2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas

prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.

Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih

lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai-nilai-nilai yang

mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya,

dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan

mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,

yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan

menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga

(6)

3) Budaya:sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui

masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian

makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota

masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan

masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam

pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus

dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai

satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan

nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga

negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah

sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan

budaya dan karakter bangsa.

d. Kerja Keras

Salah satu karakter bangsa yang ingin dikembangkan adalah kerja

keras. Manusia dalam menjalani kehidupan ini tidak melulu menemukan

jalan yang lurus sehingga mudah melewatinya, tetapi terkadang kita juga

akan menemui jalan yang berkelok, berbatu, dan terjal sehingga untuk

mencapai tujuan kita harus berusaha dengan keras agar dapat melewati

jalan tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwa hidup di dunia ini

manusia tidak hanya memperoleh kegembiraan tetapi akan ada

(7)

kebahagian. Hambatan dan rintangan tersebut akan dapat terlewati hanya

dengan usaha pantang menyerah dan terus bekerja keras. Maka dari hal itu

sikap kerja keras perlu ditanamkan sejak dini agar siap dan dapat

menerapkannya dalam kehidupan yang dijalaninya.

Menurut Oetomo (2012: 24) kerja keras adalah bekerja dengan

sungguh-sungguh, tekun, disiplin dan rajin. Dengan kerja keras pasti

menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Setiap saat harus belajar secara

tekun dan rajin untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus.

Menurut Mustari (2011: 52), pantang menyerah adalah salah satu

tanda dari kerja keras, yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas

secara optimal. Kerja keras ini dapat ditandakan dengan:

1) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.

2) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran.

3) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui

hambatan.

Kerja keras perlu dilakukan tidak hanya dalam usaha pekerjaan

melainkan juga pada usaha belajar. Kerja keras dalam usaha belajar akan

membawa dirinya pada suatu hasil yang memuaskan. Kerja keras perlu

diterapkan dalam belajar agar para siswa tidak mudah menyerah setiap

saat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu usaha

tidak mudah menyerah dalam melakukan segala kegiatan untuk mencapai

(8)

e. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Nilai Kerja Keras

Semua mata pelajaran mempunyai indikator keberhasilan mata

pelajaran yang menggambarkan sesuatu yang harus dicapai peserta didik

setelah belajar, begitu juga dengan pendidikan karakter. Pendidikan

karakter nilai kerja keras dalam belajar mempunyai indikator keberhasilan

yang harus dikuasai peserta didik. Kemendiknas memberikan indikator

keberhasilan nilai kerja keras untuk sekolah dasar dalam tabel 2.1 sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator untuk Sekolah Dasar

Nilai

(9)

2. Prestasi Belajar

1) Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dalam Sanjaya (2011:

112) belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur

latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan

alamiah.

Dalam Sagala (2010:14) ada beberapa ahli pendidikan dan psikologi

yang mengemukakan pandangannya mengenani pengertian dan makna

belajar, yaitu:

1) Belajar Menurut Pandangan Skinner

Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu proses adaptasi

atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia

tidak belajar maka responnya menurun. Jadi belajar adalah suatu

perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.

2) Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne

Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang

terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi dalam kemampuan

(10)

hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar juga terjadi

bila suatu stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa

sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum siswa mengalami

situasi itu ke waktu setelah siswa mengalami situasi itu tadi.

3) Belajar Menurut Pandangan Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada

anak-anak adalah anak mempunyai struktur mental yang berbeda

dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam

bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan

kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan

pelayanan tersendiri dalam belajar.

Berdasarkan pada berbagai pandangan mengenai belajar dari sejumlah

ahli tersebut, maka dapat ditemukan suatu kesamaan tentang pengertian

dan makna belajar yaitu “suatu proses perubahan perilaku seseorang

berdasarkan latihan atau pengalaman”.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut

Slameto (2010:3) yaitu :

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4)Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

(11)

2) Pengertian Prestasi Belajar

Ada beberapa pendapat pengertian prestasi dari para ahli (Hamdani,

2011: 137):

1) WJS. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang

telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).

2) Qohar dalam Jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang

telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang

diperoleh dengan jalan keuletan.

3) Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian

pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang

berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada

mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

4) Menurut Winkel dalam Hamdani (2011:137) prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang. Dengan

demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai

oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

5) Menurut Arif Gunarso dalam Hamdani (2011:137) prestasi belajar

adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar.

Menurut Hamdani (2011:137) prestasi belajar di bidang pendidikan

adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif,

afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang

(12)

adalah hasil pengukuran dari hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah

dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa dapat

diketahui diketahui setalah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajarnya. Prestasi belajar diketahui

setelah diadakan evaluasi yang mencakup materi yg telah dipelajari. Hasil

dari prestasi belajar biasanya ditunjukkan dengan simbol, huruf, atau

dengan kalimat-kalimat yang menunjukkan keberhasilan belajar siswa.

3) Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut

Hamdani (2011:139) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor

dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern):

1) Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Macam-macam

dari faktor intern antara lain sebagai berikut:

a) Kecerdasan (Intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

(13)

siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang siswa, semakin tinggi

pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.

b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologi pada umumnya sangat

berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

c) Sikap

Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap

suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak

acuh.Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima)

kepada sesama sisa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan

menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya

negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan

mempunyai kemauan untuk belajar.

d) Minat

Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan

untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus

menerus. Minat ini berkaitan dengan perasaan, terutama perasaan

senang. Jika seorang siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap

sesuatu, akan terus menerus berusaha untuk melakukan sehingga

apa yang diinginkan tercapai.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki sesorang

(14)

orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi

sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

f) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik

tidaknya dalam mencapa tujuan sehingga semakin besar

kesuksesan belajarnya.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan

lingkungan nonsosial. Contoh lingkungan sosial adalah guru, kepala

sekolah, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat

belajar.. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah

gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar. Pengaruh

lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan

paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2010:60), faktor ekstern

yang dapat mempengaruhi belajar adalah:

a) Keadaan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat

tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah

lembaga pendidikan pertama dan utama. Oleh karena itu, orang tua

hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga

(15)

b) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang

sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh

karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa

untuk belajar lebih giat.

c) Keadaan masyarakat

Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses

pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar berpengaruh

terhadap perkembangan pribadi anak.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam

yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor-faktor dari dalam ialah

kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap, minat, bakat, motivasi. Sedangkan

yang termasuk faktor-faktor dari luar yaitu keadaan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Coopertive learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu dengan cara bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran

kooperatif adalah sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.

(16)

stategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk

bekerja bersama-sama di dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lain dalam belajar. Menurut Lie (2008:18) dalam

metode pembelajaran cooperative learningbukan sekedar kerja

kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya.

Dalam Slavin (2010:10) penelitian mengenai pembelajaran kooperatif

telah mengindikasikan bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab

individual sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar.

Pada akhir-akhir ini pembelajaran kooperatif banyak dikembangkan dan

dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran. Slavin dalam Sanjaya

(2011: 242) mengemukakan dua alasan yaitu: pertama, beberapa hasil

penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kurang menerima

kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.

Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa

dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membentuk

siswa menjadi kelompok-kelompok kecil heterogen untuk bekerja sama

dalam belajar memecahkan suatu masalah dengan pemberian penghargaan

(17)

kecil tersebut dituntut untuk saling membantu untuk memahami materi

belajar sehingga tujuan belajar yang dapat tercapai.

b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Dalam bukunya Lie (2008:31) mengatakan bahwa untuk mencapai

hasil yang maksimal terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif

(gotong royong) yang harus diterapkan:

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas agar setiap anggota kelompok dapat menyelesaikan

tugasnya sendiri masing-masing.

2) Tanggung jawab perseorangan

Dalam pembelajaran kooperatif, tugas yang diberikan pada setiap

anggota kelompok berbeda-beda. Sehingga setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3) Tatap muka

Setiap kelompok yang mempunyai latar belakang pengalaman,

keluarga, sosial-ekonomi yang berbeda-beda harus diberikan

kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi

ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang

menguntungkan semua anggota.

4) Komunikasi antar anggota

Untuk keberhasilan suatu kelompok, diperlukan adanya saling

(18)

5) Evaluasi proses kelompok

Adanya evaluasi disetiap akhir pertemuan untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa. Guru harus dapat menggunakan macam-macam

evaluasi sesuai dengan materinya.

Menurut uraian diatas ada lima unsur pokok pembelajaran kooperatif

untuk mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu saling ketergantungan,

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan

proses kelompok. Pada kelima unsur diatas mengandung arti bahwa dalam

pembelajaran koopertif diperlukan kerja sama dari masing-masing anggota

kelompok untuk dapat menyelesaikan tugas agar dapat mencapai tujuan

yang diharapkan.

c. Keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran koperatif

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari suatu

materi pelajaran tetapi siswa juga akan memperoleh

keterampilan-keterampilan khusus yaitu keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan tersebut

menurut Ibrahim (2000) dalam Djamarah (2010: 360-361)

1) Keterampilan-keterampilan Sosial

Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan

sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif

(19)

2) Keterampilan Berbagi

Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Siswa

yang mendominasi sering melakukan secara sadar dan tidak tahu

akibatnya untuk siswa lain.

3) Keterampilan Berperan Serta

Terkadang sejumlahh siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa

lainnya tidak mau ikut berperan serta terkadang karena malu. Siswa

tersebut adalah siswa yng mengalami kesulitan berperan serta dalam

kelompok.

4) Keterampilan-keterampilan Komunikasi

Pembelajaran kooperatif tidak efektif apabila terdapat miskomunikasi.

Empat keterampilan komunikasi yang perlu diajarkan kepada siswa

yaitu: mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku,

memberikan perasaan, dan mengecek lisan.

5) Keterampilan-keterampilan Kelompok

Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok

pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu

sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka.

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan

masing-masing karena tidak ada satu strategi pun yang paling baik diantara

(20)

1) Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif dalam Djamarah

(2010: 366) adalah:

a) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yng menyenangkan.

b) Optimalisasi partisispasi siswa

c) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi

dengan pasangan dengan sesama siswa dalam suasana gotong

royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

d) Adanya struktur yang jelas da memungkinkan siswa untuk berbagi

dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur

e) Meningkatkan penerimaan

f) Meningkatkan hubungan positif

g) Motivasi intrinsik makin besar

h) Percaya diri yang tinggi

i) Prilaku dalam tugas lebih

j) Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah

k) Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya

l) Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada ‘apa yang

dikatakan siswa” untuk peer mereka

m)Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif”. Mereka

mengorganisasi pikirnya untuk dijelaskan ide pada teman-teman

(21)

2) Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif dalam Djamarah (2010:

366) adalah:

a) Siswa yang pandai dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari

siswa yang lemah

b) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang

pandai tanpa memilii pemahaman yang memadai

c) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang

berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair, and Square

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair and Square

Model think, pair, and square adalah salah satu model pembelajaran

yang dikembangankan dari model diskusi kelas. Model pembelajaran ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan dan merupakan modifiasi dari think,

pair, and share yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Teknik ini

memberi kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik think,

pair, and square ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih

banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi

mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut Trianto (2011: 81) TPS atau pola berpikir berpasangan

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

(22)

Langkah-langkah dari model kooperatif tipe TPS adalah sebagai

berikut:

1) Langkah 1 : berpikir (think)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan

dengan pelajaran, dan siswa diminta menggunakan waktu beberapa

menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa

membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan

bgian berpikir.

2) Langkah 2: berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu

yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan

yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus

yang diidentifikasi.

3) Langkah 3: berbagi (share)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

keseluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk

berkeliling ruangan dari satu pasangan ke pasangan dan melanjutkan

sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk

melaopor. (Trianto, 2011: 81-82)

Dalam think, pair, and square awalnya guru membagi siswa dalam

kelompok setiap kelompok terdiri dari 3-4 anak, langkah berikutnya sama

(23)

kembali ke kelompok awal. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah think,

pair, square dijelaskan oleh Djamarah (2010: 404) sebagai berikut:

Langkah-langkah model pembelajaran think, pair, and square:

1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan

tugas kepada semua kelompok.

2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

3) Siswa berpasangan degan salah satu rekan dalam kelompok dan

berdiskusi degan pasangannya.

4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa

mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada

kelompok berempat.

5. Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) SD Berdasarkan KTSP

Dalam Mulyasa (2009: 8), KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangka sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial

budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

Mulyasa (2009: 12) menjelaskan bahwa KTSP adalah kurikulum

operasional yang disusun, dikembagkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan

pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan

memperhatikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 36:

• Pengembangan kurikulum dilakukan dengn mengacu pada Standar

(24)

• Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

daerah dan peserta didik.

• Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengan dikembangkan

oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi

lulusan dan standar isi serta panduan penyususnan kurikulum yang dibuat

oleh BSNP.

Dalam Mulyasa (2009: 110) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)

Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan

segala isinya, sedangkan pengetahuan itu artinya segala sesuatu yang

diketahui oleh manusia. Ilmu pengetahuan alam disebut juga dengan ilmu

alamiah, dalam bahasa inggris disebut natural science dalam bahasa

Indonesia lazim digunakan istilah Sains. Ilmu alamiah IPA) merupakan

ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam

semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. (Jasin,

2002: 1).

Fowler mendefinisikan bahwa IPA merupakan ilmu yang sistematis

(25)

didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di

dalam bukunya “science in Education” nyatakan bahwa IPA adalah

pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khsusus. (Aly, 2010:

18). Kemudian Aly (2010: 18) meyimpulkan bahwa IPA adalah suatu

pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang

khas/khusus, yaitu melakukan bservasi eksperimentasi, penyimpulan,

penyususnan teri, ekserimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait

mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang sistematis mengenai alam

smesta beserta isinya.

Dalam Jasin (2002: 36-37) Ilmu pengetahuan alam atau ilmu alamiah

yang membahas tentang alam dengan segala isinya dibagi menjadi

beberapa bidang yaitu:

1) fisika (physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda

tidak hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan

yang bersifat sementara.

2) Kimia (chemistry), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda

hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan

perubahn-perubahan yang bersifat tetap.

3) Biologi (biological science), ilmu pengetahuan yang mempelajari

(26)

b. Tujuan Kurikulum Pembelajaran IPA SD Berdasarkan KTSP

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 mata

pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

c. Pokok Bahasan Materi Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)

Dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada materi IPA kelas IV

(27)

terhadap Daratan, dalam buku BSE ( Rositawaty dan Muharam, 2008:

157-163) materi tersebut adalah sebagai berikut:

Beberapa perubahan lingkungan menyebabkan kerusakan pada bumi.

Hal tersebut terjadi karena perubahan lingkungan yang tidak seimbang.

Berikut ini adalah beberapa akibat yang disebabkan oleh perubahan

lingkungan tidak seimbang serta pencegahannya.

1. Erosi

Erosi adalah pengikisan yang terjadi pada tanah. Pengikisan tanah

dapat disebabkan oleh air dan angin. Erosi pada tanah dapat disebabkan

olehperubahan lingkungan yang tidak seimbang. Contohnya adalah erosi

yang terjadi di kawasan hutan gundul. Di kawasan hutan gundul, erosi

sangat mudah terjadi.

Pada saat hutan masih dipenuhi tumbuhan, kemungkinan erosi tanah

terjadi sangat kecil. Jika suatu daerah dipenuhi tumbuhan, air hujan tidak

langsung jatuh ke tanah. Air hujan tertahan terlebih dahulu oleh daun-daun

tumbuhan sehingga jatuhnya air ke atas tanah tidak terlalu cepat.

Selain itu, akar tumbuhan akan lebih mengikat dan menahan tanah

dengan baik. Oleh karena itu, penyerapan air pun dapat berlangsung

dengan baik. Selain itu, tumbuhan dapat memperlambat kecepatan angin

yang berhembus. Hal tersebut sangat bermanfaat karena pengikisan

permukaan tanah oleh angin menjadi berkurang.

Sementara itu, jika hutan gundul, tidak ada daun-daun tumbuhan yang

(28)

hujan jatuh langsung ke atas tanah dan membawa butiran tanah bersama

aliran air. Selain itu, angin dapat mengikis permukaan tanah. Dampak

lebih lanjut dari erosi adalah tanah menjadi tandus dan tidak subur. Hal

tersebut terjadi karena lapisan tanah yang subur ikut terkikis air. Dari

uraian tersebut, dapatkah kamu menyebutkan cara pencegahannya?

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah melakukan

reboisasi dan penghijauan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan

mencegah penebangan secara liar dan berlebih. Reboisasi adalah

menanami kembali hutan-hutan gundul dengan tumbuhan yang sesuai.

Penghijauan adalah menanami daerah-daerah kosong dan tidak

termanfaatkan. Dengan cara tersebut, kamu dapat mencegah dan

mengurangi erosi tanah.

2. Abrasi

Abrasi adalah pengikisan daratan oleh air laut. Hal tersebut terjadi

akibat kuatnya ombak yang menghantam daratan. Jika hal itu terus terjadi,

apakah daratan akan habis? Hal tersebut mungkin saja terjadi namun

dalam jangka waktu yang lama. Abrasi dapat menyebabkan berkurangnya

luas daratan. Deburan ombak yang terus menerus menghantam pesisir

pantai menyebabkan daratan terus terkikis. Abrasi akan terjadi dengan

cepat jika tidak ada penahan ombak.

Penahan ombak alami adalah hutan bakau dan hutan pantai. Namun,

akibat pertambahan penduduk yang cepat dan kebutuhan tempat tinggal

(29)

lingkungan di sekitar pesisir pantai pun berubah. Hal ini dapat

mempercepat proses abrasi yang terjadi di daerah pantai.

Agar abrasi tidak terus terjadi, yang harus kita lakukan adalah mencari

pencegahannya. Bagaimana cara mencegahnya? Hal yang dapat dilakukan

untuk mencegah abrasi, yaitu:

• Mengembalikan keadaan lingkungan pantai pada keadaan semula

seperti adanya hutan bakau dan hutan pantai.

• Mengembalikankeadaan lingkungan pantai dapat dengan cara

reboisasi dan penghijauan.

• Jika daerah pantai tersebut merupakan pusat kehidupan manusia maka

harus dibuat daerah penahan dan pemecah ombak, seperti batu-batu

besar, dinding, atau beton.

3. Banjir

Apakah kamu pernah mendengar berita tentang bencana banjir?

Mungkin kamu pernah mendengarnya. Dewasa ini beberapa kota di

Indonesia seperti Jakarta dan Bandung sering terkena banjir. Mengapa hal

tersebut terjadi? Banjir adalah meluapnya air akibat sungai dan danau tidak

dapat menampung air.

Banjir merupakan salah satu dampak dari perbuatan manusia yang

tidak menyayangi lingkungannya. Beberapa perbuatan yang dapat

menyebabkan banjir adalah sebagai berikut.

• Membuang sampah ke sungai yang menyebabkan aliran air menjadi

(30)

• Membuat bangunan dari tembok tanpa menyediakan peresapan air.

• Penebangan pohon yang tidak terkendali.

Perbuatan manusia tersebut sangat berdampak besar terhadap

perubahan lingkungan. Banjir merupakan salah satu dampaknya. Banjir

dapat merusak dan mengubah lingkungan dengan cepat. Menurutmu, apa

yang dapat kamu lakukanuntuk mencegah banjir? Hal-hal yang dapat

kamu lakukan untuk mencegah banjir antara lain:

• Membuang sampah pada tempat yang benar dan telah disediakan.

• Menyediakan lahan kosong untuk ditanami tanaman. Tanah tersebut

berfungsi sebagai daerah peresapan air.

• Tidak menebang pohon secara besar-besaran dan tanpa kontrol agar

tempat peresapan dan cadangan air tetap terjaga.

4. Longsor

Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah tersebut tidak dapat

lagi menampung air dalam tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang

miring atau tebing yang curam. Apakah faktor yang menyebabkan tanah

menjadi longsor?Tanah miring dan tidak terdapat tanaman sangat rentan

terhadap longsor. Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena tidak ada akar

tumbuhan yang dapat menahan tanah tersebut.

Akar-akar tumbuhan yang menjalar di dalam tanah akan saling

mengikat dan mengait sehingga permukaan tanah pun akan cukup kuat.

(31)

sehingga kandungan air dalamtanah tidak berlebih. Untuk

membuktikannya, lakukan kegiatan berikut.

Pada uraian tersebut, kamu dapat mengetahui mengapa longsor dapat

terjadi. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab longsor, kamu dapat

menyebutkan cara pencegahannya. Bagaimana cara pencegahannya?

Pencegahan longsor dapat dilakukan sebagai berikut.

• Jangan membiarkan tanah yang miring menjadi gundul atau tidak ada

tumbuhannya.

• Lakukanlah reboisasi dan penghijauan.

• Jika tanah miring dijadikan lahan pertanian, buatlah sengkedan

(terasering). Sistem tersebut dapat mencegah terjadinya longsor.

• Jangan membuat tempat tinggal di daerah rawan longsor, seperti di

kaki bukit, kaki tebing, atas bukit, dan atas tebing.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Azizah (2011) yang

berjudul “ Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA mengenai Sifat-Sifat

Cahaya pada Cermin Datar, Cermin Cekung dan Cermin Cembung melalui

pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Square di Kelas V SD Negeri 2

Sidarata”, bahwa berdasarkan hasil siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe think pair square ini dapat meningkatkan motivasi

dan prestasi belajar siswa.

(32)

yaitu pada kategori A (sangat baik) dengan rata-rata skor 3,6. Kemudian pada

prestasi belajar mengalami peningkatan dari silus I ke siklus II sebesar 32,3 %.

Ketuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu sebesar 88%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Azizah yaitu

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dapat

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.

Merujuk pada hasil penelitian di atas, peneliti melihat bahwa penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and squarecukup efektif untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas, sehingga peneliti dala PTK ini

menerapkan model pembelajaran yang sama namun untuk meningkatkan variabel

sikap kerja keras dan prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA akan membawa siswa lebih mengenal alam sekitarnya.

Agar siswa lebih mengenal alam maka materi Perubahan Lingkungan Fisik dan

Pengaruhnya terhadap Daratan adalah salah satu materi yang harus dikuasi oleh

siswa. Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan maka

guru perlu menyajikan materi tersebut dengan menarik dan menyenangkan. Guru

dapat meyajikannya dengan model pembelajaran think, pair, square. Model

pembelajaran ini akan membuat siswa lebih berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.

Model pembelajaran ini menuntut siswa aktif berpartisipasi dan juga berfikir

(33)

fasilitator dan motivator. Siswa bebas mengeluarkan ide dan pendapat mereka

serta mengkomunikasikan hal tersebut kepada teman-temannya. Dengan bekerja

secara kelompok selain akan memperoleh hasil pemikiran-pemikiran lain dari

masing-masing anggota kelompok maka akan membuat kondisi belajar menjadi

menyenangkan sehingga selain prestasi belajarnya meningkat tetapi juga dapat

meningkatkan sosial mereka. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat

kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan hipotesis

tindakan dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipethink, pair, and square dapat

meningkatkan sikap kerja keras belajar siswa pada materi Perubahan

Lingkungan Fisik dan Pengaruhnya terhadap Daratan di kelas IV SD Negeri 2

Lamuk.

masalah tindakan hasil

(34)

2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and square dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi PerubahanLingkungan Fisik

Gambar

Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator untuk Sekolah Dasar
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

akan menjadi beban bagi negara-negara ASEAN jika timor leste masuk dalam keanggotaan ASEAN karena masalah yang muncul dari dalam negeri Timor leste seperti

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Analisis Angka Aman

Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur dibagian tersem pit, yang digunakan oleh lalu lintas

Mengingat pentingnya peran administrasi stok barang di bengkel PT APB BATAN, yang berimbas pada keuntungan penjualan tersebut dalam perkoperasian bagi

Apakah setelah Anda mengolah bahan pangan mentah, Anda cukup membersihkan tangan dengan tissue atau serbet.. Catatan:

• Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancang bangun ini dapat dipergunakan untuk mengatur keluaran tegangan yang diperlukan oleh sumber elektron dengan kenaikan tegangan tiap

Adi Wijaya, penulis skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Edukasi untuk Mencegah Stroke terhadap Perubahan Perilaku Populasi Lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan

Dalam data flow diagram level 1, sistem memiliki beberapa proses yang digunakan oleh masing- masing user untuk melaksanakan kegiatan test online bagi siswa dan