TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS BESARNYA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERUTANG DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
DISUSUN O L E H
Nama : HERMAN
Nim : 082600004
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir ini tepat pada waktunya.
Laporan ini penulis beri judul“PROSEDUR PENGAJUAN
PENGURANGAN ATAS BESARNYA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
YANG TERUTANG DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
TIMUR”. Laporan tugas akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan
untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Administrasi
Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna baik dalam
susunan kata, kalimat maupun pembahasanya. Oleh karena itu penulis bersedia
terbuka terhadap kritikan dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun
laporan ini kearah yang lebih baik.
Penulisan tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan dan perhatian
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Progam DIII
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu dan memberikan pengarahan dalam proses penyelesaian
laporan tugas akhir ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar Prodip DIII Administrasi Perpajakan FISIP
USUyang telah memberi ilmu dan wawasanya selama penulis mengikuti
perkuliahan
6. Bapak Parlagutan Simatupang, S.E selaku Kasubbag Umum KPP Pratama
Medan Timur yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis
melakukan Riset di KPP Pratama Medan Timur
7. Seluruh Kepala Seksi dan Staf pegawai KPP Pratama Medan Timur yang
telah banyak memberi bantuan, bimbingan, informasi dan arahan kepada
penulis.
8. Kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi,
mendidik, membimbing anak – anaknya di dalam suka maupun duka.
9. Seluruh teman – teman mahasiswa/i Administrasi Perpajakan FISIP USU
stambook 2008 yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan
kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Akhir kata penulis harap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun pihak lain yang
memerlukannya.
Medan, Juni 2011
Penulis,
(Herman)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C. Uraian Data Praktik ... 5
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
F. Metode Pengumpulan Data ... 11
G. Sistematika Penulisan Laporan... 11
BAB II GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 13
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 15
C. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 17
D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayana Pajak Pratama Medan Timur ... 20
B. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ... 23
C. Subjek dan Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan ... 24
D. Tarif Pajak ... 27
E. Dasar Pengenaan Pajak... 27
F. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)... 29
G. Perhitungan Pajak Terutang ... 30
H. Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan ... 31
I. Tahun Pajak ... 32
J. Pembayaran Pajak ... 33
K. Pengurangan ... 34
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ... 36
B. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan Pengurangan PBB Terutang ... 36
C. Prosedur Pengajuan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang Terutang ... 38
D. Besarnya Pengurangan Yang Diberikan Kepada Wajib Pajak . 42 E. Hambatan – Hambatan Dalam Pengajuan Pengurangan ... 43
F. Tata Kerja Aparatur Pajak ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam situasi Negara Republik Indonesia yang sedang melaksanakan
pembangunan sangat diperlukan sumber keuangan atau penerimaan. Dan salah
satu sumber keuangan Negara yang sangat penting di samping minyak dan gas
adalah pajak. Dalam upaya untuk meningkatkan pengolahan pajak sebagai wujud
kegotongroyongan dari masyarakat dalam pembiayaan pembangunan nasional
diperlukan peran serta dari masyarakat itu sendiri beserta penyelenggaraan
Negara.
Pajak bumi dan bangunan adalah salah satu jenis pajak yang bersifat objektif,
yang lebih memperhatikan pada objek pajaknya yaitu bumi dan bangunan dalam
meningkatkan sumber – sumber pendapatan Negara. Sejak diberlakukannya
Undang – Undang No. 12 Tahun 1985 yang diubah dengan Undang – Undang No.
12 Tahun 1994 yang mengatur tentang pajak bumi dan atau bangunan diharapkan
akan memberi kepastian hukum sehingga kesadaran perpajakan dari masyarakat
akan meningkat sehingga penerimaan akan semakin meningkat pula.
Dalam hal pengenaan pajak terhadap Objek Pajak Bumi dan Bangunan salah
satu caranya adalah memberikan kepercayaan (kreditbilitas) kepada Wajib Pajak
assesment di bidang pelaporan) ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempat – tempat lain yang telah ditunjuk.
Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak yang beragam, tingkat pengetahuan
dan pendidikan dari wajib pajak, penulis merasa belum seluruhnya Wajib Pajak
dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai
atau dimilikinya dan belum seluruhnya Wajib Pajak dapat mengerti prosedur –
prosedur yang terdapat dalam hal perpajakan ini, baik dalam hal Prosedur
Penetapan Pajak, Prosedur Pengajuan Keberatan dan Prosedur Permohonan
Pengurangan Pajak yang telah ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang terjadi
sehingga mengakibatkan kekeliruan antara Wajib Pajak dengan pihak Fiskus.
Salah satu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai
Prosedur Permohonan Pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada pihak
Fiskus.
Dalam hal keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) atau
Surat Ketetapan Pajak (SKP) Pajak Bumi dan Bangunan yang diajukan oleh
Wajib Pajak sebagaimana telah dimaksudkan dalam Pasal 15 Undang – Undang
No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang telah diubah dengan
Undang – Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak bumi dan Bangunan yang
pada dasarnya baru dapat diterima seluruhnya atau sebahagian apabila Wajib
Pajak dapat membuktikan alasan Yuridis Fiskal yang kuat, bahwa SPPT dan SKP
yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tidak
memahami tentang hal ini sehingga banyak terjadi salah penafsiran dalam hal
pengajuan keberatan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis berniat melakukan suatu penelitian
dengan judul “ PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS
BESARNYA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERUTANG DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:
a. Untuk mengetahui Prosedur pengajuan Pengurangan atas Pajak yang
terutang.
b. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat memperoleh pengurangan.
c. Untuk mengetahui hambatan – hambatan apa saja yang terdapat
dalam pelaksanaan Pengajuan Pengurangan atas Pajak yang terutang.
d. Untuk mengetahui besarnya pengurangan yang diberikan kepada
Wajib Pajak.
2. Manfaat Praktik kerja Lapangan Mandiri
Adapun manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilakukan
adalah:
Bagi Mahasiswa
b. Untuk mengetahui syarat – syarat pengajuan permohonan
pengurangan
c. Mempelajari perilaku baru di tempat kegiatan praktik kerja lapangan
mandiri
d. Meningkatkan kemampuan melakukan hubungan atau komunikasi
e. Menerapkan masalah – masalah dalam teori kehidupan
f. Mempelajari kerja sama dalam dunia kerja
g. Mendorong untuk belajar dan berprestasi
h. Mempelajari keahlian kerja
i. Mempersiapkan kerja
j. Menguji tujuan karier
Bagi Pegawai / Tempat kegiatan PKLM
a. Meningkatkan mutu dengan kerja jangka pendek
b. Meningkatkan sumber daya dengan ide – ide baru
c. Memudahkan pengadaan karyawan baru
d. Mengurangi waktu latihan dan biaya pengadaan karyawan baru
e. Merangsang loyalitas pada perusahaan atau tempat kerja
f. Mempromosikan image yang baik tentang tempat kerja
g. Meningkatkan keahlian baru
h. Mempromosikan hubungan baik dengan universitas
Bagi Universitas
a. Meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan tempat PKLM
c. Membuka interaksi antara perusahaan dengan dosen
d. Mempromosikan sumber daya Universitas
e. Meningkatkan dukungan terhadap alumni di masa depan
f. Menambah aplikasi nyata dari kurikulum
g. Mengusahakan adanya umpan balik terhadap revisi kurikulum
h. Memperbaiki persepsi umum tentang universitas
C. URAIAN DATA PRAKTIK 1.Pengertian
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Siti Resmi
2008 : 1)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang –
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) adalah Pajak Negara yang dikenakan
terhadap Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang – Undang No. 12 tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang – Undang No. 12 tahun 1994. (Mardiasmo 2006 : 295)
Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam
arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu Bumi dan
Bangunan, keadaan Subjek ( siapa yang membayar ) tidak ikut menentukan
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya,
permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa – rawa,
tambak perairan) serta laut wilayah Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau diletakkan secara
tetap pada tanah dan atau perairan.
Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
a.Jalan lingkungan dalam kesatuan dengan komplek bangunan
b.Jalan tol
c.Kolam renang
d.Pagar mewah
e.Tempat olah raga
f. Galangan kapal, dermaga
g.Taman mewah
h.Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i. fasilitas lain yang memberikan manfaat
2. Subjek Pajak dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan a. Subjek Pajak
1. Yang dimaksud subjek pajak adalah orang atau badan yang secara
nyata mempunyai hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran/ pelunasan pajak
bukan merupakan bukti pemilikan hak
2. Subjek pajak sebagaimana yang dimaksud dalam nomor 1 di atas,
3. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib
pajaknya. Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak
sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 sebagai wajib pajak.
b. Objek Pajak
1. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan
2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah
pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya yang
digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan perhitungan
pajak yang terutang
Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor – faktor
sebagai berikut:
a. Letak
b. Peruntukan
c. Pemanfaatan
d. Kondisi lingkungan dan lain – lain
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor – faktor
sebagai berikut:
a. Bahan yang digunakan
b. Rekayasa
c. Letak
c. Pengecualian Objek Pajak
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang:
1. Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dan
tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:
a. Di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara.
b. Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit.
c. Di bidang pendidikan, contoh: medrasah, pesantren.
d. Di bidang sosial, contoh: panti asuhan.
e. Di bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
Negara yang belum dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
6. Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuann pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut
3. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat (3) undang – undang dasar 1945
yang berbunyi “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat”.
Dalam pelaksanaan pemungutannya adalah undang – undang no. 12 tahun
1985, sebagaimana telah diubah dengan undang – undang no. 12 tahun 1994.
Pengurangan atas besarnya pajak bumi dan bangunan diatur dalam pasal
19 undang – undang no 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang –
undang no. 12 tahun 1994.
D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Adapun ruang lingkup yang paling mendasar dalam praktik kerja lapangan
mandiri ini adalah:
1. Prosedur pengajuan atas pajak yang terutang
2. Pihak – pihak yang berhak memperoleh pengurangan atas pajak yang
terutang
3. Hambatan – hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan pengajuan
pengurangan atas pajak yang terutang
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi
1.Tahap Persiapan
Dalam tahapan persiapan ini penulis memohon surat pengantar PKLM
pada pihak fakultas atau PRODIP
2. Studi Literatur
Yakni merupakan landasan teori yang mendukung laporan tentang
masalah – masalah yang akan dibahas dari buku – buku, Undang –
Undang dan bahan – bahan lainnya yang berhubungan dengan laporan ini.
3. Observasi Lapangan
Untuk mengumpulkan data – data yang diperlukan dalam membahas
masalah yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi Pajak Bumi dan
bangunan penulis mengadakan pengamatan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur di Jalan Diponegoro No.30 A Medan
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data melalui:
a. Data sekunder (bersumber dari buku – buku ilmiah)
b. Daftar dokumen
c. Daftar pertanyaan (interview)
5. Analisis dan Data Evaluasi
Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk
mengadakan sistematisasi terhadap bahan – bahan yang ada pada Kantor
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Adapun cara pengumpulan sumber – sumber data di atas adalah sebagai
berikut:
1.Wawancara ( Interview )
Untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara dengan fiskus
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mempunyai
wewenang dalam memberikan informasi yang diperlukan.
2. Pengamatan ( Observasi )
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan dengan cara
mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan
dengan objek Praktek Kerja Lapangan Mandiri. Dokumen tersebut dapat
berupa Struktur Organisasi, Keputusan – Keputusan, Surat - Surat, dan
Peraturan Pemerintah
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PKLM
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada Bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dasar pemikiran dalam
penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, serta
Sistematika Penulisan Laporan.
BAB II: GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang ruang lingkup dari
tempat kegiatan yaitu diuraikan Sejarah Singkat, Struktur
Organisasi, Uraian Tugas Pokok dan Fungsi, Gambaran Pegawai,
Karyawan atau Anggota Personil.
BAB III: GAMBARAN DATA PRAKTIK
Pada Bab ini penulis akan menjelaskan tentag sistematika setiap
kegiatan apa saja yang dilakukan selama Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Ketentuan, Objek dan Subjek Pajak, Cara Perhitungan,
Pendaftaran dan Penilaian dan lain – lain.
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada Bab ini penulis akan menyajikan pembahasan tentang
Analisis dan Evaluasi data yang diperoleh mengenai Prosedur
Pengajuan Pengurangan Pajak Terutang di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini penulis akan mengemukakan tentang kesimpulan dan
saran – saran mengenai objek PKLM dan Perumusan yang penulis
hadapi selama melaksankan PKLM di lapangan
BAB II
GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. SEJARAH SINGKAT KPP PRATAMA MEDAN TIMUR
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
132/KMK.001/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal.
Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 terjadi restrukturisasi organisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yaitu penggabungan antara Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa) dan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama (KPP Pratama). Dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama ini sebagai
instansi vertikal, dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatera Utara I.
Adapun KPP Pratama di lingkungan Sumatera Utara I ada 8, yaitu:
1. KPP Pratama Lubuk Pakam dengan wilayah kerja Kabupaten Deli
Serdang.
2. KPP Pratama Binjai dengan wilayah kerja Kota Binjai dan Kabupaten
Langkat
3. KPP Pratama Medan Petisah dengan wilayah kerja Kecamatan Medan
Sunggal, Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Petisah
4. KPP Pratama Medan Barat dengan wilayah kerja Kecamatan Medan
5. KPP Pratama Medan Polonia dengan wilayah kerja Kecamatan Medan
Polonia, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan
Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan
Maimun
6. KPP Pratama Medan Kota dengan wilatah kerja Kecamatan Medan
Kota, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area dan
Kecamatan Medan Denai
7. KPP Pratama Medan Belawan dengan wilayah kerja Kecamatan Medan
Belawan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan dan
Kecamatan Medan Deli
8. KPP Pratama Medan Timur dengan wilayah kerja Kecamatan Medan
Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada
tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak
KEP-95/PJ/2008 tanggal 19 Mei 2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan
mulai beroperasinya Kanwil DJP Nanggroe Aceh Darussalam dan Kanwil DJP
Sumut II serta KPP Pratama dan atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kanwil DJP Sumut I, Kanwil DJP
Riau dan Kepri, Kanwil DJP Kalimantan Timur, Kanwil DJP Sulawesi Selatan,
B. STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATMA MEDAN TIMUR
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas – tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing –
masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut
juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menerapkan struktur
organisasi lini dan staf yang berada di bawah seorang Kepala Kantor. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terdiri dari 10 Seksi dan 1 kelompok
Jabatan Fungsional yang masing – masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur dapat di gambarkan sebagai berikut;
1.Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
2.Seksi Pelayanan
3.Seksi Penagihan
4.Seksi Pemeriksaan
5.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
6.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
9.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
STRUKTUR ORGANISASI
KANNTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Kepala Kantor
Subbagian Umum
Seksi Pengolahan data dan Informasi
Seksi Pelayanan Seksi Pemeriksaan Seksi Ekstensifikasi
perpajakan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Kelompok Jabatan Fungsional
C. TUGAS DAN FUNGSI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR
KPP Pratama Medan Timur mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Timur di pegang oleh
seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan
rencana kerja KPP, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak
berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang
bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang
bersangkutan. Kepala Kantor tersebut membawahi 10 Seksi dan 1 kelompok
Jabatan Fungsional, yang gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja adalah
sebagai berikut:
1.Sub Bagian Umum yang bertugas:
a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan usaha kepegawaian
c. Melakukan usaha keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga perusahaan
2.Seksi Pelayanan yang bertugas:
a. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan dari wajib
b. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan wajib
pajak dan surat lainnya
c. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas wajib pajak
d. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
e. Melakukan urusan kearsipan wajib pajak
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang bertugas:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
b. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profit wajib pajak
d. Menganalisis kinerja wajib pajak
e. Melakukan rekonsiliasi dan wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi
f. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan
peraturan perundang –undangan perpajakan
g. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan.
h. Melakukan evaluasi hasil banding
4. Seksi Pengelohan Data dan Informasi yang bertugas:
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data penyajian
informasi perpajakan.
c. Merekam SSP lembar ke-3
d. Merekam SPT masa PPN 1107, 1107A dan 1107B
e. Merekam PPh pasal 21
f. Merekam PPh pasal 23/26
g. Merekam PPh final pasal 4 ayat 2
h. Melakukan urusahan tata usaha dan penerimaan perpajakan
i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer
k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling
l. Pelaksanaan i-SISMIOP (Intelligence- Sistem Manajemen Informasi
Objek Pajak) dan SIG (Sistem Informasi Geografis)
m. Penyiapan laporan kinerja
5. Seksi Penagihan yang bertugas:
a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c. Penagihan aktif
d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e. Penyimpanan dokumen – dokumen penagihan
6. Seksi ekstensifikasi yang bertugas:
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek pajak
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
7. Seksi Pemeriksaan yang bertugas:
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
D. GAMBARAN PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR
Adapun wilayah kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
antara lain:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II,
Kelurahan Sidodadi)
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II,
Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei
Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo)
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( Kelurahan Bandar Selamat,
Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrikasih,
Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir dan Kelurahan Perintis)
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (Kelurahan Durian, Kelurahan
Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu dan
Kelurahan Pulo Brayan Bengkel)
KPP Pratama Medan Timur membawahi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan.
Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan fungsional.
Dan berdasarkan data hingga Juni 2011, jumlah pegawai KPP Pratama Medan
Timur adalah sebanyak 81 orang, dengan perincian sebagai berikut:
a. Berdasarkan pendidikan
1. Master (S2) 6 orang
2. Sarjana (S1) 29 orang
3. D IV 1 orang
4. D III/sarjana muda 18 orang
5. D I 19 orang
6. SLTA 7 orang
7. SLTP 1 orang
b. Berdasarkan pangkat
1. Golongan IV 3 orang
2. Golongan III 46 orang
3. Golongan II 32 orang
c. Berdasarkan eselon
1. Eselon III 1 orang
2. Eselon IV 10 orang
3. Fungsional 11 orang
4. Account representative (AR) 19 orang
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK
A. PENGERTIAN
Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan
terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang – Undang No. 12 Tahun
1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagimana telah diubah dengan Undang
– Undang No. 12 Tahun 1994. (Mardiasmo 2006: 295)
Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti
besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak yaitu
bumi/bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan
besarnya jumlah pajak yang terutang.(Waluyo 2010 : 196)
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pendalaman (termasuk rawa – rawa,
tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan atau perairan.
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1.Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.
2.Jalan tol
3.Kolam renang
4.Pagar mewah
6. Galangan kapal, dermaga
7. Taman mewah
8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat
B. DASAR HUKUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945
yang berbunyi “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya di
kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat”
Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat (2) yang berbunyi “segala
pajak untuk keperluan Negara yang di pungut berdasrkan Undang – Undang”
Dasar pelaksanaan pemungutannya adalah Undang – Undang NO. 12 Tahun
1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 1994.
Peraturan dan keputusan yang mengatur pemungutan PBB.
1 Peraturan pemerintah No. 46 tahun 1985 tentang persentase nilai jual
kena pajak pada pajak bumi dan bangunan
2 Peraturan pemerintah No. 47 tahun 1985 tentang pembagian hasil PBB
antara pemerintah pusat dengan daerah
3 Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 1985 tentang penerimaan Negara
dari PBB.
4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP – 04/PJ.6/1998 tentang
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Rangka Pembentukkan dan
atau Pemeliharaan Basis Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak
(SISMIOP)
C. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1.SUBJEK PAJAK
a. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas
bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperolah manfaat
atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran / pelunasan pajak
bukan merupakan bukti pemilikan hak.
b. Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.
c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib
pajaknya, direktur jenderal pajak dapat menetapkan subjek pajak
sebagaimana dimaksud dalam huruf a sebagai wajib pajak.
Hal ini memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk menentukan
subjek wajib pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib
pajaknya.
Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:
1. Subjek pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/atau
bangunan milik Y bukan karena sesuatu hak berdasarkan Undang –
menggunakan bumi dan/ atau bangunan ditetapkan sebagai wajib
pajak.
2. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di
pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan/
menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak.
3. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak
objek pajak, sedang untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan
kepada orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai
wajib pajak. Penunjukkan sebagai wajib pajak oleh dirjen pajak bukan
merupakan bukti pemilikan hak.
d. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam huruf c
dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada direktur
jenderal pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak
yang dimaksud
e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak dalam huruf d
disetujui maka direktur jenderal pajak membatalkan penetapan
sebagai wajib pajak sebagaimana dalam huruf c dalam jangka waktu
satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.
f. Bila keterangan yang diajukan ini tidak disetujui, maka direktur
jenderal pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan
disertai alasan – alasan
g. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya
memberikan keputusan maka keterangan yang diajukan itu dianggap
disetujui.
2. OBJEK PAJAK
a. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan
b. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah
pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan
pajak yang terutang.
Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan factor – factor
sebagai berikut:
1. Letak
2. Peruntukan
3. Pemanfaatan
4. Kondisi lingkungan dan lain – lain
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor – factor
sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan
2. Rakayasa
3. Letak
4. Kondisi lingkungan dan lain – lain
c. Pengecualian objek pajak
Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah
1. Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dan
tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:
a. Di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara
b. Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit
c. Di bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren
d. Di bidang sosial, contoh: panti asuhan
e. Di bidang kebudayaan, contoh: museum, candi
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu
3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
Negara yang belum dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik
5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional
yang ditentukan oleh menteri keuangan.
D. TARIF PAJAK
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima per
sepuluh persen)
E. DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah nilai jual objek pajak
(NJOP). Pengertian NJOP dalam pasal 1 angka 3 undang – undang No. 12 tahun
tentang pajak bumi dan bangunan adalah harga rata – rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli. Nilai jual objek pajak (NJOP) ditentukan melalui:
1. Harga rata – rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar.
2. Perbandingan harga dengan objek lainnya yang sejenis dan letaknya
berdekatan dan telah diketahui harga jualnya.
3. Nilai perolehan baru
4. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pengganti
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tersebut digunakan sebagai dasar
pengenaan PBB yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan
mempertimbangan pendapat Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah Daerah)
setempat kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan
perkembangan daerahnya.
Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak (NJKP) yang ditetapkan
serendah – rendahnya 20% dan setinggi – tingginya 100% dari nilai jual objek
pajak (NJOP) (Muhammad, Rusjdi 2007 : 35)
Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan peraturan pemerintah No. 48
tahun 1997 yaitu sebesar:
1. 40% (empat puluh persen) yaitu pada:
a. Objek pajak perumahan, yang wajib pajaknya perseorangan dengan
NJOP atas bumi dan bangunan sama dengan atau lebih besar dari Rp.
objek pajak yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh pegawai
negeri sipil, anggota ABRI, dan para pensiunan termasuk janda dan
duda, yang penghasilannya semata – mata berasal dari gaji atau uang
pensiun.
b. Objek pajak perkebunan yang luas lahannya sama dengan atau lebih
besar dari dua puluh lima hectar (25 Ha) yang dimiliki, dikuasai atau
dikelola oleh BUMN (badan usaha milik Negara), BUMS (badan usaha
milik swasta), maupun berdasarkan kerjasama operasional antara
pemerintah dan swasta.
c. Objek pajak kehutanan, tetapi tidak termasuk areal blok penebangan
dalam rangka penyelenggaraan kegiatan hak pengusaha hutan,
pemegang hak pemungutan hasil hutan dan pemegang izin pemanfaatan
kayu yang pengenaan PBB-nya dilakukan sekaligus dengan
pemungutan iuran hasil hutan.
2. 20% (dua puluh persen)
a. Untuk objek pajak yang apabila NJOP kurang dari Rp. 1.000.000.000
(satu miliyar rupiah)
b. Untuk objek pajak pertambangan.
F. NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
Nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP) merupakan batas nilai
jual objek pajak atas bumi dan bangunan yang tidak dikenakan pajak. Besarnya
Kabupaten/Kota setinggi – tingginya Rp. 12.000.000 (dua belas juta rupiah)
dengan ketentuan sebagai berikut:(rahman, Abdul : 2010 )
1. Setiap wajib pajak memperolah pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu tahun pajak
2. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya salah satu Objek pajak yang
nilainya terbesar dan tidak dapat digabung dengan objek pajak lainnya.
G. PENGHITUNGAN PAJAK TERUTANG
Cara menghitung pajak adalah dengan mengalikan tarif pajak dengan NJKP.
Namun demikian khusus untuk NJOP yang besarnya tidak lebih dari Rp.
8.000.000 (delapan juta rupiah) tidak dikenakan pajak. Yang disebut dengan Nilai
Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Rumus perhitungan PBB = tarif x NJKP
Jika NJKP 20% x (NJOP – NJOPTKP)
Maka besarnya PBB yang terutang
= 0,5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)
=0,1% x (NJOP – NJOPTKP)
Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP)
Maka besarnya PBB yang terutang
= 0,5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)
Contoh:
Wajib pajak A mempunyai sebidang tanah dan bangunan yang NJOP-nya
Rp.20.000.000,00 dan NJOPTKP untuk daerah tersebut adalah Rp.
12.000.000,00 maka besarnya pajak yang terutang adalah:
=0,5 % x 20 % x (Rp.20.000.000,00 – Rp.12.000.000,00)
=0,5 % x 20 % x Rp.8.000.000,00
=0,1 % x Rp.8.000.000,00
=Rp.8.000,00
H. DASAR PENAGIHAN PAJAK BUMI dan BANGUNAN Adapun dasar penagihan PBB, yaitu:
1.Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP)
Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek
pajaknya dengan mengisi (SPOP)
Dalam hal ini wajib pajak diberikan SPOP untuk diisi dan
dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang pernah
dikenakan IPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali kalau
ia menerima SPOP, maka dia wajib mengisinya dan mengembalikannya
kepada Direktorat Jenderal Pajak.
SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap dan tepat waktu
serta ditandatangani dan disampaikan kepada Dirjen Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek pajak selambat – lambatnya 30 hari setelah
2.Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang
diterimanya. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun untuk membantu
wajib pajak SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang
telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak.
3. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Surat Ketetapan pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang
digunakan Kantor Pelayanan Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak
yang terutang, termasuk denda administrasi kepada wajib pajak dalam hal:
a. Wajib pajak tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan
kepadanya walaupun telah ditegur
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang
dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.
4.Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat tagihan Pajak digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk
menagih pajak terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang dibayar beserta denda administrasi sebesar 2% per
bulan.
I. TAHUN PAJAK
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu
Saat yang menetukan pajak terutang adalah keadaan objek pajak pada tanggal
1 januari. Perubahan objek pajak setelah tanggal 1 januari, baik penambahan atau
pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terutang untuk tahun
yang bersangkutan.
Contoh:
A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 januari 2010. Kewajiban PBB
tahun 2010 masih menjadi tanggungan si A. sejak tahun pajak 2011 kewajiban
PBB sudah menjadi tanggung jawab si B.
J. PEMBAYARAN PAJAK
Pajak yang terutang menurut SPPT (surat pemberitahuan pajak terutang)
harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh
wajib pajak. Sedangkan pajak yang terutang berdasarkann SKP harus dilunasi
selambat – lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak.
Jumlah pajak yang terutang berdasarkan STP harus dilunasi selambat – lambatnya
1 bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak. Pembayaran pajak yang
terutang dapat dilakukan di:
1. Seluruh cabang bank pemerintah, kecuali bank pembangunan Indonesia
(BAPINDO) dan bank tabungan Negara (BTN)
2. Kantor pos dan giro
K. PENGURANGAN
Pengurangan diberikan atas Pajak Bumi dan Banguanan (PBB) terutang yang
tercantum dalam SPPT atau SKP. Pengurangan pajak terutang dapat diberikan
kepada dan dalam hal:
1.Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak
yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan karena sebab – sebab
tertentu lainnya, yaitu
a. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/peternakan yang
hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai, dan atau
dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi.
b. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya
meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan
lingkungan.
c. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari
pensiunan, sehingga kewajiban pbb-nya sulit dipenuhi.
d. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban
PBB-nya sulit dipenuhi.
e. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela
f. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang
serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban
rutin perusahaan.
Dalam hal ini pengurangan dapat diberikan setinggi-tingginya
75% (tujuh puluh lima persen) dari besarnya pajak terutang, dan
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi objek pajak serta
penghasilan wajib pajak.
2. Wajib pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang terkena
bencana alam atau sebab – sebab lain yang luar biasa. Termasuk dalam
pengertian bencana alam adalah gempa bumi, banjir, tanah longsor,
gunung meletus dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud sebab – sebab
lain yang luar biasa adalah kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan
hama tanaman.
Dalam hal ini dapat diberikan pengarugan sampai dengan 100%
(seratus persen) dari besarnya pajak yang terutang.
3.Wajib pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela
kemerdekaan. Besarnya pengurangan ditetapkan sebesar 75% (tujuh
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Pengurangan dan Tata Cara pemberian pengurangan PBB diatur dalam:
1. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam “Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 110/PMK.03/2009 tanggal
17 juni 2009 tentang Pemberian Pengurangan PBB”
2. Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan diatur dalam “Peraturan Direktur Jenderal Pajak
No. PER – 46/PJ/2009”.
B. WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGAJUKAN PENGURANGAN PBB TERUTANG
Pengurangan dapat diberikan kepada wajib pajak:
1.Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek
pajak dan/atau karena sebab – sebab tertentu lainnya.
a. Wajib pajak orang pribadi, meliputi:
1. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi veteran pejuang
kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda
2. Objek pajak berupa lahan pertanian / perkebunan / perikanan /
peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajaknya
orang pribadi yang berpenghasilan rendah
3. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang
penghasilanya semata – mata berasal dari pensiunan, sehingga
kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi
4. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang
berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit
dipenuhi, dan atau
5. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang
berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter
perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak
dari pembangunan
b. Wajib pajak badan, meliputi:
Objek pajak yang wajib pajaknya adalah wajib pajak badan yang
mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada tahun pajak
sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.
2. Karena objek pajak yang terkena bencana alam atau sebab lain yang luar
biasa
a. Yang termasuk dalam pengertian bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
b. Yang termasuk dalam pengertian sebab – sebab lain yang luar biasa
adalah meliputi: kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah
hama tanaman.
C. PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERUTANG
Pengurangan dapat diberikan berdasarkan permohonan wajib pajak yang
dapat diajukan secara:
1. Perseorangan, untuk PBB yang terutang yang tercantum dalam SKP
PBB; atau
2. Perseorangan atau kolektif, untuk PBB yang terutang yang tercantum
dalam SPPT Permohonan wajib pajak tersebut harus dilampiri dengan
dokumen – dokumen pendukung. Dokumen pendukung yang dimaksud
adalah:
a. Untuk objek pajak yang wajib pajak nya orang pribadi veteran
pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima
tanda jasa bintang gerilya atau janda/dudanya dapat berupa:
1. Fotokopi kartu tanda anggota veteran, atau fotokopi surat
keputusan tentang pengakuan, pengesahan dan penganugerahan
gelar kehormatan dari pejabat yang berwenang
2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya;
dan/atau
b. Untuk objek pajak berupa lahan pertanian /perkebunan /perikanan
/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajak nya
orang pribadi yang berpenghasilan rendah dapat berupa:
1. Surat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa:
a. Hasil pertanian, perkebunan, perikanan, atau peternakan
sangat terbatas, dan
b. Penghasilan wajib pajak rendah.
2. Fotokopi kartu keluarga
3. Fotokopi rekening tagihan listrik, air,dan/atau telepon
4. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,
dan/atau
5. Dokumen lainnya
c. Untuk objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi ynag
penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga
kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi dapat berupa:
1. Fotokopi surat keputusan pensiun
2. Fotokopi slip pensiunan atau dokumen sejenis lainnya
3. Fotokopi Kartu Keluarga
4. Fotokopi rekening tagihan listirk, air, dan/atau telepon
5. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,
dan/atau
d. Untuk objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang
berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit
dipenuhi dapat berupa:
1. Surat penyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa
penghasilan wajib pajak rendah
2. Fotokopi Kartu Keluarga
3. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon
4. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,
dan/atau
5. Dokumen lainnya
e. Untuk objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang
berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Obejk Pajak per meter
perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak
dari pembangunan dapat berupa:
1. Surat penyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa
penghasilan wajib pajak rendah
2. Fotokopi SPPT tahun sebelumnya
3. Fotokopi Kartu Keluarga
4. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon
5. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,
dan/atau
f. Untuk wajib pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan
likuiditas pada tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat
memenuhi kewajiban rutin perusahaannya, dapat berupa:
1. Fotokopi laporan keuangan tahun sebelumnya
2. Fotokopi SPT Tahunan PPh tahun pajak sebelumnya
3. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,
dan/atau
4. Dokumen lainnya
g. Untuk wajib pajak yang diajukan secara perseorangan dalam hal
objek pajaknya terkena bencana alam atau sebab lain yang luar
biasa, dapat berupa:
1. Syrat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa
objek pajaknya terkena bencana alam atau sebab lain yang luar
biasa
2. Surat keterangan yang mendukung alasan permohonan dari
kepala Desa/Lurah setempat atau instansi yang terkait, dan/atau
3. Dokumen lainnya
h. Untuk wajib pajak yang diajukan secara kolektif oleh pengurus
Leguin Veteran Republik Indonesia (LVRI) atau organisasi yang
terkait lainnya, dapat berupa:
1. Fotokopi kartu tanda anggota veteran tiap – tiap wajib pajak
2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tiap – tiap wajib pajak tahun
3. Dokumen lainnya
i. Untuk wajib pajak yang diajukan secara kolektif oleh kepala
Desa/Lurah dapat berupa:
1. Surat keterangan yang mendukung alasan permohonan dari
kepala Desa/Lurah setempat atau instansi yang terkait
2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tiap – tiap wajib pajak tahun
pajak sebelumnya, dan/atau
3. Dokumen lainnya.
D. BESARNYA PENGURANGAN YANG DIBERIKAN KEPADA WAJIB PAJAK
Kepala KPP Pratama Medan Timur atas nama Menteri Keuangan
berwenang memberikan keputusan atas permohonan pengurangan yang diajukan
oleh wajib pajak, keputusan tersebut dapat berupa:
1. Mengabulkan seluruhnya
2. Mengabulkan sebagian, atau
3. Menolak permohonan
Keputusan kepala KPP Pratama Medan Timur ditetapkan berdasarkan
hasil penelitian. Wajib pajak yang telah diberikan suatu keputusan pengurangan
tidak dapat lagi mengajukan permohonan pengurangan untuk SPPT atau SKP
Adapun besarnya persentase pengurangan yang telah ditetapkan sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
110/PMK.03/2009
1. Maksimal sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang
terutang untuk wajib pajak Anggota Veteran pejuang kemerdekaan,
veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya,
atau janda/dudanya
2. Maksimal sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang
terutang untuk wajib pajak orang pribadi yang hasil dari lahan
pertanian/peternakan/perkebunan/perikanan sangat terbatas dan
berpenghasilan rendah, untuk wajib pajak pensiunan, untuk wajib
pajak yang berpenghasilan rendah, serta untuk wajib pajak badan yang
mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas.
3. Sebesar 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang untuk wajib
pajak yang objek pajaknya terkena bencana alam dan sebab – sebab
lain yang luar biasa.
E. HAMBATAN – HAMBATAN DALAM PENGAJUAN PENGURANGAN Dalam pengajuan pengurangan tersebut terdapat berbagai kendala yang
dihadapi oleh wajib pajak
1. Wajib pajak kurang paham atas prosedur yang harus dilengkapi dalam
2. Terdapat perubahan peraturan atau ketentuan dari Menteri Keuangan
atau Direktu Jenderal Pajak yang tidak diketahui oleh wajib pajak
sebelumnya sehingga wajib pajak harus kembali untuk melengkapi
dokumen – dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang
terbaru
3. Dokumen yang diajukan oleh wajib pajak telah lewat jangka waktu
yang sudah ditetapkan yaitu:
a. 3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT
b.1(satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP PBB
c. 3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya bencana alam
d.3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya sebab – sebab lain
yang luar biasa
4. Wajib pajak sebelumnya telah mengajukan keberatan atas SPPT atau
SKP PBB yang dimohonkan pengurangan, sehingga pengajuan
pengurangan tidak dapat diproses
5. Wajib pajak pada tahun pajak sebelumnya memilki tunggakan PBB
yang dimohonkan pengurangan sehingga pengajuan pengurangan
tidak dapat diproses.
F. TATA KERJA APARATUR PAJAK
Prosedur dan tata kerja dalam penyelesaian pengurangan adalah sebagai
berikut:
a. Menerima, meneliti kelengkapan serta kebenaran berkas wajib pajak;
b. Mencocokkan data wajib pajak dengan data yang ada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
c. Mengisi data umum persyaratan pada formulir pelayanan;
d. Merekam tanggal dan nomor penerimaan berkas wajib pajak pada
komputer dan/atau mencatatnya pada buku penjagaan;
e. Menyerahkan tanda terima berkas kepada wajib pajak;
f. Meneruskan berkas dan formulir pelayanan kepada pemroses urusan
kepada koordinator tempat pelayanan untuk diproses lebih lanjut;
2. Pemroses urusan / Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
a. Menerima berkas dan formulir pelayanan dari penerima berkas, serta
menatausahakannya pada buku penjagaan;
b. Meneliti dan memroses berkas berdasarkan tugas dan wewenang yang
ditentukan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,
antara lain menyiapkan konsep surat keputusan pemberian
pengurangan pajak terutang;
c. Meneruskan berkas yang telah selesai diproses beserta formulir
pelayanan kepada koordinator tempat pelayanan;
3. Pemroses berkas / Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi)
4. Koordinator tempat pelayanan (Seksi Pelayanan)
a. Menerima dan meneliti kebenaran hasil pekerjaan pemroses urusan;
apabila dipandang perlu, meneruskan ke Seksi yang terkait atau
b. Menerima dan meneliti serta menandatangani hasil keluaran berupa;
surat keputusan pengurangan pajak terutang yang diterima dari Seksi
Pengolahan Data dan Informasi serta meneruskannya kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur untuk ditandatangani
5. Penyampaian hasil keluaran
a. Menerima hasil keluaran yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beserta keseluruhan berkas
wajib pajak;
b. Mencatat tanggal penyelesaian berkas pada buku penjagaan dan/atau
merekamnya pada komputer;
c. Menyampaikan surat keputusan pemberian pengurangan pajak bumi
dan bangunan yang terutang kepada wajib pajak dengan
menandatangani tanda terima pada formulir Pelayanan atau
meneruskannya ke Sub Bagian Umum untuk dikirim melalui pos atau
kurir;
G. PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS PBB YANG TERUTANG YANG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR
Adapun wajib pajak yang umumnya mengajukan pengurangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah wajib pajak pensiunan baik janda
dan atau dudanya serta wajib pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran
selalu dianjurkan untuk melampirkan dokumen yang diperlukan seperti
contohnya untuk wajib pajak pensiunan baik janda dan atau dudanya wajib
melampirkan fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya, fotokopi
surat keputusan pensiun, fotokopi slip pensiunan, fotokopi rekening listrik,air dan
telepon, serta yang paling penting adalah fotokopi kartu keluarga bagi wajib pajak
pensiunan yang sudah janda atau duda, karna dari kartu keluarga petugas
pajak/Account Representative dapat mengetahui apakah benar wajib pajak
tersebut adalah seorang janda dan atau duda pensiunan.
Dari hasil penelitian, wajib pajak yang mengajukan permohonan pengurangan
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur selalu lengkap dalam
melampirkan dokumen – dokumen sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan dan apabila didapati oleh petugas Tempat Pelayanan
Terpadu ketika sedang meneliti kelengkapan berkas atau dokumen yang
diperlukan dalam pengajuan pengurangan ternyata masih ada dokumen –
dokumen yang belum dilampirkan maka wajib pajak dihimbau untuk
melengkapinya kembali
Berikut adalah proses atau tahapan permohonan pengajuan pengurangan pajak
bumi dan bangunan yang terutang yang dilakukan oleh wajib pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur:
1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan PBB secara tertulis ke
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur melalui Tempat Pelayanan
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima permohonan Pengurangan
PBB kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas
permohonan Pengurangan PBB belum lengkap, dihimbau kepada Wajib
Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas permohonan permohonan
Pengurangan PBB sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu
mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan
LPAD digabungkan dengan berkas permohonan Pengurangan PBB.
Petugas Tempat Pelayanan Terpadu merekam permohonan dan
meneruskan permohonan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi.
3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberi disposisi
kepada Account Representative.
4. Account Representative meneliti pemenuhan persyaratan formal permohonan Wajib Pajak. Apabila persyaratan formal terpenuhi, Account Representative meneliti apakah keputusan atas permohonan pengurangan PBB adalah wewenang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur atau wewenang Kepala Kantor Wilayah DJP SUMUT I sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 110/PMK.03/2009 serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER – 46/PJ/2009. Apabila pemberian keputusan menjadi wewenang
lapangan, serta menyerahkan uraian dan konsep tersebut ke Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi.
5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani
Uraian Penelitian, dan memaraf konsep surat keputusan, kemudian
meneruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyetujui dan
menandatangani Uraian Penelitian dan Surat Keputusan.
7. Surat Keputusan atas permohonan pengurangan PBB Wajib Pajak dikirim
ke Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian
Dokumen di KPP).
8. Dalam permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan formal,
Account Representative membuat konsep surat pemberitahuan tidak dapat diproses dan menyerahkan konsep surat tersebut ke Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi.
9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep
surat pemberitahuan tidak dapat diproses dan meneruskan ke Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyetujui dan
menandatangani Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses.
11.Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses dikirim ke Wajib Pajak
melalui Subbagian Umum.
NJOP diatas 1 milyar), Account Representative memroses konsep Surat Pengantar ke Kantor Wilayah.
13.Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep surat pengantar, dan
meneruskan konsep tersebut ke Kepala Seksi Pelayanan
14.Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep surat pengantar,
kemudian menerus ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
15.Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyetujui dan
menandatangani surat pengantar.
16.Surat pengantar ditatausahakan di Seksi Pelayanan
17.Proses selesai.
Berikut merupakan daftar jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang untuk tiap – tiap Kelurahan
yang berada dibawah naungan KPP Pratama Medan Timur.
Bantan Timur 007 9 orang
Pulo Brayan Bengkel Baru 020 12 orang
Perintis 021 18 orang
Medan Perjuangan (081) Pahlawan 001 23 orang
Berdasarkan data diatas yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur diketahui bahwa total wajib pajak yang mengajukan
permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang untuk tahun
2010 adalah 387 orang. Dari jumlah tersebut masih terdapat 13 wajib pajak yang
tidak membayar PBB-nya walaupun telah diberikan pengurangan.
Adapun jumlah pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayar oleh 387
wajib pajak sebelum mengajukan pengurangan adalah sebesar Rp. 303.623.311.
dan pajak yang telah dikurangkan adalah sebesar Rp. 104.052.713. sedangkan
pajak yang masih harus dibayar adalah sebesar Rp. 199.570.598. Berarti dalam hal
pemberian keputusan pengurangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur telah mengabulkan sebagian dari permohonan wajib pajak untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian – uraian yang telah dikemukakan dan data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.Pengurangan atas pajak terutang dapat diberikan kepada:
a. Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek
pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena
sebab – sebab tertentu lainnya;
b. Wajib pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang
terkena bencana alam seperti: gempa bumi, banjir, tanah longsor,
gunung meletus dan sebagainya atau sebab – sebab lain yang luar
biasa seperti: kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama
tanaman;
c. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela
kemerdekaan termasuk janda/dudanya.
2. Permohonan pengurangan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang
menerbitkan SPPT atau SKP dengan mencantumkan besarnya persentase
3. Dalam hal permohonan pengurangan diajukan terhadap SKP, maka
pemberian pengurangan PBB hanya dapat diberikan atas pokok ketetapan
pajak terutang
4. Permohonan pengurangan diajukan selambat – lambatnya 3 (tiga) bulan
terhitung sejak:
a. Diterimanya SPPT/SKP
b. Terjadinya bencana alam atau sebab – sebab lainnya yang luar biasa
5. Permohonan pengurangan pajak terutang dapat diajukan secara kolektif
atau perorangan
6. Permohonan pengurangan pajak terutang secara perseorangan harus
dilampiri:
a. Foto copy SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan
pengurangannya; dan
b. Foto copy tanda anggota veteran bagi anggota veteran
7. Permohonan pengurangan pajak terutang secara kolektif dapat diajukan
sebelum SPPT diterbitkan, selambat – lambatnya tanggal 10 januari untuk
tahun pajak yang bersangkutan melalui:
a. Pemerintah daerah setemapt;atau
b. Organisasi legiun veteran republik Indonesia, bagi anggota veteran
8. Permohonan pengurangan pajak terutang untuk wajib pajak badan harus
dilampiri dengan:
a. Foto copy SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan
b. Foto copy SPT PPh tahun pajak terakhir yang diajukan permohonan
pengurangan; dan
c. Laporan keuangan
9. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan pajak terutang
apabila telah melunasi PBB untuk tahun pajak sebelumnya atas objek
pajak yang sama
B. SARAN
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mencoba memberikan beberapa saran
yang nantinya dapat menjadi masukan – masukan yang bermanfaat bagi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam peningkatan penerimaannya
dimasa yang akan datang.
1. Bagi pihak fiskus hendaknya mengekspos/mengumumkan bagaimana
prosedur untuk mengajukan pengurangan secara umum, dalam artian
prosedur tersebut diinformasikan melalui media – media yang ada seperti
papan pengumuman, brosur, dan lain sebagainya.
2. Peningkatan sumber daya Manusia (Human Resources) atau Sumber Daya
Manusia di lingkungan Perpajakan khusunya di Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur. Pembinaan Sumber Daya tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya, dengan memberikan pendidikan khusus,
pelatihan (training) atau langkah – langkah yang dapat meningkatkan
3. Hendaknya Undang – Undang yang ada tidak dipergunakan untuk
memberatkan wajib pajak tetapi untuk memberikan jaminan hukum bagi
wajib pajak, dan agar tidak terjadi salah penafsiran Undang – Undang
hendaknya diberikan penjelasan yang sejelas – jelasnya, dengan demikian
wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban PBB nya dengan sebaik –