• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri Prosedur Pengajuan Pengurangan Atas Besarnya Pajak Bumi Dan Bangunan Yang Terutang Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Praktik Kerja Lapangan Mandiri Prosedur Pengajuan Pengurangan Atas Besarnya Pajak Bumi Dan Bangunan Yang Terutang Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS BESARNYA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERUTANG DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

DISUSUN O L E H

Nama : HERMAN

Nim : 082600004

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan

laporan tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Laporan ini penulis beri judul“PROSEDUR PENGAJUAN

PENGURANGAN ATAS BESARNYA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

YANG TERUTANG DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

TIMUR”. Laporan tugas akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan

untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Administrasi

Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna baik dalam

susunan kata, kalimat maupun pembahasanya. Oleh karena itu penulis bersedia

terbuka terhadap kritikan dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun

laporan ini kearah yang lebih baik.

Penulisan tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan dan perhatian

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Progam DIII

Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.Sp selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak membantu dan memberikan pengarahan dalam proses penyelesaian

laporan tugas akhir ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar Prodip DIII Administrasi Perpajakan FISIP

USUyang telah memberi ilmu dan wawasanya selama penulis mengikuti

perkuliahan

(3)

6. Bapak Parlagutan Simatupang, S.E selaku Kasubbag Umum KPP Pratama

Medan Timur yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis

melakukan Riset di KPP Pratama Medan Timur

7. Seluruh Kepala Seksi dan Staf pegawai KPP Pratama Medan Timur yang

telah banyak memberi bantuan, bimbingan, informasi dan arahan kepada

penulis.

8. Kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi,

mendidik, membimbing anak – anaknya di dalam suka maupun duka.

9. Seluruh teman – teman mahasiswa/i Administrasi Perpajakan FISIP USU

stambook 2008 yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan

kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis

mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Akhir kata penulis harap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun pihak lain yang

memerlukannya.

Medan, Juni 2011

Penulis,

(Herman)

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Uraian Data Praktik ... 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

F. Metode Pengumpulan Data ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan... 11

BAB II GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 13

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 15

C. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 17

D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayana Pajak Pratama Medan Timur ... 20

(5)

B. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ... 23

C. Subjek dan Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan ... 24

D. Tarif Pajak ... 27

E. Dasar Pengenaan Pajak... 27

F. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)... 29

G. Perhitungan Pajak Terutang ... 30

H. Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan ... 31

I. Tahun Pajak ... 32

J. Pembayaran Pajak ... 33

K. Pengurangan ... 34

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ... 36

B. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan Pengurangan PBB Terutang ... 36

C. Prosedur Pengajuan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang Terutang ... 38

D. Besarnya Pengurangan Yang Diberikan Kepada Wajib Pajak . 42 E. Hambatan – Hambatan Dalam Pengajuan Pengurangan ... 43

F. Tata Kerja Aparatur Pajak ... 44

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam situasi Negara Republik Indonesia yang sedang melaksanakan

pembangunan sangat diperlukan sumber keuangan atau penerimaan. Dan salah

satu sumber keuangan Negara yang sangat penting di samping minyak dan gas

adalah pajak. Dalam upaya untuk meningkatkan pengolahan pajak sebagai wujud

kegotongroyongan dari masyarakat dalam pembiayaan pembangunan nasional

diperlukan peran serta dari masyarakat itu sendiri beserta penyelenggaraan

Negara.

Pajak bumi dan bangunan adalah salah satu jenis pajak yang bersifat objektif,

yang lebih memperhatikan pada objek pajaknya yaitu bumi dan bangunan dalam

meningkatkan sumber – sumber pendapatan Negara. Sejak diberlakukannya

Undang – Undang No. 12 Tahun 1985 yang diubah dengan Undang – Undang No.

12 Tahun 1994 yang mengatur tentang pajak bumi dan atau bangunan diharapkan

akan memberi kepastian hukum sehingga kesadaran perpajakan dari masyarakat

akan meningkat sehingga penerimaan akan semakin meningkat pula.

Dalam hal pengenaan pajak terhadap Objek Pajak Bumi dan Bangunan salah

satu caranya adalah memberikan kepercayaan (kreditbilitas) kepada Wajib Pajak

(8)

assesment di bidang pelaporan) ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempat – tempat lain yang telah ditunjuk.

Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak yang beragam, tingkat pengetahuan

dan pendidikan dari wajib pajak, penulis merasa belum seluruhnya Wajib Pajak

dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai

atau dimilikinya dan belum seluruhnya Wajib Pajak dapat mengerti prosedur –

prosedur yang terdapat dalam hal perpajakan ini, baik dalam hal Prosedur

Penetapan Pajak, Prosedur Pengajuan Keberatan dan Prosedur Permohonan

Pengurangan Pajak yang telah ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang terjadi

sehingga mengakibatkan kekeliruan antara Wajib Pajak dengan pihak Fiskus.

Salah satu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai

Prosedur Permohonan Pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada pihak

Fiskus.

Dalam hal keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) atau

Surat Ketetapan Pajak (SKP) Pajak Bumi dan Bangunan yang diajukan oleh

Wajib Pajak sebagaimana telah dimaksudkan dalam Pasal 15 Undang – Undang

No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang telah diubah dengan

Undang – Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak bumi dan Bangunan yang

pada dasarnya baru dapat diterima seluruhnya atau sebahagian apabila Wajib

Pajak dapat membuktikan alasan Yuridis Fiskal yang kuat, bahwa SPPT dan SKP

yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tidak

(9)

memahami tentang hal ini sehingga banyak terjadi salah penafsiran dalam hal

pengajuan keberatan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berniat melakukan suatu penelitian

dengan judul “ PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS

BESARNYA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERUTANG DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR”.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:

a. Untuk mengetahui Prosedur pengajuan Pengurangan atas Pajak yang

terutang.

b. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat memperoleh pengurangan.

c. Untuk mengetahui hambatan – hambatan apa saja yang terdapat

dalam pelaksanaan Pengajuan Pengurangan atas Pajak yang terutang.

d. Untuk mengetahui besarnya pengurangan yang diberikan kepada

Wajib Pajak.

2. Manfaat Praktik kerja Lapangan Mandiri

Adapun manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilakukan

adalah:

Bagi Mahasiswa

(10)

b. Untuk mengetahui syarat – syarat pengajuan permohonan

pengurangan

c. Mempelajari perilaku baru di tempat kegiatan praktik kerja lapangan

mandiri

d. Meningkatkan kemampuan melakukan hubungan atau komunikasi

e. Menerapkan masalah – masalah dalam teori kehidupan

f. Mempelajari kerja sama dalam dunia kerja

g. Mendorong untuk belajar dan berprestasi

h. Mempelajari keahlian kerja

i. Mempersiapkan kerja

j. Menguji tujuan karier

Bagi Pegawai / Tempat kegiatan PKLM

a. Meningkatkan mutu dengan kerja jangka pendek

b. Meningkatkan sumber daya dengan ide – ide baru

c. Memudahkan pengadaan karyawan baru

d. Mengurangi waktu latihan dan biaya pengadaan karyawan baru

e. Merangsang loyalitas pada perusahaan atau tempat kerja

f. Mempromosikan image yang baik tentang tempat kerja

g. Meningkatkan keahlian baru

h. Mempromosikan hubungan baik dengan universitas

Bagi Universitas

a. Meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan tempat PKLM

(11)

c. Membuka interaksi antara perusahaan dengan dosen

d. Mempromosikan sumber daya Universitas

e. Meningkatkan dukungan terhadap alumni di masa depan

f. Menambah aplikasi nyata dari kurikulum

g. Mengusahakan adanya umpan balik terhadap revisi kurikulum

h. Memperbaiki persepsi umum tentang universitas

C. URAIAN DATA PRAKTIK 1.Pengertian

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Siti Resmi

2008 : 1)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang –

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) adalah Pajak Negara yang dikenakan

terhadap Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang – Undang No. 12 tahun

1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan

Undang – Undang No. 12 tahun 1994. (Mardiasmo 2006 : 295)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam

arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu Bumi dan

Bangunan, keadaan Subjek ( siapa yang membayar ) tidak ikut menentukan

(12)

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya,

permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa – rawa,

tambak perairan) serta laut wilayah Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau diletakkan secara

tetap pada tanah dan atau perairan.

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

a.Jalan lingkungan dalam kesatuan dengan komplek bangunan

b.Jalan tol

c.Kolam renang

d.Pagar mewah

e.Tempat olah raga

f. Galangan kapal, dermaga

g.Taman mewah

h.Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

i. fasilitas lain yang memberikan manfaat

2. Subjek Pajak dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan a. Subjek Pajak

1. Yang dimaksud subjek pajak adalah orang atau badan yang secara

nyata mempunyai hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran/ pelunasan pajak

bukan merupakan bukti pemilikan hak

2. Subjek pajak sebagaimana yang dimaksud dalam nomor 1 di atas,

(13)

3. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib

pajaknya. Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak

sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 sebagai wajib pajak.

b. Objek Pajak

1. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan

2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah

pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya yang

digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan perhitungan

pajak yang terutang

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor – faktor

sebagai berikut:

a. Letak

b. Peruntukan

c. Pemanfaatan

d. Kondisi lingkungan dan lain – lain

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor – faktor

sebagai berikut:

a. Bahan yang digunakan

b. Rekayasa

c. Letak

(14)

c. Pengecualian Objek Pajak

Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah

objek pajak yang:

1. Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dan

tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:

a. Di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara.

b. Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit.

c. Di bidang pendidikan, contoh: medrasah, pesantren.

d. Di bidang sosial, contoh: panti asuhan.

e. Di bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi.

2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu.

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah

Negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik.

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan.

6. Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan

pemerintahan, penentuann pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut

(15)

3. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat (3) undang – undang dasar 1945

yang berbunyi “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran

rakyat”.

Dalam pelaksanaan pemungutannya adalah undang – undang no. 12 tahun

1985, sebagaimana telah diubah dengan undang – undang no. 12 tahun 1994.

Pengurangan atas besarnya pajak bumi dan bangunan diatur dalam pasal

19 undang – undang no 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang –

undang no. 12 tahun 1994.

D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Adapun ruang lingkup yang paling mendasar dalam praktik kerja lapangan

mandiri ini adalah:

1. Prosedur pengajuan atas pajak yang terutang

2. Pihak – pihak yang berhak memperoleh pengurangan atas pajak yang

terutang

3. Hambatan – hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan pengajuan

pengurangan atas pajak yang terutang

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi

(16)

1.Tahap Persiapan

Dalam tahapan persiapan ini penulis memohon surat pengantar PKLM

pada pihak fakultas atau PRODIP

2. Studi Literatur

Yakni merupakan landasan teori yang mendukung laporan tentang

masalah – masalah yang akan dibahas dari buku – buku, Undang –

Undang dan bahan – bahan lainnya yang berhubungan dengan laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Untuk mengumpulkan data – data yang diperlukan dalam membahas

masalah yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi Pajak Bumi dan

bangunan penulis mengadakan pengamatan di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur di Jalan Diponegoro No.30 A Medan

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data melalui:

a. Data sekunder (bersumber dari buku – buku ilmiah)

b. Daftar dokumen

c. Daftar pertanyaan (interview)

5. Analisis dan Data Evaluasi

Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk

mengadakan sistematisasi terhadap bahan – bahan yang ada pada Kantor

(17)

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Adapun cara pengumpulan sumber – sumber data di atas adalah sebagai

berikut:

1.Wawancara ( Interview )

Untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara dengan fiskus

pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mempunyai

wewenang dalam memberikan informasi yang diperlukan.

2. Pengamatan ( Observasi )

Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan dengan cara

mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan

dengan objek Praktek Kerja Lapangan Mandiri. Dokumen tersebut dapat

berupa Struktur Organisasi, Keputusan – Keputusan, Surat - Surat, dan

Peraturan Pemerintah

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PKLM

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang

Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dasar pemikiran dalam

penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan

(18)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, serta

Sistematika Penulisan Laporan.

BAB II: GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang ruang lingkup dari

tempat kegiatan yaitu diuraikan Sejarah Singkat, Struktur

Organisasi, Uraian Tugas Pokok dan Fungsi, Gambaran Pegawai,

Karyawan atau Anggota Personil.

BAB III: GAMBARAN DATA PRAKTIK

Pada Bab ini penulis akan menjelaskan tentag sistematika setiap

kegiatan apa saja yang dilakukan selama Praktik Kerja Lapangan

Mandiri, Ketentuan, Objek dan Subjek Pajak, Cara Perhitungan,

Pendaftaran dan Penilaian dan lain – lain.

BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada Bab ini penulis akan menyajikan pembahasan tentang

Analisis dan Evaluasi data yang diperoleh mengenai Prosedur

Pengajuan Pengurangan Pajak Terutang di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini penulis akan mengemukakan tentang kesimpulan dan

saran – saran mengenai objek PKLM dan Perumusan yang penulis

hadapi selama melaksankan PKLM di lapangan

(19)

BAB II

GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. SEJARAH SINGKAT KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

132/KMK.001/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal.

Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 terjadi restrukturisasi organisasi di

lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yaitu penggabungan antara Kantor

Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa) dan Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) menjadi Kantor Pelayanan Pajak

Pratama (KPP Pratama). Dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama ini sebagai

instansi vertikal, dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala

Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatera Utara I.

Adapun KPP Pratama di lingkungan Sumatera Utara I ada 8, yaitu:

1. KPP Pratama Lubuk Pakam dengan wilayah kerja Kabupaten Deli

Serdang.

2. KPP Pratama Binjai dengan wilayah kerja Kota Binjai dan Kabupaten

Langkat

3. KPP Pratama Medan Petisah dengan wilayah kerja Kecamatan Medan

Sunggal, Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Petisah

4. KPP Pratama Medan Barat dengan wilayah kerja Kecamatan Medan

(20)

5. KPP Pratama Medan Polonia dengan wilayah kerja Kecamatan Medan

Polonia, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan

Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan

Maimun

6. KPP Pratama Medan Kota dengan wilatah kerja Kecamatan Medan

Kota, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area dan

Kecamatan Medan Denai

7. KPP Pratama Medan Belawan dengan wilayah kerja Kecamatan Medan

Belawan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan dan

Kecamatan Medan Deli

8. KPP Pratama Medan Timur dengan wilayah kerja Kecamatan Medan

Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada

tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak

KEP-95/PJ/2008 tanggal 19 Mei 2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan

mulai beroperasinya Kanwil DJP Nanggroe Aceh Darussalam dan Kanwil DJP

Sumut II serta KPP Pratama dan atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan

Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kanwil DJP Sumut I, Kanwil DJP

Riau dan Kepri, Kanwil DJP Kalimantan Timur, Kanwil DJP Sulawesi Selatan,

(21)

B. STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATMA MEDAN TIMUR

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai

penetapan tugas – tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing –

masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut

juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan

dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menerapkan struktur

organisasi lini dan staf yang berada di bawah seorang Kepala Kantor. Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terdiri dari 10 Seksi dan 1 kelompok

Jabatan Fungsional yang masing – masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur dapat di gambarkan sebagai berikut;

1.Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

2.Seksi Pelayanan

3.Seksi Penagihan

4.Seksi Pemeriksaan

5.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

6.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

9.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

(22)

STRUKTUR ORGANISASI

KANNTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Kepala Kantor

Subbagian Umum

Seksi Pengolahan data dan Informasi

Seksi Pelayanan Seksi Pemeriksaan Seksi Ekstensifikasi

perpajakan

Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Kelompok Jabatan Fungsional

(23)

C. TUGAS DAN FUNGSI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

KPP Pratama Medan Timur mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,

pelayanan dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak

Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Timur di pegang oleh

seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan

rencana kerja KPP, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak

berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang

bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang

bersangkutan. Kepala Kantor tersebut membawahi 10 Seksi dan 1 kelompok

Jabatan Fungsional, yang gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja adalah

sebagai berikut:

1.Sub Bagian Umum yang bertugas:

a. Melakukan urusan tata usaha

b. Melakukan usaha kepegawaian

c. Melakukan usaha keuangan

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga perusahaan

2.Seksi Pelayanan yang bertugas:

a. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan dari wajib

(24)

b. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan wajib

pajak dan surat lainnya

c. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan

pencabutan identitas wajib pajak

d. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

e. Melakukan urusan kearsipan wajib pajak

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang bertugas:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak

b. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis

perpajakan

c. Melakukan penyusunan profit wajib pajak

d. Menganalisis kinerja wajib pajak

e. Melakukan rekonsiliasi dan wajib pajak dalam rangka melakukan

intensifikasi

f. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan

peraturan perundang –undangan perpajakan

g. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak

Bumi dan Bangunan.

h. Melakukan evaluasi hasil banding

4. Seksi Pengelohan Data dan Informasi yang bertugas:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data penyajian

informasi perpajakan.

(25)

c. Merekam SSP lembar ke-3

d. Merekam SPT masa PPN 1107, 1107A dan 1107B

e. Merekam PPh pasal 21

f. Merekam PPh pasal 23/26

g. Merekam PPh final pasal 4 ayat 2

h. Melakukan urusahan tata usaha dan penerimaan perpajakan

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer

k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling

l. Pelaksanaan i-SISMIOP (Intelligence- Sistem Manajemen Informasi

Objek Pajak) dan SIG (Sistem Informasi Geografis)

m. Penyiapan laporan kinerja

5. Seksi Penagihan yang bertugas:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak

b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak

c. Penagihan aktif

d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak

e. Penyimpanan dokumen – dokumen penagihan

6. Seksi ekstensifikasi yang bertugas:

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan

b. Pendataan objek dan subjek pajak

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam

(26)

7. Seksi Pemeriksaan yang bertugas:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

D. GAMBARAN PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

Adapun wilayah kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

antara lain:

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II,

Kelurahan Sidodadi)

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II,

Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei

Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( Kelurahan Bandar Selamat,

Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrikasih,

Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir dan Kelurahan Perintis)

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (Kelurahan Durian, Kelurahan

Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu dan

Kelurahan Pulo Brayan Bengkel)

KPP Pratama Medan Timur membawahi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan

Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan.

(27)

Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan fungsional.

Dan berdasarkan data hingga Juni 2011, jumlah pegawai KPP Pratama Medan

Timur adalah sebanyak 81 orang, dengan perincian sebagai berikut:

a. Berdasarkan pendidikan

1. Master (S2) 6 orang

2. Sarjana (S1) 29 orang

3. D IV 1 orang

4. D III/sarjana muda 18 orang

5. D I 19 orang

6. SLTA 7 orang

7. SLTP 1 orang

b. Berdasarkan pangkat

1. Golongan IV 3 orang

2. Golongan III 46 orang

3. Golongan II 32 orang

c. Berdasarkan eselon

1. Eselon III 1 orang

2. Eselon IV 10 orang

3. Fungsional 11 orang

4. Account representative (AR) 19 orang

(28)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. PENGERTIAN

Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan

terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang – Undang No. 12 Tahun

1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagimana telah diubah dengan Undang

– Undang No. 12 Tahun 1994. (Mardiasmo 2006: 295)

Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak yaitu

bumi/bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan

besarnya jumlah pajak yang terutang.(Waluyo 2010 : 196)

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.

Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pendalaman (termasuk rawa – rawa,

tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

1.Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.

2.Jalan tol

3.Kolam renang

4.Pagar mewah

(29)

6. Galangan kapal, dermaga

7. Taman mewah

8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

B. DASAR HUKUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Dasar hukum PBB adalah pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945

yang berbunyi “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya di

kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran

rakyat”

Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat (2) yang berbunyi “segala

pajak untuk keperluan Negara yang di pungut berdasrkan Undang – Undang”

Dasar pelaksanaan pemungutannya adalah Undang – Undang NO. 12 Tahun

1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 1994.

Peraturan dan keputusan yang mengatur pemungutan PBB.

1 Peraturan pemerintah No. 46 tahun 1985 tentang persentase nilai jual

kena pajak pada pajak bumi dan bangunan

2 Peraturan pemerintah No. 47 tahun 1985 tentang pembagian hasil PBB

antara pemerintah pusat dengan daerah

3 Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 1985 tentang penerimaan Negara

dari PBB.

4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP – 04/PJ.6/1998 tentang

(30)

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Rangka Pembentukkan dan

atau Pemeliharaan Basis Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak

(SISMIOP)

C. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1.SUBJEK PAJAK

a. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas

bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperolah manfaat

atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran / pelunasan pajak

bukan merupakan bukti pemilikan hak.

b. Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dikenakan

kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.

c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib

pajaknya, direktur jenderal pajak dapat menetapkan subjek pajak

sebagaimana dimaksud dalam huruf a sebagai wajib pajak.

Hal ini memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk menentukan

subjek wajib pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib

pajaknya.

Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:

1. Subjek pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/atau

bangunan milik Y bukan karena sesuatu hak berdasarkan Undang –

(31)

menggunakan bumi dan/ atau bangunan ditetapkan sebagai wajib

pajak.

2. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di

pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan/

menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak.

3. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak

objek pajak, sedang untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan

kepada orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai

wajib pajak. Penunjukkan sebagai wajib pajak oleh dirjen pajak bukan

merupakan bukti pemilikan hak.

d. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam huruf c

dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada direktur

jenderal pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak

yang dimaksud

e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak dalam huruf d

disetujui maka direktur jenderal pajak membatalkan penetapan

sebagai wajib pajak sebagaimana dalam huruf c dalam jangka waktu

satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.

f. Bila keterangan yang diajukan ini tidak disetujui, maka direktur

jenderal pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan

disertai alasan – alasan

g. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya

(32)

memberikan keputusan maka keterangan yang diajukan itu dianggap

disetujui.

2. OBJEK PAJAK

a. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan

b. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah

pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan

digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan

pajak yang terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan factor – factor

sebagai berikut:

1. Letak

2. Peruntukan

3. Pemanfaatan

4. Kondisi lingkungan dan lain – lain

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor – factor

sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan

2. Rakayasa

3. Letak

4. Kondisi lingkungan dan lain – lain

c. Pengecualian objek pajak

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah

(33)

1. Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dan

tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:

a. Di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara

b. Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit

c. Di bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren

d. Di bidang sosial, contoh: panti asuhan

e. Di bidang kebudayaan, contoh: museum, candi

2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang

sejenis dengan itu

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah

Negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional

yang ditentukan oleh menteri keuangan.

D. TARIF PAJAK

Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima per

sepuluh persen)

E. DASAR PENGENAAN PAJAK

Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah nilai jual objek pajak

(NJOP). Pengertian NJOP dalam pasal 1 angka 3 undang – undang No. 12 tahun

(34)

tentang pajak bumi dan bangunan adalah harga rata – rata yang diperoleh dari

transaksi jual beli. Nilai jual objek pajak (NJOP) ditentukan melalui:

1. Harga rata – rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara

wajar.

2. Perbandingan harga dengan objek lainnya yang sejenis dan letaknya

berdekatan dan telah diketahui harga jualnya.

3. Nilai perolehan baru

4. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pengganti

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tersebut digunakan sebagai dasar

pengenaan PBB yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh Kepala Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan

mempertimbangan pendapat Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah Daerah)

setempat kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan

perkembangan daerahnya.

Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak (NJKP) yang ditetapkan

serendah – rendahnya 20% dan setinggi – tingginya 100% dari nilai jual objek

pajak (NJOP) (Muhammad, Rusjdi 2007 : 35)

Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan peraturan pemerintah No. 48

tahun 1997 yaitu sebesar:

1. 40% (empat puluh persen) yaitu pada:

a. Objek pajak perumahan, yang wajib pajaknya perseorangan dengan

NJOP atas bumi dan bangunan sama dengan atau lebih besar dari Rp.

(35)

objek pajak yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh pegawai

negeri sipil, anggota ABRI, dan para pensiunan termasuk janda dan

duda, yang penghasilannya semata – mata berasal dari gaji atau uang

pensiun.

b. Objek pajak perkebunan yang luas lahannya sama dengan atau lebih

besar dari dua puluh lima hectar (25 Ha) yang dimiliki, dikuasai atau

dikelola oleh BUMN (badan usaha milik Negara), BUMS (badan usaha

milik swasta), maupun berdasarkan kerjasama operasional antara

pemerintah dan swasta.

c. Objek pajak kehutanan, tetapi tidak termasuk areal blok penebangan

dalam rangka penyelenggaraan kegiatan hak pengusaha hutan,

pemegang hak pemungutan hasil hutan dan pemegang izin pemanfaatan

kayu yang pengenaan PBB-nya dilakukan sekaligus dengan

pemungutan iuran hasil hutan.

2. 20% (dua puluh persen)

a. Untuk objek pajak yang apabila NJOP kurang dari Rp. 1.000.000.000

(satu miliyar rupiah)

b. Untuk objek pajak pertambangan.

F. NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK

Nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP) merupakan batas nilai

jual objek pajak atas bumi dan bangunan yang tidak dikenakan pajak. Besarnya

(36)

Kabupaten/Kota setinggi – tingginya Rp. 12.000.000 (dua belas juta rupiah)

dengan ketentuan sebagai berikut:(rahman, Abdul : 2010 )

1. Setiap wajib pajak memperolah pengurangan NJOPTKP sebanyak satu

kali dalam satu tahun pajak

2. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, maka yang

mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya salah satu Objek pajak yang

nilainya terbesar dan tidak dapat digabung dengan objek pajak lainnya.

G. PENGHITUNGAN PAJAK TERUTANG

Cara menghitung pajak adalah dengan mengalikan tarif pajak dengan NJKP.

Namun demikian khusus untuk NJOP yang besarnya tidak lebih dari Rp.

8.000.000 (delapan juta rupiah) tidak dikenakan pajak. Yang disebut dengan Nilai

Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Rumus perhitungan PBB = tarif x NJKP

Jika NJKP 20% x (NJOP – NJOPTKP)

Maka besarnya PBB yang terutang

= 0,5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)

=0,1% x (NJOP – NJOPTKP)

Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP)

Maka besarnya PBB yang terutang

= 0,5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)

(37)

Contoh:

Wajib pajak A mempunyai sebidang tanah dan bangunan yang NJOP-nya

Rp.20.000.000,00 dan NJOPTKP untuk daerah tersebut adalah Rp.

12.000.000,00 maka besarnya pajak yang terutang adalah:

=0,5 % x 20 % x (Rp.20.000.000,00 – Rp.12.000.000,00)

=0,5 % x 20 % x Rp.8.000.000,00

=0,1 % x Rp.8.000.000,00

=Rp.8.000,00

H. DASAR PENAGIHAN PAJAK BUMI dan BANGUNAN Adapun dasar penagihan PBB, yaitu:

1.Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP)

Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek

pajaknya dengan mengisi (SPOP)

Dalam hal ini wajib pajak diberikan SPOP untuk diisi dan

dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang pernah

dikenakan IPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali kalau

ia menerima SPOP, maka dia wajib mengisinya dan mengembalikannya

kepada Direktorat Jenderal Pajak.

SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap dan tepat waktu

serta ditandatangani dan disampaikan kepada Dirjen Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi letak objek pajak selambat – lambatnya 30 hari setelah

(38)

2.Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang

diterimanya. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun untuk membantu

wajib pajak SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang

telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang

digunakan Kantor Pelayanan Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak

yang terutang, termasuk denda administrasi kepada wajib pajak dalam hal:

a. Wajib pajak tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan

kepadanya walaupun telah ditegur

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata

jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang

dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.

4.Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan Pajak digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk

menagih pajak terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak

dibayar atau kurang dibayar beserta denda administrasi sebesar 2% per

bulan.

I. TAHUN PAJAK

Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu

(39)

Saat yang menetukan pajak terutang adalah keadaan objek pajak pada tanggal

1 januari. Perubahan objek pajak setelah tanggal 1 januari, baik penambahan atau

pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terutang untuk tahun

yang bersangkutan.

Contoh:

A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 januari 2010. Kewajiban PBB

tahun 2010 masih menjadi tanggungan si A. sejak tahun pajak 2011 kewajiban

PBB sudah menjadi tanggung jawab si B.

J. PEMBAYARAN PAJAK

Pajak yang terutang menurut SPPT (surat pemberitahuan pajak terutang)

harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh

wajib pajak. Sedangkan pajak yang terutang berdasarkann SKP harus dilunasi

selambat – lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak.

Jumlah pajak yang terutang berdasarkan STP harus dilunasi selambat – lambatnya

1 bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak. Pembayaran pajak yang

terutang dapat dilakukan di:

1. Seluruh cabang bank pemerintah, kecuali bank pembangunan Indonesia

(BAPINDO) dan bank tabungan Negara (BTN)

2. Kantor pos dan giro

(40)

K. PENGURANGAN

Pengurangan diberikan atas Pajak Bumi dan Banguanan (PBB) terutang yang

tercantum dalam SPPT atau SKP. Pengurangan pajak terutang dapat diberikan

kepada dan dalam hal:

1.Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak

yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan karena sebab – sebab

tertentu lainnya, yaitu

a. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/peternakan yang

hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai, dan atau

dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi.

b. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib

pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya

meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan

lingkungan.

c. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib

pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari

pensiunan, sehingga kewajiban pbb-nya sulit dipenuhi.

d. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib

pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban

PBB-nya sulit dipenuhi.

e. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib

pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela

(41)

f. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib

pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang

serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban

rutin perusahaan.

Dalam hal ini pengurangan dapat diberikan setinggi-tingginya

75% (tujuh puluh lima persen) dari besarnya pajak terutang, dan

ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi objek pajak serta

penghasilan wajib pajak.

2. Wajib pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang terkena

bencana alam atau sebab – sebab lain yang luar biasa. Termasuk dalam

pengertian bencana alam adalah gempa bumi, banjir, tanah longsor,

gunung meletus dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud sebab – sebab

lain yang luar biasa adalah kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan

hama tanaman.

Dalam hal ini dapat diberikan pengarugan sampai dengan 100%

(seratus persen) dari besarnya pajak yang terutang.

3.Wajib pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela

kemerdekaan. Besarnya pengurangan ditetapkan sebesar 75% (tujuh

(42)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Pengurangan dan Tata Cara pemberian pengurangan PBB diatur dalam:

1. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam “Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 110/PMK.03/2009 tanggal

17 juni 2009 tentang Pemberian Pengurangan PBB”

2. Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak

Bumi dan Bangunan diatur dalam “Peraturan Direktur Jenderal Pajak

No. PER – 46/PJ/2009”.

B. WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGAJUKAN PENGURANGAN PBB TERUTANG

Pengurangan dapat diberikan kepada wajib pajak:

1.Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek

pajak dan/atau karena sebab – sebab tertentu lainnya.

a. Wajib pajak orang pribadi, meliputi:

1. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi veteran pejuang

kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda

(43)

2. Objek pajak berupa lahan pertanian / perkebunan / perikanan /

peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajaknya

orang pribadi yang berpenghasilan rendah

3. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang

penghasilanya semata – mata berasal dari pensiunan, sehingga

kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi

4. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit

dipenuhi, dan atau

5. Objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter

perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak

dari pembangunan

b. Wajib pajak badan, meliputi:

Objek pajak yang wajib pajaknya adalah wajib pajak badan yang

mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada tahun pajak

sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.

2. Karena objek pajak yang terkena bencana alam atau sebab lain yang luar

biasa

a. Yang termasuk dalam pengertian bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung

(44)

b. Yang termasuk dalam pengertian sebab – sebab lain yang luar biasa

adalah meliputi: kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah

hama tanaman.

C. PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERUTANG

Pengurangan dapat diberikan berdasarkan permohonan wajib pajak yang

dapat diajukan secara:

1. Perseorangan, untuk PBB yang terutang yang tercantum dalam SKP

PBB; atau

2. Perseorangan atau kolektif, untuk PBB yang terutang yang tercantum

dalam SPPT Permohonan wajib pajak tersebut harus dilampiri dengan

dokumen – dokumen pendukung. Dokumen pendukung yang dimaksud

adalah:

a. Untuk objek pajak yang wajib pajak nya orang pribadi veteran

pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima

tanda jasa bintang gerilya atau janda/dudanya dapat berupa:

1. Fotokopi kartu tanda anggota veteran, atau fotokopi surat

keputusan tentang pengakuan, pengesahan dan penganugerahan

gelar kehormatan dari pejabat yang berwenang

2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya;

dan/atau

(45)

b. Untuk objek pajak berupa lahan pertanian /perkebunan /perikanan

/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajak nya

orang pribadi yang berpenghasilan rendah dapat berupa:

1. Surat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa:

a. Hasil pertanian, perkebunan, perikanan, atau peternakan

sangat terbatas, dan

b. Penghasilan wajib pajak rendah.

2. Fotokopi kartu keluarga

3. Fotokopi rekening tagihan listrik, air,dan/atau telepon

4. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,

dan/atau

5. Dokumen lainnya

c. Untuk objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi ynag

penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga

kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi dapat berupa:

1. Fotokopi surat keputusan pensiun

2. Fotokopi slip pensiunan atau dokumen sejenis lainnya

3. Fotokopi Kartu Keluarga

4. Fotokopi rekening tagihan listirk, air, dan/atau telepon

5. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,

dan/atau

(46)

d. Untuk objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit

dipenuhi dapat berupa:

1. Surat penyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa

penghasilan wajib pajak rendah

2. Fotokopi Kartu Keluarga

3. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon

4. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,

dan/atau

5. Dokumen lainnya

e. Untuk objek pajak yang wajib pajaknya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Obejk Pajak per meter

perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak

dari pembangunan dapat berupa:

1. Surat penyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa

penghasilan wajib pajak rendah

2. Fotokopi SPPT tahun sebelumnya

3. Fotokopi Kartu Keluarga

4. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon

5. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,

dan/atau

(47)

f. Untuk wajib pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan

likuiditas pada tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat

memenuhi kewajiban rutin perusahaannya, dapat berupa:

1. Fotokopi laporan keuangan tahun sebelumnya

2. Fotokopi SPT Tahunan PPh tahun pajak sebelumnya

3. Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya,

dan/atau

4. Dokumen lainnya

g. Untuk wajib pajak yang diajukan secara perseorangan dalam hal

objek pajaknya terkena bencana alam atau sebab lain yang luar

biasa, dapat berupa:

1. Syrat pernyataan dari wajib pajak yang menyatakan bahwa

objek pajaknya terkena bencana alam atau sebab lain yang luar

biasa

2. Surat keterangan yang mendukung alasan permohonan dari

kepala Desa/Lurah setempat atau instansi yang terkait, dan/atau

3. Dokumen lainnya

h. Untuk wajib pajak yang diajukan secara kolektif oleh pengurus

Leguin Veteran Republik Indonesia (LVRI) atau organisasi yang

terkait lainnya, dapat berupa:

1. Fotokopi kartu tanda anggota veteran tiap – tiap wajib pajak

2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tiap – tiap wajib pajak tahun

(48)

3. Dokumen lainnya

i. Untuk wajib pajak yang diajukan secara kolektif oleh kepala

Desa/Lurah dapat berupa:

1. Surat keterangan yang mendukung alasan permohonan dari

kepala Desa/Lurah setempat atau instansi yang terkait

2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tiap – tiap wajib pajak tahun

pajak sebelumnya, dan/atau

3. Dokumen lainnya.

D. BESARNYA PENGURANGAN YANG DIBERIKAN KEPADA WAJIB PAJAK

Kepala KPP Pratama Medan Timur atas nama Menteri Keuangan

berwenang memberikan keputusan atas permohonan pengurangan yang diajukan

oleh wajib pajak, keputusan tersebut dapat berupa:

1. Mengabulkan seluruhnya

2. Mengabulkan sebagian, atau

3. Menolak permohonan

Keputusan kepala KPP Pratama Medan Timur ditetapkan berdasarkan

hasil penelitian. Wajib pajak yang telah diberikan suatu keputusan pengurangan

tidak dapat lagi mengajukan permohonan pengurangan untuk SPPT atau SKP

(49)

Adapun besarnya persentase pengurangan yang telah ditetapkan sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

110/PMK.03/2009

1. Maksimal sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang

terutang untuk wajib pajak Anggota Veteran pejuang kemerdekaan,

veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya,

atau janda/dudanya

2. Maksimal sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari PBB yang

terutang untuk wajib pajak orang pribadi yang hasil dari lahan

pertanian/peternakan/perkebunan/perikanan sangat terbatas dan

berpenghasilan rendah, untuk wajib pajak pensiunan, untuk wajib

pajak yang berpenghasilan rendah, serta untuk wajib pajak badan yang

mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas.

3. Sebesar 100% (seratus persen) dari PBB yang terutang untuk wajib

pajak yang objek pajaknya terkena bencana alam dan sebab – sebab

lain yang luar biasa.

E. HAMBATAN – HAMBATAN DALAM PENGAJUAN PENGURANGAN Dalam pengajuan pengurangan tersebut terdapat berbagai kendala yang

dihadapi oleh wajib pajak

1. Wajib pajak kurang paham atas prosedur yang harus dilengkapi dalam

(50)

2. Terdapat perubahan peraturan atau ketentuan dari Menteri Keuangan

atau Direktu Jenderal Pajak yang tidak diketahui oleh wajib pajak

sebelumnya sehingga wajib pajak harus kembali untuk melengkapi

dokumen – dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang

terbaru

3. Dokumen yang diajukan oleh wajib pajak telah lewat jangka waktu

yang sudah ditetapkan yaitu:

a. 3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT

b.1(satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP PBB

c. 3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya bencana alam

d.3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya sebab – sebab lain

yang luar biasa

4. Wajib pajak sebelumnya telah mengajukan keberatan atas SPPT atau

SKP PBB yang dimohonkan pengurangan, sehingga pengajuan

pengurangan tidak dapat diproses

5. Wajib pajak pada tahun pajak sebelumnya memilki tunggakan PBB

yang dimohonkan pengurangan sehingga pengajuan pengurangan

tidak dapat diproses.

F. TATA KERJA APARATUR PAJAK

Prosedur dan tata kerja dalam penyelesaian pengurangan adalah sebagai

berikut:

(51)

a. Menerima, meneliti kelengkapan serta kebenaran berkas wajib pajak;

b. Mencocokkan data wajib pajak dengan data yang ada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

c. Mengisi data umum persyaratan pada formulir pelayanan;

d. Merekam tanggal dan nomor penerimaan berkas wajib pajak pada

komputer dan/atau mencatatnya pada buku penjagaan;

e. Menyerahkan tanda terima berkas kepada wajib pajak;

f. Meneruskan berkas dan formulir pelayanan kepada pemroses urusan

kepada koordinator tempat pelayanan untuk diproses lebih lanjut;

2. Pemroses urusan / Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

a. Menerima berkas dan formulir pelayanan dari penerima berkas, serta

menatausahakannya pada buku penjagaan;

b. Meneliti dan memroses berkas berdasarkan tugas dan wewenang yang

ditentukan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,

antara lain menyiapkan konsep surat keputusan pemberian

pengurangan pajak terutang;

c. Meneruskan berkas yang telah selesai diproses beserta formulir

pelayanan kepada koordinator tempat pelayanan;

3. Pemroses berkas / Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi)

4. Koordinator tempat pelayanan (Seksi Pelayanan)

a. Menerima dan meneliti kebenaran hasil pekerjaan pemroses urusan;

apabila dipandang perlu, meneruskan ke Seksi yang terkait atau

(52)

b. Menerima dan meneliti serta menandatangani hasil keluaran berupa;

surat keputusan pengurangan pajak terutang yang diterima dari Seksi

Pengolahan Data dan Informasi serta meneruskannya kepada Kepala

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur untuk ditandatangani

5. Penyampaian hasil keluaran

a. Menerima hasil keluaran yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beserta keseluruhan berkas

wajib pajak;

b. Mencatat tanggal penyelesaian berkas pada buku penjagaan dan/atau

merekamnya pada komputer;

c. Menyampaikan surat keputusan pemberian pengurangan pajak bumi

dan bangunan yang terutang kepada wajib pajak dengan

menandatangani tanda terima pada formulir Pelayanan atau

meneruskannya ke Sub Bagian Umum untuk dikirim melalui pos atau

kurir;

G. PROSEDUR PENGAJUAN PENGURANGAN ATAS PBB YANG TERUTANG YANG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

Adapun wajib pajak yang umumnya mengajukan pengurangan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah wajib pajak pensiunan baik janda

dan atau dudanya serta wajib pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran

(53)

selalu dianjurkan untuk melampirkan dokumen yang diperlukan seperti

contohnya untuk wajib pajak pensiunan baik janda dan atau dudanya wajib

melampirkan fotokopi bukti pelunasan PBB tahun pajak sebelumnya, fotokopi

surat keputusan pensiun, fotokopi slip pensiunan, fotokopi rekening listrik,air dan

telepon, serta yang paling penting adalah fotokopi kartu keluarga bagi wajib pajak

pensiunan yang sudah janda atau duda, karna dari kartu keluarga petugas

pajak/Account Representative dapat mengetahui apakah benar wajib pajak

tersebut adalah seorang janda dan atau duda pensiunan.

Dari hasil penelitian, wajib pajak yang mengajukan permohonan pengurangan

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur selalu lengkap dalam

melampirkan dokumen – dokumen sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan

Pajak Bumi dan Bangunan dan apabila didapati oleh petugas Tempat Pelayanan

Terpadu ketika sedang meneliti kelengkapan berkas atau dokumen yang

diperlukan dalam pengajuan pengurangan ternyata masih ada dokumen –

dokumen yang belum dilampirkan maka wajib pajak dihimbau untuk

melengkapinya kembali

Berikut adalah proses atau tahapan permohonan pengajuan pengurangan pajak

bumi dan bangunan yang terutang yang dilakukan oleh wajib pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur:

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan PBB secara tertulis ke

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur melalui Tempat Pelayanan

(54)

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima permohonan Pengurangan

PBB kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas

permohonan Pengurangan PBB belum lengkap, dihimbau kepada Wajib

Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas permohonan permohonan

Pengurangan PBB sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu

mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan

LPAD digabungkan dengan berkas permohonan Pengurangan PBB.

Petugas Tempat Pelayanan Terpadu merekam permohonan dan

meneruskan permohonan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan

Konsultasi.

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberi disposisi

kepada Account Representative.

4. Account Representative meneliti pemenuhan persyaratan formal permohonan Wajib Pajak. Apabila persyaratan formal terpenuhi, Account Representative meneliti apakah keputusan atas permohonan pengurangan PBB adalah wewenang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur atau wewenang Kepala Kantor Wilayah DJP SUMUT I sesuai

dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 110/PMK.03/2009 serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER – 46/PJ/2009. Apabila pemberian keputusan menjadi wewenang

(55)

lapangan, serta menyerahkan uraian dan konsep tersebut ke Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani

Uraian Penelitian, dan memaraf konsep surat keputusan, kemudian

meneruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyetujui dan

menandatangani Uraian Penelitian dan Surat Keputusan.

7. Surat Keputusan atas permohonan pengurangan PBB Wajib Pajak dikirim

ke Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian

Dokumen di KPP).

8. Dalam permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan formal,

Account Representative membuat konsep surat pemberitahuan tidak dapat diproses dan menyerahkan konsep surat tersebut ke Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi.

9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep

surat pemberitahuan tidak dapat diproses dan meneruskan ke Kepala

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyetujui dan

menandatangani Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses.

11.Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses dikirim ke Wajib Pajak

melalui Subbagian Umum.

(56)

NJOP diatas 1 milyar), Account Representative memroses konsep Surat Pengantar ke Kantor Wilayah.

13.Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep surat pengantar, dan

meneruskan konsep tersebut ke Kepala Seksi Pelayanan

14.Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep surat pengantar,

kemudian menerus ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur.

15.Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyetujui dan

menandatangani surat pengantar.

16.Surat pengantar ditatausahakan di Seksi Pelayanan

17.Proses selesai.

Berikut merupakan daftar jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan

pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang untuk tiap – tiap Kelurahan

yang berada dibawah naungan KPP Pratama Medan Timur.

(57)

Bantan Timur 007 9 orang

Pulo Brayan Bengkel Baru 020 12 orang

Perintis 021 18 orang

Medan Perjuangan (081) Pahlawan 001 23 orang

(58)

Berdasarkan data diatas yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur diketahui bahwa total wajib pajak yang mengajukan

permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang untuk tahun

2010 adalah 387 orang. Dari jumlah tersebut masih terdapat 13 wajib pajak yang

tidak membayar PBB-nya walaupun telah diberikan pengurangan.

Adapun jumlah pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayar oleh 387

wajib pajak sebelum mengajukan pengurangan adalah sebesar Rp. 303.623.311.

dan pajak yang telah dikurangkan adalah sebesar Rp. 104.052.713. sedangkan

pajak yang masih harus dibayar adalah sebesar Rp. 199.570.598. Berarti dalam hal

pemberian keputusan pengurangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Timur telah mengabulkan sebagian dari permohonan wajib pajak untuk

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian – uraian yang telah dikemukakan dan data yang telah

diperoleh dari hasil penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.Pengurangan atas pajak terutang dapat diberikan kepada:

a. Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek

pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena

sebab – sebab tertentu lainnya;

b. Wajib pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang

terkena bencana alam seperti: gempa bumi, banjir, tanah longsor,

gunung meletus dan sebagainya atau sebab – sebab lain yang luar

biasa seperti: kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama

tanaman;

c. Objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib

pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela

kemerdekaan termasuk janda/dudanya.

2. Permohonan pengurangan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang

menerbitkan SPPT atau SKP dengan mencantumkan besarnya persentase

(60)

3. Dalam hal permohonan pengurangan diajukan terhadap SKP, maka

pemberian pengurangan PBB hanya dapat diberikan atas pokok ketetapan

pajak terutang

4. Permohonan pengurangan diajukan selambat – lambatnya 3 (tiga) bulan

terhitung sejak:

a. Diterimanya SPPT/SKP

b. Terjadinya bencana alam atau sebab – sebab lainnya yang luar biasa

5. Permohonan pengurangan pajak terutang dapat diajukan secara kolektif

atau perorangan

6. Permohonan pengurangan pajak terutang secara perseorangan harus

dilampiri:

a. Foto copy SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan

pengurangannya; dan

b. Foto copy tanda anggota veteran bagi anggota veteran

7. Permohonan pengurangan pajak terutang secara kolektif dapat diajukan

sebelum SPPT diterbitkan, selambat – lambatnya tanggal 10 januari untuk

tahun pajak yang bersangkutan melalui:

a. Pemerintah daerah setemapt;atau

b. Organisasi legiun veteran republik Indonesia, bagi anggota veteran

8. Permohonan pengurangan pajak terutang untuk wajib pajak badan harus

dilampiri dengan:

a. Foto copy SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan

(61)

b. Foto copy SPT PPh tahun pajak terakhir yang diajukan permohonan

pengurangan; dan

c. Laporan keuangan

9. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan pajak terutang

apabila telah melunasi PBB untuk tahun pajak sebelumnya atas objek

pajak yang sama

B. SARAN

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mencoba memberikan beberapa saran

yang nantinya dapat menjadi masukan – masukan yang bermanfaat bagi Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam peningkatan penerimaannya

dimasa yang akan datang.

1. Bagi pihak fiskus hendaknya mengekspos/mengumumkan bagaimana

prosedur untuk mengajukan pengurangan secara umum, dalam artian

prosedur tersebut diinformasikan melalui media – media yang ada seperti

papan pengumuman, brosur, dan lain sebagainya.

2. Peningkatan sumber daya Manusia (Human Resources) atau Sumber Daya

Manusia di lingkungan Perpajakan khusunya di Kantor Pelayanan Pajak

Medan Timur. Pembinaan Sumber Daya tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai cara diantaranya, dengan memberikan pendidikan khusus,

pelatihan (training) atau langkah – langkah yang dapat meningkatkan

(62)

3. Hendaknya Undang – Undang yang ada tidak dipergunakan untuk

memberatkan wajib pajak tetapi untuk memberikan jaminan hukum bagi

wajib pajak, dan agar tidak terjadi salah penafsiran Undang – Undang

hendaknya diberikan penjelasan yang sejelas – jelasnya, dengan demikian

wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban PBB nya dengan sebaik –

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang sama juga ditemukan ketika ditanyakan tentang patung Sigale-gale versi Henrizal Batubara sebagai patung Sigale-gale garapan baru yang digagas oleh Ben Pasaribu,

Hasil penelitian dengan desain eksperimen ini dapat menunjukan kemampuan produksi dari mesin saat ini memang sudah dalam tahap yang paling maksimal, sehingga perubahan

Untuk mendeteksi ada tidaknya mana- jemen laba, maka pengukuran laba atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk diper- hatikan. Total accruals adalah semua kejadian yang

 Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang hukum Islam tentang makanan dan minuman.  Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak subjek penelitian sebagian besar dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan

RENDRA SEPTYO SANTOSO Bahasa

Kemukakan kemampuan awal peserta didik yang dapat digali dan potensi yang dimiliki peserta didik berkaitan dengan konsep tersebut.. Kemukakan kesulitan yang kemungkinan

bukti empiris apakah dengan teori yang sama tetapi populasi, waktu dan tempat yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian ini sampel diambil dari karyawan bagian