• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS BUDAYA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS YMPI TANJUNGBALAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS BUDAYA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS YMPI TANJUNGBALAI."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS BUDAYA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MTs YMPI TANJUNGBALAI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH : YUSI SABRIDA NIM : 8146171091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

YUSI SABRIDA. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa MTs YMPI Tanjungbalai. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis menggunakan bahan ajar yang dikembangkan, (2) Peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan bahan ajar yang dikembangkan, (3) Efektifitas bahan ajar yang dikembangkan, (4) Respon siswa dalam menggunakan bahan ajar yang dikembangkan, (5) Jenis kesalahan penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematis. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama pengembangan bahan ajar dan tahap kedua mengujicobakan bahan ajar yang dikembangkan di kelas VII/1 dan VII/2 MTs YMPI Tanjungbalai. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa: (1) Adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis menggunakan bahan ajar yang dikembangkan; (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan bahan ajar yang dikembangkan; (3) bahan ajar memenuhi keefektifan, efektivitas ditinjau dari: a) ketuntasan belajar siswa secara klasikal; b) ketercapaian tujuan pembelajaran; dan c) waktu pembelajaran; (4) respon siswa positif terhadap bahan ajar yang dikembangkan; (5) terdapat 4 jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa. Selanjutnya, disarankan agar guru dapat menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami masalah-masalah kontekstual yang diberikan.

(7)

ii ABSTRACT

YUSI SABRIDA. The Development of Teaching Material Based on Culture using Realistic Approach to Improve Students’ Mathematical Communication and Learning Motivation Skills of YMPI Junior High School Tanjungbalai. Thesis. Medan. Postgraduate Program, State University of Medan. 2016.

This research aimed to describe: (1) Improving students’ mathematical communication skill using developed teaching materials, (2) Improving learning motivation using developed teaching materials, (3) Effectiveness of developed teaching materials, (4) Students response in using developed teaching materials, (5) Various kind of students’ mistakes in solving mathematical communication test. This research was conducted using Four-D model of development. The research was done in two steps, first step is developing teaching materials and second step is making trials of developed teaching materials in class VII-I and VII-II YMPI Tanjungbalai. From the first and second test results trials obtained: (1) an increase of students' mathematical communication skill using developed teaching materials, (2) an increase of learning motivation using developed teaching materials; (3) teaching material meets the effectiveness, effectiveness in terms of a) students learning mastery classically; b) achievement of learning objectives; and c) time of learning process; (4) positive students’ responces on developed teaching materials; (5) there were four kinds of students’ mistakes. Furthermore, it was suggested that teachers could use teaching materials based on culture using realistic approach as an alternative to learning, with guidance or questions given could be affordable by the students, so that students more easily understand the given contextual problems.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa MTs YMPI Tanjungbalai”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda Drs. Sabaruddin dan Ibunda Yusminar yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang,

nasihat, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materi yang tak

terhingga bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen pemimbing I dan Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini sampai dengan selesai. 3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S., serta Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

(9)

iv

5. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Ibu Arjunil, MA dan Ibu Siti Aisyah, S.Pd.I, M.Pd.I selaku Kepala Madrasah MTs YMPI Tanjungbalai yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

8. Kepada saudara kandung Yusi Sabrina, S.Pt, Yosi Sahreza, S.T, Yusi Sabreni, S.H, serta terimakasih terkhusus kepada sahabat Linda, Lila, Khaidar, Fitri Saraini, dan Abdul Malik Lubis yang senantiasa memberikan motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materi yang tak terhingga.

9. Rekan-rekan tercinta khususnya Nur Asyiah Nasution, Anim, Dani, Nova, Nadrah, Yessi, Kak Hera, Kak Pida, yang menjadi tempat bertanya di sela-sela penyusunan tesis ini. Serta keluarga besar Dikmat A-3 stambuk 2014 yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studinya. 10.Teman-teman satu pembimbing Kak Lia, Kak Nova, Pak Nadran, Aufa, Nisa,

Kak Ruminda, Kak Ika, Kak Ainsyah dan semua yang selalu memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

11.Semua pihak dari rekan-rekan angkatan XXIII Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi serta dorongan dalam penyusunan tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

(10)

v 1.1. Latar belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 18 2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 22

2.2 Motivasi Belajar Siswa ... 24

2.3 Respon Siswa ... 26

2.4 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa ... 27

2.5 Pendekatan Realistik ... 29

2.6 Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya Melayu ... 39

2.7 Teori Belajar Pendukung Pendekatan Realistik Berbasis Budaya Melayu ... 42

2.8 Bahan Ajar ... 47

2.9 Kualitas Bahan Ajar... 53

2.10 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 57

2.11 Penelitian Yang Relevan ... 62

2.12 Kerangka Konseptual ... 67

2.13 Pertanyaan Penelitian ... 76

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 77

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 77

3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 77

(11)

vi

3.5 Pengembangan Bahan Ajar ... 80

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 89

3.7 Teknik Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...107

4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...108

4.1.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ...108

4.1.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ...116

4.1.1.3 Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ...133

a. Hasil Validasi Ahli...133

b. Hasil Uji Coba Bahan Ajar dan Instrumen Penelitian ...148

c. Hasil Uji Coba I ...152

d. Hasil Uji Coba II...157

4.1.1.4 Deskripsi Tahap Penyebaran (Disseminate) ...158

4.1.2 Deskripsi Kepraktisan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik yang dikembangkan ...158

4.1.3 Deskripsi Efektivitas Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik yang dikembangkan ...161

4.1.3.1 Analisis Efektivitas Bahan Ajar Berbasis Budaya Dengan Pendekatan Realistik pada Uji Coba I ...162

4.1.3.2 Analisis Efektivitas Bahan Ajar Berbasis Budaya Dengan Pendekatan Realistik pada Uji Coba II ...173

4.1.4 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis menggunakan Bahan Ajar Berbasis Budaya Dengan Pendekatan Realistik yang dikembangkan ...180

4.1.5 Deskripsi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa menggunakan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik yang dikembangkan ...186

4.1.6 Deskripsi Respon Siswa terhadap Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik yang dikembangkan ...190

4.1.6.1 Analisis Angket Respon Siswa pada Uji Coba I ...190

4.1.6.2 Analisis Angket Respon Siswa pada Uji Coba II ...193

(12)

vii

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...215 4.2.1 Peningkatan Kemampuan komunikasi Matematis Siswa

Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan

Pendekatan Realistik yang dikembangkan ... 216 4.2.2 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa menggunakan

Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan pendekatan

Realistik yang dikembangkan ... 218 4.2.3 Efektivitas Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan

Pendekatan Realistik yang dikembangkan ... 221 4.2.4 Respon Siswa Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan

Pendekatan Realistik yang dikembangkan ... 229 4.2.5 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 231 4.3 Keterbatasan Penelitian ... 232

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 234 5.2 Saran ... 236

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Hasil PISA dan TIMSS ...3

Tabel 2.1 Matematisasi Horizontal dan Vertikal pada Pendekatan Matematika ...29

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Realistik ...36

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ...87

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ...93

Tabel 3.3 Pendoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik ...94

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa ...95

Tabel 3.5 Skor Jawaban Angket Motivasi Belajar ...96

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kevalidan ...99

Tabel 3.7 Nilai Ketuntasan Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan ...103

Tabel 3.8 Kategori Motivasi Belajar Siswa ...105

Tabel 3.9 Kategori Respon Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran...106

Tabel 4.1 Analisis Tugas Materi Aritmatika Sosial Pada LKS ...113

Tabel 4.2 Analisis Tugas Materi Aritmatika Sosial Pada RPP dan Buku Siswa ...114

Tabel 4.3 Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan ...116

Tabel 4.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ...117

Tabel 4.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ...119

Tabel 4.6 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ...120

Tabel 4.7 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Aritmatika Sosial ...120

Tabel 4.8 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...135

Tabel 4.9 Hasil Validasi Lembar Kegiatan Siswa ...139

Tabel 4.10 Hasil Validasi Buku Siswa ...141

Tabel 4.11 Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru ...143

Tabel 4.12 Hasil Validasi Instrumen ...147

Tabel 4.13 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ...149

Tabel 4.14 Validitas Butir Angket Motivasi Belajar Siswa ...150

Tabel 4.15 Revisi Buku Siswa ...154

Tabel 4.16 Revisi Buku Petunjuk Guru ...156

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Wawancara ...159

Tabel 4.18 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Uji Coba I ...163

Tabel 4.19 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Postest Uji Coba I ...163

(14)

ix

Tabel 4.21 Rerata Tingkat Penguasaan Siswa Tiap Indikator Kemampuan

Komunikasi Matematis Uji Coba I ...166

Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa pada Uji Coba I...167

Tabel 4.23 Rerata Skor Motivasi Belajar Siswa Tiap Indikator Uji Coba I ...168

Tabel 4.24 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I ...170

Tabel 4.25 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Uji Coba II ...173

Tabel 4.26 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Postest Uji Coba II...174

Tabel 4.27 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ...175

Tabel 4.28 Rerata Tingkat Penguasaan Siswa Tiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Uji Coba II ...176

Tabel 4.29 Klasifikasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa pada Uji Coba II ....177

Tabel 4.30 Rerata Skor Motivasi Belajar Siswa Tiap Indikator Uji Coba II ...178

Tabel 4.31 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ...180

Tabel 4.32 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis ...183

Tabel 4.33 Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa untuk Setiap Indikator ...184

Tabel 4.34 Deskripsi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ...186

Tabel 4.35 Deskripsi Hasil Skor Motivasi Belajar Siswa Tiap Indikator ...188

Tabel 4.36 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa Uji Coba I ...191

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Proses Jawaban Tes Komunikasi Matematik ...6

Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual ...31

Gambar 2.2 Matematisasi Horizontal dan Vertikal ...32

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan Model Pendekatan Realistik ...34

Gambar 3.1. Bagan PengembanganBahan Ajar Model 4-D ...81

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik ...88

Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep untuk Materi Aritmatika Sosial ...112

Gambar 4.2 Cover Buku Petunjuk Guru ...123

Gambar 4.3 Kata Pengantar Buku Petunjuk Guru ...124

Gambar 4.4 Surat Untuk Guru ...125

Gambar 4.5 Deskripsi Singkat Pendekatan Realistik ...125

Gambar 4.6 Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran ...126

Gambar 4.7 Materi Aritmatika Sosial ...127

Gambar 4.8 Cover Buku Siswa ...128

Gambar 4.9 Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar ...128

Gambar 4.10 Peta Konsep Aritmatika Sosial ...129

Gambar 4.11 Materi Aritmatika Sosial ...130

Gambar 4.12 Lembar Kegiatan Siswa ...130

Gambar 4.13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...131

Gambar 4.14 Sebelum dan Setelah Validasi RPP 1 ...136

Gambar 4.15 Sebelum dan Setelah Validasi RPP 2 ...136

Gambar 4.16 Sebelum dan Setelah Validasi RPP 2 ...137

Gambar 4.17 Sebelum dan Setelah Validasi RPP 1 ...137

Gambar 4.18 Sebelum dan Setelah Validasi RPP 1 ...138

Gambar 4.19 Sebelum dan Setelah Validasi RPP 1 ...138

Gambar 4.20 Sebelum dan Setelah Validasi LKS 1 ...140

Gambar 4.21 Sebelum dan Setelah Validasi LKS 3 ...140

Gambar 4.22 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa ...142

Gambar 4.23 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Guru ...144

Gambar 4.24 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Guru ...145

Gambar 4.25 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Guru ...145

Gambar 4.26 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Guru ...146

Gambar 4.27 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Guru ...146

Gambar 4.28 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Guru ...147

Gambar 4.29 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ...164

(16)

xi

Gambar 4.31 Tingkat Motivasi Belajar Siswa Hasil Angket Uji Coba I...167 Gambar 4.32 Diagram Skor Motivasi Belajar Siswa Tiap Indikator

Uji Coba I ...169 Gambar 4.33 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Kemampuan

Komunikasi Matematis Pada Uji Coba I ...171 Gambar 4.34 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil

Posttest Uji Coba II ...174 Gambar 4.35 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan

Komunikasi Matematis Pada Uji Coba II ...175 Gambar 4.36 Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pada Uji Coba II ...178 Gambar 4.37 Diagram Skor Motivasi Belajar Siswa Uji Coba II ...179 Gambar 4.38 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Uji Coba II ...181 Gambar 4.39 Peningkatan Persentase Rerata Ketuntasan Klasikal

pada Uji Coba I dan Uji Coba II ...183 Gambar 4.40 Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis untuk

Setiap Indikator ...185 Gambar 4.41 Peningkatan Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pada

Uji Coba I Dan Uji Coba II ...188 Gambar 4.42 Rata-Rata Skor Motivasi Belajar Siswa untuk Setiap

Indikator ...189 Gambar 4.43 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 1 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba I ...197 Gambar 4.44 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 1 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba II ...198 Gambar 4.45 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 1 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba I ...199 Gambar 4.46 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 1 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba II ...199 Gambar 4.47 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 1 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba I ...200 Gambar 4.48 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 1 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba II ...201 Gambar 4.49 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 2 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba I ...202 Gambar 4.50 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 2 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba II ...202 Gambar 4.51 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 2 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba I ...203 Gambar 4.52 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 2 Indikator

(17)

xii

Gambar 4.53 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 2 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba I ...204 Gambar 4.54 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 2 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba II ...205 Gambar 4.55 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 3 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba I ...206 Gambar 4.56 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 3 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba II ...206 Gambar 4.57 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 3 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba I ...207 Gambar 4.58 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 3 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba II ...207 Gambar 4.59 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 3 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba I ...208 Gambar 4.60 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 3 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba II ...208 Gambar 4.61 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 4 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba I ...209 Gambar 4.62 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 4 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba II ...209 Gambar 4.63 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 4 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba I ...210 Gambar 4.64 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 4 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba II ...210 Gambar 4.65 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 5 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba I ...211 Gambar 4.66 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 5 Indikator

Menyajikan Masalah Uji coba II ...211 Gambar 4.67 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 5 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba I ...212 Gambar 4.68 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 5 Indikator

Membuat Model Matematika Uji coba II ...212 Gambar 4.69 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 5 Indikator

Menjelaskan Ide Uji coba I ...213 Gambar 4.70 Jenis Kesalahan Jawaban Siswa Butir Soal 5 Indikator

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 237

2. Buku Petunjuk Guru ... 264

3. Buku Siswa ... 307

4. Lembar Kegiatan Siswa ... 328

Lampiran B 1. Lembar Validasi RPP ... 343

2. Lembar Validasi Buku Petunjuk Guru ... 344

3. Lembar Validasi Buku Siswa ... 346

4. Lembar Validasi LKS ... 348

5. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 350

6. Lembar Validasi Skala Motivasi Belajar Siswa ... 352

Lampiran C 1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 355

2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 356

3. Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa ... 366

4. Angket Motivasi Belajar Siswa ... 367

5. Angket Respon Siswa ... 370

Lampiran D 1. Deskripsi Laporan Validasi dan Uji Coba Bahan Ajar dan Instrumen penelitian ... 372

2. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I ... 410

3. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ... 411

4. Deskripsi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Uji Coba I ... 412

5. Deskripsi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa pada Uji Coba II ... 414

6. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Pencapaian Tujuan Pembelajaran pada Uji Coba I ... 416

7. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Pencapaian Tujuan Pembelajaran pada Uji Coba II ... 417

8. Deskripsi Hasil Postes untuk setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji coba I ... 418

9. Deskripsi Hasil Postes untuk setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji coba II ... 419

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 berkembang dengan pesat. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Jika tidak diseimbangkan dengan tepat, Indonesia akan tertinggal dengan negara-negara lain. Banyak hal yang mendasari hal tersebut, salah satunya arus globalisasi yang semakin kuat dan terbuka. Pendidikan merupakan salah satu sarana dan alat agar Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratama dkk (2013:335) bahwasanya “Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat”. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, matematika termasuk salah satu bidang studi yang diutamakan saat proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari jam pelajaran yang harus di tempuh siswa di sekolah. Tidak hanya di sekolah, bahkan mayoritas para orang tua di rumah memberikan anaknya belajar matematika tambahan dengan cara mendaftarkan anaknya untuk mengikuti kursus Matematika.

(20)

2

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Tujuan mata pelajaran matematika untuk jenjang SMP/MTs adalah agar siswa mampu:

(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Wardhani, 2008: 2).

(21)

3

Namun, masalah serius dalam prestasi akademik peserta didik di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan. Khususnya dalam pembelajaran matematika, siswa memandang matematika sebagai matapelajaran yang sulit. Menurut Saragih dan Habeahan (2014:123) this happens because of the mathematics presented in a form that is less appealing and seems difficult for students to learn; as a result

students often feel bored and do not respond well lesson. Inti dari pernyataan

tersebut adalah hal ini terjadi karena matematika disajikan dalam bentuk minim aplikasi dan sulit untuk dipelajari sehingga siswa merasa bosan dan tidak memberi respon positif.

Permasalahan-permasalahan tersebut mengakibatkan rendahnya prestasi Indonesia pada pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh Indonesia pada TIMSS (Trends in International Mathematics Science Study) dan PISA (Program for International Student Assessment) dengan rata-rata

skor internasional = 500 dan standar deviasi = 100, dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 1.1. Data Hasil PISA dan TIMSS

Tahun PISA TIMSS

1999 - 34 dari 38 negara

2000 39 dari 41 negara -

2003 38 dari 40 negara 35 dari 46 negara

2006 50 dari 57 negara -

2007 - 36 dari 49 negara

2009 61 dari 65 negara

(22)

4

Berdasarkan tabel di atas, Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain banyaknya materi uji yang dinyatakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Sekalipun hal ini tidak menunjukkan prestasi siswa Indonesia secara umum dalam mata pelajaran matematika, namun dengan membandingkan prestasi siswa Indonesia berdasarkan hasil TIMSS, sudah menunjukkan rendahnya kualitas pengetahuan matematika siswa Indonesia pada level internasional. Rendahnya rating matematika yang diperoleh Indonesia menjadi fokus masalah dalam

pendidikan Indonesia.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa agar terjadi peningkatan dalam belajar matematika adalah kemampuan komunikasi matematis. Karena dengan komunikasi dalam matematika peserta didik akan memiliki keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman mereka dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika.

Dalam NCTM (2000:60) dijelaskan: Many educators of mathematics believe communication is a crucial part of mathematics. It is a way of sharing

ideas and clarifying understanding. Through communication, ideas become

objects of reflection, refinement, discussion, and amendment. The communication

process also helps build meaning and permanence for ideas and makes them

public. Dengan komunikasi, siswa dapat menjelaskan atau menyampaikan ide-ide

(23)

5

Baroody (Ansari, 2012:4) menyebutkan terdapat dua alasan penting menjadikan komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian, yaitu (1) matematika sebagai bahasa (mathematics as a language): matematika tidak hanya sebagai alat bantu berpikir (as tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah, tetapi juga matematika “an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and

succintly”, dan (2) pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial (mathematics learning as social activity): dalam pembelajaran matematika, interaksi antar

siswa, seperti juga komunikasi siswa dengan guru merupakan bagian penting untuk melatih potensi matematis (nurturing children’s mathematics potential).

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik diperlukan suatu indikator yang dapat menjadi acuan. Menurut NCTM (2000:60) indikator komunikasi matematis dapat dilihat dari: (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

(24)

6

ini siswa dituntut memiliki kemampuan komunikasi matematis siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematis ke dalam tulisan dan menterjemahkan soal cerita ke dalam bentuk bahasa atau model matematika, yakni sebagai berikut: Ibu membeli 4 rak telur dengan harga telur Rp 21.000,00 tiap rak. Tiap rak berisi 30 butir telur. Kemudian ibu menjual kembali dan setiap satu butir telur mendapatkan keuntungan Rp 100,00, berapakah harga jual telur seluruhnya?

Dari hasil survey awal penelitian, peneliti mendapatkan jawaban soal tersebut dari siswa seperti pada gambar 1.1. berikut:

Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Siswa Berdasarkan jawaban siswa tersebut, hasil jawaban siswa salah karena siswa tidak mampu membuat model matematika yang lengkap dari soal yang dipaparkan. Siswa sulit memahami soal tersebut dan merubah soal ke dalam bentuk model matematika, ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal, akibatnya kemampuan komunikasi matematika siswa rendah. Dari 27 siswa hanya 5 orang sekitar 18% yang menjawab benar dan lengkap, 9 (33%) orang menjawab benar tapi tidak lengkap, 10 orang (37%) yang menjawab salah dan 3 orang (11%) tidak menjawab. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap soal yang diberikan masih rendah.

Siswa belum mampu mengekspresikan ide matematis dalam bentuk tulisan

secara lengkap.

Jawaban siswa salah. Dalam hal ini siswa belum mampu membuat

(25)

7

Rendahnya komunikasi matematis siswa diperkuat oleh Saragih dan Rahmiyana (2013: 176), berdasarkan hasil observasi dari ulangan harian yang dilakukan pada siswa SMA/MA Negeri Simpang Ulim, menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika masih rendah, hal ini dapat dilihat dari proses jawaban siswa hampir semua siswa mengalami kesulitan menggambarkan masalah yang diberikan. Hanya 6 orang dari 15 siswa SMA dan 2 orang yang mampu menggambarkan permasalahan tersebut dalam bentuk gambar, walaupun kurang sempurna. Tidak satu orang pun siswa dari kedua sekolah dapat menentukan model matematika yang sesuai, dikarenakan kurang sempurnanya gambar pada poin a), sehingga siswa tidak dapat menentukan tinggi tiang lampu dengan benar. Ada 2 orang siswa dari SMA dan 3 orang siswa SMA yang menjawab poin c) tidak satu orang pun siswa yang mencoba menceritakan cara menyelesaikan masalah. Ini dikarenakan dalam proses pembelajaran guru hanya menjelaskan langkah-langkah untuk sekedar menghitung tanpa membimbing siswa untuk mengemukakan ide dalam bentuk lisan dan tulisan.

(26)

8

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Ketepatan pemilihan model dalam proses pembelajaran matematika dan motivasi belajar siswa sangat perlu diperhatikan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Kendala dalam mengajar matematika memang bukan saja terletak pada tingkat kesulitan materi, akan tetapi pada kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa untuk belajar matematika. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu prilaku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran.

Keberhasilan belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Motivasi belajar siswa sangat berkaitan erat dengan perasaan atau pengalaman emosional, sehingga guru hendaknya mampu melakukan inovasi pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar aktif, kreatif dan sistematis dalam menemukan pengetahuan matematika secara mandiri. Dengan adanya dorongan tersebut, siswa akan lebih berkeinginan untuk belajar sehingga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

(27)

9

dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Fenomena yang demikian juga terjadi pada siswa kelas VII di MTs YMPI Tanjungbalai. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan merespon pertanyaan guru, hal tersebut tampak ketika guru memberikan pertanyaan, mereka tidak bisa menjawab. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, sebagian besar siswa sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya, melamun, ada yang mendengarkan tetapi tampak lesu, bahkan ada yang mengerjakan tugas selain pelajaran matematika. Sebagian besar siswa enggan bertanya jika sulit dalam memahami materi pelajaran yang baru saja diterangkan oleh guru, dan siswa tampak tidak semangat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini tentu saja membuat siswa tidak maksimal dalam pembelajaran matematika di kelasnya.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika siswa ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya orientasi pendidikan di Indonesia umumnya memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek, guru sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan materi bersifat subject-oriented. Handayani, dkk (2014:1) mengatakan pembelajaran yang

(28)

10

Seringkali para guru mengontrol secara penuh materi serta metode penyampaiannya. Akibatnya, proses pembelajaran matematika di kelas saat itu menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh yang diberikan guru. Pembelajaran seperti ini dapat dikatakan lebih menekankan kepada para siswa untuk mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) dan kurang atau malah tidak menekankan kepada para siswa untuk mengkomunikasikan gagasan. Dengan model pembelajaran seperti itu, keaktifan siswa menjadi sangat rendah. Siswa hanya menggunakan kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills) selama proses pembelajaran berlangsung di kelas dan tidak memberi kemungkinan bagi para siswa untuk berpikir dan berpartisipasi secara penuh. Siswa tidak mampu mengaitkan matematika dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta tidak mampu mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari baik secara lisan maupun tulisan.

(29)

11

Menyikapi permasalahan yang terjadi di lapangan yaitu dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, terutama berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika, guru harus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Upaya yang dilakukan diantaranya memperbaiki kualitas melalui proses pembelajaran. Guru dituntut untuk menjabarkan kegiatan pembelajaran matematika dalam bentuk bahan ajar yang efektif.

Selanjutnya mengenai bahan ajar, menurut Ahmadi, dkk (2011: 208) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru harus memiliki bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Bahan ajar merupakan unsur belajar yang penting diperhatikan oleh guru. Melalui bahan ajar tersebut siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan ajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, atau pengalaman lainnya. Penggunaan bahan ajar yang baik dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Namun, pada kenyataannya pemilihan bahan ajar yang baik belum mendapat perhatian yang serius dari para guru. Jika pemilihan bahan ajar tidak dilakukan dengan cermat, maka menyebabkan tidak tersampainya materi pembelajaran di kelas.

(30)

12

pembelajaran yang inovatif (tertulis di RPP) namun belum di implementasikan dengan baik dan benar. Seringkali RPP yang disiapkan tidak sesuai dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Bahan ajar yang digunakan pada pembelajaran materi aritmatika sosial menggunakan buku LKS (lembar kegiatan siswa) yang dibagikan oleh sekolah. Buku ajar yang digunakan siswa memaparkan materi aritmatika sosial tanpa mengarahkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Tampilan buku kurang menarik sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar matematika. LKS yang digunakan cenderung pada LKS siap pakai yang isinya mengarah pada kesimpulan materi. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan bahan ajar untuk memperbaiki kondisi di atas. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa RPP, Buku Petunjuk Guru, Buku Siswa dan LKS. Dengan mengembangkan bahan ajar yang memenuhi kriteria tersebut di atas diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar siswa.

(31)

13

Standar Profesional untuk Mengajar Matematika (Professional Standards for Teaching Mathematics) memuat enam perubahan pokok dalam pengajaran

matematika yang diperlukan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan matematikanya dengan mengajukan tugas-tugas matematika yang berbasis pada: (Johnson dkk, 2004: 4) (1) Pengetahuan yang disusun dari berbagai cara yang membuat siswa berkeinginan belajar matematika, (2) Mengembangkan pemahaman dan keterampilan matematika siswa serta tidak menekankan siswa mengingat prosedur, (3) Menstimulasi siswa untuk membuat koneksi dan mengaitkan matematika, ide-ide dan aplikasinya, (4) Mengajak siswa untuk memformulasi masalah, pemecahan masalah dan penalaran matematis, (5) Mengajak siswa membangun komunikasi tentang matematika dan memberi kesempatan untuk memberi alasan secara matematis dalam menyelesaikan masalah, (6) Mengambarkan matematika sebagai aktivitas manusia (human activity) yang tidak pernah berhenti.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gerakan perubahan tersebut adalah Pendekatan Realistik. Hal ini berdasarkan pandangan Freudenthal (Heuvel-Panhuizen, 2003: 11) bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Pandangan inilah yang telah menggeser paham bahwa matematika sebagai kumpulan konsep dan keterampilan ke suatu cara sedemikian sehingga perolehan matematika hendaknya diorganisir, keterlibatan siswa lebih aktif dalam belajar. Pergeseran ini menghendaki agar pembelajaran yang selama ini didominasi oleh guru diusahakan agar siswa diberi kesempatan secara terbuka.

(32)

14

lingkungan siswa. Wubbles, dkk (1997: 3) menyatakan Not every contextualised problem is a realistic problem. The criterion for a problem to be called realistic is

that it should be likely that the problem is experienced by the learner as real and

personally interesting. Inti dari pernyataan di atas kriteria dari masalah yang real

adalah kejadian atau suatu permasalahan yang pernah dialami siswa secara nyata. Pendekatan Realistik pembelajarannya tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh, seperti yang selama ini dilaksanakan di berbagai sekolah. Namun sifat-sifat, definisi dan teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran. Dengan demikian dalam Pendekatan Realistik siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja dan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya.

Gravemeijer (Fauzan, dkk 2013: 166), mengemukakan bahwa ada tiga prinsip dalam Pendekatan Realistik, yaitu: (1) Guided reinvention /progressive mathematizing (penemuan kembali dengan bimbingan/proses matematisasi secara

progresif), (2) Didactical phenomenology (fenomena didaktik), (3) Self - developed models (model-model dibangun sendiri oleh siswa). Sebagai

(33)

15

Pendekatan Realistik, yaitu: (1) Menyampaikan masalah kontekstual, (2) Menjelaskan masalah kontekstual, (3) Menyelesaikan masalah kontekstual, (4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban dan (5) Menyimpulkan.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik yang mengaitkan masalah dunia nyata atau masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa dengan materi pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Hal ini dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk menggunakan Pendekatan Realistik sebagai alternatif dari sekian banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada siswa dalam meningkatkan kemampuan matematis siswa khususnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar siswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh lingkungan keseharian siswa. Alangkah baiknya jika dalam mengembangkan bahan ajar matematika diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Bahan ajar tersebut didesain dengan mengaitkan materi ajar dengan budaya yang melekat pada diri siswa itu sendiri. Rohaeti (2011:141) menyebutkan: “agar siswa merasa

bahwa materi yang dipelajarinya dalam matematika merupakan bagian dari dirinya maka pembelajaran matematika harus dimulai dengan pembelajaran yang

kontekstual dari budaya dimana siswa itu berada.” Oleh karena itu, pembelajaran

(34)

16

Pentingnya pengembangan bahan ajar berbasis budaya juga didukung oleh acuan operasional penyusunan dan prinsip pelaksanaan kurikulum mengatakan kurikulum harus dapat mengembangkan potensi budaya daerah setempat (Athar, 2012: 335). Berarti daerah mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk mengembangkan pendidikan sesuai dengan karakterisitik budaya daerahnya masing-masing. Pendidikan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan nilai luhur bangsa kita (Wahyuni, dkk, 2013: 114). Senada dengan hal tersebut, Suardana dan Nyoman (2013:231) mengatakan pentingnya pegintegrasian budaya lokal dalam pembelajaran, yaitu: (1) pengetahuan siswa tentang materi dalam bentuk konten dan konteks budaya lokal yang ada disekitarnya merupakan pengetahuan awal yang di bawa dalam pembelajaran; (2) pengintegrasian budaya lokal ke dalam pembelajaran dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap budayanya dan keinginan untuk terus melestarikannya.

(35)

17

pembelajaran yang telah ada. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus menampilkan karakteristik daerah yang diamanatkan dalam kurikulum 2013.

Untuk mendukung pembelajaran yang terintegrasi dengan budaya setempat maka perlu dikembangkan bahan ajar yang mampu menumbuhkan apresiasi siswa terhadap budaya. Dalam penyusunan bahan ajar yang terintegrasi terhadap budaya maka desain pembelajarannya berangkat dari tema budaya setempat. Pembelajaran matematika juga bisa diintegrasikan terhadap budaya salah satu budaya lokal yang ada di Sumatera Utara adalah budaya Melayu. Maka pada penelitian ini, peneliti akan mengembangkan bahan ajar berbasis budaya Melayu dan pendekatan realistik untuk meningkatkan komunikasi matematis dan motivasi belajar siswa.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Suharianta (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran simulasi berbasis budaya lokal dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen adalah 23,25 atau 77,5% dengan kategori tinggi. Sementara rata-rata skor yang dicapai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 18,50 atau 61,7% dengan kategori cukup.

(36)

18

matematis dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan pada siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, yaitu Pendekatan Realistik.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas maka peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Budaya dengan Pendekatan Realistik untuk meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa MTs Tanjungbalai”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

2. Motivasi belajar matematika siswa masih rendah.

3. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Penyelesaian jawaban siswa pada soal kemampuan komunikasi matematis masih salah dan kurang lengkap

5. Proses pembelajaran lebih menekankan kepada para siswa untuk menghafal 6. Respon siswa pada saat pembelajaran negatif.

7. Guru menyiapkan RPP dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif (tertulis di RPP) namun belum di implementasikan dengan baik dan benar 8. Pemilihan bahan ajar yang baik belum mendapat perhatian serius dari guru 9. Buku yang digunakan siswa tidak mengarahkan siswa membangun

(37)

19

10. LKS yang digunakan cenderung pada LKS siap pakai yang isinya mengarah pada kesimpulan materi.

11. Kurangnya pegintegrasian budaya lokal dalam pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, agar penelitian yang akan dilakukan lebih terfokus maka penulis membatasi masalah pada:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. 2. Motivasi belajar matematika siswa masih rendah.

3. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. 4. Respon siswa pada saat pembelajaran negatif.

5. Penyelesaian jawaban siswa pada soal kemampuan komunikasi matematis masih salah dan kurang lengkap.

6. Kurangnya pengintegrasian budaya lokal dalam pembelajaran.

7. Guru belum mampu mengembangkan bahan ajar yang efektif, maka dikembangkan bahan ajar berbasis budaya melayu dengan pendekatan realistik yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku petunjuk guru (BPG), buku siswa (BS), lembar kegiatan siswa (LKS), tes kemampuan komunikasi matematis dan angket motivasi belajar siswa pada materi aritmatika sosial kelas VII MTs YMPI Tanjungbalai.

1.4 Rumusan Masalah

(38)

20

1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa MTs yang menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar matematika siswa MTs yang menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik?

3. Bagaimana keefektivan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika siswa MTs?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pengembangan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika siswa MTs?

5. Apa saja jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematis siswa MTs?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berbasis budaya melayu dengan pendekatan realistik di MTs YMPI Tanjungbalai. Sedangkan secara khusus, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa MTs yang menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik. 2. Menganalisis peningkatan motivasi belajar matematika siswa MTs yang

menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik.

(39)

21

4. Menganalisis respon siswa terhadap pengembangan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika siswa MTs.

5. Menganalisis jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematis siswa MTs.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar dikelas, manfaat yang diperoleh antara lain:

1. Tersedianya bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar siswa. 2. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam memecahkan permasalahan dan mengkomunikasikan masalah matematika pada materi aritmatika sosial menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik;

3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik untuk materi yang lain, yang relevan bila diajarkan dengan Pendekatan Realistik.

4. Memberikan informasi tentang kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar melalui Pendekatan Realistik pada materi aritmatika sosial. 5. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian

(40)

234 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik pada materi aritmatika sosial adalah rata-rata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I sebesar 72,41 meningkat menjadi 81,48 pada uji coba II. Disamping itu, rata-rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematis meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

2. Peningkatan motivasi belajar siswa dari uji coba I ke uji coba II menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik untuk setiap indikator motivasi belajar siswa meliputi: (1) Hasrat dan keinginan berhasil dari skor 10,72 menjadi 11,48; (2) Dorongan dalam belajar dari skor 10,24 menjadi 11,15; (3) Belajar karena kebutuhan dari skor 7,69 menjadi 7,85; (4) Harapan untuk meraih sesuatu dari skor 6,90 menjadi 7,52; (5) Cita-cita masa depan dari skor 7,00 menjadi 8,15; (6) Penghargaan dalam belajar dari skor 10,83 menjadi 11,67; (7) Ketertarikan dalam belajar dari skor 8,86 menjadi 11,81; (8) Lingkungan belajar kondusif dari skor 7,48 menjadi 7,89. 3. Bahan ajar yang dikembangkan meliputi RPP, Buku Guru, Buku Siswa, LKS

(41)

235

a. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada uji coba I sebesar 72,41 dan uji coba II sebesar 81,48. Ini berarti uji coba I belum efektif sedangkan uji coba II sudah efektif.

b. Ketercapaian tujuan pembelajaran pada uji coba I persentase soal 1 sebesar 76,15, soal 2 sebesar 66,09, soal 3 sebesar 75,29 dan soal 4 sebesar 66,38, soal 5 sebesar 75,00. Ini berarti soal 3 dan soal 4 belum efektif. Sedangkan pada uji coba II persentase soal 1 sebesar 79,94, soal 2 sebesar 76,54, soal 3 sebesar 77,47, soal 4 sebesar 76,39, soal 5 sebesar 76,85. Ini berarti ketercapaian tujuan pembelajaran untuk uji coba II sudah efektif.

c. Kriteria waktu pembelajaran yaitu pencapaian waktu pembelajaran minimal sama dengan pembelajaran biasa pada uji coba I dan uji coba II sudah tercapai. Ini berarti kriteria waktu pembelajaran sudah efektif. 4. Respon siswa terhadap komponen-komponen bahan ajar berbasis budaya

melayu dengan pendekatan realistik yang dikembangkan dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

(42)

236

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan bahan ajar berbasis budaya dengan pendekatan realistik sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.

2. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa agar dapat lebih memperhatikan kemampuan siswa pada indikator menjelaskan ide, strategi penyelesaian dari jawaban yang diperoleh.

3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur motivasi belajar siswa agar dapat lebih memperhatikan indikator harapan untuk meraih sesuatu.

(43)

237

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Abidin, Z. 2014. Seni Budaya Melayu. Medan: Mitra Medan.

Ahmadi, I.K., Amri, S., Elisah, T. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Akker, J.V.D., dkk. 1999. Design Approaches and Tools in Education and Training. Kluwer Academic Publisher.

Ansari, B. I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik. Suatu Perbandingan: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: PeNa.

Asmin & Mansur, A. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa

Astutik, Y. 2015. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Aritmatika Sosial. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. 3(1): 95-100. ISSN: 2337-8166

Athar, G.A. 2012. Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Berbasis Budaya Cerita Rakyat Melayu Riau. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN: 978-979-16353-8-7. Hal: 335-346.

______. 2013. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) di Kelas VII SMP Islamar-ridha Bagansiapiapi Rokan Hilir Riau. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Hal. 285-292.

Creswell, J. W. 2014. Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson Education, Inc.

Dahar, R. W. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: YramaWidya.

Dewi, S. 2014. Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar SMP Negeri 1 Kamal Semester Gasal T.A 2013/2014. Mathedunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. 3(2): 195-202.

(44)

238

Dickinson, P., Eade, F., Gough, S., Hough, S. 2010. Using Realistic Mathematics Education with Low to Middle Attaining Pupils Secondary Schools. Proceedings of The British Congress For Mathematics Education.

Ekowati, Ch.K., et.al. 2015. The Application Of Realistic Mathematics Education Approach In Teaching Mathematics In Penfui Kupang. International Journal Of Education And Information Studies. 5(1): 35-43.

Ernest, P. 1991. The Philosophy of Mathematics Education. London: Falmer. Fauzan, A. 2002. Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching

Geometry in Indonesian Primary Schools. Thesis University of Twente, Enschede. ISBN 90 365 18 43 1. Enschede: PrintPartners Ipskamp.

Fauzan, A., Plomp, T., Gravemeijer, K. 2013. The Development of an RME based Geometry Course for Indonesian Primary Schools. In T. Plomp, & N. Nieveen (Eds.). Educational Design Research – Part B: Illustrative cases (pp. 159-178). Enschede, the Netherlands: SLO.

Fauzan, A. Slettenhaar, D., Plomp, T. 2002. Traditional Mathematics Education vs. Realistic Mathematics Education: Hoping for Changes. Proceedings of the 3rd International Mathematics Education and Society Conference. Copenhagen: Centre for Research in Learning Mathematics, pp. 1-4. Fauzi, M.A. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik pada Pokok Bahasan

Pembagian di SD. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute.

Halloluwa, H.K.T.C, et.al. 2011. Smart Interactive Comprehensive Learning Aid: Practical Application Of Bruner’s Theories in Primary Education. International Journal Of Scientific & Engineering Research. 2(11): 1-6.

Hamalik, O. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hamzah, B. U. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Handayani, A., Mukhni., Nilawasti, ZA. 2014. Analisis Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi Siswa Kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang TP. 2013/2014. Jurnal Pendidikan Matematika. 3(2):1-6.

(45)

239

Heuvel-Panhuizen, M.V.D. 2003. The Didactical Use Of Models in Realistic Mathematics Education: An Example from A Longitudinal Trajectory on Percentage. Educational Studies in Mathematics. 54: 9-35. Kluwer Academic Publisher. Printed in the Netherlands.

Isdianti, I. 2013. Keefektifan Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Materi Sudut pada Siswa Kelas III. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Johnson, G., dkk. 2004. CSSU Curriculum Frameworks. Math Frameworks. (pp: 1-21)

Majid, A. 2012. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Martini. 2011. Pembelajaran Standar Proses Berkarakter. Jakarta: Prenada NCTM. 2000. Principle and Standard for school Mathematic. Reston,VA: NCTM Nieveen, N. & Plomp, T. 2007. An Introduction to Educational Design Research.

Enschede. Netzodruk

Ningsih, S. 2014. Realistic Mathematics Education: Model Alternatif Pembelajaran Matematika Sekolah. JPM IAIN Antasari. 1(2): 73-94. Ozdemir, E. & Uzel, D. 2011. The Effect of Realistic Mathematics Education on

Student Achievement and Student Opinions Towards Instruction. H.U. Journal of Education. 40:332-343

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. 2015. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional.

Pratama, N., Irdamurni., Zulmiyetri. 2013. Efektifitas Pembelajaran Matematika Realistik untuk meningkatkan Kemampuan Mengenal Bangun Ruang pada Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. 2(2): 334-342.

Rahmawati, F. 2013. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam meningkatkan Kemampuan Komunikasi Mateamtis Siswa Sekolah Dasar. Kumpulan Makalah Seminar Semirata 2013 Fakultas MIPA Universitas Lampung. Hal. 225-238.

(46)

240

IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME). 5(5): 13-16.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano. 3(1):59-72.

Rohaeti, E. 2011. Transformasi Budaya Melalui Pembelajaran Matematika Bermakna. Jurnal Pengajaran MIPA UPI Bandung, Vol. 16.

Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latiinoamericana de Etnomatematica. 4(2): 32-54. Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saondi, O. 2008. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Equilibrum, Vol. 4, No 7 (Januari-Juni 2008): 42-43.

Sardiman. A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Pendidikan Dasar melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Bandung: Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Saragih, S. & Habeahan, W.L. 2014. The Improving of Problem Solving Ability and Students’ Creativity Mathematical by Using Problem Based Learning in SMP Negeri 2 Siantar. Journal of Education and Practice. 5(35): 123-132

Saragih, S. & Rahmiyana. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 19(2): 188-174.

Sirate, F. S. 2012. Implementasi Etnomatika dalam Pembelajaran Matematika pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar. Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 15. No. 1. Hal: 41-45.

Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology, Theories and Practice. Eighth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Suardana, N. & Nyoman, S. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional Riset Inovatif I. 230-236.

(47)

241

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Suharianta, dkk. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran Simulasi Berbasis Budaya Lokal Terhadap Hasil Belajar IPS. Jurnal Mimbar Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2 No. 1.

Susanto, J. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study dengan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD. Journal of Primary Educational. JPE. 1(2):77-71.

Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Indiana: Indiana University

Tim Pengembang Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Ulifa, S. N. 2014. Hasil Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Relasi. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. ISSN: 2339-1685. Vol. 2 No. 9.

Uzel, D. & Uyangor, S.M. 2006. Attitudes of 7th Class Students Toward Mathematics in Realistic Mathematics Education. International Mathematical Forum. 1(9): 1951-1959.

Wahyuni, dkk. 2013. Peran Etnomatika dalam Membangun Karakter Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Wahyuningrum,E. & Suryadi,D. 2014.Association of Mathematic Communication and Problem Solving Abilities: Implementation of MEAs Strategy in Junior High School. SAINSAB. ISSN: 1511 5267. Vol. 17. pp. 38-50 Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

(48)

242

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wiyartimi, dkk. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Pada Materi Trigonometri Rumus-Rumus Segitiga. Jurnal Matematika, Aplikasi dan Pembelajarannya. ISSN: 1412-8632. Vol. 9. No. 2

Wubbles, T., Korthagen, F., Broekman, H., 1997. Preparing Teachers For Realistic Mathematics Education. Educational Studies in Mathematics. 32:1-28. Kluwer Academis Publisher. Printed in Netherlands.

Yuliani, K. & Saragih, S. 2015. The Development of Learning Devices Based Guided Discovery Model to Improve Understanding Concept and Critical Thinking Mathematically Ability of Students at Islamic Junior High School of Medan. Journal of Education and Practice. 6(24): 116-128. Zulkardi. 2002. Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics

Gambar

Tabel 1.1. Data Hasil PISA dan TIMSS PISA
Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukan bahwa nilai p= 0,315 > 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat diartikan bahwa kebiasaan konsumsi sayuran mentah bukan merupakan

Sistem Informasi Manajemen Pendidikan merupakan perpaduan antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah, dan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Banjir Jakarta hampir bisa dipastikan akan terus terjadi jika curah hujan tinggi (berdasarkan data kejadian periode 5 tahunan), melihat kondisi seperti yang diuraikan

Ada 3 (tiga) pesan kunci MPS, yaitu 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; 2) setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang

Jumlah anakan padi tidak berbeda dengan cara konvensional dibanding padi yang dibudidayakan cara organik penuh bila lebih dari 4 kali musim tanam.. Pada 100 hst peningkatan nilai

 Tergugat II pernah menjabat sebagai Kepala Desa Dageng, Pada saat Tergugat II menjabat sebagai Kepada Desa Dagen (tahun 1991), baru dilakukan pengurusan pelepasan hak atas