• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 6 No. 2

Agustus 2015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Jurnal

Kesehatan

Reproduksi

Jalan Permtakan Negara 29, Jakarta 10560 Telp. (021) 4287 2392, Fax. (021) 4287 2392

E-mail : jumal.kespro@gmail.com

Website : http://wwwlkespro.litbang.depkes.go.id

(2)

ISSN 2087-703X

Kesehatan Reproduksi

Volume 6 No. 2

Agustus 2015

KEMENT ERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELIT IAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

Jurnal

Kesehatan

Reproduksi

Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560 Telp. (021) 4287 2392, Fax. (021) 4287 2392

E-mail : jurnal.kespro@gmail.com

Website : http://www/kespro.litbang.depkes.go.id

Halaman

Jakarta,

(3)

Jurnal

Kesehatan Reproduksi

Reproductive Health Journal

Dewan Redaksi/Editorial Board

Pelindung/Patronage : Kepala Badan Litbang Kesehatan / Director General of National Institute of Health Research and Development

Penanggung Jawab / Editor-in-chief : Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat /Director of Central of Public Health Intervention Technology Mitra Bestari / Advisory Board : Dr. dr. Trihono, M.Sc.

Prof. Dr. dr. Nugroho Abikusno, Dr. Melania Hidayat, MPH Dra. Flourisa J. Sudrajat, M.Kes Dr. Salahuddin Muhidin Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MS Atmarita, MPH, Dr.PH

Dr. dr. Muchtaruddin Mansyur, Sp.OK Ketua Dewan Redaksi /Managing Editor : Dr. Joko Irianto, SKM, M.Kes Wakil Ketua Dewan Redaksi /Vice

Managing Editor : Tin Afifah SKM, MKM

Anggota Redaksi /Editor : Dr. dr. Felly P. Senewe, M.Kes (Kesehatan Reproduksi,PustekIKM) Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes (Gizi Masyarakat,PustekIKM) Dr. Irwan M. Hidayana,M.Si (Perilaku Kesehatan) Dra. Rr. Rachmalina S, MSc.PH (Sosial Antropologi)

Ning Sulistyowati, SKM, M.Kes (Kesehatan Reproduksi,PustekIKM) Heny Lestari, SKM, MKM (Kesehatan Reproduksi,PustekIKM) Iram Barida Maisya, SKM, MKM (Kesehatan Reproduksi,PustekIKM) Drg. Cristiana R Titaley, MIPH, PhD (Maternal & Child Health,PPKUI) Sudikno, SKM, MKM (Kesehatan Masyarakat,PustekIKM)

Dr. Dra. Raharni, Apt.M.Kes (Kebijakan & Manajemen Kesehatan, Pustek IKM) dr. Sarimawar Djaja, M.Kes ( Kesehatan Maternal)

Anissa Rizkianti, SKM, MIPH (Kesehatan Reproduksi,PustekIKM)

Sekretariat

Pelaksana/ExecutiveSecretariat : dr. Yuana Wiryawan, M.Kes dr. Ika Saptarini Bunga Ch. Rosha, S.Sos, M.Si Yunina, S.Sos

Andi Susilowati, M.Kes Ahmad Rezha Gumilar, Amd

Penerbit/Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta Telp. 021-42872392, Fax. 021-42872392 Email : jurnal.kespro@gmail.com

Diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

Published by

National Institute of Health Research and Development Ministry of Health, Republic of Indonesia, Jakarta

(4)

Kata Pengantar

Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 6 No. 2 menyajikan artikel yang membahas seputar

kehamilan seperti pelaksanaan kelas ibu hamil, faktor risiko hipertensi pada ibu hamil, faktor

yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil, hubungan kadar hormon tiroid ibu selama

hamil dengan perkembangan psikomotor bayi, dan penggunaan kontrasepsi setelah

kehamilan.

Masa kehamilan merupakan masa persiapan awal yang sangat penting bagi perkembangan

pertumbuhan janin. Janin yang sehat akan tumbuh kembang yang melahirkan bayi yang

sehat. Kesehatan kehamilan menjadi sasaran dalam kesehatan reproduksi dalam hal ini sangat

tergantung dari kesehatan ibu. Upaya untuk membuat ibu sehat selama hamil disosialisasikan

dan dilatihkan dalam kelas ibu hamil. Kajian pelaksanaan kelas ibu hamil yang dilaksanakan

di Indonesia sangat diperlukan.

Berdasarkan literatur yang ada, artikel pertama dalam edisi ini melakukan kajian pelaksanaan

kelas ibu hamil berdasarkan kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang ada (

SWOT

analysis

). Hasil analisis mendapati bahwa pelaksanaan kelas ibu hamil masih lemah namun

sangat berpeluang. Untuk itu direkomendasikan agar melakukan perubahan strategi dalam

pelaksanaan karena strategi yang sudah berjalan dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap

peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja untuk penunjang program kesehatan ibu dan

anak.

Hipertensi selama kehamilan adalah gejala yang harus dihindari, karena hal ini dapat

menyebabkan pre eklamsia yang kemudian eklamsia yaitu salah satu penyumbang sebab

kematian ibu. Ibu dengan riwayat hipertensi harus diwaspadai, jika ibu mempunyai riwayat

hipertensi akan terbawa hingga masa kehamilan yang pada akhirnya menjadi risiko

kehamilan. Anemia juga menjadi momok bagi ibu hamil, penyebab utama anemia kehamilan

adalah kekurangan zat besi yang timbul sebagai akibat dari peningkatan penggunaan zat besi

untuk janin

.

Untuk

menghindari anemia pada kehamilan harus menjaga konsumsi asupan

makanan

yang bergizi dan menambah pil zat besi sesuai dengan umur kehamilan.

Penggunaan kontrasepsi setelah kehamilan berakhir (melahirkan atau keguguran), penting

dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya yang lebih baik. Pilihan penggunaan

kontrasepsi dapat disesuaikan dengan kebutuhan, ada yang berjangka pendek atau jangka

panjang. Umur ibu semakin meningkat penggunaan kontrasepsi jangka panjang semakin

meningkat, hal ini positif dalam pertumbuhan penduduk yang sehat bagi dunia.

Semoga bermanfaat.

(5)

Volume 6, No. 2, Agustus 2015

ISSN : 2087-703X

No Akreditasi: 563/Akred/P2MI-LIPI/09/2013

JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

1

PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI INDONESIA

Oleh : Noviati Fuada, Budi Setyawati

67 – 75

2

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA WANITA HAMIL DI

INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2013)

Oleh:

Budi Setyawati, Noviati Fuada, Salimar, Bunga Christitha Rosha

77 – 87

3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STATUS ANEMIA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS AIR DINGIN KECAMATAN KOTO TANGAH,

KOTA PADANG

Oleh: Putri Aulia Azra, Bunga Ch Rosha

89 – 95

4

HUBUNGAN KADAR TSH PADA AWAL KEHAMILAN

DENGAN PERKEMBANGAN MENTAL PSIKOMOTOR

BAYI DI DAERAH ENDEMIK GAKI

Oleh: Yusi Dwi Nurcahyani

97 – 105

5

PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA PASCA

MELAHIRKAN DAN PASCA KEGUGURAN, SDKI 2012

Oleh: Flourisa Juliaan S, Maria Anggraeni

107 - 116

6

HUBUNGAN

INDEX

MASSA

TUBUH

DENGAN

HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR (ANALISIS

DATA RISKESDAS 2013)

Oleh : Kristina, Lamria Pangaribuan, Dina Bisara

(6)

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil………… (Noviati Fuada, Budi Setyawati)

PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI INDONESIA Implementation of KIH (Pregnancy Class) in Indonesia

Noviati Fuada1 dan Budi Setyawati2

1

Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI Badan Litbangkes Kemenkes

2

Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes Kemenkes Email : Fuada1411@gmail.com

Abstract

Background: Maternity classes have been implemented since 2009. It is a part of activities by the Maternal and Child Health Program. The activity of Pregnancy Class is a form of intervention in the early stages of the human life cycle. It aims to form healthy and strong generation. However, successful implementation of Pregnancy Class is still facing many obstacles. Therefore, it is important to conduct a review of Pregnancy Class.

Objective: Reviewing the implementation of KIH (Pregnancy Class).

Method: The study was conducted in the form of literature review. Analysis used SWOT and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Results: Literature used was up to 2014. The position of KIH was in Quadrant III. This position indicated a weak organization, but still favorable. Recommendations strategy is by using Change Strategy. This means that the implementation of KIH is advised to change the previous strategy, as an on-going strategy will not be able to capture the opportunities that exist as well as to improve the performance of the organization. The old strategy of KIH is a supporting activity of Maternal and Child Health programs. The facilitator at the lower level are the responsibility of the village midwife. Communities are not familiar with KIH. Efforts to improve program performance of Class Pregnancy can be done by paying attention to the condition of the facilitator's performance in the primary care level, at the level of health districts and provinces, improving the professionalism of the facilitator, introducing classes to the public by using promotion and advertisement continuously, through information technology and also inviting all stakeholders to engage implementation KIH. Conclusion: Pregnancy Class Implementation is still likely to be implemented yet it needs promotion in social media (information technology).

Keywords: Pregnancy Class, midwife, SWOT

Abstrak

Kelas Ibu Hamil telah dicanangkan sekitar tahun 2009. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kesehatan Ibu dan Anak. Kegiatan Kelas Ibu Hamil adalah bentuk intervensi pada tahap awal siklus hidup manusia. Diharapkan KIH mampu membentuk generasi yang sehat dan kuat. Namun demikian keberhasilan pelaksanaan Kelas Ibu Hamil masih banyak kendala. Untuk itu akan dilakukan telaah pelaksanaan Kelas Ibu Hamil.

Tujuan: Menelaah pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dengan tahapan,studi literatur.

Metode: Analisis menggunakan SWOT ((strengths, weaknesses, opportunities, threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Hasil: Telaah berdasarkan literatur/penelitian sampai dengan 2014. Posisi KIH yang terlihat adalah posisi Kuadran III (negatif, positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi (KIH) yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi. Maksudnya adalah pelaksanaan KIH disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya karena strategi yang sudah berjalan dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja KIH. Strategi lama KIA merupakan kegiatan penunjang program KIA dan pelaksana/fasilitator di tingkat bawah menjadi tanggung jawab bidan desa. Masyarakat masih belum mengenal KIH. Upaya perbaikan kinerja program Kelas Ibu Hamil antara lain, memperhatikan kondisi kinerja fasilitator di tingkat puskesmas, di tingkat dinas kesehatan kabupaten dan provinsi, meningkatkan profesionalitas fasilitator, mengenalkan Kelas Ibu Hamil kepada masyarakat luas dengan cara promosi dan iklan secara terus menerus, melalui teknologi informasi dan mengajak seluruh stake holder untuk terlibat pelaksanaan KIH

Kesimpulan: Pelaksanaan KIH masih berpeluang dilaksanakan dan perlu promosi di sosial media. Kata kunci : Kelas Ibu Hamil, bidan desa, SWOT

Naskah masuk: 13 Maret 2015 Review: 14 April 2015 Disetujui terbit: 20 Mei 2015 67

(7)

PENDAHULUAN

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG’s), tepatnya pada tujuan 4 dan 5 yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Program KIA pada dasarnya mengupayakan kondisi ibu dan anak agar sehat mental dan jasmani. Upaya tersebut guna membentuk sumber daya manusia generasi penerus yang kuat sebagai satu modal pembangunan. Adapun prioritas KIA adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1992 (SKRT)1 (Lia Puspitasari, 2012 ).

Sebagai realisasi tujuan tersebut sejak tahun 2009, telah dicanangkan program Kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran2 (DEPKES, 2011).

Pada dasarnya kelas ibu hamil merupakan proses pembelajaran. Menurut Depkes3 (Depkes, 2004), suatu keberhasilan pelatihan/pembelajaran dapat dilihat dari input, proses, luaran, dampak, evaluasi dan lingkungan. Menurut Notoatmodjo (1993) terdapat empat kelompok faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pelatihan/pembelajaran yaitu, (1) faktor materi/hal yang dipelajari, (2) lingkungan fisik antar lain, suhu, kelembaban udara, kondisi tempat belajar dan lingkungan sosial yakni manusia 43 dengan segala interaksinya, (3) instrumental yang terdiri dari perangkat keras seperti perlengkapan belajar, alat peraga dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar, serta metode belajar, dan (4) kondisi individual subjek belajar yakni kondisi fisiologis seperti panca indra dan status gizi serta kondisi psikologis misalnya intelegensi, pengamatan, daya tangkap dan ingatan4 (Edi Sukiarko, 2007).

Beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pelaksanaan

kelas ibu hamil belum berjalan dengan baik. Hasil penelitian di Kota Malang menunjukkan baru 30 persen kelas ibu hamil yang sudah dilaksanakan dengan baik, 20 persen belum baik dan 50 persen sudah tidak menyelenggarakan kelas ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggara atau pelaksanan kegiatan Kelas Ibu Hamil (KIH) menyatakan standar dan tujuan KIH belum jelas (32%), sumberdaya belum memadai bagi (36 %), komunikasi antar organisasi belum berjalan baik (60 %), karakteristik badan pelaksana belum baik (72 %) dan disposisi belum baik (32 %). Terdapat hubungan bersama-sama antara disposisi/sikap implementor serta standar dan tujuan kebijakan dengan implementasi program kelas ibu hamil (Jiarti, 2013). Studi lainnya yang dilakukan Kabupaten Jombang mencatat bahwa selama tahun 2010 hingga 2011 terdapat penurunan kehadiran ibu hamil di kelas ibu hamil5.(Rizky Lila D, 2012).

Hasil penelitian di beberapa Kota dan Kabupaten di Indonesia menunjukkan bahwa Kusbandiah, 2013 mengatakan program KIH di Kota Malang didapatkan komunikasi antar organisasi belum berjalan baik sebesar 60 % dan karakkteristik pelaksana belum baik sebesar 72 % dan baru 30 % KIH yang sudah dilaksanakan dengan baik. Arifin, 2014 menambahkan, Program KIH di Kota Banjarbaru belum terdapat struktur Tim Kerja, SOP, monitoring evaluasi serta dukungan kerjasama serta kemintran lintas program. Faiqah, 2013 menyebutkan variabel yang berhubungan dengan implementasi program KIH di Kabupaten Lombok Timur adalah komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan KIH menurut Saswaty, 2010 di Kabupaten Garut; Rosmawati, 2011 di Kabupaten Tangerang; Linarsih, 2012 di Kabupaten Kebumen; ibu hamil yang mengikuti KIH mendapatkan manfaat peningkatan pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan nifas; pengambilan keputusan lebih mandiri, serta memilih persalinan dengan tenga kesehatan. Selain itu hasil pelaksanaan KIH menurut Sujatmi, 2013 Tingkat depresi postpartum dari kondisi fisik ibu hamil yang diberikan pelatihan lebih rendah dari pada yang tidak diberikan pelatihan.

Dan pelaksanaan KIH di Kabupaten Bulukumba, menurut Atiyatul Izzah dan 68

(8)

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil………… (Noviati Fuada, Budi Setyawati)

Atmansyah 2011, didapatkan Kunjungan K1 dan K4 100 % dan Angka Kematian Ibu 0. Melihat proses implementasi yang belum maksimal namun besar manfaat yang didapatkan dari program KIH terutama ouput menurunkan Angka Kematian Ibu Hamil sangat signifikan, maka kajian pelaksanaan KIH di Indonesia ini dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah, menelaah pelaksanaan dan strategi meningkatkan keberhasilan Kelas Ibu Hamil.

METODE

Studi literatur dilakukan untuk mencari dokumen dan hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak. Teridentifikasi beberapa faktor yang merupakan faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan KIH. Faktor faktor tersebut dirangkum menjadi faktor kekuatan internal dan faktor peluang eksternal. Masing masing faktor internal dan eksternal di analisis dengan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil telaah studi literatur kemudian dianalisis menggunakan SWOT ((strengths, weaknesses, opportunities, threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Selanjutnnya variabel faktor internal dan eksternal diberi skor dengan angka tertinggi satu. Kemudian total skor pada faktor eksternal dan internal dianggap sebagai angka pada sumbu aksis (x) dan sumbu (y), sehingga diperoleh posisi angka pada kuadran. Kuadran menunujukkan posisi prioritas.

Studi Literatur dilakukan terhadap 41 naskah dokumen termasuk artikel mulai dari tahun 1998 sampai dengan terbaru tahun 2014, hal ini menjadi keterbatasan penelitian.

HASIL

Faktor penunjang keberhasilan kelas ibu hamil

Faktor penunjang merupakan faktor kekuatan internal dan faktor peluang eksternal. Teridentifikasi beberapa faktor yang merupakan faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan KIH. Faktor faktor tersebut dirangkum menjadi faktor kekuatan internal dan faktor peluang eksternal. Masing masing

faktor internal dan eksternal di analisis dengan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) seperti yang terlihat pada tabel 3.1 dan 3.2, yaitu dengan memberikan pembobotan pada masing masing faktor. Setelah teridentifikasi faktor penunjang internal dan eksternal kemudian di berikan bobot nilai oleh tim penilai, sehingga nilai bobot merupakan rata rata dari tim penilai. Kemudian menentukan skala.

Faktor penghambat keberhasilan Kelas Ibu Hamil (KIH)

Sementara itu faktor penghambat keberhasilan Kelas Ibu Hamil (KIH) merupakan faktor kelemahan dari dalam KIH itu sendiri (faktor kelemahan internal) dan faktor ancaman yang datang dari luar KIH (faktor ancaman eksternal). Teridentifikasi beberapa faktor yang merupakan faktor penghambat pelaksanaan KIH. Faktor faktor tersebut dirangkum menjadi faktor kelemahan internal dan faktor ancaman eksternal. Masing masing faktor dianalisis seperti yang disajikan tabel 3.1 dan 3.2, yaitu dengan memberikan pembobotan pada masing masing faktor. Analisis Matrik Faktor Internal (Internal Strategic Analisys Summary/ EFAS) Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Hasil Studi Literatur

Hasil analisis matrik faktor internal didapatkan – 0,62 (sumbu x). Posisi ini menandakan bahwa faktor internal kelemahan lebih besar dibandingan dengan faktor internal kekuatan. Selengkapnya Matriks Faktor Internal sebagai kekuatan maupun kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan KIH di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur dapat dilihat pada Tabel 1.

Hasil analisis matrik faktor eksternal didapatkan 0,79 (sumbu y). Posisi ini menandakan bahwa faktor eksternal peluang lebih besar dibandingan dengan faktor eksternal Ancaman. Selengkapnya matriks faktor eksternal sebagai peluang maupun ancaman yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan KIH di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan matrik analisis faktor internal dan matrik analisis faktor eksternal didapatkan 69

(9)

sumbu x dan y. Berdasarkan hasil studi literatur yang dikumpulkan dipatkan bahwa posisi sumbu x,y berada pada sumbu -0,62; 0,79, hal ini menunjukkan

posisi pelaksanaan

kegiatan KIH berada di kuadran III

berdasarkan telaah studi literatur. Kuadran III merupakan kuadran Ubah Strategi, menunjukkan pelaksanaan KIH lemah namun sangat berpeluang, seperti terlihat pada Gambar 4.

Tabel 1. Analisis Matrik Faktor Internal (Internal Strategic Analisys Summary/ IFAS) Hasil Studi Literatur

No

Faktor Internal

Skor Bobot Total Kekuatan (strengths)

1 Kewenangan bidan untuk pelayanan kepada ibu hamil 4 0,06 0,24

2 Fungsi pengawasan kegiatan KIH 4 0,11 0,44

3 Kemampuan tenaga kesehatan 4 0,05 0,2

4 Komitmen, lembaga pemerintah/non pemerintah (Dinkes, pemkab.LSM) 3 0,06 0,18

5 Semangat bidan 3 0,03 0,09

6 Dampak KIH bagi petugas KIH terhadap tuntutan pengkhiran informasi 2 0,01 0,02

7 Manfaat terhadap perubahan sikap pemilihan persalinan 2 0,05 0,1

8 Kunjungan K1, K4 meningkat 3 0,04 0,12

9 Bumil banyak tertarik senam bumil 2 0,01 0,02

T O T A L K E K U A T A N 1 1,41

No Kelemahan (weaknesses)

1 Tidak ada tim pengajar/koordinasi kurang/struktur tim kerja tdk jelas 4 0,08 0,32

2 Fasilitator tidak memadai secara kuantitas 4 0,04 0,16

3 Badan pelaksana hanya puskesmas 4 0,06 0,24

4 Rencana belum jelas/tidak komit pada jadwal 4 0,03 0,12

5 Belum ada struktur tim kerja dan SOP 3 0,01 0,03

6 Konsistensi pelaksanaan 4 0,01 0,04

7 Pelatihan Bidan Koordinator 3 0,06 0,18

8 Partisipasi keluarga kurang/tidak ada 3 0,04 0,12

9 Ibu hamil masih bekerja tdk ada waktu 2 0,01 0,02

10 Peserta tidak hadir saat penyampaian materi inti 3 0,02 0,06

11 Tidak ada evaluasi berkala 4 0,11 0,44

12 Metode praktek tidak ada/senam bumil tidak ada 3 0,01 0,03

13 Alat bantu/buku panduan/flipcart kurang 2 0,01 0,02

14 Tidak ada biaya pelaksanaan kelas KIH 3 0,03 0,09

15 Dana pelaksanaan tidak mandiri/kurang/masih bergantung BOK 3 0,04 0,12

16 Persepsi KIH mahal 2 0,01 0,02

17 Sosialisasi tidak maksimal terkait manfaat sarana belajar 2 0,01 0,02 T O T A L K E L E M A H A N 1 2,03 Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = -0,62= = sumbu x

(10)

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil………… (Noviati Fuada, Budi Setyawati)

Tabel 2. Analisis Matrik Faktor Eksternal (External Strategic Analisys Summary/ EFAS) Hasil Studi Literatur

Gambar 4. Matriks Kuadran SWOT Pelaksanaan KIH Hasil Studi Literatur Hasil ini mengambarkan posisi KIH berada

pada posisi Kuadran III (negatif, positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi (KIH) yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya pelaksanaan KIH disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi (KIH). Alternatif berbagai pengembangan strategi lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3. Dengan analisis saling melengkapi faktor ekternal dan internal, diperoleh beberapa point alternatif pengembangan.

Strategi Swot Pengembangan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Diversifikasi program dapat diartikan pengembangan kegiatan atau

penganekaragaman kegiatan untuk menghindari ketergantungan pada satu kegiatan yang ada. Hasil identifikasi faktor

penunjang dan penghambat dapat dilakukan analisis untuk saling melengkapai seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel tersebut merupakan alternatif dari diversivikasi atau kemungkinan pengembangan Kelas Ibu Hamil. Alternatif alaternatif tersebut dapat dilakukan antara lain dengan menemukan strategi seperti yang tersaji pada tabel 3.

PEMBAHASAN

Gambaran yang terlihat menunjukkan jumlah pelaksanaan KIH di suatu wilayah tidak diikuti dengan capaian output yang diinginkan. Dimana adanya pelaksanaan KIH diharapkan dapat meningkatkan kunjungan ibu hamil pada pemeriksaan ibu hamil dan tingginya persalinan di fasilitas kesehatan. Keadaan ini menjadi suatu dilemma bila kucuran dana atau anggaran dari pemerintah untuk kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil dievaluasi dengan indikator keberhasilan tersebut. Sementara untuk merubah perilaku Ibu hamil tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Minimal diperlukan waktu dan paparan yang intensif 71

(11)

untuk merubah perilaku ibu hamil berkunjung ke fasiltas kesehatan.

Jika tujuan awal KIH adalah merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan tentulah dengan waktu empat bulan, (bahkan kurang dari empat bulan, jika ibu hamil tidak rajin menghadiri KIH) maka tujuan ini sulit terwujud. Oleh karenanya diperlukan kesepakatan dari penyandang dana dalam mengevaluasi anggaran, agar ada perlakuan khusus. Untuk itu diperlukan ketetapan output yang dapat dicapai secara SMART (spesifik, mesuareble, acurate, realistis, timeable). Indikator capaian pelaksanaan KIH sebaiknnya dilihat lebih kepada indikator input, proses dan output pelaksanaan KIH. Adapun output dari program KIA merupakan dampak dari KIH, yang tentunya tidak berkaitan secara langsung dengan keberlangsungan KIH.

Bila kita ingin melihat keberhasilan KIH ada baiknnya kita melihat keberhasilan KIH menurut indikator determinan atau indikator proses, seperti berubahnya pengetahuan, perilaku, atau indikator proses seperti manajemen pelaksanaan KIH. Indikator itu sendiri merupakan petunjuk yang menggambarkan atau merefleksikan dari keadaan tertentu. (WHO, 1981). Selain itu indikator juga dapat berupa indeks yang menggambarkan fenomena ditempat dan waktu tertentu (Utomo,1999). Bentuk indeks yang akan dihasilkan dari psoses dapat beragam, tetapi pada prinsipnya indeks dari suatu indikator harus dapat digunakan untuk membandingkan secara absah dengan keadaan yang diukur.

Bentuk indeks indikator dapat berupa persentase atau proporsi, angka absolut, rate, ratio atau komposit. Adapun syarat syarat indikator yaitu selain absah juga harus mengandung unsur spesifik, sensitif, obyektif dan valid.

Ditinjau dari keadaan/fenomena yang akan dilihat dan digambarkan maka indikator dapat dikelompokkan menjadi :

1. Jenis indikator determinan, menggambar-kan faktor-faktor antara lain perilaku, pengetahuan.

2. Jenis indikator hasil/outcome, melihat status kesehatan, kematian.

3. Jenis indikator proses, mengambarkan proses yang sedang berjalan seperti manajemen, pemeliharaan kesehatan dll. Kewenangan bidan untuk melakukan pelayanan kepada ibu hamil merupakan kekuatan pada pelaksanaan program KIH (Arifin, D.A 2014) dan sesuai dengan amanat PerMenKes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Kekuatan lainnya yang mendukung Program KIH adalah Fungsi Penngawasan Program KIH (Kolifah, 2011) dan Pedoman Pelaksanaan KIH, Kementrian Kesehatan 2011.

Output KIH adalah meningkatnya perubahan sikap terhadap pemilihan persalinan dibantu tenaga medis ( Saswaty, 2010). Lebih lanjut dikatakan oleh Rochayah. 2012 bahwa perubahan pemilihan persalinan menggunakan tenaga medis adalah pengetahuan, peranan petugas kesehatan. Output lainnya yang menjadi kekuatan program KIH adalah meningkatnya jumlah kunjungan K1 dan K4. Bahkan dalam salah satu desa di Bulukumba, Sulawesi Selatan angka K45 meningkat sampai dengan 100 persen (Izzah, A dan Atmansyah L. 2011).

Kelemahan faktor internal yang perlu dicermati dalam program KIH adalah belum maksimalnya peran Dinas Kesehatan dalam mendorong pelaksanaan KIH seperti manajemen organisasi pelaksana KIH yang jelas, pelatihan fasilitator yang intensif maupun sarana pendukung operasional KIH, sehingga terlihat bahwa operasional KIH lebih menjadi beban bagi Puskesmas. (Septerina, P.W et al, 2013; Saswaty, 2010; Praja, Y. H. 2012; Alhafizah, 2014). Selain itu adalah kelemahan klasik dalam operasional suatu program pemerintah pusat adalah permasalahaan dana yang lupa, tidak dianggarkan ataupun dianggap program bukan prioritas sehingga tidak ada dukungan dana dari pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendorong pelaksanaan KIH di daerah. (Saswaty, 2010; Praja, 2012; Puspitasari, 2012). Hal berbeda jika bercermin pada negara negara berkembang di Asia lainnya. Kesehatan masyarakat telah menjadi perhatian dalam anggaran pembiayaan masyarakat. Ibu hamil merupakan bagian dari kesehatan masyarakat, dapat dikatakan kesehatan ibu

(12)

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil………… (Noviati Fuada, Budi Setyawati)

hamil telah mendapat perhatian utama. Banyak negara-negara berpenghasilan rendah (seperti Nepal, Uganda dan Zambia) telah memperkenalkan layanan umum gratis dengan pengeluaran kesehatan masyarakat sekitar 2 persen dari Gross Produk Domestik. Seperti negara-negara berpenghasilan rendah-menengah, Sri Lanka, telah menunjukkan, universal coverage bisa dicapai dengan tingkat pendanaan publik sebesar US $ 23 per kapita, jika pembiayaan publik digunakan secara efisien. (Rob Yatesa , 2010).

Dari sisi pelaksanaan, kelemahan faktor internal adalah sering tidak sesuainya dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan yang meliputi : sisi fasilitator yang belum kompeten, konsistensi pelaksanaan, metode penyampaian materi, alat bantu tidak lengkap maupun dari permasalahan ibu hamil yang tidak datang saat pelaksanaan KIH. Selain itu fungsi evaluasi berkala tidak berjalan (Utami, 2012 dan Arifin, 2014). Sedangkan fungsi evaluasi adalah sangat penting sebagai upaya sebuah program, untuk melakukan perbaikan dan mencegah terjadinya kesalahan berulang. Selain itu faktor dukungan keluarga juga merupakan faktor internal yang perlu diperhatikan. Faktor ini menjadai faktor kelemahan, dimungkinkan karena sebagian besar tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat Indonesia masih rendah. Jika di negara maju seperti Inggris, peran anggota keluarga lainnya cukup signifikan dalam mendukung kelas kesehatan ibu hamil. Seperti yang ditunjukkan pada data Maternity Survey Report, adannya proporsi yang tinggi dalam menghadiri memantau kehamilan (61%), cek USG (88%) dan hadir selama persalinan dan kelahiran sebesar 89 persen. ( Maggie Redshaw etc, 2010)

Faktor eksternal peluang pelaksanaan program KIH di Indonesia yang terdapat dalam hasil studi literatur yang berpengaruh adalah keterkaitan KIH dengan perencanaan program dengan institusi lainnya.(Arifin, 2014; Izzah, Atmansyah, 2011). Selain keberagaman kearifan lokal yang dapat diadopsi dalam teknik pelaksanaan Program KIH itu dapat menumbuhkan peran aktif keterlibatan pihak di tingkat daerah serta dukungan lingkungan masyarakat.

Sedangkan faktor eksternal ancaman yang terjadi adalah, minimnya dukungan lintas

program, persepsi KIH adalah pekerjaan dinas kesehatan serta indikator proses sosialisasi yang seharusnya disampaikan kepada tokoh masyarakat tidak berjalan.

Secara umum perbaikan kinerja pelaksanaan Kelas Ibu Hamil harus terus diupayakan dengan selalu mengkaitkan kerarifan daerah dalam pelaksanaan KIH. Diharapkan peran aktif masyarakat lebih optimal karena terdapat rasa memiliki terhadap program KIH. Selain itu penting untuk selalu melakukan perencanaan secara komprehensif dengan lintas program yang membantu berjalannya program KIH di luar program kesehatan. Demikian juga perlu strategi promosi yang lebih luas sehingga keterlibatan para pihak lebih meluas dan lebih aktif dalam upaya mencapai sasaran utama kesehatan dan keselamatan ibu hamil dan bayi.

Dari sisi internal perlu dianggarkan secara konsisten dan berkesinambungan terhadap pemenuhan operasional program KIH serta pelatihan terus menerus terhadap fasilitator baik dalam upaya meningkatkan jumlahnya maupun memperbaiki teknik penyampaian pesan.

KESIMPULAN

Kelas Ibu Hamil telah di laksanakan di seluruh provinsi dengan variasi 27.5 persen s/d 150 persen. Gambaran pelaksanaan Kelas Ibu Hamil (KIH) yang dilaporkan hanya jumlah kelas ibu hamil di wilayah Puskesmas. Capaian KIA tidak berhubungan dengan banyaknya jumlah KIH.

Faktor faktor yang menunjang keberhasilan kelas ibu hamil Meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor penunjang kekuatan internal meliputi potensi dan dukungan dari pembina (bidan puskesmas) dan fasilitas puskesmas, dan dari peserta KIH (ibu hamil) adalah ketertarikan pada materi KIH. Faktor penunjang peluang eksternal meliputi dukungan lmasyarakat; Keterlibatan stake holder Faktor pengahambat kelemahan internal : lebih banyak mencakup pada kwalitas dan kuantitas fasilitator KIH, kwalitas pelaksanaan KIH. Faktor penghambat ancaman eksternal, sebagian besar di karenakan faktor dari keluarga peserta, peran serta masyarakat dan fasilitas (Alat bantu/buku 73

(13)

panduan/flipcart) yang kurang memadai. Penentuan strategi pelaksanan Kelas Ibu Hamil Berdasarkan studi literatur dan verifikasi data (kualitatif) di tingkat masyarakat, antara lain, KIH perlu perubahan baik dari segi input, proses/pelaksanaan, promosi maupun anggaran.

SARAN

Telaah hasil literatur dan pengamatan secara umum diperoleh informasi bahwa koordinator dan fasilitator pelaksanaan KIH oleh Bidan desa/wilayah menjadi faktor penunjang maupun penghambat. Berjalannya KIH tergantung pada hadirnnya bidan wilayah setempat namun di sisi lain beban kerja bidan cukup padat dan bidan cukup sibuk. Dengan demikian sangat direkomendasikan intregrasi pelaksanaan KIH dan Posyandu dengan kader posyandu sebagai fasilitator.

Telaah literatur memberikan informasi bahwa, Kader posyandu cukup berpotensi menjadi salah satu fasilitator dan pelaksana berjalannya KIH. Pembinaan pelaksanaan KIH langsung di bawah promosi kesehatan. Dan pembuatan peraturan jelas terhadap pembentukan tim fasilitator. Agar KIH dapat berjalan berurut turut setiap bulan, perlu di dukung lebih dari satu orang fasilitator. Olehkarennya perlu adannya kejelasan pembentukan Tim fasilitator. Tim fasiltator sebaiknnya terdiri dari beberapa orang yang mempunyai skil penguasaan materi yang dapat diperoleh dari pelatihan atau pembelajaran jarak jauh, akan lebih baik jika memperoleh sertifikat fasilitator, untuk itu perlu kerjasama semua pihak terutama ditingkat daerah. Ucapan Terima Kasih

Terimakasih kami ucapakan kepada Pimpinan dan PPI Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan Kajian Kelas Ibu hamil. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para nara sumber.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim (1981), Development of Indicators for Monitoring Progress towards Health for All by the Year 2000, WHO, Geneva.

2. Departemen Kesehatan R.I. Pola Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta.2004

3. Edi sukiarko, SKM. Pengaruh Pelatihan Dengan metode Belajar Berdasarkan Masalah Terhadap pengetahuan dan ketrampilan Kader gizi dalam kegiatan Posyandu. Undip.2007 4. Lia Puspitasari Gambaran Pelaksanaan Kelas

Ibu Hamil Di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1054 - 1060

5. Maggie Redshaw , Katriina Heikkila. A national survey of women’s experience of maternity care. Maternity Survey Report. National Perinatal Epidemiology Unit, University of Oxford, 2010

6. Rob Yatesa. Women and children first: an appropriate first step towards universal coverage . WHO Bulletin 2010; 88: 474-475. 7. Rizky Lila D, Persepsi Ibu Hamil tentang

Kelas Ibu Hamil di Desa Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas megaluh Kabupaten

Jombang, 2012. http://www.poltek kesjakarta1.ac.id/keperawatan. 25 Maret 2014

8. Sri Maulani. Tahapan perkembangan janin dalam kandungan. 2014. http://posyandu.org/ tahapan-perkembangan-janin-dalam-kandung an.html

9. Yayah K Husaini. Penelitian Model Penyuluhan Gizi-Kesehatan dengan Metode Kontak Ibu dalam Upaya Meningkatkan Perilaku Sehat Ibu Selama Hamil, Menyusui dan Memberi Makanan Bayi dan Anak Balita.Jakarta.Badan Litbangkes depkes. 2000 10. Jiarti Kusbandiyah. Analisis Implementasi Program KIH oleh Bidan Puskesmas di Kota Malang. Program Pascasarjana. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. 2013. UNDIP.

11. Dessi Alhafizah Arifin. Strategi Pengembangan Program KIH di Kota Banjarbaru . Thesis. Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2014.

(14)

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil………… (Noviati Fuada, Budi Setyawati)

Tabel 3. Strategi SWOT Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Hasil Studi Literatur

Eksternal

Internal

Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)

1. Keterkaitan KIH dengan rencana program 2. Kemitraan bidan dukun

3. Partisi masyarakat adopsi konsep desa siaga

4. Dukungan masyarakat

5. Keterlibatan stake holder PKK dan desa. 6. Infrastruktur polides untuk penangann

persalinan dengan tenaga bidan

1. Minim dukungan lintas program 2. Tidak melibatkan pemerintaah desa 3. Persepsi KIH hanya prgram kesehatan

4. Persaingan dengan tenaga kesehatan (motif ekonomi)

5. Pembentukan Kelas Ibu hamil tidak melibatkan stake holder

6. Tidak ada dukungan stakeholder

7. Belum pernah disosialisasikan kepada Kader, PKK, Toma, Organisasi Wanita

8. Sosialisai/informasi KIH pada masyarakat kurang

Strengts (Kekuatan)

Strategi SO /Comparative Advantage. (menggunakan kekuatan untuk merebut

peluang)

Strategi ST/ Mobilization (menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman)

1. Fungsi Pengawasan Program KIH

2. Kewenangan bidan untuk pelayanan kepada ibu hamil 3. Kemampuan tenaga kesehatan

4. Komitmen Dinkes, dan Puskesmas 5. Semangat Bidan

6. Dampak KIH bagi petugas terhadap tuntutan pembaharuan informasi

7. Manfaat terhadap perubahan sikap ibu hamil dalam pemilihan persalinan

8. Peningkatan kunjungan K1 dan K4 yang signifikan 9. Ketertarikan Ibu Hamil terhadap senam ibu hamil

1. Meningkatkan fungsi pengawasan program KIH , membuat rencana program dengan sasaran berdasarkan output yang ingin dicapai secara SMART (spesifik, mesuareble, acurate, realistis, timeable).

2. Memberikan pelatihan secara terus menerus kepada bidan dan didasarkan atas evaluasi pelaksanaan pelatihan maupun pelaksanaan KIH itu sendiri. 3. Memberikan sosialisasi secara

intensif lintas sektor 4. Adanya ketertarikan pada

senam ibu hamil kegiatan ini sebagai n faktor pengungkit dukungan masyarakat.

1. Melibatkan pimpinan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi program KIH sebagai program lintas sektoral.

2. Menggali potensi daerah yang dapat diintegrasikan dalam pelaksanaan KIH di lapangan.

.

3. Memberikan sosialisasi kepada stakeholders mengenai KIH terkait dengan potensi yang dapat mendukung implementasi program di lapangan.

Weaknesses (Kelemahan)

Strategi WO/ Divestmen// Investment (mengatasi kelemahan dengan mengambil

peluang)

Strategi WT/ Damage Control (Meminimalkan kelemahan

dan menghindarkan ancaman)

1. Tidak ada tim pengajar/koordinasi kurang/struktur tim kerja tdk jelas

2. Fasilitator tidak memadai secara kwantitas 3. Badan pelaksana hanya puskesmas

4. Rencana belum jelas/tidak komit pada jadwal 5. Belum ada struktur tim kerja dan SOP

6. Peserta tidak hadir saat penyampaian materi inti 7. Konsistensi pelaksanaan

8. Pelatihan koordinator/kepala bidan 9. Partisipasi keluarga kurang/tidak ada 10. Ibu hamil masih bekerja tdk ada waktu 11. Peserta tidak hadir saat penyampaian materi inti 12. Tidak ada evaluasi berkala

13. Metode praktek tidak ada/senam bumil tidak ada 14. Alat bantu/buku panduan/flipcart kurang 15. Tidak terdapat biaya pelaksanaan kelas KIH 16. Dana pelaksanaan tidak mandiri/kurang/bergantung

BOK

17. Persepsi KIH mahal

18. Sosialisasi tidak maksimal terkait manfaat sarana belajar

19. Standar belum jelas

1. Melibatkan potensi daerah untuk fokus terhadap sasaran yang akan dicapai dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi program KIH. 2. Secara terus menerus memperbaharui informasi teknis KIH dan memperbaiki pelaksanaan KIH berdasarkan evaluasi yang dilakukan. 3. Memberikan kepastian

terhadap dana operasional pelaksanaan KIH secara berkelanjutan sesuai dengan standar.

1. Melibatkan stake holders lokal untuk mendukung pelaksanaan KIH di lapangan sesuai dengan potensi daerah yang tersedia.

(15)

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA WANITA HAMIL DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2013)

Hypertension Risk Factors Pregnant Women in Indonesia (Riskesdas Data Analysis 2013)

Budi Setyawati1, Noviati Fuada1, Salimar1, Bunga Christitha Rosha1 Pusat Teknologi dan Intervensi Kesehatan Masyarakat,

Jln. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat

Abstract

Background: Hypertension (including preeclampsia) in pregnant women occurs in about 10% of pregnancies worldwide and become one of the major causes of morbidity and mortality in mothers and newborn. It is estimated that about 13 percent of maternal mortality caused by hypertension in pregnancy. Objective: To study factors associated with hypertension in pregnant women in Indonesia.

Methods: This study is an analytical observational study with cross sectional design, using the data of 2013 Riskesdas.

Results: Hypertension in pregnant women in Indonesia in 2013 was 6.3%. Determinants of hypertension in pregnant women are the history of hypertension (OR: 5.1), upper arm circumference > 30 cm (OR: 2.9), age over 35 years (OR: 1.8), the habit of eating salty foods every day (OR : 1.6), low education level (below junior high school) (OR: 1.6), and outer Java-Bali region (OR: 1.3), all of which were statistically significant (p <0.05).

Conclusion: Hypertension in pregnant women primarily because previous history of hypertension, age >30 years, overweight (upper arm circumcerence > 30 cm), the habit of eating salty foods every day, and low education (<SMP). In the program of preventive promotive hypertension, counseling is preferable to at-risk groups.

Keywords:hypertension, pregnant women, upper arm circumference

Abstrak

Pendahuluan : Hipertensi (termasuk preeklampsi) pada wanita hamil terjadi pada sekitar 10% dari kehamilan di seluruh dunia dan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan 13 persen angka kematian ibu disebabkan oleh hipertensi pada kehamilan.

Tujuan : mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada wanita hamil di Indonesia Metode : Penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan desain cross sectional study, menggunakan data Riskesdas 2013.

Hasil :Hipertensi pada wanita hamil di Indonesia 2013 sebesar 6,3%. Determinan hipertensi pada wanita hamil adalah riwayat pernah didiagnosis hipertensi (OR : 5,1), status gizi yang digambarkan oleh lingkar lengan atas (LILA)> 30 cm (OR : 2,9), umur diatas 35 tahun (OR : 1,8), kebiasaan makan makanan asin tiap hari (OR : 1,6), pendidikan kurang dari SMP (OR : 1,6), dan kawasanbukan Jawa-Bali (OR : 1,3), kesemuanya signifikan secara statistik (p<0,05).

Kesimpulan : hipertensi pada wanita hamil utamanya dikarenakan riwayat hipertensi sebelumnya, usia > 30 tahun, status gizi lebih (LILA > 30 cm), kebiasaan makan makanan asin tiap hari, dan pendidikan rendah (< SMP).

Saran :dalam upaya promotif-preventif hipertensi, penyuluhan diutamakan pada kelompok berisiko.

Kata kunci : hipertensi, ibu hamil, LILA

Naskahmasuk: 26 Febrauari 2015 Review: 8 April 2015 Disetujuiterbit: 2Juli 2015

(16)

FaktorRisikoHipertensiPada …….(Budi S., Noviati F., Salimar, BungaC.Rosha)

PENDAHULUAN

Hipertensi (termasuk preeklampsi) pada wanita hamil terjadi pada sekitar 10% dari kehamilan di seluruh dunia dan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan 50.000-60.000 ibu melahirkan di seluruh dunia meninggal karena preeklampsi, dimana insiden preeklampsi meningkat 25% dalam dua dekade terakhir.1Diestimasikan sekitar 13 persen angka kematian ibu disebabkan oleh

kondisi hipertensi pada

kehamilan.2Diperkirakan pula terjadi peningkatan kejadian hipertensi dan kematian akibat hipertensi pada wanita hamil dari tahun ke tahun.3

Hipertensi pada wanita hamil berpotensi menimbulkan komplikasi dan dapat menyebabkan kondisi odem pada paru-paru, ASI tidak lancar, pendarahan otak, plasenta abruptio, kerusakan hati, gagal ginjal akut, bahkan kematian pada ibu.4,5 Hipertensi pada wanita hamil merupakan penyebab utama pada kasus kelahiran bayi prematur.1 Akibat lainnya dari ibu hamil yang hipertensi adalah berat lahir bayi kurang dari 10 persentil, lebih banyak jumlah bayi dengan APGAR <3, hambatan pada pertumbuhan janin, angkakematian bayi dalam kandungan, serta angka kematian perinatal dan neonatal yang lebih tinggi dibandingkanibu tidak hipertensi.4

Hipertensi pada wanita hamil secara sederhana dapat diklasifikasikan pada 4 kelompok yakni : 1. Hipertensi kronik : yakni kondisi hipertensi telah muncul sebelum hamil atau ada di saat umur kehamilan belum masuk ke dalam minggu ke-20. Hipertensi tetap menetap walaupun lebih dari 12 minggu setelah melahirkan. Ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg ataupun gabungan keduanya; 2. Hipertensi gestasional : yakni merupakan hipertensi yang bersifat sementara, muncul pada pertengahan kehamilan (setelah usia kehamilan 20 minggu), cenderung menjadi normal setelah melahirkan, dan tidak mengalami proteinuria; 3. Hipertensi Preeklampsi (termasuk hipertensi kronis dengan superimpose preeklampsia) yaitu adalah jenis hipertensi yang muncul di usia pertengahan kehamilan (lebih dari 20 minggu) dan protenuria dalam urin

sedikitnya 300 mg/24 jam; 4.Hipertensi Eklampsia : eklampsia didefinisikan sebagai munculnya kejang pada wanita dengan preeklampsia.1,6,7

Faktor risiko untuk terjadinya hipertensi pada wanita hamil adalah : memiliki riwayat keluarga mengidap hipertensi, usia reproduksi yang terlalu muda atau tua, primigravida, kehamilan yang berulang kali, penyakit diabetes, penyakit/gangguan ginjal, hipertensi sejak sebelum kehamilan, penambahan berat badan berlebih selama kehamilan (> 1 kg/minggu).4Faktor risiko lain adalah kehamilan kembar, sering melahirkan dan usia ibu ≥ 40 tahun.1 Sebuah studi kohort di Amerika Latin dan Caribia mengidentifikasikan faktor risiko seperti riwayat hipertensi, diabetes atau diabetes gestasional, ibu melahirkan diatas usia 35 tahun, dan kondisi obesitas (indeks massa tubuh > 29).8 Literatur lain menyebutkan faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi berkaitan dengan perkembangan penyakit yakni primigraviada, multigravida, janin besar dan kehamilan dengan janin lebih dari satu.9Ditemui adanya hubungan antara frekuensi kehamilan dengan hipertensi di RSUD Pandan Arang Boyolali, yakni semakin tinggi frekuensi kehamilan semakin berisiko terkena hipertensi, semakin tinggi paritas ibu maka semakin berisiko mengalami preklamsia.10Selain itu, faktor risiko hipertensi lainnya adalah: faktor genetik, umur, etnis, stres, asupan garam, dan kebiasaan merokok. 11,12,13

Kondisi hipertensi (utamanya eklampsia) pada wanita hamil dipengaruhi oleh keberadaan dan kualitas dari lembaga pelayanan yang menyelenggarakan perawatan antenatal (antenatal care).14 Manajemen pelayanan dan penanganan hipertensi, utamanya pada preeklampsia dan eklampsia cukup menentukan pada besarnya angka kematian pada ibu hamil dan melahirkan.

Di Indonesia, masih sedikit diperoleh informasi tentang hipertensi pada wanita hamil. oleh karenanya penelitian ini bertujuan mempelajari trend dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada wanita hamil di Indonesia.

(17)

METODE

Jenis Penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan desain cross sectional study. Data yang digunakan untuk dianalisis adalah data Riskesdas 2013.Untuk melihat hubungan berbagai faktor yang di tengarai berhubungan dengan hipertensi pada wanita hamil, sampel adalah wanita hamil pada Riskesdas 2013. Kriteria Inklusi : sampel wanita hamil yang diukur tekanan darahnya dan memiliki data variabel yang dibutuhkan dengan lengkap.Kriteria eksklusi : hanya memiliki catatantekanan darah sistole saja/diastole saja, pengukurantekanan darah hanya satu kali dan data tidak lengkap.Variabel Terikat : status hipertensi pada wanita hamil.

Variabel bebas :

 Karakteristik wilayah dan sosial ekonomi yang terdiri atas : status kawasan, klasifikasi daerah, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi

 Riwayat penyakit :diabetes mellitus, ginjal (gagal ginjal/batu ginjal), hipertensi sebelum kehamilan, kondisi kesehatan jiwa/stress

 Perilaku/kebiasaan : kebiasaan merokok (Pasif dan aktif), konsumsi : buah-sayur, buah, sayur, makanan asin, konsumsi lemak/kolestrol/gorengan, mie instan

 Riwayat kehamilan dan pemeriksaan kehamilan : jumlah kehamilan, usia saat hamil, usia pertama kali hamil, usia kandungan

 Pemanfaatan pelayanan kesehatan : pemeriksa kehamilan, tempat pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan K1-K4

 Status gizi ibu hamil yang dilihat pada lingkar lengan atas (LILA)

Status wilayah dibedakan atas kawasan Jawa-Bali dan bukan Jawa-Bali; pendidikan : tamat SMP dan tidak tamat SMP; pekerjaan : bekerja dan tidak bekerja; status ekonomi dianggap berisiko jika pendapatan keluarga < kuintil 3; riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal dan hipertensi dibedakan atas : pernah didiagnosis oleh dokter dan tidak pernah; kondisi kejiwaan berisiko jika memiliki masalah kejiwaan yang ditandai menjawab Ya minimal 6 dari 20 pertanyaan; kebiasaan merokok dianggap

berisiko jika merokok aktif/pasif tiap hari, kebiasaan konsumsi buah-sayur, makanan asin, makanan berlemak/kolestrol/gorengan, dan mie instan dibedakan atas makan tiap hari dan tidak tiap hari; kehamilan dianggap berisiko jika jumlah kehamilan ≥ 3 kali, usia saat hamil > 35 tahun, usia pertama kali hamil ≤ 20 tahun. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dianggap berisiko jikapemeriksa kehamilan bukan tenaga kesehatan, tempat pemeriksaan bukan fasilitas pelayanan kesehatan (yankes), pemeriksaan K1-K4 tidak sesuai standar. Status gizi diukur dengan LILA, dianggap berisiko jika LILA > 3o cm.

Pada data dilakukan proses cleaning dan komposit, pengolahan dan analisis data untuk melihat faktor-faktor yang berisiko terhadap hipertensi pada wanita hamil di Indonesia. Digunakan uji Chi-Square dan regresi logistik dengan pendekatan ‘complex sample’ (pendekatan complex sample digunakan dalam analisis menggunakan SPSS untuk data-data yang jumlahnya besar).

Data Riskesadas 2013 yang digunakan dalam penelitian ini dalam proses pengumpulan datanya telah mendapatkan persetujuan etik (ethical approval).

HASIL

Pada Tabel 1 disajikan karakteristik sosial ekonomi responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, status tempat domisili dan status provinsi tempat domisili. Terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki status tidak bekerja (sebagai ibu rumahtangga saja), tidak tamat SMP, berdomisili di kawasan Jawa-Bali dan di perkotaan.

Tabel 2 menyajikan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh responden.

Terlihat bahwa sebagian besar responden dalam kondisi kesehatan yang normal. Hanya sedikit yang teridentifikasi memiliki riwayat ataupun pernah didiagnosis oleh dokter/tenaga kesehatan menderita diabetes (0,3%), penyakit ginjal yakni batu ginjal atau gagal ginjal (0,2%), hipertensi (3,2%) penyakit ginjal yakni batu ginjal atau gagal ginjal (0,2%), hipertensi (3,2%).

(18)

FaktorRisikoHipertensiPada …….(Budi S., Noviati F., Salimar, BungaC.Rosha)

Tabel 1. Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2013

Tabel 2. Riwayat PenyakitYang Pernah di Derita Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2013

Ditemui juga ada sekitar 7,8 persen dari responden yang teridentifikasi memiliki masalah kejiwaan.Kebiasaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan disajikan pada Tabel 3.

Tampak bahwa hampir 1/3 dari keseluruhan

responden menjadi perokok aktif maupun pasif tiap hari. Sebagian besar responden tidak mengonsumsi buah tiap hari (77,6%). Sekitar ¼ dari responden yang mengonsumsi makanan asin minimal 1 kali/ hari, dan 41,8% mengonsumsi makanan berlemak/kolesterol/gorengan.

(19)

Tabel 3. Kebiasaan/PerilakuIbu Hamil di Indonesia Tahun 2013

No Variabel Jumlah Persentase

1 Status perokokaktif/pasif

 Bukanperokokaktif/pasif 4632 65,1%

 Perokokaktif/pasiftiaphari 2486 34,9%

2 Kebiasaankonsumsibuah-sayur

 Tiap hari 1267 17,8%

 Tidak tiap hari 5851 82,2%

3 Kebiasaankonsumsibuah

 Tiap hari 1597 22,4%

 Tidak tiap hari 5521 77,6%

4 Kebiasaankonsumsisayur

 Tiap hari 4534 63,7%

 Tidak tiap hari 2584 36,3%

5 Kebiasaankonsumsimakananasin  Tidaktiaphari 5342 75,0%  Minimal 1 kali/hari 1776 25,0% 6 Kebiasaankonsumsilemak/kolesterol/gorengan  Tidaktiaphari 4146 58,2%  Minimal 1 kali/hari 2972 41,8% 7 Kebiasaankonsumsimie instant  Tidaktiaphari 6617 93,0%  Minimal 1 kali/hari 501 7,0%

(20)
(21)

Pada Tabel 4 ditampilkan gambaran tentang riwayat kehamilan dan pemeriksaan kehamilan serta status gizi ibu_hamil. Terlihat bahwa sebagian besar responden pernah hamil kurang dari 3 kali (85,6%) dan usia saat hamil di bawah 35 tahun (88,9%). Ditemui cukup banyak ibu yang hamil pertama kali diusia ≤ 20 tahun (44,7%). Usia kandungan > 20 minggu ditemui pada sekitar separuh dari responden. Sebagian besar responden memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan dan di fasilitas pelayanan kesehatan dan hanya sedikit yang tidak memeriksakan kandungan ke tenaga kesehatan (8,2%). Sekitar 18,6 persen yang tidak melakukan pemeriksaan K-4 sesuai standar.

Hasil uji Bivariat disajikan pada Tabel 5 pada lampiran.

Ditemui hubungan signifikan pada variabel pendidikan. Wanita hamil berpendidikan tidak sampai tamat SMP berisiko mengalami hipertensi sebesar 1,7 kali dibandingkan yang tamat SMP.

Kondisi pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan berisiko 6 kali hipertensi saat kehamilan dibandingkan yang tidak didiagnosis menderita hipertensi (p<0,05). Wanita saat hamil berusia 35 tahun keatas

berisiko hipertensi sebesar 2,4 kali dibandingkan wanita yang saat hamil belum berusia 35 tahun, signifikan secara statistik. Konsumsi makanan asin minimal 1 kali/hari berisiko hipertensi satu setengah kali dibandingkan yang tidak mengonsumsi makanan asin tiap hari, namun hubungan ini tidak signifikan. Secara umum tidak ditemui ada hubungan signifikan pada perilaku/ kebiasaan merokok dan konsumsi terhadap kondisi hipertensi.

Riwayat kehamilan 3 kali atau lebih, berisiko 1,9 kali untuk mengalami hipertensi saat ibu hamil dibandingkan ibu dengan riwayat kehamilan kurang dari 3 kali (p< 0,05). Kondisi status gizi pada ibu hamil yang dinilai berdasar pengukuran lingkar lengan atas (LILA), LILA ibuhamil ≥ 30 cm, berisiko hipertensi 3 kali dibandingkan LILA ibu hamil < 30 cm, hubungan ini signifikan secara statistik.

Dari hasil uji bivariat antara variabel dengan hipertensi, nilai p-value < 0,25 dimasukkan dalam uji multivariat. Dalam uji multivariat, variabel yang memiliki nilai p-value ≥ 0,05 dikeluarkan satu demi satu dimulai dengan nilai p-value terbesar. Hasil akhir uji multivariat, yang kesemuanya signifikan secara statistik disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Hasil Uji Multivariat

Dari hasil uji multivariat terlihat bahwa riwayat pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan memberikan risiko terbesar terhadap kondisi hipertensi yakni sebesar 5,1 kali (p< 0,05). Selanjutnya risiko yang besar ditemui pada kondisi lingkar lengan atas, dimana (LILA) > 30 cm berisiko hingga 2,9 kali untuk terjadi hipertensi ibu hamil dibandingkan ibu

dengan LILA ≤ 30 cm (p < 0,05). Usia diatas 35 tahun berisiko 1,8 kali mengalami hipertensi pada ibu hamil dibandingkan yang usianya kurang dari 35 tahun. Pendidikan rendah (< SMP) dan kebiasaan mengonsumsi makanan asin berisiko sekitar 1,6 kali dibandingkan kondisi sebaliknya. Ibu hamil yang berdomisili di luar Jawa-Bali berisiko 1,3 kali mengalami hipertensi pada

(22)

FaktorRisikoHipertensiPada …….(Budi S., Noviati F., Salimar, BungaC.Rosha)

saat hamil dibandingkan yang berdomisili di Jawa-Bali.

PEMBAHASAN

Kondisi tempat tinggal ibu hamil berdasarkan kawasan/region ternyata berpengaruh terhadap risiko ibu untuk mengalami hipertensi. Ditemui proporsi ibu hamil yang mengalami hipertensi di luar Jawa-Bali adalah sebesar 7%, lebih tinggi dari ibu hamil yang hipertensi di Jawa-Bali yang sebesar 5,8%. Ibu yang berdomisili di luar Jawa-Bali memiliki risiko 1,3 kali mengalami hipertensi dibandingkan ibu yang tinggal di Jawa-Bali. Risiko yang lebih besar di luar Jawa-Bali kemungkinan bisa dikarenakan kurang tersedianya fasilitas kesehatan yang baik dalam kuantitas maupun kualitasnya dibandingkan fasilitas kesehatan di Jawa-Bali, sehingga kemungkinan responden ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan dan baru terdeteksi pada saat survei dilakukan. Kualitas yang lebih baik pada pelayanan kesehatan akan mampu mendeteksi sejak dini adanya kondisi hipertensi pada ibu hamil dan dapat dilakukan penanganan sesegera mungkin untuk mengurangi ataupun mengatasi keparahan hipertensi pada wanita hamil. Kehamilan pada usia diatas 35 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Besarnya risiko adalah sebesar 1,8 kali dibandingkan kehamilan di usia 35 tahun kebawah. Hasil penelitian ini ternyata sejalan dengan hasil penelitian studi kohort yang dilakukan di Amerika Latin dan Carribean yang mendapatkan bahwa usia ibu diatas 35 tahun berisiko hipertensi .8 Demikian pula yang ditemukan oleh Robert (2013)1 yang mendapatkan risiko hipertensi yang lebih tinggi pada wanita hamil berusia 40 tahun keatas.

Tingkat pendidikan juga terhubungan dengan hipertensi pada wanita hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan SMP kebawah, terdapat risiko sebesar 1,6 kali untuk hipertensi dibandingkan pada ibu dengan tingkat pendidikan SMP keatas .Menurut Notoatmojo (2003), 15untuk terbentuknya perilaku maka pengetahuan/ kognitif sangatlah penting, dimana perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari

pengetahuan. Semakin baik pengetahuannya maka diasumsikan perilakunyapun akan semakin baik. Menurut Kristina (2008) dalam Karolina (2009),16 faktor penyebab perubahan pemahaman, sikap dan perilaku sehingga mau mengadopsi perilaku baru yakni kesiapan psikologis yang ditentukan oleh pengetahuan. Pengetahuanitu sendiri dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti tingkat pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Grenn (2000) dalam Karolina (2009)20menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi agar suatu sikap dapat menjadi perbuatan. Oleh karenanyalah dapat difahami mengapa ibu hamil berpendidikan rendah lebih berisiko hipertensi, dikarenakan kurangnya pengetahuan dalam upaya pencegahan, deteksi dini ataupun pengobatan hipertensi yang mungkin terjadi. Kurangnya pengetahuan ini membuat ibu kurang/tidak peduli dalam pencegahan maupun pengobatan hipertensi pada kehamilan. Ibu hamil dengan riwayat pernah didiagnosis hipertensi berpeluang mengalami hipertensi saat hamil sebesar 5,1 kali dibandingkan yang tidak pernah didiagnosis hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Robert (2013) yang menyatakan bahwa kondisi hipertensi sejak sebelum kehamilan berpotensi untuk mengalami hipertensi saat hamil.1Besarnya risiko untuk menjadi hipertensi saat hamil jika pernah didiagnosis hipertensi sebelumnya, membuat perlunya perhatian serius baik oleh keluarga maupun tenaga kesehatan untuk menangani hal ini.

Kebiasaan mengonsumsi makanan asin sedikitnya satu kali perhari berisiko untuk mengalami hipertensi saat hamil sebesar 1,6 kali dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan tersebut. Makanan asin banyak mengandung garam (sodium/natrium), konsumsi garam yang tinggi berisiko untuk terjadinya hipertensi. Oleh karenanya dalam saran untuk mengadopsi gaya hidup sehat dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam hingga tak lebih dari 1000 mmol/hari (2,4 gram Natrium atau 6 gram NaCl/ garam dapur). Dianjurkan pula untuk melakukan diet DASH yakni mengonsumsi diet kaya buah, sayur dan susu rendah lemak.17

(23)

Penilaian status gizi yang pada ibu hamil dilakukan dengan cara melakukan pengukuran LILA. Ibu hamil dengan LILA > 30 cm masuk dalam kategori sedikit diatas normal (105% dari batas atas LILA normal yakni 28,5). Ibu hamil dengan kondisi LILA > 30 cm berisiko untuk hipertensi sebesar 2,9 kali dibandingkan ibu yang LILA ≤ 30 cm. Literatur menyebutkan bahwa ukuran LILA akan lebih menggambarkan keadaan status gizi sang ibu apabila dibandingkan dengan berat badan. Hal ini dikarenakan berat badan ibu selama kehamilan adalah komulatif dari pertambahan berat organ tubuh, volume darah ibu dan berat janin yang dikandungnya. Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan atas.18 Inilah alasan pengukuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil dibandingkan berat badan.

KESIMPULAN

Hipertensi pada wanita hamil di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 6,3%. Determinan utama dari kondisi hipertensi pada wanita hamil di Indonesia adalah berdomisili diluar kawasan Jawa-Bali, Usia diatas 35 tahun, pendidikan di bawah SMP, memiliki riwayat hipertensi, memiliki kebiasaan konsumsi makanan asin dan LILA diatas 30. Risiko terbesar adalah riwayat pernah didiagnosis hipertensi (OR : 5,1) disusul ukuran LILA > 30 cm (OR : 2,9), umur diatas 35 tahun (OR : 1,8), kebiasaan makan makanan asin tiap hari (OR : 1,6), pendidikan kurang dari SMP (OR : 1,6), dan terakhir lokasi provinsi di luar Jawa-Bali (OR : 1,3).

SARAN

Dalam upaya deteksi dini hipertensi pada wanita hamil, disarankan agar ibu rutin memeriksakan kondisi tekanan darahnya sejak sebelum dan saat kehamilan. Selain itu, dalam upaya promotif-preventif hipertensi pada ibu hamil, disarankan penyuluhan yang utamanya bertumpu pada kelompok ibu hamil berisiko hipertensi(usia diatas 35 tahun, LILA diatas 30 cm, pernah didiagnosis hipertensi, memliki kebiasaan makan makanan asin, pendidikan tidak

sampai SMP dan yang berdomisili diluar Jawa-Bali.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada seluruh responden Riskesdas 2013, utamanya pada responden ibu hamil. Terima kasih juga di sampaikan kepada para reviewer yang telah memberikan banyak masukan, kepada Pembina Penelitian Ilmiah (PPI) dan Pimpinan Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Terakhir, terima kasih kami sampaikan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang telah memfasilitasi analisis lanjut ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Robert JM, August PA, Balens G, Barton JR, Bernstein IM, Bruzin M, et.al. Hypertension in pregnancy. The American College of Obstetricians & Ginecologyst Women’s Health Care Physicians.2013.

2. Dolea C &Abou Zahr C. Global burden of hypertensive disorders of pregnancy in the year 2000. Evidence and Information for Policy (EIP), World Health Organization, Geneva, July 2003.

3. Murray CJL, Lopez AD, eds. Global Health Statistics. A compendium of incidence, prevalence and mortality estimates for over 200 conditions. WHO, 1996.

4. British Columbia Reproductive Age Program. 2006. BCRCP Obstetric Guideline 11: Hypertension in Pregnancy.

5. Gifford RW, August PA, Cunningham G,Green LA, Lindheimer, MD, McNellis D,et al. National High Blood

Pressure Education

Program.WorkingGroup Report On High Blood PressureIn Pregnancy. National Istitutes of Health. National Heart, Lung dan Blood Institute. NIH Publication No. 00-3029. Originally Printed 1990.

6. Mustafa R, Ahmed S, Gupta A & Venutol RC. Review Article : A Comprehensive Review of Hypertension

(24)

FaktorRisikoHipertensiPada …….(Budi S., Noviati F., Salimar, BungaC.Rosha)

in Pregnancy. Journal of Pregnancy, Volume 2012, Article ID 105918, 19 pages.

7. New York State Departememnt of Health, 2013. Hypertensive disorders in pregnancy.

8. Conde-Agudelo A, Beliza JM Risk factors for pre-eclampsia in a large cohort of Latin American and Caribbean women. BJOG, 2000, 107(1):75-83. 9. Bobak, Lowdetmik & Jensen.Buku Ajar

Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC : Jakarta. 2004.

10. Sulastri & Lindarwati. Analisis Jumlah gravida terhadap Kejadian Hipertensi pada saat Hamil di RSUD Pandan Arang, Boyolali. FIK UMS. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694. 2012.

11. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006. 12. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A..

Using a Problem Detection Study (PDS) to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, p397. 2003.

13. Soesanto, AM, Soenarto AA, Joesoef AH, Rachman GS. Reaktivitas Kardiovaskuler Individu Normotensi Dari Orang Tua Hipertensi Primer. Jurnal Kardiologi Indonesia. XXV (4) hal: 166 – 167. 2001.

14. Abou Zahr C, Guidotti R. Hypertensive disorders of pregnancy. In: Murray, CJL and Lopez, AD, eds,. Health dimensions of sex and reproduction: the global burden of sexually transmitted diseases, maternal conditions, perinatal disorders, and congenital anomalies. WHO 1998.

15.Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

16.Karolina, MS. Hubungan pengetahuan dengan pencegahan osteoporosis yang dilakukan oleh lansia di Kecamatan Medan Selayang. 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

17.U.S Departement of health and human services. 2004.The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 18. Depkes RI. 1995. Pedoman pengukuran

lingkar lengan atas pada wanita usia subur.

Gambar

Tabel 1. Analisis Matrik Faktor Internal (Internal Strategic Analisys  Summary/ IFAS) Hasil Studi Literatur
Gambar 4.  Matriks Kuadran SWOT Pelaksanaan KIH Hasil Studi Literatur  Hasil  ini  mengambarkan  posisi  KIH  berada
Tabel 1. Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Pada Ibu Hamil di   Indonesia Tahun 2013
Tabel 3. Kebiasaan/PerilakuIbu Hamil di Indonesia Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Rencana Kerja (RENJA) Badan Ketahanan Pangan Kabuapaten Musi Rawas Tahun 2015 ini adalah merupakan konsekuensi pelaksanaan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 yang kami susun

bagaimana  saya  dapat  mengaplikasikan  kedalam  hidup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sisitem Akuntansi penilaian aset tetap berwujud pada STKIP Muhammadiyah Bone, Metode analisis yang digunakan adalah

Dalam penjabarannya, komponen visi, misi, dan kebijakan tersebut harus dikaitkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006

Dalam menyelesaikan masalah ini, digunakan metode text mining dengan algoritma Naïve Bayes, Support Vector Machine, dan Decision Tree C4.5 untuk melakukan

Aplikasi game garuda adalah sebuah game mobile yang hanya dapat dioperasikan dalam platform atau sistem operasi Android. Game ini memiliki genre yaitu Action Games.

1) Peng Pengemba embanga ngan n pra prasara sarana na tran transpo sportas rtasi i meli meliputi prasa puti prasarana untuk pejala rana untuk pejalan n kak kakii

Klasifikasi tanah menurut Hardiyatmo (2002) pada Tabel 1 tanah tersebut merupakan jenis tanah lempung organik dan dari hasil pengujian batas konsistensi tanah mempunyai