SKRIPSI
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR
PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)
OLEH
CITRA MARISA
090503223
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR
PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Teknik penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Terdapat 64 responden yang terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara) sebagai sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji analisis faktor, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Secara parsial, hanya variabel kinerja karyawan yang memiliki pengaruh yang signifikan pada penerapan GCG dibandingkan dengan variabel lain.
Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Peranan Audit Internal, Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan, dan
ABSTRACT
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR
PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)
The purpose of this research is to analyze the effect between the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit on the application of Good Corporate Governance (GCG) at PT. PLN (Persero) North Sumatera Area. Research technics in this research using random sampling. The type of data used are primary data. Data are gathered by questionnaires. There are 64 respondent consists of employee of PT. PLN (Persero) North Sumatera Area as the sample in this research. Data analysis methods used is a quantitative approach which consists of analysis factor test, quality data test, the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypothesis. The result of this research indicate that the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit are simultaneously have effect on the application of GCG, Partially, only employee performance variable has significant effect on the application of GCG rather than the other variable.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga
karya tulis yang berbentuk skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara”. Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penelitian ini, telah banyak menerima bimbingan, saran,
motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku PLT. Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal
Jafar, MM, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak.,selaku dosen pembimbing yang
dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini dan Bapak Drs.
Rasdianto, M.Si, Ak., selaku dosen pembaca yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua,Ridwan dan Syahniar serta abang dan
kakak-kakak Ferdiansyah, Listya Sari dan Lismayani, SS yang telah
memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta bimbingan yang tak terbatas
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selaku objek penelitian
yang telah bersedia meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner penelitian
dan teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2009 serta seluruh staf
pengajar, staf departemen akuntansi, dan staf administrasi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini
dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 30 Januari 2013 Penulis
DAFTAR ISI
1.2Rumusan Masalah ...6
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6
1.3.1 Tujuan Penelitian ...6
1.3.2 Manfaat Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis... 8
2.1.1.Penerapan GCG ... 8
2.1.1.1 Konsep Dasar GCG ... 8
2.1.1.2 Pengertian GCG ... 9
2.1.1.3 Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG ...12
2.1.2.Peranan Audit Internal ...15
2.1.3.Etika Bisnis ...17
2.1.4.Pedoman Perilaku ... 20
2.1.5.Budaya Organisasi ... 22
2.1.6.Kinerja Karyawan ... 25
2.1.7.Audit Kepatuhan ... 26
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
2.1 Kerangka Konseptual ... 31
2.2 Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ...34
3.2Tempat dan Waktu penelitian ...34
3.2.1 Tempat Penelitian ...34
3.2.2 Waktu Penelitian ...34
3.3Batasan Operasional ...35
3.4Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...36
3.5Populasi dan Sampel Penelitian...39
3.5.1 Populasi Penelitian ...39
3.5.1Sampel Penelitian ...39
3.6Jenis Data ...39
3.7Metode Pengumpulan Data ...40
3.8Uji Analisis Faktor ...41
3.8.1 Uji Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test ...42
3.9 Uji Kualitas Data ... 43
3.9.1 Pengujian Validitas Data ... 43
3.9.2 Pengujian Reliabilitas Data ... 43
3.10 Uji Asumsi Klasik ... 44
3.10.1 Uji Normalitas ... 44
3.10.2 Uji Heterokedastisitas ... 44
3.11 Uji Hipotesis ... 45
3.11.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 45
3.11.2 Uji Secara Parsial ( Uji-t) ... 46
3.11.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 46
3.12 Analisis Teknik Linier Berganda ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum PT.PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara48 4.1.1 Sejarah Singkat PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara ...48
4.1.2 Visi dan Misi PT.PLN (Persero) ...50
4.1.2.1 Visi ...50
4.1.2.2 Misi ...50
4.2 Deskriptif Data Kuesioner ...51
4.2.1 Data Penyebaran Kuesioner ...51
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..51
4.2.3 Karakterisitk Responden Berdasarkan Usia ...51
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...52
4.3.2.2 Uji Reliabilitas Data ...64
4.3.3 Uji Asumsi Klasik ...67
4.3.3.1 Uji Normalitas ...67
4.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas ...70
4.3.4 Uji Hipotesis ...71
4.3.4.1 Uji Signifikan Simultan F (Uji-F) ...71
4.3.4.2 Uji Signifikan Parsial ( Uji – t ) ...71
4.3.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...72
4.3.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ...73
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...76
4.4.1 Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan GCG ...77
4.4.2 Pengaruh Etika Bisnis terhadap Penerapan GCG ...78
4.4.3 Pengaruh Pedoman Perilaku terhadap Penerapan GCG ...78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan ...82
5.2Keterbatasan Penelitian ...83
5.3Saran ...83
DAFTAR PUSTAKA ...85
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 29
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 35
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
Tabel 4.1 Penyebaran Kuesioner... 51
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Usia ... 51
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Usia ... 52
Tabel 4.5 Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test ... 52
Tabel 4.6 Anti-image Matrices ... 54
Tabel 4.7 Communalities ... 55
Tabel 4.8 Total Variance Explained ... 56
Tabel 4.9 Validitas Peranan Audit Internal (pengujian I) ... 57
Tabel 4.10 Validitas Peranan Audit Internal (pengujian II) ... 57
Tabel 4.11 Validitas Etika Bisnis (pengujian I) ... 58
Tabel 4.12 Validitas Etika Bisnis (pengujian II) ... 59
Tabel 4.13 Validitas Pedoman Perilaku ... 59
Tabel 4.14 Validitas Budaya Organisasi ... 60
Tabel 4.15 Validitas Kinerja Karyawan (pengujian I) ... 60
Tabel 4.16 Validitas Kinerja Karyawan (pengujian II) ... 61
Tabel 4.17 Validitas Audit Kepatuhan ... 61
Tabel 4.18 Validitas Penerapan GCG (Pengujian I) ... 62
Tabel 4.19 Validitas Penerapan GCG (Pengujian II) ... 63
Tabel 4.20 Reliabilitas Peranan Audit Internal ... 64
Tabel 4.21 Reliabilitas Etika Bisnis ... 64
Tabel 4.22 Reliabilitas Pedoman Perilaku ... 65
Tabel 4.23 Reliabilitas Budaya Organisasi ... 65
Tabel 4.24 Reliabilitas Kinerja Karyawan ... 66
Tabel 4.25 Reliabilitas Audit Kepatuhan ... 66
Tabel 4.26 Reliabilitas Penerapan GCG ... 67
Tabel 4.27 One sample Kolmogorov-Smirnov ... 69
Tabel 4.28 Hasil Uji-F ... 71
Tabel 4.29 Hasil Uji-t ... 72
Tabel 4.30 Analisis Hasil Koefisien Determinasi ... 73
Tabel 4.31 Variabel Entered/Removed ... 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 KerangkaKonseptual……….31
Gambar 4.1 Grafik Histogram...68
Gambar 4.2 Grafik Normal P-PPlot………..68
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran i Surat Persetujuan Riset dari PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Lampiran ii Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Lampiran iii Pertanyaan Kuesioner Penelitian
ABSTRAK
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR
PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Teknik penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Terdapat 64 responden yang terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara) sebagai sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji analisis faktor, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Secara parsial, hanya variabel kinerja karyawan yang memiliki pengaruh yang signifikan pada penerapan GCG dibandingkan dengan variabel lain.
Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Peranan Audit Internal, Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan, dan
ABSTRACT
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR
PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)
The purpose of this research is to analyze the effect between the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit on the application of Good Corporate Governance (GCG) at PT. PLN (Persero) North Sumatera Area. Research technics in this research using random sampling. The type of data used are primary data. Data are gathered by questionnaires. There are 64 respondent consists of employee of PT. PLN (Persero) North Sumatera Area as the sample in this research. Data analysis methods used is a quantitative approach which consists of analysis factor test, quality data test, the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypothesis. The result of this research indicate that the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit are simultaneously have effect on the application of GCG, Partially, only employee performance variable has significant effect on the application of GCG rather than the other variable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam dunia bisnis, perusahaan – perusahaan baik yang bergerak di bidang
jasa, perdagangan, maupun manufaktur yang telah berkembang dengan pesat akan
selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset.
Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dunia bisnis yang semakin
kompetitif, maka perusahaan perlu melakukan upaya penyelamatan dan pengelolaan
perusahaan, salah satunya dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG)
di perusahaan.
Di Indonesia, sejak terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, masalah
mengenai GCG mulai mengemuka. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan
melakukan reformasi dan perubahan tata kelola dalam pengelolaan perusahaan,
khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Reformasi BUMN di Indonesia
ditandai dengan keluarnya Keputusan Menteri BUMN Nomor
KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan prinsip GCG, yang merupakan
salah satu bentuk upaya Kementerian BUMN untuk memperkuat penerapan GCG di
setiap BUMN agar dapat bersaing dalam dunia bisnis yang semakin berkembang.
Namun, dalam kenyataannya praktik penerapan GCG di BUMN banyak
menghadapi kendala. Berdasarkan Forum Diskusi 22 yang dilaksanakan oleh Menteri
Negara BUMN pada tahun 2002, terdapat beberapa kendala yang dihadapi BUMN
Daya Manusia (SDM), dan juga sistem BUMN yang sangat berbeda dengan Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS). Hal ini terlihat dari prinsip-prinsip GCG yang
diterapkan perusahaan BUMS seperti PT.Astra International, Bank BCA, ataupun
Bank Niaga yang berhasil menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya harus kuat di
bidang kemampuan bisnis tetapi juga memiliki nilai-nilai perusahaan dan sikap
profesional dalam mengelola perusahaan yang kuat.
Meskipun demikian, BUMN memiliki tekad kuat untuk menerapkan
prinsip-prinsip GCG. BUMN dalam menjalankan praktik GCG harus memperhatikan hal-hal
yang dapat mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG tersebut. Salah satu di
antaranya adalah dengan meningkatkan peran audit internal dalam perusahaan.
Meskipun profesi auditor mengalami penurunan kepercayaan masyarakat terkait
kasus manipulasi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan besar seperti Enron dan
World.com, tetapi lain halnya dengan auditor internal. Profesi auditor internal
semakin hari semakin dihargai. Karena fokus audit internal adalah memberi solusi
bagi penyempurnaan pengendalian usaha dan harus mampu menjawab tantangan
dengan meningkatkan kualitas kerja perusahaan sehingga keberadaan auditor internal
dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, efisien dan efektif pada perusahaan.
Oleh karena itu, auditor internal harus melakukan perubahan pola pikir dengan
meningkatkan peran yang lebih besar dalam menegakkan penerapan GCG di
perusahaan.
Dalam upaya penerapan GCG di perusahaan, tidak terlepas dari aturan-aturan
moral atau etika. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun
2002 menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah
kepatuhan terhadap peraturan. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan
juga masyarakat. Etika bisnis dalam perusahaan merupakan implementasi penerapan
prinsip-prinsip GCG. Praktek etika bisnis menuntut karyawan dan pimpinan
perusahaan untuk melakukan semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan dan
dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen.
Etika bisnis berkaitan erat dengan pedoman perilaku. Pengelolaan perusahaan
selain harus mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku juga harus
menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Kesadaran akan perilaku yang baik akan
meningkatkan dan memperkuat citra positif perusahaan sehingga dapat menjadikan
perusahaan yang disegani dan bermartabat dalam dunia bisnis. Untuk mewujudkan
hal tersebut, perusahaan harus dapat merumuskan pedoman perilaku (code of
conduct) yang mengatur kebijakan nilai-nilai etis yang dinyatakan secara eksplisit
sebagai suatu standar perilaku yang harus dipedomani oleh perusahaan.
Apabila prinsip dan pedoman perilaku telah dilaksanakan dan mengakar di
perusahaan, maka pedoman perilaku tersebut akan menjadi budaya di dalam
perusahaan dan diterapkan dalam setiap aktivitas.Budaya organisasi adalah nilai,
norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang
dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan
akan meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang dan
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan sehingga dapat memberikan
motivasi yang cukup besar terhadap karyawan untuk lebih memajukan perusahaan.
Kinerja karyawan merupakan salah satu kendala penerapan GCG. Kinerja
karyawan berhubungan erat dengan kemajuan perusahaan. Kinerja karyawan tidak
akan baik apabila tidak disertai dengan bimbingan atau pengawasan dari manajemen.
Oleh karena itu, struktur organisasi yang baik dan pengelolaan perusahaan yang baik
dibutuhkan dalam pembentukan tim kerja antara karyawan dan manajer. Penilaian
kinerja karyawan dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi karyawan dalam
memajukan perusahaan, seperti kualitas hasil dari karyawan tersebut dan kepatuhan
karyawan dalam mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan.
Untuk mengukur kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang berlaku, maka
perusahaan perlu melakukan audit kepatuhan. Audit kepatuhan adalah proses kerja
yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan
aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit kepatuhan dapat
mengungkapkan tentang adanya kepatuhan entitas terhadap peraturan sekaligus
menuangkan permasalahan yang mungkin disebabkan oleh peraturan itu sendiri.
Dengan adanya audit kepatuhan, perusahaan dapat menetukan apakah elemen di
perusahaan telah mengikuti peraturan di perusahaan sehingga dapat menemukan
solusi dari permasalahan yang timbul akibat peraturan di perusahaan tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kinerja BUMN, melindungi stakeholders, dan
yang berlaku secara umum pada BUMN, maka setiap perusahaan BUMN wajib
menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam melakasanakan kegiatan usahanya.
Penerapan GCG yang efektif pada Bank, BUMN, dan perusahaan publik memberikan
gambaran kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan
yang mungkin terjadi di masa depan.
BUMN sebagai salah satu ujung tombak perekonomian Negara, memang
dituntut untuk mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat
menghasilkan profit. PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
di bidang kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh Nusantara, bertekad untuk
memberikan pelayanan jasa ketenagalistrikan yang terbaik dan memenuhi standar
ketenagalistrikan yang dapat diterima dunia internasional dan untuk mewujudkan hal
itu dengan bertumpu pada kapasitas seluruh warganya. PT.PLN (Persero) menyadari
bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja,
namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Melihat hal itu,
maka sangat disadari bahwa seluruh warga Indonesia sangat membutuhkan jasa
ketenagalistrikan dan keberadaannya berperan penting dalam pembangunan dan
peningkatan kehidupan perekonomian di Indonesia.
Pentingnya penerapan GCG membuat banyak peneliti melakukan penelitian
dan diskusi mengenai hal ini. Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007)
menemukan bahwa adanya pengaruh audit manajemen dan pengendalian internal
saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja
menunjukkan adanya hubungan dan peranan budaya organisasi pada penerapan GCG
di perusahaan.Penelitian yang dilakuka Sari (2009) menemukan pengaruh yang
signifikan antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG. Sedangkan
menurut Sari (2011) menemukan pengaruh yang signifikan etika bisnis, pedoman
perilaku dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil
judul “ Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor penerapan GCG yang diproksikan
peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja
karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada
PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor
penerapan GCG yang diwakili peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku,
budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap
1.3.2 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pengaruh pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku,
budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh
terhadap penerapan GCG pada PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi PT. PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara dalam menerapkan GCG.
3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Penerapan GCG
2.1.1.1 Konsep Dasar GCG
Dua teori utama yang mendasari GCG adalah stewardship theory dan agency
theory (Shaw,2003). Stewardship theory memiliki filosofi tentang kehidupan
manusia, yaitu manusia pada hakikatnya mampu bertindak dengan penuh tanggung
jawab, dapat dipercaya dan memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Jadi
dapat dikatakan Stewardship theory memandang manajemen sebagai sesuatu yang
dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun
stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,
memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agent” bagi para pemegang
saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran dan keyakinan bagi
kepentingannya sendiri dan kepentingan stakeholders. Dengan adanya dua teori ini,
maka muncul istilah Good Corporate Governance (GCG), dimana GCG sebagai
struktur , sistem dan proses yang digunakan oleh perusahaan guna memberikan nilai
2.1.1.2 Pengertian GCG
Istilah GCG itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry
Committee, sebuah lembaga bentukan Bank of England dan London Stock Exchange
pada tahun 1992, yang kemudian menggunakan istilah sebagai Cadburry Report.
Menurut Cadburry Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham , pengelola
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah dan karyawan serta pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan.
The Organization for Economic and Development (OECD) mendefinisikan
GCG sebagaisekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,
pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
GCG mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan
pengawasan atas kinerja. GCG juga dapat memberikan rangsangan bagi board dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan, dan
pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong
perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien.
Definisi lain juga dikemukakan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) yang mendefisinisikan corporate governance sebagai proses dan
meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.
Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG
menyatakan bahwaGCG adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ
BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan etika.
Pengertian lain dikemukakan oleh Gregory dan Simss (dalam Bangun,2006)
yang menyatakan bahwa GCG adalah kombinasi hukum, peraturan, dan praktik
pribadi yang memungkinkan perusahaan untuk menarik modal masuk, memiliki
kinerja yang efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi harapan masyarakat
umum dan kewajiban hukum.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengelola perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah bagi stakeholders yang dipengaruhi oleh top management
dalam menyampaikan pengarahan dan pengawasan terhadap pihak manajemen untuk
mencapai tujuan perusahaan. GCG juga menekankan pada pola perilaku perusahaan
sebagai suatu institusional yang diukur melalui struktur pembiayaan, efisiensi kinerja,
tingkat pertumbuhan, dan perlakuan terhadap stakeholders. Jadi dapat disimpulkan
pengarahan, dan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan
perusahaan.
Penerapan GCG yang baik merupakan aset bagi perusahaan, karena dengan
pengelolaan perusahaan yang baik dapat meningkatkan nilai tambah bagi
stakeholders, mempermudah akses ke pasar modal serta meningkatkan citra positif
dari publik.Dikarenakan perannya yang penting, maka penerapan GCG perlu
didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan , yaitu Negara dan perangkatnya
sebagai regulator,dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dalam dunia usaha (Kamal,2008).
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemegang kepentingan harus
ikut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang di awal
tahun 2005 telah diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
telah menerbitkan Pedoman GCG pada tahun 2001, sebagai pedoman penerapan
GCG untuk perusahaan di Indonesia. Selain itu BP BUMN pada tahun 1999, juga
menetapkan arah penerapan GCG pada BUMN di Indonesia. Terdapat tiga arah
penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN, 1999) yaitu menetapkan kebijakan
nasional, menyempurnakan kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor
swasta.
Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya khusus dan bekerja sama
dengan komunitas bisnis dalam mensosialisasikan dan menerapkan prinsip-prinsip
GCG dalam perusahaan. Dua sektor penting di perekonomian Indonesia yang telah
penerapan GCG di BUMN adalah kewajiban untuk memiliki statement of corporate
intent (SCI). Pada dasarnya, SCI adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang
saham dalam suatu bentuk kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya pihak
manajemen dan didukung dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait
dengan SCI, dewan direksi diwajibkan untuk menandatangani appointment
agreements (AA) yang merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi
dan kewajiban yang dimilikinya. Indikator kinerja direksi terihat dalam bentuk
reward and punishment dengan meratifikasi undang-undang BUMN (Kaihatu, 2006).
2.1.1.3Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG
Pelaksanaan GCG dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun
pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang terdapat dalam Pasal 3 Surat Keputusan
Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang
penerapan praktek GCG pada BUMN.
1. Transparansi ( transparency)
Yaitu keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.
Contohnya mengemukakan informasi target pencapaian laba yang akan
2. Akuntabilitas (accountability)
Yaitu kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga
pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Contohnya seluruh organ
perusahaan, baik pimpinan maupun karyawan tidak boleh bekerja asal jadi,
tetapi harus selalu berusaha menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan hasil
yang memuaskan.
3. Pertanggungjawaban (responsibility)
Yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
Contohnya dewan komisaris, manajemen maupun karayawan dalam
menjalankan kegiatan operasional di perusahaan harus selalu mematuhi
kebijakan yang telah ditetapkan.
4. Independensi (independency)
Yaitu pengelolaan perusahaan yang professional tanpa pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya dalam
pengembangan perusahaan, dengan melakukan eksploitasi, harus sesuai
dengan UU dan tidak merugikan pihak lain.
5. Kewajaran (fairness)
Yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
Pada dasarnya penerapan prinsip GCG di perusahaan adalah untuk
menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien melalui harmonisasi
manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independensi
dari dewan direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan , sehingga menghasilkan
kinerja perusahaan yang baik.
Tujuan GCG menurut FCGI (2002)ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (shareholders). Selain tujuan tersebut terdapat
tujuan lain yaitu :
1. Pemenuhan tujuan strategis perusahaan berupa peningkatan nialai
perusahaan dan value perusahaan.
2. Pemenuhan tanggung jawab kepada stakeholders khususnya komunitas
setempat.
3. Dipatuhinya kerangka yuridis yang ada.
Menurut Rahmawati (dalam Putri,2006), penerapan GCG diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah murah
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
2.1.1 Peranan Audit Internal
Audit internal menurut Agoes (2004 : 221) merupakan pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, dan
catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen
puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan
ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah yang
dimaksudan adalah peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup,
perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Sedangkan ketentuan-ketentuan dari
ikatan profesi yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Pengertian audit internal menurut IIA (Institute of Internal Auditors)
merupakan aktivitas pemberian kekayaan serta konsultasi yang independen dan
objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi.
Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan
pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian dan pengelolaan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dilihat beberapa ruang lingkup
audit internal di dalam perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kegiatan usaha dan pengendalian internal yang telah dijalankan
Dalam upaya menerapkan GCG, perusahaan membutuhkan peranan audit
internal yang bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta
menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah
satu profesi yang menunjang dan mendukung terwujudnya GCG yang saat ini telah
menjadi komponen utama dalam meningkatkan perusahaan secara efektif dan efisien.
Tujuan audit internal menurut Hartono (dalam Maylia,2008) adalah :
1. Meneliti dan menilai apakah pelaksananan dari pengendalian intern di bidang
akuntansi dan operasi cukup dan memenuhi syarat.
2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan
benar-benar telah ditaati.
3. Menilai apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan
penyelewengan.
4. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam perusahaan,
5. Menilai mutu dari pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada
masing-masing manajemen.
Selain memiliki beberapa tujuan, audit internal juga memiliki beberapa fungsi
bagi perusahaan. Menurut Mulyadi (2002:211), terdapat 2 fungsi audit internal yaitu :
1. Menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan
fungsi berbagai unit organisasi.
2. Merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam perusahaan,
lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung
jawab mereka.
Peningkatan pengendalian internal di dalam suatu perusahaan menuntut
tersedianya audit internal yang baik di perusahaan, agar terciptanya proses
pengawasan yang baik pula di dalam perusahaan. Dengan audit internal yang baik,
dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.
2.1.3 Etika Bisnis
Menurut Johnson (dalam Ernawan, 2007) mengemukakan bahwa etika
merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah untuk mempelajari perilaku,
baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup
beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat
diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.
Definisi lain dikemukakan oleh Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
(1992) yang menyatakan bahwa etika bisnis adalah norma-norma atau nilai-nilai yang
menjadi pedoman perilaku dan tindak tanduk kaum usahawan serta pengelola
organisasi-organisasi. Sedangkan menurut Bertens (dalam Udiyaningsih, 2006)
mendefinisikan etika bisnis sebagai suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, tentang yang harus dilakukan manusia dan yang tidak boleh dilakukannya
yang berlaku dalam praktik bisnis.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan suatu
stakeholders dengan mempergunakan ilmu manajemen dan ilmu hukum untuk
mencapai tujuan dari perusahaan. Studi ini berkonsentrasi pada norma-norma moral
dan nilai-nilai yang dianut oleh individu, kelompok maupun perusahaan.
Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk
melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Etika bisnis merupakan
salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip di perusahaan. Etika bisnis memiliki
peran yang sangat penting, yang jika dapat diterapkan secara konsisten dapat
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi.
Karena inti dari bisnis adalah saling percaya maka kejujuran adalah faktor utama.
Kejujuran merupakan salah satu prinsip yang ada pada etika bisnis. Dengan demikian
etika bisnis menjadi faktor yang menentukan dalam keberhasilan bisnis dan
merupakan bentuk penjabaran dari praktik prinsip GCG di perusahaan
(Effendi,2005). Apabila perusahaan memiliki etika sendiri berarti perusahaan
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
memilikinya.
Menurut Abiyasa (2011), terdapat beberapa manfaat Etika Bisnis bagi
perusahaan yaitu :
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan
besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya.
standard etis yang sama, sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang
sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) di bidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan
dalam melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan
untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go public dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.
7. Membangun corporate image / citra positif, serta dalam jangka panjang dapat
menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company)
Melalui penerapan etika dalam berbisnis dan kesadaran para pelaku bisnis
beretika dalam bisnis, maka suatu perusahaan akan dapat mempertahankan dan
meningkatkan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, yang akan
memaksimalkan nilai pemegang saham. Apabila perusahaan tidak menjalankan etika
bisnis di perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Karena
inti dari bisnis adalah kepercayaan, maka setiap manajemen perusahaan harus
mencerminkan penerapan prinsip-prinsip GCG, yang memenuhi keinginan
stakeholders.
2.1.4 Pedoman Perilaku
Pedoman perilaku berisi prinsip-prinsip etis yang berlaku dan harus dipatuhi
oleh setiap organ perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik dan sehat, tidak
terlepas dari aturan dan kebijakan yang harus dipatuhi perusahaan. Untuk dapat
berkembang dan menjaga kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan harus menjaga
kredibilitas dan kepercayaan publik, stakeholders, pelanggan, dan pemakai jasa, yang
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kelangsungan
hidup perusahaan. Hilangnya kredibilitas dan kepercayaan stakeholders dapat
menyebabkan perusahaan kehilangan peluang bisnis, yang pada akhirnya dapat
mengancam kelangsungan usaha perusahaan.
Kredibilitas perusahaan dan kepercayaan sangat erat kaitannya dengan
perilaku perusahaan dalam berinteraksi dengan para stakeholders. Pengelolaan
perusahaan yang baik dan sehat, selain harus mengikuti peraturan dan perundangan
yang berlaku juga harus menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Perilaku yang baik
dari perusahaan dan kesadaran menjalankan etika yang baik akan meningkatkan citra
positif bagi perusahaan (Effendi,2005).
Sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor:
Kep-117/M-MBU/2002, bahwa BUMN diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip GCG
GCG secara konkret, perusahaan harus merumuskan dan menerapkan nilai-nilai etika
yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan budaya perusahaan perusahaan ke
dalam panduan etika melalui dokumen pedoman perilaku (code of conduct ) dari
perusahaan. Dokumen ini bertujuan untuk menjaga agar tetap ada konsistensi dalam
penyelenggaraan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Manajemen perusahaan harus bertekad untuk menumbuh kembangkan kebiasaan dan
tata pergaulan profesional yang baik dan sekaligus mencerminkan jadi diri
perusahaan. Usaha ini juga merupakan perwujudan dari kesungguhan hati perusahaan
untuk bekerja dan berusaha selaras dengan falsafah, visi, misi, dan tata nilai
perusahaan.
Dalam rangka menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penerapan GCG di
perusahaan, maka perusahaan perlu merumuskan dokumen pedoman perilaku.
Berdasarkan dokumen pedoman perilaku yang diterbitkan PT.PLN (Persero) tahun
2010, terdapat 4 hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pedoman perilaku,
yaitu :
1. Saling percaya (mutual trust)
2. Integritas (integrity)
3. Peduli (care)
4. Pembelajar (continuos learning)
Dengan komitmen dan konsisten dalam menerapkan pedoman perilaku oleh
setiap organ perusahaan akan menciptakan suasana yang kondusif dalam pencapaian
1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan standar etika yang selaras dengan visi dan
misi perusahaan.
2. Menjabarkan nilai-nilai perusahaan (corporate values), sebagai landasan
etika yang harus diikuti oleh organ perusahaan dala, melaksanakan tugas.
3. Menjadi acuan perilaku bagi setiap organ perusahaan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan
stakeholders.
4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar setiap organ perusahaan dapat
menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan
pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak.
Adapun fungsi pedoman perilaku bagi perusahaan menurut dokumen
pedoman perilaku PT.PLN (Persero) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melaksanakan tugasnya
secara profesional dan bertanggung jawab.
2. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melakukan interaksi
dengan pihak lain untuk kepentingan perusahaan.
2.1.5 Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah landasan filosofis dalam sebuah organisasi
perusahaan disemaikan ke setiap sel organisasi dan menjadi nilai-nilai kehidupan
bersama yang dapat muncul dalam bentuk perilaku formal maupun informal
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapa tujuan bisnis dipengaruhi oleh
budaya organisasi yang diterapkan di perusahaan. Pada dasarnya budaya organisasi
merupakan kepribadian organisasi. Menurut McNamara (2000), budaya organisasi
terdiri dari asumsi, nilai dan norma dan tanda-tanda yang kelihatan dari
anggota-anggota organisasi dan perilaku-perilaku mereka. Selanjutnya McNamara (2000)
menjelaskan menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat dilihat sebagai sistem,
mengandung input, proses dan output. Proses berdasarkan asumsi, nilai-nilai,
norma-norma, waktu, fasilitas, ruang dan orang.
Perusahaan harus mampu membangun budaya organisasi dengan
prinsip-prinsip GCG di perusahaan karena dengan adanya budaya organisasi dan penerapan
GCG akan memberikan kejelasan fungsi, kedudukan, hak dan kewajiban kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Perusahaan yang mampu
membangun budaya organisasi dengan prinsip-prinsip GCG menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menjalankan bisnis dan organisasi secara seimbang dengan pola
pikir dan perilaku untuk memajukan perusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku
(Djajendra,2010).
Pacanowsky dan O’Donnel (1982) berpendapat bahwa budaya merupakan
sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, budaya adalah sesuatu yang merupakan
organisasi itu sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa inti dari kehidupan organisasi
ditemukan dalam budaya organisasi tersebut, yaitu budaya yang tidak
mempermasalahkan perbedaan suku, ras ataupun individu melainkan budaya yang
Robbins (1996) menyatakan suatu budaya organisasi akan berdampak pada
kinerja diawali dari input-input organisasi yang meliputi: inovasi dan pengembangan
resiko, perhatian ke rincian, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan
dan kemantapan yang kemudian dipersepsikan sebagai budaya organisasi yang akan
menjadi sebuah kekuatan yang tinggi atau rendah yang berdampak pada tingkat
kinerja dan kepuasan karyawan.
Fungsi budaya perusahaan adalah sebagai sistem nilai yang akan mengikat
serta mewarnai sikap dan tingkah laku para pekerja, dari mulai tukang sapu sampai
dengan direktur utama. Menurut Robbins (1996), terdapat beberapa fungsi budaya
organisasi yaitu:
1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan
yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan dari individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi itu dengan cara yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu
dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Oleh karena itu, budaya organisasi dapat dijadikan sebagai pondasi bagi
bisa menjadi pondasi penerapan GCG di perusahaan. Budaya perusahaan yang baik
adalah yang tidak mengabaikan nilai-nilai lokalitas di antara para karyawan.
2.1.6 Kinerja Karyawan
Kinerja didefinisikan sebagai the extent of actual work performed by
individualatau sampai sejauh mana kerja aktual yang diperlihatkan oleh seorang
individu (Shore,1990). Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja
dalam melakukan pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu
pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (1996), menyatakan bahwa kinerja karyawan
adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi.
Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan
standard dan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai
kinerja SDM yang tinggi dimaksudkan guna meningkatkan perusahaan secara
keseluruhan. Pengukuran kinerja karyawan hendaknya menginteraksikan dimensi
pengukuran yang beragam karean bersifat multidimensional. Hal ini dikemukakan
oleh Gibson (dalam Kartiningsih, 2007) yang menyatakan bahwa respon efektif
seseorang terhadap pekerjaan merupakan kepuasan karyawan dalam melakukan
pekerjaan. Gibson juga memperkenalkan suatu dimensi khusus yang menunjukkan
karakteristik pekerjaan yang biasanya digunakan untuk menilai keberhasilan kerja
karyawan. Kinerja karyawan dapat diukur dari berbagai macam dimensi pekerjaan
diperoleh serta kondisi kerja yang meliputi rekan kerja maupun suasana kerja
(Kartiningsih,2007).
Kinerja karyawan suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Davis (dalam Sedarmayanti, 2001) merumuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan,yaitu :
1. Performance = Ability + Motivation
2. Ability = Knowledge + Skill
3. Motivation = Attitude + Situation
Dengan penerapan prinsip GCG yang baik di perusahaan,maka akan tercipta
keterbukaan informasi tentang kinerja karyawan yang meliputi penggunaan
keuangan, penerimaan pegawai yang bersifat terbuka, adanya sistem reward dan
adanya promosi jabatan yang sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang belum
berpihak kepada karyawan.
2.1.7 Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan (compliance audit) merupakan unsur audit yang sangat
penting terutama pada sektor publik, karena organisasi pemerintah beroperasi dalam
kerangka hukum dan peraturan yang berlaku. Audit kepatuhan adalah audit yang
bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau
peraturan tertentu (Agoes,2004). Hasil audit nya pada umumya dilaporkan pada pihak
Audit kepatuhan ini banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan pemerintah.
Seperti audit kepatuhan yang dilakukan PT.PLN (Persero) terhadap proses
pembangunan tenaga listrik. Pemerintah akan menunjuk auditor eksternal untuk
mengaudit apakah proses pembangunan berjalan sesuai dengan standar dan ketentuan
yang telah ditetapkan pemerintah. Jadi, tugas auditor kepatuhan adalah meneliti
apakah sudah sesuai dengan standar, baik dari segi anggaran, pelaksanaan
pembangunan, penempatan, tim kerja, dan lain sebagainya.
Tujuan audit kepatuhan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002) adalah untuk
menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan
Undang-Undang tertentu karena kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan
berasal dari sumber yang berbeda sesuai dengan pembuat kebijakan.
Dengan melakukan audit kepatuhan, perusahaan dapat mengungkapkan
tentang adanya kepatuhan entitas terhadap regulasi sekaligus menuangkan
permasalahan yang mungkin disebabkan oleh regulasi itu sendiri.Dalam audit
kepatuhan yang dinilai atau diukur adalah ketaatan semua aktivitas dan semua
komponen perusahaan, direktur, manajer hingga karyawan sesuai dengan kebijakan,
aturan, ketentuan dan prosedur yang berlaku di perusahaan serta peraturan yang
berlaku.
Hal ini menunjukkan bahwa audit kepatuhan berperan tidak hanya sebagai
penilai perusahaan dan mencari kesalahan perusahaan tetapi juga sebagai pencegah
terjadinya kesalahan tersebut. Perusahaan yang melaksanakan audit kepatuhan
dengan prinsip-prinsip GCG. Karena dengan patuh terhadap prosedur dan kebijakan
perusahaan merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip GCG di
perusahaan (Utama,2004).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai penerapan GCG pada perusahaan banyak telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh
Pratolo (2007). Hasil penelitian menunjukkan audit manajemen dan pengendalian
internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan
kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Widuri dan Paramita (2009)
menunjukkan bahwa adanya hubungan peranan budaya perusahaan penerapan GCG.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marniati (2010) menunjukkan bahwa adanya
pengaruh penerapan prinsip GCG pada kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan
Sari (2011) menunjukkan bahwa etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG
berpengaruh terhadap implementasi GCG, sedangkan pemegang saham tidak
berpengaruh terhadap implementasi GCG. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Hanifah (2011) yang menyebutkan bahwa struktur kepemilikan, budaya organisasi,
komite audit dan audit internal baik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
GCG. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Herbert (2012) menunjukkan bahwa
peranan audit internal berpengaruh signifikan berpengaruh terhadap penerapan GCG.
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (2010), hasilnya menunjukkan
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Suryo Pratolo
(2009)
Implementasi GCG. GCG, sedangkan
6. Hanifah (2011) Pengaruh Struktur
2.3 Kerangka Konseptual
Yang menjadi variabel bebas (variable independent) pada penelitian ini
adalah peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi,
kinerja karyawan dan audit kepatuhan. Variabel terikat (variable dependent) dalam
penelitian ini adalah penerapan GCG. Kerangka konseptual yang dirancang dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Peranan Audit Internal (X1)
Etika Bisnis (X2)
Pedoman Perilaku (X3)
Budaya Organisasi (X4)
Kinerja Karyawan (X5)
Audit Kepatuhan (X6)
Penerapan GCG
Kerangka konseptual penelitian dipaparkan pada gambar 2.2 di atas. Penelitian
ini terdiri dari 6 jenis variabel independen (peranan audit internal, etika bisnis,
pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan, dan audit kepatuhan).
Gambaran bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip GCG akan lebih
meningkatkan peranan audit internal ,melaksanakan etika bisnis, menjalankan
pedoman perilaku yang diterbitkan perusahaan, memiliki budaya organisasi, kinerja
karyawan yang meningkat dan audit kepatuhan yang dipatuhi oleh karyawan daripada
perusahaan yang tidak menerapkan prinsip-prinsip GCG. Dikarenakan perusahaan
akan memperhatikan dan menjalankan hal-hal yang akan mendorong penerapan
prinsip-prinsip GCG di perusahaan.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah :
H1 : Peranan audit internal memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
penerapan GCG.
H2 : Etika bisnis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan
GCG.
H3 : Pedoman perilaku memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
penerapan GCG.
H4 : Budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
H5 : Kinerja karyawan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
penerapan GCG.
H6 : Audit kepatuhan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu(Sugiyono, 2004).
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lain.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara ,
Jalan Komodor Laut Yos Sudarso No.282, Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada minggu ketiga bulan Oktober 2012 dan
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian Okt
2012
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan , yaitu :
1. Penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel bebas, yaitu : peranan audit
internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan,
dan audit kepatuhan untuk mengukur penerapan GCG pada PT. PLN ( Persero)
Wilayah Sumatera Utara. Dikarenakan variabel bebas yang digunakan
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan GCG dan
diharapkan dapat mengukur penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara.
2. Objek penelitian ini hanya dilakukan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera
BUMN yang bergerak melayani masyarakat dalam bidang kelistrikan dan
memiliki kinerja yang cukup baik, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
penerapan GCG pada PT.PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Variabel Independen
Peranan Audit Internal ( X1 )
Peranan audit internal adalah unit pengawasan
Peranan Audit Internal diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Herbert T. Sibarani
(2012) dengan melakukan
perubahan seperlunya.
Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4
Etika bisnis diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Karina Sari (2011) dengan
tertulis yang mengatur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan
skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha perilaku yang tidak etis.
Pedoman perilaku diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Erika R. Purwitasari (2010) dengan melakukan perubahan seperlunya. Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi
Budaya organisasi diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari kuesioner pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi di unit pelaksana teknis dinas sosial Propinsi Jawa timur.
organisasi. pernyataan yang diajukan dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja Karyawan diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari kuesioner Ayu Andira (2012)
Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 telah dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi.
Audit kepatuhan diukur dengan menggunakan 4 item pernyataan yang Nadia Maya Sari Dewi (2012)
Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4
Penerapan GCG diukur dengan menggunakan 20 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Herbert T. Sibarani (2012).
keberhasilan usaha dan
likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam
penelitian ini adalah PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap
dapat menggambarkan populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan
yang terlibat dalam mendukung penerapan GCG di PT. PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara. Alasan dipilihnya sampel ini karena karyawan-karyawan tersebut
berpatisipasi aktif dalam penerapan GCG. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
3.6 Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Jenis data di dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang
terpilih di lokasi penelitian. Data primer penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner pada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari
buku, jurnal-jurnal penelitian, majalah, dan situs internet. Data sekunder
penelitian ini berupa:
1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
3. Jurnal-jurnal penelitian mengenai penerapan GCG, peranan audit internal, etika
bisnis , pedoman perilaku dan sebagainya yang mendukung penelitian ini.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan
daftar pertanyaaan kepada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
yang menjadi responden penelitian, yang digunakan sebagai alat memperoleh data
yang sesuai dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari hipotesis. Sebanyak 80
Sumatera Utara, tetapi hanya 64 kuesioner yang kembali dan dapat dilakukan
pengolahan data. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random
sampling).
Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner dikirim kepada semua responden dengan cara membagikannya
secara langsung kepada setiap responden.
2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi
responden.
3. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh
responden, maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dari semua
kuesioner yang sudah terkumpul.
Dalam penelitian ini digunakan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan
mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan
dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu),
skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
3.8 Uji Analisis Faktor
Analisis faktor adalah analisis yang bertujuan mencari faktor-faktor utama
yang paling mempengaruhi variabel dependen dari serangkaian uji yang dilakukan
atas serangkaian variabel independen sebagai faktornya.
Sharma (1996) menyatakan bahwa tujuan analisis faktor adalah menggunakan
matriks korelasi hitungan untuk : 1. Mengidentifikasi jumlah terkecil dari faktor
terbaik atau menghubungkan korelasi di antara variabel indikator. 2.
Mengidentifikasi, melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal. 3.
Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian unik dari indikator. 4.
Intrepretasi dari faktor umum. 5. Jika perlu, dilakukan estimasi faktor skor.
3.8.1 Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test
KMO merupakan suatu nilai yang merupakan ukuran untuk kelayakan data.
Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah
cukup untuk difaktorkan. Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antar variabel dalam kasus multivariat.
Menurut J. Supranto (2005), jika besar KMO lebih dari 0,5 maka penggunaan
analisis faktor sudah cocok untuk data tersebut. Nilai KMO yang kecil
mengindikasikan bahwa penggunaan analisis faktor harus dipertimbangkan kembali,
karena korelasi antar peubah asal tidak dapat diterangkan oleh peubah lain. Menurut
Kaiser dan Rice (1974) menetapkan kriteria pengukuran bahwa nilai KMO sebesar
0,9 adalah sangat bagus; 0,8 adalah bagus; 0,7 adalah cukup; 0,6 adalah kurang; 0,5
adalah jelek dan di bawah 0,5 tidak dapat diterima (Sharma,1996).
3.8.2 Komunalitas
Komunalitas merupakan proporsi keragaman peubah asal ke-I yang dapat
dijelaskan oleh faktor umum dan sisanya yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor
umum dijelaskan oleh faktor khusus yang melalui ragam khusus (specific variance).
oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut
proporsi atau bagian dari varian yang dijelaskan oleh faktor biasa atau besarnya
sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.
Maksud dari penjelasan variabel oleh faktor adalah seberapa besar faktor yang
nantinya terbentuk mampu menjelaskan variabel.
3.9 Uji Kualitas Data
3.9.1 Pengujian Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau
kesahihan suatu instrument, dimana sebuah instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok 1998 : 120). Sedangkan menurut
Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk
pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi
kuesioner.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program
statistic, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika r hitungpositif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan valid.
b. Jika r hitungpositif dan r hitung < r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan tidak
valid.
3.9.2Pengujian Reliabilitas Data
Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa