• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR

PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)

OLEH

CITRA MARISA

090503223

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR

PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Teknik penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Terdapat 64 responden yang terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara) sebagai sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji analisis faktor, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Secara parsial, hanya variabel kinerja karyawan yang memiliki pengaruh yang signifikan pada penerapan GCG dibandingkan dengan variabel lain.

Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Peranan Audit Internal, Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan, dan

(3)

ABSTRACT

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR

PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)

The purpose of this research is to analyze the effect between the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit on the application of Good Corporate Governance (GCG) at PT. PLN (Persero) North Sumatera Area. Research technics in this research using random sampling. The type of data used are primary data. Data are gathered by questionnaires. There are 64 respondent consists of employee of PT. PLN (Persero) North Sumatera Area as the sample in this research. Data analysis methods used is a quantitative approach which consists of analysis factor test, quality data test, the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypothesis. The result of this research indicate that the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit are simultaneously have effect on the application of GCG, Partially, only employee performance variable has significant effect on the application of GCG rather than the other variable.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

karya tulis yang berbentuk skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu

yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero)

Wilayah Sumatera Utara”. Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penelitian ini, telah banyak menerima bimbingan, saran,

motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku PLT. Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal

Jafar, MM, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku sekretaris Program

Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak.,selaku dosen pembimbing yang

(5)

dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini dan Bapak Drs.

Rasdianto, M.Si, Ak., selaku dosen pembaca yang telah memberikan

masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua,Ridwan dan Syahniar serta abang dan

kakak-kakak Ferdiansyah, Listya Sari dan Lismayani, SS yang telah

memberikan kasih sayang, doa, dukungan serta bimbingan yang tak terbatas

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara selaku objek penelitian

yang telah bersedia meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner penelitian

dan teman-teman di Fakultas Ekonomi angkatan 2009 serta seluruh staf

pengajar, staf departemen akuntansi, dan staf administrasi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang

disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini

dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 30 Januari 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

1.2Rumusan Masalah ...6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

1.3.1 Tujuan Penelitian ...6

1.3.2 Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis... 8

2.1.1.Penerapan GCG ... 8

2.1.1.1 Konsep Dasar GCG ... 8

2.1.1.2 Pengertian GCG ... 9

2.1.1.3 Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG ...12

2.1.2.Peranan Audit Internal ...15

2.1.3.Etika Bisnis ...17

2.1.4.Pedoman Perilaku ... 20

2.1.5.Budaya Organisasi ... 22

2.1.6.Kinerja Karyawan ... 25

2.1.7.Audit Kepatuhan ... 26

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.1 Kerangka Konseptual ... 31

2.2 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ...34

3.2Tempat dan Waktu penelitian ...34

3.2.1 Tempat Penelitian ...34

3.2.2 Waktu Penelitian ...34

3.3Batasan Operasional ...35

3.4Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...36

3.5Populasi dan Sampel Penelitian...39

3.5.1 Populasi Penelitian ...39

3.5.1Sampel Penelitian ...39

3.6Jenis Data ...39

3.7Metode Pengumpulan Data ...40

3.8Uji Analisis Faktor ...41

3.8.1 Uji Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test ...42

(7)

3.9 Uji Kualitas Data ... 43

3.9.1 Pengujian Validitas Data ... 43

3.9.2 Pengujian Reliabilitas Data ... 43

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.10.1 Uji Normalitas ... 44

3.10.2 Uji Heterokedastisitas ... 44

3.11 Uji Hipotesis ... 45

3.11.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 45

3.11.2 Uji Secara Parsial ( Uji-t) ... 46

3.11.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 46

3.12 Analisis Teknik Linier Berganda ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum PT.PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara48 4.1.1 Sejarah Singkat PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara ...48

4.1.2 Visi dan Misi PT.PLN (Persero) ...50

4.1.2.1 Visi ...50

4.1.2.2 Misi ...50

4.2 Deskriptif Data Kuesioner ...51

4.2.1 Data Penyebaran Kuesioner ...51

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..51

4.2.3 Karakterisitk Responden Berdasarkan Usia ...51

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...52

4.3.2.2 Uji Reliabilitas Data ...64

4.3.3 Uji Asumsi Klasik ...67

4.3.3.1 Uji Normalitas ...67

4.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas ...70

4.3.4 Uji Hipotesis ...71

4.3.4.1 Uji Signifikan Simultan F (Uji-F) ...71

4.3.4.2 Uji Signifikan Parsial ( Uji – t ) ...71

4.3.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...72

4.3.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ...73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...76

4.4.1 Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan GCG ...77

4.4.2 Pengaruh Etika Bisnis terhadap Penerapan GCG ...78

4.4.3 Pengaruh Pedoman Perilaku terhadap Penerapan GCG ...78

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan ...82

5.2Keterbatasan Penelitian ...83

5.3Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA ...85

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

Tabel 4.1 Penyebaran Kuesioner... 51

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.5 Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test ... 52

Tabel 4.6 Anti-image Matrices ... 54

Tabel 4.7 Communalities ... 55

Tabel 4.8 Total Variance Explained ... 56

Tabel 4.9 Validitas Peranan Audit Internal (pengujian I) ... 57

Tabel 4.10 Validitas Peranan Audit Internal (pengujian II) ... 57

Tabel 4.11 Validitas Etika Bisnis (pengujian I) ... 58

Tabel 4.12 Validitas Etika Bisnis (pengujian II) ... 59

Tabel 4.13 Validitas Pedoman Perilaku ... 59

Tabel 4.14 Validitas Budaya Organisasi ... 60

Tabel 4.15 Validitas Kinerja Karyawan (pengujian I) ... 60

Tabel 4.16 Validitas Kinerja Karyawan (pengujian II) ... 61

Tabel 4.17 Validitas Audit Kepatuhan ... 61

Tabel 4.18 Validitas Penerapan GCG (Pengujian I) ... 62

Tabel 4.19 Validitas Penerapan GCG (Pengujian II) ... 63

Tabel 4.20 Reliabilitas Peranan Audit Internal ... 64

Tabel 4.21 Reliabilitas Etika Bisnis ... 64

Tabel 4.22 Reliabilitas Pedoman Perilaku ... 65

Tabel 4.23 Reliabilitas Budaya Organisasi ... 65

Tabel 4.24 Reliabilitas Kinerja Karyawan ... 66

Tabel 4.25 Reliabilitas Audit Kepatuhan ... 66

Tabel 4.26 Reliabilitas Penerapan GCG ... 67

Tabel 4.27 One sample Kolmogorov-Smirnov ... 69

Tabel 4.28 Hasil Uji-F ... 71

Tabel 4.29 Hasil Uji-t ... 72

Tabel 4.30 Analisis Hasil Koefisien Determinasi ... 73

Tabel 4.31 Variabel Entered/Removed ... 74

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 KerangkaKonseptual……….31

Gambar 4.1 Grafik Histogram...68

Gambar 4.2 Grafik Normal P-PPlot………..68

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran i Surat Persetujuan Riset dari PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Lampiran ii Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Lampiran iii Pertanyaan Kuesioner Penelitian

(12)

ABSTRAK

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR

PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan terhadap penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara). Teknik penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Terdapat 64 responden yang terdiri dari karyawan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara) sebagai sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang terdiri dari uji analisis faktor, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan secara simultan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Secara parsial, hanya variabel kinerja karyawan yang memiliki pengaruh yang signifikan pada penerapan GCG dibandingkan dengan variabel lain.

Kata Kunci : Good Corporate Governance (GCG), Peranan Audit Internal, Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan, dan

(13)

ABSTRACT

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DI SEKTOR

PUBLIK (STUDI KASUS PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA)

The purpose of this research is to analyze the effect between the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit on the application of Good Corporate Governance (GCG) at PT. PLN (Persero) North Sumatera Area. Research technics in this research using random sampling. The type of data used are primary data. Data are gathered by questionnaires. There are 64 respondent consists of employee of PT. PLN (Persero) North Sumatera Area as the sample in this research. Data analysis methods used is a quantitative approach which consists of analysis factor test, quality data test, the classic assumptions test, multiple linear regression test, and test hypothesis. The result of this research indicate that the role of internal audit, business ethics, code of conduct, organization culture, employee performance and compliance audit are simultaneously have effect on the application of GCG, Partially, only employee performance variable has significant effect on the application of GCG rather than the other variable.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam dunia bisnis, perusahaan – perusahaan baik yang bergerak di bidang

jasa, perdagangan, maupun manufaktur yang telah berkembang dengan pesat akan

selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset.

Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dunia bisnis yang semakin

kompetitif, maka perusahaan perlu melakukan upaya penyelamatan dan pengelolaan

perusahaan, salah satunya dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG)

di perusahaan.

Di Indonesia, sejak terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, masalah

mengenai GCG mulai mengemuka. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan

melakukan reformasi dan perubahan tata kelola dalam pengelolaan perusahaan,

khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Reformasi BUMN di Indonesia

ditandai dengan keluarnya Keputusan Menteri BUMN Nomor

KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan prinsip GCG, yang merupakan

salah satu bentuk upaya Kementerian BUMN untuk memperkuat penerapan GCG di

setiap BUMN agar dapat bersaing dalam dunia bisnis yang semakin berkembang.

Namun, dalam kenyataannya praktik penerapan GCG di BUMN banyak

menghadapi kendala. Berdasarkan Forum Diskusi 22 yang dilaksanakan oleh Menteri

Negara BUMN pada tahun 2002, terdapat beberapa kendala yang dihadapi BUMN

(15)

Daya Manusia (SDM), dan juga sistem BUMN yang sangat berbeda dengan Badan

Usaha Milik Swasta (BUMS). Hal ini terlihat dari prinsip-prinsip GCG yang

diterapkan perusahaan BUMS seperti PT.Astra International, Bank BCA, ataupun

Bank Niaga yang berhasil menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya harus kuat di

bidang kemampuan bisnis tetapi juga memiliki nilai-nilai perusahaan dan sikap

profesional dalam mengelola perusahaan yang kuat.

Meskipun demikian, BUMN memiliki tekad kuat untuk menerapkan

prinsip-prinsip GCG. BUMN dalam menjalankan praktik GCG harus memperhatikan hal-hal

yang dapat mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG tersebut. Salah satu di

antaranya adalah dengan meningkatkan peran audit internal dalam perusahaan.

Meskipun profesi auditor mengalami penurunan kepercayaan masyarakat terkait

kasus manipulasi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan besar seperti Enron dan

World.com, tetapi lain halnya dengan auditor internal. Profesi auditor internal

semakin hari semakin dihargai. Karena fokus audit internal adalah memberi solusi

bagi penyempurnaan pengendalian usaha dan harus mampu menjawab tantangan

dengan meningkatkan kualitas kerja perusahaan sehingga keberadaan auditor internal

dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, efisien dan efektif pada perusahaan.

Oleh karena itu, auditor internal harus melakukan perubahan pola pikir dengan

meningkatkan peran yang lebih besar dalam menegakkan penerapan GCG di

perusahaan.

Dalam upaya penerapan GCG di perusahaan, tidak terlepas dari aturan-aturan

(16)

moral atau etika. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun

2002 menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah

kepatuhan terhadap peraturan. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan

juga masyarakat. Etika bisnis dalam perusahaan merupakan implementasi penerapan

prinsip-prinsip GCG. Praktek etika bisnis menuntut karyawan dan pimpinan

perusahaan untuk melakukan semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan dan

dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen.

Etika bisnis berkaitan erat dengan pedoman perilaku. Pengelolaan perusahaan

selain harus mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku juga harus

menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Kesadaran akan perilaku yang baik akan

meningkatkan dan memperkuat citra positif perusahaan sehingga dapat menjadikan

perusahaan yang disegani dan bermartabat dalam dunia bisnis. Untuk mewujudkan

hal tersebut, perusahaan harus dapat merumuskan pedoman perilaku (code of

conduct) yang mengatur kebijakan nilai-nilai etis yang dinyatakan secara eksplisit

sebagai suatu standar perilaku yang harus dipedomani oleh perusahaan.

Apabila prinsip dan pedoman perilaku telah dilaksanakan dan mengakar di

perusahaan, maka pedoman perilaku tersebut akan menjadi budaya di dalam

perusahaan dan diterapkan dalam setiap aktivitas.Budaya organisasi adalah nilai,

norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang

dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan

(17)

akan meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang dan

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan sehingga dapat memberikan

motivasi yang cukup besar terhadap karyawan untuk lebih memajukan perusahaan.

Kinerja karyawan merupakan salah satu kendala penerapan GCG. Kinerja

karyawan berhubungan erat dengan kemajuan perusahaan. Kinerja karyawan tidak

akan baik apabila tidak disertai dengan bimbingan atau pengawasan dari manajemen.

Oleh karena itu, struktur organisasi yang baik dan pengelolaan perusahaan yang baik

dibutuhkan dalam pembentukan tim kerja antara karyawan dan manajer. Penilaian

kinerja karyawan dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi karyawan dalam

memajukan perusahaan, seperti kualitas hasil dari karyawan tersebut dan kepatuhan

karyawan dalam mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan.

Untuk mengukur kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang berlaku, maka

perusahaan perlu melakukan audit kepatuhan. Audit kepatuhan adalah proses kerja

yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan

aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit kepatuhan dapat

mengungkapkan tentang adanya kepatuhan entitas terhadap peraturan sekaligus

menuangkan permasalahan yang mungkin disebabkan oleh peraturan itu sendiri.

Dengan adanya audit kepatuhan, perusahaan dapat menetukan apakah elemen di

perusahaan telah mengikuti peraturan di perusahaan sehingga dapat menemukan

solusi dari permasalahan yang timbul akibat peraturan di perusahaan tersebut.

Dalam rangka meningkatkan kinerja BUMN, melindungi stakeholders, dan

(18)

yang berlaku secara umum pada BUMN, maka setiap perusahaan BUMN wajib

menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam melakasanakan kegiatan usahanya.

Penerapan GCG yang efektif pada Bank, BUMN, dan perusahaan publik memberikan

gambaran kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan

yang mungkin terjadi di masa depan.

BUMN sebagai salah satu ujung tombak perekonomian Negara, memang

dituntut untuk mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat

menghasilkan profit. PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

di bidang kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh Nusantara, bertekad untuk

memberikan pelayanan jasa ketenagalistrikan yang terbaik dan memenuhi standar

ketenagalistrikan yang dapat diterima dunia internasional dan untuk mewujudkan hal

itu dengan bertumpu pada kapasitas seluruh warganya. PT.PLN (Persero) menyadari

bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja,

namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Melihat hal itu,

maka sangat disadari bahwa seluruh warga Indonesia sangat membutuhkan jasa

ketenagalistrikan dan keberadaannya berperan penting dalam pembangunan dan

peningkatan kehidupan perekonomian di Indonesia.

Pentingnya penerapan GCG membuat banyak peneliti melakukan penelitian

dan diskusi mengenai hal ini. Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007)

menemukan bahwa adanya pengaruh audit manajemen dan pengendalian internal

saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja

(19)

menunjukkan adanya hubungan dan peranan budaya organisasi pada penerapan GCG

di perusahaan.Penelitian yang dilakuka Sari (2009) menemukan pengaruh yang

signifikan antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG. Sedangkan

menurut Sari (2011) menemukan pengaruh yang signifikan etika bisnis, pedoman

perilaku dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil

judul “ Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus Pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor penerapan GCG yang diproksikan

peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja

karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada

PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor

penerapan GCG yang diwakili peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku,

budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap

(20)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

pengaruh pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku,

budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh

terhadap penerapan GCG pada PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi PT. PLN

(Persero) Wilayah Sumatera Utara dalam menerapkan GCG.

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Penerapan GCG

2.1.1.1 Konsep Dasar GCG

Dua teori utama yang mendasari GCG adalah stewardship theory dan agency

theory (Shaw,2003). Stewardship theory memiliki filosofi tentang kehidupan

manusia, yaitu manusia pada hakikatnya mampu bertindak dengan penuh tanggung

jawab, dapat dipercaya dan memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Jadi

dapat dikatakan Stewardship theory memandang manajemen sebagai sesuatu yang

dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun

stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,

memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agent” bagi para pemegang

saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran dan keyakinan bagi

kepentingannya sendiri dan kepentingan stakeholders. Dengan adanya dua teori ini,

maka muncul istilah Good Corporate Governance (GCG), dimana GCG sebagai

struktur , sistem dan proses yang digunakan oleh perusahaan guna memberikan nilai

(22)

2.1.1.2 Pengertian GCG

Istilah GCG itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry

Committee, sebuah lembaga bentukan Bank of England dan London Stock Exchange

pada tahun 1992, yang kemudian menggunakan istilah sebagai Cadburry Report.

Menurut Cadburry Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG adalah

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham , pengelola

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah dan karyawan serta pemegang kepentingan

internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,

atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan.

The Organization for Economic and Development (OECD) mendefinisikan

GCG sebagaisekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,

pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

GCG mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan

pengawasan atas kinerja. GCG juga dapat memberikan rangsangan bagi board dan

manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan, dan

pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong

perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien.

Definisi lain juga dikemukakan oleh The Indonesian Institute for Corporate

Governance (IICG) yang mendefisinisikan corporate governance sebagai proses dan

(23)

meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.

Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG

menyatakan bahwaGCG adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan etika.

Pengertian lain dikemukakan oleh Gregory dan Simss (dalam Bangun,2006)

yang menyatakan bahwa GCG adalah kombinasi hukum, peraturan, dan praktik

pribadi yang memungkinkan perusahaan untuk menarik modal masuk, memiliki

kinerja yang efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi harapan masyarakat

umum dan kewajiban hukum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan

GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengelola perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah bagi stakeholders yang dipengaruhi oleh top management

dalam menyampaikan pengarahan dan pengawasan terhadap pihak manajemen untuk

mencapai tujuan perusahaan. GCG juga menekankan pada pola perilaku perusahaan

sebagai suatu institusional yang diukur melalui struktur pembiayaan, efisiensi kinerja,

tingkat pertumbuhan, dan perlakuan terhadap stakeholders. Jadi dapat disimpulkan

(24)

pengarahan, dan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Penerapan GCG yang baik merupakan aset bagi perusahaan, karena dengan

pengelolaan perusahaan yang baik dapat meningkatkan nilai tambah bagi

stakeholders, mempermudah akses ke pasar modal serta meningkatkan citra positif

dari publik.Dikarenakan perannya yang penting, maka penerapan GCG perlu

didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan , yaitu Negara dan perangkatnya

sebagai regulator,dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai

pengguna produk dan jasa dalam dunia usaha (Kamal,2008).

Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemegang kepentingan harus

ikut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang di awal

tahun 2005 telah diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

telah menerbitkan Pedoman GCG pada tahun 2001, sebagai pedoman penerapan

GCG untuk perusahaan di Indonesia. Selain itu BP BUMN pada tahun 1999, juga

menetapkan arah penerapan GCG pada BUMN di Indonesia. Terdapat tiga arah

penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN, 1999) yaitu menetapkan kebijakan

nasional, menyempurnakan kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor

swasta.

Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya khusus dan bekerja sama

dengan komunitas bisnis dalam mensosialisasikan dan menerapkan prinsip-prinsip

GCG dalam perusahaan. Dua sektor penting di perekonomian Indonesia yang telah

(25)

penerapan GCG di BUMN adalah kewajiban untuk memiliki statement of corporate

intent (SCI). Pada dasarnya, SCI adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang

saham dalam suatu bentuk kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya pihak

manajemen dan didukung dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait

dengan SCI, dewan direksi diwajibkan untuk menandatangani appointment

agreements (AA) yang merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi

dan kewajiban yang dimilikinya. Indikator kinerja direksi terihat dalam bentuk

reward and punishment dengan meratifikasi undang-undang BUMN (Kaihatu, 2006).

2.1.1.3Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG

Pelaksanaan GCG dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang

berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun

pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang terdapat dalam Pasal 3 Surat Keputusan

Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang

penerapan praktek GCG pada BUMN.

1. Transparansi ( transparency)

Yaitu keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam

mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

Contohnya mengemukakan informasi target pencapaian laba yang akan

(26)

2. Akuntabilitas (accountability)

Yaitu kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Contohnya seluruh organ

perusahaan, baik pimpinan maupun karyawan tidak boleh bekerja asal jadi,

tetapi harus selalu berusaha menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan hasil

yang memuaskan.

3. Pertanggungjawaban (responsibility)

Yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

Contohnya dewan komisaris, manajemen maupun karayawan dalam

menjalankan kegiatan operasional di perusahaan harus selalu mematuhi

kebijakan yang telah ditetapkan.

4. Independensi (independency)

Yaitu pengelolaan perusahaan yang professional tanpa pengaruh/tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya dalam

pengembangan perusahaan, dengan melakukan eksploitasi, harus sesuai

dengan UU dan tidak merugikan pihak lain.

5. Kewajaran (fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang

timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang

(27)

Pada dasarnya penerapan prinsip GCG di perusahaan adalah untuk

menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien melalui harmonisasi

manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independensi

dari dewan direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan , sehingga menghasilkan

kinerja perusahaan yang baik.

Tujuan GCG menurut FCGI (2002)ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi

semua pihak yang berkepentingan (shareholders). Selain tujuan tersebut terdapat

tujuan lain yaitu :

1. Pemenuhan tujuan strategis perusahaan berupa peningkatan nialai

perusahaan dan value perusahaan.

2. Pemenuhan tanggung jawab kepada stakeholders khususnya komunitas

setempat.

3. Dipatuhinya kerangka yuridis yang ada.

Menurut Rahmawati (dalam Putri,2006), penerapan GCG diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah murah

sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya

(28)

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

2.1.1 Peranan Audit Internal

Audit internal menurut Agoes (2004 : 221) merupakan pemeriksaan yang

dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, dan

catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen

puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan

ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah yang

dimaksudan adalah peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup,

perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Sedangkan ketentuan-ketentuan dari

ikatan profesi yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Pengertian audit internal menurut IIA (Institute of Internal Auditors)

merupakan aktivitas pemberian kekayaan serta konsultasi yang independen dan

objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi.

Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan

pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan

efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian dan pengelolaan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dilihat beberapa ruang lingkup

audit internal di dalam perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas kegiatan usaha dan pengendalian internal yang telah dijalankan

(29)

Dalam upaya menerapkan GCG, perusahaan membutuhkan peranan audit

internal yang bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta

menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah

satu profesi yang menunjang dan mendukung terwujudnya GCG yang saat ini telah

menjadi komponen utama dalam meningkatkan perusahaan secara efektif dan efisien.

Tujuan audit internal menurut Hartono (dalam Maylia,2008) adalah :

1. Meneliti dan menilai apakah pelaksananan dari pengendalian intern di bidang

akuntansi dan operasi cukup dan memenuhi syarat.

2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan

benar-benar telah ditaati.

3. Menilai apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan

penyelewengan.

4. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam perusahaan,

5. Menilai mutu dari pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada

masing-masing manajemen.

Selain memiliki beberapa tujuan, audit internal juga memiliki beberapa fungsi

bagi perusahaan. Menurut Mulyadi (2002:211), terdapat 2 fungsi audit internal yaitu :

1. Menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan

fungsi berbagai unit organisasi.

2. Merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam perusahaan,

(30)

lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung

jawab mereka.

Peningkatan pengendalian internal di dalam suatu perusahaan menuntut

tersedianya audit internal yang baik di perusahaan, agar terciptanya proses

pengawasan yang baik pula di dalam perusahaan. Dengan audit internal yang baik,

dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.

2.1.3 Etika Bisnis

Menurut Johnson (dalam Ernawan, 2007) mengemukakan bahwa etika

merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah untuk mempelajari perilaku,

baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup

beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat

diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.

Definisi lain dikemukakan oleh Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen

(1992) yang menyatakan bahwa etika bisnis adalah norma-norma atau nilai-nilai yang

menjadi pedoman perilaku dan tindak tanduk kaum usahawan serta pengelola

organisasi-organisasi. Sedangkan menurut Bertens (dalam Udiyaningsih, 2006)

mendefinisikan etika bisnis sebagai suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang

buruk, tentang yang harus dilakukan manusia dan yang tidak boleh dilakukannya

yang berlaku dalam praktik bisnis.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan suatu

(31)

stakeholders dengan mempergunakan ilmu manajemen dan ilmu hukum untuk

mencapai tujuan dari perusahaan. Studi ini berkonsentrasi pada norma-norma moral

dan nilai-nilai yang dianut oleh individu, kelompok maupun perusahaan.

Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk

melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Etika bisnis merupakan

salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip di perusahaan. Etika bisnis memiliki

peran yang sangat penting, yang jika dapat diterapkan secara konsisten dapat

membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi.

Karena inti dari bisnis adalah saling percaya maka kejujuran adalah faktor utama.

Kejujuran merupakan salah satu prinsip yang ada pada etika bisnis. Dengan demikian

etika bisnis menjadi faktor yang menentukan dalam keberhasilan bisnis dan

merupakan bentuk penjabaran dari praktik prinsip GCG di perusahaan

(Effendi,2005). Apabila perusahaan memiliki etika sendiri berarti perusahaan

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

memilikinya.

Menurut Abiyasa (2011), terdapat beberapa manfaat Etika Bisnis bagi

perusahaan yaitu :

1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah

dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan

besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya.

(32)

standard etis yang sama, sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang

sama terhadap kasus sejenis yang timbul.

2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) di bidang etika.

(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan

dalam melindungi lingkungan hidup).

3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.

4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan

untuk mengatur diri sendiri (self regulation).

5. Bagi perusahaan yang telah go public dapat memperoleh manfaat berupa

meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan

harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham

perusahaan tersebut.

6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.

7. Membangun corporate image / citra positif, serta dalam jangka panjang dapat

menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company)

Melalui penerapan etika dalam berbisnis dan kesadaran para pelaku bisnis

beretika dalam bisnis, maka suatu perusahaan akan dapat mempertahankan dan

meningkatkan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, yang akan

memaksimalkan nilai pemegang saham. Apabila perusahaan tidak menjalankan etika

bisnis di perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Karena

inti dari bisnis adalah kepercayaan, maka setiap manajemen perusahaan harus

(33)

mencerminkan penerapan prinsip-prinsip GCG, yang memenuhi keinginan

stakeholders.

2.1.4 Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku berisi prinsip-prinsip etis yang berlaku dan harus dipatuhi

oleh setiap organ perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik dan sehat, tidak

terlepas dari aturan dan kebijakan yang harus dipatuhi perusahaan. Untuk dapat

berkembang dan menjaga kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan harus menjaga

kredibilitas dan kepercayaan publik, stakeholders, pelanggan, dan pemakai jasa, yang

merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kelangsungan

hidup perusahaan. Hilangnya kredibilitas dan kepercayaan stakeholders dapat

menyebabkan perusahaan kehilangan peluang bisnis, yang pada akhirnya dapat

mengancam kelangsungan usaha perusahaan.

Kredibilitas perusahaan dan kepercayaan sangat erat kaitannya dengan

perilaku perusahaan dalam berinteraksi dengan para stakeholders. Pengelolaan

perusahaan yang baik dan sehat, selain harus mengikuti peraturan dan perundangan

yang berlaku juga harus menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Perilaku yang baik

dari perusahaan dan kesadaran menjalankan etika yang baik akan meningkatkan citra

positif bagi perusahaan (Effendi,2005).

Sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor:

Kep-117/M-MBU/2002, bahwa BUMN diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip GCG

(34)

GCG secara konkret, perusahaan harus merumuskan dan menerapkan nilai-nilai etika

yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan budaya perusahaan perusahaan ke

dalam panduan etika melalui dokumen pedoman perilaku (code of conduct ) dari

perusahaan. Dokumen ini bertujuan untuk menjaga agar tetap ada konsistensi dalam

penyelenggaraan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

Manajemen perusahaan harus bertekad untuk menumbuh kembangkan kebiasaan dan

tata pergaulan profesional yang baik dan sekaligus mencerminkan jadi diri

perusahaan. Usaha ini juga merupakan perwujudan dari kesungguhan hati perusahaan

untuk bekerja dan berusaha selaras dengan falsafah, visi, misi, dan tata nilai

perusahaan.

Dalam rangka menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penerapan GCG di

perusahaan, maka perusahaan perlu merumuskan dokumen pedoman perilaku.

Berdasarkan dokumen pedoman perilaku yang diterbitkan PT.PLN (Persero) tahun

2010, terdapat 4 hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pedoman perilaku,

yaitu :

1. Saling percaya (mutual trust)

2. Integritas (integrity)

3. Peduli (care)

4. Pembelajar (continuos learning)

Dengan komitmen dan konsisten dalam menerapkan pedoman perilaku oleh

setiap organ perusahaan akan menciptakan suasana yang kondusif dalam pencapaian

(35)

1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan standar etika yang selaras dengan visi dan

misi perusahaan.

2. Menjabarkan nilai-nilai perusahaan (corporate values), sebagai landasan

etika yang harus diikuti oleh organ perusahaan dala, melaksanakan tugas.

3. Menjadi acuan perilaku bagi setiap organ perusahaan dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan

stakeholders.

4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar setiap organ perusahaan dapat

menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan

pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak.

Adapun fungsi pedoman perilaku bagi perusahaan menurut dokumen

pedoman perilaku PT.PLN (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melaksanakan tugasnya

secara profesional dan bertanggung jawab.

2. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melakukan interaksi

dengan pihak lain untuk kepentingan perusahaan.

2.1.5 Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah landasan filosofis dalam sebuah organisasi

perusahaan disemaikan ke setiap sel organisasi dan menjadi nilai-nilai kehidupan

bersama yang dapat muncul dalam bentuk perilaku formal maupun informal

(36)

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapa tujuan bisnis dipengaruhi oleh

budaya organisasi yang diterapkan di perusahaan. Pada dasarnya budaya organisasi

merupakan kepribadian organisasi. Menurut McNamara (2000), budaya organisasi

terdiri dari asumsi, nilai dan norma dan tanda-tanda yang kelihatan dari

anggota-anggota organisasi dan perilaku-perilaku mereka. Selanjutnya McNamara (2000)

menjelaskan menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat dilihat sebagai sistem,

mengandung input, proses dan output. Proses berdasarkan asumsi, nilai-nilai,

norma-norma, waktu, fasilitas, ruang dan orang.

Perusahaan harus mampu membangun budaya organisasi dengan

prinsip-prinsip GCG di perusahaan karena dengan adanya budaya organisasi dan penerapan

GCG akan memberikan kejelasan fungsi, kedudukan, hak dan kewajiban kepada

pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Perusahaan yang mampu

membangun budaya organisasi dengan prinsip-prinsip GCG menunjukkan bahwa

perusahaan mampu menjalankan bisnis dan organisasi secara seimbang dengan pola

pikir dan perilaku untuk memajukan perusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku

(Djajendra,2010).

Pacanowsky dan O’Donnel (1982) berpendapat bahwa budaya merupakan

sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, budaya adalah sesuatu yang merupakan

organisasi itu sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa inti dari kehidupan organisasi

ditemukan dalam budaya organisasi tersebut, yaitu budaya yang tidak

mempermasalahkan perbedaan suku, ras ataupun individu melainkan budaya yang

(37)

Robbins (1996) menyatakan suatu budaya organisasi akan berdampak pada

kinerja diawali dari input-input organisasi yang meliputi: inovasi dan pengembangan

resiko, perhatian ke rincian, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan

dan kemantapan yang kemudian dipersepsikan sebagai budaya organisasi yang akan

menjadi sebuah kekuatan yang tinggi atau rendah yang berdampak pada tingkat

kinerja dan kepuasan karyawan.

Fungsi budaya perusahaan adalah sebagai sistem nilai yang akan mengikat

serta mewarnai sikap dan tingkah laku para pekerja, dari mulai tukang sapu sampai

dengan direktur utama. Menurut Robbins (1996), terdapat beberapa fungsi budaya

organisasi yaitu:

1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan

yang lain.

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan dari individual seseorang.

4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

organisasi itu dengan cara yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.

5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu

dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Oleh karena itu, budaya organisasi dapat dijadikan sebagai pondasi bagi

(38)

bisa menjadi pondasi penerapan GCG di perusahaan. Budaya perusahaan yang baik

adalah yang tidak mengabaikan nilai-nilai lokalitas di antara para karyawan.

2.1.6 Kinerja Karyawan

Kinerja didefinisikan sebagai the extent of actual work performed by

individualatau sampai sejauh mana kerja aktual yang diperlihatkan oleh seorang

individu (Shore,1990). Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja

dalam melakukan pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu

pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (1996), menyatakan bahwa kinerja karyawan

adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi.

Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan

standard dan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai

kinerja SDM yang tinggi dimaksudkan guna meningkatkan perusahaan secara

keseluruhan. Pengukuran kinerja karyawan hendaknya menginteraksikan dimensi

pengukuran yang beragam karean bersifat multidimensional. Hal ini dikemukakan

oleh Gibson (dalam Kartiningsih, 2007) yang menyatakan bahwa respon efektif

seseorang terhadap pekerjaan merupakan kepuasan karyawan dalam melakukan

pekerjaan. Gibson juga memperkenalkan suatu dimensi khusus yang menunjukkan

karakteristik pekerjaan yang biasanya digunakan untuk menilai keberhasilan kerja

karyawan. Kinerja karyawan dapat diukur dari berbagai macam dimensi pekerjaan

(39)

diperoleh serta kondisi kerja yang meliputi rekan kerja maupun suasana kerja

(Kartiningsih,2007).

Kinerja karyawan suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Davis (dalam Sedarmayanti, 2001) merumuskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan,yaitu :

1. Performance = Ability + Motivation

2. Ability = Knowledge + Skill

3. Motivation = Attitude + Situation

Dengan penerapan prinsip GCG yang baik di perusahaan,maka akan tercipta

keterbukaan informasi tentang kinerja karyawan yang meliputi penggunaan

keuangan, penerimaan pegawai yang bersifat terbuka, adanya sistem reward dan

adanya promosi jabatan yang sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang belum

berpihak kepada karyawan.

2.1.7 Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan (compliance audit) merupakan unsur audit yang sangat

penting terutama pada sektor publik, karena organisasi pemerintah beroperasi dalam

kerangka hukum dan peraturan yang berlaku. Audit kepatuhan adalah audit yang

bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau

peraturan tertentu (Agoes,2004). Hasil audit nya pada umumya dilaporkan pada pihak

(40)

Audit kepatuhan ini banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan pemerintah.

Seperti audit kepatuhan yang dilakukan PT.PLN (Persero) terhadap proses

pembangunan tenaga listrik. Pemerintah akan menunjuk auditor eksternal untuk

mengaudit apakah proses pembangunan berjalan sesuai dengan standar dan ketentuan

yang telah ditetapkan pemerintah. Jadi, tugas auditor kepatuhan adalah meneliti

apakah sudah sesuai dengan standar, baik dari segi anggaran, pelaksanaan

pembangunan, penempatan, tim kerja, dan lain sebagainya.

Tujuan audit kepatuhan yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002) adalah untuk

menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan

Undang-Undang tertentu karena kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan

berasal dari sumber yang berbeda sesuai dengan pembuat kebijakan.

Dengan melakukan audit kepatuhan, perusahaan dapat mengungkapkan

tentang adanya kepatuhan entitas terhadap regulasi sekaligus menuangkan

permasalahan yang mungkin disebabkan oleh regulasi itu sendiri.Dalam audit

kepatuhan yang dinilai atau diukur adalah ketaatan semua aktivitas dan semua

komponen perusahaan, direktur, manajer hingga karyawan sesuai dengan kebijakan,

aturan, ketentuan dan prosedur yang berlaku di perusahaan serta peraturan yang

berlaku.

Hal ini menunjukkan bahwa audit kepatuhan berperan tidak hanya sebagai

penilai perusahaan dan mencari kesalahan perusahaan tetapi juga sebagai pencegah

terjadinya kesalahan tersebut. Perusahaan yang melaksanakan audit kepatuhan

(41)

dengan prinsip-prinsip GCG. Karena dengan patuh terhadap prosedur dan kebijakan

perusahaan merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip GCG di

perusahaan (Utama,2004).

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penerapan GCG pada perusahaan banyak telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh

Pratolo (2007). Hasil penelitian menunjukkan audit manajemen dan pengendalian

internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan

kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Widuri dan Paramita (2009)

menunjukkan bahwa adanya hubungan peranan budaya perusahaan penerapan GCG.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marniati (2010) menunjukkan bahwa adanya

pengaruh penerapan prinsip GCG pada kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan

Sari (2011) menunjukkan bahwa etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG

berpengaruh terhadap implementasi GCG, sedangkan pemegang saham tidak

berpengaruh terhadap implementasi GCG. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

Hanifah (2011) yang menyebutkan bahwa struktur kepemilikan, budaya organisasi,

komite audit dan audit internal baik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap

GCG. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Herbert (2012) menunjukkan bahwa

peranan audit internal berpengaruh signifikan berpengaruh terhadap penerapan GCG.

Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (2010), hasilnya menunjukkan

(42)

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Suryo Pratolo

(2009)

(43)

Implementasi GCG. GCG, sedangkan

6. Hanifah (2011) Pengaruh Struktur

(44)

2.3 Kerangka Konseptual

Yang menjadi variabel bebas (variable independent) pada penelitian ini

adalah peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi,

kinerja karyawan dan audit kepatuhan. Variabel terikat (variable dependent) dalam

penelitian ini adalah penerapan GCG. Kerangka konseptual yang dirancang dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1

H2

H3

H4

H5

H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Peranan Audit Internal (X1)

Etika Bisnis (X2)

Pedoman Perilaku (X3)

Budaya Organisasi (X4)

Kinerja Karyawan (X5)

Audit Kepatuhan (X6)

Penerapan GCG

(45)

Kerangka konseptual penelitian dipaparkan pada gambar 2.2 di atas. Penelitian

ini terdiri dari 6 jenis variabel independen (peranan audit internal, etika bisnis,

pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan, dan audit kepatuhan).

Gambaran bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip GCG akan lebih

meningkatkan peranan audit internal ,melaksanakan etika bisnis, menjalankan

pedoman perilaku yang diterbitkan perusahaan, memiliki budaya organisasi, kinerja

karyawan yang meningkat dan audit kepatuhan yang dipatuhi oleh karyawan daripada

perusahaan yang tidak menerapkan prinsip-prinsip GCG. Dikarenakan perusahaan

akan memperhatikan dan menjalankan hal-hal yang akan mendorong penerapan

prinsip-prinsip GCG di perusahaan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka

hipotesis penelitian ini adalah :

H1 : Peranan audit internal memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

penerapan GCG.

H2 : Etika bisnis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerapan

GCG.

H3 : Pedoman perilaku memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

penerapan GCG.

H4 : Budaya organisasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

(46)

H5 : Kinerja karyawan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

penerapan GCG.

H6 : Audit kepatuhan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu(Sugiyono, 2004).

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut

Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana

suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara ,

Jalan Komodor Laut Yos Sudarso No.282, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada minggu ketiga bulan Oktober 2012 dan

(48)

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Tahapan Penelitian Okt

2012

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini memiliki batasan , yaitu :

1. Penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel bebas, yaitu : peranan audit

internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan,

dan audit kepatuhan untuk mengukur penerapan GCG pada PT. PLN ( Persero)

Wilayah Sumatera Utara. Dikarenakan variabel bebas yang digunakan

merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan GCG dan

diharapkan dapat mengukur penerapan GCG pada PT.PLN (Persero) Wilayah

Sumatera Utara.

2. Objek penelitian ini hanya dilakukan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera

(49)

BUMN yang bergerak melayani masyarakat dalam bidang kelistrikan dan

memiliki kinerja yang cukup baik, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

penerapan GCG pada PT.PLN (Persero)Wilayah Sumatera Utara.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Variabel Independen

Peranan Audit Internal ( X1 )

Peranan audit internal adalah unit pengawasan

Peranan Audit Internal diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Herbert T. Sibarani

(2012) dengan melakukan

perubahan seperlunya.

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4

Etika bisnis diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Karina Sari (2011) dengan

(50)

tertulis yang mengatur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan

skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha perilaku yang tidak etis.

Pedoman perilaku diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Erika R. Purwitasari (2010) dengan melakukan perubahan seperlunya. Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi

Budaya organisasi diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari kuesioner pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi di unit pelaksana teknis dinas sosial Propinsi Jawa timur.

(51)

organisasi. pernyataan yang diajukan dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja Karyawan diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diadaptasi dari kuesioner Ayu Andira (2012)

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 telah dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi.

Audit kepatuhan diukur dengan menggunakan 4 item pernyataan yang Nadia Maya Sari Dewi (2012)

Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4

Penerapan GCG diukur dengan menggunakan 20 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Herbert T. Sibarani (2012).

(52)

keberhasilan usaha dan

likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam

penelitian ini adalah PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara.

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap

dapat menggambarkan populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan

yang terlibat dalam mendukung penerapan GCG di PT. PLN (Persero) Wilayah

Sumatera Utara. Alasan dipilihnya sampel ini karena karyawan-karyawan tersebut

berpatisipasi aktif dalam penerapan GCG. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

(53)

3.6 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Jenis data di dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang

terpilih di lokasi penelitian. Data primer penelitian ini dilakukan dengan cara

memberikan kuesioner pada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera

Utara.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari

buku, jurnal-jurnal penelitian, majalah, dan situs internet. Data sekunder

penelitian ini berupa:

1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

3. Jurnal-jurnal penelitian mengenai penerapan GCG, peranan audit internal, etika

bisnis , pedoman perilaku dan sebagainya yang mendukung penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan

daftar pertanyaaan kepada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

yang menjadi responden penelitian, yang digunakan sebagai alat memperoleh data

yang sesuai dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari hipotesis. Sebanyak 80

(54)

Sumatera Utara, tetapi hanya 64 kuesioner yang kembali dan dapat dilakukan

pengolahan data. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random

sampling).

Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner dikirim kepada semua responden dengan cara membagikannya

secara langsung kepada setiap responden.

2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi

responden.

3. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh

responden, maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dari semua

kuesioner yang sudah terkumpul.

Dalam penelitian ini digunakan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan

mengatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan

dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (RR = Ragu-Ragu),

skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

3.8 Uji Analisis Faktor

Analisis faktor adalah analisis yang bertujuan mencari faktor-faktor utama

yang paling mempengaruhi variabel dependen dari serangkaian uji yang dilakukan

atas serangkaian variabel independen sebagai faktornya.

Sharma (1996) menyatakan bahwa tujuan analisis faktor adalah menggunakan

matriks korelasi hitungan untuk : 1. Mengidentifikasi jumlah terkecil dari faktor

(55)

terbaik atau menghubungkan korelasi di antara variabel indikator. 2.

Mengidentifikasi, melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal. 3.

Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian unik dari indikator. 4.

Intrepretasi dari faktor umum. 5. Jika perlu, dilakukan estimasi faktor skor.

3.8.1 Kaiser Meyer Oikin (KMO) dan Bartlett’s Test

KMO merupakan suatu nilai yang merupakan ukuran untuk kelayakan data.

Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah

cukup untuk difaktorkan. Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antar variabel dalam kasus multivariat.

Menurut J. Supranto (2005), jika besar KMO lebih dari 0,5 maka penggunaan

analisis faktor sudah cocok untuk data tersebut. Nilai KMO yang kecil

mengindikasikan bahwa penggunaan analisis faktor harus dipertimbangkan kembali,

karena korelasi antar peubah asal tidak dapat diterangkan oleh peubah lain. Menurut

Kaiser dan Rice (1974) menetapkan kriteria pengukuran bahwa nilai KMO sebesar

0,9 adalah sangat bagus; 0,8 adalah bagus; 0,7 adalah cukup; 0,6 adalah kurang; 0,5

adalah jelek dan di bawah 0,5 tidak dapat diterima (Sharma,1996).

3.8.2 Komunalitas

Komunalitas merupakan proporsi keragaman peubah asal ke-I yang dapat

dijelaskan oleh faktor umum dan sisanya yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor

umum dijelaskan oleh faktor khusus yang melalui ragam khusus (specific variance).

(56)

oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut

proporsi atau bagian dari varian yang dijelaskan oleh faktor biasa atau besarnya

sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.

Maksud dari penjelasan variabel oleh faktor adalah seberapa besar faktor yang

nantinya terbentuk mampu menjelaskan variabel.

3.9 Uji Kualitas Data

3.9.1 Pengujian Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau

kesahihan suatu instrument, dimana sebuah instrument dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok 1998 : 120). Sedangkan menurut

Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk

pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi

kuesioner.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program

statistic, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r hitungpositif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan valid.

b. Jika r hitungpositif dan r hitung < r tabel maka butir pertanyaan dinyatakan tidak

valid.

3.9.2Pengujian Reliabilitas Data

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa

Gambar

Tabel 2.1          Rangkuman Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1          Waktu Penelitian
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah terjadi nya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, banyak masyarakat yang menuntut agar dilakukan nya reformasi ditubuh BUMN ( Badan Usaha Milik Negara )

L Sinuar Yosephus, Etika Bisnis Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer , Pustaka Obor Indonesia, 2010, hlm.. entah bisnis atau bahkan organisasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan penerapan prinsip GCG ( Good Corporate Governance ), Kemampuan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui variabel pengendalian internal, good corporate governance, budaya organisasi, dan audit manajemen berpengaruh signifikan kinerja

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh peranan audit internal, komite audit, dan dewan direksi terhadap penerapan good corporate governance sebagai variabel penelitian,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengimplementasian audit internal dalam organisasi sektor publik dan sejauh mana peran audit internal dalam

Dengan ini saya menyetakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Peran Audit Internal dan Budaya Organisasi Terhadap Penerapan Prinsip Good Corporate Governance pada PT..

Bank. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, masing‐masing insan Bank harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati. 3) Responsibility