• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus Channa striata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus Channa striata"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT INTENSITAS CAHAYA

TERHADAP PETUMBUHAN DAN SINTASAN

BENIH IKAN GABUS

Channa striata

NITA SAFITRI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus (Channa striata) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Nita Safitri

(4)

ABSTRAK

NITA SAFITRI.Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan ADANG SAPUTRA.

Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan asli perairan umum Indonesia. Permasalahan pada benih ikan gabus yaitu overfishing, terancam punah, budidaya belum berkembang dan rendahnya sintasan. Manipulasi lingkungan dengan intensitas cahaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh intensitas cahaya yang terbaik terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan gabus. Ikan uji adalah benih ikan gabus dengan rata-rata bobot dan panjang tubuh awal 0,41±0,04 g dan 3,5±0,2 cm. Ikan dipelihara dalam bak plastik sebanyak 4 ekor/liter dan diberi pakan cacing sutera secara ad libitum. Lampu yang digunakan yaitu lampu putih Phillips dengan daya 3 watt. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan terdiri dari intensitas cahaya0 lux (kontrol), intensitas cahaya 300 lux (A), intensitas cahaya 400 lux (B), intensitas cahaya 500 lux (C), dan intensitas cahaya 600 lux (D). Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan sedangkan perlakuan kontrol sebanyak 2 ulangan. Pertumbuhan dan sintasan benih ikan gabus yang terbaik diperoleh pada intensitas cahaya 500 lux.

Kata kunci: Channa striata, intensitas cahaya, pertumbuhan, sintasan

ABSTRACT

NITA SAFITRI.Effect of Light IntensityonGrowth and Survival Rate of Snakehead Fish Seed (Channa striata).Supervised by EDDY SUPRIYONO and ADANG SAPUTRA.

Snakehead fish (Channa striata) is original fish from Indonesia. The problem of snakehead fish seed are overfishing, endangered, culture technologies are undeveloped, and survival rate is low. Light intensity manipulation as environment adjustment is belived can increase the growth and survival of fish. This study was aimed to determine the appropriate light intensity for producing the best growth and survival rate of snakehead seed. Snakehead fish seed with the initial average of body weight and length are 0.41±0.04 g and 3.5±0.2 cm respectively were used. Fish were reared in the plastic tank with water volume of stocked of 4 fish each liter. Fish were fed blood worm and always available (ad libitum). White fluorescent lamp with Philips 3 watt brand was used. The study

(5)

5

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PENGARUH TINGKAT INTENSITAS CAHAYA

TERHADAP PETUMBUHAN DAN SINTASAN

BENIH IKAN GABUS

Channa striata

NITA SAFITRI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah intensitas cahaya, dengan judul Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Performa Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eddy Supriyono MSc dan Bapak Adang Saputra MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dewi Puspaningsih MSi dan Bapak Reza MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepala instansi Bapak Imam Taufik MSi dari Instalasi Penelitian Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air TawarBogor, beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mamah, Papah, Teteh, Aa dan seluruh keluarga, serta teman-teman terutama Siti Kamilla, Fatimah Zahrah, Cindy Ray, Tantri, Maulidani, Rizkyna, Nadyana, Akfin, Adien, Shella, Alit, Radhita, Rahayu, Tari, dan Fransisko atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(9)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… viii

PENDAHULUAN ……… 1

Latar Belakang ……….. 1

Tujuan Penelitian ……….. 2

METODE ………. 2

Waktu dan Tempat Penelitian ………... 2

Rancangan Penelitian …...………. 2

Materi Penelitian ………... 2

Prosedur Penelitian ………... 2

Persiapan Wadah ………. 2

Persiapan Hewan Uji ………... 3

Pemeliharaan Hewan Uji ………. 3

Parameter Uji ……… 3

Analisis Data ………. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 5

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 12

Kesimpulan ……….. 12

Saran ………. 12

DAFTAR PUSTAKA ……….. 12

LAMPIRAN ………... 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter dan alat pengukuran kualitas air ……….. 5

2 Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan gabus dengan intensitas

cahaya berbeda ………. 8

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik sintasan benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari

dengan intensitas cahaya yang berbeda ……… 6

2 Grafik laju pertumbuhan spesifik benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ……… 6 3 Grafik pertambahan panjang total benih ikan gabus setelah

dipeliharaselama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

………... 7

4 Grafik pertumbuhan bobot mutlak benih ikan gabus setelah dipeliharaselama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

………... 7

5 Grafik konversi pakan benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35

hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ……... 8

6 Sketsa gambar wadah pemeliharaan benih ikan gabus selama

pemeliharaan ……… 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Desain dan sketsa gambar wadah pemeliharaan benih ikan gabus

selama pemeliharaan ………... 14

2 Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan gabus

………..………. 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan asli perairan umum (air tawar) Indonesia. Ikan ini menjadi komoditas budidaya ekonomis karena selain sebagai ikan konsumsi, dalam dunia medis ikan gabus dipercaya berkhasiat untuk mempercepat pengeringan luka pasca operasi, dan meningkatkan daya tahan tubuh, dan lain-lain.Harga ikan gabus pada tahun 2014 di Jawa Timur berkisar antara Rp 35.000/kg sampai dengan Rp 70.000/kg (PPHP 2012). Data Statistik Kelautan dan Perikanan 2011 menunjukkan bahwa volume hasil produksi ikan gabus pada tahun 2008 - 2011 dari 3 sentra poduksi ikan gabus (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur) yaitu 11.603 ton. Namun demikian, volume produksi tersebut sebagian besar berasal dari tangkapan di alam,sedangkan volume hasil produksi ikan gabus dari kegiatan budidaya hanya berkisar 12,24% dari total produksi. Hal ini menyebabkan populasi ikan gabus di alam semakin menurun (Pusdatin KKP 2013). Selain itu,permasalahan lain yang dihadapi oleh pembudidaya yaitu rendahnya sintasan dan pertumbuhan ikan gabus(Muslim 2012). Dengan demikian perlu dilakukan langkah nyata untuk mengantisipasi masalah tersebut.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan gabus antara lain menggunakan teknik rekayasa lingkungan media pemeliharaan. Rekayasa lingkungan meliputi rekayasa kualitas fisika kimia air seperti manipulasi suhu, salinitas, pH, kesadahan, dan penambahan mineral. Salah satu teknik rekayasa lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan memanipulasi intensitas cahaya pada media pemeliharaan (Boeuf and Le-Bail 1999).

Kemampuan ikan untuk tertarik pada sumber cahaya berbeda-beda. Cahaya yang memiliki intensitas dan panjang gelombang tertentu akan mempengaruhi pergerakan atau tingkah laku ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ikan tertentu adaptifterhadap intensitas cahaya rendah, sedangkan jenis lain adaptif terhadap intensitas cahaya tinggi (Boeuf and Le-Bail 1999).Berdasarkan hasil penelitian Nurdin (2013) intensitas cahaya 550 lux dapat meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak. Menurut Boeuf and Le Bail (1999) pada umumnya intensitas cahaya tinggi akan lebih mengoptimalkan pertumbuhan.

(12)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan intensitas cahaya terbaik terhadap pertumbuhan dan sintasan benihikan gabus (Channa striata).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2014 di Instalasi Penelitian Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan metode Rancangan Acak lengkap (RAL). Penelitian ini merupakan budidaya dengan sistem terpadu yang terdiri dari empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing-masing perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan sedangkan kontrol dua kali ulangan. Berikut perlakuan dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini:

K = intensitas cahaya 0 lux A = intensitas cahaya 300 lux B = intensitas cahaya 400 lux C = intensitas cahaya 500 lu D = intensitas cahaya 600 lux

Materi Penelitian

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gabus. Benih ikan gabus yang digunakan berasal dari daerah Parung dengan bobot awal 0,41±0,04 gram dan panjang tubuh 3,5±0,2 cm. Pakan yang digunakan yaitu cacing tubificidae atau cacing sutera. Lampu yang digunakan yaitu lampu putih dengan daya 3 watt.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

(13)

3

media. Semakin tinggi jarak lampu dengan permukaan air maka semakin rendah intensitas cahaya. Bak kontrol tidak diberi lampu.Dinding wadah dilapisi plastik hitam untuk mencegah ikan agar tidakstres. Terakhir dipasang heateruntuk menstabilkan suhu media pemeliharaan.

Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan gabus berumur 30 hari yang berasal dari pembudidaya ikan di daerah Parung, Bogor. Bobot rata-rata ikan gabus yang digunakan adalah 0,41±0,04 g dan panjang 3,5±0,2 cm.Setiap wadah diisi ikan dengan kepadatan 4 ekor/liter Sebelum pemeliharaan, ikan gabus diadaptasikan selama 2 hari dalam wadah yang telah disiapkan agar terbiasa dengan lingkungan uji penelitian.

Pemeliharaan Hewan Uji

Ikan gabus dipelihara pada wadah yang sudah disiapkan.Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari dan sampling setiap 7 hari.Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan cacing sutera secaraad-libitum atau selalu tersedia dengan bantuan corong cacing. Pemberian cacing dilakukan pada pukul 08.00 WIB dan pada pukul 16.00 WIB dilakukan pengecekkan dan penambahan cacing apabila telah habis. Penimbangan sisa pakan dilakukan keesokan harinya pada pukul 08.00 WIB. Kualitas air dijaga dengan dilakukan penyiponan media pemeliharaan setiap pagi dan pergantian air kurang dari 50% sebelum dilakukannya pemberian pakan.

Parameter Uji

Parameter pengamatan penelitian adalah sintasan, laju pertumbuhan spesifik,pertumbuhanpanjang total,pertambahan bobot mutlak, konversi pakan,serta kualitas air (DO, pH, suhu, nirat, nitrit, amonia, kesadahan, dan alkalinitas). Adapun parameter kualitas air yang diukur dan alat yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Sintasan

Sintasan merupakan presentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan.Sintasan dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie1979):

S = Nt/No x 100%

Keterangan:

S = Sintasan (%)

Nt = Jumlah ikan akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

(14)

LPS = ��

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (gram) t = Waktu pengamatan (hari)

Pertambahan Panjang Total (PPT)

Pertumbuhan panjang total merupakan pertambahan panjang (selisih panjang akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang total dapat dihitung dengan rumus (Effendie1979):

L = Lt – Lo Keterangan:

L = Panjang total (cm)

Lt = Panjang rata-rata individu pada akhir penelitian (cm) Lo = Panjang rata-rata individu pada awal penelitian (cm)

Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM)

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan rumus (Weatherley 1972):

Wm = Wt – Wo Keterangan:

Wm = Bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot rata-rata individu pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot rata-rata individu pada awal penelitian (gram)

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging. Konversi pakan dapat dihitung dengan rumus (Effendie1979) :

(15)

5

Parameter Kualitas Air

Pengukuran parameter intensitas cahaya, suhu, pH, DO, amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, dan kesadahan, dilakukan setiap 7 hari sekali. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas air terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter dan alat pengukuran kualitas air

No. Parameter Metode Alat

1. Intensitas cahaya(lux) Insitu Luxmeter

2. Suhu (0C) Insitu Termometer

3. pH Insitu pH-meter

4. DO (mg/l) Insitu DO-meter

5. Amonia (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 630 nm 6. Nitrit (mg/l) Spektrofotometri Spektofotometer 543 nm 7. Nitrat (mg/l) Spektrofotometri Spektofotometer 410 nm 8. Alkalinitas (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

9. Kesadahan (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS16 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%, untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap sintasan, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, pertambahan panjang total, dan konversi pakan. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan. Sedangkan untuk data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Sintasan

(16)

Gambar 1 Grafik sintasanbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju Pertumbuhan Spesifik benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan spesifik padaperlakuan C dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan (P<0,05).

*Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan spesifikbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

Pertambahan Panjang Total

(17)

7

*Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 3 Grafik pertambahan panjang totalbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlakbenih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 5.Berdasarkan uji statistik, nilai pertumbuhan bobot mutlak padaperlakuan A, C, dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol dan B (P<0,05).

*Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 4 Grafik pertumbuhan bobot mutlakbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

Konversi Pakan

(18)

perlakuan A dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P<0,05).

*Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 5 Grafik konversi pakan benih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda

Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan gabus dengan intensitas cahaya 0 lux, 300 lux, 400 lux, 500 lux, dan 600 lux selama pemeliharaan 35 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan gabus dengan intensitas cahaya berbeda K (0 lux) 6,69-7,58 28,70-31,25 1,53-3,99 0,00-0,42 42,18-101,23 43,12-76,65 A (300 lux) 6,25-7,05 29,27-32,00 0,85-4,52 0,00-0,43 43,3-105,78 51,10-72,80 B (400 lux) 6,13-7,05 29,10-32,40 1,06-4,00 0,00-0,56 42,57-98,40 52,87-70,57 C (500 lux) 6,12-6,86 29,57-31,80 1,08-4,64 0,00-0,38 20,09-95,68 44,29-67,20 D (600 lux) 6,26-7,10 29,17-30,70 1,87-3,63 0,00-0,15 32,94-90,20 50,13-69,30

Standar 5,5-5,7 25,5-28,60C <5 <1,2 30-500 50-300

(19)

9

Pembahasan

Intensitas cahaya adalah banyaknya pancaran cahaya yang jatuh pada suatu permukaan bidang. Intensitas cahaya sangat tergantung pada jenis sumber cahaya dan jarak antara sumber cahaya dengan permukaan bidang.Semakin jauh jarak sumber cahaya dengan bidang, maka intensitasnya semakin menurun (Cayless et al.1983 dalam Sihombing 2012). Intensitas cahaya erat kaitanya dengan indera pengelihatan. Pada sebagian besar ikan, indera pengelihatan merupakan indera utama yang memungkinkan terciptanya pola tingkah laku ikan terhadap keadaan lingkunganya. Ikan lebih tertarik oleh cahaya pada keadaan lapar dan pada ikan stadia larva atau benih (Nomura et al. 1977 dalam Sihombing 2012).

Sintasan merupakan presentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan. Sintasan benih ikan gabus selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang beragam untuk setiap perlakuan. Sintasan semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) untuk setiap perlakuan (Lampiran 3). Sintasan tertinggi diperoleh pada perlakuan C(500 lux) yaitu 94,33%. Sintasan terendah diperoleh pada perlakuan B (400 lux) yaitu 80,00%. Hasil ini berbanding lurus dengan hasil penelitian Nurdin (2013) yaitu intensitas cahaya terbaik untuk pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak yaitu pada intensitas cahaya 550 lux. Kematian benih ikan gabus terjadi diduga karena pada awal pemeliharaan ikan belum dapat beradaptasi dengan pemberian intensitas cahaya yang intensif sehingga mengalamin stres dan menurunkan daya tahan tubuh ikan. Menurut Boeuf and Le Bail (1999), pada umumnya intensitas cahaya tinggi akan lebih mengoptimalkan pertumbuhan, namun intensitas cahaya yang intensif dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kematian.

Perbedaan intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan gabus. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) merupakan persentase pertambahan bobot setiap harinya selama pemeliharaan. Berdasarkan Gambar 3, hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan C (500 lux) dan D (600 lux) memiliki nilai LPS yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P<0,05) (Lampiran 3). Nilai LPS tertinggi diperoleh pada perlakuan C (500 lux) yaitu 5,65±0,58% dan terendah pada K (0 lux) yaitu 4,68±0,38%. Hal ini diduga karena benih ikan gabus lebih dapat beradaptasi dengan intensitas cahaya tersebut sehingga dapat mengoptimalkan ikan dalam mencari makanan dan meningkatkan jumlah konsumsi pakan ikan gabus. Menurut Boeuf and Le Bail (1999), cahaya mempengaruhi pertumbuhan ikan dan merangsang nafsu makan ikan serta sebaliknya.

(20)

Nilai PBM tertinggi diperoleh pada perlakuan C (500 lux) yaitu 2,32±0,57 g. Nilai PBM terendah diperoleh pada kontrol yaitu1,59±0,03 g. Hal ini menunjukkan bahwa nilai PPT dan PBM sejalan dengan nilai LPS yang didapatkan, dengan nilai tebaik diperoleh pada perlakuan C (500 lux). Hal ini diduga intensitas cahaya pada perlakuan tersebut merupakan intensitas cahaya optimal yang dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus, karena dapat memperluas jarak pandang dan memudahkan ikan dalam mencari atau memangsa makanannya. Sehingga, dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi, maka pertumbuhan ikan akan semakin meningkat dan daya tahan tubuh ikanpun semakin kuat, sehingga dapat meningkatkan sintasan benih ikan gabus. Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan hasil penelitian Nurdin (2013) yaitu intensitas cahaya 550 lux merupakan intesnitas cahaya optimal dalam pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak.

Pertumbuhan yang baik didukung dengan nilai konversi pakan yang baik. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging (Sena et al. 1995). Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas ikan dalam mencari makanan (Nomuraet al. 1977

dalam Sihombing 2012). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan A (300 lux) dan D (600 lux) memiliki nilai konversi pakan yang berbeda nyata dengan perlakuan K (kontrol) yaitu (P<0,05) (Lampiran 3). Nilai konversi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan D (600 lux) yaitu 4,56±0,95 dan terburuk diperoleh pada kontrol perlakuan kontrol yaitu 7,29±1,62. Nilai konversi pakan dengan menggunakan pakan cacing sutera relatif tinggi dibandingkan dengan pakan buatan. Berdasarkan penelitian Nurdin (2013) nilai konversi pakan ikan tengadak yang diberi pakan komersil pada intensitas cahaya 550 lux relatif lebih rendah yaitu 1,9±0,03. Sama halnya dengan penelitian Wahyudi (2010) yang menyatakan bahwa nilai FCR pada ikan nila merah pada pakan komersil dengan penembahan Exaten-F menunjukan nilai sebesar 1,70. Hal ini diduga karena tingginya kadar air pada pakan alami yaitucacing sutera. Sehingga jumlah pakan (kg) yang diberikan relatif lebih banyak karena persentase kandungan nutrisi dalam pakan relatif sedikit dibandingkan jumlah bobot cacing. Nilai FCR yang diperoleh pada penelitian intensitas cahaya benih ikan gabus ini sejalan dengan nilai LPS yang diperoleh. Meskipun nilai terbaik pada perlakuan D (600 lux) tetapi secara statistik nilainya tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan perlakuan C (500 lux). Hal ini diduga pada saat pemberian pakan benih ikan gabus pada perlakuan C (500 lux) mendapat porsi lebih banyak dari perlakuan lainya karena nafsu makan yang lebih tinggi. Namun, feses yang dihasilkan juga tinggi sehingga nilai FCR yang dihasilkan tidak menunjukan hasil yang terbaik. Menurut Boeuf and Le Bail (1999), cahaya mempengaruhi pertumbuhan juga merangsang nafsu makan pada ikan.

(21)

11

di alam hidup pada perairan dengan pH berkisar antara 5,5-6,7. Kisaran pH air pada media pemeliharaan dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan literatur namun kisaran tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan gabus. Hasil pengukuran suhu air yang diperoleh berkisar 25,5 – 28,6 0C pada media perlakuan intensitas cahaya berbeda. Menurut Bijaksana (2011), ikan gabus masih dapat mentoleransi media dengan suhu antara 25,5-28,6 0C. Kisaran suhu media pemeliharaan pada penelitian ini masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi untuk budidaya ikan gabus. Hasil pengukuran Oksigen terlarut (DO)pada media pemeliharaan berkisar antara 0,85 – 4,64 mg/L untuk perlakuan intensitas cahaya berbeda. Bijaksana (2011) menyatakan bahwa ikan gabus dapat bertahan hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah yang kurang dari 5 mg/L. Kisaran DO tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan gabus. Hal tersebut diduga karena ikan gabus memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut diverticula yang dapat memanfaatkan oksigen yang diambil langsung dari udara bebas. Sehingga kekurangan DO pada media pemeliharaan dapat diatasi dengan pemanfaatan oksigen langsung dari udara oleh ikan gabus.

Hasil pengukuran amonia (NH3) pada media pemeliharaan benih ikan

gabus berkisar 0,00-0,56 mg/L pada perlakuan dengan intensitas cahaya berbeda. Boyd (1988) menyatakan bahwa kisaran amonia yang baik untuk perairan yaitu <1,2 mg/L. Peningkatan amonia yang terjadi masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus. Nilai alkalinitas media pemeliharaan benih ikan gabus bersisar 20,09-105,78 mg/L CaCO3. Menurut Boyd (1988), kisaran

alkalinitas yang baik untuk perairan yaitu 30-500 mg/L CaCO3. Nilai kisaran

alkalinitas yang diperoleh masih dalah kisaran kesadahan yang baik untuk perairan. Berdasarkan hasil nilai kesadahan yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar 43,12-76,65 mg/L CaCO3. Menurut Boyd (1988), kisaran kesadahan

yang baik untuk perairan yaitu 50-300 mg/L CaCO3. Nilai kisaran yang diperoleh

masih dalam kisaran normal dan dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus.

(22)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya 500 luxmerupakan intensitas cahaya terbaik untuk kegiatan pendederan benihikan gabus (Channa striata) dengan nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu 5,65%, sintasan yang tinggi 94,33%, serta keuntungan ekonomi tertinggi yaitu sebesar Rp 175.022 dengan R/C rasio 1,12.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lama penyinaran (photoperiode) dalam pemeliharaan benih ikan gabus (Channa striata) untuk mendapatkan hasil yang optimal pada intensitas cahaya 500 lux.

DAFTAR PUSTAKA

Bijaksana U, 2011. Pengaruh Beberapa Parameter Air Pada Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striata) di Dalam Wadah Budidaya [skripsi]. Banjarbaru (ID): Universitas Lambung Mangkurat.

Boeuf G, Le-Bail PY. 1999. Does Light Have an Influence on Fish growth?.Aquaculture, 177: 129-152.

Boyd EC. 1988. Water quality in warmwater fish ponds. Fourth Printing. Alabama(US): Auburn University Agricultural Experiment Station.

Effendie, I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor, 112 hlm. Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, dan Steiner PO. 1995. Pengantar

Mikroekonomi. Edisi Kesepuluh, Diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana & Kirbrandoko. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mundheim M, Akses A, & Hope B. 2004. Growth, Feed Afficiency and Digestibility in Salmon (Salmo salar L.) Fed Different Dietary Proportions of Vegetable Protein Sources in Combination with Two Fish Meal Qualitie. Aquaculture, 237: 315-331.

Muslim, Syaifudin M. 2012. Domestikasi Calon Induk Gabus (Channa striata) dalam Lingkungan Budidaya (Kolam Beton) [jurnal]. Palembang (ID): Universitas Sriwijaya

Nurdin, M. 2013. Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii[thesis].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[PPHP] Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2012. Warta Perikanan Indonesia: Bagusnya Ikan Gabus. Kementerian Kelautan dan Perikanan,86: 4-5.

(23)

13

Sena S, Silva D, Anderson TA. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture.

Sihombing, ME. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air dengan Senter Light Emitting Diode pada Raksi Fototaksis Ikan di Prairan Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wahyudi, T. 2010. Pengaruh Pemberian Exato-F pada Pakan dengan Dosis yang Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan dan FCR Jouvenil Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) [jurnal]. Lamongan (ID): Universitas Islam Lamongan. Weatherley, L.A. 1972. Growth and ecologyof fish population. Academic press.

(24)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain dan sketsa gambar wadah pemeliharaan benih ikan gabus selama pemeliharaan.

Gambar 6 Sketsa wadah pemeliharaan

Lampiran 2. Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan gabus

Keterangan:

Produksi 6 kali/tahun

No Rincian Biaya Pengeluaran

Perlakuan

K (0 lux) A (300

lux) B (400 lux)

C (500

lux) D (600 lux)

1. Cacing Sutra 36,120 117,600 121,800 130,200 110,460

2. Benih 360,000 1,036,800 1,036,800 1,036,800 1,036,800

3. Set aerasi 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000

4. Blower 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

5. Listrik 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

6. Trash bag 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000

7. lampu - 54,000 54,000 54,000 54,000

(25)

15

5. Penerimaan (Rp) 510,000 1,589,760 1,382,400 1,630,022 1,503,360

6. Keuntungan (Rp) (120,000) 147,360 -64,200 175,022 68,100

7 R/C 0.81 1.10 0.96 1.12 1.05

Perlakuan Biaya tetap (Rp)

Lampiran 3. Hasil Uji ANOVA

Keterangan:

PBM= Pertumbuhan Bobot Mutlak PPT= Pertambahan Panjang Total LPS= Laju Pertumbuhan Spesifik FCR= Konversi Pakan

 Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM), Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS), dan Pertambahan Panjang Total (PPT)

(26)

PBM

Duncan

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2

K 20 1.5900

B 30 1.7367

A 30 2.1367

D 30 2.2133

C 30 2.3333

Sig. .152 .069

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

LPS

Duncan

Perlaku

an N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

K 20 4.6845

B 30 5.0683

A 30 5.3527

D 30 5.6040

C 30 5.6510

Sig. 1.000 1.000 1.000 .705

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

PPT

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

K 20 3.0050

A 30 3.2233 3.2233

B 30 3.2300 3.2300

C 30 3.3800

D 30 3.4300

(27)

17

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Sintasan Between Groups 396.528 4 99.132 1.051 .433

Within Groups 848.527 9 94.281

Total 1245.055 13

FCR Between Groups 15.904 4 3.976 4.192 .035

Within Groups 8.537 9 .949

Total 24.441 13

Sintasan

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1

B 3 79.5167

K 2 85.0000

D 3 86.8033

A 3 92.0167

C 3 94.0967

Sig. .139

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

FCR

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

D 3 4.5600

A 3 4.6633

C 3 5.0633 5.0633

B 3 6.6767 6.6767

K 2 7.2950

Sig. .578 .085 .477

(28)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 April 1992 sebagai anak bungsu dari bapak Teddy Subandi dan ibu Eros Rostianah.Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus SNMPTN dan diterima di IPB Departemen Bididaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten fisika kimia perairan pada tahun ajaran 2013/2014 dan manajemen akuakultur tahun ajaran 2013/2014. Bulan Mei-Juni 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur di Balai Budidaya Laut Lombok (BBL Lombok) dengan judul Budidaya Tiram Mutiata (Pinctada maxima).

Penulis juga aktif mengikuti lomba. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialan juara II kompetisi aerobik dan juara II kompetisi tarian tradisional tingkat fakultas perikanan dan ilmu kelautan tahun 2012/2013.

Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan ini berjudul

“Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih

Gambar

Tabel 1. Parameter dan alat pengukuran kualitas air
Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan spesifikbenih ikan gabus setelah dipelihara
Gambar 3 Grafik pertambahan panjang totalbenih ikan gabus setelah dipelihara
Gambar 5 Grafik konversi pakan benih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan alkalinitas 50-55 mg/L CaCO3 diduga merupakan konsentrasi alkalinitas yang optimal untuk pertumbuhan larva ikan gabus, karena ikan berada pada keadaan mendekati

Berdasarkan pengamatan respon ikan gabus ( C. striata ) terhadap pakan uji menunjukkan bahwa ikan gabus lebih menyukai pakan uji yang ditambahkan dengan bahan atraktan cumi

Ikan gabus merupakan ikan labirin yang mampu bertahan di luar air, karena mempunyai alat pernafasan tambahan yang berupa lipatan kulit tipis yang berliku- liku seperti

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan ikan rucah air tawar dan ikan rucah air laut sebagai pakan benih ikan gabus terhadap pertumbuhan dan

Adapun perubahan nilai kadar protein daging giling ikan gabus dengan penambahan larutan kitosan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1.. Kadar protein daging

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui responmakan, jumlahpakan yang dikonsumsi, pertumbuhan, efisiensi pakan, kelangsungan hidup benih ikan gabus yang diberi

Hal ini membuktikan bahwa penambahan vitamin C mampu meningkatkan pertumbuhan ikan gabus dan pada dosis tertinggi dari perlakuan tidak mempengaruhi kelangsungan

Adapun perubahan nilai kadar protein daging giling ikan gabus dengan penambahan larutan kitosan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1.. Kadar protein daging