• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan pada keluarga miskin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan pada keluarga miskin"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

PADA KELUARGA MISKIN

NENGGI OKTA PRAMUDITA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan pada Keluarga Miskin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)

ABSTRAK

NENGGI OKTA PRAMUDITA.Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan pada Keluarga Miskin. Dibimbing oleh HARTOYO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga miskin pada wilayah desa dan kota. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Penarikan contoh dilakukan menggunakan stratified random sampling dengan status kesejahteraan sebagai kriteria stratifikasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Indramayu. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak terakhir balita, contoh penelitian ini adalah 60 keluarga miskin. Hasil penelitian menunjukkan srategi nafkah yang banyak digunakan pada keluarga miskin di desa dan kota adalah strategi rekayasa sumber nafkah dan pola nafkah ganda. Meskipun mereka miskin, namun lebih dari separuh keluarga merasa secara subjektif sejahtera. Faktor yang mempengaruhi jumlah strategi nafkah yang digunakan keluarga meliputi pendidikan suami, besar keluarga, dan modal sosial. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan subjektif istri adalah besar keluarga, lama pendidikan suami, dan modal fisik. Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesejahteraan subjektif suami adalah lama pendidikan istri dan modal manusia.

Kata kunci: strategi nafkah, kesejahteraan subjektif, modal aset

ABSTRACT

NENGGI OKTA PRAMUDITA. Livelihoods Strategies and Levels of Well-being of Poor Families. Supervised by HARTOYO.

The objective of this research is to assess the livelihood strategies of poor families and welfare levels in different areas. This research used a cross-sectional study design. Stratified random sampling with the welfare status of the family as stratification criteria is used. This research was conducted in Bogor and Indramayu Regency. Sample of the reseacrh are families with the last children is under five years old, the number of respondents are 60 families. The results showed that livelihood strategies widely used in poor families in rural and urban are source of income engineering and multiple livelihood patterns strategies. Even though they are poor families, more than half of families feel better subjective well-being level. Factors which affected the number of livelihood strategies applied by families are education of husband, family size, and social capital. Factors which affect the wife level of subjective well-being applied by families are family size, education of husband, and physical capital. Meanwhile the factors that the affect the level of husband subjective well-being are education of wife and human capital.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

STRATEGI NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

KELUARGA MISKIN

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Tidak mudah untuk membuat suatu penelitian sebagai tugas akhir (skripsi) untuk mendapatkan gelar sarjana bidang Ilmu Keluarga dan Konsumen di Insitut Pertanian Bogor. Membutuhkan kesabaran, semangat yang lebih besar lagi, dan doa yang tiada hentinya diucapkan. Namun penulis yakin bahwa tidak ada jalan yang tidak berujung. Alhamdulilah dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, serta usahan dan doa yang tiada hentinya penulis telah menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan pada Keluarga Miskin”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimaksih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang berhak mendapatkannya, atas segala bantuan dan jasanya sehingga tugas ini bisa terselesaikan. Penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik, dengan segala kesabaran dan arahan membimbing penulis sehingga banyak memberikan pencerahan tentang banyak hal.

2. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi yang telah berkenan memberikan masukan yang berarti dalam penulisan karya ini.

3. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah berkenan memberikan saran dan masukan yang berarti untuk perbaikan penulisan karya ini.

4. Seluruh Dosen dan Staff Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan pembelajaran dan ilmu yang bermanfaat.

5. Bapak Sri Baskoro dan Ibu Suyatni, Oki Melandani, dan Ai Yosi Tanjung sebagai keluarga yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doa untuk penulis.

6. Pihak beasiswa bidik misi atas bantuan dana selama penulis menunut ilmu di Institut Pertanian Bogor.

7. Teman-teman IKK 47 dan temen seperjuangan penelitian, Wida, Ulfa, dan Dian, atas waktu, kebersamaan, dan motivasinya serta kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Demikian ucapan terima kasih penulis yang dipersembahkan dari hati, Allah SWT akan membalas semuanya dengan kebaikan. Semoga penelitian ini akan memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE PENELITIAN 7

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 7

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 10

Pengolahan dan Analisis Data 11

Definisi Operasional 13

HASIL PENELITIAN 14

Modal Aset Keluarga Contoh 18

Strategi Nafkah Keluarga Contoh 24

Tingkat Kesejahteraan Subjektif Keluarga Contoh 25 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan

Suami-Istri pada Keluarga Contoh 26

KESIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 39

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat 3 2 Jenis dan pengumpulan data variabel penelitian 10 3 Sebaran karateristik contoh dan keluarga berdasarkan karateristik

wilayah 15

4 Sebaran pencari nafkah utama keluarga berdasarkan karateristik wilayah 16 5 Sebaran suami berdasarkan jenis pekerjaan suami di karateristik wilayah

yang berbeda 16

6 Sebaran istri berdasarkan jenis pekerjaan di karateristik wilayah yang

berbeda 17

7 Sebaran suami dan istri berdasarkan pendidikan di karateristik wilayah

yang berbeda 17

8 Sebaran kepemilikan modal alam keluarga contoh berdasarkan

karateristik wilayah 19

9 Sebaran kepemilikan modal finansial keluarga contoh berdasarkan

karateristik wilayah 20

10 Sebaran sumber kredit/hutang keluarga contoh berdasarkan karateristik

wilayah 20

11 Sebaran kepemilikan asuransi keluarga contoh berdasarkan karateristik

wilayah 21

12 Sebaran kepemilikan sumber dana darurat keluarga contoh berdasarkan

karateristik wilayah 21

13 Sebaran kepemilikan modal sosial keluarga contoh berdasarkan

karateristik wilayah 22

14 Kepemilikan modal manusia keluarga contoh berdasarkan karateristik

wilayah 22

15 Kepemilikan modal fisik keluarga contoh berdasarkan karateristik

wilayah 23

16 Sebaran responden berdasarkan kepemilikan rumah pada wilayah yang

berbeda 21

17 Sebaran responden berdasarkan kepemilikan alat elektronik pada

wilayah yang berbeda 22

18 Sebaran strategi nafkah keluarga contoh 25

19 Sebaran kesejahteraan subjektif keluarga contoh 26 20 Koefisien model regresi pengaruh karateristik keluarga terhadap

strategi nafkah 27

21 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi kesejahteraan subjektif istri 27

22 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi kesejahteraan subjektif suami 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga

miskin 7

2 Alur pemilihan lokasi dan penarikan contoh 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Model kerangka suistainable livelihood 39

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan keluarga yang merupakan sebuah unit terkecil dalam masyarakat memiliki peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Menurut Hartoyo (2009), posisi keluarga termasuk dalam sebuah sistem yang rentan mengalami permasalahan baik dalam ranah internal maupun eksternal keluarga. Permasalahan di keluarga mencakup kemiskinan dan kualitas sumberdaya manusia yang rendah, yang menyebabkan kurangnya keberfungsian keluarga secara optimal. Merujuk terhadap hal tersebut, banyak di antara keluarga masih hidup dalam kemiskinan yang identik dengan ketidak-cukupan sumberdaya untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Kemiskinan yang dialami keluarga juga berdampak pada permasalahan sosial lainnya karena kemiskinan merupakan permasalahan yang multidimensional dan multisektoral. Dengan demikian, kemiskinan dan tekanan ekonomi yang besar membawa keluarga dalam ketidak-tahanan yang lebih besar (Hartoyo 2009).

Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin. Sesuai dengan Millenium Development Goals yang memiliki salah satu tujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan. Banyak program yang digalakan oleh pemerintah untuk mendukung penurunan tingkat kemiskinan, salah satunya program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Penangulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah saat ini belum mampu mengcover seluruh masyarakat miskin yang ada di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika 2013, jumlah penduduk miskin yang berada di Jawa Barat sebesar 9.61 persen atau 4 382 648 orang, yang mana terbagi dalam penduduk miskin perkotaan sebesar 2 626 162 orang (8.69 persen) dan penduduk miskin pedesaan 1 756 486 orang (11.42 persen) pada bulan Maret 2013. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk penurunan kemiskinan telah dilaksanakan namun masalah kemiskinan tidak kunjung selesai, besarnya penduduk miskin saat ini menimbulkan sebuah pertanyaan mungkinkah pembangunan yang dilaksanakan pemerintah mengalami kegagalan (Widodo 2009).

(14)

2

(income poverty) dan pekerjaan (jobs), namun lebih holistik memahami bagaimana kehidupan orang miskin (Widiyanto 2009).

Keterbatasan dan kerentanan yang dimiliki dapat menjadikan keluarga terjebak dalam kemiskinan. Keluarga harus berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan berupaya untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Tidak hanya pemerintah yang harus berusaha untuk menangani kemiskinan namun perlu juga adanya usaha individu agar mampu keluar dari kemiskinan dan menuju kesejahteraan keluarga. Menurut Iskandar (2007) kesejahteraan keluarga merupakan suatu keadaan yang relatif tercukupi atau kondisi dimana seseorang berusaha untuk melepaskan diri dari semua tekanan, kesulitan, kesukaran, dan gangguan. Kesejahteraan keluarga dapat dicapai ketika keluarga mampu mengelola dengan baik sumberdaya atau aset yang dimilikinya (Hartoyo 2009). Menurut Saragih, Lassa, dan Ramli (2007), unit keluarga atau komunitas tertentu melangsungkan hidup dan penghidupannya dengan bertumpu kepada berbagai aset yang dimilikinya, baik secara material dan non-material melekat pada unit yang dimaksud. Aset tersebut termasuk didalamnya adalah modal sosial, modal alam, modal manusia, modal finansial ekonomi, dan modal fisik insfrastruktur.

Sekarang ini banyak kajian terkait bagaimana cara masyarakat untuk bertahan dan memperbaiki kehidupannya (Widiyanto 2009). Taktik dan aksi yang diciptakan oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan disebut strategi nafkah atau livelihood strategy (Dharmawan 2007). Penelitian terdahulu banyak membahas bagaimana strategi nafkah yang dilakukan oleh masyarakat miskin maupun tidak miskin dalam upaya untuk mempertahankan hidup baik di pedesaan maupun perkotaan.

Penghidupan masyakat dibentuk atau ditopang oleh berbagai kekuatan dan faktor yang beragam dimiliki oleh keluarga yang dengan sendirinya terus berubah. Kekuatan dan faktor tersebut diantaranya merupakan aset-aset (sering juga disebut capital asset, modal dasar atau sumber daya majemuk) keluarga, dengan mengkombinasikan aset-aset tersebut akan menghasilkan capaian penghidupan yang mereka harapkan dan strategi-strategi penghidupan yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan ideal tersebut yakni tercapainya kondisi yang aman (kesejahteraan keluarga) (Saragih, Lassa, dan Ramli 2007).

Pilihan strategi nafkah sangat ditentukan oleh ketersediaan akan sumberdaya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah tersebut. Menurut Dharmawan (2001), sumber nafkah rumahtangga sangat beragam (multiple source of livelihood), karena rumahtangga tidak tergantung hanya kepada satu pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak mampu memenuhi semua kebutuhan rumahtangga. Namun demikian dengan keterbatasan kualitas sumberdaya manusia, seringkali kepala atau anggota rumahtangga memiliki akses yang terbatas terhadap sumber-sumber nafkah.

Scoones (1998) membagi konsep modal menjadi lima modal aset, yaitu modal alam, modal fisik, modal manusia, modal keuangan, dan modal sosial. Berdasarkan kelima modal tersebut, modal keuangan dan modal manusialah yang

(15)

3

sosial menurut De Haan (2012) mendefinisikan modal sosial dapat memfasilitasi tindakan aktor-aktor di dalam struktur sekaligus menetapkan aktor-aktor tersebut dalam aspek-aspek struktural. Singkatnya modal sosial diartikan sebagai kegiatan tolong-menolong antar tetangga, organisasi keagamaan, arisan, dan sebagainya (Stephanie 2008). Akses terhadap kelima modal dan penggunaaan modal tersebut yang didukung oleh faktor sosial dan faktor luar lainnya seperti pasar yang akan membentuk strategi nafkah (Ellis 1998).

Setiap wilayah memiliki strategi nafkah atau strategi penghidupan yang berbeda-beda, hal tersebut memperlihatkan bahwa struktur agaria ataupun demografi mempengaruhi bagaimana strategi nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga dengan tujuan akhir adalah kesejahteraan keluarga. Pernyataan tersebut sejalan dengan Masithoh (2005) yang menyatakan bahwa perbedaan strategi nafkah tergantung kepada sumberdaya yang dimiliki pada sebuah komunitas, dapat berupa keberadaan dimensi ekologi, struktur sosial, sosial-kultural, ekonomi, serta sistem pertanian, struktur agraria yang dapat mempengaruhi derajat kehidupan.

Salah satu alasan mengapa studi terkait srategi nafkah menarik untuk dilakukan adalah penerapan strategi nafkah pada rumahtangga miskin berbeda-beda sesuai dengan capital asset yang dimilikinya (Musyarofah 2006). Strategi nafkah yang berbeda-beda pada demografi yang berbeda merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Studi strategi nafkah ini, menelaah mengenai strategi nafkah yang diterapkan oleh rumahtangga miskin pada demografi yang berbeda dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga menuju kesejahteraan keluarga. Melalui studi ini diharapkan mampu mengetahui berbagai potensi dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup menuju kesejahteraan keluarga sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengabilan keputusan untuk meminimalisir kemiskinan yang semakin meningkat.

Perumusan Masalah

Jawa Barat merupakan lima besar provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbesar di Indonesia, sebesar 4 382 650 orang miskin berada dalam kondisi miskin baik di perkotaan maupun pedesaan (BPS 2013). Berikut data lima teratas jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat yang tercermin dalam Tabel 1. Kabupaten Bogor dan Indramayu merupakan deretan lima teratas yang mewakili penduduk miskin terbesar di Jawa Barat. Beberapa perbedaan kunci antara rumahtangga miskin dan tidak miskin, yaitu terkait pendidikan, ketenakerjaan, ukuran rumahtangga, akses terhadap pelayanan, jaminan kepemilikan, dan kondisi perumahan (Menkokesra 2013). Kemiskinan yang terjadi tidak hanya berada di pedesaan saja, tetapi juga perkotaan. Kendati menurut BPS (2013) menyatakan bahwa kebanyakan penduduk miskin berada dipedesaan.

Tabel 1 Jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin

1 Bogor 537 750

2 Cirebon 435 500

3 Garut 365 390

4 Bandung 349 110

5 Indramayu 319 530

(16)

4

Pendapatan yang rendah membuat keterbatasan masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan khusunya kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, dan papan. Selaras dengan harga kebutuhan bahan pokok yang semakin meningkat, memaksa masyarakat miskin memiliki pekerjaan ganda. Pilihan tersebut dilakukan untuk mempertahankan hidup menuju kesejahteraan keluarga. Selain permasalahan ekomoni, masyarakat miskin juga mengalami permasahan kurangnya akses terhadap pendidikan, kesehatan, akses keluar (luar daerah/kota), dan rendahnya keterampilan sehingga memicu masih rendahnya kesempatan kerja dengan penghasilan yang memadai karena dewasa ini banyak perusahaan ataupun unit usaha yang mensyaratkan tingkat pendidikan dan ketrampilan tertentu. Salah satu upaya untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya pada tingkat masyarakat yang bekerja di bidang menengah kebawah yaitu dengan mengupayakan peningkatan kesejahteraan penduduk (Aniri 2008).

Mardiyaningsih (2003) menunjukan bahwa mereka yang memiliki keunggulan dalam percapaian tingkat ekonomi, memiliki kelenturan dalam menyusun strategi bertahan hidup (livelihood strategy). Hal tersebut menunjukan bahwa mereka yang memiliki kelenturan dalam struktur nafkah (livelihood strategy) akan menunjukan tingkat stabilitas ekonomi yang lebih baik. Faktanya, mereka dari lapisan ekonomi menengah ke atas menunjukan kinerja yang lebih baik dalam bernafkah. Melalui penerapan berbagai startegi nafkah yang bertumpu pada sumberdaya yang dimiliki, rumahtangga petani berhasil menigkatkan derajat kesejahteraannya (Dharmawan 2001). Madiyaningsih (2003) juga menyatakan bahwa faktor kesejahteraan sosial ekonomi dan kelimpahan modal (available resources) yang dimiliki oleh masing-masing rumahtangga akan menentukan strategi nafkah yang dipilih ke depan.

Banyak upaya yang dilakukan oleh masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau mewujudkan keadaan hidup yang lebih layak. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan pola nafkah ganda, memperkerjaan anggota lain dalam keluarga, migrasi, dan masih banyak upaya lainnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Musyarofah (2006) yaitu strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga miskin adalah strategi nafkah non-tunggal yaitu kombinasi dari strategi nafkah yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidup rumahtangga, diantaranya pola nafkah ganda, pemanfaatan jaringan sosial, pemanfaatan kelembagaan ekonomi, berdagangan, berhutang, menjual asset rumahtangga. Melalui modal asset yang dimiliki (modal fisik, modal manusia, modal sosial, dan modal finansial) rumahtangga miskin membangun startegi nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Strategi nafkah pada rumahtangga miskin didasarkan pada ketersediaan sumber nafkah yang dapat diakses dengan segala keterbatasannya (Musyarofah 2006).

(17)

5

1. Bagaimana rumahtangga melakukan strategi nafkah sebagai strategi bertahan hidup dengan memanfaatkan modal asset yang dimiliki pada wilayah yang berbeda?

2. Bagaimana kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada wilayah yang berbeda?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nafkah dan kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada wilayah yang berbeda?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga miskin.

Tujun khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi strategi nafkah keluarga miskin dengan memanfaatkan modal asset yang dimiliki keluarga miskin pada dua wilayah yang berbeda. 2. Mengidentifikasi kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada dua wilayah

yang berbeda.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nafkah dan kesejahteraan subjektif keluarga miskin pada wilayah yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna untuk memahami permasalahan yang terjadi dalam komunitas masyarakat miskin di Desa Lokasi Penelitian, kemudian menganalisis strategi nafkah keluarga yang dilakukan oleh masyarakat miskin agar sejahtera dan tetap survive dalam kehidupannya. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau rujukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Sedangkan bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat memberikan alternatif dan strategi dalam melakukan pembinaan dan pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

KERANGKA PEMIKIRAN

(18)

6

strategi nafkah yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin dalam upaya untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya.

Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, penelitian ini ingin membuktikan secara ilmiah apakah strategi nafkah yang dilakukan rumah tangga miskin mempunyai potensi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga secara subjektif pada rumahtangga miskin. Selain itu, dengan melihat pada asumsi bahwa kelima modal asset sebagai sumber nafkah dalam rumah tangga akan mempengaruhi strategi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga miskin. Identifikasi sumber-sumber nafkah ini dilakukan untuk melihat sumber-sumber nafkah apa saja yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terkait aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga berkaitan dengan ketersediaan sumber nafkah rumahtangga. Studi aktivitas nafkah dilakukan untuk mengidentifikasi strategi nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga dalam bertahan hidup, selain itu juga untuk melihat pemanfaatan sumber nafkah rumah tangga terhadap strategi nafkah yang dilakukan, serta bagaimanakan wilayah yang berbeda dapat mempengaruhi modal asset yang dimiliki dan strategi nafkah yang digunakan.

(19)

7

Keterangan:

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga miskin

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study, yaitu penelitian pada objek yang berbeda dengan pengukuran variabel-variabel penelitian dilakukan dalam satu kali waktu secara bersamaan. Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari penelitian Hartoyo, et al. (2013) yang berjudul “Transfer

Karateristik Keluarga

- Usia anggota keluarga - Pendidikan anggota keluarga - Besar Keluarga anggota keluarga - Pekerjaan anggota keluarga - Pendapatan anggota keluarga

Tempat tinggal

Desa Kota

Strategi Nafkah Tipe Modal

Rumahtangga

- Modal Fisik - Modal Finansial - Modal Alam - Modal Sosial - Modal Manusia

(20)

8

Kemiskinan Antar Generasi Di Desa dan Kota”. Pelaksanaan penelitian ini berada

pada dua lokasi yang berbeda secara demografi di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Indramayu.

Provinsi Jawa Barat dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan lima besar provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia dan merupakan tiga besar provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbayak. Kabupaten Bogor dan Indramayu dipilih dengan pertimbangan kesesuaian karateristik wilayah yang diharapkan dapat dibandingkan yaitu wilayah dataran tinggi dan wilayah dataran rendah. Pemilihan kedua kabupaten tersebut dengan pertimbangan kedua kabupaten tersebut memiliki proposi penduduk miskin yang tinggi di Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dari masing-masing kabupaten akan dipilih wilayah yang mewakili daerah kota dan desa. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Juni 2014 dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di Provinsi Jawa Barat. Contoh dalam penelitian ini adalah 60 keluarga miskin terpilih yang tersebar dalam empat lokasi penelitian berdasarkan status kesejateraan miskin dan tidak miskin menurut penerima bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) dari pemerintah. Terdapat pro dan kontra dalam permasalahan terkait pendapatan rumah tangga miskin, salah satunya permasalahan yang dihadapi oleh BPS dalam menentukan penerima dana BLSM oleh pemerintah. Munculnya beberapa kasus terkait dengan penerima dana BLSM, banyak masyarakat yang megeluh tentang ketidak adilan dalam pembagian dana BLMS, yang mana banyak keluarga yang tidak layak memperoleh dana BLMS justru memperolehnya. Sedangkan rumah tangga yang seharusnya mendapatkan dana terebut, ternyata tidak memperolehnya. Sebenarnya kasus ini sebelumnya telah terjadi dalam program BLT yang lebih dulu dilaksanakan, kasus ini terjadi karena adanya

human error” atau kolusi dan nepotisme (Alfiasari 2007). Dalam pengukuran penerima BLSM sesuai dengan 14 kriteria rumah tangga miskin yang ditentukan oleh BPS. Berdasarkan alasan ini, rumah tangga miskin yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu rumah tangga miskin penerima BLSM tahap II yang dilakukan pada bulan Agustus 2013.

(21)

Keterangan: Contoh dalam penelitian ini adalah penerima BLSM

(22)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli (langsung dari responden) yang memiliki informasi atau data tersebut (Idrus 2009). Data primer merupakan hasil survei Transfer Kemiskinan Antargenerasi Di Desa dan Kota oleh Hartoyo et al 2013. Penelitian ini menggunakan sebagian data yang memungkinkan dalam analisis pengaruh strategi nafkah terhadap kesejahteraan keluarga miskin pada wilayah yang berbeda. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada suami dan istri dari keluarga contoh dengan panduan kuesioner, data tersebut meliputi: karateristik sosio-demografi keluarga, kepemilikan asset, strategi nafkah keluarga (livelihood strategy), dan kesejahteraan subjektif keluarga (Tabel 2).

Tabel 2 Jenis dan pengumpulan data variabel penelitian Variabel Data yang diteliti Alat Bantu dan

Skala Data Keterangan

b.Pendidikan Interval (tahun) [0] Tidak tamat sekolah [1] Tidak tamat SD [2] SD/sederajat [3] SMP/sederajat [4] SMA/sederajat [5] Akademi/diploma/PT c. Pekerjaan Rasio [1] Pekerjaan utama

[2]Pekerjaan tambahan c.Lama pernikahan Rasio (tahun) d. Pendapatan keluarga Rasio

(Rp/bulan)

(23)

11

Kepemilikan aset rumahtangga diukur melalui kepemilikan modal, yaitu modal fisik, modal finansial, modal alam, modal sumberdaya manusia, dan modal sosial. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian inni telah diuji reliabilitasnya dengan nilai a-crobbach sebesar 0.717 (strategi nafkah yang dilakukan oleh keluarga) dan 0.741 (kesejahteraan subjektif keluarga). Strategi nafkah (Livelihood Strategy) diukur dengan hasil konstrak yang diadopsi dari teori Scoones (1998) yang terdiri dari tiga jenis strategi nafkah yaitu pola nafkah ganda, rekayasa sumber nafkah, dan rekaysa spasial (migrasi). Instrumen ini terdiri dari 18 item pertanyaan yang terdiri dari enam pertanyaan mengenai rekayasa sumber nafkah, enam pertanyaan mengenai pola nafkah ganda, dan enam pertanyaan mengenai rekayasa spasial (migrasi). Variabel strategi nafkah diukur dengan skala likert dari 1-4 dengan keterangan 1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering, dan 4=selalu.

Kesejahteraan keluarga subjektif yang diukur dengan modifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Puspitawati (2012) yang terdiri dari 20 pertanyaan. Kesejahteraan subjektif terdiri dari dua jawaban yaitu “ya” dan “tidak’’. Jawaban

“ya” diberi skor satu dan jawaban “tidak” diberi skor nol. Dengan demikian akan

diperoleh skor berisar 0-20. Skor tersebut kemudian dikategorikan menjadi keluarga sejahtera jika skor jawaban “ya” lebih besar atau sama dengan 75 persen dan dikatakan tidak sejahtera jika skor jawaban kurang dari 75 persen (Rambe 2004). Data sekunder merupakan data yang diperoleh untuk diproses lebih lanjut (Umar 2005), data sekunder diperoleh sebagai penunjang dalam penelitian, berupa data demografi desa, data balita, data penerima BLSM (bantuan langsung sementara masyarakat), dan studi kepustakaan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap dimulai dari data yang terkumpul di lapangan sampai data siap untuk dianalisis. Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding, scoring, entryng, cleaning data, dan analisis. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif. Pengolahan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program komputer yang sesuai. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melakukan tabulasi data yang diperoleh untuk melihat nilai dari setiap variabel yang diteliti dan analisis data inferensia melalui uji hubungan antar variabel yang ditentukan dan tujuan penelitian. Analisis inferensia menggunakan tabulasi data yang diperoleh, uji korelasi Pearson, uji regresi linier berganda, dan uji regresi logistik.

Data karateristik keluarga yang mencakup usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Secara rinci analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masig tujuan adalah sebagai berikut:

1. Karateristik keluarga, modal aset, strategi nafkah, dan kesejahteraan subjektif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan tabulasi silang. Data karateristik keluarga mencakup usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pendapatan per kapita dan jumlah anggota keluarga. Analisis deskriptif yang digunakan meliputi uji rata-rata dan standar deviasi.

(24)

12

statistik deskriptif untuk melihat melihat presentase kepemilikan kelima modal aset yang dimiliki oleh keluarga miskin.

3. Uji beda Independent Samples T-Test digunakan untuk melihat perbedaan karateristik keluarga, sosial, dan ekonomi, modal aset, strategi nafkah, dan kesejahteraan subjektif keluarga menurut wilayah yang berbeda (pedesaan dan perkotaan).

4. Strategi nafkah keluarga dianalisis secara deskriptif untuk melihat strategi nafkah yang digunakan oleh keluarga miskin. Strategi nafkah dilihat dari tiga jenis strategi yang digunakan, yaitu strategi rekayasa sumber nafkah, pola nafkah ganda, dan migrasi. Skoring dilakukan terhadap semua pertanyaan terkait strategi nafkah yang dilakukan oleh keluarga miskin sehingga diperoleh skor total. Skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk setiap dimensi. Total skor dalam setiap dimensi akan dilihat skor yang paling dominan dari ketiga dimensi tersebut kemudian dikategorikan dalam tiga strategi nafkah, yaitu strategi rekayasa sumber nafkah, pola nafkah ganda, dan migrasi.

5. Kesejahteraan subjektif keluarga diukur dengan cara mengumpulkan data terkait persepsi atau pendapat responden mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Skoring dilakukan terhadap semua pertanyaan tentang persepsi kesejahteraan respoden sehingga diperoleh skor total. Skoring untuk setiap pertanyaan yang berjumlah 20 pertanyaan. Jawaban “ya” diberikan skor satu, sedangkan untuk jawaban “tidak” diberikan nilai nol. Dengan demikian, akan diperoleh skor yang berkisar 0-20. Skor tersebut kemudian dikategorikan menjadi keluarga sejahtera dan tidak sejahtera. Menurut Rambe (2004) menyatakan bahwa pengkategorian variabel kesejahteraan subjektif keluarga menggunakan kategori dua kelompok, yaitu:

1. Sejahtera bila skor ≥75% 2. Tidak sejahtera bila skor <75%

6. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi nafkah digunakan uji regresi linier berganda dengan model sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 + b9 X9 + b10 X10 + b11 X11

Keterangan: Y= strategi nafkah a=konstanta b=koefisien regresi

=koefisien dummy X1= umur suami (tahun)

X2= lama pendidikan suami (tahun)

X3= lama pendidikan istri (tahun)

X4= jumlah anggota keluarga (orang)

X5= pendapatan per kapita (Rp/bulan)

X6= modal fisik (skor)

X7= modal finansial (skor)

X8= modal alam (skor)

X9= modal manusia (skor)

X10= modal sosial (skor)

(25)

13

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga contoh diuji dengan menggunakan regresi logistik, adapun persamaannya sebagai berikut:

ln1−�� = a + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5 X5 + 6 X6 + 7 X7 + 8 X8 + 9 X9 + 10 X10 + 11 X11+ ɛ

Keterangan: a= konstanta

= koefisien regresi

p= peluang untuk sejahtera (0=Tidak sejahtera, 1=Sejahtera) = koefisien dummy

X1= umur suami (tahun)

X2= lama pendidikan suami (tahun)

X3= lama pendidikan istri (tahun)

X4= jumlah anggota keluarga (orang)

X5= pendapatan per kapita (Rp/bulan)

X6= modal fisik (skor)

X7= modal finansial (skor)

X8= modal alam (skor)

X9= modal manusia (skor)

X10= modal sosial (skor)

X11= wilayah (0=Desa; 1=Kota)

Definisi Operasional

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, ataupun adopsi, terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota lainnya.

Ukuran keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang berasal dari ikatan perkawinan, darah, atau adopsi yang tinggal bersama dalam satu atap. Keluarga dikatakan keluarga kecil apabila terdiri dari (1-4 orang), keluarga sedang (terdiri dari 5-7 orang), dan keluarga besar (terdiri dari >7 orang).

Jenis Pekerjaan merupakan usaha tertentu yang digeluti oleh anggota keluarga dan menghasilkan uang. Jenis pekerjaan dibedakan menjadi pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan.

Pendapatan keluarga merujuk kepada besarnya penerimaan dan pemasukkan gaji, upah, dan barang yang diperoleh anggota keluarga yang dapat dinilai dalam rupiah baik pekerjaan utama ataupun tambahan dalam kurun waktu satu bulan terakhir yang dinyatakan dalam rupiah/bulan.

Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh semasa hidupnya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dimulai dari tidak tamat sekolah dasar (SD) hingga mencapai perguruan tinggi (PT).

Usia merupakan lama hidup contoh yang dihitung sejak lahir hingga tahun 2013 yang dinyatakan dalam tahun.

(26)

14

Modal alam merupakan modal alam yang dimilik oleh keluarga contoh yang diukur berdasarkan kepemilikan lahan dan kepemilikan hewan ternak.

Modal finansial merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur berdasarkan kepemilikan uang tunai, kepemilikan tabungan di Bank, kepemilikan kredit/hutang kepemilikan sumber dana darurat, dan kepemilikan asuransi.

Modal manusia merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur berdasarkan rata-rata lama pendidikan keluarga contoh.

Modal fisik merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur berdasarkan kepemilikan rumah, kepemilikan kendaraan roda dua, kepemilikan alat elektronik, kepemilikan emas, dan kepemilikan perlengkapan usaha.

Modal sosial merupakan modal yang dimiliki oleh keluarga contoh yang diukur berdasarkan adanya bantuan yang diberikan oleh pemerintah, kepemilikan jaringan pinjaman modal usaha, dan pemberian dukungan sosial kepada orang lain.

Miskin merupakan kondisi seseorang atau rumahtangga yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Kesejahteraan keluarga merupakan kondisi seseorang atau keluarga secara fisik yaitu sandang, pangan, dan papan yang dirasakan contoh.

Kesejahteraan subjektif adalah nilai atau tingkat kepuasan yang dirasakan setiap individu menyangkut diri sendiri dan keluarga dalam terpenuhinya kebutuhan hidup.

Strategi nafkah upaya pencarian sumber nafkah yang dilaksanakan oleh individu ataupun keluarga untuk mempertahankan hidup, yang terdiri dari strategi rekayasa sumber nafkah, pola nafkah ganda, dan migrasi.

HASIL PENELITIAN

Karateristik Keluarga

Hasil penelitian data deskriptif pada keluarga contoh yang tersaji dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata usia suami berbeda nyata (p<0.10). Rata-rata usia suami yang berada di wilayah pedesaan 40.57 tahun dan di perkotaan 37.03 tahun. Sedangkan rata-rata usia istri diwilayah pedesaan lebih tinggi (35.20 tahun) dibandingkan dengan rata-rata umur istri di perkotaan (31.93 tahun). Pada umumnya, orang dewasa menurut Hurlock (1978) dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu dewasa muda (usia 18 – 40 tahun), dewasa madya (41 – 65 tahun), dan dewasa lanjut (usia lebih dari 65 tahun). Apabila dilihat secara keseluruhan, rata-rata usia suami dan istri berada pada tahapan usia dewasa muda (18-40 tahun).

(27)

15

perbedaan yang signifikan antara besar keluarga di pedesaan dan perkotaan (p=0.009). Rata-rata jumlah anggota keluarga di desa 5.80 orang dan rata-rata jumlah anggota keluarga di kota sebesar 4.37 tahun.

Tabel 3 Sebaran karateristik keluarga berdasarkan karateristik wilayah

Variabel (satuan) Karateristik wilayah Total p-value

Desa Kota

Rataan±Sd Rataan±Sd

Usia suami (tahun) 40.57±8.869 37.03±7.117 38.80±8.169 0.094* Usia istri (tahun) 35.20±6.305 31.93±6.346 33.57±6.484 0.050** Lama pendidikan

suami (tahun)

6.90±2.631 7.5±2.193 7.20±2.420 0.341

Lama pendidikan istri (tahun)

6.80±1.919 7.50±2.047 7.15±1.999 0.177

Pendapatan per

5.80±2.441 4.37±1.564 5.08±2.157 0.009**

Keterangan: *= signifikan pada p<0.10; **= signifikan pada p<0.05

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaannya yang dinyatakan dalam bentuk uang (Sumarwan 2011). Pada penelitian ini pendapatan yang diamati merupaka pendapatan per bulan keluarga yang didapatkan dari total keseluruhan pemasukan keluarga baik melalui ayah, ibu, atau anggota keluarga lainnya. Berdasarkan pendapatan per bulan keluarga miskin terdapat perbedaan nyata antara pedesaan dan perkotaan. Pendapatan per bulan keluarga miksin di pedesaan lebih besar (Rp1 519 333.33) bila dibandingkan dengan pendapatan per bulan di perkotaan (Rp927 000.00). Sementara itu, pendapatan per kapita adalah hasil pembagian dari total pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Rata-rata pendapatan per kapita keseluruhan keluarga adalah Rp285 644.64. Angka tersebut lebih tinggi dari garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebesar Rp276 825.00 per kapita per bulan (BPS 2013). Apabila dilihat lebih jauh lagi, pendapatan per kapita keluarga di pedesaan (Rp346 522.61) lebih besar dibandingkan dengan wilayah perkotaan (Rp224 766.00).

Secara keseluruhan karateristik keluarga contoh memiliki perbedaan nyata antara pedesaan dan perkotaan. Hasil menunjukkan bahwa di wilayah pedesaan umur suami dan istri lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan. Jumlah anggota keluarga di pedesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Begitupula pendapatan keluarga dan pendapatan per kapita menujukkan hasil yang sama, yaitu pada wilayah pedesaan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Namun, lama pendidikan di kedua wilayah tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Rata-rata pendidikan suami dan istri pada keluarga miskin setara dengan tamat sekolah dasar.

(28)

16

(2010) suami atau kepala keluarga pada umumnya merupakan pencari nafkah utama (a main breadwinner).

Tabel 4 Sebaran pencari nafkah utama keluarga berdasarkan karateristik wilayah

Pencari nafkah Karateristik wilayah Total

Desa Kota nafkah utama keluarga contoh adalah suami dan selebihnya adalah suami dan istri sebagai pencari nafkah utama. Sedangkan dalam penelitian ini tidak terdapat istri sebagai pencari nafkah utama. Apabila dilihat lebih jauh lagi, hampir seluruh keluarga miskin di perkotaan, suami merupakan pencari nafkah utama dan hanya terdapat 4 keluarga miskin (13.3%) yang suami dan istri sebagai pencari nafkah utama. Sedangkan dipedesaan, tiga dari sepuluh keluarga contoh di pedesaan pencari nafkah utama adalah suami dan istri. Hal ini menunjukkan bahwa pada wilayah pedesaan terdapat pola nafkah ganda yang dilakukan oleh keluarga miskin di pedesaan. Adanya pola nafkah ganda tersebut menunjukkan bahwa keluarga miskin memiliki pendapatan yang terbatas, sedangkan keluarga miskin harus mencukupi kebutuhan keluarga yang tidak terbatas. Sehingga untuk memenuhi semua kebutuhan, keluarga miskin melakukan pola nafkah ganda dengan istri ikut serta sebagai pencari nafkah.

Tabel 5 Sebaran suami berdasarkan jenis pekerjaan suami di karateristik wilayah yang berbeda

Jenis pekerjaan Karateristik wilayah Total

Desa Kota

(29)

17

Hal ini dikarenakan bahwa pada wilayah Perkotaan Bogor dalam penelitian ini merupakan salah satu pengrajin sepatu di wilayah Bogor.

Tabel 6 Sebaran istri berdasarkan jenis pekerjaan di karateristik wilayah yang berbeda

Jenis pekerjaan Karateristik wilayah Total

Desa Kota

n % n % n %

Petani/buruh tani 3 10.0 0 0.0 3 5.0

Ibu rumah tangga 19 63.3 26 86.7 45 75.0

Buruh bata 4 13.3 0 0.0 4 6.7

Pedagang 2 6.7 0 0.0 2 3.3

Pekerjaan lain 2 6.7 4 13.3 2 3.3

Total 30 100 30 100 60 100

Tabel sebaran pekerjaan istri yang tersaji pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tiga dari empat istri pada keluarga contoh bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hal ini didukung oleh Puspitawati (2009) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki peran domestik rumahtangga (a homemaker). Pada wilayah pedesaan lebih dari setengah istri pada keluarga contoh sebagai ibu rumah tangga. Satu dari sepuluh istri bekerja sebagai petani ataupun buruh tani. Sebanyak 13.3 persen bekerja sebagai buruh bata. Hal tersebut mempertegas bahwa di wilayah pedesaan lebih dari setengah suami dan istri sebagai pekerja utama. Sedangkan pada wilayah perkotaan hampir seluruh ibu pada keluarga contoh bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hanya 13.3 persen istri bekerja di sektor publik pada wilayah perkotaan. Hal ini mempertegas bahwa peran istri sebagai ibu rumah tangga (Homemakerl housewife) (Puspitawati 2012). Namun, banyak alasan bagi ibu rumahtangga untuk bekerja di luar rumah. Setiap istri atau ibu rumahtangga bekerja di luar rumah berbeda pada setiap keluarga. menurut Rambe (2004) menyatakan bahwa pada keluarga dengan pendapatan yang rendah, ibu bekerja diluar rumah untuk mendukung pendapatan rumahtangga. Sedangkan untuk rumahtanga dengan berpendapatan tinggi lebih untuk memenuhi partisipasi sosial.

Tabel 7 Sebaran suami dan istri berdasarkan pendidikan di karateristik wilayah yang berbeda

Pencari nafkah Karateristik wilayah Total

Desa Kota

n % n % n %

Suami

Tidak sekolah 1 3.3 0 0.0 1 1.67

Tidak tamat SD 2 6.7 0 0.0 2 3.33

Tamat SD 17 56.7 19 63.3 36 60.00

Tamat SMP 7 23.3 7 23.3 14 23,33

Tamat SMA 3 10.0 4 13.3 7 11,67

Total 30 100 30 100 60 100

Istri

Tidak sekolah 1 3.3 0 0.0 1 1.67

Tidak tamat SD 0 0.0 1 3.3 1 1.67

Tamat SD 19 63.3 15 50.0 34 56.67

Tamat SMP 10 33.3 12 40.0 22 36.67

Tamat SMA 0 0.0 2 6.7 2 3.33

(30)

18

Rata-rata pendidikan suami pada penelitian ini adalah 7.20 tahun dan pada istri sebesar 7.15 tahun. Lebih dari setengah baik suami maupun istri pada keluarga contoh memiliki lama pendidikan setara dengan taman sekolah dasar (SD). Satu dari lima suami dan tiga dari sepuluh istri pada keluarga contoh telah tamat sekolah menengah pertama (SMP). Pada wilayah pedesaan lebih dari setengah baik suami maupun istri tamat sekolah dasar (SD). Terdapat satu responden suami dan istri yang tidak tamat sekolah di wilayah pedesaan. Satu dari sepuluh suami telah lulus sekolah menengah atas (SMA). Pada wilayah perkotaan lebih dari setengah suami telah tamat sekolah dasar (SD). satu dari lima telat tamat sekolah menegah pertama (SMP). Sedangkan istri pada wilayah perkotaan setengahnya telah tamat sekolah dasar (SD) dan dua dari lima istri di perkotaan telah tamat sekolah menengah pertama (SMA). Pada wilayah perkotaan terdapat satu istri yang tidak tamat sekolah dasar (SD).

Menurut Rambe (2004) menyatakan bahwa pendidikan dan kemiskinan merupakan suatu lingkaran yang saling mempengaruhi. Perubahan jenjang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan tingkat kemiskinan. Sebaliknya di sisi lain, tingkat kemiskinan itu sendiri akan berpengaruh terhadap perkembangan pendapatan seseorang dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Setiap kenaikan pendidikan akan mampu mendorong tingkat pendapatan melampaui garis kemiskinan, baik secara relatif maupun mutlak. Jadi, pada dasarnya kemampuan mengatasi masalah jenjang pendidikan mengandung pula pengertian semakin besarnya daya tolak mengatasi masalah kemiskinan. Hal ini didukung oleh pernyataan Sumarwan (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan merupakan dua karakter yang saling berhubungan, yaitu pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang didapatkannya.

Karateristik sosial ekonomi keluarga miskin yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga miskin memiliki keterbatasan, yaitu penghasilan keluarga yang rendah dan lebih dari setengah keluarga contoh yang tingkat pendidikannya masih belum memenuhi wajib belajar sembilan tahun. Keterbatasan tersebut memaksa keluarga miskin bekerja dengan mengandalkan pekerjaan yang pendapatannya tidak pasti. Sedangkan kebutuhan keluarga yang semakin besar memaksa keluarga miskin mempekerjakan istri atau bahkan anggota keluarga lain untuk menambah pendapatan keluarga. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan keterbatasan kualitas modal manusia (Alfiasari 2007).

Modal Aset Keluarga Contoh

(31)

19

Modal Alam

Modal alam dalam penelitian ini dilihat berdasarkan kepemilikan lahan dan kepemilikan hewan ternak keluarga contoh. Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga contoh tidak memiliki lahan usaha dan lebih dari setengah keluarga contoh memiliki hewan ternak. Penelitian ini menunjukkan bawa proposi keluarga yang memiliki hewan ternak lebih besar berada di pedesaan daripada di perkotaan, yaitu hampir setengah dari keluarga contoh di pedesaan memiliki hewan ternak dan hanya satu dari sepuluh keluarga di perkotaan yang memiliki hewan ternak. Hewan yang biasa diternakan oleh keluarga contoh adalah ayam, unggas, dan kambing.

Tabel 8 Sebaran kepemilikan modal alam keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Variabel Karateristik wilayah Total P-value

Desa Kota

n % n % n %

Kepemilikan lahan usaha

8 26.7 0 0.0 8 26.7 0.003**

Kepemilikan hewan ternak

13 43.3 4 13.3 17 56.7 0.010**

Keterangan: *= signifikan pada p<0.10; **= signifikan pada p<0.05

Proposi kepemilikan lahan usaha lebih besar dimiliki oleh keluarga contoh di pedesaan (26.7 %). Lahan usaha di pedesaan lebih banyak berupa lahan pertanian. Wilayah pedesaan dicirikan oleh pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga lahan pertanian masih banyak dimiliki oleh keluarga di pedesaan. Hasil uji beda menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kepemilikan lahan usaha di pedesaan dan perkotaan, yaitu kepemilikan lahan usaha di pedesaan lebih besar daripada di perkotaan. Tidak ada lahan usaha satupun yang dimiliki oleh keluarga contoh di perkotaan.

Modal Finansial

(32)

20

Tabel 9 Sebaran kepemilikan modal finansial keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Variabel Karateristik wilayah Total P-value

Desa Kota

Keterangan: *= signifikan pada p<0.10; **= signifikan pada p<0.05

Seluruh keluarga memiliki sumber dana darurat baik keluarga di pedesaan ataupun perkotaan. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa terdapat peredaan nyata antara kepemilikan uang tunai dan kepemilikan asuransi pada wilayah pedesaan dan perkotaan, yang mana kepemilikan asuransi dan uang tunai lebih tinggi pada wilayah pedesaan. Kepemilikan kredit/hutang lebih banyak dimiliki oleh keluarga di pedesaan yaitu hampir seluruh keluarga contoh di pedesaan memiliki kredit/hutang. Sedangkan di perkotaan lebih dari setengah keluarga memiliki kredit atau hutang (Tabel 9).

Tabel 10 Sebaran sumber kredit/hutang keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Variabel Karateristik wilayah Total

Desa Kota

(33)

21

Tabel 11 Sebaran kepemilikan asuransi keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Variabel Karateristik wilayah Total

Desa Kota

n % n % n %

Tidak memiliki asuransi 17 56.7 24 80.0 41 68.3

Asuransi kesehatan 13 43.3 6 20.0 19 31.7

Sebaran kepemilikan asuransi keluarga contoh yang tersaji pada Tabel 11 menunjukkan bahwa tiga dari sepuluh responden yang memiliki asuransi kesehatan. Kepemilikan asuransi lebih banyak terdapat pada wilayah pedesaan, hampir setengah dari keluarga contoh memiliki asuransi kesehatan. Hasil yang berbeda terlihat pada wilayah perkotaan, satu dari lima keluarga contoh di perkotaan memiliki asuransi kesehatan. Sumber dana darurat yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tabungan, dengan menjual tanah, menjual perhiasan, menjual alat elektronik, meminjam ke bank, meminjam ke rentenir, dan sumber dana darurat lainnya seperti meminjam kepada orang tua, saudara, tetangga ataupun teman (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran kepemilikan sumber dana darurat keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Sumber dana darurat Karateristik wilayah Total

Desa Kota

n % n % n %

Tabungan 1 2.5 0 0.0 1 1.4

Menjual tanah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Menjual perhiasan 4 10.0 0 0.0 4 5.5

Menjual alat elektronik 3 7.5 0 0.0 3 4.2

Meminjam ke bank 1 2.5 2 6.25 3 4.2

Meminjam ke rentenir 2 5.0 2 6.25 4 5.5

Sumber dana lainnya 29 72.5 28 87.5 57 79.2

Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 12 menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga contoh memiliki sumber dana darurat berasal dari orang tua, saudara, tetangga ataupun teman. Pada wilayah pedesaan hampir seluruh keluarga memiliki sumber dana darurat bersumber dari orang tua, saudara, tetangga ataupun teman (72.5%) dan satu dari sepuluh keluarga yang memiliki sumber dana darurat dengan menjual perhiasan (7.5%), meminjam ke rentenir (5.0%), meminjam ke bank (2.5%), dan tabungan (2.5%). Sedangkan pada wilayah perkotaan, hampir seluruh keluarga contoh memiliki sumber dana darurat yang bersumber pada orang tua, saudara, tetangga ataupun teman (87.5%) dan selebihnya meminjam ke bank (6.25%) serta meminjam ke rentenir (6.25%).

Modal Sosial

(34)

22

usaha. Setengah dari keluarga contoh memberikan dukungan sosialnya kepada orang lain. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa uang tunai, faktor produksi, ataupun tenaga.

Tabel 13 Sebaran kepemilikan modal sosial keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Variabel Karateristik wilayah Total P-value

Desa Kota

n % n % n %

Bantuan dari pemerintah 30 100 30 100 60 100 1.000 Memiliki pinjaman modal

usaha

9 30.0 7 23.3 16 26.7 0.254

Memberikan dukungan sosial kepada orang lain

15 50.0 15 50.0 30 50.0 1.000

Keterangan: *= signifikan pada p<0.10; **= signifikan pada p<0.05

Satu dari tiga keluarga contoh di pedesaan memiliki jaringan pinjaman modal usaha dan setengah dari keluarga contoh memberikan dukungan sosial kepada orang lain. Sedangkan pada wilayah perkotaan, satu dari lima keluarga contoh memiliki jaringan pinjaman modal usaha dan setengah keluarga contoh memberikan dukungan sosial kepada orang lain. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara kepemilikan modal usaha, memberikan dukungan sosial, dan bantuan dari pemerintah pada wilayah yang berbeda.

Modal Manusia

Besarnya modal manusia di ukur berdasarkan rata-rata pendidikan anggota keluarga. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama pendidikan anggota keluarga contoh menunjukkan perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 14 menunjukkan bahwa tiga per empat dari total keluarga contoh memiliki rata-rata lama pendidikan anggota keluarga setara dengan tamat sekolah dasar (SD). Satu dari lima keluarga memiliki rata-rata pendidikan antara 6.1-9 tahun.

Tabel 14 Kepemilikan modal manusia keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Rata-rata Karateristik wilayah Total P-value

Pendidikan Desa Kota

keluarga contoh n % n % n %

≤6 tahun 26 86.7 20 66.7 46 76.7 0.045**

6.1-9 tahun 4 13.3 8 26.6 12 20.0 0.046**

9.1-12 tahun 0 0.0 2 6.7 2 3.3 0.045**

Keterangan: *= signifikan pada p<0.10; **= signifikan pada p<0.05

(35)

23

Modal Fisik

Modal fisik dalam penelitian ini merupakan sumberdaya materi yang dimiliki oleh keluarga yang bernilai secara ekonomi. Besarnya modal fisik dalam penelitian ini diukur berdasarkan kepemilikan rumah, kepemilikan kendaraan roda dua, kepemilikan alat elektronik, kepemilikan emas, dan kepemilikan perlengkapan usaha. Lebih dari setengah keluarga contoh memiliki rumah pribadi, selebihnya masih tinggal bersama orang tua ataupun kontrak rumah. Jika dilihat dari kepemilikan kendaran roda dua, lebih dari setengah keluarga contoh (51.7%) memiliki motor sebagai penunjang usaha. Kendaraan roda dua tersebut merupakan alat transportasi yang paling banyak dimiliki oleh keluarga contoh.

Tabel 15 Kepemilikan modal fisik keluarga contoh berdasarkan karateristik wilayah

Sumber dana darurat Karateristik wilayah Total P-value

Desa Kota

Keterangan: *= signifikan pada p<0.10; **= signifikan pada p<0.05

Hampir seluruh keluarga contoh (95%) memiliki alat elektronik, sedangkan dua dari lima keluarga contoh memiliki emas. Keluarga membeli emas disamping untuk dipakai sebagai perhiasan juga dapat berfungsi sebagai tabungan, karena emas merupakan barang yang liquid sehingga relatif mudah untuk dijual (Muflikhati 2010). Tiga dari sepuluh keluarga contoh memiliki perlengkapan usaha sebagai penunjang usahanya. Tujuh dari sepuluh keluarga di pedesaan memiliki rumah sendiri dan tiga dari sepuluh keluarga miskin di perkotaan memiliki rumah sendiri. Terdapat perbedaan nyata antara kepemilikan rumah di pedesaan dan perkotaan, yaitu kepemilikan rumah sendiri di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Hampir seluruh keluarga baik di pedesaan dan perkotaan memiliki alat elektronik. Sedangkan untuk kepemilikan perlengkapan usaha kurang dari setengah keluarga di pedesaan memiliki perlengkapan usaha. Satu dari lima keluarga perkotaan memiliki perlengkapan usaha. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya lima persen dari total keluarga contoh yang masih kontrak/sewa.

Tabel 16 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan rumah pada wilayah yang berbeda

Kepemilikan rumah Karateristik wilayah Total

Desa Kota

n % n % n %

Rumah pribadi 24 80.0 11 36.7 35 58.3

Rumah orangtua 6 20.0 16 53.3 22 36.7

(36)

24

Hasil penelitian terkait kepemilikan rumah yang tersaji pada Tabel 16 menunjukkan bahwa lebih dari setengah keluarga miskin sudah memiliki rumah sendiri. Tiga dari sepuluh keluarga contoh dalam penelitian ini masih tinggal bersama orangtua. Apabila dilihat berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan, kepemilikan rumah pribadi lebih banyak terdapat pada keluarga contoh yang tinggal di pedesaan yaitu delapan dari sepuluh keluarga sudah memiliki rumah pribadi, sedangkan di wilayah perkotaan satu dari tiga responden memiliki rumah pribadi. Lebih dari setengah keluarga contoh di perkotaan masih tinggal bersama orangtua dan satu dari lima keluarga di pedesaan yang masih tinggal bersama dengan orangtua. Keluarga contoh yang status kepemilikan rumah masih kontrak terdapat pada wilayah perkotaan.

Tabel 17 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan alat elektronik pada wilayah yang berbeda

Kepemilikan alat elektronik Karateristik wilayah Total

Desa Kota

n % n % n %

TV 18 60.0 22 73.3 30 50.0

DVD 14 46.7 14 46.7 28 46.7

Kulkas 9 30.0 7 23.3 16 26.7

Mesin Cuci 0 0.0 3 10.0 3 5.0

Rice cooker 11 36.7 20 66.7 31 51.7

Dispenser 12 40.0 9 30.0 21 35.0

Handphone 18 60.0 18 60.0 36 60.0

Kipas Angin 6 20.0 6 20.0 12 20.0

Setrika 5 16.7 1 3.3 6 10.0

Kepemilikan alat elektronik yang dimiliki oleh keluarga dalam penelitian ini terdiri dari TV, DVD. Kulkas, mesin cuci, rice cooker, dispenser, handphone, kipas angin, dan setrika. Handphone, rice cooker, dan TV merupakan alat elektronik yang banyak dimiliki oleh keluarga contoh. Hampir setengah keluarga contoh memiliki DVD baik di pedesaan maupun perkotaan. Apabila dilihat lebih jauh lagi, TV dan handphone merupakan alat elektronik yang banyak dimiliki oleh keluarga contoh di pedesaan. Pada wilayah perkotaan alat elektronik yang banyak dimiliki oleh keluarga contoh adalah TV, rice cooker, dan handphone.

Strategi Nafkah Keluarga Contoh

(37)

25

Tabel 18 Sebaran strategi nafkah keluarga contoh

Variabel Karateristik wilayah Total (n=117)

Desa (n=30) Kota (n=30)

n % n % n %

Rekayasa sumber nafkah 25 83.3 26 86.7 51 85.0

Pola nafkah ganda 28 93.3 23 76.7 51 85.0

Rekayasa spasial (migrasi) 12 40.0 3 10.0 15 25.0

P-value = 0.074

Hampir seluruh keluarga contoh melakukan rekayasa sumber nafkah baik di pedesaan maupun perkotaan. Strategi rekayasa sumber nafkah yang banyak dilakukan adalah mengurangi alokasi uang jajan anak dan memanfaatkan sumber bahan pangan dari tanaman yang dihasilkan di pekarangan atau kebun sendiri. Sedangkan strategi pola nafkah ganda yang sering dilakukan adalah mencari pekerjaan tambahan dan menambah waktu bekerja. Pola nafkah ganda lebih banyak dilakukan oleh keluarga contoh di pedesaan. Hal ini dapat terlihat dari sebaran pencari nafkah utama keluarga, yang mana terdapat suami dan istri sebagai pencari nafkah utama keluarga sebanyak 35.7 persen. Menurut Zid (2011) menyatakan bahwa keterlibatan anggota keluarga dalam mencari nafkah merupakan salah satu livelihood strategy yang dilakukan oleh keluarga sebagai respo terhadap kondisi kehidupan sekaligus upaya untuk bertahan hidup.

Hasil yang berbeda terlihat pada strategi rekayasa spasial atau migrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepertiga keluarga contoh dalam penelitian melakukan migrasi. Dua dari lima keluarga di pedesaan melakukan migrasi. Migrasi yang banyak dilakukan oleh keluarga contoh adalah dengan meperluas jangkauan wilayah usaha dan mengirim anggota keluarga contoh untuk menjadi TKI di luar negeri. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sulastri (2013) menyatakan bahwa pada keluarga PNS dan non PNS melakukan lebih dari satu strategi nafkah yaitu melakukan strategi rekayasa sumber nafkah dan pola nafkah ganda.

Tingkat Kesejahteraan Subjektif Keluarga Contoh

Pendekatan pengukuran tingkat kesejahteraan keluarga subjektif merupakan persepsi masyarakat terkait aspek kesejahteraan atas kondisi yang memang mereka rasakan bukan suatu yang dibuat-buat (Rachmawati 2010). Quality of Life (QOL) merupakan kesejahteraan subjektif (subjective well-being) yang menggambarkan perbedaan antara harapan dan apa yang dialami oleh seseorang (Puspitawati 2012). Menurut Diener, Oishi, dan Lucas (2003) menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif merupakan suatu fenomena yang merupakan gabungan dari evaluasi kognitif dan emosional individu terhadap kehidupannya, seperti apa yang disebut orang awam sebagai kebahagiaan, ketentraman, berfungsi penuh, dan kepuasan hidup.

(38)

26

perempuan/istri lebih sejahtera dibandingkan dengan laki-laki/suami. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah istri yang sejahtera secara subjektif lebih banyak bila dibandingkan dengan suami. Penelitian ini sejalan dengan Wood, Rhodes, dan Whelan (1989) yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, yang mana perempuan lebih melaporkan kebahagiannya dan kepuasan hidunya yang lebih besar daripada laki-laki. Hal ini sejalan dengan Edidington dan Shuman (2003) yang menyatakan bahwa pada perempuan lebih banyak mengungkapkan afek negatif dan depresi dibandingkan laki-laki, hal ini disebabkan karena wanita mengakui adanya perasaan tersebut sedangkan laki-laki lebih untuk menyangkalnya.

Tabel 19 Sebaran kesejahteraan subjektif keluarga contoh Kesejahteraan

subjektif

Karateristik wilayah Total P-value

Desa (n=30) Kota (n=30)

n % n % n %

Suami 20 66.7 20 66.7 40 66.7 0.365

Istri 22 73.3 21 70.0 43 71.7 0.701

Apabila dianalisis lebih jauh, tidak terdapat perbedaan nyata antara kesejateraan subjektif suami dan istri baik dipedesaan dan perkotaan. Lebih dari setengah (66.7%) suami baik dipedesaan maupun perkotaan tergolong sejahtera. Sementara itu, tujuh dari sepuluh istri di pedesaan dan perkotaan tergolong sejahtera. Dapat dilihat bahwa istri lebih sejahtera secara subjektif dibandingkan dengan suami. Hal tersebut manyatakan bahwa keluarga miskin atau status kesejahteraan dibawah garis kemiskinan belum tentu tidak sejahtera pada kesejahteraan subjektifnya. Hal ini sesuai dengan Syarief dan Hartoyo (1993) yang menyatakan bahwa keluarga dengan status kesejahteraan di atas garis kemiskinan, dapat merasa kurang sejahtera masih ada keinginan yang belum terpenuhi ataupun merasa “stress” dengan tuntutan pekerjaan ataupun alasan lainnya. Sebaliknya, keluarga dengan status kesejahteraan di bawah garis kemiskinan, mungkin merasa lebih sejahtera karena lebih bersyukur, merasa cukup, dan keinginannya sudah terpenuhi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan Suami-Istri pada Keluarga Contoh

(39)

27

Tabel 20 Koefisien model regresi pengaruh karateristik keluarga terhadap strategi nafkah

Keterangan: * signifikan pada p<0.1; **signifikan pada p<0.05; ***signifikan pada p<0.01

Jika dikaji lebih jauh lagi dengan menggunakan uji t, variabel lama pendidikan suami, besar keluarga, dan modal sosial berpengaruh nyata terhadap strategi nafkah keluarga miskin. Setiap penambahan modal sosial akan memperbanyak strategi nafkah sebesar 0.465 point. Lama pendidikan suami berpengaruh negatif terhadap strategi nafkah ( =-0.246; p<0.1). Artinya bahwa keluarga dengan pendidikan suami yang lebih rendah akan melakukan strategi nafkah yang lebih banyak. Besar keluarga berpengaruh terhadap strategi nafkah yang dilakukan oleh keluarga miskin ( =0.γ50; p<0.05). Artinya bahwa keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan melakukan strategi nafkah yang lebih banyak pula.

Tabel 21 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kesejahteraan subjektif istri

(40)

28

Berdasrkan hasil analisis regresi logistik yang tersaji pada Tabel 21 menyatakan bahwa nilai chi square=31.493 dan Negelkerke R Square 0.586 yang menunjukkan hubungan yang cukup kuat antara prediksi dan pengelompokan pada model. Lama pendidikan suami, besar keluarga, dan modal fisik diduga mempengaruhi kesejahteraan subjektif istri. Semakin rendah pendidikan formal yang ditempuh suami, kesejahteraan subjektif istri akan lebih berpeluang untuk sejahtera. Setiap penurunan 1 tahun lama pendidikan formal suami, kesejahteraan subjektif istri berpeluang 0.513 kali untuk sejahtera. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Putri dan Sutarmanto (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif individu. Hal ini memungkinkan individu untuk lebih maju dalam mencapai tujuan atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya. Semakin besar keluarga, maka semakin kecil peluang istri untuk sejahtera. Artinya setiap penambahan 1 orang anggota keluarga, berpeluang menurunkan kesejahteraan subjektif istri 0.531 kali untuk sejahtera. Sementara itu, modal fisik yang dimiliki oleh keluarga berpeluang 4.446 kali lebih besar untuk menjadikan istri lebih sejahtera secara subjektif.

Tabel 22 Ringkasan analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kesejahteraan subjektif suami

Model Kesejahteraan subjektif keluarga (0=tidak sejahtera, 1=sejahtera) Keterangan: ** signifikan pada p<0.05; signifikan pada p<0.1*

Model regresi yang disajikan pada Tabel 22 menujukkan bahwa nilai chi square=17.190 dan Negelkerke R Square 0.346 yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara prediksi dan pengelompokan pada model. Lama pendidikan istri dan modal manusia diduga mempengaruhi kesejahteraan subjektif suami. Semakin lama pendidikan formal yang ditempuh istri, kesejahteraan subjektif suami akan lebih berpeluang untuk sejahtera. Setiap kenaikan 1 tahun lama pendidikan formal istri, kesejahteraan subjektif suami berpeluang 1.614 kali untuk sejahtera. Sementara itu, semakin sedikit modal manusia yang dimiliki oleh keluarga berpeluang 0.432 kali lebih besar untuk menjadikan suami lebih sejahtera secara subjektif.

PEMBAHASAN

Gambar

Tabel 1  Jumlah penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat
Gambar 1  Kerangka pemikiran strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan
Gambar 2  Alur pemilihan lokasi dan penarikan contoh
Tabel 2  Jenis dan pengumpulan data variabel penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

rumah panjang yang terlibat dalam kajian ini sependapat yang keadaan persekitaran fizikal iaitu bentuk bumi dan lokaliti serta sungai di kawasan kajian telah memberi

Permasalahan kedua adalah kesehatan dan kebersihan yang kurang serta ketiadaannya akan. alat-alat kebersihan dan sabun untuk hidup bersih

Matriks merupakan salah satu sub bahasan yang ada dalam matematika dasar dan definisi matriks itu sendiri adalah kumpulan bilangan-bilangan yang disusun secara khusus yakni dalam

[r]

Tenaga analisis yang peran utamanya terdapat pada usaha untuk menciptakan berbagai model pengambilan keputusan, dengan demikian manajer lebih memahami implikasi

Perluasan merek (Brand Extention) adalah merupakan suatu strategi yang dilakukan perusahaan untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru dengan menggunakan merek

Lakukan pengeboran dengan countersink lubang secara berurutan dan pada kedua permukaan sesuai gambar kerja.. Chek ketepatan jarak dan bentuk pada masing –

Rencana Kerja 2017 Dukcapil Kota Tangerang 6 Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada tahun 2017.. dalam pencapaian tujuan dan