• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Melalui Permainan Sepakbola Dengan Empat Gawang Bagi Siswa Putra SMP N I Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Melalui Permainan Sepakbola Dengan Empat Gawang Bagi Siswa Putra SMP N I Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010 2011"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

MELALUI PERMAINAN SEPAKBOLA 4 GAWANG PADA

SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI I LEBAKSIU

KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2010 / /2011

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arief Eko Nugroho

6101406505

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

SARI

ARIEF EKO NUGROHO. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Melalui Permainan Sepakbola Dengan Empat Gawang Bagi Siswa Putra SMP N I Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa di SMP N I Lebaksiu tidak tersedianya lapangan sepakbola, alat dan fasilitas yang digunakan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan, dan perkembangan siswa, peraturan yang digunakan sesuai dengan peraturan yang sebenarnya. Sehingga diketahui ada beberapa siswa putra yang masih pasif dalam mengikuti pembelajaran sepakbola. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk modifikasi permainan sepakbola yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP N I Lebaksiu. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang bagi siswa SMP dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan dari Borg & Gall yang telah dimodifikasi, yaitu (1) melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka, (2) mengembangkan bentuk produk awal (berupa model permainan sepakbola empat gawang), (3) evaluasi para ahli dengan menggunakan satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil, dengan menggunakan kuesioner dan konsultasi yang kemudian dianalisis, (4) revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan hasil dari evaluasi ahli dan uji kelompok kecil (20 siswa). Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk awal yang dibuat oleh peneliti, (5) uji lapangan (160 siswa), (6) revisi produk akhir yang dilakukan berdasarkan hasil uji lapangan, (7) hasil akhir model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang bagi siswa putra SMP N I Lebaksiu yang dihasilkan melalui revisi uji lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh dari evaluasi ahli (satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran), uji coba kelompok kecil (20 siswa putra SMP Al Uswah Gunungpati), dan uji lapangan (159 siswa putra SMP N I Lebaksiu). Data berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk, saran untuk perbaikan produk, dan hasil pengisian kuesioner oleh siswa. Tehnik analisis data yang digunakan adalah deskriptif presentase untuk mengungkap aspek kognitif, psikomotor, dan afektif setelah menggunakan produk.

Dari hasil uji coba diperoleh data dari evaluasi ahli penjas yaitu, ahli penjas 91,6 % (sangat baik), ahli pembelajaran I 85 % (baik), ahli pembelajaran II 86,6 % (baik), uji coba kelompok kecil 84,80 % (baik), uji lapangan 82,55 % (baik). Dari data yang ada maka disimpulkan bahwa model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang dapat digunakan pada siswa putra SMP N I Lebaksiu Kabupaten Tegal.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, diharapkan bagi guru Penjas di SMP untuk menggunakan produk model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang pada siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya saya sendiri, bukan dari karya orang lain, baik sebagian atau keseluruhannya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 28September 2011

Penulis,

Arief Eko Nugroho NIM.6101406505

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari :

Tanggal :

Panitia ujian,

Ketua Sekretaris

Drs. Said Junaidi, M. Kes. Dra. Heny Setyawati, M. Si NIP.19690715 199403 1 001 NIP.19670610 199203 2 001

Dewan Penguji,

1. Mohammad Annas, S.Pd. M.Pd (Ketua) _________________ NIP.196751105 200501 1 002

2. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. (Anggota) _________________ NIP.19610320 198403 2 001

3. Drs. Hermawan Pamot R, M.Pd. (Anggota) _________________ NIP.19651020 199103 1 002

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

 Janganlah merasa benar, karena dalam kebenaran itu belum tentu diterima oleh orang lain, sebab sesungguhnya ada yang lebih benar dari itu semua (Penulis).

 Untuk bisa mencapainya maka kita haruslah berusaha dengan niat yang baik pula, agar apa yang kita capai akan terasa nikmat adanya (Penulis).

Persembahan :

1. Kepada allah SWT yang telah memberi kekuatan untuk bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.

2. Yang tercinta kedua orang tua saya : Bapak Purdiono, S.Pd dan Ibu Muji Rahayu, terimakasih atas segala dukungan, do’a, cinta dan kasih sayang, serta nasehat dari Bapak dan Ibu.

3. Yang tercinta Yuni Apriyani yang selalu mendukung dan menyemangati selalu, serta adik saya Indah Dwi Puspandari yang mendukung selalu.

4. Teman-teman PJKR angkatan 2006 serta 2007 dan almamater FIK UNNES tercinta

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat serta hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Dengan 4 Gawang Pada Siswa Putra SMP Negeri 1 Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010 / 2011. Dengan demikian penulis juga daoat menyelesaikan studi program Sarjana, di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragan, Universitas Negeri Semarang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penukis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga, diantaranya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dorongan dan semangat serta ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M. Pd selaku Pembimbing Utama yang telah member petunjuk, dorongan, dan motivasi serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M. Pd selaku Pembimbing Pendamping yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

6. Mohammad Annas, S. Pd, M. Pd, atas berkenannya sebagai ahli penjas yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Hadinoto S. Pd selaku Kepala SMP N 1 Lebaksiu yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Basuki Rahmat, S.Pd dan Cahyo Wibowo, S.Pd, selaku guru Pendidikan Jasmani SMP N I Lebaksiu yang telah berkenan membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

9. Siswa putra kelas VIII SMP N 1 Lebaksiu yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

10.Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR, FIK, UNNES, yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Ayah, Ibu, serta keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materiil serta doa restu demi terselesaikannya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Semarang, 28 September 2011

Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SARI ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR………. . xii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Pengembangan... 8

1.4Spesifikasi Produk ... 8

1.5Pentingnya Pengembangan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1Pengertian gerak ... 10

2.2Pengertian Gerak ... 14

2.3Pendidikan Jasmani SMP ……….. ... 18

2.4Prinsip Modifikasi Permainan……… 22

2.5Karakteristik Permainan Sepakbola………...…….. 24

(9)

2.6Karakteristik Permainan Sepakbola Empat Gawang……… . 34

2.7 Kerangka Berfikir………... ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan ... 43

3.2 Prosedur Pengembangan ... 44

3.3 Uji Coba Produk ... 46

3.4 Subjek Uji Coba………. .. 48

3.5 Tekhnik Analisis Data………... .. 50

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN 4.1 Hasil Data Uji Coba ... 53

4.2 Draf Pembelajaran Awal Model Permainan Sepakbola Empat Gawang Bagi Siswa SMP………... .... 54

4.3 Validasi Ahli……… . 59

4.4 Revisi Draf Produk Awal Sebelum Uji Coba Skala Kecil Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Melalui Permainan Sepakbola Empat Gawang………... ... 62

4.5 Data Uji Kelompok Kecil……… .. 64

4.6 Draf Setelah Uji Coba Skala Kecil Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Melalui Permainan Sepakbola DenganEmpat Gawang……….. .... 68

4.7 Data Uji Coba Lapangan……… ... 74

4.8 Pembahasan ... 87

(10)

BAB V KAJIAN DAN SARAN

5.1 Kajian ... 90

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN… ... 96

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Denyut Nadi Pembelajaran Sepakbola di SMP N I Lebaksiu…… .. 5

2. Justifikasi Pengembangan Model PembelajaranSepakbola Melalui Permainan Sepakbola Empat Gawang………. . 41

3. Faktor Indikator dan Jumlah Butir Kuesioner Ahli ... 49

4. Skor Jawaban Kuesioner “Ya” dan “Tidak” ... 50

5. Faktor, Indikator dan Jumlah Butir Kuesioner Siswa ... 50

6. Klasifikasi Presentase... 51

7. Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli ... 61

8. Data Hasil Keseluruhan dari Ahli, Uji Coba Kelompok Kecil, dan Uji Lapangan………. . 89

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lapangan Sepakbola Empat Gawang (Landasan Teori)………. 36

2. Bola Yang Digunakan Dalam Sepakbola Empat Gawang………….. 36

3. Gawang Sepakbola Empat Gawang………. 37

4. Daerah Permulaan Permainan Sepakbola Empat Gawang…………. 38

5. Prosedur Pengembangan………... 44

6.Lapangan Sepakbola Empat Gawang………. 56

7. Bola Permainan Sepakbola………. 56

8. Gawang Sepakbola Empat Gawang……….. 57

9. Daerah Permulaan Permainan Sepakbola Empat Gawang………….. 58

10. Ukuran Lapangan Untuk 16 Pemain……….. 62

11. Ukuran Lapangan Untuk 20 Pemain………. 63

12. Lapangan Sepakbola Empat Gawang……….. 70

13. Bola Dalam Permainan Sepakbola Empat Gawang……… 70

14. Gawang Sepakbola Empat Gawang………. 71

15. Daerah Permulaan Sepakbola Empat Gawang……… 72

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Usulan Tema Skripsi ... 95

2. SK Penetapan Pembimbing ... 96

3. Kuesioner Evaluasi Ahli dan Guru Penjas ... 97

4. Kuesioner Evaluasi Siswa ... 101

5. Hasil Pengisian Kuesioner Evaluasi Ahli dan Guru Penjas ... 105

6. Saran dan Komentar Umum Perbaikan Model Permainan ... 106

7. Surat Keterangan Penelitian (Uji Coba Skala Kecil) ... 107

8. Surat Ijin Penelitian ... 108

9. Surat Keterangan Penelitian (Uji Coba Lapangan) ... 109

10.Daftar Siswa Putra SMP Al Uswah (Uji Coba Skala Kecil) ... 110

11.Jawaban Kuesioner Siswa (Subyek Uji Coba Skala Kecil)... 111

12.Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa (Uji Coba Skala Kecil) ... 113

13.Data Hasil Uji Coba Skala Kecil………. 115

14.Daftar Siswa SMP N I Lebaksiu (Uji Coba Lapangan)………... 118

15.Jawaban Kuesioner Aspek Kognitif………..………... 123

16.Jawaban Kuesioner Aspek Psikomotor………. 128

17.Jawaban Kuesioner Aspek Afektif………. 133

18.Analisis Data Hasil Uji Lapangan……….. 138

19.Dokumentasi………... 141

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain. Kegiatan olahraga meliputi gaya pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat atau jiwa sportif. Pada olahraga kelompok mendorong manusia untuk saling bertanding dalam suasana kegembiraan dan kejujuran. Olahraga memberi kemungkinan tercapainya rasa saling mengerti dan menimbulkan rasa solidaritas serta tidak mementingkan diri sendiri. Olahraga juga dapat dijadikan alat pemersatu.

Selain itu olahraga juga dapat membuat tubuh seseorang menjadi sehat jasmani dan rohani yang akhirnya akan membentuk manusia yang berkualitas. Mengingat pentingnya peranan olahraga dalam kehidupan manusia, juga dalam usaha ikut serta memajukan manusia Indonesia yang berkualitas, maka pemerintah Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan di bidang olahraga, seperti mengadakan pertandingan-pertandingan olahraga yang biasanya diikuti oleh para olahragawan.

Untuk memperoleh tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik, maka dapat diperoleh dengan olahraga yang dimulai sejak dini melalui pendidikan formal maupun non formal.

(15)

Kegiatan olahraga melalui formal dilakukan dalam pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan gerak untuk kualitas kehidupan manusia. Oleh karena itu, pendidikan gerak perlu menjadi referensi dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani di sekolah bukanlah hanya sekedar mendidik melalui aktivitas jasmani, akan tetapi proses pembelajaran pendidikan jasmani juga dijadikan sebagai salah satu media untuk memecahkan masalah gerak.

Pendidikan jasmani mempunyai hubungan yang sangat erat dengan belajar gerak dimana belajar gerak merupakan salah satu bentuk belajar yang mempunyai tujuan dalam peningkatan kualitas gerak tubuh. Di dalam pendidikan jasmani, belajar gerak berperan dalam pengembangan keterampilan gerak tubuh dan penguasaan pola-pola gerak keterampilan olahraga ( Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993 : 234 ).

(16)

Aktivitas jasmani atau gerak manusia sangat berhubungan dengan denyut nadi, sehingga kondisi tubuh dan kualitas gerak yang dilakukan manusia dapat terdeteksi dengan pengukuran denyut nadi. Denyut nadi atau pulsus adalah perubahan tiba-tiba dari tekanan jantung yang dirambatkan sebagai gelombang pada dinding pembuluh darah (Oktia Woro Kasmini H., 1999: 7).

Menurut Oktia Woro Kasmini H ( 1999: 8-9), denyut nadi normal adalah 70-80 kali tiap menit, tetapi pada orang-orang yang rutin melakukan olahraga atau aktivitas fisik denyut nadi normal dapat hanya mencapai 50-60 kali per menit. Jika frekuensi lebih dari normal disebut tachicardi dan jika frekuensi kurang dari normal disebut bradicardi. Frekuensi denyut nadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni : aktifitas fisik, suhu badan, obat-obatan, emosi, makanan, dan kehamilan bulan terakhir.

Untuk memperbaiki ketahanan jantung dang peredaran darah, maka kita harus melakukan latihan-latihan olahraga secara terus menerus dan telatur paling sedikit 20-30 menit, pada keadaan denyut jantung 70% dari denyut jantung maksimal. Denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pada waktu latihan-latihan olahraga adalah 220 dikurangi umur yang dinyatakan dalam tahun.

(17)

Dalam penelitian awal melalui survei awal di Lapangan sepakbola Lebaksiu pada tanggal 17 Januari 2011 untuk mengetahui sarana dan prasarana olahraga sepakbola, mengetahui proses belajar mengajar pendidikan jasmani khususnya proses pembelajaran sepakbola, dan mengetahui efektivitas permainan sepakbola yang diajarkan kepada siswa SMP untuk meningkatkan denyut nadi siswa. Hasil suvei tentang sarana dan prasarana sepakbola di SMP Negeri 1 Lebaksiu adalah tidak adanya lapangan sepakbola dan hanya memiliki 4 bola sepak ukuran standar dengan kondisi yang baik.

Peneliti mengamati dalam proses pembelajaran sepakbola siswa kelas VIII dari tanggal 19-22 Januari 2011 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berlokasi di daerah peneliti yaitu SMP Negeri 1 Lebaksiu, dari hasil pengamatan di peroleh hasil yang masih jauh dari harapan dan tidak sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Pada proses pembelajaran sepakbola ditemui beberapa hal, antara lain :

1. Alat dan fasilitas yang digunakan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa. Contoh : lapangan yang digunakan adalah lapangan milik desa Lebaksiu dengan ukuran standar dan bola yang digunakan adalah bola dengan ukuran orang dewasa.

2. Peraturan permainan sepakbola yang digunakan sesuai dengan peraturan yang sebenarnya atau aturan baku dalam sepakbola.

(18)

4. Pembelajaran permainan sepakbola yang diberikan oleh guru masih belum dimodifikasi, sehingga dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan, dan malas untuk bergerak.

Salah satu indikator untuk mengetahui partisipasi siswa yang aktif untuk mengikuti pembelajaran adalah dengan mengetahui atau mengukur denyut nadi siswa. Hasil rata-rata kenaikan denyut nadi siswa SMP Negeri 1 Lebaksiu ketika mengikuti pembelajaran permainan sepakbola, masih jauh dari rentangan intensitas latihan yang disarankan, yaitu 60-90 % dari denyut nadi maksimal.

Tanggal 19-22 Januari 2011 telah dilaksakan observasi tentang pelaksanaan olahraga sepakbola siswa putra kelas VIII yang berjumlah 159 siswa di SMP Negeri 1 Lebaksiu. Observasi di sini dengan cara melakukan pengamatan lapangan tentang aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran sepakbola. Data sebagai berikut :

Tabel 1

Hasil Denyut Nadi Pembelajaran Sepakbola di SMP Negeri 1 Lebaksiu

NO KELAS DENYUT NADI RATA-RATA

Denyut Nadi Awal Denyut Nadi Akhir

1 VIII A 88 103

2 VIII B 90 102

3 VIII C 88 103

4 VIII D 90 102

5 VIII E 86 101

6 VIII F 87 103

7 VIII G 93 105

8 VIII H 92 104

Jumlah 714 823

Hasil Rata-rata 89 103

(19)

Berdasarkan data di atas dapat dicermati bahwa permainan olahraga sepakbola dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMP yang disurvei hanya mampu menaikkan denyut jantung hingga mencapi rata-rata sebesar 103 denyut per menit. Apabila umur rata-rata kelas VIII adalah 13 tahun maka denyut jantung maksimal sebesar 220-13 = 207 denyut per menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran sepakbola keadaan denyut jantung siswa hanya mampu mencapai 49,69% dari denyut jantung maksimal, atau dengan kata lain permainan sepakbola yang diberikan tidak cukup efektif untuk meningkatkan denyut jantung siswa.

Hasil lain dari pengamatan selama pengambilan data adalah pada metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sepakbola. Secara umum metode yang digunakan adalah pembelajaran tradisional, dimana semua anak melakukan aktivitas pembelajaran sepakbola sesuai intruksi guru. Keadaan ini berakibat pada terbatasnya anak dalam bergerak, sehingga pembelajaran gerak tidak optimal.

Pembelajaran permainan sepakbola belum mampu memperbaiki ketahanan jantung dan peredaran darah, sebab denyut jantung selama pembelajaran hanya mampu mencapai 49,69% dari denyut jantung maksimal. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa pembelajaran permainan sepakbola yang di berikan oleh guru masih kurang efektif dan kurang menumbuhkan minat siswa agar aktif bergerak.

(20)

minat siswa sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Dari latar belakang diatas, peneliti dapat memberikan alasan mengapa permasalahan tersebut perlu diteliti, yaitu:

1. Paradigma pembelajaran pendidikan jasmani dahulu lebih menekankan anak harus bisa menguasai teknik yang diberikan dengan baik, namun paradigma pembelajaran pendidikan jasmani yang berkembang sekarang bahwa yang terpenting anak sudah mau bergerak dan gembira merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani yang baik.

2. Agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada umumnya dan pendidikan jasmani pada khususnya sehingga tujuan dari pendidikan jasmani dan olahraga dapat tercapai.

3. Pendidikan jasmani di sekolah menengah pertama (SMP) pada hakekatnya mempunyai arti, peranan, dan fungsi yang penting dan strategis dalam upaya mengembangkan keterampilan gerak siswa.

1.2 Perumusan Masalah

(21)

1.3 Tujuan Pengembangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran sepakbola berupa permainan sepakbola dengan empat gawang yang sesuai dengan karakteristik siswa di SMP Negeri 1 Lebaksiu Kabupaten Tegal dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

1.4 Spesifikasi Produk

Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa model permainan sepakbola empat gawang yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP, yang mengembangkan semua aspek pembelajaran (kognitif, psikomotor, dan afektif) dan meningkatkan intensitas fisik sehingga derajat kebugaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan dalam pengajaran sepakbola.

(22)

1.5 Pentingnya pengembangan

Penelitian pengembangan ini yang berupa model permainan sepakbola dengan 4 gawang yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP, yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran (kognitif, psikomotor, dan afektif) dan dapat meningkatkan intensitas fisik sehingga derajat kebugaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan dalam pengajaran sepakbola.

Pelaksanaan permainan sepakbola bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih disamakan dengan permainan sepakbola pada orang dewasa dan belum dimodifikasi sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Hal ini dapat menyebabkan tujuan pembelajaran kurang sesuai dengan yang di harapkan, seperti halnya pencapaian tujuan untuk pengembangan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

Sebagai acuan berfikir secara ilmiah dalam rangka untuk pemecahan permasalahan, pada kajian pustaka ini dimuat beberapa pendapat dari para pakar. Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang : pengertian gerak, karakteristik perkembangan gerak anak remaja, pendidikan jasmani, karakteristik permainan sepakbola, karakteristik permainan sepakbola empat gawang.

2.1 Pengertian Gerak

Gerak (motor) sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencangkup gerak manusia. Jadi gerak (motor) ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotor (Amung Ma’mun, 2000:20).

2.1.1 Belajar Gerak

Menurut Amung Ma’mun (2000:3), belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak (motor skill). Keterampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia.

Ada tiga tahapan dalam belajar gerak (motor learning) yaitu :

(24)

a) Tahapan verbal kognitif

Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan dan bagaimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal kognitif sangat mendominasi tahapan ini.

b) Tahapan gerak (motorik)

Pada tahapan ini, fokusnya adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan. Biasanya yang harus dikuasai peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah control dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri.

c) Tahapan otomatisasi

Pada tahapan ini, setelah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini motor program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

(25)

2.1.2 Aktivitas Jasmani Sebagai Perilaku Gerak

Berdasarkan perilaku gerak, aktivitas jasmani dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi dalam susunan yang merentang dari aspek dasar hingga aspek yang kompleks. Masing-masing aspek tidak selalu bisa dipisahkan secara jelas akan tetapi satu sama lain saling mendukung. Tujuh klasifikasi tersebut antara lain :

a) Persyaratan Antropometrik

Ada dua persyaratan penting untuk dapat melakukan gerak, yaitu :

1. Endogenous, yaitu parameter-parameter yang berkaitan dengan aspek proses fisiologis, misalnya denyut nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.

2. Exsogenous, yaitu parameter-parameter yang berhubungan dengan aspek produk bentuk tubuh, misalnya tinggi badan, berat badan, panjang langkah, dan postur.

b) Kemampuan Sensorik

Kemampuan sensorik mempunyai peranan penting dalam melakukan gerak karena gerak pada dasarnya merupakan penjelmaan sensory input dan sensory output. Terdapat empat jenis receptor penerima informasi dalam tubuh, yaitu

1. Telereceptor, berfungsi untuk menerima informasi dari luar badan. 2. Exteroreceptor, berfungsi untuk menerima informasi dari kulit.

(26)

4. Propioreceptor, berfungsi untuk menerima informasi dari postur dan alat gerak.

Keempat jenis receptor penerima informasi dalam tubuh itu sangat

memegang peranan penting untuk dapat melakukan berbagai aktivitas fisik.

c) Kemampuan Kondisi

Kemampuan kondisi fisik atau juga disebut kesegaran jasmani merupakan karakteristik kondisi untuk dapat melakukan aktivitas fisik. Komponen utama kemampuan kondisi antara lain : daya tahan, kekuatan, fleksibitas, dan kecepatan.

d) Kemampuan Koordinasi

Secara umum koordinasi diartikan sebagai kerjasama dari prosedur atau sesuatu yang berbeda. Secara fisiologis koordinasi sering diartikan sebagai kerjasama dari system saraf pusat dengan otot untuk menghasilkan tenaga, baik inter maupun intra-muscculer. Sehubungan dengan itu, koordinasi terkait erat dengan stimulasi atau rangsang sensor visual. Komponen koordinasi antara lain meliputi keseimbangan, kemampuan kombinasi gerak, kelincahan, dan kemampuan reaksi.

e) Pengalaman Fisik (Body Experiences)

(27)

f) Keterampilan Gerak Teknis

Keterampilan gerak teknis terkait langsung dengan kemampuan teknik gerak dalam cabang olahraga seperti sepakbola, basket, atau renang. Klasifikasi kemampuan teknik pada setiap cabang olahraga sangat beragam tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Keragaman ini menunjukan bahwa klasifikasi keterampilan gerak teknik olahraga sangat beragam tergantung dari dasar pandangnya masing-masing.

g) Keterampilan Gerak Taktis

Taktik dapat diartikan sebagai penggunaan keterampilan gerak teknis secara optimal dan efektis agar dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan tujuanutama cabang olahraga. Meskipun keterampilan taktis didasarkan pada kombinasi faktor kognitif dan motorik, namun pada akhirnya taktik sering didasari sebagai pola gerak (Adang Suherman, 2000:28-33).

2.2 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Remaja (Adolesensi)

2.2.1 Ukuran dan bentuk tubuh anak remaja (Adolesensi)

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini berlangsung antara umur 12-18 tahun. Adolesensi

(28)

Perbedaan ukuran badan untuk kedua jenis kelamin pada masa sebelum adolesensi adalah kecil, meskipun kecenderungan anak laki-laki sedikit lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan. Sedangkan pada awal masa adolesensi anak-anak perempuan lebih tinggi dan lebih beratdari anak laki-laki. Akan tetapi keadaan tersebut tidak terlalu lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada anak laki-laki pada masa adolesensi. Anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, ukuran-ukuran yang lain, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar bahu, lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung dengan cepat. Pada masa adolesensi antara laki-laki dan perempuan makin jelas perbedaan ukuran dan bentuk tubuhnya.

Perubahan fisik selama adolesensi menunjukan beberapa indikasi terhadap komposisi tubuh. Perubahan komposisi selama masa adolesensi terutama bervariasi pada sumbu kegemukan dan kekurusan. Anak laki-laki meningkat ke arah bentuk ramping dan berotot terutama pada anggota badan, sedangkan anak perempuan meningkat kea rah keduanya, kearah bentuk ramping dan gemuk. Peningkatan ini pada anak laki-laki berlangsung dengan cepat terutama menjelang dewasa, sedangkan pada anak perempuan berlangsung secara bertahap (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:38).

2.2.2 Perkembangan Motorik Anak Remaja (Adolesensi)

(29)

peningkatan yang terus berlangsung, sedangkan anak perempuan menunjukan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Peningkatan koordinasi pada anak laki-laki terus berlangsung sejalan dengan bertambahnya umur kronologis, sedangkan anak perempuan sudah tidak berkembang lagi sesudah umur 14 tahun.

Masa kanak-kanak merupakan waktu belajar untuk keterampilan dasar, sedangkan masa adolesensi adalah waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan motorik. Akan tetapi pada kenyataannya banyak anak-anak yang tidak memperoleh kesempatan untuk mempelajari keterampilan dasar sampai masa adolesensi (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:147).

2.2.3 Aktivitas Fisik Yang di Perlukan Remaja (Adolesensi)

Adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus keterampilan berbagai macam kegiatan olahraga secara halus. Setiap orang dapat belajar untuk menilai kemampuannya dan memilih bentuk latihan, olahraga, dan kegiatan fisik lainnya yang berguna sepanjang hidupnya (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:165).

(30)

Secara keseluruhan ciri-ciri anak remaja (adolesensi) adalah sebagai berikut :

a) Perkembangan karakteristik seks sekunder dan kematangan biologis berhubungan dengan bertambahnya hormon sekresi, estrogen untuk wanita dan endrogen untuk pria.

b) Mengalami pertumbuhan cepat yang ditandai dengan bertambahnya tinggi dan berat badan.

c) Ada perbedaan irama pertumbuhan antara bagian-bagian tubuh dan antara kedua jenis kelamin. Pada pria terjadi pelebaran pundak, sedangkan pada wanita terjadi pelebaran pinggul dan proporsional tangan dan kaki pria lebih panjang.

d) Terjadi perubahan sistem fisiologis dan peningkatan kesanggupan melakukan aktivitas fisik yang lebih besar bagi pria dibandingkan wanita.

e) Perbedaan komposisi jaringan tubuh, seperti Nampak bahwa pria l;ebih berotot sedangkan wanita cenderung banyak lemak, sehingga pria lebih kuat dan cepat.

f) Pada masa pertumbuhan cepat ini dapat terjadi penghentian peningkatan untuk keseimbangan, ketahanan, dan koordinasi antara mata dengan tangan. g) Kemampuan memusatkan perhatian lebih lama, berminat besar terhadap

(31)

2.3 Pendidikan Jasmani SMP

2.3.1 Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasaan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, kognitif, psikomotor, dan afektif setiap siswa.

Materi mata pelajaran pendidikan jasmani SMP yang meliputi : pengalaman mempraktekan keterampilan dasar permainan dan olahraga ; aktivitas pengembangan; uji diri atau senam; aktivitas ritmik; akuatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdorr) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, afisien dan efektif.

Adanya implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada giliranya siswa diharapkan dapat memningkatkan sikap positif bagi dirisendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang. Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif (BSNP dalam Martin Sudarmono,2010:21).

2.3.2 Materi Pendidikan Jasmani SMP

(32)

orang perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan konsep latihan yang benar.

Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Untuk dapat berolahraga secara benar, manusia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pendidikan jasmani diyakini dapat memberikan kesempatan siswa untuk :

a) Berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga

b) Pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukanya secara aman

c) Pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat.

2.3.3 Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Perencanaan merupakan bagian integral dari pengajaran yang efektif. Efektifitas pengajaran akibat diadakannya perencanaan akan nampak akan lebih jelas manakala guru ingin menerapkan model-model atau materi pembelajaran yang tidak pernah diterapkan sebelumnya atau dihadapkan pada lingkungan pembelajaran yang terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan bagi calon guru pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam keterampilan mengajarnya (Rusli Lutan, 2000 : 1).

(33)

dkk dalam Rusli Lutan (2000 : 3), mendefinisikan mengajar sebagai proses penataan manusia, materi, dan sumber-sumber untuk keperluan kelancaran proses belajar. Khususnya untuk pendidikan jasmani, penetaan dalam proses pembuatan perencanaan mengajar pendidikan jasmani nampak lebih penting mengingat lingkungan belajarnya yang agak unik. Pentingnya suatu perencanaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a) Waktu mengajar yang relatif terbatas

Jumlah waktu yang relatif terbatas untuk mengajar pendidikan jasmani merupakan salah satu faktor pentingnya membuat perencanaan pengajaran. Rata-rata frekuensi mengajar pendidikan jasmani dalam seminggu adalah satu kali dengan jumlah waktu sekitar 2 x 30 atau 40 menit.

b) Jumlah siswa dan fasilitas

Jumlah siswa yang cukup banyak serta peralatan dan fasilitas yang relatif terbatas akan mempengaruhi teknik dan strategi mengajar agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.

c) Latar belakang guru

Walaupun kemungkinan besar semua guru pendidikan jasmani adalah lulusan dari lembaga persiapan pendidikan guru jasmani, namun tidak menutup kemungkinan guru pendidikan jasmani harus mengajar pelajaran yang tidak diperoleh saat mengikuti pendidikan. Dalam hal ini perencanaan pengajaran sangat membantu guru agar dapat mengajar dengan baik.

d) Karakteristik siswa

(34)

letak geografisnya. Semua itu memerlukan perencanaan yang baik sehingga semua siswa ikut belajar sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan.

e) Keterlibatan guru lain

Terkadang guru pendidikan jasmani memerlukan bantuan guru lain untuk mengawasi program yang diberikan kepada siswa. Dalam kasus demikian perencanaan perlu dibuat sehingga guru yang terlibat tahu secara pasti arah, tujuan, dan jenis kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa yang diawasinya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses mengajar pada dasarnya adalah proses penataan yang akan selalu melibatkan proses sebelum pelaksaan (perencanaan), pelaksanaan (melakukan perencanaan), dan proses setelah pelaksanaan (evaluasi).

2.3.4 Implikasi Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan para guru agar terjadi transfer belajar sebagai berikut :

a) Makin mirip situasi latihan dengan situasi permainan yang sebenarnya, makin mungkin terjadi transfer.

Implikasinya, guru dituntut mampu menganalisa aneka ragam situasi yang terdapat pada suatu permainan dan menambahkanya secara bertahap ke dalam situasi berlatih.

b) Makin bervariasi suatu keterampilan dipelajari, makin mungkin terjadinya transfer secara positif terhadap situasi permainan yang sebenarnya.

(35)

tidak terjadi sebab siswa belum memahami dan belum dapat menerapkan prinsip gerak yang menjadi sunber transfer dengan baik.

c) transfer dapat dilakukan melalui usaha pemberian dorongan oleh gurunya terhadap siswa agar menggunakan informasi dan keterampilan yang sudah dimiliki siswa serta kejelasan aktivitas belajar yang hharus dilakukannya.

Implikasinya, guru dapat mendorong terjadinya transfer dengan cara : 1. Memberikan komponen tugas gerak dengan jelas kepada siswa. Cara ini

dimaksudkan untuk membuat keterkaitan kognitif secara jelas diantara skill yang dilakukan.

2. Memberikan contoh nyata tentang konsep yang seharusnya diterapkan siswa pada keterampilan lainnya dengan jelas.

2.4 Prinsip Modifikasi Permainan

Gusril dalam Dony Wirayuda dan Hermawan Pamot (2010 : 10-11) menyatakan bahwa modifikasi memiliki keuntungan dan keefektifitasan, yang meliputi :

a) Meningkatkan Motivasi dan Kesenangan dalam Pembelajaran Penjasorkes Orientasi pembelajaran olahraga dan permainan yang dimodifikasi ke dalam penjasorkes, yaitu : menimbulkan rasa senang anak yang mengikuti pembelajaran dengan rasa senang, tentu akan mendorong motivasi untuk berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes. Dan pada akhirnya anak akan memiliki kesempatan untuk aktif bergerak, sehingga tujuan pembelajaran untuk meningkatan kebugaran anak akan tercapai.

(36)

Prinsip dalam modifikasi olahraga dan permainan adalah aktivitas belajar (learning activities). Oleh karena itu, adalam pembelajaran penjasorkes yang perlu diditekankan adalah memanfaatkan waktu dengan aktivitas gerak.

c) Meningkatkan Hasil Belajar Penjasorkes Siswa

Apabila pengalaman gerak sudah banyak, tentu akan memberikan kontribusi pada peningkatan kebugaran jasmaninya. Kebugaran jasmani merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk modal dasar dalam mendapatkan hasil belajar yang optimal.

d) Mengatasi Kekurangan Sarana Prasarana

Salah satu pendukung dalam proses pembelajaran penjasorkes adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang ada. Sarana merupakan alat yang digunakan dalam pembelajaran penjasorkesorkes. Sedang prasarana menunjukan kepada tempat atau lapangan yang digunakan dalam pembelajaran penjasoekesorkes. Untuk menciptakan proses pembelajaran penjasorkes yang berkualitas baik, maka diperlukan sarana prasarana yang memadahi. Apabila ketersediaan sarana prasana tidak memadahi, maka seorang guru penjasorkes perlu dituntut untuk berkreasi atau menciptakan suatu bentuk modifikasi untuk mengatasi permasalahan sarana prasarana tersebut. Contoh apabila di sekolah tidak memeliki cakram dalam olahraga lempar cakram, maka untuk mengajar materi lempar cakram bisa menggunakan ban bekas sebagai pengganti cakram yang akan digunakan.

(37)

pembelajaran, baik pembelajaran permainan dan olahraga yang dilaksanakan dalam penjasorkesorkes.

2.5 Karakteristik Permainan Sepakbola

2.5.1 Permainan Sepakbola

Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya sebagai penjaga gawang. Permainan ini hanpir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tugkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. Dalam perkembangannya permainan sepakbola dapat dimainkan di luar lapangan (out door) dan di dalam ruangan (in door) atau tertutup (Sucipto, dkk, 2000:7).

2.5.2 Tujuan Permainan Sepakbola

Tujuan permainan sepakbola adalah pemain memasukkan bola ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak di gawang lawannya, dan apabila sama maka permainan dinyatakan seri atau draw.

(38)

(cooperation), interaksi sosial (sosial interaction), dan pendidikan moral (moral education) (Sucipto, dkk, 2000:7).

2.5.3 Analisis Pola Gerak Dominan dalam Permainan Sepakbola

Jika kita perhatikan gerakan-gerakan pada permainan sepakbola, disana terdapat gerakan lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan, dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan-gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya bermain bola.

Gerakan yang paling dominan dalam permainan sepakbola adalah menendang. Dengan gerakan menendang anak-anak sudah dapat bermain sepakbola, jika dilihat dari rumpun gerak dan keterampilan dasar, terdapat tiga dasar keterampilan diantaranya adalah lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif.

a) Lokomotor

Pada keterampilan bermain sepakbola ada gerakan berpindah tempat, seperti lari ke segala arah, meloncat atau melompat, dan meluncur. Gerakan tersebut diatas termasuk kedalam rumpun gerak lokomotor.

b) Non Lokomotor

Dalam bermain sepakbola ada gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat, seperti menjangkau, melenting, membungkuk, dan meliuk. Gerakan-gerakan tersebut tergolong dalam rumpun non lokomotor.

(39)

Gerakan-gerakan yang termasuk kedalam rumpun gerak manipulatif dalam permainan sepakbola, meliputi gerakan menendang bola, menggiring bola, menyundul bola, merampas bola, dan menangkap bola bagi penjaga gawang, atau lemparan ke dalam untuk memulai permainan setelah bola keluar lapangan.

Dari analisis gerakan-gerakan bermain sepakbola terdapat pola gerak yang bersifat dominan. Pola gerak dominan inilah yang menjadi ciri khas dari permainan sepakbola, gerakan menendang, menahan, menggiring, menyundul, merampas, dan menangkap bola merupakan pola-pola gerak dominan dalam bermain sepakbola. Pola gerak dominan inilah yang membedakan karakteristik cabang olahraga satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ada kalanya cabang-cabang olahraga memiliki pola gerak dominan yang hampir sama.

Penguasaan pola gerak dominan merupakan syarat mutlak guna terbentuknya keterampilan khas dalam suatu cabang olahraga, termasuk cabang sepakbola. Jika pola gerak dominan tidak dimiliki oleh siswa, maka siswa tersebut akan menemui kesulitan dalam bermain sepakbola.

2.5.4 Struktur Gerak Permainan Sepakbola

(40)

Adanya komplesitas skill dan keterampilan terbuka dari cabang olahraga sepakbola, maka untuk dapat diajarkan di sekolah-sekolah perlu diadakan pengembangan dan modifikasi pembelajarannya. Untuk itu perlu dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan sebenarnya, sehingga strategi dasar bermain dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Pengurangan struktur permainan ini dapat dilakukan terhadap faktor-faktor ukuran lapangan, jumlah, ukuran, kualitas peralatan yang digunakan, jenis keterampilan yang diterapkan, aturan pemain, tujuan permainan, dan lain-lain.

2.5.5 Perkembangan Sepakbola di Indonesia

Permainan sepakbola modern berkembang di Indonesia dibawa oleh bangsa Belanda pada waktu menjajah Indonesia pada tahun 1920. Organisasi sepakbola yang pertama berdiri di Indonesia adalah Nederlans Indisce Voetbal Bond (NIVB) yang didirikan oleh orang-orang Belanda.

Pada tanggal 19 April 1930 berkumpulah utusan-utusan dari masing-masing Bond untuk mendirikan organisasi sepakbola seluruh Indonesia, maka berdirilah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan yang menjadi ketua pertamanya adalah Ir. Suratin pada tahun 1931. Pada tahun 1941, untuk pertama kali diadakan kompetisi sepakbola dan dijadikan acara rutin setiap tahun sekali. Pada tahun 1966 hingga sekarang diadakan kejuaraan tingkat remaja-taruna (yunior) untuk memperebutkan piala Suratin. Hal ini untuk menghormati jasa-jasa Ir. Suratin terhadap persepakbolaan di tanah air (Sucipto, dkk, 2000:6).

2.5.6 Peraturan permainan sepakbola

(41)

Lapangan sepakbola berbentuk persegi panjang, panjang lapangan sepakbola antara 91,8 m – 120 m, dan lebar lapangan antara 46,9 m – 91,8 m. lapangan sepakbola dibatasi dengan garis yang jelas warnanya yaitu putih lebarnya tidak lebih dari 15 cm, dan diletakkan pada keempat sudut lapangan. Titik tengah lapangan ditandai dengan titik yang jelas dan dikelilingi lingkaran tengah dengan jari-jari 9,15 m.

Disetiap ujung dari lapangan harus digambar dua garis yang sejajar dengan garis gawang, sejajar dengan lebar lapangan. Daerah yang berada di dalam garis-garis ini dinamakam daerah gawang. Pada setiap ujung lapangan di gambar dua garis dengan panjang lapangan dan berjarak masing-masing 16,5 m dari tiang gawang. Garis-garis ini disatukan oleh sebuah garis lain yang sejajar dengan lebar lapangan. Daerah yang diapit oleh garis ini disebut daerah tendangan hukuman.

Sebuah titik harus digambarkan pada tiap daerah pinalti, jaraknya 11 m dari titik tengah garis gawang. Ini merupakan titik pinalti, diluar kotak pinalti digambarkan lingkaran yang berjari-jari 9,15 m dari titik pinalti. Pada tiap bendera sudut digambarkan seperempat lingkaran yang berjari-jari 1 m.

Gawang diletakkan ditengah garis gawang, terdiri dari dua tiang tegak, membentuk garis lurus dengan kedua bendera sudut dan lebarnya 7,32 m. Dihubungkan dengan sebuah tiang horizontal yang tingginya 2,44 m dari tanah, pada tiang gawang dapat dipasangkan jaring.

(42)

Bola yang digunakan dalam permainan sepakbola harus bulat, bagian luar harus terbuat dari kulit atau bahan-bahan lain yang sesuai. Keliling bola antara 68-71 cm, berat bola saat pertandingan antara 410-450 gram.

c) Jumlah Pemain

Pertandingan akan dilaksanakan oleh dua tim yang masing-masing tim beranggotakan sebelas orang dan salah satu dari pemain tersebut bertugas sebagai penjaga gawang.

d) Perlengkapan Pemain

Perlengkapan yang harus dikenakan pemain terdiri dari baju kaos, celana pendek, pelindung tulang kering, dan sepatu sepakbola. Pelindung tulang kering seluruhnya harus ditutup dengan kaos kaki, dan terbuat dari bahan seperti karet, plastik, dan bahan-bahan lain yang sejenis. Penjaga gawang boleh menggunakan pakaian yang berwarna-warni dengan tujuan untuk membedakannya dengan pemain lain dan wasit.

e) Wasit

Seorang wasit akan ditunjuk untuk memimpin dalam setiap pertandingan. Kewenangan dan penggunaan kekuasaan diberikan oleh hukum dan badan pertandingan segera setelah wasit memasuki lapangan pertandingan. Keputusan wasit pada kenyataanya tidak dapat diganggu gugat, sejauh yang menyangkut hasil pertandingan.

f) Hakim garis

(43)

1. Ketika bola keluar,

2. Pihak mana yang berhak atas tendangan sudut, tendangan gawang, atau lemparan ke dalam

3. Seorang pemain berada dalam posisi off-side

4. Kelakuan buruk atau kejadian lain yang terjadi diluar pengawasan wasit 5. Ketika pergantian pemain yang diinginkan.

6. Mereka juga perlu memberikan pendapatnya terhadap wasit untuk mengontrol pertandingan agar sesuai dengan peraturan.

g) Lamanya Permainan

Permainan berlangsung dua babak, masing-masing babak lamanya 45 menit, waktu istirahat diantara dua babak tidak lebih dari 15 menit.

h) Permulaan permainan

Pada permulaan permainan, pilihan untuk tempat dan tendangan pereetama (kick off) harus ditentukan dengan undian atau pelemparan koin. Tim yang menang undian dapat memilih tempat atau tendangan pertama (kick off), penendang pertama tidak boleh memainkan bola lebih dari satu kali kecuali telah menyentuh atau dimainkan oleh pemain lain.

Setelah gol pertama dicetak, permainan harus dimulai dengan kick off oleh tim yang kemasukan. Setelah waktu istirahat, ketika babak kedua dimulai, kedua tim bergantian tempat, dan tendangan pertama akan diambil oleh pemain lawan dari pemain yang mengambil tendangan pertama pada permulaan permainan (babak pertama).

(44)

Bola dikatan diluar lapangan ketika bola telah seluruhnya melawati garis gawang, baik menyusuri tanah atau melayang di udara. Bola dikatakan di dalam permainan ketika bola memantul dari tiang gawang atau tiang bendera sudut dan masuk ke dalam lapangan permainan, jika bola memantul pada wasit atau asisten wasit menduga atau menganggap adanya pelanggaran, sampai dengan memberikan keputusan.

j) Cara Mencetak Gol

Gol dinyatakan sah, bila seluruh bagian bola telah melewati atau melebihi garis gawang, diantara tiang gawang dan dibawah mistar gawang. Hal ini tidak berlaku pada lemparan ke dalam, memegang atau mendorong dengan tangan atau lengan secara sengaja oleh seorang pemain lapangan, kecuali seorang penjaga gawang yang berada di daerah hukumannya sendiri.

k) Off-Side

Seorang pemain berada dalam posisi off-side jika pemain tersebut lebih dekat ke garis gawang lawan dari pada bola dan pemain lawan yang kedua terakhir. Pemain tidak dapat dinyatakan off-side oleh wasit jika tidak mengambil keuntungan dalam posisi off-sidenya dan jika pemain tersebut menerima bola langsung dari tendangan gawang, tengangan penjuru atau lemparan ke dalam. Hukuman, seorang pemain dinyatakan off-side maka wasit akan memberikan tendangan bebas tidak langsung bagi pemain lawan di tempat dimana pelanggaran itu terjadi.

(45)

Seorang pemain yang melakukan salah satu dari pelanggaran yang tidak terpuji akan dianggap wasit melakukan hal yang tidak semestinya, antara lain : menendang atau berusaha menendang lawan, menjatuhkan lawan, menerjang lawan, menyerang lawan, memukul lawan atau berusaha memukul lawan, mendorong lawan, ketika merebut bola dari lawan terlebih dahulu mengenai lawan sebelum mengenai bola, menahan lawan atau meludahi lawan, dan menahan bola dengan tangan secara sengaja. Hukumannya adalah tendangan bebas langsung bagi lawan ditempat dimana pelanggaran terjadi.

m) Tendangan Bebas

Tendangan bebas dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu tendangan langsung dan tidak lansung. Ketika seorang pemain mengambil tendangan bebas baik secara langsung maupun tidak langsung dari dalam daerah pinaltinya sendiri, semua pemain lawan harus berada 10 yard (9,15m) dari bola dan harus tetap berada di luar daerah penalti sampai bola ditendang ke luar daerah penalty.

n) Tendangan Hukuman

Sebelum tendangan hukuman dilakukan, semua pemain selain penjaga gawang dan penendang harus berada di luar daerah tendangan hukuman termasuk di luar lingkaran 9,15 m. Bola harus tepat diletakkan tepat di titik penalti, penjaga gawang harus berada di atas garis gawang diantara kedua tiang gawang di bawah palang gawang dan tidak boleh memindahkan kakinya sebelum bola ditendang.

o) Lemparan Ke Dalam

(46)

dimana bola keluar, kearah manapun, oleh seorang pemain dari tim yang berhadapan dengan tim yang pemainnya menyentuh bola terakhir kali. Pemain yang akan melempar harus menghadap kearah lapangan permainan, dan sebagian telapak kaki harus berada di atas garis luar. Pelempar harus menggunakan kedua tangannya dan melempar bola dari belakanng melewati kepalanya.

p) Tendangan Gawang

Jika bola melewati garis gawang tetapi tidak diantara tiang dan mistar gawang, baik bola melayang di udara maupun bola manyusur tanah, dan bola terakhir dimainkan oleh pihak yang menyerang. Bola harus di tending secara langsung ke lapangan permainan melewati daerah penalti dari setiap titik di daerah gawang oleh seseorang pemain dari tim bertahan.

Seorang penjaga gawang tidak boleh menangkap bola dari tendangan gawang sebelum bola itu di tendang ke lapangan permainan. Penendang tidak boleh memainkan bola kedua kalinya sebelum bola disentuh atau dimainkan oleh pemain lain. Pemain lawan tidak boleh berada di daerah penalti, sebelum bolanya telah ditendang dan keluar dari daerah penalti.

q) Tendangan Sudut

(47)

2.6 Karakteristik Permaian Sepakbola dengan Empat Gawang

2.6.1 Permainan Sepakbola dengan Empat Gawang

Permainan sepakbola empat gawang merupakan permainan sepakbola menggunakan empat gawang yang digunakan oleh setiap tim dimana masing-masing tim terdiri dari 5 orang pemain, dimana 4 orang berperan sebagai pemain dan 1 sebagai penjaga gawang. Aturan permainan yang digunakan dalam permainan sepakbola empat gawang hampir sama dengan permainan sepakbola yang sebenarnya, namun ada beberapa peraturan yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.

Permulaan permainan sepakbola empat gawang (kick off) dilakukan seperti pertandingan sepakbola pada umumnya. Masing-masing tim berusaha memasukan bola ke gawang lawannya.

Pada permainan sepakbola ini terdapat empat buah gawang. Setiap tim bebas untuk memasukkan bola ke gawang lawan manapun. Seluruh siswa sangat berpotensi untuk mencetak gol ke gawang manapun baik gawang di depannya maupun gawang yang berada disisi samping kanan dan kiri.

Pada waktu merebut bola, pemain diusahakan merebut dengan cara yang tidak kasar. Pemain yang melakukan handsball di daerah mana saja, maka yang melakukan tendangan bebas adalah tim yang berada di depannya. Begitu pula apabila terjadi outball maka yang melakukan tendangan outball adalah tim yang berada di depannya.

(48)

garis gawang. Tim yang memasukan bola ke gawang mendapat nilai 1. Tim yang mendapatkan jumlah total nilai terbanyak dari hasil memasukkan bola dalam waktu 30 menit ditetapkan sebagai tim yang memenangkan pertandingan.

2.6.2 Peraturan permainan sepakbola dengan 4 gawang

Berikut ini adalah peraturan-peraturan dalam permainan sepakbola empat gawang. Peraturan dalam permainan sepakbola empat gawang terdiri dari beberapa hal antara lain :

a) Fasilitas dan peralatan 1. Lapangan

Lapangan yang digunakan dalam permainan sepakbola empat gawang berbentuk persegi. Ukuran lapangan yaitu 50 meter.

Lapangan ditandai dengan garis pembatas lapangan

Lapangan dibagi menjadi dua bagian yang sama luas dan diberi garis. Garis ini disebut garis tengah.

(49)

50 m

Gambar 1. Lapangan Sepakbola Empat Gawang

Keterangan : : lingkaran tempat kick off : Titik tengah kick off

: Gawang

2. Bola

 Bola yang digunakan adalah bola sepak dengan ukuran 4 (empat)

Gambar 2. Bola yang digunakan dalam sepakbola empat gawang

 Bahan: karet atau karet sintetis (buatan)  Berat: 410-450 gram

 Ukuran: 68-70 cm 3. Gawang

 Setiap tim mempunyai satu gawang dimana tiap gawang tersebut di jaga oleh satu penjaga gawang

(50)

Gambar 3. Gawang sepakbola empat gawang

b) Jumlah pemain

 Permainan sepakbola empat gawang dimainkan oleh 4 tim.  Setiap tim terdiri dari 5 orang pemain.

 orang pemain dari masing-masing tim bergerak untuk dapat memasukan bola ke gawang lawannya dan 1 orang pemain yang bertugas sebagai penjaga gawang.

c) Perlengkapan permainan

 Memakai pakaian atau seragam olahraga yang berbeda warnanya setiap tim.

 Memakai celana olahraga pendek.  Memakai kaos kaki.

 Memakai sepatu olahraga atau sepatu sepakbola d) Lama permainan dan tendangan permulaan

(51)

 Tendangan permulaan dilakukan dengan ketentuan semua pemain harus berada di luar daerah lingkaran kick off , kecuali yang melakukan tendangan permulaan.

 Jika terjadi gol, maka permainan dihentikan dan dimulai kembali melalui tendangan permulaan.

 Daerah permulaan permainan sepakbola empat gawang dilakukan seperti pertandingan sepakbola pada umumnya.

 Daerah permulaan berdiameter 6 meter

 Pada saat melakukan tendangan permulaan hanya terdapat dua orang pemain yang melakukan tendangan permulaan.

Gambar 4. Daerah permulaan permainan sepakbola empat gawang

e) Wasit

 Permainan sepakbola empat gawanng di pimpin oleh satu orang wasit.  Wasit mempunyai wewenang untuk mengawasi jalannya permainan

sepakbola empat gawang.

 Wasit bertugas untuk mengawasi bola yang sedang di mainkan.  Wasit berada di dalam lapangan yaitu di area lapangan permainan

f) Cara mencetak gol

(52)

 Suatu gol dicetak jika bola seluruhnya melewati garis gawang antara kedua tiang gawang dan di bawah palang gawang.

 Tim yang mencetak jumlah gol terbanyak selama pertandingan adalah pemenang pertandingan.

g) Tendangan ke dalam

 Tendangan ke dalam dilakukan jika bola seluruhnya telah melewati garis samping secara menggelinding di atas tanah maupun melayang di udara.  Saat melakukan tendangan ke dalam bola harus berada dan menyentuh

garis lapangan permainan. h) Tendangan dan lemparan gawang

 Tendangan maupun lemparan gawang boleh dilakukan jika bola yang dimainkan lawan seluruhnya telah melewati garis gawang dan tidak terjadi gol, baik baik menggelinding di atas tanah maupun di udara.  Untuk melanjutkan permainan dilakukan melalui tendangan maupun

lemparan yang dilakukan oleh penjaga gawang di depan garis garis gawang.

i) Tendangan sudut dan off side

(53)

2.7 Kerangka Berfikir

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan termasuk salah satu upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya yang diselenggarakan di sekolah, baik dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah.

Materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang meliputi : pengalaman mempraktikan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri atau senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaiman cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif.

(54)

adalah dijumpainya anak-anak yang merasa tidak senang, bosan dan kurang aktif bergerak dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

Modifikasi pembelajaran permainan sepakbola merupakan salah satu upaya yang harus diwujudkan. Model pembelajaran permainan sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang diharapkan mampu membuat anak lebih aktif bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang menyenangkan, ketika mengikuti pembelajaran permainan sepakbola.

Berikut ini akan disajikan justifikasipengembangan model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang :

Tabel 2. Justifikasi Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola

Melalui Permainan Sepakbola Empat Gawang

No Kondisi Faktual 1. Lapangan permainan sepakbola

yang digunakan menggunakan lapangan ukuran standar bagi orang dewasa.

2. Bola yang digunakan

menggunakan ukuran standar bagi orang dewasa yaitu bola ukuran 5.

(55)

digunakan dalam bermain sepakbola adalah peraturan resmi atau peraturan baku.

dengan peraturan resmi karena sulit memahami dan dipraktikkan di lapangan.

yang sederhana, mudah dipahami dan mudah untuk dipraktikkan. 5. Tidak semua sekolah

mempunyai lapangan yang luas untuk bermain sepakbola.

Permainan sepakbola tidak bisa dilaksanankan jika harus membutuhkan lapangan ukuran standar .

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk berupa model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2009:9). Penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tujuh langkah yang utama, yaitu :

1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi observasi lapangan.

2. Mengembangkan bentuk metode pembelajaran atau produk awal (berupa peraturan permainann sepakbola empat gawang).

3. Evaluasi para ahli dengan menggunakan satu ahli penjas dan dua ahli pemmbelajaran, serta uji coba kelompok kecil, dengan menggunakan kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang kemudian dianalisis.

4. Revisi produk pertama, revisi pembelajaran berdasarkan hasil dari evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk awal yang dibuat oleh peneliti.

5. Uji coba lapangan.

(57)

6. Revisi produk akhir yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan. 7. Hasil akhir model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola

empat gawang bagi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dihasilkan melalui revisi uji lapangan.

3.2Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan pada model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang ini, dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut, antara lain :

Analisis Kebutuhan

Kajian Pustaka Observasi dan Wawancara

Pembuatan Produk Awal

Tinjaunan Ahli Penjas Uji Coba Kelompok Kecil

Dan Ahli Pembelajaran 20 Siswa Kelas VIII SMP Al Uswah

Revisi Produk Pertama Uji Coba Lapangan

Siswa Kelas VIII SMP N I Lebaksiu Revisi Pembelajaran Akhir

Pembelajaran Akhir Permainan Sepakbola Empat Gawang

Gambar 5. Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran Sepakbola Melalui

(58)

3.2.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola empat gawang ini dibutuhkan atau tidak. Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi di SMP N I Lebaksiu Kabupaten Tegal tentang pelaksanaan olahraga sepakbola dengan cara melakukan pengamatan lapangan tentang proses pembelajaran dan aktivitas fisik siswa.

3.2.2 Pembuatan Produk Awal

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan pembelajaran model permainan sepakbola empat gawang. Dalam pembuatan pembelajaran yang dikembangkan, peneliti membuat produk berdasarkan kajian teori yang kemudian dievaluasi oleh ahli pembelajaran. Subjek peneliti ini adalah siswa kelas VIII SMP N I Lebaksiu Kabupaten Tegal.

3.2.3 Uji Coba Produk

Pelaksanaan uji coba pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : (1) menetapkan desain uji coba, (2) menentukan subjek uji coba, (3) menyusun instrumen pengumpulan data, dan (4) menetapkan teknik analisis data.

3.2.4 Revisi Produk Pertama

(59)

3.2.5 Uji Coba Lapangan

Pada tahap ini dilakukan uji lapangan terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba siswa kelas putra kelas VIII SMP N 1 Lebaksiu yang berjumlah 159 siswa.

3.2.6 Revisi Produk Akhir

Revisi produk dari hasil uji lapangan yang telah diujicobakan siswa putra kelas VIII SMP N 1 Lebaksiu Kabupaten Tegal yang berjumlah 159 siswa.

3.2.7 Hasil Akhir

Hasil akhir produk pengembangan dari uji lapangan yang berupa model pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola dengan empat gawang.

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk penelitian ini bertujuan untuk memperoleh efektifitas, efisiensi dan kebermanfaatan dari produk. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksaan uji coba produk adalah sebagai berikut :

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan dan segi pemanfaatan pembelajaran yang dikembangkan. Desain uji coba yang dilaksanakan terdiri dari:

3.3.1.1 Evaluasi Ahli

(60)

Variabel yang dievaluasi oleh ahli meliputi fasilitas dan peralatan, jumlah pemain, perlengkapan pemain, lama permainan dan tendangan permulaan (kick off), wasit, cara mencetak gol, tendangan hukuman (tendangan penalti), tendangan ke dalam, dan tendangan gawang atau lemparan gawang. Untuk menghimpun data dari para ahli dilakukan dengan cara memberikan draf model awal dengan disertai lembar evaluasi dari para ahli yang berupa penilaian dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk. 3.3.1.2 Uji Coba Kelompok Kecil

Pada tahapan ini produk yang telah direvisi dari hasil evaluasi ahli kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas VIII SMP Al Uswah Gunungpati. Pada uji coba kelompok kecil ini menggunakan 20 siswa putra sebagai subjeknya. Pengambilan siswa putra sebagai subjek dilakukan dengan menggunakan sampel secara total (total sampling).

Pertama-tama siswa diberikan penjelasan peraturan permainan sepakbola empat gawang yang kemudian melakukan uji coba permainan sepakbola empat gawang. Setelah selesai melakukan uji coba siswa mengisi kuesioner tentang permainan yang telah dilakukan. Tujuan uji coba kelompok kecil ini adalah untuk mengetahui tanggapan awal dari produk yang dikembangkan.

3.3.1.3 Revisi Produk Pertama

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1 Hasil Denyut Nadi Pembelajaran Sepakbola di SMP Negeri 1 Lebaksiu
Gambar 1. Lapangan Sepakbola Empat Gawang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Marcy TW ( 2007) juga menyebutkan bahwa penderita ISPA yang terpapar asap rokok akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penyembuhan

Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan atau gangguan massal

Sehubungan dengan Evaluasi Harga untuk pekerjaan Pengadaan Peralatan Jaringan Komputer Dan Perlengkapannya Pada Kegiatan Penyelenggaraan Jaringan Fiber Optic Antar Dinas/Instansi

Penerapan konsep Bandung tempo dulu pada foodmarket adalah dengan menerapkan konsep bangunan tempo dulu seperti bentuk yang geometris, layout yang linear dan material yang

Dari program kelompok yang telah dilaksanakan, hampir seluruhnya mendapatkan sambutan yang positif dari warga dan karang taruna Dusun Sambeng 3.. Meskipun beberapa

Di sisi lain, di negara berkembang, terutama di daerah pedesaan, masalah yang dialami oleh masyarakat adalah akses listrik masih kurang dari 70 persen, oleh karena itu

Surat Pernyataan yang menyebutkan perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan

Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis