LAMPIRAN FOTO
Pintu Gerbang utama memasuki lokasi Taman Wisata Iman Sitinjo
Pintu masuk Taman Firdaus
Gereja ditengah alam perbukitan dan ruang doa tepat dibawah bangunan miniatur Salib Kasih
Patung perjalan memperingati Penyiksaan Yesus ( Via Dolorosa)
Miniatur Bahtera Nuh
Masjid diatas perbukitan
Miniatur Ka’bah disebelah Masjid
Pura yang merupakan rumah ibadah umat Hindu
Kebun binatang mini di lokasi Taman Firdaus dan memerlukan pembenahan
Pemondokan di sepanjang jalan ada beberapa yang perlu direnovasi
Usai peneliti melakukan wawancara kepada seorang narasumber
Kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup 2016 aksi bersih dan penanaman pohon guna melestarikan alam, dilokasi TWI Sitinjo, peneliti turut serta.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:
Amir, Taufiq M. 2011. Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Assauri, Sofjan. 2013. Strategic Management Sustainable Competitive Advantages. Jakarta: Rajawali Pers.
Boyd,dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.
Chalil, Diana & Riantri Barus. 2014. Analisis Data Kualitatif. Meda: USUPress Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik, Konsep, Kasus, dan Implementasi.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi (2016), Brosur-brousr Pariwisata Kabupaten Dairi.
Hasan, Ali. 2015. Tourism Marketing. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Hunger, David J & Thomas L.Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi.
Juliandi, Azuar & Irfan. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Kotler & Amstrong. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik & Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Robbins, Stephen dan Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta: Erlangga. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sinamo, H Jansen. 2003. Dairi The Hidden Prosperity. Sidikalang: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Umar, Husein. 2005. Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wardiyanto & M Baiquni. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Bandung: CV. Lubuk Agung.
Warpani & Indra P. Warpani. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB
Sumber Internet:
http://harcann.blogspot.co.id/2015/01/strategi-pengembangan-produk.html?m=1
http://wawasanpariwisata.blogspot.co.id/2012/07/produl-pariwisata.html?m=1
https://prezi.com/m/y_kztvibde_a/pengertian-dan-konsep-dasar-ekowisata/
Sumber Skripsi/ Jurnal:
Pradikta, Angga. 2013. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunung Rowo Indah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Pati. Universitas Negeri Semarang.
Redona, Rendi. 2015. Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar (Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Magelang, Jawa Tengah). Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
Rumbarar, Frans Carolus. 2010. Potensi Pengembangan Ekowisata Danau Habema Pada Kawasan Taman Nasional Lorentz Provinsi Papua. Universitas Negeri Papua
Santi, Ulva Nila. 2010. Perencanaan Strategis Pengembangan Objek Wisata Candi Cetho Oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suarka, Fanny Maharani. 2011. Identifikasi Potensi Dan Program Pengembangan Produk Ekowisata Di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Universitas Udayana Denpasar.
Silitonga, Mutiara. 2011. Potensi Taman Wisata Iman Sidikalang Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Dairi. Universitas Sumatera Utara
Sumber Lain:
Undang-Undang kepariwisataan No. 10 Tahun 2009
Tengah) masyarakat. d)Strategi WT (Weakness Threat):
Program Pengembangan Kelembagaan dan SDM
(Destination Management Organization): Pembentukan
Local Working Group Destinasi dan Program
peningkatan kualitas SDM dan Budaya.
Ulva Nila Santi
(2010)
Perencanaan
Strategis
Pengembangan
Objek Wisata
Candi Cetho Oleh
Dinas Pariwisata
Dan Kebudayaan
Kabupaten
Karanganyar
Berdasarkan analisis SWOT untuk menguji
kestrategisan isu maka diperoleh ada 1 isu yang sangat
strategis yaitu isu untuk meningkatkan kerjasama
dengan pihak-pihak terkait. Ada 2 isu yang cukup
strategis yaitu isu untuk meningkatkan promosi untuk
semakin menjaring banyaknya wisatawan dan isu untuk
mengusahakan adanya alokasi dana untuk
penanggulangan bencana alam. Ada 3 isu yang kurang
strategis yaitu isu untuk menyediakan guide yang
profesional, isu untuk memberikan sosialisasi dan
pembinaan kepada masyarakat yang sering
menggunakan candi serta program pelestarian Candi
Cetho.
BAB III
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Data dihimpun
dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang
mendetail disertai catata-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis
dokumen dan catatan-catatan (Nana Syaodih, 2012:60).
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yng ada pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain
pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang
dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman atau guru dalam penelitian
(Sugiyono, 2008:298).
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termsauk penelitian deskriptif. Menurut
Nana Syaodih (2012:56) penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu
keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini para peneliti tidak
melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek
penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian
deskriptif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang singkat, tetapi
dapat juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang. Penelitian yang berlangsung
saat ini disebut penelitian deskriptif, sedangkan penelitian yang dilakukan dalam
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Sitinjo, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi,
Sumatera Utara, yaitu Taman Wisata Iman (TWI). Penelitian ini direncanakan akan
dilaksanakan pada bulan April 2016.
3.3 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (2006:33) konsep adalah istilah atau definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok
atau individu myang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dengan adanya definisi
konsep maka akan mempermudah pemahaman, mengindari kesimpangsiuran dari hal
yang diteliti. Adapun definisi konsep yang dikemukakan oleh peneliti adalah:
1. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
2. Pengembangan Produk adalah kegiatan atau aktifitas yang di lakukan dalam
menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk ke arah yang lebih baik,
sehingga dapat memberikan daya guna maupun daya pemuas yang lebih besar.
3. Strategi Pengembangan Produk adalah strategi tentang bagaimana organisasi
menciptakan produk baru atau memodifikasi ke segmen pasar yang sekarang.
4. Analisis SWOT adalah identifikasi berabagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengthts) dan peluang (Oppurtunities). namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Pimer
Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh
orang lain) dari sumber utama gua kepentingan penelitiannya, dan data tersebut
sebelumnya tidak ada. Data dikumpulkan melalui observasi/ pengamatan dan
wawancara/ interview langsung kepada pengelola, pegawai maupun wisatawan
Taman Wisata Iman Sitinjo.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudag tersedia yang dikutip oleh peneliti guna
kepentingan peelitiannya. Peneliti memperoleh data sekunder dari buku-buku
pendukung, jurnal, majalah, internet dan sebagainya.
3.5 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan Kunci merupakan informan yang mengetahui dan memiliki informasi
pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini
adalah pengelola/pegawai Taman Wisata Iman Sitinjo.
2. Informan Utama merupakan informan yang terlibat secara langsung dalam
interaksi social yang sedang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah
wisatawan Taman Wisata Iman Sitinjo.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data primer penelitian yang dilakukan dengan metode
observasi (kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap objek yang
diteliti.
2. Teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan menggunakan
instrument studi dokumentasi dengan menggunakan catatan-catatan atau
dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang
relevan dengan objek penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
1. Tahap Pengumpulan Data (Input stage)
Tahap pengumpulan dilakukan dengan menggunakan matriks EFE dan
matriks IFE. Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang
muncul dari lingkungan eksternal. Matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal yang dapat mempengaruhi
implementasi strategi pengembangan produk. Matriks EFE dan IFE disusun dengan
memberikan bobot kekuatan dan kelemahan pada faktor penentu keberhasilan baik
faktor yang muncul dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan
2. Tahap Analisis atau Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan matriks IE.
Matriks SWOT merupakan matriks yang memberikan pilihan strategi bagi
organisasi/perusahaan. Matriks ini memberikan empat pilihan strategi yang muncul
karena peluang atau ancaman dari lingkungan eksternal dan kekuatan atau
kelemahan dari lingkungan internal. Matriks IE merupakan matriks yan menunjukkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi memiliki luas wilayah 191.625 Hektar yaitu sekitar 2,68 %
terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98º00’-98º30’ dan
2º15’-3º00’ LU. Variasi ketinggian Dairi antara 400-1.700 meter diatas permukaan
laut (mdpl) membuat iklim yang ada juga bervariasi. Iklim subtropis pada ketinggian
400-1.360 mdpl yaitu di Kecamatan Tigalingga, Kecamatan Siempat Nempu dan
Kecamatan Silima Pungga-pungga. Iklim tropis pada ketinggian 500-1000 mdpl,
serta iklim dingin pada daerah ketinggian diatas 1000 mdpl yaitu di Keamatan
Sumbul, Sidikalang, Kerajaan dan Kecamatan Tanah Pinem. Kabupaten Dairi yang
terletak di sebelah Barat laut provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan:
Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara (provinsi NAD) dan
Kabupaten Tanah Karo
Sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat
Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan
Dari segi demografi, penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Dairi
bersifat heterogen yang terdiri dar etnis Pakpak, Toba, Karo, Mandailing,
Simalungun, Nias, Minangkabau, Cina, Jawa, Aceh, dan lain-lain. Dairi terkenal
sebagai penghasil kopi di dunia dengan nama generik Kopi Sidikalang. Dairi juga
memiliki kekayaan sumber daya alam seperti tambang zeng dan timah hitam yang
merupakan tambang terbesar di dunia dengan jumlah deposit 20 juta ton. Selain subur
dan memiliki potensi tambang, Dairi juga memiliki panorama alam yang sangat indah
seperti di Pantai Silalahi yang berada di kawasan Danau Toba bagian barat. Dan saat
tengah melakukan pembangunan dan pengembangan fasilitas wisata iman di
perbukitan Sitinjo 10 Km sebelum kota Sidikalang.
4.1.1 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga merupakan salah satu
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 05 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Dairi.
4.1.2.1 Visi dan Misi
Visi adalah cara pandang untuk jangka panjang, kemana motivasi Pemerintah
harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif serta produktif. Pengaruh
lingkungan eksternal dan internal yang mengakibatkan meningkatnya persaingan,
tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Disbudparpora untuk mempersiapkan
diri agar tetap mampu memenuhi permintaan eksternal dan unggul dengan senantiasa
mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun yang menjadi visi yang
dimiliki Disbudparpora Kabupaten Dairi adalah “Meningkatkan kualitas pelayanan
dan proesionalisme pengembangan kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan olahraga guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Dairi”.
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi Pemerintah dan
sasaran yang ingin dicapai. Misi dalam rangka mewujudkan visi Disbudparpora
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi dan manajemen
organisasi Dinas Kebudayaan, Kepariwisataan, Pemuda, dan Olahraga
Kabupaten Dairi;
Meningkatkan kualitas pengembangan kebudayaan daerah yang menjadi jati
diri Kabupaten Dairi;
Meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana pengembangan
potensi kepariwisataan yang mendukung peningkatan pendapatan daerah dan
masyarakat;
Meningkatkan kualitas pelayanan kepemudaan;
Meningkatkan kualitas fasilitas pengembangan keolahragaan daerah.
4.1.2.2 Tugas dan Fungsi
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga merpakan unsur
pelaksana otonomi daerah Kabupaten Dairi yang memiliki tugas membantu Bupati
dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah dalam bidang kebudayaan,
pariwisata, pemuda dan olahraga.
Fungsi Disbudparpora Kabupaten Dairi adalah:
Perumusan kebijakan teknis dalam bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda
dan olahraga;
Penyellenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dalam bidang
Pembinaan dan pelaksanaan tugas teknis dalam bidang kebudayaan,
pariwisata, pemuda dan olahraga;
Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan
fungsinya.
4.1.2.3 Struktur Organisasi
Sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 05 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Dairi, maka
Organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga terdiri dari:
1) Dinas;
2) Sekretariat; meliputi tiga (3) Sub Bagian, yakni:
Sub Bagian Umum;
Sub Bagian Keuangan;
Sub Bagian Program dan Pelaporan.
3) Bidang Kebudayaan; meliputi 3 (tiga) Seksi, yakni:
Seksi Seni dan Budaya,
Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan,
Seksi Perfilman dan Bina Usaha.
4) Bidang Pariwisata; meliputi tiga (3) Seksi, yakni:
Seksi Promosi;
Seksi Pengelolaan sarana Pariwisata;
Seksi Bina Usaha.
Seksi Organisasi dan Kelembagaan,
Seksi Pemberdayaan dan Peran serta Kepemudaan,
Seksi Bina Pengawasan.
6) Bidang Olahraga; meliputi tiga (3) Seksi, yakni:
Seksi Penyelenggaraan Keolahragaan,
Seksi Bina Prestasi;
Seksi Bina Organisasi dan Kemitraan.
Dalam memperoleh informasi mengenai hal yang diteliti, komunikasi yang
intens dilakukan adalah pada Bidang Pariwisata. Tugas pokok Bidang Pariwisata
adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, program dan kegiatan
penyelenggaraan pariwisata, meliputi: promosi, sarana dan prasarana, serta bina
usaha pariwisata.
Seksi Promosi
Tugas pokok seksi promosi adalah melaksanakan penyiapan bahan-bahan
penyusunan kebijakan teknis, program dan kegiatan serta fasilitas
pelaksanaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta pelayanan umum
menyangkut promosi dan pemasaran pariwisata.
Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata
Tugas pokok seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata adalah melaksanakan
penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, program dan
kegiatan serta fasilitas pelaksanaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta
Seksi Bina Usaha
Tugas pokok seksi Bina Usaha adalah melaksanakan penyiapan
bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, program dan kegiatan serta fasilitas
pelaksanaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta pelayanan umum
STRUKTUR ORGANISASI BIDANG PARWISATA
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bidang Pariwisata Sumber: Disbudparpora,bidang Pariwisata (2016)
KEPALA BIDANG PARIWISATA JANIAH KUDADIRI, S.Sos
Sidikalang, Pebruari 2015 KEPALA BIDANG PARIWISATA
JANIAH KUDADIRI, S.Sos PENATA TK. I NIP. 19710319 199803 2 002 1. JAHADAT KUDADIRI 2. SEVIN R. KUDADIRI 3. BANTU HUTASOIT 4. IRAN PARNO SIMBOLON
5. JEMSEN MONANG M. SIMAMORA 6. LASYSYAMSU HUTABARAT 7. INSAN KUDADIRI
8. CANDRA KH. KUDADIRI 1. CHANDRA KIRANA, Amd
2. ELIANSEN MANIK 3. HABIDIN MANIK 4. GERHAD SIAHAAN, SE 5. FAREL SHARON SIJABAT
6. SAMPE TUA PARULIAN BERUTU 7. FARIDAWATI PARDEDE
1. AHMAD SUKRI, S.Sos 2. SAMIUN KUDADIRI 3. SAHRIANTO KUDADIRI 4. SAHYUNAN KUDADIRI 5. ALBERTUS KUDADIRI 6. MULIA ALEXANDER UJUNG 7. RITA HUTABARAT
KASI PENGELOLA SARANA PARIWISATA
MARULAK SITUMORANG KASI PROMOSI
ROY FRANSCE SITOHANG, SH KASI BINA USAHA
4.1.2 Objek Wisata Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo 4.1.3.1 Sejarah Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo
Ide pembangunan Taman Wisata Iman bermula pada tahun 2001. Awalnya
Bupati Dairi yang menjabat disaat itu, DR. MP Tumanggor kembali dari Medan dan
singgah di kawasan yang dulunya masih perbukitan hutan pinus dan menyemptkan
diri untuk berdoa di sebuah tempat yang paling tinggi di perbukitan itu. Dalam
doanya disebutkan “ya Tuhan! Begitu indah Engkau ciptakan alam di Kabupaten Dairi ini”.
Sepulang dari kawasan itu, MP Tumanggor yang sudah banyak menjalani
berbagai daerah terutama tempat-tempat wisata mencoba menawarkan ide kepada
tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh agama serta warga setempat. Usulan ini berlanjut
dengan pembahasan-pembahasan dan terakhir diwujudkan dalam sebuah visualisasi.
MP Tumanggor kemudian merancang sebuah kawasan, yang di dalamnya
terdapat beberapa fasilitas ibadah yang mengkomodir semua pemeluk agama di
Kabupaten Dairi. Setelah dilakukan pertemuan dan melakukan pembahasan maka
didapat kesepakatan mengenai lokasi pembangunan Taman Wisata Iman Dairi yaitu
di Perbukitan Sitinjo, Kecamatan Sitinjo. Lokasi yang ditutupi oleh hutan dan
perpohonan pinus tersebut, sangat bagus untuk dijadikan sebagai kawasan religius
sekaligus tempat berwisata.
Kawasan Taman Wisata Iman berada pada lahan seluas 13 Hektar. Pemda
setempat, membangun beberapa tempat ibadah, Gereja, Masjid, Vihara, Kuil,arena
kurun waktu tiga (3) tahun, mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2004. Di tahap awal
pembangunan selanjutnya, pembangunan difokuskan pada fasilitas pendukung
lainnya. Pembangunan yang dilakukan Pemda berlangsung secara bertahap agar
Taman Wisata Iman Dairi menjadi tempat beribadah sekaligus tempat wisata yang
nyaman.
4.1.3.2 Fasilitas Pendukung Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo
Taman Wisata Iman yang dibangun pada tahun 2001 ini berada di perbukitan
Sitinjo, 10 Km sebelum Kota Sidikalang yang merupakan ibukota Kabupaten Dairi.
Eksotik, menawan, sejuk dan penuh nuansa religius, merupakan kata yang tepat untuk
mengungkapkan panorama yang disajikan Taman Wisata Iman Sitinjo.
Penataan ruang diatur sebaik mungkin guna pengembangan dan pembangunan
Taman Wisata Iman untuk menambah daya tarik. Untuk menambah daya tarik,
diimbangi juga dengan penambahan miniatur, dimana miniatur tersebut
melambangkan suatu kejadian-kejadian dan tempat yang dianggap suci oleh beberapa
agama.
Taman Wisata Iman yang berjarak ± 152 Km dari Medan dapat ditempuh
melalui jalur darat dengan memakan waktu 3-4 jam. Untuk wisatawan dari luar Kota
Medan baik dalam negeri maupun luar negeri dapat langsung mendarat di Bandar
Udara Internasional Kuala Namu dan juga dapat mendarat di Bandar Udara Silangit
yang memakan waktu 2,5 jam perjalanan.
Sesuai dengan namanya, Taman Wisata Iman Sitinjo merupakan Kawasan
berdomisili di Kabupaten Dairi. Adapun fasilitas yang disugukan bagi wisatawan
adalah:
1) Lima (5) rumah ibadah yaitu:
Vihara Saddavadana merupakan rumah ibadah umat Budha. Vihara ini
merupakan rumah ibadah yang pertama kali ditemui jika memasuki lokasi
Taman Wisata Iman Sitinjo setelah melewati beberapa meter tanjakan
berlatarkan hutan pinus. Dibagian muka vihara ini, wisatawan akan disambut
oleh patung Sang Budha dan sebuah candi yang didesain mengikuti bangunan
Candi Borobudur yang terdapat di Jawa Tenga. Patung Budha tersebut dibuat
dengan posisi bermeditasi sembari bersila, dengan posisi telapak tangan kanan
menghadap ke depan seperti sedang melakukan salm hormat sementara posisi
tangan kiri menopang sikunya dibawah.
Gereja Oikumene dan beberapa miniatur salib untuk tampat peribadatan umat
Kristen Protestan. Gereja tersebut dibangun di atas perbukitan yang
didepannya terpampang pemandangan alam (lembah) yang hijau. Gereja
tersebut kerap sekai digunakan sebagai tempat perayaan hari besar seperti
paskah, natal dan perayaan kekristenan lainnya bahkan pemberkatan
pernikahan. Tidak jauh dari gereja tersebut, dibangun juga tiga (3) replika
salib dengn ukuran cukup besar secara berderetan yang dibangun diatas bukit.
Di sekitar salib juga terdapat beberapa patung manusia sebagai pendukung
visualisasi makna dibangunnya salib tersebut. Bukit tempat didirikannya salib
rohani. Masih di sekitar kawasan tersebut juga terdapat beberapa patung yang
masing-masing menunjukkan makna tersendiri. Beberapa diantaranya
menceritakan proses perjalanan penyaliban (via dolorosa) terhadap Yesus
guna membebaskan manusia dari dosa sebagaimana yang dikisahkan Kitab
Suci (Injil di Alkitab). Dibangun juga sebuah patung Abraham ketika sedang
menyerahkan kurban kepada Tuhan. Tidak jauh dari patung Abraham,
terdapat pula patung Nabi Musa yang bersiap-siap menerima sepuluh perintah
dari Tuhan sebagaimana dikisahkan di Alkitab. Patung tersebut sengaja tidak
jauh dari relief Salib sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan agama ini
dari dekat kepada wisatawan mengenai kisah perjalanan sang pembawa ajaran
agama tersebut.
Gua Bunda Maria yang disimbolkan sebagai wanita suci bagi umat Khatolik.
Di dalam gua tersebut terdapat patung Bunda Maria yang berparas cantik
dengan posisi berdri menggunakan pakaian jubah berwarna putih dipadu
dengan biru muda. Gua dengan ukuran kecil tersebut dibangun persis di lereng
perbukitan dengan pintu menghadap ke lembah.
Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia. Pura di
Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyyai
mayoritas penduduk penganut agama Hindu. Di Taman Wisata Iman Sitinjo
juga terdapat pura yang dibangun menyerupai pura yang terdapat di Bali dan
Masjid dan Menara Masjid yang berdiri megah, dilengkapi dengan sebuah
miniatur Ka’bah seperti yang terdapat di dalam Masjidil Haram, Makkah. Di
lokasi ini, umat Islam diperbolehkan melakukan latihan Manasik Haji seperti
layaknya di Tanah Suci.
2) Rangkaian Miniatur Kisah 14 Perjalanan Salib (Via Dolorosa) yang diuraikan di
dalam Alkitab dengan patung-patung Romawi, yang mengingatkan umat
Kristiani akan proses sengsara dan wafat Yesus.
3) Replika Bahtera Nabi Nuh yang bagian dalamnya disertai dengan fasilitas
penginapan 17 kamar, di mana setiap kamar dapat menampung 6 orang.
Penginapan ini juga dapat digunakan sebagai tempat pengobatan penyembuhan
secara mental penderita narkoba. Tepat diatas Bahtera tersebut, didirikan patung
yang menggambarkan Nuh.
4) Taman Firdaus & Patung Adam dan Hawa dibangun di kawasan lapangan hijau
yang ditumbuhi pinus. Fasilitas ini meruapakan realisasi dari perencanan yang
telah disusun sebelumnya guna menambah destinasi wisata. Di dalam Taman
Firdaus ini terdapat lima (5) titik aliran air yang mengalir ke satu kolam besar.
Patung Adam dan Hawa yang ada di taman tersebut memiliki tinggi tujuh (7)
meter dan pada tahap selanjutnya direncanakan akan dibangun patung ular untuk
memperkuat makna patung Adam dan Hawa merupakan manusia ciptaan Allah
yang penuh dengan dosa.
5) Penginapan 34 kamar merupakan penginapan yang posisinya tidak jauh dari
dan kamar Standar. Penginapan ini tepat menghadap ke lembah dan pohon pinus,
sehingga memberikan kesan sejuk.
6) Kebun Binatang Mini, kebun ini merupakan fasilitas pendukung guna menarik
perhatian wisatawan. Kebun ini juga menjadi sarana pengenalan bagi anak-anak
bahwa ciptaan Tuhan bukan lah hanya manusia, melainkan hewan-hewan juga
merupakan ciptaan Tuhan yang patut dijaga dan dilestarikan.
7) Taman Bermain Anak-anak, merupakan taman yang disediakan guna memberi
kenyamanan bagi orangtua yang membawa anak-anak, agar anak-anak tidak
merasa bosan. Taman tersebut berada dekat dengan kebun binatang mini. Taman
tersebut dilengkapi dengan berbagai permainan khusus untuk anak-anak.
8) Jogging Trak juga di sediakan di Taman Wisata Iman Sitinjo guna memberikan
fasilitas bagi wisatawan yang menginap maupun wisatawan yang datang untuk
berolahraga santai sembari menikmati suasana hijau hutan pinus.
9) Sekuriti/ keamanan dilengkapi dengan Pos pengaman dan Pusat Informasi. Pos
tersebut dipergunakan oleh petugas untuk mengawasi taman serta untuk
mengontrol keamanan wisatawan.
10) Pondok-pondok Mini disepanjang jalan yang dilalui oleh wisatawan. Pondok
mini ini dibangun sebagai fasilitas tempat wisatawan untuk beristirahat.
11) Auditorium/ aula dengan kapasitas 200 orang, sebagai tempat untuk mengadakan
kegiatan keagamaan seperti acara misa, pernikahan, dan kegiatan keagamaan
lainnya.
12) Restoran/ catering yang menyediakan makanan bagi wisatawan dan bisa juga
13) Mini Market yang menyediakan penjualan makanan ringan dan souvenir
keagamaan, symbol-symbol Taman Wisata Iman Sitinjo, miniatur kebudayaan,
dan lain-lain.
14) Area Parkir yang luas juga disediakan guna memberi kenyamanan bagi
wisatawan yang membawa kendaraan ke dalam Taman Wisata Iman Sitinjo.
Area parkir ini juga memberi keamanan bagi pengguna karena dijaga oleh
petugas parkir yang merupakan bagian dari pengelola Taman Wisata Iman.
15) Flying Fox juga teah disediakan di Taman Wisata Iman, dengan posisi berada di
dalam Taman Firdaus. Flying fox ini menyediakan safety harnes guna menjamin
keselamatan pengguna.
16) Wisata Bukit dan Sungai yang dimanfaatkan juga untuk menambah destinasi dan
menarik wisatawan. Sungai tersebut berada dibawah jembatan.
4.1.3.3 Pendapatan dan Jumlah Pengunjung Taman Wisata Iman Sitinjo
Taman Wisata Iman Sitinjo merupakan wisata andalan Kabupaten Dairi selain
TWA Sialahi yang menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang cukup besar sehingga
menambah kas daerah. Pihak pengelola TWI yaitu Disbudparpora selalu membuat
target untuk retribusi dan melihat realisasinya di akhir tutup buku tahun tersebut.
Tabel 4.1
Pendapatan Retribusi Taman Wisata Iman Sitinjo 2009-2015 NO TAHUN TARGET (Rp) REALISASI PERSENTASE (%)
1 2009 375.000.000 395.200.000 105%
2 2010 475.000.000 372.452.000 78%
4 2012 900.000.000 544.516.000 61%
5 2013 900.000.000 400.139.000 44%
6 2014 685.000.000 643.394.000 94%
7 2015 1.100.000.000 681.362.000 62%
[image:32.612.113.472.242.469.2]Sumber: Disbudparpora,bidang Pariwisata (2016)
Tabel 4.2
Jumlah Pengunjung Taman Wisata Iman Sitinjo 2010-2015
NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG
1 2010 101.110
2 2011 83.288
3 2012 88.131
4 2013 76.822
5 2014 145.320
6 2015 121.113
Sumber: Disbudparpora,bidang Pariwisata (2016)
Dari data yang disajikan diatas dapat dilihat bahwa pendapatan TWI
meningkat namun jumlah pengunjung berkurang. Ada beberapa opsiyang
mengakibatkan hal tersebut terjadi, seperti meningkatnya wisatawan yang memilih
menginap, adanya kegiatan keagamaan yang menyewa aula, dan dinaikkannya harga
retribusi untuk memasuki lokasi Taman Wisata Iman Sitinjo. Disaat pendapatan
meningkat namun jumlah wisatawan menurun, disini lah persoalan ini perlu
diperhatikan, dilakukan pengembangan, karena aset utama suatu wisata adalah
4.2 Penyajian Data
Pada bab ini akan disajikan data dan informasi yang telah diperoleh selama
melakukan penelitian dilapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang
ada. Data tersebut teridiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan
data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawanara dengan para informan
dan observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber-sumber tertulis yang mendukung data primer. Adapun permasalahan utama yang
disajikan dalam bab ini yaitu Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk
Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman Sitinjo, Kabupaten Dairi).
4.2.1 Profil Informan
1. Nama : Marulak Situmorang
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Jabatan : Kepala Seksi Pengelola Sarana Prasarana Pariwisata
Bapak Marulak Situmorang adalah salah satu pengelola Taman Wisata Iman
Sitinjo bagian sarana dan prasarana. Beliau turut serta dalam pengelolaan ini sejak
dibukanya TWI, oleh sebab itu Pak Tumorang sudah mengetahui banyak tentang
wisata yang menjadi unggulan Dairi ini.
Beliau mengatakan dalam pengembangan TWI Sitinjo tidak ada strategi
khusus, namun tetap dilakukan secara terorganisir. Dalam pengembangan telah
disusun target kerja, dimana pengembangan dibagi menjadi dua (2) yaitu jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek dengan kinerja per tahun anggaran.
dibagi ke dalam beberapa tahap sampai selesai, saat ini direncanakan untuk
menambah patung yaitu patung ular agar semakin memunculkan makna patung Adam
dan Hawa yang telah lebih dulu dibangun di lokasi Taman Firdaus. Adapun yang
menjadi kendala adalah mengenai dana, dimana APBD Dairi tidak memiliki dana jika
dibangun sekaligus, jadi dilakukan pembangunan secara bertahap sesuai dana yang
ada. Untuk tahun ini juga telah dimasukkan ke dalam anggaran untuk pembangunan
gerbang pintu masuk TWI Sitinjo dari Jalan Toba dan akan dibangun tahun depan.
Mengenai sarana penunjuk arah, keterangan, denah akan dilakukan tinjauan
ulang mengenai posisinya. Hal ini juga dikarenakan anggaran daerah tidak hanya
untuk pembenahan wisata, melainkan pengembangan di segala sektor, baik sektor
pendidikan, kesehatan dan segala pembangunan fasilitas lainnya.
Masyarakat sangat mendukung adanya Taman Wisata Iman Sitinjo, baik
dalam hal mendukung kinerja pengelola, turut serta menyediakan dagangan,
menyediakan photografer, dan turut menjaga kebersihan guna memberi kenyamanan
pengunjung. Taman Wisata Iman Sitinjo telah memberikah imbas positiv bagi
masyarakat, taraf hidup masyarakat semakin meningkat, dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup. Berbeda halnya disaat TWI Sitinjo belum ada, kehidupan
masyarakat masih terbilang lemah, bahkan hanya mengandalkan hasil tani yang
pas-pasan untuk memenuhi kehidupan. Dengan adanya wisata ini juga telah mengubah
pola pikir masyarakat menjadi lebih maju, karena adanya wisatawan dari dalam
mupun luar Dairi yang berinteraksi dengan masyarakat.
TWI Sitinjo juga kerap dijadikan sebagai lokasi beribadah bagi korban
pihak pengelola tidak mengenakan retribusi bagi mereka, dan ini menjadi wujud
sosial yang dilakukan pengelola.
Di lokasi TWI Sitinjo ini ada koperasi yang berdiri secara hukum serta UKM.
Adapun souvenir yang didagangkan di lokasi ini merupakan masukan dari luar Dairi,
seperti dari Tarutung. Bagi masyarakat yang berdagang serta para photografer
keliling yang ada di TWI Sitinjo tidak ada peraturan khusus untuk mengatur kinerja
mereka, hanya saja selalu disosialisasikan agar memperhatikan kerapian
dagangannya, memperhatikan penampilan, bertata krama yang ramah kepada
pengunjung karena ini juga menjadi penilaian bagi pengunjung.
Taman Wisata Iman Sitinjo ini merupakan wisata yang dikenakan retribusi,
berbeda halnya dengan Silalahi yang juga tanggung jawab Disbudparpora Dairi,
khususnya bidang pariwisata, lokasi ini tidak dikenakan retribusi. Sebenarnya sudah
disusun retribusi sesuai dengan Perbup Dairi Nomor 24 tahun 2015, hanya saja untuk
saat ini belum berjalan. Hal ini dikarenakan masyarakat menolak diadakannya
retribusi bagi pengunjung, masyarakat beranggapan jika retribusi ada, maka
wisatawan tidak akan membeli apapun di lokasi karena dana yang dibawa habis untuk
membayar retribusi. Sebenarnya pemikiran masyarakat seperti itu perlu diarahkan,
karena setiap orang yang hendak berwisata telah mempersiapkan dana untuk retribusi
dan dana lainnya. Namun pihak pariwisata tetap melakukan pendekatan kepada
masyarakat lewat sosialisasi, karena akan ada dampak positiv bagi masyarakat jika
Silalahi dikelola secara baik. Sosialisasi pada masyarakat telah dilakukan pada bulan
Mei 2016 dan telah dilakukan juga sosialisai pada 16 Juni 2016 di Silalahi mengenai
dari sosialisasi yang dilakukan adalah untuk menghindari perselisihan pendapat
dikemudian hari antara pihak pemerintah dan masyarakat. Sedangkan pendapatan dari
retribusi TWI Sitinjo akan dimasukkan kedalam kas daerah.
Wisata religi yang ada di luar Dairi tidaklah menjadi pesaing, melainkan
menjadi potensi bagi TWI Sitinjo untuk mendatangkan wisatawan. Karena pada
umumnya sifat manusia ingin mengunjungi wisata lebih dari satu apalagi lokasi
wisata tersebut dikatakan dekat dan tersedia akomodasi. Akomodasi yang ada di TWI
Sitinjo, seperti penginapan, akan direnovasi tahun ini dan diselesaikan tahun ini juga.
Mengenai akomodasi seperti bus untuk pengunjung masih dalam tahap perencanaan.
Bus ini gambarannya akan digunakan tidak hanya untuk ke lokasi TWI Sitinjo saja,
melainkan ke Silalahi dan lokasi wisata Dairi lainnya. Tapi hal tersebut akan
direalisasikan setelah pembangunan Taman Firdaus dan sarana lainnya selesai
sehingga keseluruhan menjadi satu paketan wisata.
Dalam hal pengembangan juga dilakukan riset dan pelatihan bagi pengelola
TWI Sitinjo, seperti mengikuti kegiata sosialisasi di lokasi wisata lainnya, melakukan
kunjungan ke wisata luar Dairi. Namun karena keterbatasan dana, hanya beberapa
saja yang diberangkatkan untuk mengikuti riset tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi TWI Sitinjo, seperti perubahan
ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat mempengaruhi jumlah pengunjung dan
pendapatan TWI Sitinjo meskipun retribusi tidak berubah. Namun naik turunnya
pendapatan masyarakat lah yang mempengaruhi niat masyarakat untuk berwisata.
namun pengaruh dari segi hukum jelas ada, misalnya mengenai perubahan retribusi
yang harus didasari dengan Peraturan Bupati.
Komunitas pecinta alam yang peduli akan lingkungan menjadi salah satu hal
yang berpengaruh bagi pengembangan wisata terutama TWI Sitinjo. Dalam tahun ini
telah dilakukan dua kali kegiatan peduli lingkungan, yaitu pertama aksi bersih dalam
peringatan Hari Bebas Sampah pada Februari 2016 dan yang kedua penanaman
pohon memperingati Hari Lingkungan Hidup pada Juni 2016 dikawasan TWI Sitinjo
yang dilakukan oleh komunitas Khatulistiwa. Komunitas peduli lingkungan seperti
ini sangat dibutuhkan untuk pengembangan TWI Sitinjo, dan diharapkan melakukan
aksi serupa secara berulang.
2. Nama : Roy France Sitohang, SH
Usia : 31 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Jabatan : Kepala Seksi Promosi Bidang Pariwisata
Bapak Roy adalah salah satuh pihak pengelola Taman Wisata Iman Sitinjo
yang berfokus pada promosi. Ia mengatakan bahwa promosi dalam pengembangan
TWI ini adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar para konsumen/wisatawan
mengetahuai (aware) adanya produk dan jasa yang ditawarkan kemudian
menjadikannya, dimana yang menjadi target promosi adaah wisatawan domestik dan
mancanegara. Beliau mengatakan bahwa output yang diharapkan untuk jangka
panjang adalah meningkatkan angka pengunjung/ wisatawan yang berkontribusi
Promosi TWI yang dilakukan didasari dengan pemetaan masalah pariwisata
yang berupa melihat kekuatan potensi obyek wisata unggulan yang bisa
dikembangkan di Dairi, kemudian melihat kelemahan yang ada dan melihat
kelemahan yang ada serta melihat peluang yang baik dalam kepariwisataan serta
melihat ancaman yang akan mengganggu dalam pariisata. Kemudian solusi yang
ditempuh tertuang dalam rencana strategi jangka panjang atau renstra melalui
pengembangan wisata dengan memperbaiki image Kabupaten Dairi, sedangkan
rencana strategi jangka pendek melalui rencana kerja atau Renja yaitu pengembangan
pemasaran pariwisata, pengembangan kemitraan dan rehabilitasi dan pemeliharaan
objek wisata. Pemanfaatan branding image baik melalui media elektronik dan media
cetak lainnya. Pemanfaatan media sosial melalui akun resmi Disbudparpora Dairi,
dengan penggunaan satu nama akun yaitu @disbudparporadairi.
Salah satu keunggulan Kabupaten Dairi adalah memiliki pesona alam yang
masih sangat natural dimana keadaan tersebut digemari oleh para wisatawan saat ini.
Dengan berbagai keindahan tersebut peran teknologi sangat berpengaruh untuk
menampilkan originalitas objek-objek tersebut, antara lain seperti:
Media cetak yang mampu menghasilkan kalibrasi warna yang baik untuk hasil
akhir khusunya untuk cetak brosur, booklet maupun media cetak lainnya;
Peningkatan audio visual melalui cinematography dan photography yang
mampu memberikan kesan easy listening & easy looking hingga mampu
Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan promosi yaitu
kurangnya peranan masyarakat dan pelaku pariwisata serta belum sepenuhnya objek
wisata unggulan mampu bersaing dengan objek wisata lainnya diseputaran Kabupaten
Dairi.
3. Nama : Jemsen Simamora
Usia : 45 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Posisi : Petugas Retribusi
Bapak Jemsen adalah petugas retribusi yang sejak tahun 2004 menjadi honor
dan pada tahun 2012 diangkat menjadi PNS. Bekerja di Taman Wisata Iman Sitinjo
telah menaikkan taraf hidup kata beliau. Selama bekerja di lokasi wisata tersebut, Pak
Jemsen telah menyaksikan perkembangan tiap perkembangan yang ada dan semakin
maju.
Sebagai wisata religi di tengah hutan pinus dan cukup unik dengan
menyuguhkan rumah ibadah berbagai agama serta miniatur tokoh agama semakin
memperindah lokasi ini, tambahnya. Namun tak jarang beliau menerima keluhan dari
wisatawan yang mengatakan jalan di lokasi Kapal Nabi Nuh yang belum di aspal,
toilet umum yang berbayar, serta penampilan photografer yang membuat pengunjung
merasa tidak nyaman. Bapak Jemsen mengatakan ada kalanya pihak pengelola lebih
memperhatikan hal-hal yang dikeluhkan oleh wisatawan. Sejauh ini memang selau
diadakan evaluasi bagi semua petugas yang ada di lokasi ini guna menegaskan tugas
4. Nama : Sibarani
Usia : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang Souvenir
Bapak Sibarani adalah pedagang souvenir yang bertempat tinggal dilokasi
Taman Wisata Iman Sitinjo sejak tahun 2004. Beliau mengatakan puncak datangnya
wisatawan ke lokasi wisata ini pada saat libur panjang serta hari besar keagamaan,
seperti Paskah, Lebaran, Natal dan Tahun baru. Disaat itu jugalah puncak penjualan
mereka meningkat.
Saat ini tidak ada peraturan khusus bagi setiap pedagang, hanya saja
dilakukan sosialisasi agar selalu menjaga kebersihan dan kerapian dagangan agar
memberi kenyamanan bagi wisatawan yang hendak bebelanja. Pada masa mantan
Bupati Dairi MP. Tumanggor pernah dilakukan arahan, bimbingan terkait wisata agar
semua pedagang yang ada disini turut serta mengembangkan TWI Sitinjo, tambah
Pak Sibarani.
Bapak Sibarani mengatakan TWI Sitinjo ini memiliki potensi yang banyak,
dari segi lokasi yang asri, bangunan rumah ibadah, miniatur tokoh agama, tempat
berdoa, lapangan untuk rekreasi, ditambah Taman Firdaus yang semakin
memperindah lokasi ini, dimana ada wisata seunik ini.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditinjau lagi di lokasi wisata
ini, misalnya mengenai retribusi yang harganya terlalu mahal, ini juga merupakan
keluhan wisatawan saat berbelanja di toko ini. Mengenai sarana seperti denah lokasi
Pendapatan TWI Sitinjo ini mengalami kenaikan, tapi pengunjung menurun,
ini jelas kita lihat bahwa pendapatan naik karena retribusi dinaikkan. Namun
bagaimana cara agar wisatawan kembali meningkat dan wisatawan melakukan
kunjungan berulang? Dengan cara menambah destinasi, seperti wahana rekreasi baik
untuk anak-anak maupun orang dewasa, kebun binatang yang ada di Taman Firdaus
itu ditambah jenis hewannya, dan lain-lain yang bisa menarik perhatian wisatwan.
Masih terkait dengan retribusi, Bapak Sibarani mengatakan kejujuran petugas
retribusi dalam memberikan tiket masuk bagi wisatawan juga berpengaruh dalam
perhitungan jumlah wisatawan dan pendapatan TWI Sitinjo.
5. Nama : Parulian Kudadiri
Usia : 47 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Photografer
Bapak Parulian adalah salah satu masyarakat yang sejak tahun 2003 tinggal
dikawasan wisata sekaligus photografer yang bekerja di Taman Wisata Iman Sitinjo.
Photografer yang bekerja di TWI ini sekaligus menjadi guide bagi pengunjung,
namun tidak terikat dengan Disbudparpora, bersifat lepas sebelum dulunya terikat
dengan Disbudparpora kata Bapak Parulian. Bagi photografer tidak ada kebijakan
khusus yang ditetapkan oleh Disbudparpora, namun selalu diberikan arahan dan
diawasi agar selalu ramah pada pengunjung dan menjaga penampilan agar terlihat
rapi sehingga menghilangkan prasangka buruk pengunjung.
Taman Wisata Iman Sitinjo menurut Bapak Parulian secara pribadi memiliki
menenangkan diri. Jika dilihat dari segi fasilitas sudah cukup bagus, namun perlu
adanya perkembangan dengan menambah objek agar pengunjung melakukan
kunjungan berulang. Dengan catatan menambah sarana keluarga pada lokasi sendiri,
tidak berdekatan dengan bangunan religi. Jika tidak ada perubahan, maka
mengakibatkan penurunan wisatawan.
Pada beberapa tahun yang menjadi kendala adalah kelancaran air, namun
sekarang air sudah lancar dan tidak menjadi kendala. Menurut beliau, issu penurunan
TWI bisa saja terjadi jika pihak pengelola tidak melakukan pengembangan/
penambahan objek. Dari segi penginapan, biasanya banyak wisatawan pada akhir
tahun atau hari-hari besar keagamaan yang menyewa penginapan. Berdasarkan
keluhan wisatawan kepada beliau, yang menjadi kendala menuju TWI adalah keadaan
jalan Medan-Sidikalang yang masih ada beberapa jalan rusak.
Bapak Parulian mengatakan ada imbas positif yang didapat dari adanya
Taman Wisata Iman Sitinjo bagi masyarakat sekitar, seperti yang dulunya petani, kini
bisa membuka UKM sehingga menaikkan taraf hidup, dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup. Tidak ada sisi negativ yang dirasakan masyarakat sejauh
didirikannya Taman Wisata Iman Sitinjo.
6. Nama : Ruben P. Napitupulu
Usia : 26 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Ruben merupakan wisatawan yang berasal dari Sidikalang yang memiliki
Khatulistiwa. Dia memperoleh informasi mengenai TWI dari pihak pemerintah yang
menelola wisata tersebut. Dia mengatakan bahwa komunitas yang peduli lingkungan
dan aksi langsung di Taman Wisata Iman Sitinjo itu sangat perlu dan mampu
meningkatkan citra. Hal itu dapat terjadi jika terjalin kerjasama antar komunitas di
daerah, dan komunitas tersebut betul-betul peduli terhadap potensi yang dimiliki
TWI. Ruben mengatakan akan melakukan kunjungan secara berulang dikarenakan
TWI merupakan wisata yang unik karena menyuguhkan makna-makna keagamaan.
Namun ruben mengatakan wisata ini masih perlu dibenahi, dari segi
pelayanan yang dianggapnya tata krama dan kerapian petugas retribusi yang masih
kurang, layanan informasi yang kurang sehingga publik tidak sepenuhnya paham
mengenai TWI.
Terkait dengan fasilitas, seperti tempat beribadah yang kurang dijaga
kebersihannya, jalan rusak masih terdapat dibeberapa lokasi, pamplet informasi/
penunjuk arah masih minim dan sampah pengunjung masih ada di beberapa tempat
baiknya disediakan tempat sampah di kawasan yang sering dikunjungi. Sebagai
anggota komunitas peduli lingkungan, ruben juga mengatakan potensi alam yang
dimiliki TWI perlu dijaga kelestariannya, seperti menjaga kebersihan sungai.
Dikarenakan lokasi TWI yang luas maka Ruben mengatakan perlunya guide untuk
mengarahkan wisatawan mengunjungi tiap bagian dari TWI.
Di akhir wawancara, Ruben mengatakan perlunya menyediakan paket
perjalanan dengan catatan menambah bjek wisata seperti outbond, jelajah sungai,
7. Nama : Nickson S.P. Silitonga
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Photografer
Nickson merupakan salah satu wisatawan yang berprofesi sebagai photografer
yang memperoleh informasi mengenai TWI dari publikasi media sosial dan dinas
pariwisata. Adapun tujuan Nickson mengunjungi wisata ini adalah untuk beribadah
mengenal ragam rumah ibadah dan menikmati pemandangan alam. Kunjungan ini
merupakan yang sekian kali dilakukan karena ia mengatakan selalu ada hal-hal baru
yang dibangun di TWI.
Menurut Nickson, pelayanan didapat sudah cukup bagus, namun jika dilihat
dari segi penataan tempat penjual souvenir yang kurang tertata rapi sehingga
mengurangi daya tarik. Dia juga berpendapat bahwa selama ini jarak tidak lah
menjadi kendala karena sudah di niatkan untuk berwisata religi dan mengambil potret
sebagai koleksi, dan dikarenakan TWI memiliki potensi alam yang sangat
menjanjikan, tambahnya.
Jika dilihat dari segi penyediaan akomodasi bus Nickson mengatakan sangat
perlu, karena jarak antara pintu masuk sampai ke lokasi wisata terbilang jauh jika
dijangkau dengan jalan kaki dan jalan menanjak. Untuk menambah daya tarik, dia
juga mengatakan perlunya penambahan wisata keluarga seperti camping ground yang
bersifat umum disamping tujuannya merupakan wisata religi. Disisi lain yaitu
mengenai nilai yang dibeli dengan retribusi yang ditetapkan, menurutnya belum
Dikarenakan belum terpenuhinya kenyamanan dalam menggunakan fasilitas
seperti toilet yang berbayar. Mengenai fasilitas lain seperti jalan dikatakan cukup baik
namun perlu dilakukan pelebaran jalan. Sepakat dengan wisatawan lain yang
mengatakan fasilitas penunjuk arah dan sarana kebersihan yang masih minim.
8. Nama : Hendra Mulyadi
Usia : 27 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Hendra merupakan anggota Khatulistiwa Dairi sama dengan informan Ruben
Napitupuluu. Hendra mengatakan bahwa Khatulistiwa adalah komunitas pecinta alam
yang terbentuk dengan didasari kepedulian terhadap lingkungan. Khatulistiwa
merupakan sebuah komunitas yang kerap mengkampanyekan budaya bebas sampah.
Pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2016, 22 Februari, Khatulistiwa
memilih Taman Wisata Iman Sitinjo sebagai tempat kegiatan HPSN 2016 karena
TWI merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Sebagai salah satu pusat aktivitas yang kerap menimbulkan potensi sampah
ataupun material sisa, sehingga dapat mengurangi daya tarik sebagai daerah destinasi
wisata. Lingkungan yang dijaga kelestariannya merupakan harga mutlak untuk
mendorong daya tarik daerah wisata. Dari kegiatan tersebut, Khatulistiwa melihat ada
beberapa hal yang perlu dibenahi seperti, penambahan tong sampah, jadwal
pengangkatan sampah, serta himbauan tentang potensi bencana yang disebabkan oleh
sampah. Masih terkait dengan fasilitas, Hendra menambahkan bahwa kendala yang
jadi perlu adanya penambahan sarana penerangan di jalan maupun di lokasi wisata
tambahnya.
Adapun, harapan dari kegiatan tersebut bahwa para stakeholder tetap
konsisten untuk membangun kesadaran betapa pentingnya menciptakan gaya hidup
bebas sampah dan pengelolaan sampah berkelanjutan agar sejalan dengan
pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo oleh pihak pengelola dan masyarakat.
Dari segi petugas retribusi, Hendra berpendapat bahwa perlunya dilakukan
pengawasan kinerja petugas tersebut, karena kerap sekali petugas tidak memberikan
tiket masuk bagi pengunjung yang telah membayar sesuai tarif yang ditetapkan.
Mengapa perlu dilakukan pengawasan atas persoalan seperti ini, karena jelas ini
berpengaruh terhadap pendapatan Taman Wisata Iman Sitinjo.
9. Nama : Jetun Tampubolon
Usia : 30 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : NGO (Non-Governmental Organization)
Jetun merupakan wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Iman Sitinjo
dengan memperoleh informasi dari masyarakat ( mouth to mouth). Jetun merupakan
wisatawan yang dapat dikatakan jarang berkunjung selain untuk mengambil foto-foto.
Dia mengatakan bahwa TWI memiliki potensi yang mampu menarik wisatawan, baik
itu alam yang asri dan luas serta bangunan dan patung keagamaan yang memberikan
makna bagi yang melihat.
Jika dilihat dari segi jarak tempuh ke lokasi wisata, tidak menjadi kendala
baiknya dikembangkan agar mampu menarik wisatawan untuk melakukan kunjungan
berulang, karena ada beberapa wisata religi di daerah lain yang terlihat lebih menarik.
Jetun juga mengatakan bahwa retribusi yang di tetapkan belum mampu memenuhi hal
yang diinginkan oleh wisatawan. Jadi ada baiknya kaitan retribusi dan kenyamanan
lebih diperhatikan oleh pihak terkait.
10. Nama : Hariati
Usia : 23 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswi
Haritati merupakan wisatawan yang baru pertama kali mengunjungi Taman
Wisata Iman dan memperoleh informasi dari teman-temannya, dia berasal dari luar
kota Sidikalang yaitu Dolok Sanggul. Hal yang mendasari Hariati untuk mengunjungi
TWI dikarenakan tertarik akan patung-patung dan bangunan yang ada sangat
menarik. Mengenai pelayanan baik di bagian retribusi maupun di bagian lain cukup
baik dan ramah bagi pengunjung, ungkap Hariati.
Ada beberapa hal yang peru dibenahi misalnya memperhatikan kandang di
Kebun binatang mini, jelas terlihat bahwa atap kandang terebut rusak dan roboh ke
bawah. Hal ini bisa saja melukai hewan yang ada di dalam, bahkan hewan bisa saja
keluar dan mengganggu kenyamanan pengunjung, tambahnya.
4.3 Potensi Taman Wisata Iman Sitinjo
Pengertian potensi seperti yang diungkapkan oleh Mariotti (Suwardjoko
2007:50) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata,dan merupakan
dimiliki suatu daerah tempat wisata berada kerap sekali mempengaruhi
perkembangan suatu wisata, misalnya potensi yang ada di daerah Kabupaten Dairi
dan potensi yang ada di dalam Taman Wisata Iman Sitinjo sendiri.
Sesuai dengan potensi yang dikategorikan menjadi tiga (3) yaitu alam,
kebudayaan dan manusia, berikut adalah pemaparan mengenai potensi yang dapat
mempengaruhi Pengembangan Produk Taman Wisata Iman Sitinjo.
4.3.1 Potensi Alam
Taman Wisata Iman Sitinjo sebuah wisata religi yang ada ditengah hutan
pinus. Hutan pinus, kontur tanah yang berbukit-bukit, sungai yang mengalir
merupakan potensi alam yang dimiliki oleh TWI Sitinjo. Disaat ini di tengah
kesibukan masyarakat membuat jenuh dan selalu ingin mencari suasana alam. Oleh
sebab itu pihak pengelola tidak hanya mengandalkan wujud fisik dari wisata religi
ini, melainkan juga potensi alam yang dimiliki. Potensi alam ini, yaitu hutan pinus
menjadi salah satu destinasi murni yang mampu menarik perhatian wisatawan.
Destinasi ini kerap sekali digunakan sebagai sarana berkumpul keluarga, aara
keagamaan, acara yang berkaitan dengan kepedulian lingkungan, prawedding, dan
lain sebagainya. Sedangkan sungai yang alirannya menuju air terjun, kerap sekali
digunakan sebagai wahana mandi bagi anak-anak dengan pantauan orangtua serta
pihak pengelola. Sungai juga dimanfaatkan msyarakat setempat sebagai sumber air
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sumber air untuk ladang, sawah, dan lain
sebagainya.
Jika dalam suatu daerah wisata terdapat lebih dari satu wisata, maka hal itu
tersebut. Jadi, dalam hal pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo, potensi alam
lainnya yang ada di Kabupaten Dairi yang turut menarik perhatian wisatawan adalah:
Pantai Silalahi: berlokasi di desa Sialahi I, II dan Paropo, Kecamatan Sumbul
yang berjarak 48 km dari Kota Sidikalang. Terdapat pemandangan indah
nuansa alami, lokasi memaning, wahana olahraga air, lokasi perkemahan dan
rekreasi. Juga terdapat fasilitas pendukung seperti warung makan, penginapan,
penjual souvenir dan juga terkenal dengan penenun ulos, dan merupakan
kawasan pinggiran Danau Toba.
Lae Pondom: berlokasi di desa Tanjung Beringin, Keamatan Sumbul yang
berjarak 31 km dari Kota Sidikalang. Dari lokasi ini terpampang panorama
Danau Toba dan desa Silalahi. Di lokasi ini juga terdapat tumbuhan anggrek
dan serta satwa yang dilindungi. Lae pondom ini difungsikan sebagai
tempatrekreasi, tempat perkemahan, dan basecamp PLTA Renun.
Puncak Sidiangkat, berlokasi di desa Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang yang
berjarak 8 km dari pusat kota Sidikalang. Sajian panorama indah, taman
bunga serta tempat memandang ke arah Aeh Selatan dapat melihat Lautan
Hindia pada sore hari dan juga terdapat gua yang mempunyai legenda
tersendiri.
Lae Pandaroh: berlokasi di desa Sitinjo dan berjarak 11 km dari kota
Sidikalang. Lae pandaroh ini merupakan air terjung yang lokasinya sangat
dekat dengan Taman Wisata Iman Sitinjo. Lokasi ini kerap sekali dijadikan
Danau Sicike-cike: berlokasi di perbukitan wilayah sitinjo, yang berjarak 21
km dari Kota sidikalang. Di puncak Sicike-cike terdapat tiga (3) buah danau
kecil. Masyarakat setempat mempercayai legenda ajaib yang menjelaskan
terjadinya danau tersebut. Ditengah danau selalu terlihat dua ekor angsa dan
tujuh batang padi. Tetapi perbukitan ini lebih penting secara ekologis karena
tiga buah sungai, yaitu Lae Pandaroh, Lae Simbellen, Lae Mbilulu berhulu di
lokasi ini. Air minum dan irigasi di dua keamatan sangat tergantung pada
kelestarian hutan Sicike-cike.
Lae Une: berlokasi di desa Kecupuk, Kecamatan Salak yang berjarak 36 km
dari kota sidikalang. Lae Une merupakan air terjun yang memiliki ketinggian
± 50 m dan memiliki pemandangan yang indah, fasilitas pendukung wisata
yang seadanya dan masih perlu penataan.
Sipaulak Hosa: berlokasi di Siahisabungan yang berjarak 42 km dari Kota
Sidikalang. Di lokasi ini terdapat air yang diyakini oleh masyarakat setempat
menadi air yang menyehatkan bagi orang yang meminumnya.
Letter Z: berlokasi di Tigalingga yang berjarak 11 km dari Kota Sidikalang.
Lokasi ini memiliki panorama yang indah dan sebagai tempat “panatapan”
atau memandang keindahan alam disekitarnya.
Kandet Liang berlokasi di desa Bukit Lau Kersik, kecamatan Tigalingga yang
berjarak 38 km dari Kota Sidikalang. Di lokasi ini terdapat gua yang sangat
dalam dan unik, namun masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
Parongil Julu: berlokasi di desa Silikmatua, Kecamatan Kerajaan yang
berjarak 29 km dari Kota Sidikalang. Terdapat air terjun tujuh (7) tingkat yang
merupakan karakter alam yang potensial untuk dijadikan objek wisata alam
Dairi.
Tor Nauli: berlokasi di desa Markelang yang berjarak 32 km dari Kota
Sidikalang. Dilokasi ini terdapat perkebunan kopi dan persawahan masyarakat
yang luas, sehingga lokasi ini berpotensi dijadikan sebagai tempat wisata
dengan menjaga kelestarian yang ada.
Liang Tojok: berlokasi di desa Siempat Rube II yang berjarak 36 km dari
Kota Sidikalang. Di lokasi ini terdapat air terjun dan gua batu yang
merupakan bekas kejadian alam dimasa lampau. Jelas ini menjadi lokasi unik
yang berpotensi menjadi wisata alam di Dairi.
Dairi merupakan kabupaten yang dikenal dengan penghasil Kopi yang
merupakan hasil alamnya dengan nama generik Kopi Sidikalang. Menurut para
penikmat kopi cita rasanya tidak kalah dengan Kopi Jamaica yang terkenal itu. Kopi
menjadi potensi agar wisatawan berkunjung ke Kabupaten Dairi, karena menikmati
hasil alam dari daerah penghasilnya jauh lebih memuaskan.
Selain kopi, ada beberapa hasil alam baik yang sudah di olah atau masih
mentah seperti Nilam, Kemenyan, teh hijau, tembakau, buah enau dan raru yang di
olah menjadi Pola (tuak), gambir dan lain-lain. Semua potensi alam tersebut
4.3.2 Potensi kebudayaan
Jika ada satu kata yang menjelaskan karakteristik utama orang Batak, itulah
adat, tradisi, budaya, serta peninggalan sejarah. Begitu juga di Dairi yang dikenal
juga dengan kental dengan kebudayaan. Kabupaten Dairi adalah sebuah daerah
multietnik, terdiri dari Toba, Pakpak. Karo, Simalungun, Angkola-Mandailing dan
etnis Tionghoa. Suku yang menjadi ciri khas Kabupaten Dairi adalah Batak pada
umumnya dan Pakpak pada khususnya. Pakaian, bahasa, makanan khas, senjata,
rumah, makam dan alat-alat musik semuanya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya dan adat lokal yang diwariskan turun temurun.
Pakaian Pakpak: pakaian tradisional yang didominasi oleh warna hitam.
Pakaian ini kerap kali digunakan untuk menari, acara pernikahan, dan atraksi
kebudayaan lainnya. Ketika pakaian modern sudah dikenal maka oles (ulos)
tradisional ukup menjadi penanda busana yang khas.
Bahasa Pakpak: bahasa yang cukup khas dibandingkan dengan bahasa
sub-etnik Batak lainnya. Secara intonasi dan kosa kata lebih dekat dengan bahasa
Karo dan Simalungun namun tetap memeliki kekerabatan yang kuat dengan
bahasa Toba dan Angkola-Mandailing.
Rumah Pakpak: merupakan rumah adat yang arsitekrurnya secara kategorial
mirip dengan rumah adat Batak pada umumnya dengan perbedaan khas pada
mahkota atapnya.
Pelleng: merupakan makanan khas tradisional Pakpak yang paling dikenal.
membangkitkan semanga dan keberanian, utamanya sebelum berperang.
Makanan pedas berkunyit ini tetap digemari masyarakat hingga kini meskipun
perang tak ada lagi, karena cita rasanya memang unik.
Kesenian Pakpak: memiliki Genderang Pakpak (alat musik) dimainkan bila
ada upacara adat seperti perkawinan, kematian, peresmian gedung publik,
penyambutan tamu agung dan sebagainya. Selain alat musik, dairi juga
memiliki kesenian berupa tarian seperti: Tatak Motik Kopi (tarian memetik
kopi); Tatak Manabi (tarian menyabit renggisa); Tatak Garo-garo (tarian
burung garo-garo); Tatak Renggisa (tarian burung renggisa); Tatak Tintoa
Serser (tarian mengirik padi); Tor-tor Si Raja Doli (tarian daerah Tapanuli
Utara); Tor-tor Sitalasari (tarian daerah Simalungun); dan Tarian Siterang
Bulan (tarian daerah Karo).
Gedung Nasional Djauli Manik dan Mejan Galery: berlokasi di Kota
Sidikalang yang berungsi sebagai gedung serbaguna, baik untuk pesta adat,
pagelaran budaya dan lain sebagainya. Mejan Galery yang berada satu lokasi
dengan Gedung Nasional Djauli Manik digunakan sebagai wadah “museum
mini” penyimpanan peninggalan sejarah dan hasil karya tangan anak daerah dengan keunikannya masing-masing. Lokasi ini telah mengalami perubahan
yang signifikan baik dari tata ruang, kebersihan serta fungsinya, jika
sebelumnya lokasi ini kurang terawat. Lokasi ini menjadi salah satu ciri khas
Potensi kebudayaan yang juga dimiliki oleh Dairi adalah peninggalan sejarah seperti:
Sikabeng-kabeng: berlokasi di desa Sikabeng-kabeng kecamatan Sumbul yang
berjarak 20 km dari Kota Sidikalang. Sikabeng-kabeng merupakan rumah adat
peninggalan khas Pakpak.
Mejan (Candi): berlokasi di berbagai daerah yang ada di Dairi dan memiliki
potensi dalam membantu pengembangan pariwisata dan khususnya berimbas
bagi Taman Wisata Iman Sitinjo.
Situs-situs/tugu yang ada dijumpai di beberapa tempat seperti Bau Tettal,
Peta Situs Cagar Budaya Kabupaten Dairi
Gambar 4.2 Peta Situs Cagar Budaya Kabupaten Dairi
4.3.3 Potensi Manusia
Potensi manusia dalam hal wisata adalah potensi masyarakat yang dimiliki
oleh suatu daerah baik dalam hal kesenian serta kempampuan intelektual. Potensi ini
akan dipertunjukkan lewat acara adat, pertandingan atau pagelaran kebudayaan,
sehingga dapat digunakan sebagai daya tarik wisata. Dari segi kerukunan etnik juga
tentu menjadi daya tari wisata, jika pada suatu daerah wisata tidak ada kerukunan,
maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk mengembangka potensi-potensi yang
dimiliki. Di dairi potensi manusia dalam hal kerukunan etnik dan agama sangat kental
karena tidak adanya perselisihan yang membuat putusnya tali bersaudaraan.
Pemkab Dairi memprioritaskan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
melalui sektor pendidikan. Berbagai usaha mulai dari pembangunan gedung-gedung
sekolah, pengadaan sarana belajar, peningkatan jumlah dan kualitas guru serta
perbaikan kesejahteraan guru.
Saat ini Pemkab Dairi bekerja sama dengan Disbudparpora tengah melakukan
pengembangan di berbagai sektor wisata, seperti persiapan kesenian untuk pagelaran
budaya yang akan dilakukan dalam pesta Njuah-njuah. Kesenian dibidang tari saat ini
tengah dipersiapkan, kembali Dairi menumbuhkan minat putra/putri daerah untuk
semakin mengenal daerahnya lewat tarian. Tarian khas Dairi sudah sejak dulu
menjadi potensi dan daya tarik wisatawan dan dipertunjukkan di beberapa daerah
bahkan negara guna mempertunjukkan sekaligus mempromosikan potensi manusia
yang lihai dalam kesenian.
Pagelaran budaya dan kesenian dari daerah ini pernah ditampilkan pada acara
Kesenian bidang tari juga kerap dipertunjukkan dalam acara Pekan Raya Sumatera
Utara (PRSU). Dari hal tersebut bisa dilihat bahwa Dairi mem