DAYA PREDASI SEMUT Myopopone castaneae (Hymenoptera :Formicidae) TERHADAP LARVA PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT
Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
DHIMAS JUNAEDI 090301005
HPT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAYA PREDASI SEMUT Myopopone castaneae (Hymenoptera :Formicidae) TERHADAP LARVA PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT
Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM
SKRIPSI
OLEH :
DHIMAS JUNAEDI 090301005
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : DAYA PREDASI SEMUT Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) TERHADAP LARVA PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM.
Nama : Dhimas Junaedi
NIM : 090301005
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) (Ir. Fatimah Zahara) Ketua Anggota
Mengetahui:
ABSTRACT
Dhimas Junaedi. “The predation of My. castaneae to borer larvae of palm oil shoot O. rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae) in the Laboratory”. It was supervised by Darma Bakti dan Fatimah Zahara. The objective of this research was to determine the effectiveness of ant My. castaneae to prey O. rhinoceros L. in the laboratory. This research was conducted from December
2013 to February 2014 with altitude ± 25 above sea level in the Laboratory of Plant Pest, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. This research used randomized completely design with 12 treatments and 3 replications.
The result of this research showed that the highest percentage of larva mortality is M3L1, which is 100% in 3 days and the lowest is M1L3, which is 20%.
The highest consumption ability of My.castaneae is in the larva's instar 1 (M3L1, M2L1 and M1L1) that can consumpt 4-5 larva's instar 1 in five days, and
the lowest is with using larva's instar 3 (M1L3, M2L3, and M3L3) that only can
consumpt 1-2 larva's instar 3 of O. rhinoceros L.
ABSTRAK
Dhimas Junaedi. “Daya Predasi Semut My. castaneae Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit O. rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae)
di Laboratorium ”, di bawah bimbingan Darma Bakti dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas semut My. castaneae dalam memangsa O. rhinoceros di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua belas perlakuan dan 3 ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase mortalitas larva tertinggi yaitu pada perlakuan M3L1 sebesar 100 % dalam interval waktu 3 hari
dan yang terendah adalah perlakuan (M1L3) yaitu 20%. Daya konsumsi semut My.
castaneae paling tinggi yaitu pada perlakuan yang menggunakan larva instar 1 (M3L1, M2L1, dan M1L1) yang dapat menghabiskan 4-5 larva instar 1 dalam
waktu 5 hari dan yang terendah adalah yang menggunakan larva instar 3 (M1L3, M2L3, dan M3L3) yang hanya dapat menghabiskan 1-2 ekor larva instar 3
O. rhinoceros L.
RIWAYAT HIDUP
Dhimas Junaedi lahir pada tanggal 23 Juni 1991 di Medan, merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari bapak Kariyanto dan Ibu Semiwati.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
- Tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 067952 Medan.
- Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 28
Medan.
- Tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 13 Medan
- Tahun 2009 lulus dan diterima di Universitas Sumatera Utara (USU)
Fakultas Pertanian jurusan Agroekoteknologi melalui jalur Pemandu
Minat dan Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan diantaranya:
- Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) sebagai
anggota (2009-2012).
- Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) sebagai anggota
(2012-2014)
- Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit Tahun
2011/2012.
- Asisten Koordinator Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Tahun
2012/2013.
- Asisten Laboratorium Pengolahan Hama dan Penyakit Terpadu Tahun
- Asisten Laboratorium Ilmu Hama Perkebunan Tahun 2012/2013.
- Asisten Laboratorium Ekologi Organisme Pengganggu Tanaman Tahun
2012/2013.
- Asisten Laboratorium Hama dan Penyakit Hutan Sub-Hama 2012/2013.
- Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. London Sumatra
Indonesia Tbk., Pulau Rambong Estate, Kab. Langkat pada bulan Juli
hingga Agustus 2012.
- Penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Hama, Fakultas
Pertnian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Desember
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
waktu.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Daya Predasi Semut Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) Terhadap Larva Penggerek Pucuk
Kelapa Sawit Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) di Laboratorium” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekotekonologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS., dan Ir. Fatimah Zahara selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama
penulisan skripsi ini.
Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2014
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros L. ... 4
Gejala Serangan ... 6
Pengendalian ... 7
Biologi Semut Myopopone castaneae ... 9
Daya Predasi Semut Myopopone castaneae ... 11
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Persiapan Media Perlakuan ... 17
Penyediaan Larva Serangga Uji ... 17
Penyediaan Semut Predator Myopopone castaneae ... 17
Pengaplikasian Semut Predator Myopopone castaneae ... 17
Parameter Pengamatan ... 18
Gejala Serangan Semut Myopopone castaneae Terhadap Larva ... 18
Persentase Mortalitas Larva ... 18
Waktu Kematian Larva ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala Serangan Semut Myopopone castaneae Terhadap Larva ... 19
Persentase Mortalitas Larva ... 21
Waktu Kematian Larva ... 23
Daya Konsumsi Semut Myopopone castaneae Terhadap Larva ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal.
1. Telur Oryctes rhinoceros L. 4
2. Larva Oryctes rhinoceros L. 5
3. Pupa Oryctes rhinoceros L. 5
4. Gambar Imago Oryctes rhinoceros L.
a. Imago jantan Oryctes rhinoceros L. 6
b. Imago betina Oryctes rhinoceros L. 6
5. Gejala Serangan
a. Gejala Serangan tanaman muda 7
b. Gejala Serangan tanaman tua 7
6. Larva Semut My. Castaneae 9
7. Kepompong dan imago semut My. Castaneae 10
8. Kasta pekerja semut My. Castaneae 10
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal.
1. Bagan Penelitian 29
2. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 1 hsa 30 3. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 2 hsa 33 4. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 3 hsa 36 5. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 4 hsa 39 6. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 5 hsa 42 7. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 6 hsa 45 8. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 6 hsa 48
9. Waktu kematian larva O. rhinoceros 51
ABSTRACT
Dhimas Junaedi. “The predation of My. castaneae to borer larvae of palm oil shoot O. rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae) in the Laboratory”. It was supervised by Darma Bakti dan Fatimah Zahara. The objective of this research was to determine the effectiveness of ant My. castaneae to prey O. rhinoceros L. in the laboratory. This research was conducted from December
2013 to February 2014 with altitude ± 25 above sea level in the Laboratory of Plant Pest, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. This research used randomized completely design with 12 treatments and 3 replications.
The result of this research showed that the highest percentage of larva mortality is M3L1, which is 100% in 3 days and the lowest is M1L3, which is 20%.
The highest consumption ability of My.castaneae is in the larva's instar 1 (M3L1, M2L1 and M1L1) that can consumpt 4-5 larva's instar 1 in five days, and
the lowest is with using larva's instar 3 (M1L3, M2L3, and M3L3) that only can
consumpt 1-2 larva's instar 3 of O. rhinoceros L.
ABSTRAK
Dhimas Junaedi. “Daya Predasi Semut My. castaneae Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit O. rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae)
di Laboratorium ”, di bawah bimbingan Darma Bakti dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas semut My. castaneae dalam memangsa O. rhinoceros di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua belas perlakuan dan 3 ulangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase mortalitas larva tertinggi yaitu pada perlakuan M3L1 sebesar 100 % dalam interval waktu 3 hari
dan yang terendah adalah perlakuan (M1L3) yaitu 20%. Daya konsumsi semut My.
castaneae paling tinggi yaitu pada perlakuan yang menggunakan larva instar 1 (M3L1, M2L1, dan M1L1) yang dapat menghabiskan 4-5 larva instar 1 dalam
waktu 5 hari dan yang terendah adalah yang menggunakan larva instar 3 (M1L3, M2L3, dan M3L3) yang hanya dapat menghabiskan 1-2 ekor larva instar 3
O. rhinoceros L.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah.
Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan
Nanggroe Aceh Darussalam. Namun sekarang telah berkembang ke berbagai
daerah seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sunarko, 2007).
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan
devisa negara. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang
cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati.
Kelapa sawit memiliki arti yang penting karena sampai saat ini Indonesia
merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia
dan Nigeria (Yusuf et al, 2002).
Ekspor minyak sawit mentah (CPO) Sumatera Utara pada tahun 2007
dapat mencapai 2 miliar dolar Amerika Serikat. Negara tujuan ekspor terbesar
CPO sumatera Utara adalah India, Belanda, China dan Singapura. Kondisi ini
berdasarkan nilai ekspor CPO Sumatera Utara tahun 2006 yang mencapai
1,79 miliar dolar AS. Berdasarkan catatan BPS angka produksi CPO per tahun
seluas 1,1 hektar atau nomor 2 setelah Provinsi Riau dengan luas 1,4 juta hektar
(BPS Sumut, 2007).
Berbagai faktor dapat menyebabkan produksi kalapa sawit menurun salah
satu faktor tersebut adalah serangan hama tanaman. Serangan hama ini di areal
kelapa sawit dapat menimbulkan kerugian apabila tidak dikelolah dengan baik
(Girsang dan Daswir dalam Noprida, 2009).
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang kuat, walaupun demikian
tanaman ini mampu di serang hama. Hama kumbang tanduk (O. rhinoceros L.)
merupakan salah satu hama yang menyerang pertanaman kelapa sawit. Umumnya
menyerang tanaman kelapa sawit yang muda. Serangan hama ini dapat
menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama hingga 69%
dan menimbulkan kematian pada tanaman muda hingga 25%. Masalah kumbang
tanduk saat ini semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong pada
kelapa sawit yaitu pada gawangan maupun pada sistem lubang tanam besar
(BPKKS, 2004).
Pestisida kimia, khususnya insektisida, mempunyai dampak yang sangat
merugikan bagi keanekaragaman hayati serangga termasuk artropoda predator dan
parasit, terutama insektisida yang berspektrum luas. Resurgensi serangga sasaran
setelah aplikasi insektisida disebabkan karena tertekannya musuh alami serangga
hama itu. Serangga lain yang mempunyai fungsi ekologi penting seperti serangga
penyerbuk juga ikut punah. Dampak buruk ini dapat meluas sampai di Iuar
ekosistem pertanian jika pestisida itu persisten (Sasromarsono dan Untung, 2000).
Penemuan musuh alami My. castaneae, Cheiroseius sp., Trigonuropoda sp
hasil penelitian terbaru yang ditemukan oleh peneliti atau belum ada penelitian
dan penemuan sebelumnya (Marheni, 2010).
Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa dalam mengembangkan
perkebunan kelapa sawit. Keberadaan hama O. rhinoceros sering kali menjadi
kendala bagi perkembangan perkebunan kelapa sawit. Pestisida kimia yang
digunakan untuk mengendalikan hama mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan dan tidak jarang menyebabkan hama menjadi resisten. Sehubungan
dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengendalian larva hama O. rhinoceros yang ramah lingkungan dengan
menggunakan semut My. castaneae sebagai predatornya.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui daya predasi semut My. castaneae
(Hymenoptera : Formicidae) terhadap berbagai instar larva penggerek pucuk
kelapa sawit O. rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae) di laboratorium. Hipotesis Penelitian
Semut My. castaneae efektif dalam mengendalikan larva O. rhinoceros L. dan dapat mengkonsumsi larva O. rhinoceros L. dalam jumlah yang banyak. Kegunaan Penelitian
1. Untuk mendapatkan agens hayati yang ramah lingkungan dalam mengendalikan
larva hama O. rhinoceros L. di lapangan.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi O. rhinoceros L.
Klasifikasi kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaidae
Genus : Oryctes
Spesies : O. rhinoceros L.
Kumbang tanduk O. rhinoceros L. termasuk ke dalam ordo Coleoptera dengan family Dynastidae. Kumbang tanduk bertelur pada bahan-bahan organik.
Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4-7 bulan.
[image:19.595.208.395.507.676.2]Telur O. rhinoceros berbentuk lonjong (Gambar 1).
Gambar 1. Telur O. rhinoceros L. Sumber : Foto langsung
Imago betina menghasilkan telur 30-70 butir dan menetas setelah ± 12 hari. Telur
berwarna putih dengan garis tengah ± 3 mm, sebelum menetas membengkak
Larva memiliki tiga pasang tungkai. Larva akan segera memakan bagian
tanaman yang masih ada serta bahan sampah atau kotoran yang ada di
[image:20.595.213.407.492.639.2]dekatnya. Larva terdiri dari tiga instar (Gambar 2).
Gambar 2. Larva O. rhinoceros L. Sumber : Foto langsung
Masa larva instar pertama 12-21 hari, instar kedua 21-60 hari dan instar
ketiga 60-165 hari. Warna larva keputih-putihan dengan kepala yang berwarna
kehitaman. Larva sering tampak melengkung membentuk setengah lingkaran
(Kartasapoetra, 1993).
Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam
kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya
(Gambar 3).
Gambar 3: Pupa O. rhinoceros L. Sumber : Foto langsung
Pupa jantan berukuran sekitar 3 - 5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa
8 – 13 hari. Masa pupa berlangsung 18 - 23 hari. Kumbang yang baru muncul dari
pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5 - 20 hari, kemudian terbang keluar
Kumbang berwarna hitam, ukuran badan panjang 40 mm lebar 20 mm.
Kumbang jantan mempunyai cula lebih panjang dari yang betina (Gambar 4).
Gambar 4 (a)Imago jantan O. rhinoceros, (b). Imago betina O. rhinoceros Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013
Kumbang yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa memakan dan sambil
mencari pasangan kemudian terjadi perkawinan, dan setelah itu
kumbang-kumbang betina terbang menuju sampah-sampah/tumpukan limbah
untuk bertelur. Telur yang dihasilkan dapat mencapai 35- 70 butir/ekor kumbang
betina. Kumbang aktif pada sore hari sekitar jam 6 - 7 malam dan tertarik pada
cahaya. Umur kumbang 4 – 4.5 bulan (Siswanto, 2003).
Gejala Serangan
Pada tanaman berumur kurang 1 tahun terdapat lubang gerekan pada
pangkal batang dekat permukaan tanah. Di depan lubang gerekan terdapat
serpihan batang yang digerek. Serangan berat kumbang tanduk pada tanaman
kelapa sawit terutama masa tanaman belum menghasilkan menyebabkan
kerusakan pelepah dan titik tumbuh, tanaman tidak homogen dan pertumbuhan
terhambat serta produksi optimal pada masa tanaman menghasilkan muda tidak
tercapai (± 40% lebih rendah dari produksi optimal) (BPKKS, 2004).
Serangan dari O. rhinoceros ini dapat dilihat bekas gerekan yang
dibuatnya. Pada tanaman muda serangan hama ini dapat menyebabkan kematian.
daun yang muda yang belum terbuka hingga waktu daun terbuka akan terlihat
bekas potongan yang simetris berbantuk segitiga atau seperti huruf V (Gambar 5).
Gambar 5. Gejala Serangan (a) tanaman muda, (b) tanaman tua Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013
Akibatnya, mahkota daun tampak compang camping tidak teratur sehingga
bentuknya tidak bagus lagi (Firmansyah, 2008).
Hama ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk
kelapa sawit. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai
merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan
kelapa sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa
produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai
25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada
tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit
(TKS) yang tidak tepat. Serangan hama tersebut menyebabkan tanaman kelapa
sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami kematian (Winarto, 2005).
Pengendalian
Teknik pengendalian O. rhinoceros yang umum dilaksanakan adalah
dengan pengelolaan tanaman penutup tanah (leguminose cover crop), sistem
kimiawi dan hayati. Semua metode pengendalian diaplikasikan baik secara
tunggal maupun terpadu menunjukkan kerterbatasan dalam skala yang besar.
Paket yang dilaksanakan dalam pengendalian kumbang O. rhinoceros, biasanya
terdiri dari mekanis, biologi dan kimiawi Metode mekanis terdiri dari pengutipan
larva dan kumbang dari sisa tanaman, secara kimiawi meliputi penggunaan
pestisida, dan secara biologi dengan menggunakan Metarhizium anisopliae,
Beauveria bassiana dan Baculovirus oryctes (Chandrika, 2005).
Pengendalian terhadap hama O. rhinoceros dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa
sawit dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan dilakukan setiap
tiga bulan bila populasi 3-5 ekor/ ha, tiap dua minggu jika populasi 5-10 ekor,
dan tiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor.
b. Penghancuran tempat peletakan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan
larva untuk dibunuh.
c. Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal tanaman
menghasilkan dapat dikendalikan dengan jamur Metarhizium anisopliae
sebanyak 20 g/ m2.
d. Penggunaan perangkap berupa feromon sintetik (Etil-4 metil oktanoate) yang
digantung pada ember plastik kapasitas 12 liter.
e. Secara kimiawi, menaburkan insektisida Karbosulfan sebanyak 0,05 - 0,10 g
Biologi Semut My. castaneae
Menurut Marheni (2012), klasifikasi semut My. castaneae adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Myopopone
Spesies : My. castaneae
Koloni semut My. castaneae terbatas dalam ukuran (puluhan atau ratusan).
Larva semut My. castaneae terdiri dari lima instar yang sederhana dan berada di
bawah tanah (Gambar 6).
Gambar 6. Larva Semut M. castaneae
Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013
Pengamatan koloni di laboratorium mengindikasikan larva instar pertama dan
instar kedua yang bersifat kanibal menyebabkan pengurangan jumlah telur. Instar
pertama dan kedua mampu memakan 66-75 % telur di sarang dimana setiap larva
memakan 2-3 telur sebelum pergantian ke instar ketiga. Larva memiliki segmen-
Dalam beberapa kasus, kepompong ditempatkan pada ruangan yang
tersembunyi. Kepompong hanya ditemani oleh beberapa pekerja dewasa atau
adakalanya beberapa serangga betina yang steril. Sarangnya yang bercabang
kemudian dikenal sebagai ruangan kokon. Ruang kokon biasanya digali dalam
sarang dengan kedalaman yang hampir sama dengan sarang utama, namun
dikhususkan untuk meng-rearing di musim panas (Gambar 7).
Gambar 7. Kepompong dan imago semut M. castaneae Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013
Biasanya pupa berada di dalam tanah dan siap untuk bermetamorfosis menjadi
imago dewasa. Kepompong semut My. castaneae cendrung berwarna oranye
(Masuko, 2003).
Imago semut My. castaneae panjangnya mencapai 5 mm. Kasta pekerja
merupakan predator di dalam tanah dan sampah daun. Semut My. castaneae
jarang terlihat mencari makanan di permukaan tanah. Kasta pekerja berwarna
pucat sampai coklat gelap (Gambar 8) (Shattuck dan Barnett, 1999).
Ukuran tubuh ratu semut My. castaneae tergolong besar. Kasta pekerja
menunjukkan variasi ukuran tubuh yaitu dengan lebar kepala 1,48- 2,18 mm dan
jumlah ovariole antara 6 hingga 22 sedangkan ukuran lebar kepala ratu 3,0 mm
dengan ovariole berjumlah 24 hingga 32 (Ito, 2010).
Daya Predasi SemutMy. castaneae
Setiap koloni semut, tanpa kecuali, tunduk pada sistem kasta secara ketat.
Sistem kasta ini terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota kasta pertama
adalah ratu dan semut-semut jantan, yang memungkinkan koloni berkembang
biak. Dalam satu koloni bisa terdapat lebih dari satu ratu. Ratu mengemban tugas
reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang membentuk koloni.
Tubuhnya lebih besar daripada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan
hanyalah membuahi sang ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati setelah
kawin (Yahya, 2004).
Anggota kasta kedua adalah prajurit. Kasta prajurit mengemban tugas
seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup, dan
berburu (Yahya, 2004). Semut prajurit merupakan satuan pengaman atau
"Satpam" bagi kelompoknya. Setiap saat mereka akan memberikan peringatan
kepada semut lainnya apabila ada pengacau memasuki daerah kekuasaannya.
Ketika mereka menemukan mangsa, semut prajurit menyebarkan bau dan
menyentuh semut lainnya dengan cara-cara tertentu untuk menunjukkan dimana
mereka menemukan mangsa dan seberapa besar mangsa yang ditemukan.
Beberapa semut 'mengeksekusi' mangsa tersebut dengan cara menjepitnya
Kasta ketiga terdiri atas semut pekerja. Semua pekerja ini adalah semut
betina yang steril. Semut pekerja merawat semut induk dan bayi-bayinya,
membersihkan dan memberi makan. Selain semua ini, pekerjaan lain dalam koloni
juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Semut pekerja membangun
koridor dan serambi baru untuk sarang mereka. Semut mencari makanan dan
terus- menerus membersihkan sarang (Yahya, 2004).
Seluruh anggota dari suku My. castaneae. sejauh ini diketahui sebagai
predator obligat terhadap arthropoda. Hampir semua spesies mencari makanan di
tanah, sampah daun atau kayu yang membusuk. Hasil observasi terhadap
My. castaneae menunjukkan bahwa kasta pekerja umumnya menyerang mangsa
yang hidup (dalam bentuk chilopoda, larva kumbang atau arthropoda lainnya)
dengan menggunakan rahang yang keras dan menyengatnya dalam waktu yang
lama hingga mati (William dan Brown, 1960).
Semut menggunakan rahang untuk mengangkat makanan. Rahang juga
digunakan untuk memproses makanan dan memotong-motong mangsa mereka.
Semut predator juga menggunakan rahang untuk merobek, menusuk dan
menggiling makanan mereka. Rahang penting bagi keberhasilan berburu semut
predator (Schmidt, 2004).
Saat merasakan kehadiran mangsanya, semut My. castaneae cenderung
menghadapinya tanpa ragu, dengan menggunakan rahangnya, mangsa langsung
disengat. Perilaku ini berlaku sama berapapun jumlah semut yang menyerang
mangsanya. Semut My. castaneae dapat merasakan apakah mangsanya telah
lumpuh atau belum. Semut My. castaneae akan mengamati isyarat dari
Di Laboratorium, kasta pekerja My. castaneae sering meninggalkan sarang
sendirian. Ketika semut My. castaneae menemukan mangsanya, mangsa langsung
disengat dan mangsa yang telah lumpuh dibawa ke sarang. Jika mangsa dalam
ukuran besar diberikan, semut My. castaneae akan menyerangnya sendiri sendiri.
Kasta pekerja yang ada di dekatnya kemudian akan membantu menyerang. Salah
satu pekerja akan kembali ke sarang dan menggetarkan tubuhnya untuk
mendapatkan perhatian dari pekerja lainnya. Setelah itu satu atau dua pekerja
meninggalkan sarang dan menemui mangsanya untuk mencari makan. Kasta
pekerja tersebut kemudian bekerja sama membawa mangsanya tersebut. Mereka
menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk pengambilan mangsa (Ito, 2010).
Dalam 14 jam pengamatan dari sebuah koloni dengan 25 kasta pekerja,
perilaku memakan cairan larva (larval hemolymph feeding) (LHF) dapat
dilakukan sebanyak 38 kali. 12 dari 25 kasta pekerja memakan cairan larva. Satu
kasta pekerja memonopoli lebih dari 50% LHF (21 kali) dan yang lainnya hanya
mengkonsumsi cairan larva satu sampai tiga kali. Perilaku agresif antar kasta
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember sampai Februari 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semut My. castaneae,
larva O. rhinoceros instar satu, dua, dan tiga, tandan kosong kelapa sawit, dan
batang kelapa sawit.
Alat-alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, tisu, karet gelang,
kertas label, kuas, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial,
dengan 2 faktor, yaitu :
Faktor 1: Jumlah semut yang diinfestasikan (M) , yaitu:
M0 : Diaplikasikan tanpa semut predator My. castaneae.
M1 : Diaplikasikan 15 ekor semut predator My. castaneae.
M2 : Diaplikasikan 20 ekor semut predator My. castaneae.
Faktor 2 yaitu: stadia O. rhinoceros L. yang diuji (L) yaitu : L1 : Larva instar satu O. rhinoceros L.
L2 : Larva instar dua O. rhinoceros L.
L3 : Larva instar tiga O. rhinoceros L.
Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 9 kombinasi perlakuan, yaitu :
M0L1 : Perlakuan control terhadap larva instar satu O. rhinoceros L. (kontrol).
M0L2 : Perlakuan control terhadap larva instar dua O. rhinoceros L. (kontrol).
M0L3 : Perlakuan control terhadap larva instar tiga O. rhinoceros L. (kontrol).
M1L1 : Aplikasi 15 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar satu
O. rhinoceros L.
M1L2 : Aplikasi 15 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar dua
O. rhinoceros L.
M1L3 : Aplikasi 15 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar tiga
O. rhinoceros L.
M2L1 : Aplikasi 20 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar satu
O. rhinoceros L.
M2L2 : Aplikasi 20 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar dua
O. rhinoceros L.
M2L3 : Aplikasi 20 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar tiga
O. rhinoceros L.
M3L1 : Aplikasi 25 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar satu
O. rhinoceros L.
M3L2 : Aplikasi 25 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar dua
M3L3 : Aplikasi 25 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar tiga
O. rhinoceros L.
Jumlah kombinasi Perlakuan : 12 Perlakuan
Jumlah ulangan : 3 Ulangan
Jumlah unit Percobaan : 36 Unit Percobaan
Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + βj + αβij + τijk
Yij = Respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.
µ = Nilai tengah umum
αi = Nilai pengamatan pengaruh perlakuan ke-i
βj = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-j
αβij = Interaksi dari faktor a pada tarafke I dan faktor b pada taraf ke j
τijk = Efek eror Karena pengaruh perlakuan pada taraf ke-I, factor b pada taraf
ke j dan pada ulangan ke-k
yijk = Hasil pengamatan dari factor a pada taraf ke I, factor b pada tarafke j
Apabila hasil analisasis menunjukkan nilai berbeda nyata maka
Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Media Perlakuan
Media yang digunakan berupa stoples ukuran sedang (5 kg) yang telah
diisi dengan makanan O. rhinoceros L. yaitu berupa serbuk dari batang kelapa sawit yang telah membusuk yang diambil dari lapangan. Media disediakan
sebanyak 36 stoples. Bersama dengan stoples disediakan juga kain kasa dan karet
gelang yang digunakan untuk menutup bagian atas stoples.
b. Penyediaan Larva Serangga Uji
Larva O. rhinoceros L. diambil dari lapangan sebanyak 180 larva yang sehat terdiri dari: 60 larva instar satu (untuk instar satu diambil telur di lapangan
untuk memperoleh keseragaman instar), 60 larva instar dua, dan 60 larva instar
tiga. Kemudian larva dimasukkan ke dalam stoples, dimana tiap stoples berisi 5
larva O. rhinoceros L.
c. Penyediaan Semut Predator My. castaneae
Semut predator My. castaneae diambil dari lapangan sebanyak-banyaknya
dari batang kelapa sawit yang telah melapuk pada areal penanaman kelapa sawit
kebun Rambutan dan perkebunan kelapa sawit rakyat di Galang. Semut kemudian
di bawa ke laboratorium untuk dipelihara dalam beberapa stoples yang sudah
berisi batang kelapa sawit, beserta pakan semut berupa larva O. rhinoceros L. Kelembapan tetap dijaga dengan menyemprotkan air secukupnya.
d. Pengaplikasian
Pengaplikasian semut predator My. castaneae dilakukan dengan cara
menginfestasikan semut predator pada stoples yang telah berisi larva
menggunakan kuas dimana jumlah semut yang diinfestasikan sesuai dengan
perlakuan yang telah ditetapkan.
Parameter Pengamatan
a. Gejala Serangan Semut My. castaneae Pada Larva O. rhinocerosL.
Larva O. rhinoceros L. yang dimangsa oleh semut My. castaneae diamati. Pengamatan terhadap gejala dilakukan setiap hari.
b. Persentase Mortalitas Larva O. rhinocerosL.
Pengamatan mortalitas larva dilakukan setiap hari setelah aplikasi.
Pengamatan tersebut dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati dan
kemudian dihitung mortalitas larva. Persentase mortalitas larva dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
P = Persentase mortalitas larva
a = Jumlah larva yang mati
b = Jumlah larva yang diamati (Wahyono dan Tarigan, 2007).
c. Waktu Kematian Larva O. rhinocerosL.
Pengamatan dilakukan mulai dari satu hari setelah aplikasi (HSA) terhadap
larva O. rhinoceros L. yang telah diinfestasikan semut predator My. castaneae sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan.
d. Daya Konsumsi Semut My. castaneae Terhadap Larva O. rhinocerosL. Daya konsumsi semut terhadap larva dapat diketahui dengan menghitung
banyaknya larva yang dimangsa. Diamati berapa banyak larva yang mampu
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Gejala Serangan Semut My. castaneae Pada Larva O. rhinocerosL.
Dilihat hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa semut
My. castaneae menyerang mangsanya dalam keadaan yang masih hidup dengan
cara menggigit dan menyengatnya hingga mati lalu menghisap cairan
himolimfnya sampai tinggal bangian kulitnya saja bahkan dapat memakan tubuh
larva. Gejala awal terhadap larva instar satu O. rhinoceros terlihat terjadi
perubahan warna menjadi kecoklatan dan menghitam (Gambar 9).
[image:34.595.113.524.325.551.2]A B C
Gambar 9. Gejala serangan semut M. castaneae terhadap larva instar satu O. rhinoceros Keterangan:
A. Larva sebelum diserang (larva sehat)
B. Larva tampak berubah warna menjadi kecoklatan dan menghitam C. Larva dimangsa tinggal bagian kulit
Pada larva isntar dua, gejala yang ditunjukkan terhadap larva instar dua
O. rhinoceros adalah pada kutikula larva terjadi perubahan warna menjadi
kecoklatan dan menghitam secara bertahap. Tubuh larva menjadi menghitam dan
rusak koyak-koyak akibat dari gigitan dan sengatan semut My. castaneae.
Kemudian cairan tubuh larva instar dua dihisap sehingga tinggal bagian kulitnya
saja. Semut My. castaneae. juga dapat memakan tubuh larva instar dua
A B
Gambar 10. Gejala serangan semut M. castaneae terhadap larva instar dua O. rhinoceros Keterangan:
A. Larva sebelum diserang (larva sehat)
B. Larva tampak warna kecoklatan dan menghitam secara bertahap C. Larva dimangsa tinggal bagian kulit
Pada larva isntar tiga, larva O. rhinoceros terlihat berwarna kuning
kecoklatan pada gejala awal dan pada tubuh larva terdapat bercak yang mengitam
akibat dari gigitan dan sengatan semut. Semut My. castaneae tampak hanya
mengisap cairan himolimf larva sehingga larva tampat mengkerut (Gambar 11).
A B C
Gambar 11. Gejala serangan semut M. castaneae terhadap larva instar tiga O. rhinoceros Keterangan:
A. Larva sebelum diserang (larva sehat)
B. Larva tampak berubah warna menjadi kecoklatan dan sedikit menghitam C. Larva dimangsa tinggal bagian kulit
Hal ini sesuai dengan pernyataan Silalahi (2011) yang menyatakan bahwa gejala
serangan semut My. castaneae adalah pada bagian kulit larva bekas gigitan semut
akan menghitam. Cairan tubuh larva kemudian dimakan sehingga tinggal kulitnya.
Selain itu, menurut Marheni (2012) menyatakan bahwa semut My. castaneae
kulitnya masih utuh namun mengerut dikarenakan hemolimfnya dikonsumsi oleh
semut.
b. Persentase Mortalitas Larva O. rhinocerosL.
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa jumlah semut My. castaneae
yang diaplikasikan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase mortalitas (%)
[image:36.595.118.512.260.733.2]larva disetiap instarnya. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh jumlah semut terhadap persentase mortalitas (%) larva.
Hari Instar Larva (L)
Jumlah Semut (M) L1 L2 L3
1 M0 0.00 e 0.00 e 0.00 e
M1 73.33 b 13.33 de 6.67 de
M2 73.33 b 40.00 c 0.00 e
M3 93.33 a 20.00 d 13.33 de
2 M0 0.00 c 0.00 c 0.00 c
M1 80.00 a 20.00 c 6.67 c
M2 80.00 a 46.67 b 0.00 c
M3 93.33 a 40.00 b 20.00 c
3 M0 0.00 e 0.00 e 0.00 e
M1 93.33 a 33.33 bc 20.00 cde
M2 93.33 a 53.33 b 6.67 de
M3 100.00 a 53.33 b 26.67 cd
4 M0 0.00 d 0.00 d 0.00 d
M1 100.00 a 40.00 bc 20.00 cd
M2 93.33 a 60.00 b 20.00 cd
M3 100 a 53.33 b 26.67 c
5 M0 0.00 d 0.00 d 0.00 d
M1 100.00 a 60.00 b 26.67 c
M2 93.33 a 73.33 b 26.67 c
M3 100.00 a 66.67 b 26.67 c
6 M0 0.00 c 0.00 c 0.00 c
M1 100.00 a 93.33 a 26.67 b
M2 100.00 a 100.00 a 33.33 b
M3 100.00 a 100.00 a 26.67 b
7 M0 0.00 c 0.00 c 0.00 c
M1 100.00 a 93.33 a 33.33 b
M2 100.00 a 100.00 a 33.33 b
M3 100.00 a 100.00 a 40.00 b
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa persentase
mortalitas (%) tertinggi adalah pada perlakuan M3L1 (aplikasi 25 ekor semut
My. castaneae terhadap larva instar satu O. rhinoceros L.) yaitu sebesar 93,33% sedangkan perlakuan terkecil adalah pada peralakuan M2L3 (aplikasi 20 ekor
semut My. castaneae terhadap larva instar tiga O. rhinoceros L.) yaitu 0%. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan M3L1 jumlah semut yang diaplikasikan lebih
banyak dibandingkan dengan perlakuan M2L3 yang menggunakan jumlah semut
yang lebih sedikit. Semakin banyak semut My. castaneae yang diaplikasikan
maka semakin besar angka persentase mortalitasnya. Hal ini sesuai dengan
Silalahi (2011) yang menyatakan bahwa semakin banyak semut My. castaneae
yang diinfestasikan maka semakin banyak proporsi mangsa yang dibutuhkan
sehingga waktu kematian larva dan pra pupa O. rhinoceros juga semakin cepat.
Hasil uji statistika menunjukkan bahwa pada perlakuan yang
menggunakan larva instar satu dan dua berbeda nyata dengan perlakuan yang
menggunakan instar tiga. Pada perlakuan instar satu dan dua persentase
mortalitasnya (%) lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan
larva instar tiga. Hal ini dikarenakan pada instar satu dan dua kulit kutikula larva
masih lebih tipis dibandingkan dengan perlakuan instar tiga sehingga
memudahkan semut untuk merobek kulit larva dan menghisap cairan himolimfnya
hingga habis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marheni (2012) yang menyatakan
bahwa semut My. castaneae lebih berpotensi memangsa larva instar dua daripada
memangsa larva instar tiga, hal ini disebabkan kulit larva instar tiga lebih keras
c. Waktu Kematian Larva O. rhinocerosL.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semut
My. castaneae mampu membunuh larva intar satu O. rhinoceros dalam waktu
yang relatif singkat. Semut My. castaneae mampu membunuh 4 - 5 ekor larva
instar satu O. rhinoceros dalam waktu 1 hari setelah aplikasi (hsa) pada perlakuan
M3L1 (diaplikasikan 25 ekor semut My. castaneae). Sedangkan pada larva instar
dua, semut My. castaneae mampu membunuh 2 ekor larva pada perlakuan M2L2
(diaplikasikan 20 ekor semut My. castaneae), dan membunuh 1 ekor larva instar
tiga pada perlakuan M3L3 (diaplikasikan 25 ekor semut My. castaneae) dalam
waktu 1 hari. Hal ini disebabkan karena kulit (kutikula) larva instar satu sangat
tipis dibandingkan dengan larva instar dua dan tiga sehingga memudahkan semut
untuk memangsanya, dengan mengigit dan menghisap cairan hemolimf larva
hingga habis. Semut My. castaneae akan menyerang mangsanya dalam keadaan
hidup. Saat merasakan kehadiran mangsanya, semut My. castaneae cenderung
menghadapinya tanpa ragu, dengan menggunakan rahangnya, mangsa langsung
disengat sampai mati. Hal ini sesuai dengan William dan Brown (1960) yang
menyatakan bahwa hasil observasi terhadap My. castaneae menunjukkan bahwa
kasta pekerja umumnya menyerang mangsa yang hidup (dalam bentuk chilopoda,
larva kumbang atau arthropoda lainnya) dengan menggunakan rahang yang keras
dan menyengatnya dalam waktu yang lama hingga mati.
Dilihat dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa semakin banyak semut
My. castaneae yang diaplikasikan maka semakin banyak pula larva O. rhinoceros
yang mati. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan M3L1 (diaplikasikan 25 ekor semut
waktu yang lebih cepat. Untuk melihat perbandingan waktu kematian larva dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh jumlah semut terhadap waktu kematian larva.
Perlakuan Jumlah (Larva) Yang Mati (1 hsa)
M0L1 0
M0L2 0
M0L3 0
M1L1 3,67
M1L2 0,67
M1L3 0,33
M2L1 3,67
M2L2 2
M2L3 0
M3L1 4,67
M3L2 1
M3L3 0,67
d. Daya Konsumsi Semut My. castaneae Terhadap Larva O. rhinocerosL. Dari tabel dapat dilihat bahwa daya konsumsi tertinggi adalah pada
perlakuan M3 dan M2 yang diaplikasikan terhadap larva instar satu yaitu dapat
menghabis 5 ekor larva dalam waktu 5 hari, sedangkan yang terendah adalah pada
perlakuan M1 yang diaplikasikan pada larva instar tiga yaitu hanya dapat
menghabiskan 1 ekor larva. Perbedaan ini disebabkan karena pada perlakuan
M3 dan M2 jumlah semut My. castaneae yang diaplikasikan lebih banyak
dibangdingkan M1 sehingga proporsi mangsa yang dibutuhkan lebih banyak. Hal
ini sesuai dengan Silalahi (2011) yang menyatakan bahwa dari hasil penelitian
diketahui bahwa semakin banyak jumlah semut My. castaneae yang diinfestasikan
maka semakin banyak mangsa yang dihabiskan. Semakin banyak jumlah semut
dalam satu koloni, maka sistim koordinasi yang terdapat dalam koloni tersebut
akan berjalan semakin baik sehingga kemampuan memangsanya juga akan
Tabel 3. Daya Konsumsi Semut My. castaneae Terhadap Larva O. rhinoceros L. selama 5 hari pengamatan.
Perlakuan Jumlah (Larva) Yang Dimangsa (5 hsa)
M0L1 0
M0L2 0
M0L3 0
M1L1 4,67
M1L2 1,67
M1L3 1
M2L1 5
M2L2 2,33
M2L3 1
M3L1 5
M3L2 2,67
M3L3 1,33
Semut My. castaneae menggigit mangsanya dengan menggunakan rahang
lalu mangsa disengatnya sampai mati. Rahang semut digunakan untuk merobek
tubuh larva. Setelah mati semut lalu memakan cairan tubuh larva sehingga hanya
tinggal kulitnya saja bahkan pada larva instar satu dan dua semut dapat
memakannya hingga habis. Hal ini sesuai dengan Masuko (2003) yang
menyatakan bahwa semut My. castaneae cenderung menghadapinya tanpa ragu
dengan menggunakan rahangnya, dan mangsa langsung disengat. Semut My.
castaneae dapat merasakan apakah mangsanya telah lumpuh atau belum. Semut
My. castaneae akan mengamati isyarat dari mangsanya apakah mangsa tersebut
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Semut My. castaneae merupakan semut pemangsa larva instar satu, dua dan
tiga O. rhinoceros
2. Persentase mortalitas larva tertinggi adalah pada perlakuan yang menggunakan
larva instar satu dan dua (L1 dan L2) sebesar 100 % dan yang terendah adalah
pada larva instar tiga (L3) yaitu sebesar 33,3 %.
3. Daya konsumsi semut My. castaneae tertinggi adalah pada perlakuan M3L1 dan
M2L1 yang dapat memakan larva sebanyak 5 ekor dalam waktu 5 hari dan
yang terendah adalah M1L3 dan M2L3 yaitu 1 ekor larva.
4. Semut My. castaneae menyerang mangsanya dengan cara menggigitnya dengan
rahang dan menyengatnya sampai tidak bergerak lagi setelah itu cairan
hemolimf larva dihisap sampai habis.
Saran
1. Semut My. castaneae berpotensial untuk mengendalikan larva instar satu
O. rhinoceros L.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan teknik konservasi untuk mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
BPKKS. 2004. Buku Pedoman Kerja Kelapa Sawit. PTPN II NUSANTARA, Medan.
BPS Sumut. 2007. Ekspor CPO Sumut Bisa Tembus 2 Miliar Dolar AS, Available Hp:/www.kompascetak.com/kompascetak/0705/02sumbagut/349.9772.ht. Diakses tanggal 22 Juni 2013.
Chandrika, M. 2005. O. rhinoceros (insect). Available at F:/issg Database Ecologi of Oryctes rhinoceros.hmt. Diakses tanggal 22 Juni 2013.
Firmansyah, E. 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak Lingkungan. Available on line at : http://www.google.com. Diakses tanggal 22 Juni 2013.
Ito, F. 2010. Notes on the Biology of the Oriental Amblyoponine ant Myopopone castanae: Queen- worker dimorphism, worker polymorphism and larval hemolymph feeding by workers (hymenoptera: Formicidae). Faculty of Agriculture, Kagana University, Miki, Kagawa, japan. Entomol. Society of Japan.
Kalshoven, L.G. E. 1981. The Pest of Crop In Indonesia. P. A Van der Laan. PT.Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1993. Hama Tanaman Pangan dan perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.
Marheni. 2010. Eksplorasi Musuh Alami Oryctes rhinoceros L. pada Pertanaman Kelapa Sawit di Sumatera Utara. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Hibah Disertasi. Lembaga Peneliian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, Yogyakarta.
. 2012. Karakteristik Ekologi dan Biologi Oryctes rhinoceros L. pada Pertanaman Kelapa Sawit di Sumatera Utara. Disertasi doctor. UGM, Yogyakarta.
Masuko, K. 2003. Analysis of brood development in the ant Amblyopone silvestrii with special reference to colony bionomics. Institute of Natural Sciences, Senshu University, Kawasaki, Kanagawa, Japan. www. Google.com. Diakses 21 Juni 2013.
Prawirosukarto, S., Y.P. Rocetha., U. Condro, dan Susanto. 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. PPKS Medan
Sasromarsono, S dan Untung, K. 2000. Keanekaragaman Hayati Arthropoda: Predator dan Parasit di Indonesia dan Pemanfaatannya. http//:www.Google.com. Diakses tanggal 20 Juni 2013.
Schmidt, C.A. 2004. Morphological and Functional Diversity of Ant Mandibles. http//.www.Google.com.Amblyopone sp. Diakses tanggal 18 Juni 2013.
Shattuck, S dan Barnett, N.J. 1999. Australian Ants. Their Biology and Identification. http//www.Google.com. Diakses tanggal 18 Juni 2013.
Silalahi, J. 2011. Uji Efektifitas Semut Amblyopone sp. (Hymenoptera : Formicidae) Sebagai Pemangsa Penggerek Pucuk Kelapa Sawit Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae). Skripsi. USU, Medan Diakses tanggal 18 Juni 2013.
Siswanto. 2003. Buku Operasioanal Pengandalian Hama Terpadu (BO-PHT). Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Ungaran.
Suhara. 2009. Semut rangrang Oecophylla smaradigna. http:www.google.komunikasi semut.com. Diakses 20 Juni 2013.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Vandaveer, C. 2004. What is Lethal-Male Delivery Sistem. Diunduh dari http://www5e.biglobe.ne.jp/champ/Oryctes rhinoceros1.htm.com. diakses pada tanggal 23 april 2014.
William, L and Jr. Brown. 1960. Contributions Toward a Reclasification of The Formicidae III. Tribe Amblyoponini (Hymenoptera). Bulletin of the Museum of Comparative Zoology. Cambridge Mass, USA.
Winarto, L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Secara Terpadu. Medan. http://www.agroindonesia.com/-cpas2. Diakses 25 Juni 2013.
Yahya, H. 2004. Menjelajahi Dunia Semut. http : www. Google.com. sistim kasta pada semut. Diakses 20 Juni 2013.
Lampiran 1. BAGAN PENELITIAN U S M3L2(2) M0L1(3) M1L2(1) M2L3(3) M3L3(2) M2L1(1) M1L3(3) M0L2(1) M1L1(2)
M3L3(1) M0L2(3)
Lampiran 2. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 1 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 0 0 0 0.00 0.00
M0L2 0 0 0 0.00 0.00
M0L3 0 0 0 0.00 0.00
M1L1 80 60 80 220.00 73.33
M1L2 0 20 20 40.00 13.33
M1L3 20 0 0 20.00 6.67
M2L1 60 80 80 220.00 73.33
M2L2 60 20 40 120.00 40.00
M2L3 0 0 0 0.00 0.00
M3L1 100 80 100 280.00 93.33
M3L2 20 20 20 60.00 20.00
M3L3 20 0 20 40.00 13.33
Total 360.00 280.00 360.00 1000.00
[image:45.595.111.465.116.372.2]Rataan 30.00 23.33 30.00 27.78
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 220.00 40.00 20.00 280.00 93.33
M2 220.00 120.00 0.00 340.00 113.33
M3 280.00 60.00 40.00 380.00 126.67
Total 720.00 220.00 60.00 1000.00
Rataan 180.00 55.00 15.00 83.33
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 73.33 13.33 6.67 93.33 31.11
M2 73.33 40.00 0.00 113.33 37.78
M3 93.33 20.00 13.33 126.67 42.22
Total 240.00 73.33 20.00 333.33
Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1L1 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21
M1L2 4.05 26.57 26.57 57.18 19.06
M1L3 26.57 4.05 4.05 34.67 11.56
M2L1 50.77 63.43 63.43 177.64 59.21
M2L2 50.77 26.57 39.23 116.57 38.86
M2L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M3L1 90.00 63.43 90.00 243.43 81.14
M3L2 26.57 26.57 26.57 79.70 26.57
M3L3 26.57 4.05 26.57 57.18 19.06
Total 354.94 281.66 356.07 992.67
Rataan 29.58 23.47 29.67 27.57
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16
M1 177.64 57.18 34.67 269.50 89.83
M2 177.64 116.57 12.16 306.37 102.12
M3 243.43 79.70 57.18 380.32 126.77
Total 610.88 265.61 116.19 992.67
Rataan 152.72 66.40 29.05 82.72
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1 59.21 19.06 11.56 89.83 29.94
M2 59.21 38.86 4.05 102.12 34.04
M3 81.14 26.57 19.06 126.77 42.26
Total 203.63 88.54 38.73 330.89
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket
Perlakuan 11.00 22842.57 2076.60 25.03 2.22 3.09 **
M 3.00 7345.69 2448.56 29.52 3.01 4.72 **
L 2.00 10729.21 5364.61 64.67 3.40 5.61 **
MxL 6.00 4767.67 794.61 9.58 2.51 3.67 **
Galat 24.00 1990.92 82.96
Total 35.00 24833.50
FK= 27372.27
KK= 0.433969
DMRT M
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
9.40 2.92 27.43 42.22 14.79 a
9.40 3.07 28.81 37.78 8.97 a
9.40 3.16 29.69 31.11 1.42 a
9.40 3.23 30.31 0.00 -30.31 b
DMRT L
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
2.63 2.92 7.67 60.00 52.33 a
2.63 3.07 8.06 18.33 10.27 b
2.63 3.16 8.31 5.00 -3.31 c
DMRT MxL
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
5.26 2.92 15.35 93.33 77.98 a
5.26 3.07 16.12 73.33 57.21 b
5.26 3.16 16.62 73.33 56.72 b
5.26 3.23 16.96 40.00 23.04 c
5.26 3.28 17.23 20.00 2.77 d
5.26 3.32 17.43 13.33 -4.10 de
5.26 3.35 17.59 13.33 -4.26 de
5.26 3.37 17.72 6.67 -11.05 de
5.26 3.39 17.83 0.00 -17.83 e
5.26 3.41 17.91 0.00 -17.91 e
5.26 3.42 17.98 0.00 -17.98 e
Lampiran 3. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 2 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 0 0 0 0.00 0.00
M0L2 0 0 0 0.00 0.00
M0L3 0 0 0 0.00 0.00
M1L1 80 60 100 240.00 80.00
M1L2 0 20 40 60.00 20.00
M1L3 20 0 0 20.00 6.67
M2L1 80 80 80 240.00 80.00
M2L2 60 20 60 140.00 46.67
M2L3 0 0 0 0.00 0.00
M3L1 100 80 100 280.00 93.33
M3L2 40 40 40 120.00 40.00
M3L3 20 20 20 60.00 20.00
Total 400.00 320.00 440.00 1160.00
[image:48.595.111.508.117.372.2]Rataan 33.33 26.67 36.67 32.22
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 240.00 60.00 20.00 320.00 106.67
M2 240.00 140.00 0.00 380.00 126.67
M3 280.00 120.00 60.00 460.00 153.33
Total 760.00 320.00 80.00 1160.00
Rataan 190.00 80.00 20.00 96.67
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 80.00 20.00 6.67 106.67 35.56
M2 80.00 46.67 0.00 126.67 42.22
M3 93.33 40.00 20.00 153.33 51.11
Total 253.33 106.67 26.67 386.67
Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1L1 63.43 50.77 90.00 204.20 68.07
M1L2 4.05 26.57 39.23 69.85 23.28
M1L3 26.57 4.05 4.05 34.67 11.56
M2L1 63.43 63.43 63.43 190.30 63.43
M2L2 50.77 26.57 50.77 128.10 42.70
M2L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M3L1 90.00 63.43 90.00 243.43 81.14
M3L2 39.23 39.23 39.23 117.69 39.23
M3L3 26.57 26.57 26.57 79.70 26.57
Total 380.27 316.84 419.51 1116.62
Rataan 31.69 26.40 34.96 31.02
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16
M1 204.20 69.85 34.67 308.73 102.91
M2 190.30 128.10 12.16 330.57 110.19
M3 243.43 117.69 79.70 440.82 146.94
Total 650.11 327.81 138.70 1116.62
Rataan 162.53 81.95 34.67 93.05
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1 68.07 23.28 11.56 102.91 34.30
M2 63.43 42.70 4.05 110.19 36.73
M3 81.14 39.23 26.57 146.94 48.98
Total 216.70 109.27 46.23 372.21
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket
Perlakuan 11.00 25519.78 2319.98 21.13 2.22 3.09 **
M 3.00 9837.79 3279.26 29.86 3.01 4.72 **
L 2.00 11143.82 5571.91 50.74 3.40 5.61 **
MxL 6.00 4538.18 756.36 6.89 2.51 3.67 **
Galat 24.00 2635.41 109.81
Total 35.00 28155.19
FK= 34634.369
KK= 0.3278422
DMRT M
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
9.17 2.92 26.76 51.11 24.35 a
9.17 3.07 28.11 42.22 14.12 a
9.17 3.16 28.97 35.56 6.59 a
9.17 3.23 29.57 0.00 -29.57 b
DMRT L
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
3.03 2.92 8.83 63.33 54.50 a
3.03 3.07 9.27 26.67 17.39 b
3.03 3.16 9.56 6.67 -2.89 c
DMRT MxL
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
6.05 2.92 17.66 93.33 75.67 a
6.05 3.07 18.55 80.00 61.45 a
6.05 3.16 19.12 80.00 60.88 a
6.05 3.23 19.52 46.67 27.15 b
6.05 3.28 19.82 40.00 20.18 b
6.05 3.32 20.06 20.00 -0.06 c
6.05 3.35 20.24 20.00 -0.24 c
6.05 3.37 20.39 6.67 -13.72 c
6.05 3.39 20.51 0.00 -20.51 c
6.05 3.41 20.61 0.00 -20.61 c
6.05 3.42 20.69 0.00 -20.69 c
Lampiran 4. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 3 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 0 0 0 0.00 0.00
M0L2 0 0 0 0.00 0.00
M0L3 0 0 0 0.00 0.00
M1L1 80 100 100 280.00 93.33
M1L2 20 40 40 100.00 33.33
M1L3 40 20 0 60.00 20.00
M2L1 100 100 80 280.00 93.33
M2L2 60 20 80 160.00 53.33
M2L3 20 0 0 20.00 6.67
M3L1 100 100 100 300.00 100.00
M3L2 40 60 60 160.00 53.33
M3L3 40 20 20 80.00 26.67
Total 500.00 460.00 480.00 1440.00
[image:51.595.112.533.117.373.2]Rataan 41.67 38.33 40.00 40.00
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 280.00 100.00 60.00 440.00 146.67
M2 280.00 160.00 20.00 460.00 153.33
M3 300.00 160.00 80.00 540.00 180.00
Total 860.00 420.00 160.00 1440.00
Rataan 215.00 105.00 40.00 120.00
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 93.33 33.33 20.00 146.67 48.89
M2 93.33 53.33 6.67 153.33 51.11
M3 100.00 53.33 26.67 180.00 60.00
Total 286.67 140.00 53.33 480.00
Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1L1 63.43 90.00 90.00 243.43 81.14
M1L2 26.57 39.23 39.23 105.03 35.01
M1L3 39.23 26.57 4.05 69.85 23.28
M2L1 90.00 90.00 63.43 243.43 81.14
M2L2 50.77 26.57 63.43 140.77 46.92
M2L3 26.57 4.05 4.05 34.67 11.56
M3L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00
M3L2 39.23 50.77 50.77 140.77 46.92
M3L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79
Total 477.19 455.91 443.71 1376.82
Rataan 39.77 37.99 36.98 38.24
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16
M1 243.43 105.03 69.85 418.31 139.44
M2 243.43 140.77 34.67 418.88 139.63
M3 270.00 140.77 92.36 503.13 167.71
Total 769.03 398.73 209.05 1376.82
Rataan 192.26 99.68 52.26 114.73
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1 81.14 35.01 23.28 139.44 46.48
M2 81.14 46.92 11.56 139.63 46.54
M3 90.00 46.92 30.79 167.71 55.90
Total 256.34 132.91 69.68 458.94
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket
Perlakuan 11.00 33057.07 3005.19 24.72 2.22 3.09 **
M 3.00 14556.89 4852.30 39.91 3.01 4.72 **
L 2.00 13518.98 6759.49 55.59 3.40 5.61 **
MxL 6.00 4981.21 830.20 6.83 2.51 3.67 **
Galat 24.00 2918.13 121.59
Total 35.00 35975.20
FK= 52656.166
KK= 0.2960805
DMRT M
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
9.60 2.92 28.04 60.00 31.96 a
9.60 3.07 29.45 51.11 21.66 a
9.60 3.16 30.35 48.89 18.54 a
9.60 3.23 30.98 0.00 -30.98 b
DMRT L
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
3.18 2.92 9.29 71.67 62.38 a
3.18 3.07 9.76 35.00 25.24 b
3.18 3.16 10.06 13.33 3.27 c
DMRT MxL
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
6.37 2.92 18.58 100.00 81.42 a
6.37 3.07 19.52 93.33 73.81 a
6.37 3.16 20.12 93.33 73.22 a
6.37 3.23 20.54 53.33 32.80 b
6.37 3.28 20.86 53.33 32.48 b
6.37 3.32 21.10 33.33 12.23 bc
6.37 3.35 21.30 26.67 5.37 cd
6.37 3.37 21.45 20.00 -1.45 cde
6.37 3.39 21.58 6.67 -14.92 de
6.37 3.41 21.68 0.00 -21.68 e
6.37 3.42 21.77 0.00 -21.77 e
Lampiran 5. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 4 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 0 0 0 0.00 0.00
M0L2 0 0 0 0.00 0.00
M0L3 0 0 0 0.00 0.00
M1L1 100 100 100 300.00 100.00
M1L2 20 40 60 120.00 40.00
M1L3 40 20 0 60.00 20.00
M2L1 100 100 80 280.00 93.33
M2L2 80 20 80 180.00 60.00
M2L3 40 20 0 60.00 20.00
M3L1 100 100 100 300.00 100.00
M3L2 40 60 60 160.00 53.33
M3L3 40 20 20 80.00 26.67
Total 560.00 480.00 500.00 1540.00
[image:54.595.109.499.116.373.2]Rataan 46.67 40.00 41.67 42.78
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 300.00 120.00 60.00 480.00 160.00
M2 280.00 180.00 60.00 520.00 173.33
M3 300.00 160.00 80.00 540.00 180.00
Total 880.00 460.00 200.00 1540.00
Rataan 220.00 115.00 50.00 128.33
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 100.00 40.00 20.00 160.00 53.33
M2 93.33 60.00 20.00 173.33 57.78
M3 100.00 53.33 26.67 180.00 60.00
Total 293.33 153.33 66.67 513.33
Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00
M1L2 26.57 39.23 50.77 116.57 38.86
M1L3 39.23 26.57 4.05 69.85 23.28
M2L1 90.00 90.00 63.43 243.43 81.14
M2L2 63.43 26.57 63.43 153.43 51.14
M2L3 39.23 26.57 4.05 69.85 23.28
M3L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00
M3L2 39.23 50.77 50.77 140.77 46.92
M3L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79
Total 529.09 478.42 455.25 1462.76
Rataan 44.09 39.87 37.94 40.63
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16
M1 270.00 116.57 69.85 456.42 152.14
M2 243.43 153.43 69.85 466.72 155.57
M3 270.00 140.77 92.36 503.13 167.71
Total 795.60 422.93 244.23 1462.76
Rataan 198.90 105.73 61.06 121.90
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1 90.00 38.86 23.28 152.14 50.71
M2 81.14 51.14 23.28 155.57 51.86
M3 90.00 46.92 30.79 167.71 55.90
Total 265.20 140.98 81.41 487.59
Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket
Perlakuan 11.00 34144.41 3104.04 23.76 2.22 3.09 **
M 3.00 16188.76 5396.25 41.31 3.01 4.72 **
L 2.00 13189.58 6594.79 50.48 3.40 5.61 **
MxL 6.00 4766.06 794.34 6.08 2.51 3.67 **
Galat 24.00 3135.24 130.63
Total 35.00 37279.65
FK= 59435.277 KK= 0.2755772
DMRT M
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
9.39 2.92 27.42 60.00 32.58 a
9.39 3.07 28.80 57.78 28.97 a
9.39 3.16 29.69 53.33 23.65 a
9.39 3.23 30.31 0.00 -30.31 b
DMRT L
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
3.30 2.92 9.63 73.33 63.70 a
3.30 3.07 10.12 38.33 28.22 b
3.30 3.16 10.43 16.67 6.24 c
DMRT MxL
Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi
6.60 2.92 19.26 100.00 80.74 a
6.60 3.07 20.23 100.00 79.77 a
6.60 3.16 20.85 93.33 72.48 a
6.60 3.23 21.29 60.00 38.71 b
6.60 3.28 21.62 53.33 31.72 b
6.60 3.32 21.88 40.00 18.12 bc
6.60 3.35 22.07 26.67 4.59 c
6.60 3.37 22.24 20.00 -2.24 cd
6.60 3.39 22.37 20.00 -2.37 cd
6.60 3.41 22.48 0.00 -22.48 d
6.60 3.42 22.57 0.00 -22.57 d
Lampiran 6. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 5 hsa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 0 0 0 0.00 0.00
M0L2 0 0 0 0.00 0.00
M0L3 0 0 0 0.00 0.00
M1L1 100 100 100 300.00 100.00
M1L2 60 40 80 180.00 60.00
M1L3 40 20 20 80.00 26.67
M2L1 100 100 80 280.00 93.33
M2L2 80 60 80 220.00 73.33
M2L3 40 20 20 80.00 26.67
M3L1 100 100 100 300.00 100.00
M3L2 60 80 60 200.00 66.67
M3L3 40 20 20 80.00 26.67
Total 620.00 540.00 560.00 1720.00
[image:57.595.111.510.117.372.2]Rataan 51.67 45.00 46.67 47.78
Tabel dwi kasta total
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 300.00 180.00 80.00 560.00 186.67
M2 280.00 220.00 80.00 580.00 193.33
M3 300.00 200.00 80.00 580.00 193.33
Total 880.00 600.00 240.00 1720.00
Rataan 220.00 150.00 60.00 143.33
Tabel dwi kasta rataan
Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan
M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
M1 100.00 60.00 26.67 186.67 62.22
M2 93.33 73.33 26.67 193.33 64.44
M3 100.00 66.67 26.67 193.33 64.44
Total 293.33 200.00 80.00 573.33
Transformasi Arcsin √persentase
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05
M1L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00
M1L2 50.77 39.23 63.43 153.43 51.14
M1L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79
M2L1 90.00 90.00 63.43 243.43 81.14
M2L2 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21
M2L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79 <