• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Predasi Semut Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit Oryctes Rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Daya Predasi Semut Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit Oryctes Rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) di Laboratorium"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA PREDASI SEMUT Myopopone castaneae (Hymenoptera :Formicidae) TERHADAP LARVA PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT

Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

DHIMAS JUNAEDI 090301005

HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

DAYA PREDASI SEMUT Myopopone castaneae (Hymenoptera :Formicidae) TERHADAP LARVA PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT

Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

DHIMAS JUNAEDI 090301005

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : DAYA PREDASI SEMUT Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) TERHADAP LARVA PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM.

Nama : Dhimas Junaedi

NIM : 090301005

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) (Ir. Fatimah Zahara) Ketua Anggota

Mengetahui:

(4)

ABSTRACT

Dhimas Junaedi. “The predation of My. castaneae to borer larvae of palm oil shoot O. rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae) in the Laboratory”. It was supervised by Darma Bakti dan Fatimah Zahara. The objective of this research was to determine the effectiveness of ant My. castaneae to prey O. rhinoceros L. in the laboratory. This research was conducted from December

2013 to February 2014 with altitude ± 25 above sea level in the Laboratory of Plant Pest, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. This research used randomized completely design with 12 treatments and 3 replications.

The result of this research showed that the highest percentage of larva mortality is M3L1, which is 100% in 3 days and the lowest is M1L3, which is 20%.

The highest consumption ability of My.castaneae is in the larva's instar 1 (M3L1, M2L1 and M1L1) that can consumpt 4-5 larva's instar 1 in five days, and

the lowest is with using larva's instar 3 (M1L3, M2L3, and M3L3) that only can

consumpt 1-2 larva's instar 3 of O. rhinoceros L.

(5)

ABSTRAK

Dhimas Junaedi. “Daya Predasi Semut My. castaneae Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit O. rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae)

di Laboratorium ”, di bawah bimbingan Darma Bakti dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas semut My. castaneae dalam memangsa O. rhinoceros di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua belas perlakuan dan 3 ulangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase mortalitas larva tertinggi yaitu pada perlakuan M3L1 sebesar 100 % dalam interval waktu 3 hari

dan yang terendah adalah perlakuan (M1L3) yaitu 20%. Daya konsumsi semut My.

castaneae paling tinggi yaitu pada perlakuan yang menggunakan larva instar 1 (M3L1, M2L1, dan M1L1) yang dapat menghabiskan 4-5 larva instar 1 dalam

waktu 5 hari dan yang terendah adalah yang menggunakan larva instar 3 (M1L3, M2L3, dan M3L3) yang hanya dapat menghabiskan 1-2 ekor larva instar 3

O. rhinoceros L.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Dhimas Junaedi lahir pada tanggal 23 Juni 1991 di Medan, merupakan

anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari bapak Kariyanto dan Ibu Semiwati.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

- Tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 067952 Medan.

- Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 28

Medan.

- Tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 13 Medan

- Tahun 2009 lulus dan diterima di Universitas Sumatera Utara (USU)

Fakultas Pertanian jurusan Agroekoteknologi melalui jalur Pemandu

Minat dan Prestasi (PMP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan diantaranya:

- Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) sebagai

anggota (2009-2012).

- Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) sebagai anggota

(2012-2014)

- Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Penyakit Tahun

2011/2012.

- Asisten Koordinator Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Tahun

2012/2013.

- Asisten Laboratorium Pengolahan Hama dan Penyakit Terpadu Tahun

(7)

- Asisten Laboratorium Ilmu Hama Perkebunan Tahun 2012/2013.

- Asisten Laboratorium Ekologi Organisme Pengganggu Tanaman Tahun

2012/2013.

- Asisten Laboratorium Hama dan Penyakit Hutan Sub-Hama 2012/2013.

- Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. London Sumatra

Indonesia Tbk., Pulau Rambong Estate, Kab. Langkat pada bulan Juli

hingga Agustus 2012.

- Penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Hama, Fakultas

Pertnian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Desember

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Daya Predasi Semut Myopopone castaneae (Hymenoptera : Formicidae) Terhadap Larva Penggerek Pucuk

Kelapa Sawit Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae) di Laboratorium” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekotekonologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS., dan Ir. Fatimah Zahara selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama

penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros L. ... 4

Gejala Serangan ... 6

Pengendalian ... 7

Biologi Semut Myopopone castaneae ... 9

Daya Predasi Semut Myopopone castaneae ... 11

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Persiapan Media Perlakuan ... 17

Penyediaan Larva Serangga Uji ... 17

Penyediaan Semut Predator Myopopone castaneae ... 17

Pengaplikasian Semut Predator Myopopone castaneae ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

Gejala Serangan Semut Myopopone castaneae Terhadap Larva ... 18

Persentase Mortalitas Larva ... 18

Waktu Kematian Larva ... 18

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Serangan Semut Myopopone castaneae Terhadap Larva ... 19

Persentase Mortalitas Larva ... 21

Waktu Kematian Larva ... 23

Daya Konsumsi Semut Myopopone castaneae Terhadap Larva ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

(11)

DAFTAR TABEL

(12)
[image:12.595.112.507.130.383.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal.

1. Telur Oryctes rhinoceros L. 4

2. Larva Oryctes rhinoceros L. 5

3. Pupa Oryctes rhinoceros L. 5

4. Gambar Imago Oryctes rhinoceros L.

a. Imago jantan Oryctes rhinoceros L. 6

b. Imago betina Oryctes rhinoceros L. 6

5. Gejala Serangan

a. Gejala Serangan tanaman muda 7

b. Gejala Serangan tanaman tua 7

6. Larva Semut My. Castaneae 9

7. Kepompong dan imago semut My. Castaneae 10

8. Kasta pekerja semut My. Castaneae 10

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal.

1. Bagan Penelitian 29

2. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 1 hsa 30 3. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 2 hsa 33 4. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 3 hsa 36 5. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 4 hsa 39 6. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 5 hsa 42 7. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 6 hsa 45 8. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 6 hsa 48

9. Waktu kematian larva O. rhinoceros 51

(14)

ABSTRACT

Dhimas Junaedi. “The predation of My. castaneae to borer larvae of palm oil shoot O. rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae) in the Laboratory”. It was supervised by Darma Bakti dan Fatimah Zahara. The objective of this research was to determine the effectiveness of ant My. castaneae to prey O. rhinoceros L. in the laboratory. This research was conducted from December

2013 to February 2014 with altitude ± 25 above sea level in the Laboratory of Plant Pest, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. This research used randomized completely design with 12 treatments and 3 replications.

The result of this research showed that the highest percentage of larva mortality is M3L1, which is 100% in 3 days and the lowest is M1L3, which is 20%.

The highest consumption ability of My.castaneae is in the larva's instar 1 (M3L1, M2L1 and M1L1) that can consumpt 4-5 larva's instar 1 in five days, and

the lowest is with using larva's instar 3 (M1L3, M2L3, and M3L3) that only can

consumpt 1-2 larva's instar 3 of O. rhinoceros L.

(15)

ABSTRAK

Dhimas Junaedi. “Daya Predasi Semut My. castaneae Terhadap Larva Penggerek Pucuk Kelapa Sawit O. rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaidae)

di Laboratorium ”, di bawah bimbingan Darma Bakti dan Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas semut My. castaneae dalam memangsa O. rhinoceros di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua belas perlakuan dan 3 ulangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase mortalitas larva tertinggi yaitu pada perlakuan M3L1 sebesar 100 % dalam interval waktu 3 hari

dan yang terendah adalah perlakuan (M1L3) yaitu 20%. Daya konsumsi semut My.

castaneae paling tinggi yaitu pada perlakuan yang menggunakan larva instar 1 (M3L1, M2L1, dan M1L1) yang dapat menghabiskan 4-5 larva instar 1 dalam

waktu 5 hari dan yang terendah adalah yang menggunakan larva instar 3 (M1L3, M2L3, dan M3L3) yang hanya dapat menghabiskan 1-2 ekor larva instar 3

O. rhinoceros L.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah.

Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan

Nanggroe Aceh Darussalam. Namun sekarang telah berkembang ke berbagai

daerah seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,

Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sunarko, 2007).

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja

yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan

devisa negara. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang

cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati.

Kelapa sawit memiliki arti yang penting karena sampai saat ini Indonesia

merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia

dan Nigeria (Yusuf et al, 2002).

Ekspor minyak sawit mentah (CPO) Sumatera Utara pada tahun 2007

dapat mencapai 2 miliar dolar Amerika Serikat. Negara tujuan ekspor terbesar

CPO sumatera Utara adalah India, Belanda, China dan Singapura. Kondisi ini

berdasarkan nilai ekspor CPO Sumatera Utara tahun 2006 yang mencapai

1,79 miliar dolar AS. Berdasarkan catatan BPS angka produksi CPO per tahun

(17)

seluas 1,1 hektar atau nomor 2 setelah Provinsi Riau dengan luas 1,4 juta hektar

(BPS Sumut, 2007).

Berbagai faktor dapat menyebabkan produksi kalapa sawit menurun salah

satu faktor tersebut adalah serangan hama tanaman. Serangan hama ini di areal

kelapa sawit dapat menimbulkan kerugian apabila tidak dikelolah dengan baik

(Girsang dan Daswir dalam Noprida, 2009).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang kuat, walaupun demikian

tanaman ini mampu di serang hama. Hama kumbang tanduk (O. rhinoceros L.)

merupakan salah satu hama yang menyerang pertanaman kelapa sawit. Umumnya

menyerang tanaman kelapa sawit yang muda. Serangan hama ini dapat

menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama hingga 69%

dan menimbulkan kematian pada tanaman muda hingga 25%. Masalah kumbang

tanduk saat ini semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong pada

kelapa sawit yaitu pada gawangan maupun pada sistem lubang tanam besar

(BPKKS, 2004).

Pestisida kimia, khususnya insektisida, mempunyai dampak yang sangat

merugikan bagi keanekaragaman hayati serangga termasuk artropoda predator dan

parasit, terutama insektisida yang berspektrum luas. Resurgensi serangga sasaran

setelah aplikasi insektisida disebabkan karena tertekannya musuh alami serangga

hama itu. Serangga lain yang mempunyai fungsi ekologi penting seperti serangga

penyerbuk juga ikut punah. Dampak buruk ini dapat meluas sampai di Iuar

ekosistem pertanian jika pestisida itu persisten (Sasromarsono dan Untung, 2000).

Penemuan musuh alami My. castaneae, Cheiroseius sp., Trigonuropoda sp

(18)

hasil penelitian terbaru yang ditemukan oleh peneliti atau belum ada penelitian

dan penemuan sebelumnya (Marheni, 2010).

Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa dalam mengembangkan

perkebunan kelapa sawit. Keberadaan hama O. rhinoceros sering kali menjadi

kendala bagi perkembangan perkebunan kelapa sawit. Pestisida kimia yang

digunakan untuk mengendalikan hama mempunyai dampak negatif terhadap

lingkungan dan tidak jarang menyebabkan hama menjadi resisten. Sehubungan

dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengendalian larva hama O. rhinoceros yang ramah lingkungan dengan

menggunakan semut My. castaneae sebagai predatornya.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui daya predasi semut My. castaneae

(Hymenoptera : Formicidae) terhadap berbagai instar larva penggerek pucuk

kelapa sawit O. rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae) di laboratorium. Hipotesis Penelitian

Semut My. castaneae efektif dalam mengendalikan larva O. rhinoceros L. dan dapat mengkonsumsi larva O. rhinoceros L. dalam jumlah yang banyak. Kegunaan Penelitian

1. Untuk mendapatkan agens hayati yang ramah lingkungan dalam mengendalikan

larva hama O. rhinoceros L. di lapangan.

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi O. rhinoceros L.

Klasifikasi kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insekta

Ordo : Coleoptera

Family : Scarabaidae

Genus : Oryctes

Spesies : O. rhinoceros L.

Kumbang tanduk O. rhinoceros L. termasuk ke dalam ordo Coleoptera dengan family Dynastidae. Kumbang tanduk bertelur pada bahan-bahan organik.

Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4-7 bulan.

[image:19.595.208.395.507.676.2]

Telur O. rhinoceros berbentuk lonjong (Gambar 1).

Gambar 1. Telur O. rhinoceros L. Sumber : Foto langsung

Imago betina menghasilkan telur 30-70 butir dan menetas setelah ± 12 hari. Telur

berwarna putih dengan garis tengah ± 3 mm, sebelum menetas membengkak

(20)

Larva memiliki tiga pasang tungkai. Larva akan segera memakan bagian

tanaman yang masih ada serta bahan sampah atau kotoran yang ada di

[image:20.595.213.407.492.639.2]

dekatnya. Larva terdiri dari tiga instar (Gambar 2).

Gambar 2. Larva O. rhinoceros L. Sumber : Foto langsung

Masa larva instar pertama 12-21 hari, instar kedua 21-60 hari dan instar

ketiga 60-165 hari. Warna larva keputih-putihan dengan kepala yang berwarna

kehitaman. Larva sering tampak melengkung membentuk setengah lingkaran

(Kartasapoetra, 1993).

Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam

kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya

(Gambar 3).

Gambar 3: Pupa O. rhinoceros L. Sumber : Foto langsung

Pupa jantan berukuran sekitar 3 - 5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa

8 – 13 hari. Masa pupa berlangsung 18 - 23 hari. Kumbang yang baru muncul dari

pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5 - 20 hari, kemudian terbang keluar

(21)

Kumbang berwarna hitam, ukuran badan panjang 40 mm lebar 20 mm.

Kumbang jantan mempunyai cula lebih panjang dari yang betina (Gambar 4).

Gambar 4 (a)Imago jantan O. rhinoceros, (b). Imago betina O. rhinoceros Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013

Kumbang yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa memakan dan sambil

mencari pasangan kemudian terjadi perkawinan, dan setelah itu

kumbang-kumbang betina terbang menuju sampah-sampah/tumpukan limbah

untuk bertelur. Telur yang dihasilkan dapat mencapai 35- 70 butir/ekor kumbang

betina. Kumbang aktif pada sore hari sekitar jam 6 - 7 malam dan tertarik pada

cahaya. Umur kumbang 4 – 4.5 bulan (Siswanto, 2003).

Gejala Serangan

Pada tanaman berumur kurang 1 tahun terdapat lubang gerekan pada

pangkal batang dekat permukaan tanah. Di depan lubang gerekan terdapat

serpihan batang yang digerek. Serangan berat kumbang tanduk pada tanaman

kelapa sawit terutama masa tanaman belum menghasilkan menyebabkan

kerusakan pelepah dan titik tumbuh, tanaman tidak homogen dan pertumbuhan

terhambat serta produksi optimal pada masa tanaman menghasilkan muda tidak

tercapai (± 40% lebih rendah dari produksi optimal) (BPKKS, 2004).

Serangan dari O. rhinoceros ini dapat dilihat bekas gerekan yang

dibuatnya. Pada tanaman muda serangan hama ini dapat menyebabkan kematian.

(22)

daun yang muda yang belum terbuka hingga waktu daun terbuka akan terlihat

bekas potongan yang simetris berbantuk segitiga atau seperti huruf V (Gambar 5).

Gambar 5. Gejala Serangan (a) tanaman muda, (b) tanaman tua Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013

Akibatnya, mahkota daun tampak compang camping tidak teratur sehingga

bentuknya tidak bagus lagi (Firmansyah, 2008).

Hama ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang

sedang mengalami proses pembusukan. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk

kelapa sawit. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai

merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan

kelapa sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa

produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai

25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada

tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit

(TKS) yang tidak tepat. Serangan hama tersebut menyebabkan tanaman kelapa

sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami kematian (Winarto, 2005).

Pengendalian

Teknik pengendalian O. rhinoceros yang umum dilaksanakan adalah

dengan pengelolaan tanaman penutup tanah (leguminose cover crop), sistem

(23)

kimiawi dan hayati. Semua metode pengendalian diaplikasikan baik secara

tunggal maupun terpadu menunjukkan kerterbatasan dalam skala yang besar.

Paket yang dilaksanakan dalam pengendalian kumbang O. rhinoceros, biasanya

terdiri dari mekanis, biologi dan kimiawi Metode mekanis terdiri dari pengutipan

larva dan kumbang dari sisa tanaman, secara kimiawi meliputi penggunaan

pestisida, dan secara biologi dengan menggunakan Metarhizium anisopliae,

Beauveria bassiana dan Baculovirus oryctes (Chandrika, 2005).

Pengendalian terhadap hama O. rhinoceros dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu:

a. Pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa

sawit dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan dilakukan setiap

tiga bulan bila populasi 3-5 ekor/ ha, tiap dua minggu jika populasi 5-10 ekor,

dan tiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor.

b. Penghancuran tempat peletakan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan

larva untuk dibunuh.

c. Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal tanaman

menghasilkan dapat dikendalikan dengan jamur Metarhizium anisopliae

sebanyak 20 g/ m2.

d. Penggunaan perangkap berupa feromon sintetik (Etil-4 metil oktanoate) yang

digantung pada ember plastik kapasitas 12 liter.

e. Secara kimiawi, menaburkan insektisida Karbosulfan sebanyak 0,05 - 0,10 g

(24)

Biologi Semut My. castaneae

Menurut Marheni (2012), klasifikasi semut My. castaneae adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Family : Formicidae

Genus : Myopopone

Spesies : My. castaneae

Koloni semut My. castaneae terbatas dalam ukuran (puluhan atau ratusan).

Larva semut My. castaneae terdiri dari lima instar yang sederhana dan berada di

bawah tanah (Gambar 6).

Gambar 6. Larva Semut M. castaneae

Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013

Pengamatan koloni di laboratorium mengindikasikan larva instar pertama dan

instar kedua yang bersifat kanibal menyebabkan pengurangan jumlah telur. Instar

pertama dan kedua mampu memakan 66-75 % telur di sarang dimana setiap larva

memakan 2-3 telur sebelum pergantian ke instar ketiga. Larva memiliki segmen-

(25)

Dalam beberapa kasus, kepompong ditempatkan pada ruangan yang

tersembunyi. Kepompong hanya ditemani oleh beberapa pekerja dewasa atau

adakalanya beberapa serangga betina yang steril. Sarangnya yang bercabang

kemudian dikenal sebagai ruangan kokon. Ruang kokon biasanya digali dalam

sarang dengan kedalaman yang hampir sama dengan sarang utama, namun

dikhususkan untuk meng-rearing di musim panas (Gambar 7).

Gambar 7. Kepompong dan imago semut M. castaneae Sumber : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2013

Biasanya pupa berada di dalam tanah dan siap untuk bermetamorfosis menjadi

imago dewasa. Kepompong semut My. castaneae cendrung berwarna oranye

(Masuko, 2003).

Imago semut My. castaneae panjangnya mencapai 5 mm. Kasta pekerja

merupakan predator di dalam tanah dan sampah daun. Semut My. castaneae

jarang terlihat mencari makanan di permukaan tanah. Kasta pekerja berwarna

pucat sampai coklat gelap (Gambar 8) (Shattuck dan Barnett, 1999).

(26)

Ukuran tubuh ratu semut My. castaneae tergolong besar. Kasta pekerja

menunjukkan variasi ukuran tubuh yaitu dengan lebar kepala 1,48- 2,18 mm dan

jumlah ovariole antara 6 hingga 22 sedangkan ukuran lebar kepala ratu 3,0 mm

dengan ovariole berjumlah 24 hingga 32 (Ito, 2010).

Daya Predasi SemutMy. castaneae

Setiap koloni semut, tanpa kecuali, tunduk pada sistem kasta secara ketat.

Sistem kasta ini terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota kasta pertama

adalah ratu dan semut-semut jantan, yang memungkinkan koloni berkembang

biak. Dalam satu koloni bisa terdapat lebih dari satu ratu. Ratu mengemban tugas

reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang membentuk koloni.

Tubuhnya lebih besar daripada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan

hanyalah membuahi sang ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati setelah

kawin (Yahya, 2004).

Anggota kasta kedua adalah prajurit. Kasta prajurit mengemban tugas

seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup, dan

berburu (Yahya, 2004). Semut prajurit merupakan satuan pengaman atau

"Satpam" bagi kelompoknya. Setiap saat mereka akan memberikan peringatan

kepada semut lainnya apabila ada pengacau memasuki daerah kekuasaannya.

Ketika mereka menemukan mangsa, semut prajurit menyebarkan bau dan

menyentuh semut lainnya dengan cara-cara tertentu untuk menunjukkan dimana

mereka menemukan mangsa dan seberapa besar mangsa yang ditemukan.

Beberapa semut 'mengeksekusi' mangsa tersebut dengan cara menjepitnya

(27)

Kasta ketiga terdiri atas semut pekerja. Semua pekerja ini adalah semut

betina yang steril. Semut pekerja merawat semut induk dan bayi-bayinya,

membersihkan dan memberi makan. Selain semua ini, pekerjaan lain dalam koloni

juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Semut pekerja membangun

koridor dan serambi baru untuk sarang mereka. Semut mencari makanan dan

terus- menerus membersihkan sarang (Yahya, 2004).

Seluruh anggota dari suku My. castaneae. sejauh ini diketahui sebagai

predator obligat terhadap arthropoda. Hampir semua spesies mencari makanan di

tanah, sampah daun atau kayu yang membusuk. Hasil observasi terhadap

My. castaneae menunjukkan bahwa kasta pekerja umumnya menyerang mangsa

yang hidup (dalam bentuk chilopoda, larva kumbang atau arthropoda lainnya)

dengan menggunakan rahang yang keras dan menyengatnya dalam waktu yang

lama hingga mati (William dan Brown, 1960).

Semut menggunakan rahang untuk mengangkat makanan. Rahang juga

digunakan untuk memproses makanan dan memotong-motong mangsa mereka.

Semut predator juga menggunakan rahang untuk merobek, menusuk dan

menggiling makanan mereka. Rahang penting bagi keberhasilan berburu semut

predator (Schmidt, 2004).

Saat merasakan kehadiran mangsanya, semut My. castaneae cenderung

menghadapinya tanpa ragu, dengan menggunakan rahangnya, mangsa langsung

disengat. Perilaku ini berlaku sama berapapun jumlah semut yang menyerang

mangsanya. Semut My. castaneae dapat merasakan apakah mangsanya telah

lumpuh atau belum. Semut My. castaneae akan mengamati isyarat dari

(28)

Di Laboratorium, kasta pekerja My. castaneae sering meninggalkan sarang

sendirian. Ketika semut My. castaneae menemukan mangsanya, mangsa langsung

disengat dan mangsa yang telah lumpuh dibawa ke sarang. Jika mangsa dalam

ukuran besar diberikan, semut My. castaneae akan menyerangnya sendiri sendiri.

Kasta pekerja yang ada di dekatnya kemudian akan membantu menyerang. Salah

satu pekerja akan kembali ke sarang dan menggetarkan tubuhnya untuk

mendapatkan perhatian dari pekerja lainnya. Setelah itu satu atau dua pekerja

meninggalkan sarang dan menemui mangsanya untuk mencari makan. Kasta

pekerja tersebut kemudian bekerja sama membawa mangsanya tersebut. Mereka

menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk pengambilan mangsa (Ito, 2010).

Dalam 14 jam pengamatan dari sebuah koloni dengan 25 kasta pekerja,

perilaku memakan cairan larva (larval hemolymph feeding) (LHF) dapat

dilakukan sebanyak 38 kali. 12 dari 25 kasta pekerja memakan cairan larva. Satu

kasta pekerja memonopoli lebih dari 50% LHF (21 kali) dan yang lainnya hanya

mengkonsumsi cairan larva satu sampai tiga kali. Perilaku agresif antar kasta

(29)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Desember sampai Februari 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semut My. castaneae,

larva O. rhinoceros instar satu, dua, dan tiga, tandan kosong kelapa sawit, dan

batang kelapa sawit.

Alat-alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, tisu, karet gelang,

kertas label, kuas, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial,

dengan 2 faktor, yaitu :

Faktor 1: Jumlah semut yang diinfestasikan (M) , yaitu:

M0 : Diaplikasikan tanpa semut predator My. castaneae.

M1 : Diaplikasikan 15 ekor semut predator My. castaneae.

M2 : Diaplikasikan 20 ekor semut predator My. castaneae.

(30)

Faktor 2 yaitu: stadia O. rhinoceros L. yang diuji (L) yaitu : L1 : Larva instar satu O. rhinoceros L.

L2 : Larva instar dua O. rhinoceros L.

L3 : Larva instar tiga O. rhinoceros L.

Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 9 kombinasi perlakuan, yaitu :

M0L1 : Perlakuan control terhadap larva instar satu O. rhinoceros L. (kontrol).

M0L2 : Perlakuan control terhadap larva instar dua O. rhinoceros L. (kontrol).

M0L3 : Perlakuan control terhadap larva instar tiga O. rhinoceros L. (kontrol).

M1L1 : Aplikasi 15 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar satu

O. rhinoceros L.

M1L2 : Aplikasi 15 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar dua

O. rhinoceros L.

M1L3 : Aplikasi 15 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar tiga

O. rhinoceros L.

M2L1 : Aplikasi 20 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar satu

O. rhinoceros L.

M2L2 : Aplikasi 20 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar dua

O. rhinoceros L.

M2L3 : Aplikasi 20 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar tiga

O. rhinoceros L.

M3L1 : Aplikasi 25 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar satu

O. rhinoceros L.

M3L2 : Aplikasi 25 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar dua

(31)

M3L3 : Aplikasi 25 ekor semut My. castaneae terhadap larva instar tiga

O. rhinoceros L.

Jumlah kombinasi Perlakuan : 12 Perlakuan

Jumlah ulangan : 3 Ulangan

Jumlah unit Percobaan : 36 Unit Percobaan

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + αβij + τijk

Yij = Respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.

µ = Nilai tengah umum

αi = Nilai pengamatan pengaruh perlakuan ke-i

βj = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-j

αβij = Interaksi dari faktor a pada tarafke I dan faktor b pada taraf ke j

τijk = Efek eror Karena pengaruh perlakuan pada taraf ke-I, factor b pada taraf

ke j dan pada ulangan ke-k

yijk = Hasil pengamatan dari factor a pada taraf ke I, factor b pada tarafke j

Apabila hasil analisasis menunjukkan nilai berbeda nyata maka

(32)

Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Media Perlakuan

Media yang digunakan berupa stoples ukuran sedang (5 kg) yang telah

diisi dengan makanan O. rhinoceros L. yaitu berupa serbuk dari batang kelapa sawit yang telah membusuk yang diambil dari lapangan. Media disediakan

sebanyak 36 stoples. Bersama dengan stoples disediakan juga kain kasa dan karet

gelang yang digunakan untuk menutup bagian atas stoples.

b. Penyediaan Larva Serangga Uji

Larva O. rhinoceros L. diambil dari lapangan sebanyak 180 larva yang sehat terdiri dari: 60 larva instar satu (untuk instar satu diambil telur di lapangan

untuk memperoleh keseragaman instar), 60 larva instar dua, dan 60 larva instar

tiga. Kemudian larva dimasukkan ke dalam stoples, dimana tiap stoples berisi 5

larva O. rhinoceros L.

c. Penyediaan Semut Predator My. castaneae

Semut predator My. castaneae diambil dari lapangan sebanyak-banyaknya

dari batang kelapa sawit yang telah melapuk pada areal penanaman kelapa sawit

kebun Rambutan dan perkebunan kelapa sawit rakyat di Galang. Semut kemudian

di bawa ke laboratorium untuk dipelihara dalam beberapa stoples yang sudah

berisi batang kelapa sawit, beserta pakan semut berupa larva O. rhinoceros L. Kelembapan tetap dijaga dengan menyemprotkan air secukupnya.

d. Pengaplikasian

Pengaplikasian semut predator My. castaneae dilakukan dengan cara

menginfestasikan semut predator pada stoples yang telah berisi larva

(33)

menggunakan kuas dimana jumlah semut yang diinfestasikan sesuai dengan

perlakuan yang telah ditetapkan.

Parameter Pengamatan

a. Gejala Serangan Semut My. castaneae Pada Larva O. rhinocerosL.

Larva O. rhinoceros L. yang dimangsa oleh semut My. castaneae diamati. Pengamatan terhadap gejala dilakukan setiap hari.

b. Persentase Mortalitas Larva O. rhinocerosL.

Pengamatan mortalitas larva dilakukan setiap hari setelah aplikasi.

Pengamatan tersebut dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati dan

kemudian dihitung mortalitas larva. Persentase mortalitas larva dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

P = Persentase mortalitas larva

a = Jumlah larva yang mati

b = Jumlah larva yang diamati (Wahyono dan Tarigan, 2007).

c. Waktu Kematian Larva O. rhinocerosL.

Pengamatan dilakukan mulai dari satu hari setelah aplikasi (HSA) terhadap

larva O. rhinoceros L. yang telah diinfestasikan semut predator My. castaneae sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan.

d. Daya Konsumsi Semut My. castaneae Terhadap Larva O. rhinocerosL. Daya konsumsi semut terhadap larva dapat diketahui dengan menghitung

banyaknya larva yang dimangsa. Diamati berapa banyak larva yang mampu

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gejala Serangan Semut My. castaneae Pada Larva O. rhinocerosL.

Dilihat hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa semut

My. castaneae menyerang mangsanya dalam keadaan yang masih hidup dengan

cara menggigit dan menyengatnya hingga mati lalu menghisap cairan

himolimfnya sampai tinggal bangian kulitnya saja bahkan dapat memakan tubuh

larva. Gejala awal terhadap larva instar satu O. rhinoceros terlihat terjadi

perubahan warna menjadi kecoklatan dan menghitam (Gambar 9).

[image:34.595.113.524.325.551.2]

A B C

Gambar 9. Gejala serangan semut M. castaneae terhadap larva instar satu O. rhinoceros Keterangan:

A. Larva sebelum diserang (larva sehat)

B. Larva tampak berubah warna menjadi kecoklatan dan menghitam C. Larva dimangsa tinggal bagian kulit

Pada larva isntar dua, gejala yang ditunjukkan terhadap larva instar dua

O. rhinoceros adalah pada kutikula larva terjadi perubahan warna menjadi

kecoklatan dan menghitam secara bertahap. Tubuh larva menjadi menghitam dan

rusak koyak-koyak akibat dari gigitan dan sengatan semut My. castaneae.

Kemudian cairan tubuh larva instar dua dihisap sehingga tinggal bagian kulitnya

saja. Semut My. castaneae. juga dapat memakan tubuh larva instar dua

(35)
[image:35.595.108.523.366.569.2]

A B

Gambar 10. Gejala serangan semut M. castaneae terhadap larva instar dua O. rhinoceros Keterangan:

A. Larva sebelum diserang (larva sehat)

B. Larva tampak warna kecoklatan dan menghitam secara bertahap C. Larva dimangsa tinggal bagian kulit

Pada larva isntar tiga, larva O. rhinoceros terlihat berwarna kuning

kecoklatan pada gejala awal dan pada tubuh larva terdapat bercak yang mengitam

akibat dari gigitan dan sengatan semut. Semut My. castaneae tampak hanya

mengisap cairan himolimf larva sehingga larva tampat mengkerut (Gambar 11).

A B C

Gambar 11. Gejala serangan semut M. castaneae terhadap larva instar tiga O. rhinoceros Keterangan:

A. Larva sebelum diserang (larva sehat)

B. Larva tampak berubah warna menjadi kecoklatan dan sedikit menghitam C. Larva dimangsa tinggal bagian kulit

Hal ini sesuai dengan pernyataan Silalahi (2011) yang menyatakan bahwa gejala

serangan semut My. castaneae adalah pada bagian kulit larva bekas gigitan semut

akan menghitam. Cairan tubuh larva kemudian dimakan sehingga tinggal kulitnya.

Selain itu, menurut Marheni (2012) menyatakan bahwa semut My. castaneae

(36)

kulitnya masih utuh namun mengerut dikarenakan hemolimfnya dikonsumsi oleh

semut.

b. Persentase Mortalitas Larva O. rhinocerosL.

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa jumlah semut My. castaneae

yang diaplikasikan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase mortalitas (%)

[image:36.595.118.512.260.733.2]

larva disetiap instarnya. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh jumlah semut terhadap persentase mortalitas (%) larva.

Hari Instar Larva (L)

Jumlah Semut (M) L1 L2 L3

1 M0 0.00 e 0.00 e 0.00 e

M1 73.33 b 13.33 de 6.67 de

M2 73.33 b 40.00 c 0.00 e

M3 93.33 a 20.00 d 13.33 de

2 M0 0.00 c 0.00 c 0.00 c

M1 80.00 a 20.00 c 6.67 c

M2 80.00 a 46.67 b 0.00 c

M3 93.33 a 40.00 b 20.00 c

3 M0 0.00 e 0.00 e 0.00 e

M1 93.33 a 33.33 bc 20.00 cde

M2 93.33 a 53.33 b 6.67 de

M3 100.00 a 53.33 b 26.67 cd

4 M0 0.00 d 0.00 d 0.00 d

M1 100.00 a 40.00 bc 20.00 cd

M2 93.33 a 60.00 b 20.00 cd

M3 100 a 53.33 b 26.67 c

5 M0 0.00 d 0.00 d 0.00 d

M1 100.00 a 60.00 b 26.67 c

M2 93.33 a 73.33 b 26.67 c

M3 100.00 a 66.67 b 26.67 c

6 M0 0.00 c 0.00 c 0.00 c

M1 100.00 a 93.33 a 26.67 b

M2 100.00 a 100.00 a 33.33 b

M3 100.00 a 100.00 a 26.67 b

7 M0 0.00 c 0.00 c 0.00 c

M1 100.00 a 93.33 a 33.33 b

M2 100.00 a 100.00 a 33.33 b

M3 100.00 a 100.00 a 40.00 b

(37)

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa persentase

mortalitas (%) tertinggi adalah pada perlakuan M3L1 (aplikasi 25 ekor semut

My. castaneae terhadap larva instar satu O. rhinoceros L.) yaitu sebesar 93,33% sedangkan perlakuan terkecil adalah pada peralakuan M2L3 (aplikasi 20 ekor

semut My. castaneae terhadap larva instar tiga O. rhinoceros L.) yaitu 0%. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan M3L1 jumlah semut yang diaplikasikan lebih

banyak dibandingkan dengan perlakuan M2L3 yang menggunakan jumlah semut

yang lebih sedikit. Semakin banyak semut My. castaneae yang diaplikasikan

maka semakin besar angka persentase mortalitasnya. Hal ini sesuai dengan

Silalahi (2011) yang menyatakan bahwa semakin banyak semut My. castaneae

yang diinfestasikan maka semakin banyak proporsi mangsa yang dibutuhkan

sehingga waktu kematian larva dan pra pupa O. rhinoceros juga semakin cepat.

Hasil uji statistika menunjukkan bahwa pada perlakuan yang

menggunakan larva instar satu dan dua berbeda nyata dengan perlakuan yang

menggunakan instar tiga. Pada perlakuan instar satu dan dua persentase

mortalitasnya (%) lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan

larva instar tiga. Hal ini dikarenakan pada instar satu dan dua kulit kutikula larva

masih lebih tipis dibandingkan dengan perlakuan instar tiga sehingga

memudahkan semut untuk merobek kulit larva dan menghisap cairan himolimfnya

hingga habis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marheni (2012) yang menyatakan

bahwa semut My. castaneae lebih berpotensi memangsa larva instar dua daripada

memangsa larva instar tiga, hal ini disebabkan kulit larva instar tiga lebih keras

(38)

c. Waktu Kematian Larva O. rhinocerosL.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semut

My. castaneae mampu membunuh larva intar satu O. rhinoceros dalam waktu

yang relatif singkat. Semut My. castaneae mampu membunuh 4 - 5 ekor larva

instar satu O. rhinoceros dalam waktu 1 hari setelah aplikasi (hsa) pada perlakuan

M3L1 (diaplikasikan 25 ekor semut My. castaneae). Sedangkan pada larva instar

dua, semut My. castaneae mampu membunuh 2 ekor larva pada perlakuan M2L2

(diaplikasikan 20 ekor semut My. castaneae), dan membunuh 1 ekor larva instar

tiga pada perlakuan M3L3 (diaplikasikan 25 ekor semut My. castaneae) dalam

waktu 1 hari. Hal ini disebabkan karena kulit (kutikula) larva instar satu sangat

tipis dibandingkan dengan larva instar dua dan tiga sehingga memudahkan semut

untuk memangsanya, dengan mengigit dan menghisap cairan hemolimf larva

hingga habis. Semut My. castaneae akan menyerang mangsanya dalam keadaan

hidup. Saat merasakan kehadiran mangsanya, semut My. castaneae cenderung

menghadapinya tanpa ragu, dengan menggunakan rahangnya, mangsa langsung

disengat sampai mati. Hal ini sesuai dengan William dan Brown (1960) yang

menyatakan bahwa hasil observasi terhadap My. castaneae menunjukkan bahwa

kasta pekerja umumnya menyerang mangsa yang hidup (dalam bentuk chilopoda,

larva kumbang atau arthropoda lainnya) dengan menggunakan rahang yang keras

dan menyengatnya dalam waktu yang lama hingga mati.

Dilihat dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa semakin banyak semut

My. castaneae yang diaplikasikan maka semakin banyak pula larva O. rhinoceros

yang mati. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan M3L1 (diaplikasikan 25 ekor semut

(39)

waktu yang lebih cepat. Untuk melihat perbandingan waktu kematian larva dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh jumlah semut terhadap waktu kematian larva.

Perlakuan Jumlah (Larva) Yang Mati (1 hsa)

M0L1 0

M0L2 0

M0L3 0

M1L1 3,67

M1L2 0,67

M1L3 0,33

M2L1 3,67

M2L2 2

M2L3 0

M3L1 4,67

M3L2 1

M3L3 0,67

d. Daya Konsumsi Semut My. castaneae Terhadap Larva O. rhinocerosL. Dari tabel dapat dilihat bahwa daya konsumsi tertinggi adalah pada

perlakuan M3 dan M2 yang diaplikasikan terhadap larva instar satu yaitu dapat

menghabis 5 ekor larva dalam waktu 5 hari, sedangkan yang terendah adalah pada

perlakuan M1 yang diaplikasikan pada larva instar tiga yaitu hanya dapat

menghabiskan 1 ekor larva. Perbedaan ini disebabkan karena pada perlakuan

M3 dan M2 jumlah semut My. castaneae yang diaplikasikan lebih banyak

dibangdingkan M1 sehingga proporsi mangsa yang dibutuhkan lebih banyak. Hal

ini sesuai dengan Silalahi (2011) yang menyatakan bahwa dari hasil penelitian

diketahui bahwa semakin banyak jumlah semut My. castaneae yang diinfestasikan

maka semakin banyak mangsa yang dihabiskan. Semakin banyak jumlah semut

dalam satu koloni, maka sistim koordinasi yang terdapat dalam koloni tersebut

akan berjalan semakin baik sehingga kemampuan memangsanya juga akan

(40)

Tabel 3. Daya Konsumsi Semut My. castaneae Terhadap Larva O. rhinoceros L. selama 5 hari pengamatan.

Perlakuan Jumlah (Larva) Yang Dimangsa (5 hsa)

M0L1 0

M0L2 0

M0L3 0

M1L1 4,67

M1L2 1,67

M1L3 1

M2L1 5

M2L2 2,33

M2L3 1

M3L1 5

M3L2 2,67

M3L3 1,33

Semut My. castaneae menggigit mangsanya dengan menggunakan rahang

lalu mangsa disengatnya sampai mati. Rahang semut digunakan untuk merobek

tubuh larva. Setelah mati semut lalu memakan cairan tubuh larva sehingga hanya

tinggal kulitnya saja bahkan pada larva instar satu dan dua semut dapat

memakannya hingga habis. Hal ini sesuai dengan Masuko (2003) yang

menyatakan bahwa semut My. castaneae cenderung menghadapinya tanpa ragu

dengan menggunakan rahangnya, dan mangsa langsung disengat. Semut My.

castaneae dapat merasakan apakah mangsanya telah lumpuh atau belum. Semut

My. castaneae akan mengamati isyarat dari mangsanya apakah mangsa tersebut

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semut My. castaneae merupakan semut pemangsa larva instar satu, dua dan

tiga O. rhinoceros

2. Persentase mortalitas larva tertinggi adalah pada perlakuan yang menggunakan

larva instar satu dan dua (L1 dan L2) sebesar 100 % dan yang terendah adalah

pada larva instar tiga (L3) yaitu sebesar 33,3 %.

3. Daya konsumsi semut My. castaneae tertinggi adalah pada perlakuan M3L1 dan

M2L1 yang dapat memakan larva sebanyak 5 ekor dalam waktu 5 hari dan

yang terendah adalah M1L3 dan M2L3 yaitu 1 ekor larva.

4. Semut My. castaneae menyerang mangsanya dengan cara menggigitnya dengan

rahang dan menyengatnya sampai tidak bergerak lagi setelah itu cairan

hemolimf larva dihisap sampai habis.

Saran

1. Semut My. castaneae berpotensial untuk mengendalikan larva instar satu

O. rhinoceros L.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan teknik konservasi untuk mengetahui

(42)

DAFTAR PUSTAKA

BPKKS. 2004. Buku Pedoman Kerja Kelapa Sawit. PTPN II NUSANTARA, Medan.

BPS Sumut. 2007. Ekspor CPO Sumut Bisa Tembus 2 Miliar Dolar AS, Available Hp:/www.kompascetak.com/kompascetak/0705/02sumbagut/349.9772.ht. Diakses tanggal 22 Juni 2013.

Chandrika, M. 2005. O. rhinoceros (insect). Available at F:/issg Database Ecologi of Oryctes rhinoceros.hmt. Diakses tanggal 22 Juni 2013.

Firmansyah, E. 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak Lingkungan. Available on line at : http://www.google.com. Diakses tanggal 22 Juni 2013.

Ito, F. 2010. Notes on the Biology of the Oriental Amblyoponine ant Myopopone castanae: Queen- worker dimorphism, worker polymorphism and larval hemolymph feeding by workers (hymenoptera: Formicidae). Faculty of Agriculture, Kagana University, Miki, Kagawa, japan. Entomol. Society of Japan.

Kalshoven, L.G. E. 1981. The Pest of Crop In Indonesia. P. A Van der Laan. PT.Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1993. Hama Tanaman Pangan dan perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.

Marheni. 2010. Eksplorasi Musuh Alami Oryctes rhinoceros L. pada Pertanaman Kelapa Sawit di Sumatera Utara. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Hibah Disertasi. Lembaga Peneliian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, Yogyakarta.

. 2012. Karakteristik Ekologi dan Biologi Oryctes rhinoceros L. pada Pertanaman Kelapa Sawit di Sumatera Utara. Disertasi doctor. UGM, Yogyakarta.

Masuko, K. 2003. Analysis of brood development in the ant Amblyopone silvestrii with special reference to colony bionomics. Institute of Natural Sciences, Senshu University, Kawasaki, Kanagawa, Japan. www. Google.com. Diakses 21 Juni 2013.

(43)

Prawirosukarto, S., Y.P. Rocetha., U. Condro, dan Susanto. 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. PPKS Medan

Sasromarsono, S dan Untung, K. 2000. Keanekaragaman Hayati Arthropoda: Predator dan Parasit di Indonesia dan Pemanfaatannya. http//:www.Google.com. Diakses tanggal 20 Juni 2013.

Schmidt, C.A. 2004. Morphological and Functional Diversity of Ant Mandibles. http//.www.Google.com.Amblyopone sp. Diakses tanggal 18 Juni 2013.

Shattuck, S dan Barnett, N.J. 1999. Australian Ants. Their Biology and Identification. http//www.Google.com. Diakses tanggal 18 Juni 2013.

Silalahi, J. 2011. Uji Efektifitas Semut Amblyopone sp. (Hymenoptera : Formicidae) Sebagai Pemangsa Penggerek Pucuk Kelapa Sawit Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaidae). Skripsi. USU, Medan Diakses tanggal 18 Juni 2013.

Siswanto. 2003. Buku Operasioanal Pengandalian Hama Terpadu (BO-PHT). Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Ungaran.

Suhara. 2009. Semut rangrang Oecophylla smaradigna. http:www.google.komunikasi semut.com. Diakses 20 Juni 2013.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Vandaveer, C. 2004. What is Lethal-Male Delivery Sistem. Diunduh dari http://www5e.biglobe.ne.jp/champ/Oryctes rhinoceros1.htm.com. diakses pada tanggal 23 april 2014.

William, L and Jr. Brown. 1960. Contributions Toward a Reclasification of The Formicidae III. Tribe Amblyoponini (Hymenoptera). Bulletin of the Museum of Comparative Zoology. Cambridge Mass, USA.

Winarto, L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Secara Terpadu. Medan. http://www.agroindonesia.com/-cpas2. Diakses 25 Juni 2013.

Yahya, H. 2004. Menjelajahi Dunia Semut. http : www. Google.com. sistim kasta pada semut. Diakses 20 Juni 2013.

(44)

Lampiran 1. BAGAN PENELITIAN U S M3L2(2) M0L1(3) M1L2(1) M2L3(3) M3L3(2) M2L1(1) M1L3(3) M0L2(1) M1L1(2)

M3L3(1) M0L2(3)

(45)

Lampiran 2. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 1 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 0 0 0 0.00 0.00

M0L2 0 0 0 0.00 0.00

M0L3 0 0 0 0.00 0.00

M1L1 80 60 80 220.00 73.33

M1L2 0 20 20 40.00 13.33

M1L3 20 0 0 20.00 6.67

M2L1 60 80 80 220.00 73.33

M2L2 60 20 40 120.00 40.00

M2L3 0 0 0 0.00 0.00

M3L1 100 80 100 280.00 93.33

M3L2 20 20 20 60.00 20.00

M3L3 20 0 20 40.00 13.33

Total 360.00 280.00 360.00 1000.00

[image:45.595.111.465.116.372.2]

Rataan 30.00 23.33 30.00 27.78

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 220.00 40.00 20.00 280.00 93.33

M2 220.00 120.00 0.00 340.00 113.33

M3 280.00 60.00 40.00 380.00 126.67

Total 720.00 220.00 60.00 1000.00

Rataan 180.00 55.00 15.00 83.33

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 73.33 13.33 6.67 93.33 31.11

M2 73.33 40.00 0.00 113.33 37.78

M3 93.33 20.00 13.33 126.67 42.22

Total 240.00 73.33 20.00 333.33

(46)

Transformasi Arcsin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1L1 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21

M1L2 4.05 26.57 26.57 57.18 19.06

M1L3 26.57 4.05 4.05 34.67 11.56

M2L1 50.77 63.43 63.43 177.64 59.21

M2L2 50.77 26.57 39.23 116.57 38.86

M2L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M3L1 90.00 63.43 90.00 243.43 81.14

M3L2 26.57 26.57 26.57 79.70 26.57

M3L3 26.57 4.05 26.57 57.18 19.06

Total 354.94 281.66 356.07 992.67

Rataan 29.58 23.47 29.67 27.57

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16

M1 177.64 57.18 34.67 269.50 89.83

M2 177.64 116.57 12.16 306.37 102.12

M3 243.43 79.70 57.18 380.32 126.77

Total 610.88 265.61 116.19 992.67

Rataan 152.72 66.40 29.05 82.72

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1 59.21 19.06 11.56 89.83 29.94

M2 59.21 38.86 4.05 102.12 34.04

M3 81.14 26.57 19.06 126.77 42.26

Total 203.63 88.54 38.73 330.89

(47)

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket

Perlakuan 11.00 22842.57 2076.60 25.03 2.22 3.09 **

M 3.00 7345.69 2448.56 29.52 3.01 4.72 **

L 2.00 10729.21 5364.61 64.67 3.40 5.61 **

MxL 6.00 4767.67 794.61 9.58 2.51 3.67 **

Galat 24.00 1990.92 82.96

Total 35.00 24833.50

FK= 27372.27

KK= 0.433969

DMRT M

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

9.40 2.92 27.43 42.22 14.79 a

9.40 3.07 28.81 37.78 8.97 a

9.40 3.16 29.69 31.11 1.42 a

9.40 3.23 30.31 0.00 -30.31 b

DMRT L

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

2.63 2.92 7.67 60.00 52.33 a

2.63 3.07 8.06 18.33 10.27 b

2.63 3.16 8.31 5.00 -3.31 c

DMRT MxL

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

5.26 2.92 15.35 93.33 77.98 a

5.26 3.07 16.12 73.33 57.21 b

5.26 3.16 16.62 73.33 56.72 b

5.26 3.23 16.96 40.00 23.04 c

5.26 3.28 17.23 20.00 2.77 d

5.26 3.32 17.43 13.33 -4.10 de

5.26 3.35 17.59 13.33 -4.26 de

5.26 3.37 17.72 6.67 -11.05 de

5.26 3.39 17.83 0.00 -17.83 e

5.26 3.41 17.91 0.00 -17.91 e

5.26 3.42 17.98 0.00 -17.98 e

(48)

Lampiran 3. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 2 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 0 0 0 0.00 0.00

M0L2 0 0 0 0.00 0.00

M0L3 0 0 0 0.00 0.00

M1L1 80 60 100 240.00 80.00

M1L2 0 20 40 60.00 20.00

M1L3 20 0 0 20.00 6.67

M2L1 80 80 80 240.00 80.00

M2L2 60 20 60 140.00 46.67

M2L3 0 0 0 0.00 0.00

M3L1 100 80 100 280.00 93.33

M3L2 40 40 40 120.00 40.00

M3L3 20 20 20 60.00 20.00

Total 400.00 320.00 440.00 1160.00

[image:48.595.111.508.117.372.2]

Rataan 33.33 26.67 36.67 32.22

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 240.00 60.00 20.00 320.00 106.67

M2 240.00 140.00 0.00 380.00 126.67

M3 280.00 120.00 60.00 460.00 153.33

Total 760.00 320.00 80.00 1160.00

Rataan 190.00 80.00 20.00 96.67

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 80.00 20.00 6.67 106.67 35.56

M2 80.00 46.67 0.00 126.67 42.22

M3 93.33 40.00 20.00 153.33 51.11

Total 253.33 106.67 26.67 386.67

(49)

Transformasi Arcsin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1L1 63.43 50.77 90.00 204.20 68.07

M1L2 4.05 26.57 39.23 69.85 23.28

M1L3 26.57 4.05 4.05 34.67 11.56

M2L1 63.43 63.43 63.43 190.30 63.43

M2L2 50.77 26.57 50.77 128.10 42.70

M2L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M3L1 90.00 63.43 90.00 243.43 81.14

M3L2 39.23 39.23 39.23 117.69 39.23

M3L3 26.57 26.57 26.57 79.70 26.57

Total 380.27 316.84 419.51 1116.62

Rataan 31.69 26.40 34.96 31.02

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16

M1 204.20 69.85 34.67 308.73 102.91

M2 190.30 128.10 12.16 330.57 110.19

M3 243.43 117.69 79.70 440.82 146.94

Total 650.11 327.81 138.70 1116.62

Rataan 162.53 81.95 34.67 93.05

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1 68.07 23.28 11.56 102.91 34.30

M2 63.43 42.70 4.05 110.19 36.73

M3 81.14 39.23 26.57 146.94 48.98

Total 216.70 109.27 46.23 372.21

(50)

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket

Perlakuan 11.00 25519.78 2319.98 21.13 2.22 3.09 **

M 3.00 9837.79 3279.26 29.86 3.01 4.72 **

L 2.00 11143.82 5571.91 50.74 3.40 5.61 **

MxL 6.00 4538.18 756.36 6.89 2.51 3.67 **

Galat 24.00 2635.41 109.81

Total 35.00 28155.19

FK= 34634.369

KK= 0.3278422

DMRT M

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

9.17 2.92 26.76 51.11 24.35 a

9.17 3.07 28.11 42.22 14.12 a

9.17 3.16 28.97 35.56 6.59 a

9.17 3.23 29.57 0.00 -29.57 b

DMRT L

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

3.03 2.92 8.83 63.33 54.50 a

3.03 3.07 9.27 26.67 17.39 b

3.03 3.16 9.56 6.67 -2.89 c

DMRT MxL

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

6.05 2.92 17.66 93.33 75.67 a

6.05 3.07 18.55 80.00 61.45 a

6.05 3.16 19.12 80.00 60.88 a

6.05 3.23 19.52 46.67 27.15 b

6.05 3.28 19.82 40.00 20.18 b

6.05 3.32 20.06 20.00 -0.06 c

6.05 3.35 20.24 20.00 -0.24 c

6.05 3.37 20.39 6.67 -13.72 c

6.05 3.39 20.51 0.00 -20.51 c

6.05 3.41 20.61 0.00 -20.61 c

6.05 3.42 20.69 0.00 -20.69 c

(51)

Lampiran 4. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 3 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 0 0 0 0.00 0.00

M0L2 0 0 0 0.00 0.00

M0L3 0 0 0 0.00 0.00

M1L1 80 100 100 280.00 93.33

M1L2 20 40 40 100.00 33.33

M1L3 40 20 0 60.00 20.00

M2L1 100 100 80 280.00 93.33

M2L2 60 20 80 160.00 53.33

M2L3 20 0 0 20.00 6.67

M3L1 100 100 100 300.00 100.00

M3L2 40 60 60 160.00 53.33

M3L3 40 20 20 80.00 26.67

Total 500.00 460.00 480.00 1440.00

[image:51.595.112.533.117.373.2]

Rataan 41.67 38.33 40.00 40.00

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 280.00 100.00 60.00 440.00 146.67

M2 280.00 160.00 20.00 460.00 153.33

M3 300.00 160.00 80.00 540.00 180.00

Total 860.00 420.00 160.00 1440.00

Rataan 215.00 105.00 40.00 120.00

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 93.33 33.33 20.00 146.67 48.89

M2 93.33 53.33 6.67 153.33 51.11

M3 100.00 53.33 26.67 180.00 60.00

Total 286.67 140.00 53.33 480.00

(52)

Transformasi Arcsin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1L1 63.43 90.00 90.00 243.43 81.14

M1L2 26.57 39.23 39.23 105.03 35.01

M1L3 39.23 26.57 4.05 69.85 23.28

M2L1 90.00 90.00 63.43 243.43 81.14

M2L2 50.77 26.57 63.43 140.77 46.92

M2L3 26.57 4.05 4.05 34.67 11.56

M3L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00

M3L2 39.23 50.77 50.77 140.77 46.92

M3L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 477.19 455.91 443.71 1376.82

Rataan 39.77 37.99 36.98 38.24

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16

M1 243.43 105.03 69.85 418.31 139.44

M2 243.43 140.77 34.67 418.88 139.63

M3 270.00 140.77 92.36 503.13 167.71

Total 769.03 398.73 209.05 1376.82

Rataan 192.26 99.68 52.26 114.73

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1 81.14 35.01 23.28 139.44 46.48

M2 81.14 46.92 11.56 139.63 46.54

M3 90.00 46.92 30.79 167.71 55.90

Total 256.34 132.91 69.68 458.94

(53)

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket

Perlakuan 11.00 33057.07 3005.19 24.72 2.22 3.09 **

M 3.00 14556.89 4852.30 39.91 3.01 4.72 **

L 2.00 13518.98 6759.49 55.59 3.40 5.61 **

MxL 6.00 4981.21 830.20 6.83 2.51 3.67 **

Galat 24.00 2918.13 121.59

Total 35.00 35975.20

FK= 52656.166

KK= 0.2960805

DMRT M

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

9.60 2.92 28.04 60.00 31.96 a

9.60 3.07 29.45 51.11 21.66 a

9.60 3.16 30.35 48.89 18.54 a

9.60 3.23 30.98 0.00 -30.98 b

DMRT L

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

3.18 2.92 9.29 71.67 62.38 a

3.18 3.07 9.76 35.00 25.24 b

3.18 3.16 10.06 13.33 3.27 c

DMRT MxL

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

6.37 2.92 18.58 100.00 81.42 a

6.37 3.07 19.52 93.33 73.81 a

6.37 3.16 20.12 93.33 73.22 a

6.37 3.23 20.54 53.33 32.80 b

6.37 3.28 20.86 53.33 32.48 b

6.37 3.32 21.10 33.33 12.23 bc

6.37 3.35 21.30 26.67 5.37 cd

6.37 3.37 21.45 20.00 -1.45 cde

6.37 3.39 21.58 6.67 -14.92 de

6.37 3.41 21.68 0.00 -21.68 e

6.37 3.42 21.77 0.00 -21.77 e

(54)

Lampiran 5. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 4 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 0 0 0 0.00 0.00

M0L2 0 0 0 0.00 0.00

M0L3 0 0 0 0.00 0.00

M1L1 100 100 100 300.00 100.00

M1L2 20 40 60 120.00 40.00

M1L3 40 20 0 60.00 20.00

M2L1 100 100 80 280.00 93.33

M2L2 80 20 80 180.00 60.00

M2L3 40 20 0 60.00 20.00

M3L1 100 100 100 300.00 100.00

M3L2 40 60 60 160.00 53.33

M3L3 40 20 20 80.00 26.67

Total 560.00 480.00 500.00 1540.00

[image:54.595.109.499.116.373.2]

Rataan 46.67 40.00 41.67 42.78

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 300.00 120.00 60.00 480.00 160.00

M2 280.00 180.00 60.00 520.00 173.33

M3 300.00 160.00 80.00 540.00 180.00

Total 880.00 460.00 200.00 1540.00

Rataan 220.00 115.00 50.00 128.33

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 100.00 40.00 20.00 160.00 53.33

M2 93.33 60.00 20.00 173.33 57.78

M3 100.00 53.33 26.67 180.00 60.00

Total 293.33 153.33 66.67 513.33

(55)

Transformasi Arcsin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00

M1L2 26.57 39.23 50.77 116.57 38.86

M1L3 39.23 26.57 4.05 69.85 23.28

M2L1 90.00 90.00 63.43 243.43 81.14

M2L2 63.43 26.57 63.43 153.43 51.14

M2L3 39.23 26.57 4.05 69.85 23.28

M3L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00

M3L2 39.23 50.77 50.77 140.77 46.92

M3L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 529.09 478.42 455.25 1462.76

Rataan 44.09 39.87 37.94 40.63

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 12.16 12.16 12.16 36.49 12.16

M1 270.00 116.57 69.85 456.42 152.14

M2 243.43 153.43 69.85 466.72 155.57

M3 270.00 140.77 92.36 503.13 167.71

Total 795.60 422.93 244.23 1462.76

Rataan 198.90 105.73 61.06 121.90

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1 90.00 38.86 23.28 152.14 50.71

M2 81.14 51.14 23.28 155.57 51.86

M3 90.00 46.92 30.79 167.71 55.90

Total 265.20 140.98 81.41 487.59

(56)

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F.05 F.01 Ket

Perlakuan 11.00 34144.41 3104.04 23.76 2.22 3.09 **

M 3.00 16188.76 5396.25 41.31 3.01 4.72 **

L 2.00 13189.58 6594.79 50.48 3.40 5.61 **

MxL 6.00 4766.06 794.34 6.08 2.51 3.67 **

Galat 24.00 3135.24 130.63

Total 35.00 37279.65

FK= 59435.277 KK= 0.2755772

DMRT M

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

9.39 2.92 27.42 60.00 32.58 a

9.39 3.07 28.80 57.78 28.97 a

9.39 3.16 29.69 53.33 23.65 a

9.39 3.23 30.31 0.00 -30.31 b

DMRT L

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

3.30 2.92 9.63 73.33 63.70 a

3.30 3.07 10.12 38.33 28.22 b

3.30 3.16 10.43 16.67 6.24 c

DMRT MxL

Sy Rp RP Rataan Rataan-RP Notasi

6.60 2.92 19.26 100.00 80.74 a

6.60 3.07 20.23 100.00 79.77 a

6.60 3.16 20.85 93.33 72.48 a

6.60 3.23 21.29 60.00 38.71 b

6.60 3.28 21.62 53.33 31.72 b

6.60 3.32 21.88 40.00 18.12 bc

6.60 3.35 22.07 26.67 4.59 c

6.60 3.37 22.24 20.00 -2.24 cd

6.60 3.39 22.37 20.00 -2.37 cd

6.60 3.41 22.48 0.00 -22.48 d

6.60 3.42 22.57 0.00 -22.57 d

(57)

Lampiran 6. Rataan Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros L. 5 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 0 0 0 0.00 0.00

M0L2 0 0 0 0.00 0.00

M0L3 0 0 0 0.00 0.00

M1L1 100 100 100 300.00 100.00

M1L2 60 40 80 180.00 60.00

M1L3 40 20 20 80.00 26.67

M2L1 100 100 80 280.00 93.33

M2L2 80 60 80 220.00 73.33

M2L3 40 20 20 80.00 26.67

M3L1 100 100 100 300.00 100.00

M3L2 60 80 60 200.00 66.67

M3L3 40 20 20 80.00 26.67

Total 620.00 540.00 560.00 1720.00

[image:57.595.111.510.117.372.2]

Rataan 51.67 45.00 46.67 47.78

Tabel dwi kasta total

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 300.00 180.00 80.00 560.00 186.67

M2 280.00 220.00 80.00 580.00 193.33

M3 300.00 200.00 80.00 580.00 193.33

Total 880.00 600.00 240.00 1720.00

Rataan 220.00 150.00 60.00 143.33

Tabel dwi kasta rataan

Perlakuan L1 L2 L3 Total Rataan

M0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M1 100.00 60.00 26.67 186.67 62.22

M2 93.33 73.33 26.67 193.33 64.44

M3 100.00 66.67 26.67 193.33 64.44

Total 293.33 200.00 80.00 573.33

(58)

Transformasi Arcsin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0L1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L2 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M0L3 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

M1L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00

M1L2 50.77 39.23 63.43 153.43 51.14

M1L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

M2L1 90.00 90.00 63.43 243.43 81.14

M2L2 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21

M2L3 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79 <

Gambar

Gambar                                Keterangan                                                     Hal
Gambar 1. Telur O. rhinoceros L.
Gambar 2. Larva O. rhinoceros L.
Gambar 4 (a)Imago jantan O. rhinoceros,  (b). Imago betina O. rhinoceros Sumber : http://repository.usu.ac.id
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penjualan adalah suatu kegiatan transaksi yang terjadi antara penjual selaku produsen dan pembeli selaku konsumen, dimana produsen menyerahkan suatu barang atau jasa kepada

Memeriksa telaah staf, surat bantuan tenaga, surat perintah tugas, rencana kerja dan peta kerja survey lapangan, untuk disetujui dan jika setuju maka telaah staf dan rencana kerja

Perhitungan indeks harga adalah usaha untuk memberikan informasi kemajuan atau merosotnya harga produksi berdasarkan perbandingan dari tahun ke tahun suatu perusahaan, sehingga

Bagian yang brerfungsi melindungi bunga pada saat bunga masih kuncup adalah ….. Ulat daun digolongkan dalam hewan herbivora karena …

Pada intinya budidaya pada tanaman anggrek dengan cara persilangan atau hibrida mudah dilakukan oleh siapa saja, asalkan kita sabar dalam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang sudah di olah dalam program aplikasi komputer diketahui bahwa lansia yang tidak melakukan senam

Pada penelitian ini kitosan dimodifikasi menjadi kitosan-sulfat dengan harapan dapat meningkatkan konduktivitas termal dari kitosan sehingga dapat digunakan sebagai

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, sertahidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul