ANALISIS MANAJEMEN RISIKO
(Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara
Pematangsiantar)
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara
Disusun oleh :
YOHANNA N. S DAMANIK 110907107
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :
Nama : Yohanna Nidya Sari Damanik
NIM : 110907107
Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis
Judul : Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang
Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )
Medan, 23Mei 2015
Pembimbing Ketua Program Studi
Drs. Yance, M.Si
NIP : 19580315 198803 1 003 NIP : 195908161986011001 Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
ABSTRAK
Nama : Yohanna N. S Damanik Nim : 110907107
Departemen : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Yance, M. Si
Dalam penelitian ini penulis menguraikan skripsi dengan judul Analisis Manajemen Risiko ( Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar ), yakni perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan jasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk menerapkan manajemen risiko di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar pada unit farmasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara secara langsung kepada para pegawai Rumah Sakit Tentara pada unit farmasi. Dari hasil analisis secara keseluruhan unit farmasi Rumah Sakit Tentara memiliki 27 jenis risiko yang mungkin terjadi.
Teknik identifikasi risiko yang digunakan adalahFailure Mode and Affect
Analysis (FMEA) untuk mencegah terjadinya kegagalan dan dampaknya
sebelum terjadi. analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan risiko tersebut
Hasil analisis skripsi ini ditulis berdasarkan data – data yang diperoleh dari rumah sakit yaitu hasil wawancara para pegawai unit farmasi, struktur organisasi dan dokumen – dokumen yang berkaitan dengan kegiatan unit farmasi dan data lain yang mendukung penelitian ini. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah manajemen rumah sakit pada unit farmasi sudah efektif namun masih terdapat kekurangan dan kemungkinan risiko yang akan terjadi.
ABSTRACT
Name : Yohanna N. S Damanik ID Number : 110907107
Department : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Advisor : Drs. Yance, M. Si
In this research author describes the thesis with the title “ The Analysis of Risk Management (Case Study inthe medicine warehouse of Tentara Hospital )“ , is a company engaged in the field of enterprise services. The purpose of study was to find out how to apply risk management in the hospitals pharmacy unit.
The method used is observation and interviews directly to the employees of the hospital. From the analysis of the overall pharmaceutical unit, Tentara hospital has 27 types of risk that may occur.
The method that the author used to identify the risk is Failure Mode and
Affect Analysis (FMEA), to prevent failure and its impact before it
happens. The risk analysis will be input for risk evaluation and decision – making process regarding the treatment of such risks. Including in this sense is the way and the right strategy in treating these risks.
Results of analysis of this paper was written based on the data obtained from the hospital that is the result of interviews the pharmacy unit, organizational structure and documents that related to the permises activities of pharmacy unit and other data that support this research. The conclusion that obtained from this research is the hospital management in pharmacy unit has been effective, but there are still shortcomings and possible risks that will happen.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO (Studi Kasus pada Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar) ”. Penulisan skripsi ini untuk dilaksanakan memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Mama tercinta Elfrida Sitompul, adik ku Raja Todo Damanik, Wak Linda,
Bou vany, Kak Vany, Kak Nina serta anggota keluarga lainnya yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing selalu Ketua Jurusan Administrasi
Niaga / Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Siswati Saragih, S.sos, M. SP, selaku staf sekretaris di Jurusan
Administrasi Niaga / Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Drs.Yance, M.Si, selaku dosen pembimbing, yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Faisal S.Sos, MSP , selaku dosen penguji, yang telah memberi
kritik dan saran sebagai masukan untuk penulis dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.
8. Kepala Unit Farmasi Ibu Yanti Simanjuntak beserta seluruh karyawan unit
izin penelitian dan bersedia meluangkan waktu untuk penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU,
yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
10.Teman – teman yang menjadi keluarga baru saya di empat tahun terakhir,
Dhesi Ginting, Leavanny Surbakti , Liana Marbun, Denny Ginting, Derick Azwindy, Fajar Sianturi dan teman – teman lainnya yang bersedia meluangkan waktu membantu penulis secara langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk kebersamaan dan dukungan yang telah kalian berikan.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak yang telah berkenan untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Medan, 23 Mei 2015
Penulis
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko ... 6
2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko ... 6
2.1.2 Jenis – Jenis Risiko ... 7
2.1.3 Penyebab Risiko ... 7
2.1.4 Sumber Risiko ... 9
2.2 Proses Manajemen Risiko ... 11
2.2.1 Komunikasi dan Konsultasi ... 11
2.2.3 Identifikasi Risiko... 14
2.2.4 Analisis Risiko ... 19
2.2.4.1 Teknik Analisis Skema Pemeringkatan Risiko ... 22
2.2.5 Evaluasi Risiko ... 22
2.2.6 Perlakuan Risiko ... 26
2.2.7 Monitoring dan Review ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan waktu Penelitian ... 33
3.3Informan Penelitian ... 34
3.4 Sumber Data ... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.6 Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37
4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tentara Pemaangsiantar ... 37
4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Tentara Pemaangsiantar ... 38
4.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tentara Pemaangsiantar ... 39
4.2 Penyajian Data ... 41
4.2.1 Komunikasi dan Konsultasi ... 41
4.2.2 Menetapkan Konteks ... 44
vii
4.2.4 Pengukuran Risiko ... 58
4.2.4.1 Penilaian Tingkat Dampak Kesalahan ... 59
4.2.4.2 Penilaian Kemungkinan Terjadinya Kesalahan ... 61
4.2.4.3.Penilaian Kemungkinan Deteksi ... 63
4.2.5 Teknik Analisis Risiko ... 66
4.2.6 Evaluasi Risiko ... 68
4.2.7 Perlakuan Risiko ... 69
4.2.8 Monitoring dan review ... 76
4.3 Analisis Data ... 76
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 83
DAFTAR SKEMA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengaruh Lingkungan Eksternal ... 44
Tabel 4.2 Pengaruh Lingkungan Internal ... 45
Tabel 4.3 Peringkat Dampak ... 59
Tabel 4.4 Dampak Kesalahan ... 61
Tabel 4.5 Frekuensi kemungkinan ... 61
Tabel 4.6Kemungkinan Risiko... 63
Tabel 4.7 Peringkat Kemungkinan Deteksi ... 63
Tabel4.8 Nilai kemungkinan Deteksi ... 66
Tabel 4.9Pengolahan Nilai RPN ... 68
Tabel 4.10 Perlakuan Risiko ... 70
Tabel 4.11Nilai Prioritas Risiko ( RPN ) ... 76
Tabel 4.12 Penilaian Peringkat Risiko ... 78
Tabel 4.13 Peringkat Risiko Rumah Sakit denganSkala Sangat Kecil ... 79
Tabel 4.14 Peringkat Risiko Rumah Sakit dengan Skala kecil ... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar pertanyaan jenis-jenis risiko
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 4 Surat permohonan pengajuan judul skripsi
Lampiran 5 Kartu kendali bimbingan skripsi
Lampiran 6 Surat jadwal seminar proposal
Lampiran 7 Surat undangan seminar proposal untuk dosen penguji
Lampiran 8 Surat daftar hadir peserta seminar proposal
ABSTRAK
Nama : Yohanna N. S Damanik Nim : 110907107
Departemen : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Yance, M. Si
Dalam penelitian ini penulis menguraikan skripsi dengan judul Analisis Manajemen Risiko ( Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar ), yakni perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan jasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk menerapkan manajemen risiko di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar pada unit farmasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara secara langsung kepada para pegawai Rumah Sakit Tentara pada unit farmasi. Dari hasil analisis secara keseluruhan unit farmasi Rumah Sakit Tentara memiliki 27 jenis risiko yang mungkin terjadi.
Teknik identifikasi risiko yang digunakan adalahFailure Mode and Affect
Analysis (FMEA) untuk mencegah terjadinya kegagalan dan dampaknya
sebelum terjadi. analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan risiko tersebut
Hasil analisis skripsi ini ditulis berdasarkan data – data yang diperoleh dari rumah sakit yaitu hasil wawancara para pegawai unit farmasi, struktur organisasi dan dokumen – dokumen yang berkaitan dengan kegiatan unit farmasi dan data lain yang mendukung penelitian ini. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah manajemen rumah sakit pada unit farmasi sudah efektif namun masih terdapat kekurangan dan kemungkinan risiko yang akan terjadi.
ABSTRACT
Name : Yohanna N. S Damanik ID Number : 110907107
Department : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Advisor : Drs. Yance, M. Si
In this research author describes the thesis with the title “ The Analysis of Risk Management (Case Study inthe medicine warehouse of Tentara Hospital )“ , is a company engaged in the field of enterprise services. The purpose of study was to find out how to apply risk management in the hospitals pharmacy unit.
The method used is observation and interviews directly to the employees of the hospital. From the analysis of the overall pharmaceutical unit, Tentara hospital has 27 types of risk that may occur.
The method that the author used to identify the risk is Failure Mode and
Affect Analysis (FMEA), to prevent failure and its impact before it
happens. The risk analysis will be input for risk evaluation and decision – making process regarding the treatment of such risks. Including in this sense is the way and the right strategy in treating these risks.
Results of analysis of this paper was written based on the data obtained from the hospital that is the result of interviews the pharmacy unit, organizational structure and documents that related to the permises activities of pharmacy unit and other data that support this research. The conclusion that obtained from this research is the hospital management in pharmacy unit has been effective, but there are still shortcomings and possible risks that will happen.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tugas atau fungsi rumah sakit seperti yang tercantum dalam surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 134 / Menkes / SK / IV / 1978 adalah
melaksanakan usaha pelayanan medis, pelayanan rehabilitasi medis, usaha
pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan, perawatan, sistem rujukan,
pendidikan dan pelatihan medis serta paramedis dan juga merupakan tempat
penelitian. Agar fungsi – fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka
dituntut kemampuan menetapkan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.
Dalam jurnal Umam, Solikhah. 2010 Penyimpanan Obat Di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1, rumah
sakit dan organisasi didalamnya harus dikelola dengan sebaik – baiknya, agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin kepada masyarkat,
sehingga tercapai tujuan terciptanya derajat kesehatan yang optimal. Salah satu
diantaranya adalah pengelolaan obat di gudang instalasi farmasi rumah sakit yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan obat.
Pengelolan obat pada gudang instalasi farmasi rumah sakit mempunyai peran
penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehaan di rumah sakit, oleh karena itu
pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap penyimpanan akan berpengaruh
terhadap peran rumah sakit secara keseluruhan.
Semakin berkembangnya usaha rumah sakit di Indonesia, tentu akan
sakit mereka, serta menimbulkan tantangan – tantangan ataupun hambatan –
hambatan yang sangat besar bagi pengelola maupun pemilik rumah sakit agar
tetap berjalan. Salah satu aspek yang perlu digalakkan untuk menjawab tantangan
ataupun hambatan dalam pengelolaan manajemen rumah sakit adalah manajemen
logistik . Menurut Subagya M. S 1994 (di dalam Henni, 2013: 2) menyatakan
bahwa manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta
proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat
– alat. Unit logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan bahan
atau barang yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan operasional rumah sakit
dalam jumlah, jenis, kualitas dan pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan dengan
harga serendah mungkin.
Menurut Febriawati, Henni ( 2011 : 2 ) logistik di rumah sakit terbagi
menjadi dua bagian, yaitu logistik umum dan logistik farmasi. Logistik umum
hanya menyediakan kebutuhan yang terbatas pada alat – alat rumah tangga
sedangkan unit logistik farmasi di rumah sakit membutuhkan perhatian yang
besar, biaya rutin terbesar di suatu rumah sakit pada umumnya terdapat pada
pengadaan persediaan farmasi yang meliputi persediaan obat, persediaan bahan
kimia, persediaan gas medik, persediaan peralatan kesehatan. Perencanaan dan
penentuan kebutuhan obat merupakan fungsi yang pertama dalam logistik farmasi
karena perencanaan merupakan langkah nyata pertama dalam usaha mencapai
tujuan. Perencanaan harus terlihat dengan jelas apa yang harus dikerjakan dalam
3
farmasi mutlak diperlukan agar terpenuhi tingkat persediaan yang telah
ditetapkan.
Menurut Setyo Untoro (2011: 82) secara tradisional, gudang didefenisikan
sebagai tempat menyimpan inventori atau material. Namun dalam praktek
modern, fungsi gudang telah berkembang. Dengan kata lain, trend pemanfaatan
gudang lebih kepada bagaimana gudang bisa memberi nilai tambah. Gudang juga
dapat dipilah berdasarkan barang yang disimpan, yaitu gudang terbuka untuk
penyimpanan bahan dasar sebelum sampai ke gudang tertutup menggunakan
freezer untuk menyimpan produk – produk frozen dan gudang yang digunakan
untuk menyimpan barang jadi. Sebelum didistribusikan hingga ke pemakai
terakhir.
Perencanaan dan pengadaan persediaan obat di gudang farmasi harus
dilakukan secara baik, agar rumah sakit terhindar dari masalah kehabisan
persediaan obat di gudang farmasi. Apabila terjadi kekosongan obat di gudang
farmasi ini, akan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang diberikan
kepada pasien. Hal inilah yang seringkali terjadi di sub bagian gudang farmasi
rumah sakit, sering kali terjadi kekosongan obat di sub bagian gudang farmasi
sehingga obat tersebut harus dibeli di apotek ataupun di luar rumah sakit lain.
Maka itu pihak rumah sakit seharusnya memiliki manajemen yang baik dalam
melaksanakan kegiatan logistiknya terutama dalam mengelola kegiatan pada
gudang obat nya.
Seperti yang kita ketahui risiko selalu melekat pada kegiatan apapun yang
kita kerjakan, baik dalam mengelola suatu proyek, mengendarai mobil,
suatu barang, dan lain – lain. Bahkan, tidak melakukan sesuatu pun tidak lepas
dari risiko yang tidak terduga. Sebagai manusia, secara alamiah kita mengelola
risiko secara berkelanjutan. Ini kita lakukan secara tidak sadar meski kadang –
kadang secara sadar. Bagi organisasi, risiko tidak bisa dikelola tanpa sadar.
Organisasi harus mengelola risiko –risiko yang mungkin dihadapinya secara logis,
sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik. Hal ini berlaku bagi
seluruh fungsi dan bagian organisasi, baik untuk pimpinan maupun anggota, serta
meliputi seluruh kegiatan organisasi tersebut. Selain itu kebutuhan atas
pengelolaan risiko juga harus disadari dan diketahui sebagai sesuatu yang penting
serta mendasar. Organisasi perlu mengetahui penyebab kegagalan dalam
mencapai sasaran. Dengan demikian, dapat dilakukan manajemen risiko yang
benar. Oleh Karena itu seluruh anggota organisasi harus menyadari potensi
penyebab kegagalan pencapaian sasaran. Jika tidak, maka yang terjadi bukanlah
manajemen risiko tetapi manajemen berisiko.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
merumuskanpermasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar menerapkan Manajemen
Risiko di gudang obatnya ?”
1.3Batasan Masalah
Untuk membatasi lingkup penelitian maka peneliti memberi batasan
masalah. Penelitian pada gudang obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar ini
5
tidak pada seluruh kegiatan logistik rumah sakit, melainkan pada kegiatan di
gudang obat saja.
1.4Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui implementasi manajemen risiko di gudang obat Rumah
Sakit Tentara Pematangsiantar sehingga dapat membantu mengurangi risikoyang
mungkin dapat terjadi dengan adanya kegiatan operasional gudang obat itu
sendiri.
1.5Manfaat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Memperkaya pengetahuan ilmiah dalam mengelola manjemen risiko pada
gudang obat.
b. Sebagai referensi bagi peniliti berikutnya dalam penelitian mengenai
analisis manajemen risiko pada gudang obat.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai informasi kepada karyawan pengelola gudang obat untuk
menyusun analisis manajemen risiko yang baik sehingga dapat
mengurangi risiko kerugian yang ditimbulkan di kemudian hari.
b. Memberikan kesempatan kepada peneliti lain bahwa gudang obat di
sebuah rumah sakit bisa menjadi sarana untuk pembelajaran melalui
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Manajemen Risiko
2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko
Ada beberapa defenisi tentang risiko, antara lain (Kasidi, 2010 : 5) :
1. Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan.
2. Risiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin melahirkan
kerugian (loss).
3. Risiko adalah kejadian yang merugikan.Dalam bidang investasi risiko
diartikan sebagai kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari apa
yang diharapkan; dan
4. Definisi lain dikatakan : risk management is a rational attempt to reduce or
avoid the consequences of loss or injury . Manajemen risiko adalah suatu
usaha secara rasional untuk menghindari arau mengurangi kerugian atau
cedera.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah
kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan
kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional
ditujukan untuk mengurangi kemungkinan dari risiko yang dihadapi. Risiko tidak
cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara –cara yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang setiap saat, agar
7 2.1.2 Jenis – Jenis Risiko
Risiko secara umum dapat dikelompokkan menjadi (Kasidi, 2010 : 7 ) :
1. Risiko Spekulatif ( Speculative Risk )
2. Risiko Murni ( Pure Risk )
Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu
kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko
ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis.
Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan,
yaitu kemungkinan rugi saja. Pengelompokan risiko ini menjadi sangat penting,
karena setiap kegiatan usaha baik perseorangan maupun sebagai badan akan selalu
berhadapan dengan risiko tersebut, baik risiko spekulatif maupun risiko murni.
Walaupun kategori suatu risiko tidak selalu jelas, namun kebanyakan risiko dapat
diklasifikasikan. Suatu risiko tergolong risiko spekulatif atau risiko murni akan
sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan.
2.1.3 Penyebab Risiko
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa yang menyimpang
dari apa yang diharapkan. Penyimpangan ini baru akan nampak bilamana sudah
berbentuk suatu kerugian. Jika tidak ada kemungkinan kerugian, maka hal ini
berarti tidak ada risiko. Jadi faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya suatu
kerugian adalah penting dalam analisis risiko. Dua faktor yang bekerjasama
Bencana ini merupakan penyebab langsung terjadinya kerugian,
kehadirannya menimbulkan risiko yang menyebabkan terjadinya kemungkinan
penyimpangan yang tidak diharapkan. Lingkungan kita selalu dihadapkan dengan
bencana –bencana, seperti ; banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut yang
tinggi, gunung meletus, kebakaran, pencurian, perampokan, kematian dan masih
banyak yang lainnya.
Bahaya adalah keadaan yang melatar belakangi terjadinya kerugian oleh
bencana tertentu. Bahaya meningkatkan risiko kemungkinan terjadinya kerugian.
Keadaan –keadaan tertentu disebut berbahaya, misalnya mengendarai mobil di
jalan raya terlalu kencang, mendirikan bangunan yang tinggi tanpa dilengkapi
dengan alat pengaman, kondisi hujan badai dan sambaran petir.
Macam – macam bahaya (Kasidi, 2010 : 12) :
1. Bahaya fisik, adalah aspek fisik dari hal yang terbuka terhadap risiko.
Misalnya, lokasi sebuah gedung mempengaruhi kepekaannya terhadap risiko.
Misalnya, lokasi sebuah gedung mempengaruhi kepekaannya terhadap
kerugian, karena terbakar atau terkena gempa.
2. Bahaya Moral juga mempengaruhi kemungkinan kerugian. Contoh :
ketidakjujuran adalah bahaya moral yang dapat meningkatkan kemungkinan
risiko. Seseorang kasir yang bermoral tidak baik memiliki kemungkinan
melakukan penggelapan uang cukup tinggi.
3. Bahaya morale adalah bahaya yang ditimbulkan oleh sikap ketidak hati –
hatian dan kurangnya perhatian sehingga dapat meningkatkan terjadinya
9
4. Bahaya karena hukum atau peraturan yaitu suatu bahaya yang timbul karena
mengabaikan undang – undang atau peraturan yang telah ditetapkan.
2.1.4 Sumber Risiko
Sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi : risiko sosial, risiko fisik
dan risiko ekonomi.
1. Risiko Sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat. Artinya, tindakan
orang – orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan
merugikan. Misalnya pencurian, vandalisme, huru – hara, peperangan dan
sebagainya.
2. Risiko fisik. Ada banyak sumber risiko fisik, sebagian merupakan fenomena
alam dan sebagian karena tingkah laku manusia. Kebakaran adalah penyebab
utama cedera fisik, kematian maupun kerusakan harta. Kebakaran dapat
disebabkan oleh petir, konsluiting kabel, gesekan benda maupun kecerobohan
manusia.
3. Risiko ekonomi. Banyak risiko yang dihadapi oleh manusia itu bersifat
ekonomi, misalnya : inflasi, resesi, fluktuasi harga dan lain – lain. Selama
periode inflasi daya beli uang merosot. Para pensiunan dan mereka yang
berpenghasilan tetap, tidak mungkin lagi dapat mempertahankan tingkat hidup
sebagaimana biasanya. Bahkan pada periode ekonomi yang relatif stabil,
daerah – daerah tertentu mungkin mengalami boom atau resesi. Keadaan ini
menempatkan orang – orang dan pengusaha pada risiko yang sama dengan
Walaupun seseorang atau badan telah mengasuransikan risikonya, bukan
berarti telah terlindung sepenuhnya dari kemungkinan terjadinya kerugian.
Asuransi hanya menanggung sebagian dari risiko yang mungkin terjadi. Bahkan,
mungkin sebagian besar risiko itu harus dihadapi sendiri dan tidak dapat
dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Inilah yang menyebabkan manajemen
risiko menjadi suatu keharusan dalam setiap usaha, baik usaha perseorangan
maupun suatu badan.
Program manajemen risiko pertama –tama bertugas untuk
mengidentifikasi risiko – risiko usaha yang dihadapi. Kemudian mengadakan
evaluasi dan pengukuran risiko, selanjutnya menentukan metode penanganannya.
Untuk menjalankan program tersebut, harus ada strategi tertentu.
Identifikasi risiko adalah kegiatan mengidentifikasi semua risiko usaha
yang dihadapi, baik risiko yang sifatnya murni. Segala informasi yang berkenaan
dengan usaha yang dikumpulkan kemudian dianalisis bagian –bagian mana yang
sekiranya akan muncul sebagai penyebab kemungkinan terjadinya suatu kerugian.
Evaluasi dan pengkuran risiko adalah kegiatan untuk menilai bagian –
bagian yang dipekirakan akan menjadi penyebab terjadinya suatu kerugian.
Selanjutnya memperkirakan satuan biayanya jika risiko ini menjelma menjadi
suatu kerugian. Beberapa teknik pengukuran risiko dapat digunakan, antara lain
dengan menggunakan pendekatan probabilitas.Setelah analisis dan evaluasi risiko,
langkah selanjutnya adalah mengelola risiko. Berbagai cara untuk mengelola
risiko usaha, antara lain dengan cara penghindaran, ditangani sendiri,diversifikasi
11 2.2Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari manajemen umum. Ia harus masuk dan menjadi bagian budaya
organisasi, praktik terbaik organisasi dan proses bisnis organisasi. Proses
manajemen risiko meliputi lima kegiatan yaitu komunikasi dan konsultasi,
menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko serta monitoring dan
review.
2.2.1 Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan internal
maupun eksternal harus dilaksanakan seekstensif mungkin sesuai dengan
kebutuhan dan pada setiap tahapan proses manajemen risiko. Oleh karena itu
sejak awal harus disusun suatu rencana komunikasi dan konsultasi dengan para
pemangku kepentingan. Rencana ini harus merujuk pada risiko yang mungkin
terjadi, dampaknya, dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya, serta hal –
hal lain yang terkait. Komunikasi dan konsultasi yang efektif baik internal
maupun eksternal haruslah membuahkan kejelasan bagi pihak – pihak yang
bertanggung jawab untuk menerapkan proses manajemen risiko dan para
pemangku kepentingan terkait. Mereka harus memahami dengan baik kriteria
pengambilan keputusan serta mengapa suatu tindakan perlu diambil. Pendekatan
konsultasi secara kelompok sangat disarankan untuk menghasilkan hal – hal
berikut tetapi tidak terbatas pada :
1. Penentuan konteks yang benar ;
2. Memastikan bahwa kepentingan para pemangku kepentingan telah dimengerti
3. Memperoleh manfaat dari berbagai keahlian yang ada untuk menganilisis
risiko ( multidisiplin ) ;
4. Memastikan bahwa semua risiko telah diidentifikasikan dengan baik ;
5. Memastikan bahwa berbagai pandangan telah dipertimbangkan dalam
melakukan evaluasi risiko ;
6. Meningkatkan proses manajemen perubahan ketika pelaksanaan proses
manajemen risiko ;
7. Memperoleh persetujuan dan dukungan untuk tindakan perlakuan risiko ; serta
8. Mengembangkan rencana komunikasi dan konsultasi internal maupun
eksternal.
Komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan sangat
penting karena mereka memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap risiko
yang didasarkan atas persepsi mereka terhadap risiko tersebut. Persepsi terhadap
risiko ini sangat berbeda bagi masing – masing pemangku kepentingan, baik dari
segi nilai, konsep, kebutuhan maupun kepentingan mereka. Apabila pandangan
mereka mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pengambilan keputusan
maka menjadi sangat penting untuk dapat mengidentifikasi persepsi mereka. Hal
tersebut perlu dicatat dan dijadikan bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan. Rencana komunikasi dan konsultasi hendaknya :
1. Merupakan forum untuk bertukar informasi di antara para pemangku
kepentingan ;
2. Tempat untuk menyampaikan pesan secara jujur, akurat, mudah dimengerti
dan didasarkan pada fakta yang ada ;
13 2.2.2 Menetapkan Konteks
Dengan ditetapkannya konteks berarti manajemen organisasi menentukan
batasan atau parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan
dalam pengelolaan risiko menentukan lingkup kerja dan kriteria risiko untuk
proses – proses selanjutnya. Konteks yang ditetapkan haruslah meliputi semua
parameter internal dan eksternal yang relevan dan penting bagi organisasi. Dalam
menentukan konteks akan banyak ditemui kesamaan parameter dengan proses
sebelumnya yaitu ketika merencanakan kerangka kerja manajemen risiko. Akan
tetapi dalam proses manajemen risisko parameter ini akan ditelaah jauh lebih rinci
khusus nya yang terkait dengan lingkungan suatu proses manajemen risiko
tertentu. Konteks manajemen risiko adalah konteks di mana proses manajemen
risiko diterapkan. Hal ini meliputi sasaran organisasi, strategi, lingkup, parameter,
kegiatan utama organisasi atau bagian lain di mana manajemen risiko diterapkan.
Penerapan manajemen risiko dilaksanakan dengan mempertimbangkan biaya dan
manfaat kewenangan dan pencatatan / dokumentasi proses yang diperlukan harus
ditentukan dengan baik. Konteks proses manajemen risiko akan berubah sesuai
dengan kebutuhan organisasi. Hal ini dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal
– hal berikut :
1. Penetapan tanggung jawab untuk manajemen risiko ;
2. Penerapan lingkup kegiatan manajemen risiko baik dari luas maupun
kedalamannya, termasuk bila ada hal – hal khusus yang harus diperhatikan
atau tidak dicakup ;
3. Penentuan tujuan, sasaran, lokasi maupun tempatkegiatan, proses, fungsi,
4. Penentuan hubungan dari proyek atau kegiatan khusus organisasi dengan
proyek dan kegiatan lain organisasi;
5. Penentuan metode untuk melakukan asesmen risiko ;
6. Penentuan kriteria penilaian kinerja manajemen risiko ;
7. Melakukan identifikasi dan spesifikasi keputusan yang harus diambil ;
8. Menentukan identifikasi lingkup ataupun kerangka kajian studi yang
diperlukan, termasuk luas dan sasarannya serta sumber daya yang diperlukan
untuk melakukan kajian tersebut.
Faktor – faktor di atas dan juga faktor lain yang relevan dapat membantu
mengetahui apakah pendekatan proses manajemen risiko yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan dampaknya terhadap risiko – risiko yang dapat
memengaruhi pencapaian sasaran.
2.2.3 Identifikasi Risiko
Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak
risiko, peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Sasaran dan tahapan ini
adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang dapat
memengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi,
memperlambat atau bahkan menggagalkan pencapaian sasaran organisasi. Perlu
juga diidentifikasi risiko – risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak kita
ambil. Proses identifikasi ini penting untuk dilakukan secara meluas dan
mendalam serta komprehensif, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada
tahapan ini tidak akan diikutsertakan pada proses – proses berikutnya. Identifikasi
risiko ini juga dilakukan terhadap sumber – sumber risiko baik yang di dalam
15
digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai dengan sasaran, kemampuan, dan
jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi. Informasi yang relevan dan terkini
sangat penting dalam proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya
juga digali latar belakang informasi tersebut. Orang – orang yang mepunyai
pengetahuan tentang risiko terkait atau proses terkait hendaknya dilibatkan dalam
proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar
belakang informasi tersebut. Orang – orang yang mempunyai pengetahuan tentang
risiko terkait hendaknya dilibatkan dalam proses identifikasi risiko. Setelah
mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi perlu dipertimbangkan hal – hal
yang dapat menyebabkan risiko itu terjadi. Bagaimanakah skenario yang
memungkinkan hal tersebut terjadi dan bagaimana besar dampak nya. Sesuai hal
yang secara signifikan dapat menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan
diperhatikan.
Salah satu teknik identifikasi risiko adalahFailure Mode and Affect
Analysis (FMEA) untuk mencegah trejadinya kegagalan dan dampaknya sebelum
terjadi. Ada sepuluh langkah untuk menerapkannya, yaitu: (Leo J.Susilo & Victor
Riwu Kaho, 2014: 121-125):
1. Peninjauan proses
Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses atau bagan alir yang ada untuk
dianalisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan paham terhadap
proses tersebut. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan paham
harus melakukan peninjauan lapangan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap proses yang dianlisis.
2. Brainstroming potensi kesalahan/kegagalan proses
Setalah melakukan peninjauan di lapangan terhadap proses yang akan
dianalisis maka setiap anggota melakukan proses brainstorming. Proses ini
dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh satu daftar yang
komprehensif terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Hasil
brainstroming ini kemudian dikelompokan menjadi beberapa penyebab
kesalahan, seperti manusia, mesin/peralatan, metarial, metode kerja dan
lingkungan kerja. Cara lain untuk mengelompokkan adalah menurut jenis
kesalahan itu sendiri, misalnya kesalahan pada pkesalahan elektrik, kesalahan
mekanis dan lain-lan. Pengelompokan ini akan mempermudah proses analisis
nantinya dan mengetahui dampak satu kesalahan yang mungkin menimbulkan
kesalahan lain.
3. Menyusun daftar dampak masing-masing kesalahan
Setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka disusun
dampak dari masing-masing kesalahan. Untuk setaip kesalahan dampak yang
terjadi mungkin satu atau lebih dari satu. Proses ini harus dilaksanakan
dengan cermat dan teliti, karena apa yang terlewatkan dari proses ini tidak
akan mendapat perhatian untuk ditangani. Penentuan dampak, kriteria,
kemungkinan dan deteksi ini harus diterapkan terlebih dahulu. Kriteria ini
mula-mula secara kualitatif dan kemudian dibuat secara kuantitatif. Skala
kriteria utnuk ketiga jenis penilaian harus sama, misalnya terbagai dalam
17
peringkat dari ketiga variabel yang dinilai dilakaukan secara konsenus dan
disepakati olehseluruh anggota tim.
4. Penilaian tingkat dampak kesalahan
Penilaian terhadap tingkat dampak adalah perkiraan besarnya dampak negatif
yang diakibatkan apabila kesalahan terjadi. Bila pernah terjadi makapenilaian
akan mudah, tetapi bila belum pernah terjadi maka penilaian berdasarkan
perkiraan.
5. Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan
Sama dengan langkah ke-4. Bila tersedia cukup data maka dapat dihitung
probababilitas atau frekuensi kemungkinan terjaidnya kesalahan tersebut. Bila
tidak tersedia maka harus digunakan estimasi yang berdasarkan pendapat ahli.
6. Penilaian kemungkinan deteksi
Penilaian yang diberikan menunjukan seberapa jauh kita dapat mendeketsi
terjadinya kesalahan atau timbulnya dampak terhadap suatu kesalahan. Hal ini
dapat diukur dengan seberapa jauh pengendalian/indikator terhadap hal
tersebut tersedia. Bila tidak ada maka nilainya rendah, tetapi bila banyak
indikator sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi.
7. Perhitungan tingkat prioritas risiko – RPN
Nilai prioritas risiko (RPN) merupakan hasil perkalian dari :
RPN = (nilai dampak) x (nilai kemungkinan) x (nilai deteksi)
Total ini RPN ini dihitung untuk setiap kesalahan yang mungkin terjadi. Bila
proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok tertentu maka jumluh
kelompok proses tesebut bila suatu kesalahan terjadi. Jadi, terdapat tingkat
prioritas tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses.
8. Menyusun prioritas kesalahan yang harus ditangani
Setelah dilakukan perhitungan RPN untuk masing-masing potensi kesalahan
maka dapat disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut. Apabila
digunakan skala 10 untuk masing-masing variabel maka nilai RPN tertinggi
adalah RPN = 10 x 10 x 10 =1.000. Bila digunakan skala 5 maka nilai
tertinggi RPN = 5 x 5 x5 = 125. Terhadap nilai RPN tersebut dapat dibuat
klasifikasi tinggi, sedang dan rendah atau ditentukan nilai secara umum bahwa
nilai RPN diatas 250 (cut of points) harus dilkukan penanganan untuk
memperkecil kemungkianan terjadinya kesalahan dan dampaknya, serta
pengendalian deteksinya. Penentuan klasifikasi atau nilai batas penanganan
ditentukan oleh kepala tim atau manajemen sesuai dengan proses yang
dianalisis.
9. Melakukan mitigasi untuk mencegah kesalahan dengan dampak yang tinggi
Idealnya semua kesalahan yang menimbulkan dampak tinggi harus
dihilangkan sepenuhnya. Penanganan dilakukan secara serentak untuk ketiga
aspek, meningkatkkan kemampuan untuk mendetksi kesalahan, mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan dan mengurangi dampak terjadinya
kesalahan bila terjadi.
10.Menghitung ulang RPN setelah langkah penanganan dilakukan
Segera setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan
pengukuran ulang atau perkiraa nilai deteksi, nilai dampak dan kemungkinan
19
risiko kesalahan tadi. Hasil tindak lindung tadi harus menghasilkan penurunan
nilai RPN yang cukup signifikan ke tingkat yang cukup aman. Bila belum
tercaapi maka dilakukan tindak lindung lebih lanjut.
2.2.4 Analisis Risiko
Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil
analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses
pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk
dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan
risiko tersebut. Analisis risiko meliputi kegiatan – kegiatan yang menganalisis
sumber risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatif serta
kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasi dengan baik faktor –
faktor yang dapat memengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya.
Risiko dianalisis dengan menentukan dampak dan kemungkinan terjadinya, serta
atribut lain risiko. Suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan
dapat memengaruhi berbagai macam sasaran organisasi. Pengendalian risiko yang
ada harus diperiksa efektivitasnya serta harus dimasukkan ke dalam pertimbangan
analisis risiko. Cara menyatakan besaran dampak dan besaran terjadinya risiko
serta cara penggabungannya untuk menentukan kegawatan risiko akan bervariasi
sesuai dengan jenis risiko. Ini semua harus disesuaikan dengan informasi yang
tersedia dan bagaimana hasil asesmen akan digunakan. Semua proses ini harus
sesuai dan konsisten dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perlu juga memerhatikan ketergantungan berbagai macam risiko beserta sumber
risiko nya. Dalam menentukan tingkat kepercayaan dan sensivitas risiko, proses
digunakan. Hal ini harus dikomunikasikan secara jelas kepada para pengambil
keputusan dan para pemangku kepentingan yang terkait. Faktor – faktor seperti
perbedaan pendapat dari para ahli atau keterbatasan model yang digunakan, harus
dinyatakan secara jelas dan bila perlu digaris bawahi. Analisis risiko dapat
dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang bervariasi tergantung dari jenis risiko,
sasaran analisis risiko, informasi, data dan sumber daya yang tersedia. Analisis
dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif, kualitatif atau kombinasi dari
cara – cara ini, tergantung dari kondisi yang ada. Dalam praktik biasanya
dilakukan analisis kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan indikasi umum
tingkat kegawatan risiko dan mengetahui peta risiko serta risiko – risiko yang
gawat. Setelah itu sesuai dengan keperluan, harus dilaksanakan langkah
berikutnya dengan melakukan analisis yang lebih spesifik dan secara kuantitatif.
Besaran dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat dari suatu
peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan ekstrapolasi dari
hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat dinyatakan dalam
besaran yang terukur ataupun yang tidak terukur. Dalam hal – hal tertentu dampak
risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa macam ukuran atau sebutan untuk
dapat lebih menggambarkan akibat risiko tersebut sesuai dengan waktu dan
tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak finansial, kecelakaan fisik rusaknya
reputasi dan sebagainya.
Tujuan dari analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran
21
dicapai apabila beberapa hal berikut dapat dipenuhi : (Leo J.Susilo & Victor Riwu
Kaho, 2014: 136):
1. Proses analisis risiko dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup semua
risiko serta peluang yang ditemui dalam proses identifikasi risiko sebelumnya
dan telah masuk ke dalam daftar risiko;
2. Semua yang terkait dengan risiko tersebut (para pemangku risiko) telah
terlibat dalam proses analisis dan melalukan analisis berdasarkan informasi,
data serta pengetahuan yang mereka memiliki dengan baik.
3. Proses analisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai
manajemen risiko yang memadai ;
4. Prosesanalisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai
manajemen risiko yang memadai ;
5. Waktu yang dialokasikan untuk proses ini cukup memadai ;
6. Ukuran kemungkinan dan dampak yang digunakan harus konsisten dengan
organisasi tersebut. Apabila digunakan tabel kemungkinan dan dampak,
besaran dan pengelompokan nilai yang digunakan hendaknya tidak terlalu
lebar dan juga tidak terlalu sempit tetapi seusai dengan organisasi tersbut.
Pilihan metode analisis ditentukan oleh konteks, sasaran dan sumber data yang
tersedia. Sebagai contoh pada tingkat pada tingkat unit bisnis atau proyek,
manajer perlu mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko-risiko spesifik
yang mengancam pencapaian sasaran/target yang ditetapkan. (Leo J.Susilo &
Victor Riwu Kaho, 2014: 137)
Teknik ini merupakan analisis kualitatif yang paling sederhana dan paling
sering digunakan. Skema pemeringkatan risiko haruslah distandarisasikan dan
digunakan dengan konsisten untuk keseluruhan organisasi. Ini penting untuk
mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap pengertian kemungkinan dan
dampak yang akan digunakan. Melalui skema ini ditentukan cara gambaran
kuantitatif dan kualifikasi yang digunakan untuk istilah “besar, sedang dan
rendah”. Input untuk mengembangkan skema ini berasal dari mereka yang
berpengalaman dalam organisasi atau proyek dan mempunyai keahlian dalam
bidang tersebut. Dengan demikian diperoleh uraian yang tepat untuk nilai
kemungkinanserta dampak yang akan digunakan. Metode pengumpulan informasi
ini dapat dilakukan dengan teknik expert judgement, baik melalui metode
terstruktur seperti Delphi Teqnique maupun bentuk wawancara atau bentuk Focus
Group Discussion lainya. Hal ini penting untuk mengurangi aspek subjektif dan
kelemahan tidak tersedianya data yang memadai. Masukan para ahli ini kemudian
akan diolah oleh penanggung jawab manajemen risiko menjadi peringkat yang
akan digunakan dan disahkan oleh manajemen organisasi menjadi standar bagi
seluruh organisasi. (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:154)
2.2.5 Evaluasi Risiko
Menurut (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:167 ) tujuan dari
evaluasi risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil
analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko - risiko mana yang
memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko – risiko
23
Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut
menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko –risiko
tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan tindak
lanjut tersebut mencakup :
1. Apakah suatu risiko butuh penanganan ?
2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan ?
3. Bagaimanakah prioritas perlakuan risiko disusun ?
Sifat dari keputusan yang perlu diambil dan kriteria yang akan digunakan
dalam pengambilan keputusan telah ditetapkan pada tahap ini. Ini perlu karena
telah diperoleh informasi lebih banyak mengenai risiko –risiko tersebut dari tahap
analisis risiko. Kriteria untuk pengambilan keputusan harus konsisten dengan
konteks eksterbal, internal dan manajemen risiko yang telah didefenisikan. Selain
itu, juga harus selalu memerhatikan sasaran perusahaan, sasaran pengelolaan
risiko, dan pendapat para pemangku kepentingan. Keputusan dalam mengevaluasi
biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis
risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai
dengan :
1. Tingkat dampak yang telah ditentukan ;
2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu ;
3. Efek kumulatif timbulnya suatu kejadian ;
4. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat – tingkat
Kriteria – kriteria evaluasi risiko tersebut di atas pada dasarnya harus
kuantitatif. Akan tetapi masi terdapat kemungkinan distorsi dalam penyusunan
kriteria ini. Penyebabnya antara lain
1. Pertimbangan nilai - nilai pribadi
Pertimbangan nilai – nilai pada kriteria evaluasi sebenarnya secara implisit
terkandung dalam setiap kriteria. Akan tetapi pertimbangan ini akan
tergantung pada kebiasaan masing –masing individu menghadapi risiko,
tingkat kepercayaannya terhadap efektivitas pengelolaan risiko yang ada, serta
persepsinya terhadap risiko dan manfaat kegiatan tersebut.
2. Pengaruh kejadian – kejadian yang lalu
Kriteria untuk memutuskan apakah suatu risiko perlu ditangani seringkali
mengacu pada kegiatan yang sama pada masa lalu atau berdasarkan
pengalaman sehari – hari. Namun data ini dapat mengalami penyimpangan
karena :
a. Besar bencana yang baru satu kali terjadi atau keuntungan besar yang tak
disangka –sangka, akan sangat mendominasi bank data.
b. Penurunan tingkat risiko karena peningkatan sistem pengendalian setelah
belajar dari insiden yang lalu, atau adanya perbaikan standar pengendalian.
Ini berarti bahwa kriteria yang didasarkan pada risiko – risiko historis
tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai acuan untuk mengendalikan
situasi terkini.
c. Perubahan kegiatan, proses atau lingkungan yang tidak sesuailagi dengan
situasi masa lalu.
Menyusun kriteria evaluasi berdasarkan pengalaman risiko masa lalu harus
25
1. Suatu risiko memerlukan perlakuan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada
kondisi lain tidak perlu ditangani.
2. Dengan metode analisis terbaru, risiko yang dapat diterima di masa lalu kini
tidak dapat diterima lagi. Begitu pula ada risiko yang menurut standar sosial
saat ini tidak dapat ditolerir lagi.
3. Lain pandang lain belalang, latar belakang risiko yang berbeda – beda
menimbulkan pertanyaan apakah standar evaluasi risiko harus disusun sesuai
dengan masing –masing situasi ataukah dapat bersifat universal. Untuk situasi
semacam ini, petimbangan kebijakan politik, sosial dan ekonomi dapa
digunakan sebagai tambahan data risiko yang ada.
Selain itu perlu juga diperhatikan keterbatasan hasil analisis kualitatif
sebagai sarana untuk evaluasi. Ini karna penyusunan suatu matriks kemungkinan
dan dampak secara kualitatif sangat terkait dengan latar belakang serta persepsi
para penyusunnya. Interpretasi dari besaran kualitatif ( tinggi, sedang, rendah,
dll.) dapat berbeda antara suatu situasi dengan situasi lainnya. Oleh karena itu
perlu diperhatikan keterbatasan ini dalam menyusun prioritas risiko atas dasar
hasil analisis kualitatif.
Walaupun istilah risiko yang dapat diterima sering digunakan untuk
menyeimbangkan risiko dan manfaat, masih belum cukup untuk menggambarkan
substansi risiko serta manfaat yang dapat ditooleransi. Dengan demikian, setiap
orang perlu memertimbangkan toleransi terhadap risiko – risikoyang timbul dalam
Kriteria risiko yang paling sederhana hanya memisahkan antara risiko
yang perlu ditangani dengan yang tidak perlu ditangani. Kesederhanaan ini
menarik, tapi tidak menggambarkan unsur ketidakpastian dalam memperkirakan
risiko dan menetapkan batasan yang jelas anatara risiko yang butuh penanganan
dengan yang tidak. Saat ini, kebanyakan pihak membagi risiko ke dalam tiga
kelompok :
1. Kelompok Atas adalah kelompok dimana terdapat risiko – risiko yang
berbahaya dan tidak bisa ditolerir, apapun manfaat yang dikandung dalam
kegiatan tersebut. Oleh karena itu langkah mitigasi risiko harus diambil,
berapapun biayanya.
2. Kelompok tengah adalah kelompok risiko di mana perlu ada analisis manfaat
biaya guna mengukur perbandingan antara peluang serta dampak buruknya.
3. Kelompok Bawah adalah kelompok risiko di mana aspek positif atau negatif
risiko tersebut sangat sepele atau terlalu kecil sehingga tidak butuh
penanganan risiko secara khusus
2.2.6 Perlakuan Risiko
Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko
yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan
kajian dan menentukan jenis serta bentuk perlakuan risiko yang diperlukan.
Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus untuk situasi tertentu, juga tidak
harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko memerlukan perlakuan yang khas
untuk tiap risiko itu sendiri. Untuk setiap risiko yang memerlukan risiko, perlu
dilakukan pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan
27
penyebab risiko, apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinannya
terjadi, serta seberapa besar dampaknya. Selain itu perlu juga dipahami kondisi
lingkungan ( hukum, sosial, politik, ekonomi, dll.) serta siapa saja yang terlibat di
dalam kegiatan yang berisiko tersebut. Pengkajian awal yang cukup mendalam
seringkali membuahkan suatu pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya
bermanfaat untuk suatu risiko, tetapi juga untuk risiko – risiko lainnya. Artinya,
suatu perlakuan risiko untuk beberapa risiko. Di lain pihak, mungkin untuk satu
macam risiko diperlukan berbagai macam perlakuan risiko. Secara umum,
perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa dari empat perlakuan sebagai berikut
:
1. Menghindari risiko, berarti tidak melaksanakan atau meneruskan kegiatan
yang menimbulkan risiko tersebut. Menghindari risiko adalah suatu strategi
untuk meniadakan risiko sepenuhnya dengan tidak melakukakn kegiatan /
proyek yang diperkirakan mempunyai risiko melebihi selera risiko organisasi.
Saat terbaik untuk mengambil strategi menghindari risiko adalah pada saat –
saat awal kegiatan bisnis dilaksanakan. Bila diketahui atau diantisipasi, suatu
risiko besar mungkin terjadi. Strategi ini juga dapat diambil pada saat kegiatan
atau proyek berjalan sudah cukup jauh, tetapi terjadi perubahan kondisi politik
atau ekonomi yang memaksa menghentikan pelaksanaan kegiatan tersebut.
Beberapa hal yang harus dipertanyakan sebelum mengambil keputusan untuk
melakukan penghindaran risiko adalah :
a. Dampak terhadap sasaran bisnis / organisasi. Dengan menghindari risiko,
Dengan hilangnya kegiatan ini apakah sasaran organisasi telah ditetapkan
tetap dapat tercapai dengan baik dan tidak terganggu ?
b. Dampak biaya. Apakah betul akibat penghindaran risiko ini lebih besar
nilainya daripada dampak risiko yang dihindari ? Pertanyaan ini karena
dampak penghindaran risiko ini, khususnya dengan tidak dilakukannya
kegiatan atau proyek tekait, seringkali tidak jelas dan baru terasa dalam
jangka panjang.
c. Peluang. Dengan tidak dilaksanakannya suatu kegiatan / proyek maka
suatu peluang hilang. Apakah perhitungan peluang versus risiko atas
kegiatan / proyek ini sudah betul – betul dilakukan dengan cermat ?
2. Berbagi risiko, yaitu suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi
keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak. Perlakuan ini sebetulnya adalah
bagian dari kegiatan organisasi sehari – hari. Modus untuk melakukan
pemindahan risiko ini adalah asuransi, subkontrak, outsourcing, perjanjian
bagi hasil, dan joint operation. Mengingat bahwa berbagi risiko ini melibatkan
pihak lain tersebut, bagaimanakah kemampuannya baik dalam melaksanakan
pekerjaan maupun menyerap risiko yang timbul. Untuk memastikan bahwa
strategi pemindahan risiko memang tepat, perlu diajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut :
a. Kejelasan tujuan dan sasaran para pihak. Apakah tujuan dari pihak yang
memindahkan risiko tersebut ? Apakah hal ini cukup jelas / transparan
29
b. Kemampuan mengelola. Suatu pemindahan risiko hanya efektif bila pihak
penerima risiko mampu mengelola kegiatan yang mengandung risiko
tersebut, atau mampu menyerap risiko tersebut bila terjadi. Dengan kata
lain, penerima risiko harus mampu melakukan mitigasi risiko terkait.
Bagaimanakah kemampuan penerima risiko terhadap hal – hal tersebut ?
c. Konteks risiko. Selain kemampuan untuk mengelola risiko, juga
diperlukan pemahaman terhadap dinamika risiko itu sendiri. Hal ini
meliputi pemahaman terhadap volatilitas pergerakan atau perubahan dari
sumber risiko, perubahan dari kemungkinan terjadinya dan apa
pemicunya, serta perubahan dampak yang mungkin terjadi. Apakah
penerima risiko juga cukup memahami konteks risiko semacam ini ?
d. Efektivitas biaya. Penerima pekerjaan yang mengandung risiko tersebut
biasanya akan membebankan biaya tambahan yang tidak rendah. Ia akan
memperhitungkan semua biaya yang terkait dengan faktor risiko tersebut,
terutama bila risiko tersebut terjadi. Pertanyaannya adalah apakah biaya
yang dibebankan tersebut memang dapat diterima bila dibandingkan
dengan dampak biaya yang akan diserap organisasi jika risiko tersebut
terjadi ?
3. Mitigasi risiko adalah perlakuan risiko yang bertujuan untuk mengurangi
risiko. Bentuk pengurangan risiko ini dapat berupa pengurangan kemungkinan
terjadinya risiko, pengurangan kerugian yang diakibatkan bila risiko tersebut
terjadi, dan diversifikasi risiko. Diversifikasi adalah suatu strategi yang lebih
sering disebut sebagai “ jangan menempatkan semua telur dalam satu
adalah investasi dalam berbagai macam portofolio untuk mengurangi risiko
kerugian.
4. Menerima risiko, yaitu tidak melakukan perlakuan apapun terhadap risiko
tersebut. Strategi perlakuan risiko menerima risiko merupakan suatu strategi
untuk menerima risiko, karena memang lebih ekonomis untuk menerima
risiko itu. Selain itu, juga kerna tidak tersedia alternatif lain untuk
menghindari risiko, berbagi risiko, atau melakukan mitigasi. Penerimaan
risiko sering juga disebut sebagai penyerapan risiko, toleransi risiko atau
retensi risiko. Risiko ini termasuk juga risiko tersisa setelah dilakukan
perlakuan risiko sebelumnya. Untuk melakukan strategi penerimaan risiko,
perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Penentuan pilihan. Apakah memang semua pilihan telah dikaji dengan
cermat sehingga pilihan menerima risiko yang diambil ? Apakah betul –
betul sudah tidak terdapat alternatif lain untuk melakukan mitigasi,
pemindahan, atau penghindaran risiko ?
b. Waktu dan kondisi. Pada saat pilihan diambil untuk menerima risiko karna
dianggap tidak ada pilihan lain, hal ini tidak boleh dianggap sebagai
keadaan yang tidak dapat ditolak. Tetapi sebaliknya, dengan perubahan
waktu konteks risiko juga berubah dan berbagai dinamika perubahan juga
terjadi sehingga kemungkinan adanya alternatif baru akan timbul. Perlu
dilakukan monitoring dan review secara proaktif untuk memantau arah
perubahan yang terjadi. Manajemen risiko yang baik akan selalu
31
c. Kemampuan menyerap risiko. Pilihan untuk menerima risiko dilakukan
dengan sadar. Artinya, karena lebih ekonomis untuk melakukan hal tersebut
dibandingkan melakukan tindakan lainnya. Bagaimanakah dampaknya jika
risiko tersebut memang terjadi ? Seberapa besarkah kemungkinan
terjadinya ? Apakah betul risiko ini hanya merupakan risiko tunggal dan
bukan risiko yang memicu risiko – risiko lainnya ? Jika risiko ini memang
akan menimbulkan rentetan risiko lainnya, apakah dampaknya hanya
finansial saja ataukah juga dampak – dampak lainnya ? Misalnya dampak
reputasi, dampak berhentinya operasi, dampak keselamatan kerja dan lain –
lain. Ini adalah pertanyaan –pertanyaan yang perlu dipertimbangkan.
2.2.7 Monitoring dan Review
Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses
manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang akan
dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini
dan dengan fokus tertentu misalnya efektivitas pengendalian terhadap risiko
keuangan atau pasar, atau bagaimana mempertajam analisis risiko saat ini.
Monitoring dan review merupakan bagian yang mendasar dan sangat penting
dalam proses manajmen risiko, terutama dalam proses manajemen risiko bagi
keseluruhan organisasi. Sangat penting untuk memantau dan meninjau
perkembangan serta perubahan status risiko, efektivitas strategi dan pelaksanaan
perlakuan serta pengendalian risiko dan perencanaan system manajemen risiko
serta keseluruhan manajemen risiko. Pelaksanaan monitoring dan review
berkelanjutan ini bertujuan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap
Dalam menerapkan proses monitoring dan review yang mampu memenuhi
fungsi yang diinginkan, manajemen organisasi harus mempertimbangkan
beberapa pertanyaan dasar dalam menyusun proses monitoring dan review ini.
Beberapa pertanyaan dasar tersebut adalah :
1. Siapa yang harus melakukan monitoring dan review ?
2. Apa yang perlu dipantau dan ditinjau ?
3. Informasi yang bagaimana yang harus dievaluasi ?
4. Bagaimanakah proses pelaporannya dan siapa yang berhak membacanya ?
Pertanyaan – pertanyaan di atas menjadi dasar dari perencanaan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan (applied
research) yang berorientasi pada kegiatan menghasilkan informasi yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan aktual dan praktis dalam kehidupan
manusia. Penelitian terapan biasanya merujuk pada teori-teori yang dihasilkan
oleh penelitian dasar. Peneliti mengembangkan produk-produk tertentu sehingga
benar-benar bermanfaat untuk kehidupan manusia dalam untuk kehidupan
manusia dalam rangka menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.
Peneliti memilih penelitian terapan karena peneliti mengambil judul
penelitian “Analisis Manajemen Risiko pada Gudang Obat Rumah Sakit
Tentara Pematangsiantar”. Peneliti melihat bahwa banyaknya kegiatan yang
dilakukan di gudang obat membutuhkan pengukuran dampak dan kemungkinan
untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadi. Untuk itu, peneliti berusaha
menganalisis risiko yang terjadiagar pemangku risiko dapat megambil keputusan
untuk melakukan mitigasi risiko-risiko itu.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan pada gudang obat di Rumah Sakit Tentara,
Jalan Gunung Simanuk –manuk , Pematangsiantar. Penelitian akan dilakukan
3.3Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala unit farmasi dan karyawan
yang bekerja pada gudang obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar.
3.4Sumber Data
Menurut Azuar Juliandi (2013 : 66 ) ialah data menurut sumber
perolehannya. Data dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni data primer dan
data sekunder :
1. Data primer
Data primer ialah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh
orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya, dan data
tersebut sebelumnya tidak ada. Contoh data primer adalah data yang
dikumpulkan melalui instrumen :
a. Wawancara
b. Pengamatan atau observasi
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna
kepentingan penelitiannya. Contoh data sekunder adalah data yang
dikumpulkan melalui
a. Studi kepustakaan
b. Studi dokumentasi
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Azuar Juliandi (2013 : 69 ) adalah
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik
35
1. Wawancara atau interview
Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden
penelitian. Wawancara dapat dilakukan apabila jumlah responden hanya
sedikit. Wawancara dapat dibedakan menjadi dua bentuk :
a. Wawancara terstruktur atau terpimpin : ada pedoman wawancara yang
disiapkan oleh peneliti.
b. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terpimpin : peneliti tidak
mempersiapkan pedoman wawancara.
Hasil wawancara direkam secara tertulis oleh peneliti, atau menggunakan
alat perekan elektronis, seperti tape recorder, handycam, dan alat perekam
elektronis lainnya.
2. Pengamatan Observasi
Pengamatan adalah kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap
obyek yang diteliti.
3. Dokumentasi
Menyelidiki rekaman –rekaman data yang telah berlalu. Ada dua bentuk
pengumpulan dokumentasi :
a. Dokumen tertulis : buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat,
catatan harian, jurnal, laporan.
b. Dokumentasi elektronis : situs internet, foto, microfilm, disket, CD,
Kaset, atau peralatan audio visual lainnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis
paling sederhana dan paling sering digunakan. Skema pemeringkatan risiko
haruslah distandarisasikan dan digunakan dengan konsisten untuk keseluruhan
organisasi. Ini penting untuk mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap
pengertian kemungkinan dan dampak yang akan digunakan. Melalui skema ini
ditentukan cara gambaran kuantitatif dan kualifikasi yang digunakan untuk istilah
“besar, sedang dan rendah”. Input untuk mengembangkan skema ini berasal dari
mereka yang berpengalaman dalam organisasi atau proyek dan mempunyai
keahlian dalam bidang tersebut. Dengan demikian diperoleh uraian yang tepat
37 BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah singkat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar
Pada tahun 1949 terbentuklah Rumah Sakit Militer dengan sebutan
“HOSPITAL MILITER“ dan sebagai Kepala Rumah Sakit Mayor CDM dr.
Suryo. Pada tahun 1951 sebutan “ Hospital Militer “ diubah menjadi Rumah Sakit
Tentara dan sebagai Kepala Rumah Sakit dr. Sajiman.Pada tahun 1952 sebutan “
RUMAH SAKIT TENTARA “ diubah menjadi Tempat Perawatan Tentara
(T.P.T) dan sebagai Kepala Rumah Sakit Letnan Kolonel CDM dr. Imam.Pada
tahun 1982 sebutan Rumah Sakit Militer 021 / Pantai Timur dirubah menjadi
Rumah Sakit Militer 022 / Pantai Timur ( Rumkit Rem 022/PT ) dengan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Sesuai dengan Surat Keputusan MENHANKAM / PANGAB Nomor : Skep /
746 / VI / 1982 tanggal, 21 Juli 1982 Klasifikasi sebagai Rumah Sakit Tingkat
III.
2. Sesuai dengan Surat Keputusan KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
Nomor : Kep – 9 / VII / 1982 tanggal, 21 Juli 1982 Klasifikasi sebagai Rumah
Sakit Tingkat IV.
Pada tahun 1986 sebutan Rumah Sakit Resort Militer 022 / Pantai Timur
dirubah menjadi Rumah Sakit Tingkat IV 01.07.03 Pematangsiantar sampai saat
sekarang ( Sesuai dengan Surat Keputusan Panglima Daerah Militer I / Bukit