• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO

(Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara

Pematangsiantar)

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh :

YOHANNA N. S DAMANIK 110907107

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : Yohanna Nidya Sari Damanik

NIM : 110907107

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis

Judul : Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada Gudang

Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar )

Medan, 23Mei 2015

Pembimbing Ketua Program Studi

Drs. Yance, M.Si

NIP : 19580315 198803 1 003 NIP : 195908161986011001 Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

(3)

ABSTRAK

Nama : Yohanna N. S Damanik Nim : 110907107

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Yance, M. Si

Dalam penelitian ini penulis menguraikan skripsi dengan judul Analisis Manajemen Risiko ( Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar ), yakni perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan jasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk menerapkan manajemen risiko di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar pada unit farmasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara secara langsung kepada para pegawai Rumah Sakit Tentara pada unit farmasi. Dari hasil analisis secara keseluruhan unit farmasi Rumah Sakit Tentara memiliki 27 jenis risiko yang mungkin terjadi.

Teknik identifikasi risiko yang digunakan adalahFailure Mode and Affect

Analysis (FMEA) untuk mencegah terjadinya kegagalan dan dampaknya

sebelum terjadi. analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan risiko tersebut

Hasil analisis skripsi ini ditulis berdasarkan data – data yang diperoleh dari rumah sakit yaitu hasil wawancara para pegawai unit farmasi, struktur organisasi dan dokumen – dokumen yang berkaitan dengan kegiatan unit farmasi dan data lain yang mendukung penelitian ini. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah manajemen rumah sakit pada unit farmasi sudah efektif namun masih terdapat kekurangan dan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

(4)

ABSTRACT

Name : Yohanna N. S Damanik ID Number : 110907107

Department : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Advisor : Drs. Yance, M. Si

In this research author describes the thesis with the title “ The Analysis of Risk Management (Case Study inthe medicine warehouse of Tentara Hospital )“ , is a company engaged in the field of enterprise services. The purpose of study was to find out how to apply risk management in the hospitals pharmacy unit.

The method used is observation and interviews directly to the employees of the hospital. From the analysis of the overall pharmaceutical unit, Tentara hospital has 27 types of risk that may occur.

The method that the author used to identify the risk is Failure Mode and

Affect Analysis (FMEA), to prevent failure and its impact before it

happens. The risk analysis will be input for risk evaluation and decision – making process regarding the treatment of such risks. Including in this sense is the way and the right strategy in treating these risks.

Results of analysis of this paper was written based on the data obtained from the hospital that is the result of interviews the pharmacy unit, organizational structure and documents that related to the permises activities of pharmacy unit and other data that support this research. The conclusion that obtained from this research is the hospital management in pharmacy unit has been effective, but there are still shortcomings and possible risks that will happen.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO (Studi Kasus pada Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar) ”. Penulisan skripsi ini untuk dilaksanakan memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Mama tercinta Elfrida Sitompul, adik ku Raja Todo Damanik, Wak Linda,

Bou vany, Kak Vany, Kak Nina serta anggota keluarga lainnya yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing selalu Ketua Jurusan Administrasi

Niaga / Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Siswati Saragih, S.sos, M. SP, selaku staf sekretaris di Jurusan

Administrasi Niaga / Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs.Yance, M.Si, selaku dosen pembimbing, yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Faisal S.Sos, MSP , selaku dosen penguji, yang telah memberi

kritik dan saran sebagai masukan untuk penulis dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

8. Kepala Unit Farmasi Ibu Yanti Simanjuntak beserta seluruh karyawan unit

(6)

izin penelitian dan bersedia meluangkan waktu untuk penulis dalam melakukan penelitian.

9. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU,

yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.

10.Teman – teman yang menjadi keluarga baru saya di empat tahun terakhir,

Dhesi Ginting, Leavanny Surbakti , Liana Marbun, Denny Ginting, Derick Azwindy, Fajar Sianturi dan teman – teman lainnya yang bersedia meluangkan waktu membantu penulis secara langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk kebersamaan dan dukungan yang telah kalian berikan.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak yang telah berkenan untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Medan, 23 Mei 2015

Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko ... 6

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko ... 6

2.1.2 Jenis – Jenis Risiko ... 7

2.1.3 Penyebab Risiko ... 7

2.1.4 Sumber Risiko ... 9

2.2 Proses Manajemen Risiko ... 11

2.2.1 Komunikasi dan Konsultasi ... 11

(8)

2.2.3 Identifikasi Risiko... 14

2.2.4 Analisis Risiko ... 19

2.2.4.1 Teknik Analisis Skema Pemeringkatan Risiko ... 22

2.2.5 Evaluasi Risiko ... 22

2.2.6 Perlakuan Risiko ... 26

2.2.7 Monitoring dan Review ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan waktu Penelitian ... 33

3.3Informan Penelitian ... 34

3.4 Sumber Data ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tentara Pemaangsiantar ... 37

4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Tentara Pemaangsiantar ... 38

4.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tentara Pemaangsiantar ... 39

4.2 Penyajian Data ... 41

4.2.1 Komunikasi dan Konsultasi ... 41

4.2.2 Menetapkan Konteks ... 44

(9)

vii

4.2.4 Pengukuran Risiko ... 58

4.2.4.1 Penilaian Tingkat Dampak Kesalahan ... 59

4.2.4.2 Penilaian Kemungkinan Terjadinya Kesalahan ... 61

4.2.4.3.Penilaian Kemungkinan Deteksi ... 63

4.2.5 Teknik Analisis Risiko ... 66

4.2.6 Evaluasi Risiko ... 68

4.2.7 Perlakuan Risiko ... 69

4.2.8 Monitoring dan review ... 76

4.3 Analisis Data ... 76

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh Lingkungan Eksternal ... 44

Tabel 4.2 Pengaruh Lingkungan Internal ... 45

Tabel 4.3 Peringkat Dampak ... 59

Tabel 4.4 Dampak Kesalahan ... 61

Tabel 4.5 Frekuensi kemungkinan ... 61

Tabel 4.6Kemungkinan Risiko... 63

Tabel 4.7 Peringkat Kemungkinan Deteksi ... 63

Tabel4.8 Nilai kemungkinan Deteksi ... 66

Tabel 4.9Pengolahan Nilai RPN ... 68

Tabel 4.10 Perlakuan Risiko ... 70

Tabel 4.11Nilai Prioritas Risiko ( RPN ) ... 76

Tabel 4.12 Penilaian Peringkat Risiko ... 78

Tabel 4.13 Peringkat Risiko Rumah Sakit denganSkala Sangat Kecil ... 79

Tabel 4.14 Peringkat Risiko Rumah Sakit dengan Skala kecil ... 80

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar pertanyaan jenis-jenis risiko

Lampiran 2 Dokumentasi

Lampiran 4 Surat permohonan pengajuan judul skripsi

Lampiran 5 Kartu kendali bimbingan skripsi

Lampiran 6 Surat jadwal seminar proposal

Lampiran 7 Surat undangan seminar proposal untuk dosen penguji

Lampiran 8 Surat daftar hadir peserta seminar proposal

(13)

ABSTRAK

Nama : Yohanna N. S Damanik Nim : 110907107

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Yance, M. Si

Dalam penelitian ini penulis menguraikan skripsi dengan judul Analisis Manajemen Risiko ( Studi Kasus pada Gudang Obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar ), yakni perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan jasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk menerapkan manajemen risiko di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar pada unit farmasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara secara langsung kepada para pegawai Rumah Sakit Tentara pada unit farmasi. Dari hasil analisis secara keseluruhan unit farmasi Rumah Sakit Tentara memiliki 27 jenis risiko yang mungkin terjadi.

Teknik identifikasi risiko yang digunakan adalahFailure Mode and Affect

Analysis (FMEA) untuk mencegah terjadinya kegagalan dan dampaknya

sebelum terjadi. analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan risiko tersebut

Hasil analisis skripsi ini ditulis berdasarkan data – data yang diperoleh dari rumah sakit yaitu hasil wawancara para pegawai unit farmasi, struktur organisasi dan dokumen – dokumen yang berkaitan dengan kegiatan unit farmasi dan data lain yang mendukung penelitian ini. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah manajemen rumah sakit pada unit farmasi sudah efektif namun masih terdapat kekurangan dan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

(14)

ABSTRACT

Name : Yohanna N. S Damanik ID Number : 110907107

Department : Ilmu Administrasi Niaga / Bisnis Faculty : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Advisor : Drs. Yance, M. Si

In this research author describes the thesis with the title “ The Analysis of Risk Management (Case Study inthe medicine warehouse of Tentara Hospital )“ , is a company engaged in the field of enterprise services. The purpose of study was to find out how to apply risk management in the hospitals pharmacy unit.

The method used is observation and interviews directly to the employees of the hospital. From the analysis of the overall pharmaceutical unit, Tentara hospital has 27 types of risk that may occur.

The method that the author used to identify the risk is Failure Mode and

Affect Analysis (FMEA), to prevent failure and its impact before it

happens. The risk analysis will be input for risk evaluation and decision – making process regarding the treatment of such risks. Including in this sense is the way and the right strategy in treating these risks.

Results of analysis of this paper was written based on the data obtained from the hospital that is the result of interviews the pharmacy unit, organizational structure and documents that related to the permises activities of pharmacy unit and other data that support this research. The conclusion that obtained from this research is the hospital management in pharmacy unit has been effective, but there are still shortcomings and possible risks that will happen.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tugas atau fungsi rumah sakit seperti yang tercantum dalam surat

Keputusan Menteri Kesehatan No. 134 / Menkes / SK / IV / 1978 adalah

melaksanakan usaha pelayanan medis, pelayanan rehabilitasi medis, usaha

pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan, perawatan, sistem rujukan,

pendidikan dan pelatihan medis serta paramedis dan juga merupakan tempat

penelitian. Agar fungsi – fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka

dituntut kemampuan menetapkan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.

Dalam jurnal Umam, Solikhah. 2010 Penyimpanan Obat Di Gudang

Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1, rumah

sakit dan organisasi didalamnya harus dikelola dengan sebaik – baiknya, agar

dapat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin kepada masyarkat,

sehingga tercapai tujuan terciptanya derajat kesehatan yang optimal. Salah satu

diantaranya adalah pengelolaan obat di gudang instalasi farmasi rumah sakit yang

meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan obat.

Pengelolan obat pada gudang instalasi farmasi rumah sakit mempunyai peran

penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehaan di rumah sakit, oleh karena itu

pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap penyimpanan akan berpengaruh

terhadap peran rumah sakit secara keseluruhan.

Semakin berkembangnya usaha rumah sakit di Indonesia, tentu akan

(16)

sakit mereka, serta menimbulkan tantangan – tantangan ataupun hambatan –

hambatan yang sangat besar bagi pengelola maupun pemilik rumah sakit agar

tetap berjalan. Salah satu aspek yang perlu digalakkan untuk menjawab tantangan

ataupun hambatan dalam pengelolaan manajemen rumah sakit adalah manajemen

logistik . Menurut Subagya M. S 1994 (di dalam Henni, 2013: 2) menyatakan

bahwa manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta

proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,

penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat

– alat. Unit logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan bahan

atau barang yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan operasional rumah sakit

dalam jumlah, jenis, kualitas dan pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan dengan

harga serendah mungkin.

Menurut Febriawati, Henni ( 2011 : 2 ) logistik di rumah sakit terbagi

menjadi dua bagian, yaitu logistik umum dan logistik farmasi. Logistik umum

hanya menyediakan kebutuhan yang terbatas pada alat – alat rumah tangga

sedangkan unit logistik farmasi di rumah sakit membutuhkan perhatian yang

besar, biaya rutin terbesar di suatu rumah sakit pada umumnya terdapat pada

pengadaan persediaan farmasi yang meliputi persediaan obat, persediaan bahan

kimia, persediaan gas medik, persediaan peralatan kesehatan. Perencanaan dan

penentuan kebutuhan obat merupakan fungsi yang pertama dalam logistik farmasi

karena perencanaan merupakan langkah nyata pertama dalam usaha mencapai

tujuan. Perencanaan harus terlihat dengan jelas apa yang harus dikerjakan dalam

(17)

3

farmasi mutlak diperlukan agar terpenuhi tingkat persediaan yang telah

ditetapkan.

Menurut Setyo Untoro (2011: 82) secara tradisional, gudang didefenisikan

sebagai tempat menyimpan inventori atau material. Namun dalam praktek

modern, fungsi gudang telah berkembang. Dengan kata lain, trend pemanfaatan

gudang lebih kepada bagaimana gudang bisa memberi nilai tambah. Gudang juga

dapat dipilah berdasarkan barang yang disimpan, yaitu gudang terbuka untuk

penyimpanan bahan dasar sebelum sampai ke gudang tertutup menggunakan

freezer untuk menyimpan produk – produk frozen dan gudang yang digunakan

untuk menyimpan barang jadi. Sebelum didistribusikan hingga ke pemakai

terakhir.

Perencanaan dan pengadaan persediaan obat di gudang farmasi harus

dilakukan secara baik, agar rumah sakit terhindar dari masalah kehabisan

persediaan obat di gudang farmasi. Apabila terjadi kekosongan obat di gudang

farmasi ini, akan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang diberikan

kepada pasien. Hal inilah yang seringkali terjadi di sub bagian gudang farmasi

rumah sakit, sering kali terjadi kekosongan obat di sub bagian gudang farmasi

sehingga obat tersebut harus dibeli di apotek ataupun di luar rumah sakit lain.

Maka itu pihak rumah sakit seharusnya memiliki manajemen yang baik dalam

melaksanakan kegiatan logistiknya terutama dalam mengelola kegiatan pada

gudang obat nya.

Seperti yang kita ketahui risiko selalu melekat pada kegiatan apapun yang

kita kerjakan, baik dalam mengelola suatu proyek, mengendarai mobil,

(18)

suatu barang, dan lain – lain. Bahkan, tidak melakukan sesuatu pun tidak lepas

dari risiko yang tidak terduga. Sebagai manusia, secara alamiah kita mengelola

risiko secara berkelanjutan. Ini kita lakukan secara tidak sadar meski kadang –

kadang secara sadar. Bagi organisasi, risiko tidak bisa dikelola tanpa sadar.

Organisasi harus mengelola risiko –risiko yang mungkin dihadapinya secara logis,

sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik. Hal ini berlaku bagi

seluruh fungsi dan bagian organisasi, baik untuk pimpinan maupun anggota, serta

meliputi seluruh kegiatan organisasi tersebut. Selain itu kebutuhan atas

pengelolaan risiko juga harus disadari dan diketahui sebagai sesuatu yang penting

serta mendasar. Organisasi perlu mengetahui penyebab kegagalan dalam

mencapai sasaran. Dengan demikian, dapat dilakukan manajemen risiko yang

benar. Oleh Karena itu seluruh anggota organisasi harus menyadari potensi

penyebab kegagalan pencapaian sasaran. Jika tidak, maka yang terjadi bukanlah

manajemen risiko tetapi manajemen berisiko.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

merumuskanpermasalahan sebagai berikut :

“Bagaimana Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar menerapkan Manajemen

Risiko di gudang obatnya ?”

1.3Batasan Masalah

Untuk membatasi lingkup penelitian maka peneliti memberi batasan

masalah. Penelitian pada gudang obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar ini

(19)

5

tidak pada seluruh kegiatan logistik rumah sakit, melainkan pada kegiatan di

gudang obat saja.

1.4Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui implementasi manajemen risiko di gudang obat Rumah

Sakit Tentara Pematangsiantar sehingga dapat membantu mengurangi risikoyang

mungkin dapat terjadi dengan adanya kegiatan operasional gudang obat itu

sendiri.

1.5Manfaat Penelitian

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Memperkaya pengetahuan ilmiah dalam mengelola manjemen risiko pada

gudang obat.

b. Sebagai referensi bagi peniliti berikutnya dalam penelitian mengenai

analisis manajemen risiko pada gudang obat.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai informasi kepada karyawan pengelola gudang obat untuk

menyusun analisis manajemen risiko yang baik sehingga dapat

mengurangi risiko kerugian yang ditimbulkan di kemudian hari.

b. Memberikan kesempatan kepada peneliti lain bahwa gudang obat di

sebuah rumah sakit bisa menjadi sarana untuk pembelajaran melalui

(20)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen Risiko

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Ada beberapa defenisi tentang risiko, antara lain (Kasidi, 2010 : 5) :

1. Risiko adalah kemungkinan yang tidak diharapkan.

2. Risiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin melahirkan

kerugian (loss).

3. Risiko adalah kejadian yang merugikan.Dalam bidang investasi risiko

diartikan sebagai kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari apa

yang diharapkan; dan

4. Definisi lain dikatakan : risk management is a rational attempt to reduce or

avoid the consequences of loss or injury . Manajemen risiko adalah suatu

usaha secara rasional untuk menghindari arau mengurangi kerugian atau

cedera.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah

kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan

kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional

ditujukan untuk mengurangi kemungkinan dari risiko yang dihadapi. Risiko tidak

cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara –cara yang dapat memperkecil

kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Risiko dapat datang setiap saat, agar

(21)

7 2.1.2 Jenis – Jenis Risiko

Risiko secara umum dapat dikelompokkan menjadi (Kasidi, 2010 : 7 ) :

1. Risiko Spekulatif ( Speculative Risk )

2. Risiko Murni ( Pure Risk )

Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu

kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko

ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis.

Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan,

yaitu kemungkinan rugi saja. Pengelompokan risiko ini menjadi sangat penting,

karena setiap kegiatan usaha baik perseorangan maupun sebagai badan akan selalu

berhadapan dengan risiko tersebut, baik risiko spekulatif maupun risiko murni.

Walaupun kategori suatu risiko tidak selalu jelas, namun kebanyakan risiko dapat

diklasifikasikan. Suatu risiko tergolong risiko spekulatif atau risiko murni akan

sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan.

2.1.3 Penyebab Risiko

Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa yang menyimpang

dari apa yang diharapkan. Penyimpangan ini baru akan nampak bilamana sudah

berbentuk suatu kerugian. Jika tidak ada kemungkinan kerugian, maka hal ini

berarti tidak ada risiko. Jadi faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya suatu

kerugian adalah penting dalam analisis risiko. Dua faktor yang bekerjasama

(22)

Bencana ini merupakan penyebab langsung terjadinya kerugian,

kehadirannya menimbulkan risiko yang menyebabkan terjadinya kemungkinan

penyimpangan yang tidak diharapkan. Lingkungan kita selalu dihadapkan dengan

bencana –bencana, seperti ; banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut yang

tinggi, gunung meletus, kebakaran, pencurian, perampokan, kematian dan masih

banyak yang lainnya.

Bahaya adalah keadaan yang melatar belakangi terjadinya kerugian oleh

bencana tertentu. Bahaya meningkatkan risiko kemungkinan terjadinya kerugian.

Keadaan –keadaan tertentu disebut berbahaya, misalnya mengendarai mobil di

jalan raya terlalu kencang, mendirikan bangunan yang tinggi tanpa dilengkapi

dengan alat pengaman, kondisi hujan badai dan sambaran petir.

Macam – macam bahaya (Kasidi, 2010 : 12) :

1. Bahaya fisik, adalah aspek fisik dari hal yang terbuka terhadap risiko.

Misalnya, lokasi sebuah gedung mempengaruhi kepekaannya terhadap risiko.

Misalnya, lokasi sebuah gedung mempengaruhi kepekaannya terhadap

kerugian, karena terbakar atau terkena gempa.

2. Bahaya Moral juga mempengaruhi kemungkinan kerugian. Contoh :

ketidakjujuran adalah bahaya moral yang dapat meningkatkan kemungkinan

risiko. Seseorang kasir yang bermoral tidak baik memiliki kemungkinan

melakukan penggelapan uang cukup tinggi.

3. Bahaya morale adalah bahaya yang ditimbulkan oleh sikap ketidak hati –

hatian dan kurangnya perhatian sehingga dapat meningkatkan terjadinya

(23)

9

4. Bahaya karena hukum atau peraturan yaitu suatu bahaya yang timbul karena

mengabaikan undang – undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

2.1.4 Sumber Risiko

Sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi : risiko sosial, risiko fisik

dan risiko ekonomi.

1. Risiko Sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat. Artinya, tindakan

orang – orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan

merugikan. Misalnya pencurian, vandalisme, huru – hara, peperangan dan

sebagainya.

2. Risiko fisik. Ada banyak sumber risiko fisik, sebagian merupakan fenomena

alam dan sebagian karena tingkah laku manusia. Kebakaran adalah penyebab

utama cedera fisik, kematian maupun kerusakan harta. Kebakaran dapat

disebabkan oleh petir, konsluiting kabel, gesekan benda maupun kecerobohan

manusia.

3. Risiko ekonomi. Banyak risiko yang dihadapi oleh manusia itu bersifat

ekonomi, misalnya : inflasi, resesi, fluktuasi harga dan lain – lain. Selama

periode inflasi daya beli uang merosot. Para pensiunan dan mereka yang

berpenghasilan tetap, tidak mungkin lagi dapat mempertahankan tingkat hidup

sebagaimana biasanya. Bahkan pada periode ekonomi yang relatif stabil,

daerah – daerah tertentu mungkin mengalami boom atau resesi. Keadaan ini

menempatkan orang – orang dan pengusaha pada risiko yang sama dengan

(24)

Walaupun seseorang atau badan telah mengasuransikan risikonya, bukan

berarti telah terlindung sepenuhnya dari kemungkinan terjadinya kerugian.

Asuransi hanya menanggung sebagian dari risiko yang mungkin terjadi. Bahkan,

mungkin sebagian besar risiko itu harus dihadapi sendiri dan tidak dapat

dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Inilah yang menyebabkan manajemen

risiko menjadi suatu keharusan dalam setiap usaha, baik usaha perseorangan

maupun suatu badan.

Program manajemen risiko pertama –tama bertugas untuk

mengidentifikasi risiko – risiko usaha yang dihadapi. Kemudian mengadakan

evaluasi dan pengukuran risiko, selanjutnya menentukan metode penanganannya.

Untuk menjalankan program tersebut, harus ada strategi tertentu.

Identifikasi risiko adalah kegiatan mengidentifikasi semua risiko usaha

yang dihadapi, baik risiko yang sifatnya murni. Segala informasi yang berkenaan

dengan usaha yang dikumpulkan kemudian dianalisis bagian –bagian mana yang

sekiranya akan muncul sebagai penyebab kemungkinan terjadinya suatu kerugian.

Evaluasi dan pengkuran risiko adalah kegiatan untuk menilai bagian –

bagian yang dipekirakan akan menjadi penyebab terjadinya suatu kerugian.

Selanjutnya memperkirakan satuan biayanya jika risiko ini menjelma menjadi

suatu kerugian. Beberapa teknik pengukuran risiko dapat digunakan, antara lain

dengan menggunakan pendekatan probabilitas.Setelah analisis dan evaluasi risiko,

langkah selanjutnya adalah mengelola risiko. Berbagai cara untuk mengelola

risiko usaha, antara lain dengan cara penghindaran, ditangani sendiri,diversifikasi

(25)

11 2.2Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari manajemen umum. Ia harus masuk dan menjadi bagian budaya

organisasi, praktik terbaik organisasi dan proses bisnis organisasi. Proses

manajemen risiko meliputi lima kegiatan yaitu komunikasi dan konsultasi,

menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko serta monitoring dan

review.

2.2.1 Komunikasi dan Konsultasi

Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan internal

maupun eksternal harus dilaksanakan seekstensif mungkin sesuai dengan

kebutuhan dan pada setiap tahapan proses manajemen risiko. Oleh karena itu

sejak awal harus disusun suatu rencana komunikasi dan konsultasi dengan para

pemangku kepentingan. Rencana ini harus merujuk pada risiko yang mungkin

terjadi, dampaknya, dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya, serta hal –

hal lain yang terkait. Komunikasi dan konsultasi yang efektif baik internal

maupun eksternal haruslah membuahkan kejelasan bagi pihak – pihak yang

bertanggung jawab untuk menerapkan proses manajemen risiko dan para

pemangku kepentingan terkait. Mereka harus memahami dengan baik kriteria

pengambilan keputusan serta mengapa suatu tindakan perlu diambil. Pendekatan

konsultasi secara kelompok sangat disarankan untuk menghasilkan hal – hal

berikut tetapi tidak terbatas pada :

1. Penentuan konteks yang benar ;

2. Memastikan bahwa kepentingan para pemangku kepentingan telah dimengerti

(26)

3. Memperoleh manfaat dari berbagai keahlian yang ada untuk menganilisis

risiko ( multidisiplin ) ;

4. Memastikan bahwa semua risiko telah diidentifikasikan dengan baik ;

5. Memastikan bahwa berbagai pandangan telah dipertimbangkan dalam

melakukan evaluasi risiko ;

6. Meningkatkan proses manajemen perubahan ketika pelaksanaan proses

manajemen risiko ;

7. Memperoleh persetujuan dan dukungan untuk tindakan perlakuan risiko ; serta

8. Mengembangkan rencana komunikasi dan konsultasi internal maupun

eksternal.

Komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan sangat

penting karena mereka memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap risiko

yang didasarkan atas persepsi mereka terhadap risiko tersebut. Persepsi terhadap

risiko ini sangat berbeda bagi masing – masing pemangku kepentingan, baik dari

segi nilai, konsep, kebutuhan maupun kepentingan mereka. Apabila pandangan

mereka mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pengambilan keputusan

maka menjadi sangat penting untuk dapat mengidentifikasi persepsi mereka. Hal

tersebut perlu dicatat dan dijadikan bahan pertimbangan dalam proses

pengambilan keputusan. Rencana komunikasi dan konsultasi hendaknya :

1. Merupakan forum untuk bertukar informasi di antara para pemangku

kepentingan ;

2. Tempat untuk menyampaikan pesan secara jujur, akurat, mudah dimengerti

dan didasarkan pada fakta yang ada ;

(27)

13 2.2.2 Menetapkan Konteks

Dengan ditetapkannya konteks berarti manajemen organisasi menentukan

batasan atau parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan

dalam pengelolaan risiko menentukan lingkup kerja dan kriteria risiko untuk

proses – proses selanjutnya. Konteks yang ditetapkan haruslah meliputi semua

parameter internal dan eksternal yang relevan dan penting bagi organisasi. Dalam

menentukan konteks akan banyak ditemui kesamaan parameter dengan proses

sebelumnya yaitu ketika merencanakan kerangka kerja manajemen risiko. Akan

tetapi dalam proses manajemen risisko parameter ini akan ditelaah jauh lebih rinci

khusus nya yang terkait dengan lingkungan suatu proses manajemen risiko

tertentu. Konteks manajemen risiko adalah konteks di mana proses manajemen

risiko diterapkan. Hal ini meliputi sasaran organisasi, strategi, lingkup, parameter,

kegiatan utama organisasi atau bagian lain di mana manajemen risiko diterapkan.

Penerapan manajemen risiko dilaksanakan dengan mempertimbangkan biaya dan

manfaat kewenangan dan pencatatan / dokumentasi proses yang diperlukan harus

ditentukan dengan baik. Konteks proses manajemen risiko akan berubah sesuai

dengan kebutuhan organisasi. Hal ini dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal

– hal berikut :

1. Penetapan tanggung jawab untuk manajemen risiko ;

2. Penerapan lingkup kegiatan manajemen risiko baik dari luas maupun

kedalamannya, termasuk bila ada hal – hal khusus yang harus diperhatikan

atau tidak dicakup ;

3. Penentuan tujuan, sasaran, lokasi maupun tempatkegiatan, proses, fungsi,

(28)

4. Penentuan hubungan dari proyek atau kegiatan khusus organisasi dengan

proyek dan kegiatan lain organisasi;

5. Penentuan metode untuk melakukan asesmen risiko ;

6. Penentuan kriteria penilaian kinerja manajemen risiko ;

7. Melakukan identifikasi dan spesifikasi keputusan yang harus diambil ;

8. Menentukan identifikasi lingkup ataupun kerangka kajian studi yang

diperlukan, termasuk luas dan sasarannya serta sumber daya yang diperlukan

untuk melakukan kajian tersebut.

Faktor – faktor di atas dan juga faktor lain yang relevan dapat membantu

mengetahui apakah pendekatan proses manajemen risiko yang digunakan sesuai

dengan kebutuhan organisasi dan dampaknya terhadap risiko – risiko yang dapat

memengaruhi pencapaian sasaran.

2.2.3 Identifikasi Risiko

Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak

risiko, peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Sasaran dan tahapan ini

adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang dapat

memengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi,

memperlambat atau bahkan menggagalkan pencapaian sasaran organisasi. Perlu

juga diidentifikasi risiko – risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak kita

ambil. Proses identifikasi ini penting untuk dilakukan secara meluas dan

mendalam serta komprehensif, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada

tahapan ini tidak akan diikutsertakan pada proses – proses berikutnya. Identifikasi

risiko ini juga dilakukan terhadap sumber – sumber risiko baik yang di dalam

(29)

15

digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai dengan sasaran, kemampuan, dan

jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi. Informasi yang relevan dan terkini

sangat penting dalam proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya

juga digali latar belakang informasi tersebut. Orang – orang yang mepunyai

pengetahuan tentang risiko terkait atau proses terkait hendaknya dilibatkan dalam

proses identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar

belakang informasi tersebut. Orang – orang yang mempunyai pengetahuan tentang

risiko terkait hendaknya dilibatkan dalam proses identifikasi risiko. Setelah

mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi perlu dipertimbangkan hal – hal

yang dapat menyebabkan risiko itu terjadi. Bagaimanakah skenario yang

memungkinkan hal tersebut terjadi dan bagaimana besar dampak nya. Sesuai hal

yang secara signifikan dapat menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan

diperhatikan.

Salah satu teknik identifikasi risiko adalahFailure Mode and Affect

Analysis (FMEA) untuk mencegah trejadinya kegagalan dan dampaknya sebelum

terjadi. Ada sepuluh langkah untuk menerapkannya, yaitu: (Leo J.Susilo & Victor

Riwu Kaho, 2014: 121-125):

1. Peninjauan proses

Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses atau bagan alir yang ada untuk

dianalisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan paham terhadap

proses tersebut. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan paham

(30)

harus melakukan peninjauan lapangan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap proses yang dianlisis.

2. Brainstroming potensi kesalahan/kegagalan proses

Setalah melakukan peninjauan di lapangan terhadap proses yang akan

dianalisis maka setiap anggota melakukan proses brainstorming. Proses ini

dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh satu daftar yang

komprehensif terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Hasil

brainstroming ini kemudian dikelompokan menjadi beberapa penyebab

kesalahan, seperti manusia, mesin/peralatan, metarial, metode kerja dan

lingkungan kerja. Cara lain untuk mengelompokkan adalah menurut jenis

kesalahan itu sendiri, misalnya kesalahan pada pkesalahan elektrik, kesalahan

mekanis dan lain-lan. Pengelompokan ini akan mempermudah proses analisis

nantinya dan mengetahui dampak satu kesalahan yang mungkin menimbulkan

kesalahan lain.

3. Menyusun daftar dampak masing-masing kesalahan

Setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka disusun

dampak dari masing-masing kesalahan. Untuk setaip kesalahan dampak yang

terjadi mungkin satu atau lebih dari satu. Proses ini harus dilaksanakan

dengan cermat dan teliti, karena apa yang terlewatkan dari proses ini tidak

akan mendapat perhatian untuk ditangani. Penentuan dampak, kriteria,

kemungkinan dan deteksi ini harus diterapkan terlebih dahulu. Kriteria ini

mula-mula secara kualitatif dan kemudian dibuat secara kuantitatif. Skala

kriteria utnuk ketiga jenis penilaian harus sama, misalnya terbagai dalam

(31)

17

peringkat dari ketiga variabel yang dinilai dilakaukan secara konsenus dan

disepakati olehseluruh anggota tim.

4. Penilaian tingkat dampak kesalahan

Penilaian terhadap tingkat dampak adalah perkiraan besarnya dampak negatif

yang diakibatkan apabila kesalahan terjadi. Bila pernah terjadi makapenilaian

akan mudah, tetapi bila belum pernah terjadi maka penilaian berdasarkan

perkiraan.

5. Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan

Sama dengan langkah ke-4. Bila tersedia cukup data maka dapat dihitung

probababilitas atau frekuensi kemungkinan terjaidnya kesalahan tersebut. Bila

tidak tersedia maka harus digunakan estimasi yang berdasarkan pendapat ahli.

6. Penilaian kemungkinan deteksi

Penilaian yang diberikan menunjukan seberapa jauh kita dapat mendeketsi

terjadinya kesalahan atau timbulnya dampak terhadap suatu kesalahan. Hal ini

dapat diukur dengan seberapa jauh pengendalian/indikator terhadap hal

tersebut tersedia. Bila tidak ada maka nilainya rendah, tetapi bila banyak

indikator sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi.

7. Perhitungan tingkat prioritas risiko – RPN

Nilai prioritas risiko (RPN) merupakan hasil perkalian dari :

RPN = (nilai dampak) x (nilai kemungkinan) x (nilai deteksi)

Total ini RPN ini dihitung untuk setiap kesalahan yang mungkin terjadi. Bila

proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok tertentu maka jumluh

(32)

kelompok proses tesebut bila suatu kesalahan terjadi. Jadi, terdapat tingkat

prioritas tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses.

8. Menyusun prioritas kesalahan yang harus ditangani

Setelah dilakukan perhitungan RPN untuk masing-masing potensi kesalahan

maka dapat disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut. Apabila

digunakan skala 10 untuk masing-masing variabel maka nilai RPN tertinggi

adalah RPN = 10 x 10 x 10 =1.000. Bila digunakan skala 5 maka nilai

tertinggi RPN = 5 x 5 x5 = 125. Terhadap nilai RPN tersebut dapat dibuat

klasifikasi tinggi, sedang dan rendah atau ditentukan nilai secara umum bahwa

nilai RPN diatas 250 (cut of points) harus dilkukan penanganan untuk

memperkecil kemungkianan terjadinya kesalahan dan dampaknya, serta

pengendalian deteksinya. Penentuan klasifikasi atau nilai batas penanganan

ditentukan oleh kepala tim atau manajemen sesuai dengan proses yang

dianalisis.

9. Melakukan mitigasi untuk mencegah kesalahan dengan dampak yang tinggi

Idealnya semua kesalahan yang menimbulkan dampak tinggi harus

dihilangkan sepenuhnya. Penanganan dilakukan secara serentak untuk ketiga

aspek, meningkatkkan kemampuan untuk mendetksi kesalahan, mengurangi

kemungkinan terjadinya kesalahan dan mengurangi dampak terjadinya

kesalahan bila terjadi.

10.Menghitung ulang RPN setelah langkah penanganan dilakukan

Segera setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan

pengukuran ulang atau perkiraa nilai deteksi, nilai dampak dan kemungkinan

(33)

19

risiko kesalahan tadi. Hasil tindak lindung tadi harus menghasilkan penurunan

nilai RPN yang cukup signifikan ke tingkat yang cukup aman. Bila belum

tercaapi maka dilakukan tindak lindung lebih lanjut.

2.2.4 Analisis Risiko

Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil

analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses

pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk

dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan

risiko tersebut. Analisis risiko meliputi kegiatan – kegiatan yang menganalisis

sumber risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatif serta

kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasi dengan baik faktor –

faktor yang dapat memengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya.

Risiko dianalisis dengan menentukan dampak dan kemungkinan terjadinya, serta

atribut lain risiko. Suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan

dapat memengaruhi berbagai macam sasaran organisasi. Pengendalian risiko yang

ada harus diperiksa efektivitasnya serta harus dimasukkan ke dalam pertimbangan

analisis risiko. Cara menyatakan besaran dampak dan besaran terjadinya risiko

serta cara penggabungannya untuk menentukan kegawatan risiko akan bervariasi

sesuai dengan jenis risiko. Ini semua harus disesuaikan dengan informasi yang

tersedia dan bagaimana hasil asesmen akan digunakan. Semua proses ini harus

sesuai dan konsisten dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perlu juga memerhatikan ketergantungan berbagai macam risiko beserta sumber

risiko nya. Dalam menentukan tingkat kepercayaan dan sensivitas risiko, proses

(34)

digunakan. Hal ini harus dikomunikasikan secara jelas kepada para pengambil

keputusan dan para pemangku kepentingan yang terkait. Faktor – faktor seperti

perbedaan pendapat dari para ahli atau keterbatasan model yang digunakan, harus

dinyatakan secara jelas dan bila perlu digaris bawahi. Analisis risiko dapat

dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang bervariasi tergantung dari jenis risiko,

sasaran analisis risiko, informasi, data dan sumber daya yang tersedia. Analisis

dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif, kualitatif atau kombinasi dari

cara – cara ini, tergantung dari kondisi yang ada. Dalam praktik biasanya

dilakukan analisis kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan indikasi umum

tingkat kegawatan risiko dan mengetahui peta risiko serta risiko – risiko yang

gawat. Setelah itu sesuai dengan keperluan, harus dilaksanakan langkah

berikutnya dengan melakukan analisis yang lebih spesifik dan secara kuantitatif.

Besaran dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat dari suatu

peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan ekstrapolasi dari

hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat dinyatakan dalam

besaran yang terukur ataupun yang tidak terukur. Dalam hal – hal tertentu dampak

risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa macam ukuran atau sebutan untuk

dapat lebih menggambarkan akibat risiko tersebut sesuai dengan waktu dan

tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak finansial, kecelakaan fisik rusaknya

reputasi dan sebagainya.

Tujuan dari analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan

kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran

(35)

21

dicapai apabila beberapa hal berikut dapat dipenuhi : (Leo J.Susilo & Victor Riwu

Kaho, 2014: 136):

1. Proses analisis risiko dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup semua

risiko serta peluang yang ditemui dalam proses identifikasi risiko sebelumnya

dan telah masuk ke dalam daftar risiko;

2. Semua yang terkait dengan risiko tersebut (para pemangku risiko) telah

terlibat dalam proses analisis dan melalukan analisis berdasarkan informasi,

data serta pengetahuan yang mereka memiliki dengan baik.

3. Proses analisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai

manajemen risiko yang memadai ;

4. Prosesanalisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai

manajemen risiko yang memadai ;

5. Waktu yang dialokasikan untuk proses ini cukup memadai ;

6. Ukuran kemungkinan dan dampak yang digunakan harus konsisten dengan

organisasi tersebut. Apabila digunakan tabel kemungkinan dan dampak,

besaran dan pengelompokan nilai yang digunakan hendaknya tidak terlalu

lebar dan juga tidak terlalu sempit tetapi seusai dengan organisasi tersbut.

Pilihan metode analisis ditentukan oleh konteks, sasaran dan sumber data yang

tersedia. Sebagai contoh pada tingkat pada tingkat unit bisnis atau proyek,

manajer perlu mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko-risiko spesifik

yang mengancam pencapaian sasaran/target yang ditetapkan. (Leo J.Susilo &

Victor Riwu Kaho, 2014: 137)

(36)

Teknik ini merupakan analisis kualitatif yang paling sederhana dan paling

sering digunakan. Skema pemeringkatan risiko haruslah distandarisasikan dan

digunakan dengan konsisten untuk keseluruhan organisasi. Ini penting untuk

mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap pengertian kemungkinan dan

dampak yang akan digunakan. Melalui skema ini ditentukan cara gambaran

kuantitatif dan kualifikasi yang digunakan untuk istilah “besar, sedang dan

rendah”. Input untuk mengembangkan skema ini berasal dari mereka yang

berpengalaman dalam organisasi atau proyek dan mempunyai keahlian dalam

bidang tersebut. Dengan demikian diperoleh uraian yang tepat untuk nilai

kemungkinanserta dampak yang akan digunakan. Metode pengumpulan informasi

ini dapat dilakukan dengan teknik expert judgement, baik melalui metode

terstruktur seperti Delphi Teqnique maupun bentuk wawancara atau bentuk Focus

Group Discussion lainya. Hal ini penting untuk mengurangi aspek subjektif dan

kelemahan tidak tersedianya data yang memadai. Masukan para ahli ini kemudian

akan diolah oleh penanggung jawab manajemen risiko menjadi peringkat yang

akan digunakan dan disahkan oleh manajemen organisasi menjadi standar bagi

seluruh organisasi. (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:154)

2.2.5 Evaluasi Risiko

Menurut (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:167 ) tujuan dari

evaluasi risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil

analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko - risiko mana yang

memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko – risiko

(37)

23

Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut

menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko –risiko

tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan tindak

lanjut tersebut mencakup :

1. Apakah suatu risiko butuh penanganan ?

2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan ?

3. Bagaimanakah prioritas perlakuan risiko disusun ?

Sifat dari keputusan yang perlu diambil dan kriteria yang akan digunakan

dalam pengambilan keputusan telah ditetapkan pada tahap ini. Ini perlu karena

telah diperoleh informasi lebih banyak mengenai risiko –risiko tersebut dari tahap

analisis risiko. Kriteria untuk pengambilan keputusan harus konsisten dengan

konteks eksterbal, internal dan manajemen risiko yang telah didefenisikan. Selain

itu, juga harus selalu memerhatikan sasaran perusahaan, sasaran pengelolaan

risiko, dan pendapat para pemangku kepentingan. Keputusan dalam mengevaluasi

biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis

risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai

dengan :

1. Tingkat dampak yang telah ditentukan ;

2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu ;

3. Efek kumulatif timbulnya suatu kejadian ;

4. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat – tingkat

Kriteria – kriteria evaluasi risiko tersebut di atas pada dasarnya harus

(38)

kuantitatif. Akan tetapi masi terdapat kemungkinan distorsi dalam penyusunan

kriteria ini. Penyebabnya antara lain

1. Pertimbangan nilai - nilai pribadi

Pertimbangan nilai – nilai pada kriteria evaluasi sebenarnya secara implisit

terkandung dalam setiap kriteria. Akan tetapi pertimbangan ini akan

tergantung pada kebiasaan masing –masing individu menghadapi risiko,

tingkat kepercayaannya terhadap efektivitas pengelolaan risiko yang ada, serta

persepsinya terhadap risiko dan manfaat kegiatan tersebut.

2. Pengaruh kejadian – kejadian yang lalu

Kriteria untuk memutuskan apakah suatu risiko perlu ditangani seringkali

mengacu pada kegiatan yang sama pada masa lalu atau berdasarkan

pengalaman sehari – hari. Namun data ini dapat mengalami penyimpangan

karena :

a. Besar bencana yang baru satu kali terjadi atau keuntungan besar yang tak

disangka –sangka, akan sangat mendominasi bank data.

b. Penurunan tingkat risiko karena peningkatan sistem pengendalian setelah

belajar dari insiden yang lalu, atau adanya perbaikan standar pengendalian.

Ini berarti bahwa kriteria yang didasarkan pada risiko – risiko historis

tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai acuan untuk mengendalikan

situasi terkini.

c. Perubahan kegiatan, proses atau lingkungan yang tidak sesuailagi dengan

situasi masa lalu.

Menyusun kriteria evaluasi berdasarkan pengalaman risiko masa lalu harus

(39)

25

1. Suatu risiko memerlukan perlakuan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada

kondisi lain tidak perlu ditangani.

2. Dengan metode analisis terbaru, risiko yang dapat diterima di masa lalu kini

tidak dapat diterima lagi. Begitu pula ada risiko yang menurut standar sosial

saat ini tidak dapat ditolerir lagi.

3. Lain pandang lain belalang, latar belakang risiko yang berbeda – beda

menimbulkan pertanyaan apakah standar evaluasi risiko harus disusun sesuai

dengan masing –masing situasi ataukah dapat bersifat universal. Untuk situasi

semacam ini, petimbangan kebijakan politik, sosial dan ekonomi dapa

digunakan sebagai tambahan data risiko yang ada.

Selain itu perlu juga diperhatikan keterbatasan hasil analisis kualitatif

sebagai sarana untuk evaluasi. Ini karna penyusunan suatu matriks kemungkinan

dan dampak secara kualitatif sangat terkait dengan latar belakang serta persepsi

para penyusunnya. Interpretasi dari besaran kualitatif ( tinggi, sedang, rendah,

dll.) dapat berbeda antara suatu situasi dengan situasi lainnya. Oleh karena itu

perlu diperhatikan keterbatasan ini dalam menyusun prioritas risiko atas dasar

hasil analisis kualitatif.

Walaupun istilah risiko yang dapat diterima sering digunakan untuk

menyeimbangkan risiko dan manfaat, masih belum cukup untuk menggambarkan

substansi risiko serta manfaat yang dapat ditooleransi. Dengan demikian, setiap

orang perlu memertimbangkan toleransi terhadap risiko – risikoyang timbul dalam

(40)

Kriteria risiko yang paling sederhana hanya memisahkan antara risiko

yang perlu ditangani dengan yang tidak perlu ditangani. Kesederhanaan ini

menarik, tapi tidak menggambarkan unsur ketidakpastian dalam memperkirakan

risiko dan menetapkan batasan yang jelas anatara risiko yang butuh penanganan

dengan yang tidak. Saat ini, kebanyakan pihak membagi risiko ke dalam tiga

kelompok :

1. Kelompok Atas adalah kelompok dimana terdapat risiko – risiko yang

berbahaya dan tidak bisa ditolerir, apapun manfaat yang dikandung dalam

kegiatan tersebut. Oleh karena itu langkah mitigasi risiko harus diambil,

berapapun biayanya.

2. Kelompok tengah adalah kelompok risiko di mana perlu ada analisis manfaat

biaya guna mengukur perbandingan antara peluang serta dampak buruknya.

3. Kelompok Bawah adalah kelompok risiko di mana aspek positif atau negatif

risiko tersebut sangat sepele atau terlalu kecil sehingga tidak butuh

penanganan risiko secara khusus

2.2.6 Perlakuan Risiko

Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko

yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan

kajian dan menentukan jenis serta bentuk perlakuan risiko yang diperlukan.

Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus untuk situasi tertentu, juga tidak

harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko memerlukan perlakuan yang khas

untuk tiap risiko itu sendiri. Untuk setiap risiko yang memerlukan risiko, perlu

dilakukan pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan

(41)

27

penyebab risiko, apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinannya

terjadi, serta seberapa besar dampaknya. Selain itu perlu juga dipahami kondisi

lingkungan ( hukum, sosial, politik, ekonomi, dll.) serta siapa saja yang terlibat di

dalam kegiatan yang berisiko tersebut. Pengkajian awal yang cukup mendalam

seringkali membuahkan suatu pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya

bermanfaat untuk suatu risiko, tetapi juga untuk risiko – risiko lainnya. Artinya,

suatu perlakuan risiko untuk beberapa risiko. Di lain pihak, mungkin untuk satu

macam risiko diperlukan berbagai macam perlakuan risiko. Secara umum,

perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa dari empat perlakuan sebagai berikut

:

1. Menghindari risiko, berarti tidak melaksanakan atau meneruskan kegiatan

yang menimbulkan risiko tersebut. Menghindari risiko adalah suatu strategi

untuk meniadakan risiko sepenuhnya dengan tidak melakukakn kegiatan /

proyek yang diperkirakan mempunyai risiko melebihi selera risiko organisasi.

Saat terbaik untuk mengambil strategi menghindari risiko adalah pada saat –

saat awal kegiatan bisnis dilaksanakan. Bila diketahui atau diantisipasi, suatu

risiko besar mungkin terjadi. Strategi ini juga dapat diambil pada saat kegiatan

atau proyek berjalan sudah cukup jauh, tetapi terjadi perubahan kondisi politik

atau ekonomi yang memaksa menghentikan pelaksanaan kegiatan tersebut.

Beberapa hal yang harus dipertanyakan sebelum mengambil keputusan untuk

melakukan penghindaran risiko adalah :

a. Dampak terhadap sasaran bisnis / organisasi. Dengan menghindari risiko,

(42)

Dengan hilangnya kegiatan ini apakah sasaran organisasi telah ditetapkan

tetap dapat tercapai dengan baik dan tidak terganggu ?

b. Dampak biaya. Apakah betul akibat penghindaran risiko ini lebih besar

nilainya daripada dampak risiko yang dihindari ? Pertanyaan ini karena

dampak penghindaran risiko ini, khususnya dengan tidak dilakukannya

kegiatan atau proyek tekait, seringkali tidak jelas dan baru terasa dalam

jangka panjang.

c. Peluang. Dengan tidak dilaksanakannya suatu kegiatan / proyek maka

suatu peluang hilang. Apakah perhitungan peluang versus risiko atas

kegiatan / proyek ini sudah betul – betul dilakukan dengan cermat ?

2. Berbagi risiko, yaitu suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan

timbulnya risiko atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi

keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak. Perlakuan ini sebetulnya adalah

bagian dari kegiatan organisasi sehari – hari. Modus untuk melakukan

pemindahan risiko ini adalah asuransi, subkontrak, outsourcing, perjanjian

bagi hasil, dan joint operation. Mengingat bahwa berbagi risiko ini melibatkan

pihak lain tersebut, bagaimanakah kemampuannya baik dalam melaksanakan

pekerjaan maupun menyerap risiko yang timbul. Untuk memastikan bahwa

strategi pemindahan risiko memang tepat, perlu diajukan beberapa pertanyaan

sebagai berikut :

a. Kejelasan tujuan dan sasaran para pihak. Apakah tujuan dari pihak yang

memindahkan risiko tersebut ? Apakah hal ini cukup jelas / transparan

(43)

29

b. Kemampuan mengelola. Suatu pemindahan risiko hanya efektif bila pihak

penerima risiko mampu mengelola kegiatan yang mengandung risiko

tersebut, atau mampu menyerap risiko tersebut bila terjadi. Dengan kata

lain, penerima risiko harus mampu melakukan mitigasi risiko terkait.

Bagaimanakah kemampuan penerima risiko terhadap hal – hal tersebut ?

c. Konteks risiko. Selain kemampuan untuk mengelola risiko, juga

diperlukan pemahaman terhadap dinamika risiko itu sendiri. Hal ini

meliputi pemahaman terhadap volatilitas pergerakan atau perubahan dari

sumber risiko, perubahan dari kemungkinan terjadinya dan apa

pemicunya, serta perubahan dampak yang mungkin terjadi. Apakah

penerima risiko juga cukup memahami konteks risiko semacam ini ?

d. Efektivitas biaya. Penerima pekerjaan yang mengandung risiko tersebut

biasanya akan membebankan biaya tambahan yang tidak rendah. Ia akan

memperhitungkan semua biaya yang terkait dengan faktor risiko tersebut,

terutama bila risiko tersebut terjadi. Pertanyaannya adalah apakah biaya

yang dibebankan tersebut memang dapat diterima bila dibandingkan

dengan dampak biaya yang akan diserap organisasi jika risiko tersebut

terjadi ?

3. Mitigasi risiko adalah perlakuan risiko yang bertujuan untuk mengurangi

risiko. Bentuk pengurangan risiko ini dapat berupa pengurangan kemungkinan

terjadinya risiko, pengurangan kerugian yang diakibatkan bila risiko tersebut

terjadi, dan diversifikasi risiko. Diversifikasi adalah suatu strategi yang lebih

sering disebut sebagai “ jangan menempatkan semua telur dalam satu

(44)

adalah investasi dalam berbagai macam portofolio untuk mengurangi risiko

kerugian.

4. Menerima risiko, yaitu tidak melakukan perlakuan apapun terhadap risiko

tersebut. Strategi perlakuan risiko menerima risiko merupakan suatu strategi

untuk menerima risiko, karena memang lebih ekonomis untuk menerima

risiko itu. Selain itu, juga kerna tidak tersedia alternatif lain untuk

menghindari risiko, berbagi risiko, atau melakukan mitigasi. Penerimaan

risiko sering juga disebut sebagai penyerapan risiko, toleransi risiko atau

retensi risiko. Risiko ini termasuk juga risiko tersisa setelah dilakukan

perlakuan risiko sebelumnya. Untuk melakukan strategi penerimaan risiko,

perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Penentuan pilihan. Apakah memang semua pilihan telah dikaji dengan

cermat sehingga pilihan menerima risiko yang diambil ? Apakah betul –

betul sudah tidak terdapat alternatif lain untuk melakukan mitigasi,

pemindahan, atau penghindaran risiko ?

b. Waktu dan kondisi. Pada saat pilihan diambil untuk menerima risiko karna

dianggap tidak ada pilihan lain, hal ini tidak boleh dianggap sebagai

keadaan yang tidak dapat ditolak. Tetapi sebaliknya, dengan perubahan

waktu konteks risiko juga berubah dan berbagai dinamika perubahan juga

terjadi sehingga kemungkinan adanya alternatif baru akan timbul. Perlu

dilakukan monitoring dan review secara proaktif untuk memantau arah

perubahan yang terjadi. Manajemen risiko yang baik akan selalu

(45)

31

c. Kemampuan menyerap risiko. Pilihan untuk menerima risiko dilakukan

dengan sadar. Artinya, karena lebih ekonomis untuk melakukan hal tersebut

dibandingkan melakukan tindakan lainnya. Bagaimanakah dampaknya jika

risiko tersebut memang terjadi ? Seberapa besarkah kemungkinan

terjadinya ? Apakah betul risiko ini hanya merupakan risiko tunggal dan

bukan risiko yang memicu risiko – risiko lainnya ? Jika risiko ini memang

akan menimbulkan rentetan risiko lainnya, apakah dampaknya hanya

finansial saja ataukah juga dampak – dampak lainnya ? Misalnya dampak

reputasi, dampak berhentinya operasi, dampak keselamatan kerja dan lain –

lain. Ini adalah pertanyaan –pertanyaan yang perlu dipertimbangkan.

2.2.7 Monitoring dan Review

Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses

manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang akan

dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini

dan dengan fokus tertentu misalnya efektivitas pengendalian terhadap risiko

keuangan atau pasar, atau bagaimana mempertajam analisis risiko saat ini.

Monitoring dan review merupakan bagian yang mendasar dan sangat penting

dalam proses manajmen risiko, terutama dalam proses manajemen risiko bagi

keseluruhan organisasi. Sangat penting untuk memantau dan meninjau

perkembangan serta perubahan status risiko, efektivitas strategi dan pelaksanaan

perlakuan serta pengendalian risiko dan perencanaan system manajemen risiko

serta keseluruhan manajemen risiko. Pelaksanaan monitoring dan review

berkelanjutan ini bertujuan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap

(46)

Dalam menerapkan proses monitoring dan review yang mampu memenuhi

fungsi yang diinginkan, manajemen organisasi harus mempertimbangkan

beberapa pertanyaan dasar dalam menyusun proses monitoring dan review ini.

Beberapa pertanyaan dasar tersebut adalah :

1. Siapa yang harus melakukan monitoring dan review ?

2. Apa yang perlu dipantau dan ditinjau ?

3. Informasi yang bagaimana yang harus dievaluasi ?

4. Bagaimanakah proses pelaporannya dan siapa yang berhak membacanya ?

Pertanyaan – pertanyaan di atas menjadi dasar dari perencanaan

(47)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan (applied

research) yang berorientasi pada kegiatan menghasilkan informasi yang

digunakan untuk memecahkan permasalahan aktual dan praktis dalam kehidupan

manusia. Penelitian terapan biasanya merujuk pada teori-teori yang dihasilkan

oleh penelitian dasar. Peneliti mengembangkan produk-produk tertentu sehingga

benar-benar bermanfaat untuk kehidupan manusia dalam untuk kehidupan

manusia dalam rangka menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.

Peneliti memilih penelitian terapan karena peneliti mengambil judul

penelitian “Analisis Manajemen Risiko pada Gudang Obat Rumah Sakit

Tentara Pematangsiantar”. Peneliti melihat bahwa banyaknya kegiatan yang

dilakukan di gudang obat membutuhkan pengukuran dampak dan kemungkinan

untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadi. Untuk itu, peneliti berusaha

menganalisis risiko yang terjadiagar pemangku risiko dapat megambil keputusan

untuk melakukan mitigasi risiko-risiko itu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan pada gudang obat di Rumah Sakit Tentara,

Jalan Gunung Simanuk –manuk , Pematangsiantar. Penelitian akan dilakukan

(48)

3.3Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala unit farmasi dan karyawan

yang bekerja pada gudang obat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar.

3.4Sumber Data

Menurut Azuar Juliandi (2013 : 66 ) ialah data menurut sumber

perolehannya. Data dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni data primer dan

data sekunder :

1. Data primer

Data primer ialah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh

orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya, dan data

tersebut sebelumnya tidak ada. Contoh data primer adalah data yang

dikumpulkan melalui instrumen :

a. Wawancara

b. Pengamatan atau observasi

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna

kepentingan penelitiannya. Contoh data sekunder adalah data yang

dikumpulkan melalui

a. Studi kepustakaan

b. Studi dokumentasi

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Azuar Juliandi (2013 : 69 ) adalah

merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik

(49)

35

1. Wawancara atau interview

Wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden

penelitian. Wawancara dapat dilakukan apabila jumlah responden hanya

sedikit. Wawancara dapat dibedakan menjadi dua bentuk :

a. Wawancara terstruktur atau terpimpin : ada pedoman wawancara yang

disiapkan oleh peneliti.

b. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terpimpin : peneliti tidak

mempersiapkan pedoman wawancara.

Hasil wawancara direkam secara tertulis oleh peneliti, atau menggunakan

alat perekan elektronis, seperti tape recorder, handycam, dan alat perekam

elektronis lainnya.

2. Pengamatan Observasi

Pengamatan adalah kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap

obyek yang diteliti.

3. Dokumentasi

Menyelidiki rekaman –rekaman data yang telah berlalu. Ada dua bentuk

pengumpulan dokumentasi :

a. Dokumen tertulis : buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat,

catatan harian, jurnal, laporan.

b. Dokumentasi elektronis : situs internet, foto, microfilm, disket, CD,

Kaset, atau peralatan audio visual lainnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis

(50)

paling sederhana dan paling sering digunakan. Skema pemeringkatan risiko

haruslah distandarisasikan dan digunakan dengan konsisten untuk keseluruhan

organisasi. Ini penting untuk mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap

pengertian kemungkinan dan dampak yang akan digunakan. Melalui skema ini

ditentukan cara gambaran kuantitatif dan kualifikasi yang digunakan untuk istilah

“besar, sedang dan rendah”. Input untuk mengembangkan skema ini berasal dari

mereka yang berpengalaman dalam organisasi atau proyek dan mempunyai

keahlian dalam bidang tersebut. Dengan demikian diperoleh uraian yang tepat

(51)

37 BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah singkat Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar

Pada tahun 1949 terbentuklah Rumah Sakit Militer dengan sebutan

“HOSPITAL MILITER“ dan sebagai Kepala Rumah Sakit Mayor CDM dr.

Suryo. Pada tahun 1951 sebutan “ Hospital Militer “ diubah menjadi Rumah Sakit

Tentara dan sebagai Kepala Rumah Sakit dr. Sajiman.Pada tahun 1952 sebutan “

RUMAH SAKIT TENTARA “ diubah menjadi Tempat Perawatan Tentara

(T.P.T) dan sebagai Kepala Rumah Sakit Letnan Kolonel CDM dr. Imam.Pada

tahun 1982 sebutan Rumah Sakit Militer 021 / Pantai Timur dirubah menjadi

Rumah Sakit Militer 022 / Pantai Timur ( Rumkit Rem 022/PT ) dengan

klasifikasi sebagai berikut :

1. Sesuai dengan Surat Keputusan MENHANKAM / PANGAB Nomor : Skep /

746 / VI / 1982 tanggal, 21 Juli 1982 Klasifikasi sebagai Rumah Sakit Tingkat

III.

2. Sesuai dengan Surat Keputusan KEPALA STAF ANGKATAN DARAT

Nomor : Kep – 9 / VII / 1982 tanggal, 21 Juli 1982 Klasifikasi sebagai Rumah

Sakit Tingkat IV.

Pada tahun 1986 sebutan Rumah Sakit Resort Militer 022 / Pantai Timur

dirubah menjadi Rumah Sakit Tingkat IV 01.07.03 Pematangsiantar sampai saat

sekarang ( Sesuai dengan Surat Keputusan Panglima Daerah Militer I / Bukit

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4. 5
Tabel 4.7
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data primer seperti hasil wawancara dengan pihak rumah sakit dan data sekunder seperti

Pencatatan obat substitusi subuxone di rumah sakit dicatat oleh apoteker yang berugas di bidang depo farmasi dan dari hasil observasi dokumen pencatatan dan

Pengelolaan data stok obat di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) Permata.. Medika masih dilakukan secara manual sehingga dirasa kurang efektif

Petugas digudang instalasi farmasi rumah sakit Permata Medika sebagai.

Undang – undang Republik Indonesia No.23 tahun 1992, tentang Kesehatan.. Pedoman Perbekalan Farmasi Di

Data yang diambil dengan teknik wawancara kebeberapa pihak yaitu Kepala Dinas Kabupaten Bogor, Direktur Rumah Sakit Mary, Cileungsi Hijau, Direktur Rumah Sakit

Berdasarkan penelitian risiko pada sistem informasi Rumah Sakit EMC Tangerang, terdapat beberapa risiko yang harus diprioritaskan atau memiliki nilai risiko yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina Cirebon dalam kategori baik dengan memperoleh persentase untuk