• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

JUDI KARTU REMI

(Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu kecamatan Sei Bamban

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh:

RIA IRAWAN HASUGIAN 080905026

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

BIODATA INFORMAN

1. Nama : Ibu E. Sinaga

Umur : 55 tahun

Pendidikan : D3 Kesehatan

Pekerjaan : PNS

2. Nama : P. Sihotang

Umur : 58 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

3. Nama : Maria Sihotang

Umur : 24 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaaan : Swasta

4. Nama : Ira Sihotang

Umur : 22 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Kuliah

5. Nama :Bapak A. Harianja

Umur : 59 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

6. Nama :Ibu S. Situmorang

Umur : 59 tahun

Pendidikan : S1

(3)

7. Nama : Uli Harianja

Umur : 29 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Guru

8. Nama : Mangasi Harianja

Umur : 26 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

9. Nama : Bapak K. Situmorang

Umur : 58 tahun

Pendidikan : SMA

10. Nama : Ibu M. Sinaga

Umur : 56 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

11. Nama : Sonnya Situmorang

Umur : 28 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

12. Nama : Bapak N. Panjaitan

Umur : 65 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

13. Nama : Ibu G. Gultom

Umur : 64 tahun

(4)

Pekerjaan : Pensiunan PNS

14. Nama : Dewi Panjaitan

Umur : 35 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

15. Nama : Bapak J. Naibaho

Umur : 57 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

16. Nama : Ibu H. Pandiangan

Umur : 55 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

17. Nama : Donny Naibaho

Umur : 23tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

18. Nama : Dedi Naibaho

Umur : 20tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

19. Nama : Bapak K. Sinaga

Umur : 67 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

(5)

Pendidikan : SMA

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Petani

21. Nama : Magdalena Sinaga

Umur : 27 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

22. Nama : Bapak T. Tambunan

Umur : 58 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

23. Nama : Ibu S. Sinaga

Umur : 59 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

24. Nama : Marata Tambunan

Umur : 22 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

25. Nama :Bapak P. Nadeak

Umur : 58 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

26. Nama : Ibu E. Manurung

Umur : 55 tahun

(6)

Pekerjaan : PNS

27. Nama : Rico Nadeak

Umur : 23 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

28. Nama : B. Sinaga

Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

29. Nama : J. Nadeak

Umur : 45 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

30. Nama : A. Sinaga

Umur : 48 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

31. Nama : E. Manalu

Umur : 60 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaaan : PNS

32. Nama : P. Sitorus

Umur : 58 tahun

Pendidikan : S1

(7)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Profil keluarga dekat maupun masyarakat sekitar.

2. Apa yang dimaksud judi menurut pandangan ibu-ibu tersebut.

3. Bagaimana awalnya mereka bisa suka bermain judi

4. Apa yang menjadi alasan mereka suka bermain judi.

5. Apakah ibu-ibu tahu kalau judi itu dilarang oleh pemerintah dan adanya

undng-undang tentang perjudian.

6. Bagaimana tanggapan para suami menyikapi perilaku isteri mereka yang

suka bermain judi.

7. Bagaimana tanggapan para anak menyikapi perilaku para ibu mereka

yang suka bermain judi.

8. Bagaimana tanggapan keluarga terdekat mereka menyikapi perilaku para

ibu yang suka bermain judi.

9. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar melihat keadaan ibu-ibu yang

suka bermain judi.

10. Dari pukul berapa mereka mulai dan selesai bermain judi.

11. Bagaimana aturan-aturan yang mereka buat dalam permainan tersebut.

12. Berapa besar taruhan yang mereka buat dalam permainan tersebut.

13. Apa-apa saja yang mereka lakukan saat bermain judi.

14. Apakah tidak ada rasa penyesalan yang ada di dalam hati mereka saat

(8)

15. Apakah para ibu- tidak takut saat bermain judi ada rajia tiba-tiba dari

(9)

DAFTAR ISTILAH

1. Tulang : Saudara laki-laki ibu

2. Nantulang : Isteri saudara laki-laki ibu

3. Bapak Tua : Saudara laki-laki ayah

4. Maktua : Isteri saudara laki-laki ayah

5. Bapa uda : Suami saudara perempuan ibu

6. Inang uda : Saudara perempuan ibu

7. Sampudan : Anak yang paling kecil atau anak bungsu

8. Ompung : Kakek/Nenek

9. Iboto/Ito : Saudara perempuan/ laki-laki

10.Angkang baoa/ boru : Abang/ Kakak

11.Inang-inang : Ibu-ibu

12.Oma : Ibu

13.Palak : Emosi

14.Eda : Saudara ipar perempuan

15.Parbada : Pengadu domba

16.Parumaen : Menantu

17.Mangoli : Menikah

(10)

19. Marsirang : Bercerai/ pisah

20.Inang simatua : Ibu mertua

21.Bere : Keponakan

22. Marbadai : Bertengkar

23. Garang : Pemberani

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 35

2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Produktif

36

2.3. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa 36

2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 37

2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 38

2.6. Sarana Ibadah 39

2.7. Sarana Pendidikan 40

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “JUDI

KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei

Belutu Kecamatan Sei Bamban) dengan baik.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan

masukan dari berbagai pihak. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Spesial kepada Bapak Dr. Fikarwin

Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara. Terkhusus Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si selaku dosen pembimbing dan

dosen penasehat akademik penulis. Seluruh Staff Pengajar di Departemen

Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

(13)

Selain itu juga kepada Kak Nur dan Kak Sophie yang selalu siap membantu

dalam urusan administrasi. Kepala Camat Sei Bamban, Seketaris Camat dan kepada

Kepala Desa Sei Belutu serta Seketaris Desa Sei Belutu yang sudi menerima dan

membantu penulis melakukan penelitian. Seluruh anggota Keluarga Ibu E. Sinaga,

Ibu H. Pandiangan, Ibu D. Sihombing, Ibu E. Manurung, Ibu S. Situmorang, Ibu G.

Gultom, Ibu M. Sinaga, Ibu S. Sinaga, Bapak E. Manalu, Bapak P. Sitorus, Bapak A.

Sinaga dan Bapak K. Situmorang yang telah membantu penulis dalam memberikan

informasi bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penghargaan terbesar, terima kasih dan rasa cinta yang sebesar-besarnya

penulis persembahkan kepada Ayah tercinta P. Hasugian,Spd dan Mama tersayang

E.Br. Sinaga yang selalu memberikan dukungan, selalu sabar hingga penulis meraih

gelar sarjana. Abang-abangku tercinta Osdin Hasugian, Germanto Hasugian,

Kakak-kakakku tercinta Dormauli Hasugian, Lastio Hasugian serta Adikku tercinta Vasco

Dagama Hasugian.

Buat sahabat-sahabatku Duma Rosdiana L. Gaol, S.Sos, Bethrin, Santa

Panjaitan, Rulianna, S.Sos dan Suherman, Hendri Nofendri. Terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi’08: Nelson, Junius S.E Tarigan, Puteri,

Sylvi, Dea, Santa Simamora, Febry, Fazri, Etta, Junius, Kalvin, Hardi, Radinton S.

Sos, Riko, Boy,

(14)

Batara, Harni, Maria, Berti, Marda, Sari, Donald, Berkat, Arifin, Helen S. Sos, Ervina

S. Sos, Hezron, Mila dan teman-teman 08 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu,.Kepada kerabat Antropologi lainnya: Bang Heri Manurung, Bang Windra,

Bang Heri Sianturi, Kak Erika dan mahasiswa Antropologi di Universitas Sumatera

Utara.

Medan, April 2012

Penulis,

Ria Irawan Hasugian

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Ria Irawan Hasugian

NIM : 080905026

Departemen : Antropologi

Judul : JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)

Medan, April 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Irfan, M.Si Dr. Fikarwin Zuska

NIP : 196411041991031002 NIP : 196212201989031005

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, April 2012

Ria Irawan Hasugian

(17)

ABSTRAK

Ria Irawan Hasugian 2012, judul skripsi: JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu di Desa sei Belutu Kecamatan Sei Bamban). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 11 daftar pustaka serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan:“JUDI KARTU REMI (Fungsi Judi Terhadap Ibu

-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)”. Kajian ini menjelaskan tentang alasan-alasan ibu- ibu melakukan tindakan perjudian dan bagaimana tanggapan-tanggapan para keluarga dekat maupun masyarakat sekitar mengenai perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi yang ada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam kepada 32 orang informan serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya suatu perkumpulan ibu-ibu yang suka bermain judi memang benar-benar ada. Dalam perjudian ini ibu-ibu menganggap bahwa judi adalah suatu pengobat stress yang meringankan segala permasalahan yang ada dalam pikiran mereka, dimana dalam permainan tersebut mereka akan lupa sejenak mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka.. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu tersebut bermain judi adalah karena ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan banyaknya beban pikiran baik itu disebabkan karena masalah keluarga, pekerjaan maupun karena masalah ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga bahwa alasannya bermain judi karena adanya permasalahan keluarganya yang rumit, dan hasil pertaniannya yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dengan bermain judi Ibu E. Sinaga merasa lebih tenang, dan bisa melupakan segala permasalahannya walaupun dia tahu bahwa ketenangan tersebut hanya untuk sementara saja sampai dengan permainan tersebut berakhir. Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut adalah bersifar rekreatif/hiburan, bersifat sosialisasi, waktu dan bersifat ekonomi.

Kata-kata Kunci: Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan

lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang

Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

“JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)” yang menjadi judul dari skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara dalam bidang Antropologi. Skripsi ini

berisi kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan penulis yang

membahas mengenai judi kartu remi terhadap fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei

Belutu Kecamatan Sei Bamban. Berdasarkan hasil penelitian judi kartu remi terhadap

fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban memang benar

ada. Fungsi judi pada ibu-ibu terdiri dari bersifat rekreatif/ hiburan, waktu, bersifat

sosialisasi, bersifat ekonomi. Selain itu adapun alasan ibu-ibu bermain judi adalah

untuk menghilangkan rasa stress dan banyaknya beban pikiran yang ada pada ibu-ibu

di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban.

(19)

Skripsi ini adalah jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk perbaikan menuju

kesempurnaan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Antropologi, yaitu

sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan dan juga bagi keluarga ibu-ibu

yang suka bermain judi yang sudah diteliti.

Medan, April 2012

Penulis,

(20)

ABSTRAK

Ria Irawan Hasugian 2012, judul skripsi: JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu di Desa sei Belutu Kecamatan Sei Bamban). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 11 daftar pustaka serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan:“JUDI KARTU REMI (Fungsi Judi Terhadap Ibu

-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)”. Kajian ini menjelaskan tentang alasan-alasan ibu- ibu melakukan tindakan perjudian dan bagaimana tanggapan-tanggapan para keluarga dekat maupun masyarakat sekitar mengenai perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi yang ada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam kepada 32 orang informan serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya suatu perkumpulan ibu-ibu yang suka bermain judi memang benar-benar ada. Dalam perjudian ini ibu-ibu menganggap bahwa judi adalah suatu pengobat stress yang meringankan segala permasalahan yang ada dalam pikiran mereka, dimana dalam permainan tersebut mereka akan lupa sejenak mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka.. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu tersebut bermain judi adalah karena ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan banyaknya beban pikiran baik itu disebabkan karena masalah keluarga, pekerjaan maupun karena masalah ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga bahwa alasannya bermain judi karena adanya permasalahan keluarganya yang rumit, dan hasil pertaniannya yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dengan bermain judi Ibu E. Sinaga merasa lebih tenang, dan bisa melupakan segala permasalahannya walaupun dia tahu bahwa ketenangan tersebut hanya untuk sementara saja sampai dengan permainan tersebut berakhir. Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut adalah bersifar rekreatif/hiburan, bersifat sosialisasi, waktu dan bersifat ekonomi.

(21)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “JUDI

KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei

Belutu Kecamatan Sei Bamban) dengan baik.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan

masukan dari berbagai pihak. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Spesial kepada Bapak Dr. Fikarwin

Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara. Terkhusus Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si selaku dosen pembimbing dan

dosen penasehat akademik penulis. Seluruh Staff Pengajar di Departemen

Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

(22)

Selain itu juga kepada Kak Nur dan Kak Sophie yang selalu siap membantu

dalam urusan administrasi. Kepala Camat Sei Bamban, Seketaris Camat dan kepada

Kepala Desa Sei Belutu serta Seketaris Desa Sei Belutu yang sudi menerima dan

membantu penulis melakukan penelitian. Seluruh anggota Keluarga Ibu E. Sinaga,

Ibu H. Pandiangan, Ibu D. Sihombing, Ibu E. Manurung, Ibu S. Situmorang, Ibu G.

Gultom, Ibu M. Sinaga, Ibu S. Sinaga, Bapak E. Manalu, Bapak P. Sitorus, Bapak A.

Sinaga dan Bapak K. Situmorang yang telah membantu penulis dalam memberikan

informasi bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penghargaan terbesar, terima kasih dan rasa cinta yang sebesar-besarnya

penulis persembahkan kepada Ayah tercinta P. Hasugian,Spd dan Mama tersayang

E.Br. Sinaga yang selalu memberikan dukungan, selalu sabar hingga penulis meraih

gelar sarjana. Abang-abangku tercinta Osdin Hasugian, Germanto Hasugian,

Kakak-kakakku tercinta Dormauli Hasugian, Lastio Hasugian serta Adikku tercinta Vasco

Dagama Hasugian.

Buat sahabat-sahabatku Duma Rosdiana L. Gaol, S.Sos, Bethrin, Santa

Panjaitan, Rulianna, S.Sos dan Suherman, Hendri Nofendri. Terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi’08: Nelson, Junius S.E Tarigan, Puteri,

Sylvi, Dea, Santa Simamora, Febry, Fazri, Etta, Junius, Kalvin, Hardi, Radinton S.

(23)

Batara, Harni, Maria, Berti, Marda, Sari, Donald, Berkat, Arifin, Helen S. Sos, Ervina

S. Sos, Hezron, Mila dan teman-teman 08 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu,.Kepada kerabat Antropologi lainnya: Bang Heri Manurung, Bang Windra,

Bang Heri Sianturi, Kak Erika dan mahasiswa Antropologi di Universitas Sumatera

Utara.

Medan, April 2012

Penulis,

(24)

Riwayat Hidup

Ria Irawan Hasugian, lahir pada tanggal 26 Februari 1990 di Sei Belutu. Anak kelima dari 6 (enam) bersaudara dari pasangan P. Hasugian dan E. Br. Sinaga.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri No.107452 Parsaoran, Sei Belutu pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama di SMP Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi pada tahun 2005 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi pada tahun 2008.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008. Selain mengikuti pendidikan, peneliti juga pernah mengikuti beberapa seminar yang pernah di selenggarakan oleh Departemen Antropologi, yaitu:

CROSSING BOUNDARIES (Cross Culture Video Making Project For Peace) oleh Hikmat Budiman (Direktur The Interseksi Foundation), yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi.

• Launching Pusat Penelitian dan Pengembangan Budaya Pakpak, yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi.

Pengalaman Organisasi dan Kerja

• Anggota INSAN di Departemen Antropologi Sosial FISIP USU (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) di FISIP USU.

(25)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan

lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang

Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

“JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di

Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)” yang menjadi judul dari skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara dalam bidang Antropologi. Skripsi ini

berisi kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan penulis yang

membahas mengenai judi kartu remi terhadap fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei

Belutu Kecamatan Sei Bamban. Berdasarkan hasil penelitian judi kartu remi terhadap

fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban memang benar

ada. Fungsi judi pada ibu-ibu terdiri dari bersifat rekreatif/ hiburan, waktu, bersifat

sosialisasi, bersifat ekonomi. Selain itu adapun alasan ibu-ibu bermain judi adalah

untuk menghilangkan rasa stress dan banyaknya beban pikiran yang ada pada ibu-ibu

(26)

Skripsi ini adalah jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk perbaikan menuju

kesempurnaan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Antropologi, yaitu

sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan dan juga bagi keluarga ibu-ibu

yang suka bermain judi yang sudah diteliti.

Medan, April 2012

Penulis,

(27)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS...i ABSTRAK ... ii UCAPAN TERIMA KASIH ...iii RIWAYAT HIDUP ...vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL ...xi BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Lokasi Penelitian... 10 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10 1.5. Tinjauan Pustaka... 11 1.6. Metode Penelitian ... 27 1.7. Analisia Data... 30

BAB II. GAMBARAN UMUM DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN

(28)

2.5. Jumlah dan Komposisi Penduduk... 34 2.6. Sarana dan Prasarana Desa Sei Belutu ... 39 2.7. Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan ... 43 2.8. Organisasi Sosial Desa Sei Belutu... 44

BAB III. JUDI IBU-IBU DI DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI

BAB IV. SIKAP/ TINDAKAN ORANG-ORANG TERDEKAT DAN MASYARAKAT SEKITAR TENTANG PERILAKU IBU-IBU DESA SEI BELUTU YANG SUKA BERMAIN JUDI

4.1. Tanggapan dari Suami ... 71 4.2. Tanggapan dari Anak-Anak... 81 4.3. Tanggapan dari Keluarga Terdekat... 90 4.4. Tanggapan dari Masyarakat dari Lingkungan Sekitar ... 93

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 98 5.2. Saran ... 100

(29)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 35

2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Produktif

36

2.3. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa 36

2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 37

2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 38

2.6. Sarana Ibadah 39

(30)

ABSTRAK

Ria Irawan Hasugian 2012, judul skripsi: JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu di Desa sei Belutu Kecamatan Sei Bamban). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 11 daftar pustaka serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan:“JUDI KARTU REMI (Fungsi Judi Terhadap Ibu

-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)”. Kajian ini menjelaskan tentang alasan-alasan ibu- ibu melakukan tindakan perjudian dan bagaimana tanggapan-tanggapan para keluarga dekat maupun masyarakat sekitar mengenai perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi yang ada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam kepada 32 orang informan serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya suatu perkumpulan ibu-ibu yang suka bermain judi memang benar-benar ada. Dalam perjudian ini ibu-ibu menganggap bahwa judi adalah suatu pengobat stress yang meringankan segala permasalahan yang ada dalam pikiran mereka, dimana dalam permainan tersebut mereka akan lupa sejenak mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka.. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu tersebut bermain judi adalah karena ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan banyaknya beban pikiran baik itu disebabkan karena masalah keluarga, pekerjaan maupun karena masalah ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga bahwa alasannya bermain judi karena adanya permasalahan keluarganya yang rumit, dan hasil pertaniannya yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dengan bermain judi Ibu E. Sinaga merasa lebih tenang, dan bisa melupakan segala permasalahannya walaupun dia tahu bahwa ketenangan tersebut hanya untuk sementara saja sampai dengan permainan tersebut berakhir. Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut adalah bersifar rekreatif/hiburan, bersifat sosialisasi, waktu dan bersifat ekonomi.

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai mahkluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya

melalui sebuah perkumpulan. Perkumpulan ini digunakan sebagai wadah ataupun

tempat di mana mereka saling berbagi dalam aspek kehidupan tertentu. Artinya tidak

seluruh aspek kehidupan diceritakan di dalam perkumpulan, sebab ada saja hal-hal

yang menyangkut aspek kehidupan yang menurut masing-masing individu tidak perlu

diceritakan kepada orang lain ataupun hal-hal yang bersifat pribadi.

Bentuk perkumpulan yang dilakukan di dalam kelompok masyarakat biasanya

tergantung kepada kategori persamaan-persamaan yang dimiliki oleh masing-masing

individu. Hal ini mengartikan bahwa setiap individu biasanya membentuk sebuah

perkumpulan karena memiliki persamaan-persamaan, misalnya persamaan gender

pada ibu-ibu judi di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa terbentuknya judi pada ibu-ibu yang terjadi di tempat ini

diakibatkan karena persamaan gender. Bukti tersebut adalah bukti yang bersifat

nyata, namun ada hal-hal yang terselebung di balik bukti nyata tersebut, yaitu

faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya judi pada ibu-ibu tersebut dan bagaimana

(32)

Judi adalah sebuah bentuk permainan yang banyak digemari serta diminati

oleh kalangan masyarakat luas, baik itu di kalangan laki-laki maupun di kalangan

perempuan, di kalangan anak-anak, remaja, dan dewasa. Perjudian sudah ada dari

sejak jaman dulu dan ini dilakukan hampir oleh seluruh umat manusia, mulai dari

orang-orang di Eskimo sampai dengan suku yang paling terpencil di Afrika. Pada

abad ke-14, permainan kartu mulai memasuki Eropa, dibawa oleh para pedagang

yang datang dari Tiongkok. Kartu pertama yang dibuat di Eropa berasal dari Italia

yang terdiri dari 78 gambar hasil lukisan, karena belum adanya mesin cetak. Pada

abad XI, Perancis mengurangi jumlah kartu menjadi 56 itulah sejarah dari kartu remi

yang kita kenal sekarang ini1.

Judi bisa dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam jenis judi yaitu :

1. “Undian”yaitu dalam bentuk Lotere, Loto, Porkas2, Togel dan sebagainya dimana mereka hanya memilih nomor tertentu. Judi ini adalah judi masal dimana bisa diikuti

oleh jutaan orang dimanapun mereka berada.

1

Sumber: (http:/www.google/sejarah judi.co.id, akses 16 Februari 2012).

2

(33)

2. “Taruhan” untuk judi ini biasanya dikaitkan dengan analisa maupun pengetahuan dari sipenjudi; misalnya Balapan Kuda, Anjing, Sambung Ayam, Boksen maupun

Sepak Bola

3. Judi antar sesama penjudi lainnya, seperti permainan Domino, Poker, Dadu dan

lain-lainnya.

4. Judi antar manusia dan mesin, misalnya main Jackpot, Mikey Mouse, Dingdong,

Pachinko3maupun permainan komputer lainnya.

Ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi, yaitu

adanya unsur :

1. Permainan/ perlombaan.

Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan.

Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi

waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini para

pelaku tidak harus terlibat dalam permainan. Karena boleh jadi mereka adalah

penonton/ atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau

perlombaan.

3

(34)

2. Untung-untungan.

Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak

digantungkan kepada unsur spekulatif/ kebetulan atau untung-untungan. Atau faktor

kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang

sudah sangat terbiasa atau terlatih.

3. Ada taruhan.

Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang oleh para

pihak pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya.

Bahkan kadang istripun bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu

saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur

yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai

judi atau bukan4.

Dalam tulisan Geertz tentang sabung ayam atau adu ayam pada masyarakat

Bali. Kita akan menemukan banyak hal menarik tentang sabung ayam yang dikaitkan

dan terkait dengan struktur sosial dan kehidupan masyarakat Bali sehari-hari,

khususnya kaum pria. Sabung ayam bagi masyarakat Bali telah merupakan bagian

dari gaya hidup mereka (The Balinese Way of Life). Sabung ayam biasanya diadakan di salah satu sudut Desa yang jarang dilewati oleh orang banyak dan tempatnya

dirahasiakan oleh masyarakat sekitar. Arena sabung ayam mewakili Bali atau identik

4

(35)

dengan Bali, sama seperti Amerika yang identik dengan permainan bola basket. Pada

arena adu ayam yang terlihat bertaruh adalah ayam, tetapi ayam-ayam tersebut

merupakan perwakilan dari kaum pria di Bali. Bagi kaum laki-laki kalah dan menang

dalam permainan adu ayam ditentukan oleh prestise atau harga diri kaum laki-laki tersebut, jadi bagi kaum laki-laki yang ayamnya yang kalah dalam adu ayam tersebut

membuat harga diri mereka rendah atau memalukan.

Oleh karena permainan sabung ayam digunakan juga sebagai tempat bertaruh,

yang berarti permainan tersebut merupakan salah satu bentuk perjudian, maka pada

zaman penjajahan Belanda permainan ini dilarang oleh pemerintah Belanda (kecuali

ada ijin untuk mengadakannya khusus dalam rangka upacara adat). Oleh karena itu

pemerintah melarang keras yang namanya bentuk perjudian, pemerintah menganggap

perjudian identik dengan bentuk kejahatan yang mengganggu ketertiban umum. Jadi

barang siapa melakukan segala bentuk-bentuk perjudiaan para pelakunya akan

dikenakan sanksi5.

Ada beberapa jenis perjudian yang dilarang maupun yang tidak dilarang oleh

pemerintah. Perjudian yang dilarang oleh pemerintah adalah perjudian dalam bentuk

Togel, Tajen (sabung ayam), Judi Online, Undian, Lotere, Loto, Porkas, main

Jackpot, Kartu remi, dan lain-lainnya. Sedangkan perjudian yang tidak dilarang oleh

5

(36)

pemerintah adalah bentuk perjudian Gelper6, Taruhan bola, permainan Domino,

Poker, Dadu, dan lainnya. Sebenarnya pada tahun 1981 perjudian sudah dilarang oleh

pemerintah dengan dibuatnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9

tahun 1981 tentang pelaksanaan Undang-Undang 7 tahun 1974 penertiban perjudian

dengan menimbang:

a. Bahwa penertiban perjudian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Tahun

1974 Nomor 54, tambahan lembaran Negara Nomor 3040) dimaksudkan

untuk membatasi perjudian sampai lingkungan sekecil-kecilnya untuk

akhirnya menuju kepenghapusan sama sekali dari seluruh Wilayah Indonesia;

b. Bahwa berdasarkan perkembangan keadaan pada saat sekarang ini

dipandang sudah tiba waktunya untuk mengupayakan penghapusan segala

bentuk dan jenis perjudian di seluruh Wilayah Indonesia;

c. Bahwa untuk maksud tersebut dan dalam rangka mengatur tentang 75

pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban

Perjudian dipandang perlu untuk melarang pemberian izin penyelenggaraan

perjudian dalam suatu Peraturan Pemerintah7.

6

Judi Gelper yang merupakan perjudian jenis permainan bola ketangkasan dimana dalam permainan ini dibutuhkan ketangkasan dalam menebak permainan ini. (Sumber: http://www.jog/eco.id/url?sa=f&ct=j&q=judi%20gelper&source=web&cd=3&ved, akses 7Mei 2012)

7

(37)

Walaupun pemerintah sudah membuat Undang-Undang mengenai penertiban

perjudian ini tetapi masih banyak masyarakat luas yang nekat melakukan perjudian.

Seperti kasus yang terjadi di Manado yaitu:

“Lima(5) perempuan ditangkap polisi saat mereka asik bermain judi.

Kelima perempuan ini ditangkap dirumah salah satu teman mereka yang ikut dalam permainan judi tersebut, dimana rumah ini merupakan satu-satunya tempat mereka berjudi (tutur masyarakat sekitar), polisi menduga mereka bermain judi kartu remi dimana taruhan permainannya sebanyak Rp.500. Per gamenya Total taruhan di meja judi sebanyak Rp 2500. Adapun dalam permainan itu, jika seorang pemain menarik kartu jenis joker, maka pemain lain wajib menyetor Rp 500. Alasan mereka bermain judi dikarenakan keuangannya menipis karena sering kalah dalam permainan, setelah mereka tertangkap polisi mereka pun mengaku menyesal telah bermain judi dan meraka malu melihat keluarga dan tetangga

meraka”8.

Adapun kasus lainnya mengenai perjudian ibu-ibu yaitu:

“Berjudi, 5 Perempuan Ditangkap” Lima perempuan sedang asyik

bermain judi joker ditangkap Tim Anti Judi Satuan Reskrim Polres Tebing Tinggi. Tida dari empat penjudi meloloskan diri dan masih dalam pengejaran petugas, petugas langsung menggelandang tersangka Nur (59 tahun) warga BTN Kampung Lalang Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi ke Malpolres Tebing Tinggi guna proses lanjut. Tiga tersangka lainnya yang meloloskan diri adalah Sus, ibu Keling, dan Tut ketiganya adalah warga Jalan Bah Bolon kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi. Penggerebekan dilakukan petugas tima anti judi Satreskrim Polres Tebing Tinggi setelah adanya laporan warga. Awalnya, informasi dari warga itu menyebutkan di rumah salah satu seorang warga, Bul, dilokasi acap kali terjadi permainan judi. Mendapatkan laporan itu, tim Polres turun kelokasi untuk melakukan penyelidikan sekaligus penggerebekan. Dalam penggerebekan itu, dua tersangka Nur dan Muh ditangkap berikut barang bukti dua set kartu joker serta uang Rp.

75.000. “Aku hanya iseng mengikuti permainan judi kartu joker ini

8

(38)

karena tensi darah aku lagi naik. Untuk menurunkannya, aku nekat

mengikuti permainan judi ini,” imbuh Nur.9

Selain yang ada dalam kasus tersebut ibu-ibu di Desa Seibelutu Kecamatan

Sei Bamban masih banyak yang melakukan perjudian yaitu perjudian dalam bentuk

permainan Kartu Remi. Adanya judi pada ibu-ibu mengartikan bahwa pergeseran perilaku dalam aspek gender. Hal ini menggambarkan bahwa judi yang biasanya

dilakukan oleh kaum laki-laki, kini juga dilakukan oleh perempuan.

Adapun bentuk perilaku ada 2 macam, yaitu:

1. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode kelompok sosial.

Moral berasal dari kata “mores”, yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral, peraturan perilaku yang menjadi

kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menetukan pola perilaku yang

diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Jika masyarakat tersebut berperilaku atau

bertindak sesuai dengan kode kelompok sosial tersebut maka masyarakat yang berada

dalam lingkungan tersebut menjadikan masyarakat yang aman dan tentram.

2. Perilaku tak bermoral adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial.

Perilaku demikian disebabkan karena bukan ketidakpeduliannya masyarakat

akan harapan sosial melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang

adanya perasaan wajib menyusaikan diri, artinya masyarakat tersebut tidak bisa

menerima ataupun mengikuti serta mematuhi aturan-aturan yang dibuat oleh

pemerintah yang ada pada lingkungan masyarakat tersebut. Dengan demikian

9

(39)

terjadilah perilaku masyarakat yang tak bermoral yang membuat lingkungan

masyarakat tersebut tidak aman dan banyak masyarakat yang melakukan tindakan

kejahatan yang merugikan dirinya sendiri dan lingkungan tersebut contohnya: seperti

adanya perjudian.

Adanya perubahan perilaku tersebut membuat citra dan fungsi perempuan

sekarang berbeda jauh dengan peran dan fungsi perempuan tradisional dahulu. Peran

dan fungsi perempuan dahulu memiliki perilaku yang sopan, dan bersikap semestinya

perempuan seperti berada dirumah memasak dan mengurus rumah, anak serta suami.

Namun, berbeda untuk sekarang peran perempuan sudah menduduki peran yang

sangat luas, termasuk yang tidak menurut adat biarpun mereka tidak sadari.

Perempuan di jaman sekarang sudah memiliki hak dan kuasa yang sama dengan

kaum laki-laki yaitu mereka sama-sama bekerja dalam mencari uang untuk

membiayai kehidupan keluarga. Terkadang perempuan yang bekerja sedangkan

laki-laki berada di rumah mengurus rumah dan anak. Dengan adanya banyak peran dan

tuntutan yang banyak terhadap keluarga, perempuan tersebut menghadapi tekanan

jiwa dan mengalami ketegangan sehingga dengan menghilangkan rasa stress mereka

berbuat yang tidak sesuai dengan adat atau jauh dari kebudayaan mereka yang dahulu

yaitu melakukan perjudian.

Hal tersebut lah yang membuat saya tertarik dalam penelitian ini, yaitu

mengapa masih ada bentuk perjudian yang dilakukan oleh masyarakat khususnya

(40)

penertiban perjudian yang dibuat oleh pemerintah serta bagaimana tanggapan orang

disekitar mereka tentang perilaku tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi alasan ibu-ibu tersebut bermain judi?

2. Bagaimana sikap/ tindakan orang terdekat mereka tentang perilaku judi

tersebut?

1.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi ini dipilih karena di desa tersebut ada

sekelompok ibu-ibu yang gemar dalam bermain judi seperti permainan dalam bentuk

Kartu Remi.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam bagaimana

perilaku ibu-ibu tersebut dalam bermain judi khususnya permainan judi kartu remi

yang berada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban, mengkaji lebih dalam lagi

apa itu permainan judi bagi ibu-ibu tersebut dan kenapa harus permaian judi ini yang

(41)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis ataupun

teoritis. Manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi tentang permainan judi dan memberi masukan bagi mahasiswa antropologi

dan instansi yang terkait untuk dapat memperhatikan masalah judi pada kaum wanita

khususnya ibu-ibu. Sedangkan manfaat akademisnya adalah untuk menambah

wawasan pengetahuan tentang permainan judi serta menambah bahan bacaan dan

studi kepustakaan bagi ilmu-ilmu pendidikan yang bersangkutan dengan penelitian

ini.

1.5. Tinjauan Pustaka

Permainan merupakan pertunjukan atau tontonan, sementara itu menurut

beberapa ahli yang dapat disebut dengan permainan adalah:

1. Suatu kegiatan membebaskan diri dari kelebihan daya hidup

2. Dalam permainan mahluk hidup tunduk pada suatu hasrat meniru

3. Ia memuaskan akan suatu hiburan

4. Ia melakukan suatu latihan persiapan bagi kegiatan yang serius, yang

nantinya akan dituntut dirinya dalam kehidupannya

5. Permainan itu dimaksudkan sebagai latihan untuk menguasai diri

6. Hasrat untuk berkuasa

7. Hasrat untuk bersaing

8. Permainan sebagai suatu upaya yang tidak berbahaya untuk menyalurkan

(42)

Menurut Cohan perjudian sudah ada sejak jaman prasejarah. Perjudiaan

bahkan seringkali dianggap seusia dengan peradaban manusia. Dalam cerita

Mahabarata dapat diketahui bahwa Pandawa menjadi kehilangan kerajaan dan

dibuang ke hutan selama 13 tahun karena kalah dalam permainan judi melawan

Kurawa. Para penjudi primitif adalah para dukun yang membuat ramalan ke masa

depan dengan menggunakan batu, tongkat atau tulang hewan yang dilempar ke udara

dan jatuh di tanah. Biasanya yang diramal pada masa itu adalah nasib seseorang

pada masa mendatang. Pada saat itu nasib tersebut ditentukan oleh posisi jatuhnya

batu, tongkat atau tulang ketika mendarat di tanah. Dalam perkembangan

selanjutnya posisi mendarat tersebut dianggap sebagai suatu yang menarik untuk

dipertaruhkan10

Alice Hewing (dalam Stanford & Susan) mengemukakan bahwa orang-orang

Mesir kuno sangat senang bertaruh dalam suatu permainan seperti yang dimainkan

oleh anak-anak pada masa kini dimana mereka menebak jumlah jari-jari dua orang

berdasarkan angka ganjil atau genap. Orang-orang Romawi kuno menyenangi

permainan melempar koin dan lotere, yang dipelajari dari Cina. Orang Yunani Kuno

juga menggunakan hal yang sama. Selain itu, mereka juga menyenangi permainan

dadu. Pada jaman Romawi kuno permainan dadu menjadi sangat populer. Para Raja

seperti Nero dan Claudine menganggap permainan dadu sebagai bagian penting

10

(43)

dalam acara kerajaan. Namun permainan dadu menghilang bersamaan dengan

keruntuhan kerajaan Romawi, dan baru ditemukan kembali beberapa abad kemudian

di sebuah Benteng Arab bernama Hazart, semasa perang salib.

Setelah dadu diperkenalkan lagi di Eropa sekitar tahun 1100-an oleh para

bekas serdadu perang salib, permainan dadu mulai merebak lagi. Banyak kerabat

kerajaan dari Inggris dan Perancis yang kalah bermain judi ditempat yang disebut

Hazard (mungkin diambil dari nama tempat dimana dadu tersebut diketemukan

kembali). Sampai abad ke XVIII, Hazard masih tetap populer bagi para raja dan

pelancong dalam berjudi.

Pada abad ke XIV, permainan kartu juga mulai memasuki Eropa, dibawa oleh

para pelancong yang datang dari Cina. Kartu pertama yang dibuat di Eropa dibuat di

Italia dan berisi 78 gambar hasil lukisan yang sangat indah. Pada abad XV, Perancis

mengurangi jumlah kartu menjadi 56 dan mulai memproduksi kartu untuk seluruh

Eropa. Pada masa ini Ratu Inggris, Elizabeth I sudah memperkenalkan lotere guna

meningkatkan pendapatan negara untuk memperbaiki pelabuhan-pelabuhan.

Seiring dengan dilakukannya pelayaran dan perdagangan serta ditemukannya

beberapa benua baru, maka anekaragam jenis permainan judi turut serta

disebarluaskan oleh para pedagang dan pelancong. Kondisi ini semakin

memperbanyak pilihan permainan judi karena jenis permainan yang dibawa oleh

para pedagang dan pelancong tersebut sebenarnya hanya merupakan tambahan dari

(44)

keanekaragaman jenis permainan judi dan kemudahan teknik permainannya maka

perjudian dengan mudah dan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia.

Stanford Wong dan Susan Spector mengatakan bahwa kategori perjudian

berdasarkan karakteristik psikologis mayoritas para penjudi ada 5, yaitu:

- Sociable Games

DalamSociable Games, setiap orang menang atau kalah secara bersama-sama. Penjudi bertaruh di atas alat atau media yang ditentukan bukan melawan satu sama

lain. Pada perjudian jenis ini akan sering dijumpai para penjudi saling bercakap,

tertawa, ataupun tegang. Walaupun para penjudi selau ingin menang, mereka sadar

bahwa jika mereka tidak mendapatkan hal tersebut, paling tidak mereka sudah

mendapatkan kesempatan yang baik untuk mencoba permainan. Termasuk dalam

kategori ini adalah: Dadu, Baccarat11, BlackJack, Pai Gow Poker, Let It Ride,

Roulette Amerika.

- Analytical Games/ Permainan Analisis

Analytical Games sangat menarik bagi orang yang mempunyai kemampuan menganalisis data dan mampu membuat keputusan sendiri. Perjudian model ini

memerlukan riset dan sumber informasi yang cukup banyak serta kemampuan

11

(45)

menganalisis berbagai kejadian. Termasuk dalam kategori ini adalah: Pacuan Kuda,

Sports Betting(Sepakbola, Balap Mobil/Motor, dan lain-lainnya).

- Games You Can Beat

DalamGames You Can Beatpenjudi sangat kompetitif dan ingin sekali untuk menang. Penjudi juga berusaha extra keras untuk dapat menguasai permainan. Dalam

kategori ini penjudi menanganggap kemenangan diperoleh melalui permainan dengan

penuh keahlian dan strategi yang jitu serta dapat membaca strategi lawan. Penjudi

harus dapat memilih dan membuat keputusan secara tepat serta dapat membedakan

alternatif kondisi mana harus ikut bermain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

permainan judi jenis ini adalah permainan yang dirancang khusus bagi penjudi yang

hanya mementingkan kemenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah : Blackjack, Poker, Pai Gow Poker, Video Poker, Sports Betting dan Pacuan Kuda.

- Escape from Reality

Setiap orang pada dasarnya ingin sekali lain dari kenyataan. Pada permainan

Escape From Reality, para pemain yang menjalankan Slot Machine atau Video Games dalam waktu yang cukup lama akan merasa seperti terbawa ke alam lain. Permainan ini bukan hanya menyuguhkan hal-hal yang menarik tetapi juga membuat

penjudi terbuai menunggu hasil yang tidak terduga, meski penjudi pada akhirnya

selalu mengalami kekalahan. Termasuk dalam kategori ini adalah: Slot Machinesdan

(46)

- Patience Games

Bagi penjudi yang ingin santai dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan

hasil, maka Patience Games merupakan pilihan yang paling digemari. Dalam perjudian model ini para penjudi menunggu dengan sabar nomor yang mereka miliki

keluar. Bagi mereka masa-masa menunggu sama menariknya dengan masa ketika

mereka memasang taruhan, mulai bermain ataupun ketika mengakhiri permainan.

Termasuk dalam kategori ini adalah:Lottery, Keno dan Bingo12.

Menurut Kartini dalam bukunya judi buntut perjudian adalah pertaruhan

dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai,

dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada

peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak

dan belum pasti hasilnya (Kartono, 1992:56). Sedangkan Undang-undang Hukum

Pidana, mengartikan perjudian sebagai tiap-tiap permainan yang kemungkinannya

akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau

kemungkinan bertambah besar, karena permainan lebih pandai atau lebih cakap.

Menurut Hamsah:1986:154 Main judi mengandung juga segala pertaruhan tentang

keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang

turut berlomba atau pemain itu, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Menurut

Poerwadarminto:1991:50, memberi arti judi sebagai permainan dengan bertaruh

uang.

12

(47)

Dalam PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian,

perjudian dikategorikan menjadi tiga:

1. Perjudian di Kasino yang terdiri dari Roulette, Blackjack, Baccarat, Creps, Keno, Tombola, Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot), Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran). Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-Kiu.

2. Perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu ayam

pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang, lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu domba/kambing, pacu kuda, karapan

sapi, pacu anjing, kailai,mayong/macakdanerek-erek.

3. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu

sapi, adu kerbau, pacu kuda, karapan sapi, adu domba/kambing.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) tahun 1981

mengartikan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat

menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau

pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemainan.

Termasuk juga main judi adalah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau

permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain

(48)

Dalam Pasal 303 ayat (3) diatas secara detil dijelaskan dalam penjelasan Pasal

1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Antara lain adalah rolet,

poker, hwa hwe, nalo, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda

dan karapan sapi. Selain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut di atas,

masih banyak perjudian yang berkembang di masyarakat. Semisal “adu doro”, yaitu judi dengan mengadu burung merpati, dimana pemenangnya ditentukan oleh peserta

yang merpatinya atau merpati yang dijagokannya mencapai finish paling awal, dan

yang paling marak biasanya saat piala dunia. Baik di kampung, kantor dan cafe, baik

tua maupun muda, sibuk bertaruh dengan menjagokan tim favoritnya masing-masing.

Bahkan bermain catur pun kadang dijadikan judi. Sehingga benar kata orang “kalau

orang berotak judi, segala hal dapat dijadikan sarana berjudi”13.

Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu remi, domino, rolet dan dadu. Namun yang paling marak adalah judi togel (toto gelap), yaitu dengan cara menebak dua angka atau lebih. Bila tebakannya tepat maka sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus atau ribu kali lipat dari jumlah uang

yang dipertaruhkan. Judi ini mirip dengan judi buntut yang berkembang pesat pada

tahun delapan puluhan sebagai ekses. Perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa

dibedakan berdasarkan alat/sarananya, yaitu ada yang menggunakan, kartu, hewan,

mesin ketangkasan, bola, video, internet dan berbagai jenis permainan olah raga.

13

(49)

Di Jepang judi merupakan suatu bentuk hiburan yang dapat memberi

masyarakat tersebut lepas dari kebosanan dan kepenatan yang ada dalam diri mereka.

Disini ada beberapa jenis-jenis judi yang dapat digolongkan ke dalam jenis perjudian

yang dianggap sebagai penghibur atau sebagai alat hiburan:

1. Takarajuki( loterry berhadiah)

Salah satu judi yang sangat popular dan mudah ditemukan. Ada berbagai jenis

dan ragam dariLotterynamun secara umum ada 4 jenis yaitu Lotto, Scretch, Number dan Jumbo Takarajuki. Dari sekian banyak jenis Takarajuki yang ada, Jumbo Takarajuki mungkin adalah yang paling menarik karena menawarkan hadiah kemenangan yang paling heboh sampai 3 miliyar Yen (300 miliar rupiah). Namun

yang cukup unik adalah walaupun menawarkan hadiah yang menggiurkan, jumbo

takarajuki yang digelar selama 4 kali dalam setahun nyaris ditanggapi biasa-biasa saja

oleh masyarakat Jepang. Umumnya orang-orang Jepang membeli jumbo takarajuki

pada bulan desember yang kadang dianggap sebagai peruntungan akhir tahun.

Hal ini berbeda di Indonesia saat lottre keberuntungan yang mirip dengan

takarajuki yaitu SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) dilegalkan di era tahun

80-an. Setiap menjelang periode penarikan, situasi di tempat penjualan lotre selalu

ramai dan penuh sesak. Cukup beruntung karena pada akhirnya judi jenis ini

(50)

2. Keiba(Balap Kuda)

Keiba (Balap Kuda) ini merupakan sebuah judi yang tidak digemari oleh masyarakat Jepang. Judi ini hanya berlangsung setiap hari Sabtu Minggu dan hari

libur nasional saja, yang paling unik dari judi kaiba ini adalah jumlah penonton

sangat banyak sekali mirip pertandingan sepak bola. Tempat jenis judi ini mirip

dengan tempat pinik karena ditempat tersebut anak-anak, dewasa bisa masuk

kedalam dengan hanya membayar 200 Yen perorang. Di tempat ini tersedia taman

yang indah, tersedia makanan dan minuman yang enak dan terdapat

permainan-permainan.

3. Pachinko(Permainan Bola-bola)

Permainan judi dimana cara kerjanya mirip dengan permainan pinball atau

jackpot. Namun sedikit berbeda dengan permainan pinball dimana pemain selalu berusaha keras agar bola tidak sampai jatuh pada lobang namun dalam permainan

pachinko berlaku sebaliknya yaitu berusaha memasukkan sebanyak mungkin bola

ke lobangnya. Jadi kemenangan sangat ditentukan oleh “keterampilan atau ketangkasan” dalam memasukkan bola ke lobangnya serta kemampuan menebak

gambar game animasi yang ditampilkan untuk menetukan kemenangan

(51)

4. Kyotei(Balap Perahu)

Sebuah perlombaan perahu boat dengan mesin jet (Bout Race). Jenis judi ini kurang begitu popular dibandingkan dengan balap kuda. Judi jenis ini sangan

digemari oleh penduduk di daerah pesisir , sekitar danau, pelabuhan dan

sejenisnya mungkin karena berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang

berhubungan dengan boat dan perahu. Kalah menangnya permainan tergantung

kepada skill dan dukungan team mekaniknya.

5. Keirin(Balap Sepeda)

Keirin adalah perlombaan balap sepeda. Arena balapan menggunakan arena berbentuk melingkar dengan kemiringan lintasannya cukup ekstrim yaitu sisi

lintasan terluar dibuat lebih tinggi dari lintasan sisi dalam, jadi pengendara tetap

bisa memacu sepedanya tanpa harus menurunkan kecepatannya pada setiap

tikungan. Ada juga jenis judi di Jepang yang sangat dilarang oleh pemerintah

Jepang dimana jika masyarakatnya ketahuan bermain judi jenis ini akan berurusan

dengan hokum. Jenis judi ini adalah judi Kartu. Dadu, Mahjon tetapi dalam

jumlah yang terbatas14.

14

(52)

Seiring dengan semua ini judi baik di negara mana pun tidak ada yang salah

karena mungkin itu merupakan suatu kebudayaan yang mereka miliki. Tetapi

sebaliknya bermain judi selalu digemari dan dimainkan oleh kaum laki-laki dan

jarang sekali dimainkan oleh kaum perempuan sehingga dengan demikian peran

perempuan harus mengikuti sesuai dengan aturan-aturan budaya yang dimiliki

oleh mereka. Sehingga peran sosial ditujukan pada aturan-aturan budaya

bagaimana seseorang dengan tipe tertentu harus berlaku. Peran menetapkan

tentang hal yang diharapkan atau paling tidak tentang perilaku, yang layak

dilakukan. Dan sebagian besar peran yang terpenting berkaitan dengan jenis

kelamin. Terdapat kode perilaku yang berbeda untuk anak laki-laki dan anak

perempuan. Perilaku tidak semata-mata ditentukan oleh kecenderungan biologis

atau ciri-ciri kepribadian yang dipelajari.

Telah sering dikemukakan bahwa tidak terdapat hubungan langsung dan

sederhana diantara keterlibatan wanita pada kegiatan di luar rumahtangga atau

masyarakat luas dengan kedudukan mereka ataupun kekuasaan di dalam maupun

di luar rumahtangga (Stoler dan Rogers, 1977:39-40 ). Rogers menyatakan bahwa

untuk mengerti sebaik-baiknya kedudukan wanita (Women’s Place) dalam kebudayaan tertentu adalah dengan mempelajari hubungan antara kedua grup

jenis kelamin yang berbeda yaitu pria dan wanita, untuk ini Rogers

mengembangkan dua macam pola hubungan yaitu:

1. Hubungan antara pria dan wanita dapat ditelaah dalam arti distribusi

(53)

menguasai sumber-sumber yang berharga (tanah, tenaga kerja bahan makanan, uang,

keterampilan, informasi dan sebagainya sesuai dengan kebudayaan masing-masing )

2. Hubungan secara konsepsional antara pria dan wanita atau sikap dari perbedaan

jenis kelamin dapat dipelajari dengan menganalisa ada atau tidak adanya diferensiasi

dalam perilaku dan diferensiai dalam ideologi.

Sistem nilai budaya yang sudah berpola merupakan gambaran sikap, pikiran

dan tingkah laku anggota/ warga yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan

dalam hidup bermasyarakat. Setiap anggota/ warga masyarakat yang menyusaikan

diri dengan sistem nilai budaya mereka yang sudah berpola adalah produk budaya

hasil pengalaman hidup yang berlangsung secara terus-menerus, terbiasa yang

akhirnya disepakati bersama sebagai pedoman hidup mereka, dan sebagai identitas

kelompok masyarakat.

Apabila sistem nilai budaya mengalami perubahan, akan terjadi perubahan

sikap mental, dan pola tingkah laku anggota/ warga masyarakat dalam berbagai aspek

nilai kehidupan. Perubahan sistem nilai budaya dapat berakibat negatif dari

perubahan sistem nilai budaya yang disebut “masalah kemanusiaan”. Contoh nilai

perubahan kehidupan yang banyak terjadi dan dapat dijumpai pada masyarakat adalah

Perjudian. Adapun bentuk-bentuk kartu yang dijadikan untuk berjudi adalah sebagai

(54)

- Kartu Tarot

Kartu Tarot berasal dari Italia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan (Trionfi: berjaya atau menang,

triumph). Sebanyak 28 dokumen tertanggal 1442-1463 mencantumkan permainan kartu bernamaTrionfi. Kartu-kartuTrionfitersebut pun masih dapat dijumpai saat ini. Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, namaTrionfiberubah menjadiTarocchi.

Kepopuleran kartu Tarot diperkirakan bermula sejak Antoine Court de

Gebelin menerbitkan sebuah buku pada tahun 178115. Buku tersebut menyatakan

bahwa pendeta-pendeta Mesir kuno telah melukis kartu Tarot berdasarkan Buku Thoth. Mereka kemudian membawa gambar-gambar tersebut ke Roma untuk dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon,

Prancis pada abad ke-14. Penjelasan Court de Gebelin dianggap tidak akurat karena

tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah dan ditulis sebelum Champollion

menerjemahkan bahasa Mesir kuno,Hieroglif(Hieroglyph).

Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang

permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan

Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang. Hak eksklusif

tersebut tidaklah berlangsung lama. Pada akhir abad ke-14 seorang penceramah dari

Swiss, Johannes von Rheinfelden, secara tiba-tiba menyerang perjudian dan

permainan kartu. Tractus de moribus et disciplina humanae conversationis

15

(55)

diterbitkan di tahun 1370 (Beberapa ahli menyatakan 1377)16. Sebagai akibat dari

pernyataan ini, John I dari Castile, pemerintah Firenze dan Basel secara bersamaan

menerbitkan larangan bermain kartu. Beberapa tempat seperti Regensburg danDuchy of Brabant pun menerbitkan larangan serupa di tahun 1379. Bernard Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan.

Tarot-tarot tertua saat ini dibuat pada awal sampai pertengahan abad ke XV.

Ketiga set kartu tersebut adalah milik keluarga Visconti, keluarga yang paling

berkuasa di Milan pada saat itu. Kartu-kartu tersebut dilukis untuk merayakan

perkawinan antara keluarga Visconti dan Sforza, kemungkinan besar oleh Bonifacio

Bembo dan pelukis-pelukis miniatur dari Ferrara. 35 kartu disimpan di Perpustakaan

Pierpont Morgan, 26 kartu di Accademia Carrara, 13 kartu di Casa Colleoni, dan 4 kartu (Devil, Tower, Three of Swords, dan Knight of Coins) tidak dapat ditemukan,

atau mungkin tidak pernah dibuat. Set kartu 'Visconti-Sforza' ini direproduksi secara

meluas. Dalam set tersebut, Minor Arcana (kartu-kartu Pedang, Tongkat, Koin dan

Cawan) dan Major Arcana digabungkan untuk merefleksikan ikonografi

konvensional pada saat itu.

- Kartu Remi

Kartu permainan (Playing Cards), atau lebih dikenal dengan kartu remi, yaitu sekumpulan kartuseukuran tanganyang digunakan untuk permainan kartu. Kartu ini

sering juga digunakan untuk hal-hal lain, seperti sulap, enkripsi, permainan papan,

16

(56)

dan pembuatan rumah kartu. Kata “Remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah

satu permainan kartu. Ada 1001 macam permainan kartu. Setiap negara, bahkan

wilayah suatu negara, memiliki jenis permainannya sendiri.

Di Indonesia, akrab dengan istilah permainan 41, Remi, Cangkulan, sebagainya. Namun yang populer di banyak negara misalnya Poker, Canasta,

Blackjack, Casino, Solitaire dan Bridge dengan jumlah pemain yang bisa berbeda-beda. Solitaire dan bridge barangkali lebih familiar ketimbang yang lain. Solitaire

yang sudah dimainkan orang sejak ratusan tahun lalu dan banyak jenisnya itu

dimainkan sendirian, terutama untuk mengisi waktu luang. Sedangkan bridge yang

harus dimainkan oleh 4 orang biasanya berpasangan, bahkan menjadi salah satu

nomor andalan bagi tim Indonesia dalam dunia olahraga untuk meraih kemenangan

dalam suatuturnamenbridge internasional. Seperti kita kenal sekarang, satu pak kartu

remi berisi52lembar, dibagi menjadi 4suitatau jenis kartu(Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu (dari As, 2, 3, sampai King). Plus kartu tambahan berupa dua kartujoker,hitamdanmerah.

Kapan dan siapa penemu kartu remi tidak diketahui secara pasti, diduga

embrionya berasal dari daratan Cina atau Hindustan (India) sekitar tahun 800.

Bagaimana ceritanya sampai bisa masuk ke Eropa pun agak samar-samar, mungkin

(57)

permainan kartu ini datang dari Timur, Mesir, atau Arab dan muncul di Italia

kira-kira akhir tahun1200-an. Setelah itu menyebar ke Jerman,Perancis, danSpanyol17.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

etnografi. Dimana Spradley (1997) menjelaskan bahwa yang menjadi ciri khas

metode etnografi adalah bersifat Holistic-Integratif (saling berkaitan dan menyatu),

Thick Description (pendeskripsian yang mendalam, dan analisis kualitatif untuk mendapatkan Native’s Point of View (sudut pandang dari masyarakat yang diteliti). Di sini masyarakat yang akan diteliti adalah masyarakat yang pro-kontra serta

pelakunya.

Hasil penelitian akan memaparkan tentang judi pada ibu-ibu. Metode

etnografi digunakan agar mampu menghasilkan data-data deskriptif yang mendukung

kajian penelitian. Dengan demikian penelitian ini dapat dideskripsikan sesuai dengan

kajian ilmu antropologi.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam mencari data di lapangan

adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Melakukan pengamatan adalah teknik yang pertama kali dilakukan oleh peneliti

guana mencari tahu terlebih dahulu bagaimana kegiatan masyarakat yang diteliti.

17

(58)

Observasi ini dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran penuh mengenai

permainan judi yang dilakukan oleh ibu-ibu pada masyarakat Desa Seibelutu. Dalam

melakukan observasi, peneliti mengamati secara langsung apa-apa saja yang mereka

lakukan dalam aktivitas mereka masing-masing.

2. Hidup Bersama Masyarakat Tineliti

Untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan akurat, peneliti akan tinggal dengan

masyarakat tineliti (masyarakat yang diteliti). Peneliti akan tinggal bersama dengan

beberapa keluarga yang ibu-ibunya suka bermain judi. Teknik ini dilakukan untuk

mendukung penulisan etnografi yang “holistik” ataupun saling berkaitan antar unsur

dalam suatu kebudayaan yang menjadi metode dalam penelitian ini. Selain untuk

mendukung metode penelitian, hidup bersama masyarakat tineliti juga akan

memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang menjadi fokus penelitian.

3. Wawancara

Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

sambil lalu dan wawancara mendalam. Wawancara sambil lalu dilakukan peneliti saat

observasi pertama kali datang kelapangan, dan ini bermanfaat untuk menambah data

yang diperoleh dari wawancara mendalam. Lalu peneliti menggunakan teknik

wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan. Wawancara mendalam

(Indepth Interview) digunakan untuk memperoleh data mengenai judi dan interview guide sebagai acuannya. Ketika melakukan wawancara peneliti menggunakan alat

Gambar

TABELHALAMAN
TABELHALAMAN
Tabel:
Tabel: Sarana Ibadah
+6

Referensi

Dokumen terkait

yang ada. Penggunaan bahan dan warna pada lantai, din- ding, plafon dan perabot dipilih berdasarkan karak- teristik dari bahan dan warna yang sesuai untuk

Script yang digunakan untuk program game kuis ini adalah action script 2.0. yang sudah tersedia

Permasalahan skripsi ini adalah hubungan hukum dan tanggung jawab antara penerbit dan pemegang BNI Card dan penjual dalam transaksi jual beli, dan akibat dari transaksi

11 IS.H4.L1.S1.P11 Inovasi Sains Lokal 1 Pagi SAFNI MIPA Pemanfaatan Sinar Matahari dalam Pengolahan Limbah Zat Warna Industri Tenun Silungkang dengan Penambahan

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Rizky Amalia Wardhani, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas

Dengan demikian, mungkin maksud frasa kepemilikan saham dan/atau keterlibatan langsung dalam manajemen BUMN tersebut dalam pertimbangan hukum MK tersebut adalah

"Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

Berdasarkan hasil in i dapat disimpulkan bahwa extended family tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Kijang Innova. Berdasarkan hasil