• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Listrik Rumah Tangga Di Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Listrik Rumah Tangga Di Kota Medan."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA

MEDAN

Diajukan Oleh

NAMA : CITRA ISMAYANI NIM : 050523004

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

This paper titles ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN”.

In this research will be studied how the relation between the prise of electric, human populations, and the people income per capita with electric demend in Medan city. To know its relation we use simple regression fungtion with ordinary least square. The regression use electric, human populations, and people income per capita as independent variable and electric demand as dependent variable. This research also use time series with fifteen years from 1992 to 2006.

From the regression we can fine that thirth of indevendent variable (price of electric, increasing people development, and income per capita) have significant influence to electric demand in Medan city. The influence shows positive relation. It means that if electric price increases, the electric demand will be increasing too because how much the price of electric, people will buy it. So with the people income and human development increases.

Based on condition, we hope the electric stay on good quality with standart price so that it can be reached by household, business, manufacture, etc. Besides it, the supply of electric is expected to increase continuously to face the increasing of electric demand by making the substitution thing of electric, using the other kinds of energy, or the other ways.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah membantu dalam memberikan bimbingannya mulai dari awal pengerjaan sampai selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rujiman MA sebagai dosen penguji I. 5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, MSi selaku dosen penguji II.

6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik penulis selama menjalani perkuliahan.

7. Pimpinan dan seluruh staf Administrasi PT. PLN (Persero) cabang Medan yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian.

8. Orang tua tercinta yaitu Bapak Ishar dan Ibu Sumarni yang telah mendidik, mengasihi dan mendukung di dalam moril maupun spiritual dan financial selama menjalani perkuliahan hingga penyelasaian kuliah ini. “Selalu doakan

(4)

Wulan dan Bang Denny (Ci tunggu adek babynya;-)), Tiara, dan Canggih (jangan sia-siakan waktu yang ada ya dek,Ok).

9. Teman-teman tercinta Kak Lindut, Mirtod, Sasa dan afnare yang telah memberikan saran dan dukungan, serta teman-teman EP stambuk ’05 Ekstesion yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2008 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Hipotesis ... 5

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1. Sumber Daya Energi ... 7

2.1.2. Jenis Sumber Daya Energi ... 7

2.1.3. Kelangkaan Sumber Daya Energi ... 8

2.1.4. Peranan Listrik dalam Pembangunan ... 9

2.2. Teori Permintaan 2.2.1. Hukum Permintaan... 11

2.2.2. Skedul Permintaan (Demand Schedule) ... 12

2.2.3. Kurva Permintaan ... 13

2.2.4. Fungsi Permintaan ... 13

(6)

2.3. Elastisitas Permintaan

2.3.1. Pengertian Elastisitas Permintaan ... 18

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan ... 19

2.4. Pendapatan Perkapita ... 20

2.5. Tarif listrik... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 25

3.2. Jenis dan Sumber data ... 25

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4. Pengolahan Data ... 26

3.5. Model Analisis Data ... 26

3.6. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) ... 27

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi klasik ... 28

3.8. Definisi Operasional ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 30

4.1.1. Kondisi Geografis Pemerintahan kota Medan ... 30

4.1.2. Perkembangan Penduduk ... 31

4.1.3. Pendapatan Perkapita ... 33

(7)

4.2.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah II

Cabang Medan ... 36

4.3. Perkembangan Kelistrikan di Pemerintahan kota Medan 4.3.1. Perkembangan Produksi Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara ... 37

4.3.2. Perkembangan Jumlah Tenaga Listrik yang Disalurkan oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan .. 38

4.3.3. Perkembangan Penjualan Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan ... 40

4.3.4. Perkembangan Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan ... 41

4.3.5. Perkembangan Tarif Listrik yang Ditetapkan oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan ... 42

4.4. Analisa Model Regresi Berganda ... 44

4.4.1. Koefisien Determinasi ... 45

4.4.2. Uji t-statistik ... 47

4.4.3. Uji F-statistik ... 50

4.4.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 54

5.2. Saran-saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Skedul Permintaan Barang X

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk (dalam jiwa) Kota Medan Tahun 1992-2006

Tabel 4.2 Perkembangan PDRB Perkapita ADH konstan dan Jumlah Penduduk Tahun 1992-2006

Tabel 4.3 Produksi Energi Listrik PT. PLN (Persero) kota Medan Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Listrik yang Disalurkan oleh

PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006 Tabel 4.5 Penjualan Energi Listrik oleh PT. PLN (Persero)

Cabang Medan Tahun 1992-2006

Tabel 4.6 Pendapatan Energi Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006

Tabel 4.7 Tarif Listrik Rumah tangga PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kurva Permintaan

Gambar 2 Pergeseran Kurva Permintaan

Gambar 3 Kurva Pengujian Pendapatan perkapita Gambar 4 Kurva Pengujian Jumlah Penduduk Gambar 5 Kurva Pengujian Tarif Listrik

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Bambang, 1994, Profil dan anatomi hasil PembangunanDua Puluh Lima Tahun, Penerbit PT. Gramedia Pustaka utama, Jakarta.

Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, 1997, Hasil-hasil Lokakarya Konservasi Energi, jakarta.

Rahardja, Prathama, Mandala Manurung, 2002, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar,Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi, Jakarta.

Nuraini, Ida, 2005, Pengantar Ekonomi Mikro,Edisi I, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Subri, Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi I, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Teguh, 1999, Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Reksohadiprojo, Sukanto, 1994, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi, BPFE UGM, Yoggyakarta.

Kadir, Abdul, 1987, Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, Potensi Ekonomi,UI Press, Jakarta.

Nachrowi, D Nachrowi, MSc., MPhil., AppSc., PhD dan Hardius Usman, SSi., MSi., 2006, Pendekatan Populer dan Prakis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan keuangan, LPUI, Jakarta.

(11)

___________ , Statistik Kelistrikan Tahun 1992-2006, PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara.

___________ , Perhitungan Pendapatan Perkapita Kota Medan Tahun 1992-2006, Badan Pusat Statistik.

(12)

ABSTRACT

This paper titles ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN”.

In this research will be studied how the relation between the prise of electric, human populations, and the people income per capita with electric demend in Medan city. To know its relation we use simple regression fungtion with ordinary least square. The regression use electric, human populations, and people income per capita as independent variable and electric demand as dependent variable. This research also use time series with fifteen years from 1992 to 2006.

From the regression we can fine that thirth of indevendent variable (price of electric, increasing people development, and income per capita) have significant influence to electric demand in Medan city. The influence shows positive relation. It means that if electric price increases, the electric demand will be increasing too because how much the price of electric, people will buy it. So with the people income and human development increases.

Based on condition, we hope the electric stay on good quality with standart price so that it can be reached by household, business, manufacture, etc. Besides it, the supply of electric is expected to increase continuously to face the increasing of electric demand by making the substitution thing of electric, using the other kinds of energy, or the other ways.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses yang terus-menerus dilaksanakan melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala aspek. Salah satu aspek yang amat penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi itu pada dasarnya meliputi usaha masyarakat keseluruhan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat.

Proses pembangunan itu sendiri pastinya tidak berjalan dengan sendirinya akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi jalannya roda pembangunan tersebut adalah tenaga listrik. Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, tenaga listrik sebagai bagian dari cabang produksi penting bagi negara dan sangat menunjang upaya tersebut. Sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hidup orang banyak, tenaga listrik digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

(14)

pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga listrik lagi. Di samping itu tersedianya tenaga listrik yang merata dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat mensejahterahkan seluruh lapisan masyarakat.

Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap oleh konsumen (energi final), tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional. Dengan demikian, pembangunan ketenagalistrikan akan memperoleh prioritas yang tinggi merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional, sehingga diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan tahapan pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahapan pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam peningkatan ekonomi.

(15)

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan tanaga listrik di Indonesia, baik untuk peningkatan penyediaan, pelayanan, maupun untuk pengelolaannya dihadapi beberapa masalah dan kendala, antara lain adalah besarnya jumlah penduduk yang bermukim di daerah pedesaan secara tersebar mengakibatkan rendahnya kepadatan beban sehingga biaya penyaluran tenaga listrik per KWh menjadi mahal, kondisi geografis yang terdiri dari kepulauan membatasi kemungkinan pelaksanaan interkoneksi sistem ketenagalistrikan sehingga upaya peningkatan skala ekonomi, efisiensi dan keandalan melalui interkoneksi sistem ketenagalistrikan terbatas, dan letak sumber daya energi yang umumnya jauh dari pusat beban sehingga memerlukan biaya transportasi energi listrik yang cukup tinggi.

Sementara itu, mengingat bahwa tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, harga tenaga listrik harus diupayakan agar terjangkau oleh masyarakat luas. Khusus bagi para investor dan pengusaha, harga tenaga listrik harus dapat membantu meningkatkan daya saing hasil-hasil produksi dalam negeri.

Pengamatan menunjukkan pemakaian listrik di Indonesia terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah pemakaian tenaga listrik tersebut terutama disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Pemakaian tenaga listrik perkapita yang terus meningkat sebagai akibat tingkat hidup yang lebih baik.

(16)

3. Peningkatan produktivitas berbagai usaha yang pada akhirnya mempergunakan peralatan listrik yang lebih banyak dan memerlukan tenaga listrik.

4. Sifat pemakaian tenaga listrik yang lebih praktis, lebih mudah dipakai , karena itu tingkat pemakaiannya sebagai sarana kehidupan terus meningkat menggantikan berbagai jenis energi lainnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, di kota Medan kebutuhan akan tenaga listrik ini terus mengalami peningkatan mengingat kota Medan kini telah menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia. Kebutuhan akan listrik yang meningkat ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam penggunaan tenaga listrik baik oleh rumah tangga, industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Besarnya tingkat penggunaan tenaga listrik ini menimbulkan semakin menipisnya pasokan penyediaan listrik oleh pihak PLN mengingat lagi pembangkit listrik wilayah Sumatera Utara mengalami kerusakan karena mesin-mesin pembangkit listrik ynag semakin menua dan memerlukan pembangunan pembanglit listrik sesegera mungkin.

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap perubahan permintaan tenaga listrik di kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh perubahan jumlah penduduk terhadap perubahan permintaan tenaga listrik di kota Medan?

3. Bagaimana pengaruh perubahan tarif listrik terhadap permintaan tenaga listrik di kota Medan?

1.3. Hipotesis

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesanya adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga listrik di kota Medan, ceteris paribus.

b. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga listrik di kota Medan, ceteris paribus.

(18)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan tenaga listrik di kota Medan.

2. Untuk mengetahui perkembangan permintaan tenaga listrik dari tahun ke tahun.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga listrik di kota Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan yang berkaitan dengan ketenagalistrikan di kota Medan.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi

Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. Sumber daya alam dan energi bisa meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan.

Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium, sumber daya alam energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir, mekanis, dan panas.

2.1.2 Jenis Sumber Daya Energi

Menurut Sukanto (1994:6), jenis-jenis sumber daya energi dapat dibedakan atas dua yaitu :

a. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui

(20)

b. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui

Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai. Misalnya : minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.

2.1.3 Kelangkaan Sumber Daya Energi

Makin menipisnya sumber daya energi menimbulkan kekhawatiran tidak lancarnya perekonomian. William Jevons dalam The Coal Question (1865) mengungkapkan kembali kekhawatiran Malthus. Dengan menganalogikan industri sebagai penduduk dan batu bara sebagai makanan dalam teori Malthus, Jevons khawatir kenaikan harga batu bara akan menghilangkan daya saing di pasar barang. Begitu juga isu-isu untuk jenis-jenis sumber daya energi lain, meskipun kecenderungan sumber daya energi tersebut ada yang segera dapat diatasi pada periode berikutnya sejalan dengan berkembangnya teknologi.

(21)

Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi dalam segala bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam berproduksi.

2.1.4 Peranan Listrik dalam Pembangunan

Tenaga listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya dalam mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya tenaga listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta harga yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain. Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga listrik. Disamping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

(22)

berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi.

Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahap pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahtaraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi.

Listrik menbawa peranan penting dalam pembangunan, bahkan tingkat pemakaian listrik telah menjadi salah satu ukuran bagi perkembangan dan kemajuan suatu negara. Aspek-aspek kehidupan manusia dalam masyarakat telah banyak dikuasai oleh listrik, mulai dari kehidupan yang paling kecil sampai kepada yang besar sekalipun.

Bagaimana pentingnya peranan listrik dapat ditinjau dari penggunaannya untuk beberapa bidang antara lain: bidang produksi seperti: industri dan pabrik, bidang penelitian dan riset, bidang pertahanan dan keamanan, bidang komunikasi dan mass-media, bidang rumah tangga, dan lain sebagainya.

(23)

2.2Teori Permintaan 2.2.1 Hukum Permintaan

Dalam prakteknya, permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang-barang lain (barang subtitusi atau barang komplementer).

c. Pendapatan perkapita masyarakat. d. Selera masyarakat.

e. Jumlah penduduk. f. Ekspektasi masa depan.

Dalam analisa ekonomi, permintaan terhadap suatu barang atau jasa terutama dipengaruhi oleh harga barang atau jasa itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam teori permintaan yang akan dianalisa adalah hubungan antara permintaan suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus).

(24)

2.2.2 Skedul Permintaan (Demand Schedule)

Cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harganya dapat dilakukan dengan membuat skedul permintaan. Skedul permintaan merupakan tabulasi angka-angka yang menunjukkan jumlah barang atau jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga. Contoh skedul permintaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Skedul Permintaan Barang X

Harga Barang X Jumlah yang diminta

A Rp. 9,- 1

B Rp. 8,- 2

C Rp. 7,- 3

D Rp. 6,- 4

E Rp. 5,- 5

F Rp. 4,- 6

(25)

2.2.3 Kurva Permintaan

Cara lain untuk menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta adalah dengan menggunakan kurva permintaan. Data-data dari tabel 2 di atas dapat digambarkan dalam sebuah kurva permintaan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kemiringan kurva permintaan adalah negatif, artinya bahwa hubungan antara harga barang X dan jumlah barang X yang diminta adalah berlawanan arah. Jadi, jika harga barang X turun maka jumlah barang X yang diminta akan bertambah, dan sebaliknya jika harga barang X naik maka jumlah barang X yang diminta akan berkurang.

2.2.4 Fungsi Permintaan

Selain skedul permintaan dan kurva permintaan, hubungan antara harga dan jumlah barang dapat diterangkan melalui sebuah fungsi permintaan. Fungsi permintaan pada dasarnya menunjukkan hubungan secara matematis antara harga

0

Jum lah barang X yang dim inta

(26)

dan jumlah barang yang diminta. Jika dalam kurva permintaan di atas kita hanya dapat menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta (dalam suatu kurva), maka dalam fungsi permintaan kita dapat menggambarkan hubungan antara harga dengan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta, seperti pendapatan konsumen, harga barang lain, jumlah penduduk, dan lain sebagainya. Bentuk fungsi permintaan yang sederhana dapat dituliskan sebagai berikut:

Qd = f(Px)

Dimana: Qdx = jumlah barang X yang diminta. Px = harga barang X.

Fungsi diatas dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya jumlah barang X yang diminta akan tergantung dari harga barang itu sendiri (asumsi ceteris paribus). Dalam prakteknya, hal-hal yang dianggap tetap atau ceteris paribus justru mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah barang yang diminta. Oleh karena itu dapat kita tuliskan perluasan fungsi permintaan tersebut menjadi:

Qdx = f(Px, Py, Y, T, P, R) Dimana :

Qdx = jumlah barang X yang diminta Px = harga barang X

Py = harga barang lain (barang substitusi, barang komplementer) Y = pendapatan masyarakat

(27)

a. Harga barang-barang lain

permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya, seperti barang-barang pengganti (substitusi) dan barang-barang pelengkap (komplementer).

Naik turunnya harga barang pengganti (substitusi) dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikannya. Demikian pula dengan barang yang saling melengkapi (komplementer). Barang komplementer atau barang pelengkap yaitu barang yang memberikan manfaat penuh apabila digunakan bersama-sama dengan barang lainnya.

b. Pendapatan masyarakat

pendapatan masyarakat (sebagai pembeli) merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan permintaan terhadap berbagai jenis barang, berbagai jenis barang tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu barang normal dan barang inferior. Barang normal yaitu barang yang mengalami kenaikan permintaannya apabila terjadi kenaikan dalam pendapatan konsumen, sedangkan barang inferior yaitu barang yang permintaannya mengalami penurunan jika terjadi kenaikan dalam pendapatan konsumen.

c. Selera masyarakat

(28)

kesehatan), sehingga permintaan terhadap barang konsumsi tersebut akan berkurang.

d. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk yang jelas akan menambah jumlah barang yang dikonsumsi, akan tetapi proporsinya akan sangat tergantung pada pertambahan dalam kesempatan kerja. Apabila pertambahan penduduk diiringi pertambahan dalam kesempatan kerja, maka akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan, sehingga daya beli masyarakat akan meningkat. Meningkatnya daya beli masyarakat berarti akan meningkatkan permintaan terhadap barang atau jasa.

e. Ramalan Masa Depan

Perubahan yang diramalkan akan terjadi dimasa mendatang akan dapat mempengaruhi permintaan. Jika para konsumen meramalkan akan terjadi kenaikan harga-harga barang dimasa yang akan datang, maka pada sekarang konsumen akan melakukan pembelian yang lebih banyak terhadap barang-barang yang akan mengalami kenaikan harga tersebut.

2.2.5 Pergeseran Kurva Permintaan

(29)

kurva permintaan ke kiri menunjukkan berkurangnya permintaan. Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2

Pergeseran Kurva Permintaan

Pada gambar diatas ditunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan, yaitu dari D1 bergeser ke Dx1, yang berarti adanya pertambahan dalam

permintaan barang x tersebut belum tentu disebabkan oleh turunnya harga barang X itu sendiri, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor di luar harga barang itu sendiri. Seperti pergeseran titik A pada A1 pada

kurva permintaan Dx1

- Bertambah kuatnya selera atau keinginan masyarakat.

, yaitu pada harga Rp, 9,-permintaan bertambah dari 1 menjadi 4, walaupun harga tidak berubah. Jadi perubahan dapat bertambah atau berkurang walaupun harga barang itu sendiri tetap. Hal ini berarti perubahan permintaan tersebut dapat disebabkan oleh:

- Meningkatnya pendapatan masyarakat.

- Naiknya harga barang lain (barang substitusi).

0

Jum lah barang X yang dim inta

(30)

2.3 Elastisitas Permintaan

2.3.1 Pengertian Elastisitas Permintaan

Berdasarkan hukum permintaan “ jika harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik”; artinya, ada tanggapan (respon) jumlah yang diminta terhadap penurunan harga. Tanggapan ini berbeda pada tiap masing-masing benda. Salah satu sebab dari ketanggapan (responsiveness) permintaan terhadap perubahan harga ialah ada tidaknya barang subtitusinya. Jadi elastisitas permintaan mengukur perubahan relative dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan pendapatan), ceteris paribus.

Elastisitas permintaan dapat diukur dengan rumus:

1

Rumus ini berlaku antara dua tingkat harga yang tidak jauh jaraknya. Besarnya elastisitas selalu terdapat antara dua batas yaitu elastisitas tak terhingga, yang digambarkan dengan kurva permintaan yang lurus horinzontal, dan elastisitas = 0 (nol) yang digambarkan dengan kurva permintaan yang vertikal.

Elastisitas ini dapat diukur dengan cara sebagai berikut:

- Jika elastisitas > 1, maka apabila harga turun, permintaan akan barang tersebut akan meningkat,dan sebaliknya.

(31)

- Jika elastisitas = 1, maka apabila harga naik ataupun turun, permintaan akan barang tersebut tetap.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Elastisitas Permintaan.

Permintaan terhadap berbagai macam barang atau jasa akan berbeda-beda tingkat elastisitasnya. Hal-hal yang mempengaruhi antara lain:

• Tingkat kemudahan barang yang bersangkutan untuk digantikan oleh barang

yang lain.

Dalam perekonomian, jika suatu barang tertentu banyak barang penggantinya maka permintaan terhadap barang tersebut cenderung bersifat elastis, artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja terhadap harga barang tersebut akan menimbulkan perubahan yang sangat besar terhadap jumlah barang, karena konsumen akan cepat beralih terhadap barang penggantinya. Dan sebaliknya permintaan terhadap barang yang tidak banyak penggantinya akan cenderung bersifat inelastis.

• Besarnya proporsi pendapatan yang digunakan.

Jika konsumen menganggarkan pendapatannya dengan proporsi yang besar untuk membeli suatu jenis barang, maka permintaan terhadap barang tersebut akan semakin elastis.

• Jangka waktu analisa.

(32)

barang tertentu akan semakin tidak elastis. Dan sebaliknya semakin panjang jangka waktu analisa maka semakin banyak perubahan-perubahan yang diketahui konsumen sehingga permintaan terhadap suatu barang akan semakin elastis.

• Jenis barang.

Jenis barang yang dimaksud adalah jenis barang kebutuhan pokok atau barang mewah atau barang normal. Untuk jenis barang mewah, permintaannya cenderung bersifat elastis (perubahan harga sedikit saja akan diikuti oleh perubahan kuantitas yang diminta dalam jumlah banyak). Tetapi untuk barang-barang kebutuhan pokok, permintaannya cenderung bersifat inelastis (perubahan harga tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan jumlah yang diminta).

2.4 Pendapatan Perkapita

Pada umumnya untukmengetahui laju pembangunan ekonomi suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat perlu diketahui tingkat pertambahan pendapatan nasional dan besarnya pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan nasional akan menentukan besarnya pendapatan perkapita.

(33)

perkapita mengalami penurunan. Untuk mempertahankan tingkat pendapatan perkapita atau tingkat kesejahteraan relatif perlu dicapai tingkat pertambahan pendapatan nasional yang sama dengan tingkat pertambahan penduduk.

Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita itu sendiri akan naik apabila produktivitas perkapita mengalami kenaikan. Untuk menaikkan produktivitas perkapita berarti perlu harus adanya perubahan struktur ekonomi, struktur produksi, teknik produksi, serta masyarakat statis berkembang menjadi masyarakat dinamis. Jadi untuk mengetahui lajunya pembangunan tidak cukup dengan melihat dari segi pendapatan perkapitanya saja, akan tetapi harus diikuti dengan perubahan dalam struktur ekonomi dan struktur masyarakatnya. Dengan kata lain pembangunan ekonomi baru dikatakan ada kemajuan apabila pendapatan nasional atau pendapatan perkapita naik diikuti dengan perubahan struktur ekonomi, teknik produksi, adanya modernisasi, dan masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat yang dinamis yang berpikir rasional ekonomi dalam setiap tindakan-tindakannya.

(34)

beberapa faktor ekonomis dan non-ekonomis dalam pembangunan. Faktor-faktor ekonomis dan non-ekonomis yang mempengaruhi produktivitas adalah:

1. Jumlah dan mutu faktor produksi yang terbatas. Semakin banyak jumlah dan semakin baik mutu modal, tenaga kerja, alam, dan skill yang dimiliki oleh suatu negara, produktivitasnya akan semakin besar.

2. Alokasi dari sumber-sumber. Artinya, perimbangan-perimbangan cara pemakaian faktor-faktor produksi diantara berbagai faktor ekonomi dalam masyarakat bersangkutan dan kombinasi faktor-faktor tersebut dalam sektor ekonomi yang bersangkutan.

3. distribusi pendapatan yang adil. Artinya, adanya distribusi pendapatan yang adil akan mendorong semangat kerja dan apabila semangat kerja meningkat otomotis produktivitas pun akan naik.

(35)

2.5 Tarif Listrik

Besarnya tarif listrik ataupun harga jual tenaga listrik bagi tenaga listrik yang dihasilkan oleh Pemegang Kuasa Usaha Kelistrikan (dalam hal ini adalah PLN) dan Pemegang Izin Usaha Kelistrikan untuk Kepentingan Umum, yang dijual untuk kepentingan umum, ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini mengingat bahwa tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, sehingga tarif (tenaga) listrik harus diupayakan agar terjangkaunya oleh masyarakat luas. Di samping itu, tarif listrik juga harus dapat membantu meningkatkan daya saing hasil-hasil produksi di dalam negeri.

Tarif listrik PLN didasarkan pada suatu Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku untuk seluruh wilayah kerja PLN. Dalam perkembangannya, TDL mengalami beberapa kali perubahan baik struktur maupun, penggolongan konsumen, maupun tingkat harganya.

Sampai saat ini, penyesuaian ataupun penetapan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh Pemegang Kuasa Kelistrikan (yaitu PLN) ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usul Menteri Pertambangan dan Energi. Tata cara ini semakin lama dirasakan selalu menimbulkan kejutan karena prosesnya sangat dipengaruhi oleh faktor non-teknis dan non-ekonomis. Guna memperlancar proses penetapan dan mencegah kejutan yang terjadi pada saat penyesuaian harga jual tenaga listrik ini, saat ini sedang dipersiapkan suatu tata cara yang mengatur mekanisme penetapan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh PLN.

(36)

1. Keseimbangan antara penyediaan dan permintaan tenaga listrik sehingga diperoleh suatu alokasi sumber daya alam yang efisien.

2. Sasaran keuangan perusahaan sehingga dapat menghimpun kebutuhan dana untuk investasi.

3. Biaya ekonomi yang telah dikeluarkan dalam penyediaan tenaga listrik yang pada akhirnya akan mencerminkan biaya marginal jangka panjang (Long Run Marginal Cost) penyediaan tenaga listrik.

Penetapan tarif tenaga listrik secara berkala, yang misalnya dapat dilaksanakan tiga bulan akan dipengaruhi oleh adanya:

• Perubahan harga bahan bakar pusat pembangkit tenaga listrik.

• Perubahan harga pembelian tenaga listrik dari pihak ketiga.

• Inflasi.

• Perubahan nilai tukar mata uang asing terhadap niali tukar rupiah.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data runtun waktu (times series) selama kurun waktu lima belas tahun. Sedangkan sumber datanya diperoleh melalui laporan tahunan mulai periode tahun 1992-2006 yang telah diolah dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan.

Sedangkan variabel yang penulis gunakan adalah : 1. Variabel bebas (Independent Variable) atau disebut X.

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pendapatan perkapita, jumlah penduduk, dan tariff listrik.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) atau disebut Y.

Dalampenelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah jumlah permintaan tenaga listrik.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(38)

tulisan-tulisan ilmiah,laporan-laporan penelitian yang ada relevansinya dengan topik penelitian.

Pengumpulan data yang dipergunakan penulis dengan melakukan pencatatan langsung data permintaan tenaga listrik, jumlah pendapatan perkapita, dan harga atau tarif listrik di wilayah pemerintahan kota Medan yang dikeluarkan setiap tahunnya mulai tahun 1992-2006.

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa adalah model ekonometrika. Teknik analisa yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square (OLS)). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = f(X1,X2,X3) ………..(1)

Dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2 - β3X3 + µ ………(2)

Dimana : Y = Jumlah permintaan tenaga listrik (KWh) α = Intercept/ konstanta

β1,β2,β3 = Koefisien regresi

X1 = Pendapatan perkapita (Rupiah)

(39)

X3 = Tarif listrik (satuan rupiah/ KWh)

µ = Kesalahan pengganggu/ terms error

Secara sistematis bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut :

0

artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (pendapatan perkapita), maka Y

(jumlah permintaan tenaga listrik) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah penduduk), maka Y

(jumlah permintaan tenaga listrik) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (tarif listrik), maka Y (jumlah

tenaga listrik) mengalami penurunan, ceteris paribus.

3.6 Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) 1. Koefisien determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersamaan mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

2. Uji t-statistik

(40)

3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap dependen variabel.

3.7 Uji penyimpangan asumsi klasik 1. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara independent variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R-square, Fhitung, t-hitung serta

standar error. Kemungkinan adanya multikolinearity jika nilai R-square, Fhitung

tinggi, sedangkan nilai t-hitung banyak yang tidak signifikan (uji tanda yang

berubah tidak sesuai dengan yang ditetapkan) 2. Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji Durbin-Watson (Uji D-W)

Uji Durbin-Watson digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.

3.8 Definisi Operasional

1. Permintaan tenaga listrik adalah jumlah kebutuhan tenaga listrik yang diminta dalam satuan KWh.

(41)

3. Jumlah penduduk adalah angka yang menunjukkan berapa banyak penduduk kota Medan dalam satuan jiwa.

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Pemerintahan Kota Medan

Pemerintahan Kota Medan merupakan salah satu daerah tingkat II (Dati II) yang terdapat di provinsi Sumatera Utara dan sekaligus menjadi ibukota provinsi tersebut.

Luas wilayah pemerintahan Kota Medan adalah 263 km2

Pemerintahan Kota Medan terletak pada ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut dengan kemiringan 0-2 % (datar) seluas 245,31 km

atau sekitar 0,37% dari luas wilayah Sumatera Utara. Di sebelah utara berbatasan dengan selat Sumatera, sebelah barat dengan Kecamatan Sunggal (Kabupaten Deli Serdang) dan di sebelah timur dengan Kecamatan Percut Sei Tuan (kabupaten Deli Serdang). Secara administratif Pemerintahan Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 144 kelurahan. Potensi lahan yang dimiliki Kota Medan sebagiab besar dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pertanian.

2

(43)

4.1.2 Perkembangan penduduk

Di dalam Garis-Garis besar haluan Negara (GBHN) dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar baru menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional hanya bila penduduk besar tersebut berkualitas baik, namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah dicapai.

Program kependudukan di Pemerintah Kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang, serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang harus terus ditingkatkan.

Jumlah penduduk Kota Medan mempunyai beragam suku bangsa yang terdiri dari antara lain suku Melayu, Batak, Minangkabau, Aceh, Jawa, dan sebagainya. Medan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, perindustrian, dan pendidikan di Sumatera Utara menjadikan Kota Medan menjadi tumpuan harapan bagi pencari kerja.

Pada umumnya keberadaan penduduk dalam jumlah dengan pertumbuhan yang tinggi dianggap sebagai penghambat dalam pembangunan, karena jumlah penduduk yang besar memperkecil pendapatan perkapita dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan, tetapi sebenarnya hal itu juga bergantung kepada kapasitas penduduk tersebut.

(44)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk (dalam jiwa) Kota Medan tahun 1992-2006 Tahun Male 2003 990.216 1.003.386 1.993.602 2004 995.968 1.010.174 2.006.142 2005 1.012.040 1.024.145 2.036.185 2006 1.027.607 1.039.681 2.067.288

Dengan melihat tabel di atas, sejak tahun 1992 hingga tahun 2006. dimana kenaikan penduduk di kota Medan tidak terlalu berpengaruh nyata dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997, jumlah penduduk sebesar 1.899.028 jiwa. Peningkatan sebesar 168.260 jiwa pada sepuluh tahun kelahiran, juga dipengaruhi oleh faktor perpindahan penduduk dari satu daerah kedaerah lain. Hal ini menyebabkan timbulnya peningkatan jumlah penduduk di kota Medan, walaupun jumlahnya tidak terlalu besar. Menurut sensus penduduk tahun 2000 diperoleh hasil laju pertumbuhan penduduk kota Medan tahun 1990-2000 sebesar 0,96 % per tahun.

(45)

ini dinyatakan dengan banyaknya penduduk per km2

Salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata adalah pembangunan saran serta prasarana, disamping itu juga karena merupakan kawasan yang ekonominya berkembang pesat. Biasanya penduduk akan pindah dari asal untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota. Wilayah-wilayah yang menjadi pusat pengembangan pembangunan menjadi tumpuan harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan hidup dan pendapatan perkapita.

. akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata di setiap wilayah kecamatan bervariasi. Pada umumnya pengembangan di kota Medan mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

4.1.3 Pendapatan Perkapita

(46)

Tabel 4.2

Perkembangan PDRB perkapita ADH konstan dan jumlah Penduduk tahun 1992-2006

Tahun Jumlah penduduk PDRB perkapita 1992 1.809.700 969.688 1993 1.842.300 1.525.463 1994 1.867.100 1.644.317 1995 1.888.305 2.643.958 1996 1.895.315 2.842.173 1997 1.899.028 2.999.396 1998 1.901.067 2.406.967 1999 1.902.500 2.398.704 2000 1.904.273 2.767.704 2001 1.926.520 2.854.906 2002 1.963.882 2.956.245 2003 1.993.602 3.078.885 2004 2.006.142 11.748.852 2005 2.036.185 12.346.896 2005 2.067.288 13.174.810

Jika dilihat pada tabel di atas, maka perkembangan PDRB perkapita menurut harga konstan pada tahun 1993 PDRB perkapita yakni sebesar 1.525.463 rupiah. Kenaikan ini berlangsung hingga tahun 2006 hingga mencapai 13.174.810 rupiah.

4.2 Gambaran Umum PT.PLN (Persero) Wilayah II Cabang Medan

(47)

OGEM menjadi DENKO KYOKU, yang kemudian sebagai pelaksanaan dari Konferensi Meja Bundar tahun 1949 dikembalikan kepada Swasta Belanda.

Selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 1953 sesuai dengan Kepres No. 163, NV. OGEM dinasionalisasikan dan dirubah menjadi Perusahaan Listrik Negara Distribusi Sumatera Utara, dengan daerah pengusahaan mencakup Sumatera Timur, Tapanuli dan Aceh. Kemudian dengan SK Mentri PUT No. 16/I/20 tanggal 20 Mei 1961 PLN Distribusi Sumatera Timur PUTL No. 01/ PRT/ 73 PLN Eksploitasi I berubah menjadi PLN Eksploitasi II. Kemudian berdasarkan SK Menteri PUTL No. 013/ PRT/ 75 berubah menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

(48)

4.2.2 Struktur Organisasi PLN Wilayah II

Organisasi kelistrikan yang secara tegas mencakup Sumatera Utara baru ada setelah 3 Oktober 1953 sesuai dengan Keppres No. 163 yang menasionalisasi NV OGEM, kemudian diubah menjadi PLN Distribusi Cabang Sumatera Utara di jalan Sei Batu Gingging, Medan mencakup Sumatera Timur, Tapanuli dan Aceh. Setelah berkali-kali mengalami perubahan daerah eksploitasi, dengan Surat Keputusan Menteri PUTL No. 013/ PRT/ 75 ditetapkan menjadi PLN Wilayah II sekarang, membawahkan unit pelaksana:

• PLN Sektor Glugur dan Sektor Belawan, memproduksi tenaga listrik;

• PLN unit Pengatur Beban Sistem Sumatera Utara, mengatur beban

pembangkit/ penyaluran tenaga listrik;

• PLN Cabang Medan, Binjai, Pematang Siantar dan Sibolga, melaksanakan

pendistribusian tenaga listrik.

PLN Cabang membawahkan PLN Ranting, Sub Ranting dan Kantor Jaga, meliputi 40 Ranting, 44 Sub Ranting dan 51 Kantor Jaga, tersebar di seluruh Sumatera Utara.

(49)

Selain PLN Wilayah II dengan tugas pokok perencanaan jangka panjang, operasi pemeliharaan, dan pemeliharaan jaringan distribusi, di Sumatera Utara masih ada dua unit kerja PLN yang menyelenggarakan kelistrikan:

1. PLN Proyek Induk Pembangkit dan jaringan Sumatera Utara, tugas pokok membangun proyek-proyek berskala besar yaitu Pusat Listrik, Gardu Induk, dan jaringan Transmisi 150KV.

2. PLN UDIKLAT Tuntungan, tugas pokok mengelola pelatihan dan pendidikan tenaga kerja PLN dan non PLN seperti teknisi instalasi anggota AKLI atau KUD.

4.3 Perkembangan Kelistrikan di Pemerintahan Kota Medan

4.3.1 Perkembangan Produksi Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara.

Pelistrikan di Pemerintahan Kota Medan diusahakan oleh PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara. PLN ini bertugas untuk mengadakan pengawasan dan pengelolaan pelistrikan di wilayah Sumatera Utara. Tugas-tugas tersebut tidak saja menyangkut listrik yang dibangkitkan dan didistribusikan oleh PLN akan tetapi juga non-PLN. Juga tidak sekedar mengurus dan menjual listrik akan tetapi menyangkut bidang yang luas dan kompleks, yang meliputi pembangkitan, penyaluran dan distribusi tenaga listrik.

(50)

Tabel 4.3

Produksi Energi Listrik PT. PLN (Persero) Kota Medan Tahun 1992-2006 (dalam satuan GWh)

Tahun Energi Listrik yang diproduksi

Pada tahun 1994, produksi listrik sebesar 2.597,8 GWh meningkat sebesar 415,36 GWh menjadi 3.013,2 GWh. Demikian seterusnya hingga tahun 2003 yaitu sebesar 5.489,7 GWh. Untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan akan energi listrik ini, maka PT. PLN (Persero) Regional Sumatera Utara selain memproduksi sendiri, juga harus dilakukan transfer energi dari PT. Inalum Asahan.

4.3.2 Perkembangan Jumlah Tenaga Listrik yang Disalurkan oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan.

(51)

merupakan barang kebutuhan primer bagi masyarakat baik di sektor rumah tangga, bisnis, industri dan umum.

Dari tabel di bawah ini dapat kita lihat bahwa sejak tahun 1992 hingga tahun 1997, jumlah tenaga listrik yang disalurkan mengalami kenaikan hampir setiap tahunnya. Pada tahun 1992 besarnya tenaga listrik yang disalurkan adalah 1.417.603.792 KWh. Lalu mengalami kenaikan sebesar 82.544.788 KWh menjadi sebesar 1.500.148.580 KWh pada tahun 1993. kenaikan ini terus berlangsung hingga tahun 1997. Namun pada tahun 1998 mengalami penurunan sebesar 58.258.658 KWh menjadi 2.044.708.990 KWh.

Tabel 4.4

Jumlah Tenaga Listrik yang Disalurkan oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006 (dalam satuan KWh)

(52)

4.3.3 Perkembangan Penjualan Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan.

Permintaan listrik dari PLN cabang Medan cenderung mengalami peningkatan. Permintaan yang semakin meningkat ini disebabkan karena segala kegiatan usaha telah menggunakan energi listrik baik oleh pelanggan disektor rumah tangga, bisnis, industri, dan umum. Permintaan tenaga listrik oleh masyarakat Kota Medan dapat dilihat dari besarnya jumlah tenaga listrik yang dijual oleh PT. PLN (Persero) cabang Medan setiap tahunnya.

Pertumbuhan penjualan listrik mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan dan pandapatan perkapita masyarakat. Penjualan energi listrik ini disalurkan ke berbagai pelanggan yaitu meliputi rumah tangga, bisnis, industri, dan umum.

Tabel 4.5

Penjualan Energi Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006 (dalam satuan KWh)

(53)

Pada tahun 1992, penjualan energi listrik sebesar 1.222.699.217 KWh. Lalu mengalami kenaikan sebesar 73.447.724 KWh menjadi sebesar 1.296.146.941 KWh pada tahun 1993. Kenaikan ini terus berlanjut hingga tahun 1997 yaitu sebesar 1.860.590.673 KWh. Akan tetapi pada tahun 1998, penjualan listrik mengalami penurunan sebesar 89.460.158 dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh krisis moneter yang melanda Indonesia yang juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

4.3.4 Perkembangan Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan.

Nilai penjualan energi listrik yang terus mengalami peningkatan tentunya berakibat kepada meningkatnya pendapatan penjualan energi listrik yang diperoleh oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Besarnya pendapatan penjualan tenaga listrik yang diterima oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan selama 15 tahun mengalami kenaikan.

(54)

Tabel 4.6

Pendapatan Energi Listrik oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006 (dalam juta rupiah)

Tahun Pendapatan penjualan energi listrik

4.3.5 Perkembangan Tarif Listrik yang ditetapkan oleh PT. PLN (Persero) Cabang Medan.

(55)

Tabel 4.7

Tarif Listrik Rumah Tangga PT. PLN (Persero) Cabang Medan Tahun 1992-2006 (dalam satuan rupiah/ KWh)

Tahun Tarif Dasar Listrik (TDL)

1992 138

1993 148

1994 153

1995 164

1996 169

1997 172

1998 222

1999 222

2000 298

2001 353

2002 483

2003 580

2004 580

2005 588

2006 588

(56)

4.4 Analisa Model Regresi Berganda

Model yang dibentuk telah diestimasi dengan menggunakan data sekunder. Kaidah yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Untuk itu dilakukan analisa pengaruh parsial bagi masing-masing faktor yang berpengaruh. Pengaruh parsial dapat diketahui melalui analisa regresiberganda sebagai berikut :

µ

Y = Jumlah permintaan tenaga listrik (KWh). α = Intersep/konstanta

3 2

1,β ,β

β = Koefisien regresi

X1 = Pendapatan perkapita (Rupiah)

X2 = jumlah penduduk (Jiwa)

X3 = Tarif listrik (Rupiah/ KWh)

µ = Term of error/kesalahan pengganggu

(57)

Interprestasi Model

4.4.1. Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil regresi (terdapat dalam lampiran) dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2

Selanjutnya bila dianalisis secara lebih lanjut dengan melihat variabel bebasnya secara simultan (bersamaan), maka pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini bisa dilihat dari hasil estimasi F-statistik = 12,086 yang lebih besar dari F-tabel sebesar 3,59 pada level 5%.

) sebesar 0,767244 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas yang ada dalam persamaan tersebut cukup mampu menjelaskan variasi perkembangan jumlah permintaan tenaga listrik sebesar 76,7244% dan sisanya 23,2756% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.

Dan berdasarkan hasil regresi di atas pula dapat dijelaskan pengaruh variabel bebas yaitu pendapatan perkapita (X1), jumlah penduduk (X2) dan tarif

(X3) terhadap jumlah permintaan tenaga listrik di kota Medan sebagai berikut :

a. Pendapatan perkapita (X1)

Variabel pendapatan perkapita mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5 %) terhadap besarnya jumlah permintaan tenaga listrik dan besarnya koefisien menunjukkan sebesar 63,0852, artinya jika tingkat pendapatan perkapita naik sebesar 1 rupiah

ceteris paribus maka akan menurunkan jumlah permintaan tenaga listrik

(58)

disebabkan karena jumlah permintaan terhadap tenaga listrik bersifat inelastis, artinya apabila pendapatan perkapita mengalami kenaikan ataupun penurunan, masyarakat tetap akan meminta tenaga listrik.

b. jumlah penduduk (X2).

Variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5 %) terhadap besarnya jumlah pinjaman dan besarnya koefisien menunjukkan sebesar 6758,473, artinya jika jumlah penduduk bertambah/naik sebanyak 1 jiwa ceteris paribus maka akan menaikkan jumlah permintaan tenaga listrik sebesar 6758,473 KWh. Dengan demikian tanda koefisien regresi positif sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap jumlah permintaan tenaga listrik di kota Medan pada tahun 1992-2006.

c. Tarif listrik (X3).

Variabel tarif listrik mempunyai pengaruh yang positif terhadap besarnya jumlah permintaan tenaga listrik dan besarnya koefisien menunjukkan sebesar 237004,6, artinya jika tarif listrik naik sebanyak 1 Rupiah/ KWh, ceteris

paribus maka akan menaikkan jumlah permintaan tenaga listrik sebesar

(59)

4.4.2. Uji t-statistik

Pengujian koefisien regresi secara parsial mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai pengaruh yang nyata atau signifikan secara parsial terhadap variabel dependen.

Untuk membuktikannya digunakan uji t-statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Variabel pendapatan perkapita 1. Hipotesa

4. KPK (Kriteria pengambilan Keputusan) Ho diterima apabila -tstatistik > -ttabel

Ha diterima apabila -tstatistik < -ttabel

5 Keputusan

Terima Ha karena -tstatistik < -ttabel (-2,412 < -2,201), berarti variabel X1

(60)

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima

-2,412 -2,201 0 2,201 2,412

b. Variabel jumlah penduduk 1. Hipotesa

Ho : β2 = 0

Ha : β2≠0

2. df = n-k-1 = 15-3-1 = 11

Maka ttabel = 2,201 untuk α =5%

3. tstatistik =

) ( 1

1 β β

e

S = 2,435

4. KPK (Kriteria pengambilan Keputusan) Ho diterima apabila tstatistik < ttabel

Ha diterima apabila tstatistik > ttabel

5. Keputusan

Terima Ha karena tstatistik > ttabel (2,435 > 2,201), berarti variabel X2 (jumlah

(61)

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima

-2,435 -2,201 0 2,201 2,435

c. Variabel tarif listrik (X3)

1. Hipotesa

Ho : β3 = 0

Ha : β ≠3 0

2. df = n-k-1 = 15-3-1 = 11

Maka ttabel = 2,201 untuk α = 5%

3. tstatistik =

) ( 1

1 β β

e

S = 0,270

4. KPK (Kriteria pengambilan Keputusan) Ho diterima apabila tstatistik < ttabel

Ha diterima apabila tstatistik > ttabel

5. Keputusan

Terima Ho karena tstatistik < ttabel (0,270 < 2,201), berarti variabel X3 (tarif

(62)

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima

-2,201 -0,270 0 0,270 2,201

4.4.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pendapatan perkapita, jumlah penduduk dan tarif listrik secara bersama-sama atau serempak mempengaruhi jumlah permintaan tenaga listrik di kota Medan.

a. Hipotesa

c. Statistik penguji

Fstatistik =

Maka Fstatistik = 12,08661

6 KPK (Kreteria Pengambilan keputusan) Ho diterima apabila Fstatistik < Ftabel

(63)

e. Kesimpulan

Terima Ha karena Fstatistik > Ftabel yaitu 12,08661 > 3,59 artinya semua variabel

bebas yakni pendapatan perkapita, jumlah penduduk serta tarif listrik secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel jumlah permintaan tenaga listrik secara statistik pada tingkat kepercayaan 95% pada tahun 1992-2006.

Ho diterima Ha diterima

0 3,59 12,08661

4.4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah adanya korelasi yang kuat diantara variabel-variabel independen dari suatu model estimasi. Ukuran hubungan korelasi terbilang kuat jika besarnya 0,8 atau lebih (Nachrowi, 2006:247), pada tabel 4.5 dapat dilihat korelasi masing-masing variabel independen sebagai berikut :

Berdasarkan tabel di dibawah dapat dilihat bahwa korelasi antara X1 dengan

X2 sebesar 0,858467 , korelasi antara X1 dengan X3 sebesar 0,776036 sedangkan

korelasi antara X2 dengan X3 sebesar 0,938857. Ini berarti model tersebut terdapat

(64)

TABEL 4.8

Korelasi Variabel-variabel Independen

b. Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji Durbin-Watson (Uji D-W)

Uji Durbin-Watson digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.

Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:

D-hitung =

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ho : p # 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sample tertentu dan jumlah variabel independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah:

Variabel Pendapatan

1,000000 0.858467 0.776036

Jumlah penduduk(X2)

0.858467 1,000000 0.938857

(65)

Dimana:

Ho : tidak ada autokorelasi

DW < dl : Tolak Ho (ada korelasi positif) DW > 4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negative) du < DW< 4-du : terima Ho (tidak ada autokorelasi)

dl ≤ DW < 4-du : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusion) (4-du) ≤ DW ≤ (4-dl) : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusion) Dari hasil regresi dapat dilihat bahwa nilai DWstat = 1,295507.

n = 15 k = 3

dl = 0,591, du = 1,464

(1,295507) > (3,409) : Tolak Ho (ada korelasi negative) (1,464) < (1,295507) < (2,536) : Tolak Ho (ada autokorelasi)

(0,591) ≤ (1,295507) < (2,536) : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusion)

(2,536) ≤ (1,295507) ≤ (3,409) : pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusion).

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab terdahulu, maka pada bab V ini penulis akan menarik kesimpulan dan mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat. Adapun kesimpulan dan saran-saran tersebut penulis menuliskan berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu.

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil regresi yang telah dilakukan digunakan model regresi linier berganda, yang mana model ini dipakai dan diterapkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga listrik di kota Medan. Ini terbukti dengan nilai Rsquare yakni sebesar 0,767244 yang berarti secara

keseluruhan variabel bebas yang ada dalam persamaan tersebut cukup mampu menjelaskan variasi perkembangan jumlah permintaan tenaga listrik sebesar 76,7244% dan sisanya 23,2756% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat pada persamaan tersebut.

2. Dan bila dianalisis dengan melihat variabel bebasnya secara simultan, maka pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% adalah dari hasil estimasi Fstatistik sebesar 12,08661 yang lebih besar dari nilai Ftabel yaitu 3,59

pada level 5%.

3. a. Variabel pendapatan perkapita (X1)

(67)

63,0852, hal ini disebabkan karena besar kecilnya pendapatan perkapita masyarakat akan berpengaruh langsung terhadap besar kecilnya permintaan tenaga listrik sebab tenaga listrik merupakan barang primer yang tetap akan meningkat penggunaannya sekalipun besar pendapatan perkapita masyarakat naik atau turun.

b. Variabel jumlah penduduk (X2) dan tarif listrik (X3) berpengaruh positif

terhadap besarnya jumlah permintaan tenaga listrik dan besarnya masing-masing koefisien menunjukkan sebesar 6758,473 dan 237004,6. Dan pada tarif listrik, karena tenaga listrik merupakan komoditi yang bersifat inelastis (dalam kasus ini) dimana berapapun harga jual listrik tersebut akan dibeli oleh masyarakat.disampinh itu belum adanya barang pengganti (substitusi) dari tenaga listrik untuk digunakan sebagai sumber energi diberbagai sektor, baik sektor rumah tangga, bisnis, industri, dan umum.

4. Untuk tingkat kepercayaannya, variabel pendapatan perkapita (X1) memberi

pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap variasi perkembangan variabel dependen (jumlah permintaan tenaga listrik) pada tingkat kepercayaan 95%, dan jumlah penduduk (X2) memberi pengaruh yang

signifikan secara statistik terhadap variasi perkembangan variabel dependen (jumlah permintaan tenaga listrik) pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan tarif listrik (X3) memberi pengaruh secara statistik terhadap variasi

(68)

5.2. Saran-saran

Melihat evaluasi, analisa dan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirangkum di atas, maka penulis menganggap perlu memberikan saran-saran yang relevan. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Penyediaan listrik oleh PT. PLN (Persero) cabang Medan hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat kota Medan.

2. Pembangunan pembangkitan tenaga listrik di wilayah Sumatera Utara hendaknya diupayakan agar dapat memenuhi permintaan tenaga listrik di kota Medanyang senantiasa mengalami peningkatan setiap tahunnya.

(69)

0

Jumlah barang X yang diminta

Ha

Jumlah barang X yang diminta

Gambar

Tabel 2.1 Skedul Permintaan Barang X
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Gambar 2.2
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

From the regression we can find that both of independent variable (price electric and people income per capita) have significant influence to electric demand in Medan city..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik (saling mempengaruhi satu sama lain), hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali

Hasil Peramalan (Forecasting) Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT), Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga (PGL), Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga

Kota Bukittinggi sebagai salah satu kota besar di Sumatera Barat dengan jumlah penduduk sebesar 120.491 jiwa yang terdiri dari 58.408 laki-laki dan 62.083 perempuan

lebih dari 0,05 tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan buah jeruk. pada tingkat

6.133.458/bulan; rata-rata jumlah konsumsi tempe di daerah penelitian sebanyak 4,19 kg/rumah tangga/bulan; rata-rata biaya konsumsi tempe sebesar Rp.56.641/rumah

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor-faktor secara parsial maupun simultan dari sisi permintaan terhadap layanan keuangan yang berasal dari

Hal ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini variabel Tingkat Upah, produksi, teknologi, dan tingkat pendidikan tenaga kerja secara bersama-sama simultan berpengaruh secara positif