• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Penyimpanan CPO Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas Dan Kadar Air Pada Storage Tank Di PTPN III PKS Sei Mangkei Perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lama Penyimpanan CPO Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas Dan Kadar Air Pada Storage Tank Di PTPN III PKS Sei Mangkei Perdagangan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR

ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK

DI PTPN III PKS SEI MANGKEI PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

RIOULIATI HARIANJA

082409006

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK DI PTPN III PKS SEI

MANGKEI PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya

RIOULIATI HARIANJA 082409006

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO

TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK DI PTPN III PKS SEI. MANGKEI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : RIOULIATI HARIANJA

Nomor Induk Mahasiswa : 082409006

Program Studi : DIPLOMA III (D3) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2011 Diketahui

Ketua Jurusan Kimia Indusri Dosen Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar, M.Si Drs. Firman Sebayang, MS

NIP.195512181987012001 NIP. 195607261985031001

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

(4)

NIP.195408301985032001 PERNYATAAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK DI PTPN III PKS

SEI MANGKEI PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan kapada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini berjudul “Pengaruh Lama Penyimpanan CPO Terhadap Kadar Asam lemak Bebas dan Kadar Air pada Storage Tank”, karya ilmiah ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Kimia Industri pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTP.Nusantara III PKS Sei Mangkei Perdagangan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan demikian penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan perbaikan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan bantuan materil, moril, serta doa yang telah mereka beriakan selama ini kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini juga dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak untuk memberikan saran yang baik. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, MS, selaku Dekan FMIPA USU

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS, selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(6)

4. Bapak Drs. Firman Sebayang, MS, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan panduan dan membimbing penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini

5. Bapak/ Ibu staf pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA –USU yang telah banyak membimbing dan membantu dalam kelancaran studi penulis

6. Sahabat penulis K’Elsi , B’Erwin, K’elisa, K’Doris, K’Roita, Dina dan teman – teman satu pelayanan(LPMI) dengan penulis yang telah memberikan dukungan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Teman – teman seperjuangan jurusan Kimia Industri khususnya Dany,

Eka, Winda, Yuli, Mujur, Herdi, Dina, Jumfitriani, Fernandus, Sarma, Hesti, Benget, Nirma serta teman-teman lainnya Kimia Industri’08 yang namanya tidak disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penyelesaian karya Ilmiah ini.

8. Dan tak lupa juga kepada seluruh karyawan di PTP. Nusantara III

PKS Sei Mangkei.

Akhirnya penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini dibalas oleh Yang Maha Kuasa dan penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Juni 2011

(7)

ABSTRAK

(8)

THE INFLUENCE OF CRUDE PALM OIL LODGED TO FREE FATTY ACID CONTENTS AND MOISTURE IN STORAGE TANK

ABSTRACT

(9)
(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti 10

Tabel 2.2. Beberapa Sifat Fisiko – Kimia Dari Minyak Sawit 10

Tabel 2.3. Komponen Dalam Minyak Sawit 17

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar ALB Dari CPO 29

(12)

ABSTRAK

(13)

THE INFLUENCE OF CRUDE PALM OIL LODGED TO FREE FATTY ACID CONTENTS AND MOISTURE IN STORAGE TANK

ABSTRACT

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaesis guinesis JACQ) merupakan salah satu tanaman penghasil

minyak nabati yang sangat potensial. Dewasa ini, tanaman kelapa sawit tumbuh sebagai

tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagian tanaman budi daya terbesar di Negara

beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika.

(Naibaho, 1996)

Minyak kelapa sawit diperoleh dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS)

di pabrik, bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses

tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari

pengaangkutan tandan buah kelapa sawit ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan

hasil sampingnya. Produk utama yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit adalah

(15)

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang

bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan

asam lemak bebas, kandungan air dan kotoran dalam minyak, warna, dan bilangan

peroksida. Faktor yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan

gliserida, refining loss, plastisitas, dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat

dan bilangan penyabunan. (Ketaren, 1986)

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan

kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 3,5 % atau kurang).

Buah kelapa sawit dan hasil panen (TBS) harus segera di angkut ke pabrik agar

dapat segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan

kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) tinggi.

Dalam menjaga kualitas minyak sawit, lama masa penyimpanan di storage tank

sebaiknya tidak lebih dari dua hari. Sebab penyimpanan yang lama akan merusak

minyak. Penyimpanan dilakukan dilokasi penumpukan buah dan pada penyimpanan

harus diperhatikan letak penumpukan tandan, sehingga tandan yang pertama disimpan

harus yang pertama kali diolah. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis berkeinginan dan

tertarik membuat karya ilmiah dengan judul “PENGARUH LAMA PENYIMPANAN

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan mutu dari minyak kelapa sawit ditentukan kadar Asam Lemak

Bebas dengan standar maksimal kadar ALB = 3,5 %. Untuk mendapatkan kadar ALB

yang di harapkan sesuai dengan standar, perlu dilakukan pengendalian baik dari bahan

baku, maupun proses pengolahan di pabrik.

Sebagai permasalahan dalam hal ini penulis melakukan pengamatan, bagaimana

pengaruh lamanya penyimpanan CPO terhadap perubahan kandungan asam lemak bebas

dan kadar air di storage tank.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh lamanya penyimpanan CPO pada Storage Tank terhadap

kadar asam lemak bebas dan kadar air.

2. Untuk mengetahui persentase dari Asam Lemak Bebas dan kadar air pada CPO dengan

waktu inap 1 – 4 hari.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah:

• Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan CPO terhadap kadar asam lemak bebas

(17)

• Sebagai masukan untuk pengembangan proses produksi di sebuah pabrik kelapa sawit

• Menerapkan teori dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya selama kuliah untuk

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaesis Guinesis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun

demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu

Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan brazil dibandingkan

dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah

asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu

memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.Bagi pembangunan perkebunan

nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada

kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia

merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh perintah colonial

Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa

dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam dikebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha

perkebunan kelapa sawit diIndonesia adalah Ardien Hallet, seorang Belgia yang telah

(19)

K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit diIndonesia. Sejak saat itu

perkebunan kelapa sawit mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi

dipantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.

Pada masa pendudukan Belanda, kelapa sawit mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu.

Namun kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan perkembangan

perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan

perekonomian Negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang,

perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi

perkebunan kelapa sawit terhenti. Setelah belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia

pada tahun 1957,pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan

keamanan.pemerintah menempatkan perwira – perwira militer disetiap jenjang

managemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah

juga membentuk BUMIL ( buruh Militer) yang merupakan wadah kerja sama antara

perkebunan dengan militer. Perubahaan managemen dalam perkebunan dan kondisi

social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabakan produksi

kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai

pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diaarahkan dalam rangka

menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai

sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru

(20)

produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit

Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. ( Fauzi,Y. 2002)

2.2 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak

Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak. Selain

kelapa, kacang-kacangan dan jagung. Dimana dalam perkembanganya melalui salah satu

produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain.

1. Mampu mengganti kelapa sebagai bahan baku mentah bagi industry pangan maupun

non-pangan dalam negeri.

2. Ditetapakan sebagai pedoman ekspor non-migas Indonesia sangat besar bagi pemasukan

devisa.

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas

itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan

warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa

varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antar lain mampu

menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain. Berdasarkan

ketebalan tempurung dan daging buahnya dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu:

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian

(21)

bervariasi antara 35 – 50. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak

yang rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal.

Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.

Jenis pisifera tidak dapat di perbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan

pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan saat ini.

Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat

lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60

– 96%. Tandan buah yang dihasilkan tenera lebih banyak daripada dura, tetapi ukuran

tandannya relative lebih kecil.

4. Macro Carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

5. Diwikka – wakka

Varietas ini mempunyai cirri khas de3ngan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka –

wakka dapat dibedakan menjadi diwikka – wakkadura, diwikka – wakkapisifera dan

diwikka – wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang

(22)

Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu:

1. Nigrescens, buah berwarna ungu samapai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi

kehitam-hitaman sewaktu telah masak.

2. Virescens, buah berwarnaa hijau padaa waktu muda dan ketika masak menjadi jingga

kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijauan.

3. Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan sedangkan setelah masak

menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi

masak 5 – 6 buah setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat

dilihat perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu

buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada buah telah maksimal jika terlalu

matang buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya. (Tim Penulis PS, 1997)

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanenan agar

memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat

kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid

(ALB atau FFA) minimal. Paadaa saat ini kriteria umum yang banyak dipakai adalah

berdasarkan jumlah berondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang daari 10 tahun,

jumlah berondolan yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah berondolan

sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1

(23)

2.3. Pembentukan Minyak Dalam Buah

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit adalah minyak sawit

yang terdapat pada daging buah (mesokrap) dan minyak inti sawit yang terdapat pada

kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan fisika –

kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah

penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh.

Jika dalam buah tidak terjadi lagi penyerbukan minyak, maka yang terjadi ialah

pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak

berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang

mengandung asam lemak bebas jenuh, setelah mendekati masa pematangan buah terjadi

pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang

terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong- kantong

minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah dilapisi dengan kulit yang tebal dan

berkilat.

Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang maka tanaman tersebut

membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karotein. Setelah penyerbukan kelihatan buah

berwarna hitam kehijau – hijauan. Pada saat pembentukan minyak terjadi yaitu

trigliserida dengan asam lemak tidak jenuh, tanaman membentuk karotein dan phitol

untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu melakukannya sebagai

(24)

2.4. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikrap dan 20 persen buah

yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 – 40 persen.

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap. Rata

– rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa

Sawit (%)

Kandungan karotein dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak

dari jenis tenera lebih kurang 500 – 700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan

(25)

2.4.1. Sifat Fisiko – Kimia

Sifat fisiko – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau,dan flavor,

kelarutan, titik cair, dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan,

slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik

asap,titik nyala.

Tabel 2.2 Beberapa sifat Fisiko – Kimia dari Kelapa Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau

(26)

Bau atau flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya

asaam –asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas

minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. (Ketaren S, 2005)

2.4.2. Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di PKS dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit dari

daging buah (Mesocrp) dan Inti sawit (Kernel) dari biji (Nut). Untuk mendapat mutu

minyak yang baik yaitu bermula dari lapangan, sedangkan proses pengolahan hanya

dapat menekan sekecil mungkin penurunan kualitas dan kehilangan (losses) selama

proses serta tidak dapat memproduksi minyak lebih dari apa yang dikandung TBS.

Mutu dan Rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh fraksi panen (derajat

kematangan), kegiatan pengutipan brondolan dan perlakuan terhadap TBS. Perlakuan

TBS mulai dari panen, pengangkutan dan pengolahan akan menentukan kuantitas dan

kualitas minyak yang dihasilkan.

Minyak sawit yang dihasilkan diperoleh dari stasiun – stasiun dalam

pengolahnnya yaitu, stasiun penimbangan, stasiun sortasi, stasiun loading ramp,stasiun

perebusan, stasiun tresher, stasiun press, stasiun klarifikasi serta kemudian disimpan di

storage tank.

Storage Tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi yang

(27)

untuk memblending minyak produksi untuk mencapai mutu produksi yang diinginkan

atau menanpung minyak apabila 2 Unit Storage Tank penuh.

Hal-hal yang harus diperhatikan di Storage Tank dan Dispatch Tank, antar lain :

1. Kebersihan tangki harus dibersihkan secara rutin.

2. Suhu dijaga pada 50 - 55 ºC.

3. Kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin, karena kebocoran steam coil

mengakibatkan kadar air pada CPO meningkat.

4. Jaga kinerja pompa pengisian.

Sejalan dengan makin meningkatnya luas area perkebunan kelapa sawit,

produksi minyak sawit semakin lama semakin meningkat. Penyimpanan dan penanganan

selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya

kontminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas

minyak sawit.

Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi, dan

penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu

minyak sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi

prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit. Standarisasi

ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas minyak sawit.

Minyak produksi sebelum diangkut ketempat konsumen ditimbun dalam tangki

timbun. Minyak yang masuk tangki timbun suhunya 40 -50 oC. titik leleh minyak sawit

± 40oC, sehingga untuk mempermudah pengeluaran minyak dari tangkiuntuk maksud

(28)

penyimpanan terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas (ALB) yang disebabkan

terjadinya proses autokatalitik yang dipercepat oleh panas. (Naibaho,1987)

Tangki penimbunan minyak dipakai sebagai penampungan atau penimbunan

minyak produksi dan pengukuran minyak produksi harian. Alat ini terdiri dari tangki

berbentuk silinder yang didalamnya dilengkapi dengan pipa pemanas berbentuk spiral,

dan pada bagian atas terdapat lubang untuk pengukuran dan lubang penguapan air.

Tangki penimbunan minyak sawit memiliki kapasitas antara 500 – 3000 ton. Selama

penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik peningkatan ALB maupun

peningkatan oksidasi.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah:

1. Kebersihan tangki harus dijaga, khusunya terhadap kotoran dan air

2. Jangan mencapur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan minyak

berkadar ALB rendah atau bersih

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa – pipa uap pemanas, tutup tangki, dan alat –

alat pengukur

4. Memelihara suhu sekitar 40oC

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan minyak melapisi

dinding tangki dengan dammar epoksi (hanya untuk minyak sawit bermutu tinggi).

(29)

2.5. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga

kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi

yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak dan

minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya

menghasilkan 4 kkal/gram minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung

asam – asam lemak esensial seperti asam linoleat, linolenat, dan arakhidonat yang dapat

mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan

lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut baagi vitamin – vitamin A, D, E, dan

K.

Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan

kandungan yang berbeda- beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan

dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan

pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media pengantar panas, seperti minyak

goreng, mentega, margarin. (Winarno, 2002)

Lemak dan minyak merupakan hal yang kita kenal setiap hari. Lemak yang lazim

meliputi mentega, lemak hewan, dan baagian berlemak dari daging. Minyak terutama

berasal dari tumbuhan. Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair,

keduanya memiliki struktur organik dasar yang sama. Lemak ( fat ) dan Minyak ( oil )

ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila kita mendidihkan lemak atau

minyak dengan alkali, lalu mengasamkan larutan yang dihasilkan, kita akan memperoleh

(30)

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Minyak sawit berwarna

merah jingga karena kandungan karoteinoida berorentiasai setengah pada suhu kamar

(kosistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALBnya) dan dalam keadaan

segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang

berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian

sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.

Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat,

minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. ( Mangoensoekarjo,

2003)

2.5.1. Asam Lemak

Hanya sedikit asam lemak bebas yang terdapat secara alami. Asam

lemak dijumpai pada lipida – lipida yang telah disebutkan terdahulu baik melalui ikatan

– ikatan ester maupun ikatan amida yang terbentuk didalam metabolisme lemak.

Asam lemak kebanyakan diperoleh melalui hidrolisis lemak yang

merupakan asam monokarboksilat yang mengandung grup karboksil yang; a. dapat

(31)

atom C yang genap (walaupun secara alami ada juga yang beratom C ganjil) dan c. dapat

jenuh atau tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap). ( Naibaho, 1996)

Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan

kemungkinan terjadinya isomer yang terjaadi pada posisi ikatan rangkap. Baik pada

molekul yang mempunyai susunan konjugasi maupun nonkonjugasi, dapat terjadi isomer

cis atau trans pada posisi ikatan rangkap.Asam lemak dapaat digolongkan berdasarkan

berat molekul dan derajat ketidakjenuhan. Keduanya akan mempengaruhi sifat – sifat

kelarutannya dalam air , kemampuan asam lemak untuk menguap dan kelarutan garam –

garamnya dalam alkohol dan air.

Penggolongan asam lemak lebih jauh lagi dapat dilakukan dengan

esterifikasi yang menghasilkan ester metal atau ester etil, kemudian diikuti dengan

fraksinasi. Fraksinasi bisa dilakukan dengan cara kromatografi gas, kromatografi lapisan

tipis, atau menggunakan spectrometer dengan sinar inframerah. Cara yang terakhir ini

dapat digunakan untuk menentukan jumlah dan identifikasi asam lemak. Dari penelitian

dengan sinar inframerah ini diperoleh bahwa ikatan cis lebih sering terdapat pada ikatan

rangkap dalam asam lemak daripada ikatan trans. Isomer trans terbentuk dalam keadaan

panas hidrogenasi, atau karena katalis lain. (Winarno, 2002)

Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semipadat. Hal ini

karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom

karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung.

Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan

(32)

Tabel 2.3. Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit

No Komponen Kuantitas

1 Asam lemak bebas 3,0 – 4,0

7 Palmito stearin olein

(%) 10,7

8 Palmito olein (%) 42,8

9 Triolein linole (%) 3,1

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi

maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur. Namun,

hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang

berlangsung 2 – 3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan

selanjutnya. Asam – asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen,

bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat.

(33)

2.5.2. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang di bebaskan pada hidrolisis

lemak. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat

merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun.

Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbantuknya asam lemak bebas dalam

minyak sawit.

Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan panen

sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada

minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan

dipercepat dengan adanya faktor - faktor panas, air, kemasan, dan katalis. Semakin lama

reaksi berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

(34)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relative tinggi

dalam minyak sawit antara lain:

- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

- Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat

hidup pada suhu dibawah 50oC

- Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara

minyak dan udara

- Penumpukan buah yang terlalu lama

- Proses hidrolisa selama proses dipabrik

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan

kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak.Peningkatan kadar ALB juga dapat

terjadi pada proses hidrolisa dipabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi

yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air

pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan.

Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping

yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu

bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu,

setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana

(35)

Pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme (jamur dan

bakteri tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah

dibawah 50oC, dan dalam keadaan lembap dan kotor. Oleh karena itu minyak sawit

harus segera dimurnikan setelah pengutipan. Pemanasan sampai suhu diatas 90oC seperti

pada pemisahan dan pemurniannya akan menghancurkan semua mikroorganisme dan

menginaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8% mikroorganisme juga tidak

dapat berkembang. Jikka lebih tinggi sebaiknya minyak ditimbun dalam keadaan panas

sekitar 50 – 60 oC .

Hidrolisis juga terjadi secara otokatalisis. Kinetikanya hanya tergantung pada

kadar ALB yang ada dan pada suhu, asalkan cukup tersedia air. Kenaikan ALB pada

waktu pengolahan karena hidrolisis otokatalitik hanya sedikit. Pada kadar air dibawah

0,1% reaksi hidrolisis otokatalitik tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian jalaslah

untuk mendaappaat minyak sawit dengan kadar ALB rendah pelukaan pada buah harus

dihindarkan dengan perlakuan selembut mungkin. Berondolan jangan terlalu banyak,

karena selain kurang terlindung berondolan akan lebih mudah terluka karena lebih lunak

dan matangnya, tetapi juga berondolan yang telah dibiarkan beberapa waktu diatas

piringan pohon sudah terbuka terhadap serangan mikroorganisme. Pembentukan ALB

terutama terjadi selama buah belum diolah. Walaupun buah mentah akan menghasilkan

minyak berkadar ALB rendah, namun kadar minyaknya juga akan rendah.

Pada umumnya kondisi yang baik untuk hidrolisis juga baik untuk oksidasi.

Selain enzim lipase buah sawit mengandung lipoksidase yang sebelum perebusan juga

(36)

tinggi. Oleh karena itu klarifikasi yang berlangsung lama pada 90 – 100 0C lebih

merusak dari pada pengeringan yang waktunya singkat.

Karena buah sawit sendiri mengandung zat – zat antioksidan seperti tokoferol dan

sterol, minyak sawit kasar akan lebih tahan terhadap oksidasi pada waktu penyimpanan

dibandingkan dengan minyak sawit yang telah dirafinasi (dimurnikan). Namun karena

oksidasi dapat dikatalisis oleh logam tembaga dan besi, maka untuk menghasilkan

minyak sawit dengan tingkat oksidasi rendah supaya tahan disimpan lama, pada

pengolahan dan penyimpanannya agar memakai logam baja tahan karat dan tidak

memakai alat yang terbuat ataau dilapisi tembaga. (Mangoensoekarjo, 2000)

2.5.3. Kadar Air atau Zat yang Mudah Menguap

Kadar air dalam minyak sawit setelah pemurnian masih terlalu tinggi untuk

mencegah peningkatan kadar ALB karena hidrolisis. Untuk mendapat kadar air yang

diinginkan (0,08%) minyak masih harus dikeringkan. Untuk ini sebaiknya dipakai

pengering vakum pada suhu relative rendah, agar minyak tidak teroksidasi pada waktu

pengeringan pada suhu tinggi. Pengeringan vakum bekerja pada tekanan absolute 50

Torr dengan bantuan pompa vakum atau vakum steamjet ejector. ( Mangoensoekarjo,

2000)

Kadar air dan zat menguap didefenisikan sebagai massa zat yang hilang dari zat

(37)

parameter mutu minyak kelapa sawit yang dipersyaratkan untuk perdagangan salah

satunya adalah kadar air. Kadar air yang tinggi dapat menurunkan nilai mutu minyak

sawit.

Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi karena

proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta pengaruh

penimbunan. Pada proses hidrolisa minyak dipabrik digunakan adanya air, jika air yang

terbentuk pada proses ini besar makaa akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas

pada minyak sawit. Kadar asam lemak bebas dan air yang tinggi akan menyebabkan

kerusakan minyak yang berupa bau tengik pada minyak tersebut. Agar minyak yang

dihasilkan memiliki mutu yang baik maka kadar air dan asam lemak bebas pada minyak

harus seminimal mungkin.

Adapun cara yang digunakan dalam penentuan kadar air dan zat menguap pada

minyak dan lemak, yaitu:

1. Cara Hot Plate

Cara hot plate digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan – bahan lain

yang menguap yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara ini dapat digunakan pada

semua minyak dan lemak kecuali pada minyak yang diekstraksi dengan pelarut yang

mudah menguap. Sebelum dilakukan pengujian pada contoh, minyak harus diaduk

dengan baik karena air cenderung menguap.

Contoh ditimbang dalam gelas piala yyang kering dan telah didinginkan dalam

desikator. Kemudian contoh dipanaskan diatas hot plate sambil memutar gelas piala

(38)

dihentikan setelah terlihat gelembung gas atau buih. Cara lain yang lebih baik digunakan

adalah dengan meletakkan gelas arloji diatas gelas piala.

2. Cara Oven Terbuka

Cara oven terbuka (air oven method) digunakan untuk lemak nabati dan lemak

hewan, tetapi dapat digunakan untuk minyak yang mengering atau setengah mongering.

Contoh ysng telah diaduk, selanjutnya ditimbang didalam “cawan kadar air”, lalu

dimasukkan kedalam oven dan dikeringkaan pada suhu 105oC selama 30 menit. Contoh

diangkat dari oven dan didinginkan dalam desikator sampai suhu kamar, kemudian

ditimbang.

3. Cara Oven Hampa Udara

Cara oven hampa udara dapat digunakan untuk semua jeniss minyak dan lemak

kecuali minyak kelapa dan minyak kecuali, dan minyak yang sejenis yang tidak

mengandung asam lemak bebas lebih dari 1%. Contoh yang telah diaduk ditimbang

dalam cawan “cawan kadar air”, kemudian dikeringkan dalam oven dan didinginkan

dalam desikator sampai suhu kamar, kemudin ditimbang. Bobot tetap diperoleh jika

selama pengeringan 1 jam perbedaan penyusutan tidak lebih dari 0,05%.

Bagi Negara konsumen terutama Negara yang telah maju, selalu menginginkan

minyak sawit yang benar – benar bermutu. Permintaan cukup beralasan sebab minyak

sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industry nonpangan saja, tetapi

industry pangan yang membutuhkannya. Lagi pula, tidak semua pabrik minyak kelapa

(39)

dengan penyaringan proses minyak sawit. Pada umumnya penyaringan hasil minyak

sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih

dimurrnikan sengan sentrifugasi.

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin

mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang

kotoran dan zat yang menguap. Hal yang dilakukan dengan peralatan pemurnian

modern.

2.6 Keunggulan dan Manfaat Minyak Sawit

Minyak sawit dapat dimanfaatkan diberbagai industri karena memiliki susunan

dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industry yang banyak menggunakan minyak

sawit sebagai bahan baku adalah pangan serta industry nonpangan seperti kosmetik dan

farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar.

2.6.1. Keunggulan Minyak Sawit

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki

keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Mi nyak sawit juga memiliki

keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung didalamnya. Kadar sterol

dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan denggan minyak nabati lainnya.

Dalam CPO kadar sterol berkisar antara 360 – 620 ppm dengan kadar kolesterol hanya

(40)

Bahkan dalam hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu

butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak

sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya

rendah).

2.6.2. Pemanfaatan Minyak Sawit

Manfaat minyak sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan

dan industry nopangan.

1. Minyak sawit untuk industri pangan.

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak

sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi.

Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair

dan fraksi stearin padat. Sebagian bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara

lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati, shortening,

dan bahan untuk membuat kue – kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai

beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lainnya, antara lain mengandung

karotein yang diketahui berfungsi sebagai inti kanker dan tokoferol sebagai sumber

vitamin E. Kandungan asam linoleat dan asam linoleatnya rendah sehingga minyak

goring yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor yang tinggi dan tidak

(41)

2. Minyak sawit untuk industry nonpangan

Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit

diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin.

Kandungan minor dalaam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri

dar karotein, tokoferol, sterol, alcohol, triterpan, fosfolipida. Kandungan minor tersebut

menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi.

Olekimia adalah bahan baku industry yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk

diantarnya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang

digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alcohol, asam amino, metal

(42)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

-

Neraca Analitik

-

Alat titrasi (Burrete Digital)

-

Erlenmeyer 250 ml Iwaki Pyrex

-

Cawan

-

Oven

-

Desikator

-

Gelas Ukur Iwaki Pyrex

3.1.2 Bahan

-

CPO

-

N – Heksan

-

Alkohol 96%

-

Indikator PP

(43)

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

-

Ditimbang sebanyak ± 5 gram CPO dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang

telah diketahui beratnya selanjutnya dijumlahkan.

-

Diukur 20 ml N-Heksan dan 40 ml Alkohol dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer

yang berisi CPO

-

Ditambahkan 3 tetes indikator PP

-

Dititrasi dengan KOH 0,0093 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning

menjadi merah bata

-

Dicatat volume KOH yang terpakai dan dihitung kadar asam lemak bebasnya

ml KOH x N KOH x 25.6

Kadar ALB = x 100%

Berat Sampel

3.2.2 Penentuan Kadar Air

-

Cawan kosong ditimbang

-

Ditimbang CPO sebanyak ±20 gram

-

Dimasukkan sampel CPO kedalam cawan selanjutnya ditimbang

-

Dipanaskan atau diovenkan selama 1,5 jam pada suhu C

(44)

-

Dihitung kadar airnya

(m.cawan + m.sampel sebelum dioven) - (m.cawan + m.sampel sesudah dioven)

Kadar air CPO = x 100%

(45)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Tabel 4.1. Data yang diperoleh dari analisa ataupun pemeriksaan pengaruh lama

penyimpanan CPO terhadap kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air di

laboratorium Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Sei Mangkei.

Penentuan kadar Asam Lemak Bebas dilakukan dengan metode titrasi asam basa

berdasarkan prosedur 3.1.3 dengan data seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar ALB dari CPO

(46)

Penentuan kadar Air dilakukan dengan cara penguapan berdasarkan prosedur 3.2.3.

dengan data seperti pada tabel 4.1.2.

4.2. Kadar Air dari CPO

Contoh: Perhitungan asam lemak bebas pada CPO yang baru di produksi.

Berat sampel = 5,0082

(47)

N KOH = 0,00932

Contoh : Perhitungan kadar air pada CPO yang baru diproduksi

Massa cawan = 28,3650

Massa sampel sebelum dioven = 10,0634

Massa sampel sesudah dioven = 10,0429

(48)

= 0,1 %

4.3. Pembahasan

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar ALB dari CPO yang telah melebihi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu 3,50 %. Faktor yang mempengaruhi dalam

peningkatan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan disebabkan adanya reaksi

hidrolisa pada minyak, dimana reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor – faktor

seperti panas, air, keeasaman, katalisator (enzim), dan proses pengeringan yang tidak

baik. (Mangoensoekarjo, 2003)

Asam lemak bebas dapat berkembang akibat kegiatan enzim yang

menghidrolisis minyak. Enzim – enzim dan koenzim yang terdapat didalam buah akan

terus aktif sebelum enzim – enzim itu dihentikan kegiatannya.Enzim yang paling

mengganggu pada buah sawit yaitu: enzim lipase dan oksidase. Enzim ini sering terikat

pada buah karena buah luka atau terikat oleh peralatan panen. Kegiatan enzim dapat

berhenti dengan perebusan hingga temperature 50oC selama beberapa menit. Namun, jika

ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan

temperature yang lebih tinggi.

Kenaikan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan mungkin disebabkan terjadinya

proses hidrolisa, dimana pada proses hidrolisabakan dihasilkan 1 molekul gliserol dan 3

molekul asam lemak bebas. Air dan kotoran seperti protein pada minyak merupakan

media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Mikroba tersebut akan memproduksi

(49)

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar air dari CPO yang telah melebihi

standar mutu yaitu 0,1 % dari yang telah ditetapkan dari perusahaan yaitu 0,08%.

Tingginya kadar air pada CPO disebabkan pada proses pengeringan CPO yang tidak

baik, dimana jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penyimpanan akan

menjadi lembab maka akan mengakibatkan meningkatnya kadar air selama

penyimpanan. Hal ini dapat terlihat pada CPO yang lama di simpan semakin meningkat

kadar airnya, yaitu pada CPO yang baru di produksi 0,1% sedangkan kadar air pada

CPO yang disimpan selama 4 hari sebesar 0,108%.

Sehingga untuk penyimpanan CPO perlu dilakukan usaha untuk menurunkan

kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu

umumnya terjadi selama proses penyimpanan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses

dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dengan kadar air

CPO, dimana kadar air CPO yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 0,1 %. Karena

pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup, dan kondisi

ruangan penyimpanan yang tiddak lembab. (Naibaho, 1998)

Hal ini dapat terlihat jelas pada CPO yang semakin lama disimpan semakin

(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisa yang telah dilakukan di laboratorium, bahwa semangkin lama CPO

disimpan maka kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan kadar Airnya semangkin

meningkat.

Persentase kadar Air dan ALB dari CPO yang baru diproduksi rmengalami

peningkatan pada hari kedua sebesar 0,02% untuk kadar Air dan 0,15% untuk kadar

ALB , Pada hari Kedua mengalami peningkatan sebesar 0,02% untuk kadar Air dan

0,18% untuk kadar ALB, Pada hari yang ketiga sebesar 0,04% untuk kadar Air dan

0,22% untuk kadar ALB, danPada hari yang keempat sebesar 0,08% untuk kadar Air

dan 0,33% untuk kadar ALB.

5.2. Saran

Untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang memiliki mutu yang baik, maka

pihak perusahaan harus menyesuaikan kadar asam lemak bebas yang terdapat pada

minyak kelapa sawit dengan standart yang ditetapkan. Perlu juga diperhatikan dan

(51)

storage tank dan parameter asam lemak bebas. Jika kadar ALBnya semakin tinggi

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Cetakan Pertama.Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Penulis, PS. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya dan Pemanfaatan Hasil dan Aspek

Pemasaran. Cetakan Pertama. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Cetakan Kesembilan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yan, F dkk. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha

(53)
(54)
(55)

Gambar

Tabel 2.1  Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit
Tabel 2.2 Beberapa sifat Fisiko – Kimia dari Kelapa Sawit
Tabel 2.3.  Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit
Gambar.1 Reaksi hidrolisis trigliserida
+4

Referensi

Dokumen terkait

Although most social media services provide some mechanism to prevent the emergence of fake check-ins, invalid check-ins and trips still exist. Invalid check-ins prevent

bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Probolinggo Tahun 2013–2018 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten

1) Mendidik masyarakat miskin untuk terus mene- rus menemukenali potensi diri yang dimiliki baik individu, keluarga, maupun lingkungan (keteram- pilan, material, dan

Perbincangan cara hidup lama orang Sunda dengan cara baru (cara Belanda) juga didasarkan atas wacana kemajuan. Wacana kemajuan dalam proses ini menjadi legitimasi

Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, International Catholic Migration Commission (ICMC) dan American Center for International Labor Solidarity (ACILS)..

Data Kualitatif Uji Debu Erupsi Gunung Sinabung Dengan Alat XRD.. Kode Rumus Kimia

Seiring dengan berkembangnya kebutuhan teknologi di bidang komunikasi maka para pengguna media komunikasi membutuhkan alat penunjang agar suara yang keluar dari pemancar dapat

Papan skor adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan suatu pencacahan yang mempunyai keluaran berupa tampilan pada tujuh segmen (seven segment). Rangkaian ini