PENGALAMAN ISTRI DENGAN INFERTILITAS PRIMER DI KELURAHAN TERJUN PASAR II MARELAN KECAMATAN MEDAN MARELAN
JULISA ANDRIANI 105102036
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Julisa Andriani
Pengalaman Istri dengan Infertilitas Primer di Kelurahan Terjun
Pasar II Marelan Kecamatan Medan Marelan
vii + 53 hal + 1 tabel + 7 lampiran
Abstrak
Pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah berusaha selama 1 tahun tetapi belum mengalami kehamilan. Secara medis, infertilitas dapat dibedakan menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Pasangan dipertimbangkan memiliki infertilitas primer bila pihak istri belum pernah hamil sama sekali. Kondisi ini sangat mempengaruhi masalah emosional ibu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman istri dengan infertilitas primer. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 10 orang. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Terjun Pasar II Marelan Kecamatan Medan Marelan. Waktu penelitian mulai dari September 2010 – Mei 2011. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dampak infertilitas primer adalah merasa dikucilkan, merasa tidak berharga, merasa bersalah, mudah tersinggung, merasa asing sendiri dan menerima apa adanya. Faktor penyebab infertilitas primer adalah karena kurangnya pergerakan sperma, pintu indung telur yang kecil, sperma suami cair, keputihan, sperma suami sedikit dan faktor usia. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan antara lain melakukan kusuk, kepada tenaga kesehatan (dokter), pengobatan alternatif (Shinse), minum jamu-jamuan, istirahat yang cukup, tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat dan berhubungan dua minggu sebelum menstruasi. Informasi-informasi yang didapat untuk memperoleh kehamilan antara lain adalah dari tetangga, media elektronik, dari mertua dan inisiatif sendiri. Faktor penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan adalah karena biaya yang mahal, takut, dan tidak ada waktu. Perasaan yang dialami ibu dalam menghadapi infertilitas primer antara lain sedih, kecewa, cemas, biasa aja, nggak tahu. Pengobatan atau pemeriksaan yang dilakukan ibu untuk memperoleh kehamilan antara lain USG, pemeriksaan urin, dan pemeriksaan sperma pada suami. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan penatalaksanaan tentang infertilitas primer sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien. Kepada perangkat masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi tentang infertilitas primer.
Daftar Pustaka : 30 (1999 – 2010)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Pengalama Istri dengan Infertilitas Primer Di Kelurahan Terjun Pasar II Marelan
Kecamatan Medan Marelan”.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik
dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini yaitu kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Hasnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan
karya tulis ilmiah ini.
3. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
4. dr. M. Fidel Ganis, Siregar. SpOG, selaku dosen penguji yang telah
4. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ayahanda dan ibunda tercinta serta adik saya tersayang yang telah memberi
banyak dukungan, doa dan motivasi yang luar biasa sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan.
7. Semua partisipan yang telah bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam meyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimah kasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat anugerah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infertilitas ... 6
5. Patofisiologi ... 9
6. Pemeriksaan Khusus Infertilitas ... 10
7. Penatalaksanaan Infertilitas ... 11
8. Pengobatan Infertilitas ... 12
B. Populasi dan Sampel ... 14
1. Populasi ... 14
2. Sampel ... 14
C. Tempat Penelitian ... 15
D. Waktu Penelitian ... 15
E. Etika Penelitian ... 15
F. Instrumen Penelitian ... 16
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 16
H. Analisa Data ... 17
I. Tingkat Keabsahan Data ... 18
1. Kreadibilitas ... 18
2. Dependabilitas ... 18
3. Konfirmabilitas ... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Partisipan ... 20
B. Pengalaman Isteri dengan Infertilitas Primer ... 21
C. Pembahasan ... 34
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 34
2. keterbatasan Penelitian ... 48
3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan menjadi Partisipan
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner Data Demografi
Lampiran 3 : Lembar Panduan Wawancara
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Lembar Pernyataan Editor Bahasa Indonesia
Lampiran 6 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Julisa Andriani
Pengalaman Istri dengan Infertilitas Primer di Kelurahan Terjun
Pasar II Marelan Kecamatan Medan Marelan
vii + 53 hal + 1 tabel + 7 lampiran
Abstrak
Pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah berusaha selama 1 tahun tetapi belum mengalami kehamilan. Secara medis, infertilitas dapat dibedakan menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Pasangan dipertimbangkan memiliki infertilitas primer bila pihak istri belum pernah hamil sama sekali. Kondisi ini sangat mempengaruhi masalah emosional ibu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman istri dengan infertilitas primer. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 10 orang. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Terjun Pasar II Marelan Kecamatan Medan Marelan. Waktu penelitian mulai dari September 2010 – Mei 2011. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dampak infertilitas primer adalah merasa dikucilkan, merasa tidak berharga, merasa bersalah, mudah tersinggung, merasa asing sendiri dan menerima apa adanya. Faktor penyebab infertilitas primer adalah karena kurangnya pergerakan sperma, pintu indung telur yang kecil, sperma suami cair, keputihan, sperma suami sedikit dan faktor usia. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan antara lain melakukan kusuk, kepada tenaga kesehatan (dokter), pengobatan alternatif (Shinse), minum jamu-jamuan, istirahat yang cukup, tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat dan berhubungan dua minggu sebelum menstruasi. Informasi-informasi yang didapat untuk memperoleh kehamilan antara lain adalah dari tetangga, media elektronik, dari mertua dan inisiatif sendiri. Faktor penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan adalah karena biaya yang mahal, takut, dan tidak ada waktu. Perasaan yang dialami ibu dalam menghadapi infertilitas primer antara lain sedih, kecewa, cemas, biasa aja, nggak tahu. Pengobatan atau pemeriksaan yang dilakukan ibu untuk memperoleh kehamilan antara lain USG, pemeriksaan urin, dan pemeriksaan sperma pada suami. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan penatalaksanaan tentang infertilitas primer sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien. Kepada perangkat masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi tentang infertilitas primer.
Daftar Pustaka : 30 (1999 – 2010)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasangan infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
telah berusaha selama satu tahun tetapi belum mengalami kehamilan (Manuaba, 1999).
Infertilitas yang disebut primer adalah apabila pasangan suami/istri tidak pernah
hamil. Infertilitas lebih banyak dikaitkan dengan wanita akan tetapi ada sekitar 40%
dari kasus yang dikaitkan dengan pria dan 20% dari kedua pasangan. Sekitar 50% dari
pasangan yang mengalami pengobatan dan kemudian menjadi hamil (Siswadi, 2007).
Secara medis, infertilitas dapat dibedakan menjadi infertilitas primer dan
infertilitas sekunder. Pasangan dipertimbangkan memiliki infertilitas primer bila pihak
istri belum pernah hamil sama sekali. Adapun infertilitas sekunder ditujukan bagi
pasangan yang gagal hamil setelah kelahiran anak pertama atau pihak istri pernah hamil
meskipun akhirnya terjadi keguguran (abortus). Adapula yang mengistilahkan
infertilitas primer sebagai infertilitas tingkat pertama dan infertilitas sekunder sebagai
infertilitas tingkat kedua (kasdu, 2002).
Dalam realisasinya tidak semua pasangan mudah memperoleh keturunan seperti
yang diharapkan. Di tengahnya gencarnya pencanangan program pembatasan kelahiran
(keluarga berencana) diberbagai penjuru dunia ternyata ada kelompok pasangan suami
istri yang justru mengalami infertilitas atau kesulitan untuk memperoleh anak. Pada
tahun 2000 dari sekitar 30 juta pasangan usia subur terdapat 3, 45 juta atau sekitar 10 –
15% pasangan yang memiliki problem kesuburan. Dengan demikian angka infertilitas di
Pada umumnya faktor-faktor organik / fisiologik yang menjadi sebab mengapa
seorang pasangan suami istri tidak bisa hamil. Akan tetapi, ada pendapat umum tentang
ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan/ketakutan yang berlebihan (emotional stress)
dapat pula menurunkan kesuburan wanita. Dalam hubungan ini Dimic dkk. menemukan
554 kasus (81,6%) di Jugoslavia disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus (18,4)
disebabkan oleh faktor psikologik (Prawirohardjo, 2005).
Menurut Worlth Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah
pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibtkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan
64% berada pada si ibu. Hal ini dialami 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2
tahun belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil
(Ida, 2010, ¶ 1).
Banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya
wanita yang pernah kawin, tetapi tidak pernah mempunyai anak. Berdasarkan sensus
penduduk terdapat 30 juta di antaranya adalah pasangan usia subur (selanjutnya disebut
PUS). Sekitar 10-15% atau 3-4,5 juta (PUS) memiliki problem kesuburan, dan dari 10
sampai 15% itu terdapat 7 sampai 9% yang mengalami infertilitas primer.
Pasangan suami istri yang kawin tanpa kehamilan, semakin lama kejadian
kehamilannya semakin menurun. Diperkirakan bahwa dari setiap 100 pasangan, 10
pasangan dari pasangan suami istri (Pasutri) tidak mempunyai anak, dan 15 pasutri
mempunyai anak kurang dari yang diinginkan. Banyak faktor yang mempengaruhi
Infertilitas bisa mengakibatkan efek psikologis yang sangat berat pada
suami/istri. Ketidakmampuan mendapat keturunan bisa memengaruhi semua aspek
hidup suami/istri (Siswadi, 2007).
Manusia sebagai individu yang unik akan memiliki pengalaman yang berbeda
pula dalam menghadapi masalah dan program pengobatan terhadap infertilitas yang
membutuhkan waktu serta biaya yang banyak. Jika setelah melakukan pengobatan
infertilitas, pasangan segera mendapatkan anak tentu segala upaya tidak sia-sia. Akan
tetapi, ada pula pasangan yang tidak kunjung memperoleh keturunann setelah
melakukan berbagai macam prosedur pemeriksaan dan pengobatan. Banyak pasutri yang
memilih bercerai karena salah satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan.
Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43% dari masalah pernikahan yang ada.
Mereka beranggapan bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa
kehadiran seorang anak dalam kehidupan perkawinannya (Ida, 2010, ¶ 3).
Elia Mashuri (2006), telah mendapatkan 90,32% pasangan dengan infertilitas
primer dan 9,68% pasangan dengan infertilitas sekunder. Dan dari hasil studi
pendahuluan dari beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka merasa kecewa karena
sudah berbagai macam cara yang dilakukan untuk memperoleh keturunan tapi tidak
berhasil. Masalah keturunan merupakan masalah yang besar dikeluarga mereka, karena
selain suami, mertua juga sangat mempengaruhi dan berperan penting dalam rumah
tangga. Mertua sering sekali menganggap menantunya tidak berharga karena tidak
dapat memberikan cucu kepadanya.
Walaupun masalah infertilitas tidak mengancam jiwa, tapi bagi banyak orang
individu memiliki cara-cara yang berbeda dalam mengatasi masalah infertilitas tersebut.
Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengalaman yang
dialami oleh istri dengan infertilitas primer.
B. Pertanyaan Penelitian
Yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman istri
dengan infertilitas primer di Kelurahan Terjun Pasar II Marelan?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengalaman
istri dengan infertilitas primer di Kelurahan Terjun Pasar II Marelan.
D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai intervensi melaksanakan
asuhan kebidanan, menentukan pembinaan pengembangan pengetahuan tentang
pengalaman istri dengan infertilitas primer.
2. Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
mahasiswa kebidanan terutama tentang pengalaman istri dengan infertilitas primer.
3. Penelitian Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi peneliti
yang akan datang dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam penulisan karya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai
sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005)
pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.
Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada
waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).
B. Infertilitas
1. Defenisi Infertilitas
Infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah melaksanakan tugas dan upaya
selama satu tahun belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba,
2001).
Infertilitas primer adalah apabila pasangan suami istri tidak pernah hamil
(Siswadi, 2007).
2. Epidemiologi
a. Secara umum, diperkirakan satu dari tujuh pasangan di dunia bermasalah dalam
hal kehamilan.
b. Di Indonesia, angka kejadian perempuan infertil primer 15% pada usia 30-34
c. Berdasar survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil telah meningkat
mencapai15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia.
d. Penyebab infertilitas sebanyak 40% berasal dari pria, 40% dari wanita, 10% dari
pria dan wanita, dan 10% tidak diketahui (Kurniawan, 2010, ¶ 3).
3. Penyebab Infertilitas
Penyebab infertilitas mungkin perubahan tingkat motilitas sperma dan penurunan
kualitas atau pembentukan sperma yang abnormal. Wanita mungkin mengalami
penurunan kepatenan tuba karena endometriosis atau infeksi pelviks, anatomi uterus
yang abnormal atau perubahan hormonal yang mempengaruhi endometrium selama
siklus menstruasi. Pengobatannya bergantung pada penyebab infertilitas (Potter, 2005).
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas
a. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa
sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil.
Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase disaat wanita mulai dapat berproduksi, yang
ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya
tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat
tahun. Adapun fase menopause adalah fase disaat haid berhenti. Fase menopause terjadi
pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik
yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar
400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis.
Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak
menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
b. Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan
dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua,
penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.
c. Emosi
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan
hormon reproduksi.
d. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah
rekreasional (rokok, kafein dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.
e. Hubungan seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi frekuensi,
posisi dan melakukannya pada masa subur.
f. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan
setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan
adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam
jumlah cukup dan matang.
g. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya
akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila
penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas.
Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di
bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat
tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10
menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran
telur untuk bertemu sel telur.
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual
wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan
sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan
karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi,
yaitu empat belas hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel
telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48
jam. Masa tersebut disebut masa subur (Kurniawan, 2010, ¶ 4).
5. Patofisiologi
Sekitar 95% dari disfungsi pada sistem reproduksi dikaitkan dengan anovulasi,
kelainan anatomis pada traktus genital wanita dan produksi sperma yang tidak normal.
Disfungsi ovulasi adalah penyebab utama dari infertilitas. Obstruksi tubafalopi
adalah gangguan struktur yang lazim. Penyebab obstruksi yang paling lazim ditemukan
adalah salpingitis akut karena infeksi gonorea atau klamidia. Infeksi pelvis, pemakaian
IUD dan endometriotis juga bisa menyebabkan obstruksi tuba.
Infeksi bisa merusak kelenjar-kelenjar yang menyekresi mukus yang membantu
kelangsungan hidup dan motilitas sperma. Kurangnya estrogen bisa menyebabkan
volume dan kualitas mukus serviks menurun. Kelainan pada uterus termasuk
leinomioma bisa mengganggu implantasi ovum yang telah dibuahi. Sekitar 40% dari
infertilitas menyangkut masalah produksi sperma.
Infertilitas bisa mengakibatkan efek psikologis yang sangat berat pada
suami/istri. Ketidakmampuan untuk mendapat keturunan bisa mempengaruhi semua
pengharapan yang kemudian bisa menjadi keputusan apabila pengobatan gagal (Siswadi,
2007).
6. Pemeriksaan Khusus Infertilitas
Pemeriksaan khusus infertilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
(1) Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik
kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim
(normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), tentang lapisan dalam rahim
(situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, terdapat polip atau mioma
dalam rahim), dan keterangan lain yang diperlukan; (2) Pemeriksaan Laparoskopi
adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik kedalam ruang abdomen (perut)
untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur (besarnya dan situasi
permukaannya, adanya Graaf folikel, korpus luteum, atau korpus albikantes, bentuk
abnormal yang dijumpai), keadaan tuba falopi (apakah normal, apakah terdapat kelainan
anatomi, apakah terdapat perlekatan), keadaan perinoteum (selaput yang membungkus
perut), rahim dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi).
Pengambilan cairan pada perioneum untuk pemeriksaan sitologi pengecatan dan
pembiakan, sehingga faktor cairan dapat ditetapkan dalam proses infertilitas; (3)
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertilitas terutama
vaginal ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas situasi anatomi
alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel Graaf yang matang,
penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel Graaf untuk dilakukan
didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitral atau obat perangsang
indung telur lainnya; (4) Pemeriksaan uji pascasenggama dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir serviks. Caranya
dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam, datang ke rumah
sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
jumlah spermotozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan
sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12, 13 dan 14 dengan perhitungan
menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih belum mendapat
kesepakatan para ahli; (5) Pemeriksaan hormonal (setelah semua pemeriksaan
dilakukan), bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas dapat dilakukan
pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus
dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (folicle
stimulation hormon [FSH], hormon luteinisasi [LH]) dan hormon (estrogen dan
progesteron, prolaktin).
Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat menerangkan kemungkinan
infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Demikian rancangan
pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus menstruasi, sehingga
rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu, pasangan infertilitas diharapkan
mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan
sebagai titik awal pengobatannya selanjutnya (Manuaba, 1999).
7. Penatalaksanaan Infertilitas
b. Kekurangan salah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainnya sehingga
kehamilan dapat berlangsung.
c. Pemeriksaan penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama tiga siklus (tiga
bulan).
d. Pasangan infertilitas sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah
dijadwalkan.
e. Suami dilakukan pemeriksaan fisik umum, fisik khusus, dan pemeriksaan analisis
sperma (Manuaba, 1999).
8. Pengobatan Infertilitas
a. Melakukan anamnese suami istri
b. Pemeriksaan fisik
Istri : Tanda seks sekunder
1) Pemeriksaan ginekologi
2) Pemeriksaan laboratorium
Suami
1) Konsultasi pada ahli urologi
2) Laboratorium
a) Laboratorium dasar
c. Pemeriksaan secara menyeluruh, sebaiknya sudah dapat menetapkan sebab
infertilitas dalam tiga bulan (tiga siklus menstruasi), dengan ketentuan suami
dalam batas normal.
d. Pemeriksaan tambahan yang dianggap penting :
1) Biopsi endometrium pada hari pertama menstruasi
2) Histerosalfingorafi
3) Histeroskopi
4) Laparaskopi atau laparatomi
a) Mengetahui keadaan ovarium yaitu folikel graaf atau korpus luteum
b) Mengetahui faktor peritonium
c) Melepaskan perlekatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Fenomenologi yaitu
mencari suatu kebenaran dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar
dari objek yang diteliti dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman istri
dengan infertilitas primer.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah istri yang mengalami infertilitas primer di
Kelurahan Terjun Pasar II Marelan berjumlah 28 orang.
2. Sampel
Jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah 10 orang. Teknik yang
digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu menentukan sampel
dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
Metode pengambilan data dan sampel adalah sampai dengan saturasi data. Sesuai
dengan Polit (2004) “ menyatakan bahwa pada study fenomenology mempunyai ciri
khas sampel adalah 10 atau kurang dari 10 partisipan”. Kriteria sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Istri yang sudah menikah minimal selama satu tahun tetapi belum mengalami
kehamilan.
c. Ibu yang ingin hamil
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Terjun Pasar II Marelan Kecamatan Medan -
Marelan.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2010 sampai Juni 2011.
E. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
persetujuan penelitian kepada Ketua Jurusan Program Studi D-IV Bidan Pendidik.
Setelah mendapatkan surat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan
langkah sebagai berikut, yaitu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah partisipan
mengatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan
menandatangani surat persetujuan partisipan. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan
identitas partisipan, maka pada lembar pengumpulan data (kuesioner) peneliti hanya
menggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan identitas dan semua kerahasiaan
partisipan dapat terjaga.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang peniliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
sebagai alat bantu dan panduan wawancara. Kuesioner data demografi berisi pernyataan
mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang berupa
usia, usia perkawinan, agama, suku, pekerjaan, tingkat pendidikan.
Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan dalam penelitian ini,
seperti (1) coba ibu ceritakan bagaimana perasaan ibu setelah mengalami infertilitas; (2)
upaya-upaya apa saja yang ibu lakukan untuk memperoleh kehamilan; (3)
informasi-informasi apa saja yang ibu dapatkan untuk memperoleh kehamilan; (4) apakah ibu
merasa khawatir dengan infertilitas yang ibu alami terhadap keharmonisan rumah tangga
ibu; (5) apakah ibu sudah pernah melakukan pengobatan atau pemeriksaan kepada
tenaga kesehatan.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu :
sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara pendahuluan sebagai
pilot studi dan memperlihatkannya pada pembimbing untuk pengesahannya. Setelah itu,
peneliti meminta izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik USU.
Setelah memilih partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian, peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan penelitian.
Selanjutnya, partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner
sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner dan partisipan diberikan kesempatan untuk
bertanya kepada peneliti, apabila menemukan kesulitan dalam menganalisa pertanyaan
Setelah partisipan mengisi kuesioner, peneliti melakukan wawancara mendalam
untuk mendapatkan informasi dan merekamnya menggunakan alat perekam. Wawancara
dilakukan satu sampai dua kali terhadap masing-masing partisipan dan dalam waktu
20-30 menit.
Setelah data terkumpul dari sepuluh orang partisipan, peneliti mendapatkan
saturasi data, maka pengumpulan data dihentikan.
H. Analisa Data
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, peneliti menganalisa data
dengan menggunakan metode Colaizzi (1987, dalam Polit, et al, 2001) yaitu :
1. Membaca semua panduan untuk mendapatkan perasaan mereka.
2. Mengulangi setiap panduan dan menyaring pernyataan penting.
3. Menerangkan pengertian dari setiap pernyataan penting (misalnya merumuskan
pengertian).
4. Mengumpulkan data dan mengelompokkan data tersebut, (a) menunjukkan data
yang telah dikelompokkan kembali pada panduan awalnya untuk disahkan. (b)
mencatat ketidakcocokan diantara kelompok data yang bervariasi, menghindarkan
pengabaian data atau tema yang tidak cocok.
5. Menyatukan hasil ke dalam deskripsi lengkap tentang fenomena yang sedang diteliti.
6. Merumuskan deskripsi lengkap tentang fenomena yang diteliti dengan pernyataan
tegas dengan identifikasi yang mungkin.
7. Mengatakan kepada partisipan tentang sejauh mana temuan yang didapat sebagai
I. Tingkat Keabsahan Data
Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan data hasil penelitian
kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Linkoln dan Guba (1985,
dalam Danim & Darwis, 2003), tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika
penelitian berpegang pada empat prinsip yaitu: kredibilitas, dependabilitas,
konfirmabilitas, dan transferabilitas.
Tingkat kepercayaan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini hanya
menggunakan tiga prinsip yaitu:
1. Kredibilitas
Dalam hal ini diperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian dengan prolonged
engagement yaitu pendekatan yang lebih mendalam kepada calon partisipan sehingga partisipan dan peneliti saling mengenal dan mempercayai. Untuk itu peneliti melakukan
pendekatan sebanyak 2-3 kali (setiap kunjungan lamanya 30 menit) kunjungan ke rumah
masing-masing partisipan. Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan dapat menjalin
hubungan yang baik, semakin akrab, semakin terbuka, sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi.
2. Dependabilitas
Dependabilitas ini dapat diterapkan oleh peneliti dengan cara membuat catatan
lengkap yang berisi keseluruhan aktivitas peneliti selama proses penelitian, mulai dari
awal penelitian, proses pengumpulan data, turun kelapangan, proses wawancara, proses
analisis data, proses pengujian keabsahan data, sampai proses membuat kesimpulan dari
data yang diperoleh. Semua proses tersebut harus dapat ditunjukan peneliti sebagai bukti
3. Konfirmabilitas
Agar hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya, peneliti menyesuaikan
hasil penelitian dengan data yang dikumpulkan, lalu dicantumkan dalam laporan
lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Untuk itu, hasil penelitian ini
selanjutnya diperiksa oleh seorang ahli yang tidak ikut dalam proses penelitian ini. Hal
lain adalah peneliti harus mengikuti setiap proses penelitian dan tidak hanya
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian Fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
tentang pengalaman istri dengan infertilitas primer. Ada sepuluh partisipan yang diteliti
mengalami infertilitas primer dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara dengan bantuan alat perekam digital.
A. Karakteristik Partisipan
Kesepuluh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan
yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani
persetujuan menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara dimulai. Usia kesepuluh
partisipan berkisar antara 21 – 44 tahun. Lama usia perkawinan kesepuluh partisipan
berkisar antara 2 – 12 tahun.
Dari kesepuluh partisipan, tujuh orang partisipan berasal dari suku Jawa, dua
orang dari suku Batak, dan satu orang dari suku Melayu. Kesepuluh partisipan beragama
Islam. Enam orang partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga, dua orang bekerja
sebagai wiraswasta, dan dua orang lainnya bekerja sebagai PNS. Dua orang partisipan
berpendidikan terakhir SD, enam orang berpendidikan terakhir SMA, dan dua orang
partisipan lainnya berpendidikan terakhir perguruan tinggi. Data demografi partisipan
Tabel 4.1. Data Demografi Partisipan
No. Karakteristik Jumlah
1. Usia ibu
B. Pengalaman istri dengan Infertilitas Primer.
Dari hasil wawancara ditemukan dampak yang terjadi akibat infertilitas primer,
faktor penyebab infertilitas primer, upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan,
informasi yang didapat untuk memperoleh kehamilan, faktor penyebab ibu tidak
melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan / dokter, perasaan yang dialami ibu
setelah mengalami infertilitas primer, pengobatan atau pemeriksaan yang telah
1. Dampak yang dialami ibu karena Infertilitas Primer
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa semua partisipan mengalami infertilitas
primer dampak yang terjadi pada ibu adala dan merasa dikucilkan, merasa tidak
berharga, merasa bersalah, mudah tersinggung, merasa asing sendiri, menerima apa
adanya.
a. Merasa dikucilkan
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa seperti
dikucilkan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
(Partisipan 2)
Sakit rasanya dibicarakan keluarga suami saya terus, katanya saya gak mau nurut
(Partisipan 6)
Sedih kali rasanya kayak dikucilkan gitu sama keluarga suami saya, terutama mertua saya, dia itu kayaknya gak suka lihat saya
b. Merasa tidak berharga
Salah satu partisipan mengatakan dirinya tidak berharga. Pernyataan partisipan
yang berkaitan dengan hal tersebut adalah :
(Partisipan 3)
Mertua saya itu sering nganggap saya gak berharga karna gak bisa ngasih cucu
c. Merasa Bersalah
Salah satu dari sepuluh partisipan mengatakan merasa bersalah terhadap
suaminya. Pernyataan partisipan tersebut antara lain :
(Partisipan 8)
d. Mudah Tersinggung
Salah satu partisipan mengatakan bahwa ibu jadi lebih mudah tersinggung.
Pernyataan partisipan tersebut antara lain :
(Partisipan 9)
Nyalahin si nggak, Cuma kadang-kadang suka nesuh gitu. Dia suka bilang kapan yo eneng anak lanang nengomah? Saya kan jadi tersinggung, seolah-olah dia itu nyalahin saya.
e. Merasa asing sendiri
Salah satu dari partisipan mengatakan bahwa ibu merasa asing sendiri dari
keluarga. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut :
(Partisipan 9)
Mertua saya lebih sayang sama yang punya anak, kayak terasing sendiri gitu, semua ada anaknya awak sendiri yang gak ada. Jadi kalo ngumpul-ngumpul gitu suka gak enak sendiri.
f. Menerima apa adanya (pasrah)
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa mereka menerima apa adanya.
Pernyataan partisipan tersebut adalah sebagai berikut :
(Partisipan 5)
Suami saya biasa-biasa aja, ya diterima aja apa adanya.
2. Faktor Penyebab Infertilitas Primer
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa kemungkinan yang menjadi faktor
kurangnya pergerakan sperma, pintu indung telur yang kecil, sperma cair, kebanyakan
darah putih, jumlah sperma sedikit dan faktor usia.
a. Kurangnya Pergerakan Sperma
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa penyebab terjadinya infertilitas
primer adalah karena kurangnya pergerakan sperma suami. Hal yang berkaitan dengan
pernyataan tersebut adalah :
(Partisipan 1)
Kata dokter sperma suami saya kurang pergerakan.
b. Pintu indung telurnya kecil
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa pintu indung telurnya kecil.
Pernyataan Partisipan tersebut adalah sebagai berikut:
(Partisipan 1)
Kata dokter, kalau saya pintu indung telurnya kecil.
c. Sperma cair
Salah seorang partisipan juga mengatakan bahwa sperma suaminya cair. Hal
yang berhubungan dengan hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
(Partisipan 2)
Itulah kata dokter itu sperma suami saya cair, kalau saya sih kata dokter bagus gak ada masalah.
Pernyataan lain yang diungkapkan partisipan ketika mengalami infertilitas
primer adalah karena faktor kebanyakan darah putih. Hal yang berkaitan dengan
pernyataan partisipan tersebut adalah :
(Partisipan 3)
Kemaren waktu ke shinse dibilang saya kebanyakan darah putih, makanya gak punya anak.
e. Sperma sedikit
Salah satu partisipan mengatakan bahwa penyebab dari infertilitas adalah karena
sperma suami yang sedikit. Pernyataan tersebut dikutip dari pernyataan partisipan
tersebut adalah :
(Partisipan 3)
Kata shinse itu sperma suami saya sedikit, apa karna suami saya sering di bekam gitu ya.
f. Faktor Usia
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa faktor usia dapat berpengaruh pada
tingkat kesuburan wanita. Pernyataan partisipan tersebut adalah sebagai berikut :
(Partisipan 7)
Dulu saya memang lama menikah, kira-kira umur 38 saya baru menikah.
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa beberapa upaya yang dilakukan oleh
jamu-jamuan, menambah waktu istirahat, tidak melakukan pekerjaan yang berlebihan,
berhubungan dua minggu sebelum menstruasi.
a. Melakukan Kusuk
Seluruh partisipan mengatakan bahwa mereka melakukan pengobatan dengan
cara berkusuk. Pernyataan tersebut dikutip dari pernyataan partisipan tersebut :
(Partisipan 4)
Kusuk ke orang-orang tua gitu, tapi belum ada juga sih perubahannya. Cuma kusuk aja gak pernah kemana-mana lagi orang gak ada duitnya.
(Partisipan 7)
Saya udah pernah kusu-kusuk gitu tapi sampe sekarang ya keginilah belom ada juga hasilnya.
(Partisipan 8)
Kalo ke tukang kusuk cuma di bilang tukang kusuknya peranakannya jauh keatas.
b. Tenaga Kesehatan (Dokter)
Tujuh dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka melakukan pengobatan
terhadap dokter. Hal tersebut merujuk pada pernyataan partisipan :
(Partisipan 1)
Ya udah berobat kedokter, ntah udah kemana-mana ajapun kami coba. (Partisipan 6)
Udah konsul ke dokter, disarankan pemeriksaan lanjut tapi belum kami lakukan. (Partisipan 10)
Saya udah ke dokter sih tapi suami saya diajak gak mau, jadi cuma sepihak aja yang periksa.
Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka melakukan pengobatan
alternatif atau shinse untuk dapat memperoleh kehamilan. Pernyataan yang mengatakan
upaya melakukan pengobatan dengan alternatif adalah :
(Partisipan 1)
Ke orang-orang tua, trus kealternatif-alternatif tapi belum ada juga sih perubahan.
(Partisipan 2)
Pernah juga sekali nyoba ke shinse cuma di kasi obat aja sama orang china itu, pil-pil gitu, kata teman saya yang uda pernah nyoba dia berhasil, makannya di kasi taunya sama saya, tapi setelah saya minum obatnya belum juga ada reaksinya.
(Partisipan 3)
Cuma kusuk aja ama ke shinse. Dibilang shinse itu saya kebanyakan darah putih makannya gak punya anak.
d. Minum jamu-jamuan
Selain melakukan pengobatan alternatif, dua orang partisipan juga minum
jamu-jamuan untuk dapat hamil. Hal ini di kutip dari pernyataan partisipan :
(Partisipan 4)
Pernah minum jamu-jamu gitu tapi khasiatnya belum nampak sih sampe sekarang.
(Partisipan 5)
Pernah jugalah berapa kali gitu kalo minum jamu-jamuan gitu, tapi uda gak ingat lagi
Tiga dari sepuluh orang partisipan mengatakan bahwa cara yang mereka lakukan
untuk memperoleh kehamilan adalah melakukan banyak-banyak istirahat. Hal ini di
ungkapkan oleh partisipan berikut :
(Partisipan 1)
Ya kata dokter kayak gitu sih, saya disuruh banyak-banyak istirahat (Partisipan 2)
Ya Cuma disuruh banyak istirahat aja sama di kasi obat tok. (Partisipan 5)
Cuma banyak-banyak istirahat, dibilang dokternya ya gitu aja
f. Tidak melakukan pekerjaan berat-berat.
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan untuk tidak melakukan pekerjaan yang
berlebihan agar mempermudah terjadinya kehamilan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan partisipan berikut :
(Partisipan 3)
Cuma disarankan ibu itu jangan capek kali kerjanya, saya disuruh minum susu katanya biar mancing gitu. Tapi ya ginilah belum dikasi juga, tapi yang pentingkan ada usaha.
(Partisipan 8)
Ya disuruh jangan terlalu capek, katanya biar lebih puas tau sebabnya apa disuruh ke dokter langsung aja katanya.
g. Berhubungan dua minggu sebelum menstruasi
Salah satu partisipan mengatakan bahwa berhubungan badan sebaiknya
dilakukan dua minggu sebelum menstruasi karena itu merupakan masa subur.
(Partisipan 5)
Selain istirahat, kata dokter kalou berhubungan dua minggu sebelum menstruasi katanya biar cepat hamil.
4. Informasi-informasi yang di dapat untuk memperoleh kehamilan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa informasi yang didapat untuk memperoleh
kehamilan adalah dari tetangga-tetangga, televisi, dari mertua dan inisiatif sendiri.
a. Dari tetangga
Sembilan sari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mendapatkan
informasi-informasi kebanyakan diperoleh dari tetangga. Pernyataan partisipan tersebut
adalah :
(Partisipan 1)
Kata-kata tetangga, itulah yang disuruhnya nyoba kusuk alternatif itu, katanya udah ada yang berhasil.
(Partisipan 3)
Kalau informasi banyak dari tetangga, tapi rata-rata semuanya nyuruh kusuk (Partisipan 7)
Banyak la dek, itu tadi kata-kata tetangga saya disuruh kesana-kesini udah saya coba tapi juga gak bisa, udah capekla dek kalau ngikutin kata-kata orang gitu (Partisipan 8)
Dari tetagga-tetangga deket rumah, disuruh keorang pintar gitu, udah banyakla usaha kami biar punya anak tapi belum dikasih juga
b. Dari media elektronik
Salah satu partisipan mengatakan bahwa informasi-informasi untuk mendapat
kehamilan dapat diperoleh dari televisi. Pernyataan partisipan tersebut adalah :
(Partisipan 2)
c. Dari Mertua
Salah satu partisipan menyebutkan bahwa informasi dapat diperoleh dari mertua.
Hal ini merujuk dari pernyataan partisipan :
(Partisipan 5)
Mertua saya bilang katanya periksakan dulu kedokter.
d. Inisiatif sendiri
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan informasi yang mereka dapatkan adalah
dari inisiatif mereka sendiri. Pernyataan partisipan tersebut adalah :
(Partisipan 6)
Kalau kusuk-kusuk gitu dari tetangga tapi kalau ke dokter ya inisiatif sendiri
(Partisipan 5)
Dari dokter juga, tapi kalau kusuk dari saya sendiri
5. Faktor penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa faktor penyebab ibu tidak melakukan
pemeriksaan kedokter adalah karena biayanya mahal, takut, dan tidak ada waktu.
a. Biayanya mahal
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa kalau pergi kedokter biayanya
mahal. Kutipan dari pernyataan partisipan tersebut adalah :
(Partisipan 3)
Kalau kedokter mahal, tapi kalau dikasih diskon sih mau
(Partisipan 4)
b. Takut
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan mereka takut untuk melakukan
pemeriksaan kedokter. Kutipan dari pernyataan partisipan tersebut adalah :
(Partisipan 6)
Kami takut mana tahu salah satu dari kami ada kekurangan, jadi kami nerima apa adanya biar nggak saling menyalahkan.
(Partisipan 7)
Kami sedikit takut soalnya pemeriksaan-pameriksaan lab itu kan banyak.
c. Tidak ada waktu
Salah satu partisipan mengatakan tidak sempat untuk melakukan pemeriksaan
karena pekerjaan. Kutipan dari pernyataan partisipan tersebut :
(Partisipan 7)
Pernah sih kami disuruh dokter untuk melakukan pemeriksaan lab, agar lebih tahu pasti penyebabnya, tapi karna kami juga kerja jadi kadang juga nggak ada waktu
6. Perasaan yang dialami ibu dalam menghadapi infertilitas primer
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa ibu yang mengalami infertilitas primer
mengatakan perasaan sedih, kecewa, cemas, biasa aja, dan nggak tahu.
a. Sedih
Enam dari sepuluh partisipan merasa sedih karena mengalami infertilitas
primer. Pernyataan partisipan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah sebagi berikut :
(Partisipan 1)
Ya sedihlah orang udah dua tahun kami nikah tapi sampe sekarang belum dikasih juga
(Partisipan 2)
(Partisipan 10)
Ya saya sedihlah udah lama nikahnya tapi belum dikaruniai anak.
b. Kecewa
Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa kecewa dengan
infertilitas yang mereka alami. Pernyataan partisipan yang berkaitan dengan hal tersebut
adalah sebagai berikut :
(Partisipan 1)
Ya kecewala, soalnya suami saya udah pengen kali punya momongan , tapi walaupun saya belum bisa ngasih, dia tetap kok ngedukung saya, suami saya orangnya sabaran.
(Partisipan 9)
Ya kecewala orang belum dikasih anak, nggak enak sama keluarga semua ada anaknya, awak sendiri yang nggak ada, jadi kalo ngumpul-ngumpul gitu suka gak enak sendiri.
c. Cemas
Salah seorang partisipan mengatakan cemas karena belum dikaruniai anak. Hal
ini diungkapkan oleh partisipan :
(Partisipan 6)
Cemaslah, sedih juga mertua saya kayaknya gak suka lihat saya.
d. Biasa saja
Salah satu partisipan mengatakan bahwa walaupun mengalami infersilitas.
(Partisipan 4)
Biasa aja, ya mau gimana lagi orang belum dikasih.
e. Tidak tahu
Salah satu dari partisipan mengatakan bahwa dia belum tahu gimana
perasaannya dalam menghadapi infertilitas primer tersebut. Hal ini di ungkapkan oleh
partisipan :
(Partisipan 5)
Ya nggak tahu, belum tahu takut atau nggak, orang masih baru 2 tahun.
7. Pengobatan / pemeriksaan yang dilakukan terhadap tenaga kesehatan
Dari wawancara yang dilakukan di dapat bahwa ibu melakukan pengobatan
dengan USG, pemeriksaan urin, dan pemeriksaan sperma.
a. USG
Dua dari sepuluh partisipan melakukan USG untuk mengetahui penyebabkan
infertilitas. Pernyataan partisipan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah:
(Partisipan 1)
Itu tadi sama dokter udah di USG trus suami saya juga di periksa, kata dokter suami saya ada masalah
(Partisipan 2)
Kalau saya disuruh USG sama diperiksa kencingnya
b. Pemeriksaan Urin
Dua dari sepuluh orang partisipan mengatakan melakukan pemeriksaan urin. Hal
(Partisipan 2)
Saya diperiksa kencingnya, tapi suami saya diperiksa spermanya
(Partisipan 5)
kalau saya cuma kencingnya aja yang diperiksa kata dokter sih dua-duanya bagus.
c. Pemeriksaan Sperma
Tiga dari sepuluh orang partisipan mengatakan bahwa suaminya juga melakukan
pemeriksaan sperma. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan sebagai berikut:
(Partisipan 1)
Selain saya di USG, teros sperma suami saya juga diperiksa, kata dokter suami saya ada masalah.
(Partisipan 2)
Kalau saya di USG sama diperiksa kencingnya, tapi kalau suami saya di periksa spermanya.
(Partisipan 5)
Itu diperiksa sperma suami saya, kalu saya Cuma kencingnya aja.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dampak yang
terjadi karena infertilitas primer adalah merasa dikucilkan, merasa tidak berharga,
mudah tersinggung, merasa asing sendiri, merasa bersalah dan menerima apa adanya.
Faktor penyebab infertilitas primer yang mungkin adalah kurangnya pergerakan
sperma, pintu indung telurnya kecil, sperma cair, kebanyakan darah putih, jumlah
sperma sedikit dan faktor usia.
Upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan antara lain adalah dengan
melakukan kusuk, pemeriksaan kepada tenaga kesehatan (dokter), alternatif-alternatif
(shinse), minum jamu-jamuan, menambah waktu istirahat, tidak melakukan pekerjaan
Informasi-informasi yamg didapat untuk memperoleh kehamilan antara lain
adalah dari tetangga, dari media elektronik, dari mertua dan inisiatif sendiri.
Faktor penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan
adalah kerena biayanya mahal, takut, dan tidak ada waktu.
Perasaan yang dialami ibu dalam menghadapi masalah infertilitas primer antara
lain adalah sedih, kecewa, cemas, biasa aja, tidak tahu.
Pengobatan atau pemeriksaan yang dilakukan ibu untuk memperoleh kehamilan
antara lain USG, pemeriksaan urin, dan pemeriksaan sperma pada suami.
C. Pembahasan
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil pembahasan hasil penelitian ini dengan
literatur yang berhubungan dengan pengalaman istri dengan infertilitas primer yang
meliputi dampak yang terjadi akibat infertilitas primer, faktor penyebab infertilitas
primer, upaya-upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan, informasi-informasi
yang di dapat untuk memperoleh kehamilan, faktor penyebab ibu tidak melakukan
pemeriksaan kepada tenaga kesehatan (dokter), perasaan yang dialami ibu dalam
menghadapi infertilitas primer, pengobatan atau pemeriksaan yang dilakukan terhadap
tenaga kesehatan (dokter).
a. Dampak yang terjadi akibat infertilitas primer
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dampak dari infertilitas primer yang
dialami partisipan adalah merasa dikucilkan, merasa tidak berharga, mudah tersinggung,
Dua orang partisipan mengatakan bahwa mereka merasa dikucilkan dari
keluarga. Wanita yang belum mempunyai keturunan atau mengalami masalah infertilitas
sering sekali merasa dirinya seorang diri di dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh (Peterson, 2003) bahwa Infertilitas berkaitan dengan
hubungan sosial, ini menunjukkan kepekaan terhadap komentar atau peringatan dari
orang lain yang berkaitan dengan infertilitas yang dialami, merasa dirinya terkucil serta
terasing dari keluarga maupun kelompok sebaya.
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa dirinya merasa tidak berharga.
Masalah infertilitas primer banyak mempengaruhi masalah kejiwaan seseorang,
beberapa wanita yang mengalami infertilitas akan lebih merasa tidak diperhatikan dalam
keluarga. Hasil penelitian ini sesuai dengan (Hawari, 2008) yang menyatakan bahwa
Infertilitas dapat mengakibatkan stress yang merupakan tanggapan atau reaksi tubuh
terhadap berbagai tuntutan atau beban yang bersifat tidak spesifik. Tuntutan-tuntutan
yang mengancam kapasitas penyesuaian dari pikiran dan tubuh manusia yang tidak
mampu melakukan penyesuaian terhadap tuntutan yang datang, mengakibatkan mereka
merasa dirinya tidak berharga karena tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut.
Salah seorang partisipan merasa bersalah. Beberapa istri yang mengalami
infertilitas primer akan merasa bersalah yang berlebihan terhadap suami, mereka merasa
tidak dapat memberikan kebahagiaan terhadap suaminya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Valentine, 2000) Yang mengatakan bahwa infertilitas akan menimbulkan
reaksi-reaksi malu, keputusasaan, merasa tidak berguna, rendah diri, terluka, ketakutan,
Salah satu partisipan mengatakan mudah tersinggung. Reaksi-reaksi yang terjadi
karena infertilitas meliputi reaksi fisik, emosional, kognitif, dan interpersonal. Aspek
fisik diantaranya seperti insomnia, sakit kepala, gangguan pencernaan dan tekanan darah
naik. Aspek emosional berupa kecemasan, mudah tersinggung, dan suasana hati mudah
berubah. Aspek kognitif berupa menurunnya daya ingat dan daya konsentrasi, pikiran
kacau, dan pikiran hanya dipenuhi satu hal. Aspek interpersonal antara lain berupa
mudah curiga pada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, dan problem seksual
dengan pasangan (Braham, 1999). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan terhadap partisipan yang mengatakan bahwa masalah infertilitas primer
dapat merubah segala tingkah laku manusia, salah satunya menjadi pemarah dan mudah
tersinggung di dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Salah satu partisipan mengatakan merasa sendiri. Banyak partisipan tidak dapat
menerima pendapat-pendapat dan opini yang diberikan terhadap lingkungan sekitar,
sehingga partisipan tersebut akan merasa bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan
dan tidak ingin berjumpa ataupun berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan (Peterson, 2003) bahwa Infertilitas mempengaruhi faktor
stress hal ini menyulitkan seseorang untuk bersosialisasi, dan tidak akan mudah
menerima saran dan komentar dari lingkungan sekitar, sehingga seseorang akan
menjauhkan diri dan merasa dirinya terasing dari keluarga maupun kelompok.
Salah seorang partisipan mengatakan menerima apa adanya. Setiap partisipan
memiliki emosional yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan
mengalami infertilitas tidak seluruhnya mengalami trauma emosional, sebagian individu
dapat menerima kenyataan bahwa mereka memiliki kekurangan dalam dirinya.
b. Faktor penyebab infertilitas primer
Salah satu partisipan mengatakan penyebab infertlitas primer adalah kurangnya
pergerakan sperma. Sperma sangat berpengaruh besar terhadap masalah kehamilan, jika
sperma pada suami mengalami masalah maka kehamilanpun akan sulit terjadi.
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh (Manuaba, 1999) yang menyatakan bila
jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa mengalami gangguan maka konsultasi
suami dilakukan pada ahli urologi (ginjal dan perkemihan). Varikokel adalah keadaan
dimana pembuluh darah menuju buah zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan
kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya
untuk menimbulkan kehamilan.
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa pintu indung telurnya kecil.
Kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu, hal yang perlu diingat adalah
bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung
telur dalam setiap menstruasi, yaitu empat belas hari sebelum menstruasi berikutnya.
Peristiwa itu disebut ovulasi, Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba
falopi) selama kurang lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur (Kurniawan,
2010, ¶ 4). Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap
partisipan bahwa selain sperma pintu indung wanita juga sangat penting dalam
dapat dilepaskan sehinga ovulasi tidak akan terjadi dan wanita juga tidak akan dapat
mengalami proses dalam masa subur.
Salah seorang partisipan mengatakan sperma suaminya cair. Pemeriksaan untuk
mengetahui jumlah, volume, bau-rupaya, fruktosa, kemampuan menggumpal dan
mencair kembali dari sperma. Pemeriksaan yang masih perlu dilakukan diantaranya uji
kontak sperma, uji antibody imobilllisasi, uji pascasenggama (Manuaba, 1999).
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap
hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah
2 – 3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah
cukup dan matang (Kurniawan, 2010, ¶ 4). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan terhadap partisipan bahwa sperma yang tidak padat atau cair akan
mempersulit terjadinya kehamilan. berkurangnya jumlah volume dan kepadatan dari
sperma tersebut tidak akan dapat membuahi ovum.
Salah satu partisipan mengatakan kebanyakan darah putih. Apabila seorang
wanita mengeluh leukore atau keputihan maka harus disingkirkan infeksi oleh
organisme patogenik dengan melakukan pulasan vagina / kultur. Beberapa wanita
mengalami keputihan vagina rekuren dan tidak menunjukkan adanya pathogen pada
pemeriksaan laboratorium berkali-kali. Kasus-kasus ini sulit diobati. Kurangnya hygiene
pada vagina dapat meningkatkan kemungkinan infeksi pada vagina karena mengurangi
jumlah laktobasil vagina (Jones, 2001). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
terhadap partisipan bahwa keputihan yang banyak akan sulit memperoleh keturunan.
Keputihan terjadi karena disebabkan oleh berbagai macam bakteri atau kuman, yang
Salah satu partisipan mengatakan sperma suaminya sedikit. Jika sperma tidak
memenuhi jumlah yang telah ditetapkan maka kehamilan juga tidak akan terjadi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Manuaba, 1999) yang mengatakan bahwa jumlah
spermatozoa diharapkan minimal 20 – 100 juta / ml. Jika pada pemeriksaan analisis
sperma didapati jumlah spermatozoa dibawah 20 juta ml maka sperma tidak akan
mampu melakukan tugasnya.
Salah satu partisipan mengatakan faktor usia. Pada fase reproduksi, wanita
memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause,
wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita
dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel
telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun
menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur
45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil
lagi (Kurniawan 2010, ¶ 4). Fertilitas wanita rendah pada waktu masa pubertas yang
mencapai puncaknya pada umur duapuluh (sekitar 20 – 30 tahun) dan menurun setelah
umur 30 tahun. Sekitar 33% dari wanita yang menunda kehamilan sampai umur 35
tahun mengalami masalah infertilitas (Siswadi, 2006). Hal tersebut di atas sesuai dengan
penelitian yang dilakukan terhadap partisipan bahwa menikah di usia yang tidak mudah
lagi biasanya akan mengalami kesulitan dalam memperoleh kehamilan, dan sering sekali
mengalami infertilitas primer selamanya. Karena organ reproduksinya yang sudah
c. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperoleh kehamilan
Seluruh partisipan melakukan kusuk untuk memperoleh kehamilan. Upaya
pengobatan yang dilakukan pasien bervariasi, serangkaian pengobatan yang
memerlukan biaya yang tinggi banyak tidak diminati oleh pasien karena faktor ekonomi,
banyak pasien yang hanya melakukan pengobatan-pengobatan tradisional seperti
berkusuk, ke dukun dan ke alternatif-alternatif lain yang pembiayaannya dapat
terjangkau oleh pasien (Hidayah, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
terhadap partisipan bahwa pengobatan terhadap tenaga medis yang memerlukan biaya
mahal atau tidak terjangkau tidak banyak diminati oleh partisipan, karena faktor
ekonomi yang lemah banyak partisipan hanya melakukan pengobatan tradisional seperti
kusuk yang hanya mengeluarkan biaya seadanya.
Tujuh orang partisipan melakukan pengobatan kedokter (tenaga kesehatan).
Kemungkinan, hanya pasangan yang memiliki hubungan stabil yang berusaha hingga
mencari bantuan medis untuk mendapatkan keturunan, sedangkan pasangan yang
memiliki hubungan kurang stabil tidak berusaha sekeras itu, untuk mendapat nasihat
infertilitas (Andrews, 2009). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
terhadap partisipan bahwa melakukan pengobatan terhadap tenaga medis jauh lebih baik
dibanding pengobatan tradisional. Karena dengan pengobatan medis dapat diketahui
penyebab dari infertilitas primer melalui serangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Sehingga memudahkan dalam proses pengobatannya dan
memungkinkan terjadinya kehamilan.
Tiga partisipan melakukan pengobatan ke alternatif-alternatif. Banyak pasangan
dan tidak harus melalui proses pemeriksaan yang panjang (Aisia, 2003). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan terhadap partisipan bahwa pengobatan alternatif yang
sedang marak saat ini sangat banyak diminati oleh banyak partisipan. Karena biaya yang
tidak terlalu mahal, tetapi sudah dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, banyak
membuat pasien merasa puas dengan pengobatan alternatif tersebut.
Dua partisipan minum jamu-jamuan untuk memperoleh kehamilan. Sebagian ibu
percaya bahwa dengan mengkonsumsi jamu-jamuan akan mempermudah timbulnya
kehamilan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh (Aisia, 2003)
yang mengatakan bahwa jamu-jamuan sebenarnya tidak efektif dilakukan, karena serbuk
jamu akan lebih mempersulit terjadinya kehamilan.
Tiga partisipan menambah waktu untuk beristirahat. Membiasakan pola hidup
sehat mencakup pola makan, pola tidur, berolah raga, dan menghilangkan kebiasaan
buruk seperti merokok, minum alkohol dan obat-obatan terlarang dapat mengurangi
terjadinya infertilitas (Malpani, 2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
terhadap partisipan bahwa dengan istirahat yang cukup dan mengikuti anjuran dokter
akan dapat memudahkan ibu memperoleh kehamilan.
Dua orang partisipan tidak melakukan pekerjaan yang berat-berat (berlebihan).
Pekerjaan yang berat-berat dapat mempengaruhi kehamilan, wanita yang melakukan
pekerjaan yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kelelahan akan menurunkan
kesempatan wanita untuk hamil (Kurniawan, 2010, ¶ 5). Hal tersebut diatas sesuai
dengan penelitian terhadap partisipan bahwa, dengan mengurangi pekerjaan atau tidak
melakukan pekerjaan yang berat-berat akan dapat memeberikan kesempatan yang lebih
Salah seorang partisipan berhubungan dua minggu sebelum menstruasi untuk
memperoleh kehamilan. Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat
berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan
terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel
telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam
setiap menstruasi, yaitu empat belas hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu
disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi)
selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur (Kurniawan, 2010, ¶ 4).
Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan penelitian terhadap partisipan bahwa dokter
menganjurkan partisipan untuk berhubungan dua minggu sebelum menstruasi, karena
masa itu disebut masa subur. Sehingga lebih mempermudah terjadinya proses
kehamilan.
d. Informasi-informasi yang di dapat untuk memperoleh kehamilan
Sembilan orang partisipan mendapatkan informasi dari para tetangga untuk
memperoleh kehamilan. Lingkungan sangat berperan dalam memperoleh informasi,
banyak informasi yang didapat dari linkungan sekitar seperti, tetangga-tetangga yang
ada disekitar rumah. Informasi yang didapat beranekaragam ada yang baik dan ada juga
yang buruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Andayani, 2004) yang mengatakan
bahwa Indonesia merupakan masyarakat yang memiliki norma budaya bahwa wanita
harus jadi ibu. Norma kultural masyarakat Indonesia sangat kuat sehingga masyarakat
Salah seorang partisipan mendapatkan informasi dari media elektonik. Selain
kehidupan bermasyarakat, media massa dan elektronik juga sangat membantu dalam
memperoleh informasi, baik informasi yang berguna dan mendidik maupun informasi
yang kurang mendidik khususnya bagi anak-anak (Andayani, 2004). Pernyataan diatas
sesuai dengan temuan peneliti yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap
partisipan bahwa informasi bisa didapat dari mana saja. Baik dari orang lain, media
massa maupun media elektronik seperti, televisi yang banyak membantu ibu dalam
mendapatkan informasi-informasi yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan,
khususnya informasi dalam memperoleh keturunan.
Salah satu partisipan mendapatkan informasi dari mertua. Infertilitas
mengakibatkan terjadinya problem dengan mertua, ini akan mempengaruhi kepuasan
pernikahan karena hubungan dengan keluarga besar merupakan salah satu aspek
kepuasan pernikahan. Wanita yang mengalami infertilitas sering disalahkan oleh pihak
mertua karena tidak kunjung hamil (Clayton, 2000). Hal tersebut diatas sesuai dengan
temuan peneliti yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap partisipan bahwa mertua
sering sekali turut campur dalam kehidupan rumah tangga pasangan suami istri. Banyak
mertua yang ingin cepat-cepat mendapatkan seorang cucu, sehingga mertua banyak
memberikan saran maupun informasi terhadap wanita agar cepat-cepat memperoleh
keturunan sehingga keinginannya dapat terpenuhi.
Dua orang pertisipan memperoleh informasi atas inisiatif sendiri. Banyak wanita
yang melakukan pengobatan atas kemauan sendiri karena tingginya harapan yang
dirasakan untuk memperoleh keturunan (Aisia, 2003). Hal diatas sesuai dengan temuan